• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis perbandingan penerimaan pajak Daerah dan restribusi daerah terhadap peningkatan pada sebelum dan sesudah otonomi periode 2006-2010 pada kota tangerang selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis perbandingan penerimaan pajak Daerah dan restribusi daerah terhadap peningkatan pada sebelum dan sesudah otonomi periode 2006-2010 pada kota tangerang selatan"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN PENERIMAAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PAD SEBELUM DAN

SESUDAH OTONOMI PERIODE TAHUN 2006-2010 PADA KOTA TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

DISUSUN OLEH: JAMALUDDIN MALIK

NIM:’ 106082002626

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

(2)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi……….. i

Lembar Ujian Komprehensif………. ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi……… iii

Surat Pernyataan………... iv

Daftar Riwayat Hidup……….. v

Abstract……… vi

C. Tujuan Penelitian……… 7

D. Manfaat Penelitian……….. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis……… 9

1 Negara Hukum dan Otonomi Daerah………. 9

2 Pendapatan Daerah……….. 15

3 Pendapatan Asli Daerah……….. 15

4 Dana Perimbangan……….. 18

(3)

C. Sistem PemungutanPajak………. 21

D. Pedoman Pemungutan Pajak……… 22

E. Pajak Daerah………. 23

1 Definisi Pajak Daerah……….. 23

2 Jenis-jenis Pajak Daerah………. 24

3 Jenis-jenis Penggolongan Pajak Daerah……….. 24

4 Surat Ketetapan Pajak Daerah………. 28

3 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Daerah……… 30

F. Retribusi Daerah……… 32

1 Pengertian Retribusi Daerah……… 32

2 Penentuan Objek, Sujek dan Wajib Pajak………32

3 Tata Cara Penghitungan Retribusi………... 34

4 Pemungutan Retribusi……….. 35

G. Penilitian Terdahulu……….. 36

H. Kerangka Pemikiran…... 43

I. Keterkaiatan Antar Variabel………. 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian………. 46

B. Objek Kajian……… 46

C. Metode Pengumpulan Data……… 47

D. Jenis dan sumber data………. 47

E. Teknik Pengumpulan Data………. 48

F. Definisi operasional variabel……….. 50

G. Metode Analisis dan Uji Hipotesisi……… 50

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Umum Kota Tangerang Selatan………. 54

(4)

2 Struktur Pemerintahan………..58

3 Kondisi Geografis……… 64

4 Kondisi Sosial Ekonomi……….. 64

B. Gambaran Umum Profil Wilayah Kabupaten Tangerang……… 71

1 Orientasi Wilayah……… 72

2 Jumlah Data Pertumbuhan Penduduk……….. 73

3 Kondisi Perekonomi Daerah………. 74

4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)………. 74

C. Gambaran Umum DPPKAD Tangerang Selatan dan DIPENDA Kabupaten Tangerang... 75

1 Kedudukan……….. 75

2 Tugas Pokok……….76

3 Susunan Oragnisasi……….. 76

D. Hasil Uji Mann Whitney U Test………. 76

1 Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah……….. 77

2 Uji SPSS……… 79

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……….. 83

B. Implikasi……… 84

C. Keterbatasan Masalah………. 85

D. Saran………. 86

DAFTAR PUSTAKA……….. 87

(5)

DAFTAR GAMBAR

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seperti halnya daerah-daerah lain yang berada di provinsi Banten, maka Daerah Pemekaran atau disebut juga dengan Daerah Otonom Baru (DOB) Kota Tangerang Selatan yang sebelumnya termasuk dalam wilayah Kabupaten Tangerang juga sedang berusaha untuk meningkatkan pembangunan daerahnya. Sejak disahkan Kota Tangerang Selatan sebagai Daerah Otonom Baru (DOB) pada 29 Oktober 2008, Diresmikan Oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia dan Akhirnya tanggal 29 Septemper 2008 keluar Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan melalui Sidang Paripurna DPR-RI dan setelah berdirinya Kota Tangerang Selatan sebagai DOB, maka Kabupaten Tangerang selaku induk dari Kota Tangerang Selatan melimpahkan semua hasil yang berkaitan/bersumber dari Pendapatan Daerah khususnya yang ada wilayah Kota Tangerang Selatan Dipungut oleh Pemerintah daerah setempat atau Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) guna untuk menata pembangunan wilayah Kota Tangerang tersebut.

(7)

(Mohammad Riduansyah, 2003). Namun yang memegang peranan penting dan sangat menentukan agar pembangunan tersebut berjalan dengan lancar yaitu tersedianya dana yang dapat digunakan untuk membelanjai kegiatan-kegiatan tersebut. Dana tersebut diperoleh dari pemerintah dari berbagai sumber pajak yang digunakan, seperti pajak daerah dan retribusi daerah. Realisasi yang diterima dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) oleh Pemerintah Daerah Kota Tengerang Selatan setiap tahunnya digunakan untuk membelanjai usaha-usaha pembangunan di dalam berbagai bidang, misalnya sarana periklanan, sarana pembangunan, sarana sosial yang dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah itu sendiri. Hal ini yang tercermin dalam anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dari APBD akan tersimpul adanya usaha dan harapan suatu daerah untuk melangkah lebih maju. Jika ditinjau dari segi pengaruhnya maka, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ini sangat penting artinya sebagai salah satu sumber dana pembangunan di Kota Tangerang Selatan, berhubung sebagian besar Pendapatan Asli Daerah ini di peroleh dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

(8)

pengeluaran atau penerimaan pemerintah daerah terhadap pos penerimaan dan pengeluaran pemerintah pusat tidak besar, namun suatu daerah dapat dikatakan memiliki kemampuan fiskal secara otonom apabila terdapat sumber PAD yang cukup besar

Salah satu sumber dana berupa pajak yang dimaksud adalah Pajak Derah dan Retribusi Daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 dan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Pengesahan Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UUPDRD). Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dapat dimanfaatkan untuk berbagai fungsi penentuan kebijakan yang terkait dengan hasil dari penerimaan Pajak Daerah, seperti Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengembalian Bahan Galian Golongan C dan Pajak Parkir, sedangkan hasil dari penerimaan Retribusi Daerah adalah Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perijinan Tertentu. Meskipun penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah memberikan kontribusi terhadap penerimaan pajak yang relatif kecil, namun merupakan sumber penerimaan yang sangat potensial bagi daerah. Sebagai salah satu PAD, maka sumber pendapatan daerah sepenuhnya milik daerah untuk dikelola sebagai sarana utama penunjang pembangunan daerah.

(9)

masyarakat dalam pembiayaan pembangunan. Untuk menaikkan penerimaan pajak perlu dilakukan penyempurnaan aparatur pajak dengan memberlakukan komputerisasi, peningkatan mutu para pegawainya dan penggunaan system pemungutan pajak yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pada prinsipnya system perpajakan nasional menganut System Self

Assesment dalam system ini wajib pajak diberikan kepercayaan untuk

(10)

diubah Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 dan telah diperbaharui kembali dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009).

Puji wibowo (2008) Secara teoritik, PAD merupakan suatu sumbangan nyata yang diberikan oleh masyarakat setempat guna mendukung status otonom yang diberikan kepada daerahnya. Tanda dukungan dalam bentuk besarnya perolehan PAD penting artinya bagi suatu pemerintah daerah agar memiliki keleluasaan yang lebih dalam melaksanakan pemerintahan sehari-hari maupun pembangunan yang ada di wilayahnya.

(11)

rumah tangganya sendiri melalui sumber-sumber pendapatan yang dimiliki. Hal ini meliputi semua kekayaan yang dikuasai oleh daerah dengan batas-batas kewenangan yang ada dan selanjutnya digunakan untuk membiayai semua kebutuhan dalam rangka penyelenggaraan urusan rumah tangganya sendiri. Jadi agar daerah dapat menjalankan kewajibannya dengan sebaik-baiknya perlu ada sumber pendapatan daerah, sesuai dengan apa yang dikatakan Soedjito yaitu “Semakin besar keuangan daerah, semakin besar pulalah kemampuan daerah untuk menyelenggarakan usaha-usahanya dalam bidang keamanan, ketertiban umum, sosial, kebudayaan dan kesejahteraan pada umumnya bagi wilayah dan penduduknya, atau dengan kata lain semakin besarlah kemampuan daerah untuk memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Mohammad Riduansyah (2003), Akai dan Sakata (2002), Puji Wibowo (2008), Rona Rositawati (2009) dan Asmy Asmauri (2006). Adapun yang menjadi perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah:

1. Periode penelitian

Penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2003, 2002, 2008, 2009 dan 2006 sedangkan penelitian ini dilakukan pada tahun 2010

2. Tempat penelitian

(12)

Berdasarkan penjelasan hal tersebut di atas maka penulis ingin mengetahui sebenarnya “Analisi Perbandingan Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah Periode Tahun 2006-2010 Pada Kota Tangerang Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan penerimaan Pajak Daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan sebelum dan sesudah dilakukannya Otonomi Daerah pada Periode Tahun 2006-2010?

2. Apakah terdapat perbedaan penerimaan Retribusi Daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan sebelum dan sesudah dilakukannya Otonomi Daerah pada Periode Tahun 2006-2010?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

(13)

2. Untuk menganalisis perbedaan penerimaan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah sebelum dan sesudah dilakukannya Otonomi Daerah Kota Tangerang Selatan pada Periode Tahun 2006-2010.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat diantaranya: 1. Bagi Akademik

Dapat menambah kepustakaan dan dapat memberikan masukan dibidang perpajakan, khususnya mengenai penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sebagai salah satu sumber pajak daerah yang pemungutanya merupakan hak kewenangan daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

2. Bagi Instansi

Dapat memberikan pengetahuan dan informasi yang berguna dan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan.

3. Bagi Penulis

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Peneletian

Dalam melakukan studi penelitian yang berhubungan dengan judul skripsi peneliti yang berhubungan dengan Peneriman Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam kaitannya dengan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), setelah melakukan survey di berbagai tempat, maka peneliti mengambil dua tempat berbeda sebagai objek penelitian di salah satu kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) yang berada di Kota Kabupaten Tangerang beralamat Komplek Perkantoran Tiga Raksa – Tangerang 15720 dan Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) yang berada di Kota Tangerang Selatan beralamat Jl. Witana Harja Komplek Sasmita Jaya Kel. Pamulang Barat Kec. Pamulang.

B. Objek Kajian

(15)

C. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah :

Metode Diskriptis Analitif Yaitu metode yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya berdasarkan apa yang tampak kemudian digunakan untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan, menyusun, menganalisis dan menginterpretasikan data sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan.

D. Jenis dan sumber data

Data yang digunakan dalam penilitian ini adalah data sekunder atau sumber sekunder. Menurut Sugiyono (2004:129), sumber sekunder yang secara tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan yang tersedia di buku-buku, jurnal, majalah dan sumber lainnya yang secara tidak langsung berhubungan dengan penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penilitian ini adalah:

1. Data kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, skema dan gambar. Jenis data kualitatif ini ialah data sekunder yaitu data yang telah mengalami proses pengolahan oleh sumbernya.

2. Data kuantitatif

(16)

besaran atau variabel yang diwakilinya. Sifat data ini adalah rentet waktu yaitu data yang diperoleh dari hasil pengamatan dalam suatu periode tertentu.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk keperluan analisi data, maka penulis memerlukan sejumlah data pendukung yang bersumber dari dalam maupun luar organisasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pengumpulan data yang berkaitan dan menunjang penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Lapangan a. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 2000: 106). Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang.

b. Observasi

(17)

dan Retribusi Daerah terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang.

F. Definisi operasional variabel

Definisi opersional variabel adalah penjelasan dari variable-variabel yang digunakan sebagai objek pengamatan dalam penelitian ini. Oprasionalisasi variabel adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Sesuai dengan judul yang penulis ajukan “Analisis Perbandingan Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Sebelum dan Sesudah Otonomi Pada Kota Tangerang Selatan. Maka variabel yang digunakan adalah sebagai berikut

1. Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

2. Retribusi Daerah

(18)

3. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Merupakan pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

G. Metode Analisis Data dan Uji Hipotesis 1. Statistik Nonparametrik

Pengujian hipotesis statistik non parametrik pada dasarnya sama dengan pengujian hipotesis statistik parametrik. Asumsi yang digunakan pada pengujian hipotesisi statistik nonparametrik hanyalah bahwa observasi-observasi independen dan variabel yang diteliti memiliki kontinuitas. Asumsi bahwa variabel yang diteliti memiliki kontinuitas juga diperlukan dalam uji parametrik, namun dalam uji nonparametrik, asumsi tersebut lebih longgar (M Iqbal Hasan, 2008:301 ).

Langkah-langkah pengujian hipotesis statistik nonparametrik ialah sebagai berikut.

(19)

Sehubungan dengan penggunaan statistik nonparametrik pada skripsi ini dalam menentukan perbandingan angka tahun sebelum dan sesudah otonomi, maka peneliti menggunakan uji MU Test (Mean Whitney Test).

2. Uji Mann-Whitney (U Test)

Uji Mann-Whitney disebut juga pengujian U. Pengujian U digunakan untuk menguji rata-rata dari dua sampel berukuran tidak sama, dikembangkan oleh H.B. Mann dan D.R. Whitney pada tahun 1947.

Langkah-langkah Pengujiannya ialah sebagai berikut. a. Menentukan formulasi hipotesis

H0 : dua sempel independen memiliki rata-rata yang sama (N1 = N2) H1 : dua sempel independen memiliki rata-rata yang berbeda. b. Menentukan taraf nyata ( ) dan nilia U tabel

U (n1)(n2) = …

Pengujiannya dapat berbentuk satu sisi atau dua sisi. c. Menentukan kriteria pengujian

H0 diterima apabila U U (n1)(n2) H0 ditolak apabila U < U (n1)(n2) c. Menentukan nilai uji statistik

Nilai uji statistik ditentuksn dengan tahap-tahap berikut.

1) Menggabungkan kedua sempel dan memberi urutan tiap-tiap anggota, dimulai dari pengamatan terkecil sampai terbesar.

(20)

3) Menhitung statistik U dengan rumus:

Atau:

Nilai U yang diambil adalah nilai U yang terkecil. Untuk memeriksa ketelitian perhitungan dipergunakan rumus:

d. Membuat kesimpulan

Menyimpulkan H0 diterima atau ditolak. 3. Analisi Statistik Descriptif

Dalam penelitian ini analisis data menggunakan pendekatan statistik deskriptif yaitu memberikan gambaran mengenai suatu data yang dilihat dari range, mean, sum, dan standar deviation dari jumlah penerimaan sebelum dan sesudah otonomi daerah. Jadi metode ini digunakan untuk mengetahui kondisi atau keadaan dari perbedaan penerimaan tersebut (Ghozali, 2009:19).

U1 = n1n2 + n1(n1+1) – R1 2

U2 = n1n2 + n2(n2+1) – R2 2

(21)

4. Uji SPSS menggunakan Mann Whitney Test Statisticsb

Pengujian SPSS menggunakan Mann Whitney Test Statisticsb. Singgih Santoso (2009:425) untuk memperkuat hasil uji statistik U diawal secara manual dengan menggunakan rumus. Adapun hipotesis dan pengambilan keputusannya:

1. Hipotesis :

H0 : Kedua populasi tidak berbeda atau sama H1: Kedua populasi tidak identik atau berbeda 2. Pengambilan keputusan :

Dasar pengambilan keputusan :

(22)

j) Pengendalian Lingkungan Hidup k) Pelayanan Pertanahan

l) Pelayanan Kependudukan dan Pencatatan Sipil m) Pelayanan Administrasi Umum Pemerintahan n) Pelayanan Administrasi Penanaman Modal.

Sedangkan urusan pilihan yang ditetapkan menjadi urusan pemerintah Kota Tangerang Selatan adalah:

a) Pertanian;

b) Kelautan dan Perikanan; c) Pariwisata

d) Perindustrian dan Perdagangan e) Ketransmigrasian

f) Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral.

Urusan tersebut dalam implemtasinya disusun melalui berbagai program dan kegiatan yang disusun dalam rangka mewujudkan agenda utama pembangunan Kota Tangerang Selatan.

(23)

a). Sekretariat Daerah

1). Asisten Tata Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, membawahkan

• Bagian Pemerintahan • Bagian Kesejahteraan Sosial

• Bagian Pertanahan

2). Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan

• Bagian Perekonomian

• Bagian Pembangunan

• Bagian Pengelola Teknologi Informasi 3). Asisten Administrasi Umum

• Bagian Hukum dan Organisasi • Bagian Umum dan Perlengkapan

• Bagian Humas dan Protokol b). Staf Ahli

• Staf Ahli Hukum dan Politik; • Staf Ahli Pemerintahan;

• Staf Ahli Pembangunan;

• Staf Ahli Kemasyarakatan dan Sumberdaya Manusia;

(24)

c). Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

• Bagian Risalah dan Persidangan • Bagian Umum dan Keuangan d). Dinas

• Dinas Pendidikan • Dinas Pekerjaan Umum

• Dinas Pertanian dan Perikanan.

• Dinas Kesehatan.

• Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman.

• Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

• Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika.

• Dinas Kependudukan, Pencatatan Sipil, Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi

• Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. • Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata.

• Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah e). Badan

• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA). • Badan Lingkungan Hidup

(25)

• Badan Pelayanan Perijinan Terpadu.

• Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana.

f). Inspektorat Kota.

g). Kantor Satuan Polisi Pamong Praja h). Kecamatan.

i). Kelurahan. 3. Kondisi Geografis

Jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan pada tahun 2009 tercatat 1.042.026 jiwa, yang terdiri dari 519.851 jiwa laki-laki dan 522.175 jiwa perempuan. Jumlah penduduk terbanyak yaitu Kecamatan Pondok Aren sebanyak 261.064 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah yaitu Kecamatan Setu sebanyak 54.839 jiwa.

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2009

KECAMATAN LUAS

(KM2)

JUMLAH PENDUDUK (JIWA)

PAMULANG 26,82 217.466

SERPONG UTARA 17,84 90.625

PONDOK AREN 29,88 261.064

SETU 14,80 54.839

CIPUTAT 18,38 150.509

CIPUTAT TIMUR 15,43 160.971

SERPONG 24,04 106.552

Jumlah 147,19 1.042.026

(26)

Melihat jumlah penduduk diatas, maka Kota Tangerang Selatan dengan jumlah penduduk sebanyak 1.042.026 jiwa termasuk dalam kategori kota besar dengan jumlah penduduk antara 500.000 jiwa sampai dengan 1.000.000 jiwa.

4. Kondisi Sosial Ekonomi a. Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor penting dalam pelaksanaan pembangunan daerah, dengan tersedianya Sumber Daya Manusia yang berkualitas dapat memacu percepatan pembangunan di Kota Tangerang Selatan.

Pemerintah Kota Tangerang Selatan sangat mendudukung kemajuan Sektor pendidikan, hal ini didukung dengan beberapa diantaranya program peningkatan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan dan program pendidikan non formal.

(27)

b. Kesehatan

Pembangunan kesehatan di Kota Tangerang Selatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kemauan hidup sehat masyarakat Kota Tangerang Selatan sehinggga nantinya perilaku hidup sehat bukan karena paksaan melainkan karena kesadaran masyarakat. Upaya Pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat dengan antara lain dengan akan dibangunnya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tangerang Selatan pada tahun 2010, pembangunan puskesmas rawat inap pada tiap kecamatan di Kota Tangerang Selatan, pengadaan puskesmas keliling roda empat 10 unit.

c. Agama

Selama tahun 2009 tercatat jumlah sarana peribadatan beberapa agama di Kota Tangerang Selatan sebanyak 497 Masjid 1.015 Mushola, 40 Gereja, 3 Pura, 6 Vihara,dan 2 Klenteng. Nuansa Islami memang lebih mewarnai kehidupan masyarakat Kota Tangerang Selatan, namun demikian kerukunan antar umat beragama tidak menjadi hambatan. Hal ini dapat dilihat pada kondisi hidup berdampingan yang tenang dan damai yang telah terjalin selama ini.

(28)

1.974 jiwa dan Aliran Kepercayaan sebanyak 120 jiwa. Dari jumlah tersebut mayoritas penduduk Kota Tangerang Selatan memeluk Agama Islam sebanyak 86,59 %.

d. Ketenagakerjaan

Pada sektor ketenagakerjaan, Pemerintah Kota Tangerang Selatan menyusun kebijakan, strategi dan penyusunan program dibidang ketenagakerjaan berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Adapun program yang dilaksanakan oleh pemerintah Kota Tangerang Selatan pada urusan tenaga kerja diantaranya: 1). Program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja.

Program ini diarahkan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan dan pelatihan keterampilan bago pencari kerja, peningkatan profesionalisme tenaga pelatih dan instruktur BLK, pengembangan system informasi manajemen ketenagakerjaan.

2). Program peningkatan kesempatan kerja

Program ini diarahkan untuk penyebarluasan informasi tenaga kerja dan penyiapan tenaga kerja siap pakai.

(29)

perlindungan dan penegakan hokum terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

4). Program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja.

Program ini diarahkan untuk pelatihan dan kursus dan pembinaan generasi muda di kecamatan.

Pada tabel 4.3 berikut dapat dilihat jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan pada tahun 2009, penduduk Kota Tangerang Selatan banyak yang bekerja pada instansi BUMN/BUMD/Swasta dengan jumlah 521.192 orang atau 50,01% sedangkan yang bekerja pada sektor peternakan hanya berjumlah 210 orang atau 0,02 %.

e. Sektor Perdagangan dan Jasa

(30)

f. Target dan Realisasi Pajak daerah Retribusi Daerah dan PAD. Tabel 4.4

Pendapatan Daerah dan Realisasi ( Dalam Rupiah)

Tahun Pendapatan Daerah Realisasi Persentase (%)

2006 1.261.750.836.799 _ _

2007 1.481.126.786.000 1.532.411.945.309 112,29 2008 1.680.196.071.000 1.906.196.738.614 113,48 2009 1.745.093.634.719 1.470.862.668.904 87,81. Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang

Dengan melihat perincian angka-angka dalam tabel 1 dapat dikatakan bahwa pada tahun Anggaran 2006 tidak direalisasikan terlihat tidak ada angka yang tercantum dalam tebel tersebut. Pada tahun 2007 dalam, realisasinya mengalami peningkatan dengan persentase 112,29%, pada tahun 2008 juga mengalami peningkatan yang begitu pesat jika bandingkan tahun 2008, realisasi tahun 2009 dari hasil Pendapatan Daerah yang direlisasikan 1.906.196.738.614.531 dengan persentase 113,48%,

(31)

Tabel 4.5

Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Realisasi ( Dalam Rupiah)

Tahun Pendapatan Asli Daerah

Realisasi Persentase (%) 2006 246.846.682.381 251.241.734.728 _

2007 239.911.906.000 285.899.513.074 119,17 2008 294.773.029.000 336.921.813.888 114,30 2009 334.992.634.719 286.992.406.406.733* _ * Realisasi sampai Bulan Oktober

Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang

Tabel 4.6

Target Pajak Daerah dan Realisasi (Dalam Rupiah)

Tahun Pajak Daerah Realisasi Persentase (%) 2006 106.450.995.267 97.165.000.000 109,56

2007 131.780.751.102 106.650.000.000 123,56 2008 148.148.805.725 110.725.641.162 113,48 2009 150.231.260.735 107.531.358.396 98,93 Sumber: Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Kab. Tangerang

Tabel 4.7

Target Retribusi Daerah dan Realisasi (Dalam Rupiah)

Tahun Retribusi Realisasi Persentase (%) 2006 96.161.266.544 99.702.900.00 96,45

(32)

Dalam Tabel 2.5 dan 2.4 target pajak daerah dan Retribusi Daerah pada tahun 2006-2009 mengalami perubahan kenaikan tingkat persentase, terlihat pada tahun 2006 untuk Retribusi Daerah persentasenya terlihat 96,45% dan pada tahun 2007-2008 mengalami peningkatan persenatsenya 105,70% meningkat menjadi 117,31%. Kemudian pada tahun 2009 terget penerimaan Retribusi daerahnya menurun menjadi 87,50% bahkan lebih dibanding tahun 2006, sedangkan untuk Pajak Daerah persentasenya terlihat 109,56% dan pada tahun 2007-2008 mengalami peningkatan persenatsenya 123,56% meningkat menjadi 113,48%. Kemudian pada tahun 2009 terget penerimaan pajak daerahnya menurun menjadi 98,93% bahkan lebih dibanding tahun 2006 terlihat bahwa pada september tahun 2008 telah berdirinya Kota Tangerang sebagai Daerah Otonom Baru (DOB) dan pada 2009 Kab.tangerang telah mengalami pemekaran yang sekarang menjadi Kota Tangerang Selatan. Sejak awal januari Tangerang sudah memungut pajak daerah dan retribusi daerahnya yang termasuk dalam Penerimaan PAD Tangerang Selatan.

B. Gambaran Umum Profil Wilayah Kabupaten Tangerang

(33)

berbagai kemudahan komunikasi canggih. Namun kerugian berdekatan dengan sebuh ibukota, yang secara khusus sangat dirasakan oleh pemda. Banyak warga Kota Tangerang yang tinggal di daerah perbatasan dengan Jakarta, enggan mengakui berdomisili di Kota Tangerang. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya papan nama yang mencantumkan nama ”Jakarta Selatan” atau ”Jakarta Barat” padahal sebenarnya berada dalam wilayah Tangerang.

Tabel 4.8

Sumber : Kab Tangerang dalam Angka tahun 2002

1. Orientasi Wilayah

(34)

• Batas Utara: Berbatasan dengan Laut Jawa

• Batas Selatan: Berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Lebak

• Batas Timur: Berbatasan dengan DKI Jakarta Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan

• Batas Barat: Berbatasan Dengan Kabupaten Serang

Kabupaten Tangerang secara geografis memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-8% menurun ke Utara. Ketinggian wilayah berkisar antara 0-50 m di atas permukaan laut. Daerah Utara Kabupaten Tangerang merupakan daerah pantai dan sebagian besar daerah urban, daerah timur adalah daerah rural dan pemukiman sedangkan daerah barat merupakan daerah industri dan pengembangan perkotaan. Secara administratif pada tahun 2009 Kabupaten Tangerang memiliki 29 wilayah Kecamatan yang terdiri dari 274 wilayah Desa dan Kelurahan.

2. Jumlah Data Pertumbuhan Penduduk

(35)

sebanyak 34,62 % . Untuk Dependency Ratio atau Angka Ketergantungan Penduduk adalah 53 %, menunjukkan bahwa setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) harus menanggung beban 53 penduduk yang tidak produktif (usia 0-14 tahun dan >65 tahun).

3. Kondisi Perekonomian Daerah

Sumber utama perekonomian Kota Tangerang berasal dari sektor industri pengolahan sebesar 58,45%, menyusul perdagangan, hotel dan restoran. Kedua sektor ini menguasai hampir 85% kegiatan ekonomi dan dapat dipastikan bahwa sektor tersebut memberikan kontribusi utama pada pendapatan asli daerah. Pada bagian tenaga kerja di atas juga telah disebutkan bahwa sekitar 75% angkatan kerja yang ada di Kota Tangerang bergerak di sektor industri, perdagangan dan jasa. Hal tersebut selaras dengan kondisi perekonomian daerah yang mengandalkan sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga kerja.

(36)

4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM merupakan ukuran kinerja pembangunan wilayah terhadap pembangunan manusia itu sendiri, dengan upaya peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber daya, baik aspek fisik (kesehatan), aspek intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (daya beli) serta aspek moralitas sehingga partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan meningkat. Dalam penyusunan IPM terkait erat dengan tiga komponen yaitu Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Indeks Pendidikan (lama sekolah) dan Kemampuan Daya Beli (PPP). Peningkatan IPM Kabupaten Tangerang dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 4.1

Perkembangan IPM Kabupaten Tangerang Tahun 2004 – 2009

(37)

C. Gambaran Umum DPPKAD Tangerang Selatan dan DIPENDA Kabupaten Tangerang

1. Kedudukan

a) Dinas Pendapatan Daerah adalah unsur pelaksana otonomi daerah yang menyelenggarakan Pelayanan bidang Pendapatan;

b) Dinas Pendapatan Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

2. Tugas Pokok

Dinas Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengarahkan, mengawasi dan mengendalikan dibidang pendapatan sesuai kebijakan pemerintah daerah.

3. Susunan Organisasi

a). Susunan Organisasi DPPKAD dan DISPENDA terdiri dari: 1). Kepala Dinas;

2). Sekretariat;

Sub. Bagian Perencanaan

Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian Sub. Bagian Keuangan

3). Bidang Pajak;

(38)

• Seksi Penetapan;

• Seksi Penagihan

4). Bidang Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan;

• Seksi Dana Perimbangan;

• Seksi PBB dan Biaya Peralihan Hak Tanah dan Bangunan;

• Seksi Lain-lain Pendapatan. 5). Bidang Akuntansi dan Pelaporan

• Seksi Penerimaan Daerah dan Pembiayaan; • Seksi Akuntansi dan Pelaporan;

• Seksi Benda Berharga dan Quasi.

6). Bidang Perencanaan dan Pengendalian Pendapatan

• Seksi Perencanaan Pendapatan; • Seksi Pengawasan dan Evaluasi;

• Seksi Kebijakan Pendapatan. 7). Unit Pelaksana Teknis;

(39)

D. Hasil Uji Mann Whitney U Test

1. Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Dalam pengujian ini digunakan dua variabel independen yang berbeda antara sebelum dan sesudah otonomi daerah, maka diperlukan adanya pengukuran dengan menggunakan ranking dari urutan penerimaan dari mulai rangking 1 yang terkecil sampai dengan rangking 3 yang terbesar dengan tabel sebagai

Urutan Tahun Sesudah Otonomi

386.380.552.094 R1=10 74.397.425.025 R2=5 Sumber: DISPENDA dan DPPKAD Kab. Tangerang dan Kota Tangerang Selatan

Tabel 4.10

Urutan Tahun Sesudah Otonomi

(40)

Tabel 4.11

Urutan Tahun Sesudah Otonomi Sumber: DISPENDA dan DPPKAD Kab. Tangerang dan Kota Tangerang Selatan

Dari ketiga tabel diatas, maka dapat dirumuskan dengan:

(41)

Jadi, kesimpulan rata-rata sampel I berbeda dengan rata-rata sampel II atau keduanya terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah.

2. Uji SPSS

Mann-Whitney Test

NPAR TESTS

/M-W= Sebelum BY Sesudah(1 2)

/STATISTICS=DESCRIPTIVES

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

PenerimaanSBLM 3 2.5714 1.51186 1.00 3.00

PenerimaanSSDH 2 1.2857 .48795 1.00 2.00

Hasil Uji Descriptive Statistic Tabel 4.12 menunjukkan bahwa adanya perbedaan secara signifikan antara sebelum dan sesudah diberlakukannya otonomi daerah dalam penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dalam Peningkatan PAD, terlihat bahwa sebelum otonomi daerah memilik rata-rata

mean 2.5714 sedangkan sesudah otonomi daerah mean 1.2857. Hal ini dapat dikatakan bahwa keduanya berbeda secara signifikan, dengan std deviation

(42)

sempel selama 5 tahun periode 2006-2010 pada Kab. tangerang dalam penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap peningkatan PAD. sedangkan Untuk membandingkannya diambil sempel selama 2 tahun periode 2009-2010 pada Kota Tangerang Selatan dalam penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah sesudah otonomi daerah terhadap peningkatan PAD.

Mann-Whitney Test

Tabel 4.13 Ranks

PenerimaanPa

ajaKdanRetrib

usiDaerah N Mean Rank Sum of Ranks

Sampel Sebelum 3 3.60 10.00

Sesudah 2 2.50 5.00

Total 5

(43)

Tabel 4.14 Test Statisticsb

Sebelum

Mann-Whitney U 2.000

Wilcoxon W 5.000

Z -1.183

Asymp. Sig. (2-tailed) .237

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .381a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Sesudah

(44)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Penilitian ini mengambil sempel dua instansi pemerintah yang berbeda yaitu; DPPKAD Kota Tangerang Selatan sebagai sempling pertama sesudah otonomi daerah dan DISPENDA Kabupaten Tangerang sebagai sempling kedua dalam waktu periode tahun 2006-2010, untuk pengujian dilakukan dengan menggunakan Mann Whitney U test yaitu pengambilan sempel dengan dua variabel independent yang berbeda, maka dapat ditarik kesimpulan:

1. Penerimaan Pajak Daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebelum dan sesudah otonomi daerah keduanya terdapat perbedaan secara signifikan dikarenakan adanya usaha atau kontribusi yang besar dari daerahnya masing-masing dalam meningkatkan PAD yang bersumber dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tersebut pada periode tahun 2006-2010. 2. Penerimaan Retribusi Daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah

(45)

B. Implikasi

(46)

C. Keterbatasan Masalah

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan ataupun kelemahan yang kemungkinan dapat menimbulkan ketidak akuratan pada hasil penelitian. Keterbatsan dan kelemahan tersebut anatara lain: 1. Penelitian ini menggunakan obervasi dan dokumentasi sebagai bahan

penelitian dari sumber instansi pemerintahan yang berbeda.

2. Hasil penelitian ini hanya dapat dijadikan analisis pada subyek penelitian yang terbatas pada instansi pemerintahan pemerintah kota tangerang selatan dan kabupaten tangerang.

3. Penelitian hanya dilakukan dalam lingkup Kota Tangerang selatan dan Kabupaten Tangerang, karena peneliti terbatasi oleh tenaga dan kondisi dan ruang lingkup wilayahnya.

4. Waktu penelitian selama dua bulan dilakukan di dua instansi pemerintah yang berbeda yaitu selama bulan Oktober - November 2010.

D. Saran

Saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:

(47)

2. Peneliti selanjutanya dapat menambahkan jumlah sempel untuk memperluas wilayah sempel penilitian tidak hanya dalam dua instansi saja

(48)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Tabel Penerimaan Pajak daerah Retribusi Daerah dan PAD………90

2. Hasil Uji SPSS………. 91

3. Surat Riset……… 92

4. Bagan Struktur Oragnisasi DPPKAD Kota Tangerang Selatan………. 93

5. Pendapatan Asli Daerah dan Realisasi Tahun 2006-2010 Kab.Tangerang……. 94

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Akai, N. dan Sakata, M., 2002. Fiscal Decentralization Contributes to Economic Growth: Evidence from State-Level Cross-Section Data for the United States Journal of Urban Economics, LII:93-108 Political Economy, LXXXII(6): 1095-1117.

Amuri , Asmi. “Pengaruh Reformasi Perpajakan Terhadap Panerimaan Pajak Daerah Provinsi DKI Jakarta”, Skripsi S1. Prodi IESP UII, 2006 Badan Pusat Statistik (BPS) Tangerang

Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kabupaten Tangerang dan Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota Tangerang selatan

Elita, Dewi. Jurnal Identifikasi Sumber Pendapatan Asli Daerah dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah, FSIP USU, digitized by USU digital library

2002.

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS”. BP Undip, Semarang. 2005.

Hamroliie Harun, 2002 Pnenetuan analisis peningkatan dan pembangunan kota. Edisi ke-3. Cet-3, Yogyakarta

Kaho. Riwo Yosef. 1998 Ekonomi daerah di negara RI, Suatu Analisis. Jakarta

M. Iqbal. 2008. Pokok-Pokok Materi STATISTIK 2 (Statistik Inferensi) Edisi Kedua. Bumi Aksara. Jakarta.

Mardiasmo. 2003. Perpajakan. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

(50)

Pandiangan liberti. 2005 Perpajakan di Indonesia. PT Erlangga, Jakarta R. Santoso. 2003. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Edisi Revisi Ke.4 Bandung Rositawati Rona. 2009. Sistem Pemungutan Pajak Daerah Dalam Era Otonomi

Daerah (Studi Kasus di Kabupaten Bogor) Tesis Program Magister Pasca Sarjana UNDIP Semarang

Santoso, Singgih (2009). Mengatasi Masalah Statistik Dengan SPSS Versi 11.5, Elek Madia Komputindo. Jakarta

Saragih, Juli Panglima (2003), Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi, PT Ghalia Indonesia, Jakarta.

Suandy Early. 2002. Hukum Pajak. Yogyakarta. Salemba Empat.

Subaryono and Lukito E. N. October 3-7, 2004 Journal. Assessment of the Development of Land Information System in the Directorate of Land and Building Taxes Ministry of Finance Republic Of Indonesia., Indonesia diakses tanggal 20 september 2010 WWW.SSRN.COM 3rd http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=271310 FIG Regional Conference Jakarta, Indonesia, .

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. CV alfabeta. Bandung

Target Pendapatan Asli Daerah dan Realisasi. WWW.Newsklip21.COM diakses pada tanggal 21 september 2010 dari, file:///D:/jurnal%20web/5000-pad-kabupaten-tangerang-pasca-lahirnya-kota-tangerang-selatan.htm

Wibowo, Puji, “Mencermati Dampak Desentralisasi Fiskal Terhdap Pertumbuhan Ekonomi Daerah”, Jurnal Keuangan Publik , Vol 8, No 1, Oktober 2008, Hal 55-83

Yani, Ahmad (2002), Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Peraturan Undang-Undang

(51)

UU. No. 22 Pasal 1ayat 1 Tahun 1999 tentang Daerah Otronom. UUD RI 1945 Pasal 1 ayat 3 Perubahan ketiga tentang Negara Hukum.

Undang-undang Republik Indonesia No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang – Undang Otonomi Daerah 2004, Penerbit Absolut Tentang Pemerintah Daerah.

Undang-undang No.25 Tahun1999 dan PP No.4014 Tahun 2000 Tentang Pemerintah Daerah

Undang-undang No. 22 tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. UU No. 51 tentang Pembentukan Tangsel

UU Nomor 18 tahun 1997 dan No. 34 tahun 200 tentang Otonomi Daerah

UU Nomor 32 dan 33 tahun 2004 Pasal 1 angka 15 tentang Pendapatan Asli Daerah dan Perimbangan Keuangn Pemerintah Pusat dan Daerah UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 156, 157, 158, 151, 160 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

undang Nomor 18 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 dan telah diperbaharui kembali dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009.

Peraturan Pemerintah 129 tahun 2000 tentang Daerah Pemekaran. dan PERMENDAGRI No.13 Tahun 2006 tentang Pendapatan Daerah.

(52)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Tarif Pajak Provinsi dan Kabupaten/Kota……… 27

2.2 Penelitian Terdahulu……… 40

4.1 Jumlah Kecamatan dan Desa Kota Tangearang Selatan……….. 58

4.2 Nama Kelurahan dan Desa Kota Tangerang Selatan………58

4.3 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tangerang Selatan Tahun 2009…… 64

4.4 Pendapatan Daerah dan Realisasi………. 68

4.5 Target PAD dan Realisasi……….69

4.6 Target Pajak Daerah dan Realisasi……….. 70

4.7 Target Retribusi Daerah dan Realisasi………. 70

4.8 Luas Wilayah Kabupaten Tangerang……… 72

4.9 Pajak Daerah Sebelum dan Sesudah………. 78

4.10 Retribusi Daerah Sebelum dan Sesudah……….. 78

4.11 PAD Sebelum dan Sesudah………. 78

4.12 Uji Descriptive Statistics………. 80

4.13 Ranks……… 81

(53)

HASIL UJI SPPS

NPAR TESTS

/M-W= Sebelum BY Sesudah(1 2) /STATISTICS=DESCRIPTIVES

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Sebelum 5 3.0000 1.58114 1.00 5.00

Sesudah 2 1.5000 .70711 1.00 2.00

Ranks

Sesuda

h N Mean Rank Sum of Ranks

Sebelum 1 1 1.00 1.00

2 1 2.00 2.00

Total 2

Test Statisticsb

Sebelum

Mann-Whitney U 5.000

Wilcoxon W 1.000

Z -1.000

Asymp. Sig. (2-tailed) .317

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a

a. Not corrected for ties.

Gambar

Gambar                                                                                                           Halaman
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan
Tabel 4.4 Pendapatan Daerah dan Realisasi
Tabel 4.6 Target Pajak Daerah dan Realisasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Instrumen observasi pada penelitian ini berupa lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang digunakan untuk mengukur pemahaman dan hasil belajar siswa. Observasi

Bila Penuntut Umum menilai bahwa perubahan redaksional putusan yang dilakukan oleh Ketua Majelis Komisi Tri Anggraeni dan Anggota Majelis Komisi Benny Pasaribu pada tanggal 29

Puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan antara Tingkat Kehadiran Ibu di Kelas Ibu Hamil dengan

Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: Uneversitas Pendidikan Indonesia, 2003. Sukardi, Metodologi

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Senam

Dana Pelayanan Administrasi Kependudukan yang selanjutnya disingkat Dana Pelayanan Adminduk adalah dana yang digunakan untuk men3amm keberlanjutan dan keamanan

o Counterflow Heat Exchanger. Fluida-fluida yang mengalir pada heat exchanger tipe ini berada saling sejajar, akan tetapi memiliki arah yang saling berlawanan. Desain

Penelitian yang dilakukan oleh Firzanah (2013) yang berjudul pemberian daun binahong terdapat kandungan fenol yang berpengaruh terhadap penyembuhan luka perineum