ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP)
(STUDI KASUS SMK GLOBAL INFORMATIKA TANGERANG)
Disusun Oleh : ARIS KUSUMA WIJAYA
204093002635
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP)
(STUDI KASUS SMK GLOBAL INFORMATIKA TANGERANG)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh : ARIS KUSUMA WIJAYA
204093002635
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI
SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Agustus 2011
v
ARIS KUSUMA WIJAYA (204093002635), “Model Pengambilan Keputusan Berbasis Kriteria Majemuk Dalam Penentuan Guru Pengajar Matapelajaran Menggunakan
Analytical Network Process (ANP) (Studi Kasus: SMK Global Informatika)”. (Dibawah Bimbingan HERLINO NANANG dan VIVA ARIFIN).
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang demikian cepat memberi dampak terhadap perubahan di segala bidang kehidupan termasuk diantaranya perubahan terhadap kebutuhan peningkatan sumber daya manusia dan pendidikan. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi mutlak diperlukan. Untuk dapat terus berdaya saing dengan kompetitor, SMK Global Informatika Tangerang terus berupaya meningkatkan kualitas. Salah satu upayanya adalah melakukan peningkatan kualitas pelayanan kepada siswa, dengan cara melakukan penilaian guru untuk mengajar matapelajaran. Mengacu pada prioritas guru, SMK Global Informatika Tangerang melakukan penilaian terhadap kinerja guru per semester untuk menentukan guru dengan kualitas dan kemampuannya yang terbaik yang akhirnya akan berpengaruh pada penentuan matapelajaran yang diajar. Kendala yang dihadapi adalah tidak adanya sistem informasi yang secara khusus dapat memberikan dukungan bagi pengambil keputusan (Decision Support), yaitu Kepala SMK Global Informatika Tangerang, sehingga sulit menghasilkan keputusan yang optimal. Model pengambilan keputusan ini mengoptimalkan penggunaan perangkat lunak
SuperDecisions, sehingga dapat menghasilkan pengambilan keputusan yang digunakan secara berulang oleh kepala sekolah SMK Global Informatika Tangerang untuk menentukan guru pengajar terbaik.
Kata Kunci : Decision Support, Analytic Network Process, SuperDecisions, kriteria majemuk, penilaian guru.
V Bab + XV Halaman + 79 Halaman + 68 Gambar + 8 Tabel + 23 Daftar Pustaka + 5 Lampiran
vi
Segala Puji dan Syukur yang tiada terkira kepada ALLAH SWT atas segenap limpahan rahmat, kasih sayang dan kekuatan-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.
Adapun tujuan penulisan Skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Sarjana Komputer pada program studi Sistem Informasi di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada penyusunan Skripsi ini, penulis melakukan riset dan analisa dengan mengambil judul “MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS KRITERIA
MAJEMUK DALAM PENENTUAN GURU PENGAJAR MATAPELAJARAN MENGGUNAKAN ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) (STUDI KASUS SMK GLOBAL INFORMATIKA TANGERANG)”.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak atas bantuan, bimbingan dan pengarahan yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan Skripsi ini, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Ibu Nur Aeni Hidayah, MMSI, selaku Ketua Program studi Sistem Informasi. Bapak Zainul Arham, MSI selaku Sekretaris Program Studi Sistem Informasi. 3. Bapak Herlino Nanang, MT dan Ibu Viva Arifin, MMSI selaku Dosen
Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II yang telah berkenan memberikan waktu, petunjuk serta arahan selama proses penyusunan skripsi ini. Ibu Nia Kumaladewi, MMSI dan Ibu Suci Ratnawati, MTI, selaku Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II.
4. Bapak Drs. Jamal Lutfi selaku Kepala Sekolah SMK Global Informatika yang telah banyak membantu demi kelancaran penelitian ini.
5. Para Staf Tata Usaha SMK Global Informatika yang telah memberikan data dan ilmu yang bermanfaat.
vii batin.
7. Indah Fazar Solihati yang selalu memberikan semangat, motivasi dan do‟a yang tulus.
8. Rekan-rekan SI.B Non Reguler angkatan 2004, 2005, 2006 terima kasih telah membantu dan saling memberi semangat serta motivasi.
9. Teman-teman sesama skripsi yang telah menyumbangkan diskusinya. 10.Para responden ahli yang telah membantu dalam mengisi kuesioner.
11.Segenap pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang yang berguna dari pembaca dapat disampaikan melalui email [email protected].
Akhir Kata semoga skripsi ini dapat memberikan sedikit wacana dan bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, Agustus 2011
viii
LEMBAR JUDUL ... v
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... vi
LEMBAR PERNYATAAN ... vv
ABSTRAK ... v
1.2. Rumusan dan Batasan Masalah ... 5
1.2.1.Rumusan Masalah 5 1.2.3.Batasan Masalah 5 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
1.3.1.Tujuan Penelitian 6 1.3.2.Manfaat Penelitian 6 1.4. Metodologi Penelitian ... 7
1.4.1. Metode Pengumpulan Data 7 1.4.2. Metode Analisis Penelitian 9 1.5 Sistematika Penulisan ... 9
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ... 11
2.1.1. Konsep Pengertian Keputusan 12 2.1.2. Proses Pengambilan Keputusan 12 2.2. Keterampilan Dalam Pengambilan Keputusan ... 14
2.3. Decision Support Framework ... 16
2.4. Tinjauan Pustaka ... 18 2.4.1 Penilaian Guru 18
2.4.1.1 Administrasi Guru 18 2.4.1.2 Kompetensi Guru 19
2.4.1.3 Metode Guru Mengajar 21
2.4.2.Pengaruh Kepribadian, Jenis Kelamin, Pengamatan Manusia dengan Cara Pengambilan Keputusan 21
ix
2.5. Metode Analitycal Network Process (ANP) ... 25 2.5.1.Landasan ANP 26
2.5.2.Prinsip Dasar ANP 27 2.5.3.Fungsi Utama ANP 28
2.6.Perangkat Lunak SuperDecision 30
2.7. Studi Literatur Sejenis ... 31 2.8. Tinjauan Obyek Penelitian ... 34
2.8.1 Gambaran Umum 34
2.8.1.1 Latar Belakang SMK Global Informatika 34 2.8.1.2 Visi dan Misi SMK Global Informatika 34
2.8.1.3 Struktur Organisasi SMK Global Informatika 35 2.8.1.4 Tanggung Jawab dan Wewenang 36
2.8.1.5 Jenis-jenis MataPelajaran 38
2.8.1.6 Latar Belakang Pendidikan Guru 40 2.8.2 Hipotesis 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Pengumpulan Data ... 42 3.2. Metode Analisis Penelitian ... 44
3.2.1 Analisis 45
3.2.2 Implementasi 45
3.3. Langkah-langkah Penelitian ... 45 3.4. Kerangka Pemikiran. ... 46 BAB IV PEMBAHASAN ANALISIS
4.1. Pengelompokkan Data ... 48 4.1.1.Kriteria Dalam Menentukan Guru Pengajar 48
4.1.2.Standar Penilaian Per Node Dalam Cluster 50 4.1.3.Data Alternatif 51
4.2. Analisis Desain ANP ... 52 4.2.1.Desain ANP 52
4.2.2.Analisis Penelitian 55
4.3. Implementasi Penelitian ... 79 4.4. Implikasi Penelitian ... 81 BAB V PENUTUP
xi
Gambar Hal
II-1 Proses Pengambilan Keputusan ... 13
II-2 Decision Support Framework ... 16
II-3. Perbandingan Hierarki Linier dan Jaringan Feedback ... 25
II-4 Sample Super Decision ... 30
II-5 Struktur Organisasi SMK Global Informatika ... 36
III-6 Kerangka Konsep Pemikiran ... 46
IV.1 ANP dalam Penentuan Guru Pengajar ... 52
IV.2 Perbandingan antar alternative dalam node ... 54
IV.3 Perbandingan alternative dalam cluster ... 54
IV.4 Perbandingan node dalam cluster ... 55
IV.5 Hasil penelitian prioritas node matapelajaran Bahasa Indonesia dalam cluster Administrasi Guru ... 56
IV.6 Hasil penelitian prioritas alternatif guru matapelajaran Bahasa Indonesia dalam cluster Administrasi Guru ... 56
IV.7 Hasil penelitian cluster matrix guru matapelajaran Bahasa Indonesia dalam cluster Administrasi Guru ... 56
IV.8 Hasil penelitian limit matrix guru matapelajaran Bahasa Indonesia dalam cluster Administrasi Guru ... 57
IV.9 Hasil penelitian rangking untuk alternatif matapelajaran Bahasa Indonesia dalam cluster Administrasi Guru ... 57
IV.10 Hasil penelitian prioritas node matapelajaran Bahasa Indonesia dalam cluster Kompetensi Guru ... 58
IV.11 Hasil penelitian prioritas alternatif guru matapelajaran Bahasa Indonesia dalam cluster Kompetensi Guru ... 58
IV.12 Hasil penelitian cluster matrix guru matapelajaran Bahasa Indonesia dalam cluster Kompetensi Guru ... 58
IV.13 Hasil penelitian limit matrix guru matapelajaran Bahasa Indonesia dalam cluster Administrasi Guru ... 59
xii
IV.16 Hasil penelitian prioritas alternatif guru matapelajaran Bahasa Indonesia dalam cluster Metode Guru Mengajar ... 60 IV.17 Hasil penelitian cluster matrix guru matapelajaran Bahasa Indonesia
dalam cluster Metode Guru Mengajar ... 61 IV.18 Hasil penelitian limit matrix guru matapelajaran Bahasa Indonesia
dalam cluster Metode Guru Mengajar ... 61 IV.19 Hasil penelitian rangking untuk alternatif matapelajaran Bahasa
Indonesia dalam cluster Metode Guru Mengajar ... 61 IV.20 Perbandingan cluster matapelajaran Bahasa Indonesia dalam ANP ... 62 IV.21 Hasil penelitian prioritas alternatif guru matapelajaran Bahasa Indonesia
antar semua cluster ... 62 IV.22 Hasil penelitian cluster matrix guru matapelajaran Bahasa Indonesia
antar semua cluster ... 62 IV.23 Hasil penelitian rangking untuk alternative mata pelajaran Bahasa
Indonesia dalam semua cluster ... 63 IV.24 Hasil penelitian prioritas node matapelajaran Bahasa Inggris dalam
cluster Administrasi Guru ... 63 IV.25 Hasil penelitian prioritas alternatif guru matapelajaran Bahasa Inggris
dalam cluster Administrasi Guru ... 64 IV.26 Hasil penelitian cluster matrix guru matapelajaran Bahasa Inggris dalam
cluster Administrasi Guru ... 64 IV.27 Hasil penelitian limit matrix guru matapelajaran Bahasa Inggris dalam
cluster Administrasi Guru ... 64 IV.28 Hasil penelitian rangking untuk alternatif matapelajaran Bahasa Inggris
dalam cluster Administrasi Guru ... 65 IV.29 Hasil penelitian prioritas node matapelajaran Bahasa Inggris dalam
cluster Kompetensi Guru ... 65 IV.30 Hasil penelitian prioritas alternatif guru matapelajaran Bahasa Inggris
dalam cluster Kompetensi Guru ... 65 IV.31 Hasil penelitian cluster matrix guru matapelajaran Bahasa Inggris dalam
xiii
IV.33 Hasil penelitian rangking untuk alternatif matapelajaran Bahasa Inggris dalam cluster Kompetensi Guru ... 66 IV.34 Hasil penelitian prioritas node matapelajaran Bahasa Inggris dalam
cluster Metode Guru Mengajar ... 67 IV.35 Hasil penelitian prioritas alternatif guru matapelajaran Bahasa Inggris
dalam cluster Metode Guru Mengajar ... 67 IV.36 Hasil penelitian cluster matrix guru matapelajaran Bahasa Inggris dalam
cluster Metode Guru Mengajar ... 68 IV.37 Hasil penelitian limit matrix guru matapelajaran Bahasa Inggris dalam
cluster Metode Guru Mengajar ... 68 IV.38 Hasil penelitian rangking untuk alternatif matapelajaran Bahasa Inggris
dalam cluster Metode Guru Mengajar ... 68 IV.39 Perbandingan cluster matapelajaran Bahasa Inggris dalam ANP ... 69 IV.40 Hasil penelitian prioritas alternatif guru matapelajaran Bahasa Inggris antar semua cluster ... 69 IV.41 Hasil penelitian cluster matrix guru matapelajaran Bahasa Inggris antar
semua cluster ... 70 IV.42 Hasil penelitian rangking untuk alternatif matapelajaran Bahasa Inggris
dalam semua cluster ... 70 IV.43 Hasil penelitian prioritas node matapelajaran Matematika dalam cluster
Administrasi Guru ... 71 IV.44 Hasil penelitian prioritas alternatif guru matapelajaran Matematika
dalam cluster Administrasi Guru ... 71 IV.45 Hasil penelitian cluster matrix guru matapelajaran Matematika dalam
cluster Administrasi Guru ... 71 IV.46 Hasil penelitian limit matrix guru matapelajaran Matematika dalam
cluster Administrasi Guru ... 72 IV.47 Hasil penelitian rangking untuk alternatif matapelajaran Matematika
dalam cluster Administrasi Guru ... 72 IV.48 Hasil penelitian prioritas node matapelajaran Matematika dalam cluster
xiv
IV.50 Hasil penelitian cluster matrix guru matapelajaran Matematika dalam
cluster Kompetensi Guru ... 73 IV.51 Hasil penelitian limit matrix guru matapelajaran Matematika dalam
cluster Kompetensi Guru ... 74 IV.52 Hasil penelitian rangking untuk alternatif matapelajaran Matematika
dalam cluster Kompetensi Guru ... 74 IV.53 Hasil penelitian prioritas node matapelajaran Matematika dalam cluster
Metode Guru Mengajar ... 75 IV.54 Hasil penelitian prioritas alternatif guru matapelajaran Matematika
dalam cluster Metode Guru Mengajar ... 75 IV.55 Hasil penelitian cluster matrix guru matapelajaran Matematika dalam
cluster Metode Guru Mengajar ... 75 IV.56 Hasil penelitian limit matrix guru matapelajaran Matematika dalam
cluster Metode Guru Mengajar ... 76 IV.57 Hasil penelitian rangking untuk alternatif matapelajaran Matematika
dalam cluster Metode Guru Mengajar ... 76 IV.58 Perbandingan cluster matapelajaran Matematika dalam ANP ... 77 IV.59 Hasil penelitian prioritas alternatif guru matapelajaran Matematika
antar semua cluster ... 77 IV.60 Hasil penelitian cluster matrix guru matapelajaran Matematika antar
semua cluster ... 78 IV.61 Hasil penelitian rangking untuk alternatif matapelajaran Matematika
xv
Tabel Hal
II-1 Jenis Mata Pelajaran ... 38
II-2 Daftar Guru Pengajar ... 40
IV.1 Peringkat Kepentingan Node dalam Cluster Administrasi Guru ... 50
IV.2 Peringkat Kepentingan Node dalam Cluster Kompetensi Guru ... 50
IV.3 Peringkat Kepentingan Node dalam Cluster Metode Guru Mengajar ... 51
IV.4 Tabel Prioritas Faktor atau Node dalam Administrasi Guru ... 79
IV.5 Tabel Prioritas Faktor atau Node dalam Kompetensi Guru ... 79
xvi
Tabel Hal
Kuesioner Administrasi Guru ... 80
Kuesioner Kompetensi Guru ... 86
Kuesioner Metode Guru Mengajar ... 91
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem pendukung keputusan merupakan suatu sistem informasi komputer
interaktif yang dapat digunakan oleh para pembuat keputusan untuk mendapatkan hasil keputusan terbaik dari beberapa alternatif keputusan. Sistem ini memberikan hasil akhir yang tepat dan akurat karena berdasarkan pada data-data kualitatif yang
telah diolah dengan menggunakan metode kuantitatif.
Turban dan Aronson (2001) menyebutkan bahwa konsep sistem penunjang
keputusan (SPK) muncul pertama kali pada awal tahun 1970-an oleh Scott-Morton. Mereka mendefinisikan SPK sebagai suatu sistem interaktif berbasis computer yang dapat membantu para pengambil keputusan dalam menggunakan
data dan model untuk memecahkan persoalan yang bersifat kurang terstruktur. Persoalan pengambilan keputusan publik, manajerial dan bisnis bersifat
kompleks, dinamis, kadang kurang terstruktur dan melibatkan kelompok pengambil keputusan yang kepentingannya berbeda, sehingga dalam perumusannya memerlukan teori dan teknik yang andal dan operasional untuk
diimplementasikan. Penyelesaian persoalan melibatkan kriteria majemuk dan alternatif dengan berbagai karakteristik dan struktur yang bersifat dinamis dan
2
membantu dalam pemecahan persoalan tersebut.penyelesaian persoalan
ditekankan pada aspek komprehensivitas, efektivitas dengan tetap memperhatikan aspek efisiensi metode maupun penerapannya.
Pemakaian sistem pendukung keputusan ANP sudah banyak diterapkan, misalkan saja penelitian yang dilakukan oleh Ascarya et al. (2005), Sebnemburnaz dan Topcu Y. IIker (2006), Hendy Hendharto (2008), Karel Mls
dan Martin Gavalec (2009) tentang proses pengambilan keputusan berdasarkan pada model multi-kriteria. Penelitian ini membahas perbedaan utama antara
metode AHP (Analytic Hierarchy Process), metode ANP (Analytic Network Process) dan metode CHP (Cognitive Hirarki proses). Kemungkinan penggunaan
salah satu metode yang dirujuk untuk pendukung keputusan dalam sistem otonomi.
Sedangkan penelitian Analytic Network Process Ascarya et al. (2005)
yang merupakan pendekatan baru metode kualitatif, yang oleh kreatornya, Profesor Thomas Saaty pakar riset dari Pittsburgh University, dimaksudkan untuk 'menggantikan' metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Dan penelitian lain
dalam bidang ini oleh Hendy Hendharto. M.Pd (2008).
Penelitian ANP tidak terbatas hanya dalam metode kualitatif. Pada medote
lain pun banyak sudah dilakukan. Penelitiannya antara lain Sadic Senay (2009) dalam bidang pengambilan keputusan marketing, Semi Onut dan Umut R. Tuzkaya (2008) dalam bidang transportasi, Yasrin Zabidi (2007) dan Ihsan
3
pengukuran kinerja yang mampu mendiagnosis dan menilai suatu pekerjaan
dalam pengambilan keputusan.
Proses jaringan analitik (ANP) untuk menghasilkan keputusan dengan
dependensi dan arus balik, sebuah teori matematis untuk menghasilkan keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Ini adalah perpanjangan dari Proses hirarki analitik (AHP) untuk pengambilan keputusan yang melibatkan pemecahan
masalah menjadi elemen-elemen keputusan, menyusun hal-hal tersebut dalam sebuah struktur hirarkis dan membuat penilaian pada kepentingan relatif pasangan
elemen-elemen tersebut dan menyatukan hasilnya. Dengan menggunakan AHP, prosesnya ialah dari atas-bawah. Dengan ANP dapat diketahui bahwa ada arus
balik antara elemen-elemen dalam level hirarki yang berbeda dan juga antara elemen-elemen di level yang sama, sehingga elemen keputusan dibagi menjadi jaringan cluster dan simpul (Saaty, 2001).
Kemudian penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Yousef Gasiea (2008) yang membahas tentang model pemilihan infrastruktur telekomunikasi yang sesuai teknologi, mampu menyebarkan e-jasa di daerah pedesaan
negara-negara berkembang dengan metode multi kriteria ANP. Ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran antara perencana telekomunikasi tentang ketersediaan
ANP, dan untuk menunjukkan kesesuaian dalam meningkatkan proses seleksi. Multi kriteria ANP dapat diterapkan dalam bidang apapun. Baik dalam bidang industri, marketing, transportasi, maupun pendidikan dan lain-lain. Salah
satu penerapan multi kriteria ANP adalah pada proses yang dapat pengambil keputusan seperti penentuan guru mata pelajaran di SMK Global Informatika
4
SMK Global Informatika adalah sekolah yang beralamat di Tangerang dan
berdiri sejak tahun 2007. Awalnya hanya memiliki satu kelas terdiri dari 45 siswa saat ini sudah mengalami peningkatan menjadi lima kelas, terdiri dari 180 siswa,
dan memiliki kurang lebih 20 guru mata pelajaran. Dengan adanya peningkatan jumlah siswa, maka ditentukan pula guru mata pelajaran pada tiap tahunnya, untuk menentukan prioritas guru yang mengajar guna penyusunan penjadwalan
dan lain-lain.
Kendala tersebut berakibat pada lambatnya keputusan yang diambil dan pada
kualitas keputusan yang tidak optimal. Sehingga diperlukan satu sistem yang dapat memberikan dukungan informasi dalam menunjang proses pengambilan keputusan,
yaitu Decision Support System (Sistem Penunjang Keputusan).
Implementasi sistem pendukung keputusan ini adalah penentuan guru yang memenuhi persyaratan dalam mengajar matapelajaran tertentu guna peningkatan
mutu pendidikan. Implementasi sistem pendukung keputusan ini diharapkan dapat mendukung serta membantu kerja kepala sekolah, sehingga nantinya akan didapatkan guru-guru yang memiliki kompetensi serta profesionalisme.
Oleh karena adanya permasalahan yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka dilakukanlah penelitian dibidang ANP multi criteria untuk SMK Global
5 1.2. Rumusan dan Batasan Masalah
1.2.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka didapat rumusan masalah yaitu:
a) Faktor-faktor apa sajakah yang menentukan prioritas guru untuk mengajar matapelajaran tertentu setiap periode?
b) Elemen-elemen cluster apa sajakah yang dominan dalam menentukan
prioritas guru untuk mengajar matapelajaran tertentu setiap periode? c) Guru manakah yang paling tepat untuk mengajar suatu matapelajaran
tertentu setiap periode?
1.2.2. Batasan Masalah
Agar Pembahasan dalam skripsi ini tidak melebar jauh, maka ruang lingkup permasalahan dibatasi hanya pada pembahasan, yaitu :
1. Bagaimana menentukan guru untuk mengajar matapelajaran tertentu per
periode.
2. Model pengambilan keputusan ini menggunakan metode analytical network process (ANP) dengan perangkat lunak SuperDecisions di
SMK Global Informatika Tangerang pada tahun pelajaran 2010/2011. 3. Individu yang dijadikan responden mencakup Kepala Sekolah, Wakil
6 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberikan tujuan dan manfaat bagi SMK Global Informatika Tangerang.
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai adalah :
Menentukan kemampuan guru matapelajaran dalam mengajar sesuai
dengan kompetensi yang dimiliki.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapat dalam melakukan penelitian di SMK Global Informatika Tangerang adalah :
1 Bagi Peneliti
a. Menerapkan ilmu –ilmu yang diperoleh selama kuliah. b. Mengetahui kondisi sebenarnya yang terjadi didunia kerja.
c. Untuk memenuhi syarat kelulusan strata satu (S1), Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2 Bagi SMK Global Informatika
a. Membantu SMK Global Informatika Tangerang untuk
mempermudah pembuatan jadwal mengajar bagi staff kurikulum yang dilakukan per periodenya.
b. Dapat memberikan alternatif guru yang akan mengajar diluar
kompetensi yang dimilikinya.
7 3 Bagi Universitas
a. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi dan menerapkan ilmunya, serta sebagai bahan evaluasi.
b. Memberikan gambaran tentang kesiapan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja sebenarnya.
1.4. Metodologi Penelitian 1.4.1 Metode Pengumpulan Data
Dalam menunjang proses penyusunan skripsi ini, dibutuhkan data-data sehubungan dengan permasalahan yang ada. Untuk mengumpulkan data yang
benar-benar akurat maka peneliti memperoleh sumber data dan sebagai berikut : 1. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan yaitu
dengan cara mengamati kegiatan belajar mengajar yang telah berjalan di SMK Global Informatika dan mencatat kelebihan serta kekurangan guru matapelajaran tersebut.
2. Wawancara
Peneliti melakukan wawancara langsung pada pihak sekolah, agar
memperoleh data dan penjelasan yang tepat dan akurat, mengenai guru matapelajaran yang akan dianalisa sebagai bahan acuan.
3. Kuesioner
Peneliti memberikan beberapa pertanyaan kepada staf sekolah yang berhubungan dengan penentuan guru matapelajaran yang sedang
8
untuk mengoptimalkan guru dalam mengajar sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki. 4. Studi Pustaka (Library Reseach)
Penelitian yang dilaksanakan dengan cara membaca, mempelajari, meringkas dan membuat kesimpulan melalui buku-buku referensi yang dapat dijadikan acuan pembahasan dalam masalah ini.
5. Studi Literatur Sejenis
Peneliti mempelajari tiga penelitian yang sejenis sebagai bahan
perbandingan dengan penelitian yang akan dibuat, sehingga analisa pengambilan keputusan yang dibuat lebih baik dari penelitian
sebelumnya. Tiga penelitian tersebut diantaranya :
a. Iwan Vanany (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Aplikasi Analytic Network Process (ANP) Pada Perancangan
Sistem Pengukuran Kinerja (Studi Kasus pada PT. X)”.
b. Triwulandari S. Dewayana (2009) dalam penelitian yang berjudul “Pemilihan Pemasok Cooper Rod Menggunakan
Metode ANP (Studi Kasus : PT. Olex Cables Indonesia (OLEXINDO))”.
c. Fadjar Hutomo (2005) dalam penelitian yang berjudul
“Multi Criteria Decision Model Menggunakan ANP/Rating
Model – Linier Goal Programming (Studi Kasus : Pemilihan
9 1.4.2 Metode Analisis Penelitian
Analisis penelitian yang diterapkan pendukung keputusan ini, menggunakan metode analisis penelitian yang digunakan adalah Analytical
Network Process (ANP), yang dikutip dalam buku Saaty (1999). a) Analisis Deskriptif
Tahap ini merupakan tahap krisis dan sangat penting karena akan
dapat menentukan proses dan data dalam menyelesaikan masalah-masalah yang akan dihadapi sekolah. Kesalahan pada tahap analisis
akan menjadikan kesalahan pada tahap-tahap yang selanjutnya. b) Metode ANP
Dimana tahapan ini menentukan hasil penelitian berdasarkan analisis yang telah dibuat.
1.5. Sistematika Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini pembahasan terbagi dalam lima bab, yang secara singkat akan diuraikan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang, rumusan dan batasan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini memaparkan teori-teori yang akan digunakan dalam menyelesaikan masalah, diantaranya teori-teori tentang
10
Framework, Perangkat Lunak SuperDecisions, penelitian
terdahulu yang relevan, jurnal-jurnal, dan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian. Pembahasan ini meliputi metode pengumpulan data, metode analisis penelitian,
teknik analisa data, dan kerangka penelitian.
BAB IV PEMBAHASAN ANALISIS DAN INTERPRETASI Bab ini membahas mengenai hasil penelitian berupa analisa statistik deskriptif, pengelompokkan data, hasil pengujian,
interpretasi model, dan implikasi penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan dari bab pembahasan serta saran/harapan
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Konsep Sistem Pendukung Keputusan
Pada saat memasuki abad 21, terjadi perubahan besar bagaimana para manajer
menggunakan dukungan komputerisasi dalam pengambilan keputusan dengan
menggunakan sistem pendukung keputusan. Sistem Pendukung Keputusan / Decision
Support Systems (DSS) adalah sebuah sistem yang dimaksudkan untuk mendukung para
pengambil keputusan manajerial dalam situasi keputusan semiterstruktur. DSS
dimaksudkan untuk menjadi alat bantu bagi para pengambil keputusan untuk
memperluas kapabilitas mereka, namun tidak untuk menggantikan penilaian mereka.
DSS ditujukan untuk keputusan-keputusan yang memerlukan penilaian atau pada
keputusan-keputusan yang sama sekali tidak dapat didukung oleh algoritma. SPK meluas
dengan cepat, dari sekadar alat pendukung personal menjadi komoditas yang dipakai
bersama (Turban, Aronson dan Liang, 2005).
Aplikasi DSS dapat terdiri dari beberapa subsistem, yaitu: subsistem manajemen
data, subsistem manajemen model dan subsistem antarmuka pengguna. Selain itu DSS
juga bisa memiliki subsistem manajemen basis-pengetahuan yang mengukung
subsitem-subsistem lainnya.
DSS banyak digunakan oleh orang-orang yang sudah terlatih dalam
pekerjaannya dan juga oleh orang-orang yang membutuhkan suatu sistem yang sifatnya
akan mendukung pekerjaannya tersebut. Lima tipe DSS, mencakup:
1. Communications-driven DSS
12 3. Document-driven DSS
4. Knowledge-driven DSS
5. Model-driven DSS
2.1.1 Konsep Pengertian Keputusan
Ko sep pe gertia keputusa dapat dilihat dari dua perspektif. “ecara se pit,
keputusan adalah pilihan antara beberapa alternative. Namun, jika dilihat dari perspektif
yang lebih luas, keputusan mencakup proses pengumpulan dan pengevaluasian
informasi suatu situasi, mengidentifikasikan kebutuhan akan adanya suatu keputusan,
mengidentifikasi tindakan atau solusi alternatif, memilih alternatif yang terbaik, yang
paling tepat ataupun yang paling optimum, dan kemudian mengaplikasikan pilihan
tersebut pada situasi yang telah diberikan.
Perkembangan yang ada saat ini adalah usaha dalam mengotomatisasi
pembuatan keputusan tersebut. Otomatisasi ini merujuk pada penggunaan teknologi
mencakup pemrosesan dengan menggunakan komputer untuk membuat suatu
keputusan dan mengimplementasi proses keputusan yang telah terprogram.
Otomatisasi keputusan ini terutama harus benar-benar dipertimbangkan untuk
digunakan pada situasi atau permasalahan yang telah terstruktur dengan baik,
terdefinisi dengan jelas, rutin dan sudah terprogram.
2.1.2 Proses Pengambilan Keputusan
Menurut Simon (1977) ada tiga fase utama, yaitu Intelligence, Design dan
Choice, kemudian Simon menambahkan fase keempat, yaitu Implementation.
13 INTELLIGENCE
Ada Masalah? Identifikasi masalah atau kesempatan
DESIGN
Memonitor hasil dari keputusan yang diambil
Gambar II-1 Proses Pengambilan Keputusan (Simon, 1977)
1. Fase Intelligence
Intelligence dalam pengambilan keputusan meliputi analisa lingkungan, baik secara bertahap maupun berkesinambungan. Termasuk kegiatan
mengidentifikasi masalah atau kesempatan (Termasuk juga memonitor hasil dari fase implementasi).
2. Fase Design
Fase ini meliputi kegiatan menemukan atau mengembangkan dan menganalisa kemungkinan alternatif solusi. Termasuk kegiatan memahami
masalah dan menguji beberapa kemungkinan solusi. Sebuah model dari masalah dalam pengambilan keputusan dibangun, diuji dan divalidasi.
14 3. Fase Choice
Choice adalah tahapan kritis dalam pengambilan keputusan. Pada fase inilah keputusan sebenarnya dibuat dan komitmen untuk mengikuti arah
tertentu dari tindakan yang telah terpilih dilakukan. Batasan antara fase
design dan fase choice seringkali tidak jelas karena ada beberapa aktivitas tertentu dapat dilakukan dalam kedua fase ini dan karena seringkali
seseorang berpindah dari aktivitas choice ke aktivitas design.
Fase ini meliputi aktivitas mencari, mengevaluasi dan merekomendasikan
sebuah solusi yang sesuai dengan model. Solusi terhadap sebuah model adalah sekumpulan nilai untuk beberapa variabel keputusan dalam sebuah
alternatif terpilih.
4. Fase Implementation
Dalam fase ini, sebuah tindakan dilakukan sebagai bentuk realisasi dari
pemilihan sebuah solusi dari masalah yang ada.
2.2. KETERAMPILAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dalam keterampilan pengambilan keputusan sama dengan teknik-teknik
pengambilan keputusan. Teknik-teknik pengambilan keputusan berfungsi untuk membantu kita dalam membuat keputusan terbaik dikaitkan dengan ketersediaan
informasi yang relevan. Teknik-teknik Pengambilan Keputusan sebagai berikut :
15
Analisis pareto merupakan teknik yang sederhana, yang membantu kita dalam
memilih perubahan tindakan yang akan kita ambil secara efektif. Analisis pareto
merupakan sebuah teknik pengambilan keputusan yang bertujuan untuk
menemukan perubahan yang akan memberikan manfaat terbesar bagi
pengambil keputusan.
Analisis pareto tidak hanya memberikan gambaran pada kita tentang masalah
yang paling penting untuk diselesaikan, namun teknik tersebut juga memberikan
sejumlah nilai yang memperlihatkan seberapa besar atau parah masalah
tersebut.
2. Analisis perbandingan Sepasang (Paired Comparison Analysis)
Teknik analisis paired comparison merupakan metode yang baik untuk
mengukur kepentingan relatif (relative importance) dari sejumlah alternatif
solusi dan tindakan. Analisis ini memudahkan kita dalam menentukan keputusan
kala skala prioritas dari masalah dan solusi tidak jelas.
Teknik ini menyediakan kerangka untuk membandingkan setiap solusi atau
tindakan terhadap alternatif solusi atau tindakan lain, dan memperlihatkan pada
kita perbedaan kepentingan antara alternatif solusi.
3. Analisis Jaringan (Grid Analysis)
Teknik analisis ini membantu kita dalam menentukan keputusan atas beberapa
pilihan yang dihadapkan pada sejumlah faktor yang berbeda.
4. Teknik Implikasi Plus-Minus (Plus-Minus Implication, PMI)
Teknik pengambilan keputusan ini membantu kita dlam menentukan keputusan atas
beberapa pilihan yang dihadapkan pada sejumlah faktor yang berbeda.
16
Analisis ini merupakan teknik yang berguna untuk melihat sejumlah kekuatan
dan bila memungkinkan seluruh kekuatan, yang mendukung maupun
menghalangi suatu tujuan atau rencana yang akan diputuskan. Pada dasarnya
teknik ini memiliki gambaran yang membantu kita dalam mengidentifikasikan
sejumlah yang daapt dibuat untuk memperbaiki rencana guna meningkatkan
pengambilan keputusan yang baik.
6. Analisis Biaya dan Manfaat
Teknik ini merupakan teknik yang mudah digunakan untuk menentukan
keputusan. Analisis ini dapat dilakukan hanya dengan menggunakan biaya dan
manfaat keuangan saja.
2.3. Decision Support Framework
Gory dan Scott Morton (1971), yang mengkombinasikan hasil penelitian Simon (1977) dan Anthony (1965), mengajukan sebuah framework sebagai
berikut :
17
Gambar di atas dibuat berdasarkan gagasan Simon yang menyatakan
bahwa proses pengambilan keputusan memiliki rentang keputusan dari yang paling terstruktur (disebut juga dengan istilah programmed) sampai pada
keputusan yang paling tidak terstruktur (disebut juga dengan istilah
nonprogrammed).
Proses terstruktur adalah rutinitas, dan biasanya merupakan masalah yang sering terjadi sehingga dibuatkan sebuah metode solusi yang standar. Proses yang tidak terstruktur adalah masalah yang fuzzy, kompleks sehingga tidak ada metode solusi yang cut-and-dried. Simon juga menggambarkan ada 3 fase dalam pengambilan keputusan, yaitu intelligence (mencari kondisi yang membutuhkan
suatu keputusan), design (menemukan, membangun/mengembangkan, dan menganalisa kemungkinan arah tindakan) dan choice (memilih satu dari beberapa kemungkinan yang ada). Bila dalam beberapa fase tersebut (bukan semua)
terdapat keputusan yang terstruktur maka Gorry dan Scott Morton menyebutnya dengan istilah semi terstruktur.
Pada masalah yang terstruktur, prosedur untuk mendapatkan solusi yang
terbaik (atau paling tidak yang cukup baik) sudah diketahui. Sedangkan pada masalah yang tidak terstruktur, intuisi manusia seringkali menjadi dasar dalam
pengambilan keputusan.
Dalam model pengambilan keputusan berbasis kriteria majemuk, diperlukan sebuah pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil adalah
sebuah keputusan semiterstruktur, dimana dibutuhkan sebuah Decision Support System untuk mendukung keputusan yang diambil pada setiap kriteria dalam
18
dihasilkan adalah sebuah strategic planning, berupa penentuan guru untuk
mengajar suatu matapelajaran tertentu.
2.4. Tinjauan Pustaka
2.4.1 Penilaian Guru
Untuk menjadi seorang guru, dibutuhkan kriteria tertentu. Menurut
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pada bab IV mengenai Kualifikasi, Sertifikasi, dan Sertifikasi Guru dimana dalam pasal 8 dikatakan bahwa setiap guru harus memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Pemenuhan persyaratan kualifikasi akademik minimal S1/D-IV dibuktikan dengan ijazah dan persyaratan relevansi pada jenjang pendidikan yang dimiliki dan mata pelajaran yang dibina. Misalnya, guru SD dipersyaratkan
lulusan S1/D-IV jurusan/program studi PGSD/Psikologi/ Pendidikan lainnya, sedangkan guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK dipersyaratkan lulusan S1.
2.4.1.1. Administrasi Guru
Administrasi guru merupakan penilaian yang dilakukan oleh wakil kepala sekolah bidang sarana tentang kedisiplinan guru dalam mengajar.
Administrasi guru dibuat mengacu pada PERMENDIKNAS RI No. 19, 20 dan 41 tahun 2007, yang berarti segenap proses penataan yang bersangkut paut dengan para tenaga pengajar di sekolah secara efektif dan efesien agar tujuan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah tercapai secara optimal.
19 1. Konfirmasi ketidakhadiran
2. Membuat laporan kinerja bulanan 3. Membuat program pembelajaran
4. Membuat buku penilaian 5. Mengisi absen harian 6. Mengisi agenda mengajar
2.4.1.2. Kompetensi Guru
Kompetensi guru merupakan penilaian yang dilakukan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum berdasarkan PP RI No. 19 tahun 2005 pasal 28, PERMENDIKNAS RI No. 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik
dan kompetensi guru.
Kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru untuk memangku jabatan guru sebagai profesi.
Komponen yang dinilai meliputi : 1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yaitu kompetensi yang berkaitan dengan pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap
peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis,
20 2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian yaitu kompetensi yang berkaitan dengan kepribadian yang mantap, sehat jasmani dan rohani, berakhlak mulia, arif
dan bijaksana, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial yaitu kompetensi yang berkaitan dengan berkomunikasi
lisan, tulisan, isyarat, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, menerapkan
prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan. 4. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam pengetahuan isi
(content knowledge) penguasaan :
a. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar isi program
satuan pendidikan, matapelajaran, atau kelompok matapelajaran yang diampu.
b. Konsep-konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang
relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, matapelajaran, atau kelompok matapelajaran yang
21 2.4.1.3. Metode Guru Mengajar
Metode guru mengajar merupakan penilaian yang dilakukan oleh wakil kepala sekolah bidang kesiswaan berdasarkan PERMENDIKNAS RI
No. 41 tahun 2007 tentang standar proses dan mengacu pada buku “The Seven Laws Of Teaching” (John Milton, 1995).
Metode guru mengajar adalah sebagian suatu cara atau jalan yang
dilakukan guru dalam rangka proses kegiatan belajar-mengajar, sehingga individu yang diajar (dididik) akan dapat mencerna, menerima dan mampu
mengembangkan bahan-bahan/materi yang diajarkannya.
Komponen yang dinilai meliputi : 1. Gaya dan penampilan mengajar 2. Interaksi dengan siswa
3. Kelengkapan dan kesesuaian materi 4. Kemampuan menyampaikan materi 5. Kesempatan bertanya dan diskusi
6. Memotivasi siswa
7. Pemberian tugas dan contoh soal
2.4.2 Pengaruh Kepribadian, Jenis Kelamin, Pengamatan Manusia dengan Cara Pengambilan Keputusan
2.4.2.1. Jenis Kepribadian (Tabiat)
22
alternatif, penanganan resiko, dan reaksi yang dilakukan pada saat tertekan.
Kepribadian juga mempengaruhi kemampuan pengambil keputusan dalam memproses informasi dalam jumlah besar dan dalam waktu yang mendesak.
Pengaruh kepribadian juga berdampak pada aturan dan pola komunikasi dari seorang pengambil keputusan.
2.4.2.2. Jenis Kelamin
Uji empiris secara psikologi mengindikasikan bahwa ada (sedikit) perbedaan dan persamaan jenis kelamin dalam pengambilan keputusan, termasuk
faktor-faktor seperti keberanian, kualitas, kemampuan, penanganan resiko dan pola komunikasi (TURBAN, 2005).
(Powell, Johnson, 1995) mengamati bahwa decision support system dirancang dengan asumsi bahwa tidak ada perbedaan jenis kelamin, tetapi orang dengan jenis kelamin yang berbeda mungkin saja mengambil keputusan dengan
cara yang berbeda. Dalam review terhadap beberapa literatur, mereka menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin dihubungkan dengan kemampuan dan motivasi, penanganan resiko dan kepercayaan diri, dan juga cara pengambilan keputusan.
Menurut (Smith, 1999), kalaupun ada, perbedaan jenis kelamin sangat kecil (tidak signifikan). Hasil dari beberapa penelitian yang dilakukan tidak dapat
23 2.4.2.3. Teori Pengamatan (Cognition Theory)
Pengamatan (Cognition) adalah sekumpulan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang meyakini adanya perbedaan antara pandangan secara internal
terhadap lingkungan dan apa yang sebenarnya terjadi dalam sebuah lingkungan. Dengan kata lain, kemampuan untuk menanggapi dan mengerti informasi.
2.4.2.4. Gaya Pengamatan (Cognitive Style)
Gaya Pengamatan (Cognitive Style) adalah proses subjektif melalui bagaimana orang menanggapi, mengorganisasi dan merubah informasi selama
proses pengambilan keputusan. Sering kali disebut dengan management style.
2.5. Metode Analytical Network Process (ANP)
Metode Analytic Network Process (ANP) adalah salah satu metode yang mampu merepresentasikan tingkat kepentingan berbagai pihak dengan mempertimbangkan saling keterkaitan antar kriteria dan sub kriteria yang ada.
Model ini merupakan pengembangan dari AHP sehingga lebih memiliki kompleksitas dibanding metode AHP. Metode Analytic Network Process (ANP) merupakan pengembangan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode
ANP mampu memperbaiki kelemahan AHP berupa kemampuan mengakomodasi keterkaitan antar kriteria atau alternatif (Saaty, 1999). Keterkaitan pada metode
24
Menurut Saaty dalam (Ascarya, 2005) ANP digunakan untuk menurunkan
rasio prioritas komposit dari skala rasio individu yang mencerminkan pengukuran relatif dari pengaruh elemen-elemen yang saling berinteraksi berkenaan dengan
kriteria kontrol. ANP merupakan teori matematika yang memungkinkan seseorang untuk memperlakukan dependence dan feedback secara sistematis yang dapat menangkap dan mengkombinasi faktor-faktor tangible dan intangible.
Berbeda dengan Analytic Hierarchy Process (AHP), ANP dapat menggunakan jaringan tanpa harus menetapkan level seperti pada hierarki yang
digunakan dalam AHP. Konsep utama dalam ANP adalah influence „pengaruh‟,
sementara konsep utama dalam AHP adalah preferrence „preferensi‟. AHP
dengan asumsi-asumsi dependensinya tentang cluster dan elemen merupakan kasus khusus dari ANP (Ascarya, 2005).
Kelebihan ANP dari metodologi yang lain (AHP) adalah :
a. Kekuatan (power) Analytic Network Process (ANP) terletak dalam penggunaan rasio skala untuk menangkap semua jenis interaksi dan membuat prediksi yang akurat, dan bahkan lebih, untuk membuat
keputusan yang lebih baik.
b. Kemampuannya untuk membantu kita dalam melakukan pengukuran
dan sintesis sejumlah faktor-faktor dalam hierarki atau jaringan. c. Kesederhanaan metodologinya membuat ANP menjadi metodologi
yang lebih umum dan lebih mudah diaplikasikan untuk studi
25
d. Dibandingkan dengan metodologi AHP, ANP memiliki banyak
kelebihan, seperti komparasi yang lebih obyektif, prediksi yang lebih akurat, dan hasil yang lebih stabil. Perangkat lunak ANP
(SuperDecisions) dan manual ANP juga mudah didapat secara free download.
e. ANP akan sangat membantu perusahaan dalam riset evaluasi dan
pengambilan keputusan, terkait pengembangan organisasi & manajemen, produk, layanan dan marketing, karena akan lebih
akurat dan sangat efisien.
Pada jaringan AHP terdapat level tujuan, kriteria, subkriteria, dan
alternatif, dimana masing-masing level memiliki elemen. Sementara itu, pada jaringan ANP, level dalam AHP disebut cluster yang dapat memiliki kriteria dan alternatif di dalamnya, yang sekarang disebut simpul (Gambar II.3).
Gambar II.3. Perbandingan Hierarki Linier dan Jaringan Feedback
26
Dengan feedback, alternatif-alternatif dapat bergantung/terikat pada
kriteria seperti pada hierarki tetapi dapat juga bergantung/terikat pada sesama alternatif. Lebih jauh lagi, kriteria-kriteria itu sendiri dapat tergantung pada
alternatif-alternatif dan pada sesama kriteria. Oleh karena itu, hasil dari ANP diperkirakan akan lebih stabil. Dari jaringan feedback pada gambar II.3 dapat dilihat bahwa simpul atau elemen utama dan simpul-simpul yang akan
dibandingkan dapat berada pada cluster-cluster yang berbeda. Sebagai contoh, ada hubungan langsung dari simpul utama C4 ke cluster lain (C2 dan C3), yang
merupakan outer dependence. Sementara itu, ada simpul utama dan simpul-simpul yang akan dibandingkan berada pada cluster yang sama, sehingga cluster
ini terhubung dengan dirinya sendiri dan membentuk hubungan loop. Hal ini disebut inner dependence.
Elemen dalam suatu komponen/cluster dapat mempengaruhi elemen lain
dalam komponen/cluster yang sama (inner dependence), dan dapat pula mempengaruhi elemen pada cluster yang lain (outer dependence) dengan memperhatikan setiap kriteria. Akhirnya, hasil dari pengaruh ini dibobot dengan
tingkat kepentingan dari kriteria, dan ditambahkan untuk memperoleh pengaruh keseluruhan dari masing-masing elemen ((Ascarya, 2005), 5)
2.5.1. Landasan ANP
ANP memiliki tiga aksioma yang menjadi landasan teorinya :
1. Resiprokal. Aksioma ini menyatakan bahwa jika PC (EA,EB) adalah
27
elemen A memiliki apa yang dimiliki elemen B, maka PC (EB,EA)
= 1/Pc (EA,EB). Misalkan, jika A lima kali lebih besar dari B, maka B besarnya 1/5 dari besar A.
2. Homogenitas. Aksioma ini menyatakan bahwa elemen-elemen yang dibandingkan sebaiknya tidak memiliki perbedaan terlalu besar, yang dapat menyebabkan kesalahan judgements yang lebih besar.
3. Aksioma ini menyatakan bahwa mereka yang mempunyai alasan terhadap keyakinannya harus memastikan bahwa ide-ide mereka
cukup terwakili dalam hasil agar sesuai dengan ekspektasinya.
2.5.2. Prinsip Dasar ANP
Prinsip-prinsip dasar ANP ada tiga, yaitu dekomposisi, penilaian komparasi (comparative judgements), dan komposisi hierarkis atau sintesis dari prioritas. Prinsip dekomposisi diterapkan untuk menstrukturkan masalah yang
kompleks menjadi kerangka hierarki atau jaringan cluster, sub-cluster, sub-sub
cluster, dan seterusnya. Dengan kata lain dekomposisi adalah memodelkan masalah ke dalam kerangka ANP.
Prinsip penilaian komparasi diterapkan untuk membangun pembandingan pasangan (pairwise comparison) dari semua kombinasi elemen-elemen dalam
cluster dilihat dari cluster induknya. Pembandingan pasangan ini digunakan untuk mendapatkan prioritas lokal dari elemen-elemen dalam suatu cluster dilihat dari
cluster induknya.
28
elemen induk, yang akan menghasilkan prioritas global seluruh hierarki dan
menjumlahkannya untuk menghasilkan prioritas global untuk elemen level terendah (biasanya merupakan alternatif).
2.5.3. Fungsi Utama ANP
Metodologi ANP memiliki tiga fungsi utama sebagai berikut: 1. Melakukan strukturisasi pada kompleksitas
Dalam penelitiannya, (Saaty, 1999) menemukan adanya pola-pola yang sama dalam sejumlah contoh tentang bagaimana manusia
memecahkan sebuah kompleksitas dari masa ke masa. Dimana kompleksitas distruktur secara hierarkis ke dalam cluster-cluster yang
homogen dari faktor-faktor. 2. Pengukuran ke dalam skala rasio.
Metodologi pengambilan keputusan yang terdahulu pada umumnya
menggunakan pengukuran level rendah (pengukuran ordinal atau interval), sedangkan metodologi ANP menggunakan pengukuran skala rasio yang diyakini paling akurat dalam mengukur faktor-faktor yang
membentuk hierarki. Level pengukuran dari terendah ke tertinggi adalah nominal, ordinal, interval, dan rasio. Setiap level pengukuran
memiliki semua arti yang dimiliki level yang lebih rendah dengan tambahan arti yang baru. Pengukuran interval tidak memiliki arti rasio, namun memiliki arti interval, ordinal, dan nominal. Pengukuran
29
penilaian rasio dari setiap pasang faktor dalam hierarki untuk
smendapatkan (tidak secara langsung memberikan nilai) pengukuran skala rasio. Setiap metodologi dengan struktur hieraki harus
menggunakan prioritas skala rasio untuk elemen diatas level terendah dari hierarki. Hal ini penting karena prioritas (atau bobot) dari elemen di level manapun dari hierarki ditentukan dengan mengalikan prioritas
dari elemen pada level dengan prioritas dari elemen induknya. Karena hasil perkalian dari dua pengukuran level interval secara matematis
tidak memiliki arti, skala rasio diperlukan untuk perkalian ini. AHP/ANP menggunakan skala rasio pada semua level terendah dari
hierarki/jaringan, termasuk level terendah (alternatif dalam model pilihan). Skala rasio ini menjadi semakin penting jika prioritas tidak hanya digunakan untuk aplikasi pilihan, namun untuk aplikasi-aplikasi
lain, seperti untuk aplikasi alokasi sumber daya. 3. Sintesis.
Sintesis merupakan kebalikan dari analisis. Kalau analisis berarti
mengurai entitas material atau abstrak ke dalam elemen-elemennya, maka sintesis berarti menyatukan semua bagian menjadi satu
kesatuan. Karena kompleksitas, situasi keputusan penting, atau prakiraan, atau alokasi sumber daya, sering melibatkan terlalu banyak dimensi bagi manusia untuk dapat melakukan sintesis secara intuitif,
kita memerlukan suatu cara untuk melakukan sintesis dari banyak dimensi. Meskipun ANP memfasilitasi analisis, fungsi yang lebih
30
dalam melakukan pengukuran dan sintesis sejumlah faktor-faktor
dalam hierarki atau jaringan.
2.6. Perangkat Lunak SuperDecisions
SuperDecisions mengimplementasikan Analytic Network Process (ANP) yang dikembangkan oleh Thomas Saaty. Program ini ditulis oleh Tim ANP, bekerja untuk Yayasan Keputusan Creative. Berikut adalah gambaran
menjalankan perangkat lunak SuperDecisions dengan model burger cukup terkenal.
Gambar II.4 Sample SuperDecisions
SuperDecisions yang digunakan untuk pengambilan keputusan dengan ketergantungan dan umpan balik (itu mengimplementasikan Analytic Network
31
berasal melalui penilaian pada unsur pasang atau dari pengukuran langsung.
Dalam AHP unsur-unsur tersebut diatur dalam struktur keputusan hierarki sementara ANP menggunakan satu atau lebih jaringan datar cluster yang
mengandung unsur-unsur. Sebagian besar metode pengambilan keputusan menganggap kemerdekaan antara kriteria keputusan dan alternatif keputusan itu, atau hanya di antara kriteria atau diantara alternatif sendiri. Sementara ANP tidak
dibatasi oleh asumsi-asumsi semacam itu. Hal ini memungkinkan untuk semua kemungkinan dan potensi dependensi.
ANP tidak membatasi pemahaman dan pengalaman manusia untuk pengambilan keputusan menjadi model yang sangat teknis yang tidak wajar dan
dibuat-buat. Hal ini pada dasarnya merupakan formalisasi dari bagaimana orang-orang biasanya berpikir, dan membantu pembuat keputusan melacak proses sebagai kompleksitas masalah dan faktor-faktor keragaman meningkat. Kesaksian
terbaik kekuatan dan keberhasilan aplikasi ANP adalah mereka yang telah dilakukan yang diperoleh prioritas yang berhubungan dengan jawaban yang dikenal di dunia nyata atau yang telah diprediksi hasil. Dari perspektif ini adalah
pendekatan yang dapat dipercaya dan objektif untuk membuat keputusan berdasarkan prioritas dan pentingnya dengan yang satu memiliki pengalaman. Hal
ini agak berbeda daripada membuat dugaan-dugaan mengenai probabilitas terjadinya beberapa metode pembuatan keputusan yang akan dilakukan.
2.7. Studi Literatur Sejenis
Analytic Network Process atau ANP merupakan pendekatan baru metode
32
University, dimaksudkan untuk menyempurnakan metode Analytic Hierarchy
Process (AHP) dalam pengambilan keputusan. Beberapa model yang dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya
penggunaan metode ANP, diantaranya yang tercatat dalam referensi hasil riset di bidang teknologi informasi adalah seperti:
Penelitian yang dilakukan oleh Iwan Vanany (2003) membahas aplikasi
Analytic Network Process (ANP) untuk mendukung pembobotan pada
perancangan sistem pengukuran kinerja dengan metode Balanced Scorecard. Hasil penelitiannya adalah pembobotan dengan metode ANP menunjukkan adanya kulminasi nilai bobot pada perspektif finansial dari
Strategy Map di PT. X.
“Mencari Solusi Rendahnya Pembiayaan Bagi Hasil Di Perbankan Syariah Indonesia” Saaty (2007), penelitian ini membuktikan bahwa ANP menjadi
metodologi yang lebih umum dan lebih mudah diaplikasikan untuk studi
kualitatif yang beragam. Kecukupan data dalam ANP tidak menjadi syarat. Hal yang penting adalah responden harus menguasai/ahli dalam masalah yang diteliti. Penelitian ini juga membuktikan bahwa, kelebihan ANP dari
AHP adalah komparasi yang lebih obyektif, prediksi yang lebih akurat dan hasilnya lebih stabil.
“Multi Criteria Decision Model Menggunakan AHP/Rating Model –
Linier Goal Programming (Studi Kasus : Pemilihan Proposal Investasi
33
sebuah perusahaan modal ventura daerah, khususnya PT.Sarana Jatim
Ventura.
Dari penelitian ini diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, Model AHP/Rating memberikan kerangka kerja yang logis, terstruktur dan koheren dalam melaksanakan sebuah proses pengambilan keputusan kelompok dimana proposal investasi dievaluasi dalam berbagai kriteria yang telah
diprioritaskan. Kedua, pemanfaatan Model AHP/Rating untuk pengambilan keputusan pemilihan proposal investasi secara multikriteria dalam sebuah
kelompok dapat memfasilitasi proses diskusi kelompok, meningkatkan kerjasama dan memperbaiki kualitas keputusan yang akan diambil. Ketiga, Model AHP –
LGP yang terintegrasi memberikan keleluasaan dalam mengalokasikan sumber dana yang terbatas hanya kepada proposal investasi terpilih yang akan memaksimumkan keuntungan atau manfaat perusahaan.
Dari ketiga penelitian yang telah diuraikan, maka peneliti mencoba mengikuti penelitian yang dilakukan oleh (Saaty, 2007) yang menggunakan ANP dalam “Mencari Solusi Rendahnya Pembiayaan Bagi Hasil Di Perbankan Syariah Indonesia”, peneliti mencoba menerapkan pada “Model Pengambilan Keputusan
Berbasis Kriteria Majemuk Dalam Penentuan Guru Pengajar Matapelajaran
Menggunakan Analytical Network Process (ANP) : Studi Kasus SMK Global Informatika Tangerang”, alasan peneliti menggunakan ANP dan perangkat lunak
SuperDecisions adalah karena metodologi yang lebih umum dan lebih mudah
diaplikasikan untuk studi kualitatif yang beragam. Kecukupan data dalam ANP tidak menjadi syarat. Hal yang penting adalah responden harus menguasai/ahli
34 2.8. Tinjauan Objek Penelitian
2.8.1 Gambaran Umum
2.8.1.1 Latar Belakang SMK Global Informatika Tangerang
Pada mulanya di kota Tangerang hanya ada satu SMK yang bergerak pada bidang pendidikan Informatika, karena kurang memadai kemudian didirikanlah SMK Global Informatika.
SMK Global Informatika Tangerang diresmikan oleh walikota Tangerang dan beralamat di Jalan Pesantren Al–Ma‟mur, Kreo Selatan, Kecamatan Larangan.
SMK Global Informatika didirikan sejak tanggal 8 April 2006 atas prakarsa : a. Bapak Drs. Jamal Lutfi
b. Bapak Drs. Amrullah c. Bapak Drs. Basuni M.Z d. Bapak Drs. Muh. Sholeh, MM
e. Bapak Calim Saputra, S.Sos Tujuan :
a. Untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dalam
bidang teknologi.
b. Untuk memfasilitasi masyarakat dalam bidang pendidikan yang bergerak
dalam bidang teknologi.
2.8.1.2 Visi dan Misi SMK Global Informatika a) Visi
35 b) Misi
1. Menciptakan situasi ilmu pengetahuan dan teknologi mudah
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Membiasakan diri sejak dini akrab dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Menyelaraskan ilmu pengetahuan teknologi dan imtaq pada siswa.
2.8.1.3 Struktur Organisasi SMK Global Informatika Tangerang
Secara garis besar, organisasi adalah suatu hubungan wewenang dan tanggung jawab antara atasan dan bawahan demi untuk mencapai tujuan yang
sama dengan perencanaan yang baik dan terstruktur. Dalam suatu perusahaan, struktur organisasi, merupakan salah satu hal yang sangat penting karena dengan memiliki struktur organisasi yang baik, fungsi dan manajemen akan dapat
dijalankan dengan baik.
Dalam organisasi terdapat hubungan saling mempengaruhi satu bagian
36
Gambar II.5. Struktur Organisasi SMK Global Informatika (wawancara, 06 Oktober 2009)
2.8.1.4 Tanggung Jawab dan Wewenang
Berikut ini adalah tanggung jawab dan wewenang dari masing-masing jabatan, (wawancara, 06 Oktober 2009) :
1. Ketua Yayasan mempunyai tugas :
Mengkoordinasikan perumusan kebijakan dan memimpin penyelenggaraan
pendidikan dan pengajaran, mengarahkan atau mengendalikan kegiatan, pembinaan kesiswaan, menyediakan dana operasional dan mengadakan rapat serta mengambil keputusan cepat.
KEPALA SEKOLAH
YAYASAN KESEJAHTERAAN UMAT ISLAM INDONESIA (YAKIIN)
37 2. Kepala Sekolah mempunyai tugas :
Melaksanakan program kerja dari pengurus yayasan, menjaga nama baik pengurus yayasan dan sekolah, menerima dana operasional pendidikan
dari yayasan, mengawasi kegiatan proses belajar mengajar, melaporkan hasil kinerja kegiatan sekolah kepada yayasan.
3. Wakil Kepala Sekolah (Bidang Kurikulum) mempunyai tugas :
Membuat perencanaan dan mengkoordinasikan pembagian tugas-tugas guru per semester, merekap daya serap dan target pencapaian kurikulum
per semester dan per tahun pelajaran, serta segala kegiatan yang berhubungan dengan urusan kurikulum dan pengajaran bidang
intrakulikuler.
4. Wakil Kepala Sekolah (Bidang Kesiswaan) mempunyai tugas :
Merencanakan dan melaksanakan kegiatan aktivitas kesiswaan diantaranya
mengurus OSIS, LDKS, terlaksananya kegiatan ekstrakulikuler, mengatur kegiatan perayaan hari-hari besar nasional.
5. Bendahara mempunyai tugas :
Melaksanakan administrasi dan mengatur pemasukan dan pengeluaran keuangan.
6. Kepala Tata Usaha mempunyai tugas :
Bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dalam kegiatan : Penyusunan program kerja tata usaha sekolah, Pengelolaan dan pengarsipan surat-surat
masuk dan keluar, pengurusan administrasi sekolah, pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha sekolah, penyusunan administrasi
38
data/statistik sekolah secara keseluruhan, mengkoordinasikan dan
melaksanakan 9 K, penyusunan laporan pelaksanaan secara berkala. 7. Wali kelas mempunyai tugas :
Bertugas mengelola kelas, bertanggung jawab atas kemajuan atau perkembangan prestasi siswa kepada orang tua, pengisan daftar kumpulan nilai siswa, pengisian buku laporan penilaian hasil belajar da pembagian
buku laporan penilaian hasil belajar. 8. Dewan Guru mempunyai tugas :
Bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien secara
optimal. Melaksanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan penilaian belajar, ulangan harian dan semester.
9. Siswa mempunyai tugas :
Siswa/Siswi bertugas mengikuti proses belajar mengajar yang telah di program oleh sekolah, mengikuti kegiatan ekstrakulikuler.
2.8.1.5 Jenis Mata Pelajaran
Jenis mata pelajaran terbagi menjadi:
Tabel II-1 Jenis Mata Pelajaran
No Mata Pelajaran
Kelas
X TKJ XI TKJ X MM XI MM XII MM
1. Agama V v v v v
39
18. Menggabungkan gambar 2D v
19. Menggabungkan fotografi digital v
20.
23. Mengoperasikan s/w penyunting audio v
40
25. Mengoperasikan s/w efek visual v
26. Menerapkan teknik analog dan digital V
27.
Menerapkan fungsi periferal dan instalasi PC
V
28.
Mendiganosis permasalahan PC & periferal
V
29. Melakukan maintenance PC V 30. Melakukan maintenance periferal V
31. Melakukan perawatan PC V v
32. Melakukan instalasi sistem operasi v
33. Melakukan instalasi s/w V v
34. Melakukan instalasi jaringan LAN v
Jumlah jam pelajaran 42 jam 42 jam 42 jam 42 jam 42 jam
2.8.1.6 Latar Belakang Pendidikan Guru
Tabel II-2 Daftar Guru Pengajar
41
5 Nurcholis, S.Pd S1 L
6 Dra. Embay Sobariah S1 P
7 Doni Romdoni, S.Pd.I S1 L
8 Sibawaihi, S.Pd.I S1 L
9 Erika Nachrowi, S.Kom S1 L
10 Suhendi, S.Kom. S1 L
11 Drs. Sardi, MM S2 L PNS
12 H. Madroi, S.Kom. S1 L
13 Ary Bowo, S.Pd S1 L
14 Drs. Jumei Suryo S1 L
15 Rofikoh, S.Pd S1 P
16 Choirunnisa, S.Pd S1 P
17 Endah Trisnawati, S.Pd S1 P
18 Warsa Djumiarsa, SE S1 L
19 Seno, S.Pd S1 L
2.8.2 Hipotesis
Dengan terjadinya kesesuaian antara Kuesioner SuperDecisions yang dilakukan oleh Kepala SMK Global Informatika Tangerang dengan Wakil Kepala
SMK Global Informatika Tangerang maka akan didapatkan guru pengajar dalam
42
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Pengumpulan Data 6. Observasi (Pengamatan)
Pada metode observasi, peneliti mengadakan peninjauan dan penelitian langsung di SMK Global Informatika Tangerang untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang dibutuhkan. Pelaksanaan Penelitian sebagai berikut :
1) Waktu
Waktu Pelaksanaannya dilaksanakan selama Oktober 2010 sampai bulan Januari 2011.
2) Tempat
Tempat yang menjadi Objek penelitian adalah : Tempat : SMK Global Informatika Tangerang Alamat : Jl. Pesantren Kreo Selatan Larangan
Kota Tangerang 15156 Telp : 021-737 5229
3) Objek Pengamatan
1. Ruang kelas, ruang guru dan ruang Kepala Sekolah.
2. Mengamati kegiatan belajar mengajar di SMK Global Informatika 3. Proses penentuan guru matapelajaran.
4. Mencatat kelebihan serta kekurangan guru matapelajaran tersebut.
7. Wawancara
Pada wawancara kali ini peneliti mewawancarai Kepala Sekolah SMK Global Informatika Tangerang Bapak Drs. Jamal Lutfi mengenai data-data guru pengajar.
43 8. Kuesioner
Metode ini dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada staff guru SMK Global Informatika. Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat oleh peneliti untuk mengetahui tentang proses belajar mengajar di SMK Global Informatika Tangerang, berupa administrasi guru, kompetensi guru dan metode guru mengajar dapat dilihat di lampiran..
9. Studi Literatur Sejenis
Pada metode literatur sejenis, peneliti membandingkan research yang sejenis, pada penelitian sebelumnya, di antaranya :
d. Iwan Vanany (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Aplikasi Analytic Network Process (ANP) Pada Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja (Studi Kasus pada PT. X)”. Penelitian yang dilakukan oleh Iwan Vanany (2003) membahas aplikasi Analytic Network Process (ANP) untuk mendukung pembobotan pada perancangan sistem pengukuran kinerja dengan metode Balanced Scorecard. Hasil penelitiannya adalah pembobotan dengan metode ANP menunjukkan adanya kulminasi nilai bobot pada perspektif finansial dari Strategy Map di PT. X.