• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ETIKA DAN BISNIS SYARIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH ETIKA DAN BISNIS SYARIAH"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 MAKALAH

Bisnis, Lingkungan Hidup dan Etika

Disusun untuk tugas Etika Bisnis Syari’ah Dosen Pengampuh: Imamul Hakim, SE., M.SH

Oleh:

Tk. Umar Johan 201310510311020

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM

(2)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan banyak kemudahan dalam

penulisan makalah ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

baginda Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabatnya.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diamanahkan oleh Dosen Etika Bisnis

Syari’ah Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang, yaitu Bapak Imamul Hakim, SE., M.SH. Dengan segala keterbatasan, penulis telah berusaha secara maksimal dalam mempersiapkan

makalah ini sebaik mungkin.

Di tengah-tengah penatnya punggung dan beratnya kelopak mata menahan

kantuk, sungguh penyusun telah memperoleh banyak tambahan pengetahuan,

terutama yang berkaitan dengan Bisnis, Lingkungan Hidup dan Etika.

Sungguh sebuah tugas yang tidak ringan, namun sangat mengasyikkan. Penulis

sadar makalah ini belum sepenuhnya sempurna, maka dari itu penulis meminta

kritikan serta masukan yang membangun demi kesempurnaan yang akan datang.

Malang, 24 Maret 2016

Penulis

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 1

C. Tujuan ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

A. Hubungan Manusia dengan Alam ... 3

B. Permasalahan Utama Lingkungan Hidup ... 4

C. Lingkungan Hidup dan Ekonomi ... 6

D. Tantangan Globalisasi dalam Pelestarian Lingkungan ... 7

E. Pandangan Islam Terhadap Pelestarian Lingkungan ... 10

BAB III PENUTUP ... 12

A. Kesimpulan ... 12

B. Saran ... 12

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan hidup yang Allah sediakan untuk kehidupan manusia meliputi

seluruh jagat raya dengan bagian-bagiannya yang multidimensional. Itu semua

membuktikan kekuasaan Allah yang tidak terbatas, juga menunjukkan ilmu dan

hikmah kemahabijaksanaan-Nya yang sangat sempurna dalam menciptakan jagat

raya ini.

Di antara fasilitas lingkungan hidup yang Allah berikan, sebagian manusia

masih belum terbesit di hati untuk melestarikannya, malah sebaliknya dengan

merusak, mencemari dan mengeksploitasi besar-besaran. Semua itu dilakukan

tanpa beretika dengan kedok untuk memenuhi kebutuhan hidup semata. Berbagai

permasalahan lingkungan hidup dewasa ini telah menjadi isu global. Hal ini

terbukti dengan munculnya isu-isu kerusakan lingkungan yang semakin santer

terdengar. Di antaranya isu efek rumah kaca, lapisan ozon yang menipis, kenaikan

suhu udara, mencairnya es di kutub, dan lain sebagainya. Mungkin sebagian besar

orang baru menyadari dan merasakan akan dampak tingkah lakunya di masa lampau

yang terlalu berlebihan mengeksploitasi alam secara berlebihan.

Permasalahan lingkungan yang kini dihadapi umat manusia umumnya

disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena kejadian alam sebagai peristiwa yang

harus terjadi sebagai proses dinamika alam itu sendiri. Kedua, bentuk kejadian di

atas mengakibatkan ketidakseimbangan pada ekosistem dan ketidaknyamanan

kehidupan makhluk hidup baik manusia, flora maupun fauna. Ketidakseimbangan

dan ketidaknyamanan tersebut dapat dikatakan sebagai bencana. Untuk itu, sangat

diharapkan dari permasalahan ini, kita sadar dan dapat memahami bagaimana

pemanfaatan lingkungan hidup yang baik dan beretika.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan manusia dengan alam?

2. Apa permasalahan utama lingkungan hidup sekarang?

(5)

2

4. Apa tantangan globalisasi dalam pelestarian lingkungan?

5. Bagaimana pandangan islam terhadap pelestarian lingkungan?

C. Tujuan

Tujuan dari pembahasan makalah ini ialah kita dapat memahami problematika

lingkungan hidup sekarang serta dapat memberikan solusi, baik di segi etika yang

(6)

3 BAB II PEMBAHASAN

A. Hubungan Manusia dengan Alam

Masalah lingkungan hidup menimbulkan suatu cabang filsafat baru yang

berkembang dengan cepat yaitu filsafat lingkungan hidup. Salah satu ciri khas sikap

manusia modern adalah usahanya untuk menguasai dan menaklukkan alam. Alam

dipandang sebagai binatang buas yang perlu dijinakkan oleh manusia. Tujuan itu

dibantu dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekarang perlu disadari bahwa

hubungan manusia dengan alam tidak dapat dipisahkan apalagi bertentangan

dengan alam karena ia termasuk alam itu sendiri seperti setiap makhluk hidup

lainnya. Pandangan manusia modern dengan alam adalah antroposentris karena

menempatkan manusia pada pusatnya. Pandangan baru yang kita butuhkan bila kita

ingin mengatasi masalah lingkungan hidup maka harus bersikap ekosentris di mana

menempatkan alam dalam pusatnya.1

Hubungan manusia dengan alamnya mengandung beberapa aspek, antara lain

manusia tidak lepas dari interaksinya bersama sesama manusia juga dengan hewan,

tumbuhan, lingkungan / alam. Aspek-aspek tersebut sangat berarti bagi manusia,

dan manusia adalah makhluk yang tidak dapat hidup sendiri, tanpa bantuan di

sekitar lingkungan hidupnya.2 Karena manusia adalah makhluk termulia di bumi

ini, maka segala sesuatu memang disediakan untuknya. Di antara tugas manusia,

yaitu memanfaatkan alam dan tenaga yang dikandungnya guna memenuhi

keperluan dan kebutuhannya dan juga teman-temannya. Hubungan manusia

terhadap alam adalah sebagai pemanfaat, dan bukan sebagai saingan.3 Tidak

seharusnya manusia mengeksploitasi alam. Al Quran (2: 29) mengatakan “Ia yang menciptakan bagimu apa yang ada di bumi semuanya” Hubungan keduanya menurut ajaran Al-qur’an maupun as Sunnah merupakan hubungan yang dibingkai dengan aqidah, yakni konsep kemakhlukan yang sama sama tunduk dan patuh

1 K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hlm. 322-325

2 Maksi Baid, “Hubungan Manusia dengan Alam”, Academia, di akses dari https://www.academia.edu/7121973/HUBUNGAN_MANUSIA_DENGAN_ALAM, pada 24 Maret 2016 pukul 11:16 WIB.

(7)

4

kepada al Khâliq, yang diatur dan akhirnya semua kembali kepada-Nya. Dalam

konsep kemakhlukan ini manusia memperoleh konsesi dari Yang Maha Penciptanya

untuk memperlakukan alam sekitarnya dengan dua macam tujuan:4

1. al Intifâ’ (pendayagunaan), baik dalam arti mengkonsumsi langsung maupun

dalam arti memproduksi.

2. al I’tibâr (mengambil pelajaran) terhadap fenomena yang terjadi dari

hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya, maupun hubungan antara

alam itu sendiri (ekosistem), baik yang berakibat konstruktif (ishlâh) maupun

yang berakibat destruktif (ifsâd).

B. Permasalahan Utama Lingkungan Hidup

Problematika sekitar lingkungan hidup baru mulai disadari sepenuhnya dalam

tahun 1960-an. Sekaligus disadari pula bahwa permasalahan itu secara langsung

maupun tidak langsung disebabkan oleh bisnis modern, khususnya akibat

berproduksi dalam industri yang berlandaskan ilmu dan teknologi maju. Bagaimana

tidak, cara berproduksi besar-besaran dalam industri modern dulu mengandaikan

begitu saja dua hal yang sekarang diakui sebagai kekeliruan besar. Pertama, bisnis

modern mengandaikan bahwa komponen-komponen lingkungan seperti air dan

udara merupakan bagian umum, sehingga boleh dipakai seenaknya. Kedua,

diandaikan pula bahwa sumber daya alam seperti air dan udara itu tak terbatas.5

Pada zaman kita, masalah lingkungan hidup sua mencapai suatu taraf global.

Terutama ada enam problem yang dengan jelas menunjukkan dimensi global itu:

akumulasi bahan beracun, efek rumah kaca, perusakan lapisan ozon, hujan asam,

deforestasi dan penggurunan, dan kematian bentuk-bentuk kehidupan.6 Lebih

rincinya sebagai berikut:

1. Akumulasi bahan beracun, adalah bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses

produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun karena sifat

(toxicity, framability, reactivity, dan corrosivity) dengan jumlah yang banyak

dan secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan

lingkungan, atau membahayakan kesehatan.

4Ibid.

(8)

5

2. Efek rumah kaca, adalah naiknya suhu permukaan bumi. Panas yang diterima

bumi karena penyinaran matahari terhalang oleh partikel-partikel gas yang

dilemparkan dalam atmosfer oleh ulah manusia, sehingga tidak bisa keluar.

3. Perusakan lapisan ozon, O3 (ozon) memiliki peranan penting dalam

melindungi kehidupan terhadap sinar ultraviolet dari matahari. Rupanya 80

persen penyinaran ultra violet dari matahari disaring olehnya. Kerusakan

lapisan ozon mengakibatkan radiasi ultraviolet dari matahari bisa mencapai

permukaan bumi, yang akan membawa pengaruh negatif terhadap kesehatan

dan kehidupan manusia pada umumnya di bumi. Perusakan lapisan ozon

disebabkan beberapa sebab yang berbeda, namun yang paling berpengaruh

adalah pelepasan bahan CFC (Clorofluorocarbon) ke dalam udara.

4. Hujan asam, adalah asam dalam emisi industri bergabung dengan air hujan

yang mencemari daerah yang luas, merusak hutan dan pohon pohon lain,

mencemari air danau, merusak gedung gedung, dan sebagainya. Bagi

manusia hujan asam bisa mengakibatkan gangguan saluran pernapasan dan

paru paru.

5. Deforestasi dan penggurunan, Penggunaan kayu untuk berbagai keperluan

telah mendorong penebangan hutan secara tak terkendali, yang

mengakibatkan hutan semakin cepat berkurang, termasuk hutan tropis yang

menghasilkan kayu kayu yang berkualitas tinggi. Penebangan hutan

(deforestation) secara besar besaran mempunya dampak penting atas

lingkungan hidup, karena dengan demikian maka salah satu fungsi hutan,

yakni meresap karbon dioksida yang disebabkan oleh pembakaran bahan

bakar fosil (industri, kendaraan bermotor)- suatu penyebab penting terjadinya

efek rumah kaca- menjadi terancam. Erosi tanah dapat mengakibatkan juga

meluasnya penggurunan (desertification), khususnya di negara negara di

sekitar gurun sahara diperkirakan merambat ke arah selatan jauh 400

kilometer. Di banyak kota besar di seluruh dunia, termasuk juga Indonesia ,

tingkatan air tanah menurun terus karena dipompa oleh industri , hotel hotel

dan rumah tangga untuk berbagai keperluan. penggunaan dan pemborosan air

yang semakin tak terkendali telah mengakibatkan kualitas tanah semakin

(9)

6

6. Keanekaan hayati, adalah jenis jenis kehidupan (species) yang ada di bumi,

yang memiliki makna yang sangat penting untuk segala aspek kehidupan

manusia, seperti makanan, obat-obatan, dan sebagainya. Salah satu akibat

besar dari kerusakan lingkungan adalah kepunahan semakin banyak spesies

hidup. Dan spesies hidup yang punah sekarang akan hilang lenyap dari muka

bumi untuk selamanya. Yang memiliki andil besar terhadap kemusnahan

tersebut adalah penggunaan pestisida dan herbisida yang semakin intens.

Hutan di banyak kawasan daerah Indonesia telah berubah menjadi lahan

pertanian dan perkebunan, sebagian menjadi terlantar karena ditinggalkan

dalam keadaan rusak oleh penebang liar yang tidak bertanggung jawab

terjadinya erosi tanah dan banjir besar yang menelan korban jiwa dan harta

benda.

C. Lingkungan Hidup dan Ekonomi

1.Lingkungan hidup sebagai “the Common”

Sebelumnya kita sudah melihat bahwa bisnis modern mengandaikan begitu

saja status lingkungan hidup sebagai ranah umum. Dianggapnya di sini tidak

ada pemilik dan tidak ada kepentingan pribadi. Tetapi, kita lihat juga

pengandaian ini adalah keliru. Sering kali the commons adalah padang

rumput yang dipakai oleh semua penduduk kampung sebagai tempat untuk

mengembala ternaknya. Dalam zaman modern, dengan bertambahnya

penduduk, sistem ini tidak bisa dipertahankan lagi dan ladang umum itu di

privitasi dengan menjualnya kepada penduduk perorangan. Bagai masyarakat

bersangkutan kejadian ini merupakan suatu perubahan sosial ekonomi besar,

antara lain karena menjadi awal mula kepemilikan tanah dalam kuantitas

besar oleh orang kaya (the landlords). The tragedy of the commons dapat

dipandang sebagai kebalikannya dari the invisible And menurut Adam Smith.

Smith berpendapat bahwa kemakmuran umum dengan sendirinya akan

terwujud, jika semua orang mengejar kepentingan diri di pasar bebas. Tetapi

(10)

7

lingkungan hidup, tidak akan dihasilkan kemakmuran umum, melainkan

justru kehancuran bersama.7

2. Lingkungan hidup tidak lagi eksternalitas, mau tidak mau, perlu kita akui,

lingkungan hidup dan komponen-komponen di dalamnya tetap terbatas,

walaupun barangkali tersedia dalam kuantitas besar. Sumber daya alam pun

ditandai kelangkaan. Jika para peminat berjumlah besar, maka air, udara, dan

komponen-komponen lingkungan hidup lain menjadi barang langka dan

karena itu tidak bisa dipakai lagi dengan gratis. Karena sumber daya alam

pun merupakan barang langka dan harus diberi suatu harga ekonomis,

komponen-komponen lingkungan hidup itu tidak lagi merupakan

eksternalitas untuk ekonomi.

3. Pembangunan berkelanjutan, Jika krisis lingkungan dipertimbangkan

dengan serius, bagi ekonomi masih ada suatu konsekuensi lain yang sulit

dihindari. Ekonomi selalu menekankan perlunya pertumbuhan. Ekonomi

yang sehat adalah ekonomi yang tumbuh. Selanjutnya semakin disadari

bahwa penghabisan sumber daya alam barangkali masih dapat diimbangi

dengan ditemukannya teknologi baru. Karena itu penghabisan sumber daya

alam tidak merupakan masalah hidup atau mati. Masalah yang lebih

mendesak adalah kerusakan lingkungan hidup yang sangat memperihatinkan.

Yang secara mutlak harus dibatasi adalah tekanan semakin besar pada

sistem-sistem ekologis karena efek-efek negatif dari kegiatan manusia. Kapasitas

alam untuk menampung tekanan dari polusi udara dan air, degradasi tanah,

dan sebagainya tidak diimbangi dengan teknologi baru.

D. Tantangan Globalisasi dalam Pelestarian Lingkungan

Globalisasi layaknya seperti keping uang logam, yang memiliki 2 sisi yang

sangat bertolak belakang satu sama lain. Globalisasi di satu sisi memberikan

dampak positif dan di sisi lain memberikan dampak negatif. Dan salah satu dari

dampak negatif globalisasi berimbas pada masalah lingkungan. Ada serangkaian

proses yang harus dilewati untuk menuju pada tahap perusakan lingkungan akibat

globalisasi, yang pada umumnya terjadi di negara-negara berkembang. Dengan

(11)

8

semakin menipisnya batas-batas negara karena doktrin kepahaman globalisasi

yang menuntut setiap negara jika hendak menjadi negara maju, maka harus

membuka selebar-lebarnya terhadap bantuan-bantuan dan kerja sama dengan pihak

asing, maka hal inilah yang kemudian menjadi pintu masuk bagi para

investor-investor asing untuk berlomba masuk dan menanamkan sahamnya di negara-negara

berkembang. Sehingga kemudian menginisiasi maraknya industrialisasi,

privatisasi, serta deregulasi di negara-negara berkembang.

Dalam dunia industri, bahan mentah adalah salah satu hal penting untuk

menjalankan suatu roda perindustrian. Dan bahan-bahan mentah ini, banyak

ditemukan di negara-negara berkembang yang memang dalam segi geografinya

berada pada jalur lintang dan bujur yang subur. Namun, negara berkembang

terkendala dalam melakukan pengelolaan akan sumber daya alam yang melimpah

tersebut akibat keterbatasan modal dan teknologi yang dimilikinya. Sehingga

negara berkembang membutuhkan suntikkan dana dan jasa dari

negara-negara maju. Adapun bentuknya bisa berupa hutang, pinjaman, ataupun hibah.

Namun sangat disayangkan bahwa berbagai bantuan dana dalam bentuk

pinjaman maupun hibah oleh negara maju tersebut sebagian besar digunakan untuk

membeli teknologi-teknologi dari negara maju. Dengan kata lain pinjaman dari

negara maju, kembali masuk ke saku negara maju lagi dalam bentuk pembelian

teknologi oleh negara berkembang, di lain waktu negara berkembang masih harus

melunasi hutang-hutang kepada negara maju beserta dengan bunganya. Ini adalah

satu dari sekian banyak bentuk kerja sama di era globalisasi antara negara maju dan

negara berkembang yang mana secara tidak langsung merugikan negara-negara

berkembang.8

Lima “R” penyelamat lingkungan hidup9

1. Reference (acuan), Setiap agama apapun tidak membenarkan umatnya untuk

merusak alam. Setiap manusia boleh memanfaatkan alam untuk memenuhi

kebutuhannya bukan keinginannya. Yang dimaksud reference di sini adalah

8 Riana Sari, “Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan”, Slideshare, di akses dari http://www.slideshare.net/rianams/dampak-globalisasi-bagi-kesehatan-dan-lingkungan?from_ action=save, pada 24 Maret 2016 pukul 15:32 WIB.

(12)

9

semua kitab suci yang dimiliki oleh setiap agama yang ada di bumi. Apabila

setiap manusia mempercayai setiap kitab sucinya sebagai pedoman hidup,

maka tidak ada manusia yang bertindak sewenang-wenang di luar kebutuhan

yang dapat dipenuhi dengan tindakan yang secukupnya.

2. Respect (sikap hormat menghormati), Respect dalam hal ini adalah

penghargaan kepada semua makhluk hidup yang diajarkan oleh agama

sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Apapun yang ada di bumi adalah makhluk

Tuhan. Setiap makhluk mempunyai kedudukan yang sama di mata Tuhan. Di

antara makhluk hidup yang perlu mendapat perhatian adalah tanaman, hewan

dan manusia. Ketiga makhluk hidup ini memerlukan tempat tinggal untuk

hidup dan berkembang. Oleh karena manusia merupakan makhluk hidup

yang paling istimewa yaitu mempunyai akal, maka manusia mempunyai

kewajiban memelihara kelestarian dan keseimbangan untuk kehidupan

makhluk hidup lainnya.

3. Restrain (Pengendalian), yang dimaksud dengan restrain adalah kemampuan

untuk mengelola dan mengontrol sumber daya alam supaya penggunaannya

tidak mubazir, artinya setiap pemanfaatan sumber daya alam harus

diperhitungkan nilai manfaat, jangan sampai ada salah kelola atau salah

manfaat.

4. Redistribution (pemerataan), resdistribution adalah kemampuan untuk

menyebar luaskan kekayaan, kegembiraan dan kebersamaan. Indonesia yang

terletak di jalur khatulistiwa terkenal akan sumber daya alamnya. Tetapi

kenapa bisa terjadi ketimpangan dengan kekayaan yang melimpah tetapi

masyarakatnya masih miskin?. Di mana sumber daya alam tersebut hilang?.

Penyebabnya tidak lain karena distribusi kekayaan tidak merata, kekayaan

banyak di korupsi oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

5. Responsibility (pertanggungjawaban), Responsibility adalah sikap

bertanggung jawab dalam merawat kondisi lingkungan dan alam. Banyak

investor yang telah memanfaatkan sumber daya alam Indonesia mulai dari

perkebunan sampai penambangan. Tetapi dengan dibukanya sumber daya

alam tersebut belum dirasakan manfaatnya melalui peningkatan pendapatan

(13)

10

saja. Padahal apabila investor bertanggung jawab melalui program CSR

(Corporate Social Responsibility) dengan menyisihkan sekitar 3% dari

keuntungan untuk program tersebut, maka kehidupan sosial ekonomi

masyarakat sekitar akan meningkat, selain itu melalui program tersebut

kerusakan sumber daya alam merupakan dampak negatif dari pembukaan

lahan tersebut dapat diminimalisasi. Untuk itu investor jangan hanya

mengeksploitasi sumber daya alam untuk kepentingan ekonomi mereka saja

(keuntungan sesaat) saja tetapi kehidupan sosial ekonomi dan budaya

masyarakat serta kerusakan lingkungan harus dikelola, sehingga lingkungan

dapat dimanfaatkan secara lestari dan berkelanjutan.

E. Pandangan Islam Terhadap Pelestarian Lingkungan

Tanggung jawab moral bisnis, implementasinya bisa pada tanggung jawab

sosial. Bahkan yang tidak kalah pentingnya tanggung jawab pada lingkungan alam.

Dari sejumlah tanggung jawab itu sebenarnya yang paling krusial adalah tanggung

jawab pada diri sendiri dan kepada Tuhan.10

Dalam kaitan dengan pengelolaan sumber daya alam dan pelestariannya, Islam

menuntun manusia agar mengelola kekayaan alam dengan ilmu dan amal.11 Di

samping, mengingat agar dalam mengelola (memproduksi) kekayaan alam itu

memperhatikan batas-batas haram dan halal, dan memelihara kelestariannya.12

Al-qur’an menerangkan bahwa pemanfaatan kekayaan yang tersimpan dan tersebar di

alam ini, tergantung pada dua hal,13 yakni pertama, ilmu pengetahuan yang

didasarkan pada tafakkur dan penggunaan akal. Ilmu yang dimaksud di sini adalah

ilmu-ilmu khusus (spesialis) dalam berbagai ilmu pengetahuan dan berbagai bidang

kehidupan. Kedua, adalah amal (Action/Implementation). Sesungguhnya ilmu saja

tidak akan membuahkan hasil jika tidak diikuti oleh amal (tindak lanjut) dengan

melakukan berbagai eksplorasi.

10 Muhammad Djakfar, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, (Malang: UIN-Malang Press, 2007), hlm. 145-146.

11 Yusuf Qardawi, Peran dan Nilai Moral dalam Perekonomian Islam, tar. K.H. Didin Hafidhuddin, dkk., (Jakarta: Robbani Press, 1995), hlm. 141.

12Ibid., hlm. 169-173. 13

(14)

11

Allah berfirman dalam Q.S. Al-a’raf, 7: 10:

“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu

bersyukur.”

Bertolak dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pada dasarnya Islam sangat

menekankan agar kaum muslimin mau menggali kekayaan alam yang terhampar

dan tersembunyi di dalam bumi. Nikmat kekayaan itu perlu dieksplor dengan

menggunakan berbagai ilmu sesuai dengan spesialisasinya masing-masing,

tergantung pada kekayaan apa yang digunakan untuk kesejahteraan manusia.14 Di

antara bentuk syukur itu adalah menjaganya dari kerusakan, kehancuran, polusi,

dan lain-lain yang tergolong sebagai kerusakan di muka bumi. Oleh karena itu

Al-qur’an menyebut berulang-ulang bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan. Sebagaimana dalam firman-Nya Q..S. Al-baqarah, 2:205:

“Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah

tidak menyukai kebinasaan.”

Betapa besar perhatian Islam terhadap masalah lingkungan, baik terhadap

makhluk hidup maupun mati. Namun demikian, perhatian tersebut diiringi

ancaman bagi orang-orang yang tidak bersyukur.

14

(15)

12 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Hubungan manusia dengan alamnya mengandung beberapa aspek, antara lain

manusia tidak lepas dari interaksinya bersama sesama manusia juga dengan hewan,

tumbuhan, lingkungan / alam. Aspek-aspek tersebut sangat berarti bagi manusia,

dan manusia adalah makhluk yang tidak dapat hidup sendiri, tanpa bantuan di

sekitar lingkungan hidupnya.

Dengan demikian, tujuan akhir pengelolaan sumber daya alam adalah

kesejahteraan masyarakat (social welfare) dengan tujuan antara seperti sumber

devisa, pemenuhan kebutuhan manusia, pelestarian lingkungan, pembangunan

daerah/masyarakat dan pemerataan. Dengan demikian pembangunan ekonomi yang

mesti diterapkan adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan dalam arti

tidak menguras sumber daya alam dan merusak lingkungan. Keterkaitan antara

ekonomi dan lingkungan dapat diringkas ke dalam tiga macam hubungan yang

saling terkait yaitu terdapat hubungan positif antara jumlah dan kualitas barang

sumber daya dengan pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi pertumbuhan

ekonomi, maka kebutuhan akan sumber daya alam akan semakin meningkat.

Terlepas dari situ, untuk menyelamatkan lingkungan kita harus memahami

konsep lima “R” yakni: reference, respect, restrain, redistribution and responsibility. Kelima “R” tersebut sangat berkaitan erat dengan etika lingkungan. Adapun islam sendiri memandang bahwa dalam pengelolaan sumber daya alam dan

pelestariannya, Islam menuntun manusia agar mengelola kekayaan alam dengan

ilmu dan amal. Di samping, mengingat agar dalam mengelola (memproduksi)

kekayaan alam itu memperhatikan batas-batas haram dan halal, dan memelihara

kelestariannya.

B. Saran

Dengan demikian pembangunan ekonomi yang mesti diterapkan adalah

pembangunan yang berwawasan lingkungan dalam arti tidak menguras sumber

(16)

13

DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius

Budianta, Dedik. 2010. Pentingnya Etika Lingkungan Untuk Meminimalkan Global

Warming (Tesis). Palembang: Universitas Sriwijaya.

Djakfar, Muhammad. 2007. Etika Bisnis dalam Perspektif Islam. Malang:

UIN-Malang Press.

Mahmudi. 2006. Hubungan Manusia dan Alam Menurut Pandangan Syahrur

(Skripsi). Semarang: IAIN Wali Songo.

Maksi Baid. 2015. Hubungan Manusia dengan Alam. Academia,

https://www.academia.edu/7121973/HUBUNGAN_MANUSIA_DENGAN

_ALAM. 24 Maret 2016.

Sari, Riana. 2014. Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan. Slideshare,

http://www.slideshare.net/rianams/dampak-globalisasi-bagi-kesehatan-dan-lingkungan?from_ action=save, 24 Maret 2016.

Qardawi, Yusuf. 1995. Peran dan Nilai Moral dalam Perekonomian Islam, ter.

Referensi

Dokumen terkait

Tidak ada seorang pun yang bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal ini sesuai dengan kedudukan manusia sebagai makhluk sosial. Atas dasar kebutuhan ini, seseorang

Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan manusia lain,seperti yang ditunjukkan dalam sebuah komunitas, rasa solidaritas sangat perlu untuk

bagi manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Lingkungan dapat memberikan sumber kehidupan agar manusia dapat hidup sejahtera. Pengelolaan lingkungan hidup adalah

Air adalah komponen lingkungan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup makhluk hidup khusunya manusia karena tanpa air manusia tidak dapat hidup. Air juga bias menjadi

• Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain,

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri dan akan selalu membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi segala kebutuhannya. Dilarang merugikan

Kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya tidak dapat terputus dengan yang bernama lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial.semua kegiatan kita dalam

Bagian tubuh makhluk hidup dapat berubah baik ciri, sifat, dan karakternya karena pengaruh lingkungan hidupnya. Jika bagian tubuh dari makhluk hidup selalu atau