• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sarcoptes scabiei varian hominis (Harahap, 2000). Skabies disebut juga dengan itch,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sarcoptes scabiei varian hominis (Harahap, 2000). Skabies disebut juga dengan itch,"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Kejadian Skabies 2.1.1 Pengertian Skabies

Penyakit Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei varian hominis (Harahap, 2000). Skabies disebut juga dengan itch, pamaan itch, seven year itch (diistilahkan dengan penyakit yang terjadi tujuh tahunan). Di Indonesia skabies lebih dikenal dengan nama gudik, kudis, buduk, kerak, penyakit ampera atau gatal agogo (Djuanda, 2006). Penyakit skabies sering disebut kutu badan. Penyakit ini juga mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia dan sebaliknya.

Skabies mudah menyebar baik secara langsung atau melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah dipergunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau sarcoptesnya. Skabies menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti disela – sela jari, siku, selangkangan.

Penyakit kulit skabies menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang skabies, karena apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah tertular kembali penyakit skabies (Yosefw, 2007).

(2)

2.1.2 Sejarah Skabies

Aboumezzan Abdel Malek Ben Zohar merupakan dokter yang pertama mngungkapkan Skabies yang lahir pada tahun 1070 di Spanyol dan wafat pada tahun 1162 di Maroko. Dokter tersebut menuliskan sesuatu yang disebut “soab” yang hidup pada kulit yang menimbulkan rasa gatal. Bila kulit digaruk akan muncul binatang yang sangat sulit dilihat dengan mata telanjang. Pada tahun 1812, Bonomo menemukan Sarcoptes scabiei yang dijelaskan oleh Meunir dan penemuan tersebut yang dibuktikan oleh temuan orang lain. Pada tahun 1839, Gales berhasil mendemonstrasikan cara mendapatkan tungau dari penderita skabies dengan sebuah jarum (Kandun, 2000).

2.1.3 Etiologi Skabies

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda, Klas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei varian hominis. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih, kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.

(3)

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang – kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 – 3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya.

Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3 – 5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 – 3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8 – 12 hari (Handoko, 2001). Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3 – 4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi (Mulyono, 1986).

Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar dengan suhu kamar selama lebih kurang 7 – 14 hari. Kulit yang tipis dan lembab merupaka daerah yang sering di serang, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang. Perkembangan penyakit ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain keadaan sosial – ekonomi yang rendah, kondisi perang, kepadatan penghuni yang tinggi, tingkat hygiene yang buruk, kurangnya pengetahuan, dan kesalahan dalam diagnosis serta penatalaksanaan skabies (Tabri, 2005).

(4)

Transmisi atau perpindahan skabies antara penderita dapat berlangsung melalui kontak langsung (kontak kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual. Selain itu juga dapat melalui kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprai, bantal dan lain – lain (Handoko, 2008).

2.1.4 Epidemiologi Skabies

Skabies telah menyebar ke seluruh dunia, terutama pada daerah beriklim tropis dan subtropis. Penyakit ini dapat mempengaruhi semua jenis ras di dunia, meskipun demikian gambaran akurat insidensinya sulit ditentukan dengan pasti oleh karena berbagai laporan yang ada hanya berdasarkan catatan kunjungan pasien rawat jalan di rumah sakit (Burns DA, 1998). Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6% – 27% populasi umum (Sungkar, 1995). Insiden skabies di negara berkembang menunjukkan siklus fluktuasi yang sampai saat ini belum dapat dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu endemik dan permulaan epidemik berikutnya kurang lebih 10 – 15 tahun (Harahap, 2000).

Skabies merupakan penyakit endemik pada banyak masyarakat. Penyakit ini dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia. Anjing dan kucing merupakan sumber utama penularan skabies dari hewan ke manusia, meskipun hewan lainnya seperti sapi, babi, domba, kuda dapat menularkannya (Soedarto, 2003).

Cara penularan skabies melalui dua cara yaitu melalui kontak langsung dan kontak tak langsung. Kontak langsung yang saling bersentuhan seperti berjabat tangan atau tidur bersama dan kontak tak langsung melalui alat – alat seperti tempat

(5)

tidur, handuk, sprai, bantal, pakaian dan lain – lain. Bahkan penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang yang sehat.

Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama – sama disatu tempat yang relatif sempit (Benneth, 1997). Penularan skabies terjadi ketika orang – orang tidur bersama dengan tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah – sekolah yang ada asramanya serta fasilitas masyarakat seperti Rumah Tahanan Negara.

Proses penyebab terjadinya penyakit skabies dimulai dari rantai sebab akibat ke suatu proses kejadian penyakit, yakni proses interaksi antara manusia (pejamu) dengan berbagai sifatnya (biologis, fisiologis, psikologis, sosiologis dan antropologis) dengan penyebab (agent) dan dengan lingkungan (environment).

Host

Environment Agent Gambar 2.1

Hubungan Interaksi Host, Agent dan Environmet

Dalam teori keseimbangan, interaksi antara ketiga unsur tersebut harus dipertahankan keseimbangannya. Bila terjadi gangguan keseimbangan antara ketiganya, akan menyebabkan timbulnya penyakit tertentu, termasuk penyakit kulit skabies (Noor, 2008).

(6)

a. Unsur penyebab (agent)

Kejadian setiap penyakit sangat dipengaruhi oleh beberapa unsur yang berinteraksi dengan unsur penyebab dan ikut dalam proses sebab akibat. Faktor yang berinteraksi dalam proses kejadian penyakit dalam epidemiologi digolongkan dalam faktor resiko. Dalam hal ini yang berperan menjadi faktor penyebab dalam terjadinya penyakit skabies adalah tungau sarcoptes scabiei. b. Unsur pejamu (host)

Unsur pejamu terutama manusia dibagi dalam dua kelompok sifat utama, yakni manusia sebagai makhluk biologis dan manusia sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk biologis memiliki sifat biologis seperti umur, jenis kelamin, keadaan imunitas dan reaksi tubuh terhadap berbagai unsur dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri. Sedangkan manusia sebagai makhluk sosial mempunyai berbagai sifat khusus seperti kelompok etnik termasuk adat, kebiasaan, agama, kebiasaan hidup dan kehidupan sehari – hari termasuk kebiasaan hidup sehat. Keseluruhan unsur tersebut merupakan sifat karakteristik individu sebagai pejamu dan ikut memegang peranan dalam proses kejadian penyakit, termasuk penyakit kulit skabies yang dapat berfungsi sebagai faktor resiko.

c. Unsur lingkungan (Environment)

Lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan terjadinya proses penyakit. Secara garis besarnya, maka unsur lingkungan dapat di bagi dalam tiga bagian utama, yakni lingkungan fisik, lingkungan biologis dan lingkungan sosial (Noor, 2008).

(7)

2.1.5 Patogenesis Skabies

Beberapa faktor yang mendukung terjadinya peekembangan penyakit skabies, antara lain sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual dengan berganti – ganti pasangan, perkembangan demografis dan ekologis. Penyakit ini juga mudah menular dan sangat cepat perkembangannya, terutama di tempat yang padat penduduk.

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita akibat garukan. Penularan juga dapat terjadi karena bersalaman atau bergandengan tangan yang lama dengan penderita sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kuman skabies berpindah ke lain tangan. Kuman skabies dapat menyebabkan bintil (papul, gelembung berisi air, vesikel dan kudis) pada pergelangan tangan (Handoko, 2008).

Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta tungau yang kira – kira memerlukan waktu sebulan setelah infestasi. Pada saat ini kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papula, vesikel, urtika, dan lain – lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskorisasi (lecet sampai epidermis dan berdarah), krusta (cairan tubuh yang mengering pada permukaan kulit) dan infeksi sekunder (Djuanda, 2006). Mula – mula, manifestasi klinik mungkin ringan, tetapi setelah beberapa minggu kulit mengalami sensitisasi, yang mengakibatkan suatu erupsi yang gatal, tersebar luas dan berupa eritmen (Brown HW, 1979).

Pasien dengan skabies mempunyai gejala yang sangat khas. Ini berbeda dengan penyakit kulit yang lain. Gejala tersebut antara lain :

(8)

a. Proritus nocturna, gatal di malam hari. Terjadi karena aktivitas tungau lebih tinggi pada saat hospes dalam keadaan tenang atau tidak beraktivitas dan pada suhu yang lebih lembab dan panas

b. Penyakit skabies menyerang manusia secara kelompok. Misalnya dalam sebuah keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga dapat terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, misalnya asrama, pesantren dan penjara.

c. Adanya lesi yang khas yaitu berupa terowongan (kurnikulus) pada tempat – tempat predileksi, berwarna putih atau keabu – abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok – kelok, rata – rata panjang 1 cm. Ditemukan papul dan vesikel pada ujung terowongan. Kulit dengan stratum korneum yang tipis yang menjadi tempat predileksinya adalah sela – sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat mengenai telapak tangan dan kaki.

d. Ditemukannya tungau sebagai penentu utama diagnosis. Diagnosis penyakit skabies dapat dibuat jika ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal di atas.

2.1.6 Diagnosis Skabies

Diagnosa skabies dilakukan dengan membuat kerokan kulit pada daerah yang berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan sebaiknya dilakukan agak dalam hingga kulit mengeluarkan darah karena sarcoptes betina bermukim agak dalam di kulit dengan membuat terowongan. Untuk melarutkan kerak digunakan

(9)

larutan KOH 10 persen selanjutnya hasil kerokan tersebut diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 10 – 40 kali. Cara lain adalah dengan meneteskan minyak immesi pada lesi, dan epidermis diatasnya dikerok secara perlahan – lahan (Mawali, 2000).

2.1.7 Pengobatan Skabies

Pengobatan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

a. Delousing, bilas dengan air yang dilarutkan bubuk Diclhoro Diphenyl Trichloroetan (DDT).

b. Olesi dengan salep yang mempunyai daya miticid baik dari zat kimia organik maupun non organik pada bagian kulit yang terasa gatal dan kemerahan, dan didiamkan selama 10 jam.

c. Mandi dengan sabun sulfur / belerang karena kandungan pada sulfur bersifat antiseptik dan antiparasit, tetapi pemakaian sabun sulfur tidak boleh berlebihan karena membuat kulit menjadi kering.

d. Obat tradisional, seperti khasiat tanaman obat permot (Passiflora Foeltida) melalui aplikasi secara topikal atau dengan menggosok – gosokkan pada kulit yang terserang skabies, reaksinya akan mengakibatkan terjadinya pembesaran pori – pori kulit sehingga bahan aktif yang terkandung dalam tanaman permot akan diserap ke dalam kulit dan bereaksi terhadap tungau. Diduga khasiat yang memberikan pengaruh terhadap kematian sarcoptes scabiei adalah asam hidrosianat dan alkaloid.

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat di berantas dan

(10)

memberikan prognosis yang baik (Harahap, 2000). Pengobatan penyakit skabies harus dilakukan secara serentak pada daerah yang terserang skabies agar tidak tertular kembali penyakit ini.

2.2 Sanitasi Lingkungan dan Higiene Perseorangan 2.2.1 Sanitasi Lingkungan

Pengertian sanitasi yaitu suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada kegiatan seseorang untuk berusaha memelihara kesehatan lingkungan hidup manusia. Pencegahan ini dilakukan dengan pemeliharaan makanan, tempat kerja atau peralatan agar sehat dan bebas tercemar dari bakteri, serangga, atau binatang lainnya. Selain pemeliharaan, pengawasan terhadap faktor – faktor lingkungan juga termasuk dalam pencegahan penyakit. Jadi dalam hal ini sanitasi ditujukan kepada lingkungannya, sedangkan hygiene ditujukan kepada orangnya. Beberapa manfaat dapat kita rasakan apabila kita menjaga sanitasi di lingkungan kita, misalnya: mencegah penyakit menular, mencegah kecelakaan, mencegah timbulnya bau tidak sedap, menghindari pencemaran, mengurangi jumlah (presentase sakit), lingkungan menjadi bersih, sehat dan nyaman (Depkes, 2000).

Berdasarkan UU RI No. 23 tahun 1977 tentang pengelolaan lingkungan hidup, lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Menurut Timmreck (2004), lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi luar manusia atau hewan yang bisa menyebabkan akan penularan penyakit.

(11)

Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimal, sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula (Mubarak, 2009). Pemeliharaan lingkungan yang bersih dan sehat tentunya akan berdampak bagi kesehatan. Apabila lingkungan tidak terawat dan tidak dilaksanakannya kesadaran masyarakat dalam berperilaku hidup sehat sehingga berbagai penyakit akan ditimbulkannya, mulai dari penyakit yang menyerang sistem pernafasan, sistem pencernaan dan sistem integument seperti penyakit kulit skabies.

Penyakit kulit skabies adalah salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Adapun faktor yang dominan yang paling penting adalah penyediaan air bersih, kepadatan penghuni kesehatan kamar. Ketiga faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia yang termasuk higiene perseorangan. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar tungau skabies serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula maka akan menimbulkan penyakit kulit.

Pemeliharaan lingkungan juga harus disertai dengan kesadaran individu maupun masyarakat dalam berperilaku hidup sehat. Perilaku hidup sehat adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Dunanti, 2001). Lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan terjadinya proses penyakit. Secara garis besar, unsur lingkungan dapat dibagi dalam tiga bagian utama (Noor, 2008).

a. Lingkungan biologis, seluruh makhluk hidup yang berada di sekitar manusia yang meliputi berbagai mikroorganisme, serta berbagai jenis binatang dan tumbuhan yang dapat mempengarui kehidupan manusia sebagai sumber kehidupan (bahan

(12)

makanan dan obat – obatan) maupun sebagai reservoir / sumber penyakit atau pejamu antara (host intermedia). Lingkungan biologis sangat berpengaruh dan memiliki peranan penting dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur penyebab, baik sebagai unsur lingkungan yang menguntungkan maupun yang mengancam kehidupan / kesehatan manusia.

b. Lingkungan fisik, keadaan fisik di sekitar manusia dapat berpengaruh terhadap manusia baik secara langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia. Lingkungan fisik tersebut terdiri dari udara, keadaan cuaca, geografis dan geologis, air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai sumber penyakit serta berbagai unsur kimiawi serta berbagai bentuk pencemaran pada air.

c. Lingkungan sosial, lingkungan ini meliputi semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, sistem organisasi, serta institusi / peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk masyarakat tersebut.

Usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau menoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup didalamnya. Menurut Riyadi (1994) sanitasi lingkungan adalah prinsip – prinsip untuk meniadakan atau setidak – tidaknya mengurangi faktor – faktor pada lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit, melalui kegiatan – kegiatan yang ditunjukkan untuk mengendalikan: sanitasi air, pembuangan kotoran, air buangan dan sampah, sanitasi udara, vektor dan binatang pengerat, tetapi dalam hal ini yang menjadi prioritas adalah penyediaan air bersih (sanitasi air).

(13)

a. Penyediaan air bersih

Air adalah komponen lingkungan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup makhluk hidup khusunya manusia karena tanpa air manusia tidak dapat hidup. Air juga bias menjadi malapetaka karena tidak tersedia dalam kondisi yang bagus baik kuantitas maupun kualitasnya. Meningkatnya pertumbuhan penduduk serta kegiatan manusia menyebabkan pencemaran sehingga kualitas air yang baik dan memenuhi syarat tertentu sulit diperoleh.

Volume air dalam tubuh manusia rata – rata 65% dari total berat badannya, dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing – masing orang, bahkan juga bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang. Volume rata – rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 100 – 200 liter atau 35 – 40 galon (Chandra, 2007).

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 / Menkes / Per / IX / 1990 tentang syarat – syarat kualitas air bersih meliputi:

1) Syarat Fisik : tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa serta tidak keruh 2) Syarat Kimia, tidak tercemar secara berlebihan oleh zat – zat kimia maupun

mineral karena selain menimbulkan gangguan kesehatan juga merusak instalasi penyediaan air bersih.

3) Kesadahan, merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion – ion (kation) logam valensi dua yang mampu bereaksi dengan sabun sehingga membentuk kerak air. Kesadahan dalam air berasal dari kontaknya dengan tanah dan permukaan batuan dan umumnya air sadah berasal dari daerah dimana lapis tanah atas (topsoil) tebal dan ada pembentukan batu kapur.

(14)

4) Syarat Mikrobiologi, air sebaiknya tidak mengandung bakteri pathogen dan tidak boleh mengandung bakteri golongan coli yang mengganggu kesehatan. Standar yang dipakai adalah total bakteri Coliform dengan batas tidak boleh lebih dari 1 coli/100 ml air.

5) Syarat Radioaktif, adanya batas tertinggi yang diperkenankan adanya aktivitas Alpha (Gross Alpha Activity) tidak boleh lebih dari 0,1 Bq/L dan aktivitas Beta (Gross Beta Activity) tidak boleh lebih dari 0,1 Bq/L.

Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air disebut sebagai waterbone disease atau water related disease. Penyakit yang berhubungan dengan air dapat dikelompokkan berdasarkan cara penularannya, yaitu :

1) Water borne disease, jika kuman patogen ada dalam air dan diminum oleh manusia sehinggga terjadi penjangkitan penyakit pada orang yang meminum air dimaksud, misalnya penyakit cholera, thypus, abdominalis, hepatitis, dan disentri baselir. Pengawasan terhadap penularan penyakit ini sangat diperlukan terutama pengawasan terhadap penggunaan air bersih

2) Water based disease, penularan penyakit akibat dari penggunaan untuk membersihkan alat – alat misalnya alat dapur, alat makan dan pembersihan alat lain. Penularan penyakit dengan cara water based ini antara lain infeksi saluran pencernaan, infeksi kulit seperti skabies dan selaput lendir.

3) Water washed disease, penyakit yang ditularkan air pada orang lain melalui persediaan air sebagai pejamu (host) perantara, misalnya schistosomiasis.

(15)

4) Water related vector insect, yang berhubungan dengan air, penyakit yang berkembang biak dalam air, misalnya malaria, demam berdarah, yellow fever dan trypanosomiasis

Ketersediaan air kadang tidak diiringi dengan usaha – usaha dalam menjaga kebersihan lingkungan sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan terhadap kualitas air sesuai dengan syarat kualitas air yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.

b. Kondisi Fisik Rumah 1) Ventilasi

Rumah seharusnya memiliki sistem pertukaran udara yang baik karena udara segar diperlukan untuk menjaga temperatur udara dan kelembaban udara dalam ruangan serta penghuni memerlukan udara yang segar. Ventilasi adalah usaha untuk memenuhi kondisi atmosfer yang menyenangkan dan menyehatkan manusia. Ventilasi bermanfaat untuk sirkulasi udara dalam ruangan serta mengurangi kelembaban. Salah satu yang mempengaruhi kelembaban dalam ruangan adalah kkeringat manusia. Semakin banyak manusia dalam satu ruangan, kelembaban semakin tinggi khususnya karena uap air baik dari pernafasan maupun keringat. Kelembaban dalam ruangan tertutup dan banyak terdapat manusia di dalamnya lebih tinggi dibanding di luar ruangan.

Secara umum, penilaian ventilasi rumah dengan cara membandingkan antara luas ventilasi dan luas lantai rumah, dengan menggunakan role meter. Menurut indikator penghawaan rumah, luas ventilasi yang memenuhi syarat

(16)

kesehatan adalah ≥ 10% luas lantai rumah dan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah < 10% luas lantai rumah (Kepmenkes, 1999). Menurut Achmadi (2008), ventilasi mempengaruhi proses dilusi udara, juga dengan kata lain mengencerkan konsentrasi debu ataupun kotoran terbawa keluar dan mati terkena sinar ultraviolet. Ventilasi juga merupakan tempat untuk memasukkan cahaya ultraviolet ke dalam rumah, hal ini akan semakin baik apabila konstruksi rumah menggunakan genteng kaca, maka hal ini merupakan kombinasi yang baik.

Menurut Depkes (2002), pengaruh buruk berkurangnya ventilasi adalah berkurangnya kadar oksigen, bertambahnya gas CO

2, adanya bagu pengap,

suhu udara ruangan naik, dan kelembaban udara bertambah. Kecepatan aliran udara adalah penting untuk mempercepat pembersih udara ruangan. Kecepatan udara dikatakan sedang jika gerak udara 5 – 20 cm per detik atau pertukaran udara bersih antara 25 – 30 cfm (cubic feet per minute) untuk setiap yang berada di dalam ruangan.

2) Kelembaban

Rumah merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme, antara lain bakteri, spiroket, ricketsia dan virus. Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara. Selain itu kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan membran mukosa hidung menjadi kering sehingga kurang efektif dalam menghadang mikrooganisme. Sehingga rumah yang

(17)

tidak memiliki kelembaban yang memenuhi syarat kesehatan akan membawa pengaruh bagi penghuninya.

Menurut Suryanto (2003), kelembaban udara akan berpengaruh terhadap konsentrasi pencemar di udara. Kelembaban berhubungan negatif (terbalik) dengan suhu udara. Semakin tinggi suhu udara maka semakin rendah kelembaban udaranya. Kelembaban yang standar apabila kelembaban udaranya akan semakin rendah. Kelembaban merupakan sarana yang baik untuk pertumbuhan beberapa mikroorganisme. Kelembaban rumah yang tinggi dapat mempengaruhi penurunan daya tahan tubuh seseorang sehingga meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Kelembaban juga dapat meningkatkan daya tahan hidup bakteri. Kelembaban dianggap baik jika memenuhi 40 – 70% dan buruk jika kurang dari 40% atau lebih dari 70%.

3) Pencahayaan

Sinar matahari berperan langsung dalam mematikan bakteri dan mikroorganisme lain yang terdapat di lingkungan rumah, khususnya sinar matahari pagi yang dapat menghambat perkembangbiakan bakteri pathogen. Dengan demikian sinar matahari sangat diperlukan didalam ruangan rumah terutama ruangan tidur. Menurut Prabu (2009), salah satu syarat rumah sehat adalah tersedianya pencahayaan yang cukup, karena suatu rumah yang tidak mempunyai cahaya selain dapat menimbulkan perasaan kurang nyaman, juga dapat menimbulkan penyakit.

(18)

Pencahayaan alami dan / atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan (Kepmenkes, 1999). Pencahayaan dibedakan menjadi dua yaitu pencahayaan alamiah dan buatan. Cahaya alamiah bersumber dari matahari. Oleh sebab itu, jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang – kurangnya 15% – 20% dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah. Jendela yang berfungsi sebagai ventilasi udara, juga sebagai jalan masuk cahaya. Perlu diperhatikan letak jendela agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Pencahayaan buatan bersumber dari cahaya yang bukan alamiah seperti lampu listrrik, lampu minyak tanah, api dan sebagainya. Kualitas dari cahaya buatan tergantung dari terangnya sumber cahaya.

4) Kepadatan penghuni

Menurut Sukini (1989), kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah bakteri penyebab penyakit menular. Selain itu kepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara didalam rumah. Dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin cepat udara dalam rumah mengalami pencemaran oleh karena CO2dalam rumah akan cepat meningkatkan dan akan

menurunkan kadar O2 yang diudara. Kemeterian Kesehatan RI yang

menggunakan luas lantai kamar minimal sebesar 4,5 m²dan anak – anak usia 1 – 10 tahun memerlukan 1,5 m², sedangkan ketentuan luas ruangan untuk setiap orang di lembaga pemasyarakatan menurut Surat Edaran Dirjen. Pemasyarakatan tahun 2005 adalah 1,80 x 3,00 m/orang.

(19)

5) Lantai bangunan

Menurut Suyono (2005) , lantai rumah jenis tanah memiliki peran terhadap proses kejadian penyakit, melalui kelembaban dalam ruangan. Lantai merupakan dinding penutup ruangan bagian bawah, konstruksi lantai rumah harus rapat air dan selalu kering agar mudah dibersihkan dari kotoran dan debu. Selain itu dapat menghindari naiknya tanah yang dapat menyebabkan meningkatnya kelembaban dalam ruangan. untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah, maka lantai rumah sebaiknya dinaikkan 20 cm dari permukaan tanah. Keadaan lantai rumah perlu dibuat dari bahan yang kedap terhadap air sehingga lantai tidak menjadi lembab dan selalu basah seperti tegel, semen dan keramik. Lantai yang tidak memenuhi syarat dapat dijadikan tempat hidup dan perkembangbiakan bakteri terutama vektor penyakit lainnya. Menjadikan udara dalam ruangan lembab, pada musim panas lantai menjadi kering sehingga dapat menimbulkan debu yang berbahaya bagi penghuninya.

2.2.2 Higiene Perseorangan

Higiene adalah seluruh kondisi atau tindakan untuk meningkatkan kesehatan. Higiene adalah ilmu yang berkaitan dengan pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan. Pengertian higiene juga mencakup usaha perawatan diri (personal hygiene), termasuk juga perlindungan kesehatan akibat pekerjaan (Merriam W, 2009). Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perseorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perseorangan adalah suatu

(20)

tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto dan Wartonah, 2003).

Pemeliharaan kebersihan diri adalah tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Dikatakan memiliki kebersihan diri baik apabila orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku serta kebersihan genitalia. Manfaat yang dapat di petik dengan merawat kebersihan diri, memperbaiki kebersihan diri, mencegah penyakit, meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan keindahan. Menurut Perry (2005), higiene perseorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah ketidak mampu seseorang melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.

Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan di dalam kehidupan sehari – hari karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Skabies sangat erat hubungannya dengan higiene perseorangan yang buruk. Yang mempengaruhi higiene perseorangan adalah sebagai berikut :

a. Body image, pencintraan seseorang terhadap dirinya dapat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.

b. Praktik sosial, anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola higiene perseorangan.

(21)

c. Status sosial – ekonomi, dalam higiene perseorangan memerulukan uang nutuk menyediakan beberapa alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi.

d. Pengetahuan, pengetahuan dalam higiene perseorangan sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.

e. Budaya, disebagian masyarakat jika seseorang sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.

f. Kebiasaan seseorang, kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain – lain.

g. Kondisi fisik, pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang ditimbulkan dalam higiene perseorangan dibedakan menjadi dua yaitu dampak fisik dan dampak psikososial. Dampak fisik yang dialami dengan banyaknya gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku. Sedangkan dampak psikososial yang dialami adalah masalah sosial yang berhubungan dengan higiene perseorangan yaitu gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

Manfaat dalam merawat kebersihan diri, memperbaiki kebersihan diri, mencegah penyakit, meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan keindahan.

(22)

a. Kebersihan Kulit

Kebersihan individu yang buruk atau bermasalah akan mengakibatkan berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering dialami seseorang tidak terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit (Wartonah, 2003). Kulit yang pertama kali menerima rangsangan seperti rangsangan sentuhan, rasa sakit, maupun pengaruh buruk dari luar. Kulit berfungsi untuk melindungi permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan kotoran-kotoran tertentu. Kulit juga penting bagi produksi Vit. D oleh tubuh yang berasal dari sinar ultraviolet. Mengingat pentingnya kulit sebagai pelindung organ-organ tubuh didalammnya, maka kulit perlu dijaga kesehatannya (Wijayakusuma, 2004). Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus, kuman, parasit hewani dan lain – lain. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit adalah Skabies (Djuanda, 2000). Sabun dan air adalah hal yang penting untuk mempertahankan kebersihan kulit. Mandi yang baik adalah : 1) Satu sampai dua kali sehari, khususnya di daerah tropis. 2) Bagi yang terlibat dalam kegiatan olah raga atau pekerjaan lain yang mengeluarkan banyak keringat dianjurkan untuk segera mandi setelah selesai kegiatan tersebut. 3) Gunakan sabun yang lembut. Germicidal atau sabun antiseptik tidak dianjurkan untuk mandi sehari-hari. 4) Bersihkan anus dan genitalia dengan baik karena pada kondisi tidak bersih, sekresi normal dari anus dan genitalia akan menyebabkan iritasi dan infeksi. 5). Bersihkan badan dengan air setelah memakai sabun dan handuk yang sama dengan orang lain (Webhealthcenter, 2006).

(23)

b. Kebersihan rambut

Rambut yang terpelihara dengan baik sehingga rambut akan subur dan indah serta menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau apek. Yang perlu diperhatikan dalam kebersihan rambut dan kulit kepala adalah memperhatikan kebersihan rambt dengan mencuci rambut sekurang – kurangnya 2 kali seminggu, mencuci rambut memakai shampoo / bahan pencuci rambut lainnya dan sebaiknya menggunakan alat – alat pemeliharaan rambut sendiri.

Kesehatan yang baik secara menyeluruh penting artinya bagi rambut yang menarik, dan seperti halnya kulit, kebersihan membantu kita memelihara badan supaya menarik. Penyakit berpengaruh buruk pada rambut, terutama jika terdapat kelainan endokrin, suhu badan yang naik, kurang makan, rasa cemas atau ketakutan.

c. Kebersihan tangan, kaki dan kuku

Perawatan tangan, kaki dan kuku secara wajar penting artinya bagi manusia dalam usia berapapun dan kapanpun, akan tetapi dengan semakin bertambahnya usia dan terutama pada saat sakit, perawatan tangan, kaki dan kuku akan semakin penting. Kaki, tangan dan kuku membutuhkan perhatian khusus dalam praktik higiene seseorang, karena semuanya rentan terhadap berbagai macam infeksi. Bagi penderita skabies akan sangat mudah penyebaran penyakit ke wilayah tubuh yang lain. Oleh karena itu, butuh perhatian ekstra untuk kebersihan tangan dan kuku sebelum dan sesudah beraktivitas. 1) Cuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah ke kamar mandi dengan menggunakan sabun. Menyabuni dan mencuci tangan harus meliputi area antara jari tangan,

(24)

kuku dan punggung tangan. 2) Handuk yang digunakan untuk mengeringkan tangan sebaiknya dicuci dan diganti setiap hari. 3) Jangan menggaruk atau menyentuh bagian tubuh seperti telinga, hidung, dan lain – lain saat menyiapkan makanan. 4) Pelihara kuku agar tetap pendek, jangan memotong kuku terlalu pendek sehingga mengenai pinch kulit (Webhealthcenter, 2006).

Para warga binaan selalu memakai sendal / selop setiap hari. Para warga binaan dianjurkan menjaga kebersihan kakinya dengan selalu memakai sendal / selop / alas kaki yang kering agar terhindar dari penyakit kulit skabies, karena sarkoptis skabie selalu hidup pada tempat – tempat yang lembab dan tertutup. d. Kebersihan Genitalia

Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak warga binaan mengalami infeksi di alat reproduksinya akibat garukan, apalagi warga binaan tersebut sudah mengalami skabies diarea tertentu maka garukan di area genitalia akan sangat mudah terserang penyakit kulit skabies, karena area genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari. Salah satu contoh pendidikan kesehatan di dalam keluarga, misalnya bagaimana orang tua mengajarkan anak cebok secara benar. Seperti penjelasan, bila ia hendak cebok harus dibasuh dengan air bersih. Caranya menyiram dari depan ke belakang bukan belakang ke depan. Penyebabnya karena kuman dari belakang (dubur) akan masuk ke dalam alat genital. Jadi hal tersebut, harus diberikan ilmunya sejak dini. Kebersihan genital lain, selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu pemakaian celana dalam. Apabila ia mengenakan celana pun, pastikan celananya dalam keadaan kering. Selain kebersihan genital, peningkatan gizi juga

(25)

merupakan hal yang penting untuk tumbuh kembang anak. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur. Oleh karena itu seringlah menganti celana dalam (Safitri, 2008).

2.2.3 Hubungan Sanitasi Lingkungan Dan Higiene Perseorangan Dengan Kejadian Skabies.

Penyakit skabies merupakan penyakit yang dapat ditularkan, yang paling sering dengan kontak lansung dan dapat pula melalui alat – alat seperti handuk, pakaian, tempat tidur, bantal, selimut dan lain – lain. Selain itu juga dapat ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang lain. Penyakit skabies berkaitan dengan lingkungan dan kebersihan perseorangan atau apabila tinggal secara bersama – sama dengan orang banyak disatu tempat yang relatif sempit seperti asrama, pemondokan, rumah tahanan dan lain sebagainya.

Apabila tingkat kesadaran yang cukup rendah dimiliki oleh penghuni tempat tersebut, derajat keterlibatan pihak yang terkait dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, minimnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air bersih akan menambah permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada. Penyebaran dalam penularan skabies bisa terjadi ketika orang banyak tidur bersama dalam satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah – sekolah yang berasrama dan pemondokan, fasilitas kesehatan yang dipakai masyarakat serta rumah tahanan yang dihuni oleh warga binaan.

(26)

2.3 Rumah Tahanan Negara

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.04.0PR.07.03 Tahun 1985 tentang Struktur Organisasi Tahanan Negara diklasifikasikan dalam 3 (tiga) klas berdasarkan kapasitas dan lokasi, yaitu :

1. Rumah Tahanan Negara Klas I 2. Rumah Tahanan Negara Klas II A

3. Rumah Tahanan Negara Klas II B serta didukung oleh Cabang Rumah Tahanan Rumah Tahanan sebagai salah satu tempat yang sulit untuk menjalankan program pencegahan dan perawatan efektif bagi warga binaan. Namun sampai akhir Desember 2012, dari 439 lapas / rutan (kapasitas 102.466 orang) di Indonesia dengan jumlah narapidana 193.339, sementara jumlah tahanan 48.732 orang dan tersebar di 33 wilayah belum semuanya memiliki fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai, namun sudah dapat melaksanakan pelayanan kesehatan kepada warga binaan.

Berdasarkan Undang – Undang No. 12 tahun 1995, Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) adalah insan tahanan, narapidana dan anak didik pemasyarakatan sebagai anggota masyarakat yang mempunyai hak yang sama dengan anggota masyarakat lainnya untuk mendapatkan derajat kesehatan yang optimal. Salah satu aspek penting yang memerlukan perhatian yaitu keadaan kesehatan baik fisik, mental maupun sosial. Perlakuan dan pelayanan kesehatan pada tahanan, narapidana atau anak didik pemasyarakatan dapat dipakai sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan di bidang hukum baik secara nasional maupun internasional.

(27)

Salah satu prinsip – prinsip kunci dalam Peraturan Minimum Standar Perlakuan terhadap warga binaan pemasyarakatan adalah rutan / lapas memiliki kewajiban untuk melayani narapidana. Standar kesehatan yang ada di masyarakat sekurang – kurangnya sama dengan standar perawatan kesehatan di Rutan atau Lapas. Tak seorang pun harus menderita karena tidak adanya perawatan kesehatan hanya karena mereka di penjara.

Dokter dan perawat yang berkualitas harus tersedia. Petugas lapas juga harus membantu mengidentifikasikan narapidana yang mungkin sakit dan memberikan pertolongan pertama kepada narapidana yang cedera. Petugas lapas tidak boleh menghalangi warga binaan pemasyarakatan yang membutuhkan perawatan kesehatan, justru mereka harus membantu narapidana untuk menemui petugas medis. Ini juga berlaku untuk semua warga binaan pemasyarakatan baik itu sangat jahat sekalipun. Semua tergantung petugas medis untuk memutuskan apa yang perlu dilakukan terhadap warga binaan pemasyarakatan, dan bukan petugas Rumah Tahanan atau Lapas (Nemberini, 2007).

Semua narapidana ketika masuk ke lapas harus menerima pemeriksaan medis khususnya penyakit kronis dan penyakit menular. Obat – obatan harus tersedia bilamana diresepkan oleh dokter. Petugas lapas perlu memahami tentang kontrol penyakit menular, mereka harus dilatih dalam upaya pencegahan penyakit menular. Cara ini efektif untuk melindungi petugas, rekan kerja mereka dan narapidana. Pencegahan ini diberlakukan agar semua cairan tubuh seperti air liur, air seni, darah dan tinja yang mungkin dapat ditularkan akan dapat dicegah.

(28)

Mereka melakukan tindakan ini agar kekhawatiran khususnya akan terjangkit atau tidaknya petugas dan nadapidana di lapas. Perlakuan setiap orang seakan – akan mereka telah tertular, termasuk nadapidana dan petugas lainnya di lapas akan memperlakukan setiap cairan tubuh yang tertumpah seakan – akan itu menular, dan karenanya desinfeksi harus dilakukan secepatnya, menggunakan desinfektan yang telah disetujui dan efektif.

2.4 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Sanitasi Lingkungan : • Ventilasi • Kelembaban • Pencahayaan • Kepadatan Penghuni • Kondisi Lantai

• Ketersediaan Air Bersih

Higiene Perseorangan : • Kebersihan Kulit dan Rambut • Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku • Kebersihan Genitalia

• Kebersihan Pakaian dan Handuk • Kebersihan Tempat Tidur dan Sprai

Kejadian Skabies : a. Ya

Gambar

Gambar 2.2  Kerangka Konsep Sanitasi Lingkungan : •  Ventilasi •  Kelembaban •  Pencahayaan •  Kepadatan Penghuni •  Kondisi Lantai

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil yang dilakukan dari catatan lapangan, dilanjutkan dengan data wawancara serta dokumentasi, maka kegiatan belajar mengajar di SLB Pelita Hati

Pemeriksaan diagnostik kontras radiologi #$%&amp;IVP adalah ilmu yang mempela!ari  prosedur atau tata cara pemeriksaan gin!al, ureter, dan buli&amp;buli menggunakan sinar&amp;'

Nilai konstanta laju reaksi pada suhu yang berbeda, karena konstanta laju reaksi berbanding lurus dengan laju reaksi, untuk laju reaksi prediksi yang dihasilkan dengan

Bahan baku yang digunakan dalam proses ini adalah amonia cair dan larutan formalin dengan konsentrasi 37 %. Untuk mempertahankan suhu digunakan pendingin

Secara garis besar bisa dikelompokkan sebagai berikut : (i) Jenis struktur lepas-pantai terpancang (fixed offshore structure) atau biasa disebut juga pile-supported platform, atau

1.3 Predpostavke in omejitve raziskave Predpostavke: • glede na trende pozitivnega razvoja gradbeništva menimo, da ima proučevano podjetje še veliko možnosti razvoja, saj se ukvarja

Peta multimedia peristiwa sejarah kerajaan Majapahit yang telah dibuat kemudian diuji seberapa besar tingkat “ketertarikan” serta kejelasan data yang disajikan

Praktik mengajar mandiri merupakan kelanjutan dari praktik mengajar terbimbing. Setelah membuat silabus dan RPP, mahasiswa diterjunkan ke kelas untuk diberi kesempatan