(Kuasi Eksperimen di MA Negeri 11 Jakarta)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
NUR ALFY ILMY
NIM: 109016100037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
i
Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Saraf Manusia. Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran direct instruction dengan suplemen rumah belajar (situs e-learning Kemdikbud) terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem saraf manusia. E-learning yang digunakan sebagai suplemen adalah e-learning yang berasal dari situs e-learning Kemdikbud yakni Rumah Belajar yang dipantau menggunakan group diskusi facebook untuk mengontrol pembelajaran siswa. Penelitian ini dilakukan di MAN 11 Jakarta Selatan tahun ajaran 2013/2014 dengan metode kuasi eksperimen yang menggunakan desain pretest-posttest control group design. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI-IPA 1 yang berjumlah 36 siswa sebagai kelompok eksperimen yang menggunakan rumah belajar sebagai suplemen dan siswa XI-IPA 2 yang berjumlah 36 siswa sebagai kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional media power point dikelas. Analisis data posttest diperoleh thitung sebesar 8,26 dan ttabel pada taraf signifikan 5% yaitu sebesar 1,99 maka thitung>ttabel. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran direct instruction dengan suplemen rumah belajar (situs e-learning kemdikbud) terhadap hasil belajar pada materi sistem saraf manusia.
ii
Nur Alfy Ilmy., 109016100037. The influence of Direct Instruction Learning by using Rumah Belajar supplement (E-Learning site of Education and
Cultural Ministry) toward students’ Learning Outcomes in Human Neural
System Material. BA Thesis, Biology Education Study Program, Departement of
Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
This research was aimed to know the influence of Direct Instruction Learning by using Rumah Belajar supplement (E-Learning site of Education and
Cultural Ministry) toward students’ learning outcomes in human neural system
material. In this research, e-learning that was used as supplement is e-learning which came from E-Learning of The Ministry Education and Cultural site namely Rumah Belajar which was monitored by facebook group discussion in order to
control the students’ way of study. This research was done in MAN 11 Jakarta
Selatan year 2013/2014 by using Quasy Experiment with the pretest-posttest control group design. The research sample is the students of XI-IPA 1 which contained 36 students as experiment group which utilized Rumah Belajar as supplement and the students of XI-IPA 2 which contained 36 students as control group which used conventional study such as the using of power point media in class. From the posttest data analysis, it is known that thitung was gained 8.26. With the ttabel in the 5% significance level which means 1.99 as number, it means that thitung>ttable. It is shown that there is an influence in the utilization Direct Instruction Learning by using Rumah Belajar supplement (E-Learning sites of
Education and Cultural Ministry) toward students’ learning outcomes in human
neural system material.
iii
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan ridho-Nya yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi dengan judul Pengaruh Pembelajaran Direct Instruction dengan suplemen Rumah Belajar (Situs E-Learning Kemdikbud) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Saraf Manusia.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukunan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih. Dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Nurlena Rifai, MA., Ph. D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Zulfiani, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan pembimbing I dalam penyusunan skripsi serta memberikan bimbingan dan motivasi selama penyusunan skripsi.
4. Yanti Herlanti, M.Pd, pembimbing II dalam penyusunan skripsi dan dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi selama penyusunan skripsi.
5. Sulistiyowati, S.Pd, guru bidang studi IPA-Biologi kelas XII IPA1 Madrasah Alawiyah Negeri 11 Jakarta yang telah memberikan arahan selama terlaksananya penelitian skripsi.
iv
8. Sahabat-sahabat pendidikan biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2009 khusunya Putriyani, Indah Pratiwi, dan Ika Eliza Cholistyana terima kasih atas dukungan dan bantuannya.
9. Rian Triarno, S.Kom, terima kasih atas dukungan dan motivasinya selama pembuatan skripsi.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu baik secara langsung, dari lubuk hati yang paling dalam saya ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Jakarta, Januari 2014
v
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Kegunaan Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik ... 7
1. Kajian Teoritis Hasil Belajar... 7
a. Konsep Belajar ... 7
b. Beberapa Teori Belajar ... 8
c. Prinsip-Prinsip Belajar ... 9
d. Konsep Hasil Belajar ... 10
e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 12
2. Kajian Teoritis Direct Instruction ... 13
a. Pengertian Direct Instruction ... 13
b. Ciri-ciri Direct Instruction ... 14
c. Tahap-tahap Pembelajaran Direct Instruction ... 15
vi
d. Fungsi Pembelajaran E-Learning... 23
e. Manfaat Pembelajaran E-Learning ... 23
f. Kelebihan dan Kekurangan E-learning ... 24
4. Kajian Teoritis Rumah Belajar ... 28
a. Pengertian Rumah Belajar... 28
b. Konsep Rumah Belajar ... 30
c. Manfaat Rumah Belajar ... 30
d. Tujuan Rumah Belajar ... 32
e. Fasilitas Rumah Belajar ... 32
f. Solusi yang Ditawarkan Oleh Teknologi Rumah Belajar ... 35
5. Materi Sistem Saraf Manusia ... 31
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 37
C. Kerangka Berpikir ... 39
D. Hipotesis Penelitian ... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 41
B. Metode dan Desain Penelitian... 41
C. Populasi dan Sampel ... 44
D. Teknik Pengumpulan Data ... 45
1. Instrumen Pengumpulan Data ... 45
a. Tes Tertulis ... 45
b. Kisi-kisi kuisioner literasi ICT Se- MAN Jakarta Selatan ... 46
c. Lembar Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Situs Rumah Belajar ... 48
2. Kalibrasi Instrumen ... 49
a. Validitas Instrumen ... 49
vii
1. Pengolahan Data Kuantitatif ... 51
a. Uji Normalitas ... 51
b. Uji Homogenitas ... 53
c. Normal Gain ... 53
d. Uji Hipotesis ... 54
2. Pengolahan Data Kualitatif ... 55
F. Hipotesis Statistik ... 55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Data Deskripsi Nilai ... 57
1. Deskripsi Data Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen ... 57
2. Deskripsi Data Nilai N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol... 60
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 61
1. Uji Persyaratan Analisis Data ... 61
a. Uji Normalitas ... 61
b. Uji Homogenitas ... 62
2. Pengujian Hipotesis ... 63
C. Hasil Data Proses Pembelajaran ... 64
1. Partisipasi Siswa Proses Pembelajaran E-Learning ... 64
2. Hasil Lembar Observasi Terhadap Guru Kelas Eksperimen ... 65
3. Hasil Lembar Observasi Terhadap Siswa Kelas Eksperimen ... 66
4. Hasil Angket Antusias Siswa ... 66
D. Pembahasan ... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73
ix
Tabel 2.1Tahap Kegiatan Direct Instruction ... 16
Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 36
Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 42
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian dan Distribusi Soal Valid ... 46
Tabel 3.3 Kisi-kisi kuisioner pemanfaatan literasi ICT Se- MAN JakSel ... 47
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 48
Tabel 4.1 Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 58
Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Pretest dan Postest Per Indikator ... 59
Tabel 4.3 Perhitungan Normal Gain ... 60
Tabel 4.4 Jumlah tiap kategori n-gain ... 60
Tabel 4.5 Uji Normalitas Prestes dan Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 61
Tabel 4.6 Perhitungan Uji Homogenitas Pretest Dan Posttest Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen ... 62
Tabel 4.7. Uji Hipotesis Hasil Pretest dan Posstest dengan Uji-t ... 63
Tabel 4.8 Hubungan Partisipasi siswa dengan hasil belajar ... 64
x
Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen ... 80
Lampiran 2 Uji Instrumen Penelitian ... 103
Lampiran 3 Hasil Analisis Instrumen Penelitian ... 113
Lampiran 4 Instrumen Penelitian ... 125
Lampiran 5 RPP Kelas Eksperimen ... 132
Lampiran 6 RPP Kelas Kontrol... 153
Lampiran 7 Rekapitulasi Nilai Proses Pembelajaran ... 165
Lampiran 8 Data Nilai ... 168
Lampiran 9 Data Nilai Per Indikator ... 172
Lampiran 10 Perhitungan Mean, Median, dan Modus serta Distribusi Frekuensi untuk Skor Hasil Pretest Siswa Kelas Kontrol ... 176
Lampiran 11 Perhitungan Mean, Median, dan Modus serta Distribusi Frekuensi untuk Skor Hasil Posttest Siswa Kelas Kontrol ... 178
Lampiran 12 Perhitungan Mean, Median, dan Modus serta Distribusi Frekuensi untuk Skor Hasil Pretest Siswa Kelas Eksperimen ... 180
Lampiran 13 Perhitungan Mean, Median, dan Modus serta Distribusi Frekuensi untuk Skor Hasil Posttest Siswa Kelas Eksperimen ... 183
Lampiran 14 Hasil Uji Normal Gain Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 185
Lampiran 15 Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 187
Lampiran 16 Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 190
Lampiran 17 Uji Homogenitas Pretest dan Posttest ... 192
Lampiran 18 Uji Hipotesis ... 194
Lampiran 19 Hasil Observasi Kelas Eksperimen ... 197
Lampiran 20 Hasil Observasi Kelas Kontrol ... 209
Lampiran 21 Hasil Observasi dan Kuisioner Pemanfaatan ICT ... 220
Lampiran 22Angket Siswa Terhadap Pembelajaran Situs Rumah Belajar ... 223
Lampiran 23 Kontrak Pembelajaran Situs E-Learning Rumah Belajar ... 227
xi
Gambar 2.1 Menu bar ... 33
Gambar 2.2 Logo Rumah Belajar ... 33
Gambar 2.3 Menu satuan pendidikan ... 33
Gambar 2.4 Menu fasilitas Rumah Belajar ... 34
Gambar 2.5 Menu login dan pendaftaran ... 34
Gambar 2.6 Menu Cermin Kita ... 34
Gambar 2.7 Live streaming TV Edukasi ... 35
Gambar 2.8 Statistik Pengunjung Rumah Belajar ... 30
Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 43
1 A. Latar Belakang
Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, bahkan sejak mereka lahir sampai akhir hayat. Pernyataan tersebut menjadi ungkapan bahwa manusia tidak dapat lepas dari proses belajar itu sendiri sampai kapanpun dan dimanapun manusia berada dan belajar juga menjadi kebutuhan yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) telah melaju dengan pesatnya karena selalu berkaitan dengan perkembangan teknologi yang memberikan wahana yang memungkinkan perkembangan tersebut. Pada saat ini perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang sangat pesat ada pada internet. Internet memanfaatkan komputer sebagai perangkat untuk melakukan interaksi dalam memperoleh pengetahuan dan informasi yang diinginkan. Informasi dan pengetahuan semakin beragam dan mudah penyebarannya. Hal ini menuntut guru dan siswa untuk dapat mempergunakan sebaik-baiknya.
Informasi dan pengetahuan yang beragam melalui internet dapat membantu guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Guru dapat memanfaatkan TIK untuk menampilkan pengajaran yang mudah untuk diserap peserta didik. Media pembelajaran dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi ajar dan mempermudah peserta didik dalam menyerap materi pelajaran. Salah satu pemanfaatan media pembelajaran yang berbasis internet yaitu e-learning.
E-learning adalah pembelajaran dengan menggunakan bantuan perangkat elektronik.1 E-learning merupakan salah satu bentuk dari belajar
1 Soekartawi, “
jarak jauh dengan sistem modul melalui internet, tv dan radio. Pemanfaatan e-learning melalui internet lebih efektif pada saat ini karena pembelajaran melalui e-learning akan mengubah peran seorang guru, the era of teacher menjadi the era of teacher, book and technology.2 Saat ini sudah banyak lembaga pendidikan di Indonesia yang memanfaatkan e-learning sebagai alternatif pembelajaran, karena e-learning dapat menghemat finansial dengan jangkauan siswa yang lebih banyak.3
E-Learning berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah siswa akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau menggunakan pembelajaran model konvensional. Tidak ada kewajiban/keharusan bagi siswa untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya operasional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan. Sehingga, siswa yang merasa perlu memanfaatkan materi pembelajaran elektronik akan lebih baik. Namun yang sulit menggunakannya cukup menggunakan model konvensional.4
Model pengajaran yang sesuai dengan media e-learning adalah pengajaran langsung (direct instruction). Model pengajaran langsung (direct instruction) adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar mengajar peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.5
Proses belajar mengajar model direct instruction dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek dan kerja kelompok. Dalam menggunakan direct instruction ini guru dapat mengajarkan materi atau
2
Ibid., h. 199. 3
Budi Sutedjo Dharma Oetomo, e-Education: Konsep, Teknologi dan Aplikasi Internet Pendidikan (Yogyakarta: ANDI Yogyakarta, 2002), h. 3.
4
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h.212-213.
5
keterampilan baru dengan diskusi kelompok. Hal tersebut bertujuan untuk melatih siswa berpikir, menerapkan keterampilan yang baru diperolehnya, serta membangun pemahamannya sendiri tentang materi pembelajaran.
Pemerintah Indonesia sudah memiliki Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 31 dan SK Mendiknas No. 107/U/2001 tentang Pendidikan Tinggi Jarak Jauh (PTJJ). UU ini mengijinkan penyelenggara pendidikan di Indonesia untuk melaksanakan pendidikan melalui cara PTJJ dengan memanfaatkan Teknologi Informasi, yang mengakomodasi e-learning. Kebijakan e-learning tersebut akan terangkum dalam Cetak Biru Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Tatanan Sistem Pendidikan Dasar dan Menengah.6
Pemerintah sudah menyediakan sebuah fasilitas e-learning yang disebut Rumah Belajar untuk tingkat SD, SMP, dan SMA, yang dapat diakses dengan mudah oleh semua siswa dan guru dari seluruh Indonesia melalui jejaringan yang terhubung melalui internet. Portal Rumah Belajar merupakan portal pembelajaran resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dengan alamat url http://belajar.kemdikbud.go.id, portal Rumah Belajar menyediakan berbagai bahan belajar serta fasilitas komunikasi dan interaksi antar komunitas pendidikan. Portal ini berisi bahan belajar untuk guru, bahan belajar siswa, wahana aktivitas komunitas/forum, bank soal dan katalog media pembelajaran. Rumah Belajar ditujukan untuk siswa, guru, dan masyarakat luas, siapapun yang mau belajar. Portal belajar diharapkan menjadi milik komunitas, dengan pengisian konten dan aktivitas dari dan untuk komunitas belajar. Sedangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dalam hal ini Pustekkom sebagai inisiator, fasilitator dan regulator.7
Rumah belajar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran. Rumah Belajar memfasilitasi peserta didik secara menyenangkan, tidak hanya mendengarkan ceramah guru di kelas tapi juga dapat belajar mandiri dengan
6
Darmawan, op.cit., h. 13. 7
materi-materi pelajaran yang sama diberikan guru di sekolah. Pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran e-learning melalui situs Rumah Belajar. Rumah belajar menyediakan materi biologi kelas XI SMA/MA, diantaranya sistem saraf manusia, sistem indera manusia, sistem pencernaan manusia, dan pembuahan ganda.8
Materi sistem saraf terdiri dari konsep-konsep yang sulit untuk dipahami oleh siswa.Berdasarkan penelitian dilakukan oleh Meily di SMAN
“X” di Bandung, memperoleh hasil belajar materi sistem saraf pada tahun 2009/2010 adalah 63 dan dua tahun kebelakang perolehan ulangan harian di setiap kelasnya berkisar 63-66. Hal tersebut menandakan hasil belajar siswa yang rendah pada materi sistem saraf.9
Diharapkan melalui pembelajaran direct instruction dengan suplemen Rumah Belajar, dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi pada umumnya dan pada materi sistem saraf manusia pada khususnya. Hasil dari penelitian ini dapat dipertimbangkansebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem saraf manusia maupun untuk materi lainnya.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi di antaranya yaitu:
1. Implementasi guru dalam pembelajaran e-learning masih rendah.
2. Pemanfaatan situs e-learning yang telah disediakan Kemdikbud yakni portal Rumah Belajar (http://belajar.kemdikbud.go.id masih kurang. 3. Materi pokok sistem saraf manusia terdapat banyak materi yang bersifat
abstrak bagi siswa.
8
Kemdikbud, Materi Pokok SMA Kelas 11 Biologi, 2013, (http://sumberbelajar.kemdikbud.go.id).
4. Hasil belajar siswa untuk materi sistem saraf manusia pada umumnya rendah.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah ada, agar penelitian ini dapat terarah, perlu adanya ruang lingkup masalah yang diteliti dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1. E-learning yang digunakan dalam penelitian ini sebagai suplemen (tambahan) dan e-learning berasal dari situs e-learning Kemdikbud yakni Rumah Belajar. Rumah Belajar merupakan situs pembelajaran resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dengan alamat url http://belajar.kemdikbud.go.id. Portal ini berisi bahan belajar untuk guru, bahan belajar siswa, wahana aktivitas komunitas/forum, bank soal dan katalog media pembelajaran.
2. Hasil belajar siswa dijaring melalui hasil belajar pada aspek kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yang meliputi jenjang C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (menerapkan), C4 (menganalisis).
3. Siswa yang digunakan sebagai subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPA MA Negeri 11 Jakarta yang terdaftar pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang sudah dijelaskan, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
“Apakah pembelajaran direct instruction dengan suplemen rumah belajar (situs e-learning Kemdikbud) dalam pembelajaran sistem saraf manusia berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?”
E. Tujuan Penelitian
rumah belajar (situs e-learning Kemdikbud) terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem saraf manusia.
F. Kegunaan Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan alternatif pengajaran dengan menggunakan media rumah belajar disekolah, sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar Biologi dengan menggunakan e-learning.
2. Pembelajaran e-learning diharapkan juga dapat memotivasi guru untuk lebih menguasai fasilitas teknologi dan menerapkannya dalam pembelajaran di kelas. Agar lebih bisa memanfaatkan lagi fasilitas di sekolah yang sudah tersedia.
7 A. Deskripsi Teoritik
1. Kajian Teoritis Hasil Belajar a. Konsep Belajar
Definisi umum dari belajar adalah proses kognitif yang dialami selama tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.1 Gagne menyatakan bahwa belajar merupakan sebuah proses perubahan perilakuorganisasi sebagai akibat dari pengalaman yang telah dihadapinya.2
Witherington dalam bukunya Nana Syaodih Sukmadinata, belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecapakan.3
Suryabrata mengemukakan indikasi dari belajar dalam tiga hal pokok yaitu belajar itu membawa perubahan (changes, aktual dan potensial), belajar mendapatkan kecakapan baru, dan belajar terjadi karena usaha (dengan sengaja).4
Dari beberapa pendapat tentang pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap yang tidak disebabkan oleh pembawaan, kematangan, dan keadaan-keadaan sesaat seseorang, namun terjadi sebagai hasil latihan dalam interaksi dengan lingkungan.
1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 201), Cet.15, h. 90.
2
Ratna Wilis Dahar, Teori Teori Belajar & Pembelajarannya, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 2 3
Nana SyaodihSukmadinata, LandasanPsikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2009), h. 155-156.
4
b. Beberapa Teori Belajar
Sukmadinata mengemukakan teori-teori belajar bersumber dari teori atau aliran-aliran psikologi. Secara garis besar dikenal ada tiga teori psikologi yaitu: (1) teori Disiplin Mental,jika anak dilatih banyak mengulang-ulang, menghafal sesuatu, maka ia akan terus ingat akan hal itu, (2) Behaviorisme,tingkah laku manusia berasal dari suatu hubungan antara perangsang jawaban atau stimulus-respons, (3) Cognitivisme-Gestalt-Field,proses individu mendapatkan suatu pengetahuan berawal dari suatu hal yang kompleks menjadi hal yang sederhana.5
Tokoh teori disiplin mental adalah Rousseau, ia mengatakanpendidik cukupmenciptakan situasi belajar yang permisif (rileks), menarik dan bersifat ilmiah dan membiarkan anak belajar sendiri. Tokoh teori behaviorisme adalah Thorndike, menurutnyabelajar pada binatang yang juga berlaku bagi manusia adalah Triad and eror.Tokoh teori Cognitivisme-Gestalt-Field adalah Gestalt, yang mengatakan individu dalam melakukan proses pembelajaran akan mendapatkan kekhasan dalam berfikir, menganalisis permasalahan, dan memecahkan suatu persoalan dengan mengandalkan kemampuannya sendiri.6
Dalam bukunya Zulfiani, dkk mengemukakan tiga teori belajar sains diantaranya: (1) teori behavioristik, teori belajar yang mengobservasi perilaku eksternal dan internal individu,(2) teori kognitif, setiap manusia memiliki kemampuan mental untuk mengelola, menyusun, menyimpan dan menggunakan seluruh pengalaman yang tersimpan untuk menghubung-kaitkan pengalaman dengan masalah yang dihadapi, (3) teori konstruktivisme, siswa dapat mengkontruksi sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajarannya.7
Tokoh yang berpendapat teori behaviorisme adalah Edward L Thorndike dan Burhus Frederic Skinner, menurut mereka belajar ialah hubungan stimulus dan respon atau disebut pula “S-R Bond Teory” serta
5
Sukmadinata, op. cit., h. 167. 6
Ibid., h. 168 - 170. 7
lebih menekankan timbulnya perilaku jasmaniah yang nyata dan dapat diukur. Tokoh yang mempelopori teori kognitif adalah Gestalt, Pieget, Vygotsky, Gagne, Bruner dan Ausubel, menurut mereka proses pembelajaran siswa membentuk struktur kognitif dalam ingatannya. Tokoh yang mempelopori teori konstruktivisme adalah J. Piaget dan Vygotsky, menurut mereka siswa mengkonstruksi sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajarannya. 8
Dahar mengemukakan teori belajar abad ke-20 dikembangkan secara ilmiah. Teori belajar abad ke-20 dibagi menjadi dua teori yaitu teori perilaku dan teori kognitif. Teori kognitif ini dibahas menjadi tiga teori belajar, diantaranya (1) teori Classical Conditioning oleh Pavlov, ia mengatakan belajar dapat mempengaruhi perilaku yang selama ini disangka refleksif dan tidak dapat dikendalikan, (2) teori Operant Conditioningdari Skinner, eksperimen skinner dipusatkan pada penempatan subjek dalam situasi yang terkontrol dan mengamati perubahan perilaku subjek dengan mengubah konsekuensi perilaku subjek secara sistematis, (3) teori belajar sosial oleh Albert Bandura, teori ini menekankan lingkungan kerap kali dipilih dan diubah oleh seseorang melalui perilakunya.9
c. Prinsip-Prinsip Belajar
Banyak teori yang membahas masalah belajar. Tiap teori bertolak dari asumsi atau anggapan dasar tertentu tentang belajar. Meskipun demikian ada beberapa pandangan umum yang sama atau relatif sama diantara konsep-konsep tersebut. Beberapa kesamaan ini dipandang sebagai prinsip belajar. Beberapa prinsip umum belajar sebagai berikut:10
1) Belajar merupakan bagian dari perkembangan. 2) Belajar berlangsung seumur hidup.
3) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, faktor lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri.
8 Ibid. 9
Dahar, op.cit., h.18-22. 10
4) Belajar mencakup semua aspek kehidupan.
5) Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu. 6) Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru.
7) Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.
8) Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang sangat kompleks.
9) Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan.
10) Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan atau bimbingan dari orang lain.
d. Konsep Hasil Belajar
Menurut Gagne hasil belajar dibagi menjadi lima kategori, yakni (a) informasi, dimana siswa dapat memahami teori dan konsep sebagai penghafalan, (b) keterampilan intelektual, peserta didik mampu menguasai materi tidak hanya secara verbalistis, (c) strategi kognitif,peserta didik mampu memahami keseluruhan kognitif yang hendak dicapai, (d) sikap, peserta didik mampu mengatur sikap sesuai nilai yang berlaku dan (e) keterampilan motoris, peserta didik mampu menguasai proses dengan dinamis.11Tujuan pembelajaran menurut Benyamin S. Bloom dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah. Yaitu ranah kognitif, ranah psikomotorik, dan ranah afektif. Pada ranah kognitif berhubungan dengan hal-hal yang yang menyangkut daya pikir, pengetahuan, dan penalaran.12
Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari penguasaan pengetahuan, ketrampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata-mata pelajaran yang ditempuhnya. Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut di
11
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 22.
12
sekolah dilambangkan dengan angka-angka atau huruf, seperti angka 0-10 pada pendidikan dasar dan menengah dan huruf A, B, C, D pada pendidikan tinggi.13
Anderson dan Krathwohl telah merevisi taksonomi bloom yang sudah tidak relevan dengan tuntutan jaman menjadi enam tingkat kognitif, yakni:14
1) Mengingat (C1), yaitu kemampuan menyebutkan kembali informasi/pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan. Kata kerja operasional tahap ini adalah mendefinisikan, menyusun daftar, menjelaskan, mengingat, menyatakan, menyebutkan, mengenali. 2) Memahami (C2), yaitu kemampuan memahami instruksi dan
menegaskan konsep yang telah diajarkan baik dalam bentuk lisan, tertulis, maupun grafik/diagram. Kata kerja operasionalnya meliputi: menerangkan, menterjemahkan, menguraikan, mengartikan, mengelompokkan, merangkum, memberi contoh. 3) Menerapkan (C3), yaitu kemampuan melakukan sesuatu dan
mengaplikasikan konsep dalam situasi tertentu. Kata kerja operasional meliputi: memilih, menerapkan, melaksanakan, mengubah, mendemonstrasikan, menunjukkan, menggambarkan, mempraktekkan.
4) Menganalisis (C4), yaitu kemampuan memisahkan konsep kedalam beberapa komponen dan menghubungkan satu sama lain untuk memperoleh pemahaman atas konsep tersebut secara utuh. Kata kerja operasionalnya meliputi: membedakan, mengkaji ulang, membandingkan, memisahkan, menghubungkan, mengintegrasikan.
5) Mengevaluasi (C5), yaitu kemampuan menetapkan derajat sesuatu berdasarkan norma, kriteria atau patokan tertentu. Kata
13
Sukmadinata, op.cit., h. 102-103. 14
Retno Utari, Taksonomi Bloom: Apa dan Bagaimana Menggunakannya, 2013,h. 11, (
kerja operasionalnya meliputi: menyeleksi, mengevaluasi, menilai, menjustifikasi, mengecek, mengkritik, memprediksi. 6) Menciptakan (C6), yaitu kemampuan membuat sesuatu yang
orisinil. Kata kerja operasionalnya meliputi: merakit, merancang, menciptakan, mengembangkan, memformulasikan, membangun, membentuk, mendisain.
e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Muhibbin Syah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal siswa, faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Dan faktor eksternal siswa, terdiri atas dua macam yakni: lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial.
Faktor Internal siswa meliputi dua aspek yakni: Aspek Fisiologis merupakan kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat memengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.15Aspek Psikologis, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya diipandang lebih esensial itu adalah intelegensi siswa, sikap dan sifat pribadi siswa, bakat, minat dan motivasi sosial.16
Faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam, yakni: lingkungan sosial, lingkungan sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.Dan yang termasuk faktor-faktor lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah, dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya.17
15
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 17, h. 130.
16
Ibid., h. 131-134. 17
2. KajianTeoritisDirect Instruction
a. PengertianDirect Instruction
Model pembelajaranDirect Instruction atau yang dikenaldengan model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar mengajar peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.18
Model pembelajaran Direct Instruction dilakukan dengan membangkitkan akal dan kemampuan anak didik secaralogis. Model pembelajaran ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Direct Instruction merupakan salah satu aplikasi model pembelajaran kontekstual, dimana pembelajaran dikatakan pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang mengkaitkan materi pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari.19
Neal Shambaugh menyatakan pengajaran langsung adalah model perilaku yang cocok untuk pengajaran pengetahuan dasar dan keterampilan. Sebuah dasar belajar yang cukup perlu diajarkan sebelum mengajarkan ide-ide yang lebih kompleks, proses, atau keterampilan.20
Prinsip dari model pembelajaran direct instruction yaitu guru mengkomunikasikan suatu kemampuan kepada siswa berdasarkan langkah-langkah tertentu, memberikan suatu model, memberikan instruki terbimbing kepada siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan
18
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: PrestasiPustaka, 2010), h. 29.
19
Subarno, Penggunaan Direct Instruction Berbasis Lingkungan Untuk Peningkatan Domain Afektif IPA Fisika Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 28 PurworejoTahun Pelajaran 2012/2013, JurnalRadiasi,Vol.2 No.1.2013, h.24-25.
20
respon.21 Anderson dkk, mengatakan bahwa model pembelajaran direct instruction merupakan model yang tepat untuk suatu prosedur yang dirasa sulit oleh siswa seperti dalam geometri, aljabar, dan program komputer. Fungsi dari model pembelajaran ini adalah untuk mengajarkan siswa suatu materi secara bertahap, membimbing siswa selama proses latihan, dan memastikan apakah siswa sudah menguasai materi tersebut dengan baik.22
Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model direct instruction adalah model pembelajaran yang menekankan kepada hasil belajar siswa berupa pengetahuan prosedural, pengetahuan deklaratif sederhana, serta ketrampilan belajar. Dengan model pembelajaran ini diharapkan siswa dapat menguasai materi atau keterampilan tertentu dengan baik.
b. Ciri-ciri Direct Instruction
Arends menjalaskan bahwa direct instruction memiliki ciri-ciri (1) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada peserta didik termasuk prosedur penilaian belajar. (2) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran(3) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.23 Ciri-ciri tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran belajar mengajar dengan model ini ada dua, yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratifa dalah pengetahuan tentang sesuatus edangkan pengetahuan procedural adalah pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu.
21 H.P Parette, C. Blum, and E.H. Watts, “
Use of Microsoft Powerpoint and Direct
Instrucion to Support Emmergent Literacy Skill Development among Young at Risk Children”,
(Illinois, USA: Departement of Special Education, Illinois State University, 2009), p. 864.
http://www.formatex.org/micte2009/book/864-868.pdf [diaksestanggal 10 Februari 2014] 22
Marck C. Schug, et.al., Direct Instruction and The Teaching Early Reading, (Wisconsin:2011), p.3 http://www.wpri.org/Reports/Volume14/Vol14no2.pdf [diaksestanggal 10 Februari 2014]
23
2) Menurut Neal Sheambug model pembelajaran direct instruction memiliki Sembilan fase yang sangat penting, yaitu gaining attention, informing the learner of the objective, stimulating recall, presenting the new content, providing learning guidance, eliciting the performance, providing feedbackabout performance, assessing the perfomence, enchancing retention.24
3) Direct instruction perlu perencanaan dan pelaksanaan berhati-hati di pihak guru yang. Meskipun model pembelajaran ini lebih berpusat pada system pemgelolaan pembelajaran dilakukan oleh guru sehingga guru harus menjamin terjadinya proses belajar mengajar yang efektif pada siswa, terutama providing learning guidance. Lingkungan belajar model direct instruction lebih berorientasi pada tugas dan memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang baik.
c. Tahap-tahapPembelajaranDirect Instruction
Model pembelajaran langsung (direct instruction) dapat digabungkan dengan strategi lain. Penyelenggaraan grafis dapat digunakan dalam langkah 2 yakni Informing the learner of the objective, untuk menginformasikan siswa konseptual pengetahuan baru. Guru menyediakan poin referensi konseptual dalam isi pelajaran. Pada langkah 3 yakni present new material umumnya menggunakan presentasi.
Menyajikan materi baru juga melibatkan organisir konten dalam mengatur materi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, fokus pada poin-poin penting, menyajikan konten dari umum ke khusus, dan dengan mempertimbangkan usia siswa, gaya, dan kemampuan. Penyajian materi sebenarnya dapat menggabungkan banyak model atau strategi pengajaran lainnya, dari kuliah untuk demonstrasi, dan kemudian mengamati reaksi dan perilaku siswa mengenai apa yang dikatakan, disajikan, ditampilkan, atau ditunjukkan.
24
Langkah-langkah model pembelajaran langsung sangat mirip dengan kegiatan instruksi.Instruksi langsung cocok untuk mengajarkan keterampilan dasar, dimakaketerampilan dapat diajarkan secara langsung. Catatan dalam model pembelajaran ini bahwa tinjauan dilakukan sebelum mengkomunikasikan tujuan pelajaran baru. Kegiatan instruksional terakhir, enhancing retention tidak ditentukan langsung oleh model pembelajaran langsung.
Instruksi langsung memberikan banyak kesempatan untuk penilaian dan media digunakan. Assessing the performance pada kegiatan 8, dapat mencakup informal serta penilaian formal, ketika nilai diperlukan. Media biasanya diperkenalkan untuk menyajikan bahan stimulasi, tetapi padabeberapa bentuk media, seperti teknologi interaktif, dapat menggabungkan semua kegiatan tersebut. Kesembilan langkah kegiatan instruksional tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.25
Tabel2.1 TahapKegiatanDirect Instruction
KegiatanInstruksional Tindakan yang mungkindilakukan 1. Gaining Attention Demonstrasi
2. Informing the learner of the objective
Menulis di papan tulis, lisan atau handout
3. Stimulating recall of prerequisite learning
Ringkasan pertanyaan guru
4. Presenting the stimulus material
Guru, siswa, dan media
5. Providing learning guidance
Guru memberikan contoh di papan tulis, siswa memcoba memberikan contoh; guru berjalan keliling
6. Eliciting the performance Saran kelas; Mendorong siswa melakukan kinerja
25
7. Providing feedback about performance correctness
Contoh kelas; aktivitas lab; pekerjaan rumah; tugas lisan
8. Assessing the performance Ujian lisan atau tertulis; nilai, peringkat
9. Enhancing retention Mengulang pelajaran berikutnya; menyediakan beragam contoh
3. Kajian Teoritis E-learning
a. Pengertian E-learning
Kata e-learning terdiri dari dua bagian, yaitu „e‟ yang merupakan singkatan dari „electronic’ dan ’learning’ yang berarti „pembelajaran‟. Jadi e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa bantuan perangkat elektronik, khususnya perangkat komputer. Maka e-learning sering disebut juga dengan ‘online course’.26
Huruf‘e’ pada e-learning bukan hanya singkatan dari electronic, tetapi juga dari singkatanexperience (pengalaman), extended (perpanjangan), dan expanded (perluasan). Sedangkan kata electronic sendirimemiliki makna dalam e-learningada penambahan unsur teknologipada proses belajar dalam hal ini internet, sehingga proses belajarnya melibatkan berbagai perangkat keras (laptop, komputer, smartphone, handphone), perangkat lunak (software e-learning, situs e-learning) dan proses elektronik.27Dalam berbagai literatur, e-learning didefinisikan sebagai berikut:
E-learning is a generic term for all technologically supported learning using an array of teaching tools as phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite transmissions, and the more recognized web-based training or computer aided instruction also commonly referred to as online courses.28
26
Soekartawi, “E-Learning Untuk Pendidikan Khususnya Pendidikan Jarak Jauh dan Aplikasinya di Indonesia” dalam Dewi Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan (Jakarta: Kencana Penada Media Group, 2008), h. 198.
27
Sukmadinata, op.cit., h. 206. 28
E-learning juga dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan teknologi internet dan selama proses belajar dirasakan sebagai pembelajaran berbasis web.
Jaya Kumar C. Koran mengatakane-learningadalah pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) yang berfungsi untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. E-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. Dong mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.Rosenberg menyatakan e-learningdapat merujuk pada pemanfaatan teknologi internet yang mengirimkan serangkaian solusi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa. Sama halnya dengan Campbell Kamarga yang juga menekankan bahwa sesungguhnya penggunaan internet dalam pendidikan adalah hakekat e-learning.29
Selain itu, Victoria L. Tinoo menyatakan e-learningmeliputi pembelajaran pada semua tingkatan baik formal maupun non formal, dimanamenggunakan jaringan komputer (intranet maupun ekstranet) sebagai pengantaran bahan ajar, interaksi, dan/atau fasilitasi.30
Kata „e-learning‟ sendiri memiliki penjelasan filosofis yang luas menurut Cisco sehingga ia menjabarkan sebagai berikut.Pertama, e-learning
adalah penyampaian informasi dimana informasi tersebut berupa materi pelajaran, komunikasi yang dilakukan guru kepada siswa atau siswa kepada siswa yang lain bisa melalui grup diskusi, pendidikan dimana menjadi tujuan untuk e-learning ini dikembangkan, dan pelatihan secara on-line misalnya latihan soal-soal. Kedua, e-learning ini bukan berarti menggantikan
29
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011), h. 346
30
bahkan menghilangkan model belajar konvensional di dalam kelas yang didominasi oleh guru dan bukan berarti menghilangkan peran guru di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan. Ketiga, kapasitas keaktifan siswa dapat bervariasi,tergantung pada bentuk e-learning yang digunakan dan cara penyampaian guru saat akan melaksanakan pembelajaran. Makin baik keselarasan antarkonten dan alat penyampaian dengan gaya belajar siswa, maka akan lebih baik kapasitas siswa untuk turut aktif dalam pembelajaran sehingga akan memberi hasil yang lebih baik.31
b. Karakteristik e-learning
E-learning memiliki karakteristik yang dapat dijabarkan untuk menggambarkan lebih spesifik pemanfaatan e-learning. Berikut ini adalah karakteristik e-learning yaitu:32
1) Memanfaatkan jasa elektronik, dimana guru dan siswa dapat berkomunikasi dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler;
2) Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks), misal menggunakan komputer yang terhubung dengan internet dapat juga memudahkan komunikasi dalam jarak jauh;
3) Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan dimana saja bila yang bersangkutan memerlukannya, misalnya berupa software yang dapat diinstal pada perangkat PC/laptop sehingga memudahkan untuk dipelajari; dan
31
Rusman, op. cit., h. 347. 32
4) Memanfaatkan jadwal pembelajaran sehingga dapat diatur dengan menyesuaikan jadwal, kurikulum yang saat ini sedang gencar untuk anak belajar mandiri dan memanfaatkan teknologi, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer dengan jaringan komputer.
c. Model Pembelajaran E-learning
Perbedaan antara pembelajaran tradisional dengan e-learning, yaitupada kelas „tradisional‟ guru dianggap sebagai satu-satunyasumber belajar dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada siswa. Sedangkan dalam e-learning, suasana pembelajaran akan „memaksa‟ pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya daripada guru. Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha dan inisiatif sendiri.Guru tetap berperan hanya sebagai fasilitator siswa untuk menerangkan dan mengawasi pembelajaran e-learning.33
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan e-learning tidak dapat disamakan dengan pembelajaran di sekolah pada umumnya, dan berbeda juga dengan pembelajaran konvensional yang hanya menggunakan metode tatap muka. Proses pembelajaran e-learning adalah gabungan antara metode tatap muka (konvensional) dengan metode online (via internet dan berbagai pengembangan teknologi informasi lainnya).34
Pembelajaran menggunakan komputer dalam e-learningdapat dilakukan secara bervariasi, pembelajaran dapat dilakukan secara penuh melalui komputer, namun dapat pula dikombinasikan dengan tatap muka yang telah menjadi bagian dari proses pembelajaran. Untuk langkah awal kombinasi antara pemanfaatan komputer dengan tatap muka lebih fleksibel. Tugas-tugas dapat diberikan oleh pengajar dan dikerjakan oleh peserta didik melalui komputer, hal ini membuka kemungkinan bagi pengajar untuk
33
Rusman, op. cit., h. 347. 34
memberikan penialian yang terbuka dan juga memberi kesempatan kepada peserta didik lain untuk memberikan masukan.35
Kegiatan pembelajaran secara online dapat diselenggarakan dalam berbagai cara, yaitu:36
1) Proses pembelajaran secara konvensional (lebih banyak face to face meeting) dengan tambahan pembelajaran melalui media interaktif komputer via internet atau menggunakan grafik interaktif komputer. Media komputer atau via internet hanya sebagai tambahan saja, bukan merupakan keseluruhan proses pembelajaran. Dalam hal ini biasa dilakukan pada sekolah yang belum memiliki fasilitas yang memadai dan masih kurangnya pemahaman siswa dalam pemanfaatan ICT.
2) Dengan metode campuran, yakni secara umum sebagian besar proses pembelajaran dilakukan melalui komputer, namun tetap juga memerlukan face to face meeting untuk kepentingan tutorial atau mendiskusikan bahan ajar. Pembelajaran ini dilakukan untuk mendukung anak agar dapat belajar mandiri, namun peran guru tetap berlangsung dengan semestinya.
3) Metode pembelajaran yang secara keseluruhan hanya dilakukan secara online, metode ini sama sekali tidak ditemukan face to face meeting.Dalam kasus ini biasa dilakukan pada lembaga yang memiliki kurikulum belajar di rumah atau belajar jarak jauh. Sehingga belajar dapat dilakukan dimanapun, kapanpun namun tetap dalam pengawasan lembaga pendidikan.
Mengingat baik belajar di sekolah maupun e-learning mempunyai keunggulan masing-masing, maka yang paling baik adalah memadukan keduanya. E-learning dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran dalam pendidikan di sekolah. Guru sebaiknya telah menyusun program
35
Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo. Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 139.
36
pembelajaran dengan memasukkan kegiatan e-learning, sebagai pelengkap, pengayaan atau program terpadu. E-learning dapat dimasukkan dalam program sekolah, apakah hanya untuk kelompok siswa tertentu sebagai program pengayaan, atau bagi semua siswa sebagai program penunjang, atau program terpadu dengan pembelajaran utama.37
Model pembelajaran yang dikembangkan melalui e-learning menekankan pada resoursce based learning, yang juga dikenal dengan learner-centered learning. Dengan model ini, peserta didik mampu mendapatkan bahan ajar dari PC di rumahnya masing-masing. Keuntungan model pembelajaran ini yaitu tingkat kemandirian peserta didikdapat lebih baik dan kemampuan komunikasi mereka juga sangat baik. Belajar dengan komputer via internet, siswa dapat mengemukakan pendapatnya dan berdiskusi dengan sesama teman dengan lebih baik jika dibandingkan berdiskusi di kelas. Dengan model ini, komunikasi siswa dengan guru atau dengan sesama teman dapat berlangsung secara bersamaan melalui dukungan jaringan komputer.38
Bukan pilihan yang bijaksana untuk menggantikan proses pembelajaran tradisional menjadi sepenuhnya berbasis e-learning. Karena bagaimanapun, peran guru dan kehidupan sosial mereka lebih dapat berkembang jika belajar dengan tatap muka. Sehingga gabungan dari keduanya yang nanti mampu menghasilkan sinergi yang produktif. Proses pembelajaran secara fisik di sekolah akan menjaga value dari interaksi manusia, sedangkan e-learning akan memberikan akses pada knowledge resources yang sangat kaya dari internet.39
37
Iif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri, Strategi Pembelajaran Sekolah Berstandar Internasional dan Nasional, (Jakarta: PT. Prestasi Pustaka, 2010), h. 209.
38
Rochaety, op.cit., h. 78. 39
d. Fungsi Pembelajaran E-Learning
Menurut Siahaan terdapat tiga fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas, yaitu sebagai berikut:40
1) Sebagai suplemen pembelajaran yang sifatnya pilihan/optional. E-Learning berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah siswa akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau menggunakan pembelajaran model konvensional. Tidak ada kewajiban/keharusan bagi siswa untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya operasional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetuan atau wawasan. Sehingga, siswa yang merasa perlu memanfaatkan materi pembelajaran elektronik akan lebih baik. Namun yang sulit menggunakannya cukup menggunakan model konvensional.
2) Sebagai pelengkap (komplemen) pembelajaran.
E-Learning berfungsi sebagai komplemen (pelengkap apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi-materi pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas konvensional.
3) Sebagai pengganti (substitudi) pembelajaran.
E-Learningsebagai pengganti (substitusi) jika pembelajaran elektronik sepenuhnya digunakan dalam proses pembelajran. Dalam kondisi ini, siswa hanya belajar lewat pembelajaran elektronik saja tanpa menggunakan pembelajaran lainnya.
e. Manfaat Pembelajaran E-Learning
Manfaat E-Learning menurut A.W. Bates, dan K. Wulf terdiri atas 4 hal, yaitu:41
1) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara siswa dengan guru (enhance interactivity). Kadar interaksi antara siswa dan guru
40
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h.212-213.
41
dapat terjadi ketika e-learning diluar jam sekolah dengan memanfaatkan group diskusi.
2) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility). Karena e-learning ini berhubungan dengan jaringan internet sehingga pembelajaran dapat dilakukan dimana dan kapan saja selama memiliki perangkat PC/tablet/smartphone dan jaringan internet untuk mengakses sumber belajar via web.
3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience). Peserta didik tidak terbatas pada suatu wilayah tertentu saja. Peserta dapat terhubung dengan sesama anggota siswa di seluruh negeri bahkan dunia.
4) Mempermudah penyempurnaan dan penyampaian materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities). Dengan sistem teknologi yang cukup memadai memungkinkan pembelajaran dapat di update menyesuaikan perkembangan informasi.
f. Kelebihan dan Kekurangan E-learning
E-learning sebagai suatu pembelajaran yang baru dijumpai di dunia pendidikan. Tentu saja ada pendidik yang mulai tertarik dan masih menutup diri untuk mulai menerapkan e-learningsebagai metodebaru di kelasnya. Hal tersebut dapat dijelaskan karena e-learning memiliki kelebihan dan kekurangan jika digunakan dalam proses pembelajaran. Berikut beberapa hal gambaran dan kelebihan tentang sistem e-learning:42
1) Pembelajaran ini sangat cocok untuk kelas online dan sama baiknya dengan belajar tambahan yang langsung berhadapan dengan dosen/guru.
2) Sederhana, ringan, efisien dan menggunakan teknologi sederhana. Teknologi yang digunakan dapat berupa jaringan internet yang saat
42
ini sudah hampir semua masyarakat menggunakannya untuk memperoleh informasi. Sehingga tidak memerlukan teknologi yang sangat canggih untuk menggunakan e-learning.
3) Mudah di install pada banyak program yang bisa mendukung PHP. Hanya membutuhkan satu database saja. Aplikasi di komputer/laptop dan smartphone sekalipun dapat diunduh dan diinstal dengan mudah.
4) Menampilkan penjelasan dari pelajaran yang ada dan pelajaran tersebut dapat dibagi kedalam beberapa kategori. Hampir semua pelajaran terdapat pada situs rumah lengkap tampilan gambar, animasi bergerak, hingga soal-soal yang dapat membantu siswa.
Sedangkan menurut Simamora, kelebihan yang dimiliki dari pemanfaatan internet untuk e-learning adalah sebagai berikut:43
1) Kelas tidak membutuhkan bentuk fisik lagi, semuanya dapat dibangun dalam aplikasi internet. Untuk mendapatkan ilmu seseorang tidak harus duduk di dalam kelas, dengan e-learningsemua mungkin dilakukan di rumah bahkan di perjalanan sekalipun.
2) Melalui internet lembaga pendidikan akan dapat lebih fokus pada penyelenggaraan program pendidikan/pelatihan. Lembaga pendidikan dapat mengatur jadwal pendidikan dan pelatihan melalui jaringan internet.
3) Program e-learning dapat dilaksanakan dan di-update secara cepat. Perkembangan pembelajaran dapat disebarluaskan dengan mudah. 4) Dapat diciptakan interaksi yang bersifat real time(chatting,
audio/videomulticasting), maupun non-real-time (e-mail, bulleting board, mailinglist). Interaksi real time memerlukan waktu yang
43
bersamaan untuk berkomunikasi, sedangkan non real-time tidak memerlukannya.
5) Dapat mengakomodasi keseluruhan proses belajar, mulai dari registrasi, penyampaian materi, diskusi, evaluasi dan juga transaksi. Keseluruhan proses belajar dapat dipantau dengan mudah.
6) Dapat diakses dari lokasi mana saja dan bersifat global. Proses belajar dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun.
7) Materi dapat dirancang secara multimedia dan dinamis. Dengan teknologi yang semakin maju, materi dapat dibuat menjadi gambar atau animasi yang menarik sehingga siswa dapat memahami dengan mudah.
8) Peserta belajar dapat terhubung ke berbagai perpustakaan maya di seluruh dunia dan menjadikannya sebagai media penelitian dalam meningkatkan pemahaman pada bahan ajar. Bahan ajar siswa tidak terpatok dari pemberian guru saja, tetapi siswa dapat menelusuri materi dari referensi terpercaya untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya.
9) Guru/instruktur/dosen dapat secara cepat menambahkan referensi bahas ajar yang bersifat studi kasus, trend industri dan proyeksi teknologi kedepan melalui berbagai sumber untuk menambah wawasan peserta terhadap bahan ajarnya. Pendidik dapat dengan mudah memberikan referensi yang paling update dan berasal dari sumber terpercaya.
Dari semua kelebihan e-learning yang dipaparkan tersebut, pemanfaatan internet untuk pembelajaran e-learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Kekurangan e-learning disampaikan oleh Bullen dan Beam, antara lain disebutkan sebagai berikut:44
1) Kurangnya interaksi antara guru dengan siswa atau bahkan antar-siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat
44
terbentuknya values dalam proses belajar mengajar. Hal ini terjadi pada sistem kelas yang keseluruhan pembelajaran dilakukan tanpa diikuti dengan tatap muka di kelas;
2) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersil; 3) Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan
daripada pendidikan;
4) Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT. Guru diwajibkan menggunakan perangkat teknologi dan meninggalkan pembelajaran konvensional;
5) Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal, karena siswa diwajibkan sudah memiliki motivasi untuk belajar sehingga tidak mempermasalahkan apapun cara yang digunakan untuk memperoleh ilmu;
6) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer). Kekurangan ini merupakan masalah utama yakni fasilitas yang mamadai dari pemerintah terutama di daerah terpencil. Sehingga e-learning belum dapat dilakukan di kota kecil yang belum lengkap fasilitas ICT-nya;
7) Kurangnya mereka yang mengetahui dan memiliki keterampilan soal-soal Internet, keterampilan ICT guru dan siswa khususnya di daerah yang kurang fasilitas teknologi; dan
Untuk dapat mengatasi berbagai kendala yang mungkin ditemui ketika melakukan pembelajaran e-learning ini, berikut hal-hal yang perlu diperhatikan:45
1) Pemahaman yang utuh akan peran internet pada guru; internet akan dapat mengurangi peran seorang guru dalam proses e-learning ini dan hal ini mungkin dapat menjadi resistensi bagi beberapa orang. 2) Diperkirakan pengajar akan lebih banyak waktunya habis untuk
memfasilitasi diskusi, menjawab berbagai pertanyaan dan topik diskusi yang muncul.
3) Lingkungan belajar e-learning dapat bersifat personal dibandingkan dengan kelas konvensional.
4) Pengajar sebaiknya memiliki keterampilan HTML untuk dapat lebih mudah mengelola keseluruhan materi basis internet.
5) Pengajar sebaiknya banyak melalukan berbagai penelitian dan pencarian database terkait materi untuk melakukan updating terhadap bahan ajar.
6) Seacar konsisten dan rutin, pengajar sebaiknya melakukan review terhadap bahan ajar untuk menjamin berjalannya link HTML yang ditampilkan pada bahan ajar.
4. Kajian Teoritis Rumah Belajar a. Pengertian Rumah Belajar
Portal Rumah Belajar merupakan portal pembelajaran resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dengan alamat url http://belajar.kemdikbud.go.id. Portal Rumah Belajar menyediakan berbagai bahan belajar serta fasilitas komunikasi dan interaksi antar komunitas pendidikan. Portal ini berisi bahan belajar untuk Guru, bahan belajar siswa, wahana aktivitas komunitas/forum, bank soal dan katalog media pembelajaran. Rumah Belajar ditujukan untuksiswa, guru, dan masyarakat luas, siapapun yang mau belajar. Portal belajar diharapkan menjadi milik
45
komunitas, dengan pengisian konten dan aktivitas dari dan untuk komunitas belajar. Sedangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dalam hal ini Pustekkom sebagai inisiator, fasilitator dan regulator.46
Seperti halnya yang diutarakan oleh Soekartawi bahwa salah satu ciri pembelajaran jarak jauh adalah terpisahnya secara fisik antara guru dan siswa sehingga diperlukan alat bantu ajar melalui teknologi informasi tersebut. Untuk teknologi pendidikan yang berbasis web atau seb base learning bisa menggunakan alat bantu ajar yang disebut dengan course tool. Software ini bisa dibeli di berbagai tempat yang relatif mudah, antara lain WebCT, Blackboard, Intralearn, learning space.47 Termasuk situs rumah belajar yang sudah disediakan oleh kemdikbud dengan pustekom sebagai lembaga yang memiliki akses terhadap portal rumah belajar.
Sistem elektronik pembelajaran yang dikembangkan di portal Rumah Belajar berorientasi objek pembelajaran yaitu menyediakan objek pembelajaran sebagai objek sharable, reusable dan interoperable dan mampu menjalankan mekanisme share dan reuse objek pembelajaran. Mekanisme share and reuse akan dapat diandalkan untuk mempercepat pengembangan materi elektronik pembelajaran, sehingga sistem ini akan mampu berkembang dengan cepat menjadi sistem elektronik pembelajaran yang menyediakan materi yang melimpah, bermanfaat bagi dunia pendidikan, dan menjangkau audiens yang luas. Sistem ini dapat menjadi sarana bagi sekolah‐sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia untuk tukar‐menukar, berbagi dan menggunakan bersama‐sama informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.48
46
Ai Sri Nurhayati, Pedoman Pemanfaatan Rumah Belajar, 2012, h. 2, (http://belajar.kemdikbud.go.id).
47 Soekartawi, “Prinsip Dasar E
-learning: Teori dan Aplikasinya di Indonesia”, Jurnal Teknodik, No.12, 2003, h. 22.
48
b. Konsep Rumah Belajar
Rumah Belajar merupakan portal pembelajaran yang menyediakan berbagai bahan belajar serta fasilitas komunikasi dan interaksi antar komunitas pendidikan. Rumah Belajar dikembangkan untuk memfasilitasi berbagai kebutuhan sebagai berikut:49
1) Tersedianya berbagai bahan belajar berbasis web yang sesuai dengan kebutuhan komunitas pendidikan;
2) Terjadinya komunikasi dan kolaborasi antar komunitas pendidikan; 3) Terbentuknya budaya belajar dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
Sistem Rumah Belajar dikembangkan menggunakan teknologi pengembangan berbasiskan web sehingga dapat dijalankan pada berbagai perangkat seperti :50
1) Personal komputer (desktop pc) 2) Laptop
3) Piranti gerak (telepon genggam, tablet)
c. Manfaat Rumah Belajar
Manfaat portal Rumah Belajar dapat dilihat dari tiga hal yaitu sebagai sumber belajar, sebagai sarana komunikasi dan kolaborasi baik antara individu pendidik dan peserta didik maupun antarsekolah, serta sebagai wahana pengembangan profesionalisme guru.51
1) Sebagai sumber belajar
a) Sumber bahan belajar yang tersedia di Rumah Belajar meliputi Materi Pokok; Modul Online; Pengetahuan Populer; Bank Soal/Uji Kompetensi; Multimedia Interaktif; Video on Demand.
49
Ibid., h. 3. 50
Ibid., h. 8. 51
b) Sumber berbagi ilmu dengan cara mengirimkan karya berupa bahan belajar berbasis web secara langsung ke Rumah Belajar untuk dipublikasikan.
c) Sumber bahan belajar pada Rumah Belajar dapat di unduh dan digunakan sesuai kebutuhan belajar.
2) Sebagai sarana komunikasi dan kolaborasi baik antara individu pendidik dan peserta didik maupun antarsekolah.
a) Sarana untuk berkomunikasi, berbagi ide dan pengalaman dengan pengguna lainnyamelalui fasilitas forum.
b) Sarana untuk memperoleh dan mengirimkan informasi mengenai berita dan artikel serta event yang terjadi dalam komunitas pendidikan
c) Sarana untuk memperoleh ruang (space) untuk menampilkan profil sekolahnya sebagaisubdomain Rumah Belajar.
d) Sarana untuk mengikuti kelas maya melalui fitur telekolaborasi Rumah Belajar.
3) Sebagai wahana pengembangan profesionalisme guru
a) Wahana untuk mengembangkan rencana pembelajaran di template RPP.
b) Wahana untuk mengembangkan bahan ajar yang sesuai kurikulum dan media pembelajaran (gambar, foto, video, animasi, simulasi, audio, dan presentasi) yang mendukung pembelajaran melalui karya komunitas.
c) Wahana untuk memantau hasil belajar siswa melalui data keaktifan siswa di portal Rumah Belajar.