• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan perilaku agresif mengemudi pada pengendara sepeda motor dengan kepribadian tipe A dan B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan perilaku agresif mengemudi pada pengendara sepeda motor dengan kepribadian tipe A dan B"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

KEPRIBADIAN TIPE A DANI B

Penelitian pada mahasiswa pengendara sepeda motor

Fakuftas Psikofogi UIN Syarif Hidayatuflah Jakarta

Skripsi diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh

gelar Sarjana Psikologi

Oleh

Bella Dilla

103070029036

FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN SY ARIF HIDAY ATULLAll-f

JAKARTA

(2)

PERBEDAAN PERILAKU AGRESIF MENGEMUDI PADA

PENGENDARA SEPEDA MOTOR DENGAN

KEPRIBADIAN TIPE A DAN B

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat

meraih gelar Sarjana Psikologi

Oleh

Bella Dilla

103070029036

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I,

Dr. A

ul Mujib, M. Ag

NIP. 150 283 344

Pembimbing 11,

MMMMセ@

セM⦅⦅⦅M_B@

セォィキ。ョ@

Lutfi, M. Si

NIP. 150 368 809

FAKUL TAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul

"PERBEDAAN PERILAKU AGRESIF

MENGEMUDI PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR DENGAN

KEPRIBADIAN TIPE A DAN B"

telah diujikan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 06 Februari 2008. Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Psikologi.

Jakarta, 06 Februari 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Meran

Sekretaris Mer

kap Anggota

Dra. H'. Nett

NIP. 150 215

Anggota:

Pe,11

Prof. Ha

n Yasun M. Si

Dr--.

A-z::. Ag

NIP. 13 351 146

Pembimbing I

MセセM

Dr.

「セセZェゥ「L@

M. Ag

NIP. 150 283 344

NIP. 150 283 344

Pembimbing II

(4)

"

1.(flsefamatanmu adafan dari 1.(flsa6aranmu

"

"'Engk,au titfak,al?g,n menjadi orang yang

u

1

ajar dengan

6im6ingan nawa nafsumu, /igcuau jik,a engA(9,u menjacfi

orang-orang yang wajar dengan 6im6ingan nitfupmu

"

Hc}Iセjャゥエヲョ@

af-Qarni)

rt"akjnfan dafam k,eyakjnanmu, dan raguk,an /igraguanmu.

(5)

ABSTRAK

(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (B) Februari 2008

(C) Bella Dilla (103070029036)

(D)PERBEDAAN PERILAKU AGRESIF MENGEMUDI PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR DENGAN KEPRIBADIAN TIPE A DAN B

(E) Halaman : 76 halaman (F)

Pada saat rasio jumlah kendaraan bermotor yang beroperasi di jalan semakin meningkat, perilaku para pengguna jalan raya belum juga menunjukkan budaya keselamatan jalan yang baik. Bila ditilik lebih teliti, kendaraan jenis sepeda motor merupakan salah satu "diktator" di jalan raya. Hampir tidak ada ruas jalan yang lepas dari kekuasaannya. Pemandangan pengendara sepeda motor yang suka menyerobot jalur secara tiba-tiba, atau sering kebut-kebutan merupakan hal yang biasa terlihat di jalan raya. Jalan raya seakan-akan menjadi lautan pengendara agresif.

Perilaku agresif mengemudi adalah perilaku mengemudi yang

membahayakan atau tampak membahayakan orang lain baik secara fisik maupun mental bermula dari cara mengemudi yang beresiko, tidak taat peraturan atau hukum berlalu lintas, hingga terjadinya kekerasan di jalan. Kepribadian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kepribadian tipe A dan tipe B. Kepribadian tipe A yang ditandai dengan adanya ketidaksabaran dan perasaan terburu-buru dalam mengerjakan sesuatu, keterlibatan yang tinggi terhadap tugas atau pekerjaan, nafsu bersaing yang berlebihan, mudah marah, serta agresif dianggap memiliki kesamaan dengan ciri para pengguna jalan yang agresif dalam mengemudikan kendaraannya dibandingkan dengan

kepribadian tipe B yang menunjukkan manifestasi yang sebaliknya, yaitu lebih sabar, santai, tenang, ambisinya rendah, menahan diri, dan pasif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan perilaku agresif mengemudi pada pengendara sepeda motor dengan kepribadian tipe Adan tipe B. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode komparatif. Data penelitian ini menggunakan Skala Tipe Kepribadian dan Skala Perilaku Agresif Mengemudi yang dibuat sendiri oleh peneliti. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa pengendara sepeda motor Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebanyak 40 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Penelitian ini dianalisis dengan menggunal<an teknik uji-t clengan bantuan program SPSS versi 11.5. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata skor perilaku agresif mengemudi pengendara sepeda motor dengan

(6)

perilaku agresif mengemudi pengendara sepeda motor dengan kepribadian tipe B sebesar 84.1852 (SD= 8.73119), dengan nilai t hitung = 1,954, dan t label pada taraf signifikansi 5% dengan df 38 = 2,042. Karena nilai t hitung yang dihasilkan (1.954)

<

t label (2.042), maka hipotesis nihil (Ho) diterima dan (Ha) ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam perilaku agresif mengemudi pada pengendara sepeda motor dengan kepribadian tipe A dan tipe B.

Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang sama disarankan untuk menambahkan dimensi lain untuk mengantisipasi adanya aspek lain yang turut berpengaruh dan tidak terukur di dalam penelitian ini, yaitu

mengenai pemahaman individu tentang peraturan atau hukum berlalu lintas. Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah pembu21tan alat ukur yang lebih baik dan terencana.

(7)

KAT A PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya dipersembahkan kehadirat Allah swt, yang tidak pernah berhenti melimpahkan nikmat, taufik, dan hidayah kepada hambacNya. Segala shalawat, salam, dan berkah semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan umat nabi besar Rasulullah Muhammad saw beserta keluarga, para sahabat, dan siapa saja yang selalu berusaha

melaksanakan sunnahnya.

Akhirnya berakhir juga langkah awal dari sebuah perjuangan panjang yang penuh kerja keras dan doa. Meskipun penulis menemui banyak hambatan dan rintangan dalam proses penyusunan skripsi yang ditujukan untuk

memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis bersyukur karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Perbedaan Perilaku Agresif Mengemudi pada Pengendara Sepeda Motor dengan Kepribadian Tipe Adan B".

(8)

sebelumnya. Penulis berterima kasih karena lbu dan Bapak telah begitu sabar dan pen uh pengertian dalam memberikan dukungan dan penantian penyelesaian skripsi penulis. Dukungan dan doa dari kalian berdualah yang menjadi pembimbing dalam setiap langkah kehidupan yang penulis jalani. Terima kasih penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat seperjuangan di kampus Psikologi UIN terutama untuk Farah, Fithkam, Lisa, Novi, Roro, Rini, Unik, Syaly alas dukungan moril yang diberikan kepada penulis saat penulis merasa begitu lelah. Sahabat-sahabat SMA penulis, Selly, Fera, Angga yang juga berkuliah di UIN, terima kasih alas bantuannya menemani penulis menyebarkan angket selama beberapa hari. Special Thanks buat Ramdan alas kesediaan meluangkan waktunya untuk memberikan komentar, pendapat, kritikan, serta saran bagi penyelesaian skripsi penulis. Kepada para responden yang bersedia meluangkan waktunya sejenak untuk mengisi angket disela kesibukannya masing-masing, terima kasih banyak, tanpa kerja sama dari kalian skripsi ini tidak akan mungkin berjalan dengan baik. Mohan maaf kepada semua pihak yang telah membantu namun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan dan perbaikan dari segala kekurangan dan kekhilafan penulis sebagai hamba Allah yang lemah dan tiada berdaya tanpa bimbingan-Nya akan sangat bermanfaat bagi penulis. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya. Amin.

Jakarta, Februari 2008

(9)

DAFTAR ISi

HALAMAN JUDUL ... .

HALAMAN PERSETUJUAN .. . . .. .. . .. . . .. . . . ... .. . . .. . .. .. . . .. . . .. . . .. ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... ... ...•... ... ... ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vii

DAFT AR ISi . .. .... . . .. .. . . ... .. . . .. .. .... . . ... .. . . .. . .. .. . . .. .. .. .. . .. .. ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFT AR GAMBAR ... .. . .. . .. . .. . . .. . .. . . ... . . .. . •. . . .. ... .. . . .. . . .. . xiv

DAFT AR LAMPI RAN . . ... ... .. ... ... . . .. .. .. ... . . . .. .. . . .. . . .. .. . .. . ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN 1-10 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 ldentifikasi Masalah .. . .. . .. .. . . .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. . .. .. .. .. .. .. ... 8

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Sistematika Penulisan .. .. . .. .. . .. .. .. . .. .. .. .. .. . .. .. . .. .. . .. .. .. . .. . .. ... 10

BAB 2 KAJIAN TEORI 11-37 2.1 Perilaku Agresif... ... .. ... ... .. .. .. . .. .... . .. .. .. .. . .. .. . .. .. .. .. .. .. . 11

2.1.1 Definisi Perilaku Agresif ... 11

2.1.2 Teori-Teori Perilaku Agresif ... 13

2.1.3 Bentuk-Bentuk Perilaku Agresif ... 14

2.1.4 F aktor-F aktor Pengarah dan Pencetus Perilaku Ag res if . . . 18

2.1.5 Perilaku Agresif Mengemudi ... 18

2. 1.6 Bentuk-Bentuk Perilaku Pengemudi yang Ag res if .. .. .. .... 21

2.2 Kepribadian ... 23

(10)

2.2.2 Pola Perilaku Kepribadian Tipe A dan Tipe' B . . . 25

2.3 Pandangan Islam . . . .. . . 32

2.4 Kerangka Berpikir . . . .. . . .. . . 37

2.5 Hipotesis Penelitian .. . . .. . .. ... ... ... . .. .. . . .. .. . . .. . .. . .. ... . . . .. . . .. .. . . 37

BAB 3 METODE PENELITIAN 38-49 3.1 Jen is Penelitian . . . .. . .. . . ... 38

3.1.1 Pendekatan Penelitian . . . .. . . .. 38

3.1.2 Metode Penelitian . . . .. . . .. 38

3.2 Variabel Penelitian . . . .. . . .. 38

3.2.1 ldentifikasi Variabel Penelitian . . . 38

3.2.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian . . . 39

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 41

3.3.1 Populasi . . . 41

3.3.2 Sampel ... ... 41

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel .. . ... .. . ... . . . .. . . .. .. . . ... .. . ... 42

3.4 Metode dan lnstrumen Penelitian . . . 42

3.4.1 Metode Pengumpulan Data . . . .. 42

3.4.2 lnstrumen Penelitian .. . . .. ... . . .. . .. .. . . .. .. . . .. . . .. . .. .. 43

3.5 Prosedur Penelitian .. . .. . . .. . .. ... .. . .. . ... ... . .. .. . .. . . .. .. . . .. . .. . . 46

3.6 Uji lnstrumen ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... 47

3.6.1 Uji Validitas ... ... ... 47

3.6.2 Uji Reliabilitas . . . .. . . .. 48

3.7 Teknik Analisis Data ... 49

BAB 4 PRESENT ASI DAN ANALISA DAT A 50-70 4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian 4.1.1 Gambaran Um um Responden Berdasarkan Usia ... 50

(11)

4.1.3 Gambaran Um um Responden Berdasarkan Semester ... 51

4.1.4 Gamba ran Um um Responden Berdasarkan Suku ... 52

4.1.5 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Lama Mengemudi . . . 53

4.1.6 Gamba ran Um um Berdasarkan Tipe Kepribadian . . . .. 53

4.2 Presentasi Data . . . .... 54

4.2.1 Perilaku Agresif Mengemudi .. . . .. . . . .. . . .. .. . .. . .. . ... 54

4.2.2 Dimensi Perilaku Agresif Mengemudi... ... .. .... ... .. .. .. . 57

4.2 Uji Persyaratan... .. . . .. .. .... .. . ... .. ... ... . ... .. . .. . .. .... ... .... ... .. 63

4.2.1 Uji Normalitas... .. .. .. ... . .. ... .. .. . . . .. .. .. .. .. . ... . .. .. .. .. . .. ... 63

4.2.2 Uji Homogenitas... 66

4.3 Uji Hipotesis... 66

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 71-75 5.1 Kesimpulan ... 70

5.2 Diskusi . . . 70

5.3 Saran ... 74

DAFT AR PUST AKA ... xvi

(12)

DAFT AR T ABEL

Tabel 3.1. Blue Print Skala Tipe Kepribadian

Tabel 3.2. Blue Print Skala Perilaku Agresif Mengemudi

Tabel 3.3. Norma Reliabilitas Guilford & Fruchter

Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.2. Gambaran Umum Responden Berdasarkan .Jenis Kelamin

Tabel 4.3. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Semester

Tabel 4.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Suku Bangsa

Tabel 4.5 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Lama Mengemudi

Tabel 4.6. Gambaran Umum Respanden Berdasarkan Tipe Kepribadian

Tabel 4.7. Kategarisasi Skar Skala Perilaku Agresif Mengemudi

Tabel 4.8. Hasil lnterpretasi Skar Perilaku Agresif Mengemudi

Tabel 4.9. Gambaran Deskripsi Nilai Respanden Penelitian

Tabel 4.10. Kategarisasi Skar Dimensi Verbal Road Rage

Tabel 4.11. Hasil lnterpretasi Skar Dimensi Verbal Road Rage

Tabel 4.12. Deskripsi Nilai Responden pada Dimensi Verbal Road Rage

Tabel 4.13. Kategarisasi Skar pada Dimensi Rushing Maniac & Aggressive

Competitor

Tabel 4.14. Hasil lnterpretasi Skar Dimensi Rushing Maniac & Aggressive Competitor

Tabel 4.15. Deskripsi Nilai Responden pada Dimensi Rushing Maniac &

[image:12.595.37.436.100.622.2]
(13)

Tabel

4.16.

Kategorisasi Skor pada Dimensi Scofflaw

Tabel

4.17.

Hasil lnterpretasi Skor Dimensi Scofflaw

Tabel

4.18.

Deskripsi Nilai Responden pada Dimensi Scofflaw

Tabel

4.19.

Hasil Uji Normalitas

Tabel 4.20. Hasil Uji Homogenitas

Tabel

4.21.

Perbedaan Skor Perilaku Agresif Mengemucli Antara Rata-Rata

Pengendara Sepeda Motor dengan Kepribadian Tipe Adan B

Tabel 4.22. Perbedaan Skor Dimensi Perilaku Agresif Mengemudi Antara

Rata-Rata Pengendara Sepeda Motor dengan Kepribadian Tipe

[image:13.595.31.438.102.494.2]
(14)
[image:14.595.53.435.120.479.2]

DAFT AR GAMBAR

(15)

DAFT AR LAMPI RAN

Lampiran 1 Kuesioner Tipe Kepribadian dan Perilaku Agresif Mengemudi

(Try Out)

Lampiran 2 Reliabilitas Skala Tipe Kepribadian (Try Out)

Lampiran 3 Validitas Skala Tipe Kepribadian (Try Out)

Lampiran 4 Data Mentah Skala Tipe Kepribadian (Try Out)

Lampiran 5 Reliabilitas Skala Perilaku Agresif Mengemudi (Try Out)

Lampiran 6 Validitas Skala Perilaku Agresif Mengemudi (Try Out)

Lampiran 7 Data Mentah Skala Perilaku Agresif Mengemudi (Try Out)

Lampiran 8 Kuesioner Tipe Kepribadian dan Perilaku Agresif Mengemudi

(Penelitian)

Lampiran 9 Reliabilitas Skala Tipe Kepribadian (Penelitian)

Lampiran 1 O Data Mentah Skala Tipe Kepribadian (Penelitian)

Lampiran 11 Reliabilitas Skala Perilaku Agresif Mengemucli (Penelitian)

Lampiran 12 Data Mentah Skala Perilaku Agresif Mengemudi (Penelitian)

Lampiran 13 Uji Normalitas

Lampiran 14 Uji Homogenitas

Lampiran 15 Uji-t Perilaku Agresif Mengemudi

(16)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saal ini masalah lalu lintas menarik perhatian dan kepedulian dari berbagai pihak dan kelompok. Hal ini dapat dipahami, karena masalah lalu lintas juga terkait dengan berbagai masalah yang tercakup dalam aspek kehidupan lainnya. Permasalahan lalu lintas sendiri dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok permasalahan, seperti masalah kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas (keselamatan jalan), kepadatan dan kemacetan (ketertiban jalan), serta kelancaran dalam berlalu lintas (Maskat, 1995).

(17)

Korbannya sendiri mayoritas ditemukan pada mereka yang berusia dibawah usia dua puluh tahun dan awal usia dua puluh tahunan, sedangkan pada mereka yang berusia pertengahan dua puluh tahunan dan pertengahan dua puluh lima tahunan, angka kecelakaan cukup stabil. Dalam kenyataan di lapangan, angka kecelakaan tersebut dimungkinkan lebih besar lagi karena biasanya hanya kecelakaan besar yang dilaporkan, sedangkan kecelakaan yang ringan tidak dilaporkan (Sutawi, 2005). Selain menirnbulkan korban jiwa, kecelakaan juga menimbulkan kerugian materi dan non materi yang tidak sedikit jumlahnya. Misalnya, kehilangan produktivitas, キ。ャセエオL@ biaya

perawatan, pengobatan, dan biaya sosial lainnya.

Menurut Wirawan (1996) dalam studinya mengenai kepribadian dan kecelakaan lalu lintas, faktor-faktor yang terlibat terhadap terjadinya

(18)

Berbagai upaya untuk menurunkan angka kecelakaan khususnya untuk mengantisipasi faktor lingkungan telah dilakukan oleh berbagai pihak, seperti menetapkan berbagai peraturan lalu lintas, mengadakan berbagai sarana yang menolong seperti lampu-lampu di persimpangan jalan, rambu-rambu lalu lintas (misalnya, batas kecepatan maksimal), marka-rnarka jalan, dan bahkan yang terakhir memberlakukan jalur terpisah untuk pengendara sepeda motor serta menghimbau para pengendara sepecla motor untuk menyalakan lampu kendaraannya di siang hari. Namun, rneskipun keadaan jalan telah dibuat lebih aman, tanda-tanda bahaya telah banyak dipasang,

kecelakaan jalan masih juga tetap tinggi

(http://www.balipost.co. id/balipostcetak/2007 /11/26/b13.htm ).

Hal ini memperkuat dugaan bahwa faktor penyebab utama terjadinya

kecelakaan adalah faktor manusia. Hal ini didukung oleh berbagai penelitian mengenai kecelakaan lalu lintas yang menunjukkan bahwa faktor pengemudi atau faktor manusia merupakan faktor penyebab utama terjadinya

(19)

Perilaku agresif mengemudi menurut James & Nahl (2000) adalah perilaku mengemudi di bawah pengaruh emosi yang tidak stabil, sehingga

menghasilkan perilaku yang beresiko terhadap orang lain. Dikatakan sebagai emosi yang tidak stabil karena mendistorsi pola pikir ー・ョセQ・ュオ、ゥ@ dan lebih menunjukkan emosi daripada kontrol diri yang adekuat. Emosi ini yang kemudian dipakai untuk menghasilkan perilaku yang impulsif dan beresiko atau perilaku yang membahayakan atau tampak membahayakan orang lain.

Pengertian perilaku agresif mengemudi dari James & Nahl tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muniarti (1996) mengenai perilaku agresif pada supir metromini yang mengkategorikan perilaku agresif mengemudi pada supir metromini ke dalam kelompok agresi instrumental. Tindakan berbahaya seperti mengemudi dengan ugal-ugalan merupakan tindakan mengemudi yang dilakukan dengan tidak mempedulikan nasib para penumpang. Tindakan tersebut sengaja dilakukan untuk rnendapatkan sesuatu yang bernilai bagi sopir rnetromini yaitu terpenuhinya setoran.

(20)

yang ditunjukkan disaat kondisi padat dan sesak tersebut adalah mengemudi dengan jarak yang terlalu dekat dengan kendaraan lain atau menyalip dan menyerobot kendaraan lain yang ada di depannya. Terkadang perilaku mengemudi seperti ini dapat menimbulkan kecelakaan kecil seperti

menyerempet kendaraan lain. Apabila hal ini terjadi, biasanya sikap agresif yang muncul adalah mengumpat, mengklakson, berteriak dan bahkan terkadang sampai menimbulkan perselisihan diantara para pengemudi pengguna jalan.

Fenomena lain yang juga menunjukkan perilaku agresif mengemudi pada pengendara sepeda motor adalah mengemudikan kendaraan dengan laju kecepatan yang sangat tinggi atau mengebut (James & Nahl, 2000). Perilaku lain yang juga termasuk dalam kategori perilaku agresif dalam mengemudi adalah perilaku pengendara yang tidak taat pada peraturan berlalu lintas (Wirawan, 1996). Misalnya, tidak sedikit pengemudi yang sering memutar arah ditempat yang terdapat rambu dilarang untuk memutar arah,

menghentikan atau memarkirkan kendaraan di tempat yang terdapat rambu dilarang untuk berhenti, dan menerobos lampu merah (James & Nahl, 2000). Perilaku tersebut dikatakan agresif karena hasil dari perilakunya dianggap beresiko atau membahayakan.

(21)

menyalahkan orang lain, mudah tersinggung, dan mudah marah. Senada dengan pendapat Wirawan, James & Nahl (2000) mengatakan bahwa para pengemudi yang agresif dalam mengemudi dipenuhi 、・ョAセ。ョ@ motif untuk bersaing dengan pengendara lainnya saat berada di jalan. Keseharian yang dipenuhi dengan tekanan waktu dalam aktivitas dan jadwal yang padat, membuat para pengemudi menjadi terburu-buru dalam mengemudi sehingga seringkali mengabaikan peraturan yang acla di jalan.

Faktor manusia yang dianggap turut berperan dalam perilaku agresif mengemudi seseorang adalah faktor kepribaclian (yang sifatnya permanen dan tidak mudah berubah dalam waktu yang relatif singkat). Hal ini cliperkuat oleh pendapat Wirawan (1996) yang mengatakan bahwa inclividu yang hampir tidak pernah mengalamai kecelakaan lalu lintas yang berarti ternyata telah terbina dalam kondisi sikap dan pola kepribadian yang mengarah pada perilaku yang aman. Bahwa terdapat ciri kepribadian tertentu yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan.

Kepribadian yang dimaksucl dalam penelitian ini adalah kepribadian tipe A dan tipe B. Bahwa kepribadian tipe A yang aktivitas kesehariannya ditandai dengan adanya ketidaksabaran dan perasaan terburu-bu1cu dalam

mengerjakan sesuatu, keterlibatan yang tinggi terhadap tugas, nafsu bersaing yang berlebihan, mudah tersinggung atau marah, dan agresif

(22)

rnengernudi dibandingkan dengan kepribadian tipe B yang rnenunjukkan

rnanifestasi yang sebaliknya, yaitu lebih sabar, santai, tenang, arnbisinya

rendah, rnenahan diri, dan pasif. Hal ini rnernperkuat dugaan bahwa terdapat

perbedaan dalarn kaitannya dengan perilaku agresif rnengernudi pada

individu dengan kepribadian tipe A dan tipe B.

Hal ini sesuai dengan penelitian Zyansky (1978) yang rnengatakan bahwa

individu dengan kepribadian tipe A telah rnenunjukkan 。ョセQォ。@ yang berarti

untuk kernatian dalarn kaitannya dengan kecelakaan dan f(ekerasan di jalan

dibandingkan individu dengan tipe B. Menurut Suinn (197i'), faktor

penyebabnya adalah karena para pengernudi yang rnerniliki kepribadian tipe

A lebih peka terhadap tingkat stres yang tinggi di jalan dan lebih rnudah

rnengungkapkan ernosi secara negatif terhadap stres yanr1 ia rasakan

dibandingkan dengan pengernudi yang rnerniliki kepribadian tipe B

(http://www.geocities.com/irnc24837209/tabp.htrnl).

Hal ini didukung oleh pendapat Goldenson (1970) dalarn VVirawan (1996),

yang rnengatakan bahwa para pengguna jalan yang lebih peka terhadap

tingkat stress di jalan cenderung rnenjadi pecah perhatiannya, kurang

waspada, dan kurang dapat rnenggunakan pengetahuan dlan

keterarnpilannya. Akibatnya rnereka tidak rnarnpu rnenghadapi berbagai

keadaan darurat yang terus rnenerus terjadi pada waktu mereka

(23)

tingkat kepekaannya terhadap stres di jalan mengindikasikan adanya

kedewasaan pribadi, yang terlihat dengan adanya kemampuan untuk

meredam reaksi-reaksi emosional yang kuat (Wirawan, 1996). Hal ini

menjelaskan bahwa faktor kepribadian yang sifatnya pem1anen, turut

mempengaruhi keadaan temporer seseorang dalam hal ini adalah keadaan

psikologis individu saat berada di jalan yang pada akhirnya turut berperan

terhadap kemungkinan terjadi atau tidaknya kecelakaan di jalan.

Namun, hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Staub menemukan bahwa

antara kedua tipe kepribadian tersebut tidak ada perbedaan yang signifikan

dalam l<aitannya dengan perilaku agresif mengemudi (Sa1wono, 2002). Dari

ulasan di atas, mal<a penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul

"Perbedaan Perilaku Agresif Mengemudi pada p・ョセQ・ョ、。イ。@ Sepeda

Motor dengan Kepribadian Tipe Adan B", penelitian pada mahasiswa

pengendara sepeda motor Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

1.2 ldentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana perilaku mengemudi pengendara sepeda motor yang agresif?

b. Faktor-fal<tor apa saja yang menyebabkan pengendara sepeda motor

(24)

c. Bagaimana pola perilaku kepribadian tipe Adan tipe B?

d. Apakah ada perbedaan perilaku agresif mengemudi pada pengendara

sepeda motor dengan kepribadian tipe A dan tipe B?

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah "Apakah ada perbedaan perilaku agresif

mengemudi pada pengendara sepeda motor dengan kepribadian tipe A dan

kepribadian tipe B?"

Sedangkan permasalahan yang diteliti perlu dibatasi, dimana pokok bahasan

yang diteliti meliputi:

a. Kepribadian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kepribadian tipe A

dan tipe B. Kepribadian tipe A ditandai dengan adanyat ketidaksabaran

dan perasaan terburu-buru dalam mengerjakan sesuatu, keterlibatan yang

tinggi terhadap tugas atau pekerjaan, nafsu bersaing yang berlebihan,

mudah tersinggung atau marah, dan agresif. Sedangkan kepribadian tipe

B menunjukkan manifestasi yang sebaliknya, yaitu lebih sabar, santai,

tenang, ambisinya rendah, menahan diri, dan pasif.

b. Perilaku agresif mengemudi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

perilaku mengemudi yang membahayakan atau tampak membahayakan

(25)

yang beresiko, tidak taat peraturan atau hukum berlalu lintas, hingga

terjadinya kekerasan di jalan.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan

perilaku agresif mengemudi pada pengendara sepeda motor dengan

kepribadian tipe A dan tipe B.

Secara teoritis, manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan

sumbangan informasi mengenai aplikasi dari teori-teori P1:;ikologi Kepribadian

mengenai pola perilaku kepribadian tipe A dan tipe

B,

Psikologi Sosial

mengenai perilaku agresif pada pengemudi. Sedangkan secara praktis agar

dapat memberikan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang terkait

dengan pengemudi itu sendiri agar dapat mengemudikan kendaraan dengan

mematuhi semua ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam berlalu lintas, dan

juga pemerintah untuk dapat memperkecil dampak negatif yang terjadi dari

perilaku agresif yang ditunjukkan oleh pengemudi.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

BAB

1

Pendahuluan, yang menguraikan Latar Belakang
(26)

BAB2

BAB3

BAB4

BAB5

Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, serta

Sistematika Penulisan.

Kajian Teori, dimana pada bab ini diurail<an Deskripsi Teoritis

mengenai Perilaku Agresif, Perilaku Agresif Mengemudi,

Kepribadian Tipe Adan Tipe B, Kerangka 13erpikir, dan

Hipotesa Penelitian.

Metode Penelitian, yang menguraikan Pendekatan dan Metode

Penelitian, ldentifikasi Variabel Penelitian, Populasi dan

Pengambilan Sampel, Metode dan lnstrumen Penelitian, Uji

lnstrumen, Teknik Analisis Data.

Analisis Data, dimana data yang telah didapat dari lapangan

untuk kemudian dianalisa.

(27)

2.1

Perilaku Agresif

BAB2

KAJIAN

TEORI

2.1.1 Definisi Perilaku Agresif

Agresif berasal dari kata agresi (aggression) yang secara harfiah berarti menyerang. Murray dalam Chaplin (2000) memberikan gambaran agresi sebagai kebutuhan untuk menyerang, memerkosa atau melukai orang lain, meremehkan, merugikan, mengganggu, membahayakan, merusak,

menjahati, mengejek, mencemooh, menuduh secara jahat, menghukum berat atau tindakan sadistis lainnya.

Sedangkan, Berkowitz (1995) mengungkapkan perilaku agresi sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakil:i seseorang baik secara fisik maupun mental dengan atau maksud tertentu. Senada dengan pendapat Berkowitz, Baron dalam Koeswara (1988) mendefinisikan agresi sebagai tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukati atau

(28)

contoh, ketika seseorang rnarah, di dalarn dirinya ada keinginan untuk rnelukai orang lain narnun perasaan tersebut akan ditarnpilkan atau tidak tergantung dari individu itu sendiri. Hal ini berarti bahwa individu itu sendirilah yang rnenentukan apakah agresivitas pada dirinya akan diaplikasikan ke dalarn bentuk perbuatan yang disebut dengan perilaku 。セQイ・ウゥヲ@ atau tidal<. Jadi, dapal dikatakan bahwa agresivitas rnerupakan penyebab dari tingkah laku agresif.

Pandangan lain rnengatakan bahwa agresi rnerupakan suatu bentuk reaksi terhadap keadaan yang tidak rnenyenangkan yang rnelibatkan perasaan ernosi atau rnarah dalarn diri individu. Hal ini senada 、・ョセQ。ョ@ apa yang diungkapkan oleh Sarlito dalarn Koeswara (1988) yang rnengungkapkan perilaku agresi sebagai salah satu bentuk reaksi ernosional yang

berpengaruh besar pada relasi interpersonal atau berinteraksi dengan sesarna rnanusia dan lingkungan. Hal ini berarti bahwa perilaku yang rnernungkinkan Iuka fisik atau psikis pada orang lain yang rnenjadi obyek tujuannya dirnaksudkan sebagai perilaku yang tidak dapat diterirna secara sosial.

Berdasarkan definisi-definisi rnengenai perilaku agresif yang telah

(29)

psikis. Jika perilaku menyakiti, melukai atau merusak yang dilakukan tidak memiliki maksud atau tujuan, misal memukul dengan tidak sengaja maka perilaku tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai perilaku agresif.

2.1.2 Teori-Teori Perilaku Agresif

Untuk menjelaskan mengenai perilaku agresif, peneliti mengemukakan

beberapa sudut pandang dari teori yang berbeda dalam rnenjelaskan perilaku agresif sebagai berikut:

a. Agresi sebagai perilaku bawaan

Teori mengenai perilaku agresifyang mengatakan agresi sebagai perilaku bawaan diungkapkan oleh para ahli psikoanalisis yansi menjelaskan bahwa perilaku agresif merupakan perilaku yang sifatnya bawaan atau insting (Atkinson, 1999).

b. Agresi sebagai dorongan dari luar

Teori mengenai perilaku agresif yang mengatakan bahwa agresi

(30)

c. Agresi sebagai perilaku belajar sosial

Teori mengenai perilaku agresifyang mengatakan agresi sebagai perilaku belajar sosial beranggapan bahwa perilaku agresif yang dilakukan oleh individu diperoleh sebagai hasil belajar melalui pengamatan atau observasi alas perilaku yang ditampilkan oleh individu-individu yang menjadi model. Teori ini beranggapan bahwa agresi dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, semakin sering mendapatkan penguatan akan semakin besar kemungkinan perilaku agresif dapat terjadi. Sebagai contoh, frustrasi menimbulkan agresi terutama pada orang yang telah belajar memberi respon terhadap situasi aversif dengan sikap dan perilaku agresif (Bandura, 1977).

d. Agresi sebagai gabungan antara faktor bawaan dan lingkungan Teori mengenai perilaku agresif yang mengatakan agresi sebagai gabungan antara faktor bawaan dan lingkungan diungkapkan oleh para ahli konvergenisme yang menjelaskan bahwa terjadinya perilaku

ditentukan secara bersama oleh faktor genetik dan lin9kungan (Notoatmodjo & Sarwono, 1985).

2.1.3 Bentuk-Bentuk Perilaku Agresif

(31)

a. Agresi Permusuhan (Hostile Aggression)

Agresi permusuhan atau hostile aggression merupakan ungkapan kemarahan yang ditandai dengan emosi yang tinggi dan perilakunya ditujukan untuk melampiaskan emosi. Agresi jenis ini tidak dipikirkan oleh pelaku karena pelaku cenderung tidak peduli jika akibat dari perbuatannya lebih banyak menimbulkan kerugian daripada manfaatnya. Conteh,

pelajar yang berkelahi massal karena ada temannya yang (katanya) dikeroyok.

b. Agresi Instrumental (Instrumental Aggression)

Agresi instrumental atau instrumental aggression merupakan jenis agresi yang dilakukan sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain seperti untuk mempertahankan kekuasaan, dominasi, atau status sosial seorang individu. Jenis agresi ini pada umumnya tidak disertai emosi, perilaku menyakiti korban hanyalah sebagai media untuk meraih tujuan-tujuan tertentu. Conteh, serdadu membunuh untuk merebut vvilayah musuh sesuai dengan perintah yang diinstruksikan komandan.

Selanjutnya, Berkowitz (1995) membagi agresi berdasarkan jenisnya sebagai berikut:

a. Agresi Langsung

Agresi langsung melibatkan aksi yang ditunjukkan secara langsung

(32)

b. Agresi Tidak Langsung

Agresi tidak langsung melibatkan aksi tidak langsung yang ditujukan

kepada target yang memunculkan amarah, tanpa rnenyakiti target secara

frontal. Misalnya, menceritakan kejelakan target kepada orang lain.

c. Agresi yang Dialihkan

Agresi yang dialihkan melibatkan aksi agresif yang dialihkan kepada

sesuatu atau seseorang yang tidak ada hubungannya dengan target yang

memunculkan perasaan amarah tersebut.

Senada dengan pendapat Berkowitz, Buss dalarn Morgan (1978)

menyebutkan delapan perilaku agresif, baik yang dilakukan secara langsung

maupun tidak langsung, dengan cara fisik, verbal maupun non verbal, dan

aktif maupun pasif sebagai berikut:

a. Agresi fisik aktif langsung, seperti merusak, memukul atau mencubit.

b. Agresi fisik aktif tidak langsung, seperti menjebak atau mencelakakan

orang lain.

c. Agresi fisik pasif langsung, seperti tidak mau memberi jalan kepada orang

lain.

d. Agresi fisik pasif tidak langsung, seperti menolak melakukan sesuatu.

e. Agresi verbal aktif langsung, seperti mencaci maki orang lain.

f. Agresi verbal aktif tidak langsung, seperti menyebarkan gosip yang tidak

(33)

g. Agresi verbal pasif langsung, seperti tidak mau berbicara kepada orang

lain.

h. Agresi verbal pasif tidak langsung, seperti diam saja walaupun tidak

setuju.

Dari berbagai bentuk perilaku agresi yang telah diuraikan di alas, maka

secara garis besar bentuk perilaku agresi dapat dikelompokkan ke dalam tiga

bagian, yaitu:

a. Berdasarkan Arahnya

Berdasarkan arahnya, agresi dibedakan alas agresi 。ャセエゥヲ@ dan agresi pasif.

Agresi aktif ditujukan pada pihak lain, seperti menyerang orang lain atau

merusak barang milik orang lain, sedangkan agresi pasif ditujukan pada

diri sendiri seperti melukai atau menyakiti diri sendiri.

b. Berdasarkan Caranya

Berdasarkan caranya, agresi dibedakan alas agresi langsung dan agresi

tidal< langsung. Agresi secara langsung berarti perilaku agresif

ditunjukkan dengan jelas atau dapat diamati dan sebaliknya dilakukan

secara diam-diam atau tidak tampak seperti kebencian di dalam hati.

c. Berdasarkan Macamnya

Berdasarkan macamnya, agresi dibedakan alas agresi fisik, verbal dan

non verbal. Agresi fisik dapat dilakukan dengan atau tanpa ala! terhadap

fisik lawan atau obyek sasaran. Agresi verbal dapal berupa gunjingan,

(34)

dan lain-lain. Adapun agresi non verbal adalah bahasa tubuh (body language), seperti mencibir dan merengut.

2.1.4

Faktor-Faktor Pengarah dan Pencetus Perilaku Agresif

Perilaku agresif sebagaimana tingkah laku lain muncul karena adanya faktor pencetus atau dorongan baik dari dalam diri (internal) seperti pengaruh kondisi fisik dan kepribadian, maupun dari luar diri individu (eksternal) seperti dari kondisi lingkungan dan pengaruh kelompok. Berkowitz (1995) menyebutkan kunci utama penyebab tindakan agresif sebagai berikut:

a. Adanya dorongan sejak lahir.

b. Agresi merupakan respon yang natural terhadap pengalaman frustrasi. c. Tingkah laku agresi seperti tingkah laku sosial lainnya merupakan hal

yang dipelajari.

2.1.5

Perilaku Agresif Mengemudi
(35)

menghasilkan perilaku yang impulsif dan beresiko atau perilaku yang membahayakan atau tampak membahayal<an orang lain.

James

&

Nahl (2000) mengatakan, bahwa para pengemudi yang agresif dalam mengemudi dipenuhi dengan motif untuk bersaing, secara adekuat tidak setuju dengan aturan yang berlaku saat berada di jalan. Sedangkan menurut Wirawan (1996), para pengguna jalan yang agre:sif dalam

mengemudi biasanya kurang memiliki kesabaran terhadap orang lain, gampang menyalahkan orang lain, mudah sekali tersinggung, dan marah.

James dan Nahl (2000) menyebutkan 3 aspek emosi tidak stabil yang menyebabkan pengendara berperilaku agresif dalam mengemudi, yaitu: a. Impatience and Inattentiveness (Ketidal<sabaran dan Kecerobohan)

Perilaku yang berkaitan dengan ketidaksabaran dan kecerobohan dalam mengemudi, seperti menerobos lampu merah, mempercepat laju

kendaraan saat lampu kuning menyala, mengemudi di alas batas

kecepatan arus lalu lintas yang telah ditentukan, mengemudi dengan jarak yang terlalu dekat agar pengemudi di depan melajukan kendaraannya dengan lebih cepat, tidak memberikan sign ketika diperlukan, secara tidak teratur mempercepat atau melambatkan kendaraan.

b. Power Struggle (Perlawanan)

(36)

menghina dengan teriakan, dengan isyarat seperti mengacungkan tangan, dan mengklakson berulang kali, secara tiba-tiba memotong jalur pengemudi lain dengan maksud untuk membalas dendam karena jalurnya dipotong, mengemudi dengan jarak yang sangat dekat dengan orang di depan agar pengemudi di depan melaju lebih cepat, mengerem tiba-tiba dengan tujuan untuk membalas dendam.

c. Recklessness and Road Rage (Kesembronoan dan Amukan Jalan) Perilaku yang berkaitan dengan kesembronoan dan amukan jalan misalnya, mengebut dengan maksud untuk mengajak duel kendaraan lain, mengemudi dalam keadaan mabuk, menyerbu secara besar-besaran dengan maksud untuk menggempur pengendara lain, mengemudi dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Berdasarkan penjelasan di alas, peneliti menyimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan perilaku agresif mengemudi adalah perilaku mengemudi yang membahayakan atau tampak membahayakan orang lain baik secara fisik maupun mental bermula dari cara mengemudi yang beresiko, tidal< taat peraturan atau hukum berlalu lintas, hingga terjadinya kekerasan di jalan.

2.1.6 Bentuk-Bentuk Perilaku Mengemudi yang Agresif

(37)

a. Verbal Road Rage (Amukan Verbal di Jalan)

Verbal Road Rage merupakan kebiasaan secara konstan menyerang, melawan secara mental atau verbal kepada pengemudi lain, para

penumpang, pekerja pelaksana hukum, pejalan kaki. Hal ini dapat terlihat dalam bentuk menyumpah, memaki, berteriak, mengklakson, dan

sebagainya.

b. Rushing Maniac & Aggressive Competitor (Maniak Kecepatan & Pesaing Agresif)

Gaya perilaku mengemudi ini memiliki dua unsur-unsur komplementer. Pertama adalah adanya suatu kecemasan yang luar biasa untuk

mengurangi laju kecepatan berkendara. Kedua, adalah adanya motif atau dorongan yang tinggi untuk bersaing dengan pengendara lainnya di jalan. Di dalam status mental ini, individu terus menerus bersemangat di jalan, mencaci maki diri sendiri bila berkendara secara lambat, atau berkendara dibelakang kendaraan lain. lndividu dengan perilaku ini memiliki

kebiasaan mengemudi menerobos bahu jalan, selalu berusaha untuk mengemudi di jalur yang lebih cepat. Sikap mental ini menciptakan perilaku mengemudi menuruti kata hati yang sulit dan tak dapat diramalkan oleh pengendara lain.

c. Scofflaw (Pelanggar Peraturan atau Hukum Berlalu Lintas)

(38)

mengemudi ini dikatakan agresif karena hasil dari perilakunya dianggap beresiko atau membahayakan keselamatan orang lain.

James dan Nahl (2000) juga menyebutkan beberapa bentuk perilaku lain yang dilakukan oleh pengendara yang agresif dalam ュ・ョAセ・ュオ、ゥL@ yaitu: a. Making obscene gestures atau membuat isyarat yang tidak sopan yang

ditujukan kepada pengendara lain.

b. Yelling at someone or swearing, yaitu berteriak dan menyumpah.

c. Passing on the shoulder atau mengemudi terlalu merapat ke bahu jalan. d. Speeding up to a yellow light atau mempercepat kendaraan saat lampu

kuning menyala.

e. Changing Jane without signaling atau menggganti jalur tanpa memberikan tanda kepada kendaraan lain.

f. Honking the horn atau membunyikan klakson.

g. Going over speed limit atau mengemudi diatas batas kecepatan. h. Tailgating atau mengemudi dengan jarak yang sangat dekat dengan

orang di depan agar pengemudi di depan melaju lebih cepat.

i. Blocking the Jane atau menghalangi jalan orang lain.

(39)

Pendapat lain diungkapkan oleh Collado (1996) yang melakukan studi

tentang perilaku pengemudi yang agresif, dan hasil yang ditemukan antara

lain:

a. Speeding atau mengebut

b. Tailgating, yaitu membuntuti kendaraan lain yang berada di depan dengan

jarak yang sangat dekat.

c. The Accordion Effect, yaitu tidak memberikan kesempatan kepada

kendaraan lain untuk memotong masuk dan mengemudikan kendaraan

dengan jarak yang sangat dekat dengan kendaraan di depan.

d. Fast Drives, yaitu bentuk perilaku agresif mengemudi yang banyak

mengambil resiko hanya untuk menghindari kemacetan.

e. Emotional Influence, adalah pengaruh emosi dari pengemudi itu sendiri.

2.3

Kepribadian

2.3.1 Definisi Kepribadian

Allport dalam Rice (1999) mengungkapkan kepribadian sebagai "the dynamic

organization within the individual of those psychophysical system that

determine his characteristic behavior and thought". Bahwa kepribadian

adalah sebuah organisasi dinamis dalam sistem psikis dan fisik individu yang

menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya. Organisasi dinamik dalam

definisi tersebut menekankan bahwa kepribadian selalu berkembang dan

(40)

dan menghubungkan berbagai komponen dari kepribadian. lstilah psikofisis, menunjukkan bahwa kepribadian bukanlah semata-mata mental dan bukan juga semata-mata neural. Organisasi mengisyaratkan beroperasinya badan dan jiwa, berpadu secara tak terpisahkan rnenjadi kesatuan pribadi.

Perrin dan John (1997) rnengatakan kepribadian mewakili karakteristik individu yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan dan perilaku yang konsisten. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Fudyartanta (2005) bahwa kepribadian adalah dinarnika organisasi psikofisik fungsional manusia yang menjelrna dalam pola-pola tingkah laku spesifik dalam menghadapi medan hidupnya.

Hjelle dan Ziegler dalam Harlan (2003) mengungkapkan kepribadian sebagai konsep abstrak yang mengintegrasikan sejumlah aspek yang menjadi

karakteristik seseorang yaitu emosi, motivasi, pikiran, pengalaman, persepsi dan tindakan. Arti konseptual kepribadian bersifat multifaset mencakup spektrum proses mental dan internal yang luas, yang mernpengaruhi tindakan seseorang dalam berbagai situasi.

(41)

salah satu penentu dari apa yang akan dikerjakan oleh orang-orang yang berbeda dalam segala macam situasi sosial dan situasi lingkungan pada umumnya, kepribadian berkenaan dengan semua tingkah laku individu dalam lingkungannya. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kepribadian adalah suatu kesatuan komponen dalam individu yang khas yang merupakan peramalan dalam menentukan perilaku seseorang ketika menghadapi medan hidupnya.

2.3.2 Pola Perilaku Kepribadian Tipe Adan Tipe B

Penemu konsep kepribadian Tipe A dan Tipe B berasal dari kerja kelompok antara dua ahli jantung yaitu Friedman dan Rosenman dan seorang ahli biokimia bernama Beyers yang kemudian membagi perilaku manusia menjadi dua macam pola yaitu pola kepribadian Tipe Adan Tipe B (Smet, 1994).

Friedman dan Rosenman tertarik dengan adanya perbedaan yang signifikan dalam segi perilaku dan emosi pada orang yang menderita penyakit jantung dengan orang yang tidak memiliki penyakitjantung. Friedman dan Rosenman dalam Larsen dan Buss (2005) mengatakan bahwa individu yang menderita penyakit jantung memperlihatkan suatu gaya perilaku yanii disebutnya TABP

(42)

Type A Behavior Pattern (TABP) diartikan sebagai "an action-emotion

complex that can be observed in any person who is aggressively involved in

a

chronic, incessant struggle to achieve and more in Jess time, and if required

to do so, against the opposing efforts of other person" (Friedman dan Rosenman, dalam Kreitner dan Kinicki, 2000).

Friedman dan Rosenman pada mulanya mendeskripsikan karakteristik perilaku kepribadian tipe A sebagai upaya pencapaian keberhasilan yang berlebihan, sifat kompetitif, dan urgensi waktu. Karakteristik tambahan yang disebutkan kemudian adalah ketidaksabaran dan permusuhan (hostilitas).

Rice (1999) mengungkapkan hal ini di dalam bukunya yang berjudul Stress and Helath:

a. Speed and Impatience (Kecepatan dan ketidaksabaran dalam mengerjakan sesuatu)

lndividu dengan kepribadian tipe A merasa waktu merupakan sesuatu yang penting sehingga mereka selalu melakukan sesuatu dengan cepat dan cenderung memiliki sifat yang tidak sabar. Mereka juga suka

(43)

b. Job Involvement (Keterlibatan yang tinggi terhadap tugas)

lndividu tipe A cenderung memiliki self-critical serta adanya keterlibatan yang tinggi terhadap suatu pekerjaan dan bekerja keras menuju tujuan tanpa merasakan suatu kegembiraan dalam pemenuhan atau usaha mereka, terkait dengan ini muncullah suatu ketidakseimbangan hidup (Larsen & Buss, 2005). lndividu dengan kepribadian tipe A apabila memiliki suatu pekerjaan, mereka sangat bertanggung jawab alas tugas mereka sehingga seringkali aspek lain terabaikan. Peneliti lain yang telah memperkuat observasi mengenai perilaku dan reaksi emosional pada individu dengan kepribadian tipe A mengatakan bahwa individu tipe A memiliki pengorganisasian yang baik dan tertib, lebih suka bekerja sendiri dalam menghadapi masalah atau tantangan

c. Hard-Driving Competitiveness (Dorongan Kuat untuk Bersaing)

lndividu dengan kepribadian tipe A memiliki sifat kompetitif atau memiliki orientasi bersaing yang kuat. lndividu tipe ini juga memiliki sifat yang ambisius dan perfeksionis. lndividu dengan kepribadian tipe A memiliki kesungguhan usaha dengan dorongan tinggi untuk mengerjakan sesuatu lebih dari apa yang dikerjakan orang lain.

d. Hostile (Perasaan bermusuhan)

(44)

sebagainya (Larsen dan Buss, 2005). lndividu tipe A cenderung suka bersikap sinis terhadap hidup dan pada orang lain. Selain itu, individu tipe A juga cenderung mudah dibangkitkan perasaan marahnya atau

permusuhan, yang mereka boleh atau tidak boleh nyatakan secara terbuka. Sebagai akibatnya, individu dengan kepribadian tipe A mengalami ketegangan emosional dan fisiologis yang lebih besar bila dihadapkan pada situasi yang sulit dikendalikan atau yang menimbulkan stres.

Miller dalam Harlan (2003) mengatakan bahwa hostilitas clan sifat lain yang terkait antara lain kesinisan dan kemarahan yang dimiliki oleh individu tipe A dinyatakan sebagai prediktor bermakna bagi kematian oleh segala sebab. Dembroski yang dikutip oleh Williams dalam Harlan (2003) membeclakan dimensi hostilitas sebagai berikut:

a. Konten Hostile

Rasa atau ekspresi terganggu, iritasi, ketidaksenangan, kemarahan, dan lain-lain yang sejenis, yang sering terjadi selama pengalaman sehari-hari yang menimbulkan frustrasi.

b. lntensitas Hostilitas

(45)

c. Gaya lnteraksi Hostile (Hostile Style of Interaction)

Sikap kasar, merendahkan, marah-marah, dan menghina sebagai respons terhadap lingkungan.

Sedangkan Kenneth Dodge yang dikutip oleh Williams dalam Harlan (2003) membedakan enam dimensi hostilitas sebagai berikut:

a. Kesinisan

Pandangan yang negatif secara umum terhadap kemanusiaan. b. Atribut Hostile

Kecenderungan untuk mempersepsikan bahwa pihak lain dengan sengaja berupaya mencelakakan dirinya.

c. Afek Hostile

Pengalaman emosi negatif dalam menjalani hubungan sosial. d. Respons Agresif

Kecenderungan untuk menggunakan kemarahan sebagai respons terhadap permasalahan.

e. Penghindaran Sosial (Sosial Avoidance)

Pengakuan bahwa seseorang menghindari orang-orang \ainnya.

Friedman dan Rosenman dalam Rice (1999) menyebutkan ciri-ciri individu dengan kepribadian tipe A sebagai berikut:

(46)

tidak suka rnenganggur, cenderung rnerasa tidak tenang atau bersalah jika santai, serta tidak senang dengan tugas atau sesuatu yang relatif rnengulang.

b. Agresif, berarnbisi, dan rnerniliki daya saing yang kuat. Narnun, arnbisi rnereka seringkali disertai dengan rasa perrnusuhan, kmang rnerniliki tujuan yang jelas sehingga sering rnenolak aspek kehidupannya yang lain seperti keluarga, rekreasi atau kegiatan sosial.

c. Berbicara secara eksplosif atau rneledak-ledak, suka rnenyuruh orang lain untuk cepat rnenyelesaikan apa yang dikatakannya.

d. Tidak sabar rnenghadapi orang atau situasi yang dian£1gap rnengharnbat dirinya.

e. Selalu berorientasi pada tugas atau kegiatan, selalu rnenetapkan target atau tujuan serta batasan waktu sehingga terus-rnenerus rnerasa dikejar oleh waktu. Fungsi mental dan fisik bekerja dengan cepat sehingga dalarn rnelakukan apapun cenderung tergesa-gesa.

f. Selalu berusaha keras untuk rnelawan orang, barang, atau kejadian yang rnengharnbatnya.

g. Merniliki acuan keberhasilan yang tinggi dan akan berusaha mendapatkan penghargaan.

(47)

Pola kepribadian tipe B meliputi orang-orang yang mempunyai gaya perilaku yang berlawanan dengan kepribadian tipe A. Kepribadian tipe B memiliki sifat yang santai (rileks), sabar, tenang, tanpa adanya perasaan bersalah atau khawatir jika tidak melakukan sesuatu, dan tidak merasa tertekan oleh batasan waktu. lndividu dengan kepribadian tipe B tidak terburu-buru oleh waktu, kurang kompetitif, dan tidak mudah marah seperti tipe A (Smet, 1994).

lndividu dengan kepribadian tipe B mudah bersosialisasi dengan orang lain, pasif, mampu menahan diri, jarang bersikap tidak sabar, jarang memiliki perasaan curiga terhadap orang lain, dan tidak mudah mengembangkan gangguan-gangguan yang berkaitan dengan stres.

I ndividu dengan kepribadian tipe B jarang menciptakan stres bagi dirinya sendiri, hal ini berbeda dengan kepribadian tipe A. Hal ini terlihat dari adanya sifat kompetitif yang kuat di dalam kepribadian tipe A dan :sifat ini dapat membuat diri mereka di bawah tekanan yang banyak serta adanya

ketidakramahan yang kemudian dapat menciptakan banyak konflik dengan individu lain. Smith dalam Weiten dan Lyod (1997) mengatakan bahwa individu yang memiliki ketidakramahan yang tinggi akan banyak

mendapatkan masalah, kejadian yang negatif, lebih banyak konflik dalam perkawinan mereka, dan lebih besar stres yang mereka rasakan

(48)

lvancevich dan Matteson dalam Rice (1999) mengungkapkan bahwa individu dengan kepribadian tipe B mencari kepuasan terhadap kebutuhannya

dengan cara yang tidak menimbulkan gangguan psikologis dan fisiologis sebagaimana individu dengan kepribadian tipe A. Hal ini berarti bahwa individu dengan kepribadian tipe A jika menghadapi stresor akan melakukan usaha apapun untuk dapat menguasai situasi kembali clan karena incliviclu dengan kepribadian tipe A merupakan individu yang エ・イッイセQ。ョゥウゥイ@ maka mereka akan melakukan coping yang berencana clan berpusat pada masalah. Hal ini berbeda dengan kepribadian tipe B yang tidak ingin

melakukan hal-hal yang menimbulkan gangguan psikologis, individu dengan kepribadian tipe B akan berusaha untuk menghilangkan atau mengurangi perasaan-perasaan yang timbul akibat stres sehingga mereka akan melakukan emotion-focused coping.

2.4

Pandangan Islam

Subtansi manusia dalam pandangan Islam terbagi menjadi subtansi jasad, ruh, clan nafs (Mujib, 2002). Ketiga aspek tersebut pada prinsipnya saling membutuhkan. Jasad tanpa ruh atau ruh tanpa jasad tidal< dapat

(49)

Kepribadian manusia berdasarkan pada ketiga subtansi di alas, ada pada subtansi nafs. Nafs dapat berarti jiwa (soul), nyawa, ruh, konasi yang berdaya

syahwat dan ghaddab, kepribadian, dan subtansi psikofisik manusia. Pada subtansi nafs ini, komponen jasad dan ruh bergabung. Nafs adalah potensi jasadi-ruhani (psikofisik) manusia yang secara inhern telah ada sejak

manusia siap menerimanya (Mujib, 2002). Semua potensi yang ada pada

nafs bersifat potensial, tetapi dapat aktual jika manusia mengupayakannya. Setiap komponen yang ada memiliki daya yang dapat menggerakkan tingkah laku manusia. Aktualisasi nafs membentuk kepribadian, yang

perkembangannya dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Kepribadian dalam Psikologi Islam merupakan "integrasi dari sistem kalbu, aka/, dan nafsu manusia yang menimbu/kan tingkah laku" (Mujib, 2002). Dimana subtansi manusia mempunyai tiga daya yaitu daya kalbu (Fitrah ilahiyah) sebagai aspek supra kesadaran yang memiliki daya emosi (rasa), akal (fitrah insaniah) sebagai aspek kesadaran yang memiliki daya kognisi (cipta), dan nafsu (fitrah hayawiyah) sebagai aspek pra atau bawah

kesadaran manusia yang memiliki daya konasi (karsa).

Kalbu memiliki kecenderungan natur ruh, dan berfungsi sebagai pemandu, pengontrol, dan pengendali struktur nafs yang lain. Nafs rnemiliki

(50)

memiliki kecenderungan antara ruh dan jasad, yang mencakup mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan pendapat, mengasumsikan,

berimajinasi, memprediksi, berpikir, mempertimbangkan, menduga, dan menilai (G.P Chaplin dalam Mujib, 2002). Ketiga komponen nafsani tersebut berintegrasi untuk mewujudkan suatu tingkah laku.

Kepribadian manusia merupakan hasil dari interaksi di antara ketiga komponen nafs tersebut, namun ada salah satu diantaranya yang lebih mendominasi dari komponen yang lain. Apabila dalam pembentukan kepribadian, yang paling mendominasi adalah daya nafsu maka

kepribadiannya disebut sebagai kepribadian Amarah. Kepribadian amarah

adalah kepribadian yang cenderung pad a tabiat jasad dan mengejar pad a prinsip-prinsip kenikmatan (Mujib, 2002). Keberadaannya ditentukan oleh dua daya, yaitu daya syahwat yang selalu menginginkan birahi, kesukaan diri, ingin tahu dan campur tangan urusan orang lain, dan sebagainya ; serta daya

ghadab yang selalu menginginkan tamak, serakah, mencekal, berkelahi, ingin menguasai yang lain, keras kepala, sombong, angkuh, dan sebagainya.

Hal ini tergambar dalam kepribadian tipe A yang aktivitas kesehariannya ditandai dengan adanya keinginan yang tinggi untuk mengalahkan orang lain sehingga dalam pencapaian apa yang diinginkan, individu cenderung

(51)

perbuatan-perbuatan sesuai dengan naluri primitifnya yaitu bertindak agresif dalam berespon terhadap situasi yang menantang, menuntut dan

mengancam terhadap kontrol diri individu. Abdal Razzaq (1992) dalam Mujib, (2002) mengatakan bahwa perbuatan-perbuatan yang mengikuti naluri

primitif individu merupakan tempat dan sumber dari kejelekan dan tingkah laku yang tercela. Firman Allah SWT :

" • " ,., ,. '· j " • • lo t.ll ' It,, " l' tJ . · ''-11 '·I °' ' ''f lo'

('!?-..! .).J"' <,,-!.) (.). (,,-!..! I"".) • f y= . '.) セ@ U""-" (.). ,,,.-lS .)! .J

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Yusuf: 53).

(52)

METODE PENEllTIAN

3.1 Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, dimana pendekatan kuantitatif bekerja dengan angka, yang datanya berupa bilangan (skor atau nilai, peringkat, atau frekuensi), yang dianalisis menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis peneliiian yang sifatnya spesifik (Alsa, 2004).

3.1.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian komparatif. Dim an a metodologi penelitian komparatif yang dimaksud adalah komparasi antara dua sampel independen, yaitu metode komparasi yang digunakan untuk melihat perbandingan antara dua kelompok sampel yang berbeda dan tidak berkaitan satu sama lain.

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 ldentifikasi Variabel Penelitian

(53)

penelitian, sering pula dinyatakan bahwa variabel penelitian sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti

(Suryabrata, 1983). Variabel dibagi atas dua macam yaitu Variabel Bebas

(Independent Variabel) dan Variabel Terikat (Dependent Variabel). Dalam penelitian ini yang menjadi kedua variabel tersebut adalah:

Variabel Bebas (IV) : Tipe kepribadian pengendara sepeda motor Variabel Terikat (DV) : Perilaku agresif mengemudi

3.2.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Bebas

Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tipe kepribadian pengendara sepeda motor.

a. Definisi Konseptual

Tipe kepribadian pengendara sepeda motor yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah tipe kepribadian A clan B. Keprii)adian tipe A ditandai dengan adanya ketidaksabaran clan perasaan terburu-buru dalam

mengerjakan sesuatu, keterlibatan yang tinggi terhadap tugas atau pekerjaan, nafsu bersaing yang berlebihan, mudah tersinggung atau marah, clan agresif. Sedangkan kepribadian tipe B menunjukkan

(54)

b. Definisi Operasional

Kepribadian tipe A dan tipe B adalah skor yang diperoleh melalui

pengembangan instrumen, menggunakan skala dengan tipe jawaban "Ya" dan ''Tidak" yang diukur melalui 4 komponen aspek yaitu Speed and Impatience (Kecepatan dan ketidaksabaran dalam mengerjakan sesuatu),

Job Involvement (Keterlibatan yang tinggi terhadap エオセQ。ウIL@ Hard-Driving Competitivenes (Dorongan kuat untuk bersaing), dan 1-!ostile (Perasaan bermusuhan).

Variabel Terikat

Variabel terikat adalah objek dari suatu studi atau penelitian, variabel terikat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku agresif mengemudi. a. Definisi Konseptual

Perilaku agresif mengemudi adalah perilaku mengemudi yang

membahayakan atau tampak membahayakan orang lain baik secara fisik maupun mental bermula dari cara mengemudi yang beresiko, tidak taat peraturan atau hukum berlalu lintas, hingga terjadinya kekerasan di jalan. b. Definisi Operasional

Perilaku agresif dalam mengemudi adalah skor yang diperoleh melalui pengembangan instrumen, menggunakan skala Likert dengan tipe

(55)

(Maniak kecepatan dan pesaing agresif), Scofflaw (Tidak taat peraturan atau hukum berlalu lintas).

3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah himpunan semua elemen yang menjadi pusat perhatian penelitian, dimana jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga (Salam & Aripin, 2006). Populasi yang menjadi sasaran dalam

penelitian ini adalah mahasiswa pengendara sepeda motor Fakultas

Psikologi Program Reguler UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang aktif kuliah saat pengambilan sampel. Adapun rinciannya adalah, semester 1 berjumlah 20 orang; semester 3 berjumlah 26 orang; semester 5 berjumlah 13 orang; semester 7 berjumlah 58 orang. Jadi total keseluruhan sebanyak 158 orang.

3.3.2 Sampel

Sedangkan sampel adalah himpunan atau elemen populasi yang akan diteliti dan dianggap dapat menggambarkan populasinya (Salam & Aripin, 2006). Adapun karakteristik sampel yang akan diambil adalah:

a. Mahasiswa Fakultas Psikologi Program Reguler UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang aktif kuliah saat pengambilan sampel.

b. Memiliki SIM C c. Usia 17-25 tahun.

(56)

Adapun jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 40 orang. Hal ini didasarkan pada pendapat Arikunto (2002), dimana apabila jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka jumlah sampel dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% dari jumlah populasi. ·

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah non-acak atau non-probability sampling dimana semua anggota atau subyek penelitian tidak memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel, dimana pengambilan sampel didasarkan pada hal-hal tertentu yang dikenakan ke dalam sub-kelompok (Sevilla, 1993). Sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah sampel

purposifyaitu suatu teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh

seorang peneliti jika peneliti memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya (Sevilla, 1993).

3.4 Metode dan lnstrumen Penelitian

3.4.1 Metode Pengumpulan Data

(57)

Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua macam skala yaitu Skala Tipe Kepribadian dan Skala Perilaku Agresif Mengemudi.

3.4.2

lnstrumen Penelitian

a. Skala Tipe Kepribadian

Pada skala tipe kepribadian, penulis menggunakan skala yang dibuat sendiri oleh peneliti untuk mengkategorikan individu ke dalam kelompok kepribadian tipe Adan B. Skala ini diukur melalui 4 aspek yang diungkapkan oleh

Friedman dan Rosenman yaitu Speed and Impatience (Kecepatan dan ketidaksabaran dalam mengerjakan sesuatu), Job Involvement (Keterlibatan yang tinggi terhadap tugas), Hard-Driving Competitiveness (Dorongan kuat untuk bersaing), Hostile (Perasaan bermusuhan). Skala yang digunakan oleh penulis dalam metode pengumpulan data untuk Skala Tipe Kepribadian menggunakan skala Dikotomi dengan 2 kategori jawaban yaitu "Ya" dan "Tidak". Dimana jawaban "Ya" diskor untuk kepribadian tipe Adan diberi nilai

1, sedangkan untuk jawaban "Tidak" diskor untuk kepribadian tipe B dan diberi nilai 0.

Uji reliabilitas yang dilaksanakan dengan sampel uji instrumen sebanyak 60 responden, menggunakan uji statistik Alpha Cronbach dengan menggunakan bantuan program SPSS for Windows versi 11.5. Hasil uji reliabilitas skala Tipe Kepribadian menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0. 7729.

(58)

kategori reliabel. Berdasarkan teknik korelasi Product Moment untuk

rnengetahui validitas instrurnen, dari jumlah

50

item yang diujicobakan

diperoleh

20

item yang valid dan

30

item sisanya gugur. J\dapun nilai

validitasnya berkisar dari

0.2589 - 0.4605

pada taraf signifikansi

0.0·1.

Untuk [image:58.595.15.468.173.531.2]

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL 3.1

Blue Print Skala Tipe Kepribadian

NO DI MENSI INDIKATOR Uji Caba Pasca Uji Caba

No Item Total No Item Total

1 Speed & - Tergesa-gesa 10, 17,22,24,29,30* 6 10 1

Impatience - Tidak sabar 11 *,27,35,46, 49* 5 4, 19 2

2 Job Involvement - Tanggung jawab 16,40*,43 3 15 1

- Pekerja keras 1,3, 12, 13*, 14*15, 9 5,6, 16, 18 4 31,41*,48*

3 Hard-Driving - Kompetitif 4,5*,23,26*,33 5 1,8 2

Competitiveness -Ambisius 2,9, 18,21,25*,32 6 7 1

4 Hostile - Sinisme 6,34*,36*,42, 45,47 6 11, 12 2

- Kemarahan 8*, 19,20,28*37 5 3,9 2

-Agresi 7*,38*,39*,44*, 50* 5 2,13,14,17, 5

20

TOTAL 50 50 20 20

Ket : (*) merupakan hasil uji instrumen yang valid b. Skala Perilaku Agresif Mengemudi

Pada skala perilaku agresif mengemudi, penulis menggunakan skala yang

dibuat sendiri oleh peneliti dan komponen objeknya didasarkan pada

aspek-aspek pengelompokkan macam-macam bentuk perilaku 。セゥイ・ウゥヲ@ mengemudi

(59)

Verbal Road Rage (Amukan verbal di jalan), Rushing Maniac & Aggressive Competitor (Maniak kecepatan dan pesaing agresif), Sco1'f/aw (Pelanggar peraturan atau hukum berlalu lintas). Metode pengumpulan data untuk Skala Perilaku Agresif Mengemudi, menggunakan skala model Liker! yang terdiri dari 4 kategori jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Item-item tersebut terdiri dari item favorable dan unfavorable. Untuk item favorable, pilihan jawaban Sangat Setuju (SS) diberi nilai 4, Setuju (S) diberi nilai 3, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2, Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai

1.

Sedangkan untuk item unfavorable, pilihan jawaban Sangat Setuju (SS) diberi nilai 1, Setuju (S) diberi nilai 2, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 3, dan untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 4.

Berdasarkan hasil uji coba (try out) pada Skala Perilaku Agresif Mengemudi dengan melibatkan

60

subyek didapatkan koefisien reliabilitas sebesar

0,8324.

Berdasarkan Guilford dan Fruchter

(1978)

angka tersebut termasuk dalam kategori reliabel. Berdasarkan teknik korelasi Product Moment untuk mengetahui validitas instrumen, dari jumlah

54

item yang diujicobakan diperoleh

35

item yang valid dan

19

item sisanya gugur. Adapun nilai
(60)

TABEL

3.2

Blue Print Skala Perilaku Agresif Mengemudi

NO DIMENSI INDIKATOR Uji Coba Pasca Uji Coba

No Item Total No Item Total

F

u

F

u

1 Verbal - Memaki 3,8*,9*,11* 2*, 17,22'', 8 4,5,6 1, 13, 6

Road Rage 50* 33

- Bertengkar 6,14* 47,54*,20 5 8 35 2

- Mengklakson 1,16* 18* 3 10 11 2

2 Rushing - Mengebut 19,21 *,23, 25*,27,32, 14 12,14,17, 15,21, 9

Maniac& 24,28*,33* 35*,40*,42 22 23,27,

Aggressive 45*, 37 31

Competitor - Beradu kecepatan 4*,26*,29*, 13,30*,52 9 2,16,18, 19 6

31*,34,36* 20,24

__J

3 Scofflaw - Menerobos lampu merah 44*,48* 7

I

3 30,32 2

- Melanggar batas 39* 12*,15* I 3 26 7,9 3

kecepatan maksimum I

- Berputar arah 46 5*, 10 3 3 1

sembarangan

- Berkendara di bahu jalan 41* 51,53* 3 28 34 2

- Pelanggaran jalur kiri 38*,43* 49 3 25,29 2

TOTAL 27 27 54 20 15 35

Ket : (*) merupakan hasil uji instrumen yang valid

3.5

Prosedur Penelitian

[image:60.595.3.489.132.490.2]
(61)

Selanjutnya, pengambilan data untuk peneltian dilaksanakan pada tanggal 05 s/d 10 November 2007 kepada 40 mahasiswa pengendara sepeda motor Fakultas Psikologi Program Reguler UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.6 Uji lnstrumen

3.6.1

Uji Validitas

Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu ala! ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur mempunyai validitas yang tinggi apabila ala! tersebut menjalankan fungsi ukurnya. Untuk

mendapatkan item yang valid dan dapat diandalkan, dilakukan analisis item total yang merupakan pengujian daya pembeda item dimana tiap-tiap item pernyataan dianalisis dengan mengkorelasikan skor tiap item dengan skor total. Adapun rumus yang digunakan adalah korelasi Product Moment dari Pearson (Azwar, 1997) yang memiliki rumus:

r xy r.xy - (2.x) (2.y)/ n ..,/{ r.x2

- (2.x)2/ n }{(2.y)2/ n

Keterangan:

r xy : Koefisien korelasi variabel x dan y

(62)

l.y

:

Jumlah skor total

n : Jumlah subyek penelitian x & y : Skor masing-masing skala

3.6.2 Uji Reliabilitas

Arti dari reliabilitas adalah kepercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, dan kekonsistensian, yang berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Dimana pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel. Pengukuran yang dapat dipercaya adalah pengukuran yang apabila dilakukan terhadap subyek dalam beberapa

pelaksanaan maka diperoleh hasil yang sama (Azwar, 19£17). Untuk

mengukur tingkat reliabilitas dari skala, digunakan perhitungan dengan rumus dari Alpha Cronbach:

a : 2 [1-s12+s22 ] sx2

Keterangan: s12 dan s22

: Varians skor belahan 1 dan Varians skor belahan 2 sx2

: Varians skor skala

(63)

TABEL

3.3

Norma Reliabilitas Guilford & Fruchter

(1978)

Koefisien Kriteria >

0.90

Sangat Reliabel >

0.70 -0.90

Reliabel >

0.40- 0.70

Cukup Reliabel

>

0.20-0.40

Kurang Reliabel <

0.20

Tidak Reliabel

3.7

Teknik Analisis Data

Analisis data dimaksudkan untuk menguji hipotes

Gambar

Tabel 4.16.
Gambar 4.1. QQ Plot Skala Perilaku Agresif Mengemudi
TABEL 3.1 Blue Print Skala Tipe Kepribadian
TABEL 3.2 Blue Print Skala Perilaku Agresif Mengemudi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Studi Deskriptif Mengenai Intensi Perilaku Melanggar Marka Jalan pada Mahasiswa Pengendara Sepeda Motor Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.. Perilaku melanggar marka

Faktor yang paling mempengaruhi intensi perilaku mahasiswa pengendara sepeda motor ke kampus berdasarkan teori perilaku terencana ( Theory of Planned Behaviour ,

Perilaku agresif oleh remaja dengan tipe kepribadian introvert juga bisa dikarenakan karateristik yang ada pada mereka yaitu penetapan standar etis yang tinggi bisa juga

Hasil uji deskriptif dapat disimpulkan bahwa disiplin berlalu lintas pada remaja pengendara sepeda motor di Samarinda termasuk dalam kategori tinggi, yaitu berjumlah

Adapun pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui karakteristik pengendara sepeda motor, tingkat pengetahuan pengendara sepeda motor terhadap

Berdasarkan nilai- nilai sikap, norma subjektif dan control perilaku yang dapat diterima tersebut, diperoleh nilai intensi perilaku (BI) untuk pengendara sepeda

Model perilaku berkendara berisiko sepeda Motor Pulau Jawa dan Sumatera PENUTUP Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa semua faktor berpengaruh

Untuk perilaku pengendara sepeda motor wanita variabel yang berpengaruh terhadap perilaku safety riding yaitu, kepatuhan dan intensi terhadap safety riding, serta lingkungan dan