Disusun Oleh :
LAELA MASYITOH
NIM: 103070029148
Skiripsi
inidiajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam memperoleh gelar Sarjana Psfikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS !SLAM NEGERI SYARIF HIDAYATUlLAH
JAKARTA
'TUfak,kg,fi terafi kgmi rapangkgn aaaamu untuk,mu?
<Dan kgmi fepaskgn 6e6anmu aaripada mu
'Yang mem6eratkgn punggungmu
<Dan kgmi meninggikgn 6agimu se6utan (nama-:Mu)
Se6a6 sesunggufinya sesudafi R,;sufitan itu ada f?,gmudafian
:Makg apa6i{a, kgmu tefufi sefesai, (untSan ditnia) makg
<Bersunggufi-sunggufifafi ( dafam 6eti6adafi)
Vntuft:Mata 'Tulianftu 'Yang 'Taft <Pernali 'Te.'Pejam,
Vntuk:JafanAgamaftu <Yang 'Taft<PernaliSesat,
Vnturtflir :Mata I6u1ufa 'Yang Jfampir'l(ping,
Vntuft<Puiulartflyaliaiufa 'Yang Sering <Bergetar,
VntuftSenyum 'J(ji/i.gl{; 'J(ji/i.gftLefafijftu <Yang 'Taft 'Terferai,
VntuftSenyum 'J(ji/i.gl{; 'J(ji/i.gft <Perempuanftu <Yang 'Taft:Meiufingin
Vntuft <Penantian 'l(J!/i.gsili 'Yang <Taft <13erlienti <Berfiarap,
Vnturtfl/i.g( <Yang 'Taft <Bosan :Mencari,
Vntuk:fiwa <Yang 'Taft <Pernali <Puas,
VntuftJfati 'Yang 'Taft <Perna
Ii
:Meminta,
'l(u6uf?Jifi.gn Cinta, :Mesfij :Meragu 'J(jidarJernilinya
Semogafl({afi :Merahmati
-L:M
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)
Pemb· bing I
Oleh:
LAELA MASYITOH
NIM : 103070029148
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing II
Dr. . b I Mu"ib M.A
NIP. 150 283 344
Nenong
tセL@
MllS;. Ps;,
NIP. 150 300 679
FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
KECEMASAN GALON TKI" telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Desember 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S. Psi.)
M.Si.
Penguji I,
Yunita Faela Nisa M.Si. NIP.
150 368 748
Pembimbing I,
セ@
セ@
Dr. H. ul Mujib M.Ag NIP.
150 283 344
Sidang Munaqasyah
Ang go ta
Sekretaris Merangkap Anggota,
P nguji II,
セAセ@
Dr. H. Abdurilflujib M.Ag NIP.
150 283 344
Pembimbing II,
セᄋ@
(C) LAELA MASYITOH
(A) Fakultas Psikologi (B) November 2007 (D) PERANAN COPING RELIGIUS TERHADAP KECEMASAN GALON
TKI
(E)
X
+ 116 Halaman(F)
Penderitaan yang dialami TKI seakan tidak ada habisnya, mulai dari tempat penampungan sebelum mereka diberangkatkan ke luar negeri, para calon TKI harus rnenunggu lama jadwal keberangkatan yang tidak pasti, tidur berjejalan dengan sesama TKI yang lain, makan seadanya, serta masalah kesehatan yang tidak diperhatikan. Bahkan mereka harus memberikan sejumlah uang ke PJTKI tempat mereka ditampung. Adanya kasus-kasus yang terjadi pada Tenaga Kerja Indonesia saat di penarnpungan dapat menimbulkan kecemasan.
Coping religius merupakan salah satu metode coping yang menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan yang sedang mereka hadapi. Coping religius juga sangat mempengaruhi pola kognitif seseorang saat mencari solusi dalam menghadapi situasi sulit.
Kecemasan yang diukur pada penelitian ini adalah mengacu kepada respon-respon kecemasan. Secara fisik dapat berupa dari denyut jantung yang berdebar kencang, keringat yang berpercikan, kepala pusing. Secara psikis dapat berupa perasaan tidak dapat tenang, terus menerus mengkhawatirkan segala macam masalah yang mungkin terjadi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan coping religius terhadap kecemasan calon TKI saat berada di penampungan. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus.Pada tiga wanita calon TKI yang berada dipenampungan PT. Hasamuri Abadi yang berusia antara 17-45 tahun. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara dan observasi yang berlangsung pada bulan Oktober-November 2007.
Dari hasil pengolahan data didapatkan bahwa adanya bentuk-bentuk coping religius yang dilakukan oleh ketiga subyek saat mereka banyak mengalami
membuat mereka merasakan ketenangan.
Mengingat hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peranan coping religius terhadap kecemasan calon TKI, maka disarankan kepada:
Para calon TKI untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan tidak hanya dalam keadaan mengalami kecemasan akan tetapi diharuskan setiap saat seorang wajib untuk selalu ingat kepada Tuhan, untuk pihak PJTKI
diharapkan lebih memperhatikan kegiatan agama dalam penampungan agar para calon TKI memiliki landasan keimanan yang kuat, dan juga PJTKI diharuskan mempuyai program kajian Islam rutin di dalam penampungan agar para calon TKI mempuyai kegiatan keagamaan yang dapat menambah wawasan keagamaan calon TKI.
(G) Bahan bacaan 35 buku (tahun1964-2003) + 3 online + laporan penelitian
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Peranan Coping Religius terhadap kecemasan calon TKI". Shalawat serta salam semoga tetap terlimpah atas Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan terbaik bagi umat manusia, kepada keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesulitan-kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi ini. Tugas ini dapat terselesaikan tidak dapat. terlepas dari konstribusi berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat perkenankanlah penulis untuk menguc:apkan terima kasih yang mendalam kepada:
1. Ora. Hj Netty Hartati, M.Si selaku Oekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatul\ah dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan dan perhatian kepada penulis selama menjalani proses perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
2. Ora. Zahrotun Nihayah, M.Si. selaku Pembantu Oekan Bidang Akademik yang telah memberikan pengarahan dan perhatian kepada seluruh mahasiswa.
menyumbangkan pendapatnya, memberikan kritik ケ。ョセQ@ membangun, motivasi, dan menumbuhkan rasa percaya diri sehingga penulis dapat mengatasi kendala dalam penyusunan skripsi ini ..
4. Miftahuddin, M.Si. Selaku Penasehat Akademik Fakultas Psikologi kelas D." terima kasih atas kesabaran bapak"
5. Para Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan ilmu kepada kami.Serta para staf karyawan yang telah memberi kemudahan da.n kelancaran dalam penyusunan skripsi.
6. Yang teristimewa lbunda tercinta, Hj. Roseniah Rahasan, yang tak kenal lelah berjuang dan berkorban untuk memberikan yang terbaik kepada penulis. Setiap untaian doa yang !bu panjatkan merupakan sumber kekuatan bagi ananda untuk menjalani hidup. Serta Ayah tercinta
Almukhiroh Abdul Mukti "Terima kasih atas doa dan kasih". Kakak-kakaku Herman segala, Edy Rozha, Tuti mutiah, Muksin, Mukrnin, Andi. dan Tini munani S.E semoga cita-cita kalian bisa tercapai dan mendapatkan yang terbaik dalam hidup.
7. Yang terkhusus seseorang yang ada dalam hatiku, yang dengan kebijakan dan kesabarannya meyakinkan penulis untuk terus berjuang dalam hidup ini. I'm not a perfect person there are many things wish I didn't do but I continue learning.
9. Direktur PT. Hasamuri Abadi, selaku pemilik PJTKI serta para responden khususnya, terima kasih karena telah banyak membantu berpartisipasi dengan meluangkan waktunya dalam proses wawancara. Semoga Allah memberikan yang terbaik bagi kalian.
10. Semua pihak yang terkait yang tidak disebutkan satu-persatu, terima kasih telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi diri penulis dan
para pembaca.
Jakarta, 20 November 2007
Laela Masyitoh
HALAMANJUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO ... .
PERSEMBAHAN
ABSTRAK ... .
KAT A PENGANT AR ... .
DAFTAR ISi
DAFT AR T ABEL ... .
DAFT AR SKEMA .
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. ldentifikasi Masalah
1.3. Pembatasan Masalah Penelitian
1 .4. Perumusan Masaiah Penelitian
1. 5. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1. Tujuan Penelitian
1.5.2. Manfaat Penelitian
1.6. Sistematika Penulisan ... .
BAB 2 KAJIAN TEORI
2.1. Coping Religius ... ..
2.1.1. Definisi Coping Religius
2.1.2. Agama sebagai Coping ... .
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Coping Religius
2.1 A. Jenis-jenis Coping Religius ... .
2.2.3. Cara Menanggulangi Kecemasan ... 50
2.3. Kerangka Berpikir ... . 51
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian ... .. 57
3.2. Vanabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 59
3.3. Subyek Penelitian 3.4. Pengumpulan Data 3.5. Teknik Analisis dan lnterpretasi Data ... . 3.6. Prosedur Penelitian ... . 60 61 63 65 3.6.1. Prosedur Persia pan .. .... .... ... ... ... 65
3.6.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 66
3.6.3. Tahap Pengolahan Data ... . ... 66
3.6.4. Tahap Analisis ... .
67
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian ... 68 4.2. Analisis Kasus ... ..
4.2 1 Kasus NG . 4.2.2. Kasus TW 4.2.3. Kasus GL 4.3 Analisis Antar Kasus . BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ... ... .. ... .. 5.2 Diskusi
Ta be I 4 1 Ga111baran U111u111 Subyek Penelitian .. . . . .. .. ... ... . 69
[image:14.595.65.452.127.553.2]1.1. Latar Belakang Masalah
Tak b1sa d1pungk1r1. ketimpangan kesempatan kerja merupakan salah satu
masalah utama dalam proses pembangunan Indonesia. Ketimpangan ini
nampak 1elas di antara perkembangan angkatan kerja cli satu pihak dengan
kemampuan penyerapan tenaga kerja di lain pihak. Pertarnbahan angkatan
ker1a vane: berlangsung jauh lebih pesat dibanding kemampuan penyerapan
te11aga ker1a mempunyai darnpak yang cukup besar terhadap pembangunan
Indonesia.
Kct11llfJct110ct1: ct11lct1 a periambahan angkatan ker;:i dan kernampuan
penyerapan kerja yang rendah menyebabkan rneningkatnya angka
pengangguran di Indonesia Jika ditambah dengan rendahnya tingkat
pendidikan maka akan sernakin sulit pekerjaan yang bisa didapatkan di
ciaic111. Nc0c::: Scd1k1li1ya lapanga11 pekerjaan di dalam 11egeri menyebabkan
sebag1a11 masyarakat Indonesia berallh mencari pekerjaan ke luar negeri.
dengan i1arapar1 1119111 mendapatkan penghas1lan yang leb1h besar.
Penel1t1an tahun 1999 yang dilakukan di Tulungagung Trenggalek Jawa timur
rnengernukakan faktor yang mendorong dan menyebabkan tingginya
keingginan dan m1nat wanita untuk menjadi tenaga kerja wanita di luar
negeri Di antaranya adalah karena menganggur. desakan ekonomi, ingin
QQQ・QQセQオQj。ャQQゥ」QウQ「Qュ・ョゥョァォ。エォ。ョ@ taraf dan kualitas hidup yang layak).
rnasalah keluarga. menanggung hutang, b1aya menyekolahkan anak-anak,
suami tidak bekerja dan untuk menanggung beban ォ・ャオ。イAセ。@ (rumah tangga)
yang semakin sarat dan kompleks (Adum Dasuki, 1999)
Banyak ha! yang dapat membuat orang bekerja menjadi TKI di luar neger1.
Sela1n faktor-faktor yang telah d1sebutkan di atas, 1nformas1 juga menJadi
faktor utama yang menyebabkan banyak orang Indonesia bekerja menjadi
TKI d1 luar neger1 D1 karenakan terg1ur cer1ta-centa 1ndah clar1 tetangga.
kerialan dekat yang terleb1h dahulu menJad1 TKI d1 luar negen Bahkan t1dak
sed1k1t dan mereka yang ingin menjadi TKI karena mendengarkan
kesuksesan menjadi TKI di luar negeri (Adum Dasuki, 1999). lming-iming
bahwa bekerja di luar negeri akan mendapat gaji tinggi. menjad1 dorongan
kuat bagi hasrat banyak orang untuk berebut me'ljadi TKI di Luar negeri,
sebab d1 Indonesia mencari pekerjaan cukup sulit. kalau mendapatkannya
t1ngkat upah umumnya masih rendah debandingkan bekerja di Luar negen
Tingg1nya minat sebagian warga masyarakat untuk menjadi TKI di Luar
neger1 d1 satu s1s1 memang sangat menguntungkan. karena dari kegiatan
tesebut devisa negara akan bertambah dan mengalami peningkatan. Akan
tetapt d1 s1s1 la111 hal itu tidak sedikit pula mendatangkan masalah, terutama
bagi TKI, mengingat pendidikan dan keterampilan mereka rata-rata masih
re11dah Mereka rela bekerJa di luar negeri yang mereka tidak tahu apa jenis
pe'Keqaan yang akan mereka dapat d1 sana. Kebanyakan pekerJaan yang
mereka dapatkan adalah sebagai pembantu rumah tangga (sektor informal).
1d1clikar1 dan keterampilan mereka yang rata-rata masih rendah
menyebabkan mereka belum mampu menjamin sepenuhnya kesiapan dan
kemampua11 sebaga1 mana diharapkan oleh negara yang '1lembutuhkan
De1111k1an 1uga mereka banyak yang belum siap mengantisipasi segala
kemungk1nan keJad1an yang t1dak di1nginkan, seh1ngga dar1 mereka banyak
yang mendapat perlakuan yang kurang senonoh
Persoalan f Kl merupakan benang kusut yang rum1t, selalu menempatkan TKI
dalam pos1s1 lemah dan terJep1t. 01 desa-desa, para calon TKI d1rekrut oleh
calo dengar1 kehmusan membayar sejumlah uang, ditampung ditempat
penampungan dengan perlakuan kurang manusiawi tiba d1 nege11 tujuar1
p2ra TKI tlclak me11getahu1 hak dan kewa1ibannya. perlakuan 1na11kan ya11g
Wセ@ セiヲL@
teta4
セエゥセセ@dadafflU
<'-tut«hna?
'Da1t セエゥ@ ャA・[ヲオキセ@ Uauma
daUftada
m.u114"'9
セ・uャセ@ ft<t"'99Uff9"11U'Dau セBG、@ meuiff99ikau セゥヲヲエ。@
adatcui
(uama-?ltaJSdat
。・セ@<!e4Uda4
セ@tta
ada セセ@Mセ@
apaffifa
セ。@teta4
i!deMti,
Hセ@daeua}
BBセ@ _UセYNオTM\QエエオYYNオTc。T@ (daCaui ヲャセス@'Da1t セ。@
k,rtada
Wセ@ta4
flozlf,,'IMl{zイerセembahan@
....
'Untu41Jtata
7ukw6u
"!fMCJ7a4
'Pimta4 7"'1ftefau,,Uttuiz patau A9ama4u "!fM9
7a4
'Pimta4 SMit,Uttuiz Am ?Jtata 1Cuffda 1fa"9 ?IMt(Wt QMZZZ・wゥZセᆳ
Uttuiz 'Puuda& A'falta"da 1fa"9 SeW19 t?01<7et<vi,
Uttuiz Seu'/""' ?-:::a6a4-?-:::a4ak L.etaleiktt 1fM9 7a/z
7entenai,
Uttuiz Se"'f""' _MZZZ。セM_MZZZ。T。ォ@ 'Pozem(t&Ut6u "!fM9
7a4
?lteudfflc;i«Utta4 fDeuMtian jZZZセ@ 1fM9
7a4
z:?oz/ie,,tit?ozttaJUV/t,
Uttu4 A6ae "ifMCJ
7a4
t?oaan1/1enaW,
Uttuiz p@a 1fM9
7a4
'Pimta4 'Puaa,Uttu4?lati1fau9
7a4
'Pimta4 ?lteutiuta,_MZZZオc。Tセ@ e&ta. 111eaki ?ltozac;u 1-:::adwt ー・キゥゥャゥセ@
Seuw9a Aetalt セBエ。エ\Z@
LM
kura119 bark perusahaan Jasa TKI (PJTKI) yang saling lerrrpar tanggung
JawalJ 1111a ada TKI berrnasalah Setelah beberapa tahu11 kernbalr ke Tanah
Air, TKI diperlakukan sebagai rnenusia kelas dua, di bandara diperas dan
111e11galarni berbagai persoalan lainnya.
fVlel1l1al problernatrka TKI tersebut, seharus11ya pemerr11tah lebrh
n1emper1·1at1kan Para calon TKI, terlebih jika rne11e11gok a11gka slalistrk
menyangkut TKI Data yang dirniliki oleh Konsorsiurn Pernbelaan Buruh
fVligra11 Indonesia (kopburni), selama bula11 Januari-April 2001 terjadi
I 114 5L'L' r'asus pelar1ggaran hak asasr rnanusra (HAfVI) terhadap TKI. (Adurn
Dasukr, 1999)
Dari jurnlah tersebut, tercatat 10 orang rneninggal saat bekerja dan 69 orang
lagi rnengalami pernerkosaan dan penganiayaan Seda11gka11 LSfVI Ce11ter for
!11clo11es1a fV11g1a11t Workers (ClfVIW) rnencatat selarna Januarr-Aprrl 2001 dr
fVlalaysra tercata 1,5 JU!a buruh trdak berdokurnen, 14.000 dr penJara, 120.000
d1deportas1, 32.000 diberhentikan, dan 6.288 orang ditangkap
nrrp.11www !11ou11es1aMed1a. Comlrubnklmanca 00 June.lit
Dalam kasus TKI yang lain diternukan nama Cer ;atr. Cerra ti adalah seorang
TKW dr Malaysia yang mencoba kabur dari aparternen rnajikannya Ceriati
berusal1a turun darr lantar 15 aparternan rnajikannya karena tidak tahan
Ceriati menggunakan tali yang dibuatnya sendiri dari rangkaian kain.
Usaha11ya untuk turun kurang berl1as1I karena d1a pada lar1ta1 6 dan akh1rnya
harus ditolong petugas pemadam kebakaran setempat. Tetap1 k1sahnya dan
Juga gambarnya (terJebak d1 lanta1 6 gedung bert1ngkat) 111enJad1 head/me
sural kabar indunesia serta Malaysia dan segera rnenyadarkan pemerintah
kedua negara adanya pengaturan yang salah dalam pengelolaan TKI
(http· //www. kom pas. com/kom pas-ceta k/0609/30/po I iti k h u kum/2 994 2 85 htnJ)
Ada lagi kasus penyiksaan luar biasa terhadap Nirmala Bonat, buruh migran
perempuan asal Indonesia bulan Mei 2004. Kasus Eka Apri Setiowati yang
d1perkosa dan d1an1aya oleh maj1kannya.
Derita TKI Ceriyat1, Nirmala Bonat, Eka serta masih banyak lag1 patut menJadi
rer1unsiar1 umuk i\1ta sen1ua sudal1 1nelampau1 balas ke111ar1u;sramr '. llulal1
kual1tas derita T Kl, terutama yang 1legal. Uniknya, hal 1tu tak membuat Jera
para TKI Denga11 berdalih gaji yang belum d1bayar atau faktor lain, d1antara
mereka masih tetap bertahan Maka. perlu dipikirkan bagaimana memayungi
TKI yang JUl1llal1nya masih ratusan r1bu orang yang h1ngga k1n1 111e11Jad1
n ke!uarga
Maraknya kasus-kasus penganiayaan yang banyak membicarakan
pe11de11laa11 ya:1g d1alam1 oleh Tenaga Kerp Indonesia \Tl<I; yang beker1a
diluar 11egeri kl1ususnya pembantu rum ah tangga. Pender taan yang dialamr
TKI seakan tidak ada habisnya, mulai dari tempat penampungan sebelum
mereka diberangkatkan ke luar negeri. para calon TKI harus menunggu lama
jadwal keberangkatan yang tidak pasti, tidur berjejalan dengan sesama Tl<I
yang larn. makan seadanya, serta masalah kesehatan yang tidak
diperhatikan. Bahkan mereka harus memberikan sejumlah uang ke PJTKI
tempat mereka ditampung. Meskipun sudah memberikan sejumlah uang,
rnereka harus rnenunggu job di luar negeri dengan ketidakpastian, itupun
JOb yang rnereka clapatkan hanya sebagai pembantu rumah tangga.
Aclanya kasus-kasus penganiayaan terhaclap TKI dapat menimbulkan
berbaga, kec,e111asa11 pacla para calon TKI yang akan berangkat ke luar
negerr Para calon TKI banyak mengalami kecemasan dengan banyaknya
masalah yang mereka hadapi saat berada clipena111pu11ga1 serta dengan
hilnyciknyci c:11ccimcin terhciclap TKI di luar negeri
QMMMMセᄋMMMMセ@
1
SYl
1ffiiF
t,,HT1/\V'SrT1i:;セ@ セエQ@ MセLZセLLLLLN@
-- 'Kecemasan clapat dilihat clari beberapa respoh ケ。ョァGャj・イュG。・。イ|セGュG。」。ヲイゥGb。ゥォG@
MGMMセMMカᄋセMセセMNセMmセLッセLNLL⦅@
respon secara fisrk maupun psikis dari TKI tersebut. Respon fisik yang
clitimbulkan seperti keringat yang berpercikan, clenyut jantung berclebar
kencang, kepala pusing, rng1n mual, hilang nafsu makan, clan lain
hilang kepercayaan diri. tidak dapat tenang. ingin lari dari menghadapi
suasana keh1dupan dan lain sebaga1nya. Namun, berita penganiayaan
terhadap TKI tidak banyak mempengaruhi kejiwaan calon TKI bahkan
minatnya menjadi TKI di luar negeri semakin kuat, mereka menganggap
bahwi1 kasus-kasus tersebut dijadikan pelajaran dan pengalaman yang
berharga untuk para TKI. Mereka memiliki keyakinan bahwa tidak semua TKI
bernasib sama. Para calon TKI percaya bahwa nasib setiap manusia berada
d1 tangan Tuhan
Keyak111an sangat berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu
untuk melakukan aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar
IJelal<.1wg !\eyak1na11 cl1nila1 111empuya1 unsur kesuc1an, sena ketaatan
Keterkaitan 1n1 akan memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu
Sebal1l\llya agama Juga sebagai pemberi harapan bagi pelakunya Seseorang
yang melaksanakan per111tah agama umumnya karena aclanya suatu l1arapan
terhaclap kasih sayang Tuhan kepadanya. Agama clapat menjadi suatu
sumber dukungan emosional, sebagai roda clari positive minterpretation and
growth. atau sebagai taktik dalam mengahadapi sumber stres (Carver &
Schier 1989)
Pada saat 1ndiv1clu terkena stress, ia clapat berpaling pada agama, karena
agarna be11ungs1 sebaga1 sumber clukungan emos1, sebaga1 s1asat coping
Lazarus dan Folkman; Moss; Tyler (dalam Pargament, Ensing, dkk, 1990)
mengatakan umumnya coping dipandang sebagai suatu proses yang dialami
seseorang dalam memahami dan menghadapi berbagai tuntutan yang
s1gn1flkan ba1k secara personal ataupun s1tuasional.
Folkman d;m Lazarus mengatakan, bahwa coping adalah segala usaha
secara kognitif atau behavoiral untuk menguasai, mengurangi, atau
iJetiJc1ga1 tur1tulan-tu11tuta11 yang ada \dala111 R1c2. hJ99; Cuµ111g
terbagi pada dua t1pe strategi yaitu: Problem-solving Coping dan
Emotion-Focused Coplllg (Taylor, 1999)
Proble111-Solvlllg Copl!lg berfokus pada masalah mencakup bert1ndak
langsung untuk mengatasi masalah atau mencari informasi yang relevan
dengan so\usi. Contohnya, menyusun jadwal kegiatan harian untuk
menghindari tumpukan tugas perkuliahan Emotion-Focused Coping merujuk
µada iJei1Jaga1 uµaya untuk 111engurang1 berbaga1 reaks1 emos1onal negat1fe
terhadap stress. Contohnya, melakukan relaksasi, mencari rasa nyaman dari
orang 1a1n, atau mendekatkan din kepada Tuhan.
Berbagai bentuk coping dapat 111e111inimalisir situasi stress . salah satunya
Copmg Relig1us adalah salah satu metode coping yang menggunakan
pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan yang sedang mereka
hadap1. Copmg religtus mempengaruh1 pola kogn1tif seseorang saat mencari
suius1 cicda;r, ,·1ie;1giladap; s1tuas1 sui1t yang d1hadap1nya da11 dapat
men1ngkatkan religiusitas seseorang (Pargament. 1997)
Belavich (Graham 2001) mengatakan bahwa religi memainkan peran yang
penting dalam mengatasi stress. Dua sumber coping relig us yang biasanya
dilakukan adalah prayer dan faith in God (berdoa dan berserah diri pada
Tuhan)
Hal 1n1 sesuai dengan OS. Al A'raaf (7) ayat 128
"Musa berkata kepada kaumnya: 'Mahon/ah pertolongan kepada Allah dan
bersa/Jarlah. sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah: dipusakakan-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-f\lya. Dan kesudahan
yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa ...
Cup111:; 1dtylll::o J;yak1111 dapat membuat seseorang merasakan ketenangan
yang t1ngg1, serta dengan kadar keimanan seseorang menentukan kadar
kece111asam1ya. se111ak1n t111gg1 imannya, semakin rendah kecemasannya
(Pargament, 1997)
Spilka Shaver. dan Kirkpatrick mencatat tiga peran religi dalam coping
process yaitu menawarkan makna kehidupan. 111emberikan sense of control
terbesar dalam mengatasi situasi.
Beberapa penel1t1 Juga menJelaskan copmg re/tgws secarn eksklus1f adalah
sebagai bentuk dari emotion-focused coping. lndividu lebih menyukai kembali
kepada Tuhan untuk memohon pertolongan pada saat stressful. Diyak1111 oleh
kebanyaka11 111d1v1du. melibatkan diri dalam keg1atan relig1us dapat
menenangkan perasaan yang cemas dan distress pada mdividu yang
mengala111i stressful (Pargament, 1997). Dalam Al-Quran d1sebutkan pula
bahwa dengan mengingat Allah, jiwa manusia akan menjadi tenang. Hal ini
terdapal claiam t1rman Allah, yang artmya
"(yaitu) orang-orang) yang /Jeriman dan hati merel<a menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. lngatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati
menjadi tenteram ... Seseorang yang mencintai dan kembali kepada Tuhan
diyakini membantu seseorang dalam menghadapi masa sulitnya dengan lebih
1.2.
ldentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang hendak diteliti dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran kecemasan subyek saat belum diberangkatkan
ke luar negeri dan menjalani hari-hari di penampungan?
2 Bagaimana gambaran Coping religius yang mereka lakukan saat
berada di penampungan?
3. Baga1mana peranan copmg re/1gws terhadap pe11a11ggula11ga11
kecemasan?
1.3. Pembatasan Masalah Penelitian
Mengingat kompleksnya masalah yang akan diteliti, maka penulis memiliki
satu batasan
1. Coping re/igius yang dimaksud adalah proses saat individu berusaha
menangani dan menguasai situasi penuh stress yang menekan akibat
ciar r masalah yang sedang dihadapi. dengan 「・ョエオャセ@ pengamalan baik
berupa sikap maupun tindakan dari keberagamaan seseorang.
2. Kecemasan yang dimaksud merupakan reaksi psikologis individu
sctelal1 me11galam1 suatu peristiwa. Rasa cemas seperti proses
emos1onal lainya terjadi, baik disadari maupun tidaf, disadari oleh
takut, ngeri lemah, terancam, khawatir dan lainnya, yang muncul
bersamaan, dan biasanya diikuti dengan naiknya rangsangan pada
tubuh seperti jantung berdebar-debar, keringat 、ゥョセhョN@
1.4. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut, yaitu: "Bagaimana coping religius yang
dilakukan calon TKI dalam mengatasi kecemasan?".
Mengapa copl!)g religllls digunakan oleh calon TKI dalam mengatasi
kecemasan?
1.5. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.5.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peranan coping
religius dapat membuat seseorang tenang atau menghilangkan kecemasan
d1saat seseorang berada dalam permasalahan.
1.5.2. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan
konstribusi pemikiran yang bersifat teoritis dan praktis dalam wacana
aplikasi teori dilapangan guna memperluas wacana psikologis terutama
mengenai peranan coping relights apakah dapat membuat tenang atau
meghilangkan kecemasan.
Sedangkan yang bersifat praktis d1antaranya .
1 Sebaga1 sebuah gambaran pada masyarakat tentang solus1 yang harus
dilakukan dalam menghadapi berbagai permasalahan yang dihadapi
2 Menambah wawasan penulis khususnya dan para pembaca umumnya
tentang peranan coping religius terhadap kecemasan para calon TKI
3. Dapat d1gunakan oleh berbagai pihak sebagai langkah preventif bila
mengalami kecemasan.
1.6.
Sisternatika Penulisan
Guna memperoleh gambaran yang jelas mengenai isi dan materi yang
dibahas da.lam proposal skripsi ini, maka penulis mengemukakannya dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan. Menguraikan tentang latar belakang pengambilan
judul. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Kajian pustaka yang tentunya membahas teori 1entang coping
religius. agama sebagai coping religius, faktor-faktor yang
mempengaruhi coping religius, jenis-jenis coping religius, dan Juga
rnembahas teori kecemasan, deflnisi kecemasan, sumber
kecemasan, dan penanggulangan kecemasan serta kerangka
berp1kir
Metode penelitian yang mencakup pendekatan dan metode
penelitian, variabel penelitian dan operasional penelitian, subyek
per1el1t1an. pengumpulan data. tek111k anal1sis dan 111terpretas1 data
serta prosedur penelitian.
Hasil Penelitian. Terdiri dari deskripsi umum subyek penelitian,
ana11s1s kasus subyek dan analis1s antar kasus
Kesimpulan Diskusi dan Saran Menjelaskan kesimpulan
penelitian, diskusi hasil penelitian dan saran yang dapat
2.1. Coping Religius
2.1.1. Definisi Coping Religius
Coping re/1gius terd1r1 dari dua kata, yaitu copl/lg dan re/1gws, mas1ng-mas1ng
111e1111!1f,1 pe11yert1ar1 sendrri-sendiri. Coping dalam Kamus Psikologi
disebutkan sebagai . "Setiap perbuatan, dimana rndivrdu nelakukan 111teraksr
dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan untuk menyelesaikan masa:a11
(Chaplin 1995 dalam Kartono:1997).
Lazarus dalam Shelley (1995), mengungkapkan Coping adalah .·"Coping is
the process by which people try to manage the perceived descrepancy
f!erween uie cfemand and resources they appraise //l a stressful/ situation
Lazarus clan Folkman ( 1998). menclef1ms1kan copli7g sebagai"suatu proses
yang dilakukan individu untuk menghadapi atau mengatasi tuntutan dengan
n1e11gyu11ulw11 sum/Jer daya yang dimiliki.
Kartono (2000), coping, Cope berarti : menanggulangi, menguasar,
me11a11ga11i masalah menurut suatu cara (menghindar, melarikan diri.
me11gura1191 kesulitan. dari bahaya yang timbul
Sementara. itu Bachtiar Lubis dalam pengantar Psikiatri Klinik (1993)
mengugkapkan coping berarti menanggulangi. mengatasi. Menangani,
berurusan dengan cara yang sebaik-baiknya menurut kemampuan individu
meskipun tidak selalu sukses terhadap masalah-masalah yang dihadap1
Copmg Juga dapat diartikan sebagai: usaha untuk mengubah secara konstan
aspek kogn1t1f dan perilaku-perilaku untuk mengelola tuntutan yang d1n1la1
sebagai beban.
Semua definisi di alas dapat disimpulkan dalam satu kesimpulan bahwa
coping adalah pmses saat individu berusaha menanga111 da11 111e11tJuC1sa1
situasi pen uh stress yang menekan akibat dari masalah yang sedang
dihadapi, dengan cara pada dirinya.
Sedangkan, religius adalah "Seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh
keyakinan. seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah, dan seberapa dalam
penghayat0n atas agama yang dianutnya".
Se11ada dengan itu. M Djamaludin (1995) mendefinisikan religius sebagai
1Via1111estas1 seberapa Jauh individu penganut agama menyakini. memahami
mengl1ayati, dan mengamalkan, agama yang dianutnya dalam kehidupan
Jalaludin (2001) me11jelaska11 lebih lanjut te11ta11g re/igius vaitu religius
merupakan bentuk pengarnalan baik berupa sikap maupun t111daka11 dar1
keberagarnaan seseorang Religius adalah keadaan dimana individu
rnerasakan dan rnengakui adanya kekuatan tertinggi yang rnenaungi
kehidupan . .rnanusia, dan hanya kepada-Nya rnanusia berqantung dan
berserah diri. Semakin manusia mengakui adanya kekuatan Tuhan dan
kekuasaan-Nya, rnaka akan semakin tingqi tingkat religiusnya.
Coping religius adalah salah satu metode coping yang menggunakan
pendekatan agama dalam mengatasi perrnasalahan yang sedang mereka
hadapi. Coping religius mempengaruhi pola kognitif seseorang saat mencari
solusi dalam menghadapi situasi sulit yang dihadapinya dan dapat
menigkatkan religiusitas seseorang (Pargament, 1999).
Berbaga1 situasi stressful dapat 111ernobil1sas1kan respon dalam melakukan
coping religius. Hal ini dapat dilihat dalam penelitian McCroe (dalam
Pargament 1997) McCroe mengemukakan dari mekanisrne coping yang
digunakan individu pada saat dihadapkan pada tiga kategori kejadian yaitu
kehilangan, bahaya, dan tantangan. Ternyata hasilnya adalah dari 28
mekanisme coping, keyakinan digunakan sebagai mekanisme coping
menempati urutan ketiga pada kejadian kehilangan (72%), dan yang paling
sedikit digunakan pada saat menghadapi tantangan (43%).
Dan yang lebih mengejutkan, pada beberapa penelitian rrenunjukan bahwa
pada wan1ta, agama lebih membantu mereka dalam men9atasi masalah
(Nei9hbors, dkk, 1983; Bijur, dkk 1993; Conway, 1985-19136; Ellison, 1991;
Ferraro & Koch, 1994, Pollner, 1989) Misalnya pada penelitian Feltey &
Poloma mengenai religious experience pada wanita dan pria ditemukan
bahwa wanita merasa lebih dekat dengan Tuhan (Beit-Hallahmi & Argyle,
1997) Hasil penelitian Conway (1985-1986) terhadap 65 wanita yang
mempuyai masalah dalam pengobatan, bahwa sebanyak 91 % mengatakan
berdoa sebaga1 mekanisme coping.
Peran aga1:na sangat efektif dalam proses coping seseorang dalam
mengatas1 s1tuas1 stress d1 keh1dupannnya. Telah banyak pula pe11el1t1a11
yang dilakukan mengenai penggunaan coping sebagai respon individu
terhadap keadaan yang stressful, misalnya penelrtran ケ。ョAセ@ d1lakukan oleh
Koening. Hays. George. dkk (dalam Azizah. 2003) mengenai hubungan
antara agama, kesehatan fisik, dukungan sosial, dan symptom depresif.
Penelitian diatas membuktikan bahwa pada saat individu dihadapkan pada
religius. Coping religius adalah persepsi dimana dukungan dan petunjuk dari
Tuhan saat menghadapi masalah.
Dan def1111s1-defin1si diatas, maka penulis mengambil kesimpulan coping
religius adalah proses saat individu berusaha menangani dan menguasai
situasi penuh stress yang menekan akibat dari masalah yang sedang
dihadapi seseorang, dengan cara melakukan atau mengamalkan perbuatan
dalam bentuk pengamalan baik berupa sikap maupun tindakan yang sesuai
dengan agamanya. Dan juga menangani masalah atau mengatasi segala
bentuk permasalahan yang dihadap1 dengan cara ュ・ャ。ォオャセ。ョ@
perbuatan-perbuatan religius dalam bentuk pengamalan baik berupa sikap atau tindakan
dari keberagamaan seseorang.
2.1.2. Agama Sebagai Coping
Menurut Pargament, bagi sebagian besar orang, agama merupakan suatu
orientasi filosofis penting yang mempengaruhi pemahaman mereka mengenai
dunia, selain itu mereka juga dapat memahami serta dapat menahan
penderitaan dan kenyataan yang sedang dihadapi (Azizah, 2003).
Pargament, dkk, (dalam Azizah, 2003) menjelaskan bahwa ada tiga cara
1. Agama dapat menjadi bagian dari tiap-t1ap elemen proses coping
Kejadian dalam hidup pasti di dalamnya terdapat hal-hal yang bersifat
keagamaan. Baik itu pernikahan, perceraian, pengalarnan mistis, dll.
Dalam agama pula dapat ditemukan makna hidup atau sumber kejelasan
dari suatu keJadian hidup yang dapat menjadi penialain yang religius.
Sebagai contoh: pada peristiwa bencana alam yang tengah sering dilanda
pada saat ini, hampir semua individu mengambil makna dalam suatu
peristiwa ini sebagai bagian dari rencana Tuhan. agar kita lebli1
mendekatkan d1ri kepada Tuhan.
2. Agarna dapat memberi kontribusi pada proses coping
Beberapa dapat menunjukkan bahwa agama dapat berkontribusi dalam
proses coping Sebagai contoh: pada penelitian yang dilakukan oleh
Universitas Miami, mengatakan bahwa pendekatan kepada agama sangat
membantu dalam mengatasi penyakitnta pada para penderita HIV AIDS
(Donnelly, 2006).
3. Agarna dapat menjadi hasil dari proses coping.
Agama lebih disuka1 untuk digunakan ke dalam coping bagi orang yang
menganggap agama sebagai aspek menonJol yang paling besar dari
pe111ahama11 mereka akan diri dan dunia daripada coping bagi orang yang
kurang beriman (dalam Park, Komunikasi Personal, 2003). Survey yang
dilakukan oleh Priceton Religion Research Center tahun 1987 pada orang
laporan menigkatnya keyakinan seseorang. Keyakinan meningkat diikut1
dengan kelahiran bayi kesepian dan promosi kerja (dalam Pargament,
1997).
Pargament (1997) menjabarkan ada tiga pendekatan dalam proses coping
religius yaitu self - Directing (keterikatan tradisional pada agama).
Collaborative (Keterpaduan Usaha dengan Takdir Tuhan), dan Deferring
(Keyakinan Bahwa Solusi dari Permasalahan pasti ada yang terbaik untuk
saya menurut Tuhan). Menurut Wong Mc-Donald (dalam l<asberger. 2002).
menjelaskan proses coping religius tidak hanya cukup dengan tiga
pendekatan d1atas namun Juga aspek Surrender (berserah din kepada
Tuhan) juga bisa dimasukkan dalam proses coping.
a
Self-DirectingPargament (1998), menjelaskan metode Self-Directing dalam proses coping
religius adalah
··self-Directing style, the individual advocates action to solve his or her
problems. Individuals who use this style of coping view themselves as people
whom God granted problem solving abilities and resources".
Pendekatan self-directing, secara aktif melibatkan d1ri sendtri dalam
Peranan self directing dalam coping religius mempuyai dampak yang pos1t1f
dan mempuyai kematangan dalam memecahkan suatu masalah dengan
berpaku pada proses pendekatan agama serta mengikutsertakan peranan
tuhan di kehidupan seseorang (Hathaway & Pargament, 1990).
b. Col!alJ01alive
Pargament (1998), menjelakaskan metode dalam proses coping religius
adalah:
"Collaborative style. neither the individual nor God plays a passive role m the
problem solving process. They both worl< together to resolve the individua 's
problems. God provides an active voice that influences the dec1s1on of his
followers".
Proses Collaborative adalah metode yang paling sering dipakai dalam coping
religius. Salah satu metode coping religius ini menggambarkan keterpaduan
usaha seseorang dengan tuhannya dalam memecahkan permasalahan
hidupnya. Collaborative adalah keterpaduan usaha dengan Takdir Tuhan
Dimana seseorang dan Tuhan saling bekerjasama dan menganggap Tuhan
sebagai partner dalam memecahkan masalah (Pargamem, 1997).
Hal ini dapat dilihat pada penelitian Pargament. Pargament mengemukakan
dengan Tuhan, hubungan yang dekat secara spiritual dengan Tuhan, dan
petunjuk Tul1an dalam memecahkan masalah. Ternyata hasilnya bahwa
seseorang yang menggunakan dukungan agama dalam coping religius
mengambarkan pula ia mampu mengatasi permasalahanya dengan baik.
Dalam penelitian Gray and Molock (1999) pada mahasiswa Afrika Amerika
menemukan bahwa, metode collaborative dalam religius coping sangat efektif
dalam menaikan level ketidakharapan dan ide untuk melakukan bunuh diri.
Fabricotore, Handal, Rubio, and Gilner (2004) mengemukakan bahwa
metode collaborative dalam religius coping sebagai alat penghubung antara
beragama dengan menurunkan tingkat stress pada responden yang
mengalami depresi.
c Deferring
Pargament (1998) menjelaskan metode Deffering dalam proses coping
religius adalah:
"Deffering Style, God executes the actual problem solving strategy. Deffering
individuals rely on God to provide a divine sign to tell them which problem
solving approch should be used". Deffering adalah menyerahkan sepenuhnya
alas pencarian solusi dari permasalahan hidup yang dihaclapi kepada Tuhan.
Deferring bersifat pasif, incliviclu menunggu jawaban alas :iolusi masalahnya.
Dalam kenyataannya, proses deferring ini sangat membantu seseorang
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Coping Religius
Dalam menentukan strategi coping yang digunakan, terdapat beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi pemilihan strateg1 coping itu sendin, (dalam
Yatmi, 2006) yaitu
a. Jenis Kelamin
laki-laki dan perempuan tidak berbeda jauh penggunaannya pada coping
yang terpusat pada emosi. Hanya saja laki-laki cenderung lkabih sering
menggunakan coping yang terpusat pada masalah dibandingkan dengan
perempuan.
b Kepribadian lndividu
Menu rut Lazarus ( 1976), individu dengan tipe kepribad1an internal locus of
control lebih sering menggunakan usaha coping langsung dengan sedikit
usaha suppresion atau menekan, sedangkan pada individu dengan tipe
eksternal locus of control cenderung lebih membuka diri dan tidak menekan
permasalahan yang dihadapinya. Dapat ditarik kesimpulan, tipe kepribadian
seorang individu sangat mempengaruhi strategi coping yang akan digunakan
c. Us1a
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli, tidak
ada perbedaan yang signifikan antara subyek berusia muda ataupun berusia
d. Pend1d1kan
Menurut Billings dan Moss (dalam Holahan & Moss, 1987) subyek dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi sering menggunakan strategi problem focused coping (coping terpusat masalah), dan sebaliknya pada individu yang tigkat pendidikannya rendah, akan cenderung menggunakan srtategi emotion focused coping (coping terpusat emosi) dan akan cenderung menghindar dalam menghadapi permasalah yang ada. Dari pengertian diatas, pendidikan
yang dimiliki seseorang mempengaruhi srtategi coping seperti apa yang
akan digunakan.
e. Budaya
Pada masyarakat industri, cenderung menampilkan perilaku coping yang
lebih bersifat aktif. Dan sebaliknya, pada masyarakat agraris, cenderung
menampilk·an perilaku coping yang bersifat pasif Pernyataan diatas menjelaskan, bahwa faktor budaya dimana individu tinggal dan l1idup juga mernpengaruhi strategi coping yang akan dipakai dalam rnengatasi
permasalahan.
f. Situasional
lndividu yang menganggap stresor dapat ditangani, cenderung memilih
ditangani dengan baik, maka individu cenderung memilih emotion foused
coping (coping terpusat emosi). Jadi, dalam memilih strategi coping yang
akan dilakukan individu, faktor situasi dam kondisi apa dan bagaimana
permasalahan itu terjadi juga ikut mempengaruhi pemilihan strategi coping
yang akan dilakukan oleh seorang individu dalam mengatasi
permasalahannya.
g. Penilaian Terhadap Tersedianya Dukungan Sosial
Strategi coping dengan cara mencari dukungan dari orans1-orang sekitarnya,
cenderung dilakukan pada individu yang menilai bahwa lingkungan yang ada
di sekitarnya mampu untuk memberinya dukungan sosial yang baik.
Sedangkan, strategi coping menghindar, biasanya dilakukan pada 1ndividu
yang kurang memiliki dukungan sosial dari orang-orang disekitarnya.
2.1.4. Jenis-jenis Coping Religius
Menurut Taylor (1999), umumnya ada dua tipe strategi coping, yaitu:
1) Problem-Solving Efforts
Ada usal1a-usaha 1ndividu untuk melakukan hal-hal yang konstruktif
dikarenakan kondisi stressful yang menyakitkan, bahaya, atau
menantang individu. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk
Planful-Problem Solving, Confrontive Coping, Seeking Social Support (Folkman
dan Lazarus, Folkman, dkk, dalam Safino, 2002).
2) Emotion Focused
Tipe ini melibatkan berbagai upaya coping religius untuk meredakan
sejenak emosi-emosi yang disebabkan oleh peristiwa yang stressful.
Carver, Weintraub, dan Scheier (dalam Sugiarti, 2000), mengemukakan
bahwa turning to religion termasuk dalam strategi coping tipe emotion
focused rnenurut beberapa peneliti tentang coping bahwa agama secara
ekslusif adalah sebagai bentuk dari emotion-focused coping (Pargament,
1997).
Menurut Carver (dalam Azizah, 2003), turning to religion, termasuk dalam
emotion focused coping, dimana individu melakukan perilaku coping dengan
cara kembali berpaling pada agama dalam keadaan ketika sedang
mengalarni stress. Oleh karena itu agarna dapat berfungsr sebagai sumber
dukungan emosi serta solusi untuk mengartikan suatu situasi secara positif
meskipun dapat pula hanya berfungsi sebagai siasat coping aktif.
Menurut Folkman dan Lazarus (dalam Safino, 2002), biasanya individu
menggunakan keduanya, baik tipe Problem-Solving Efforts maupun Emotion
Focused dalam mengahadapi keadaan yang stressful. Diyakini pula bahwa
kedua tipe ini dapat pula digunakan dalarn waktu bersamaan pada saat
Dari beberapa hasil penelitian yang telah ada, membuktikan tidak dapat digeneralisasikan jenis coping yang dipakai pada semua indiv1du, karena strategi coping yang digunakan oleh setiap individu dapat tergantung dari kepribadian masing-masing dan sejauh mana tingkat stress dari suatu kondisi atau masalah yang dialami serta sejauh mana kemampuan individu untuk
menghadapi dan mengatasi permasalahan yang menimbulkan stress tersebut dengan cara ataupun perilaku yang sebaik-baiknya.
Orang yang tidak merasa tenang, aman serta tenteram dalam hatinya adalah orang yang sakit rohani atau mentalnya, Tulis H. Carl Witherrington
(M. Buchori).
Agama sebagai keyakinan, terletak pada sikap penyerahan diri seseorang
terhadap suatu kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikap pasrah yang serupa itu diduga akan memberi sikap optimis pada diri seseorang sehingga muncul perasaan positif seperti rasa bahagia, rasa senang, puas, sukses, merasa diC!ntai atau rasa aman. Sikap emosi yang demikian merupakan bagian dari
kebutuhan asasi manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan.
Agaknya cukup logis kalau setiap ajaran agama mewajibkan penganutnya
budi yang pada puncaknya akan menimbulkan rasa sukses sebagai pengabd1 Tuhan yang setia. Tindakan ibadah setidak-tidaknya akan mmberi rasa
bahwa hidup menjadi lebih bermakna. Maka, adapun bentuk-bentuk suatu ibadah sebagai bagian dari coping religius adalah:
1. Zikir
Secara etimologi, kata zikir berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata
Dzakara-yadzkuru yang berarti "ingat". Jadi zikir yaitu suatu pekerjaan
dengan cara mengingat. Lawan dari kata zikir adalah "nisyan" yaitu lupa.
Menurut ilmu jiwa, mengingat atau menyadari adalah pekerjaan Jiwa yang berhubungan dengan tingkah laku manusia sehari-hari. Pertanyaan yang timbul sekarang adalah dari manakah ingatan dan kesadaran itu timbul/ Dalam buku Ensiklopedia Nasional Indonesia, zikir berarti ingatan kepada
Allah dengan menghayati kehadiran-Nya, kemahasucian-Nya,
kemahaterpujian-Nya, dan kemahabesaran-Nya (Ahmad Syafi'i Murad, 1985)
Arti zikir menurut istilah adalah suatu bentuk usaha batiniah dengan melalui proses panca indera yang sifatnya intelektual dengan sarana menyebut nama Allah baik secara jahar maupun khofi guna memperoleh kontemplasi tingkat
tinggi.
a. Bentuk-bentuk zikir
Zikir adalah upaya menghubungkan diri secara langsung dengan Allah baik
dengan lisan maupun dengan kalbu atau memadukan keduanya secara
simphoni.
Zikir yang berarti ucapan tasbih, tahmid, tahlil, istighfar, tadabur, tafakur, dan
pengagungan asma Allah. Bila ucapan itu dibaca dengan niat untuk membersihkan jiwa dan raga dari rayuan setan dan mengharapkan ridha-Nya. Maka zikir tersebut akan membekas dalam diri orang yang
membacanya dan akan menentramkan batin dan pikiran (Qomaruddin. 2000)
Dalam praktek sufi dan tarekat, zikir dilakukan sebagai sarana perenungan, meditasi (muraqobah), dan transendensi (penembusan hakikat, mukasyafah)
b. Manfaat zikir
Salah satu cara untuk menumbuhkan dan mencapai mental yang sehat, yang melahirkan ketenangan dan kebahagian hidup adalah dengan
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mernka men;ad1 tenteram
dengan mengingat Allah. lngatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenang.
Dalam ayat ini disebutkan bahwa cara memperoleh ketentraman hat1 adalah dengan berzikir kepada Allah. Dengan berzikir kepada Allah dalam setiap waktu, maka akan tertanam nilai-nilai ilahiyah secara kukuh dalam . kalbu yang memancarkan kesadaran akan nilai insaniyah,
menguatkan badan, dan membangkitkan hati dan perasaan sehingga dapat membe1·ikan nilai positif bagi sikap, pandangan dan tingkah laku seseorang (Ahmad Syafi'i Murad, 1985).
2. Shalat
Mushalli adalah orang yang shalat. Shala! secara etimolosJi berarti memohon
(do'a) dengan baik, yaitu permohonan keselamatan, kesejahteraan dan
kedamaian hidup didunia dan akhirat kepada Allah SWT. Sedangkan menurut istilah, shalat adalah satu perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam beserta mengerjakan syarat-syarat dan rukun-rukunnya.
Orang yang tekun memiliki kepribadian lebih saleh ketimbang orang yang
tidak mengerjakannya, sebab ia mendapatkan hikmah dari perbuatannya.
Terlebih lagi dinyatakan dalam hadis bahwa shalat merupakan cerminan tingkah laku individu. Jika shalatnya baik, seluruh perilakunya dianggap baik.
tetapi jika ia buruk, seluruh perilakunya dianggap buruk. Karenanya, shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab atau dihitung di akhirat kelak (Abdul Mujib, 2006).
/,J ) ., / / " " .'"
-=-UI
セキ@
セ@
J\3
セGIg@
セ@
セLLLL@
セgゥNji@
tY
セcjQ@
Bセ@ セ「Mセ@
C,
jセH@
J!
/ / / " /
.
セIᄋ@:.._,i;.:.
セ@0.:.W
j\
セ@ セN[j|GI@_.// ' :.../\._.
"Sesungguhnya peri!aku hamba yang pertama ka!i dihisab di hari Kiamat
adalah sha/atnya. Jika shalatnya baik maka ia beruntung clan se/amat, namun
apabila sha/atnya rusak berantakan maka ia rugi dan menyesaf' (HR.
a. Bentuk-bentuk Shalat
Bentuk shalat ada dua, yaitu shalat wajib dan shalat sunnah. Pelaksanaan shalat wajib lima waktu, yaitu Zhuhur, 'Ashar, Maghrib, 'lsya' dan Shubuh. Sedangkan dalam skripsi ini bentuk shalat sunnah yang akan d1uraikan, ya1tu shalat sunnah Hajat, Dhuha, lstikharah dan Tahajjud.
1. Shala! Dhuha
Shala! dhuha, yaitu shalat sunnat yang waktunya mulai dari matahari
sepenggalan naik (>07.00) sampai menjelang matahari tegak lurus diatas bumi (sebelum waktu zuhur datang) dan jumlahnya 12 rakaat dan paling sedikit 2 rakaat.
Dengan shalat dhuha, didorong oleh keinginan memperoleh rezeki yang
banyak, sebab shalat dhuha dikerjakan pad a saat jam kerja yang efektif
Sembari bekerja, individu senantiasa memohon kepada Allah melalui
shalat, agar diberi rezeki yang banyak, halal dan berkah 2. Shalat Hajat
Shala! sunnat hajat adalah shalat sunnat yang dilaksanakan sendirian,
banyaknya dua rakaat, waktu tidak ditentukan. Seringlah dilakukan, setiap kali ada yang dicita-citakan atau diidam-idamkan.
Setiap orang mempunyai idaman hati, dambaan atau suatu cita-cita yang lama diangan-angankannya. Ada orang yang dengan rnudah dapat
payah berjuang barulah tercapai apa yang diidam-idamkannya. Namun banyak pula orang yang tidak dapat menemukannya.
Dalam sebuah had is dikatakan: "Dari Abdillah bin Aufa; ia berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: Siapa yang mempuyai dambaan (hajat) kepada Allah atau kepada salah seorang bani Adam (manusia), maka hendaklah ia berwudhu dan hendaklah wudhunya itu disempurnakannya lalu shalat dua rakaat, kemudian pujilah Allah, dan ucapkanlah Shalawat atas Nabi.
Dengan demikian seorang tidak hanya berusaha dan bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencapai yang kita idam-iclamkan akan tetapi kita perJu memperkuat usaha kita clengan shalat clhuha dan cloa.
3. Shalat lstikharah
Shalat istikharah aclalah shalat sunnat dua rakaat yang clilakukan ketika mengalami kebimbangan clalam menghadapi dua hal yang sulit
memilihnya, karena sama baiknya, tapi berbeda sisi kebaikannya, atau memilih cli antara clua kebijaksanaan yang suclah jelas arah clan tujuannya mas1ng-mas1ng.
Cara melaksanakannya seperti melakukan shalat biasa clengan niat untuk mohon pilihan kepacla Allah, jumlah rakaatnya clua .. waktunya ticlak
b. Manfaat Shalat
Pengaruh shalat terhadap psikis amat dirasakan dengan hadirnya
ketenangan dan kedamaian yang muncul ketika pelaksanaan atau setelah
pelaksanaan shalat. Kondisi lunak dan kedamaian jiwa seseorang yang diciptakan shalat mampu untuk membantu dalam menghilangkan kegelisahan yang diadukan oleh pasien kejiwaan. Sesungguhnya kondisi lunak dan
damainya セ・ェゥキ。。ョ@ yang diciptakan shalat biasanya akan terus berlangsung beberapa lama setelah selesai mengerjakan shalat.
Seseorang yang telah berada dalam kondisi lunak dan damai secara psikologis terkadang menghadapi beberapa masalah atau situasi yang memicu munculnya kegelisahan. Namun hal tersebut bisa terbebas dan
terasa longgar karena adanya kedamaian dan ketenangan jiwa yang dirasakan setelah melaksanakan shalat.
Menurut Haryanto (2001) shalat memiliki efek yang mirip clengan efek
obat-obatan yang disalahgunakan. Misalnya memberikan efek l<etenangan
(depresan), seperti obat bius atau obat penenang. Menurut Chaplin (1986)
Aspek penyaluran berarti pembebasan atau pelepasan ketegangan dan kecemasan dengan jalan mengalami kembali dan mencurahkan
Setiap orang membutuhkan sarana untuk berkomunikasi, baik dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, dengan alam maupun dengan Tuhan. Komunikas1 akan lebih dibutuhkan tatkala seseorang mengalami masalah. Shalat dapat dipandang ·sebagai proses penyaluran dan pelepasan, proses l<atarsis atau
l<analisasi terhadap hal-hal yang tersimpan dalam dirinya.
Shalat merupakan sarana hubungan manusia dengan Tuhan. Dengan-Nya manusia dapat berdialog secara langsung tanpa perantara dengan sang
pencipta, Tuhan Yang Maha Mengetahui dan maha kasih sayang, ia setiap saat dapat senantiasa l<atarsis. Sehingga hal ini akan memberikan efek ia merasa atau menyadari bahwa dirinya tidak sendirian (lonely), tidak merasa kesepian, selalu ada yang melihatnya, ada yang memeliharanya, yaitu Allah
SWT. Adanya perasaan ini akan melegakan perasaannya dan akan
membantu proses penyembuhan. Hal ini didukung oleh pendapat Zakiah Daradjat bahwa shalat, zikir, doa, dan permohonan ampun kepada Allah merupakan cara-cara pelegaan batin yang akan mengembalikan pada ketenangan dan ketentraman jiwa.
lbadah shalat yang dilakukan dengan baik, berpengaruh bagi orang yang
tidak akan terguncang dan sedih hati ketika terkena musibah. Dia akan bersabar untuk menghadapi cobaan.
Keadaan yang tentram dan jiwa tenang yang dihasilkan oleh shalat
mempunyai dampak terapeutik yang penting dalam mereclakan ketegangan syaraf yang timbul akibat berbagai tekanan kehiclupan sehari-hari clan
menurunkan kegelisahan yang cliclerita oleh sebagian orang. Seorang dokter terkenal berujar: "Komponen ticlur terpenting yang kuketahui selama
bertahun-tahun yang kulalui clalam berbagai pengalaman dan percobaan ialah shalat. Shala! memang merupakan sarana terpentinQ yang kuketahu1 hingga kini, yang menimbulkan keclamaian clalam jiwa clan membangkitkan
ketenangan dalam syaraf".
3. Doa
Pengertian berclo'a adalah memohon atau meminta pertolongan kepada Allah
SWT, tetapi bukan berarti hanya orang yang terkena musibah saja yang layak memanjatkan clo'a. Sebagai seorang Muslim kita layak berdo'a walaupun kita clalam keadaan sehat. Do'a merupakan unsur yang paling esensial clalam
Jf"1;
r
'€:,,.
"Dan Tuhanmu berkata, Berdo'a/ah kamu kepada-Ku, Pasti akan
kuperkenankan permintaanmu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam
dalam keadaan hina-dina" (Q.S. Al Mu'min : 60).
a. Manfaat Doa
Doa adalah salah satu bentuk ibadah, bahkan sering dikatakan inti dari
ibadah. Doa merupakan sarana hubungan psikis dan spiritual antara
manusia dengan Tuhan. Melalui doa, disampaikan puji-pujian kepada Tuhan dan disampaikan pula satu keinginan tertentu kepada-Nya. lbadah dalam hal ini adalah doa dapat memberikan makna tertentu pada
seseorang, apabila orang itu benar-benar me!aksanakannya dengan baik dan pen uh kesungguhan (al-Ghazali, 2001 ).
Ditinjau dari segi psikologis bila berdoa dengan sungguh-sungguh,
sepenuh hati dan percaya sepenuhnya akan dikabulkan oleh Allah, tentu kesungguhan dan kepercayaan yang ada dalam bat1n itu akan
Sugesti dan dorongan dari dalam ini merupakan kekuatan psikologis,
kekuatan jiwa atau kekuatan batin yang mempunyai peranan besar dan penting dalam usaha mencapai suatu tujuan.
Berdoa merupakan gambaran dari sikap jiwa berserah diri dari kesadaran
akan kelemahan seseorang sehingga dinyatakan dalam wujud
pengabdian kepada Allah Swt. Doa dapat membentuk pribadi yang tunduk
kepada Allah semata sehingga menyebabkan manusia lebih berani menghadapi tantangan hidup ini dengan penuh kegairahan dan
membentuk sikap positif terhadap pekerjaan juga motivasi dalam bekerja (Nashori Fuad, 1985).
4. Membaca Al-Quran
Al-quran menurut bahasa adalah bacaan yang sempurna. Al-Quran
diturunkan sebagai pedoman manusia untuk mengajak kepada ajaran tauhid, mengajarkan nilai dan sistem baru ideologi maupun kehidupan, menuntut kepada perilaku positif dan benar yang memuat kebaikan individu
(Muhammad kamil, 2002)
Tilawah adalah kegiatan yang aktif yang dilakukan oleh orang yang beriman
seseorang harus paham makna ayatnya, minimal memahaminya melalui terjemahan Al-Our'an. Lidah akan aktif bila dilatih untuk membaca dengan fasih dan lancar, melalui dengan tahsin tilawah dan talaqi sehingga membaca satu juz Al-Qur'an hanya memerlukan waktu kurang lebih 30 menit.
Sebaliknya, jika lidah tidak terlatih dengan baik, maka tilawah satu juz satu
jam atau lebih. suatu kondisi yang terkadang memberatkan seseorang untuk
bertilawah secara rutin. Adapun hati merupakan komponen yang paling vital dalam tilawah.
Eksperimen yang dilakukan oleh Yayasan Kedokteran lsl21m yang telah
melakukan 210 percobaan pada lima sukarelawan ケ。ョセj@ sehat, tiga laki-laki dan dua perempuan, masing-masing berusia 22 tahun yang terdiri dari
orang-orang yang bukan beragama Islam dan tidak berbicara dengan bahasa Arab.
Artinya mereka diasumsikan tidak mengerti sama sekali tentang bacaan serta arti dari al-Quran.
Eksperimen ini membuktikan bahwa pengaruh dari mendengarkan bacaan
al-Quran mampu membuat daya listrik pada otak-otak yang kejang akibat stres bisa berkurang yang dapat dilihat dari layar monitor komputer (Abdul
Hasil eksperimen diatas dapat membuktikan 2 hal sekaligus. Pertama fungsi terapeutik bacaan al-Quran baik dengan membaca sendiri secara lansung,
maupun hanya mendengarkan saja, mampu mengatasi penyakit psikis maupu fisik. Yang kedua bahwa fungsi terapeutik ini bisa berlaku universal.
2.2. Kecemasan
2.3.1. Definisi Kecemasan
Salah satu fenomena psikologis yang banyak dijumpai dalam kehidupan
manusia adalah kecemasan. Kecemasan adalah reaksi manusiawi yang
paling alamiah dan setiap orang tentu pernah merasa cemas, tetapi bagi beberapa orang, kecemasan dapat keluar kendali sampai mengacaukan gaya
hidup mereka. !ni biasanya terjadi saat si penderita menjadi sangat ketakutan terhadap gejala-gejala fisik yang ia rasakan/alami dan mulai menghindari tempat-tempat dan situasi-situasi yang mereka rasa akan memunculkan gejala-gejala itu.
Sudah sejak lama para ahli psikologi berupaya untuk menJelaskan mengenai kecemasan. Secara etimologi kecemasan atau anxiety berasal dari kata-kata
Menurut Freud dalam Hall & Lindzey (1993) saat individu menghadapi keadaan yang dianggapnya mengancam, maka secara umum ia akan memiliki reaks1 yang biasanya berupa rasa takut. Kebingungan menghadapi
stimulus yang berlebihan yang tidak berhasil dikendalikan oleh ego, maka ego akan diliputi kecemasan. Kecemasan sebagai tanda peringatan bagi
individu bahwa ia dalam bahaya, merupakan isyarat bagi ego untuk
melakukan. tindakan-tindakan yang tepat.
Selain itu Freud dalam Hall & Lindzey (1993) juga menambahkan bahwa
kecemasan adalah suatu keadaan tegangan dan merupakan suatu dorongan yang timbul oleh sebab-sebab dari luar. Kecemasan bisa timbul secara
mendadak atau secara bertahap selama beberapa menit, jam atau hari, kecemasan bisa berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa tahun.
Beratnya juga bervariasi, mulai dari rasa cemas yang hampir tidak tampak
sampai letupan kepanikan. Kecemasan merupakan salah satu bagian dari respon yang penting dalam mempertahankan diri. Sejumlah kecemasan tertentu merupakan bag·1an dari unsur peringatan yang tepat dalam suatu
spektrum kesadaran, mulai dari tidur-siaga-kecemasan-ketakutan, demikian
berulang-ulang. Kadang sistem kecemasan seseorang tidak berfungsi
Jika kecemasan terjadi bukan pada saat yang tepat atau セN。ョァ。エ@ hebat dan berlangsung lama sehingga menganggu aktivitas kehidupan yang normal, maka hal ini sudah merupakan suatu penyakit. Penyakit kecemasan sangat
menganggu dan begitu mempengaruhi kehidupan penderitanya sehingga bisa terjadi depresi. Beberapa penderita memiliki penyakit kecemasan dan depresi pada saat yang bersamaan, penderita lainnya lebih dulu mengalami
depresi, baru kemudian menderita penyakit kecemasan.
Adapun Kartini Kartono (2002) menyebutkan:
Kecemasan adalah semacam kege/isahan-kegelisahan-kekhawatiran dan
"ketakutan" terhadap sesuatu yang tidak jelas, yang difus atau baur, dan
mempunyai ciri mengazab pada seseorang. Bila kita merasa bahwa
kehidupan ini terancam o/eh sesuatu-wa/aupun sesuatu yang tidak jelas-,
maka kita menjadi cemas. Kita juga akan merasa cemas apabila kita /\hawalir
kehilangan seseorang yang kila cintai, dan dengan dirinya kita le/ah menjalin
ikatan-ikatan emosional yang kuat sekali. Perasaan-perasaan bersalah dan
berdosa serta bertentangan dengan ha ti nurani, dapat jug a menimbu/kan
banyak kecemasan.
kesejahteraan organisme seperti ancaman fisik, ancaman terhadap harga diri, dan tekanan untuk melakukan sesuatu diluar kemampuan dapat
menimbulkan kecemasan. Linda Dafidoff (1998) mendefinisikan kecemasan sebagai emosi yang ditandai oleh perasaan bahaya yang diantisipasi,
termasuk juga ketegangan dan stress yang menghadang dan oleh bangkitnya sistem syaraf simpatetik.
Atkinson (1999) menambahkan bahwa kecemasan merupakan salah satu
bagian dari respon yang penting dalam mempertahankan diri. Sejumlah
kecemasan tertentu merupakan bagian dari unsur peringatan yang tepat dalam suatu keadaan yang berbahaya. Tingkat kecemasan seseorang
memberi pergantian yang tepat dan tak tampak dalam suatu spektrum kesadaran, mulai dari tidur-siaga-kecemasan-ketakutan, demikian berulang-ulang. Kadang sistem kecemasan seseorang tidak berfungsi dengan baik
atau terlalu berlebihan sehingga terjadilah suatu penyakit kecemasan. Jika
kecemasan terjadi bukan pada saat yang tepat atau sangat hebat dan berlangsung lama sehingga menganggu aktivitas kehidupan yang normal, maka hal ini sudah merupakan suatu penyakit
Kecemasan dapat juga dikatakan sebagai suatu respon yang dapat dipelajari, menurut teori belajar sosial kecemasan diasosiasikan dengan situasi tertentu
menentang kehendak mereka dan berusaha memaksakan kehendaknya sendiri pada akhirnya akan mengasosiasikan ras sakit hukuman dengan prilaku memaksa. Bila dia memikirkan usaha memaksakan kehendaknya dan menentang orang tuanya akan mengalami kecemasan. Sedangkan istilah
kecemasar:i dalam psikiatri muncul untuk merujuk suatu respon mental dari fisik terhadap situasi yang menakutkan dan mengancam. Secara mendasar
lebih merupakan respon fisiologis ketimbang respon patologis terhadap
ancaman. Sehingga orang cemas tidaklah harus abnormal dalam perilaku mereka, bahkan kecemasan merupakan perilaku respon yang sangat diperlukan, ia berperan untuk menyiapkan individu untuk menghadapi ancaman baik fisik maupun psikologis.
Sela in itu, .kecemasan (anxiety) dapat juga diartikan sebagai perasaan kuatir,
cemas, gelisah dan takut yang muncul secara bersamaan, yang biasanya diikuti denan naiknya rangsangan pada tubuh seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin. Kecemasan dapat timbul sebagai reaksi terhadap bahaya baik yang sungguh-sungguh ada maupun yang tidak (hasil dari imajinasi saja)
yang sering kali disebut dengan "free-floating anxiety" (kecemasan yang terus mengambang tanpa diketahui penyebabnya) (Yakub Susabda, 1999).
sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). D'an kecemasan itu sendiri timbul dari konflik di dalam diri individu
terhadap sesuatu yang tidak jelas objeknya.
Maesermann membuat batasan terhadap cemas, kecemasan adalah keadaan tegang yang umum, timbul ketika terjadinya pertentangan antara dorongan-dorongan dan usaha individu untuk menyesuaikan diri. lni berarti
bahwa cemas tidak lain dari bentuk lahir dari proses emosi yang bercampur
baur, yang terjadi ketika terjadinya frustasi dan konflik-konfl