• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONFLIK TAPAL BATAS DI DAERAH OTONOM BARU (STUDI KASUS PADA ENAM DESA DALAM PENYELESAIAN TAPAL BATAS DI HALMAHERA BARAT DAN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONFLIK TAPAL BATAS DI DAERAH OTONOM BARU (STUDI KASUS PADA ENAM DESA DALAM PENYELESAIAN TAPAL BATAS DI HALMAHERA BARAT DAN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA)"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Nurhalis Majid NIM : 08230010

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : KONFLIK TAPAL BATAS DI DAERAH OTONOM BARU (STUDI KASUS PADA ENAM DESA DALAM PENYELESAIAN TAPAL BATAS DI DAERAH HALMAHERA BARAT DAN HALMAHERA UTARA DI PROVINSIMALUKU UTARA).

Malang, 16 April 2012

Disetujui Oleh :

Mengetahui,

Dosen Pembimbing II

Drs. Achmadur Rifai, M.si Dosen Pembimbing I

Drs. Krisnho Hadi, MA

Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si Dekan FISIP UMM

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Telah Dipertahankan Dihadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang Pada :

Hari : Sabtu

Tanggal : 5 Mei 2012

Jam : 10.00 Wib

Tempat : Ruang Baca Jurusan Ilmu Pemerintahan

Dewan Penguji

1. Drs. Imam Hidayat, MM ( )

2. Noenik Sofiaty, SH, M. Hum ( )

3. Drs. Krishno Hadi, MA ( )

4. Drs. Achmadur Rifai, M.si ( )

Mengesahkan Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Nurhalis Majid NIM : 08230010

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi : Strata 1 (S1)

Judul Skripsi : KONFLIK TAPAL BATAS DI DAERAH OTONOM BARU (STUDI KASUS PADA ENAM DESA DALAM PENYELESAIAN TAPAL BATAS DI DAERAH HALMAHERA BARAT DAN HALMAHERA UTARA DI PROVINSIMALUKU UTARA)

Pembimbing : 1. Drs. Krishno Hadi, MA 2 Drs. Achmadur Rifai, M.si

Tanggal Keterangan Paraf Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

3 Maret 2012 ACC Seminar

5 Maret 2012 ACC BAB I

5 Maret 2012 ACC BAB II

14 Maret 2012 ACC BAB III

23 April 2012 ACC BAB IV

23 April 2012 ACC BAB V

23 April 2012 ACC ABSTRAK

Mengetahui,

Dosen Pembimbing II

Drs. Achmadur Rifai, M.si Dosen Pembimbing I

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan senantiasa memanjatkan syukur kehadirat Allah SWT, karena Allah kita ada. And we’re nothing but Allah’s creation. Tidak akan ada habisnya bersyukur atas segala anugerah yang sudah diberikan, sehingga dengan segala kelemahan yang ada, penulisan skripsi yang berjudul Konflik Tapal Batas di Daerah Otonom Baru (Studi Kasus Pada Enam Desa dalam Penyelesaian Tapal Batas di Halmahera

Barat dan Halmahera Utara di Propinsi Maluku Utara) dapat diselesaikan. Skripsi

ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan di Universitas Muhammadiyah Malang. Selama penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Krishno Hadi,MA selaku pembimbing I yang telah berkenan membimbing, memberikan arahan, dan koreksi selama penelitian dan penyusunan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Bapak Drs. Achmadur Rifai, Msi selaku pembimbing II yang telah memberi arahan dan masukan yang berharga selama membimbing penulis.

3. Dosen penguji yang telah memberikan masukan penting dalam penulisan tesis ini.

(6)

5. Bapak Drs, M. Ridwan Junus selaku Kepala Dinas Kesbanglimas Kab. Halmahera Barat, yang telah bersedia diwawancarai dan memberikan data dan informasi kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Bapak/Ibu staf pengajar S1 Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama perkuliahaan.

7. Orang Tuaku Tercinta: Bapak Samad Madjid & Ibu Dalifah Rasyid untuk cinta, doa, dan dukungan yang tidak pernah putus..for their silence prayers, love, attention, constant encouragement given in completing my education.

8. Last but not least, for My Sisters, Brothers, lovely niece and all the families I have(Hope you’re proud of me).

9. Para sabahat dan teman-teman S1 Jurusan Ilmu Pemerintahan Kelas A dan B…for sharing in bad and good times…thanks a lot.

10. Semua pihak yang namanya belum tercantum dalam rangkaian ucapan terima kasihku, bantuan dan dukungan kalian semoga dibalas oleh Allah SWT.

Disadari bahwa karya ini jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap bahwa karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama para pembaca, peneliti selanjutnya, serta perkembangan ilmu pendidikan khususnya dan ilmu pengetahuan umumnya. Saran kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan di kemudian hari. Billahifisabilihaq fastabiqulchairat

Malang, 07 April 2012

Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Lembar Pernyataan... iii

Berita Acara Bimbingan Skripsi ... iv

(8)

a) Wawancara ... 15

1) Menurut aspek/bidang/pokok konflik ... 26

2) Menurut pokok konflik ... 28

3) Menurut para pihak yang terlibat ... 29

4) Menurut jumlah yang terlibat ... 30

5) Menurut perimbangan kekuatan pihak-pihak yang terlibat ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kronologis Permasalahan Sengketa Perbatasan... 38

B. Upaya Penyelesaian Konflik ... 40

(9)

D. Sirkulasi Elit Kabupaten ... 44

E. Kabupaten Halmahera Barat; Klaim De Facto ... 45

1. Kondisi Geografis ... 45

2. Penduduk ... 46

3. Aspek Pelayanan Pemerintahan ... 46

4. Pelayanan Kependudukan dan Catatan Sipil... 48

5. Pelayanan Pendidikan ... 49

6. Pelayanan Kesehatan dan Keluarga Berencana ... 50

7. Pelayanan Sosial ... 51

8. Aspirasi Politik Masyarakat di Wilayah Enam Desa .. 53

F. Kabupaten Halmahera Utara; Klaim De Jure ... 55

1. Kondisi Geografis ... 55

2. Penduduk ... 55

3. Aspek Pelayanan Pemerintahan ... 56

a. Aspek Normatif Wilayah Enam Desa ... 56

b. Aspek Pelayanan Pemberdayaan Masyarakat Desa 58 E. Wilayah Enam Desa ... 59

1. Aspek Tinjauan Geografis ... 59

2. Aspek Historis Pemerintahan ... 60

3. Aspek Administratif ... 62

4. Aspek Yuridis ... 63

5. Sosio Kultural (Budaya) ... 64

6. Aspek Agama ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 71

(10)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Sebab Utama dan Pemicu Konflik Internal. ... 23 2. Tabel 2.2 Penggolongan Konflik/Sengketa... 25 3. Tabel 3.1 Luas Daerah dan Pembagian Daerah ... 32 4. Tabel 3.2 Tinggi Ibukota Kabupaten/Kota Dari Permukaan Laut

Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara Tahun 2010 33 5. Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku

Utara Tahun 2010 ... 34 6. Tabel 4.1 Sirkulasi Bupati/Wakil Bupati Halmahera Barat dan

Bupati/Wakil Bupati Halmahera Utara ... 45 7. Tabel 4.2 Bantuan Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat Bagi

Wilayah Enam Desa ... 47 8. Tabel 4.3 Data Pelayanan Kependudukan dan Catatan Sipil

Masyarakat Enam Desa Tahun 2009/2010 ... 48 9. Tabel 4.4 Pelayanan Pendidikan Pada Masyarakat Enam Desa

Kabupaten Halmahera Barat Thaun 2010 ... 49 10. Table 4.5 Pendukung Pelayanan Kesehatan Puskesmas Bobaneigo 50 11. Table 4.6 Daftar Rekapitulasi Pemilihan Tetap dan Pembagian

Tps Kecamatan : 090 Jailolo ( Khusus Enam Desa) ... 54 12. Table 4.7 Aspek Normatif Wilayah Enam Desa Menurut Klaim

Kabupaten Halmahera Utara ... 57 13. Table 4.8 Batuan Bagi Kecamatan Kao Teluk Kabupaten

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Becker, W. C. 1977. Teaching reading and language to the disadvantaged: What we have learned from research. Harvard Educational Review.

Brown, Michael E. 2002. Ethnic and internal conflict and turbulent peace the challenges of ianaging international. Wshington DC: United States os institutes of peace press.

Christopher W. Moore. The Mediation Process, Practical Strategies for Resolving Conflict (2nd edition), Jossey-Bass Publisher, 1996.

Faisal, Sanafiah. 1999. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Hasyim, Aziz et.al. Analisis Konflik Perebutan Wilayah di Provinsi Maluku Utara.

Harison Lisa, 2007. Metodologi Penelitian Politik Perdana, Jakarta media group. K.J. Holsti, 1992. Politik International: Suatu Kerangka Analisis. Bandung: Bina Cipta Masri Singarimbun. 1995. Metode Penelitian Suevey, LP3ES, Jakarta.

Moeleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), Bandung. Rosada Karya.

Suharmi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta PT.Rineke Cipta.

Wese Becker dalam Soejono Soekanto, Sosiologi : Suatu Pengantar, 1990, Hal. 107.

Yulius P. Hermawan, Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor, Isu dan Metodologi, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2007, hal. 15

Jurnal:

(13)

Undang- Undang :

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perencanaan dan Pengembangan wilayah di Indonesia menjadi semakin

menarik sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang

Otonomi Daerah yang kemudian direvisi dua kali menjadi Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang

Pemerintahan Daerah. Dengan pemberlakuan undang-undang tentang

pemerintahan daerah tersebut, maka berbagai daerah menuntut pemekaran

wilayah yang berlangsung secara massif, namun, realitas menunjukkan bahwa

upaya untuk melakukan pemekaran, sesungguhnya tidak didasari pada ide dan

gagasan subtansi dari pemekaran wilayah itu sendiri. Kondisi ini terlihat jelas

dengan jalur yang ditempuh dalam mendorong gagasan pemekaran wilayah lebih

mempertimbangkan aspek politik dari pada substansinya. Pada hakikatnya,

pemekaran wilayah harus mengedepankan aspek-aspek normatif yang telah

dirumuskan,baik dalam undang-undang itu sendiri maupun peraturan pemerintah

tentang syarat-syarat pemekaran wilayah. Namun hal penting yang tidak dapat

diabaikan dalam mendorong pemekaran wilayah adalah aspirasi masyarakat

menjadi sebuah keharusan untuk turut serta dipertimbangkan sehingga protes dan

atau resintensi penolakan warga paska pemekaran atau penggabungan wilayah

yang seringkali menghiasi daerah-daerah pemekaran yang dapat dihindarkan.

(15)

2

Sebab fakta menunjukkan berbagai protes dan penolakan yang dilakukan oleh

warga masyarakat atas ide pemekaran wilayah didominasi elit atau

kelompok-kelompok tertentu tanpa melibatkan peran serta atau keterlibatan masyarakat

secara aktif.1

Fakta menunjukkan bahwa fenomena pemekaran wilayah yang terjadi di

Propinsi Maluku Utara kurang melibatkan warga, terutama dari sisi administratif

dan pengabaian aspiratif terkait pemekaran tersebut, akibatnya penolakan warga

akibat dari ketidakperdulian ini terus mencuat. Kasus ini terjadi pada masyarakat

pada enam desa sengketa yang diperebutkan oleh pemerintah Kabupaten

Halmahera Barat daerah induk dan Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara

sebagai daerah otonomi baru pada saat ini. Perlu diketahui bahwa kedua

Kabupaten ini merupakan Daerah Otonomi Baru (DOB) Provinsi Maluku Utara,

yang diresmikan pada 12 Oktober 1999 dari induknya yakni Kabupaten Maluku

Utara, dimana Kabupaten Maluku Utara sebelumnya merupakan bagian dari

Propinsi Maluku Utara.

Jika di buka kembali lembaran sejarah terkait pemekaran yang dimulai

dari zaman kerajaan hingga menjadi kabupaten, wilayah Maluku Utara memiliki 4

(empat) Kepala Pemerintah Setempat (KPS), yakni Kepala Pemerintah Setempat

(KPS) Bacan, Kepala Pemerintah Setempat (KPS) Sanana, Kepala Pemerintah

Setempat (KPS) Jailolo dan Kepala Pemerintah Setempat (KPS) Tobelo.

Sebagaimana diketahui bahwa Kepala Pemerintah Setempat (KPS) Tobelo dan

Jailolo adalah tanjung Tabobo Loloda. Dengan demikian maka wilayah enam desa

1

(16)

3

adalah merupakan bagian dari Kepala Pemerintah Setempat (KPS) Jailolo.

Sebelum Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1999 dikeluarkan oleh

pemerintah, di era tahun 1970-an, tepatnya pada tahun 1975 di wilayah Kabupaten

Maluku Utara diadakan trasmigrasi lokal, yaitu penduduk dari beberapa desa di

Kecamatan Makian Pulau yang dipindahkan ke wilayah kecamatan Kao, sebagai

akibat bahaya meletusnya gunung Kie Besi di Pulau Makian Kabupaten Daerah

Tingkat II Maluku Utara. Perpindahan ini dilakukan secara bedol kecamatan atau

mengangkat semua sarana dan prasarana baik perangkat pemerintah maupun

masyarakat untuk dipindahkan kedaratan Halmahera yang merupakan bagian dari

tanah adat masyarakat Kao.

Sejak mendiami wilayah baru didaratan Halmahera masyarakat Makian

Pulau telah menjalin hubungan baik dengan warga disekitarnya. Termasuk dengan

masyarakat Kao, kondisi ini terpelihara dengan baik karena diantara masyarakat

sudah ada ikatan kekeluargaan akibat perkawinan yang menjalin antar kamunitas.

Namun kondisi yang sudah terjalin secara baik ini pada akhirnya harus sirna

ditelan zaman akibat kepentingan elit politik lokal untuk kekuasaan dan

penguasaan dengan mendorong sebuah Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun

1999 Tentang Pembentukan Kecamatan Malifut dan selanjutnya akan

diperjuangkan.

Menurut Peraturan Pemerintah nomor 129 Tahun 2000 Tentang

persyaratan dan kriteria pemekaran dan penghapusan dan pengabungan daerah,

bahwa tujuan pemekeran adalah memaksimalkan pelayanan publik, meningkatkan

(17)

4

dan dukungan pembangunan potensi ekonomi rakyat. Namun dalam

implementasinya, berbagai tujuan mulia tersebut belum tercapai secara maksimal.

Hal mana dapat dilihat pada evaluasi penyelenggaraan pemerintahaan di

daerah-daerah yang dilakukan Kementerian Dalam Negeri akhir tahun 2005, yang

menjelaskan bahwa, penyelenggaraan pemerintahan daerah-daerah pemekaran

belum menunjukkan kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan sebelum

pemekaran.2

Pemekaran wilayah tidak dapat dilepaskan dari persoalan garis batas

wilayah.Penetapan garis batas wilayah antar daerah otonom memerlukan

pertimbangan berbagai aspek agar tujuan desentralisasi dan otonomi daerah dapat

tercapai. Salah satu aspek yang harus dipertimbangkan adalah konflik keruangan.

Dalam tataran negara, batas wilayah teritorial negara mencerminkan wilayah

kedaulatan dan hak berdaulat diatasnya (sovereignty right).Dengan mengacu

prinsip tersebut maka garis batas wilayah menjadi faktor penting dalam

pemekaran daerah.Berdasarkan hasil evaluasi Kementrian Dalam Negeri Republik

Indonesia ditemukan 79 % daerah pemekaran belum memiliki batas wilayah yang

jelas.Hal ini berarti bahwa potensi konflik keruangan akibat garis batas wilayah

yang belum jelas antar daerah otonom di Indonesia relatif tinggi. Daerah-daerah

otonom tersebut sebagian besar tersebar pada provinsi-provinsi yang memiliki

wilayah yang paling luas dengan kepadatan penduduk rendah seperti Sumatra,

Kalimatan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

2

(18)

5

Selain konflik keruangan yang menyertai agenda pembentukan daerah

otonomi baru, konflik sosial yang di akibatkan pemekaran wilayah juga seringkali

terjadi. Salah satu contoh kasus Implikasi pemekaran dan penggabungan wilayah

yang menimbulkan konfilk sosial adalah Provinsi Maluku Utara. Propinsi dengan

usia yang belia ini masih mengawali penataan dirinya sebagai sebuah propinsi

dengan konflik sejak penghujung tahun 1999. Dapat dikatakan bahwa, konflik ini

terjadi akibat dari pengabaian aspirasi masyarakat dalam melakukan pemekaran

dan penggabungan wilayah. Kondisi ini pada akhirnya memuculkan reaksi

masyarakat dengan terus memprotes kebijakan yang dimaksud, namun aspirasi

yang disampaikan berlalu dengan sendirinya, sehingga puncaknya memunculkan

ketegangan sosial dilevel masyarakat dan berakhir dengan terjadi konflik

horizontal. Konflik ini bermula dari ketegangan antar warga masyarakat yang

digabungkan kedalam sebuah kecamatan baru yang dibentuk oleh pemerintah

Kabupaten Maluku Utara, sebagai konsekuensi dari kebijakan trasmigrasi lokal

penduduk, atau yang lebih dikenal dengan kebijakan “bedol” kecamatan.

Kasus konflik yang dimaksudkan adalah konflik perebutan batas wilayah

antara masyarakat Kecamatan Kao dan masyarakat Kecamatan Malifut. Konflik

ini kemudian berlanjut menjadi konflik etnis,yakni antara etnis Kao dan etnis

Makian. Selanjutnya, karena tidak adanya proses penyelesaian yang baik, konflik

kemudian terjadi issu agama pada tahun 1999. Selanjutnya kondisi mulai

membaik, namum pada tahun 2003, konflik terjadi lagi, yakni konflik perebutan

wilayah antara pemerintah Kabupaten Halmaherah Barat dan pemerintah

(19)

6

saat pembentukan Kecamatan Malifut. Akibat pemekaran Kecamatan Malifut

dengan menggabungkan enam desa wilayah Kecamatan Jailolo dan lima desa

wilayah Kecamatan Kao, maka penolakan masyarakat enam desa dan lima desa

kemudian terjadi. Penolakan masyarakat tersebut lebih disebabkan karena ketidak

inginan untuk menjadi bagian dari wilayah Kecamatan Malifut. Namun,

penolakan masyarakat enam desa dan lima desa tidak mendapatkan tanggapan

yang baik dari pemerintah, maka konflik tentang batas wilayah terjadi dan

selanjutnya mengakibatkan konflik etnis dan agama di Provinsi Maluku Utara

tahun 1999.

Selain dampak terjadinya konflik sosial akibat lambannya respon

pemerintah atas aspirasi masyarakat enam desa dan lima desa, dampak selanjutnya

adalah masyarakat enam dan lima desa menolak mendapatkan pelayanan dari

Kecamatan Malifut. Masyarakat lima desa mendapatkan pelayanan dari

Kecamatan Kao, Sementara masyarakat enam desa mendapatkan pelayanan dari

Kecamatan Jailolo. Walaupun demikian, realitasnya secara administratif wilayah

enam dan lima desa adalah bagian dari wilayah administrasi Kecamatan Malifut.

Kondisi ini turut menambah kompleksitas permasalahan pemekaran wilayah

karena terjadi ketimpangan atau ketidak berimbang dalam pengolahaan

administrasi wilayah.

Penolakan masyarakat kembali muncul pada tahun 2003, dimana saat

keluarnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003 tentang pembentukan kabupaten

di Provinsi Maluku Utara. Namun penolakan ini hanya terjadi atau dilakukan oleh

(20)

7

undang-undang tersebut adalah Kecamatan Malifut merupakan bagian wilayah

administratif pemerintah Kabupaten Halmahera Utara, dengan demikian enam

desa yang merupakan bagian dari Kecamatan Malifut harus menjadi bagian dari

wilayah administrasi Kabupaten Halmahera Utara. Pada konteks itu, maka

masyarakat enam desa terus menyuarakan bahwa mereka tetap menolak

bergabung atau digabungkan dengan Kecamatan Malifut. Penolakan masyarakat

enam desa ini didasari bahwa sejak awal mereka telah menolak bergabung dengan

Kecamatan Malifut dan tetap menjadi bagian dari Kecamatan Jailolo, sehingga

masyarakat menganggap bahwa sangat realistis jika enam desa menjadi bagian

dari Kabupaten Halmahera Barat. Dengan dasar tersebut, maka pemerintah

Kabupaten Halmaherah Barat memberikan pelayanan kepada masyarakat enam

desa. Disinilah titik awal konflik perebutan wilayah enam desa.3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian

ini dapat dirumuskan:

1) Bagaimana terjadinya konflik tapal batas dalam proses pemekaran

daerah di Halmahera Barat sebagai induk dan Halmahera Utara sebagai

Daerah Otonom Baru Provinsi Maluku Utara?

2) Bagaimana langkah-langkah yang terjadi oleh kedua belah pihak dalam

penyelesaian konflik (Resolusi konflik) ?

3

(21)

8

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian pada dasarnya memiliki tujuan penelitian yang ingin

dicapai adapun tujuan penelitian ini adalah :

a) Untuk mengetahui hasil pemekaran wilayah daerah Kabupaten Halmahera

Barat sebagai induk dan Halmahera Utara sebagai Daerah Otonom Baru di

Provinsi Maluku Utara.

b) Untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan oleh kedua belah pihak

dalam penyelesaian konflik (Resolusi konflik).

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian pada umumnya diharapkan dapat memiliki manfaat dan

kegunaan baik bagi penulis maupun orang lain yang membacanya. Dengan

demikian, maka manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Secara Akademis

a. Agar bisa mengetahui apa tapal batas dalam konflik pemekaran

wilayah.

b. Dapat memberikan manfaat bagi perguruan tinggi dan masyarakat

bagaimana pemekaran wilayah tersebut.

c. Sebagai bahan literatur dan pengembangan ilmu pengetahuan yang

(22)

9

2. Secara Praktis

a. Diharapakan bisa menyesaikan konfik tapal batas antara pemerintah

dengan masyarakat dengan baik.

b. Sebagai bahan bacaan penambahan wawasan dan ilmu pengetahuan.

c. Memberikan gambaran tentang yang menjadi subjek penelitian.

E. Definisi Konseptual

Dengan mengacu pada judul “Konflik Tapal Batas di Daerah Otonom Baru

(Studi Pada Enam Desa Dalam Penyelesaian Tapal Batas di Halmahera Barat dan

Halmahera Utara Propinsi Maluku Utara), maka dijelaskan secara rinci adalah

sebagai berikut:

1. Konflik

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling

memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara

dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha

menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak

berdaya.Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar

anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang

bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Menurut Wese Becker, konflik merupakan proses sosial dimana orang atau

kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak

(23)

10

Politik, K.J Holsti mengemukakan bahwa Konflik yang menimbulkan kekerasan

yang terorganisir muncul dari suatu kombinasi khusus para pihak, pandangan

yang berlawanan mengenai suatu isu, sikap bermusuhan, dan tipe tipe tindakan

diplomatik dan militer tertentu4. Bentuk konflik biasanya teridentifikasikan oleh

suatu kondisi oleh sekelompok manusia, yang di dalamnya terdiri dari suku, etnis,

budaya, agama, ekonomi, politik, sosial, yang berbeda beda.

Sumber konflik sendiri terletak pada hubungan antara sistem-sistem

negara-negara kebangsaan yang dilandasi oleh konsep ”egosentrisme”, yaitu

aspirasi untuk mempertahankan dan meningkatkan kekuatan serta kedudukan

Negara/daerah dalam hubungannya dengan Negara/daerah lain. Bila suatu negara

terlalu berpegang teguh kepada pengakuan universal atas kemerdekaan politiknya

dan kebebasan memilih serta bertindak, ia akan menemui dilema karena ia pun

harus menghormati kebebasan dan kemerdekaan yang sama dari setiap

Negara/daerah lain. Akan tetapi sebenarnya tidak ada negara satu pun yang bisa

mempercayai Negara/daerah lain, artinya keselamatan negara tergantung kepada

usaha-usaha sendiri, karena itu setiap negara harus bersikap hati-hati dalam

memelihara hubungan dengan negara lain.

2. Pemekaran Daerah

Pemekaran daerah adalah pembentukan wilayah administratif baru di

tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Landasan hukum

4

(24)

11

terbaru untuk pemekaran daerah di Indonesia adalah UU No 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah.

Faktor Terjadinya Pemekaran Daerah :

Pertama, instrumen peraturan perundang-undangan yang terlalu

longgar, khususnya di bawah UU 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan PP

129/2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran,

Penghapusan, dan Penggabungan Daerah. Syarat teknis dalam PP 129/2000

bersifat kuantitatif sehingga tidak menggambarkan kondisi kualitatif

sesungguhnya. Indikator yang digunakan memberikan peluang untuk direkayasa

dan disesuaikan dengan kepentingan politik.

Kedua, pertimbangan politis cenderung lebih dominan ketimbang aspek

teknis pemerintahan, seperti ketersediaan aparat pemerintahan dan legislatif dan

kapasitas.

Ketiga, terbatasnya kapasitas pemerintah dalam melakukan pembinaan

terhadap daerah otonom baru (DOB). Sementara itu, proses pendampingan absen

mengantarkan DOB menuju daerah mandiri dan mampu melakukan

pemerintahannya. Adanya proses 'pembiaran' ini menyebabkan sebagian besar

DOB bermasalah dan gagal memenuhi syarat esensi maksud didirikannya

pemerintahan daerah baru.manajemen pemerintah. Demikian juga dengan aspek

(25)

12

F. Definisi Operasional

Definisi Operasional dapat dikatakan sebagai sebuah petunjuk dalam

pengukuran variable yang bisa dijadikan karya ilmiah, yang dapat membantu

dalam proses penelitian agar tetap yang bisa dijadikan karya ilmiah, yang dapat

membatu dalam proses penelitian agar tetap berada didalam koridor yang tepat.

Maksud dari definisi operasional bagaimana cara mengukur suatu variable yang

muncul ketika melakukan sebuah penelitian ilmiah dilapangan agar bisa

ditempatkan suatu indikasi dengan indikator yang ada sehingga bisa ditentukan

insturumennya, seperti halnya di dalam sebuah karya seni ketika instrumennya

sudah benar maka barulah nada-nadanya bisa dimainkan dengan indah. Dapat

dirumuskan beberapa indikator di antaranya:

1). Pemetaan konflik :

a). Pihak-pihak yang berkonflik.

b). Isu atau Problem yang di konflikkan.

c). Dinamika : Kondisi-kondisi yang dapat memperkuat dan

melemahkan akselerasi konflik.

2). Resolusi Konflik ( Teori Resolusi Konflik)

a) Mediasi.

Mediasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak ketiga yang

(26)

pihak-13

pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian (solusi) yang diterima oleh kedua belah

pihak.

b) Arbitrase

Arbitrase adalah salah satu jenis alternatif penyelesaian sengketa dimana para

pihak menyerahkan kewenangan kepada kepada pihak yang netral, yang disebut

arbiter, untuk memberikan putusan.

c) Defensi / Penghentian sementara

G. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif yaitu melaporkan objek

penelitian Objek penelitian dengan cara menggambarkan dan

memaparkan keadaan sesuai dengan kenyataan yang ditemui dan tidak

dimaksudkan untuk merubah kesimpulan yang berlaku. Maksud utama

penelitian deskriptif adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat

tentang karakteristik dari objek, kelompok objek, dan

lembaga/instansi.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Halmahera Barat dan Kabupaten

(27)

14

3. Subjek penelitian

Dalam subjek ini yang menjadi subjek penelitian adalah:

1.Tim Otonomi daerah

2. Linmas Kabupaten Halmahera Barat di Jailolo.

3.Tokoh Masyarakat.

4. Tokoh Politik.

5. Bagian Tata Pemerintah (Setda)

4. Jenis Data

a. Data Primer

Sumber data primer yaitu sumberdata yang diperoleh langsung dari nara

sumber penelitian. Dalam hal ini yang merupakan sumber data primer atau utama

adalah orang-orang yang dianggap tahu dan dipercaya untuk memberikan

informasi data yang diperlukan untuk penelitina dan dari data yang diberikan

mampu bertanggung jawab permasalahan dalam penelitian ini.

Dalam memperoleh data primer, penyusun sengaja menentukan

orang-orang yang memberikan informasi dengan pertimbangan narasumber yang

memberikan informasi dibutuhkan. Data primer juga bisa digunakan sebagai

(28)

15

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini diambil dari dalam

buku-buku, dokumen, dan informasi lain yang terkait dengan subyek penelitian.

5.Teknik Pengkumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan antara periset dan responden, dimana

jawaban responden akan menjadi data mentah, Stedward (1997, hlm. 151),

mengatakan secara khusus, wawancara adalah alat yang baik untuk menghidupkan

topik riset. Wawancara juga merupakan metode bagus untuk melakukan

pengumpulan data.5

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang

merupakan catatan, transkrip, buku agenda, natulen rapat dan sebagainya.Untuk

mencatat hal-hal yang bebas atau belum ditentukan dalam variable (setiap

menemukan data yang dipakai untuk melengkapi data dalam penelitian ini), maka

peneliti dapat menggunakan kalimat bebas.6

5

Harison Lisa, 2007. Metodologi Penelitian Politik Perdana, Jakarta media group, Hal : 104.

6

(29)

16

c. Observasi

Penelitian kualitatif mengandalkan pengamatan dan wawancara dalam

melakukan pengumpulan data dilapangan atau observasi, catatan lapangan

merupakan sebuah coretan seperlunya yang sangat dipersingkat.Berisi kata-kata

kunci yang dianggap penting. Catatan Lapangan, Bogdan dan Biklen (1982:74),

adalah catatan tulisan apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam

rangka pengumpulan data dan refleksi data dalam penelitian.7

6. Teknik Analisis Data

Proses menganalisis data, baik data primer maupun data sekunder,

Pengklasifikasian data merupakan bagian yang penting dalam metode ilmiah,

yang bertujuan untuk memecahkan masalah penelitian. Data yang terkumpul

akan membantu dalam memahami dan menarik kesimpulan dari hasil penelitian,

Menurut Masri Singarimbun “analisa data adalah sebagai proses penyederhanaan

data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di interprestasikan.8

Menurut Moleong (2001) menjelaskan bahwa analisis data adalah suatu

proses pengorganisasikan dan pengurutan data kedalam pola, kategori dan satuan

uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis

kinerja seperti yang disarankan oleh data.Analisis data yang penting karena

dengan melakukan analisis data, maka dapat digunakan untuk memecahkan

masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir penelitian.

7

Moeleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), Bandung. Rosada Karya, Hal : 27.

8

(30)

17

Dalam penelitian ini adalah metode analisis kualitatif . Menurut Sanafiah

Faisal, analisis kualitatif adalah suatu analisis yang memfokuskan pada

penunjukan makna, deskripsi,penjernihan dan penempatan data pada konteksnya

masing-masing. Di dalam penelitian ini, data-data yang terkumpul disusun

kedalam kategori tertentu, tema tertentu, atau pokok masalah tertentu.9

9

(31)

18

DAFTAR PUSTAKA

Faisal, Sanafiah. 1999. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta. PT Raja

Grafindo Persada.

Hasyim, Aziz et.al. Analisis Konflik Perebutan Wilayah di Provinsi Maluku

Utara. Harison Lisa, 2007. Metodologi Penelitian Politik Perdana, Jakarta media

group.

Masri Singarimbun. 1995. Metode Penelitian Suevey, LP3ES, Jakarta.

Moeleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), Bandung.

Rosada Karya.

Suharmi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta

PT.Rineke Cipta.

Wese Becker dalam Soejono Soekanto, Sosiologi : Suatu Pengantar, 1990, Hal.

107

Jurnal:

(32)

19

KONFLIK TAPAL BATAS DI DAERAH OTONOM BARU

(Studi Kasus Pada Enam Desa Dalam Penyelesaian Tapal Batas di Halmahera Barat dan Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara)

OLEH

NURHALIS MAJID

08230010

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Referensi

Dokumen terkait

yang sangat jarang (0,2% dari seluruh tumor tulang primer), Schwannoma dapat.. dijumpai sebagai tumor tulang primer tanpa keterlibatan kanalis

Teori ini lebih menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika seseorang tidak

Apabila lokasi median-me- dian respons dari masing-masing jenis tanah dihubungkan, maka yang diperoleh ialah suatu garis regresi median dari regresi gabungan spesimen-

Perubahan manajemen adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas para dosen yaitu proses secara sistematis dalam menerapkan pengetahuan, sarana dan prasarana, sumber

Berdasarkan II hasil penelitian dari uji II t bahwa II variabel kualitas II pelayanan berpengaruh II terhadap II variabel II terikat yaitu kepuasan II konsumen II dengan

Hasil uji t motivasi belajar siswa diperoleh nilai signifikasi 0,391 > 0,05 yang berarti Ho diterima, maka tidak ada perbedaan hasil belajar antara siswa kelas eksperimen

Pada penelitian ini, akan digunakan metode ultrasonik- milling dalam proses pembuatan nanopartikel silika.. Menurut Sidqi (2011),

Proses pada system flow pengendalian pengadaan material proyek ini diawali dengan Bagian Pengadaan melakukan proses perawatan data master yang selanjutnya