PERAN PERPUSTAKAAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA WILAYAH SUMATERA UTARA DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN PENGGUNA AKAN INFORMASI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam bidang
Ilmu Perpustakaan dan Informasi
OLEH: ASTUNI RAHAYU
130723013
DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA
i ABSTRAK
Astuni Rahayu. 2015. “Peran Perpustakaan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Wilayah Sumatera Utara dalam Pemenuhan Kebutuhan Pengguna Akan Informasi.”
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Perpustakaan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Wilayah Sumatera Utara dalam Pemenuhan Kebutuhan Pengguna Akan Informasi.
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif Populasi penelitian adalah seluruh anggota perpustakaan yang berjumlah 136 orang. Untuk menentukan besarnya sampel digunakan rumus Slovin dengan jumlah responden 136 maka sampel penelitian ini sebanyak 58 orang. Metode pengambilan sampel dilakukan secara stratified random sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar (62 %) responden menyatakan bahwa berkunjung ke perpustakaan 1-2 kali dalam seminggu, hampir setengah (48 %) responden menyatakan bahwa koleksi yang ada pada perpustakaan KEMENKUMHAM kurang memadai, disimpulkan bahwa seluruh (100 %) responden membutuhkan penambahan koleksi, hampir setengah (48 %) responden menyatakan bahwa koleksi yang bersifat ilmiah untuk riset penelitian kurang memadai, bahwa setengah (50 %) responden menyatakan bahwa koleksi yang ada pada perpustakaan KEMENKUMHAM membantu pengguna dalam memperlancarkan tugas lembaga induk, sebagian besar (52 %) responden menyatakan bahwa koleksi yang ada pada perpustakaan kurang sesuai dengan kebutuhan pengguna, sebagian besar (52 %) responden menyatakan bahwa koleksi yang ada pada perpustakaan kurang mudah dicari/ ditemukan, sebagian besar (55 %) responden menyatakan bahwa fasilitas yang disediakan oleh perpustakaan KEMENKUMHAM kurang memadai, sebagian besar (69 %) responden menyatakan bahwa pernah mendapatkan informasi tentang koleksi terbaru yang ada pada perpustakaan KEMENKUMHAM, sebagian besar (69 %) responden menyatakan bahwa pernah menerima daftar tambahan koleksi yang dimiliki perpustakaan KEMENKUMHAM, sebagian besar (69 %) responden menyatakan bahwa pernah mendapat informasi tentang hasil penelitian terbaru bidang hukum yang dimiliki perpustakaan KEMENKUMHAM, dan sebagian besar (59 %) responden menyatakan bahwa penyebaran informasi yang dilakukan oleh perpustakaan kurang menunjang kebutuhan pengguna dalam melaksanakan tugas di lembaga KEMENKUMHAM.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Peran Perpustakaan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Wilayah Sumatera Utara dalam Pemenuhan Kebutuhan Pengguna Akan
Informasi.” Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai
gelar Sarjana Sosial pada Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi pada
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima masukan dan
bantuan dari pihak yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk. Oleh karena
itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Drs. Belling Siregar, M.Lib, selaku dosen pembimbing I penulis
yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan,
petunjuk, serta arahan dalam penulisan dan penyelesaian skrispsi ini.
2. Ibu Dra. Eva Rabita, M.Hum, selaku dosen pembimbing II penulis
yang telah memberikan petunjuk dan saran dalam penulisan dan
penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd, selaku ketua Departemen
Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas
iii
4. Seluruh staff pengajar Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan banyak ilmu kepada penulis selama perkuliahan.
5. Bapak Dr. Syahron Lubis, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh pegawai dan pengelola perpustakaan KEMENKUMHAM
yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam memperoleh
informasi.
7. Teristimewa untuk Ayahanda Yahya dan Ibunda Bani yang telah
banyak memberikan bantuan moril dan materil serta kepercayaan yang
besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada
kedua kakak Nurhayati dan Safrizal atas bantuan dan dukungannya.
8. Teman-teman seperjuangan stambuk 2013 ekstensi yang mendukung
terlaksanannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna seperti yang
diharapkan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan
skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak orang dan memperkaya
khazanah ilmu perpustakaan dan informasi Indonesia.
Medan, 2015
Penulis
Astuni Rahayu
iv
1.2Rumusan Masalah... 4
1.3Tujuan Penulisan ... 5
1.4Mamfaat Penulisan ... 5
1.5Ruang Lingkup ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1Perpustakaan Khusus ... 6
2.1.1Ciri-ciri Perpustakaan Khusus ... 7
2.1.2Visi dan Misi Perpustakaan ... 8
2.1.3Tujuan Perpustakaan Khusus ... 8
2.1.4Fungsi Perpustakaan Khusus ... 9
2.1.5Tugas Perpustakaan Khusus ... 10
2.1.6Koleksi dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan Khusus ... 12
2.1.7Layanan Perpustakaan Khusus ... 15
2.2Peran Perpustakaan Khusus ... 17
2.2.1Peran Perpustakaan Sebagai Pusat Informasi ... 18
2.2.2Peran Perpustakaan Sebagai Penyedia Informasi ... 19
2.2.3Peran Perpustakaan Sebagai Media Penyebaran Informasi ... 20
2.3Kebutuhan Informasi ... 21
2.3.1 Jenis Informasi ... 23
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi ... 24
2.3.3 Sumber-sumber Informasi ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
3.1Jenis Penelitian ... 28
3.2Lokasi Penelitian ... 28
3.3Populasi dan Sampel ... 28
3.4Data dan Sumber Data ... 30
3.5Instrumen Penelitian ... 31
3.6Pengumpulan Data ... 32
3.7 Analisis Data... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34
4.1 Peran Perpustakaan Sebagai Pusat Sumber Informasi ... 35
v
4.1.2 Koleksi Perpustakaan dalam Memenuhi Kebutuhan Pengguna Akan
Informasi ... 36
4.1.3 Penambahan Koleksi Perpustakaan ... 37
4.1.4 Koleksi yang Bersifat Ilmiah ... 38
4.2 Peran Perpustakaan Sebagai Penyedia Informasi ... 39
4.2.1 Koleksi Perpustakaan ... 39
4.2.2 Kesesuaian Koleksi dengan Kebutuhan Pengguna ... 41
4.2.3 Kemudahan Mencari Informasi yang Dibutuhkan ... 42
4.2.4 Fasilitas Perpustakaan ... 43
4.3 Peran Perpustakaan Sebagai Media Penyebaran Informasi ... 44
4.3.1 Daftar Tambahan Koleksi Perpustakaan ... 44
4.3.2 Informasi Tentang Hasil Penelitian Terbaru Bidang Hukum ... 46
4.3.3 Penyebaran Informasi ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
5.1 Kesimpulan ... 49
5.2 Saran ... 50
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1: Penghitungan Jumlah Sampel Berdasarkan Strata ... 30
Tabel 3.2: Kisi-kisi Kuesioner ... 31
Tabel 4.1: Kunjungan Pengguna ke Perpustakaan ... 35
Tabel 4.2: Koleksi Perpustakaan dalam Memenuhi Kebutuhan Pengguna ... 36
Tabel 4.3: Penambahan Koleksi ... 37
Tabel 4.4: Koleksi Ilmiah ... 38
Tabel 4.5: Koleksi Perpustakaan ... 40
Tabel 4.6: Kesesuaian Koleksi dengan Kebutuhan Pengguna ... 41
Tabel 4.7: Kemudahan Mencari Informasi yang Dibutuhkan ... 42
Tabel 4.8: Fasilitas Perpustakaan ... 43
Tabel 4.9: Daftar Tambahan Koleksi Perpustakaan ... 45
Tabel 4.10: Informasi Tentang Hasil Penelitian Terbaru Bidang Hukum ... 46
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Kuesioner Penelitian ... 56
Lampiran II : Tabulasi Jawaban Responden ... 59
i ABSTRAK
Astuni Rahayu. 2015. “Peran Perpustakaan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Wilayah Sumatera Utara dalam Pemenuhan Kebutuhan Pengguna Akan Informasi.”
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Perpustakaan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Wilayah Sumatera Utara dalam Pemenuhan Kebutuhan Pengguna Akan Informasi.
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif Populasi penelitian adalah seluruh anggota perpustakaan yang berjumlah 136 orang. Untuk menentukan besarnya sampel digunakan rumus Slovin dengan jumlah responden 136 maka sampel penelitian ini sebanyak 58 orang. Metode pengambilan sampel dilakukan secara stratified random sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar (62 %) responden menyatakan bahwa berkunjung ke perpustakaan 1-2 kali dalam seminggu, hampir setengah (48 %) responden menyatakan bahwa koleksi yang ada pada perpustakaan KEMENKUMHAM kurang memadai, disimpulkan bahwa seluruh (100 %) responden membutuhkan penambahan koleksi, hampir setengah (48 %) responden menyatakan bahwa koleksi yang bersifat ilmiah untuk riset penelitian kurang memadai, bahwa setengah (50 %) responden menyatakan bahwa koleksi yang ada pada perpustakaan KEMENKUMHAM membantu pengguna dalam memperlancarkan tugas lembaga induk, sebagian besar (52 %) responden menyatakan bahwa koleksi yang ada pada perpustakaan kurang sesuai dengan kebutuhan pengguna, sebagian besar (52 %) responden menyatakan bahwa koleksi yang ada pada perpustakaan kurang mudah dicari/ ditemukan, sebagian besar (55 %) responden menyatakan bahwa fasilitas yang disediakan oleh perpustakaan KEMENKUMHAM kurang memadai, sebagian besar (69 %) responden menyatakan bahwa pernah mendapatkan informasi tentang koleksi terbaru yang ada pada perpustakaan KEMENKUMHAM, sebagian besar (69 %) responden menyatakan bahwa pernah menerima daftar tambahan koleksi yang dimiliki perpustakaan KEMENKUMHAM, sebagian besar (69 %) responden menyatakan bahwa pernah mendapat informasi tentang hasil penelitian terbaru bidang hukum yang dimiliki perpustakaan KEMENKUMHAM, dan sebagian besar (59 %) responden menyatakan bahwa penyebaran informasi yang dilakukan oleh perpustakaan kurang menunjang kebutuhan pengguna dalam melaksanakan tugas di lembaga KEMENKUMHAM.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Perpustakaan sebagai pusat sumber informasi yang berfungsi untuk
mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan menyajikan bahan perpustakaan agar
dapat digunakan dalam memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi. Sumber
informasi yang telah dikelola tersebut, dapat diperoleh di berbagai pusat sumber
informasi baik di perpustakaan, lembaga atau instansi dan tempat lainnya. Pusat
sumber informasi pada lembaga atau instansi disebut dengan perpustakaan
khusus.
Perpustakaan khusus merupakan perpustakaan suatu lembaga
pemerintah/swasta yang mempunyai koleksi khusus bidang tertentu yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi dan sebagai
sarana pendukung pengembangan maupun peningkatan lembaga dan sumber daya
manusianya.
Tujuan penyelenggaraan perpustakaan khusus adalah untuk mendukung
dan membantu pegawai suatu lembaga induk dalam mengemban tugasnya secara
efektif. Sedangkan, fungsi perpustakaan khusus adalah mengembangkan koleksi,
menyimpan koleksi dan sebagai pusat informasi dalam bidang yang sesuai dengan
lembaga induknya, dan tugas perpustakaan khusus adalah melayani dan
menyediakan sumber-sumber informasi yang dibutuhkan pengguna serta
mendukung pelaksanaan kegiatan lembaga induknya.
Perpustakaan khusus memiliki koleksi lebih spesifik dan penggunanya
2 lembaganya yang berkaitan dengan kebutuhan informasi untuk mendukung
lembaga induknya, serta perpustakaan khusus mempunyai sumber informasi yang
penting dan di dalam subyek khusus” (Sutoyo 2001, 194).
Sedangkan menurut Rufaidah (2009, 13-14) “perpustakaan khusus
berperan penting dalam kegiatan penyediaan dan penyebaran informasi hasil-hasil
penelitian dan pengkajian serta informasi ilmiah kepada peneliti, penyuluh, para
pembuat kebijakan dan pengguna lainnya”.
Koleksi pada perpustakaan khusus adalah koleksi yang berhubungan
dengan tujuan, fungsi, tugas dan kegiatan lembaga yang bersangkutan/lembaga
penyelenggara perpustakaan. Sedangkan tugas utamanya adalah mengumpulkan,
mengolah, melayankan informasi yang sesuai dengan kegiatan lembaga
penaungnya. Ciri khas informasi yang ada di perpustakaan khusus adalah cakupan
informasinya khusus dan terbatas, mendalam, dan mutakhir. Jenis informasinya
pada umumnya, undang-undang, peraturan, kebijakan pemerintah bidang hukum
dan jurnal-jurnal penelitian dan juga laporan hasil penelitian.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa perpustakaan khusus
berperan untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi dan dapat
menyediakan sumber informasi yang relevan dengan kebutuhan informasi
lembaga penaungnya.
Peran perpustakaan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
(KEMENKUMHAM) adalah sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan
3 informasi maupun sebagai bahan rujukan dalam menunjang kegiatan di lembaga
tersebut.
Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 82 Tahun 2011 bidang
perpustakaan dinyatakan bahwa “koleksi dasar perpustakaan khusus
sekurang-kurangnya memiliki 1000 judul dalam bidang kekhususannya”. Perpustakaan
KEMENKUMHAM memiliki 2705 judul buku dengan 3015 eksemplar sudah
memenuhi kriteria koleksi yang ditentukan dalam SNI perpustakaan khusus.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan penulis bahwa
perpustakaan KEMENKUMHAM melebihi koleksi 2705 judul buku dengan 3015
eksemplar. Koleksi tersebut digunakan untuk memudahkan pelaksanaan tugas,
kegiatan, dan pengambilan keputusan oleh pemimpin dan pegawai di lembaga
KEMENKUMHAM, serta untuk memenuhi segala kebutuhan pengguna akan
informasi yang berjumlah 136 orang. Koleksi yang disediakan oleh perpustakaan
KEMENKUMHAM tersebut adalah koleksi hukum perdata 369 judul, hukum
pidana 242 judul, hukum tata negara 160 judul, hukum administrasi negara 167
judul, hukum internasional 34 judul, hak asasi manusia 303 judul, hukum umum
175 judul, filsafat hukum 22 judul, peraturan dan undang-undang 572 judul, dan
koleksi umum 341 judul. Sedangkan koleksi referensi berjumlah 512 judul.
Keberadaan perpustakaan KEMENKUMHAM belum diketahui
sepenuhnya oleh pegawai yang bekerja di instansi tersebut, hal ini dapat diketahui
dari data pemanfaatan koleksi perpustakaan dan jumlah pengguna yang
4 koleksi di perpustakaan KEMENKUMHAM berjumlah 674 eksemplar, sedangkan
pengguna yang memanfaatkan perpustakaan berjumlah 222 orang .
Menurut salah satu pengguna perpustakaan, peran perpustakaan
KEMENKUMHAM dalam pemenuhan kebutuhan pengguna akan informasi
belum sepenuhnya memadai, hal ini dapat diketahui dalam penyedia koleksi yang
tidak up to date, seperti tidak adanya ketersediaan koleksi undang-undang terbaru,
majalah dan koran. Sebagai penyedia informasi, seharusnya perpustakaan
KEMENKUMHAM dapat mengetahui kebutuhan informasi apa saja yang
dibutuhkan pengguna di lingkungannya. Selain itu, luas ruang perpustakaan hanya
6 x 7 m = 42 m, dan fasilitas pendukung lainnya belum memadai, seperti tidak
adanya ruang baca dan internet.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengetahui lebih
mendalam tentang peran perpustakaan KEMENKUMHAM dalam memenuhi
kebutuhan informasi pengguna. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal
tersebut maka penulis menetapkan judul penelitian “Peran Perpustakaan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Wilayah Sumatera Utara dalam
Pemenuhan Kebutuhan Pengguna Akan Informasi.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diperoleh rumusan
masalah, sebagai berikut. Apakah perpustakaan KEMENKUMHAM Wilayah
Sumatera Utara telah berperan dalam pemenuhan kebutuhan pengguna akan
5 1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran perpustakaan
KEMENKUMHAM Wilayah Sumatera Utara dalam pemenuhan kebutuhan
pengguna akan informasi?
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah:
1. Perpustakaan KEMENKUMHAM Wilayah Sumatera Utara, hasil
penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam peranan
perpustakaan dalam pemenuhan kebutuhan pengguna akan informasi.
2. Peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan
rujukan bagi penelitian selanjutnya.
3. Penulis, dapat menambah pengetahuan, wawasan serta pemahaman
peneliti tentang peran perpustakaan khusus dalam pemenuhan
kebutuhan pengguna akan informasi pada perpustakaan
KEMENKUMHAM Wilayah Sumatera Utara.
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini akan membahas mengenai peran perpustakaan
KEMENKUMHAM Wilayah Sumatera Utara dalam pemenuhan kebutuhan
pengguna akan informasi, penelitian ini meliputi peran perpustakaan sebagai pusat
sumber informasi, peran perpustakaan sebagai penyedia informasi, dan peran
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1Perpustakaan Khusus
Perpustakaan khusus merupakan perpustakaan yang mempunyai koleksi
khusus bidang tertentu yang digunakan sebagai sarana penunjang kegiatan suatu
lembaga atau instansi. Menurut Rahayuningsih (2007, 5) “perpustakaan khusus
adalah perpustakaan yang mengkhususkan diri dalam subjek koleksi bidang
tertentu saja, minsalnya bidang hukum, bidang musik, bidang teologi, dan
sebagainya”.
Sedangkan Hermawan (2006, 40) menyatakan bahwa “perpustakaan
khusus termasuk didalamnya perpustakaan kedinasan adalah perpustakaan yang
diselenggarakan oleh lembaga / instansi pemerintah atau swasta”. Definisi
tersebut juga didukung oleh Prastowo (2012, 71) yang menyatakan bahwa
“perpustakaan khusus merupakan sebuah departemen, lembaga negara, lembaga
penelitian, organisasi massa, militer, industri, maupun perusahaan swasta.”
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dalam buku Pedoman Umum
Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus (2006, 6) dinyatakan bahwa:
Perpustakaan khusus adalah salah satu jenis perpustakaan yang dibentuk oleh lembaga (pemerintah/swasta) atau perusahaan atau asosiasi menangani atau mempunyai misi bidang tertentu dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dilingkungannya baik dalam hal pengelolaan maupun pelayanan informasi pustaka dalam rangka mendukung pengembangan dan peningkatan lembaga maupun kemampuan sumber daya manusia.
Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa perpustakaan khusus
7 lembaga/instansi (pemerintah/swasta) yang berperan menyimpan, mengelola,
menyediakan informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna.
2.1.1 Ciri-ciri Perpustakaan Khusus
Di perpustakaan khusus cakupan informasinya khusus dan terbatas,
mendalam dan mutakhir, mengingat para pengguna perpustakaannya adalah
pegawai di lembaga induknya. Rahayuningsih (2007, 5) mengemukakan ciri-ciri
perpustakaan khusus antara lain:
1. Memiliki koleksi yang terbatas pada satu atau beberapa subjek.
2. Memiliki informasi yang luas dan mendalam dalam bidang kekhususannya itu.
3. Keanggotaan perpustakaan khusus biasanya terbatas, yaitu orang orang yang berminat atau berkarya dalam bidang subjek koleksi perpustakaan itu.
4. Ukuran perpustakaan khusus relatif kecil dan jumlah koleksinya relatif sedikit.
Pendapat tersebut didukung oleh Prastowo (2012, 72) yang menyatakan
bahwa perpustakaan khusus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memiliki buku yang terbatas pada satu atau beberapa disiplin ilmu saja. 2. Keanggotaan perpustakaan pada sejumlah anggota yang ditentukan oleh kebijakan perpustakaan atau kebijakan badan induk tempat perpustakaan tersebut bernaung.
3. Peran utama pustakawan adalah melakukan penelitian kepustakaan untuk anggota.
4. Tekanan koleksi bukan pada buku (dalam artian sempit), melainkan pada majalah, pamlfet, paten, laporan penelitian, abstrak, atau indeks. 5. Jasa yang diberikan lebih mengarah kepada minat anggota perorangan.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa ciri-ciri perpustakaan khusus
terdapat pada koleksinya yang terbatas atau memiliki buku dari beberapa disiplin
ilmu saja, dan keanggotaannya terbatas serta ukuran perpustakaan khusus relatif
8 2.1.2 Visi dan Misi Perpustakaan Khusus
Visi adalah cara memandang tentang kondisi dan situasi masa depan. Visi
juga dapat diartikan sebagai gambaran keadaan yang lebih baik atau keinginan
yang ingin dicapai dan secara rasional dapat diwujudkan. “Sementara visi
perpustakaan khusus/kedinasan merupakan satu kesatuan dari lembaga induknya
yang mempunyai visi yang sama dengan lembaga tempat perpustakaan tersebut
berada” (Suwarno 2009, 37-38).
Dalam buku Standar Nasional Indonesia (SNI) bidang perpustakaan (2011,
37), “misi perpustakaan khusus adalah menyediakan materi perpustakaan dan
akses informasi bagi lembaga induknya”.
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa visi dan misi perpustakaan
khusus adalah menyediakan koleksi/informasi perpustakaan dan akses informasi
pengguna sesuai dengan bidang lembaga induknya.
2.1.3 Tujuan Perpustakaan Khusus
Tujuan perpustakaan adalah untuk menyediakan fasilitas dan sumber
informasi sesuai kebutuhan penggunanya. Menurut Soeaminah yang disitir oleh
Saifullah (2008, 14) “tujuan perpustakaan secara umum untuk memberikan
layanan informasi literer kepada masyarakat pengguna. Sedangkan tujuan
perpustakaan secara khusus dibedakan menurut jenis perpustakaan”.
Tujuan perpustakaan khusus menurut Sulistyo-Basuki yang disitir oleh
Prastowo (2012, 72) bahwa “tujuan perpustakaan khusus adalah untuk membantu
tugas badan induk, dimana tempat perpustakaan tersebut bernaung”. Sedangkan
9 mendukung tujuan organisasi. Umumnya bersifat tertutup dan hanya melayani
anggota organisasi”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa tujuan perpustakaan
khusus adalah untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna dalam rangka
mendukung pengembangan dan kemampuan sumber daya manusianya di
lingkungannya.
2.1.4 Fungsi Perpustakaan Khusus
Perpustakaan khusus berfungsi sebagai pusat informasi di lingkungannya.
Adapun fungsi perpustakaan khusus dalam buku Badan Standarisasi Nasional
(2009, 7) adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan koleksi yang dapat menunjang kinerja lembaga induknya.
2. Menyimpan semua terbitan dari tentang lembaga induknya. 3. Menjadi focal point untuk informasi terbitan lembaga induknya.
4. Menjadi pusat referral dalam bidang yang sesuai dengan lembaga induknya.
5. Mengorganisasikan materi perpustakaan. 6. Mendayagunakan koleksi
7. Menerbitkan literature sekunder dan tersier dalam lembaga induknya, baik cetak maupun elektronik.
8. Menyelenggarakan pendidikan pengguna.
9. Menyelenggarakan kegiatan literasi informasi untuk pengembangan kompetensi sumber daya manusia lembaga induknya
10.Melestarikan materi perpustakaan materi preventif maupun kuratif. 11.Ikut serta dalam kerjasama perpustakaan serta jaringan perpustakaan. 12.Menyelenggarakan otomasi perpustakaan.
13. Melaksanakan digitalisasi materi perpustakaan. 14.Menyajikan layanan koleksi digital.
10 Sedangkan dalam buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan
Khusus (2006, 6) dinyatakan bahwa:
Fungsi-fungsi minimal yang perlu ada dalam penyelenggaraan perpustakaan khusus adalah fungsi pengembangan dan pembinaan koleksi, pengolahan bahan pustaka, pengelolaan dan pelestarian bahan pustaka, pelayanan bahan pustaka dan informasi serta pelayanan dan bimbingan pengunjung.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa fungsi perpustakaan khusus
adalah mengembangkan koleksi, mengelola, menyimpan, menjadi focal point,
menjadi pusat referral, menyelenggarakan pendidikan pengguna,
menyelenggarakan kegiatan literasi informasi, melestarikan materi perpustakaan,
kerjasama antar perpustakaan, menyelenggarakan otomasi perpustakaan,
melaksanakan digitalisasi materi perpustakaan, menyajikan layanan koleksi
digital, dan menyediakan akses informasi pada tingkat lokal, nasional, regional
dan global.
2.1.5 Tugas Perpustakaan Khusus
Keberadaan suatu perpustakaan memiliki tugas dan fungsi yang harus
dilaksanakan, sesuai dengan tujuan perpustakaan tersebut. Ada tiga bagian tugas
perpustakaan secara garis besar menurut Sutarno yang disitir oleh Suwarno (2009,
41-42), yaitu:
1. Menghimpun informasi, meliputi kegiatan mencari, menyeleksi, mengisi perpustakaan dengan sumber informasi yang memadai/lengkap baik arti jumlah, jenis, maupun mutu yang disesuaikan dengan kebijakan organisasi, ketersediaan dana, dan keinginan pemakai secara mutakhir.
11 Sedangkan kegiatan mengelola dalam pengertian merawat adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka preservasi dan konservasi untuk menjaga nilai-nilai sejarah dan dokumentasi.
3. Memberdayakan dan memberikan layanan secara optimal. Perpustakaan sebagai pusat informasi yang menyimpan berbagai ilmu pengetahuan, memberikan layanan informasi yang ada untuk diberdayakan kepada masyarakat pengguna, sehingga perpustakaan menjadi agen perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi, teknologi dan budaya budaya masyarakat. Termasuk dalam tugas ini adalah upaya promosi dan publikasi serta sosialisasi agar masyarakat pengguna mengetahui dengan jelas apa yang ada dan dapat dimanfaatkan dari perpustakaan.
Namun perpustakaan khusus berbeda tugasnya dari kebanyakan
perpustakaan, seperti yang dijelaskan oleh Yusuf (2010, 24) bahwa:
Tugas dari perpustakaan khusus adalah mengelola sumber informasi khusus yang sesuai dengan program-program lembaga induknya. Segala informasi dari jenis media apapun, berupa cetakan atau bahan dari bukan hasil cetakan, termasuk didalamnya media elektronik, khususnya yang banyak mendukung kebutuhan-kebutuhan khusus lembaga, selalu diupayakan pengadaannya untuk kemudian diolah dan dimanfaatkan (dilayankan) kepada para peneliti di lingkungan lembaga yang
bersangkutan.
Sedangkan dalam buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan
Khusus (2006, 7), tugas perpustakaan khusus adalah:
Melakukan kegiatan pengumpulan/pengadaan, pengolahan, penyimpanan dan pendayagunaan bahan pustaka bidang ilmu pengetahuan tertentu untuk memenuhi misi lembaga yang harus diemban dalam rangka mendukung organisasi induknya dan masyarakat yang berminat mengkaji/mempelajari disiplin ilmu bidang yang menjadi misi perpustakaan tersebut.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa tugas perpustakaan khusus
adalah mengumpul, mengelola, menyimpan, dan pendayagunaan bahan pustaka
12 2.1.6 Koleksi dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan Khusus
Koleksi perpustakaan merupakan salah satu faktor utama yang
menentukan kriteria dan jenis suatu perpustakaan. Pada perpustakaan khusus
koleksi yang disediakan relatif terbatas karena koleksi perpustakaan hanya yang
berhubungan dengan misi lembaga bersangkutan.
Menurut Sutarno (2006, 39) “koleksi yang ada di perpustakaan khusus
walaupun terbatas, biasanya terdapat sejumlah tambahan lainnya yang berisi
hiburan dan pengetahuan umum, seperti majalah dan surat kabar”. Sedangkan
dalam buku Standar Perpustakaan Khusus (2002, 2) koleksi perpustakaan adalah:
Semua bahan pustaka baik dalam bentuk buku, film, majalah, dan sejenisnya yang dikumpulkandan diproses berdasarkan aturan tertentu untuk disajikan dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi pengguna, mencakup koleksi umum, koleksi referensi dan koleksi inti. Koleksi umum dalam hal ini diperuntukkan bagi pemakai perpustakaan tidak terbatas bagi kalangan sendiri, tetapi juga dapat digunakan oleh pemakai dari lembaga/organisasi/perorangan yang bergerak dalam bidang yang sama. Koleksi umum ini meliputi monografi, majalah dan jurnal yang dilayankan dalam bentuk akses terbuka. Sedangkan koleksi referensi mencakup eksiklopedia, kamus, literatur kelabu (tesis, disertasi, laporan hasil penelitian, statistik) yang dengan berbagai pertimbangan dalam hal kelangkaan atau cakupan yang sangat spesifik dilayankan dalam bentuk akses tertutup. Selanjutnya koleksi inti yang merupakan koleksi utama perpustakaan yang digunakan untuk mendukung misi organisasi/instansi induk perpustakaan.
Menurut Hasugian (2009, 82) koleksi “perpustakaan khusus terbatas
dalam keanekaragaman koleksinya yaitu hanya menyediakan koleksi yang khusus
berkaitan dengan misi dan tujuan dari organisasi atau lembaga yang memilikinya,
biasanya hanya memberikan pelayanan khusus kepada staf organisasi atau
13 Ada beberapa koleksi dasar yang menjadi acuan dan pertimbangan
perpustakaan khusus dalam pengembangan koleksinya. Adapun koleksi dasar
tersebut dijelaskan dalam buku Panduan Badan Standarisasi Nasional (2009, 3)
adalah sebagai berikut:
1. Perpustakaan khusus instansi pemerintah memiliki koleksi buku sekurang-kurangnya 1.000 judul dalam bidang kekhususannya.
2. Sekurang-kurangnya 80% koleksinya terdiri dari subjek/disiplin ilmu tententu sesuai dengan kebutuhan instansi induknya.
3. Perpustakaan menyediakan koleksi terbitan dari dan tentang instansi induknya.
4. Perpustakaan melanggan minimal 10 judul majalah yang berkaitan dengan kekhususan instansi induknya.
Selain pengembangan koleksi dasar yang harus diperhatikan
pengembangan/pengadaan koleksi juga penting diperhatikan agar terjaga
ketersediaan dan kemutakhirannya. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan/pengadaan koleksi yang dijelaskan dalam buku Pedoman Umum
Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus (2006, 19-22):
1. Sumber/alat seleksi
Untuk mendukung proses pemilihan bahan pustaka secara baik dan optimal, perpustakaan perlu memupuk alat bantu seleksi bahan pustaka seperti katalog penerbit, bibliografi nasional, maupun manca Negara (minsal books in print), bibliorafi subyek, daftar tambahan koleksi (accession list) perpustakaan lain, timbangan/resensi buku, catalog penerbit, daftar majalah terbit di dalam negeri maupun diluar negeri dan usulan dari pimpinan atau pengguna perpustakaan. Sumber/alat bantu seleksi tersebut harus selalu diperbaharui atau mutakhir. Judul-judul buku terpilih dipindahkan dalam lembar/kartu isian yang disebut desiderata atau selanjutnya disimpan menurut tata penjajaran tertentu. 2. Tim seleksi bahan pustaka
14 3. Kebijakan pemilihan bahan pustaka
Langkah awal dari pengadaan koleksi adalah melakukan pemilihanatau seleksi. Dalam melakukan pemilihan hendaknya perpustakaan mempunyai kebijaksaan tertulis. Kebijaksaan ini dalam kurun waktu tertentu selalu disempurnakan yang dituangkan dalam bentuk kebijaksanaan umum dan program perpustakaan sesuai dengan perkembangan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. Pemilihan dilakukan dengan cermat berdasarkan skala prioritas dan kemampuan perpustakaan oleh pihak yang diberi wewenang memilih bahan pustaka.
b. Pengadaan bahan pustaka disesuaikan dengan misi dan program-program perpustakaan.
c. Komposisi cakupan subyek dan jenis koleksi hendaknya proporsional dan diupayakan mencukupi kebutuhan dan memuaskan penggunanya (internal atau target pelayanan).
d. Bahan pustaka yang diusahakan hendaknya dipilih yang mutakhir atau edisi terakhir.
e. Pemilihan bahan pustaka didasarkan atas azas manfaat dan efisiensi 4. Pengadaan bahan pustaka
Dalam rangka pengadaan bahan pustaka, perpustakaan perlu membina hubungan kerja dengan berbagai mitra kerja agar perpustakaan memperoleh informasi yang selalu mutakhir dan cepat. Untuk mengurangi kesalahan dan kegagalan dalam pengadaan perpustakaan sebelumnya perlu mencatat dengan benar tentang data bibliografi bahan pustaka dan melakukan verifikasi pada katalog perpustakaan, kartu desiderata, daftar bahan pustaka yang sedang dalam proses pembelian dan daftar bahan pustaka yang sedang diolah.
Pengadaan bahan pustaka dapat dilakukan berbagai cara, yaitu:
a. Pembelian meliputi: pembelian langsung atau pemesanan kepada penerbit toko buku, atau agen, baik pemesanan secara tetap (standing order) atau sesuai kebutuhan.
b. Tukar menukar biasanya dilakukan dengan perpustakaan atau lembaga lain. Untuk melakukan cara ini perpustakaan harus mempunyai bahan pustaka yang dapat dipertukar-kan, seperti terbitan perpustakaan, terbitan institusi induk, atau diambil dari koleksi yang jumlah kopinya berlebih.
c. Hadiah dari lembaga lain: penambhan melalui cara ini lebih ekonomis, namun sering tidak sesuai dengan kebutuhan dan bahkan kadang-kadang sudah kadaluwarsa. Karena itu perpustakaan harus selektif secara ketat agar tidak terjadi peledakan koleksi tidur.
15 e. Terbitan sendiri: perpustakaan hendaknya menghimpun semua
bahan pustaka seperti majalah, buku, brosur, laporan direktori, yang diterbitkan baik oleh perpustakaan atau lembaga.
Yang perlu diperhatikan dalam pengadaan bahan pustaka adalah: 1) Buku pustaka sejenis
Pembelian bahan pustaka jenis ini dapat dilakukan langsung ke toko buku secara kontan. Apabila buku tersebut tidak ada di pasar, perpustakaan dapat memesan langsung ke penerbit dan membayar di muka sesuai tagihan yang diterima. Pengadaan dengan sistem ini disarankan dalam jumlah tertentu (sistem paket/ tidak satu per satu) agar lebih ekonomis.
2) Majalah dan terbitan berkala lainnya
Pengadaan bahan pustaka jenis ini biasanya dilakukan dalam bentuk anggaran untuk periode tertentu. Pengadaannya dapat dilakukan langsung ke penerbit atau melalui agenan.
3) Media elektronik CD-ROM (Compact Disk Read Only Memory)
Media ini pengadaannya agak berbeda dengan bahan pustaka tercetak. Pengadaan CD-ROM dilakukan baik dengan cara langganan (untuk pembaharuan) atau cara beli (untuk sekali terbit).
4) Bahan pustaka khusus (film, mikrofis/film, A/V, standar, paten, terbitan pemerintah atau badan internasional, dll). Pengadaan bahan pustaka jenis ini biasanya dilakukan langsung ke penerbit atau perpustakaan yang bersangkutan.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa koleksi perpustakaan khusus
harus memiliki koleksi dalam bidang kekhususannya yang sesuai dengan
kebutuhan lembaga induknya.
2.1.7 Layanan Perpustakaan Khusus
Layanan yang ada di perpustakaan merupakan kegiatan utama untuk
mendorong pemanfaatan koleksi di perpustakaan. Ada beberapa jenis layanan
menurut Lasa (2002, 101) “dimana jenis-jenis layanan informasi harus
diselenggarakan oleh suatu perpustakaan sesuai kemampuan antara lain dalam
bentuk pelayanan sirkulasi, pelayanan referensi, penelusuran literatur, pelayanan
16 Sedangkan Sutarno (2006, 73) menyatakan bahwa:
Layanan yang ada di perpustakaan meliputi: sirkulasi (peminjaman/pengembalian), keanggotaan, referensi, bimbingan dan penyuluhan kepada pemakai, layanan pembaca, layanan unit perpustakaan keliling, layanan ekstensi, penelitian, layanan lain yang mungkin dilakukan, dan pendidikan pemakai. Jadi, pelayanan yang ada di perpustakaan tergantung dari jenis perpustakaan dalam melayani masyarakat yang dilayaninya. Seperti di perpustakaan khusus, layanan yang disediakannya harus dapat memberikan nilai lebih kepada pengguna dan organisasi/badan induk yang membawahinya.
Menurut Kusmayadi (2006, 51) layanan pada perpustakaan khusus adalah:
Layanan lebih bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi para pengguna di lembaga induknya, menyimpan dan menemukan kembali informasi serta penyebarkan secara cepat dan tepat kepada para staf, dan membantu pimpinan memperoleh bahan untuk pengambilan keputusan.
Dalam menerapkan sistem layanan, menurut Surachman (2005, 3):
Kebanyakan perpustakaan khusus menerapkan sistem terbuka dengan akses terbatas. Hal ini untuk lebih memberikan peluang kepada penggunaan yang lebih luas namun tetap terkontrol. Terbuka artinya siapapun dapat memanfaatkan koleksi yang ada, sedangkan akses terbatas adalah pengaturan terhadap proses pemanfaatan koleksi seperti fasilitas pinjam, fasilitas baca, fotokopi, dan sebagainya.
Sedangkan dalam buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan
Khusus (2006, 34), sistem layanan bahan pustaka dapat dilaksanakan dengan
sistem layanan terbuka atau sistem layanan tertutup, yaitu:
1. Layanan tebuka
Sistem ini memberikan kebebasan kepada pengguna perpustakaan untuk memilih dan mengambil sendiri bahan pustaka yang diinginkan dari ruang koleksi.
2. Layanan tertutup
17 Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa layanan yang ada di
perpustakaan khusus meliputi, layanan sirkulasi, layanan referensi, penelusuran
literatur, layanan informasi terseleksi, bimbingan pemakai, layanan audio visual.
Layanan tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna di
lembaga induknya baik menggunakan sistem terbuka maupun tertutup, tergantung
kebijakan dari lembaga induknya.
2.2 Peran Perpustakaan Khusus
Peran perpustakaan khusus adalah sebagai tempat untuk menyediakan
informasi sesuai kebutuhan di lingkungannya. Menurut Sutoyo (2001, 194)
“perpustakaan khusus berperan penting di lembaganya yang berkaitan dengan
kebutuhan informasi untuk mendukung lembaga induknya, serta perpustakaan
khusus mempunyai sumber informasi yang penting dan di dalam subyek khusus”.
Sedangkan Andriani (2010, 84) menyatakan bahwa peran perpustakaan khusus
adalah “untuk memenuhi kebutuhan bahan pustaka/informasi di lingkungannya
dalam rangka mendukung pengembangan dan peningkatan lembaga maupun
kemampuan sumber daya manusia.”
Pendapat lain Rufaidah (2009, 13-14) menyatakan bahwa “perpustakaan
khusus berperan penting dalam kegiatan penyediaan dan penyebaran informasi
hasil-hasil penelitian dan pengkajian serta informasi ilmiah kepada peneliti,
penyuluh, para pembuat kebijakan dan pengguna lainnya”.
Sedangkan menurut Anang (2013, 7):
18 Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan khusus berperan
sebagai: (1) pusat sumber informasi, (2) penyedia informasi (3) dan media
penyebaran informasi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan penggunanya
akan informasi dan dapat mendukung kegiatan lembaga induknya.
2.2.1 Peran Perpustakaan Sebagai Pusat Sumber Informasi
Peran perpustakaan sebagai pusat informasi menjadi bahan rujukan bagi
pengguna di lingkungannya. Menurut Fadhilah (2013,1) “perpustakaan memiliki
peranan penting dalam memberikan suatu informasi. Hal ini dikarenakan suatu
perpustakaan memiliki koleksi tidak hanya satu, bisa ratusan, bahkan ribuan yang
didalamnya terdapat berbagai jenis buku.” Sedangkan Anang (2013, 7)
menyatakan bahwa:
Perpustakaan khusus juga berperan dalam membangun koleksi yang menjadi kebutuhan informasi instansi dimana perpustakaan bernaung. Terdapat dua aspek dalam membangun koleksi perpustakaan: (1) Pembentukan koleksi inti, sumber referensi, literatur dari bidang subjek (2) Sebuah program yang dijalankan secara berkelanjutan berupa survei terhadap terbitan-terbitan mutakhir untuk seleksi dan pengadaan.
Menurut Clair yang dikutip oleh Lestari (2009, 12) peran perpustakaan
khusus sebagai pusat informasi adalah:
Mempertemukan kebutuhan-kebutuhan infomasi dari pemakainya yang dalam hal ini adalah para staf/karyawan dengan sumber-sumber yang dikehendaki. Selain itu perpustakaan khusus instansi atau lembaga harus dapat mendukung tujuan lembaga induknya apabila perpustakaan tersebut merupakan badan bawahan.
Sedangkan menurut Tambunan (2013, 31) “perpustakaan khusus akan
memberikan informasi secara aktif kepada pemakai yang memungkinkan mereka
19 Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa peran perpustakaan sebagai pusat
informasi adalah menyediakan kebutuhan pengguna akan informasi, sesuai
dengan bidang kekhususannya. Dalam penyedia informasi harus ada koleksi inti,
sumber referensi dan literature dari bidang subjek agar dapat mendukung tujuan
lembaga induknya.
2.2.2 Peran Perpustakaan Sebagai Penyedia Informasi
Menyediakan informasi merupakan peranan penting dari perpustakaan
khusus dalam memenuhi kebutuhan informasi penggunanya. Menurut Igna (2012)
peran perpustakaan khusus sebagai “penyediaan informasi adalah bertujuan untuk
memperlancarkan tugas lembaga induk yang menaunginya”. Sedangkan menurut
Sutarsyah (2009, 1) “perpustakaan sebagai salah satu penyedia informasi harus
berjalan seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi,
serta informasi kebutuhan pengguna”. Selanjutnya Sutarsyah (2009, 1)
menyatakan bahwa:
Peran perpustakaan khusus sebagai penyedia informasi dituntut dengan kebutuhan pengguna yang serba cepat dan cenderung selalu ingin lebih mudah untuk mendapatkan informasi sehingga berdampak kepada layanan informasi di perpustakaan dari media tercetak ke media elektronik dengan jaringan komunikasi sebagai sumber daya pendukung yang dapat mempercepat dan memudahkan distribusi informasi.
Sedangkan menurut Suryantini (2007, 26) peran perpustakaan khusus
“perlu didukung tenaga pengelola dan fasilitas yang memadai untuk
memberdayakan koleksi dan informasi yang dimiliki, termasuk pemanfaatan
sumber informasi yang diperoleh melalui jaringan informasi.” Sedangkan menurut
20 yang mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan pengguna dalam cakupan
misi dan visi lembaga induknya”.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa peran perpustakaan sebagai
penyedia informasi merupakan sarana untuk memperlancarkan tugas lembaga
induknya. Dalam penyedia informasi tersebut perlu didukung tenaga pengelola
perpustakaan dan fasilitas yang memadai untuk mendapatkan informasi secara
cepat dan akurat.
2.2.3 Peran Perpustakaan Sebagai Media Penyebaran Informasi
Peran perpustakaan sebagai media penyebaran informasi adalah sebagai
penyalur antara informasi dengan penggunanya, sebab berbagai sumber informasi
yang ada di perpustakaan yang dapat disebarkan kepada penggunanya, dengan
tujuan agar dapat membantu memperlancar kegiatan di lingkungannya. Menurut
Sutarsyah (2009, 2) peran perpustakaan khusus sebagai media penyebaran
informasi:
Dapat memanfaatkan internet sebagai sarana pendukung dan fasilitas web yang memungkinkan informasi yang dimiliki dapat diakses banyak orang dan dalam cakupan yang luas. Dengan fasilitas internet memungkinkan pengguna memperoleh informasi secara cepat dan akurat sehingga pertukaran pengetahuan dapat berjalan dengan cepat, hal ini dapat meningkatkan kinerja organisasi.
Sedangkan menurut Surachman (2003, 3) perpustakaan dapat memanfaat
“teknologi yang memberikan kepada pengguna untuk memperoleh informasi lebih
luas, cepat, tepat, dan up to date, misalnya melalui fasilitas internet, database
21 Pendapat lain Agussyafii (2004, 2) menyatakan bahwa:
Peranan perpustakaan sebagai mediator, perpustakaan dituntut untuk menyediakan hubungan-hubungan dengan para ahli atau pun pusat informasi dengan cara mencari, mengumpulkan, bekerja sama, baik secara gratis maupun berlangganan pangkalan data yang sesuai agar dapat diakses oleh pengguna dari mana saja dan kapan saja secara fleksibel.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa peran perpustakaan khusus
sebagai media penyebaran informasi dapat memanfaatkan teknologi, seperti
internet, database online, dan media compact disk, serta menjalin hubungan
dengan para ahli, pusat informasi untuk mencari, mengumpulkan, dan bekerja
sama. Hal tersebut bertujuan agar pengguna dapat memperoleh informasi lebih
luas, cepat, tepat, dan up to date.
2.3 Kebutuhan Informasi
Informasi menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari diri
seseorang, sebab kebutuhan informasi merupakan rangsangan dari dalam diri
manusia untuk mengerjakan/menyelesaikan kegiatannya sesuai dengan
tujuan-tujuan tertentu.
Menurut Voight yang dikutip oleh Lestari (2009, 20) bahwa seseorang
membutuhkan informasi pada saat:
1. Memerlukan informasi terbaru untuk bidang tertentu atau bidang yang berhubungan.
2. Melakukan pekerjaan sehari-hari yang membutuhkan informasi faktual, seperti gambar, metode dan rancangan.
22 Sedangkan menurut Tan yang dikutip oleh Yusuf (2010, 82-83) kebutuhan
akan informasi setiap individu berbeda-beda sesuai dengan latar belakang
pencarian informasi, maka dapat dikemukakan kebutuhan informasi, sebagai
berikut:
1. Kebutuhan Kognitif
Kebutuhan ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat atau menambah informasi, pengetahuan dan pemahaman seseorang akan lingkungannya. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk memahami dan menguasai lingkungannya. Hal ini memang benar bahwa orang menurut pandangan psikologi kognitif mempunyai kecenderungan untuk mengerti dan menguasai lingkungannya. Di samping itu, kebutuhan ini juga dapat memberi kepuasaan atas hasrat keingintahuan dan penyelidikan seseorang
2. Kebutuhan Afektif
Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan estetis, hal yang dapat menyenangkan, dan pengalaman-pengalaman emosional. Berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik, sering dijadikan alat untuk mengejar kesenangan dan hiburan. Minsalnya, Orang membeli radio, televisi, menonton film, dan membaca buku-buku bacaan ringan. Tiada lain mereka bertujuan untuk mencari hiburan. 3. Kebutuhan Integrasi Personal (Personal Integrative Needs).
Kebutuhan ini sering dikaitkan dengan penguatan kreadibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu. Kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang mencari harga diri.
4. Kebutuhan Integrasi Sosial
Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan hubungan dengan keluarga, teman, dan orang lain di dunia. Kebutuhan ini didasarkan oleh hasrat seseorang untuk bergabung atau berkelompok dengan orang lain. 5. Kebutuhan Berkhayal
Kebutuhan ini dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari hiburan dan pengalihan (diversion).
Sedangkan menurut Prawati (2003, 27) “kebutuhan pengguna akan
informasi berbeda-beda sesuai dengan latar belakang pencarian informasi, antara
lain untuk meningkatkan pengetahuan, mengikuti perkembangan baru,
mendukung dan merencanakan penelitian, mengajar, manajemen, serta sitasi
23 Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan memegang
peranan penting dalam rangka menyajikan dan memenuhi kebutuhan informasi
bagi pengguna, sehingga perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan informasi yang
dibutuhkan pengguna. Kebutuhan pengguna akan informasi juga merupakan
tuntutan bagi perpustakaan dalam menyediakan koleksi sesuai tugas dan kegiatan
penggunanya.
2.3.2 Jenis Informasi
Informasi memiliki jenis yang beraneka ragam. Menurut Purwono (2010,
25) Ada 4 jenis informasi yaitu:
1. Informasi ilmiah, berasal dari para peneliti ditujukan kepada peneliti lain.
2. Informasi profesional, merupakan informasi berasal dari dan untuk pelaksan, pimpinan, dan pendidik. Sifatnya praktis, cepat digunakan, kebanyakan disebarluaskan dalam bidang tertentu.
3. Informasi komunitas, ditujukan pada tokoh masyarakat, pembentuk undang- undang dan media massa.
4. Informasi individu, ditujukan kepada individu untuk kepentingan individu dan perubahan sikap individu.
Sedangkan Arifin (2014) mengemukakan bahwa “jenis informasi
perpustakaan khusus pada umumnya adalah berupa jurnal-jurnal penelitian dan
laporan hasil penelitian”. Selanjutnya Arifin (2014) mengemukakan bahwa
informasi yang mutakhir dan spesifik biasanya terdapat pada:
1. Karya tulis
2. Rekaman, berupa majalah atau jurnal ilmiah 3. Karya laporan hasil seminar
4. Proseding 5. Lokakarya
24 Pendapat lain dikemukakan oleh Yuyum yang dikutip oleh Putri (2013,
15) menyatakan bahwa jenis informasi yang terdapat di perpustakaan khusus
adalah:
Semua hasil karya tulis, karya cetak (printed materials), dan karya rekam (non printed materials) yang dikumpulkan dan diproses berdasarkan aturan tertentu untuk dilayankan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna, dan dikembangkan sesuai dengan kepentingan pengguna dengan memperhatikan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Pengertian tersebut juga dijelaskan dalam Peraturan Jaksa Agung Republik
Indonesia No. 38 tahun 2011 pasal 1 ayat 7 bahwa informasi perpustakaan khusus
adalah “semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak, karya rekam,
dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan yang dihimpun, diolah
dan dilayankan.”
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa jenis informasi perpustakaan
khusus terdapat beraneka ragam jenisnya, diantaranya adalah informasi ilmiah,
informasi profesional, informasi komunitas, informasi individu, informasi tertulis,
informasi tercetak, dan informasi terekam.
2.3.3Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan informasi
seseorang, salah satu diantaranya adalah jenis pekerjaan. Menurut Nicholas yang
dikutip oleh Ishak (2006, 93), ada lima faktor yang mempengaruhi kebutuhan
informasi, yaitu:
a) Jenis pekerjaan
25 motivasi dan kemauan menerima informasi dari teman, kolega dan atasan.
c) Akses, yaitu menelusur informasi secara internal (di dalam organisasi) atau eksternal (di luar organisasi)
d)Sumber daya teknologi yang digunakan untuk mencari informasi.
Sedangkan menurut Pannen yang dikutip oleh Ishak (2006, 93) bahwa
“yang paling umum mempengaruhi kebutuhan informasi adalah pekerjaan,
termasuk kegiatan profesi, disiplin ilmu yang diminati, kebiasaan, dan lingkungan
pekerjaan”. Hal yang sama juga dijelaskan oleh Wilson yang dikutip oleh Ishak
(2006, 93) bahwa “kebutuhan informasi berkaitan erat dengan masalah yang
dihadapi, kesenjangan atau ketidakberdayaan seseorang dalam mendapatkan
informasi.”
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi
kebutuhan informasi pada umumnya adalah jenis pekerjaan, disiplin ilmu yang
diminati, kebiasaan, dan lingkungan.
2.3.4 Sumber-sumber Informasi
Perpustakaan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi bagi
pengguna perpustakaan. Menurut Yusup yang dikutip oleh Hasanah (2008, 12)
sumber informasi adalah “segala macam informasi yang secara khusus bisa
diawasi, dikendalikan, diolah, dan dikelola untuk kepentingan umat manusia,
yaitu informasi terekam, yang bisa diperoleh di perpustakaan dan segala jenisnya,
baik informasi bersifat ilmiah maupun non ilmiah.”
Sedangkan menurut Arifin (2014) sumber-sumber informasi yang ada pada
perpustakaan khusus adalah:
26 sebagai peneliti dan pengembang ilmu. Meskipun dimungkinkan pula adanya koleksi sumber informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan, minsalnya apabila seseorang ingin mencari informasi secara lengkap dan terinci sayap berputar pada helicopter, maka dia harus mendatangi perpustakaan khusus tentang kedirgantaraan. Di Indonesia, tentu sumber-sumber informasi ini banyak tersedia di perpustakaan yang berada di bawah naungan Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), yakni pusat dokumentasi dan informasi IPTN. Demikian pula perpustakaan bidang geologi, pertambangan, akan banyak menyediakan informasi secara mendalam bidang-bidang yang menyangkut geologi atau pertambangan dan aspek-aspek yang berkaitan.
Selanjutnya Arifin (2014) mengemukakan bahwa:
Segala fasilitas sumber informasi perpustakaan khusus dapat dimanfaatkan oleh anggota masyarakat di luar lembaga tersebut, karena sebagaimana sudah kita ketahui bersama, bahwa perpustakaan merupakan lembaga yang bersifat sosial, termasuk perpustakaan khusus sekalipun, dalam arti milik orang banyak, dan dimanfaatkan oleh orang banyak. Akan tetapi cakupan bidang informasinya khusus, biasanya masyarakat luas jarang yang memanfaatkan jenis perpustakaan khusus ini, kebanyakan yang memanfaatkannya adalah para peneliti dan manager di lingkungan lembaga yang mengindukinya, karena memang informasi yang dikelolanya sangat berguna dalam bidang penelitian, pengembangan, dan juga sebagai bahan dalam pengambilan keputusan.
Menurut Ardiyanti (2014, 1) “sumber informasi itu dapat termuat dalam
berbagai bentuk, baik informasi yang termuat dalam buku, audiovisual maupun
bentuk yang lainnya.” Sedangkan menurut Katz yang dikutip oleh Adriani (2011,
81) “jurnal/majalah ilmiah merupakan sumber informasi untuk teori baru,
penemuan baru, dan materi popular.” Menurut Suryantini (2007, 1) “sumber
informasi yang tersedia di perpustakaan khusus, baik yang dihasilkan oleh unit
kerja yang bersangkutan, yang diterima dari instansi lain maupun hasil pembelian
perlu dikelola dengan baik agar selalu siap saat dibutuhkan.”
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa sumber informasi perpustakaan
27 baik dalam bentuk tercetak maupun audiovisual. Peran perpustakaan sebagai pusat
sumber informasi, penyedia informasi dan media penyebaran informasi pada
perpustakaan khusus harus sesuai dengan kebutuhan pengguna di lingkungannya,
serta, perlu mengelola sumber-sumber informasi dengan baik agar sistem temu
28 BAB III
METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Azwar (2004, 6) “penelitian
deskriptif dilakukan dengan menganalisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu
menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah
dipahami dan disimpulkan.” Sedangkan pendekatan kuantitatif menurut Soeyono
yang dikutip oleh Soewadji (2012, 50) merupakan “jenis penelitian yang
didasarkan atas perhitungan persentase, rata-rata, Ci kuadrat, dan perhitungan
statistik lainnya.”
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Wilayah Sumatera Utara Medan yang berada di jalan Putri Hijau
No. 4 Medan 20111, Indonesia.
3.3Populasi dan Sampel
Untuk memudahkan dalam penelitian ini, maka penulis menetapkan
populasi penelitian. Menurut Sugiyono (2013, 90) “populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
29 pegawai/pengguna yang terdaftar sebagai anggota Perpustakaan
KEMENKUMHAM yaitu berjumlah 136 orang.
Sampel adalah bagian dari populasi untuk dijadikan subjek dan objek
penelitian. Menurut Arikunto (2006, 131) “sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti.” Untuk menentukan sampel, penulis membatasi jumlah
populasi untuk dijadikan sampel sebab jumlah populasi penelitian yang besar.
Menurut Slovin yang dikutip oleh Sevilla (1993, 161) untuk mengetahui
banyaknya sampel yang akan diteliti maka dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
n = N 1 + Ne 2
Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = taraf kesalahan sebesar 10 %
Sesuai dengan rumus diatas, maka sampel penelitian ini adalah:
n = N 1 + Ne 2
n = 136
1 + 136 (0,1) 2
n = 136
1 + 136 (0,01)
n = 136
2,36
n = 57,62
30 Berdasarkan perhitungan tersebut maka yang menjadi sampel mewakili pengguna
perpustakaan berjumlah 58 orang. Untuk menentukan respoden dari sampel
pengguna tersebut, penulis menggunakan teknik sampling secara stratified
random sampling. Menurut Arikunto (2005, 96) “sampling berstrata atau
sampling bertingkat (stratified sampling), digunakan oleh peneliti apabila di
dalam populasi terdapat kelompok-kelompok subjek dan antara satu kelompok
dengan kelompok yang lain tampak adanya strata atau tingkatan.”
Tabel 3.1 Penghitungan Jumlah Sampel Berdasarkan Strata
No Pengguna Sub Sampel Sampel
1 Devisi Keimigrisian a.Kepala Devisi : 1 orang b.Kepala Bidang : 6 orang c.Pegawai : 15 orang
22 22
136x 58 = 9
2 Devisi Pemasyarakatan a.Kepala Devisi : 1 orang b.Kepala Bidang : 6 orang c.Pegawai : 23 orang
30 30
136x 58 = 13
3 Devisi Pelayanan Hukum dan HAM
4 Devisi Administrasi a.Kepala Devisi : 1 orang
3.4Data dan Sumber Data
Data dan sumber data penelitian ini adalah:
31 Data yang diperoleh dari pengguna sebagai respoden melalui kuesioner.
2. Data sekunder
Data yang mendukung data primer yang diperoleh melalui buku, jurnal,
serta dokumen lain yang berkaitan dengan penelitian.
3.5 Instrumen Penelitian
Pada hakikatnya alat pengumpulan data dalam suatu penelitian
bermacam-macam. Hal ini tergantung pada sifat penelitian yang dilakukan. Pada
penelitian ini penulis menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian.
Menurut Arikunto, (2006, 102-103) “kuesioner merupakan daftar pernyataan yang
diberikan kepada orang lain, dengan maksud orang yang diberikan kuesioner
tersebut bersedia memberikan respon”. Untuk memudahkan penyusunan
kuesioner dibuatkan kisi-kisi kuesioner. Kisi-kisi kuesioner penelitian ini dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.2 : Kisi-Kisi Kuesioner
Variabel Indikator Item Jumlah
Peran Perpustakaan
Khusus dalam Memenuhi
Kebutuhan Informasi
1. Peran perpustakaan sebagai pusat sumber informasi
2. Peran perpustakaan sebagai penyedia informasi
32 3.6 Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kuesioner yaitu, memberikan daftar pernyataan yang berkaitan dengan
masalah penelitian.
2. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data melalui berbagai literatur dan
dokumen lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.
3.7 Analisis Data
Proses analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menelaah dan
mempelajari seluruh data yang terkumpul dirangkum menjadi intisari yang terjaga
kebenarannya. Sugiyono (2013, 332) menyatakan bahwa analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami
dan dapat diinformasikan kepada orang lain. Selanjutnya data tersebut kemudian
ditabulasi dengan menyusun ke dalam tabel kemudian dihitung persentasenya
untuk selanjutnya dianalisa dan diinterprestasikan.
Untuk menghitung persentase jawaban yang diberikan responden
digunakan rumus sebagai berikut:
P = f
n x 100%
Keterangan:
P = Persentase
f = Jumlah jawaban responden
33 Untuk menafsirkan besarnya persentase yang didapatkan dari tabulasi
data, penulis menggunakan metode penafsiran Arikunto (2002, 246) sebagai
berikut:
0 % : Tidak satu pun dari responden 1-25% : Sebagian kecil dari responden 26-49% : Hampir setengah dari responden 50% : Setengah dari responden
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian, di mana data diperoleh
dari penyebaran kuesioner kepada responden penelitian di Perpustakaan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Wilayah Sumatera Utara Medan
yang berada di jalan Putri Hijau No. 4 Medan 20111, Indonesia. Jumlah
pertanyaan 11 butir yang disebarkan kepada 58 responden yang terdiri dari kepala
devisi, kepala bidang, dan pegawai yang bekerja di KEMENKUMHAM.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui peran perpustakaan KEMENKUMHAM
Wilayah Sumatera dalam pemenuhan kebutuhan pengguna akan informasi dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif terdiri dari tiga variabel, yaitu:
peran perpustakaan sebagai pusat sumber informasi, peran perpustakaan sebagai
35 4.1 Peran Perpustakaan Sebagai Pusat Sumber Informasi
Untuk mengetahui jawaban responden tentang peran perpustakaan sebagai
pusat sumber informasi, dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
4.1.1 Frekuensi Kunjungan Pengguna ke Perpustakaan
Jawaban responden tentang frekuensi kunjungan ke perpustakaan dapat
dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 : Frekuensi Kunjungan Pengguna ke Perpustakaan
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
Jumlah
Responden
F %
1 Berapa kali dalam seminggu
Bapak/Ibu, mengunjungi
perpustakaan?
a. 1-2 Kali 36 62 %
b. 3-4 Kali 12 21 %
c. 5-6 Kali 8 14 %
d. ≥ 6 Kali 2 3 %
Jumlah 58 100 %
Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa 36 (62 %) responden
mengunjungi perpustakaan sebanyak 1-2 kali dalam satu minggu. Kemudian 12
(21 %) responden mengunjungi perpustakaan sebanyak 3-4 kali dalam satu
minggu. Hanya 8 (14 %) responden yang mengunjungi perpustakaan 5-6 kali
dalam satu minggu, dan 2 (3 %) responden yang mengunjungi perpustakaan ≥ 6
kali dalam satu minggu.
Berdasarkan data di atas dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar (62
%) responden menyatakan bahwa mengunjungi perpustakaan sebanyak 1-2 kali
36 perpustakaan sebanyak 3-4 kali dalam seminggu, dan sebagian kecil (14 %)
responden yang mengunjungi perpustakaan sebanyak 5-6 (3 %) kali dalam
seminggu, serta sebagian kecil responden yang mengunjungi sebanyak ≥ 6 kali
dalam seminggu.
4.1.2Koleksi Perpustakaan dalam Memenuhi Kebutuhan Pengguna Akan Informasi
Perpustakaan KEMENKUMHAM berperan penting dalam pemenuhan
kebutuhan pengguna akan informasi di lingkungannya. Untuk mengetahui apakah
koleksi yang disediakan oleh perpustakaan memadai, dapat dilihat pada tabel 4.2
sebagai berikut:
Tabel 4.2 : Koleksi Perpustakaan dalam Memenuhi Kebutuhan Pengguna
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
Jumlah
Responden
F %
2 Apakah koleksi yang ada pada
perpustakaan KEMENKUMHAM
sudah memadai dalam memenuhi
kebutuhan informasi yang
Bapak/Ibu butuhkan?
a. Sangat memadai 6 10 %
b. Memadai 22 38 %
c. Kurang memadai 24 42 %
d. Tidak memadai 6 10 %
Jumlah 58 100
Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa 6 (10 %) responden
menyatakan bahwa koleksi yang ada pada perpustakaan KEMENKUMHAM
sangat memadai dalam memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi, 22 (38 %)
37 memadai dan 6 (10 %) responden menyatakan tidak memadai dalam pemenuhan
kebutuhan pengguna akan informasi.
Dari uraian di atas dapat diinterpretasikan bahwa hampir setengah (48 %)
responden menyatakan bahwa koleksi yang ada pada perpustakaan
KEMENKUMHAM memadai dalam memenuhi kebutuhan pengguna akan
informasi, kemudian hampir setengah (42 %) responden menyatakan bahwa
perpustakaan KEMENKUMHAM kurang memadai dalam memenuhi kebutuhan
pengguna akan informasi, dan sebagian kecil (10 %) responden menyatakan
bahwa perpustakaan KEMENKUMHAM tidak memadai dalam memenuhi
kebutuhan pengguna akan informasi.
4.1.3Penambahan Koleksi Perpustakaan
Perpustakaan menyediakan berbagai jenis koleksi yang sesuai dengan
kebutuhan pengguna di lingkungannya. Untuk mengetahui apakah dibutuhkan
penambahan koleksi pada perpustakaan KEMENKUMHAM dapat dilihat pada
tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3 : Penambahan Koleksi
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
Jumlah
Responden
F %
3 Menurut pendapat Bapak/Ibu,
apakah masih dibutuhkan
penambahan koleksi?
a. Sangat dibutuhkan 25 43 %
b. Dibutuhkan 33 57 %
c. Kurang dibutuhkan 0 0 %
d. Tidak dibutuhkan 0 0 %
38 Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa 25 (43 %) responden
menyatakan bahwa sangat dibutuhkan dilakukan penambahan koleksi pada
perpustakaan KEMENKUMHAM, 29 (50 %) responden menyatakan dibutuhkan,
4 (7 %) responden menyatakan kurang dibutuhkan, dan tidak ada responden yang
menyatakan kurang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan dalam penambahan koleksi
pada perpustakaan KEMENKUMHAM.
Dari uraian di atas dapat diinterpretasikan bahwa seluruh (100 %)
responden menyatakan bahwa dibutuhkan penambahan koleksi pada perpustakaan
KEMEMKUMHAM. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna membutuhkan
koleksi atau informasi yang mutakhir.
4.1.4Koleksi Ilmiah
Jenis koleksi yang ada pada perpustakaan khusus, salah satu diantaranya
adalah koleksi yang bersifat ilmiah untuk riset penelitian. Untuk mengetahui
apakah koleksi yang bersifat ilmiah untuk riset penelitian sudah memadai pada
perpustakaan KEMENKUMHAM dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4 : Koleksi Ilmiah
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
Jumlah
Responden
F %
4 Menurut pendapat Bapak/Ibu,
apakah koleksi yang bersifat
ilmiah untuk riset penelitian
sudah memadai?
a. Sangat memadai 1 2 %
b. Memadai 20 34 %
c. Kurang Memadai 28 48 %
d. Tidak Memadai 9 16 %
39 Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa 1 (2 %) responden
menyatakan bahwa koleksi yang bersifat ilmiah untuk riset penelitian yang ada
pada pada perpustakaan KEMENKUMHAM sangat memadai, 20 (34 %)
responden menyatakan memadai, 28 (48 %) responden menyatakan kurang
memadai, dan 9 (16 %) responden menyatakan bahwa koleksi yang bersifat ilmiah
untuk riset penelitian yang ada pada perpustakaan KEMENKUMHAM tidak
memadai.
Dari uraian di atas dapat diinterpretasikan bahwa hampir setengah (48 %)
responden menyatakan bahwa koleksi yang bersifat ilmiah untuk riset penelitian
yang ada pada perpustakaan KEMEMKUMHAM kurang memadai, dan hampir
setengah (36 %) responden menyatakan bahwa koleksi yang bersifat ilmiah untuk
riset penelitian yang ada pada perpustakaan KEMEMKUMHAM memadai, serta
sebagian kecil (16 %) responden menyatakan bahwa koleksi yang bersifat ilmiah
untuk riset penelitian yang ada pada perpustakaan KEMEMKUMHAM tidak
memadai.
4.2 Peran Perpustakaan Sebagai Penyedia Informasi
Untuk mengetahui jawaban responden tentang peran perpustakaan sebagai
penyedia informasi, dapat dilihat pada uraian sebagai berikut.
4.2.1 Koleksi Perpustakaan
Perpustakaan khusus mempunyai koleksi khusus bidang tertentu yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengguna di lingkungannya. Untuk
40 dapat membantu pengguna dalam memperlancarkan tugas lembaga induk, dapat
dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.5 : Koleksi Perpustakaan
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
Jumlah
Responden
F %
5 Apakah koleksi yang ada pada
perpustakaan
KEMENKUMHAM dapat
membantu Bapak/Ibu dalam
memperlancarkan tugas lembaga
induk?
a. Sangat membantu 7 12 %
b. Membantu 22 38 %
c. Kurang Membantu 23 40 %
d. Tidak Membantu 6 10 %
Jumlah 58 100
Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa 7 (12 %) responden
menyatakan bahwa koleksi yang ada pada perpustakaan KEMENKUMHAM
sangat membantu pengguna dalam memperlancarkan tugas lembaga induk, 22 (38
%) responden menyatakan membantu, 23 (40 %) responden menyatakan kurang
membantu, dan 6 (10 %) responden menyatakan tidak membantu.
Dari uraian di atas dapat diinterpretasikan bahwa setengah (50 %)
responden menyatakan bahwa koleksi yang ada pada perpustakaan
KEMENKUMHAM membantu pengguna dalam memperlancarkan tugas lembaga
induk, dan hampir setengah (40 %) responden menyatakan bahwa koleksi yang
ada pada perpustakaan KEMENKUMHAM kurang membantu pengguna dalam