• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNSUR PORNOGRAFI DALAM FILM HOROR INDONESIA (Analisis Isi Film “Pacar Hantu Perawan” Karya Yoyok Dumprink)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UNSUR PORNOGRAFI DALAM FILM HOROR INDONESIA (Analisis Isi Film “Pacar Hantu Perawan” Karya Yoyok Dumprink)"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

UNSUR PORNO (Analisis Isi Film “

JU FAKULTA

UNIVER

NOGRAFI DALAM FILM HOROR INDONE “Pacar Hantu Perawan” Karya Yoyok Dum

SKRIPSI

Disusun oleh : Angger Tofan Belliung

08220201

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

TAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

NESIA mprink)

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Angger Tofan Belliung

NIM : 08220201

Konsentrasi : Audio Visual

Judul Skripsi :UNSUR PORNOGRAFI DALAM FILM HOROR

INDONESIA ( Analisis Isi Pada Film Pacar Hantu Perawan Karya Yoyok Dumprink)

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

dan dinyatakan LULUS Pada Hari : Senin

Tanggal : 4 Februari 2013

Tempat : Gedung. GKB 1 Lt. 6 Ruang 607

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M.Si Dewan Penguji :

1. Farid Rusman, Drs, M.Si Penguji I ( )

2. Tri Slistyaningsih, Dr, M.Si Penguji II ( )

3. Joko Susilo, S.Sos, M.Si Penguji III ( )

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang dengan judul :

UNSUR PORNOGRAFI DALAM FILM HOROR INDONESIA (Analisis Isi Pada Film Pacar Hantu Perawan Karya Yoyok Dumprink)

Ada rasa haru dan bahagia menyelimuti hati ketika akhirnya harapan dapat tercapai. Namun penulis tidak berjuang sendirian, banyak pihak yang telah membantu untuk meraihnya. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW

2. Kepada Ayahanda Bambang Moyoretno dan Ibunda Billyanti Atmi Gunarsi yang senantiasa memberikan dukungan, mendoakan, memotivasi dengan luar biasa, sehingga terselesaikannya skripsi ini.

(4)

4. Para sahabat Azmi Dawillah, Muhammad Riwan Risab, Yanuar Fachrizal, Tio Dwi Nata, Ayu Damayanti, Desy Puspa, Suci Prima, Citra Alvin, Putu Rizky, Reza Pramudya, Maria Regina, Chris Chandra, yang sudah bersama-sama memberikan warna dalam empat tahun masa kuliah dan terimakasih atas semangat dan memori yang tak terlupakan.

5. Yang tersayang Novita Prariani dan keluarga yang telah memberikan semangat dan doa yang sangat berarti.

6. Serta kepada seluruh dosen-dosen yang pernah memberikan ilmunya kepada saya, dan pihak lain yang juga turut memberikan bantuan dan belum sempat saya sebutkan satu-persatu, semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan dengan pahala yang berlipat.

Akhir kata dengan segala kekurangan dan keterbatasan kemampuan yang ada, sehingga apabila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya serta mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki penulisan skripsi ini. Semoga dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak yang membutuhkannya.

(5)

DAFTAR ISI

Cover

Halaman Judul

Lembar Persetujuan ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Berita Acara Bimbingan Skripsi ... iii

Lembar Pernyataan Orisinalitas ... iv

MOTTO ... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

(6)

1. Manfaat Akademis ... 6

2. Manfaat Praktis …... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 7

E.1 Komunikasi Sebagai Hiburan ... 7

E.2 Film Sebagai Media Hiburan ... 8

E.3 Pornografi ... 13

E.4 Pornografi Dalam Film ... 16

F. Metode Penelitian ... 22

F.1 Metode dan Sifat Penelitian ... 22

F.2 Tipe Penelitian ... 23

F.3 Ruang Lingkup Penelitian ... 24

F.4 Unit Analisis dan Satuan Ukur Penelitian ... 25

F.5 Struktur Kategori ... 25

F.6 Sumber Data ... 27

F.7 Teknik Perolehan Data dan Analisis Data ... 27

F.8 Contoh Surat Pernyataan Koder ... 30

G. Uji Reliabilitas ... 31

(7)

B. Profil Sutradara ... 35

C. Kru Dalam Produksi Film ... 39

BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA 45 A. Penyajian Data ... 45

A.1Aktifitas Seksual ... 47

A.2 Gaya Berbusana ... 51

B. Uji Reliabilitas ... 68

BAB IV PENUTUP 78 A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

1. Saran Akademis ... 79

2. Saran Praktis ... 80

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Contoh Lembar Koding ... 28

Tabel 3.1 Tabel Frekuensi Kemunculan Unsur Pornografi Dalam Film Pacar Hantu Perawan ... 46

Tabel 3.2 Tabel Kategori Aktifitas Seksual ... 47

Tabel 3.3 Tabel Kategori Gaya Berbusana ... 52

Tabel 3.4 Tabel Frekuensi Kemunculan Aktifitas Seksual ... 63

Tabel 3.5 Tabel Frekuensi Kemunculan Gaya Berbusana ... 65

Tabel 3.6 Tabel Koding Peneliti ... 70

Tabel 3.7 Tabel Koding Koder I ... 70

Tabel 3.8 Tabel Koding Peneliti dan Koder I ... 71

Tabel 3.9 Tabel Koding Koder II ... 75

(9)

Daftar Pustaka

Kriyantono, Rahmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta : Kencana

Khoo. Ghaik Cheng, Barker, Thomas. 2011. Mau Dibawa Kemana Sinema Kita?. Jakarta: Salemba Humanika

Krippendorf, Klaus. 1991. Content Analysis : Introduction ti its Theory and

Methodology dalam Farid Wajidi, penerj, ANALISIS ISI Pengntar Teori dan Metodologi, Jakarta : Rajawali

McQuail, Denis. 2000. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Jkarta : Erlangga

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: CV Remaja Rosdakarya.

(10)

Sumber Non Buku

www.slideshare.net/Rezka.../pornografi-dan-pornoaksi-dalam-media

id.wikipedia.org/wiki/Pornografi

dunia-sinematografi.blogspot.com/

http://www.kapanlagi.com/film/indonesia/pacar-hantu-perawan-punya-pacar-tapi hantu.html diakses pada pkl 23:48tanggal 10 Januari 2013

http://filmindonesia.or.id/post/yoyok-dumprink-saya-pekerja-profesional#.Ttxl8nqcd-g

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Film merupakan gambar bergerak (visual) yang didukung dengan suara (audio) termasuk didalamnya tokoh cerita, musik, sebagai pendukung kuat. Film memiliki suatu pesan yang mampu mempersuasi penontonnya jika dikemas dengan tepat, itupun tergantung pada tema yang diangkat untuk dipertontonkan serta kepiawaian dan ketelitian sutradara untuk menggali tema dengan mendetail. Film biasa dikategorikan menurut genrenya. Kata genre sendiri berasal dari bahasa Perancis, yang berarti ‘macam’ atau ‘jenis’. Sebuah film bisa juga memiliki lebih dari satu genre. Pada intinya, bukanlah hal yang mudah untuk menentukan genre dari sebuah film. Genre film terkadang ditentukan dari subjek atau temanya. Pada beberapa kasus, genre ditentukan oleh efek emosi yang ditimbulkan oleh film tersebut. Namun tidak jarang, genre ditentukan dari ikonografi sebuah film, dimana karakter-karakter atau simbol-simbol dalam film tersebut memiliki makna-makna tertentu yang telah umum diketahui banyak orang. Berbagai macam genre film telah diproduksi menjadi film layar lebar. Salah satu genre film yang bisa membuat penontonnya menjadi ketakutan dan terkadang menjadi paranoid adalah film “horor”.

(12)

2 film horor selalu mendapat tempat tersendiri dalam masyarakat. Film bertema horor dipilih sebagai objek dalam penelitian ini karena banyak orang dari berbagai belahan dunia menggemari cerita-cerita horor. Bahkan sebagian beranggapan, bahwa semakin menyeramkan sebuah film, semakin bertambah pula daya tariknya. Para penonton mungkin harus berteriak-teriak atau bahkan mungkin bersembunyi di balik punggung rekannya sepanjang film diputar, namun para penonton pun tetap bertahan di kursi masing-masing karena rasa penasaran tumbuh seiring dengan rasa takut mereka.

Di dalam perkembangan film horor telah tercatat bahwa genre baru muncul di dalam kancah film nasional di Indonesia seperti halnya horor komedi, lalu disusul dengan genre Narrative horor dan visual horor. Horor komedi yang intinya penampilan setan yang seram tetapi bertingkah laku aneh di hadapan manusia sehingga menjadi biar tidak terlalu menakutkan, konyol, lucu, kaku, mungkin menyedihkan, barangkali dimaksudkan agar aman bila dikonsumsi oleh anak-anak dibawah umur (padahal tidak juga, anak kecil juga tetap takut). Film berjenis Narrative horor di maksudkan untuk membangkitkan rasa takut para penonton berdasarkan rumor-rumor atau mitos-mitos dari masyarakat seperi kuntilanak, sundelbolong, tuyul, jin, leak, jelangkung, dan kawan-kawannya. Konstruksi plot maupun premis ceritanya dapat di contohkan biasanya seperti seorang gadis yang mati akibat “digilir” oleh beberapa pria, setelah itu roh sang

gadis tersebut “penasaran” lalu gentayangan menjadi kuntilanak dan membunuh

(13)

kostum) dalam menakuti para penontonnya. Seperti halnya setan itu mukanya harus dibuat hancur-hancuran terkadang ada belatungnya, berpakaian lusuh kotor berlumuran darah, baunya tidak sedap, rambutnya kusut panjang panjang tidak beraturan, yang penting seram dan membuat takut penonton. Walaupun tidak tahu ini setan jenis apa, pokoknya yang mukanya jelek suka mengganggu manusia itulah setan.

(14)

4 karena kuburan tempat beristirahatnya orang yang kita cintai. Bahkan yang lebih parah ketika setan membunuh manusia, dari sini sudah ketahuan bohongnya. Seharusnya setan tidak memiliki kuasa atas nyawa manusia. Akan tetapi tetap saja digambarkan bahwa setan seolah-olah memiliki hak yang sama seperti Tuhan dalam mencabut nyawa manusia.

Semenjak Suzanna (pelaku dan penggiat film horor Indonesia) meninggal, nyaris tak ada lagi film-film horor Indonesia yang bermutu. Hampir semua, film horor Indonesia sekarang nyaris menceritakan adegan vulgar, dan bukan cerita horor yang diangkat. Mungkin hanya ada segelintir film-film horor sekarang yang benar-benar mengangkat tema horor. Itupun masih bisa kita hitung dengan hitungan jari. Film horor yang lainnya bisa ditebak, pasti dibumbui dengan adegan-adegan vulgar pemainnya. Bahkan film-film horor zaman sekarang pun, banyak memilih mengambil judul yang kadang tidak masuk akal.

(15)

yang terlaris, pendapatan daripembeli tiket bioskop dapat memberikan keuntungan yang tidak sedikit. Indonesia merupakan salah satu negara yang ‘aktif’ dalam memproduksi film horor. Tidak hanya itu, beberapa sutradara juga

melakukan beberapa adaptasi terhadap film horor luar negeri, baik dari sesama negara Asia maupun dari negara-negara barat. Akan tetapi banyak pihak yang menyatakan bahwa film horor Indonesia menurun secara kualitas. Masalahnya adalah, bumbu adegan seks yang banyak ada di film-film horor Indonesia. Malahan di sebagian film horor, unsur pornografi tidak lagi menjadi sekedar bumbu. Unsur pornografi seakan menjadi bahan dasar dalam racikan film.

Seperti pada film “ Pacar Hantu Perawan” karya Yoyok Dumprink, film ini menceritakan tentang Vicky (Vicky Vette), Mandy (Dewi Perssik), dan Misa (Misa Campo), adalah kakak beradik sekandung. Suatu hari Mandy yang sedang jenuh pergi berwisata dengan sahabat sekaligus managernya Joyce (Natha Narita), dan pacarnya Alex (Rafi Cinoun), ke sebuah hutan yang asri. Tempat itu dijuluki “Hutan Jodoh”, karena memiliki pancuran yang konon bisa memperekat jodoh.

Siapa yang pernah mandi di pancuran air itu akan cepat mendapat jodoh. Joyce sendiri merasa menemukan Alex setelah melakukan ritual mandi di tempat itu.

(16)

6 Pacar Hantu Perawan untuk diteliti dengan alasan kisah dalam cerita ini mengandung unsur pornografi. Beberapa unsur pornografi dalam film ini menggunakan komunikasi verbal maupun komunikasi nonverbal membuat peneliti tertarik untuk mengetahui bentuk - bentuk unsur pornografi dalam film ini menggunakan analisis isi. Menurut Berelson dalam Analisis Isi (Krippendorf, 1991:16) mendefinisikan analisis isi sebagai “teknik penelitian untuk

mendeskripsikan secara objektif, sistematik, dan kuantitatif isi komunikasi yang tampak”. Dengan menggunakan durasi, maka akan diketahui bentuk unsur pornografi yang paling banyak muncul dalam film Pacar Hantu Perawan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah seberapa banyak kemunculan unsur pornografi yang terdapat pada film Pacar Hantu Perawan karya Yoyok Dumprink ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengukur porsi unsur pornografi dalam film Pacar Hantu Perawan karya Yoyok Dumprink.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini memberi beberapa manfaat, antara lain yaitu :

1. Secara Akademis

(17)

dapat bermanfaat sebagai bahan referensi, di Jurusan Ilmu Komunikasi khususnya konsentrasi Audio Visual tentang kajian porno dalam film.

2. Secara Praktis

Dapat memberikan informasi tentang adanya unsur porno yang ada dan cara penyampaiannya dalam film tersebut serta sebagai bahan referensi bagi mahasiswa pecinta dunia film untuk menciptakan karya yang sarat dengan nilai sosial kemasyarakatan yang nyata terjadi dalam masyarakat.

E. TINJAUAN PUSTAKA

E.1. Komunikasi Sebagai Hiburan

Komunikasi merupakan sarana pelepas lelah baik bagi individu maupun masyarakat. Sedangkan disfungsi dari fungsi hiburan bagi masyarakat adalah public yang divert yaitu cenderung menghindari aksi-aksi sosial karena hiburan yang disajikan media menyebabkan masyarakat menjadi lebih individualistik. Sedangkan bagi individu disfungsi dari fungsi hiburan adalah meningkatkan kepasifan karena hiburan yang disajikan media cenderung membuat orang terlena, menurunkan selera akibat kecenderungan media massa menyajikan hal-hal yang disukai banyak orang, memungkinkan terjadinya pelarian yaitu upaya untuk melarikan diri dari kenyataan hidup.

(18)

8 humor, artikel humor, irama, musik, tarian, film komedi dan lain-lain. Dimana pesan-pesan yang menghibur tersebut didesain sedemikian rupa sehingga menarik dan menghibur khalayak.

E.2. Film Sebagai Media Komunikasi

Komunikasi tidak pernah terlepas dari kehidupan manusia. Adanya komunikasi membuat kita mendapatkan segala kebutuhan yang kita inginkan. Dalam komunikasi terdapat pesan yang dibutuhkan masyarakat luas. Pemenuhan kebutuhan masyarakat akan informasi terpenuhi dengan adanya media cetak dan elektronik yang termasuk dalam komunikasi massa. Dalam komunikasi massa pesan adalah milik publik, artinya pesan diterima oleh banyak orang. Fungsi komunikasi massa yang antara lain adalah memberikan informasi, mendidik, mempersuasi, serta memuaskan kebutuhan komunikasi. Salah satu media komunikasi massa adalah film.

(19)

Fungsi Industrial diartikan bahwa film juga bagian dari produksi ekonomi masyarakat. Fungsi Komunikatif diartikan bahwafilm adalah alat penyampaian atau pengiriman pesan.

Gambar gerak pertama dihasilkan oleh tangkapan sebuah kamera yang ditemukan tahun 1988 di laboratorium milik Thomas Alfa Edison. Kemudian tahun 1985, dua bersaudara Lumiere menemukan proyektor di Paris, disusul diputarnya gambar hidup yang pertama dalam teater Vaudeville. Menurut Phil Astrid (1982 : 58) esensi film adalah gambar yang bergerak. Dalam bahasa Indonesia, dahulu dikenal dengan istilah “ gambar hidup “, dan gerakan itulah

yang memberi kesan “ hidup “. Film diiringi dengan suara, bisa berupa dialog atau

musik sebagai pelengkap untuk meningkatkan kesan dari film. Dengan demikian, film merupakan suatu sarana komunikasi yang mengaktualisasi suatu kejadian untuk dinikmati pada saat tertentu oleh khalayak, seakan – akan sedang mengalami apa yang dibawakan oleh film secara nyata.

(20)

10 yang berhubungan dengan pembuatan, jasa teknik, pengeksporan, pengimporan, pengedaran, pertunjukan dan atau penayangan film (Abiyoga, 1997 : 3)

Ada beberapa jenis film untuk membedakan bentuk film, yaitu :

a. Film Dokumenter (Documentary Film)

Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan ( travelogues ) yang dibuat sekitar tahun 1890 –an. Grierson berpendapat dokumenter merupakan cara kreatif merepresentasikan realitas. Meskipun pendapatnya ini mendapat tantangan dari banyak pihak, namun tetap relevan sampai sekarang karena dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan.

Kini dokumenter menjadi sebuah tren tersendiri dalam perfilman dunia. Ini bisa dilihat dari banyaknya film dokumenter yang bisa kita saksikan melalui saluran televisi seperti program National Geographic dan Animal Planet.

b. Film Cerita Pendek (Short Films)

(21)

memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah – rumah produksi atau saluran televisi.

c. Film Cerita Panjang (FeatureLength Films)

Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90 – 100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini. Beberapa film, misalnya Dances With Wolves, bahkan berdurasi lebih 120 menit. Film–film produksi India rata–rata berdurasi hingga 180 menit.

d. Film–Film Jenis Lain

Film ini diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu berkaitan dengan kegiatan yang mereka lakukan, misal tayangan “ Usaha Anda “ di SCTV. Film ini sendiri berfungsi sebagai alat bantu presentasi.

e. Iklan Televisi (TV Commercial)

(22)

12 f. Program Televisi (TV Programme)

Program ini diproduksi untuk konsumsi pemirsa televisi. Secara umum, program televisi dibagi menjadi dua jenis yakni cerita dan noncerita. Jenis cerita terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok fiksi dan kelompok nonfiksi. Kelompok fiksi memproduksi film serial ( TV Series ), film televisi / FTV ( populer lewat saluran televisi SCTV ) dan film cerita pendek. Kelompok nonfiksi menggarap aneka program pendidikan, film dokumenter atau profil tokoh dari daerah tertentu. Sedangkan program noncerita sendiri menggarap variety show, TV quiz, talkshow, dan liputan / berita.

g. Video Klip (Music Video )

Sejatinya video klip adalah sarana bagi para produser musik untuk memasarkan produknya lewat medium televisi. Dipopulerkan pertama kali lewat saluran televisi MTV tahun 1981. Di Indonesia, video klip ini sendiri kemudian berkembang sebagai bisnis yang menggiurkan seiring dengan pertumbuhan televisi swasta. Akhirnya video klip tumbuh sebagai aliran dan industri tersendiri. Beberapa rumah produksi mantap memilih video klip menjadi bisnis utama( core business) mereka. Di Indonesia, tak kurang dari 60 video klip diproduksi tiap tahunnya (Effendy, 2004 : 11-14)

(23)

E.3. Pornografi

Pornografi pada dasarnya memberi ruang yang luas terhadap penonjolan seksualitas dan unsur erotisme. Dan pada kenyataannya yang lebih banyak menjadi objek eksploitasi dari kegiatan ini adalah perempuan. Tidak memungkiri kenyataan bahwa ada juga pria yang dijadikan objek pornografi, tapi dari presentasi dan lingkup pemasarannya tidaklah seluas dibandingkan perempuan, sehingga dapat dikatakan bahwa pornografi adalah bentuk media yang memang diciptakan dan diperuntukkan bagi kaum pria - walau tidak bisa dikatakan juga bahwa pornografi tidak menarik perhatian perempuan. Seperti yang sudah kita tahu, dimana dimana pornografi menjadi komoditas maka perempuanlah yang sebenarnya telah menjadi korban. Film-film seksi semacam ini tentunya membuka luka lama yang telah ada, dimana wajah perempuan Indonesia tidak lagi dipandang sebagai subjek namun hanya sebatas obyek yang bisa kita nikmati, penonton sudah tidak peduli dengan apa yang bisa diambil dari film tersebut entah dari pembelajaran yang ingin disampaikan ataupun seni yang hendak disalurkan pada kita, penonton seakan mulai bergeser dari motivasi mendapatkan tontonan yang membangun menuju penonton yang sekedar ingin mendapat hiburan yang dianggapnya ‘segar’ dan sayangnya kesegaran itu didapat dari sebuah komoditas yang dinamakan pornografi. Dari melihat review diatas bagaimanapun film ini seperti hendak membangkitkan kembali era ketika perfilman Indonesia didominasi produksi dengan judul-judul menggunakan kata “seks”, “gairah” dan “ranjang”, yaitu masa-masa menjelang kehancuran industri

(24)
(25)

Untuk itu perhatian ditujukan pada nilai-nilai yang terkandung dalam materi komunikasi, nilai yang dipandang merendahkan posisi perempuan. Wacana yang merendahkan posisi perempuan ini ada yang bersifat terbuka (overt) dan manifes, sehingga mudah diidentifikasi, seperti eksploitasi bagian tubuh dalam konteks seksual dan tujuan sensualitas. Sementara ada pula bersifat tertutup (covert) dan tersembunyi (latent), seperti eksploitasi kualitas tubuh perempuan seperti kecantikan, kerampingan, kulit lebih putih, dalam konteks komersialisme. Dengan demikian pornografi khususnya yang berkaitan dengan perempuan dapat diidentifikasi dari kecenderungan informasi, apakah menitik-beratkan pada bagian atau kualitas fitur (feature) tubuh, bukan pada figur (figure) personafikasi dan peran sosialnya.

Kedua, pornografi dipandang sebagai masalah sosial karena keberadaannya dalam

masyarakat. Keberadaan pornografi ikut sikap permissif dalam seks pada satu pihak, dan pada pihak lain membentuk persepsi yang mendorong berkembangnya agresi seksual. Perkosaan terhadap perempuan misalnya, meluas karena pengaruh yang ditimbulkan oleh pornografi. Ekspos tubuh telanjang perempuan dianggap telah membentuk persepsi tentang peluang yang ditawarkan oleh korban.

(26)

16 membentuk cara pandang yang khas, yang menyebabkan perempuan menerima posisinya yang termarginalisasi dalam kehidupan publik.

E.4. Pornografi Dalam Film

Memang tidak dipungkiri bahwa keberadaan pornografi dalam media merupakan salah satu bumbu tayangan, tidak terkecuali pada film horor di Indonesia. Genre-genre horor di tahun 2000-an dikenal sebagai “Horor Seksi” karena banyak menampilkan adegan-adegan syur disamping meningkatkan adrenalin penonton dengan keterkejutan dari genre horor tersebut.

Pornografi umumnya didefinisikan secara negatif, yaitu sebagai cara atau tindakan seksual yang tidak memiliki makna spiritual dan tidak berdasarkan perasaan halus, tidak memiliki konteks dengan masalah medis dan keilmuan umumnya, atau lebih jauh merupakan penggambaran dorongan erotis tidak untuk tujuan estetika. Dalam rumusan lain, pornografi dilihat sebagai obyek yang menampilkan cara atau tindakan seksual secara terbuka yang dipandang menyimpang oleh khalayak.

(27)

Dengan semakin berkembangnya teknologi komunikasi, saat ini hampir tidak ada yang bisa mengendalikan dan melakukan sensor terhadap film yang dikategorikan pornografi.

Begitu banyak masyarakat yang pro dan kontra dengan adanya hal tersebut. Semakin merajalela lah unsur pornografi dalam media film. Sebenarnya hal tersebut sangatlah berdampak besar bagi masyarakat khususnya penonton pecinta perfilman Indonesia. Mungkin satu-satunya yang bisa mengendalikan hal tersebut agar tidak terjadi dan keadaannya tidak lebih buruk adalah masyarakat atau penonton film itu sendiri yang kedepannya bisa lebih baik dan lebih berkarya yang lebih berkualitas.

(28)

18 yang tidak relevan dengan alur cerita dan sengaja hanya dimaksudkan untuk memanjakan penonton dari kalangan laki-laki. Memang ceritanya ringan, alurnya longgar tanpa akting yang menonjol dari pemain-pemainnya, tapi sayangnya seakan di semua frame yang ada yang penting banyak adegan tubuh-tubuh mulus tergolek dengan hanya terbungkus pakaian dalam. Penokohan yang ada tidak harus bagus yang penting punya tubuh yang indah, karakterisasinya absurd, dengan dialog yang asal-asalan. Pornografi seakan menjadi daya tarik utama, bukan cerita yang ada di dalamnya.

Kesenangan yang diterima penonton terjadi karena film horor Indonesia menghadirkan citraan-citraan yang tidak pernah muncul dalam film-film di luar horor. Seks atau unsur pornografi yang selama ini tidak ingin dilihat dan disajikan oleh film-film selain film horor. Horor menjadi tempat bagi hal-hal yang bersifat tabu dan terlarang yang muncul dan menjadi sesuatu yang penting. Dalam film horor, hasrat-hasrat terpendam manusia seperti halnya hasrat seksual ditampilkan secara langsung dan terbuka.

(29)

a. Pembelajaran Sosial

Teori ini fokus pada pembelajaran sosial yang dipelajari dari media dengan unsur pornografi. Khalayak cenderung belajar dan mengimitasi tindakan tertentu yang digambarkan di media sebagai dampak yang dialaminya (Bandura dalam Perse, 2008). Konten seksual merupakan hal yang relevan dan adaptif dalam keseharian khalayaknya, oleh karena itu peniruan sangat mungkin terjadi karena hal yang digambarkan merupakan sesuatu yang dekat dengan keseharian mereka. Ketika peneliti akan melakukan analisis materi-materi yang mengandung unsur pornografi yang ada di film Pacar Hantu Perawan, penggambaran cara melakukan hubungan seksual, memperlakukan wanita dan hal-hal erotis lain seperti berciuman tentu dapat merangsang penonton untuk mengadopsinya dalam keseharian mereka.

b. Perubahan Sikap

(30)

20 gairah. Jika tayangan seperti ini terus-menerus beredar dan ditonton dengan orang yang sama, bisa jadi ia akan mengalami perubahan sikap dan menganggap bahwa perempuan memang sudah semestinya diperlakukan seperti itu, dengan mengesampingkan fungsi sosial perempuan tersebut.

c. Arousal

Arousal secara psikologis dan seksual adalah reaksi umum ketika dihadapkan pada unsur pornografi di media. Arousal memfasilitasi efek dari materi seksual, karena arousal diproduksi oleh materi seksual yang mengarah pada respon intens lebih lanjut. Arousal yang dialami oleh beberapa penonton, seperti yang diamati oleh peneliti, adalah ketika adegan Mandy sedang mandi dan pakaian yang dikenakan akan menerawang jika terkena air, sehingga hampir terlihat dadanya. Adegan-adegan semacam itu cukup membuat penonton berkeringat dingin. Ada juga adegan pasangan yang sedang berciuman dengan penuh gairah dan hal itu tentu saja meningkatkan sirkulasi darah dan denyut jantung.

d. Habituation-Desensitization

(31)

ini akan kehilangan sensitivitasnya untuk menolak dan risih dengan konten berbau pornografi. Jika khalayak media menyaksikan film-film semacam Pacar Hantu Perawan dan film-film sejenisnya yang muatan pornografinya cukup besar, maka khalayak tersebut akan mati rasa (desensitization) terhadap konten pornografi standar karena terlalu sering melihatnya (habituation). Inilah yang mendorong mereka untuk bereksperimen dengan mencari film-film yang lebih menantang sehingga menimbulkan arousal.

e. Katarsis

(32)

22 Pornografi dan media seakan menjadi senyawa baru yang sukar dipisahkan dari industri. Hal ini karena begitu populernya muatan ini di benak penonton, yang juga merupakan target pasar mereka. Peredaran film-film bermuatan pornografi ini tidak dipungkiri, tentu menimbulkan dampak tersendiri bagi khalayaknya. Ramainya frame dan adegan-adegan panas pada film Pacar Hantu Perawan mengafirmasi bahwa unsur pornografi mejadi daya tarik tersendiri di film tersebut.

F. METODE PENELITIAN

F.1. Metode dan Sifat Penelitian

Menurut Berelson dan Kerlinger, analisis isi merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak (Wimmer & Dominick, 2000: 135). Sedangkan menurut Budd (1967), analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan meganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih.

Metode analisis isi yang paling awal dan yang paling sentral sering kali disebut sebagai analisis isi “tradisional”. Analisis isi diyakini sebagai metode

(33)

1. Memilih contoh (sample) atau keseluruhan isi.

2. Menetapkan kerangka teori.

3. Memilih satuan analisis.

4. Menentukan satuan ukur.

5. Mengungkap hasil sebagai distribusi menyeluruh atau percontoh dalam

hubungannya dengan frekuensi keterjadian (McQuail, 2000 : 179).

F.2. Tipe Penelitian

(34)

24 Dalam penelitian ini analisis isi diartikan sebagai prosedural pembagian yang sistematik untuk memahami isi informasi yang tercatat (recorded Krippendorf (1980) mendefinisikannya sebagai suatu teknik riset untuk memetakan secara replikatif dan membuat referensi dan membuat referensi yang sahih atas data ke dalam konteknya.

F.3. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah film Pacar Hantu Perawan karya Yoyok Dumprink yang memiliki 76 scene dan durasi 67 menit 20 detik dengan unit analisis setiap scene yang berupa dialog dan adegan yang hanya mengandung unsur pornografi.

F.4. Struktur Kategori

Bernard Berelson mengatakan bahwa analisis isi tidak bisa lebih baik dari pada kategori-kategorinya untuk menciptakan kategori-kategori tersebut.

Ada 3 hal yang perlu diperhatikan: 1) kategori harus relevan dengan tujuan studinya, 2) kategori-kategori hendaknya fungsional, 3) harus dapat dikendalikan.

(35)

1. Aktifitas Seksual

Yaitu segala tindakan yang dapat memuaskan hasrat birahi indikatornya meliputi:

- Onani

Artinya pemuasan hasrat seksual yang dilakukan oleh pria dengan melakukan gerakan-gerakan yang dapat merangsang alat vital. - Berciuman, cium leher dan bibir

Artinya suatu tindakan saling menempelkan bibir ke bibir, sampai saling menempelkan lidah sehingga dapat menimbulkan rangsangan seksual antara keduanya.

- Bersetubuh

Artinya melakukan hubungan seksual antar lawan jenis layaknya suami istri untuk menyalurkan hasrat seksualitas hingga mencapai kepuasan.

2. Gaya Berbusana

Dari cara berbusana wanita yang sensual bisa membangkitkan nafsu birahi seseorang. Indikatornya meliputi:

- Memakai pressbody

(36)

26 - Memperlihatkan bra

Artinya penutup payudara wanita, dalam film ini pemeran wanita yang mengenakan tanpa dilapisi baju.

- Memakai hotpants

Artinya celana pendek wanita dan ketat.

F.5. Unit Analisis Dan Satuan Ukur Penelitian

Unit analisis penelitian ini adalah scene baik audio dan visual dalam film yang berjudul Pacar Hantu Perawan. Dengan keseluruhan scene yang berjumlah 69 scene, dalam film yang berdurasi 67 menit, setiap scene akan dianalisis dari sisi audio dan visual yang mengandung unsur pornografi.

Satuan ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah durasi dalam satuan detik yang terdiri kategori yang terdapat dalam tiap scene.

F.6 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dengan dua cara yang meliputi telaah dokumen, yaitu data primer dan data sekunder.

(37)

b. Data sekunder : diperoleh melalui literature untuk menunjang tinjauan teoritis dan internet untuk mendapatkan informasi mengenai profil produsen film yang diteliti.

F.7 Teknik Perolehan Data Dan Analisis Data

Yang pertama dilakukan adalah melihat dan mengamati dari film Pacar Hantu Perawan dan unrtuk memperoleh data berupa akting maupun dialog yang terdapat dalam tiap scene yang mengandung unsur pornografi. Kemudian data dimasukkan ke dalam kategorisasi yang telah ditetapkan. Selanjutnya untuk mempermudah pengkategorian, maka dibuat lembar koding seperti contoh berikut :

Tabel 1.1

Lembar Coding

Kategori

Scene

Durasi

Aktifitas Seksual

Gaya Berbusana

A1

A2

A3

B1

B2

B3

A

V

A

V

A

V

A

V

A

V

A

V

(38)

28 Keterangan :

A1: onani B1: pressbody A: Audio

A2: berciuman B2: bra V: Visual

A3: bersetubuh B3: hotpants

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang dipakai penulis adalah dengan tipe statistik deskriptif menggunakan tabel frekuensi, yang tujuannya untuk membantu peneliti mengetahui bagaimana distribusi frekuensi dari data penelitian.

(39)

F.8. Contoh Surat Pernyataan Koder

SURAT PERNYATAAN KODER

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama :

Alamat :

Pendidikan :

Menyatakan telah melakukan pengkoderan atau pengkategorisasian yang digunakan untuk uji reliabilitas pada penelitian yang berjudul:

UNSUR PORNOGRAFI DALAM FILM HOROR INDONESIA

(Analisis Isi Pada Film”Pacar Hantu Perawan” Karya Yoyok Dumprink)

Oleh:

ANGGER TOFAN BELLIUNG

(08220201

Malang,

(40)

30 G. Uji Reliabilitas

Kategori dalam analisis isi merupakan instrumen pengumpul data. Fungsinya identik dengan kuesioner dalam survei. Supaya objektif, maka kategorisasi harus dijaga reliabilitasnya. Terutama untuk kategorisasi yang dibuat sendiri oleh peneliti sehingga belum memiliki standar yang telah teruji, maka sebaliknya dilakukan uji reliablitas. Salah satu uji reliabilitas yang dapat digunakan adalah berdasarkan rumus Ole R. Holsty. Di sini peneliti melakukan pretestdengan cara mengkoding sampel ke dalam kategorisasi. Kegiatan ini selain dilakukan peneliti juga dilakukan oleh seseorang yang lain yang ditunjuk peneliti sebagai pembanding atau hakim. Uji ini dikenal dengan uji antarkode. Kemudian hasil pengkodingan dibandingkan dengan menggunakan rumus Holsty, yaitu:

Reliabilitas

M : Jumlah coding yang disepakati oleh peneliti dan dua (2) orang

coder.

N1, N2 : Total jumlah coding dari coder pertama dan coder kedua.

(41)

Pi= % observed agreement - % expected agreement

1 - % expected agreement

Keterangan :

Pi = nilai keterhandalan

Observed agreement = nilai pernyataan yang disetujui antar

pengkoder yaitu nilaiCR

Expected agreement = persetujuan yang diharapkan dalam suatu

kategori yang sama nilai matematisnya,

dinyatakan dalam jumlah hasil pengukuran

dari proporsional seluruh tema.

Observed Agreement adalah persentase persetujuan yang ditemukan dari pernyataaan yang disetujui antar pengkoder (yaitu nilai CR).Expected Agreement adalah persentase persetujuan yang diharapkan, yaitu proporsi dari jumlah pesan yang dikuadratkan.

Gambar

Tabel 1.1Lembar Coding

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah agar guru matematika di SMA Negeri 1 Karangrayng dapat: Meningkatkan ketrampilan siswa kelas X SMA Negeri 1 Karangrayung dalam

Temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat (1) hubungan postif lemah dari sikap berbahasa dengan kemampuan berbahasa Indonesia, (2) hubungan positif

Nya yang melimpahsehingga saya selaku penulis dapat menyelesaikan Tugas. Akhir dengan judul MANFAAT IKLAN LAYANAN

Ayam kampung, kedu, sentul, pelung dan ras pedaging berada dalam keseimbangan Hardy-Weinberg karena X 2 hitung lebih kecil dari X 2 tabel.. Hal ini berarti

[r]

Molase dan lignosulfonat pada dosis 0,2%,  jika ditambahkan dalam adukan mortar semen, memper- Iihatkan perpanjangan waktu pengerasan dan waktu pengikatan bahan

Di dalam aplikasinya, pengolahan biologis digunakan untuk berbagai tujuan antara lain untuk menghilangkan senyawa organik yang ada di dalam air limbah, untuk proses nitrifikasi

Buku ini merupakan pendamping dalam kegiatan belajar membaca yang dilakukan anak-anak.. Silakan menggunakan buku ini