• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH DI MTS RAUDHATUL HASANAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH DI MTS RAUDHATUL HASANAH."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

RAUDHATUL HASANAH MEDAN

Oleh:

Solahuddin Al’Ayyubi Dalimunthe NIM 4103311045

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

JudulSkripsi : Penerapan Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Sistem Persamaan Linear Dua Peubah di MTs Raudhatul Hasanah Medan

Nama Mahasiswa : Solahuddin Al’Ayyubi DLMT

N I M : 4103311045

Program Studi : PendidikanMatematika

Jurusan : Matematika

Menyetujui

DosenPembimbingSkripsi,

Dr. E. Elvis Napitupulu, M.S. NIP. 1963 1225 198803 1 004

Mengetahui:

FMIPA UNIMED Jurusan Matematika

Dekan, Ketua,

Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D Dr. Edy Surya, M.Si

NIP. 19590805 198601 1 001 NIP.19671019 199203 1 003

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah

dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sistem Persamaan Linear Dua Peubah di MTs Raudhatul Hasanah”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam UNIMED.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, M.S selaku dosen pembimbing

skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna

kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan pada Bapak

Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, Drs. Syafari, M.Pd, dan Ibu Dra. N. Manurung,

M.Pd selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari

perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima

kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd selaku Dosen

Pembimbing Akademik dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staf

pegawai jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang telah banyak membantu

penulis.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar,

M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai di

rektorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D, selaku Dekan FMIPA, Bapak Dr.

Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si

selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku

Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika, seluruh staf pegawai Jurusan

Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis.

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda H. A.

(4)

Idris Dalimunthe, S.E serta Kakanda Ummi Syuhairah Dalimunthe, S.E.I yang

juga selalu memberikan dukungan dan motivasi serta yang selalu penulis ingat

dalam doa, Kakanda Almarhumah Rabiatul Adawiyah Dalimunthe, S.Pdi. Penulis

juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Budi Halomoan Siregar, M.Sc

yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Ucapan terima kasih juga untuk teman seperjuangan Salman Fajar Rizky,

Andreas Sembiring, Okten G Ronaldi, Dedi Aprinaldy, Rizal Sujai, Dian

Armadani Ritonga, Siti Lindramadhani Nasution, Febri Dayana Nasution, Desy

Ratna Sari, Meida Hasda Hasibuan, Aisyah Hutasuhut, dan teman-teman ekstensi

A 2010 yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan sampai

menyelsaikan skripsi ini, beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan

namanya satu persatu yang turut memberikan semangat dan bantuan kepada

penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi

ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun

tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini

bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Medan, Januari 2015

Penulis

(5)

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH DI MTS

RAUDHATUL HASANAH MEDAN

Solahuddin Al’Ayyubi Dalimunthe (NIM 4103311045) ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII2 MTs Raudhatul Hasanah sebanyak 31 orang. Objek dari penelitian ini adalah penerapan model kooperatif tipe Numbered Head Together. Instrumen penelitian yang digunakan adalah observasi dan tes. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.

Sebelum memberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes diagnostik untuk mengetahui kemampuan awal dan penentuan kelompok siswa berdasarkan tingkat kemampuan. Data yang diberikan berupa tes hasil belajar yang berbentuk uraian yang diberikan dua kali pada setiap akhir siklus. Pada penelitian ini penggunaan LKS bertujuan sebagai alat bantu pengajaran untuk memudahkan proses belajar mengajar dalam kelompok-kelompok kooperatif.

Dari analisis data setelah diberikan tindakan I (siklus I) diperoleh 23 dari 31 orang siswa (74,19%) mencapai ketuntasan belajar dan 8 dari 31 orang siswa (25,80%) belum mencapai ketuntasan belajar dengan rata-rata kelas 68,70. Pada siklus ini ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai.

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif 20

Tabel 3.1. Tingkat Penguasaan Siswa 45

Tabel 3.2. Tingkat Keberhasilan Proses Pembelajaran 34

Tabel 4.1. Data Kesulitan Siswa Mengerjakan Tes Diagnostik 49

Tabel 4.2. Daftar Nilai Tes Diagnostik 52

Tabel 4.3. Daftar Nilai Tes Hasil Belajar I 57

Tabel 4.4. Tingkat penguasaan siswa pada tes hasil belajar I 59

Tabel 4.5. Data ketuntasan belajar siswa pada tes hasil belajar I 60

Tabel 4.6. Daftar Nilai Tes Hasil Belajar II 65

Tabel 4.7. Tingkat penguasaan siswa pada tes hasil belajar II 68

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Kesalahan siswa memahami konsep sistem

persamaan linear satu variabel 4

Gambar 1.2. Kesalahan siswa menyelesaikan soal dan

Menggambarkan grafik 4

Gambar 1.3. Kesalahan siswa menjelaskan dan menyelesaikan soal 5

Gambar 3.1. Spiral Penelitian Tindakan Kelas ( Hopkins, 1992) 39

Gambar 4.1. Diagram Hasil Observasi Guru 72

Gambar 4.2. Diagram Hasil Observasi Siswa 72

Gambar 4.3. Diagram Nilai Rata-rata Tes Hasil Belajar Siswa 73

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Siklus I 79

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus I 83

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Siklus II 87

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus II 91

Lampiran 5 Kisi-Kisi LKS I 95

Lampiran 6 Kisi-Kisi LKS II 96

Lampiran 7 Kisi-Kisi LKS III 97

Lampiran 8 Kisi-Kisi LKS IV 98

Lampiran 9 Lembar Kegiatan Siswa I 99

Lampiran 10 Lembar Kegiatan Siswa II 104

Lampiran 11 Lembar Kegiatan Siswa III 108

Lampiran 12 Lembar Kegiatan Siswa IV 111

Lampiran 13 Kisi-Kisi Tes Diagnostik 114

Lampiran 14 Tes Diagnostik 115

Lampiran 15 Alternatif Penyelesaian Tes Diagnostik 116

Lampiran 16 Pedoman Penskoran Tes Diagnostik 117

Lampiran 17 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar I 118

Lampiran 18 Tes Hasil Belajar I 119

Lampiran 19 Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar I 120

Lampiran 20 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar II 124

Lampiran 21 Tes Hasil Belajar II 125

Lampiran 22 Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar II 126

Lampiran 23 Lembar Observasi Kegiatan Guru 130

Lampiran 24 Lembar Observasi Siswa 138

Lampiran 25 Lembar Validasi Tes Diagnostik 142

Lampiran 26 Lembar Validasi Tes Hasil Belajar I 145

Lampiran 27 Lembar Validasi Tes Hasil Belajar II 150

(9)

Lampiran 29 Pedoman Penskoran Langkah-Langkah

Penyelesaian Tes Hasil Belajar I 152

Lampiran 30 Pedoman Penskoran Langkah-Langkah

Penyelesaian Tes Hasil Belajar II 153

Lampiran 31 Hasil Tes Diagnostik 154

Lampiran 32 Hasil Tes Belajar I 156

Lampiran 33 Hasil Tes Belajar II 158

Lampiran 34 Analisis Hasil Observasi Guru Siklus I 160

Lampiran 35 Analisis Hasil Observasi Guru Siklus II 162

Lampiran 36 Analisis Hasil Observasi Siswa Siklus I 164

Lampiran 37 Analisis Hasil Observasi Siswa Siklus II 166

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya.

Tanpa adanya pendidikan manusia akan sulit berkembang bahkan akan

terbelakang. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia

adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Berbagai upaya untuk

meningkatkan mutu pendidikan telah dan terus dilakukan. Namun, indikator

kearah mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Salah

satu cara untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia adalah dengan melakukan

perbaikan dalam proses pembelajaran, maka perlu diadakan upaya dalam

perbaikan pembelajaran seiring dengan perkembangan zaman yang menuntut

siswa untuk berwawasan luas.

Pendidikan yang diberikan di sekolah dasar, sekolah lanjutan maupun di

sekolah menengah meliputi beberapa mata pelajaran, salah satunya adalah mata

pelajaran matematika. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu

pengetahuan yang selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, dan juga

menopang cabang pengetahuan yang lain, sehingga matematika sering dikatakan

sebagai queen and service of science (ratu dan pelayan ilmu pengetahuan).

Matematika berkembang seiring dengan peradaban manusia. Sejarah ilmu

pengetahuan menempatkan matematika pada bagian puncak hierarki ilmu

pengetahuan. Peletakan demikian ini menimbulkan mitos bahwa matematika

adalah penentu tingkat intelektualitas seseorang (Masykur, 2008:66).

Matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan

memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di

masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Seperti yang

diungkapkan oleh Hudojo (1988:1) bahwa matematika berfungsi mendasari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, merupakan pengetahuan yang

esensial sebagai dasar untuk bekerja seumur hidup dalam abad globalisasi.

(11)

Matematika dipelajari oleh semua siswa dari tingkatan SD hingga SMA

dan bahkan sampai Perguruan Tinggi. Ada banyak alasan perlunya siswa belajar

matematika menurut Cornelius (Abdurrahman, 2009 : 253) karena matematika

merupakan: (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan

masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan

generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5)

sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

dengan matematika setiap individu dapat meningkatkan kemampuan bernalar,

berpikir kritis, logis, sistematis dan kreatif. Namun pada kenyataannya sedikit

sekali orang yang menyukai matematika. Banyak orang beranggapan bahwa

matematika adalah mata pelajaran yang sangat sulit dan menakutkan

dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Djamarah (1994:15) mengatakan bahwa

Penyebab siswa takut matematika diantaranya mencakup penekanan yang berlebihan pada penghafalan semata, penekanan pada kecepatan berhitung, pengajaran otoriter, kurangnya variasi pada proses belajar mengajar matematika, serta penekanan berlebihan pada prestasi individu. Karena itu untuk mengatasi masalah ini, peranan guru sangatlah penting. Sebab kesulitan dan ketakutan siswa dalam belajar matematika akan menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa.

Belajar matematika tidak sama dengan belajar sejarah, metode menghafal

tidak cukup karena matematika bukanlah ilmu hafalan. Jika ingin berhasil

mengerjakan soal-soal matematika maka harus banyak berlatih dan memahami

rumus-rumusnya. Dalam prakteknya di sekolah, keaktifan siswa dalam

mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran masih kurang, seperti

siswa tidak berani untuk mengerjakan soal di depan kelas dan siswa jarang

mengajukan pertanyaan. Kebanyakan siswa cenderung hanya sekedar menghapal

konsep yang ada dan meniru langkah-langkah penyelesaian yang diberikan oleh

guru, ketika mereka ditanya apakah mereka mengerti dengan konsep yang

dimaksud, maka jawaban mereka adalah tidak, mereka mengakui bahwa hanya

hapal saja. Walaupun demikian ada siswa mampu memiliki tingkat hafalan yang

(12)

kurang memahami dan mengerti secara mendalam pengetahuan tersebut. Seperti

yang dikemukakan Masykur dan Fathani (2008:54) :

Jika rumus-rumus matematika yang digunakan itu tidak disertai dengan pemahaman yang cukup dan mendalam tentang hakekat dan konsep matematika maka matematika hanya akan menjadi hafalan saja. Padahal, menghafal merupakan proses yang mekanistik, kendati diakui bahwa dalam belajar matematika juga perlu menghafal (dalam persentase kecil) namun yang lebih penting, menghafal dalam belajar matematika harus dilandasi dengan pemahaman konsep yang matang terlebih dahulu, tidak ada satupun dalam konsep matematika yang wajib dihapal tanpa dipahami konsepnya terlebih dahulu.

Salah satu materi matematika yang dianggap susah oleh siswa adalah

sistem persamaan linear dua variabel. Materi ini merupakan materi lanjutan

materi dari sistem persamaan linear satu variabel yang telah dipelajari di kelas VII

SMP. Akan tetapi masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam

mempelajari, memahami dan menyelesaikan soal-soal sistem persamaan linear

dua variabel.

Berdasarkan tes diagnostik (tanggal 14 Agustus 2014) di Madrasah

Tsanawiyah Raudhatul Hasanah masih banyak siswa lemah dalam pelajaran

matematika. Ini dapat dilihat dari pencapaian nilai rata-rata hasil belajar tes

diagnostik matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan linear satu

variabel di kelas VIII2 MTs Raudhatul Hasanah Tahun Ajaran 2014/2015 adalah

44,51 dari 31 orang siswa dan persentase ketuntasan klasikal 25,80% dengan

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) adalah 65.

Tes diagnostik ini adalah pemberian soal yang berhubungan dengan sistem

persamaan linear satu variabel dalam bentuk soal uraian. Tes diagnostik ini

diberikan agar siswa mengingat kembali materi sistem persamaan linear satu

variabel sehingga dapat melanjutkan pada materi sistem persamaan linear dua

variabel. Siswa kesulitan dalam mengerjakan beberapa butir soal seperti berikut :

1. Tentukan penyelesaian dari persamaan 2x15,x adalah variabel bilangan asli!

(13)

3. Tentukan penyelesaian persamaan x52,jika x adalah bilangan cacah dan gambarkan grafiknya!

Berikut adalah hasil pengerjaan beberapa kesalahan siswa dalam

menyelesaikan soal sistem persamaan linear satu variabel.

Gambar 1.1 Kesalahan siswa memahami konsep sistem persamaan linear satu variabel

Berdasarkan Gambar 1.1 siswa dapat menyelesaikan soal dengan benar,

tetapi siswa tidak memahami konsep yang telah diajarkan oleh guru. Sehingga

apabila diberikan soal yang berbeda maka mereka tidak dapat menyelesaikannya

dengan benar. Kesalahan lainnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 1.2 Kesalahan siswa menyelesaikan soal dan Menggambarkan grafik

Berdasarkan Gambar 1.2 siswa tidak dapat menjelaskan yang mana harus

(14)

hanya menghapal konsep yang diberikan oleh guru, sehingga apabila diberikan

soal yang berbeda mereka tidak dapat menjelaskannya dengan benar.

Gambar 1.3 Kesalahan siswa menjelaskan dan menyelesaikan soal Berdasarkan Gambar 1.3 siswa tidak dapat menyelesaikan soal sistem

persamaan linear satu variabel, sehingga apabila diberikan soal yang berbeda

mereka tidak dapat menjelaskannya dengan benar.

Banyaknya siswa yang lemah dalam pelajaran matematika di kelas VIII2

MTS Raudhatul Hasanah sangat memprihatinkan. Jika masalah ini dibiarkan

terus-menerus, maka siswa kelas VIII akan mengalami kesulitan dalam pokok

bahasan sistem persamaan linear dua variabel.

Upaya peningkatan mutu pendidikan haruslah dilakukan dengan

menggunakan seluruh komponen dalam pendidikan. Guru sebagai seorang sosok

yang memberikan kontribusi yang penting dalam dunia pendidikan menjadi salah

satu faktor pendukung keberhasilan pengajaran dalam peningkatan hasil belajar

siswa, khususnya dalam bidang studi Matematika. Kesulitan siswa dalam

mempelajari Matematika harus menjadi tanggungjawab guru sebagai aktor utama

dalam proses belajar mengajar. Muhammad (dalam terintregasi Matematika Buku

3, 2005: 1) menyatakan bahwa: Tenaga kependidikan, terutama guru matematika;

di samping tenaga kependidikan lainnya seperti kepala sekolah dan pustakawan,

(15)

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru bidang studi

matematika kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Hasanah pada tanggal 14

Agustus 2014, Herlin Nikmah mengatakan bahwa: Nilai rata-rata siswa pada

pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di kelas VIII Madrasah

Tsanawiyah Raudhatul Hasanah adalah rendah.

Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian guru masih menggunakan

paradigma lama dalam mengajar. Dalam pembelajaran matematika, biasanya guru

memulai sajian dengan mengajar teori/ definisi/ teorema, diberikan contoh, dan

terakhir diberikan latihan soal-soal.

Pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru matematika di MTs

Raudhatul Hasanah adalah metode ceramah. Artinya, guru masih menggunakan

pembelajaran yang guru lebih berperan aktif dibandingkan siswa, sehingga masih

ada kesulitan-kesulitan yang dialami siswa selama belajar Sistem Persamaan Dua

Peubah dengan menggunakan pembelajaran tersebut. Untuk mencapai

pembelajaran yang optimal, proses pembelajaran harus dibuat lebih menarik dan

lebih mudah dimengerti sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam

hal ini guru dapat menerapkan pembelajaran yang lebih baik dari yang

sebelumnya. Model pembelajaran kooperatif dapat dijadikan alternatif yang

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang banyak

digunakan dalam penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Walaupun

prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, namun terdapat beberapa

tipe dari model tersebut. Tujuan dibentuknya pembelajaran kooperatif adalah

untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif

dalam proses berpikir dan kegiatan-kegiatan belajar. Sebagian besar aktifitas

pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta

berdiskusi untuk memecahkan masalah. Trianto (2009:62) menyatakan bahwa:

(16)

Salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif yang dianggap peneliti

dapat memotivasi siswa dalam peran aktif dalam proses belajar mengajar adalah

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT.)

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang

untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk

meningkatkan penguasaan akademik, meningkatkan kinerja siswa dalam

tugas-tugas akademik, agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai

berbagai latar belakang, dan untuk mengembangkan keterampilan siswa.

Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagai tugas, aktif bertanya,

menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja

dalam kelompok dan sebagainya.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat membantu para siswa

meningkatkan sikap positif siswa dengan cara:

 Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara bersama dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi.

 Siswa pandai maupun siswa lemah sama -sama memperoleh manfaat melalui

aktifitas belajar kooperatif.

 Dengan bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan konstruksi pengetahuan

akan manjadi lebih besar/kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada

kesimpulan yang diharapkan.

 Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan.

Penggunaan LKS sangat membantu pelaksanaan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Head Together, karena dengan adanya LKS siswa tidak

hanya menerima penjelasan guru melainkan siswa dapat bekerja sama dan

membagi ide dalam mempertimbangkan jawaban yang benar. Suyitno (2005)

menyatakan bahwa: Manfaat yang diperoleh dengan penggunaan lembar kerja

(17)

peserta didik, membantu peserta didik, melatih peserta didik, dan membantu

peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep.

Dengan melihat fenomena tersebut, peneliti bersama guru bermaksud

mengadakan kerjasama dalam upaya memberikan solusi dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam

menyelesaikan soal persamaan linear satu variabel. Model pembelajaran ini sangat

cocok diterapkan pada pembelajaran matematika karena dalam mempelajari

matematika, tidak cukup hanya dengan mengetahui dan menghafalkan

konsep-konsep matematika tetapi juga dibutuhkan suatu pemahaman serta kemampuan

menyelesaikan persoalan matematika dengan baik dan benar sehingga diharapkan

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dari uraian di atas sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa di

MTS Raudhatul Hasanah, maka peneliti bersama guru tertarik menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) guna

meningkatkan hasil belajar siswa melalui suatu penelitian yang berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sistem Persamaan Linear Dua Peubah di kelas VIII MTS Raudhatul Hasanah.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan

masalah yang timbul sebagai berikut :

1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.

2. Siswa kesulitan memahami materi dan menyelesaikan soal-soal sistem

persamaan linear dua peubah.

3. Perlu adanya penerapan model kooperatif tipe numbered head together

untuk meningkatkan hasil belajar sistem persamaan linear dua peubah

(18)

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan dalam identifikasi

masalah, maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together)

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada materi Sistem Persamaan Linear

Dua Variabel di kelas VIII MTs Raudhatul Hasanah.

1.4. Rumusan Masalah

Dengan pembatasan masalah di atas yang menjadi rumusan masalah

adalah:

1) Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui penerapan

pembelajaran kooperatif tipe numbered head together pada materi sistem

persamaan linear dua peubah di kelas VIII MTs Raudhatul Hasanah tahun

ajaran 2014/2015 ?

2) Bagaimana efektivitas pembelajaran ketika diterapkan pembelajaran

kooperatif pada materi sistem persamaan linear dua peubah di kelas VIII

MTs Raudhatul Hasanah tahun ajaran 2014/2015 ?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1) Untuk meningkatkan hasil belajar matematika dengan menerapkan

pembelajaran kooperatif tipe numbered head together pada materi sistem

persamaan linear dua variabel di kelas VIII MTs Raudhatul Hasanah tahun

ajaran 2014/2015.

2) Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran ketika diterapkan

pembelajaran kooperatif tipe numbered head together pada materi sistem

persamaan linear dua variabel di kelas VIII MTs Raudhatul Hasanah tahun

(19)

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan

masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas pendidikan, terutama:

1. Untuk guru diharapkan bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas

pembelajaran khususnya dalam pelajaran matematika di MTS Raudhatul

Hasanah khususnya pada kelas VIII

2. Untuk siswa, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam upaya

meningkatkan hasil belajar sehingga kompetensi dalam mata palajaran

matematika dapat tercapai secara optimal.

3. Untuk komponen terkait yakni Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan

hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai masukan dalam

menyusun program peningkatan kualitas sekolah.

4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang sejenis.

1.7. Definisi Operasional

Untuk menghindari persepsi terhadap penggunaan istilah dalam penelitian

ini, maka perlu diberikan definisi operasional sebagai berikut.

1. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan model pembelajaran

yang beranggotakan 3 – 5 orang siswa. Langkah-langkah dalam model

pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah:

 Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama

kelompok yang berbeda.

 Kelompok yang dibentuk mempunyai tingkat kemampuan bervariasi.  Setiap anggota kelompok diberi tanggung jawab untuk memecahkan

masalah atau soal yang telah diberi sesuai dengan nomor-nomor yang

telah ada.

 Anggota kelompok saling menjelaskan kepada sesama teman anggota

kelompoknya, sehingga semua anggota kelompok mengetahui

(20)

 Selanjutnya, guru menyebut satu nomor para siswa dari tiap kelompok

dan yang telah disebut nomornya harus menyiapkan jawabannya

untuk seluruh kelas dan mempresentasikan di depan kelas.

2. Hasil belajar matematika merupakan hasil yang dicapai siswa melalui tes

hasil belajar matematika baik selama proses maupun pada akhir pembelajaran

(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab IV dan penemuan selama

pelaksanaan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe numbered

head together, diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan

tersebut adalah :

1. Hasil belajar siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe

numbered head together pada materi sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII MTs Raudhatul Hasanah meningkat. Hal ini dapat

dilihat dari tes hasil belajar siswa yang telah diberikan pada siklus I

mengalami peningkatan pada siklus II. Rata-rata skor tes hasil belajar

siswa dan persentase ketuntasan belajar siswa juga mengalami

peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I ketuntasan secara

klasikal mengalami peningkatan sebesar 48,39% yaitu pada tes

diagnostik 25,80% menjadi 74,19% dan nilai rata-rata kelas juga

mengalami peningkatan sebesar 24,19 yaitu pada tes diagnostik 44,51

menjadi 68,70, tetapi belum memenuhi syarat ketuntasan klasikal ≥85%.

Pada siklus II hasil belajar siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat dari

tingkat ketuntasan secara klasikal mengalami peningkatan sebesar

12,91% yaitu pada siklus I 74,19% menjadi 87,10% pada siklus II dan

nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan sebesar 8,39 yaitu pada

siklus I 68,70 menjadi 77,09 pada siklus II. Dengan demikian hasil

belajar siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe numbered

head together pada materi sistem persamaan linear dua variabel siswa

kelas VIII MTs Raudhatul Hasanah sudah meningkat, maka penelitian

tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

(22)

2. Efektivitas pembelajaran ketika diterapkan pembelajaran kooperatif tipe

numbered head together pada materi sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII MTs Raudhatul Hasanah memenuhi kriteria efektif.

Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan belajar yang diperoleh siswa telah

mencapai ketuntasan individual ≥65 dan ketuntasan klasikal ≥85%,

lembar observasi guru dan siswa yang telah diberikan mengalami

peningkatan dari siklus I ke siklus II dan waktu pembelajaran saat

penelitian berlangsung tidak melebihi waktu pembelajaran seperti biasa.

Dengan demikian proses pembelajaran ketika diterapkan kooperatif

numbered head together pada materi sistem persamaan linear dua peubah sudah efektiv.

5.2Saran

Berdasarkan simpulan penelitian, bahwa saran (rekomendasi) yang diajukan

adalah:

1. Kepada guru matematika, dalam mengajarkan materi sistem persamaan

linear dua variabel atau topik lain yang sesuai sebaiknya menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together)

sebagai salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa dan mencapai

kriteria ketuntasan belajar dengan ketuntasan individual ≥65 dan

ketuntasan klasikal ≥85%.

2. Kepada siswa, diharapkan untuk mau lebih aktif, serius selama

pembelajaran dan mau mempelajari kembali di rumah materi yang telah

diberikan.

3. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian dengan model yang

sama dengan penelitian ini, disarankan untuk mengembangkan penelitian

ini dengan lebih baik dan dapat memodifikasi model ini dengan materi

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Abil, M., Asmin., (2012). Evaluasi Hasil Belajar, Universitas Negeri Medan, Medan.

Abdurrahman, M., (2003 ), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Abdurrahman, M., (2009 ), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Arikunto, S., dkk., (2009), Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta

Aqib, Z., (2009), Penelitian Tindakan Kelas, Yrama Widya, Bandung

Djamarah,S.,(1994) Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Usaha Nasional, Surabaya

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2010), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan, FMIPA Unimed

Hudojo, H, (1988), Mengajar Belajar Matematika, Depdikbud, Dirjen Dikti, P2LPTK, Jakarta.

Masykur, dkk, (2008), Mathematical Intelligence : Cara Cerdas Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar, Penerbit Ar-Ruzz Media, Jogjakarta

Muhli, A, (2011), (https://wicaksono.blogspot.com/2011/08/02/efektivitas-pembelajaran/), (diakses 10 November 2014)

Muhammad, (2005), Pelatihan Terintegrasi Matematika Buku 3, Depdiknas, Jakarta

Nurhadi, (2004), Kurikulum 2004, Penerbit Grasindo, Jakarta

Purwanto, (2011), Evaluasi Hasil Belajar, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Sanjaya, W. (2009), Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Kencana, Jakarta

Slameto, (2003), Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

(24)

Sugiono, (2009), Penelitian Pendidikan, Penerbit Pustaka Belajar, Bandung

Suyitno, A.,(2005), Petunjuk Praktis Penelitian Tindakan Kelas, Semarang

Lundgren,(2009) http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model pembelajaran nht numbered- head-together/)

Sudjana. N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Rosdakarya, Bandung

Sudjana, dkk..,(1989), Pedoman Praktek Mengajar, Depdikbud, Bandung

Syah, M. (1995), Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung

Tim Pelatih Proyek PGSM, (1999), Penelitian Tindakan Kelas, Depdikbud, Jakarta

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep Landasan, Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta

(25)

RIWAYAT HIDUP

Solahuddin Al’Ayyubi Dalimunthe lahir di Gunung Selamat, pada tanggal 09 Oktober 1991. Ibu bernama Yunengsih Nasution dan ayah bernama Ahmad

Munir Dalimunthe, BA dan merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Pada

tahun 1998, penulis masuk SD Negeri 112185 Gunung Selamat dan lulus tahun

2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Bilah Hulu,

dan lulus tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis melanjutkan sekolah di SMA

Negeri 3 Plus Rantau Utara, dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis

diterima di Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. Kegiatan

intrakurikuler di Universitas Negeri Medan yang pernah diikuti antara lain: (1)

Sebagai peserta pada Training Menjadi Mahasiswa Berprestasi dengan tema “Mengukir Jejak Prestasi di Kampus Hijau”, yang diselenggarakan oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) pada tahun 2010; (2) Sebagai

anggota organisasi internal Himpunan Mahasiswa Jurusan Matematika

(HMJ-MAT) Periode 2011-2012, (3) Sebagai anggota organisasi internal Unit Kegiatan

Mahasiswa Islam (UKMI-AR RAHMAN) Periode 2011-2012, (4) Sebagai peserta

pada Seminar Pendidikan Nasional dengan tema “Meningkatkan Kualitas Pendidikan Dengan Pemanfaatan Teknologi Informasi,” yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Matematika (HMJ-MAT) pada tahun 2011,

(5) Sebagai panitia pada Kontes Literasi Matematika (KLM) dan Seminar

LokaKarya Nasional Pendidikan Matematika dengan tema “ Melalui Seminar dan Lokakarya Matematika Kita Tingkatkan Mutu Pembelajaran Matematika.” (6) Sebagai peserta dalam Seminar LokaKarya Nasional Pendidikan Matematika

dengan tema “Melalui Seminar dan LokaKarya Matematika Kita Tingkatkan

Mutu Pembelajaran Matematika” yang diselenggarakan oleh PMRI UNIMED

Gambar

Tabel 2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Gambar 1.1.  Kesalahan siswa memahami konsep sistem    persamaan linear satu variabel
Gambar 1.1 Kesalahan siswa memahami konsep sistem
Gambar 1.3 Kesalahan siswa menjelaskan dan menyelesaikan soal

Referensi

Dokumen terkait

6.1 Menyusun program kerja Subbagian dan konsep program kerja Bagian sebagai pedoman pelaksanaan tugas;7. 6.2 Membagi tugas kepada bawahan sesuai

The study used purposive random sampling method by taking and observation of mangrove vegetation and density of molluscs and measurement of water quality parameters.. Data

Ease the restrictions in section 7.6.5.5 on page 26 and section 7.9.2.4.4 on page 35 and Table 11 on page 48 of OGC 09-025r1 (WFS 2.0.0) by permitting a service to encode

Peneliti juga berterimakasih bagi dosen pembimbing dan dosen-dosen pengajar yang dari awal memberika ide dan dukungan dalam penyusunan skripsi Maskulinitas Pemimpin Perempuan

Dalam perencanaan dan penyususnan Laporan Akhir yang berjudul “Implementasi IP Camera Untuk Monitoring Ruang Teori dan Lab Praktikum Berbasis Web Server di

b) PVC atau polivinilklorida, juga merupakan plastik yang digunakan pada pembuatan pipa pralon dan pelapis lantai... c) Etanol, merupakan bahan yang sehari-hari dikenal dengan

DAFTAR NMA MAHASISWA DAN TEMPAT PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN III PROGRAM DIPLOMA III REGULER SEMESTER VI JURUSAN KEBIDANAN.. POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN TAHUN AKADEMIK 2015/2016

Tidak sedikit ibu rumah tangga bahkan kita sendiri sering kali lupa mematikan kran bak mandi, hal ini mengakibatkan air akan terbuang sia-sia bahkan yang lebih buruk tagihan