UPAYA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PEMBAYARAN PAJAK DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN DI
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menamatkan Studi Pada Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan
OLEH
LAORA OKTOVIANI TAMBUNAN
122600067
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang
telah memberikan Rahmat dan HidayahNya untuk menyelesaikan studi dan
menyusun Laporan Praktik Kerja Lapangan yang berjudul “Upaya Meningkatkan
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan Terhadap
Pembayaran Pajak Dan Pelaporan SPT Tahunan Di Kantor Pelayanan Pajak
Medan Timur” ini dengan baik, guna memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi di Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara tahun 2015.
Penulis menyadari ada banyak kekurangan baik dalam penyampaian bahasa,
kata maupun dalam hal penyajian. Untuk itu penulis dengan berbesar hati dan dengan
tangan terbuka menerima saran maupun kritik sehat yang bersifat membangun dari
para pembaca guna perbaikan dan penyempurnaan karya tulis ini.
Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan bantuan
baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan tulus dan
ikhlas penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara atas dedikasinya demi kemajuan
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara,M,Si selaku Ketua Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dedek Kurniawan Gultom,S.E, M.Si selaku dosen pembimbing
yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan
bimbingan serta dukungan yang sangat berharga bagi penulis dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
4. Teristimewa untuk kedua orangtuaku yang tercinta, Drs. T.M Tambunan
dan Donna Welmino Samosir yang telah membesarkan dan mendidik serta
memberikan bimbingan, dorongan, nasihat dan doa sehingga penulis
berhasil menyusun tugas akhir dan menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politk Sumatera Utara.
5. Sahabat-sahabat dan seluruh teman-teman di Program Diploma III
Administratsi Perpajakan tahun 2012, terkhusus sahabat-sahabat
seperjuangan di kelas B, Dapit, Vany, Edwin, Donny, Teja, Amri yang
saling menyemangati satu sama lain dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Akhir kata, penulis berharap kiranya apa yang disajikan dalam tugas akhir ini
dapat bermanfaat bagi penulis sendiri.
Medan, Juni 2015 Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B.Tujuan dan Manfaat PKLM ... 4
1. Tujuan PKLM ... 4
2. Manfaat PKLM ... 5
C.Uraian Teoritis ... 6
1. Pengertian Perpajakan dan Aturan UU ... 6
2. Pengertian Penyuluhan ... 7
D.Ruanga Lingkup PKLM ... 7
E. Metode PKLM ... 8
F. Metode Pengumpulan Data ... 9
G.Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 10
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN TIMUR A.Sejarah Umum dan Kegiatan Operasional Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur ... 12
Timur Serta Nilai-Nilai Kementrian Keuangan ... 15
1. Visi KPP Medan Timur ... 15
2. Misi KPP Medan Timur ... 15
3. Nilai Kementrian Keuangan ... 15
C.Struktur Organisasi Kantor KPP Medan Timur ... 17
D.Deskripsi Tugas ... 19
1. Sub Bagian Umum ... 19
2. Seksi Penolahan Data dan Informasi... 20
3. Seksi Pelayanan ... 20
4. Seksi Penagihan ... 21
5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal ... 22
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan ... 23
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi ... 23
8. Kelompok Pejabat Fungsional Pemeriksa pajak ... 24
E. Makna Lambang Kementrian Keuangan ... 25
1. Makna ... 25
2. Arti Keseluruhan ... 26
BAB III Gambaran Data Pajak dan Uraian Teoritis A.Penyuluhan ... 27
1. Defenisi Penyuluhan ... 27
2. Tujuan Penyuluhan... 28
3. Sasaran Penyuluhan ... 29
1. Defenisi Penyuluhan ... 31
2. Hak dan Kewajiban ... 32
C.Self Assessment ... 34
1. Medaftarkan Diri ... 34
2. Menghitung Pajak ... 34
3. Pembayaran dan Penyetoran Pajak ... 36
4. Pelaporan Pajak ... 38
5. Tata Cara Pelaporan SPT Tahunan ... 40
6. Batas Penyampaian SPT ... 40
7. SPT Dianggap Tidak Dilapor ... 40
8. Sanksi Administrasi ... 41
BAB IV ANALISIS DATA DAN EVALUASI DATA A. Analisis Data ... 48
1. Jumlah WP OP dan WP Badan di KPP Medan Timur... 2. Perencanaan dan realisasi Penerimaan pajak di KPP Medan Timur ... 49
3. Tingkat Kepatuhan WP OP dan WP Badan Dalam Pelaporan SPT Tahunan di KPP Medan Timur ... 51
B.Evaluasi Data ... 53
1. Meningkatkan Pelayanan Bagi Wajib Pajak ... 53
2. Kegiatan Penyuluhan ... 54
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan ... 61
B.Saran ... 65
DAFTAR TABEL
III.1. Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak ...
III.2. Sanksi Berupa Bunga ...
III.3. Sanksi Berupa Denda ...
III.4. Sanksi Berupa Kenaikan ...
III.5 Sanksi Berupa Kenaikan ...
IV.1. Jumlah Wajib Pajak di KPP Medan Timur ...
IV.2. Perencanaan Penerimaan Pajak Orang Pribadi ...
IV.3. Perencanaan Penerimaan Pajak Badan ...
1V.4. Pelaporan SPT Wajib Pajak Orang Pribadi
di KPP Medan Timur ...
IV.5.Pelaporan SPT Wajib Pajak Badan di KPP Medan Timur ... 37
38
41
43
45
48
49
50
52
DAFTAR GAMBAR
II.1. Struktur Organisasi ...
II.2. Lambang Kementrian Keuangan ...
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )
Indonesia merupakan negara yang menganut sistem Self Assessment dalam
sistem perpajakannya, dimana negara memberikan kepercayaan kepada wajib pajak
dalam menghitung, memperhitungkan, menyetor serta melaporkan pajak terutangnya.
Self Assesment ini diatur dan dijelakan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Pengertian pajak menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro,SH : Pajak adalah iuran
rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan
dan yang digunakan untuk memyar pengeluaran umum (Mardiasmo,2006 : 1).
Sistem Self Assessment yang diberlakukan di Indonesia tentu memiliki
beberapa konsekuensi yang cukup besar dalam penyampaian pajak dari setiap wajib
pajak. Dalam pengaplikasian sistem Self Assessment ini, setiap wajib pajak tentunya
harus mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya dan harus memahami ketentetuan-ketentuan pajak yang harus di
penuhinya. Namun kendala yang ditemui dalam sistem Self Assessment ini adalah
kurangnya kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
pajak yang mengerti tata cara perpajakan, mulai dari maksud dan tujuan perpajakan,
serta tata cara perhitungan, penyetoran dan pelaporan pajak namun merasa tidak
mendapat keuntungan yang berarti dalam penyetoran dan penyampaian pajaknya
terhadap dirinya, sehingga akan ditemukan kesulitan dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya. Selain itu kesadaran yang rendah juga dapat dijumpai terhadap
masyarakat pedesaan yang dikarenakan adanya ketidakpahaman akan maksud dan
tujuan perpajakan karena kurangnya penyuluhan kepada masyarakat desa serta
kurangnya pendidikan dimana masih banyak masyarakat yang buta huruf sehingga
tidak mengerti maksud dan tujuan terlebih tata cara perpajakan. Hal ini akan menjadi
perbedaan yang cukup signifikan antara masyarakat kota dan masyarakat terpencil
yang mana fiskus harus memaksimalkan kegiatan penyuluhan perpajakan di daerah
daerah terpencil agar semua lapisan masyarakat baik perkotaan maupun perdesaan
memahami tata cara perpajakan sehingga penerimaan pajak negara bisa maksimal.
Hal ini hanya beberapan contoh kasus perpajakan. Ada juga wajib pajak orang
pribadi atau badan tetapi tidak mlaporkan penghasilannya kepada Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Medan Timur secara jujur dan benar. Dalam kenyataan yang
sebenarnya, tatkala wajib pajak yang telah memahami maksud dan tujuan perpajakan
melakukan kegiatan berupa memanipulasi penghasilannya sehingga pajak
terutangnya menjadi lebih rendah sehingga berdampak pada kas negara yang
penerimaannya tidak maksimal. Selain itu peningkatan yang mendaftarkan diri
sebagai wajib pajak masih kurang atau belum maksimal meskipun telah diadakan
3
kewajiban membayar pajak dalam sisi subjektif dan objektif tidak mendaftarkan
dirinya sebagai wajib pajak. Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan setiap wajib pajak yang telah memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan perpajakan wajib mendaftarkan diri kepada kantor Direktorat
Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
wajib pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Wajib
pajak yang tidak mendaftarkan diri atau sengaja menghindar dari kewajibannya
sebagai wajib pajak akan dikenakan sanksi.
Dalam memaksimalkan penerimaan negara dari sektor pajak, masyarakat harus
mampu menjadi wajib pajak yang bertanggung jawab dan memahami seluk-beluk
perpajakan. Sehingga perlu dilakukan penyuluhan atau sosialisasi terhadap
masyarakat guna menambah pengetahuan serta memperbaharui informasi sebelumnya
mengenai tata cara perpajakan, sehingga melalui penyuluhan masyarakat dapat
mengawali kesadaran dalam pemenuhan kewajibannya. Setiana. L. mempunyai
pandangan bahwa, “Penyuluhan adalah merupakan sesuatu ilmu sosial yang
mempelajari sistem dan proses perubahan individu serta masyarakat agar dapat
terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan.”
Adapun yang menjadi latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM)
ini mengingat bahwa seharusnya tamatan Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara
dibidang perpajakan. Maka dari itulah untuk melahirkan tenaga yang terampil, dan
ahli dibidang perpajakan dipandang perlu adanya PKLM di Direktorat Jenderal Pajak
oleh mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan USU. Dalam
kegiatan PKLM ini diharapkan mahasiswa dapat menganalisa masalah serta mencari
tahu alternatif pemecahan yang dihadapinya.
Berdasarkan masalah diatas, maka penulis tertarik untuk membahas tentang,
“Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur”.
B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun tujuan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
1.1.Untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya dalam kurun 5 (lima) waktu terakhir.
1.2. Untuk mengetahui penyebab-penyebab yang menjadi dasar wajib pajak
tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.
1.3. Untuk mengetahui jenis-jenis upaya yang dilakukan oleh petugas pajak
dalam melayani wajib pajaknya.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Selain tujuan, yang menjadi manfaat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
5
2.1. Bagi Mahasiswa
2.1.1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan
khususnya tentang masalah kepatuhan wajib pajak.
2.1.2. Untuk menerapkan teori dan pengetahuan yang didapat selama
perkuliahan.
2.1.3. Mengetahui tatacara dan prosedur pelaksanaan kegiatan yang
dilaksanakan oleh petugas fiskus dalam meningkatkan kepatuhan
wajib pajak.
2.1.4. Membantu meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan
mendapatkan pengalaman kerja.
2.2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.
2.2.1. Untuk membantu dalam mensosialisasikan pelayanan penyuluhan
perpajakan.
2.2.2. Hasil dari proposal ini diharapkan dapat menjadi salah satu
sumbangan pemikiran kepada Kantor Pelayanan Pajak Medan
Timur.
2.2.3. Untuk menambah ide dan gagasan untuk perbaikan sistem kerja
yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.
2.2.4. Mahasiswa dituntut dalam bersikap kritis sehingga mampu
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada pihak
instansi dalam meningkatkan kinerja dalam lingkungan kerja
2.3. Bagi Universitas Sumatera Utara
2.3.1. Untuk memperkenalkan sumber daya Universitas Sumatera Utara
khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
2.3.2. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan FISIP USU dengan instansi yang bersangkutan dengan
Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.
C. Uraian Teoritis
1. Pengertian Perpajakan dan Aturan Undang-Undang
Indonesia merupakan negara yang menganut sistem Self Assessment dalam
kegiatan perpajakannya yang telah diatur dan dijelaskan dalam Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Definisi atau pengertian pajak menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro,SH : Pajak
adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum
(Mardiasmo,2006 : 1).
Merajuk pada peraturan perpajakan yang berlaku, yaitu pasal 2 ayat 1 UU KUP;
pasal 2 dan pasal 3 UU Nomor 7 tahun 1983 (UU PPh) berserta perubahannya yakni
Undang-Undang Pasal 36 tahun 2008 dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) RI
No. 73 tahun 2012 pasal 2 dikatakan wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan
subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
7
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak dan
kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP ).
2. Pengertian Penyuluhan
Setiana. L. mempunyai pandangan bahwa, “Penyuluhan adalah merupakan
sesuatu ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan individu serta
masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang
diharapkan.”
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Di dalam PKLM penulis membatasi ruang lingkup kegiatan yang akan
dilakukan dalam upaya meningkatkan kepatuhan wajib pajak antara lain :
1. Untuk mengetahui data tentang kepatuhan wajib pajak dalam membayar
pajak dan melaporkan SPT Tahunannya di Kantor Pelayanan Pajak Medan
Timur.
2. Untuk mengetahui upaya-upaya dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak
baik dari segi pelayanan, adanya kegiatan penyuluhan maupun penerapan
sanksi perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.
3. Untuk mengetahui penyebab ketidakpatuhan wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi sesuai
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini, penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut
PKLM ini, mulai dari pengajuan judul, penentuan judul, penentuan tempat
Praktik Kerja Lapangan Mandiri, mencari bahan untuk membuat proposal,
serta konsultasi dengan dosen.
2. Studi Literatur
Penulis mengumpulkan data yang menyangkut masalah yang akan dibahas
melalui sumber bacaan seperti : buku perpajakan, Undang-undang
perpajakan, artikel ilmiah maupun literatur yang akan berhubungan dengan
PKLM.
3. Obsevasi Lapangan
Dalam tahap ini penulis melakukan peninjauan/ pengamatan secara
langsung pada objek praktik kerja lapangan dan meninjau secara langsung
kondisi tempat pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui sistem kerja yang
berlaku pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
F. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Daftar pertanyaan ( Interview guide)
Dalam hal ini penulis mengajukan pertanyaan langsung kepada para pegawai
yang berhubungan dengan masalah yang dibahas atau bertanya langsung
kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan data primer dan informasi
tentang pelaksanaan penyuluhan perpajakan.
9
Dalam metode ini penulis langsung turun kelapangan peninjauan, mendengar
serta mencatat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang
dibahas, meneliti pengenaan penyuluhan perpajakan.
3. Daftar Dokumentasi (Optional guide)
Studi dokumentasi dengan mempelajari buku dan atau literatur, hasil-hasi
penelitian, meminta dokumen atau data-data pendukung yang berhubungan
dengan PKLM
G. Sistematika Penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam pembahasan penulisan laporan ini penulis menyajikan pembahasan
laporan ini kedalam 5 bab. Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan
laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :
Bab I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan secara singkat latar belakang yang
menjadi pemikiran serta alasan dalam pemilihan judul. Bab ini berisikan
latar belakang PKLM, tujuan, manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang
lingkup PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.
Bab II : GAMBARAN UMUM OBJEK PAJAK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai lokasi
PKLM, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi, serta
gambaran mengenai pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Bab III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Dalam bab ini penulis menjelaskan data yang berkaitan teori yang ada
dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu dimulai dari pengertian,
tujuan, dan sasaran penyuluhan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur serta defenisi wajib pajak dan sistem perpajakan
Indonesia.
Bab IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada
dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai upaya-upaya
yang dilakukan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dimulai dari
memberikan pelayanan yang terbaik, diadakannya penyuluhan dan
penerapan sanksi perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur.
Bab V : PENUTUP
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran. Dimana dalam bab ini
disimpulkan uraian-uraian dari bab-bab sebelumnya dan saran yang
mungkin dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
dalam meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak khususnya di
BAB II
GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
(KPP) MEDAN TIMUR
A. Sejarah Umum dan Kegiatan Operasional KPP Pratama Medan
Timur
Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan,
kantor pajak bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan berubah
menjadi Kantor Inspeksi Keuangan, berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak
dengan induk organisasinnya Direktorat Jenderal pajak Keuangan Republik
Indonesia.
Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga Kantor Inspeksi Pajak, yaitu:
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan
2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara
3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Di tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua
kantor yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak
Kisaran. Untuk memudahkan pelayanan pembayar pajak dari masyarakat dan dengan
pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak
Medan Timur (sekarang Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur).
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.94/KMK.01/1994
Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur merupakan bagian dari
Direktorat Jenderal Pajak mempunyai tugas pokok di bidang penerimaan negara yang
berasal dari pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Nomenklatur KPP Medan Timur diganti menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Medan Timur pada tanggal 6 Mei 2008, sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 67/PMK.0/2008 tentang Perubahan Kedua atas PMK
No.132/PMK.01/2006 Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat
Jenderal Pajak.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur beralamat di Jalan Suka Mulia
No.17-A Medan. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Modern di seluruh jajaran Direktorat
Jenderal pajak terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Wajib Besar
2. Kantor Pelayanan Pajak Madya
3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Dengan dibentuknya KPP Madya dan KPP Pratama di bawah Kantor Wilayah
DJP Sumatera Utara I, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah
sebagian Provinsi Sumatera Utara.
2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur, dengan ruang lingkup
wilayah:
a. Kecamatan Medan Timur
b. Kecamatan Medan Tembung
13
3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi
Kecamatan Medan Barat.
4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah:
a. Kecamatan Medan Sunggal
b. Kecamatan Medan Petisah
c. Kecamatan Medan Helvetia
5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah:
a. Kecamatan Medan Kota
b. Kecamatan Medan Denai
c. Kecamatan Medan Area
d. Kecamatan Medan Amplas
6. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah:
a. Kecamatan Medan Polonia
b. Kecamatan Medan Maimun
c. Kecamatan Medan Baru
d. Kecamatan Medan Tuntungan
e. Kecamatan Medan Selayang
f. Kecamatan Medan Johor
7. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, dengan ruang lingkup
a. Kecamatan Medan Belawan
b. Kecamatan Medan Marelan
c. Kecamatan Medan Labuhan
d. Kecamatan Medan Deli
8. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah:
a. Kota Binjai
b. Kabupaten Langkat
9. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah Kabupaten Deli Serdang.
B. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur
Serta Nilai-Nilai Kementrian Keuangan
1. Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur
Menjadi Kantor Pelayanan Pajak Terbaik Tingkat Nasional Dalam
Menunjang Penerimaan Negara Melalui Pelayanan Prima.
2. Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur
Mencapai kinerja yang Optimal Melalui Pelayanan, Penyuluhan, Dan
Pengawasan Berdasarkan Ketentuan Perpajakan.
3. Nilai Kementrian Keuangan
15
Menjalankan tugas dan perkerjaan dengan selalu memegang teguh kode etik
dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur,
konsisten dan menepati janji.
b. Profesionalisme
Memiliki kompentensi di bidang profesi dan menjalankan tugas atau
pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma
profesi, etika dan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta
norma-norma profesi, etika dan sosial.
c. Sinergi
Membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif
serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan untuk
menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas. Dari pengertian ini
terlihat dua dimensi sinergi yang selayaknya terjalin, yaitu dimensi internal
dan dimensi eksternal.
d. Pelayanan
Memberikan pelayanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan
yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat, dan aman.
e. Kesempurnaan
Senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan
C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Struktur organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan secara sistematis
mengenai pembagian tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab
masing-masing pegawai dalam rangka mencapai tujuan yang telah diciptakan. Tujuan
organisasi tersebut juga membina keharmonisan kerja agar setiap pekerjaan dapat
dilaksanakan dengan baik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
maksimal. Stuktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur
17
Gambar II.1 Struktur Organisasi
Sumber: Sub Bagian Umum KPP Medan Timur
Kelompok Fungsional
Pemeriksa Pajak
Kanwil DJP Sunut 1
Waskon
D. Deskripsi Tugas
Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur dipimpin oleh seorang
Kepala Kantor yang bertugas melaksanakan kegiatan operasional pelayanan
perpajakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Adapun pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam struktur
organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur adalah sebagai
berikut:
1. Sub bagian Umum
Sub bagian Umum memiliki tugas sebagai berikut:
a. Penatausahaan surat masuk dan surat keluar.
b. Menyusun tanggapan/tindak lanjut terhadap Surat Hasil
Pemerikasaan/Laporan Hasil Pemeriksaan dari Ditjen
Kemenkeu/BPK/BPKP/Unit Fungsional Pemeriksaan lainnya.
c. Menyusun tanggapan terhadap surat pengaduan anggota masyarakat
melalui pos maupun secara langsung.
d. Menyusun laporan berkala KPP, meliputi Laporan Ketertiban Pegawai,
Laporan Penggunaan Anggaran, Laporan Pemakaian Barang-Barang
Milik Negara dan lain sebagainya.
e. Meneliti pelanggaran disiplin pegawai yang terjadi sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010.
f. Pengadministrasian hak-hak pegawai antara lain hak cuti, asuransi
19
g. Pengadministrasian gaji pegawai.
h. Pemeliharaan aset-aset negara serta pengadaaan barang-barang kebutuhan
kantor.
i. Pengelolaan dan penggunaan anggaran, serta mengelola Sistem Akuntansi
Instansi.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) sebagai sumber data dan infomasi
yang memiliki tugas sebagai berikut:
a. Menyusun rencana penerimaan pajak berdasarkan ekonomi dan
keuangan.
b. Menatausahakan penerimaan pajak.
c. Membuat laporan monitoring Penerimaan Pajak dan Extra Effort.
d. Perbaikan komputer dan aplikasi komputer.
e. Penatausahaan Alat Keterangan.
f. Penatausahaan surat-surat masuk pada Seksi Pengolahan Data dan
Informasi.
g. Pengaturan jaringan komputer ke seluruh pegawai serta pengawasan
terhadap penggunaan jaringan komputer.
3. Seksi Pelayanan
Tugas Seksi Pelayanan adalah sebagai berikut:
a. Menatausahakan surat-surat permohonan dari wajib pajak daan surat-surat
lainnya pada Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).
b. Manatausahakan surat-surat masuk untuk seksi pelayanan.
d. Menyelesaikan regristrasi wajib pajak dan pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak (PKP) serta permohonan NPWP.
e. Menyelesaikan permohonan penghapusan NPWP dan pengukuhan PKP.
f. Menerbitkan surat keputusan pembetulan produk hukum.
g. Pemberitahuan wajib pajak keluar/pindah masuk.
h. Menatausahakan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PN atau SPT masa
PPh pemotong dan pemungut yang telah diterima kembali dalam rangka
pengawasan kepatuhan wajib pajak.
i. Menyelesaikan permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian
SPT Tahunan PPh.
j. Melayani peminjaman/pengiriman berkas dari/ke KPP lain.
k. Melaksanakan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi.
l. Mencetak surat teguran sehubungan dengan SPT Tahunan PPh, SPT
Massa PPh, SPT Massa PPN yang tidak disampaikan atau disampaikan
tidak sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
m. Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak
(SPT).
n. Melaksanakan penyuluhan perpajakan.
o. Melaksanakan pelayanan kebutuhan informasi perpajakan yang
dibutuhkan oleh wajib pajak.
4. Seksi Penagihan
Seksi penagihan memiliki tugas sebagai berikut:
21
b. Melakukan pengawasan terhadap tunggakan dan angsuran/pelunasan
pajak.
c. Menerbitkan dan menyampaikan surat teguran kepada wajib pajak.
d. Menerbitkan dan melaksanakan surat paksa.
e. Menerbitkan SPMP (Surat Perintah Melakukan Penyitaan) dan
melaksanakan penyitaan.
f. Menerbitkan surat permintaan pemblokiran rekening wajib pajak kepada
pemimpin bank.
g. Melakukan proses lelang atas harta kekayaan penunggakkan pajak yang
telah disita.
h. Melakukan penelitian administratif dan penelitian setempat terhadap
piutang pajak yang diperkirakan tidak dapat ditagih/tidak mungkin ditagih
lagi.
i. Melakukan penelitian atas usulan penghapusan piutang pajak.
j. Menjawab konfirmasi dan tunggakan wajib pajak.
5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
Untuk lebih meningkatkan kepatuhan wajib pajak perlu dilakukan
pemeriksaan terhadap laporan pajak. Oleh sebab itu, Seksi Pemeriksaan dan
Kepatuhan Internal memeggang peranan penting bagi kelancaran adminstrasi
perpajakan, yang tugasnya adalah sebagai berikut:
a. Menatausahakan surat masuk ke Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan
Internal.
c. Menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2), Surat Pemberitahuan
(SPT) pemeriksaan pajak dan surat pemanggilan pemeriksaan pajak.
d. Menatausahakan Laporan Hasil Pemeriksaan (LPH) dan Nota perhitungan
(Nothit).
e. Mengusulkan dilakukannya penyidikan pajak.
f. Membuat laporan tentang wajib pajak patuh.
g. Pengawasan/ Kepatuhan Internal.
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Seksi Ekstensifikasi merupakan seksi baru dalam struktur KPP Modern. Seksi
ini bertugas melakukan pencarian data dalam rangka penambahan jumlah
wajib pajak. Uraian tugas Seksi Ekstensifikasi Perpajakan ini adalah sebagai
berikut:
a. Menatausahakan surat yang masuk ke Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.
b. Menerbitkan surat himbauan ber-NPWP.
c. Mencari data dari pihak ketiga dalam rangka pembentukan data
perpajakan.
d. Mencari data potensi perpajakan dalam pembuatan monografi fiskal.
e. Pembuatan Daftar biaya Komponen Bangunan (DBKB).
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
KPP Pratama Medan Timur memiliki 4 (empat) Seksi Pengawasan dan
Konsultasi (WASKON) yang dibedakan atas wilayah kerja. Untuk pembagian
sektor usaha disesuaikan oleh masing-masing Seksi Waskon. Tugas dan
23
a. Melakukan pengawasan penerbitan surat teguran kepada wajib pajak yang
belum menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
b. Melaksanakan penelitian dan analisa kepatuhan material wajib pajak.
c. Melakukan penghapusan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak
benar.
d. Pengusulan wajib pajak patuh.
e. Pengusulan wajib pajak / PKP aktif.
f. Melakukan penelitian untuk mengusulakn penerbitan Surat Keterangan
Fiskal (SKF).
g. Pemberian izin penggunaan mesin teraan materai.
h. Melakukan bimbingan dan memberikan konsultasi teknis kepada wajib
pajak.
i. Mengirimkan himbauan perbaiakan Surat Pemberitahuan (SPT).
j. Melakukan kunjungan kerja ke lokasi wajib pajak dalam rangka
pengawasan data wajib pajak.
k. Melaksanakan rekonsiliasi data wajib pajak (data maching).
l. Membuat Surat Keterangan Bebas (SKB).
8. Kelompok Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak
a. Melakukan pemeriksaan sederhana lapangan atau pemeriksaan lengkap.
b. Melakukan pemeriksaan sederhana kantor.
c. Membuat Nota Penghitungan (Nothit) pajak, Daftar Kesimpulan Hasil
Pemeriksaan (DKHP) dan Alat Keterangan (Alket).
E. Makna Lambang Kementrian Keuangan
Gambar: II.2
Lambang Kementrian Keuangan
Sumber:www.pajak.go.id
Arti dari lambang tersebut adalah:
Keterangan Umum
Motto : Negara Dana Raksa
Bentuk : Segilima dengan ukuran 5 cm dan tinggi 7cm
Tata Warna : Biru kehitam-hitaman, kuning emas, putih, dan hijau
1. Makna
1.1.Padi sebanyak 17 bulir berwarna kuning emas dan kapas sebanyak 8 butir
25
kelopak berwarna hijau. Keduanya melambangkan cita-cita Indonesia
sekaligus diberi arti tanggal lahirnya negara Republik Indonesia.
1.2 Sayap berwarna kunis emas melambangkan ketangkasan dalam
menjalankan tugas.
1.3 Gada berwarna kuning emas melambangkan daya upaya menghimpun,
mengarahkan dan mengamankan keuangan negara.
1.4 Ruangan segilima berwarna biru kehitam-hitaman melambangkan dasar
Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila.
2. Arti Keseluruhan
Makna dari keseluruhan lambang tersebut sesuai dengan motto, “Negara dana
Raksa” adalah ungkapan suatu daya yang mempersatukan dengan menyerasikan
BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK DAN URAIAN TEORITIS
A. Penyuluhan
Dalam meningkatkan penerimaan pajak maka salah satu cara yang dilakukan
adalah dengan melakukan penyuluhan.
1. Defenisi Penyuluhan
Penyuluhan merupakan suatu kegiatan yang wajib dilakukan oleh administrasi
perpajakan agar masyarakat dapat melakukan kewajiban perpajakannya. Dalam
berbagai literatur, pengertian penyuluhan biasanya dirangkai dengan pengertian
bimbingan yaitu usaha menolong atau menggarap individu yang mengealami
kesulitan atau kesukaran. Penyuluhan perpajakakan adalah suatu sistem penyampaian
informasi, konsultasi dan bimbingan secara berkesinambungan kepada masyarakat
guna meningkatkan pengetahuan , kesadaran dan kemauan anggota masyarakat
tersebut untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajibannya (Pusat
Penyuluhan,1989:1). Kegiatan penyuluhan kepada masyarakat dengan demikian
menjadi satu hal yang diberikan kepercayaan sepenuhnya untuk melaksanakan
undang-undang perpajakan tersebut, dapat melakukan kewajibannya dengan baik,
sedangkan administrasi perpajakan berkewajiban dan bertanggung jawab untuk
menyelesaikan,membimbing dan membina masyarakat agar mampu dan sadar untuk
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Jadi hanya seseorang yang mempunyai
28
tenaga professional. Petugas penyuluh fungsional ini dibutuhkan agar dapat
dilaksanakan secara professional, sehingga tujuan penyuluhan melalui konsultasi dan
bimbingan dapat tercapai dengan baik yang akhirnya dapat meningkatkan penerimaan
pajak karena masyarakat menjadi sadar dan mau melaksanakan kewajiban
perpajakannya.
2. Tujuan Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan perpajakan merupakan hal yang mutlak dilaksanakan
oleh direktorat jendral pajak, agar tugas untuk menghimpun dana dari masyarakat
untuk membiayai pembangunan sesuai dengan APBN yang telah ditetapkan
undang-undang dapat tercapai. Sedangkan pada kenyataannya yang terjadi di masyarakat dari
jaman dahulu sampai masa kini pada umumnya setiap angota masyarakat yang
mendengar istila “Pajak’’ mempunyai kesan negatif, karena pajak itu dirasakan
masyarakat sebagai sesuatu yang memberatkan dan pelaksanaannya dapat dipaksakan
karena berdasarkan undang-undang. Keadaan tersebut mengakibatkan citra pajak
menjadi kurang baik dimata masyarakat. Dengan demikian penyuluhan perpajakan
sangat diperlukan,sehingga harus memberikan kesan yang positif di kalangan
masyarakat dan bahwa pemungut pajak merupakan perwujudan dan pengabdian
dalam melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk
mewujudkanpembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan kota medan
pada khususnya. Selain daripada itu, keberhasilan pemungut pajak menganut Self
oleh masyarakat mengenai sistem pemungut pajak pada umumnya dan peraturan serta
tatacara perpajakan pada khususnya.
3. Sasaran Penyuluhan
Penyuluhan dalam melaksanakan penyuluhan harus mengetahui dan
menguasai teknik berkomunikasi yang baik serta ciri-ciri sasaran yang akan diberikan
penyuluhan. Sasaran penyuluhan adalah sebagai berikut:
3.1.Masyarakat Pada Umumnya
Penyuluhan diberikan untuk menciptakan iklim dan citra perpajakan yang
baik sehingga diperoleh dukungan yang positif dari anggota masyarakat
dalam arti terbentuk suatu opini masyarakat yang menerima kewajiban
perpajakan sebagai suatu kewajiban kenegaraan.
3.2.Masyarakat Wajib Pajak
Masyarakat wajib pajak yang sudah terdaftar maupun yang belum
terdaftar Penyuluhan kepada golongan ini diberikan terutama untuk
membantu mereka dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Hal-hal pokok yang disusun adalah tatacara perpajakan, undang-undang
perpajakan dan ketentuan pelaksanaannya.
3.3.Aparatur Negara
Aparatur Negara yang menjadi sasaran utama penyuluhan, jika ditinjau
dari 2 aspek :
3.3.1. Aparatur itu sendiri, atau PNS sebagai wajib pajak Laporan Pajak
30
3.3.2. Aparatur yang mempunyai hubungan dengan tugas pemungut
pajak, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), Bank,
Bea dan Cukai, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD), Bendaharawan Pemerintah, Perum
Pos dan Giro.
Selain itu ada juga kelompok masyarakat yang membutuhkan tindakan
penyuluhan, yakni:
1. Golongan masyarakat yang termasuk kelompok awam dalam masalah
perpajakan yaitu mereka yang sama sekali tidak mengetahui ketentuan
perundang-undangan perpajakan sehingga golongan ini belum
mengetahui hak dan kewajiban perpajakannya.
2. Golongan masyarakat yang pada umumnya sudah tau kewaiban
perpajakannya, namun dalam melaksanaannya mengalami kesulitan
karena kurang memahami petunjuk teknis perpajakan misalnya dalam
pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) dan juga dalam pengurusan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dll.
3. Golongan masyarakat wajib pajak yang memang mempunyai etikad tidak
baik dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Terhadap kelompok
masyarakat tersebut tetap diperlikan penyuluhan, untuk menyadarkan
bahwa tindakan yang bersangkutan akan mengakibatkan dapat dikenai
B. Wajib Pajak
1. Defenisi Wajib Pajak
Wajib pajak adalah setiap orang atau badan yang telah memenuhi kewajiban
objektif dan subjektif perpajakan. Wajib pajak yang diwajibkan untuk memiliki
NPWP dibedakan menjadi:
1.1.Orang Pribadi yang telah memili penghasilan diatas PTKP
Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja. Wajib pajak tersebut
wajib mempunyai NPWP sejak mulai berusaha/pekerjaan bebas karena
terkait ketentuan perpajakan, antara lain pembebanan biaya fiskal, hak
kompensasi kerugian, kewajiban pemotongan pemungutan.
1.2.Badan usaha dalam sea bentuk apapun termasuk BUT
Menurut Pasal 1 angka 3 UU KUP, wajib pajak badan adalah
sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha, meliputi
persereoan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMN atau
BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi,
dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk
usaha tetap (BUT) sehingga wajib mempunyai NPWP sejak badan
32
2. Hak dan Kewajiban
Wajib Pajak didefinisikan sebagai orang pribadi atau badan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan
kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Dari
definisi ini kita dapat memahami bahwa wajib pajak ini terdiri dari dua jenis yaitu
wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan. Namun demikian, kriteria siapa
yang harus menjadi wajib pajak ini tidak dijelaskan maka, harus melihat
Undang-Undang Pajak Penghasilan untuk mengetahui wajib pajak.
2.1.Hak Wajib Pajak
Dalam rangka untuk lebih memberikan keadilan dibidang perpajakan
yaitu antara keseimbangan hak negara dan hak warga negara pembayaran
pajak, maka Undang-Undang Perpajakan yaitu Undang-Undang tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan mengakomodir mengenai
hak dan kewajiban Wajib Pajak. Hak-hak Wajib Pajak menurut Undang
undang Nomor 28 Tahun 2007 sebagai berikut :
2.1.1. Melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1 (satu) Surat
Pemberitahuan Masa.
2.1.2. Mengajukan surat keberatan dan banding bagi Wajib Pajak dengan
kriteria tertentu.
2.1.3. Memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan untuk paling lama 2 (dua) bulan
dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau
2.1.4. Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak.
2.1.5. Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak
atau Surat Keputusan Keberatan.
2.2.Kewajiban Wajib Pajak
Kewajiban wajib pajak menurut adalah sebagai berikut :
2.2.1. Mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak,
apabila telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif.
2.2.2. Wajib menyetor pajak sesuai dengan dengan batas waktu yang
telah ditentukan.
2.2.3. Wajib melaporkan SPT Masa maupun Tahunan sesuai dengan
batas waktu yang telah ditentukan.
2.2.4. Wajib menyimpan dokumen dan pembukuan sesuai dengan jangka
waktu yang telah ditentukan.
2.2.5. Wajib memberikan kesempatan dan membantu kelancaran
34
C.Penerapan Self Assessment
Self Assessment merupakan salah satu skema dalam alur kerja KUP. Self
Assessment merupakan asas yang berlaku di Indonesia, dimana subjek pajak
mendaftarkan diri menjadi wajib pajak dengan memperoleh NPWP kemudian setelah
menajadi wajib pajak, maka wajib pajak tersebut diberikan kepercayaan oleh negara
dalam menghitung, membayar, dan melaporkan pajaknya.
1. Mendaftarkan Diri
Setiap orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
perundang-undangan dapat dikenai pajak. Subjek pajak yang telah memenuhi syarat
objektif dan subjektif perpajakan berkewajiban mendaftarkan diri menjadi
wajib pajak dimana wajib pajak tersebut telah memiliki penghasilan diatas
PTKP dan akan medapatkan NPWP.
2. Menghitung Pajak
Wajib pajak dalam Self Assessment melakukan penghitungan atas
pajaknya sendiri dari segala penghasilan yang ia miliki. Dalam menghitung
pajak ada dua cara yaitu dengan melakukan pembukuan dan pencatatan.
2.1.Metode Pembukuan
Metode pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan
secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah
harga perolehan dan penyerahan barang dan jasa. Metode pembukuan
dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi yang peredaran usahanya atau
wajib pajak badan di Indonesia yang telah mendaftarkan diri. Kewajiban
wajib pajak yang menyelenggarakan pembukuan adalah menyusun
Neraca Laporan Keuangan dan Laporan Laba Rugi.
2.2.Metode Pencatatan
Metode pencatatan terdiri dari data yang dikumpulkan secara teratur
tentang peredaran atau penerimaan bruto dan atau penghasilan
brutosebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang
termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang dikenakan
pajak yang bersifat final. Metode ini hanya boleh dilakukan oleh wajib
pajak orang pribadi saja dengan menggunakan norma perhitungan dimana
penghasilan dari peredaran usahanya atau penerimaan brutonya kurang
dari Rp 4.800.000.000 dalam setahun (teritung sejak tahun pajak 2009).
2.3.Metode Final dengan PP 46
PP 46 merupakan metode yang baru lahir di Indonesia pada 1 Juli
2013 dimana perhitungan dengan metode ini hanya dengan menggunakan
penghasilan bruto dan dikalikan 1%. Metode ini dapat digunakan oleh
wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan yang omsetnya kurang
dari Rp 4.800.000.000 dalam setahun, dan tidak berlaku bagi wajib pajak
orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas. Misalnya: Dokter,
36
3. Pembayaran dan Penyetoran Pajak
Pasal 1 ayat 10 mengartikan pajak terutang adalah pajak yang harus dibayar
suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak,dan bagian tahun pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Membayar pajak
terutang merupakan kewajiban setiap wajib pajak yang telah menghitung pajaknya
sendiri dengan menggunakan yang mana sejumlah uang tersebut akan diteruskan ke
kas negara. Pembayaran pajak dapat melalui kantor pos ataupun bank yang telah di
tunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak dengan menggunakan Surat Setoran Pajak
(SSP) dan bisa melalui media elektronik maupun internet banking ataupun dengan
Gambar.III.1
Mekanisme Pembayaran dan Penyetoran Pajak
Sumber: www.google.com
Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak
yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara
lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang di tunjuk oleh Menteri Keuangan
(Pasal 1 angka 14 UU KUP).
WAJIB PAJAK
S S P
SARANA ADMINISTRASI
LAINNYA
INTERNET BANKING
PEMBAYARAN SECARA ELEKTRONIK
MEDIA LAIN KAS
38
Tabel. III.2
TANGGAL JATUH TEMPO PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK
NO JENIS PAJAK TANGGAL JATUH TEMPO
1
a. Penjualan saham dibursa efek b.Penghasilan bunga/diskonto obligasidi bursa efek
PPh Pasal 21 PPh Pasal 23/26 PPh Pasal 25
Pasal 22, PPN/PPnBM atas Impor dilunasi sendiri
PPN/PPnBM atas Impor dipungut DJBC
PPhPasal 22, Pemungutan Bendaharawan APBN
PPh pasal 22, Produk pertamina, Bulog
PPh pasal 15 oleh Badan-Badan tertentu
PPN/PPnBM
PPN/PPnBM oleh bendaharawan pemerintah
Tgl. 20 bulan berikutnya Tgl. 10 bulan berikutnya
Tgl. 10 bulan berikutnya Tgl. 10 bulan berikutnya Tgl. 15 bulan berikutnya
-Tanggal yang sama pada saat pembayaran bea masuk
-Tanggal yang sama dengan saat penyelesaian dokumen impor bila bea masuk ditunda/dibebaskan
1 hari setelah pemungutan pajak dilakukan
Pada hari yang sama pada saat pembayaran
Dilunasi sendiri oleh WP sebelum SPPB ditebus
Tgl. 15 bulan berikutnya
Akhir bulan berikutnya sebelum pelaporan
Tanggal7 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir
Sumber: ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Catatan: Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran/penyetoran jatuh pada hari libur,
maka pembayaran/penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
4. Pelaporan Pajak
Bagi seluruh wajib pajak yang sudah mendaftarkan diri wajib mengisi dan
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan
untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau
bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan
undang-undang perpajakan. Surat pemberitahuan terbagi 2 jenis yaitu:
4.1. Surat Pemberitahuan (SPT) Masa
SPT Masa adalah SPT yang dilaporkan wajib pajak ke kantor pajak setiap bulannya. SPT yang disampaikan setiap bulan ini adalah:
4.1.1. PPh Pasal 21 dan pasal 26
4.1.2. PPh Pasal 22 PPh Pasal 23 dan 26
4.1.3. PPh Pasal 25
4.1.4. PPh Pasal 4 ayat 2
4.1.5. PPh Pasal 15
4.1.6. PPN (Form 1111) dan PPN bagi Pemungut (Form 1107 PUT)
4.2. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan
SPT Tahunan adalah SPT yang dilaporkan wajib pajak ke kantor pajak
setiap tahunnyaa. SPT yang disampaikan setiap tahun ini adalah:
4.2.1. SPT Tahunan Badan:
SPT 1771 dan SPT 1771$
4.2.2. SPT TAHUNAN PPh OP
SPT 1770,1770S, dan 1770SS
Setiap wajib pajak wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas,
dalam bahas Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata
uang rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat
40
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (Pasal 3 ayat 1 UU KUP).
5. Tata Cara Pelaporan SPT
Wajib pajak yang hendak melaporkan SPT mendatangi atau mencetak sendiri
formulir SPT yang akan dilapor. Setelah medapatkan formulir yang ingin dilapor,
wajib pajak mengisi sendiri perincian pajak yang telah tertera di SPT. Setelah SPT
diisi dengan benar, lengkap, dan jelas, SPT yang ingin dilapor wajib ditandatangani.
Setelah SPT ditandatangani maka SPT tersebut dapat dilaporkan ke Kantor Pelayan
Pajak.
6. Batas Penyampaian SPT :
6.1.SPT Masa paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak (kecuali PPn,
yang paling lambat ialah akhir bulan berikutnya).
6.2.SPT Tahunan untuh wajib pajak orang pribadi paling lambat pada 31
Maret setelah akhir tahun pajak, dan 30 April setelah akhir tahun pajak
untuk wajib pajak badan.
7. Surat Pemberitahuan (SPT) dianggap tidak disampikan apabila:
7.1.SPT tidak ditandatangani
7.2.SPT sepenuhnya tidak dilampiri keterangan dan atau dokumen
sebagaimana diatur peraturan Mentri Keuangan
7.3.SPT Lebih Bayar disamapaikan setelah 3 tahun sesudah berakhirnya
masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak, dan wajib pajak telah
ditegur secara tertulis.
7.4.SPT disampaikan setelah Dirjen Pajak melakukan pemeriksaan atau
8. Sanksi Administratsi
8.1.Sanksi Berupa Bunga
Tabel. III.3
Sanksi Administrasi Berupa Bunga
No Tindakan Pelanggaran Pajak UU KUP Sanksi berupa bunga
1
2
3
4
5
Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Pasal 8 ayat (2) UU KUP Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar.
Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar.
Pembayaran atau penyetoran Pasal 9 ayat (2a) UU KUP pajak berdasarkan SPT Masa yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak.
Pembayaran atau enyetoran pajak berdasarkan SPT Tahunan yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo penyampaian SPT Tahunan.
Dari hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar.
Pasal 8 ayat (2) UU
2%per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian SPT berakhir sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
2% per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak
jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung Penuh 1 (satu) bulan.
2% pet bulan dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
2% per bulan dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu penyampaian SPT Tahunan sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
42
6
7
8
9
Apabila Wajib Pajak diterbitkan NPWP dan atau dikukuhkan PKP secara jabatan.
SKPKB yang diterbitkan setelah melewati jangka waktu 5 (lima)tahun, yang diterima oleh Wajib Pajak yang dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dari penelitian rutin:
a. PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;
b. SPT salah tulis/salah hitung sehingga terdapat kekurangan pembayaran pajak.
Bagi PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan.
Pasal 13 ayat (2) UU
pajak, bagian tahun pajakatau tahun pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB). 2% per bulan dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajakatau tahun pajak sampai dengan diterbitkannya 5KPKB. 48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar.
2% per bulan untuk selama-lamanya 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak atau bagian tahun pajak atau tahun pajak sampai dengan diterbitkannya STP.
2% per bulan dari jumlah yang ditagih kembali, dihitung dari tanggal penerbitan SPKP2 sampai dengan tanggal penerbitan STP, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
8.2.Sanksi Berupa Denda
Tabel III.4 Sanksi Berupa Denda
No Tindakan Pelanggaran Pajak UU KUP Sanksi Berupa Denda
1
2
3
4
SPT tidak disampaikan sesuai atas waktu penyampaian atau batas waktu perpanjangan penyampaian SPT.
Meskipun telah dilakukan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan tindakan penyidikan, Wajib Pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran tentang data yang dilaporkan dalam SPT dengan disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang.
Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP, tetapi tidak membuat Faktur pajak atau membuat Faktur Pajak, tetapi tidak tepat waktu. PKP tidak mengisi Faktur pajak secara lengkap sesuai dengan ketentuan Pasal l3 ayat (5) UU Nomor 42 Tahun 2008 tentang perubahan Ketiga atas UU Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (UU PPN), selain:
1. ldentitas pembeli, dalam hal penyerahan
dilakukan oleh PKP pada umumnya; atau
2. Identitas pembeli serta nama dan tanda
tangan, dalam hal penyerahan dilakukan
Pasal 7 ayat (1) UU b. Rp 100.000,- untuk SPT Masa lainnya; c. Rp l.000.000,- untuk SPT Tahunan PPh Wajib pajak Badan;
d. Rp 100.000,- untuk SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi.
150% dari jumlah pajak yang kurang dibayar.
2% dari dasar pengenaan pajak.
44
5
6
7
oleh PKP pedagang eceran.
PKP melaporkan Faktur Pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan Faktur Pajak.
Keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian.
Permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian.
Pasal 25 ayat (9) UU KUP
Pasal 14 ayat (4) UU KUP
Pasal 21 ayat (5d) UU KUP
2 %dari dasar pengenaan pajak
50% dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan. Sanksi administrasi berupa denda 50% tersebut tidak dikenakan dalam hal Wajib Pajak mengajukan banding.
100% dari jumlah pajak berdasarkan putusan banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
8.3.Sanksi Berupa Kenaikan
Tabel III.5
Sanksi Berupa Kenaikan
No Tindakan Pelanggaran Pajak UU KUP Sanksi Kenaikan
1
2
3
4
Wajib Pajak mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT setelah jangka waktu pembetulan SPT berakhir dan belum pernah diterbitkan surat ketetapan pajak, yang mengakibatkan pajak kurang dibayar.
SPT tidak disampaikan sesuai jangka waktu penyampaiannya dan setelah ditegur secara tertulis 5PT tetap tidak disampaikan pada waktunyasebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran.
Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai PPN dan PPn BM, ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0%.
Apabila Wajib Pajak tidak melakukan pembukuan atau ketika diperiksa Wajib Pajak tidak:
a. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang dipeproleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;
Pasal 8 ayat (5) UU
50% dari pajak yang kurang dibayar.
a. 50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu tahun pajak
b. 100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor.
100% dari PPN atas barang dan jasa dan Ph BM yang tidak atau kurang dibayar.
a. 50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu tahun pajak;
46
5
6
7
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan atau
c. Memberikan keterangan lain yang diperlukan,sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang.
Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Kealpaan yang dilakukan ini adalah kealpaan yang pertama kali dilakukan oleh Wajib Pajak.
Sanksi kenaikan sebesar 200% dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan SKPKB.
Diterbitkan SKPKBT, karena ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang telah mendapat pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, diterbitkan SKPKB.
Pasal 134 UU KUP
Pasal 15 ayat (2) UU KUP
Pasal 17C ayat (5) UU KUP
tetapi tidak atau kurang disetor.
Sanksi kenaikan sebesar 200% dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan SKPKB.
100% dari jumlah kekurangan pajak.
100% dari jumlah kekurangan pajak.
8.4.Sanksi Pidana
Sanksi yang keempat dalam kasus perpajakan adalah sanksi pidana.
Sanksi pidana diterapkan dalam hal:
8.4.1 WP karena kealpaanya tidak menyampaikan SPT Tahnan atau
menyampaikan tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap,
sehingga dapat menimbulkan kecurigaan pendapatan negara
diancam pidana kurungan selama-lamanya satu bulan dan denda
setinggi-tingginya 2 kali jumlah pajak yang terutang yang tidak
atau kurang dibayar (Pasal 38).
8.4.2. WP dengan sengaja tidak menyampaikan SPT Tahunan atau
menyampaikan tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap,
sehingga dapat menimbulkan kerugian pendapatan negara diancam
pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) tahun dan denda
setinggi-tingginya 4 kali jumlah pajak yang terutang yang tidak
atau kurang dibayar (Pasal 39).
8.4.3. P melakukan percobaan untuk menyampaikan SPT Tahunan dan
atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap dalam
rangka mengajukan restitusi atau melakukan kompensasi pajak
dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 6 (enam) tahun
dan denda setinggi-tingginya 4 kali jumlah restitusi yang
dimohon/atau kompensasi yang dilakukan oleh wp.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN EVALUASI DATA
A. Analisis Data
Tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan dapat
diketahui berdasarkan data yang didapat dengan membandingkan data terhadap wajib
pajak terdaftar dengan jumlah terlapornya Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
1. Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Dan Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Berikut merupakan data wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan yang
terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur selama 5 (lima) tahun,
yaitu terhitung sejak tahun 2010, 2011, 2012, 2013, dan 2014.
Tabel .IV.1
Jumlah Wajib Pajak di KPP Medan Timur Tahun
Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Presentase Wajib Pajak
Dari tebel diatas, dapat kita lihat bahwa jumlah wajib pajak baik wajib pajak
pripadi maupun wajib pajak badan di KPP Pratama Medan Timur tiap tahun
meningkat dengan presentase wajib pajak pertahun juga meningkat. Hal ini
merupakan hal yang baik guna menambah penerimaan pajak dengan perbandingan
jumlah wajib pajak yang meningkat, tentu akan meningkatkan penerimaan pajak dan
wajib pajak tersebut merupakan wajib pajak patuh demi meningkatkan jumlah pajak
untuk negara.
2. Perencanaan dan Realisasi Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Adapun perencanaan yang telah disusun oleh KPP Pratama Medan Timur
terhadap penerimaan pajak tiap tahunnya. Target ini disusun sedemikian rupa
berdasarkan terhadap data wajib pajak pribadi maupun wajib pajak badan yang telah
terdaftar. Sehingga, target ini merupakan perencanaan dalam pencapaian maksimal
yang telah disesuaikan dengan potensi wajib pajak yang terdaftar tersebut. Hal ini
merupakan pembanding antara perencanaan dan realisasi lapangan yang menajadi
dasar dalam melihat tingkat kepatuhan wajib pajak.
Tabel. IV.2
Perencanaan Penerimaan Pajak Orang Pribadi di KPP Medan Timur
Tahun Rencana Penerimaan
WP OP Realisasi Persentase
Presentase Realisasi
2010 19.189.619.282 10.787.963.773 56,22%
124,13% 129,35% 311,07% 63,19%
2011 13.285.210.004 13.391.837.859 100,80%
2012 23.374.190.000 17.323.229.578 74,11%
2013 30.723.239.000 53.887.885.023 175,40%
2014 44.722.261.000 34.056.875.224 76,15%
50
Tabel IV.3
Perencanaan Penerimaan Pajak Badan di KPP Medan Timur
Tahun Rencana Penerimaan
WP BADAN Realisasi Persentase
Presentase Realisasi
2010 36.542.066.044 25.899.945.138 70,88%
110,52% 85,65% 181,38%
79,87%
2011 87.673.953.046 28.621.299.004 32,65%
2012 24.021.850.522 24.516.959.542 102,06%
2013 38.920.586.144 44.470.010.294 114,26%
2014 58.985.271.000 35.520.425.790 60,22%
Sumber: Seksi Pengelohan Data dan Informasi KPP Medan Timur
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa pencapaian target penerimaan pajak di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tidak stabil dalam angka
presentasenya. Sebagai contoh di tahun 2013 yang presentase penerimaan pajak dari
target melebihi 14% dari target dan turun kembali pada tahun 2014 sebanyak 23,85%.
Begitu juga dengan wajib pajak badan, penerimaan yang ditargetkan tahun 2013 dan
2014, presentase realisasi penerimaan pajak melambung cukup tajam dengan
presentase melebihi 100%, namun hal itu tidak berlangsung lama, karena pada tahun
berikutnya, yakni pada 2014 presentase penerimaan pajak menurun kembali sebanyak
40%. Hal tersebut didasarkan dengan dengan presentase realisasi yang merupakan
nilai dari perbandingan penerimaan pajak dari tiap tahun ke tahun yang nilainya juga
tidak stabil. Hal ini bisa dilihat dari nilai presentase realisasi di tahun 2011 ke tahun
3. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan Dalam Pelaporan SPT Tahunan di Kantor Pajak Pratama Medan Timur Tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan dapat
dilihat dari segi kewajibannya. Pada bab 3 telah dijelaskan apa yang menjadi
kewajiban wajib pajak yang diatur dalam kewajiban wajib pajak menurut
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009. Salah satu kewajiban wajib pajak dari yang telah
dijabarkan adalah wajib melaporkan SPT sesuai dengan batas waktu yang telah
ditentukan. Namun pada kenyataannya SPT yang dilapor ke Kantor Pelayanan Pajak
Medan Timur tidak 100% dari jumlah wajib pajak yang wajib lapor SPT. Berikut data
yang menjelaskan pelaporan SPT tahunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur.
Tabel IV.4
Pelaporan SPT Tahunan WP OP di KPP Medan Timur
Tahun
Lapor Persentase
2010 75.448 49.607 15.295 34.312 30,83%
2011 83.061 54.583 27.145 27.438 49,73%
2012 88.527 58.206 26.327 31.879 45,23%
2013 93.027 55.269 27.637 27.632 50,00%
2014 98.026 49.184 26.198 22.986 53,27%
52
Tabel IV.5
Pelaporan SPT Tahunan WP Badan di KPP Medan Timur Tahun
Lapor Persentase
2010 7.347 3.458 1.878 1.580 54,31%,
2011 8.088 3.807 2.130 1.677 55,95%
2012 9.006 4.239 2.122 2.117 50,06%
2013 9.125 4.572 2.180 2.392 47,68%
2014 9.693 4.277 2.203 2.074 51,51%
Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Medan Timur
Berdasarkan data diatas dapata kita lihat:
a. Tingkat Kepatuhan WP OP dalam Penyampaian SPT Tahunan
Dalam memenuhi tahap ketiga dalam Self Assessment maka wajib
pajak harus melaporkan SPT Tahunannya ke Kantor Pelayanan Pajak.
Namun, pada kenyataannya pelaporan SPT Tahunan oleh wajib pajak
orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak belum 100% terealisasi, bahkan
pelaporan SPT Tahunan pada tahun 2010 sungguh sangat rendah, dimana
angkanya hanya 30,83% dari jumlah wajib pajak Wajib Lapor SPT. Dalam
kurun 5 (lima) tahun berturut turut, pelaporan SPT Tahunan tidak pernah
melebih 60%. Disini dapat kita lihat bahwa masyarakat Medan timur,
khusunya wajib pajak terdaftar dan wajib lapor SPT belum memenuhi
kewajiban perpajakannya dalam hal pelaporan SPT Tahunan.
b. Tingkat Kepatuhan WP Badan dalam Penyampaian SPT Tahunan
Tidak jauh berbeda dengan wajib orang pribadi, wajib pajak badan