• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGAM BIMBINGAN KONSELING DENGAN METODE HOME VISIT DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN DAN MEMANTAU PERILAKU AGAMA SISWA DI SMK SARASWATI SALATIGA 2017 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGAM BIMBINGAN KONSELING DENGAN METODE HOME VISIT DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN DAN MEMANTAU PERILAKU AGAMA SISWA DI SMK SARASWATI SALATIGA 2017 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
248
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLEMENTASI PROGAM BIMBINGAN KONSELING

DENGAN METODE

HOME VISIT

DALAM

MENANGGULANGI KENAKALAN DAN MEMANTAU

PERILAKU AGAMA SISWA DI SMK SARASWATI

SALATIGA 2017

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

TRI PUJI LESTARI

NIM: 111-13-146

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

▸ Baca selengkapnya: contoh laporan home visit bk

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

Artinya:

Sesungguhnya sesu

dah kesulitan itu ada kemudahan”

.

(QS. Al Insyirah ayat 6)

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi sederhanaku ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orangtuaku, Bapak Hadi Wiyono dan Ibu Sutiyem yang tiada henti

mendoakanku dan banyak pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku

selalu kuat menjalani segala rintangan hidup di perantauan.

2. Kakak-kakakku tersayang, Mbak Martini, Mas Agus, Mas Tono, Mbak

Erna yang selalu memberiku semangat, motivasi, dorongan, dan

membantu biaya sehingga saya mampu bertholabul ilmi sampai detik ini,

serta adik-adiku keponakan Faris, Luthfi, dan Gilang yang selalu

memberiku canda tawa selama ini sehingga saya dapat menghilangkan

kegalauan dalam hidup ini.

3. Abah KH. Mahfudz Ridwan, Lc. (Alm.), Ibu Hj. Nafisah, Gus Muhammad

Hanif M.Hum. dan Bu Rosyidah, Lc. Beliau orangtua keduaku yang

senantiasa memberikan petuah dan doanya hingga aku dapat menemukan

ketentraman hidup di Pondok Pesantren Edi Mancoro.

4. Ustadz-ustadzahku yang mulia dari SD sampai sekarang yang telah

memberikan ilmu yang insyaallah sangat bermanfaat di dunia dan akhirat,

serta guru-guruku terhebat yang saya hormati yang telah membimbing

(8)

viii

5. Keluarga besar YAA BISMILLAH dan pemerintah yang telah

mengadakan program Bidik Misi sehingga saya dapat melanjutkan studi

saya di IAIN Salatiga sampai selesai.

6. Seseorang yang selalu menguatkan saya dengan cara yang berbeda dan

unik sehingga saya dapat melawan kemalasan, putus asa, dan kegalauan

dalam menyelesaikan skripsi sederhana ini.

7. Sahabat-sahabatku yang saya sayangi Adzkia, Wirda, Faiq, Mar’ah, Dian,

Fatin, Anggun, dan Bastia yang kami sering menyebutnya grup “Wanita

Karier” , semoga nama itu tidak hanya menjadi nama grup semata,

melainkan doa semoga kita semua menjadi wanita karir yang sholihah dan

berwibawa. Terimakasih atas semua dukungan dan motovasi dari

sahabat-sahabat.

8. Saudara-saudaraku Pengurus Demisioner Periode 2016/2017 mb Dina,

Hesti, Bred, Us, Puri, Marin, Indi, Bugeng, Isma, Hiday, Anida, Nopita

yang selalu menghiburku disetiap saat dengan kekocakan dan kelucuan

kalian.

9. Teman-teman PPL, KKN, serta teman-teman PAI angkatan 2013 yang

telah menjadi teman seperjuangan dalam menuntut ilmu selama kurang

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah

Swt yang selalu memberikan nikmat, kaunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada

penulis sehinggap penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

Implementasi Program Bimbingan dan Konseling dengan Metode Home Visit

dalam Menanggulangi Kenakalan dan Memantau Perilaku Agama Siswa di SMK

Saraswati Salatiga 2017.

Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang

selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya

umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan

menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.

Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari

berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Ibu Dr. Muna Erawati, M.Si, selaku pembimbing skripsi yang telah

membimbing dengan ikhlas, tulus, mengarahkan, dan meluangkan waktunya

(10)
(11)

xi ABSTRAK

Lestari, Tri Puji. 2017. Implementasi Progam Bimbingan Konseling dengan Metode Home Visit dalam Menanggulangi Kenakalan dan Memantau Perilaku Agama Siswa di SMK Saraswati Salatiga 2017. Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Muna Erawati M.Si.

Kata Kunci: bimbingan konseling, home visit, kenakalan siswa, dan perilaku agama.

Penelitian ini membahas tentang implementasi program bimbingan konseling dengan metode home visit dalam menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku agama siswa di SMK Saraswati Salatiga. Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi program bimbingan dan konseling dengan metode home visit, apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat program bimbingan dan konseling dengan metode home visit, dan apa saja hasil dari program bimbingan dan konseling dengan metode

home visit dalam menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku agama siswa di SMK Saraswati Salatiga.

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Keseluruhan data diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Proses penyajian data dilakukan dengan pendekatan deskriptif-kualitatif, yaitu dengan cara analisis menggunakan kata-kata untuk menangkap fakta, variabel dan keadaan yang didapat ketika penelitian berlangsung dan menjelaskan data yang didapatkan.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v

MOTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL DAN DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Penegasan Istilah ... 7

F. Metode Penelitian ... 13

(13)

xiii BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Bimbingan Konseling

1. Pengertian Bimbingan Konseling ... 23

2. Tujuan Bimbingan Konseling ... 25

3. Fungsi-fungsi Bimbingan Konseling ... 28

4. Relevansi Tujuan dan Fungsi BK dengan Islam ... 30

5. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling ... 34

6. Asas Bimbingan Konseling ... 34

7. Faktor Penunjang Kegiatan BK di Sekolah ... 41

B. Teori Metode Home Visit 1. Pengertian Metode Home Visit ... 43

2. Tujuan Metode Home Visit ... 45

C. Teori Kenakalan Siswa 1. Pengertian Siswa... 48

2. Fakta-fakta Siswa ... 48

3. Pengertian Kenakalan Siswa ... 50

4. Masalah Siswa di Sekolah ... 51

5. Upaya Pencegahan Kenakalan Siswa ... 53

6. Penyebab Terjadinya Kenakalan Siswa ... 57

7. Problem Solving ... 58

D. Teori Perilaku Agama 1. Pengertian Perilaku Agama ... 63

(14)

xiv

3. Hal-hal yang Merusak Perilaku Agama... 78

4. Cara Meningkatkan Perilaku Agama ... 84

5. Nasihat Al-Ghazali kepada Generasi Muda dalam Kitab Ayuhal Walad ... 86

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data dan Lokasi Penelitian 1. Sejarah dan Profil SMK Saraswati Salatiga ... 89

2. Identitas Sekolah... 89

3. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ... 90

4. Tata Tertib Siswa ... 91

5. Kurikulum ... 95

6. Sistem Pembelajaran... 95

7. Tempat Pembelajaran ... 95

8. Daftar Jumlah Guru dan Mata Pelajaran SMK Saraswati ... 95

B. Program Bimbingan Konseling di SMK Saraswati Salatiga 1. Visi dan Misi Bimbingan Konseling ... 97

2. Bagan dan Tabel Program Bimbingan Konseling ... 98

C. Upaya Guru Agama Meningkatkan Moral Siswa ... 104

D. Profil Subjek Penelitian ... 106

(15)

xv BAB IV PEMBAHASAN

A. Analisis Implementasi Program BK dengan Metode Home Visit

1. Analisis Program BK di SMK Saraswati Salatiga... 126

2. Analisis Implementasi Home Visit ... 142

a. Pelaksanaan BK dengan metode Home Visit ... 142

b. Metode Home Visit ... 143

c. Anggaran Home Visit ... 145

d. Kategori Siswa yang dilakukan Home Visit ... 146

e. Tindak Lanjut Setelah Home Visit ... 147

B. Analisis Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Program Bimbingan Konseling dengan Metode Home Visit 1. Faktor Pendukung ... 150

2. Faktor Penghambat ... 157

C. Analisis Hasil Program Bimbingan Konseling dengan Metode Home Visit ... 160

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 172

B. Saran ... 175

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(16)

xvi

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

Tabel 3.1 Daftar Jumlah Guru dan Mata Pelajaran ... 95

Bagan 3.1 Struktur Organisasi BK ... 98

Tabel 3.2 Pembagian Tugas Guru Pembimbing ... 99

Bagan 3.2 Mekanisme Kerja Bimbingan Konseling ... 101

Tabel 3.3 Identifikasi Kebutuhan dan Permasalahan Siswa ... 101

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Gambar Selama Proses Penelitian

Lampiran II : Instrumen Penelitian

Lampiran III : Verbatim Wawancara

Lampiran IV : Surat Penunjukan Pembimbing

Lampiran V : Surat Ijin Penelitian

Lampiran VI : Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran VII : Lembar Konsultasi

Lampiran VIII : Nilai SKK

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu dan teknologi terus berkembang sejalan dengan perkembangan

kehidupan manusia. Pola kehidupan semakin bergeser pada pola yang

semakin universal. Suatu permasalahan yang sering muncul di masayarakat

adalah berkisar pada permasalahan remaja, pendidikan, dan pergaulan

masyarakat. Bila melihat dunia remaja sekarang, kita merasa khawatir dan

kengerian yang luar biasa, terutama bila kita melihat sekumpulan remaja yang

masih berseragam sekolah di pusat-pusat keramaian yang tidak jelas

tujuannya. Salah satu masalah yang dihadapi remaja adalah semakin

menurunnya tata krama kehidupan sosial dan etika moral remaja dalam

praktik kehidupan, baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan sekitarnya.

Perubahan zaman telah mengubah gaya hidup para remaja, sangat diperlukan

adanya pemahaman, pendalaman, serta ketaatan terhadap ajaran-ajaran agama

yang dianut. Kenyataan sehari-hari menunjukan bahwa remaja yang

melakukan penyimpangan sebagian besar kurang memahami norma-norma

agama, bahkan mungkin lalai menunaikan perintah-perintah agama (Syafaat,

2008 :1-3).

Perilaku remaja dewasa ini merupakan masalah yang harus mendapatkan

perhatian yang serius. Dikatakan demikian karena masalah sosial ini dapat

memberikan dampak yang buruk bagi perkembangan remaja. Realitas sosial

(19)

tindakan-2

tindakan penyimpangan yang pada dasarnya melanggar norma-norma yang

berlaku dalam masyarakat (Ael-Hakim, 2014: 82). Tindakan-tindakan tersebut

sering terjadi di kalangan remaja yang masih berstatus siswa misalnya

tawuran antar sekolah, berkelahi dengan teman, bolos sekolah, pacaran

berlebihan bahkan sampai ada yang minum-minuman keras. Hal-hal seperti

itu bisa terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor internal

misalnya dia hidup di keluarga yang broken home, orang tua yang sering

bertengkar, ketidakharmonisan dalam keluarga, ataupun tekanan-tekanan dari

orang tua yang sifatnya memaksakan. Sedangkan faktor eksternal misalnya

pergaulan bebas, pengaruh teman sebaya, lingkungan masyarakat,

tayangan-tanyangan televisi, efek media masa dan lain sebagainya (Ael-Hakim, 2014:

83-85).

Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku kekerasan pada

remaja, tetapi yang paling banyak berpengaruh yaitu keluarga. Seperti

pendapat Furhmann dalam Munandar (2004: 76), keluarga adalah lembaga

yang mempunyai pengaruh paling banyak pada perkembangan anak dan

remaja. Timbulnya konflik dalam keluarga akan berakibat negatif terhadap

anak, keluarga juga mempunyai pengaruh mendalam karena kemudian akan

diterima, dipahami, diproses dan nantinya akan ditiru dengan melakukan hal

yang sama dalam menghadapi masalah. Adapun proses meniru dan

memahami suatu permasalahan di dalam keluarga disebabkan adanya proses

belajar sosial. Sebagai contoh: dalam keluarga, menjadi saksi kekerasan dapat

(20)

3

menganggap kekerasan sebagai cara yang sah atau lebih baik untuk

menyelesaikan konflik.

Namun banyak para ahli yang menyatakan bahwa tidak semua anak yang

nakal itu buruk, akan tetapi mereka sedang mencari jati diri dan mempunyai

banyak kekreativitasan. Menurut Munandar (2004: 35), “Biasanya anak yang

kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran

serta aktifitas yang kreatif, anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri

dan memiliki percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko daripada

anak-anak pada umumnya. Merekapun tidak takut membuat kesalahan dan

mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui orang

lain”. Namun meskipun begitu pada masa-masa inilah remaja perlu

pendampingan dan arahan dari orang-orang terdekatnya, baik itu dari

keluarga, guru, sahabat ataupun saudara-saudaranya. Ketika pada masa ini

remaja dapat melalui dengan sempurna tanpa perilaku abnormal, maka bisa

diharapkan remaja tersebut tidak terjerumus pada perilaku yang menyimpang

atau yang dikenal dengan istilah kenakalan remaja. Namun pada

kenyataannya banyak di masyarakat ditemukan remaja-remaja yang tidak

dapat melalui dengan sempurna sehingga banyak remaja sering melakukan

hal-hal yang menyimpang terutama remaja-remaja yang masih berstatus siswa

dimana tingkat emosianalnya labil, mempunyai sifat yang hanya menuruti

hawa nafsunya. Salah satu bentuk persoalan remaja adalah kenakalan remaja

(21)

4

Islam secara tegas mengungkapakan apabila orang tua memikul amanah

dunia akhirat terkait dengan anak. Islam memerintahkan agar orang tua

berlaku sebagai kepala dan pemimpin dalam keluarganya serta berkewajiban

untuk memelihara keluarganya dari api neraka sebagaimana firman Allah swt

dalam QS. At- Tahrim ayat 6 yang artinya :“Hai orang-orang yang beriman,

peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya

adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,

dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada

mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”

Jadi dengan melihat fenomena-fenomena yang terjadi sekarang di

kalangan remaja menjadi PR kita semua dalam mengatasi hal tersebut. Tidak

hanya orang tua saja yang bertanggung jawab akan penyimpangan

anak-anaknya yang masih duduk di bangku sekolah, namun sekolah juga harus

bertanggungjawab dalam mengatasi hal tersebut, terutama pada guru agama

yang mengajarkan tentang perilaku agama yang baik, dimana pasti akan

dimintai pertanggungjawabannya. Pihak Selain itu di sekolah-sekolah pasti

banyak dijumpai yang namanya guru BK yang memberikan dorongan dan

motivasi kepada siswa untuk membuat perubahan-perubahan dengan

memanfaatkan potensi secara maksimal sehingga dapat mewujudkan diri

(Ael-Hakim, 2014: 249). Selain itu salah satu tugas guru BK yaitu mengatasi

siswa-siswa yang perilakunya kurang baik atau menyimpang, mengarahkan

(22)

5

Pembinaan secara formal dalam proses belajar mengajar bukan

semata-mata menghasilkan hal yang positif, akan tetapi ada pula dampak negatif yang

tidak dapat dihindari. Oleh karena itu perlu adanya tindakan-tindakan/

perilaku khusus dari para guru agar kondisi lingkungan sekolah tercipta

lingkungan yang sehat baik itu fisik maupun psikis (Sudarsono, 2004: 7-9). Di

SMK Saraswati Salatiga terdapat salah satu program yang mana jarang

ditemukan di sekolah-sekolah lainnya yaitu program BK dengan metode

home visit. Dimana guru agama, guru BK, dan wali kelas mendatangi rumah

siswa yang berperilaku tidak seperti siswa pada umumnya seperti halnya

siswa yang sering bolos, tawuran di sekolah, berkelahi antar teman dan lain

sebagainya, home visit mempunyai tujuan untuk memantau perilaku agama

siswa dan menanggulangi kenakalan siswa. Maka dengan adanya hal ini

diperlukan penelitian yang lebih lanjut mengenai program BK dengan metode

home visit di SMK Saraswati Salatiga dan nantinya dapat dijadikan bahan

refleksi diri dan dapat memberikan suatu manfaat. Dengan demikian peneliti

mengambil judul “IMPLEMENTASI PROGAM BIMBINGAN

KONSELING DENGAN METODE HOME VISIT DALAM

MENANGGULANGI KENAKALAN DAN MEMANTAU PERILAKU

(23)

6 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan di

atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi program bimbingan konseling dengan metode

home visit dalam menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku agama

siswa di SMK Saraswati Salatiga?

2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat progam

bimbingan konseling dengan metode home visit di SMK Saraswati

Salatiga?

3. Apa saja hasil dari program bimbingan konseling dengan metode home

visit di SMK Saraswati Salatiga?

C. Tujuan Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai

implementasi program bimbingan konseling dengan metode home visit dalam

menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku agama siswa di SMK

Saraswati Salatiga. Secara spesifik tujuan yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui implementasi program bimbingan konseling dengan

home visit dalam menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku agama

(24)

7

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat progam

bimbingan konseling dengan metode home visit di SMK Saraswati

Salatiga.

3. Untuk mengetahui hasil dari program bimbingan konseling dengan metode

home visit di SMK Saraswati Salatiga.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang

jelas bagi pembaca. Terdapat 2 manfaaat yakni manfaat teoritis dan manfaat

praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya segala bidang kegiatan

Pendidikan Agama Islam, khususnya bentuk kolaborasi anatara guru PAI

dengan guru-guru BK dan guru-guru lainnya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan penekanan atau

penguatan keagamaan pada siswa-siswi di sekolah umum.

E. Penegasan Istilah

Agar tidak menimbulkan kesalahan pemahaman terhadap pokok masalah

yang dimaksud maka sebelumnya peneliti menguraikan tentang batasan

pengertian yang dimaksud dalam judul “IMPLEMENTASI PROGRAM

BIMBINGAN KONSELING DENGAN METODE HOME VISIT DALAM

(25)

8

AGAMA SISWA DI SMK SARASWATI SALATIGA 2016” ialah sebagai

berikut :

1. Program Bimbingan Konseling

Program didefinisikan sebagai suatu unit atau satuan kegiatan yang

merupakan implementasi dari suatu kebijakan berlangsung dalam proses

yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi yang

melibatkan sekelompok orang.

Program juga bisa diartikan suatu kesatuan kegiatan dan dapat

disebut dengan sistem, yaitu rangkaan kegiatan yang dilakukan bukan

hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Pelaksanaan program selalu

terjadi di dalam subuah organisasi yang artinya harus melibatkan

sekelompok orang (Arikunto, 2004: 3)

Bimbingan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan

counseling” dalam bahasa Inggris yang berarti mengarahkan dan

mengelola. Sunaryo Kartadinata mengartikan sebagai proses membantu

individu untuk mencapai perkembangan optimal. Bimbingan merupakan

bantuan atau pertolongan. Makna bantuan dalam bimbingan menunjukan

bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau

mengambil keputusan adalah individu atau peserta didik sendiri. Dalam

proses bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri,

tetapi berperan sebagai fasilitator (Yusuf, 2014: 5-6).

Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat

(26)

9

orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu

memecahkan masalah yang yang dihadapinya dan mampu menghadapi

krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Dalam pengertian tersebut

yang menjadi tujuan konseling adalah mengadakan perubahan perilaku

pada diri klien sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif dan

memuaskan (Yusuf, 2014: 9).

Dalam penelitian ini yang dimaksud program bimbingan konseling

adalah suatu program yang sangat penting yang ada di sekolah-sekolah

baik itu di sekolah swasta ataupun negeri. Dengan adanya program

bimbingan konseling dapat mengarahkan siswa ke jalan yang lebih baik

terutama psikisnya. Dalam membimbing, konselor tidak memaksakan dan

menuntut siswa untuk mengikuti kehendaknya, akan tetapi konselor

hanya mendampingi dan mengarahkan siswa dalam memecahkan masalah

atau memilih kehidupannya sendiri. Diarahkan kepada hal yang positif,

supaya siswa dapat terhindar dari berbagai bentuk penyimpangan dan

kenakalan yang ada, sehingga sekolah dapat melaksanakan pembelajaran

yang efektif, nyaman dan damai.

2. Metode home visit

Kata metode secara umum sering diartikan sebagai “cara yang tepat”.

Secara etimologi kata metode berasal dari kata meta dan hodos, yang

artinya melalui dan jalan. Pengertian yang lebih khusus lagi yaitu cara

yang tepat dan cepat dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan dalam

(27)

10

thuruq, yang berarti langkah-langkah strategis untuk melakukan suatu

pekerjaan (Ramayulis, 2004: 155).

Kata home visit berasal dari bahasa inggris, home artinya rumah,

dan visit artinya mengunjungi. home visit merupakan salah satu metode

dalam menjembatani komunikasi antara sekolah dengan orang tua peserta

didik dan masyarakat. Adanya home visit membantu sekolah dalam

menyelesaikan berbagai masalah yang berkaitan dengan peserta didik di

sekolah. Partisipasi orangtua peserta didik sangat penting sekali bagi

sekolah dalam rangka mengatasi berbagai masalah yang terjadi antara

sekolah dengan peserta didik (Yaqien, 2012: 06).

Jadi metode home visit dalam penelitian ini adalah suatu cara yang

tepat dimana pelaksanaannya mengunjungi rumah-rumah siswa yang

dilakukan oleh guru BK, guru agama, dan wali kelas. Melalui metode

home visit atau kunjungan rumah tersebut guru dapat mengetahui

masalah-masalah yang dihadapi peserta didik di rumahnya. Dengan

mengetahui problema anak secara totalitas maka akan sangat membantu

sekolah dalam merencanakan program yang sesuai dengan minat peserta

didik serta dapat memantau perilaku peserta didik tersebut.

3. Kenakalan Remaja

a. Pengertian remaja

Istilah remaja berasal dari kata adolescere yang berati tumbuh

menjadi dewasa. Istilah adolescere mempunyai arti yang lebih luas,

(28)

11

Remaja adalah suatu masa dimana individu dalam proses

pertumbuhannya (terutama fisik) telah mencapai kematangan. Dengan

kata lain remaja merupakan transisi peralihan dari masa kanak-kanak

kemasa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan yang sangat berarti

dalam segi psikologis, emosional, sosial, dan intelektual. Pada masa

ini juga remaja mempunyai kesenangan-kesenangan, misalnya ingin

tau hal yang belum diketahuinya, berkeinginan mencoba hal yang

belum diketahuinya, ingin tahu segala peristiwa yang terjadi di

lingkungan luas dan lain sebagainya (Luqman el-Hakim, 2014: 87).

Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) definisi remaja

yaitu individu yang sedang mengalami masa peralihan, yang dari segi

kematangan biologis seksual sedang berangsur-angsur

mempertunjukan karakteristik seks yang sekunder sampai mencapai

kematangan seks, yang dari segi perkembangan kejiwaan, jiwanya

sedang berkembang dari sifat kekanak-kanakan menjadi dewasa, yang

dari segi sosial ekonomi ia adalah yang beralih dari ketergantungan

menjadi relatif bebas (Ael-Hakim, 2014: 69).

Jadi dalam penelitian ini, yang dimaksud remaja adalah seorang

siswa, yaitu siswa SMK yang mengalami masa peralihan dari masa

kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini penuh

dengan berbagai perubahan baik itu fisik, psikis, perilaku, dan pola

(29)

12 b. Pengertian kenakalan remaja

Kenakalan remaja adalah perbuatan/ kejahatan/ pelanggaran yang

dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum, norma,

anti sosial, anti susila, dan menyalahi norma-norma agama. Dalam arti

luas meliputi perbuatan-perbuatan anak remaja yang bertentangan

dengan kaidah-kaidah hukum, yang bersifat anti sosial yang

menimbulkan keresahan masyarakat pada umumnya (Sudarsono,

2004: 11-12).

Dalam penelitian ini yang dimaksud kenakalan remaja atau siswa

adalah perilaku atau tingkah laku yang dilakukan oleh seorang siswa,

dimana perilaku tersebut bertentangan dengan kaidah norma-norma

yang ada, baik itu norma yang ada di masyarakat, norma agama

Islam, terutama norma yang ada di sekolah atau tata tertib sekolah.

4. Perilaku Agama

Perilaku agama dapat dikatakan sebagai akhlak Islami yaitu akhlak

yang bersumber pada ajaran Allah dan Rasul-Nya. Akhlak islami ini

merupakan amal perbuatan yang sifatnya terbuka sehingga dapat menjadi

indikator seseorang apakah seseorang Muslim yang baik atau yang buruk

(Makbuloh, 2011: 139).

Perilaku agama adalah perilaku bagi umat manusia yang sudah

ditentukan dan dikomunikasikan oleh Allah melalui utusannya. Perilaku

agama merupakan perilaku yang diatur oleh agama mempunyai fungsi

(30)

13

Pencipta maupun hubungan antar sesama, untuk mencapai kebahagiaan,

kemaslahatan, hidup baik di dunia maupun di akhirat (Syafaat, 2008: 15).

Jadi yang dimaksud perilaku agama dalam penelitian ini adalah segala

tingkah laku baik itu berbentuk motorik seperti berjalan, berbicara dan

lain-lain, maupun fungsinya seperti melihat, mendengar, berfikir yang

sesuai dengan ajaran agama. Pada intinya peilaku agama merupakan

perbuatan yang baik dalam tingkah laku maupun dalam berbicara dengan

guru, teman, dan seluruh waraga yang ada di sekolah sesuai dengan ajaran

dan norma agama Islam.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Pendekatan ini merupakan field research dengan menggunakan

pendekatan kualitatif. Menurut Milles dan Michael (1992: 2) penelitian

kualitatif akan mendapatkan data kualitatif yang sangat menarik, memiliki

sumber dari deskripsi yang luas berlandaskan kokoh, serta memuat

penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat.

Peneliti dapat memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab

akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat, dan memperoleh

penjelasan yang banyak dan bermanfaat serta dapat memperoleh

penemuan-penemuan yang tidak diduga sebelumnya untuk membentuk

(31)

14 2. Subjek dan Informan Penelitian

Menurut Mulyana (2004: 187) subjek penelitian yang biasa

digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan nonprobability

sampling yaitu teknik purposive sampling. Purposive Sampling yaitu

dilakukan dengan mengambil orang-orang terpilih betul oleh peneliti

menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu. Tentang jumlah

subjek penelitian menurut Mulyana (2004: 182) bahwa peneliti yang

menggunakan penentuan sampel purposive sampling dengan

mewawancarai sampel acak dari suatu kelompok yang diteliti, tidak ada

kriteria baku mengenai berapa jumlah responden yang harus

diwawancarai. Berdasarkan teori di atas maka peneliti menentukan subjek

penelitian yaitu siswa siswi SMK Saraswati Salatiga. Informan yang

terlibat dalam penelitian ini adalah:

a. Kepala Sekolah SMK Saraswati Salatiga.

b. Guru BK SMK Saraswati Salatiga.

c. Guru agama SMK Saraswati Salatiga.

d. Wali dari subjek home visit.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Saraswati Salatiga.

4. Sumber Data

Adapun jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

(32)

15

a. Sumber data utama (primer) yaitu data yang dikumpulkan, diolah,

dan disajikan peneliti dari sumber pertama. Adapun sumber data yang

diambil dari penelitian ini adalah hasil dari wawancara dengan kepala

sekolah, guru BK, guru agama, dan wali siswa SMK Saraswati

Salatiga.

b. Sumber data tambahan (sekunder) yaitu data yang dikumpulkan,

diolah, dan disajikan oleh pihak lain biasanya dalam bentuk publikasi,

jurnal, atau lainnya. Adapun data yang diambil dalam penelitian ini

adalah berasal dari dokumen-dokumen berupa catatan-catatan yang

diperoleh dari siswa-siswa SMK Saraswati Salatiga.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Metode Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antar dua orang

melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang

lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan

tujuan tertentu (Mulyana, 2004: 180). Wawancara yang akan

dilakukan dengan menggunakan dua tahap, pertama peneliti

melakukan deskripsi dan orientasi awal tentang masalah dan subyek

yang dikaji. Kedua melakukan wawancara mendalam sehingga

menemukan informasi yang lebih banyak dan penting. Wawancara

(33)

16

informan dapat mengungkapkan beberapa upaya, gagasan, strategi

yang akan dilaksanakan serta hambatan yang diprediksikan.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara kepada,

kepala sekolah, guru BK, guru agama, dan wali siswa SMK Saraswati

Salatiga.

b. Metode Observasi

Observasi yaitu dengan pengamatan dan pencatatan suatu objek

dengan sistematika fenomena yang akan diselidiki. Metode ini

digunakan untuk membantu dalam pengumpulan data kondisi secara

umum yaitu dengan mendatangi secara langsung objek yang diteliti.

Dalam penelitian ini terdapat tiga pedoman observasi yaitu

observasi implementasi program bimbingan dan konseling dengan

metode home visit, observasi faktor penghambat dan faktor

pendukung program bimbingan dan konseling dengan metode home

visit, dan observasi hasil program bimbingan dan konseling dengan

metode home visit dalam menanggulangi kenakalan dan memantau

perilaku agama siswa di SMK Saraswati Salatiga.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan

menelusuri berbagai macam dokumen (Sandjaya, 2006: 144). Dalam

penelitian kali ini metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui

(34)

17

dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun

elektronik.

6. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen penelitian

berupa pedoman wawancara, lembar observasi, serta lembar daftar

pertanyaan.

7. Analisis Data

Menurut Patton analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya kedalam suatu pola kategori dan satuan uraian

dasar (Moeleong, 2002: 103). Analisis data juga dapat diartikan sebagai

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga

mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif untuk mengolah data dari

lapangan:

a. Pengumpulan data

Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data yang

diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik, seperti wawancara

mendalam, observasi, dan dokumentasi.

b. Reduksi Data

Suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian untuk

menyederhanakan data kasar yang diperoleh di lapangan. Kegiatan

(35)

18

pengumulan data. Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh

sumber data yang diperoleh dilakukan dengan jalan membuat

abstraksi, abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti,

proses, dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga dalam

penelitian.

Data yang diperoleh dari laporan jumlahnya cukup bayak, untuk

itu perlu dicatat dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan

kemudian dicari tema dan polanya.

c. Penyajian Data

Dengan menggambarkan fenomena-fenomena atau keadaan sesuai

dengan data yang telah direduksi terlebih dahulu. Penyajian data

penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.

Yang dimaksud penyajian data dalam penelitian ini adalah

menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan.

d. Kesimpulan

Kegiatan analisa terakhir adalah menarik kesimpulan yakni

merumuskan kesimpulan setelah melakukan tahap pengumpulan data,

reduksi data dan penyajian data. Penarikan kesimpulan dilakukan

(36)

19

sejumlah data spesifik mengenai masalah yang menjadi objek

penelitian, kemudian membuat kesimpulan secara umum.

8. Keabsahan data

Pengambilan data-data melalui tiga tahapan diantaranya yaitu tahapan

pendahuluan, tahap penyaringan, dan tahap melengkapi data yang masih

kurang. Dari ketiga tahap itu, untuk pengecekan keabsahan data banyak

terjadi pada tahap penyaringan data. Oleh sebab itu jika terdapat data

yang tidak relevan dan kurang memadai maka akan dilakukan

penyaringan data sekali lagi di lapangan sehingga data tersebut memiliki

kadar validitas yang tinggi.

Adapun tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang akan dipakai dalam

penelitian ini adalah triangulasi data yaitu dengan cara membandingkan

data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. Triangulasi meruapakan

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

data itu. Dalam penelitian ini, peneliti memanfaatkan teknik triangulasi

dengan sumber dan triangulasi dengan metode.

9. Tahap-tahap Penelitian

Desain penelitian kualitatif ini dibagi dalam empat tahap, yaitu:

a. Perencanaan

Perencanaan meliputi perumusan dan pembatasan masalah serta

merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diarahkan pada

(37)

20

satuan dan lokasi yang dipilih serta informan-informan sebagai

sumber data.

b. Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti sebagai pelaksana penelitian sekaligus

sebagai human instrument mencari informasi data, yaitu wawancara

mendalam dengan kepala sekolah, guru BK, guru agama, dan wali

siswa di SMK Saraswati Salatiga. Melakukan pengamatan dan

pengumpulan dokumen yang lebih intensif.

c. Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah peneliti melakukan wawancara

mendalam dengan narasumber, melakukan pengamatan, serta

mengumpulkan dokumen-dokumen penelitian.

d. Evaluasi

Semua data yang terkumpul, baik data dari hasil wawancara,

observasi, maupun pengumpulan dokumen-dokumen yang telah

dianalisis kemudian dievaluasi sehingga diketahui implementasi

program bimbingan konseling dengan metode home visit dalam

menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku agama siswa di

(38)

21 G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan penulisan ini maka disusun sistematika

penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN bab ini menjelaskan tentang pokok

permasalahan yang menjadi landasan awal penelitian yaitu membahas tentang

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

Pada bagian ini merupakan kerangka dasar dan mengarah aktivitas penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, pada bab ini lebih banyak menyajikan

landasan teoritis dalam menunjang permasalahan tentang program bimbingan

konseling, metode home visit, kenakalan remaja, dan perilaku agama.

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN pada bab ini

berisi tentang gambaran umum sejarah SMK Saraswati Salatiga, visi dan misi

dari bimbingan konseling di sekolah, daftar guru dan karyawan, pembagian

tugas BK, keunggulan sekolah dan data hasil wawancara yang meliputi profil

dan latar belakang subjek penelitian.

BAB IV ANALISIS DATA pada bab ini peneliti akan menjelaskan

tentang analisis data yang terkumpul dalam klasifikasi data. Selain itu untuk

menjawab rumusan masalah tentang implementasi, faktor pendukung dan

faktor penghambat, serta hasil program bimbingan konseling dengan metode

home visit dalam menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku agama

(39)

22

BAB V PENUTUP penulis menjabarkan pada bab ini dengan

(40)

23 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Bimbingan Konseling

1. Pengertian Program Bimbingan Konseling

Program didefinisikan sebagai suatu unit atau satuan kegiatan yang

merupakan implementasi dari suatu kebijakan berlangsung dalam

proses yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi

yang melibatkan sekelompok orang. Program juga bisa diartikan suatu

kesatuan kegiatan dan dapat disebut dengan sistem, yaitu rangkaian

kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi

berkesinambungan. Pelaksanaan program selalu terjadi di dalam

subuah organisasi yang artinya harus melibatkan sekelompok orang

(Arikunto, 2004: 3).

Bimbingan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan

counseling” dalam bahasa Inggris yang berarti mengarahkan dan

mengelola. Sunaryo Kartadinata mengartikan sebagai proses

membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.

Bimbingan merupakan bantuan atau pertolongan. Makna bantuan

dalam bimbingan menunjukan bahwa yang aktif dalam

mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan

adalah individu atau peserta didik sendiri. Dalam proses bimbingan,

pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi berperan

(41)

24

Bimbingan juga dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan

pendidikan yang membantu menyediakan kesempetan-kesempatan

pribadi dan layanan staf ahli dengan cara yang mana setiap individu

dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan dan kesanggupannya

(Prayitno, 2013: 94).

Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat

membantu. Maka bantuan disini yaitu sebagai upaya untuk membantu

orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri,

mampu memecahkan masalah yang yang dihadapinya dan mampu

menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Dalam

pengertian tersebut yang menjadi tujuan konseling adalah

mengadakan perubahan perilaku pada diri klien sehingga

memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan (Yusuf,

2014: 9).

Program Bimbingan konseling merupakan proses bantuan atau

pertolongan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu melalui

pertemuan atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar individu

memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan

masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri. Proses

pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari pembimbing

kepada siswa melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal

balik antara keduanya untuk mengungkapkan masalah siswa sehingga

(42)

25

sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu memecahkan sendiri

masalah yang dihadapinya (Tohirin, 2007: 26).

Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari

beberapa pendapat di atas bahwa program bimbingan konseling adalah

suatu program yang sangat penting yang ada di sekolah-sekolah, baik

itu sekolah swasta ataupun negeri. Dengan adanya program bimbingan

konseling dapat mengarahkan siswa ke jalan yang lebih baik terutama

psikisnya. Dalam membimbing, konselor tidak memaksakan dan

menuntut siswa untuk mengikuti kehendaknya, akan tetapi konselor

hanya mendampingi dan mengarahkan siswa dalam memecahkan

masalah atau memilih kehidupannya sendiri. Diarahkan kepada hal

yang positif, supaya siswa dapat terhindar dari berbagai bentuk

penyimpangan dan kenakalan yang ada, sehingga sekolah dapat

melaksanakan pembelajaran yang efektif, nyaman dan damai.

2. Tujuan bimbingan konseling

Bimbingan konseling bertujuan membantu peserta didik mencapai

tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk Tuhan,

sosial, dan pribadi. Bimbingan konseling juga membantu individu

dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan,

kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat, hidup

bersama individu-individu lain, serta menciptakan harmoni antara

(43)

26

Secara khusus bimbingan konseling bertujuan untuk membantu

peserta didik agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangannya.

Berikut adalah tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan

aspek akademik (belajar) yaitu agar siswa:

a. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti

kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai

perhatian terhadap semua pelajaran dan aktif mengikuti semua

kegiatan belajar yang diprogramkan.

b. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.

c. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif seperti

keterampilan membaca buku, menggunakan kamus, mencatat

pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.

d. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan

pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan

tugas-tugas, menetapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan

berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka

mengembangkan wawasan yang lebih luas.

e. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi

ujian (Yusuf, 2014: 14-15).

Tujuan bimbingan konseling dalam Islam, menurut M. Hamdan

Bakran, dalam bukunya Tohirin (2007: 37-38), yang pertama adalah

untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan

(44)

27

(muthmainah), bersikap lapang dada dan mendapatkan taufik serta

inayah Nya. Kedua, untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan,

dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik

pada diri sendiri maupun orang lain. Ketiga, untuk menghasilkan

kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan

berkembang rasa toleransi (tasamuh), kesetiakawanan, rasa tolong

menolong dan kasih sayang. Keempat, untuk menghasilkan kecerdasan

spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang

keinginan untuk berbuat taat kepada Nya, ketulusan mematuhi segala

perintah Nya, serta ketabahan menerima ujian Nya. Kelima, untuk

menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu

dapat melakukan tugas-tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan

benar dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup, dan

dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya

dalam berbagai aspek kehidupan.

Tujuan bimbingan konseling dalam Islam merupakan tujuan yang

ideal dalam rangka mengembangkan kepribadian muslim yang

sempurna atau optimal (kaffah dan insan kamil). Pencapaian tujuan

bimbingan konseling dalam layanan di sekolah atau madrasah berbeda

setiap tingkatannya. Artinya melihat perkembangan yang optimal pada

anak SD tentu tidak sama dengan melihat siswa SMP atau SMA.

Begitu juga melihat kemandirian murid-murid SD tentu tidak sama

(45)

28

lain penjabaran tujuan bimbingan konseling di atas di sekolah-sekolah

dan madrasah, disesuaikan dengan tingkat sekolah dan madrasah yang

bersangkutan. Lebih khusus lagi, pencapaian tujuan bimbingan

konseling harus didasarkan atas pencapaian visi, misi, dan tujuan

sekolah dan madrasah yang bersangkutan (Tohirin, 2007: 38-39).

Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari

beberapa pendapat di atas bahwa tujuan bimbingan konseling adalah

membantu siswa agar memiliki kompetensi mengembangkan potensi

dirinya semaksimal mungkin. Selain itu supaya dapat menghasilkan

suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan

mental. Perubahan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat bagi

diri sendiri maupun orang lain.

3. Fungsi-fungsi bimbingan konseling

Dalam kelangsungan perkembangan dan kehidupan manusia,

berbagai pelayanan diciptakan dan diselenggarakan. Masing-masing

pelayanan itu berguna dan memberikan manfaat untuk memperlancar

dan memberikan dampak positif terhadap kelangsungan perkembangan

dan kehidupan itu, khusunya dalam bidang tertentu. Kegunann,

manfaat, keuntungan ataupun jasa yang diperoleh dari adanya suatu

pelayanan, merupakan hasil dari terlaksananya fungsi pelayanan yang

dimaksud. Dengan demikian, fungsi suatu pelayanan dapat diketahui

dengan melihat kegunaan, manfaat, ataupun keuntungan dan dapat

(46)

29

tidak berfungsi apabila ia tidak memperlihatkan kegunann ataupun

tidak memberikan manfaat atau keuntungan tertentu (Prayitno, 2013:

196-197).

Pelayanan bimbingan konseling mengemban sejumlah fungsi yang

hendak dipenuhi melalui kegiatan bimbingan konseling. Fungsi-fungsi

tersebut adalah:

a. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan

menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak

tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik.

b. Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan

menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari

berbagai permasalahan yang mungkin timbul dapat mengganggu,

menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian

tertentu dalam proses perkembangannya.

c. Fungsi pengentasan, fungsi ini sebagai pengganti istilah fungsi

kuratif yang artinya pengobatan atau penyembuhan. Melalui fungsi

pengentasan ini pelayanan bimbingan konseling akan

menghasilakan teratasinya berbagai permasalahan yang dialami

peserta didik.

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan

konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan

(47)

30

didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap

dan berkelanjutan.

e. Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan

menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik

dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal

(Hallen A, 2005: 55-58).

Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari

beberapa pendapat di atas bahwa fungsi bimbingan konseling

diarahkan kepada terselenggaranya dan terpenuhinya keperluan akan

bantuan dalam hal pendataan, informasi, konsultasi, dan komunikasi

kepada siswa atau pihak-pihak lain yang berkepentingan.

4. Relevansi tujuan dan fungsi bimbingan konseling dengan Islam

Fokus pelayanan bimbingan konseling adalah manusia. Oleh

karena itu, melihat relevansi tujuan dan fungsi bimbingan konseling

dengan ajaran Islam juga harus melihat bagaimana Islam memandang

manusia, tujuan penciptaannya, dan tugas atau tanggung jawabnya

serta penjelasan-penjelasan lain yang berkenaan dengan syari’at Islam.

Islam adalah agama wahyu yang langsung dari Dzat yang Maha

Kuasa, Maha Sempurna, oleh sebab itu, ajaran-Nya tidak akan

mungkin bertentangan dengan fitrah (potensi) manusia. Ajaran Islam

justru akan membimbing manusia ke arah fitrahnya dalam rel yang

benar. Pemahaman tentang ajaran Islam (melalui Al Qur’an dan Hadis)

(48)

31

bisa merugikan esensi dan eksistensi dirinya. Relevan dengan

penjelasan ini, Allah SWT berfirman dalam QS. Al Ankabut ayat 45

Artinya: “ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al

kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui

apa yang kamu kerjakan”. (Al-Ankabut: 45)

Setelah manusia dapat memahami dirinya sebagai makhluk ciptaan

Allah yang dibekali dengan (fitrah) dan diserahi tugas dan tanggung

jawab mengabdi beribadah kepada Allah, hendaknya manusia dapat

menerima diri ia diharapkan mampu mewujudkan sikap positif seperti

berperilaku baik dan berbuat insan baik kepada semuanya maupun

kepada lingkungannya. Secara lebih khusus siswa di sekolah atau di

madrasah juga demikian, artinya setelah siswa memahami dan

menyadari serta dapat menerima diri apa adanya sebagai makhluk

ciptaan Allah SWT dengan segala potensi fitrah dan tugas serta

tanggung jawab kemanusiaannya, selanjutnya siswa dapat

mewujudkan sikap positif seperti berperilaku baik (berbuat ikhsan)

(49)

32

Fungsi pemahaman juga memberikan pengertian kepada siswa

tentang manusia dan problematikanya dalam hidup dan kehidupan

serta bagaimana mencari alternatif solusi terhadap problematika

tertentu seperti gangguan mental ringan, spiritual dan moral, dan

problematika lain yang bersifat lahiriah dan batiniah pada umumnya

secara benar dan baik. Fungsi pemahaman juga akan memberikan

pengertian bahwa ajaran Islam merupakan sumber yang paling

lengkap, benar dan suci untuk berbagi problematika yang berkaitan

dengan pribadi manusia dengan Tuhannya, pribadi manusia dengan

dirinya sendiri, pribadi manusia dengan lingkungan keluarga atau

sosialnya. Penjelasan ini relevan dengan QS. Al Baqarah ayat 185

“Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya telah diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan

tentang petunjuk itu dan pembeda”. (Al-Baqarah: 185)

Ajaran Islam melalui Al Qur’an dan hadis juga berfungsi

pengendalian, yakni memberikan potensi yang dapat mengarahkan

aktivitas setiap hamba Allah SWT, siswa agar tetap terjaga dalam

(50)

33

individu (siswa) sebagai hamba-Nya tidak akan menyimpang dari

ajaran Islam sehingga terwujud perilaku yang benar, baik, dan

bermanfaat baik bagi dirinya maupun orang lain (lingkungannya).

Melalui pengendalian diri yang baik, cita-cita dan tujuan hidup dan

kehidupannya akan dapat tercapai dengan sukses dan eksistensi serta

esensi diri senantiasa mengalami kemajuan. Demikian juga akan

terwujud perkembangan yang positif, terjadinya keselarasan dan

keharmonisan, dalam kehidupan, bersosialisasi, baik secara vertikal

maupun horisontal (hablum minallah dan hablum minannas)

(Tohirin, 2007: 51-57).

Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari

beberapa pendapat di atas bahwa relevansi tujuan dan fungsi

bimbingan konseling dengan Islam yaitu sangat relevan, hal tersebut

dapat dibuktikan apabila tujuan dan fungsi tersebut dapat tercapai,

maka akan terwujud manusia yang bahagia berkepribadian yang sehat,

yaitu individu yang mampu menerima apa adanya dan mampu

mewujudkan hal-hal yang positif sehubungan dengan penerimaan

dirinya.

5. Prinsip-prinsip bimbingan konseling

Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan

yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang

dimaksudkan. Dalam pelayanan bimbingan konseling prinsip-prinsip

(51)

34

dan penglaman praktis tentang hakikat manusia. Rumusan

prinsip-prinsip bimbingan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran

pelaksanaan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah,

program pelayanan, penyelenggaraan pelayanan.

Dalam layanan bimbingan konseling, perlu diperhatikan sejumlah

prinsip yaitu prinsip berkenaan dengan sasaran layanan, permasalahan

individu, tujuan pelaksanaan pelayanan (Prayitno, 2013: 218).

Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari

beberapa pendapat di atas bahwa prinsip digunakan sebagai pedoman

pelaksanaan sesuatu layanan yaitu pedoman program bimbingan

konseling yang bersumber dari kajian filosofis, hasil-hasil penelitian

dan penglaman praktis tentang hakikat manusia yang berkaitan dengan

layanan, masalah siswa, dan tujuan layanan.

6. Asas bimbingan konseling

Pelayanan bimbingan konseling adalah pekerjaan profesional sesuai

dengan makna uraian tentang pemahaman, penanganan, dan

penyikapan (yang meliputi unsur-unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan)

konselor terhadap kasus, pekerjaan profesional itu harus dilaksanakan

dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan

efektivitas proses dan lain-lainnya. Dalam penyelenggaraan pelayanan

bimbingan kaidah-kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan

(52)

35

penyelenggaraan pelayanan tersebut (Prayitno, 2013: 144-145).

Asas-asas bimbingan dan konseling meliputi:

a. Asas kerahasiaan

Asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam bimbingan

konseling. Jika asas ini benar-benar diterapkan maka petugas BK

akan mendapat kepercayaan dari peserta didik, karena dalam asas

ini mengandung pengertian bahwa segala sesuatu yang dibicarakan

individu dalam proses bimbingan konseling tidak boleh

disampaikan kepada orang lain yang tidak berkepentingan

(Sukitman, 2015: 25).

b. Asas kesukarelaan

Asas kesukarelaan mengandung pengertian bahwa pelayanan

bimbingan konseling berlangsung atas dasar kesukarelaan dan

ketulusan, baik dari pihak konselor maupun klien. Dalam hal ini

sikap kesukarelaan harus ditumbuhkan pada diri peserta didik,

sehingga tidak merasa terpaksa berada dalam suasana bimbingan

konseling tersebut. Asas kesukarelaan ini sangat erat hubungannya

dengan asas kerahasiaan. Jika peserta didik telah meyakini bahwa

kerahasiaan masalahnya akan dijaga oleh gurunya, diharapkan ia

akan mendatangi gurunya secara sukarela (Sukitman, 2015: 26).

c. Asas keterbukaan

Dalam pelaksanaan bimbingan konseling sangat diperlukan

(53)

36

klien. Keterbukaan ini bukan hanya sekedar bersedia menerima

saran-saran dari luar, malahan lebih dari itu, diharapkan

masing-masing pihak yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk

kepentingan pemecahan masalah. Individu yang membutuhkan

bimbingan diharapkan dapat berbicara sejujur mungkin dan

berterus terang tentang dirinya sendiri sehingga dengan

keterbukaan ini penelaahan serta pengkajian berbagai kekuatan dan

kelemahan klien dapat dilaksanakan (Prayitno, 2013: 116).

d. Asas kekinian

Masalah yang perlu ditanggulangi dalam bimbingan konseling

adalah masalah yang dihadapi oleh klien pada saat sekarang, bukan

masalah yang dihadapi pada masa lampau atau masalah yang

dihadapi pada masa yang akan datang. Dengan demikian,

pembimbing tidak akan membahas masalah yang dihadapi pada

masa lampau yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan keadaan

sekarang. Begitu pula pembimbing juga tidak akan menangani

masalah yang dialami pada masa yang akan datang bila keadaan

tersebut tidak berkaitan dengan masalah klien sekarang. Asas

kekinian menghendaki permasalahan klien yang bersifat baru

(Sukitman, 2015: 27).

Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor

tidak boleh menunda-nunda pemberian bantuan. Jika diminta

(54)

37

maka konselor hendaklah segera memberikan bantuan. Konselor

tidak selayaknya menunda-nunda memberi bantuan dengan

berbagai dalih. Dia harus mendahuluan kepentingan klien dari pada

yang lain (Prayitno, 2013: 117).

e. Asas kemandirian

Pelayanan bimbingan konseling menjadikan klien dapat berdiri

sendiri, tidak bergantung pada orang lain atau konselor. Seseorang

yang dibimbing setelah dibantu diharapkan dapat mandiri dengan

ciri-ciri pokok yaitu:

1) Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya.

2) Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan

dinamis.

3) Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri.

4) Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu.

5) Mewujudkan diri secara optimaal sesuai dengan potensi, minat

dan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.

Kemandirian dengan ciri-ciri umum di atas haruslah

disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan peranan klien dalam

kehidupannya sehari-hari. Kemandirian sebagai hasil konseling

menjadi arah dari keseluruhan proses konseling, dan hal itu

(55)

38 f. Asas kegiatan

Usaha bimbingan konseling tidak akan memberikan buah yang

berarti bila klien tidak melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai

tujuan bimbingan konseling. Hasil usaha bimbingan konseling

tidak akan tercapai dengan sendirinya, melainkan harus dengan

kerja giat dari klien sendiri. Konselor hendaknya membangkitkan

semangat klien sehingga ia mampu dan mau melaksanakan

kegiatan yang diperlukan dalam penyelesaian masalah yang

menjadi pokok pembicaraan dalam konseling (Prayitno, 2013:

118).

g. Asas kedinamisan

Usaha pelayanan bimbingan konseling menghendaki terjadinya

perubahan diri klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang

lebih baik. Perubahan ini tidaklah sekedar mengulang hal yang

lama, yang bersifat monoton, melainkan perubahan yang selalu

menuju ke suatu pembaruan, sesuatu yang lebih maju, dinamis

sesuai dengan arah perkembangan klien yang dikehendaki

(Prayitno, 2013: 118).

h. Asas keterpaduan

Pelayanan bimbingan konseling berusaha memadukan sebagai

(56)

39

berbagai aspek kepribadian yang kalau keadaannya tidak

seimbang, serasi dan terpadu justru akan menimbulkan masalah. Di

samping keterpaduan pada diri klien, juga harus diperhatikan

keterpanduan isi dan proses layanan yang diberikan. Jangan

hendaknya aspek layanan yang satu tidak serasi dengan aspek

layanan yang lain.

Untuk terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu

memiliki wawasan yang luas tentang perkembangan klien dan

aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai sumber yang dapat

diaktifkan untuk menangani masalah klien. Kesemuanya itu

dipadukan dalam keadaan serasi dan saling menunjang dalam

upaya bimbingan konseling (Prayitno, 2013: 118).

i. Asas kenormatifan

Pelayanan bimbingan konseling di sekolah dilaksanakan

menurut norma-norma yang berlaku, baik norma agama, adat,

hukum, maupun kebiasaan sehari-hari (Sukitman, 2015: 29).

j. Asas keahlian

Asas keahlian mengandung pengertian bahwa pelayanan

bimbingan konseling hendaklah dilakukan secara teratur,

sistematik, dan menggunakan teknik serta peralatan yang memadai.

Agar dapat melakukan berdasarkan keahlian, petugas pembimbing

perlu mendapatkan latihan yang memadai sehigga layanan tersebut

(57)

40

supaya layanan yang diberikan kepada klien berdasarkan atas

kaidah-kaidah profesional, baik dalam layanan itu sendiri maupun

penegakan kode etik (Sukitman, 2015: 29-30).

k. Asas alih tangan kasus

Jika guru mengerahkan segenap kemampuannya untuk

membantu peserta didik namun peserta didik itu belum juga

mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya, maka guru

harus mengalihtangankan kasus itu kepada petugas atau badan lain

yang lebih ahli. Di samping itu, asas ini juga mengisyaratkan

bahwa guru melayani masalah-masalah sesuai dengan

kewenangannya. Jika masalah yang ditangani berada di luar

kewenangannya, guru harus melimpahkannnya kepada petugas

atau badan yang lebih berwenang untuk mengatasi masalah

tersebut (Sukitman, 2015: 30).

Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari

beberapa pendapat di atas bahwa asas bimbingan konseling yaitu suatu

kaidah tentang ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam

penyelenggaraan pelayanan program bimbingan konseling. Beberapa

asas tersebut meliputi asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan,

kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan,

kenormatifan, keahlian, dan asas alih tangan kasus.

7. Faktor penunjang kegiatan BK di sekolah

(58)

41

Faktor ini meliputi aspek-aspek soaial dan non sosial. Faktor

sosial adalah faktor manusia, baik yang hadir secara langsung

maupun tidak langsung, seperti media yang sesuai dengan

tuntutan teknologi pendidikan, maka media pendidikan ini sangat

penting. Media pendidikan yang baik berupa hardware maupun

softwerenya sudah mendapat perhatian.

Adapun yang dimaksud faktor nonsosial adalah keadaan suhu

udara (panas, dingin), waktu (pagi, siang, malam), suasana (sepi,

bising, atau rame), keadaan tempat (kualitas gedung, luas ruangan,

kebersihan, ventilasi, dan kelengkapan alat-alat atau fasilitas

belajar). Di sinilah penting dan perlunya program bimbingan dan

konseling untuk membantu agar mereka berhasil dalam belajar.

Layanan bantuan yang seyogyanya diberikan kepada para siswa

adalah bimbingan belajar. Bimbingan belajar ini meliputi kegiatan

layanan, baik yang bersifat preventif maupun kuratif. Layanan

yang bersifat preventif di antaranya dengan memberikan layanan

informasi sebagai berikut:

1) Sikap dan kebiasaan belajar yang positif;

2) Cara membaca buku yang efektif;

3) Cara membuat catatan pelajaran;

4) Cara mengikuti kegiatan belajar di dalam dan di luar kelas;

5) Cara belajar kelompok;

(59)

42

Ada beberapa faktor yang hendaknya dipenuhi agar belajar

dapat berhasil, yakni meliputi fisik dan psikis. Menurut W.H.

Burton faktor faktor internal yang mengakibatkan kesulitan belajar

adalah sebagai berikut:

1) Ketidakseimbangan mental atau gangguan fungsi mental: (1)

kurangnya kemampuan mental yang bersifat potensional; (2)

kurangnya kemampuan mental, seperti kurang perhatian,

adanya kelainan, lemah dalam berusaha, menunjukn kegiatan

yang berlawanan; dan (3) kesiapan diri yang kurang matang.

2) Gangguan fisik: (1) kurang berfungsinya organ-organ

perasaan, alat-alat bicara; (2) gangguan kesehatan atau

sakit-sakitan. Gangguan emosi: (1) merasa tidak aman; (2) kurang

bisa menyesuaikan diri, baik dengan orang, situasi maupun

kebutuhan; (3) adanya perasaan yang kompleks (tidak karuan),

perasaan takut tidak karuan, perasaan ingin melarikan diri dari

masalah yang dialami; dan (4) ketidakmatangan emosi

(Hikmawati, 2012: 35-38).

Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari

beberapa pendapat di atas bahwa ada beberapa faktor yang bisa

menunjang kegiatan bimbingan konseling, faktor tersebut meliputi

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang

Gambar

Tabel 3.1 Daftar Jumlah Guru dan Mata Pelajaran
Table 3.3 Identifikasi Kebutuhan dan Permasalahan Siswa
Tabel 3.4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rajah 1 tersebut, kenan dalam masyarakat Melayu merupakan proses sebab-akibat yang mana ia melibatkan tiga entiti utama, iaitu ibu bapa, binatang dan bayi. Dalam

9 Perusahaan memberikan instruksi yang berguna bagi karyawan dalam melaksanakan pekerjaan. Instrumen untuk Mengukur Variabel Peran

Dalam MLR, multikolinearitas pada matriks X menghasilkan ( X X T ) yang tidak berpangkat penuh ( singular ) sehingga dengan metode Ordinary Least Square (OLS) tidak

Skripsi dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Kubus Dan Balok Melalui Pembelajaran Problem Solving Siswa Kelas VIII-G SMPN 1 Ngunut Semester

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada istri yang tinggal di negara suami dan cara melakukan penyesuaian perkawinan terhadap suami,

Bagian ini digunakan untuk menjelaskan evaluasi terkait pelaksanaan program kegiatan 2016/2017 dan tindak lanjut yang akan dilaksanakan. Program Kerja 2016/2017

Disarankan agar Kepala Puskesmas Andam Dewi untuk dapat menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi yang ada baik itu dalam hal pengawasan kerja

BOBY WANDAYANA RAMBE (110502004/MANAJEMEN) dengan judul skripsi “PENGARUH KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEBERHASILAN USAHA PEDAGANG BAKSO DI