• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

G. Sistematika Penulisan

6. Asas Bimbingan Konseling

Pelayanan bimbingan konseling adalah pekerjaan profesional sesuai dengan makna uraian tentang pemahaman, penanganan, dan penyikapan (yang meliputi unsur-unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan) konselor terhadap kasus, pekerjaan profesional itu harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan efektivitas proses dan lain-lainnya. Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan kaidah-kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan konseling, yaitu ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam

35

penyelenggaraan pelayanan tersebut (Prayitno, 2013: 144-145). Asas-asas bimbingan dan konseling meliputi:

a. Asas kerahasiaan

Asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam bimbingan konseling. Jika asas ini benar-benar diterapkan maka petugas BK akan mendapat kepercayaan dari peserta didik, karena dalam asas ini mengandung pengertian bahwa segala sesuatu yang dibicarakan individu dalam proses bimbingan konseling tidak boleh disampaikan kepada orang lain yang tidak berkepentingan (Sukitman, 2015: 25).

b. Asas kesukarelaan

Asas kesukarelaan mengandung pengertian bahwa pelayanan bimbingan konseling berlangsung atas dasar kesukarelaan dan ketulusan, baik dari pihak konselor maupun klien. Dalam hal ini sikap kesukarelaan harus ditumbuhkan pada diri peserta didik, sehingga tidak merasa terpaksa berada dalam suasana bimbingan konseling tersebut. Asas kesukarelaan ini sangat erat hubungannya dengan asas kerahasiaan. Jika peserta didik telah meyakini bahwa kerahasiaan masalahnya akan dijaga oleh gurunya, diharapkan ia akan mendatangi gurunya secara sukarela (Sukitman, 2015: 26). c. Asas keterbukaan

Dalam pelaksanaan bimbingan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan, baik keterbukaan dari konselor maupun dari

36

klien. Keterbukaan ini bukan hanya sekedar bersedia menerima saran-saran dari luar, malahan lebih dari itu, diharapkan masing-masing pihak yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah. Individu yang membutuhkan bimbingan diharapkan dapat berbicara sejujur mungkin dan berterus terang tentang dirinya sendiri sehingga dengan keterbukaan ini penelaahan serta pengkajian berbagai kekuatan dan kelemahan klien dapat dilaksanakan (Prayitno, 2013: 116).

d. Asas kekinian

Masalah yang perlu ditanggulangi dalam bimbingan konseling adalah masalah yang dihadapi oleh klien pada saat sekarang, bukan masalah yang dihadapi pada masa lampau atau masalah yang dihadapi pada masa yang akan datang. Dengan demikian, pembimbing tidak akan membahas masalah yang dihadapi pada masa lampau yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan keadaan sekarang. Begitu pula pembimbing juga tidak akan menangani masalah yang dialami pada masa yang akan datang bila keadaan tersebut tidak berkaitan dengan masalah klien sekarang. Asas kekinian menghendaki permasalahan klien yang bersifat baru (Sukitman, 2015: 27).

Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor tidak boleh menunda-nunda pemberian bantuan. Jika diminta bantuan oleh klien misalnya ada siswa yang mengalami masalah,

37

maka konselor hendaklah segera memberikan bantuan. Konselor tidak selayaknya menunda-nunda memberi bantuan dengan berbagai dalih. Dia harus mendahuluan kepentingan klien dari pada yang lain (Prayitno, 2013: 117).

e. Asas kemandirian

Pelayanan bimbingan konseling menjadikan klien dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain atau konselor. Seseorang yang dibimbing setelah dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri pokok yaitu:

1) Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya. 2) Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan

dinamis.

3) Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri. 4) Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu.

5) Mewujudkan diri secara optimaal sesuai dengan potensi, minat dan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.

Kemandirian dengan ciri-ciri umum di atas haruslah disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan peranan klien dalam kehidupannya sehari-hari. Kemandirian sebagai hasil konseling menjadi arah dari keseluruhan proses konseling, dan hal itu didasari baik oleh konselor maupun klien (Prayitno, 2013: 117).

38 f. Asas kegiatan

Usaha bimbingan konseling tidak akan memberikan buah yang berarti bila klien tidak melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan konseling. Hasil usaha bimbingan konseling tidak akan tercapai dengan sendirinya, melainkan harus dengan kerja giat dari klien sendiri. Konselor hendaknya membangkitkan semangat klien sehingga ia mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang diperlukan dalam penyelesaian masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam konseling (Prayitno, 2013: 118).

g. Asas kedinamisan

Usaha pelayanan bimbingan konseling menghendaki terjadinya perubahan diri klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan ini tidaklah sekedar mengulang hal yang lama, yang bersifat monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju ke suatu pembaruan, sesuatu yang lebih maju, dinamis sesuai dengan arah perkembangan klien yang dikehendaki (Prayitno, 2013: 118).

h. Asas keterpaduan

Pelayanan bimbingan konseling berusaha memadukan sebagai aspek kepribadian klien. Sebagaimana diketahui individu memiliki

39

berbagai aspek kepribadian yang kalau keadaannya tidak seimbang, serasi dan terpadu justru akan menimbulkan masalah. Di samping keterpaduan pada diri klien, juga harus diperhatikan keterpanduan isi dan proses layanan yang diberikan. Jangan hendaknya aspek layanan yang satu tidak serasi dengan aspek layanan yang lain.

Untuk terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu memiliki wawasan yang luas tentang perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai sumber yang dapat diaktifkan untuk menangani masalah klien. Kesemuanya itu dipadukan dalam keadaan serasi dan saling menunjang dalam upaya bimbingan konseling (Prayitno, 2013: 118).

i. Asas kenormatifan

Pelayanan bimbingan konseling di sekolah dilaksanakan menurut norma-norma yang berlaku, baik norma agama, adat, hukum, maupun kebiasaan sehari-hari (Sukitman, 2015: 29).

j. Asas keahlian

Asas keahlian mengandung pengertian bahwa pelayanan bimbingan konseling hendaklah dilakukan secara teratur, sistematik, dan menggunakan teknik serta peralatan yang memadai. Agar dapat melakukan berdasarkan keahlian, petugas pembimbing perlu mendapatkan latihan yang memadai sehigga layanan tersebut mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Asas keahlian menghendaki

40

supaya layanan yang diberikan kepada klien berdasarkan atas kaidah-kaidah profesional, baik dalam layanan itu sendiri maupun penegakan kode etik (Sukitman, 2015: 29-30).

k. Asas alih tangan kasus

Jika guru mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu peserta didik namun peserta didik itu belum juga mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya, maka guru harus mengalihtangankan kasus itu kepada petugas atau badan lain yang lebih ahli. Di samping itu, asas ini juga mengisyaratkan bahwa guru melayani masalah-masalah sesuai dengan kewenangannya. Jika masalah yang ditangani berada di luar kewenangannya, guru harus melimpahkannnya kepada petugas atau badan yang lebih berwenang untuk mengatasi masalah tersebut (Sukitman, 2015: 30).

Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari beberapa pendapat di atas bahwa asas bimbingan konseling yaitu suatu kaidah tentang ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan program bimbingan konseling. Beberapa asas tersebut meliputi asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, dan asas alih tangan kasus.

7. Faktor penunjang kegiatan BK di sekolah

Baca selengkapnya

Dokumen terkait