Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
Ahmad Irwan Irfany
NIM 108011000025
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
AYAT 12-
19 DAN SURAT ‘ABASA AYAT 1
-10
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
Ahmad Irwan Irfany
NIM 108011000025
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
DALAM AL-QUR'AN SURAT LUQMAN
AYAT I2.I9 DAN SURAT 'ABASA AYAT 1-10
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
' Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun oleh:
Ahmid Irwan Irfanv NrM. 108011000025
Di bawah bimbingan:
JTJRUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
F'AKTJLTAS ILMU TARBIYAII DAN KEGTJRUAN
UIN SYARIF HIDAYATT]LLAH
JAKARTA
20t3Ml 1434H
i
iJ
Surat Luqman Ayat 12-19 dan Surat 'Abasa Ayat 1-10' disusun oleh AHMAD IRWAN IRFANY Nomor Induk Mahasiswa 108011000025, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 24 Mei 2013 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana Sl (S. Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta,24 Mei 2013 Panitia Ujian Munaqosah
Tanggal Tanda Tansan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Bahrissalim. M. Ae
NrP. 19680307 199803 I 002
Sekretaris (Sekretaris Jurusan) Drs. Sapiudin Shidiq. M. Ae NrF. 19670328 200003 I 001
Penguji I
Prof. Dr. Salman Harun NrP. 19450612 196510 1 001 Penguji II
Dr. Yavah Nurmaliah. MA
Ul"Lr' ) "
""?"""""""""'Nama NIM Fakultas Jurusan Alamat
Ahmad Irwan hfany
1 0 8 0 1 1 0 0 0 0 2 5
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Pendidikan Agamalslam
Rt. 01/Rw. 05, Kel. Abung Surakarta, Kec. Tatakarya, Kota Bandar Lampung, Prov. Lampung
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul "Pola Interaksi Guru dengan Murid dalam Al-Qur'an Surat Luqman Ayat 12-19 dan Surat 'Abasa Ayat 1=10" adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbinsan dosen:
Nama Pembimbing : Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag
NIP :19580707 198703 1 005
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima dengan segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta,0l Mei 2013 Yang Menyatakan
i
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam proses pembelajaran dalam rangka untuk membina dan mengararahkan peserta didik guna menjadikan peserta didik menjadi manusia yang berilmu pengetahuan tinggi, berkarakter, bertanggungjawab, bijak, dan berakhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan orang lain untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
Perubahan peserta didik yang tidak didasari oleh bimbingan, maka perubahan tersebut tidak akan terarah dalam perkembangannya. Oleh karena itu, setiap pelajar membutuhkan bimbingan dalam mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya. Di sinilah guru dibutuhkan untuk memberikan bekal hidup yang berguna. Sehingga guru harus mampu dan menciptakan situasi yang kondusif dan interaksi yang baik antara guru dengan murid dalam proses pembalajaran.
Hubungan guru dengan murid di dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan dan sempurnanya metode yang digunakan, namun jika interaksi guru dengan murid tidak harmonis, maka dapat menciptakan suatu hasil yang tidak diinginkan.
Penulisan skripsi ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan metode penelitian kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan ini yaitu dengan cara membaca, menelaah, mendeskripsikan, dan menganalisa literatur dari berbagai sumber kitab tafsir serta buku-buku pendidikan yang sesuai.
Fokus dalam penulisan skripsi ini adalah kajian tafsir surat Luqman ayat
12-19 dan surat ‘Abasa ayat 1-10. Jadi, pendekatan yang dipergunakan dalam kajian ini adalah pendekatan tafsir. Metode penafsiran yang penulis gunakan adalah metode maudhui (tematik) dan metode tahlili (telaah). Adapun teknik analisa dari penulisan ini adalah content analysisi (analisis isi) yakni teknik apa saja yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif serta sistematis.
ii
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan banyak nikmat kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi akhir
zaman yaitu Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh
pengikutnya sampai akhir zaman.
Selama menyusun skripsi ini, banyak tantangan dan hambatan yang penulis
hadapi. Namun berkat kesungguhan hati, kerja keras, dan motivasi serta bantuan
dari berbagai pihak, segala kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi. Untuk
itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada orang tua penulis, Ayahanda tercinta M. Khudlori, S.Pd.I dan
Ibunda tercinta Siti Amanati yang dengan susah payah mengasuh dan mendidik
penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran sehingga dapat menyelesaikan
pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Begitu juga dengan adikku
tercinta (Erwin, Arif, Khafidin, dan Evika) yang telah membantu, memotivasi, dan
mengisi hari-hari penulis dengan kegembiraan dan kebahagiaan.
Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta beserta seluruh stafnya.
2. Bapak Bahrissalim, MA dan Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag, selaku
Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.
3. Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag, sebagai pembimbing skripsi yang telah
bersedia memberikan dan meluangkan segenap waktu, tenaga, pikiran, dan
kesabaran dalam memberikan bimbingan, arahan serta motivasinya kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak H. Abdul Ghofur, MA, selaku dosen Penasihat Akademik yang telah
iii
6. Seluruh staf perpustakaan UIN dan perpustakaan FITK yang telah
menyediakan bermacam-macam buku ilmiah sehingga mempermudah
penulis dalam mencari sumber referensi.
7. Kepada saudara-saudara; Keluarga Ir. Nur Efendy, Maz Bagus, Lukman,
Faiz, dan Rizka Novaliana yang sudah memberikan nasehat-nasehatnya,
bimbingan, dan bantuan baik berupa ilmu, motivasi dan
pengalaman-pengalaman yang berharga kepada penulis.
8. Kepada segenap kepengurusan dan anggota HIKMAT yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu, yang telah membimbing penulis dalam setiap
melaksanakan kegiatan.
9. Kepada teman-teman Mahasiswa PAI angkatan 2008, khususnya kelas A,
sebagai tempat sharing yang tetap solid dan kompak saat kuliah, kelompok
PPKT SMPN 6 Jombang Kota Tangerang Selatan, yang sudah bekerja sama
dengan baik dalam setiap menjalankan tugas.
10. Kepada teman-teman kosan H. Hanif, yang selama ini selalu bersama-sama
dalam berbagai kondisi, dan saling sharing dalam ilmu pengetahuan; Aang,
Afdhil, Ari Agus, Ari Sudiar, Budi, Cahyo, Deny, Keluarga Cak Joko, Lubay,
Munif, Mustamil, Nophyanto, Sirozul Qori, Sugiarto, Syafiq, Yasir, dll.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini, penulis menghaturkan terima kasih dan semoga Allah SWT membalas
semua kebaikan yang telah kalian berikan. Amin.
Jakarta, 01 Mei 2013
iv
Abstrak ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iv
Pedoman Transliterasi ... vi
Daftar Gambar ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Pola dan Interaksi ……….. ... 9
B. Faktor-faktor Interaksi Guru dengan Murid ... 11
C. Ciri-ciri Interaksi Guru dengan Murid ... 13
D. Macam-macam Pola Interaksi Guru dengan Murid ... 15
E. Sikap Guru terhadap Murid ... 20
F. Sikap Murid terhadap Guru ... 26
G. Tinjauan Pustaka yang Relevan ... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek dan Waktu Penelitian ... 30
B. Jenis Penelitian ... 30
C. Fokus Penelitian ... 31
v
BAB IV TAFSIR DAN ANALISIS SURAT TENTANG POLA
INTERAKSI GURU DENGAN MURID DALAM AL-QUR'AN
A. Tafsir Surat Luqman Ayat 12-19 dan Surat ‘Abasa Ayat 1-10 1. Teks Ayat dan Terjemah ... 35
2. Latar Belakang Turunnya Surat ... 37
3. Tafsir Ayat ... 41
B. Analisis Surat tentang Pola Interaksi Guru dengan Murid
dalam Al-Qur’an
1. Surat Luqman Ayat 12-19 ... 60
2. Surat ‘Abasa Ayat 1-10 ... 63 C. Pola Interaksi Guru dengan Murid yang Terkandung dalam
Al-Qur’an
1. Surat Luqman Ayat 12-19 ... 66
2. Surat ‘Abasa Ayat 1-10 ... 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 68
B. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN
vi
A. Konsonan
Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin
ا
-ط
thب
bظ
zhت
tع
‘aث
tsغ
ghج
j fح
hق
qخ
khك
kد
dل
lذ
dzم
mر
rن
nز
z wس
sه
hش
syء
‘ص
shي
yvii
Tanda Baca Huruf Latin Tanda & Huruf Huruf Latin
ـــــ
aْيــ
aiـــــ
iْ ــ
auـــــ
ـ
uContoh:
-
: Kataba -
فْ
: Kaifa-
ع
: ‘Urifa -لْ
: HaulaC. Madd (Panjang)
Harakat dan Huruf Huruf dan Tanda
ـ ــ
âْيــ
Îْ ــ
ÛContoh:
-
ن
: Kâna -ْ ق
: Qîlaviii
Gambar
Halaman
1.1 Pola Komunikasi Satu Arah ... 15
2.1 Pola Komunikasi Dua Arah ... 16
3.1 Pola Komunikasi Tiga Arah ... 17
4.1 Pola Komunikasi Multi Arah ... 18
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Agama Islam merupakan jalan hidup yang menjamin kebahagiaan hidup
pemeluknya di dunia dan di akhirat kelak. Agama Islam mempunyai satu
pedoman utama yaitu al-Qur’an yang berfungsi memberi petunjuk ke jalan yang
sebaik-baiknya. Di samping itu juga al-Qur’an tidak hanya diturunkan untuk suatu
umat ataupun suatu abad tertentu saja tetapi juga untuk seluruh umat manusia dan
untuk sepanjang masa.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang sempurna dan bersifat universal, sehingga
sebagian besar penjelasan al-Qur’an lebih bersifat global dan terbuka bagi
siapapun untuk memahaminya.
Al-Qur’an merupakan nikmat besar yang Allah turunkan kepada seluruh
manusia untuk menyucikan hati, kebersihan jiwa, menjelaskan aqidah-aqidah,
menunjukkan ke jalan kebenaran dan keadilan, mengajarkan akhlak yang luhur
dan sifat-sifat terpuji, memperingatkan mereka agar tidak berbuat kemungkaran
dan amal-amal buruk lainnya.
Al-Qur’an tidak hanya menyebutkan dasar-dasar dan ketentuan-ketentuan
kehidup manusia, akan tetapi lebih jauh lagi tentang hal-hal yang berhubungan
petunjuk dalam al-Qur’an digunakanlah penafsiran. Termasuk dalam hal ini
adalah penafsiran terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan pendidikan.
Pendidikan adalah sarana untuk membentuk, dan mengembangkan
karakteristik manusia yang tangguh dan unggul dalam ilmu pengetahuan
(intelektualitas), amal, ibadah, harta kekayaan, sikap dan terlebih prilaku sopan santun kepada diri, keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar. Tanpa
pendidikan yang memadai, manusia akan jatuh harkat dan martabatnya dihadapan
manusia lain, karena pendidikan adalah upaya untuk mewujudkan eksistensi diri
dan menumbuh-kembangkan kedewasaan melalui penanaman pengetahuan,
nilai-nilai kebudayaan dan keagamaan serta sebagai bekal untuk hidup di masa yang
akan datang dibawah bimbingan seorang pendidik.
Pengertian pendidikan adalah usaha sadar maupun tidak sadar yang dilakukan
oleh seorang pendidik dalam rangka untuk membina dan mengararahkan peserta
didik guna menjadikan peserta didik menjadi manusia yang berilmu pengetahuan
tinggi, berkarakter, bertanggungjawab, bijak, dan berakhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan orang lain.
Pengertian pendidikan jika disempitkan dalam pengertian pengajaran, adalah
suatu usaha yang bersifat sadar tujuan dengan sistematis terarah pada perubahan
tingkah laku. Dengan adanya tujuan perubahan tersebut menunjukkan pada suatu
proses yang harus dilalui. Tanpa adanya suatu proses, maka perubahan tidak akan
terjadi dan tujuanpun tidak akan tercapai. Dan proses yang dimaksud di sini
adalah proses pendidikan.
Proses pendidikan berlangsung tidak tanpa alasan dan tujuan. Pengajaran
merupakan proses yang bertujuan untuk membimbing pelajar dalam
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap pelajar. Tugas perkembangan
tersebut mencakup kebutuhan hidup baik sebagai individu maupun sebagai
masyarakat.
Dapat disadari bahwa perubahan yang tidak didasari oleh bimbingan, maka
perubahan tersebut tidak akan terarah dalam perkembangannya. Oleh karena itu,
setiap pelajar membutuhkan bimbingan dalam mengembangkan setiap potensi
berguna. Sehingga guru harus mampu dan menciptakan situasi yang kondusif dan
interaksi yang baik antara guru dengan murid dalam proses pembalajaran.1
Akhlak sangat penting dalam kehidupan manusia. Berakhlak mulia
merupakan salah satu tujuan pendidikan juga sebagai refleksi kehidupan
bermasyarakat yang berperadaban. Maka sandaran umat Islam dalam mengambil
contoh figur yang terbaik dalam akhlak adalah Rasulullah saw. Beliau adalah
sebaik-baiknya manusia yang pernah hidup di dunia karena akhlaknya beliau
adalah akhlak al-Qur'an dan langsung dididik oleh Sang Maha Pendidik.
Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Qalam ayat 4:
“Sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. Al-Qalam: 4).
Dan penjelasan tentang akhlak Nabi juga banyak diterangkan oleh hadits
beliau, diantaranya yang paling populer adalah :
قاخأا مراكم ممت أ تثعب امنإ
(
كلام هاور
.)
“Sesungguhnya Aku tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”(H.R Malik).
Akhlak sebagaimana menurut Imam Al-Ghazali merupakan perbuatan yang
lahir secara reflek dan tiba-tiba dari seseorang tanpa pertimbangan dan pemikiran
terlebih dahulu,2 mempunyai peran yang sangat signifikan dalam mencapai keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, dan menggapai kebahagiaan baik
sebagai individu maupun masyarakat.
Sejalan dengan pernyataan di atas, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan kepada pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan
1
Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: Jemmars, 1986), h. 13-14.
2
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.3
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik atau yang
biasa disebut dengan guru dan peserta didik atau murid dalam mencapai tujuan
pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi ini disebut
interaksi pendidikan, yaitu saling pengaruh antara pendidik dengan anak didik.
Dalam saling mempengaruhi ini peranan pendidik lebih besar, karena
kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih berpengalaman, lebih
banyak menguasai nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan.
Hidup bersama antara manusia yang satu dengan yang lain berlangsung di
dalam berbagai bentuk hubungan dan di dalam berbagai jenis situasi. Sehingga
tanpa adanya sebuah interaksi dalam hidup, tidak mungkin manusia dapat hidup
bersama. Pada kenyataanya bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki sifat
sosial yang besar. Sehingga setiap manusia sangat membutuhkan interaksi antara
individu yang satu dengan yang lain. Setiap proses interaksi terjadi dalam suatu
situasi, bukan dalam situasi yang hampa. Salah satunya interaksi terjadi dalam
situasi pendidikan, yang bisa di sebut dengan interaksi pendidikan4
Proses pendidikan berlangsung tidak tanpa alasan atau tujuan. Pengajaran
merupakan proses yang berfungsi membimbing peserta didik di dalam kehidupan,
yakni membimbing perkembangan diri sesuai dengan tugas-tugas perkembangan
yang harus dijalankan oleh peserta didik. Tugas perkembangan tersebut mencakup
kebutuhan hidup baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Di sinilah
guru dibutuhkan. Ia dibutuhkan untuk memberi bekal hidup yang berguna dan
harus menciptakan situasi dan interaksi edukatif.
Guru adalah seorang yang memegang peranan utama dalam proses belajar
mengajar. Inti dari pendidikan adalah proses belajar mengajar. Segala sesuatu
yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam kegiatan tersebut. Maka
berhasil tidaknya atau efektif dan efisiennya suatu proses belajar mengajar salah
3
Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), h. 3-4.
4
satuya bergantung pada keprofesionalan seorang guru dalam menjalankan
tugasnya.
Al-Qur’an menyebutkan bahwa Allah akan meninggikan derajat dan
memuliakan pendidik daripada orang Islam lainnya yang tidak berilmu
pengetahuan dan bukan pendidik. Firman Allah SWT dalam surat al-Mujadilah
ayat 11:
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujadilah: 11).
Hasil belajar yang optimal dipengaruhi oleh komponen-komponen
belajar-mengajar, sebagai contoh bagaimana cara mengorganisasikan materi, metode
yang diterapkan, media yang digunakan, dan lain-lain. Tetapi di samping
komponen-komponen tersebut, ada faktor lain yang ikut mempengaruhi
keberhasilan belajar siswa, yaitu soal hubungan antara guru dengan murid.
Hubungan guru dengan murid di dalam proses belajar mengajar merupakan
faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang
diberikan dan sempurnanya metode yang digunakan, namun jika interaksi guru
dengan murid tidak harmonis, maka dapat menciptakan suatu hasil yang tidak
diinginkan.5 Untuk menjalin hubungan tersebut, seorang guru harus memahami bahwa dalam suatu kelas ada yang tidak dapat dielakkan yaitu adanya perbedaan
individu, baik dari aspek biologis, intelektual, maupun psikologis. Interaksi yang
akan terjadi juga dipengaruhi oleh cara guru dengan murid ketika pelajaran
5
berlangsung. Di sini tentu saja aktivitas optimal belajar murid sangat menentukan
kualitas interaksi yang terjadi di dalam kelas.
Salah satu komponen yang menentukan keberhasilan pelaksanaan pendidikan
sebagaimana dikatakan di atas adalah keprofesionalan guru. Guru dituntut untuk
berkompeten karena guru merupakan orang pertama yang berhadapan langsung
dengan anak didik. Mereka dituntut untuk membawa anak didiknya dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan melalui interaksi belajar mengajar. Oleh sebab itu,
para guru dituntut untuk dapat menjalankan interaksi belajar-mengajar yang
dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga terjadi hubungan timbal balik yang
harmonis. Dalam hal ini menyangkut pola interaksi guru dengan murid yang
sesuai dengan ajaran al-Qur’an, yaitu perilaku atau moral yang berdasarkan
al-Qur’an.
Persoalan yang paling mendasar yang terjadi di sekolah terkadang masih ada
beberapa guru yang memperlakukan muridnya secara diskriminatif. Ia
memperlakukan muridnya dengan pilih kasih dan membeda-bedakan anak yang
cerdas, cantik, berpangkat, anak kesayangan, dan lain sebagainya. Padahal mereka
seharusnya merasakan bahwa sekolah bagi mereka merupakan tempat belajar
yang menyenangkan. Di sekolah, ia harus dihargai, dipahami, dan tidak
dibodoh-bodohkan maupun diejek, khususnya anak dari masyarakat miskin. Biasanya
mereka sering dibodoh-bodohi, diejek, atau dibiarkan semaunya. Begitu pula
dengan sikap murid yang kurang baik dalam berinteraksi dengan guru, seperti
halnya dengan menjaga sopan santun baik tutur kata maupun tingkah laku murid
terhadap guru.
Bertitik tolak dari kondisi tersebut maka penulis mengadakan penelitian
skripsi “POLA INTERAKSI GURU DENGAN MURID DALAM
AL-QUR'AN SURAT LUQMAN AYAT 12-19 DAN SURAT ‘ABASA AYAT 1
B.
Identifikasi Masalah
1. Bagaimana sikap guru dengan murid dalam berinteraksi agar tidak terjadi
diskriminatif dalam proses pembelajaran?
2. Bagaimana sikap murid dengan guru dalam berinteraksi pada situasi
pembelajaran?
3. Bagaimana pola interaksi guru dengan murid agar tujuan pendidikan dalam
proses pembelajaran tercapai?
4. Bagaimanakah tipe pola interaksi guru dengan murid dalam pandangan
al-Qur’an?
C.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini penulis akan membahas tentang pola interaksi
antara guru dengan murid dalam pandangan al-Qur’an. Agar permasalahan tidak
meluas, maka penulis membatasi pada pola interaksi guru dengan murid yang
terkandung dalam surat Luqman ayat 12-19 dan surat ‘Abasa ayat 1-10.
2. Perumusan Masalah
a. Nilai-nilai pendidikan apa saja yang terkandung dalam surat Luqman
ayat 12-19 dan surat ‘Abasa ayat 1-10?
b. Bagaimanakan pola interaksi guru dengan murid dalam al-Qur'an surat
Luqman ayat 12-19 dan surat ‘Abasa ayat 1-10?
D.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan apa saja yang terkandung dalam
surat Luqman ayat 12-19 dan surat ‘Abasa ayat 1-10.
b. Untuk mengetahui pola interaksi guru dengan murid dalam al-Qur'an
2. Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan untuk mengembangkan teori pola interaksi guru dengan
murid dalam proses pembelajaran.
b. Secara umum, diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmiah di bidang
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Pengertian Pola dan Interaksi
Pola adalah gambar yang dibuat contoh atau model. Sedangkan dalam Kamus Induk Istilah Ilmiah, M. Dahlan menyatakan bahwa “interaksi adalah aksi yang saling memberikan timbal balik”.1 Jadi pola interaksi adalah bentuk hubungan timbal balik antara orang satu dengan orang lainnya. Sebagai makluk sosial,
kecenderungan manusia untuk berhubungan dengan yang lain melahirkan
komunikasi dua arah, baik melalui bahasa maupun perbuatan. Karena adanya aksi
maka reaksipun terjadi, inilah unsur yang membentuk terjadinya interaksi.2
Manusia adalah mahluk individu dan mahluk sosial. Sehingga dalam
hubungannya setiap manusia bagaimanupun juga tidak dapat terlepas dari individu
yang lain. Dengan demikian kegiatan manusia akan selalu dibarengi dengan
proses interaksi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesama,
maupun dengan Tuhannya, baik disengaja maupun tidak disengaja.
Menurut H. Bonner sebagaimana yang dikutip Abu Ahmadi, berpendapat
bahwa yang dimaksud dengan interaksi ialah suatu hubungan antara dua individu
1
M. Dahlan Y. Al-Barry dan L. Lya Sofyan Yacub, Kamus Induk Istilah Ilmiah, (Surabaya: Target Press, 2003), h. 323.
2
atau lebih di mana tingkah laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, dan
memperbaiki individu yang lain. Begitu juga sebaliknya.3
Manusia sebagai makhluk sosial, di dalam kehidupannya membutuhkan
hubungan dengan manusia lainnya. Hubungan itu terjadi karena setiap manusia
memiliki kebutuhan yang berbeda-beda dan karena saling membutuhkan,
membuat manusia cenderung untuk berhubungan melahirkan komunikasi dua arah
melalui bahasa yang mengandung tindakan dan perbuatan. Karena ada aksi dan
reaksi, maka interaksipun terjadi. Oleh sebab itu, interaksi akan berlangsung bila
ada hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih.4
Interaksi yang bernilai pendidikan dalam dunia pendidikan ataupun yang
disebut dengan interaksi edukatif. Dalam pola interaksi antara guru dengan murid
adalah dalam proses pembelajaran seorang guru menghadapi murid-muridnya
yang merupakan suatu kelompok manusia di dalam kelas. Di dalam interaksi
tersebut tampak bahwa guru mencoba untuk menguasai kelasnya supaya proses
interaksi berlangsung dengan seimbang, di mana terjadi saling mempengaruhi
antara kedua belah pihak, baik guru maupun murid. Sebagai contoh, seorang guru
mengadakan diskusi diantara anak didiknya untuk memecahkan sebuah persoalan,
di sinilah proses interaksi itu akan terjadi, adanya saling memberikan pendapat
yang berbeda satu sama lain. Dengan adanya interaksi pola pikir, pola sikap dan
pola tingkah laku, maka sikap yang maunya benar dan menang sendiri tidak akan
muncul dan berkembang. Sebaliknya akan tumbuh sikap yang toleran dan saling
menghargai antara yang satu dengan yang lainya.
Menurut Djamarah, sebagaimana yang di kutip oleh Miftahul Huda. bahwa
interaksi yang bernilai pendidikan, yaitu interaksi yang dengan sadar meletakkan
tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Dengan konsep di
atas, maka muncullah istilah guru di satu pihak dan murid di pihak lain. Keduanya
berada dalam interaksi yang bernilai pendidikan dengan posisi, tugas, dan
tanggung jawab yang berbeda, namun tetap bersama-sama dalam mencapai tujuan
3
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1982), Cet. IV, h. 42.
4
pendidikan.5 Sehingga dalam hal ini guru bertanggung jawab untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaan dengan memberikan sejumlah ilmu pengetahuan
dan membimbingnya. Sedangkan anak didik berusaha untuk mencapai tujuan
pendidikan dengan bantuan dan pembinaan dari guru.
B.
Faktor-faktor Interaksi Guru dengan Murid
Proses belajar mengajar sebagai suatu sistem interaksi, maka kita akan
dihadapkan pada sejumlah faktor-faktor. Tanpa adanya faktor-faktor tersebut
sebenarnya tidak akan terjadi proses interaksi antara guru dengan murid dalam
proses belajar mengajar.
Faktor-faktor yang dimaksud adalah:
1. Tujuan, merupakan hal yang pertama kali yang harus dirumuskan dalam
kegiatan interaksi guru dengan murid dalam proses belajar mengajar. Karena
tujuan dapat memberikan arah yang jelas dan pasti kemana kegiatan
pembelajaran dibawa oleh guru. Dengan berpedoman pada tujuan, guru akan
dapat menyeleksi tindakan mana yang harus dilakukan dan tindakan mana
yang harus ditinggalkan.
2. Bahan Pelajaran, adalah unsur inti dalam kegiatan interaksi guru dengan
murid dalam proses pembelajaran tidak akan berjalan. Dalam pemilihan
pelajaran harus disesuaikan dengan kondisi kemampuan murid dalam
menerima pelajaran. Selain itu bahan pelajaran mutlak harus dikuasai oleh
guru dengan baik.
3. Metode, adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Metode diperlukan guna menunjang terciptanya tujuan
pembelajaran.
4. Alat, adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran. Dalam interaksi antara guru dengan murid dalam proses
pembelajaran biasanya dipergunakan alat non material dan alat material. Alat
material biasanya berupa suruhan, perintah, larangan, nasihat, dan
5
sebagainya. Sedangkan alat bantu material misalnya: globe, papan tulis, batu,
gambar, dan sebagainya.
5. Sarana, merupakan komponen yang sangat penting dalam rangka
menciptakan interaksi antara guru dengan murid dalam proses belajar
mengajar, sebab interaksi hanya mungkin terjadi bila ada sarana, waktu,
tempat, dan sarana-sarana lainnya.6
Menurut Winarno Surachmad, bahwa faktor-faktor yang sangat diperlukan
dalam setiap proses interaksi antara guru dengan murid adalah:
1. Ada tujuan yang jelas akan dicapai;
2. Ada bahan yang menjadi isi proses pembelajaran;
3. Ada pelajar yang aktif mengalami proses pembelajaran;
4. Ada guru yang melaksanakan proses pembelajaran;
5. Ada metode tertentu untuk mencapai tujuan; dan
6. Ada situasi yang kondusif dalam proses pembelajaran.7
Penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam proses interaksi
antara guru dengan murid tidak dapat dilakukan dalam ruangan yang hampa,
tanpa adanya tujuan, dan tanpa adanya pelajar.
Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan secara sengaja, seksama,
terencana, dan memiliki tujuan pendidikan. Pendidikan ini dilaksanakan oleh guru
yang memiliki bekal ilmu pengetahuan yang cukup dan memiliki keterampilan
dalam menyampaikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didik
secara bertahap agar peserta didik dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan memiliki aspek-aspek
yang saling berkaitan, diantaranya yaitu: aspek tujuan, kurikulum, metode, guru,
lingkungan, dan sarana.8
6
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 157-158.
7
Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: Jemmars, 1986), h. 14.
8
C.
Ciri-ciri Interaksi Guru dengan Murid
Interaksi guru dengan murid terkandung dua unsur pokok, yaitu: kegiatan
guru dan kegiatan murid. Sehingga apa yang dilakukan oleh guru mendapat
respon dari murid, dan demikian pula sebaliknya apa yang dilakukan murid akan
mendapat sambutan dari guru. Semua kegiatan tersebut dapat diikhtisarkan
dengan beberapa ciri interaksi edukatif yang sering juga disebut dengan interaksi
belajar mengajar.
Proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi
antara dua unsur manusiawi, yakni murid sebagai pihak yang belajar dan guru
sebagai pihak yang mengajar. Interaksi yang merupakan proses atau interaksi
belajar mengajar tersebut memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan dengan
interaksi yang lain.
Djamarah dan Zain menjelaskan ciri-ciri interaksi guru dengan murid
diantaranya:
1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak dalam suatu
perkembangan tertentu. Dengan menempatkan anak didik sebagai pusat
perhatian, sedangkan unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Agar dapat mencapai tujuan optimal, maka
dalam melakukan interaksi antara guru dengan murid perlu ada prosedur atau
langkah-langkah yang terencana. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran
yang satu dengan yang lain, mungkin akan membutuhkan prosedur dan
desain yang berbeda pula.
3. Ditandai dengan penggarapan materi khusus, yaitu materi harus didesain
sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan dan perlu
memperhatikan komponen-komponen pengajaran yang lain. Meteri harus
sudah didesain dan disiapkan sebelum berlangsungnya interaksi antara guru
dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar.
4. Ditandai dengan aktivitas anak didik, sebagai konsekuensi, bahwa anak didik
antara guru dengan murid. Jadi tidak ada gunanya melakukan kegiatan belajar
mengajar, kalau anak didik hanya pasif.
5. Guru berperan sebagai pembimbing, dalam peranannya sebagai pembimbing,
guru harus berusaha menghidupkan dan memberi motivasi agar terjadi proses
interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala
situasi, sehingga guru merupakan tokoh yang akan dilihat dan ditiru tingkah
lakunya oleh anak didik. Guru (akan lebih baik bersama anak didik) sebagai
pemimpin terjadinya interaksi.
6. Membutuhkan disiplin, disiplin dalam kegiatan belajar mengajar diartikan
sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur menurut ketentuan yang sudah
ditaati dengan sadar oleh pihak guru maupun pihak anak didik. Jadi
langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sedah digariskan.
Penyimpangan dari prosedur berarti suatu indikator pelanggaran disiplin.
7. Ada batas waktu, untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem
berkelas, batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan.
Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu dan kapan tujuan harus sudah
tercapai.
8. Evaluasi, dari seluruh kegiatan tersebut, masalah evaluasi merupakan bagian
penting yang tidak bisa diabaikan. Evaluasi harus guru lakukan untuk
mengetahui tercapai atau tidak tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.9
Pendapat ini serupa dengan pendapat Miftahul Huda yang menjelaskan
bahwa ciri-ciri interaksi antara guru dengan murid dalam proses belajar mengajar,
yaitu: “interaksi yang memiliki tujuan, mempunyai prosedur yang direncanakan untuk mencapai tujuan, interaksi yang ditandai dengan materi khusus, ditandai
dengan aktivitas anak didik, pendidik atau guru yang berperan sebagai
pembimbing, interaksi pendidikan membutuhkan kedisiplinan, adanya batasan
waktu, dan diakhiri dengan adanya evaluasi”.10
9
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. II, h. 46-48.
10
D.
Macam-macam Pola Interaksi Guru dengan Murid
Interaksi antara guru dan murid, unsur guru dan murid harus aktif, tidak
mungkin terjadi proses interaksi dalam proses pembelajaran bila hanya satu unsur
yang aktif. Baik aktif dalam sikap, mental, dan perbuatan.
Kegiatan interaksi belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai
dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan mandiri yang dilakukan
oleh murid. Hal ini tentu saja bergantung pada keterampilan guru dalam
mengelola kegiatan interaksi belajar mengajar. Penggunaan variasi pola interaksi
mutlak dilakukan oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan
kebosanan, kejenuhan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi
keberhasilan guru dan anak dalam mencapai tujuan pendidikan.
Ada beberapa pola interaksi antara guru dengan murid dalam proses
pembelajaran yang dilakukan antara guru dengan murid, diantaranya yaitu:
1. Pola pendidik (guru) – anak didik (murid), merupakan komunikasi sebagai
[image:28.595.115.491.373.611.2]aksi (komunikasi satu arah).
Gambar 1.1
Pola Komunikasi Satu Arah
Komunikasi satu arah ini biasanya dilakukan oleh seorang guru dalam
pembelajaran dengan metode ceramah. Dalam pola interaksi antara guru
dengan murid yang seperti ini dapat diumpamakan seorang guru yang
Sehingga murid selalu menerima suapan itu tanpa komentar dan tanpa aktif
berfikir.
Pelaksanaan bentuk interaksi seperti ini gurulah yang berperan penting,
gurulah yang aktif, murid pasif, dan semua kegiatan berpusat pada guru.
Guru sebagai sumber segala pengetahuan, sumber segala kebenaran, dan
sumber segala yang diperlukan siswa di sekolah. Semua yang dikatakan oleh
guru dipegang oleh murid sebagai suatu kebenaran yang mutlak.11
Semua orang mempercayai bahwa guru memiliki andil yang sangat besar
terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah dan membantu perkembangan
peserta didik dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta
didik secara optimal sesuai dengan tujuan hidup peserta didik tersebut.12 2. Pola pendidik (guru) – anak didik (murid) – pendidik (guru), ada feedback
[image:29.595.114.504.247.584.2]bagi guru, tetapi tidak ada interaksi antara anak didik (komunikasi dua arah).
Gambar 2.1
Pola Komunikasi Dua Arah
Pola komunikasi ini biasanya dalam proses pembelajaran menggunakan
metode tanya jawab. Setelah guru menjelaskan tentang suatu materi, maka
guru akan memberi kesempatan kepada murid untuk bertanya, yang
kemudian pertanyan tersebut akan dijawab oleh guru.
11
Ibid.
12
Pola interaksi guru dengan murid dalam bentuk ini, guru merupakan
salah satu sumber belajar, bukan sekedar menyuapi materi kepada murid.
Jadi, guru sebagai salah satu sumber pengetahuan tetapi hal itu tidak mutlak.
Guru melontarkan masalah-masalah kepada murid, agar murid mampu dan
timbul inisiatif untuk memecahkan masalah tersebut. Guru memberikan
aksi-aksi yang merangsang murid untuk mengadakan reaksi-aksi. Dengan demikian,
terjadilah interaksi antara guru dengan murid. Ada hubungan timbal balik
antara guru dengan murid.
3. Pola pendidik (guru) – anak didik (murid) – anak didik (murid), ada feedback
bagi guru, dan anak didik saling belajar satu sama lain (komunikasi tiga
arah).
[image:30.595.117.504.179.578.2]Gambar 3.1
Pola Komunikasi Tiga Arah
Komunikasi atau interaksi antara guru dengan murid dalam proses
pembelajaran seperti ini biasanya terjadi dengan metode diskusi, yang
dimana guru menugaskan anak didik untuk berdiskusi dengan temannya
tentang suatu masalah atau materi yang sedang dipelajari.
Sebenarnya interaksi seperti ini bukan sekedar adanya aksi dan reaksi,
melainkan juga adanya hubungan interaktif antara setiap individu. Setiap
individu ikut aktif, dan tiap individu mempunyai peran. Dalam hal ini guru
belajar. Yang dimana suasana atau proses belajar mengajar yang aktif.
Masing-masing siswa sibuk belajar, dan melaksanakan tugas yang diberikan
oleh guru.
Setiap murid memegang peranan di dalam proses belajar mengajar
seperti ini. Guru akan mengawasi dan mengarahkan serta membimbing murid
dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, interaksi belajar mengajar
berlangsung timbal balik. Murid dapat menerima pelajaran dari guru dan
mendapat pengalaman dari siswa lain. Kegiatan seperti ini menimbulkan
adanya interaktif antara guru dan murid, serta antara murid dengan murid.13 4. Pola pendidik (guru) – anak didik (murid) – anak didik (murid) – pendidik
(guru), interaksi yang optimal yang memungkinkan adanya kesempatan yang
sama bagi setiap anak didik dan guru untuk saling berdiskusi (komunikasi
[image:31.595.117.531.175.653.2]multi arah).
Gambar 4.1
Pola Komunikasi Multi Arah
13
Roestiyah N.K, Masalah Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h. 44.
Guru
Murid
Murid
Interaksi ini murid dihadapkan pada suatu masalah, dan murid sendiri
lah yang memecahkan masalah tersebut, kemudian hasil diskusi murid-murid
tersebut dikonsultasikan kepada guru. Sehingga diri interaksi seperti ini,
murid memperoleh pengalaman dari teman-temannya sendiri.
Pola interaksi seperti ini, guru harus memberi motivasi agar murid-murid
mampu memahami masalah dan dapat memecahkan masalah tersebut.
Dengan kondisi belajar yang seperti ini, maka setiap siswa ketika
menghadapi suatu masalah akan aktif mencari jawaban atas segala
inisiatifnya sendiri. Guru hanya membimbing, mengarahkan, dan
menunjukkan sumber belajar.14
[image:32.595.115.551.208.666.2]5. Pola melingkar, interaksi seperti ini disebut dengan komunikasi segala arah.
Gambar 5.1
Pola Komunikasi Melingkar (Segala Arah)
14
Ibid., h. 41-45.
Murid
Murid
Murid
Murid
Pola komunikasi melingkar ini, setiap anak didik mendapat giliran untuk
mengemukakan pendapat atau jawaban dari pertanyaan, dan tidak
diperbolehkan berpendapat atau menjawab sampai dua kali sebelum semua
anak didik mendapat giliran. 15
E.
Sikap Guru terhadap Murid
Imam Muhyiddin Yahya bin Syarf al-Nawawi (w.676 H) menyatakan bahwa
seorang guru ketika mengajar hendaknya berniat untuk memperoleh ridha dari
Allah SWT bukan untuk mendapatkan kekayaan dunia, melainkan untuk
beribadah kepada Allah SWT. Untuk itu maka diperlukan niat yang baik,
walaupun masalah ini tergolong cukup berat, terutama bagi orang yang pertama
kali mengajar. Dari sikap tersebut perlu dibarengi dengan senantiasa menunjukkan
kebaikan kepada murid-murid dengan bersikap lembut, sungguh-sungguh, dan
sabar dalam menghadapi cobaan dan perlakuan yang kurang menyenangkan dari
murid-muridnya.16
Hal berikutnya yang perlu dilakukan guru adalah dengan menanyakan murid
yang tidak hadir, memperluas pemahaman murid sesuai tingkat kecerdasannya,
tidak memberikan beban yang tidak sangup dipikul murid, tidak juga memberikan
tugas yang terlalu ringan kepada murid, dan memberikan penjelasan melalui
perumpamaan bagi murid-murid yang belum paham.17
Nasution di dalam bukunya menyebutkan ciri-ciri guru yang baik,
diantaranya yaitu: Mampu memahami dan menghormati murid; mampu
menghormati bahan pelajaran yang diberikan kepada murid; mampu
menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran; mampu menyesuaikan
bahan pelajaran dengan kesanggupan individu murid; mampu mengaktifkan
kegiatan murid dalam hal belajar; mampu memberikan pengertian dan bukan
hanya kata-kata; mampu menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid;
mempunyai tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikan; tidak terikat
15
Ibid., h. 41-42.
16
Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid: Studi Pemikiran Tasawuf Al-Ghazali, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2001), Cet. I, h.93-94.
17
oleh satu buku pelajaran (teksbook); dan tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan saja kepada murid, melaikan senantiasa
mengembangkan pribadi anak.18
Mengajar adalah suatu pekerjaan yang tidak mudah. Walaupun demikian
setiap guru dan calon guru harus mampu menanamkan pada dirinya syarat-syarat
yang harus dimiliki oleh guru yang baik, supaya jelas kearah mana seorang guru
harus membentuk kepribadian dalam mengajar murid-muridnya.
Ibn Khaldun berpendapat, sebegaimana yang dikutip Abuddin Nata
menyatakan bahwa:
Seorang guru harus mengajar secara bertahap, mengulang-ngulang sesuai dengan pokok bahasan, dan kesanggupan murid, tidak memaksakan atau membunuh daya nalar siswa, tidak berpindah dari satu topic ke topic lain, sebelum topik pertama dikuasai, tidak memandang kelupaan sebagai suatu aib, tetapi agar mengatasinya dengan jalan mengulang, jangan bersikap keras terhadap murid. seorang guru juga harus membiasakan diskusi dan tukar pikiran dengan murid, memilih bidang kajian yang disukai murid, mendekatkan murid pada pencapaian tujuan, memperhatikan tingkat kesanggupan murid dan menolongnya agar murid tersebut mampu memahami pelajaran.19
Menurut al-Ghazali, sebagaimana dikutip Abuddin Nata memandang bahwa:
“Pekerjaan mengajar dinilai lebih mulia dibandingkan dengan memanfaatkan
harta. Hal itu didasarkan pada alasan bahwa orang yang meminta ilmu itu
berlapis-lapis, yaitu ada yang kaya, miskin, raja, rakyat, dan sebagainya.
Sedangkan orang yang meminta harta hanya orang yang miskin atau yang
membutuhkan saja.”20
Oleh sebab itu, al-Ghazali berpendapat bahwa seorang guru
harus memiliki etika yang wajib dilakukan oleh seorang guru, diantaranya:
1. Bersikap lembut dan kasih sayang pada para pelajar. Dalam hal ini al-Ghazali
menilai bahwa seorang guru menjadi penyebab bagi keberadaan kehidupan
yang kekal di akhirat, sedangkan orang tua berperan sebagai penyebab
adanya anak di dunia yang sementara ini. Oleh sebab itu, seorang guru
dianggap lebih tinggi posisinya dibandingkan orang tua murid. Sehingga
seorang guru wajib memperlakukan murid-muridnya dengan rasa kasih
18
S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h. 8-13.
19
Nata, op. cit., h.96.
20
sayang, dan mendorong murid-muridnya mempersiapkan diri untuk
mendapatkan kehidupan di akhirat yang kekal dan bahagia.
2. Seorang guru tidak meminta imbalan atas tugas mengajar murid-muridnya.
Seperti halnya yang dilakukan Rasulullah SAW yang mengajar manusia
tanpa imbalan dan tanpa meminta ucapan terima kasih, namun semata-mata
karena karunia Allah SWT.
3. Tidak menyembunyikan sedikitpun ilmu yang dimiliki seorang guru. Seorang
guru harus sungguh-sungguh tampil sebagai penasehat dan pembimbing
ketika murid membutuhkan ataupun tidak membutuhkan.
4. Menjauhi akhlak yang buruk dengan cara menghindarinya sedapat mungkin.
Dalam hal ini al-Ghazali menyerukan agar seorang guru mengajar dengan
cara yang benar, seperti mengulang bukan menjelaskan dan kasih sayang
bukan merendahkan. Karena dengan hanya menjelaskan akan menyebabkan
timbulnya rasa bosan dan cepat hilang hafalan murid-muridnya. Menurut
al-Ghazali hal yang seperti ini termasuk pekerjaan mengajar yang mendalam.21
Berdasarkan uraian tersebut, bahwa sosok guru yang ideal adalah guru yang
memiliki motivasi mengajar yang tulus, ikhlas dalam mengamalkan ilmunya,
bertindak sebagai orang tua yang penuh kasih sayang terhadap anaknya, dapat
mempertimbngkan kemampuan intelektual anaknya, mampu menggali potensi
yang dimiliki murid, bersikap terbuka dan demokratis untuk menerima dan
menghargai pendapat murid, dapat berkerjasama dengan murid dalam
memecahkan masalah, dan pada akhirnya murid dibimbing menuju ke jalan Allah
melalui berbagai upaya seorang guru terhadap muridnya dalam mengajar.22
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus menjelaskan bahwa guru harus berusaha
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut, yaitu: Guru harus mengasihi
murid-muridnya seperti mengasihi anak-anaknya sendiri; hubungan antara guru dan
murid-murid haruslah baik dan erat; guru haruslah memperhatikan keadaan
anak-anak dan mempelajari jiwa kanak-anak-kanak-anak; guru haruslah sadar akan kewajibannya
terhadap masyarakat; guru haruslah menjadi contoh bagi keadilan, kesucian, dan
21
Ibid., h. 98-99.
22
kesempurnaan; guru haruslah berlakau jujur dan ikhlas; guru haruslah
berhubungan dengan kehidupan masyarakat; guru haruslah cakap mengajar, baik
pimpinannya dan bijaksana dalam perbuatannya; guru harus mempunyai cita-cita
yang tetap; guru haruslah berbadan sehat; guru haruslah membiasakan
murid-murid supaya mereka percaya kepada diri sendiri; guru haruslah mementingkan
intisari pelajaran, bukan bentuknya yang lahir saja; guru haruslah berbicara
dengan murid-muridnya dalam bahasa yang dipahaminya; guru haruslah
memikirkan pendidikan akhlak; dan guru haruslah mempunyai kepribadian yang
kuat.23
Proses interaksi belajar mengajar, guru adalah orang yang memberikan
pelajaran dan siswa adalah orang yang menerima pelajaran. Dalam mentransfer
pengetahuan kepada siswa diperlukan pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan
sebagai guru. Tanpa ini semua tidak mungkin proses interaksi belajar mengajar
dapat berjalan secara kondusif. Disinilah kompetensi dalam arti kemampuan
mutlak diperlukan guru dalam melaksanakannya sebagai pendidik dapat
terlaksana dengan baik. Beranjak dari pengertian inilah kompetensi merupakan
suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pendidikan dan pengajaran.
Konsep interaksi antara guru dengan murid bahwa pendidik (guru)
mempunyai peranan yang penting. Oleh karena itu, seorang pendidik harus
mempunyai kompetensi-kompetensi (sifat dasar pendidik), antara lain meliputi
bijaksana, penuh kasih sayang, demokratis, mengenal murid dan memahami
kejiwaaannya, berpengetahuan luas, memahami materi, sabar dan ikhlas.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru,
adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara
lain: kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang diperoleh
melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam
kinerja guru.
23
1) Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator
esensial sebagai berikut;
Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial:
memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta
didik.
Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan
kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan
strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi
yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran
berdasarkan strategi yang dipilih.
Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar
(setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator
esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan
hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis
hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan
belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran
untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk
pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik
2) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci
subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak
sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga
sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan
norma.
Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan
kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja
sebagai guru.
Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan
yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat
serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku
yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang
disegani.
Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial:
bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka
menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
3) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi
ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik
memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik
dan tenaga kependidikan.
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali
peserta didik dan masyarakat sekitar.
4) Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran
di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan
terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut
memiliki indikator esensial sebagai berikut:
Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki
indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;
memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau
koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata
pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan
sehari-hari.
Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial
menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam
pengetahuan/materi bidang studi.24
F.
Sikap Murid terhadap Guru
Kitab al-Ilm wa Adab al-Alim wa al-Muta’alim sebagaimana dikutip Abuddin Nata dikatakan bahwa: “Sikap murid sama dengan sikap guru yaitu sikap murid
sebagai pribadi dan sikap murid sebagai penuntut ilmu. Sebagai pribadi seorang
murid harus bersih hatinya dari kotoran dan dosa agar dapat dengan mudah dan
benar dalam menangkap pelajaran.”25
Murid harus berupaya agar lebih dekat dengan gurunya agar mendapatkan
pemahaman yang sempurna dan tidak sulit untuk memehami penjelasan dari guru.
24
http://ibnufajar75.wordpress.com/2012/12/27/empat-kompetensi-yang-harus-dimiliki-seorang-guru-profesional/
25
Dengan syarat tempat duduk murid tidak lebih tinggi daripada tempat duduk guru,
bersikap sopan santun ketika berada di dalam kelas, karena hal seperti itu berarti
menghormati guru dan memuliakan proses belajar mengajar. Duduklah seperti
duduknya seorang murid, jangan bersuara keras jika tidak ada kebutuhan terhadar
guru, jangan tertawa, jangan banyak bicara, jangan mengangkat tangan dan
menengok jika tidak ada keperluan, melainkan harus menghadap guru, jangan
mengajukan pertanyaan atau permasalahan kecuali setelah mendapatkan izin dari
guru.26
Seorang murid juga harus menunjukkan kesungguhannya dalam belajar,
tekun belajar setiap waktu, dan tidak berpergian yang sekiranya tidak ada
hubungannya dengan menuntut ilmu kecuali untuk memenuhi kebutuhan pokok
untuk keperluan sehari-hari. Selain itu murid juga harus bersikap sabar, dan
menjauhkan diri dari pelakuan yang kurang baik kepada gurunya, jangan menutup
diri, dan terus berupaya bersikap husnudzhan terhadap guru. Dengan demikian
bahwa seorang murid harus bersih hatinya agar mendapatkan pancaran ilmu
dengan mudah. Seorang murid juga harus menunjukkan sikap akhlak yang tinggi
terutama terhadap gurunya, pandai dalam membagi waktu, memahami tatakrama
dalam proses pembelajaran, berupaya menyenangkan hati sang guru, tidak
menenjukkan sikap yang memancing kemarahan guru, giat belajar dan sabar
dalam menuntut ilmu.27
Pendapat al-Ghazali sebagaimana yang dikutip Abuddin Nata mengenai etika
sikap murid terhadap guru, diantaranya: Seorang murid harus membersihkan
jiwanya terlebih dahulu dari akhlak yang buruk dan sifat-sifat tercela; tidak
banyak melibatkan diri dalam urusan duniawi; jangan menyombongkan diri
dengan ilmu yang dimilikinya dan jangan pula banyak memerintah guru;
janganlah melibatkan diri dalam perbedaan pendapat para guru bagi pelajar
pemula; jangan berpindah dari suatu ilmu yang terpuji kepada cabang-cabangnya
kecuali setelah ia memahami pelajaran sebelumnya; jangan menenggelamkan diri
26
Ibid., h.103.
27
pada satu bidang ilmu saja; dan jangan melibatkan diri terhadap pokok bahasan
tertentu, sebelum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang ilmu tersebut.28 Murid adalah salah satu komponen dalam pengajaran, disamping faktor guru,
tujuan dan metode pembelajaran. Sebagai salah satu komponen maka dapat
dikatakan bahwa murid adalah komponen yang terpenting diantara komponen
lainnya. Tanpa adanya murid, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran.
Guru hanya berusaha memenuhikebutuhan yang ada pada murid. Dapat dikatakan
bahwa etika peserta didik yang harus dimiliki antara lain: Patuh, tabah, sabar,
punya kemauan atau cita-cita yang kuat serta tidak putus asa dan
bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, sopan santun, rendah diri dan hormat pada guru,
dan tugas utama seorang anak didik adalah belajar.
G.
Tinjauan Pustaka yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Ferdiyanti Anik dengan judul “Pola Interaksi
Antara Guru Dan Murid Sebagai Proses Peningkatan Kedisiplinan Siswa SMA
WIDYA DHARMA TUREN”, membahas permasalahan tentang bagaimana pola
interaksi guru dengan murid dalam mengembangkan kedisiplinan siswa di SMA
WIDYA DHARMA TUREN.
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data, peneliti menggunakan metode
observasi, wawancara, angket dan dokumentasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Ferdiyanti Anik sama halnya dengan
penelitian yang dilakukan penulis, yaitu membahas tentang pola interaksi antara
guru dengan murid. Namun, objek pembahasanya berbeda, jika penelitian yang
dilakukan oleh Ferdiyanti Anik meneliti tentang pola interaksi antara guru dengan
murid pada perkembangan kedisiplinan sisiwa. Sedangkan penelitian yang penulis
lakukan yaitu pola interaksi antara guru dengan murid yang terkandung dalam
al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19 dan surat ‘Abasa ayat 1-10.
Buku yang ditulis Dr. H. Abuddin Nata, M.A yang berjudul “Perspektif Islam
tentang Pola Hubungan Guru-Murid: Studi Pemikiran Tasawuf Al-Ghazali”,
membahas permasalahan tentang bagaimana pola komunikasi guru dengan murid
28
dalam suatu pola hubungan yang harmonis. Dan fokus dalam pembahasan buku
ini adalah pola komunikasi antara guru dengan murid menurut pemikiran tasawuf
Al-Ghazali.
Buku yang ditulis Dr. H. Abuddin Nata, M.A sama halnya dengan penelitian
yang dilakukan penulis, yaitu membahas tentang pola interaksi antara guru dengan
murid. Namun, objek pembahasanya berbeda, jika penelitian yang dilakukan oleh
Dr. H. Abuddin Nata, M.A meneliti tentang pola interaksi antara guru dengan
murid menurut pemikiran tasawuf Al-Ghazali. Sedangkan penelitian yang penulis
lakukan yaitu pola interaksi antara guru dengan murid yang terkandung dalam
al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19 dan surat ‘Abasa ayat 1-10.
Objek penelitian yang dilakukan oleh Dr. H. Abuddin Nata, M.A yaitu pada
pemikiran tasawuf Al-Ghazali tentang pola komunikasi antara guru dengan murid,
sedangkan objek penelitian yang dilakukan penulis yaitu pada pola interaksi
antara guru dengan murid dalam al-Qur’an surat Lukman ayat 12-19 dan surat
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Objek dan Waktu Penelitian
Objek dalam pembahasan skripsi ini yaitu pola interaksi guru dengan murid
dalam al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19 dan surat ‘Abasa ayat 1-10. Penelitian
ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2012 sampai bulan Mei 2013 digunakan
untuk pengumpulan data mengenai sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari
berbagai sumber buku dan kitab tafsir yang ada di perpustakaan, artikel, jurnal,
serta website yang berhubungan dengan judul skripsi “Pola Interaksi Guru dengan
Murid dalam Al-Qur'an Surat Luqman Ayat 12-19 dan Surat ‘Abasa Ayat 1-10”.
B.
Jenis Penelitian
Penulisan skripsi ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan
metode penelitian kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan ini yaitu dengan cara membaca, menelaah, mendeskripsikan, dan menganalisa literatur dari
berbagai sumber kitab tafsir serta buku-buku pendidikan yang sesuai.
Menurut DR. Hamka Hasan, penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang
dimanipulasi keadaan dan kondisinya, dan pengambilan datanya dilakukan secara
alami atau natural.1
Hampir semua jenis penelitian memerlukan studi pustaka. Meskipun banyak
orang yang membedakan antara penelitian kepustakaan (library research) dengan penelitian lapangan (fieldresearch), tetapi keduanya tetap memerlukan penelitian pustaka untuk memperoleh data dalam melakukan penyusunan skripsi. Dalam
penelitian kepustakaan (library research) membatasi kegiatannya hanya pada pengumpulan bahan-bahan sumber referensi perpustakaan saja tanpa memerlukan
riset lapangan.2 Dengan demikian, maka metode yang digunakan adalah library research yaitu suatu metode yang menggunakan cara penelitian dengan membaca literatur dan tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan masalah yang sedang
diteliti.
C.
Fokus Penelitian
Fokus dalam penulisan skripsi ini adalah kajian tafsir surat Luqman ayat
12-19 dan surat ‘Abasa ayat 1-10. Jadi, pendekatan yang dipergunakan dalam kajian ini adalah pendekatan tafsir. Melalui pendekatan ini diupayakan untuk memahami
maksud yang terkandung dalam al-Qur’an dalam batas kemampuan manusia dan
dalam penafsiran yang dijelaskan oleh para mufasir.
Metode penafsiran yang penulis gunakan adalah metode maudhui (tematik) dan metode tahlili (telaah).
Pertama, metode maudhui: “salah satu pesan Ali bin Abi Thalib adalah: “Ajaklah
alquran berbicara atau biarkan ia menguraikan maksudnya”. Pesan ini
mengharuskan penafsir merujuk pada alquran dalam rangka memahami
kandungannya. Dari sini lahir metode