SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh
:
TRY PRASETYOKONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Juni 2011
i
Try Prasetyo (107046101971), “Produk Pembiayaan Warung Mikro Di Bank Syariah Mandiri Cabang Depok Kelapa Dua”, Skripsi, Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syriah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Penelitian ini adalah penelitian empiris yang dilakukan pada tahun 2011 untuk mengetahui konsep dan aplikasi produk pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri pada kurun waktu 2010-2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara konsep aplikasi dari produk pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri. Selain itu penelitian ini juga melakukan analisa matrik SWOT terhadap produk Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri. Setelah melakukan analisa terhadap produk tersebut, maka selanjutnya penulis membuat rancangan strategi dalam rangka peningkatan produk Pembiayaan Warung Mikro.
Pada penelitian ini diketahui bahwasannya Aplilasi akad jual beli murabahah pada produk pembiayaan warung mikro dilakukan sebelum barang secara prinsip menjadi milik bank. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan ketentuan Fatwa MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1 April 2000 (26 Dzulhijah 1420 H) yang menetapkan bahwa jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, maka akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.
ii
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada
pemimpin umat, Rasulullah saw, kepada keluarganya, para sahabatnya dan
seluruh umatnya.
Alhamdulillah, akhirnya penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul “PRODUK PEMBIAYAAN WARUNG MIKRO DI BANK
SYARIAH MANDIRI CABANG DEPOK KELAPA DUA” dengan baik.
Tentunya penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki. Sebagai manusia biasa, tentunya
penulis memiliki keterbatasan kemampuan dan pengetahuan. Untuk itu, kiranya
pembaca dapat memaklumi atas keterbatasan dan kekurangan yang ada pada
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa sejak awal penulisan skripsi ini banyak pihak
yang telah membantu dan memberi dukungan secara moril maupun materil hingga
terselesaikan skripsi ini dengan baik. Perjalanan studi penulis dari awal hingga
akhir, tidak ada yang sukses dilalui sendiri. Dibalik keberhasilan selalu ada
kebersamaan yang memberikan semangat, motivasi, bimbingan serta doa. Untuk
itu, tak lupa pada kesempatan ini penulis secara khusus ingin menyampaikan
iii
2. Kepala Program Studi Muamalat Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag yang senantiasa
meluangkan waktunya di tengah kesibukannya untuk membimbing dan
mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.
3. Ibu Dr. Nur Hasanah, M.Ag dan Bapak Mu’min Rauf, M.Ag sebagai dosen
pembimbing yang telah sabar membimbing penulis ditengah kesibukannya
dalam menyelesaikan skripsi ini sampai selesai.
4. Segenap Dosen Pengajar dan Civitas Akademika Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Program Studi
Muamalat tempat penulis melakukan studi.
5. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan
kasih sayang tanpa rasa lelah hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Kepada adik-adikku Agnesia Putri dan Sarah Monica dan kakakku Iis
Maryani terima kasih atas dukungan dan motivasi kalian.
6. Kepada Bank Syariah Mandiri Cabang Pembantu Depok Kelapa Dua,
khususnya Bapak Fitra Mizan yang telah membantu penulis sehingga dapat
memperoleh data-data yang dibutuhkan pada penelitian ini.
7. Teman-teman PS C 2007, terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya
selama 4 tahun ini kita saling mengenal dan menjalin persahabatan yang tidak
iv satu-persatu. Lanjutkan perjuangan Kawan!
9. Sahabat karibku Shafitranata, Rifki, Didin, Fahmi, Fitoy, Hadi,Wahyu, Fikri,
Lisan, Brader Irfan dan Aan. Terima kasih atas kebaikan, dukungan dan
semangat kalian. Semoga persahabatan kita tidak akan pernah putus
meskipun tidak bersama lagi.
10. Seluruh Staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Jakarta yang telah banyak membantu dalam mendapatkan
buku-buku atau referensi lainnya yang berkaitan dengan skripsi ini.
11. Seluruh Keluarga Besar yang telah mendukung dan memotivasi penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
12. Semua pihak yang ikut serta membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat
penulis tuliskan satu persatu.
Mengakhiri kata pengantar ini, atas semua bantuan yang telah diberikan
penulis hanya dapat memanjatkan doa kepada Allah SWT semoga kebaikan yang
telah diberikan dapat bernilai ibadah dan dibalas oleh Allah SWT. Penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua, amin.
Jakarta, 20 Juni 2011
v
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian … ... 6
D. Review Studi Terdahulu ……… ... 7
E. Objek Penelitian ………. ... 10
F. Metode Penelitian ………..………. ... 11
G. Sistematika Penulisan ……… ... 14
BAB II PEMBIAYAAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN UMKM DI INDONESIA A. Pembiayaan Dalam Perspektif Islam 1. Pengertian Pembiayaan ... 16
2. Penilaian Pemberian Pembiayaan ... 20
3. Tujuan dan Manfaat Pembiayaan ... 21
vi
2. Karakteristik UMKM ... 36
3. Profil UMKM di Indonesia ... 41
C. Peranan Pembiayaan Bank Syariah Terhadap Perkembangan UMKM di Indonesia ... 43
BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI CABANG DEPOK KELAPA DUA A. Profil Perusahaaan ... 46
B. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri ... 47
C. Visi, Misi, Budaya Perusahaan dan Prinsip Operasional Bank Syariah Mandiri 1. Visi dan Misi ... 50
2. Budaya Perusahaan ... 51
3. Prinsip Operasional ... 52
D. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri ... 53
E. Produk-Produk Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Cabang Depok Kelapa Dua ... 58
vii
1. Prosedur Umum Pembiayaan Warung Mikro ... 68
2. Tahap Pengajuan Pembiayaan ... 71
3. Aplikasi Pembiayaan Warung Mikro Dari Perspektif Nasabah ... 74
C. Analisa Matrik SWOT Produk Pembiayaan Warung Mikro Bank Syariah Mandiri... 76
D. Rancangan Strategi Peningkatan Pembiayaan Warung Mikro Bank Syariah Mandiri ... 80
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 84
B. Saran ... 86
DAFATAR PUSTAKA ... 88
viii
1. Gambar 3.1 ... 55
2. Gambar 3.2 ... 57
3. Gambar 4.1 ... 62
4. Gambar 4.2 ... 66
5. Gambar 4.3 ... 69
6. Gambar 4.4 ... 74
ix
1. Tabel 1.1 ... 8
2. Tabel 2.1 ... 19
3. Tabel 2.2 ... 34
4. Tabel 2.3 ... 35
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbankan selalu dituntut untuk lebih perduli terhadap UMKM sebagai
pasar potensial dalam penyaluran kreditnya. Di lain pihak perbankan sendiri
masih menghadapi sejumlah persoalan yang juga harus segera diselesaikan.1
Berbagai kebijakan dan peraturan telah dikeluarkan pemerintah agar perbankan
lebih berorientasi kepada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Program-program pengembangan UMKM seperti penyediaan kredit likuiditas (KL),
keharusan memiliki portfolio kredit usaha kecil (KUK) sebesar 25 persen, serta
pencantuman komponen KUK dalam laporan keuangan, merupakan salah satu
bukti pentingnya keperdulian bank terhadap UMKM.
Tidak dapat dipungkiri bahwa UMKM memiliki daya tahan yang tangguh
dalam menghadapi gejolak. Sejak terjadinya krisis moneter yang diikuti oleh
krisis ekonomi dan berbagai krisis lainnya, ditemukan suatu kenyataan bahwa
ketahanan perekonomian nasional sesungguhnya ditopang oleh UMKM.2 Oleh
karena itu upaya untuk terus memberdayaan UMKM merupakan tantangan yang
harus selalu ditingkatkan, termasuk dukungan pembiayaan melalui perbankan.
1 K.H. Ma’
ruf Amin, Prospek Cerah Perbankan Syariah, Cet. I, (Jakarta: LeKAS, 2007), h.134.
2
Belum lama ini BI kembali mengeluarkan kebijakan baru mengenai
KUK. Dalam ketentuan tersebut antara lain menyangkut plafon kredit untuk
usaha kecil maksimal Rp 500 juta; dan bank wajib menyantumkan jumlah kredit
untuk usaha kecil, dalam publikasi laporan keuangannya.3 Menyusul ketentuan
BI tersebut, kini sudah ada undang-undang yang mengatur usaha mikro kecil dan
menengah, yaitu Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah.
Pada intinya, semua kebijakan itu menekankan perlunya perbankan
memperhatikan usaha kecil. Akan tetapi yang menjadi persoalan bagi perbankan
adalah di tengah ketatnya peraturan yang menghendaki agar perbankan
beroperasi menurut prinsip perbankan yang sehat akan menemui kendala
manakala dihadapkan dengan kondisi usaha kecil yang belum diberdayakan.
Masalah persyaratan teknis bank merupakan persoalan lama yang terus dihadapi
oleh perbankan maupun UMKM. Bagi bank, prinsip-prinsip perkreditan yang
sehat mengharuskan setiap pembiayaan harus memenuhi standar teknis seperti
kelayakan peminjam, kelayakan hukum, kelayakan bisnis, kelayakan keuangan,
dan kelayakan jaminan.
Penerapan standar kelayakan tersebut mau tidak mau akan diterapkan
oleh bank karena selain hal tersebut merupakan keharusan, bank pun
mengharapkan jaminan keamanan atas dana masyarakat yang telah dihimpun,
3
serta harapan mendapatkan return yang optimal. Sementara pada sisi lain,
standar-standar tersebut masih menjadi masalah klasik bagi UMKM dan belum
terbenahi secara optimal.
Pembangunan ekonomi Indonesia dalam 5 tahun terakhir menargetkan
penurunan pengangguran dari 9,7% tahun 2004 menjadi 5,1% tahun 2009 yang
disertai pengentasan kemiskinan dari 16,6% tahun 2004 menjadi 8,2% tahun
2009. Salah satu dari “Triple Strategy” pemerintah untuk mencapai sasaran
tersebut adalah dengan menggerakkan sektor riil yang komponennya didominasi
oleh UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) hingga 99,9%. Secara lebih
rinci, UMKM mengambil peran yang sangat strategis dalam menggerakkan
aktivitas perekonomian Indonesia dengan menyediakan 99,5% kesempatan kerja
penduduk yang memproduksi 57 % kebutuhan barang dan jasa nasional. Devisa
negara sebesar 19% volume ekspor merupakan hasil produksi UMKM serta
kontribusi 2-4% pertumbuhan nasional yang disumbangkan oleh UMKM.4
Walaupun menempati fondasi struktur ekonomi Indonesia dan menjadi
motor penggerak pembangunan ekonomi, tetapi dukungan modal yang diterima
UMKM masih minimal. Dengan keadaan seperti itu, bantuan berupa keuangan,
teknologi, dan manajemen untuk pembangunan kemampuan institusi sangat
mereka butuhkan. Satu hal yang sulit ditemui saat ini, pada UMKM, adalah
komitmen dan kepedulian mereka terhadap moralitas. Di saat para pengusaha
4
besar dan konglomerat ramai-ramai melakukan segala jenis kejahatan bisnis yang
melanggar hukum, orang-orang yang bergerak di bidang UMKM tetap berpegang
teguh pada etika bisnis dan moralitas.
Dengan memandang urgensi dan kontribusi UMKM terhadap
pembangunan ekonomi bangsa, maka sudah sewajarnya industri perbankan
syariah melakukan reorientasi ke sektor riil dengan memfokuskan pemberdayaan
kepada pengusaha UMKM. Salah satu target pencapaian sistem perbankan
syariah nasional yang tercantum pada blue print Perbankan Syariah Indonesia
adalah memiliki peran signifikan dalam sistem perekonomian nasional, serta
mampu melakukan perbaikan kesejahteraan rakyat. Sekaligus berdasarkan
nilai-nilai syariah, visi pengembangan perbankan syariah di Indonesia adalah
“Terwujudnya sistem perbankan syariah yang kompetitif, efisien dan memenuhi
prinsip kehati-hatian yang mampu mendukung sektor riil secara nyata melalui
kegiatan pembiayaan berbasis bagi hasil (share-based financing) dan transaksi
riil dalam kerangka keadilan, tolong-menolong dan menuju kebaikan guna
mencapai kemashlahatan masyarakat.”5
Beberapa hal yang dapat disediakan oleh Bank Syariah untuk UMKM,
kaitannya dengan pencapaian target dan visi di atas, antara lain: Pertama, produk
alternatif yang luas dengan bagi hasil sebagai produk utama. Produk-produk
dengan sistem profit and loss sharing yang berparadigma kemitraan sangat tepat
5
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005),
untuk memberdayakan UMKM. Kedua, pengelolaan bisnis berdasarkan moral
dan transaksi sesuai dengan prinsip syariah. Keungggulan ini cocok dengan
karakteristik orang-orang yang bergerak di bidang UMKM, yang menginginkan
tetap berpegang teguh pada etika bisnis dan moralitas. Ketiga, mengelola dan
memiliki akses kepada dana-dana di voluntary sector. Hal ini sangat sesuai
dengan komitmen Bank Syariah yang peduli dengan pengembangan UMKM
sebagai bagian dari pengentasan kemiskinan melalui instrumen Ekonomi Islam
(Zakat, Infak, Shadaqah, Wakaf).6
Dari paparan latar belakang di atas penulis tertarik mengangkat
permasalahan yang berkaitan dengan produk pembiayaan usaha mikro yang
dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri. Nama dari produk tersebut ialah BSM
Warung Mikro. Maka judul yang akan diangkat oleh penulis ialah “Produk
Pembiayaan Warung Mikro Di Bank Syariah Mandiri Cabang Depok Kelapa Dua”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dilakukan di Divisi Warung Mikro Bank Syariah Mandiri
Cabang Depok Kelapa Dua untuk mengetahui Konsep dan Aplikasi produk
Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri Cabang Depok Kelapa
Dua. Penelitian ini dilakukan pada aplikasi Pembiayaan Warung Mikro tahun
6
2010-2011 dengan segmentasi usaha mikro dan kecil (memiliki aset tidak lebih
dari Rp500 juta).
2. Perumusan Masalah
Dari rumusan persoalan di atas, tulisan ini akan difokuskan pada
pertanyaan berikut ini:
1. Bagaimana konsep dan aplikasi dari produk Pembiayaan Warung Mikro
yang ada di Bank Syariah Mandiri?
2. Bagaimana analisa matrik SWOT dari produk Pembiayaan Warung Mikro
Bank Syariah Mandiri?
3. Strategi apa saja yang dilakukan dalam mengembangkan produk
Pembiayaan Warung Mikro?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dirumuskan oleh penulis
diatas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini,
diantaranya:
1. Untuk mengetahui konsep dan aplikasi pembiayaan warung mikro di Bank
Syariah Mandiri.
2. Untuk mengetahui hasil analisa matrik SWOT terhadap produk Pembiayaan
Warung Mikro dari Bank Syariah Mandiri.
3. Untuk mengetahui strategi apa yang harus dilakukan dalam mengembangkan
Sejalan dengan tujuan penelitian maka penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi peneliti, civitas akademika, institusi terkait dan para pejuang
ekonomi syariah. Bagi peneliti, yang sedang menekuni kuliah di bidang
perbankan syariah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN
Jakarta), melalui penelitian ini akan semakin memperkaya dan memperdalam
wawasan peneliti tentang produk-produk yang ada di bank syariah. Sementara
bagi kalangan civitas akademika, penelitian ini diharapkan dapat menambah
informasi dan menumbuhkan minat segenap civitas akademika untuk mengkaji
produk-produk lainnya yang ada di bank syariah.
Bagi institusi terkait diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi
sumbangan yang konstruktif, sehingga bisa semakin mengembangkan produk
pembiayaan warung mikro untuk menyejahterakan masyarakat. Bagi masyarakat
umum tentunya penelitian ini bisa menjadi tambahan informasi dan wawasan
mengenai produk pembiayaan usaha mikro secara syariah dan juga sebagai
media sosialisasi sehingga produk ini dapat dipahami oleh masyarakat luas.
D. Review studi Terdahulu
Sebelumnya ada beberapa penelitian skripsi yang membahas
produk-produk yang ada pada bank syariah baik itu yang bersifat kualitatif maupun yang
bersifat kuantitatif. Terdapat beberapa penelitian yang dapat menunjang dan
dapat membantu untuk menyempurnakan hasi penelitian kali ini, dimana terdapat
perbedaan didalamnya. Hasil penelitian sebelumnya dan perbedaan dengan
Tabel 1.1
No. Penulis, Judul, Tahun Isi Penelitian Perbedaan
1.
2.
Penulis: Ahmad Syukri
Judul: “Analisis Produk Pembiayaan Kepemilikan
Rahn Usaha Mikro Pada
Penelitian empiris tahun
2010 yang bertujuan untuk
mengetahui praktek dan
mekanisme pembiayaan
KPR BNI iB Griya pada
BNI Syariah dan
mengetahui hasil analisa
Kekuatan (Strength),
Kelemahan (Weakness),
Peluang (Opportunity) dan
Ancaman (Threats)
terhadap produk ini.
Membahas tentang
bagaimana konsep dan
aplikasi pembiayaan
Ar-Rahn Usaha Mikro
Perbedaan dengan
penelitian yang akan
dilakukan penulis yaitu
terletak pada produk yang
menjadi obyek penelititan
dan fokus penelitian.
Penelitian yang dilakukan
penulis bersifat dekriptif
analisis yang terfokus
pada kesesuaian antara
konsep dan aplikasi pada
produk Pembiayaan
Warung Mikro di Bank
Syariah Mandiri.
Perbedaan dengan
penelitian yang akan
dilakukan oleh penulis
3.
Judul: “Analisa Produk
Tabungan Rencana
Bukopin Syariah Serta
Pengaruhnya Terhadap
(ARRUM) yang dilakukan
oleh Pegadaian Syariah
Cabang Dewi Sartika,
serta faktor-faktor yang
menjadi pendorong dan
penghambat dalam produk
ini.
Penelitian kuantitatif yang
membahas mengenai
produk Tabungan Rencana
Bukopin Syariah ,
Pengaruhnya terhadap
Perolehan Dana Pihak
tujuan penelititan.
Peneltian yang akan
dilakukan oleh penulis
untuk mengetahui
kesesuaian antara konsep
dan aplikasi dari Produk
Pembiayaan Warung
Mikro di Bank Syariah
Mandiri. Selain itu
menulis juga melakukan
analisa matrik SWOT
terhadap produk yang
menjadi obyek yang
diteliti.
Perbedaan dengan
penelitian yang akan
dilakukan oleh penulis
terletak pada jenis
peneltian, obyek penelitian
Perolehan Dana Pihak
Ketiga Pada Bank
Bukopin Syariah
Jakarta”. Skripsi S1,
Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif
Hidayatullah, 2010.
Ketiga pada Bank Bukopin
Syariah dan Komposisi
kontribusi pengaruh
produk Tabungan Rencana
Bukopin Syariah Terhadap
Perolehan Dana Pihak
Ketiga pada Bank Bukopin
Syariah
Penetian yang akan
dilakukan oleh penulis
bersifat kualitatif. Yang
menjadi obyek penelitian
ialah produk Pembiayaan
Warung Mikro dari Bank
Syariah Mandiri dengan
fokus mengetahui
kesesuaian antara konsep
dan aplikasi dari produk
tersebut.
E. Obyek Penelitian
Permasalahan utama dari penelitian ini adalah mengenai konsep dan
aplikasi produk BSM Warung Mikro yang merupakan salah satu produk
alternatif pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil. Masalah ini menarik untuk
dingakat karena merupakan salah satu produk alternatif yang tidak semua Bank
Syariah memilikinya. Selain itu dalam penelitian ini juga akan dibahas mengenai
kelebihan dan kelemahan dari produk BSM Warung Mikro ini.
Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Depok Kelapa Dua terletak di Komplek Ruko Depok, Jl. Raya Akses UI No. 9B &
9C, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.16951. Tempat ini dipilih karena menyediakan
layanan produk BSM Warung Mikro yang merupkan obyek utama dari penelitian
ini. Pada penelitian ini juga dilakukan wawancara terhadap nasabah pembiayaan
warung mikro yang bergerak di sektor usaha mikro dan kecil (aset tidak lebih
dari Rp 500 juta) dengan jumlah pembiayaan mulai Rp 2 juta sampai dengan Rp
100 juta.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Secara keseluruhan jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan
skripsi ini adalah penelitian kualitatif, yaitu pendekatan yang tidak
mengadakan penghitungan matematis, statistik dan lain sebagainya,
melainkan menggunakan penekanan ilmiah7 atau penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dicapai dengan menggunakan
prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi. Bilamana
terdapat ilustrasi yang mengarah pada perhitungan yang berbentuk
angka-angka (kuantitatif), maka hal itu dimaksudkan hanya untuk mempertajam
analisa dan menguatkan argumentasi penelitian.
2. Jenis Data dan Sumber Data
7
Dalam penyusunan skripsi ini, penullis menggunakan jenis data
kualitatif yaitu berupa kata-kata atau gambar bukan angka-angka, kalaupun
ada angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang.8 Serta menggunakan
sumber data yaitu :
a. Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara pihak-pihak yang
bersangkutan, serta dokumentasi atau arsip perusahaan.
b. Data Sekunder
Merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan
seperti buku-buku karya tulis berupa makalah, koran, majalah, artikel, jurnal
serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan skripsi.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 9
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari
data-data atau bahan-bahan dari berbagai daftar kesusastraan yang ada.
Dengan cara membaca, mempelajari, mencatat, dan merangkum teori-teori
yang ada kaitannya dengan masalah pokok pembahasan melalui buku-buku,
8
Sudarman Danim, Menjadi Peneliti Kuaitatif, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), h.51.
9
skripsi terdahulu, majalah, surat kabar, artikel, buletin, brosur, internet dan
media lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
b. Observasi
Observasi berarti pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap fenomena
yang diselidiki. Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan terhadap
aplikasi dari produk Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri
Cabang Depok Kelapa Dua.
c. Interview/Wawancara
Interview merupakan cara yang digunakan dengan tujuan mendapatkan
keterangan secara lisan dari pihak yang bersangkutan secara sistematis dan
berlandaskan pada tujuan penelitian. Pada penelitian ini penulis melakukan
wawancara dengan Pejabat Analis Pembiayaan Warung Mikro di Bank
Syariah Mandiri Cabang Depok Kelapa Dua.
4. Teknik Analisa Data
Dalam menganalisa data, penulis menggunakan metode Analisis Deskriptif. Analisis deskriptif yaitu suatu teknik analisa data dimana penulis
membaca, mempelajari, memahami dan kemudian menguraikan semua data
yang diperoleh lalu membuat analisa-analisa komprehensif sesuai dengan
analisis ini maka selanjutnya penulis akan menjelaskan secara komrehensif
semua data yang diperoleh dalam skripsi ini.10
5. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah
menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan sripsi ini dirancang secara sederhana dengan mengacu pada
buku pedoman penulisan skripsi fakultas syariah dan hukum Universitas islam
negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Cet.1.2007.
Untuk menjembatani kebutuhan tulisan dan memperoleh suatu
pemahaman dari karya tulis secara total, salah satunya terletak pada
penyajiannya, sistematiskah atau tidak. Untuk mempermudah dan memperjelas
penyusunan skripsi ini, maka secara sistematis penulis membagi skripsi ini
kedalam lima bab dengan sub-sub sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, yang berisi tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusasan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Review Studi Terdahulu, Metode Penelitian dan
Sistematika Penulisan.
Bab II Perspektif Teoritis, yang berisi tentang pembahasan teori pembiayaan dalam perspektif islam yang mencakup pengertian
10
pembiayaan, konsep pembiayaan murabahah, konsep
pembiayaan ijarah, penilaian pemberian pembiayaan, tujuan
dan manfaat pembiayaan serta akad-akad pembiayaan.
Selanjutnya teori mengenai UMKM (usaha mikro, kecil dan
menengah) di Indonesia yang mencakup pengertian,
karakteristik serta profil UMKM di Indonesia.
Bab III Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri, yang berisi tentang latar belakang sejarah berdirinya, visi dan misi, logo
perusahaan, stuktur organisasi serta produk-produk yang ada di
Bank Syariah Mandiri cabang Depok Kelapa Dua.
Bab IV Analisis Produk Pembiayaan Warung Mikro Bank Syariah Mandiri, yang berisi pembahasan mengenai mekanisme pelaksanaan pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah
Mandiri. Selanjutnya pembahasan mengenai keunggulan dan
kelemahan produk pembiayaan warung mikro di Bank Syariah
Mandiri.
Bab V PENUTUP, merupakan bagian akhir dari penulisan yang merupakan jawaban ringkas dari permasalahan yang dibahas
16
BAB II
PEMBIAYAAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN UMKM DI INDONESIA
A. Pembiayaan Dalam Perspektif Islam 1. Pengertian Pembiayaan
Definisi tentang pembiayaan yaitu: pendanaan yang diberikan oleh
suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan.1 Pengertian pembiayaan menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah adalah
penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan hal itu berupa:
a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna’;
d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan
e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank
Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana
1
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa
imbalan, atau bagi hasil.2
Sedangkan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah
penyediaan uang/tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
pesetujuan/kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak yang dibiayai dengan imbalan atau bagi hasil. Pembiayaan yang
dipersamakan dengan kredit berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian imbalan atau bagi hasil.3
Pembiayaan dalam perbankan syariah atau istilah teknisnya aktiva produktif,
menurut ketentuan Bank Indonesia adalah penanaman dana bank syariah baik
dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh,
surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal
sementara, komitmen dan kontinjensi pada rekening administratif serta
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI).4
Dalam aktivitas pembiayaan, bank syariah akan menjalankan dengan
berbagai teknik dan metode yang penerapannya tergantung pada tujuan dan
aktifitas nasabah penerima pembiayaan. Mekanisme pebankan syariah yang
berdasarkan prinsip mitra usaha, adalah bebas bunga. Oleh karena itu,
2
UU No. 21 Tahun 2008 sebagai revisi UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 ayat 25
3
undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-undang RI Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan. (Pasal 1, ayat 12)
4
masalah membayarkan bunga kepada kepada debitur atau pembebanan bunga
kepada nasabah pembiayaan tidak akan timbul.
Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank
berdasarkan konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank
berdasarkan prinsip syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan,
bagi bank berdasarkan prinsip konvensional, keuntungan diperoleh melalui
bunga. Sedangkan bagi bank berdasarkan prinsip syariah berupa
imbalan/bagi hasil. Perbedaan lainnya terdiri dari analisis pemberian
pembiayaan (kredit) beserta persyaratannya.5
5
Tabel 2.1
Tabel Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil6
BAGI HASIL BUNGA
a) Penentuan besarnya rasio/nisbah
bagi hasil dibuat pada waktu
akad dengan berpedoman pada
kemungkinan untung rugi.
a. Penentuan bunga dibuat pada
waktu akad dengan asusmsi harus
selalu untung.
b) Besarnya rasio bagi hasil
berdasarkan jumlah
keuntungan yang diperoleh.
b. Besarnya persentase berdasarkan
pada jumlah uang (modal) yang
dipinjamkan.
c) Bagi hasil bergantung pada
keuntungan proyek yang
dijalankan. Bila usaha merugi,
kerugian ditanggung bersama
kedua belah pihak.
c. Pembayaran bunga tetap seperti
yang dijanjikan tanpa
pertimbangan apakah proyek
yang dijalankan oleh pihak
nasabah untung atau rugi.
d. Jumlah pembagian laba
meningkat sesuai dengan
peningkatan jumlah pendapatan.
e. Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun jumlah
keuntungan berlipat atau keadaan
ekonomi sedang “booming”.
f. Tidak ada yang meragukan
keabsaha bagi hasil.
g. Eksistensi bunga diragukan
(kalau tidak dikecam) oleh
semua agama, termasuk Islam.
6M. Syafi’i Antonio,
2. Penilaian Pemberian Pembiayaan
Ada beberapa syarat penilaian pembiayaan yang sering dilakukan, di
antaranya dengan analisis 5C, analisis 7P dan studi kelayakan. Analisis 5C
dan 7P memiliki hubungan yang erat dimana analisis 7C merupakan
penjelasan dari analisis 5C.
Syarat pemberian pembiayaan dengan analisis 5C:7
1) Character (Karakter/Akhlak)
Karakter dapat terlihat dari interaksi kehidupan seseorang dengan
keluarga dan tetangganya. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai
karakter seseorang biasanya dilakukan dengan bertanya kepada tokoh
masyarakat setempat maupun para tetangga calon penerima pembiayaan.
2) Condition of economi (Kondisi usaha)
Usaha yang dijalankan oleh calon penerima pembiayaan harus baik,
dalam arti mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, menutupi
biaya operasional usaha dan kelebihan dari hasil dari hasil usaha dapat
menjadi modal usaha untuk lebih berkembang lagi. Jika kelak mendapat
pembiayaan, maka diharapkan usaha tersebut dapat tumbuh lebih baik
dan akhirnya mampu melunasi kewajibannya.
3) Capacity (Kemampuan manajerial)
Calon peneriama pembiayaan harus mempunyai kemampuan manajerial
yang baik, handal dan tangguh dalam menjalankan usahanya. Biasanya
7Kasmir, “
seorang wirausahawan sudah dapat mengatasi permasalahan yang
mungkin timbul dari usahanya apabila sudah berjalan minimal dua tahun.
4) Capital (Modal)
Calon penerima pembiayaan harus mampu mengatur keuangannya
dengan baik, dalam hal ini seoarang pengusaha harus mampu
menyisihkan sebagian keuntungan usahanya untuk menambah modal
sehingga skala usahanya dapat ditingkatkan. Satu hal yang perlu
diwaspadai adalah apabila usaha calon penerima pembiayaan yang
sebagian struktur permodalannya berasal dari luar (bukan modal sendiri),
maka hal ini akan menimbulkan kerawanan pembiayaan bermasalah.
5) Collateral (Jaminan)
Petugas pembiayaan harus dapat menganalisis usaha calon anggota
pembiayaan dimana sumber utama pelunasan pembiayaan nantinya
dibayarkan dari hasil keuntungan usahanya. Untuk mengatasi
kemungkinan sulitnya pembayaran kembali dana pembiayaan maka perlu
diadakannya jaminan. Fungsi dari jaminan tersebut pertama, sebagai
pengganti pelunasan pembiayaan jika penerima pembiayaan sudah tidak
mampu melunasi pembiayaan. Kedua, sebagai pelunasan pembiayaan
jika penerima pembiayaan melakukan wanprestasi.
3. Tujuan dan Manfaat Pembiayaan
Pemberian suatu fasilitas pembiayaan mempunyai tujuan tertentu
dan tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Adapun tujuan
1. Mencari keuntungan yaitu untuk memperoleh return ditambah laba
dari pemberian pembiayaan tersebut. Hasil tersebut terutama dalam
bentuk bagi hasil atau margin yang diterima oleh bank sebagai balas
jasa dan biaya administrasi pembiayaan yang diberikan kepada
nasabah.
2. Membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana
investasi maupun untuk modal kerja.
3. Membantu pemerintah agar semakin banyak pembiayaan yang
diberikan oleh pihak perbankan, mengingat semakin banyak
pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat akan maka akan
berdampak kepada pertumbuhan di berbagai sektor.8
Dilihat dari tujuan diatas, maka dapat dikatakan bahwa pemberian
suatu pembiayaan tidak hanya menguntungkan bagi satu pihak saja yaitu
pihak yang diberikan pembiayaan, melainkan juga menguntungkan pihak
yang memberikan pembiayaan.
Manfaat pembiayaan ditinjau dari berbagai segi:
1. Kepentingan Debitur
a. Memungkinkan untuk memperluas dan mengembangkan usahanya.
b. Jangka waktu pembiayaan dapat disesuaikan dengan kebutuhan
dana debitur, untuk pembiayaan investasi dapat disesuaikan dengan
kapasitas usaha yang bersangkutan, dan untuk pembiayaan modal
kerja dapat diperpenjang berulang-ulang.
8
2. Kepentingan Perbankan
a. Menjaga stabilitas usahanya, serta membantu memasarkan jasa-jasa
perbankan.
b. Untuk memperluas pangsa pasar (market share) dalam industri
perbankan nasional, dimana pada saat ini belum ada keseimbangan
antara penawaran dana dan permintaan akan dana.
3. Kepentingan Pemerintah
a. Pembiayaan dapat digunakan sebagai alat untuk memacu
pertumbuhan ekonomi secara umum, diantaranya mencipatakan
lapangan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
b. Sebagai sumber pendapatan negara.
4. Kepentingan Masyarakat Luas
a. Dengan adanya kelancaran dari proses pembiayaan yang
diharapkan terjasdi sirkulasi dari masyarakat yang kelebihan dana
kapada masyarakat yang kekurangan dana.
b. Meningkatkan daya beli masyarkat.
4. Akad-Akad Pembiayaan Syariah
Akad (al-„Aqd) dalam bahasa Arab berarti: perikatan, perjanjian dan
pemufakatan.9 Secara terminologi, akad memiliki arti umum dan khusus.
Adapun arti umum dari akad adalah segala sesuatu yang dikehendaki
seseorang untuk dikerjakan, baik yang muncul dari kehendaknya sendiri,
9
seperti kehendak untuk wakaf, membebaskan hutang, thalak dan sumpah,
maupun yang membutuhkan kehendak dua pihak dalam melakukannya,
seperti jual beli, sewa menyewa, perwakilan ,gadai/jaminan.10
Sedangkan arti khusus akad adalah pertalian atau keterikatan antara
ijab dan qabul sesuai dengan kehendak syariah yang menimbulkan akibat
hukum pada obyek akad.11 Menurut Jumhur ulama rukun akad ada tiga; yaitu
aqid (orang yang menyelenggarakan akad seperti penjual dan pembeli), harga
dan barang yang ditransaksikan (ma'qud alaih) dan shighatul „aqd (bentuk
ucapan akad) .
Adapun akad-akad pembiayaan yang bisa dipergunakan dalam
pembiayaan pada bank syariah adalah sebagai berikut:
1. Mudharabah
a. Pengertian Mudharabah
Mudharabah adalah suatu perjanjian pembiayaan antara bank dan
nasabah, dimana bank menyediakan 100% pembiayaan bagi uasaha
tertentu dari nasabah, sedangkan nasabah mengelola usaha tersebut
tanpa campur tangan bank.12 Dalam akad mudharabah bank
mempunyai hak untuk mengajukan usul dan melakukan pengawasan
atas penyediaan dana. Dari pembiayaan tersebut bank mendapat
imbalan atau keuntungan yang besarnya ditetapkan atas dasar
persetujuan kedua belah pihak. Apabila terjadi kerugian, maka
10
Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, 2002)
11
Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.60.
12
Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait di Indonesia,
kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung oleh bank, kecuali kerugian
akibat dari kelalaian nasabah.
b. Rukun dan Syarat Mudharabah
Adapun rukun dari akad mudharabah yaitu:
1) Pemodal
2) Pengelola
3) Modal
4) Nisbah keuntungan
5) Shigat atau akad
Syarat dari akad mudharabah yaitu:
1) Pemodal dan pengelola merupakan orang yang cakap hukum.
2) Shigat penawaran dan pnerimaan (ijab dan qabul) harus
diucapkan oleh kedua belah pihak guna menunjukan kemauan
mereka untuk menyempurnakan kontrak.
3) Modal harus berbentuk uang tunai yang jelas jumlahnya.
2. Musyarakah
a. Pengertian Musyarakah
Musyarakah atau syirkah adalah suatu perjanjian usaha antara dua
atau beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya pada
suatu proyek dimana masing-masing pihak mempunyai hak untuk
ikut, serta mewakilkan atau menggugurkan haknya dalam proyek.13
Keuntungan dari hasil usaha dapat dibagi menurut proporsi
13
Ahmad Ghazali, Serba-Serbi Kredit Syariah Jangan Ada Bunga Diantara Kita,
penyertaan modal masing-masing sesuai dengan kesepakatan
bersama.
b. Rukun dan Syarat Musyarakah
Adapun rukun dari akad musyarakah yaitu:
1) Pemodal
2) Pengelola
3) Modal
4) Nisbah keuntungan
5) Shigat atau akad
Sedangkan syarat dalam akad musyrakah yaitu:
1) Pemodal dan pengelola merupakan orang yang cakap hukum.
2) Shigat penawaran dan pnerimaan (ijab dan qabul) harus
diucapkan oleh kedua belah pihak guna menunjukan kemauan
mereka untuk menyempurnakan kontrak.
3) Modal harus berbentuk uang tunai yang jelas jumlahnya.
3. Murabahah
a. Pengertian Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang telah disepakati oleh
penjual dan pembeli (bank dan nasabah).14 Sedangkan pembiayaan
murabahah yaitu suatu perjanjian dimana bank membiayai barang
yang diperlukan nasabah dengan sistem pembayaran ditangguhkan.
14
Dalam prakteknya, pembiayaan murabahah dilakukan dengan cara
bank membeli dan memberi kuasa kepada nasabah atas nama bank,
dan pada saat yang bersamaan bank menjual barang tersebut kepada
nasabah dengan harga pokok ditambah sejumlah keuntungan atau
margin untuk dibayar oleh nasabah dalam jangka waktu tertentu
sesuai dengan perjanjian antara bank dengan nasabah. Pembiayaan
murabahah ditujukan untuk pembiayaan yang sifatnya konsumtif
seperti rumah, toko, mobil, motor dan sebagainya.15
Pada pembiayaan murabahah merupkan perjanjian yang disepakati
antara bank, dimana bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian
bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan oleh nasabah
yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank
(harga beli bank ditambah margin keuntungan) pada saat jatuh
tempo.16
b. Syarat-Syarat Murabahah
1) Para pihak:
a) Berwenang secara hukum
b) Rela atau suka sama suka
2) Obyek:
a) Ada secara fisik
b) Memiliki kepemilikan yang jelas
15M. Syafi’i Antonio,
Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta: Tazkia Institute, 2000), h.251.
16
Muhammad Yusuf dan Junaedi, Perngantar Ilmu Ekonomi dan Perbankan Syariah,
c) Bukan barang haram
d) Harga
e) Tidak berubah selama masa perjanjian
f) Merupakan kesepakatan
4. Salam
a. Pengertian Salam
Transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada.
Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh sedangkan
pembayaran dilakukan secara tunai.
b. Rukun dan Syarat Salam
Adapun rukun dalam akad salamyaitu:
1) Pembeli (Muslam)
2) Penjual (Muslam ilaih)
3) Modal
4) Barang(Muslam fihi)
5) Ucapan ijab qabul(Shigat)
Sedangkan syarat dalam akad salamyaitu:
1) Modal harus diketahui.
2) Barang harus jelas spesifikasinya.
3) Harus dapat diidentifikasikan secara jelas untuk menguraangi
kesalahan akibat kurangnya pengetahuan tentang barang yang
diperjualbelikan, tentang kualifikasi kualitas, serta mengenai
4) Penyerahan barang dilakukan dikemudian hari.
5) Boleh menentukan waktu di masa yang akan datang untuk
penyerahan barang.
5. Ijarah
a. Pengertian Ijarah
Akad antara bank (muajjir) dengan nasabah (musta’jir) untuk
menyewa suatu barang atau obyek sewa (ma’jur) milik bank dan
bank mendapatkan imbalan jasa atas barang yang disewanya, dan
diakhiri dengan pembelian obyek sewa oleh nasabah.17
Dalam pembiayaan ini pertama, bank akan membeli aset untuk
disewakan kepada nasabah dan dikategorikan sebagai aktiva ijarah.
Setelah dimiliki bank, selanjutnya nasabah akan menyewanya untuk
jangka waktu yang disepakati dengan membayar harga sewa. Selama
jangka waktu yang disepakati aktiva ijarah masih dimilki bank dan
akan dialihkan kepemilikannya pada akhir masa sewa.
b. Rukun Ijarah
Adapun rukun dalam akad ijarah yaitu:
1) Shigat (ucapan): ijab (tawaran), qobul (penerimaan)
2) Pihak yang berakad (berkontrak): pemberi sewa (lessor-pemilik
aset), penyewa (lessee).
3) Obyek kontrak yang terdiri dari pembayaran (sewa)dan manfaat
dari penggunaan aset.
17M. Syafi’i Antonio,
Adapun Jenis Pembiayaan dalam perbankan syariah berdasarkan tujuannya
dapat dibagi tiga, yaitu: 18
1. Return Bearing Financing
Yaitu bentuk pembiayan yang secara komersial menguntungkan, ketika
pemilik modal mau menanggung risiko kerugian dan nasabah juga
memberikan keuntungan.
2. Return Free Financing
Yaitu bentuk pembiayaan yang tidak untuk mencari keuntungan dan
lebih ditujukan kepada orang-orang yang membutuhkan (poor), sehingga
tidak ada keuntungan yang diperoleh.
3. Charity Financing
Yaitu bentuk pembiayaan yang memang diberikan kepada orang miskin
dan membutuhkan, sehingga tidak ada klaim terhadap pokok dan
keuntungan.
B. USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DI INDONESIA 1. Pengertian UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah)
Keberadaan usaha kecil, mikro dan menengah dalam perekonomian
Indonesia memiliki sumbangan yang sangat positif, diantaranya dalam
menyediakan lapangan kerja, menyediakan barang dan jasa, serta
pemerataan usaha untuk mendistribusikan pendapatan nasional. Dengan
peranan usaha kecil, mikro dan menengah tersebut, posisi UMKM dalam
pembangunan ekonomi nasional menjadi sangat penting.
18
Ahmad Ghazali, Serba-Serbi Kredit Syariah Jangan Ada Bunga Diantara Kita,
Pembahasan tantang UMKM meliputi pengelompokan jenis usaha,
yaitu jenis industri skala kecil menengah (ISKM) dan perdagangan skala
kecil dan menengah (PSKM). Karena dengan pengelompokannya pada
akhirnya terfokus pada permasalahan kesempatan lapangan kerja dan
diletakkan pada kemampuan pengembangan ISKM dan PSKM.19
Adapun pengertian UMKM di berbagai negara tidak selalu sama
dan bergantung pada konsep yang digunakan oleh negara tersebut. Oleh
karena itu pengertian UMKM ternyata berbeda antara satu negara dan
negara lainnya. Dalam pengertiannya mencakup dua aspek, yaitu aspek
tenaga kerja dan aspek pengelompokan ditinjau dari jumlah tenaga kerja
yang diserap dalam kelompok perusahaan tersebut (range of the member
of employes).20
Di Indonesia, berdasarkan literatur yang ada hingga kini terdapat
beberapa pengertian yang didasarkan pada besar modal dan usaha serta
jumlah tenaga kerja yang digunakan. Batasan-batasan tersebut antara
lain:21
1. Usaha Mikro
a. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), usaha
mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk
19
Titik Sartika Partomo dan Abd. Rachman Soejono, Ekonomi Skala Kecil dan Kecil Menengah dan Koperasi, (Jakarta: Galia Indonesia, 2002), h.16.
20
Ibid, h.14.
21
tanah dan bangunan) paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah) dan hasil penjualan tahunan (omzet/tahun) paling
banyak Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).
b. Bank Indonesia, Departemen Perindustrian dan Perdagangan
memberi batasan berdasarkan aset yang dimiliki (tidak termasuk
tanah dan bangunan) bahwa usaha mikro adalah usaha yang
memiliki aset kurang dari
2. Usaha Kecil
a. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), usaha
kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan anak cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar.
Kriteria dari usaha kecil adalah memiliki kekayaan bersih (tidak
termasuk tanah dan bangunan) lebih dari Rp 50.000.000,- (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,-
(lima ratus juta rupiah) dan hasil penjualan tahunan (omzet/tahun)
lebih dari Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta
b. Bank Indonesia, Departemen Perindustrian dan Perdagangan
memberi batasan berdasarkan aset yang dimiliki (tidak termasuk
tanah dan bangunan) bahwa usaha mikro adalah usaha yang
memiliki aset kurang dari Rp 600.000.000,-.
c. Departemen keuangan memberi batasan bahwa usaha kecil adalah
usaha dengan omzet kurang dari Rp 300.000.000,-.
d. Departemen Perindustrian Perdagangan dan Departemen Tenaga
Kerja memberi batasan berdasarkan jumlah tenaga keja, bahwa
usaha dengan jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 20 orang
disebut usaha kecil. Seddagkan menurut GBHN Tahun 1993,
pengusaha kecil adalah mereka yang lemah dalam hal modal,
tenaga kerja serta dalam penerapan teknologi.
3. Usaha Menengah
e. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), usaha
menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan anak cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar. Kriteria dari usaha menengah adalah memiliki kekayaan
bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan) lebih dari Rp
banyak Rp 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) dan hasil
penjualan tahunan (omzet/tahun) lebih dari Rp 2.500.000.000,-
(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah).
Di dalam UU No. 20 Tahun 2008 tersebut, pengertian UMKM
tergambar dari kriteria UMKM yang dibedakan berdasarkan, pertama:
kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan), kedua: hasil
penjualan tahunan (omzet/tahun). Secara ringkas kriteria usaha mikro,
kecil dan menengah adalah sebagai berikut:22
Tabel 2.2
Tabel Kriteria UMKM23
Kriteria UMKM Mikro Kecil Menengah
Kekayaan bersih
Kementrian Koperasi dan UKM. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Menurut UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM. Diakses pada 20 April 2011 dari http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=129
23
Dalam dunia perbankan, pengelompokan/klasifikasi UMKM
didasarkan pada jumlah (plafond) pembiayaan yang dapat diberikan
kepada UMKM, yaitu untuk usaha mikro pembiayaan yang diberikan
sampai dengan maksimal Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), untuk
usaha kecil pembiayaan yang diberikan antara Rp 50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan
untuk usaha menegah pembiayaan yang diberikan antara dengan Rp
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)sampai dengan dengan Rp
5.000.000.000,- (lima milyar rupiah). Dalam peneitian ini jenis usaha yang
termasuk kedalam pembiayaan mikro yaitu hanya tercaku pada usaha
mikro dan kecil saja dimana jumlah pembiaayaan yang disalurkan Rp
2.000.000,- (dua juta rupiah) sampai dengan maksimal Rp 100.000.000,-
(seratus juta rupiah).
Tabel 2.3
Tabel klasifikasi UMKM berdasarkan jumlah (plafond) pembiayaan di bank
Jenis Usaha Jumlah (plafond) Pembiayaan
Usaha Mikro Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
Usaha Kecil Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) s/d
Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
Usaha Menengah Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) s/d
2. Karakteristik UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) 1. Usaha Mikro
Berikut ini ciri-ciri usaha mikro:
Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu
dapat berganti;
Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah
tempat;
Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun,
dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;
Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa
wirausaha yang memadai;
Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;
Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari
mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank;
Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas
lainnya termasuk NPWP.
Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu
segmen pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya
meningkatkan fungsi intermediasi-nya karena usaha mikro mempunyai
karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non
Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya
menyerap dana yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi
kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan terus berkembang;
Tidak sensitive terhadap suku bunga;
Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter;
Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima
bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.
Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha
mikro yang sulit memperoleh layanan kredit perbankan karena berbagai
kendala baik pada sisi usaha mikro maupun pada sisi perbankan sendiri.
2. Usaha Kecil
Berikut ini ciri-ciri usaha kecil:
Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak
gampang berubah;
Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak
berpindah-pindah;
Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau
masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan
dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha;
Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP;
Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam
Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;
Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik
seperti business planning.
3. Usaha Menengah
Berikut ini ciri-ciri usaha menengah:
Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih
baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas
yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan
bagian produksi;
Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem
akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan
penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan;
Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan,
telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;
Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga,
izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;
Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;
Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih
dan terdidik.24
4. Keunggulan dan Kelemahan UMKM
Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh UMKM dibandingkan
dengan usaha besar antara lain25:
24
1. Inovasi dalam teknologi yang dengan mudah terjadi dalam
pengembangan produk.
2. Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil.
3. Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi
pasar yang berubah dengan cepat dibandingkan dengan perusahaan
berskala besar yang pada umumnya birokratis.
4. Terdapat dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan.
Sedangkan kelemahan yang dimiliki UMKM adalah:
1. Kesulitan pemasaran
Hasil dari studi lintas Negara yang dilakukan oleh James dan
Akarasanee (1988) di sejumlah Negara ASEAN menyimpulkan
salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran yang
umum dihadapi oleh pengusaha UKM adalah tekanan-tekanan
persaingan, baik dipasar domestik dari produk-produk yang serupa
buatan pengusaha-pengusaha besar dan impor, maupun dipasar
ekspor.
2. Keterbatasan finansial
UKM di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek
finansial antara lain: modal (baik modal awal maupun modal kerja)
dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat
diperlukan untuk pertumbuhan output jangka panjang.
3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)
25
Titik Sartika Partomo dan Abd. Rachman Soedjono, “Ekonomi: Skala Kecil, Menengah
Keterbatasan sumber daya manusia juga merupakan salah satu
kendala serius bagi UKM di Indonesia, terutama dalam
aspek-aspek kewirausahaan, manajemen, teknik produksi, pengembangan
produk, control kualitas, akuntansi, mesin-mesin, organisasi,
pemprosesan data, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua
keahlian tersebut sangat diperlukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi dan
produktifitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan
menembus pasar baru.
4. Masalah bahan baku
Keterbatasan bahan baku dan input-input lain juga sering menjadi
salah satu masalah serius bagi pertumbuhan output atau
kelangsungan produksi bagi UKM di Indonesia. Terutama selama
masa krisis, banyak sentra-sentra Usaha Kecil dan Menengah
seperti sepatu dan produk-produk textile mengalami kesulitan
mendapatkan bahan baku atau input lain karena harganya dalam
rupiah menjadi sangat mahal akibat depresiasi nilai tukar terhadap
dolar AS.
5. Keterbatasan teknologi
Berbeda dengan Negara-negara maju, UKM di Indonesia
umumnya masih menggunakan teknologi tradisonal dalam bentuk
mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang sifatnya manual.
jumlah produksi dan efisiensi di dalam proses produksi, tetapi juga
rendahnya kualitas produk yang dibuat serta kesanggupan bagi
UKM di Indonesia untuk dapat bersaing di pasar global.
Keterbatasan teknologi disebabkan oleh banyak faktor seperti
keterbatasan modal investasi untuk membeli mesin-mesin baru,
keterbatasan informasi mengenai perkembangan teknologi, dan
keterbatasan sumber daya manusia yang dapat mengoperasikan
mesin-mesin baru.
3. Profil UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) di Indonesia
UKM kurang mendapatkan perhatian di Indonesia sebelum krisis pecah
pada tahun 1997. Namun demikian sejak krisis ekonomi melanda Indonesia
(yang telah meruntuhkan banyak usaha besar) sebagian besar UKM tetap
bertahan, dan bahkan jumlahnya meningkat dengan pesat perhatian pada UKM
menjadi lebih besar, kuatnya daya tahan UKM juga didukung oleh struktur
permodalannya yang lebih banyak tergantung pada dana sendiri (73%), 4%
bank swasta, 11% bank pemerintah, dan 3% supplier (Azis, 2001).
Demikian juga kemampuannya menyerap tenaga kerja juga semakin
meningkat dari sekitar 12 juta pada tahun 1980, tahun 1990, dan 1993 angka
ini meningkat menjadi sekitar 45 juta dan 71 juta (data BPS), dan pada tahun
2001 menjadi 74,5 juta. Jumlah UKM yang ada meningkat dengan pesat, dari
sekitar 7 ribu pada tahun 1980 menjadi sekitar 40 juta pada tahun 2001.
Sementara itu total volume usaha, usaha kecil dengan modal di bawah Rp. 1
dari total tenaga kerja pada tahun yang sama. Demikian juga usaha skala
menengah (0,14% dari total usaha) dengan nilai modal antara Rp. 1 miliar
sampai Rp. 50 miliar hanya mampu menyerap 10,83% tenaga kerja. Sedangkan
usaha skala besar (0,01%) dengan modal di atas Rp. 54 miliar hanya mampu
menyerap 0,56% tenaga kerja.
Melihat sumbangannya pada perekonomian yang semakin penting,
UKM seharusnya mendapat perhatian yang semakin besar dari para pengambil
kebijakan. khususnya lembaga pemerintahan yang bertanggung jawab atas
perkembangan UKM. Pengembangan UKM di Indonesia selama ini dilakukan
oleh Kantor Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(Kementerian Negera KUKM). Selain Kementrian Negara KUKM, instansi
yang lain seperti Depperindag, Depkeu, dan BI juga melaksanakan fungsi
pengembangan UKM sesuai dengan wewenang masing-masing.
Dalam perkembangannya, menurut data Biro Pusat Statistik (BPS),
jumlah UMKM terus meningkat dan tetap mendomenasi jumlah perusahaan.
Pada tahun 2006 terdapat sekitar 48 juta UMKM, dibandingkan dengan 7200
usaha berskala besar. Dalam kesempatan kerja UMKM menyumbang sekitar
97 persen dari jumlah pekerja di Indonesia.26
Tidak dapat dipungkiri bahwa UMKM memiliki daya tahan yang
tangguh dalam menghadapi gejolak. Sejak terjadinya krisis moneter yang
diikuti oleh krisis ekonomi dan berbagai krisis lainnya, ditemukan suatu
kenyataan bahwa ketahanan perekonomian nasional sesungguhnya ditopang
26
oleh UMKM.27 Oleh karena itu upaya untuk terus memberdayaan UMKM
merupakan tantangan yang harus selalu ditingkatkan, termasuk dukungan
pembiayaan melalui perbankan.
Pembangunan ekonomi Indonesia dalam 5 tahun terakhir menargetkan
penurunan pengangguran dari 9,7% tahun 2004 menjadi 5,1% tahun 2009 yang
disertai pengentasan kemiskinan dari 16,6% tahun 2004 menjadi 8,2% tahun
2009. Salah satu dari “Triple Strategy” pemerintah untuk mencapai sasaran
tersebut adalah dengan menggerakkan sektor riil yang komponennya
didominasi oleh UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) hingga 99,9%.
Secara lebih rinci, UMKM mengambil peran yang sangat strategis dalam
menggerakkan aktivitas perekonomian Indonesia dengan menyediakan 99,5%
kesempatan kerja penduduk yang memproduksi 57 % kebutuhan barang dan
jasa nasional. Devisa negara sebesar 19% volume ekspor merupakan hasil
produksi UMKM serta kontribusi 2-4% pertumbuhan nasional yang
disumbangkan oleh UMKM.28
C. Peranan Pembiayaan Bank Syariah Terhadap Perkembangan UMKM di Indonesia
Salah satu target pencapaian sistem perbankan syariah nasional yang
tercantum pada blue print Perbankan Syariah Indonesia adalah memiliki peran
signifikan dalam sistem perekonomian nasional, serta mampu melakukan
perbaikan kesejahteraan rakyat. Sekaligus berdasarkan nilai-nilai syariah, visi
27“
Tak Punya Utang Luar Negeri, UMKM Malah Tahan Krisis”. Kompas 27 November 2008.
28