PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN
KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP
KEBIJAKSANAAN STRUKTUR MODAL
PADA PERUSAHAAN JASA YANG
TERDAFTAR DI BURSA
EFEK JAKARTA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
A S R I Y A T I
087017004/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN
KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP
KEBIJAKSANAAN STRUKTUR MODAL PADA
PERUSAHAAN JASA YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK JAKARTA
Nama Mahasiswa : Asriyati
Nomor Pokok : 087017004
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)
Telah diuji pada
Tanggal : 23 Juni 2010
---
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak
Anggota : 1. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak
2. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak
3. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak
4. Drs. Idhar Yahya, M.Si, Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul:
“PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN KEPEMILIKAN
MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKSANAAN STRUKTUR MODAL
PADA PERUSAHAAN JASA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
JAKARTA”
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, 23 Juni 2010
A S R I Y A T I
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap struktur modal. Variabel dependen yang digunakan adalah pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial sedangkan variabel independennya adalah struktur modal.
Penelitian ini dilakukan atas 102 perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama periode 3 tahun dari tahun 2005-2007. Dengan menggunakan metode analisis regresi berganda, dan dengan melakukan pengujian asumsi klasik yaitu normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
ABSTRACT
The objective of this research is to examine the effect of firm growth and managerial ownership toward capital structure. Firm growth and managerial ownership as the independent variable and capital structure as the dependent variable.
This research observes 102 services companies which had been listed in the Jakarta Stock Exchange in three years from 2005 until 2007. Using multiple regression method, and use normality test, multikolinearity, heteroscedastisity, and autocorelasi.
The result of this research, indicates that the firm growth on significant effect on the capital structure and managerial ownership is not significantly effect on the capital structure.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang tiada habis-habisnya, penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada akhirnya penulis berhasil
menyelesaikan tesis ini, sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk
memperoleh gelar Magister Sains (MSi) pada Program Studi Akuntansi Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara. Shalawat dan salam kehadirat Rasulullah SAW sebagai
teladan terbaik, semoga tetap ada keistiqamahan dan kekuatan untuk selalu mampu
mengikuti seluruh risalahnya sampai akhir.
Penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak dalam
penyusunan tesis ini, oleh karena itu dengan sepenuh hati penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K)., selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B., MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, selaku Ketua Program Magister
Akuntansi Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai
Pembimbing Utama penulis dalam menyusun tesis ini.
4. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
membantu dalam mengarahkan, membimbing dan memberikan saran kepada
5. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah
banyak meluangkan waktu untuk mengarahkan, membimbing, dan memberikan
saran-saran kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
6. Drs. Idhar Yahya, M.Si. Ak, selaku dosen pembanding yang telah banyak
memberikan saran-saran kepada penulis di dalam menyusun tesis ini.
7. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah
banyak memberikan saran-saran kepada penulis di dalam menyusun tesis ini.
8. Ir. Zulkifli Lubis, M.I. Komp., selaku Direktur Politeknik Negeri Medan, yang
telah banyak memberikan bantuan selama perkuliahan kepada penulis.
9. Seluruh teman-teman seangkatan di Sekolah Pascasarjana yang telah memberikan
dukungan, terutama saudara Parenta Ritonga dan Sihar Simamora.
10.Ayahanda (Alm. Djamaan Sutan Mangkuto), Ibunda (Hj. Asnah) Abang Amran
Harun, dan Anak-anakku Amy, Annisa dan Atikah.
11.Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, selaku Dosen dan juga sebagai adik yang selalu
membantu kakak untuk mengatasi masalah dalam menghadapi pelajaran.
12.Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Sekolah Pascasarjana ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak keterbatasan yang dimiliki oleh
penulis dalam menyelesaikan tesis ini, sehingga sangat diperlukan masukan-masukan
Namun demikian besar harapan penulis, tesis yang telah diselesaikan ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, 25 Juni 2010
RIWAYAT HIDUP
1. N a m a : A s r i y a t i
2. Tempat/Tanggal lahir : Padang/16 Pebruari 1960
3. Pekerjaan : Dosen
4. Agama : Islam
5. Orang tua
a. Ayah : Djamaan Sutan Mangkuto (Alm)
b. Ibu : H. Asnah
6. Suami : Amran Harun
7. Anak : 1. Amy Hanani Amran
2. Annisa Fatin Amran
3. Atikah Nuriza Amran
8. Alamat : Jalan Tanjung 6 No. 276 P. Helvetia Medan
9. Pendidikan
a. SD Negeri : No. 8 Padang
b. SMP Negeri : No. II Padang
c. SMA Negeri : No. I Binjai
d. Universitas/Fakultas : Ekonomi Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 17
4.6.1. Statistik Deskriptif ... 28
4.6.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 28
4.6.3. Pengujian Hipotesis... 33
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36
5.1. Hasil Penelitian ... 36
5.1.1. Deskripsi Data Penelitian ... 36
5.1.2. Uji Asumsi Klasik ... 38
5.1.2.1. Uji Normalitas ... 38
5.1.2.2. Uji Multikolinearitas ... 39
5.1.2.3. Uji Autokorelasi ... 40
5.2.1.4. Uji Heteroskedastisitas ... 41
5.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 43
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 49
6.1. Kesimpulan ... 49
6.2. Keterbatasan... ... 50
6.3. Saran ………... 51
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1 Hubungan antara Pertumbuhan Perusahaan dan Struktur Modal
Sepuluh Perusahaan Jasa di BEJ... 6
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 19
4.1 Definisi Operasional Variabel……… 27
4.2 Bentuk Transformasi Data... 29
5.1 Deskriptif Statistik ………... 37
5.2 Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test………... 38
5.3 Uji Multikolinearitas……… 40
5.4 Nilai Durbin-Watson………. 41
5.5 Uji Heteroskedastisitas (Uji Glesjer) (1)………….……….. 43
5.6 Uji Glesjer (2)………. 43
5.7 Pengujian Goodness of Fit………. 44
5.8 Uji F ... 45
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan
dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijaksanaan Struktur Modal dan Perusahaan Jasa Tbk di Bursa Efek
Jakarta……… 20
5.1 Normalitas Data dengan PP Plot……… 39
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Tabulasi Data……… 55
2. Hasil Uji Regresi Berganda……… 58
3. Populasi... 63
4. Sampel... 67
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap struktur modal. Variabel dependen yang digunakan adalah pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial sedangkan variabel independennya adalah struktur modal.
Penelitian ini dilakukan atas 102 perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama periode 3 tahun dari tahun 2005-2007. Dengan menggunakan metode analisis regresi berganda, dan dengan melakukan pengujian asumsi klasik yaitu normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
ABSTRACT
The objective of this research is to examine the effect of firm growth and managerial ownership toward capital structure. Firm growth and managerial ownership as the independent variable and capital structure as the dependent variable.
This research observes 102 services companies which had been listed in the Jakarta Stock Exchange in three years from 2005 until 2007. Using multiple regression method, and use normality test, multikolinearity, heteroscedastisity, and autocorelasi.
The result of this research, indicates that the firm growth on significant effect on the capital structure and managerial ownership is not significantly effect on the capital structure.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Seiring dengan meningkatnya minat serta pengetahuan masyarakat di bidang
pasar modal, terutama bagi para investor yang berminat menginvestasikan modalnya,
struktur modal telah menjadi salah satu faktor pertimbangan yang cukup penting. Hal
ini terkait dengan resiko dan pendapatan yang akan diterima. Dalam melihat struktur
modal perusahaan, investor tidak dapat dipisahkan dari informasi perusahaan berupa
laporan keuangan yang dikeluarkan setiap tahunnya. Dalam laporan keuangan dapat
dilihat informasi tentang modal perusahaan. Dalam memenuhi kebutuhan modal
perusahaan, diperoleh dari modal sendiri dan modal asing. Perimbangan antara modal
asing dengan modal sendiri disebut sebagai struktur modal (Sutrisno, 2001).
Dunia usaha mengalami kemunduran yang diakibatkan oleh banyaknya
lembaga-lembaga keuangan yang mengalami kesulitan keuangan sebagai akibat dari
adanya kemacetan kredit pada dunia usaha tanpa memperhitungkan batas maksimum
pemberian kredit di masa lalu oleh perbankan dan masalah kelayakan kredit yang
disetujui. Upaya mengantisipasi kondisi tersebut, maka manajer keuangan perusahaan
harus berhati-hati dalam menetapkan struktur modal perusahaan, dengan adanya
perencanaan yang matang dalam menentukan struktur modal yang diharapkan
perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dan lebih unggul dalam menghadapi
Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur
modal terhadap nilai perusahaan. Teori ini menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan
perusahaan dalam menentukan bauran antara hutang dan ekuitas yang bertujuan
untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Setiap keputusan pendanaan mengharuskan
manajer keuangan untuk dapat mempertimbangkan manfaat dan biaya dari
sumber-sumber dana yang akan dipilih. Semua struktur modal adalah baik, akan tetapi kalau
dengan merubah struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan
diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang akan memaksimumkan
nilai perusahaan adalah struktur modal yang terbaik (Husnan, 2004).
Sumber pendanaan di dalam perusahaan dibagi kedalam dua kategori, yaitu
sumber pendanaan internal dan sumber pendanaan eksternal. Sumber pendanaan
internal dapat diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi aktiva tetap sedangkan
sumber pendanaan eksternal dapat diperoleh dari para kreditur yang disebut dengan
hutang. Kebijakan hutang tergantung dari pertumbuhan perusahaan yang juga terkait
dengan ukuran perusahaan. Perusahaan yang besar dan memiliki tingkat pertumbuhan
perusahaan yang baik relatif lebih mudah untuk mengakses ke pasar modal.
Kemudahan ini mengindikasikan bahwa perusahaan besar relatif mudah memenuhi
sumber dana dari hutang melalui pasar modal, perusahaan yang memiliki tingkat
pertumbuhan perusahaan yang baik menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
membayar bunga hutang jika menggunakan hutang untuk menjalankan operasional
Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah mengoptimalkan nilai
perusahaan dengan meminimumkan biaya modal perusahaan. Semakin tinggi nilai
perusahaan menggambarkan semakin sejahtera pemilik perusahaan. Penggunaan
kebijakan hutang bisa digunakan untuk menciptakan nilai perusahaan yang
diinginkan, namun kebijakan hutang juga tergantung dari pertumbuhan perusahaan
yang juga terkait dengan ukuran perusahaan. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang
besar dan memiliki tingkat pertumbuhan perusahaan yang baik relatif lebih mudah
untuk mengakses ke pasar modal. Kemudahan ini mengindikasikan bahwa
perusahaan besar relatif mudah memenuhi sumber dana dari hutang melalui pasar
modal. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan perusahaan yang baik
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga hutang jika
menggunakan hutang untuk menjalankan operasional perusahaan tersebut.
Nilai perusahaan tergantung pada peluang pertumbuhannya, yang pada
gilirannya tergantung pada kemampuan perusahaan untuk mendapatkan modal.
Perseroan dapat menarik modal lebih mudah dibandingkan bentuk perusahaan
lainnya, karena itu perseroan memiliki peluang pertumbuhan yang lebih baik. Setiap
investor, baik investor individu maupun investor institusi bertujuan untuk
memperoleh laba atau sering disebut dengan istilah return yang baik.
Return diperoleh investor dari dua sumber. Pertama yaitu dalam bentuk
dividen atau pendistribusian laba bersih emiten pada setiap lembar saham setelah
dikurangi dengan laba ditahan untuk kepentingan perusahaan di masa yang akan
semakin meningkat dari waktu ke waktu yang berupa capital gain yang diperoleh
investor atas kenaikan harga saham saat ini, dibandingkan dengan harga saham waktu
pembeliannya.
Pertumbuhan (Growth) adalah seberapa jauh perusahaan menempatkan diri
dalam sistem ekonomi secara keseluruhan atau sistem ekonomi untuk industri yang
sama (Machfoedz, 1996). Pada umumnya, perusahaan yang tumbuh dengan cepat
memperoleh hasil positif dalam artian pemantapan posisi di peta persaingan,
menikmati penghasilan yang meningkat secara signifikan dan diiringi oleh adanya
peningkatan pangsa pasar.
Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer
perusahaan dan pemegang saham. Penunjukkan manajer oleh pemegang saham untuk
mengelola perusahaan dalam kenyataannya seringkali menghadapi masalah
dikarenakan tujuan perusahaan berbenturan dengan tujuan pribadi manajer. Dengan
kewenangan yang dimiliki, manajer bisa bertindak dengan hanya menguntungkan
dirinya sendiri dan mengorbankan kepentingan para pemegang saham. Perusahaan
bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik (shareholder) melalui
keputusan atau kebijakan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan dividen yang
tercermin dalam harga saham di pasar modal, demikian jika dilihat berdasarkan sudut
pandang manajemen keuangan. Tujuan ini sering diterjemahkan sebagai suatu usaha
untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Dalam mencapai tujuan tersebut, banyak
shareholder yang menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada para profesional
yang diangkat oleh shareholder diharapkan akan bertindak atas nama shareholder
tersebut, yakni memaksimumkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran shareholder
akan dapat tercapai. Para manajer dalam menjalankan operasi perusahaan, seringkali
tindakannya bukan memaksimumkan kemakmuran shareholder, melainkan justru
tergoda untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri. Kondisi ini akan
mengakibatkan munculnya perbedaan kepentingan antara external shareholder
dengan manajer. Konflik yang disebabkan oleh pemisahan antara kepemilikan dan
fungsi pengelolaan dalam teori keuangan disebut konflik keagenan atau agency
conflict. Konflik keagenan yang terjadi dalam perusahaan pada hubungan antara:
(1) pemegang saham dan manajer, (2) manajer dan kreditor, (3) manajer, pemegang
saham dan kreditor (Brigham, Gapenski, 1999). Sedangkan biaya yang timbul atau
dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengatasi konflik keagenan disebut biaya
keagenan. Peningkatan kepemilikan manajerial dapat digunakan sebagai cara untuk
mengurangi konflik keagenan (Crutchley dan Hansen, 1989; Jensen, Solberg dan
Zorn, 1992). Perusahaan meningkatkan kepemilikan manajerial untuk mensejajarkan
kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan
keinginan pemegang saham. Dengan meningkatkan persentase kepemilikan, manajer
termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan
kemakmuran pemegang saham. Oleh karena itu, mengkaitkan antara pertumbuhan
perusahaan, kepemilikan manajerial dan kebijaksanaan struktur modal menjadi
Berikut ini adalah Tabe1 1.1 yang menjelaskan tentang sepuluh perusahaan
jasa yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang mencerminkan adanya hubungan
antara struktur modal dan pertumbuhan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan dilihat
dari adanya kenaikan jumlah aset dan untuk kebijaksanaan struktur modal dilihat dari
komposisi antara hutang dan ekuitas.
terjadi perubahan dari struktur capital yang dihitung dengan DER (debt to equity
ratio). DER tahun 2007 memang mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan
DER 2006, tetapi kenaikan aset lebih tinggi dibandingkan dari kenaikan DER. Hal ini
membuktikan bahwa pertumbuhan perusahaan telah merubah struktur capital.
Weston dan Brigham (1985) mengartikan bahwa struktur keuangan (financial
leverage) merupakan cara aktiva-aktiva perusahaan dibelanjai/dibiayai; hal ini
seluruhnya merupakan bagian kanan neraca, sedangkan struktur modal (capital
structure) merupakan pembiayaan pembelanjaan permanen perusahaan, yang
terutama berupa hutang jangka panjang, saham preferen/prioritas dan modal saham
biasa. Jadi struktur modal dalam suatu perusahaan adalah hanya sebagian dari
struktur keuangannya.
Penelitian tentang pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan
manajerial terhadap kebijaksanaan struktur modal telah banyak dilakukan.
Kurniawan (2004) menemukan bukti bahwa faktor internal berupa ukuran
perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva, kemampulabaan, dan struktur
kepemilikan perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap struktur modal.
Sriwardany (2006) menemukan bukti bahwa struktur modal mempunyai
pengaruh negatif terhadap perubahan harga saham, yang memberi arti bahwa jika
kebijaksanaan struktur modal perusahaan lebih banyak menggunakan hutang maka
akan terjadi penurunan harga saham, sedangkan pertumbuhan perusahaan mempunyai
Erlina (2006) menemukan bukti yang tidak konsisten antara masa sebelum
kritis, masa krisis dan masa setelah krisis. Pada masa sebelum krisis, pemilikan
manajer tidak berperanan sebagai variabel yang memperkuat hubungan antara
kesempatan tumbuh dengan kebijakan struktur modal. Akan tetapi pada krisis dan
setelah krisis, pemilikan manajer berperanan sebagai variabel yang memperkuat
hubungan tersebut.
Dari beberapa penelitian yang disebutkan semuanya berkisar pada perusahaan
manufaktur. Sebagaimana diketahui bahwa jenis perusahaan itu ada perusahaan jasa,
perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur. Khusus untuk perusahaan jasa pada
pasar modal sahamnya cukup banyak diperjualbelikan, bahkan ada yang dikenal
dengan saham blue chip (Blue-chip Stock) yaitu saham biasa dari suatu perusahaan
yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader (pemimpin) di industri sejenis, yang
memiliki pendapatan yang stabil dan konstan dalam membayar deviden. Saham ini
dikenal dengan saham LQ 45 (Benningthon & Brother, 2009) yang banyak diminati
oleh investor dan harganya cukup tinggi. Di samping itu perusahaan jasa memiliki
karakteristik yang berbeda sehingga bisa melahirkan perilaku keputusan yang
berbeda. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
tentang “Pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap
kebijaksanaan struktur modal pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa efek
1.2. Rumusan Masalah Penelitian
Dari latar belakang di atas, yang menjadi masalah penelitian dalam hal ini
adalah apakah pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial secara simultan
dan parsial berpengaruh terhadap kebijaksanaan struktur modal?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap
kebijaksanaan struktur modal secara simultan dan parsial pada perusahaan jasa
di Bursa Efek Jakarta.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti diharapkan penelitian ini merupakan pelatihan intelektual yang
diharapkan dapat menambah pemahaman mengenai pengaruh pertumbuhan
perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap kebijaksanan struktur modal.
2. Bagi manajemen, penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi terutama
manajer keuangan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial yang dapat merubah
3. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pertimbangan
dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi pada perusahaan jasa
di Bursa Efek Jakarta.
4. Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini diharapkan akan melengkapi
temuan-temuan empiris yang telah ada di bidang akuntansi untuk kemajuan dan
pengembangan ilmiah di masa yang akan datang.
1.5. Originalitas
Penelitian ini merupakan reflikasi dari sebahagian penelitian Erlina (2006)
dengan judul disertasinya “Pengaruh Set Kesempatan Investasi terhadap Nilai
Perusahaan: Peran Kebijakan Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial”. Periode
penelitian tahun 1993-2003 pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Pada
penelitian ini peneliti menggunakan independen variabel adalah Pertumbuhan
Perusahaan dan kepemilikan manajerial sedang dependen variabel adalah struktur
modal. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Erlina adalah pada penelitian
Erlina kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating, sedangkan pada
penelitian ini kepemilikan manajerial sebagai variabel independen. Periode penelitian
dan jenis perusahaan yang diteliti serta alat ukur yang digunakan juga berbeda.
Penelitian ini periode penelitiannya tahun 2005-2007 pada perusahaan jasa yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejumlah 143 perusahaan. Dewasa ini sebahagian
perusahaan jasa juga mempunyai perhitungan harga pokok penjualan (Cost of goods
Variabel dependen yaitu kebijaksanaan struktur modal. Proksi dari struktur
modal yaitu jumlah hutang atas jumlah ekuitas. Variabel independen adalah
pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan rasio Tobins’Q. Pemilikan manajerial
yang juga sebagai variabel independen diukur dari persentase jumlah saham yang
dimiliki oleh manajer pada akhir tahun, berbanding jumlah saham perusahaan (Erlina,
2006). Dengan argumentasi bahwa umumnya pertumbuhan perusahaan dan
kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap struktur modal maka peneliti tertarik
untuk menguji kembali. Untuk itu penulis mengambil judul penelitian “Pengaruh
pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap kebijaksanaan struktur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Struktur modal adalah pembelanjaan permanen di dalam mencerminkan
perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal
tercermin pada hutang jangka panjang dan unsur-unsur modal sendiri, di mana kedua
golongan tersebut merupakan dana permanen atau dana jangka panjang. Dengan
demikian maka struktur modal hanya merupakan sebagian saja dari struktur financial.
Struktur financial mencerminkan perimbangan baik dalam artian absolut maupun
relatif antara keseluruhan modal asing (baik jangka pendek maupun jangka panjang)
dengan jumlah modal sendiri (Riyanto, 1999).
Struktur modal merupakan kombinasi hutang dan ekuitas dalam struktur
keuangan jangka panjang perusahaan. Tidak seperti debt ratio atau leverage ratio
yang hanya menggambarkan target komposisi hutang dan ekuitas dalam jangka
panjang pada suatu perusahaan (Arifin, 2005).
2.1.1. Teori Struktur Modal
Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur
modal terhadap nilai perusahaan, jika keputusan investasi dan kebijakan deviden
dipegang konstan. Dengan kata lain, jika perusahaan menggantikan sebagian modal
sendiri dengan hutang atau sebaliknya apakah harga saham akan berubah, apabila
seandainya perubahan struktur modal tidak merubah nilai perusahaan, berarti bahwa
tidak ada struktur modal yang terbaik. Semua struktur modal adalah baik, tetapi kalau
dengan merubah struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan
diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang akan memaksimumkan
nilai perusahaan adalah struktur modal yang terbaik (Husnan, 2004).
Struktur modal yang terbaik untuk tingkat pertumbuhan perusahaan yang
tinggi berbeda dengan tingkat pertumbuhan perusahaan yang rendah. Perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage,
sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi
biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen
perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah
sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena penggunaan
hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur.
2.1.2. Pertumbuhan Perusahaan
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya
dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya
agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan
manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang
rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena
penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara
teratur. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar kebutuhan dana
semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang
sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai deviden tetapi lebih baik
digunakan untuk ekspansi. Potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya
penelitian dan pengembangan. Semakin besar R&D cost-nya maka berarti ada
prospek perusahaan untuk tumbuh (Sartono, 2001).
Kallapur dan Trombley (1999) Realisasi pertumbuhan perusahaan diproksikan
dengan nilai pertumbuhan perusahaan yang meliputi pertumbuhan aktiva dan ekuitas.
Aktiva perusahaan menunjukkan keputusan penggunaan dana atau keputusan
investasi pada masa lalu. Aktiva didefinisikan sebagai sumber daya yang mempunyai
potensi memberikan manfaat ekonomis pada perusahaan di masa yang akan datang.
Sumber daya yang mampu menghasilkan aliran kas masuk (cash inflow) atau
mengurangi kemampuan kas keluar (cash outflow) bisa disebut sebagai aktiva.
Sumber daya tersebut akan diakui sebagai aktiva perusahaan memperoleh hak
penggunaan aktiva tersebut sebagai hasil transaksi atau pertukaran pada masa lalu dan
manfaat ekonomis masa mendatang bisa diukur, dikuantifikasikan dengan tingkat
ketepatan yang memadai.
Pertumbuhan adalah dampak atas arus dana perusahaan dari perubahan
operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan atau penurunan volume usaha
(Helfert, 1997). Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal
maupun eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi
perkembangan perusahaan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu
investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) dari investasi
yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik.
2.1.3. Kepemilikan Manajerial
Anderson & Reeb (2002) mengatakan bahwa perusahaan yang dikendalikan
oleh keluarga mempunyai struktur yang menyebabkan berkurangnya konflik agensi
antara pemegang saham dan kreditur, di mana kreditur menganggap kepemilikan
keluarga lebih melindungi kepentingan kreditur. Anderson & Reeb (2002)
menunjukkan bahwa pemegang saham minoritas justru diuntungkan dari adanya
kepemilikan keluarga. Hasil penelitian Arifin (2005) menunjukkan bahwa perusahaan
publik di Jakarta yang dikendalikan keluarga atau negara atau institusi keuangan
masalah agensinya lebih baik jika dibandingkan perusahaan yang dikontrol oleh
publik atau tanpa pengendali utama. Menurutnya, dalam perusahaan yang
dikendalikan keluarga, masalah agensinya lebih kecil karena berkurangnya konflik
antara principal dan agent. Jika kepemilikan keluarga lebih efisien, maka pada
perusahaan dengan kepemilikan keluarga yang tinggi pengelolaan laba yang
oportunis dapat dibatasi. Pengendalian yang lebih efisien dalam kepemilikan keluarga
tersebut besar kemungkinan tidak berlaku di perusahaan konglomerasi seperti yang
banyak terdapat di Jakarta. Untuk perusahaan konglomerasi, biasanya sebagian besar
kekayaan pemilik tidak berada di satu perusahaan, tetapi tersebar di berbagai
perusahaan. Jika hanya sedikit kekayaan pemilik yang berada di perusahaan yang go
public, maka walaupun perusahaan go public tersebut dikendalikan keluarga, tetapi
perusahaan yang go public tersebut hanya dijadikan sebagai sarana untuk
mengumpulkan dana dari masyarakat untuk digunakan oleh kelompok perusahaannya
di Jakarta.
2.1.4. Teori Agensi (Agency Theory)
Teori agensi (agency theory) berkaitan dengan hubungan principal dan agent
dengan adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan (Jensen and
Meckling, 1976), perbedaan antara penyetor modal (Smith and Warner, 1979),
pemisahan penanggung resiko, pembuatan keputusan dan pengendalian fungsi-fungsi
dalam perusahaan (Fama and Jensen, 1983). Adanya pemisahan kepemilikan dan
pengendalian perusahaan ini akan menyebabkan timbulnya asymmetry information.
Menurut Scott (2000) ada dua jenis asymmetric information, yaitu: adverse selection
dan moral hazard.
Adverse selection adalah suatu tipe informasi asimetri (asymmetric
information) di mana satu orang atau lebih pelaku-pelaku transaksi bisnis atau
transaksi-transaksi yang potensial mempunyai informasi lebih atas yang lain (Scott,
2000). Ketimpangan pengetahuan informasi perusahaan ini dapat menimbulkan
masalah dalam transaksi pasar modal karena investor tidak mempunyai informasi
yang cukup dalam pengambilan keputusan investasinya. Sedangkan moral hazard
adalah suatu tipe informasi asimetri (asymmetric information) di mana satu orang
atau lebih pelaku-pelaku bisnis atau transaksi-transaksi potensial yang dapat
mengamati kegiatan-kegiatan mereka secara penuh dibandingkan dengan pihak lain
(investor) mendelegasikan tugas dan kewenangannya kepada manajer tetapi investor
tidak dapat sepenuhnya memantau manajer dalam melaksanakan pendelegasian
tersebut.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Bukti penelitian empiris yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti tentang
pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap struktur
modal. Shin Driffield, et.al (2007) melakukan penelitian dengan judul How Does
Ownership structure affect capital structure and firm value. Periode sampel
penelitian dimulai tahun 1994 sampai dengan tahun 1998. Variabel dependennya
adalah leverage yang diukur dengan debt to asset ratio (DAR) dan nilai perusahaan
diukur dengan menggunakan rasio Tobins’Q, sedangkan variabel independennya
adalah struktur kepemilikan. Dalam penelitiannya menggunakan variabel kontrol
yang berfungsi untuk mengontrol hubungan antara variabel dependen terhadap
variabel independen, variabel kontrol tersebut terdiri dari ukuran perusahaan (log
total asset), umur perusahaan, investasi dan kesempatan pertumbuhan (meliputi
pertumbuhan penjualan berdasarkan tahun sebelumnya dan modal yang dikeluarkan
untuk saham sebagai investasi perusahaan) dalam melakukan penilaian perusahaan,
diversifikasi sebagai pengklasifikasian perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa
adanya pengaruh yang signifikan untuk struktur kepemilikan terhadap leverage
(DAR) dan nilai perusahaan (Tobin’Q) di Indonesia, Korea, Malaysia dan tidak
Sriwardany (2006) meneliti dengan judul pengaruh pertumbuhan perusahaan
terhadap kebijakan struktur modal dan dampaknya terhadap perubahan harga saham
pada perusahaan manufaktur Tbk. Perusahaan yang menjadi sampel dalam
penelitiannya adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari
tahun 2000 sampai dengan tahun 2004, sifat dari penelitiannya adalah sensus (semua
populasi dijadikan sampel, yaitu sejumlah 156 perusahaan. Variabel dependennya
adalah perubahan harga saham, variabel independennya adalah pertumbuhan
perusahaan yang diukur dengan menggunakan Tobins’Q, variabel interveningnya
adalah kebijaksanaan struktur modal yang diukur dengan menggunakan debt to asset
ratio (DAR). Hasilnya menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan mempunyai
pengaruh yang positif terhadap perubahan harga saham. Informasi tentang adanya
pertumbuhan perusahaan akan direspon positif oleh investor, sehingga akan
meningkatkan harga saham. Pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh yang
negatif terhadap kebijaksanaan struktur modal, yang memberi arti bahwa jika
perusahaan akan melakukan pertumbuhan maka manajer akan menetapkan struktur
modal yang lebih banyak menggunakan ekuitas dari pada hutang. Struktur modal
mempunyai pengaruh negatif terhadap harga perubahan harga saham, yang memberi
arti bahwa jika kebijaksanaan struktur modal perusahaan lebih banyak menggunakan
hutang maka akan terjadi penurunan harga saham. Pertumbuhan perusahaan
Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Tahun
Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan antara
konsep-konsep khusus yang akan diteliti.
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijaksanaan Struktur Modal pada Perusahaan Jasa Tbk di Bursa Efek Jakarta
Pertumbuhan (Growth) adalah seberapa jauh perusahaan menempatkan diri
dalam sistem ekonomi secara keseluruhan atau sistem ekonomi untuk industri yang
sama (Machfoedz, 1996: 108).
Dunia usaha mengalami kemunduran yang diakibatkan oleh banyaknya
lembaga-lembaga keuangan yang mengalami kesulitan keuangan sebagai akibat dari
adanya kemacetan kredit pada dunia usaha tanpa memperhitungkan batas maksimum
pemberian kredit di masa lalu oleh perbankan dan masalah kelayakan kredit yang
Kebijaksanaan Struktur Modal (Y): DER
Kepemilikan Manajerial (X2):
Jlh shm milik manajer/jlh shm Pertumbuhan Perusahaan (X1):
Tobins’Q
disetujui. Upaya mengantisipasi kondisi tersebut, maka manajer keuangan perusahaan
harus berhati-hati dalam menetapkan struktur modal perusahaan.
Selanjutnya Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa konflik keagenan
disebabkan adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam perusahaan.
Dinyatakan bahwa semakin terkonsentrasi kepemilikan perusahaan pada satu orang
maka kendali akan menjadi semakin kuat dan cenderung menekan konflik keagenan.
Kepemilikan manajerial merupakan isu penting dalam teori keagenan sejak
dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa semakin
besar proporsi kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan maka manajemen
akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga
adalah dirinya sendiri. Murphy (1985), Jensen dan Murphy (1990), serta Smith dan
Watts (1992) menyatakan kepemilikan manajerial merupakan program kebijakan
remunerasi guna mengurangi masalah keagenan.
Mereka menjelaskan bahwa kompensasi tetap berupa gaji, tunjangan, dan
bonus terbukti dapat digunakan sebagai sarana untuk menyamakan kepentingan
manajemen dengan pemegang saham.
Trade-off theory menjelaskan bahwa jika posisi struktur modal berada
di bawah titik optimal maka setiap penambahan hutang akan meningkatkan nilai
perusahaan. Sebaliknya, setiap jika posisi struktur modal berada di atas titik optimal
Dari uraian di atas, maka dalam penelitian ini dengan berasumsi sederhana
bahwa adanya hubungan antara dan pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan
manajerial terhadap struktur modal perusahaan.
3.2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini
adalah “Pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menguji hipotesis, maka desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kausal. Desain kausal
berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel
lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2000).
4.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) di Jakarta.
Sedangkan waktu penelitian dalam penelitian ini periode tahun 2005-2007.
4.3. Populasi dan Sampel
Penentuan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Jasa
terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang terdiri dari perusahaan: Securities, Insurance,
Banking, Transportation Services, Telecommunication, Insurance, credit Agencies
Other than Bank, hotel, Holding and other Investment Companies, Constructions,
Others. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Jakartan Capital Market
Directory, jumlah perusahaan jasa yang terdaftar dari tahun 2005 sampai tahun 2007
adalah 143 perusahaan. Penentuan sampel dalam penelitian ini berdasarkan pada
kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah
sebagai berikut:
Perusahaan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 102 perusahaan.
Penentuan sampel dalam penelitian ini berdasarkan pada metode purposive sampling,
di mana sampel perusahaan dipilih berdasarkan pada kriteria tertentu. Adapun kriteria
yang digunakan untuk memilih sampel adalah perusahaan jasa sebagai berikut:
1. Perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sesuai dengan
pengklasifikasian Jakarta Capital Market Directory. Perusahaannya sejumlah
143 perusahaan yang dapat dilihat dalam lampiran.
2. Menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2005-2007 secara berturut-turut.
3. Memiliki nilai ekuitas positif dalam laporan keuangan periode penelitian dari
tahun 2005-2007.
4. Memiliki nilai data closing price dalam laporan keuangan periode penelitian dari
tahun 2005-2007.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Data tersebut diperoleh dengan cara studi
dokumentasi yang berasal dari Jakartan Capital Market Directory (ICMD), dari
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
4.5.1. Pertumbuhan Perusahaan (X1)
Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk
meningkatkan size, yang dapat diproksikan dengan adanya peningkatan aktiva
ekuitas, laba dan penjualan serta nilai Tobins’Q. Perusahaan dikatakan tumbuh jika
nilai Tobins’Q lebih besar atau sama dengan 1, dan dikatakan tidak tumbuh jika
mempunyai nilai lebih kecil dari 1.
Tobins’Q dapat dihitung dengan humus:
`
Keterangan:
Total debt = Total hutang perusahaan per 31 Desember
Outstanding share = Jumlah saham yang beredar per 31 Desember
Closing price = Harga penutupan saham per 31 Desember
Book Value of Asset = Asset dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan kontra
asset lainnya
Parameter dalam variabel pertumbuhan perusahaan ini adalah skala rasio.
4.5.2. Kepemilikan Manajerial (X2)
Proksi dari kepemilikan manajer diukur dari persentase jumlah lembar saham
yang dimiliki oleh manajer pada akhir tahun, berbanding jumlah lembar saham.
Total debt + (Outstanding Share x Closing Price)
Keterangan:
Kepemilikan Manajerial = Jumlah saham yang dimiliki oleh board of
commissioners dan board of directors
Jumlah saham yang dimiliki manajer pada akhir tahun = Jumlah saham yang
dimiliki manajer pada akhir tahun
Jumlah saham perusahaan = Jumlah saham yang beredar (Outstanding share)
Parameter dalam variabel kepemilikan manajerial ini adalah skala rasio.
4.5.3. Kebijaksanaan Struktur Modal (Y)
Struktur modal merupakan perbandingan total hutang yang dimiliki
perusahaan terhadap total ekuitas perusahaan. Struktur Modal diukur dengan Debt to
Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio adalah suatu upaya untuk memperlihatkan,
dalam format lain, proporsi relatif dari klaim pemberi pinjaman terhadap hak
kepemilikan, dan digunakan sebagai ukuran peranan hutang (Helfert, 1997).
Jumlah saham yang dimiliki manajer pada akhir tahun
Kepemilikan Manajerial = --- X 100% Jumlah saham perusahaan
Total debt
Keterangan : DER = Total hutang dibandingkan dengan total ekuitas
Total debt = Total hutang baik jangka pendek maupun jangka
Panjang
Total Equity = Total ekuitas perusahaan
Parameter dalam variabel kebijaksanaan struktur modal ini adalah skala rasio.
Tabel 4.1. Definisi Operasional Variabel
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan
model regresi. Untuk dapat melakukan analisis dengan model regresi, data harus good
and fit. Penilaian good and fit dianalisis dengan uji kualitas data. Adapun uji kualitas
4.6.1. Statistik Deskriptif
Statistik ini digunakan untuk memberikan gambaran profil data sampel.
Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari rata-rata, deviasi
standar, minimum, dan maksimum.
4.6.2. Pengujian Asumsi Klasik
Dalam suatu penelitian, kemungkinan munculnya masalah dalam analisis
regresi cukup sering dalam mencocokkan model prediksi kedalam sebuah model yang
telah dimasukkan ke dalam serangkaian data. Masalah ini sering disebut dengan
pengujian normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas.
4.6.2.1. Uji normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah model regresi dalam
penelitian, antara variabel dependen dengan variabel independen keduanya memiliki
distribusi normal atau tidak. Untuk dapat dianalisis data harus berdistribusi normal
atau mendekati normal. Cara mendeteksi normalitas adalah dengan pengamatan
melalui nilai residual. Cara lain adalah dengan melihat distribusi dari
variabel-variabel yang akan diteliti. Jika variabel-variabel tidak berdistribusi secara normal (menceng
kekiri atau menceng kekanan) maka hasil uji statistik akan terdegradasi. Normalitas
suatu variabel umumnya dideteksi dengan grafik atau uji statistik sedangkan
normalitas nilai residual dideteksi dengan metode grafik. Secara statistik ada dua
komponen normalitas yaitu skewness dan kurtosis. Skewness berhubungan dengan
simetris distribusi. Skewed variabel (variabel menceng) adalah variabel yang nilai
puncak dari suatu distribusi. Jika variabel terdistribusi secara normal maka nilai
skewness dan kurtosis sama dengan nol (Ghozali, 2001).
Normalitas variabel dideteksi juga dengan menggunakan uji statistik
Kolmogorov-Smirnov dengan cara melihat nilai probabilitas signifikan yang bernilai
di atas nilai 0.05 maka data berdistribusi normal dan selain itu juga dengan metode
grafik histogram data. Jika data tidak berdistribusi normal, maka dapat dilakukan
transformasi agar menjadi normal. Untuk menormalkan data harus diketahui terlebih
dahulu bagaimana bentuk grafik histogram dari data yang ada apakah moderate
positive skewness, subtansial positive skewness, severe positive skewness dengan
bentuk L dan sebagainya. Dengan mengetahui bentuk grafik histogram data, maka
dapat ditentukan bentuk transformasinya. Berikut ini bentuk transformasi yang dapat
dilakukan sesuai dengan grafik histogram.
Tabel 4.2. Bentuk Transformasi Data
Bentuk Grafik Histogram Bentuk Transformasi
Moderate Positive Skewness SQRT (x) atau akar kuadrat
Subtansial Positive Skewness LG10 (x) atau logaritma 10
atau LN
Severe Positive Skewness dengan bentuk L 1/x atau inverse
Moderate Negative Skewness SQRT (k-x)
Subtansial Negative Skewness LG10 (k-x)
Severe Negative Skewness dengan bentuk L 1/(k-x)
Di mana k adalah konstanta yang berasal dari setiap skor dikurangkan
sehingga skor terkecil adalah 1 (Ghozali, 2001). Setelah dilakukan transformasi data
maka, normalitas data dilihat kembali dengan menggunakan uji statistik
Kolmogorov-Smirnov dan dilanjutkan dengan melihat metode grafik histogram data. Normalitas
nilai residual dilihat dengan menggunakan metode grafik normalitas P-P Plot dengan
aturan melihat sebaran data yang mengikuti garis diagonal maka data berdistribusi
normal atau mendekati distribusi normal.
4.6.2.2.Uji multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan fenomena situasi di mana ada korelasi antara
variabel independen satu dengan yang lainnya. Konsekuensi praktis yang timbul
sebagai akibat adanya multikolinearitas ini adalah kesalahan standar penaksir
semakin besar dan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah semakin besar
sehingga mengakibatkan diperolehnya kesimpulan yang salah. Dalam asumsi klasik
OLS (ordinary least square) diterangkan bahwa tidak ada multikolinearitas yang
sempurna antarvariabel independen. Jika terdapat nilai korelasi di antara variabel
independen adalah satu maka koefisiennya: (a) Koefisien untuk nilai-nilai regresi
tidak dapat diperkirakan (b) Nilai standard error dari setiap koefisien regresi menjadi
nilai yang tak terhingga (Arief, 2006: 23).
Cara mendeteksi adanya gejala multikolinearitas adalah dengan menggunakan
metode Varian Inflation Factor (VIF). Adapun kriteria yang digunakan dalam
pengujian metode VIF ini adalah jika VIFj > 10 terjadi multikolinearitas yang tinggi
Cara mengatasi multikolinearitas adalah: (a) Transformasi variabel. Jika
terlihat pada model awal dengan adanya gejala multikolinieritas maka dapat
dilakukan transformasi variabel yang bersangkutan ke dalam bentuk logaritma natural
atau bentuk-bentuk transformasi lainnya, sehingga nilai t hitung yang dihasilkan
secara individu variabel independen dapat secara signifikan mempengaruhi variabel
terkait, (b) Meningkatkan jumlah data sampel. Dengan adanya peningkatan jumlah
data sampel diharapkan mampu menurunkan standard error di setiap variabel
independen dan akan diperoleh model yang benar-benar bisa menaksir koefisien
regresi secara tepat (Arief, 2006).
4.6.2.3. Uji autokorelasi
Pada asumsi OLS didapati kesepakatan bahwa persamaan regresi yang
terbentuk tidak boleh ada autokorelasi. Uji autokorelasi merupakan korelasi antara
anggota dalam runtut waktu (time series) atau antara space data cross section
(Hakim, 2004).
Cara mendeteksi adanya gejala autokorelasi adalah dengan melihat nilai
Durbin-Watson. Asumsi penggunaan analisis DW ini jika digunakan untuk
autokorelasi tingkat pertama dan model regresi yang ada mempunyai intercept
(constant) serta tidak terdapat variabel lagi. Penggambilan keputusan bila
menggunakan uji DW adalah sebagai berikut:
a. Nilai DW terletak di antara du dan 4-du maka autokorelasi sama dengan nol, dan
b. Nilai DW terletak di bawah lower boud (dl), maka akan mempunyai koefisien
korelasi lebih besar dari nol dan memiliki autokorelasi positif.
c. Nilai DW > (4-dl), maka koefisien korelasi kurang dari nol, sehingga memiliki
autokorelasi negatif.
d. Nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau terletak
antara (4-du) dan (4-dl) sehingga hasilnya tak dapat disimpulkan.
Cara untuk mengatasi autokorelasi adalah banyak cara salah satunya adalah
dengan menggunakan metode Hidrent-Lu, yaitu jika menemukan autokorelasi yang
positif atau negatif dari model yang ditelitinya maka dapat menggunakan ñ dimulai
dari -0.9, -0.8,…, 0.8, 0.9. Untuk setiap nilai ñ yang di coba, dilakukan proses
transformasi yang diikuti dengan perhitungan regresi yang bersangkutan. Dari setiap
hasil regresi kemudian diperoleh dan yang terbaik adalah melihat jumlah kuadrat
yang terkecil (sum of square residuals) dari model regresinya (Arief, 2006).
4.6.2.4.Uji heterokedastisitas
Langkah ini bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi yang kita
miliki mengandung perbedaan variansi residu dari kasus pengamatan satu kasus ke
kasus pengamatan yang lainnya. Jika variansi residu dari kasus pengamatan satu ke
kasus pengamatan yang lainnya mempunyai nilai tetap maka disebut
homokedastisitas dan jika mempunyai perbedaan maka disebut heterokedastisitas.
Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki homoskedastisitas dan
Cara untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas adalah dengan melihat
grafik plot antara nilai residu variabel dependen (SRESID) dengan nilai prediksi
(ZPRED) (Santoso, 2006). Dasar analisisnya: (a) Jika ada pola tertentu, seperti
titik-titik yang membentuk pola yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengidentifikasikan telah terjadi heterokedastisitas. (b) Jika tidak
ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka pada sumbu
Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
Cara untuk mengatasi masalah heterokedastisitas adalah: (a) Melakukan
transformasi dalam bentuk membagikan model regresi asal dengan salah satu variabel
independen yang digunakan dalam model ini. (b) Melakukan transformasi log (Arief,
2006).
4.6.3. Pengujian Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini akan menguji apakah pertumbuhan perusahaan
dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijaksanaan struktur modal.
Teknik statistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis ini dengan
menggunakan model regresi berganda, menguji pengaruh secara bersama-sama antara
variabel independen (pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial) terhadap
satu variabel dependen (kebijaksanaan struktur modal). Adapun persamaan regresi
yang digunakan adalah sebagai berikut:
Di mana:
:
Y Kebijaksanaan Struktur Modal
:
a Konstanta
:
1
b Koefisien Regresi Kebijaksanaan Struktur Modal
:
2
b Koefisien Regresi Kepemilikan Manajerial
:
Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk
meningkatkan size, yang dapat diproksikan dengan adanya peningkatan aktiva
ekuitas, laba dan penjualan serta nilai Tobins’Q. Perusahaan dikatakan tumbuh jika
nilai Tobins’Q lebih besar atau sama dengan 1, dan dikatakan tidak tumbuh jika
mempunyai nilai lebih kecil dari 1. Nilai koefisien kepemilikan manajerial yang
diukur dengan jumlah lembar saham yang dimiliki oleh manajer pada akhir tahun,
dibagi jumlah lembar saham perusahaan. Bila signifikan, menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial terhadap kebijaksanaan struktur
modal.
Pengujian hipotesis pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial
secara bersama-sama berpengaruh terhadap kebijaksanaan struktur modal, dapat
dilakukan dengan teknik regresi linier berganda. Adapun langkah-langkah yang
1. Membuat Formulasi Hipotesis:
H1 : b1, b2 ≠ 0 pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial secara
bersama-sama berpengaruh terhadap kebijaksanaan struktur modal
2. Menentukan Tingkat Signifikansi
Untuk memperoleh nilai signifikansi, menggunakan taraf nyata (á) 5%.
3. Dasar Pengambilan Keputusan
a. ñ-value < 0.05, maka H1 berpengaruh
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Data Penelitian
Berdasarkan hasil pengolahan data yang terdapat pada Lampiran 2 (dua)
di mana hasil uji regresi berganda dengan menyisihkan data yang tidak lengkap
menunjukkan model regresi yang tidak linier dan tidak melewati uji asumsi klasik
(Lampiran 2). Selanjutnya untuk mendapatkan model yang layak (blues unbiased
linier) setelah melalui uji asumsi klasik dilanjutkan dengan melakukan transformasi
logaritma natural baik terhadap variabel dependen dan variabel independen.
Berdasarkan model yang sudah dilogaritma maka diperoleh model yang akan dibahas
lebih lanjut yang terdapat pada Lampiran 2 merupakan model yang telah melewati uji
asumsi klasik.
Statistik deskriptif untuk setiap variabel bebas yang dianalisis disajikan pada
Tabel 5.1. Variabel bebas yang digunakan dalam analisis ini sebanyak 2 (dua)
variabel, yaitu Pertumbuhan Perusahaan (X1), Kepemilikan Manajerial (X2) dan
Tabel 5.1. Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SM_Y 306 .003 54.70 3.7463 5.47596
PP_X1 306 .10 17.40 1.2699 1.18256
KM_X2 165 .02 53.15 4.2838 9.68048
Valid N (listwise) 165
Sumber: Hasil Output SPSS (Lampiran 2)
Dari sampel yang diperoleh diketahui bahwa secara umum rata-rata tingkat
kebijaksanaan struktur modal (Y) tahun 2005-2007 adalah sebesar 3.75%, tertinggi
sebesar 54,70% dan yang terendah 0.003%. Tingkat penyimpangan standar (standard
deviation) dari rata-rata sebesar 5.48%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
perusahaan cenderung menjalankan usahanya lebih banyak menggunakan ekuitas dari
pada hutang. Rata-rata pertumbuhan perusahaan (X1) yang diukur dengan Tobin’Q
dalam kurun waktu 2005-2007 sebesar 1.26%, tertinggi sebesar 17.40%dan terendah
sebesar 0.10% dengan standard deviasi dari rata-rata sebesar 1.18. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan Jasa yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
mengalami pertumbuhan di mana nilai rata-rata tobins’Q nya besar dari satu.
Rata-rata kepemilikan manajerial (X2) selama tahun 2005-2007 sebanyak 4.28 persen,
tertinggi sebanyak 53.150 persen dan terendah sebanyak 0.02 persen. Dengan standar
deviasi dari rata-rata sebanyak 9.680 persen. Hal ini menunjukkan masih rendahnya
5.1.2. Uji Asumsi Klasik
Menurut Ghozali (2005) untuk menghasilkan suatu analisis data yang akurat,
suatu persamaan regresi sebaiknya terbebas dari asumsi-asumsi klasik yang harus
dipenuhi antara lain uji, normalitas, multikolinearitas, autokorelasi dan
heteroskedastisitas.
5.1.2.1. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji
Normalitas bertujuan untuk melihat apakah model regresi, variabel pengganggu atau
residual berdistribusi normal. Untuk itu dilakukan uji one sample Kolmogorov
Smirnov Test. Adapun hasil pengujian terdapat pada Tabel 5.2 berikut:
Tabel 5.2. Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test
Dari hasil pengujian terlihat pada Tabel 5.2 tersebut terlihat besarnya nilai
Kolmogorov-Smirnov adalah 1.668 dan signifikan pada 0.068. Hal ini berarti H0
ditolak yang berarti data residual berdistribusi normal.
Selain itu dapat diuji dengan melihat Gambar Normal PP Plot sebagai berikut:
Gambar 5.1. Normalitas Data dengan PP Plot
Berdasarkan Gambar 5.1 tersebut titik-tik menyebar di sekitar garis diagonal
tidak membentuk pola acak yang bermakna residual memiliki varians yang
terdistribusi normal.
5.1.2.2. Uji multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan fenomena adanya korelasi yang sempurna antara
satu variabel bebas dengan variabel bebas lain. Jika terjadi multikolinearitas, akan
mengakibatkan timbulnya kesalahan standar penaksir dan probabilitas untuk
menerima hipotesis yang salah semakin besar. Menurut Ghozali (2005) salah satu
cara untuk mengetahui adanya multikolinearitas adalah dengan melakukan uji VIF
tidak kurang dari 1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas.
Berdasarkan hasil pengolahan SPSS atas data yang diperoleh, dapat dilihat pada
Tabel 5.3 berikut:
Tabel 5.3. Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity Statistics Model Tolerance VIF
Ln_PP_X1 .900 1.111
1
KM_X2 .900 1.111
a. Dependent Variable: SM_Y
Sumber: Hasil Output SPSS (Lampiran 2)
Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk masing-masing
variabel adalah <10 dan Tolerance tidak kurang dari 1. Hal ini membuktikan bahwa
model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat gejala
multikolinearitas (homoskedastisitas).
5.1.2.3. Uji autokorelasi
Gejala Autokorelasi diditeksi dengan menggunakan uji Durbin - Watson
(DW). Menurut Santoso (2005), untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka
dilakukan pengujian Durbin - Watson (DW). Nilai d tersebut selanjutnya
dibandingkan dengan nilai dtabel dengan tingkat signifikansi 5% dengan df = n-k-1.
Dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai DW sebesar 2.171, berarti data tidak terkena
Tabel 5.4. Nilai Durbin-Watson
Model R
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .295a .24974930 2.171
a. Predictors: (Constant), KM_X2, ln_PP_X1 b. Dependent Variable: SM_Y
Sumber: Hasil Output SPSS (Lampiran 2)
Berdasarkan Tabel 5.4 di atas, untuk mengetahui adanya autokorelasi
digunakan uji Durbin-Watson, dengan kriteria dari tabel Durbin-Watson terlihat Nilai
DW sebesar 2,171 di mana dari 306 observasi diperoleh tabel DW nilai DL = 1,748
dan DU=1,789 dan nilai 4-dL dan 4-dU (2,252 dan 2,211). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa nilai du < DW < 4-du atau 1,748 <2,171 < 2.211) yang artinya
tidak terjadi autokorelasi karena nilainya berada dikisaran interval 1,748 dan 2,211.
Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin-Watson (D-W)
sebesar 2.171, maka disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi baik positif
maupun negatif.
5.1.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dari model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadinya
heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
residualnya. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Berdasarkan hasil pengolahan data, uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini
ditunjukkan pada Gambar 5.2:
Sumber: Hasil Output SPSS (Lampiran 2)
Gambar 5.2. Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar di atas tidak terlihat ada pola tertentu, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Selain itu untuk melihat apakah dari model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain dapat
Tabel 5.5. Uji Heteroskedastisitas (Uji Glesjer) (1)
0,179). Dengan demikian tidak terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain atau dengan kata lain tidak terjadi gejala
Heteroskedastisitas (varians dari residual Homoskedastisitas).
5.2. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh pertumbuhan
perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap kebijaksanaan struktur modal pada