• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijaksanaan Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijaksanaan Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN

KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP

KEBIJAKSANAAN STRUKTUR MODAL

PADA PERUSAHAAN JASA YANG

TERDAFTAR DI BURSA

EFEK JAKARTA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

A S R I Y A T I

087017004/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN

KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP

KEBIJAKSANAAN STRUKTUR MODAL PADA

PERUSAHAAN JASA YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK JAKARTA

Nama Mahasiswa : Asriyati

Nomor Pokok : 087017004

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 23 Juni 2010

---

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak

Anggota : 1. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak

2. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak

3. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak

4. Drs. Idhar Yahya, M.Si, Ak

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul:

PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN KEPEMILIKAN

MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKSANAAN STRUKTUR MODAL

PADA PERUSAHAAN JASA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

JAKARTA”

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan

secara benar dan jelas.

Medan, 23 Juni 2010

A S R I Y A T I

(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap struktur modal. Variabel dependen yang digunakan adalah pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial sedangkan variabel independennya adalah struktur modal.

Penelitian ini dilakukan atas 102 perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama periode 3 tahun dari tahun 2005-2007. Dengan menggunakan metode analisis regresi berganda, dan dengan melakukan pengujian asumsi klasik yaitu normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap struktur modal.

(7)

ABSTRACT

The objective of this research is to examine the effect of firm growth and managerial ownership toward capital structure. Firm growth and managerial ownership as the independent variable and capital structure as the dependent variable.

This research observes 102 services companies which had been listed in the Jakarta Stock Exchange in three years from 2005 until 2007. Using multiple regression method, and use normality test, multikolinearity, heteroscedastisity, and autocorelasi.

The result of this research, indicates that the firm growth on significant effect on the capital structure and managerial ownership is not significantly effect on the capital structure.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tiada habis-habisnya, penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada akhirnya penulis berhasil

menyelesaikan tesis ini, sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk

memperoleh gelar Magister Sains (MSi) pada Program Studi Akuntansi Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara. Shalawat dan salam kehadirat Rasulullah SAW sebagai

teladan terbaik, semoga tetap ada keistiqamahan dan kekuatan untuk selalu mampu

mengikuti seluruh risalahnya sampai akhir.

Penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak dalam

penyusunan tesis ini, oleh karena itu dengan sepenuh hati penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K)., selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B., MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, selaku Ketua Program Magister

Akuntansi Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai

Pembimbing Utama penulis dalam menyusun tesis ini.

4. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

membantu dalam mengarahkan, membimbing dan memberikan saran kepada

(9)

5. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah

banyak meluangkan waktu untuk mengarahkan, membimbing, dan memberikan

saran-saran kepada penulis dalam menyusun tesis ini.

6. Drs. Idhar Yahya, M.Si. Ak, selaku dosen pembanding yang telah banyak

memberikan saran-saran kepada penulis di dalam menyusun tesis ini.

7. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah

banyak memberikan saran-saran kepada penulis di dalam menyusun tesis ini.

8. Ir. Zulkifli Lubis, M.I. Komp., selaku Direktur Politeknik Negeri Medan, yang

telah banyak memberikan bantuan selama perkuliahan kepada penulis.

9. Seluruh teman-teman seangkatan di Sekolah Pascasarjana yang telah memberikan

dukungan, terutama saudara Parenta Ritonga dan Sihar Simamora.

10.Ayahanda (Alm. Djamaan Sutan Mangkuto), Ibunda (Hj. Asnah) Abang Amran

Harun, dan Anak-anakku Amy, Annisa dan Atikah.

11.Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, selaku Dosen dan juga sebagai adik yang selalu

membantu kakak untuk mengatasi masalah dalam menghadapi pelajaran.

12.Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Sekolah Pascasarjana ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak keterbatasan yang dimiliki oleh

penulis dalam menyelesaikan tesis ini, sehingga sangat diperlukan masukan-masukan

(10)

Namun demikian besar harapan penulis, tesis yang telah diselesaikan ini

dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 25 Juni 2010

(11)

RIWAYAT HIDUP

1. N a m a : A s r i y a t i

2. Tempat/Tanggal lahir : Padang/16 Pebruari 1960

3. Pekerjaan : Dosen

4. Agama : Islam

5. Orang tua

a. Ayah : Djamaan Sutan Mangkuto (Alm)

b. Ibu : H. Asnah

6. Suami : Amran Harun

7. Anak : 1. Amy Hanani Amran

2. Annisa Fatin Amran

3. Atikah Nuriza Amran

8. Alamat : Jalan Tanjung 6 No. 276 P. Helvetia Medan

9. Pendidikan

a. SD Negeri : No. 8 Padang

b. SMP Negeri : No. II Padang

c. SMA Negeri : No. I Binjai

d. Universitas/Fakultas : Ekonomi Universitas Sumatera Utara

(12)

DAFTAR ISI

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 17

(13)

4.6.1. Statistik Deskriptif ... 28

4.6.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 28

4.6.3. Pengujian Hipotesis... 33

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

5.1. Hasil Penelitian ... 36

5.1.1. Deskripsi Data Penelitian ... 36

5.1.2. Uji Asumsi Klasik ... 38

5.1.2.1. Uji Normalitas ... 38

5.1.2.2. Uji Multikolinearitas ... 39

5.1.2.3. Uji Autokorelasi ... 40

5.2.1.4. Uji Heteroskedastisitas ... 41

5.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 43

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 49

6.1. Kesimpulan ... 49

6.2. Keterbatasan... ... 50

6.3. Saran ………... 51

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Hubungan antara Pertumbuhan Perusahaan dan Struktur Modal

Sepuluh Perusahaan Jasa di BEJ... 6

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 19

4.1 Definisi Operasional Variabel……… 27

4.2 Bentuk Transformasi Data... 29

5.1 Deskriptif Statistik ………... 37

5.2 Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test………... 38

5.3 Uji Multikolinearitas……… 40

5.4 Nilai Durbin-Watson………. 41

5.5 Uji Heteroskedastisitas (Uji Glesjer) (1)………….……….. 43

5.6 Uji Glesjer (2)………. 43

5.7 Pengujian Goodness of Fit………. 44

5.8 Uji F ... 45

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan

dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijaksanaan Struktur Modal dan Perusahaan Jasa Tbk di Bursa Efek

Jakarta……… 20

5.1 Normalitas Data dengan PP Plot……… 39

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Tabulasi Data……… 55

2. Hasil Uji Regresi Berganda……… 58

3. Populasi... 63

4. Sampel... 67

(17)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap struktur modal. Variabel dependen yang digunakan adalah pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial sedangkan variabel independennya adalah struktur modal.

Penelitian ini dilakukan atas 102 perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama periode 3 tahun dari tahun 2005-2007. Dengan menggunakan metode analisis regresi berganda, dan dengan melakukan pengujian asumsi klasik yaitu normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap struktur modal.

(18)

ABSTRACT

The objective of this research is to examine the effect of firm growth and managerial ownership toward capital structure. Firm growth and managerial ownership as the independent variable and capital structure as the dependent variable.

This research observes 102 services companies which had been listed in the Jakarta Stock Exchange in three years from 2005 until 2007. Using multiple regression method, and use normality test, multikolinearity, heteroscedastisity, and autocorelasi.

The result of this research, indicates that the firm growth on significant effect on the capital structure and managerial ownership is not significantly effect on the capital structure.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Seiring dengan meningkatnya minat serta pengetahuan masyarakat di bidang

pasar modal, terutama bagi para investor yang berminat menginvestasikan modalnya,

struktur modal telah menjadi salah satu faktor pertimbangan yang cukup penting. Hal

ini terkait dengan resiko dan pendapatan yang akan diterima. Dalam melihat struktur

modal perusahaan, investor tidak dapat dipisahkan dari informasi perusahaan berupa

laporan keuangan yang dikeluarkan setiap tahunnya. Dalam laporan keuangan dapat

dilihat informasi tentang modal perusahaan. Dalam memenuhi kebutuhan modal

perusahaan, diperoleh dari modal sendiri dan modal asing. Perimbangan antara modal

asing dengan modal sendiri disebut sebagai struktur modal (Sutrisno, 2001).

Dunia usaha mengalami kemunduran yang diakibatkan oleh banyaknya

lembaga-lembaga keuangan yang mengalami kesulitan keuangan sebagai akibat dari

adanya kemacetan kredit pada dunia usaha tanpa memperhitungkan batas maksimum

pemberian kredit di masa lalu oleh perbankan dan masalah kelayakan kredit yang

disetujui. Upaya mengantisipasi kondisi tersebut, maka manajer keuangan perusahaan

harus berhati-hati dalam menetapkan struktur modal perusahaan, dengan adanya

perencanaan yang matang dalam menentukan struktur modal yang diharapkan

perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dan lebih unggul dalam menghadapi

(20)

Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur

modal terhadap nilai perusahaan. Teori ini menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan

perusahaan dalam menentukan bauran antara hutang dan ekuitas yang bertujuan

untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Setiap keputusan pendanaan mengharuskan

manajer keuangan untuk dapat mempertimbangkan manfaat dan biaya dari

sumber-sumber dana yang akan dipilih. Semua struktur modal adalah baik, akan tetapi kalau

dengan merubah struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan

diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang akan memaksimumkan

nilai perusahaan adalah struktur modal yang terbaik (Husnan, 2004).

Sumber pendanaan di dalam perusahaan dibagi kedalam dua kategori, yaitu

sumber pendanaan internal dan sumber pendanaan eksternal. Sumber pendanaan

internal dapat diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi aktiva tetap sedangkan

sumber pendanaan eksternal dapat diperoleh dari para kreditur yang disebut dengan

hutang. Kebijakan hutang tergantung dari pertumbuhan perusahaan yang juga terkait

dengan ukuran perusahaan. Perusahaan yang besar dan memiliki tingkat pertumbuhan

perusahaan yang baik relatif lebih mudah untuk mengakses ke pasar modal.

Kemudahan ini mengindikasikan bahwa perusahaan besar relatif mudah memenuhi

sumber dana dari hutang melalui pasar modal, perusahaan yang memiliki tingkat

pertumbuhan perusahaan yang baik menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

membayar bunga hutang jika menggunakan hutang untuk menjalankan operasional

(21)

Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah mengoptimalkan nilai

perusahaan dengan meminimumkan biaya modal perusahaan. Semakin tinggi nilai

perusahaan menggambarkan semakin sejahtera pemilik perusahaan. Penggunaan

kebijakan hutang bisa digunakan untuk menciptakan nilai perusahaan yang

diinginkan, namun kebijakan hutang juga tergantung dari pertumbuhan perusahaan

yang juga terkait dengan ukuran perusahaan. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang

besar dan memiliki tingkat pertumbuhan perusahaan yang baik relatif lebih mudah

untuk mengakses ke pasar modal. Kemudahan ini mengindikasikan bahwa

perusahaan besar relatif mudah memenuhi sumber dana dari hutang melalui pasar

modal. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan perusahaan yang baik

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga hutang jika

menggunakan hutang untuk menjalankan operasional perusahaan tersebut.

Nilai perusahaan tergantung pada peluang pertumbuhannya, yang pada

gilirannya tergantung pada kemampuan perusahaan untuk mendapatkan modal.

Perseroan dapat menarik modal lebih mudah dibandingkan bentuk perusahaan

lainnya, karena itu perseroan memiliki peluang pertumbuhan yang lebih baik. Setiap

investor, baik investor individu maupun investor institusi bertujuan untuk

memperoleh laba atau sering disebut dengan istilah return yang baik.

Return diperoleh investor dari dua sumber. Pertama yaitu dalam bentuk

dividen atau pendistribusian laba bersih emiten pada setiap lembar saham setelah

dikurangi dengan laba ditahan untuk kepentingan perusahaan di masa yang akan

(22)

semakin meningkat dari waktu ke waktu yang berupa capital gain yang diperoleh

investor atas kenaikan harga saham saat ini, dibandingkan dengan harga saham waktu

pembeliannya.

Pertumbuhan (Growth) adalah seberapa jauh perusahaan menempatkan diri

dalam sistem ekonomi secara keseluruhan atau sistem ekonomi untuk industri yang

sama (Machfoedz, 1996). Pada umumnya, perusahaan yang tumbuh dengan cepat

memperoleh hasil positif dalam artian pemantapan posisi di peta persaingan,

menikmati penghasilan yang meningkat secara signifikan dan diiringi oleh adanya

peningkatan pangsa pasar.

Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer

perusahaan dan pemegang saham. Penunjukkan manajer oleh pemegang saham untuk

mengelola perusahaan dalam kenyataannya seringkali menghadapi masalah

dikarenakan tujuan perusahaan berbenturan dengan tujuan pribadi manajer. Dengan

kewenangan yang dimiliki, manajer bisa bertindak dengan hanya menguntungkan

dirinya sendiri dan mengorbankan kepentingan para pemegang saham. Perusahaan

bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik (shareholder) melalui

keputusan atau kebijakan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan dividen yang

tercermin dalam harga saham di pasar modal, demikian jika dilihat berdasarkan sudut

pandang manajemen keuangan. Tujuan ini sering diterjemahkan sebagai suatu usaha

untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Dalam mencapai tujuan tersebut, banyak

shareholder yang menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada para profesional

(23)

yang diangkat oleh shareholder diharapkan akan bertindak atas nama shareholder

tersebut, yakni memaksimumkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran shareholder

akan dapat tercapai. Para manajer dalam menjalankan operasi perusahaan, seringkali

tindakannya bukan memaksimumkan kemakmuran shareholder, melainkan justru

tergoda untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri. Kondisi ini akan

mengakibatkan munculnya perbedaan kepentingan antara external shareholder

dengan manajer. Konflik yang disebabkan oleh pemisahan antara kepemilikan dan

fungsi pengelolaan dalam teori keuangan disebut konflik keagenan atau agency

conflict. Konflik keagenan yang terjadi dalam perusahaan pada hubungan antara:

(1) pemegang saham dan manajer, (2) manajer dan kreditor, (3) manajer, pemegang

saham dan kreditor (Brigham, Gapenski, 1999). Sedangkan biaya yang timbul atau

dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengatasi konflik keagenan disebut biaya

keagenan. Peningkatan kepemilikan manajerial dapat digunakan sebagai cara untuk

mengurangi konflik keagenan (Crutchley dan Hansen, 1989; Jensen, Solberg dan

Zorn, 1992). Perusahaan meningkatkan kepemilikan manajerial untuk mensejajarkan

kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan

keinginan pemegang saham. Dengan meningkatkan persentase kepemilikan, manajer

termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan

kemakmuran pemegang saham. Oleh karena itu, mengkaitkan antara pertumbuhan

perusahaan, kepemilikan manajerial dan kebijaksanaan struktur modal menjadi

(24)

Berikut ini adalah Tabe1 1.1 yang menjelaskan tentang sepuluh perusahaan

jasa yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang mencerminkan adanya hubungan

antara struktur modal dan pertumbuhan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan dilihat

dari adanya kenaikan jumlah aset dan untuk kebijaksanaan struktur modal dilihat dari

komposisi antara hutang dan ekuitas.

(25)

terjadi perubahan dari struktur capital yang dihitung dengan DER (debt to equity

ratio). DER tahun 2007 memang mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan

DER 2006, tetapi kenaikan aset lebih tinggi dibandingkan dari kenaikan DER. Hal ini

membuktikan bahwa pertumbuhan perusahaan telah merubah struktur capital.

Weston dan Brigham (1985) mengartikan bahwa struktur keuangan (financial

leverage) merupakan cara aktiva-aktiva perusahaan dibelanjai/dibiayai; hal ini

seluruhnya merupakan bagian kanan neraca, sedangkan struktur modal (capital

structure) merupakan pembiayaan pembelanjaan permanen perusahaan, yang

terutama berupa hutang jangka panjang, saham preferen/prioritas dan modal saham

biasa. Jadi struktur modal dalam suatu perusahaan adalah hanya sebagian dari

struktur keuangannya.

Penelitian tentang pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan

manajerial terhadap kebijaksanaan struktur modal telah banyak dilakukan.

Kurniawan (2004) menemukan bukti bahwa faktor internal berupa ukuran

perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva, kemampulabaan, dan struktur

kepemilikan perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap struktur modal.

Sriwardany (2006) menemukan bukti bahwa struktur modal mempunyai

pengaruh negatif terhadap perubahan harga saham, yang memberi arti bahwa jika

kebijaksanaan struktur modal perusahaan lebih banyak menggunakan hutang maka

akan terjadi penurunan harga saham, sedangkan pertumbuhan perusahaan mempunyai

(26)

Erlina (2006) menemukan bukti yang tidak konsisten antara masa sebelum

kritis, masa krisis dan masa setelah krisis. Pada masa sebelum krisis, pemilikan

manajer tidak berperanan sebagai variabel yang memperkuat hubungan antara

kesempatan tumbuh dengan kebijakan struktur modal. Akan tetapi pada krisis dan

setelah krisis, pemilikan manajer berperanan sebagai variabel yang memperkuat

hubungan tersebut.

Dari beberapa penelitian yang disebutkan semuanya berkisar pada perusahaan

manufaktur. Sebagaimana diketahui bahwa jenis perusahaan itu ada perusahaan jasa,

perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur. Khusus untuk perusahaan jasa pada

pasar modal sahamnya cukup banyak diperjualbelikan, bahkan ada yang dikenal

dengan saham blue chip (Blue-chip Stock) yaitu saham biasa dari suatu perusahaan

yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader (pemimpin) di industri sejenis, yang

memiliki pendapatan yang stabil dan konstan dalam membayar deviden. Saham ini

dikenal dengan saham LQ 45 (Benningthon & Brother, 2009) yang banyak diminati

oleh investor dan harganya cukup tinggi. Di samping itu perusahaan jasa memiliki

karakteristik yang berbeda sehingga bisa melahirkan perilaku keputusan yang

berbeda. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian

tentang “Pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap

kebijaksanaan struktur modal pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa efek

(27)

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Dari latar belakang di atas, yang menjadi masalah penelitian dalam hal ini

adalah apakah pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial secara simultan

dan parsial berpengaruh terhadap kebijaksanaan struktur modal?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap

kebijaksanaan struktur modal secara simultan dan parsial pada perusahaan jasa

di Bursa Efek Jakarta.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti diharapkan penelitian ini merupakan pelatihan intelektual yang

diharapkan dapat menambah pemahaman mengenai pengaruh pertumbuhan

perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap kebijaksanan struktur modal.

2. Bagi manajemen, penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi terutama

manajer keuangan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial yang dapat merubah

(28)

3. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pertimbangan

dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi pada perusahaan jasa

di Bursa Efek Jakarta.

4. Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini diharapkan akan melengkapi

temuan-temuan empiris yang telah ada di bidang akuntansi untuk kemajuan dan

pengembangan ilmiah di masa yang akan datang.

1.5. Originalitas

Penelitian ini merupakan reflikasi dari sebahagian penelitian Erlina (2006)

dengan judul disertasinya “Pengaruh Set Kesempatan Investasi terhadap Nilai

Perusahaan: Peran Kebijakan Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial”. Periode

penelitian tahun 1993-2003 pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Pada

penelitian ini peneliti menggunakan independen variabel adalah Pertumbuhan

Perusahaan dan kepemilikan manajerial sedang dependen variabel adalah struktur

modal. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Erlina adalah pada penelitian

Erlina kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating, sedangkan pada

penelitian ini kepemilikan manajerial sebagai variabel independen. Periode penelitian

dan jenis perusahaan yang diteliti serta alat ukur yang digunakan juga berbeda.

Penelitian ini periode penelitiannya tahun 2005-2007 pada perusahaan jasa yang

terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejumlah 143 perusahaan. Dewasa ini sebahagian

perusahaan jasa juga mempunyai perhitungan harga pokok penjualan (Cost of goods

(29)

Variabel dependen yaitu kebijaksanaan struktur modal. Proksi dari struktur

modal yaitu jumlah hutang atas jumlah ekuitas. Variabel independen adalah

pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan rasio Tobins’Q. Pemilikan manajerial

yang juga sebagai variabel independen diukur dari persentase jumlah saham yang

dimiliki oleh manajer pada akhir tahun, berbanding jumlah saham perusahaan (Erlina,

2006). Dengan argumentasi bahwa umumnya pertumbuhan perusahaan dan

kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap struktur modal maka peneliti tertarik

untuk menguji kembali. Untuk itu penulis mengambil judul penelitian “Pengaruh

pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap kebijaksanaan struktur

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Struktur modal adalah pembelanjaan permanen di dalam mencerminkan

perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal

tercermin pada hutang jangka panjang dan unsur-unsur modal sendiri, di mana kedua

golongan tersebut merupakan dana permanen atau dana jangka panjang. Dengan

demikian maka struktur modal hanya merupakan sebagian saja dari struktur financial.

Struktur financial mencerminkan perimbangan baik dalam artian absolut maupun

relatif antara keseluruhan modal asing (baik jangka pendek maupun jangka panjang)

dengan jumlah modal sendiri (Riyanto, 1999).

Struktur modal merupakan kombinasi hutang dan ekuitas dalam struktur

keuangan jangka panjang perusahaan. Tidak seperti debt ratio atau leverage ratio

yang hanya menggambarkan target komposisi hutang dan ekuitas dalam jangka

panjang pada suatu perusahaan (Arifin, 2005).

2.1.1. Teori Struktur Modal

Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur

modal terhadap nilai perusahaan, jika keputusan investasi dan kebijakan deviden

dipegang konstan. Dengan kata lain, jika perusahaan menggantikan sebagian modal

sendiri dengan hutang atau sebaliknya apakah harga saham akan berubah, apabila

(31)

seandainya perubahan struktur modal tidak merubah nilai perusahaan, berarti bahwa

tidak ada struktur modal yang terbaik. Semua struktur modal adalah baik, tetapi kalau

dengan merubah struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan

diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang akan memaksimumkan

nilai perusahaan adalah struktur modal yang terbaik (Husnan, 2004).

Struktur modal yang terbaik untuk tingkat pertumbuhan perusahaan yang

tinggi berbeda dengan tingkat pertumbuhan perusahaan yang rendah. Perusahaan

dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage,

sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi

biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen

perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah

sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena penggunaan

hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur.

2.1.2. Pertumbuhan Perusahaan

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya

dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya

agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan

manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang

rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena

penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara

teratur. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar kebutuhan dana

(32)

semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang

sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai deviden tetapi lebih baik

digunakan untuk ekspansi. Potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya

penelitian dan pengembangan. Semakin besar R&D cost-nya maka berarti ada

prospek perusahaan untuk tumbuh (Sartono, 2001).

Kallapur dan Trombley (1999) Realisasi pertumbuhan perusahaan diproksikan

dengan nilai pertumbuhan perusahaan yang meliputi pertumbuhan aktiva dan ekuitas.

Aktiva perusahaan menunjukkan keputusan penggunaan dana atau keputusan

investasi pada masa lalu. Aktiva didefinisikan sebagai sumber daya yang mempunyai

potensi memberikan manfaat ekonomis pada perusahaan di masa yang akan datang.

Sumber daya yang mampu menghasilkan aliran kas masuk (cash inflow) atau

mengurangi kemampuan kas keluar (cash outflow) bisa disebut sebagai aktiva.

Sumber daya tersebut akan diakui sebagai aktiva perusahaan memperoleh hak

penggunaan aktiva tersebut sebagai hasil transaksi atau pertukaran pada masa lalu dan

manfaat ekonomis masa mendatang bisa diukur, dikuantifikasikan dengan tingkat

ketepatan yang memadai.

Pertumbuhan adalah dampak atas arus dana perusahaan dari perubahan

operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan atau penurunan volume usaha

(Helfert, 1997). Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal

maupun eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi

perkembangan perusahaan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu

(33)

investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) dari investasi

yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik.

2.1.3. Kepemilikan Manajerial

Anderson & Reeb (2002) mengatakan bahwa perusahaan yang dikendalikan

oleh keluarga mempunyai struktur yang menyebabkan berkurangnya konflik agensi

antara pemegang saham dan kreditur, di mana kreditur menganggap kepemilikan

keluarga lebih melindungi kepentingan kreditur. Anderson & Reeb (2002)

menunjukkan bahwa pemegang saham minoritas justru diuntungkan dari adanya

kepemilikan keluarga. Hasil penelitian Arifin (2005) menunjukkan bahwa perusahaan

publik di Jakarta yang dikendalikan keluarga atau negara atau institusi keuangan

masalah agensinya lebih baik jika dibandingkan perusahaan yang dikontrol oleh

publik atau tanpa pengendali utama. Menurutnya, dalam perusahaan yang

dikendalikan keluarga, masalah agensinya lebih kecil karena berkurangnya konflik

antara principal dan agent. Jika kepemilikan keluarga lebih efisien, maka pada

perusahaan dengan kepemilikan keluarga yang tinggi pengelolaan laba yang

oportunis dapat dibatasi. Pengendalian yang lebih efisien dalam kepemilikan keluarga

tersebut besar kemungkinan tidak berlaku di perusahaan konglomerasi seperti yang

banyak terdapat di Jakarta. Untuk perusahaan konglomerasi, biasanya sebagian besar

kekayaan pemilik tidak berada di satu perusahaan, tetapi tersebar di berbagai

perusahaan. Jika hanya sedikit kekayaan pemilik yang berada di perusahaan yang go

public, maka walaupun perusahaan go public tersebut dikendalikan keluarga, tetapi

(34)

perusahaan yang go public tersebut hanya dijadikan sebagai sarana untuk

mengumpulkan dana dari masyarakat untuk digunakan oleh kelompok perusahaannya

di Jakarta.

2.1.4. Teori Agensi (Agency Theory)

Teori agensi (agency theory) berkaitan dengan hubungan principal dan agent

dengan adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan (Jensen and

Meckling, 1976), perbedaan antara penyetor modal (Smith and Warner, 1979),

pemisahan penanggung resiko, pembuatan keputusan dan pengendalian fungsi-fungsi

dalam perusahaan (Fama and Jensen, 1983). Adanya pemisahan kepemilikan dan

pengendalian perusahaan ini akan menyebabkan timbulnya asymmetry information.

Menurut Scott (2000) ada dua jenis asymmetric information, yaitu: adverse selection

dan moral hazard.

Adverse selection adalah suatu tipe informasi asimetri (asymmetric

information) di mana satu orang atau lebih pelaku-pelaku transaksi bisnis atau

transaksi-transaksi yang potensial mempunyai informasi lebih atas yang lain (Scott,

2000). Ketimpangan pengetahuan informasi perusahaan ini dapat menimbulkan

masalah dalam transaksi pasar modal karena investor tidak mempunyai informasi

yang cukup dalam pengambilan keputusan investasinya. Sedangkan moral hazard

adalah suatu tipe informasi asimetri (asymmetric information) di mana satu orang

atau lebih pelaku-pelaku bisnis atau transaksi-transaksi potensial yang dapat

mengamati kegiatan-kegiatan mereka secara penuh dibandingkan dengan pihak lain

(35)

(investor) mendelegasikan tugas dan kewenangannya kepada manajer tetapi investor

tidak dapat sepenuhnya memantau manajer dalam melaksanakan pendelegasian

tersebut.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Bukti penelitian empiris yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti tentang

pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap struktur

modal. Shin Driffield, et.al (2007) melakukan penelitian dengan judul How Does

Ownership structure affect capital structure and firm value. Periode sampel

penelitian dimulai tahun 1994 sampai dengan tahun 1998. Variabel dependennya

adalah leverage yang diukur dengan debt to asset ratio (DAR) dan nilai perusahaan

diukur dengan menggunakan rasio Tobins’Q, sedangkan variabel independennya

adalah struktur kepemilikan. Dalam penelitiannya menggunakan variabel kontrol

yang berfungsi untuk mengontrol hubungan antara variabel dependen terhadap

variabel independen, variabel kontrol tersebut terdiri dari ukuran perusahaan (log

total asset), umur perusahaan, investasi dan kesempatan pertumbuhan (meliputi

pertumbuhan penjualan berdasarkan tahun sebelumnya dan modal yang dikeluarkan

untuk saham sebagai investasi perusahaan) dalam melakukan penilaian perusahaan,

diversifikasi sebagai pengklasifikasian perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa

adanya pengaruh yang signifikan untuk struktur kepemilikan terhadap leverage

(DAR) dan nilai perusahaan (Tobin’Q) di Indonesia, Korea, Malaysia dan tidak

(36)

Sriwardany (2006) meneliti dengan judul pengaruh pertumbuhan perusahaan

terhadap kebijakan struktur modal dan dampaknya terhadap perubahan harga saham

pada perusahaan manufaktur Tbk. Perusahaan yang menjadi sampel dalam

penelitiannya adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari

tahun 2000 sampai dengan tahun 2004, sifat dari penelitiannya adalah sensus (semua

populasi dijadikan sampel, yaitu sejumlah 156 perusahaan. Variabel dependennya

adalah perubahan harga saham, variabel independennya adalah pertumbuhan

perusahaan yang diukur dengan menggunakan Tobins’Q, variabel interveningnya

adalah kebijaksanaan struktur modal yang diukur dengan menggunakan debt to asset

ratio (DAR). Hasilnya menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan mempunyai

pengaruh yang positif terhadap perubahan harga saham. Informasi tentang adanya

pertumbuhan perusahaan akan direspon positif oleh investor, sehingga akan

meningkatkan harga saham. Pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh yang

negatif terhadap kebijaksanaan struktur modal, yang memberi arti bahwa jika

perusahaan akan melakukan pertumbuhan maka manajer akan menetapkan struktur

modal yang lebih banyak menggunakan ekuitas dari pada hutang. Struktur modal

mempunyai pengaruh negatif terhadap harga perubahan harga saham, yang memberi

arti bahwa jika kebijaksanaan struktur modal perusahaan lebih banyak menggunakan

hutang maka akan terjadi penurunan harga saham. Pertumbuhan perusahaan

(37)

Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Tahun

Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

(38)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan antara

konsep-konsep khusus yang akan diteliti.

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijaksanaan Struktur Modal pada Perusahaan Jasa Tbk di Bursa Efek Jakarta

Pertumbuhan (Growth) adalah seberapa jauh perusahaan menempatkan diri

dalam sistem ekonomi secara keseluruhan atau sistem ekonomi untuk industri yang

sama (Machfoedz, 1996: 108).

Dunia usaha mengalami kemunduran yang diakibatkan oleh banyaknya

lembaga-lembaga keuangan yang mengalami kesulitan keuangan sebagai akibat dari

adanya kemacetan kredit pada dunia usaha tanpa memperhitungkan batas maksimum

pemberian kredit di masa lalu oleh perbankan dan masalah kelayakan kredit yang

Kebijaksanaan Struktur Modal (Y): DER

Kepemilikan Manajerial (X2):

Jlh shm milik manajer/jlh shm Pertumbuhan Perusahaan (X1):

TobinsQ

(39)

disetujui. Upaya mengantisipasi kondisi tersebut, maka manajer keuangan perusahaan

harus berhati-hati dalam menetapkan struktur modal perusahaan.

Selanjutnya Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa konflik keagenan

disebabkan adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam perusahaan.

Dinyatakan bahwa semakin terkonsentrasi kepemilikan perusahaan pada satu orang

maka kendali akan menjadi semakin kuat dan cenderung menekan konflik keagenan.

Kepemilikan manajerial merupakan isu penting dalam teori keagenan sejak

dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa semakin

besar proporsi kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan maka manajemen

akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga

adalah dirinya sendiri. Murphy (1985), Jensen dan Murphy (1990), serta Smith dan

Watts (1992) menyatakan kepemilikan manajerial merupakan program kebijakan

remunerasi guna mengurangi masalah keagenan.

Mereka menjelaskan bahwa kompensasi tetap berupa gaji, tunjangan, dan

bonus terbukti dapat digunakan sebagai sarana untuk menyamakan kepentingan

manajemen dengan pemegang saham.

Trade-off theory menjelaskan bahwa jika posisi struktur modal berada

di bawah titik optimal maka setiap penambahan hutang akan meningkatkan nilai

perusahaan. Sebaliknya, setiap jika posisi struktur modal berada di atas titik optimal

(40)

Dari uraian di atas, maka dalam penelitian ini dengan berasumsi sederhana

bahwa adanya hubungan antara dan pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan

manajerial terhadap struktur modal perusahaan.

3.2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini

adalah “Pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap

(41)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menguji hipotesis, maka desain

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kausal. Desain kausal

berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel

lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2000).

4.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) di Jakarta.

Sedangkan waktu penelitian dalam penelitian ini periode tahun 2005-2007.

4.3. Populasi dan Sampel

Penentuan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Jasa

terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang terdiri dari perusahaan: Securities, Insurance,

Banking, Transportation Services, Telecommunication, Insurance, credit Agencies

Other than Bank, hotel, Holding and other Investment Companies, Constructions,

Others. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Jakartan Capital Market

Directory, jumlah perusahaan jasa yang terdaftar dari tahun 2005 sampai tahun 2007

adalah 143 perusahaan. Penentuan sampel dalam penelitian ini berdasarkan pada

(42)

kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah

sebagai berikut:

Perusahaan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 102 perusahaan.

Penentuan sampel dalam penelitian ini berdasarkan pada metode purposive sampling,

di mana sampel perusahaan dipilih berdasarkan pada kriteria tertentu. Adapun kriteria

yang digunakan untuk memilih sampel adalah perusahaan jasa sebagai berikut:

1. Perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sesuai dengan

pengklasifikasian Jakarta Capital Market Directory. Perusahaannya sejumlah

143 perusahaan yang dapat dilihat dalam lampiran.

2. Menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2005-2007 secara berturut-turut.

3. Memiliki nilai ekuitas positif dalam laporan keuangan periode penelitian dari

tahun 2005-2007.

4. Memiliki nilai data closing price dalam laporan keuangan periode penelitian dari

tahun 2005-2007.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data perusahaan

yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Data tersebut diperoleh dengan cara studi

dokumentasi yang berasal dari Jakartan Capital Market Directory (ICMD), dari

(43)

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

4.5.1. Pertumbuhan Perusahaan (X1)

Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk

meningkatkan size, yang dapat diproksikan dengan adanya peningkatan aktiva

ekuitas, laba dan penjualan serta nilai Tobins’Q. Perusahaan dikatakan tumbuh jika

nilai Tobins’Q lebih besar atau sama dengan 1, dan dikatakan tidak tumbuh jika

mempunyai nilai lebih kecil dari 1.

Tobins’Q dapat dihitung dengan humus:

`

Keterangan:

Total debt = Total hutang perusahaan per 31 Desember

Outstanding share = Jumlah saham yang beredar per 31 Desember

Closing price = Harga penutupan saham per 31 Desember

Book Value of Asset = Asset dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan kontra

asset lainnya

Parameter dalam variabel pertumbuhan perusahaan ini adalah skala rasio.

4.5.2. Kepemilikan Manajerial (X2)

Proksi dari kepemilikan manajer diukur dari persentase jumlah lembar saham

yang dimiliki oleh manajer pada akhir tahun, berbanding jumlah lembar saham.

Total debt + (Outstanding Share x Closing Price)

(44)

Keterangan:

Kepemilikan Manajerial = Jumlah saham yang dimiliki oleh board of

commissioners dan board of directors

Jumlah saham yang dimiliki manajer pada akhir tahun = Jumlah saham yang

dimiliki manajer pada akhir tahun

Jumlah saham perusahaan = Jumlah saham yang beredar (Outstanding share)

Parameter dalam variabel kepemilikan manajerial ini adalah skala rasio.

4.5.3. Kebijaksanaan Struktur Modal (Y)

Struktur modal merupakan perbandingan total hutang yang dimiliki

perusahaan terhadap total ekuitas perusahaan. Struktur Modal diukur dengan Debt to

Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio adalah suatu upaya untuk memperlihatkan,

dalam format lain, proporsi relatif dari klaim pemberi pinjaman terhadap hak

kepemilikan, dan digunakan sebagai ukuran peranan hutang (Helfert, 1997).

Jumlah saham yang dimiliki manajer pada akhir tahun

Kepemilikan Manajerial = --- X 100% Jumlah saham perusahaan

Total debt

(45)

Keterangan : DER = Total hutang dibandingkan dengan total ekuitas

Total debt = Total hutang baik jangka pendek maupun jangka

Panjang

Total Equity = Total ekuitas perusahaan

Parameter dalam variabel kebijaksanaan struktur modal ini adalah skala rasio.

Tabel 4.1. Definisi Operasional Variabel

Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan

model regresi. Untuk dapat melakukan analisis dengan model regresi, data harus good

and fit. Penilaian good and fit dianalisis dengan uji kualitas data. Adapun uji kualitas

(46)

4.6.1. Statistik Deskriptif

Statistik ini digunakan untuk memberikan gambaran profil data sampel.

Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari rata-rata, deviasi

standar, minimum, dan maksimum.

4.6.2. Pengujian Asumsi Klasik

Dalam suatu penelitian, kemungkinan munculnya masalah dalam analisis

regresi cukup sering dalam mencocokkan model prediksi kedalam sebuah model yang

telah dimasukkan ke dalam serangkaian data. Masalah ini sering disebut dengan

pengujian normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas.

4.6.2.1. Uji normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah model regresi dalam

penelitian, antara variabel dependen dengan variabel independen keduanya memiliki

distribusi normal atau tidak. Untuk dapat dianalisis data harus berdistribusi normal

atau mendekati normal. Cara mendeteksi normalitas adalah dengan pengamatan

melalui nilai residual. Cara lain adalah dengan melihat distribusi dari

variabel-variabel yang akan diteliti. Jika variabel-variabel tidak berdistribusi secara normal (menceng

kekiri atau menceng kekanan) maka hasil uji statistik akan terdegradasi. Normalitas

suatu variabel umumnya dideteksi dengan grafik atau uji statistik sedangkan

normalitas nilai residual dideteksi dengan metode grafik. Secara statistik ada dua

komponen normalitas yaitu skewness dan kurtosis. Skewness berhubungan dengan

simetris distribusi. Skewed variabel (variabel menceng) adalah variabel yang nilai

(47)

puncak dari suatu distribusi. Jika variabel terdistribusi secara normal maka nilai

skewness dan kurtosis sama dengan nol (Ghozali, 2001).

Normalitas variabel dideteksi juga dengan menggunakan uji statistik

Kolmogorov-Smirnov dengan cara melihat nilai probabilitas signifikan yang bernilai

di atas nilai 0.05 maka data berdistribusi normal dan selain itu juga dengan metode

grafik histogram data. Jika data tidak berdistribusi normal, maka dapat dilakukan

transformasi agar menjadi normal. Untuk menormalkan data harus diketahui terlebih

dahulu bagaimana bentuk grafik histogram dari data yang ada apakah moderate

positive skewness, subtansial positive skewness, severe positive skewness dengan

bentuk L dan sebagainya. Dengan mengetahui bentuk grafik histogram data, maka

dapat ditentukan bentuk transformasinya. Berikut ini bentuk transformasi yang dapat

dilakukan sesuai dengan grafik histogram.

Tabel 4.2. Bentuk Transformasi Data

Bentuk Grafik Histogram Bentuk Transformasi

Moderate Positive Skewness SQRT (x) atau akar kuadrat

Subtansial Positive Skewness LG10 (x) atau logaritma 10

atau LN

Severe Positive Skewness dengan bentuk L 1/x atau inverse

Moderate Negative Skewness SQRT (k-x)

Subtansial Negative Skewness LG10 (k-x)

Severe Negative Skewness dengan bentuk L 1/(k-x)

(48)

Di mana k adalah konstanta yang berasal dari setiap skor dikurangkan

sehingga skor terkecil adalah 1 (Ghozali, 2001). Setelah dilakukan transformasi data

maka, normalitas data dilihat kembali dengan menggunakan uji statistik

Kolmogorov-Smirnov dan dilanjutkan dengan melihat metode grafik histogram data. Normalitas

nilai residual dilihat dengan menggunakan metode grafik normalitas P-P Plot dengan

aturan melihat sebaran data yang mengikuti garis diagonal maka data berdistribusi

normal atau mendekati distribusi normal.

4.6.2.2.Uji multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan fenomena situasi di mana ada korelasi antara

variabel independen satu dengan yang lainnya. Konsekuensi praktis yang timbul

sebagai akibat adanya multikolinearitas ini adalah kesalahan standar penaksir

semakin besar dan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah semakin besar

sehingga mengakibatkan diperolehnya kesimpulan yang salah. Dalam asumsi klasik

OLS (ordinary least square) diterangkan bahwa tidak ada multikolinearitas yang

sempurna antarvariabel independen. Jika terdapat nilai korelasi di antara variabel

independen adalah satu maka koefisiennya: (a) Koefisien untuk nilai-nilai regresi

tidak dapat diperkirakan (b) Nilai standard error dari setiap koefisien regresi menjadi

nilai yang tak terhingga (Arief, 2006: 23).

Cara mendeteksi adanya gejala multikolinearitas adalah dengan menggunakan

metode Varian Inflation Factor (VIF). Adapun kriteria yang digunakan dalam

pengujian metode VIF ini adalah jika VIFj > 10 terjadi multikolinearitas yang tinggi

(49)

Cara mengatasi multikolinearitas adalah: (a) Transformasi variabel. Jika

terlihat pada model awal dengan adanya gejala multikolinieritas maka dapat

dilakukan transformasi variabel yang bersangkutan ke dalam bentuk logaritma natural

atau bentuk-bentuk transformasi lainnya, sehingga nilai t hitung yang dihasilkan

secara individu variabel independen dapat secara signifikan mempengaruhi variabel

terkait, (b) Meningkatkan jumlah data sampel. Dengan adanya peningkatan jumlah

data sampel diharapkan mampu menurunkan standard error di setiap variabel

independen dan akan diperoleh model yang benar-benar bisa menaksir koefisien

regresi secara tepat (Arief, 2006).

4.6.2.3. Uji autokorelasi

Pada asumsi OLS didapati kesepakatan bahwa persamaan regresi yang

terbentuk tidak boleh ada autokorelasi. Uji autokorelasi merupakan korelasi antara

anggota dalam runtut waktu (time series) atau antara space data cross section

(Hakim, 2004).

Cara mendeteksi adanya gejala autokorelasi adalah dengan melihat nilai

Durbin-Watson. Asumsi penggunaan analisis DW ini jika digunakan untuk

autokorelasi tingkat pertama dan model regresi yang ada mempunyai intercept

(constant) serta tidak terdapat variabel lagi. Penggambilan keputusan bila

menggunakan uji DW adalah sebagai berikut:

a. Nilai DW terletak di antara du dan 4-du maka autokorelasi sama dengan nol, dan

(50)

b. Nilai DW terletak di bawah lower boud (dl), maka akan mempunyai koefisien

korelasi lebih besar dari nol dan memiliki autokorelasi positif.

c. Nilai DW > (4-dl), maka koefisien korelasi kurang dari nol, sehingga memiliki

autokorelasi negatif.

d. Nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau terletak

antara (4-du) dan (4-dl) sehingga hasilnya tak dapat disimpulkan.

Cara untuk mengatasi autokorelasi adalah banyak cara salah satunya adalah

dengan menggunakan metode Hidrent-Lu, yaitu jika menemukan autokorelasi yang

positif atau negatif dari model yang ditelitinya maka dapat menggunakan ñ dimulai

dari -0.9, -0.8,…, 0.8, 0.9. Untuk setiap nilai ñ yang di coba, dilakukan proses

transformasi yang diikuti dengan perhitungan regresi yang bersangkutan. Dari setiap

hasil regresi kemudian diperoleh dan yang terbaik adalah melihat jumlah kuadrat

yang terkecil (sum of square residuals) dari model regresinya (Arief, 2006).

4.6.2.4.Uji heterokedastisitas

Langkah ini bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi yang kita

miliki mengandung perbedaan variansi residu dari kasus pengamatan satu kasus ke

kasus pengamatan yang lainnya. Jika variansi residu dari kasus pengamatan satu ke

kasus pengamatan yang lainnya mempunyai nilai tetap maka disebut

homokedastisitas dan jika mempunyai perbedaan maka disebut heterokedastisitas.

Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki homoskedastisitas dan

(51)

Cara untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas adalah dengan melihat

grafik plot antara nilai residu variabel dependen (SRESID) dengan nilai prediksi

(ZPRED) (Santoso, 2006). Dasar analisisnya: (a) Jika ada pola tertentu, seperti

titik-titik yang membentuk pola yang teratur (bergelombang, melebar kemudian

menyempit), maka mengidentifikasikan telah terjadi heterokedastisitas. (b) Jika tidak

ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka pada sumbu

Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

Cara untuk mengatasi masalah heterokedastisitas adalah: (a) Melakukan

transformasi dalam bentuk membagikan model regresi asal dengan salah satu variabel

independen yang digunakan dalam model ini. (b) Melakukan transformasi log (Arief,

2006).

4.6.3. Pengujian Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini akan menguji apakah pertumbuhan perusahaan

dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijaksanaan struktur modal.

Teknik statistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis ini dengan

menggunakan model regresi berganda, menguji pengaruh secara bersama-sama antara

variabel independen (pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial) terhadap

satu variabel dependen (kebijaksanaan struktur modal). Adapun persamaan regresi

yang digunakan adalah sebagai berikut:

(52)

Di mana:

:

Y Kebijaksanaan Struktur Modal

:

a Konstanta

:

1

b Koefisien Regresi Kebijaksanaan Struktur Modal

:

2

b Koefisien Regresi Kepemilikan Manajerial

:

Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk

meningkatkan size, yang dapat diproksikan dengan adanya peningkatan aktiva

ekuitas, laba dan penjualan serta nilai Tobins’Q. Perusahaan dikatakan tumbuh jika

nilai Tobins’Q lebih besar atau sama dengan 1, dan dikatakan tidak tumbuh jika

mempunyai nilai lebih kecil dari 1. Nilai koefisien kepemilikan manajerial yang

diukur dengan jumlah lembar saham yang dimiliki oleh manajer pada akhir tahun,

dibagi jumlah lembar saham perusahaan. Bila signifikan, menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial terhadap kebijaksanaan struktur

modal.

Pengujian hipotesis pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial

secara bersama-sama berpengaruh terhadap kebijaksanaan struktur modal, dapat

dilakukan dengan teknik regresi linier berganda. Adapun langkah-langkah yang

(53)

1. Membuat Formulasi Hipotesis:

H1 : b1, b2 ≠ 0 pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial secara

bersama-sama berpengaruh terhadap kebijaksanaan struktur modal

2. Menentukan Tingkat Signifikansi

Untuk memperoleh nilai signifikansi, menggunakan taraf nyata (á) 5%.

3. Dasar Pengambilan Keputusan

a. ñ-value < 0.05, maka H1 berpengaruh

(54)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Data Penelitian

Berdasarkan hasil pengolahan data yang terdapat pada Lampiran 2 (dua)

di mana hasil uji regresi berganda dengan menyisihkan data yang tidak lengkap

menunjukkan model regresi yang tidak linier dan tidak melewati uji asumsi klasik

(Lampiran 2). Selanjutnya untuk mendapatkan model yang layak (blues unbiased

linier) setelah melalui uji asumsi klasik dilanjutkan dengan melakukan transformasi

logaritma natural baik terhadap variabel dependen dan variabel independen.

Berdasarkan model yang sudah dilogaritma maka diperoleh model yang akan dibahas

lebih lanjut yang terdapat pada Lampiran 2 merupakan model yang telah melewati uji

asumsi klasik.

Statistik deskriptif untuk setiap variabel bebas yang dianalisis disajikan pada

Tabel 5.1. Variabel bebas yang digunakan dalam analisis ini sebanyak 2 (dua)

variabel, yaitu Pertumbuhan Perusahaan (X1), Kepemilikan Manajerial (X2) dan

(55)

Tabel 5.1. Deskriptif Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SM_Y 306 .003 54.70 3.7463 5.47596

PP_X1 306 .10 17.40 1.2699 1.18256

KM_X2 165 .02 53.15 4.2838 9.68048

Valid N (listwise) 165

Sumber: Hasil Output SPSS (Lampiran 2)

Dari sampel yang diperoleh diketahui bahwa secara umum rata-rata tingkat

kebijaksanaan struktur modal (Y) tahun 2005-2007 adalah sebesar 3.75%, tertinggi

sebesar 54,70% dan yang terendah 0.003%. Tingkat penyimpangan standar (standard

deviation) dari rata-rata sebesar 5.48%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata

perusahaan cenderung menjalankan usahanya lebih banyak menggunakan ekuitas dari

pada hutang. Rata-rata pertumbuhan perusahaan (X1) yang diukur dengan Tobin’Q

dalam kurun waktu 2005-2007 sebesar 1.26%, tertinggi sebesar 17.40%dan terendah

sebesar 0.10% dengan standard deviasi dari rata-rata sebesar 1.18. Hal ini

menunjukkan bahwa perusahaan Jasa yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta

mengalami pertumbuhan di mana nilai rata-rata tobins’Q nya besar dari satu.

Rata-rata kepemilikan manajerial (X2) selama tahun 2005-2007 sebanyak 4.28 persen,

tertinggi sebanyak 53.150 persen dan terendah sebanyak 0.02 persen. Dengan standar

deviasi dari rata-rata sebanyak 9.680 persen. Hal ini menunjukkan masih rendahnya

(56)

5.1.2. Uji Asumsi Klasik

Menurut Ghozali (2005) untuk menghasilkan suatu analisis data yang akurat,

suatu persamaan regresi sebaiknya terbebas dari asumsi-asumsi klasik yang harus

dipenuhi antara lain uji, normalitas, multikolinearitas, autokorelasi dan

heteroskedastisitas.

5.1.2.1. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model

regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji

Normalitas bertujuan untuk melihat apakah model regresi, variabel pengganggu atau

residual berdistribusi normal. Untuk itu dilakukan uji one sample Kolmogorov

Smirnov Test. Adapun hasil pengujian terdapat pada Tabel 5.2 berikut:

Tabel 5.2. Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test

(57)

Dari hasil pengujian terlihat pada Tabel 5.2 tersebut terlihat besarnya nilai

Kolmogorov-Smirnov adalah 1.668 dan signifikan pada 0.068. Hal ini berarti H0

ditolak yang berarti data residual berdistribusi normal.

Selain itu dapat diuji dengan melihat Gambar Normal PP Plot sebagai berikut:

Gambar 5.1. Normalitas Data dengan PP Plot

Berdasarkan Gambar 5.1 tersebut titik-tik menyebar di sekitar garis diagonal

tidak membentuk pola acak yang bermakna residual memiliki varians yang

terdistribusi normal.

5.1.2.2. Uji multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan fenomena adanya korelasi yang sempurna antara

satu variabel bebas dengan variabel bebas lain. Jika terjadi multikolinearitas, akan

mengakibatkan timbulnya kesalahan standar penaksir dan probabilitas untuk

menerima hipotesis yang salah semakin besar. Menurut Ghozali (2005) salah satu

cara untuk mengetahui adanya multikolinearitas adalah dengan melakukan uji VIF

(58)

tidak kurang dari 1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas.

Berdasarkan hasil pengolahan SPSS atas data yang diperoleh, dapat dilihat pada

Tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.3. Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Collinearity Statistics Model Tolerance VIF

Ln_PP_X1 .900 1.111

1

KM_X2 .900 1.111

a. Dependent Variable: SM_Y

Sumber: Hasil Output SPSS (Lampiran 2)

Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk masing-masing

variabel adalah <10 dan Tolerance tidak kurang dari 1. Hal ini membuktikan bahwa

model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat gejala

multikolinearitas (homoskedastisitas).

5.1.2.3. Uji autokorelasi

Gejala Autokorelasi diditeksi dengan menggunakan uji Durbin - Watson

(DW). Menurut Santoso (2005), untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka

dilakukan pengujian Durbin - Watson (DW). Nilai d tersebut selanjutnya

dibandingkan dengan nilai dtabel dengan tingkat signifikansi 5% dengan df = n-k-1.

Dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai DW sebesar 2.171, berarti data tidak terkena

(59)

Tabel 5.4. Nilai Durbin-Watson

Model R

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .295a .24974930 2.171

a. Predictors: (Constant), KM_X2, ln_PP_X1 b. Dependent Variable: SM_Y

Sumber: Hasil Output SPSS (Lampiran 2)

Berdasarkan Tabel 5.4 di atas, untuk mengetahui adanya autokorelasi

digunakan uji Durbin-Watson, dengan kriteria dari tabel Durbin-Watson terlihat Nilai

DW sebesar 2,171 di mana dari 306 observasi diperoleh tabel DW nilai DL = 1,748

dan DU=1,789 dan nilai 4-dL dan 4-dU (2,252 dan 2,211). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa nilai du < DW < 4-du atau 1,748 <2,171 < 2.211) yang artinya

tidak terjadi autokorelasi karena nilainya berada dikisaran interval 1,748 dan 2,211.

Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin-Watson (D-W)

sebesar 2.171, maka disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi baik positif

maupun negatif.

5.1.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dari model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadinya

heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas

(60)

residualnya. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Berdasarkan hasil pengolahan data, uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini

ditunjukkan pada Gambar 5.2:

Sumber: Hasil Output SPSS (Lampiran 2)

Gambar 5.2. Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan gambar di atas tidak terlihat ada pola tertentu, serta titik-titik

menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas. Selain itu untuk melihat apakah dari model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain dapat

(61)

Tabel 5.5. Uji Heteroskedastisitas (Uji Glesjer) (1)

0,179). Dengan demikian tidak terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain atau dengan kata lain tidak terjadi gejala

Heteroskedastisitas (varians dari residual Homoskedastisitas).

5.2. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh pertumbuhan

perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap kebijaksanaan struktur modal pada

Gambar

Tabel 1.1. Hubungan antara Pertumbuhan Perusahaan dan Struktur Modal                 Sepuluh Perusahaan Jasa di BEJ
Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan dan  Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijaksanaan Struktur Modal pada Perusahaan Jasa Tbk di Bursa Efek Jakarta
Tabel 4.1. Definisi Operasional Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kereta Tempelan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengangkut barang yang di rancang untuk di tarik dan sebagian bebannya di tumpu oleh

Jungleland Asia (JungleLand) pada tanggal 14 Februari lalu menerima kunjungan mahasiswa Universitas Sahid yang didampingi oleh salah satu pengajarnya, Ibu Mila Falma Masful

Semoga dengan adanya protokol yang telah diterbitkan ini akan dapat digunakan sebagai panduan dalam pengawalan, pencegahan dan pembasmian IBD.. Akhir sekali, saya

Semar dan Togog: Yin dan Yang dalam Budaya Jawa... Community Counseling (a Multicultural

Penelitian skripsi telah dilaksanakan selama satu bulan di balai desa Dersalam Bae Kudus.Dengan materi pokok penelitian adalah untuk mengetahui perhitungan

Probolinggo Sit i Rokaiya Guru Kelas RA RA Nurul Hidayah 38 Kab. Probolinggo Rahm aw at i Guru Kelas RA RA Izzul Islam

[r]

[r]