• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

5.2. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap kebijaksanaan struktur modal pada perusahaan jasa di Bursa Efek Indonesia.

Pengujian goodness of fit dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu model regresi, karena variabel penelitian lebih dari dua variabel maka kelayakan tersebut dapat dilihat dari nilai Adjusted R Square.

Nilai Adjusted R Square yang diperoleh dari hasil pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 5.7 di bawah ini:

Tabel 5.7. Pengujian Goodness of Fit

Model R R Square Adjusted R Square Durbin-Watson

1 .295a .087 .061 2.171

a. Predictors: (Constant), KM_X2, ln_PP_X1 b. Dependent Variable: SM_Y

Sumber: Hasil Output SPSS (Lampiran 2)

Nilai Adjusted R Square pada Tabel 5.7 diatas sebesar 0,061. Hal ini menunjukkan bahwa 6,1% variabel Struktur Modal_Y dapat dijelaskan oleh

pertumbuhan perusahaan (X1) dan Kinerja Manajerial (X2). Sisanya sebesar 93,9%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.

Untuk menguji apakah parameter koefesien Adjusted R2 signifikan atau tidak

maka dilakukan pengujian dengan bantuan alat uji statistik metode Fisher (Uji F) dengan tingkat keyakinan (confident level) sebesar 95%. Kriteria pengujian yang

digunakan adalah apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak; dan apabila Fhitung ≤ Ftabel

maka Ho dapat diterima.

Atas hal tersebut berdasarkan pada ikhtisar pengujian terdapat dalam Tabel 5.8 berikut ini:

Tabel 5.8. Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression .410 2 .205 3.290 .043a

Residual 4.304 69 .062

1

Total 4.714 71

a. Predictors: (Constant), KM_X2, ln_PP_X1 b. Dependent Variable: SM_Y

Sumber: Hasil Output SPSS (Lampiran 2)

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa nilai Fhitung adalah 3.290 dengan tingkat

signifikansi 0,043. Sedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05) adalah

2.99. Oleh karena pada kedua perhitungan Fhitung > Ftabel (3.290 > 2.99). Hal ini

menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen pertumbuhan perusahaan (X1)

dan Kinerja Manajerial (X2) berpengaruh terhadap Struktur Modal_Y baik secara

simultan maupun secara parsial dapat diterima secara keseluruhan.

Secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan hanya Ln_Pertumbuhan

Perusahaan (X1). Hal tersebut tergambar dalam Tabel 5.9 berikut:

Tabel 5.9. Hasil Perhitungan Uji t

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 1.524 .534 2.855 .006

ln_PP_X1 -.074 .041 -.217 -1.790 .008

1

KM_X2 .003 .002 .143 1.179 .242

a. Dependent Variable: SM_Y

Dari tabel coefficient di atas maka model regresi yang dapat dibentuk:

Y = 1.524 - 0.074Ln_PP_X1 + 0.003KM_X2

Hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa thitung variabel Ln_PP_X1

sebesar -1.790sedangkan ttabel pada tingkat keyakinan 95% adalah -1.790 (1.790 >

1.645). Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak. Dengan demikian daerah penerimaan

hipotesis berada di luar daerah penerimaan H0.

Dari hasil pengujian variabel penelitian secara individu, variabel pertumbuhan perusahaan dengan indikatornya nilai Tobins Q berpengaruh signifikan terhadap struktur modal di mana nilai variabel pertumbuhan perusahaan < 0,05 (0,008 < 0,05).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima, hal ini disebabkan karena adanya

kemungkinan beberapa pemegang saham menginginkan perusahaanya menjadi pemimpin pasar dalam sektor industrinya. Untuk menjadi pemimpin pasar, perusahaan harus melakukan ekspansi dan berinovasi. Motivasi ini memaksa manajemen untuk meningkatkan penggunaan sumber dana eksternal yaitu hutang. Hutang dianggap mempunyai kemampuan yang memadai untuk menyediakan dana dibandingkan sumber dana internal untuk pendanaan ekspansi dan inovasi-inovasi yang dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan perusahaan, sedangkan variabel struktur kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel struktur modal di mana dapat dilihat nilai t hitungnya > 0,05 (0,242 > 0,05), hubungan yang

dianalisis adalah positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak, hal ini

diprediksikan karena adanya hubungan konservatif dari beberapa pemegang saham dalam penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan. Hubungan negatif

menunjukkan bahwa semakin tingginya tingkat hutang perusahaan maka akan menimbulkan dampak kenaikan resiko kebangkrutan dan kesulitan keuangan bagi perusahaan yang berarti meningkatkan resiko yang tidak dapat didiversifikasi bagi para manajer. Hal inilah yang menyebabkan manajer enggan memperbesar kepemilikannya tetapi cenderung mengurangi porsi kepemilikannya. Di samping itu ada beberapa hal yang menyebabkan manajer tidak tertarik dengan investasi, tetapi hanya sekedar bekerja saja, atau mungkin manajer sendiri tidak mempunyai dan yang cukup untuk investasi.

Manajemen tidak mempunyai kendali dalam menentukan hutang karena banyak dikendalikan oleh pemilik mayoritas. Selain itu tingginya tingkat kepemilikan manajerial semakin memungkinkan tindakan manajer sehingga meresahkan kepentingan pemegang saham. Penggunaan hutang dapat menjadi solusi atas permasalahan ini. Penggunaan hutang akan meningkatkan pengawasan dari kreditur dan membuat pemegang saham lebih tenang karena pembiayaan investasi tidak menggunakan dananya sehingga mengurangi resiko dari pemegang saham.

Semakin meningkatnya kepemilikan oleh manajerial akan menjadikan kepentingan manajer akan sejalan dengan shareholders sehingga dapat mengurangi biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan tindakan pengawasan terhadap tindakan manajer agar bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham atau dengan kata lain menekan dan mengurangi biaya agensi. Hubungan negatif dalam penelitian ini mendukung pendapat tentang adanya efek substitusi (Chen dan Steiner

dengan hutang dalam mengurangi masalah agensi namun hubungan tersebut kurang efektif hal ini karena hubungan keduanya tidak signifikan. Hubungan yang kurang signifikan tersebut dimungkinkan bahwa di Indonesia kepemilikan manajerial yang lebih tinggi tidak mutlak akan menghasilkan kebijakan, level hutang yang lebih rendah atau lebih tinggi (Nurfauziah dkk, 2007). Kemungkinan di Indonesia memang kebijakan hutang tidak dipengaruhi oleh kebijakan non keuangan dalam hal ini kepemilikan manajerial. Pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial secara simultan mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Manajemen lebih menyukai hutang sebagai sumber pendanaan.

Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan deviden yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar tersedia. Manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil. Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Hamid dan Singh dalam Wahyudi dan Pawestri (2006)

menyatakan bahwa “Perusahaan-perusahaan di negara berkembang lebih memilih

BAB VI

Dokumen terkait