SKRIPSI MINOR
SISTEM PENGAWASAN INTERN KAS PADA DINAS SOSIAL KOTA LANGSA
Oleh : ARI ONE REZKI
052102008
PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI MINOR
NAMA : ARI ONE REZKI
NIM : 052102008
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
JUDUL : SISTEM PENGAWASAN INTERN KAS
PADA DINAS SOSIAL KOTA LANGSA
Tanggal : ...2008 ketua Program Studi D III Akuntansi
( Drs. Hasan Sakti Siregar, M. Si, Ak ) NIP. 131 568 370
Tanggal : ...2008 DEKAN
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI MINOR
NAMA : ARI ONE REZKI
NIM : 052102008
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
JUDUL : SISTEM PENGAWASAN INTERN KAS
PADA DINAS SOSIAL KOTA LANGSA
Medan, ...2008 Menyetujui Pembimbing
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta salawat beriring salam kepada
junjungan Besar Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan penulis
pedoman di dalam kehidupan ini., sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi
minor ini tepat waktunya. Skripsi minor ini berjudul : “Sistem Pengawasan Intern
Kas pada Dinas Sosial Kota Langsa.”
Skripsi minor ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan pada program Diploma III Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas
Sumatera Utara. Pada kesempatan ini saya juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi
Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Arifin Lubis, MM, selaku selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan dan meluangkan waktunya dan juga dengan penuh
perhatian memberikan petunjuk dan bimbingan yang baik dalam
4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang
telah banyak memberikan dan membantu dalam menimba ilmu
pengetahuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas.
5. Bapak Pimpinan Dinas Sosial Kota Langsa Drs. H. Bahardin Halim dan
Seluruh Staf Pegawai Dinas Sosial Kota Langsa yang telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk mengadakan penelitian dan memberikan
data yang diperlukan dalam penyelesaian skripsi minor ini.
6. Kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Drs. H. Bahardin Halim dan
Ibunda Hj. Siti Rajiah atas kasih sayang dan perhatiannya yang tak
terbatas sepanjang hidup saya, serta dukungan moril dan materil dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini menjadi awal dari
kebahagiaan orang tua saya.
7. Kepada sahabat-sahabat penulis di D3 Akuntansi stambuk 2005 yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah meluangkan waktu dan
tenaga dalam proses penyelesaian skripsi ini dan menjadi tempat untuk
bertukar pikiran dalam segala hal.
Dengan kerendahan hati penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi
minor ini jauh dari sempurna walaupun penulis hanya mempunyai keterbatasan
ilmu pengetahuan dan kemampuan yang penulis buat. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
Semoga penulisan skripsi minor ini akan berdaya guna dan bermanfaat
bagi para pembaca dan bagi kita semua.
Akhir kata penulis hanya berharap dan berdoa semoga Allah SWT
memberikan Anugrah-NYA yang berlipat ganda kepada kita.
Medan, November 2008
Penulis
ARI ONE REZKI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR LAMPIRAN ... v
BAB I PENDAHULUAN A Alasan Pemilihan Judul ... 1
B Perumusan Masalah ... 2
C Tujuan Penelitian ... 3
D Manfaat Penelitian ... 3
E Sistematika Penulisan ... 4
BAB II DINAS SOSIAL KOTA LANGSA A Sejarah Singkat Dinas Sosial Kota Langsa ... 6
B Visi dan Misi Dinas Sosial Kota Langsa ... 8
C Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Langsa ... 10
D Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas ... 17
E Pengawasan Intern Penerimaan dan Pengeluaran Kas ... 26
BAB III ANALISA DAN EVALUASI A Pengertian Fungsi Pengawasan Intern Kas dan Unsur-Unsur Pengawasan Intern Kas ... 30
B Tujuan Pengawasan Intern Kas... 35
C Analisa Prosedur Penerimaan Kas ... 38
E Sistem Pencatatan Penerimaan dan Pengeluaran Kas ... 40
F Skala Pengukuran Variabel ... 43
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A Kesimpulan ... 46
B Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 48
BAB I PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul
Lembaga atau instansi pemerintahan merupakan salah satu badan yang
juga mengolah/memproses sistem keuangan baik penerimaan maupun
pengeluaran kasnya menggunakan Sistem Akuntansi. Untuk mencapai tujuan
tersebut pihak instansi pemerintahan menerapkan beberapa pengawasan yang
salah satunya adalah pengawasan intern.
Pengawasan dapat diartikan sebagai alat untuk mengkoordinasikan
aktivitas-aktivitas perusahaan agar sesuai dengan rencana semula. Salah satu cara
untuk melaksanakan pengawasan adalah dengan menyusun sistem pengawasan
intern yang memadai. Tujuan pengawasan intern adalah untuk mengamankan
harta instansi perusahan dari berbagai bentuk penyelewengan yang dapat
merugikan pemerintah, meningkatkan efisiensi dan mendorong pegawai
mematuhi kebijakan yang ditetapkan pemerintah.
Kas merupakan aset perusahaan yang paling lancar (likuid) bila
dibandingkan dengan aktiva lainnya. Hal ini karena hampir seluruh transaksi
dalam perusahaan berhubungan dengan kas baik pada instansi pemerintahan
maupun non-pemerintahan. Disamping itu kas merupakan aktiva yang paling
sering dan mudah diselewengkan, sehingga banyak orang berusaha untuk
maupun bersama. Apabila pengawasan intern terhadap kas dalam perusahaan
efektif maka segala penyelewengan dapat terungkap dengan mudah.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat betapa pentingnya suatu pengawasan
intern kas dalam mendukung keberhasilan instansi pemerintahan dalam
menjalankan aktivitasnya. Sebagai instansi pemerintahan yang bergerak di bidang
sosial, instansi ini tentu memerlukan sistem pengawasan yang matang dan cermat
khususnya pada kas guna mencegah terjadinya penyelewengan dan kesalahan
yang dapat merugikan pemerintah. Hal ini mendorong penulis untuk meneliti
sejauh mana pelaksanaan pengawasan intern kas yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintahan dengan judul “Sistem Pengawasan Intern Kas Pada Dinas Sosial
Kota Langsa”.
B. Perumusan Masalah
Di dalam ilmu akuntansi, keberadaan kas terbagi 2 (dua) bagian, yaitu kas
yang ada di perusahaan dan kas yang disimpan di bank. Ruang lingkup dari kas
tersebut sangat luas dan membutuhkan penjelasan secara khusus dan terperinci.
Disini penulis tidak membahas apa itu kas dan ruang lingkupnya. Penulis akan
membahas yang hanya berkaitan dengan sisitem pengawasan intern kas pada
Dinas Sosial Kota Langsa, khususnya pada masalah-masalah berikut :
1. Bagaimana sistem pengawasan intern kas yang berlaku di instansi
pemerintahan?
2. Apakah sistem pengawasan intern kas di instansi pemerintahan sesuai
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam mengadakan penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. untuk mengetahui bagaimana sistem pengawasan intern kas yang berlaku
di instansi pemerintahan tempat dilakukannya penelitian,
2. mengetahui apakah sistem pangawasan intern kas yang dilakukan instansi
pemerintahan tersebut sudah sesuai standar akuntansi keuangan publik.
D. Manfaat penelitian
1. untuk melihat perbandingan antara teori yang diuraikan dalam masa
perkuliahan dengan praktek yang terjadi dilapangan,
2. untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai
pengawasan intern kas dalam Dinas Sosial,
3. sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pengambilan keputusan
demi meningkatkan kinerja Dinas Sosial sehingga Dinas Sosial dapat
mencapai tujuan yang diinginkan,
4. sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya dalam membahas
permasalahan yang sama.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan suatu gambaran yang memudahkan
judul skripsi minor ini dapat diperoleh dengan sebaik-baiknya. Penulis merinci
sistematika penulisan tersebut sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab satu diuraikan secara singkat alasan pemilihan judul,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II : DINAS SOSIAL KOTA LANGSA
Bab dua membahas tentang profil perusahaan, fungsi
pengawasan intern kas dan unsur-unsur pengwasan intern kas,
tujuan pengwasan intern kas, prosedur penerimaan dan
pengeluaran kas, serta pengawasan intern penerimaan dan
pengeluaran kas.
BAB III : ANALISA DAN EVALUASI
Bab tiga memaparkan analisa prosedur penerimaan kas, analisa
prosedur pengeluaran kas, sistem pencatatan penerimaan kas,
sistem pencatatan pengeluaran kas pada Dinas Sosial Kota
Langsa.
BAB IV : KESIMPULAN
Pada bab empat penulis menyimpulkan dan memberi saran atas
penelitian yang dilakukan berdasarkan uraian sebelumnya yang
mungkin berguna dalam meningkatkan sistem pengawasan inter
BAB II
DINAS SOSIAL KOTA LANGSA
A. Sejarah Singkat Dinas Sosial Kota Langsa
Pembangunan kesejahteraan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
pembangunan nasional, memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas
hidup masyarakat. Seiring dengan kemajuan di bidang kesejahteraan sosial yang
dicapai, memasuki tahun 2008 bangsa Indonesia masih tetap dihadapkan pada
permasalahan kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, ketunaan sosial dan
penyimpangan perilaku, keterpencilan, korban bencana dan tindak kekerasan yang
yang merupakan masalah sosial, yang belum sepenuhnya terjangkau oleh
pembangunan kesejahteraan sosial. Pembangunan kesejahteraan sosial yang telah
dilaksanakan pada umumnya telah memberi kontribusi dalam mewujudkan
kesejahteraan sosial yang adil dan merata.
Permasalahan dan kebutuhan hidup manusia tidak terlepas dari kondisi
dan perubahan lingkungan baik fisik maupun non-fisik. Perencanaan yang lebih
cermat perlu dilakukan dengan memperhatikan aspek manusia, lingkungan fisik,
sosial dan lingkungan psikologis. Pembangunan kesejahteraan sosial secara nyata
telah memberikan efek positif dalam meningkatkan kesejahteraan umum, peran
aktif masyarakat dan pemeliharaan iklim sosial yang kondusif. Namun dengan
terjadinya perubahan-perubahan di dalam kehidupan bermasyarakat maka
jangka panjang dan acuan rencana tahunan perlu dirumuskan dengan
mengedepankan prioritas, sasaran program, lokasi dan kegiatan.
Permasalahan kesejahteraan sosial di Kota Langsa masih didominasi oleh
permasalahan “konvensional” terutama kemiskinan dan keterlantaran , kecacatan,
keterpencilan dan ketertinggalan serta kesulitan dalam memperoleh pekerjaan dan
perumahan. Tantangan yang dihadapi tercermin dari masih rendahnya
kemampuan sosial-ekonomi sebagian besar masyarakat, serta rendahnya daya
dorong perekonomian, keterbatasan penyediaan infrastruktur, serta Populasi
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PPMKS) yang masih menjadi beban
sosial yang sangat kompleks.
Dinas Sosial Kota Langsa yang dibentuk melalui Qanun Kota Langsa
Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Penataan Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Daerah sebagaimana telah diubah dengan Qanun Kota Langsa
Nomor 14 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Qanun Nomor 3 tentang
Pembentukan dan Penataan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas
Daerah Kota Langsa; menganggap perlu disusunnya suatu Rencana Strategis
(RENSTRA) yang akan menjelaskan seluruh aspek kesejahteraan sosial baik dari
segi permasalahan, kebijakan-kebijakan yang ditetapkan serta program/kegiatan
yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang akan dilaksanakan.
Penyusunan Rencana Strategis Dinas Sosial Kota Langsa Tahun
2008-2012 selalu berpegang pada ketentuan perundang-undangan terutama tentang
pengelolaan keuangan negara, perbendaharaan negara, pemerintahan daerah,
nasioal yang memberikan kejelasan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
pembangunan nasional.
B. Visi dan Misi Dinas Sosial Kota Langsa
Adapun visi dan misi Dinas Sosial Kota Langsa dapat dijelaskan di bawah
ini.
Visi
Departemen Sosial RI yang menetapkan visi: “Kesejahteraan Sosial, Oleh
dan Untuk Semua”. Visi ini mengandung arti bahwa pembangunan kesejahteraan
sosial sebagai bagian dari kesejahteraan rakyat adalah upaya dan gerakan nasional
untuk mewujudkan kesejahteraan sosial oleh dan untuk seluruh rakyat Indonesia,
yang dilakukan dalam rangka mewujudkan keadilan sosial sebagaimana amanat
UUD 1945. Oleh karena itu setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh taraf kesejahteraan sosial yang sebaik-baiknya dan sekaligus
mempunyai kewajiban yang sama pula untuk mewujudkan kesejahteraan sosial.
Di samping itu Kota Langsa sesuaia dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2007-2012 telah menetapkan visi sebagai
berikut: “Terwujudnya Masyarakat yang aman, damai, bermartabat, maju,
sejahtera dan Islami”.
Dengan berpedoman kepada visi Departemen Sosial RI dan visi Kota
Langsa tersebut, Dinas Sosial Kota Langsa merumuskan visi dalam upaya
mengembangkan potensi yang ada untuk menindaklanjuti pembangunan
Rumusan Visi Dinas Sosial Kota Langsa adalah terwujudnya
kesejahteraan masyarakat Kota Langsa melalui pembangunan sosial.
Makna yang terkandung dalam visi ini adalah :
1. Masyarakat
masyarakat yang dimaksud disini adalah setiap manusia yang berdomisili
di Kota Langsa.
2. Kesejahteraan
kesejahteraan yang dimaksud disini adalah kehidupan masyarakat Kota
Langsa yang hidup dalam suasana penuh dengan rasa bahagia, karena sanggup
memenuhi kebutuhan akan pangan, pakaian, rumah yang sehat, kesehatan dan
pendidikan dalam hal pemerintah turut memberikan jaminan perlindungan
keamanan, jaminan kebebasan beragama, jaminan kebebasan untuk berpikir dan
berpendapat serta terciptanya suasana aman, tentram dan penuh dengan
kedamaian.
3. Pembangunan Sosial
Pembangunan sosial yang dimaksud adalah Pembangunan Kesejahteraan
Sosial melalui Program dan Kebijakan yang merupakan kewenangan sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Sosial Kota Langsa sehingga mampu
memberikan kontribusi secara nyata dalam menangani masalah-masalah sosial di
Untuk mencapai rumusan visi diatas, agar masyarakat Kota Langsa
menjadi peduli terhadap pembangunan kesejahteraan sosial yang dilakukan secara
mandiri dan berkelanjutan, maka ditetapkan misi Dinas Sosial Kota Langsa
sebagai berikut :
1. meningkatkan pengendalian permasalahan sosial masyarakat,
2. meningkatkan stabilitas kesetiakawanan sosial,
3. meningkatkan pengembangan investasi modal sosial,
4. meningkatkan SDM aparatur dan pelaku sosial masyarakat.
C. Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Langsa
Adapun struktur organisasi Dinas Sosial Kota Langsa dalah sebagai
berikut :
1. Kedudukan
Dinas Sosial Kota Langsa merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah
dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.
2. Tugas pokok
Dinas Sosial Kota Langsa merupakan salah satu instansi pemerintahan
yang mempunyai tugas untuk mengelola dan melaksanakan sebahagian
urusan rumah tangga daerah dalam bidang kesejahteraan sosial serta
melaksanakan tugas pembantuan yang diserahkan oleh Walikota Kota
3. Fungsi
a. melaksanakan pembinaan terhadap kewenangan bidang sosial,
b. perencanaan kebijakan teknis di bidang sosial,
c. menyelenggarakan fungsi pelaksanaan teknis di bidang kesejahteraan
sosial dalam masyarakat,
d. pelaksanaan pengawasan perizinan di bidang sosial,
e. pengkoordinasian kegiatan-kegiatan usaha kesejahteraan sosial,
f. pengelolaan administrasi umum meliputi ketatalaksanaan, keuangan,
kepegawaian, perlengkapan, organisasi dan ketatalaksanaan dinas,
g. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
bidang tugasnya..
Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Walikota
Langsa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perlu
dikemukakan bahwa bidang tugas Departemen Sosial pada saat terbitnya
Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1958 adalah sebagai berikut :
1. penelitian ( research ),
2. rehabilitasi penyandang cacat,
3. urusan korban perang,
4. urusan perumahan ,
5. urusan transmigrasi,
Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1958, urusan yang
diserahkan adalah meliputi urusan bimbingan dan perbaikan sosial. Penyerahan
tugas tersebut diserahkan berdasarkan azas desentralisasi atau azas perbantuan.
Tugas yang diserahkan atas azas desentralisasi yang menjadi wewenang
dan tanggung jawab daerah sepenuhnya ( tugas otonom ) adalah :
1. penyelenggaraan pusat-pusat penampungan bagi anak-anak terlantar
(untuk observasi dan seleksi),
2. penyelenggaraan panti-panti asuhan bagi bayi terlantar,
3. penyelenggaraan panti-panti asuhan tingkat pertama bagi anak-anak yatim
piatu dan anak terlantar,
4. penyelenggaraan panti-panti asuhan tingkat lanjutan bagi anak-anak yatim
piatu yang terlantar,
5. usaha penempatan anak dalam asuhan keluarga,
6. usaha pemungutan anak bagi anak angkat,
7. penyelenggaraan pusat-pusat penampungan bagi orang dewasa terlantar
dan gelandangan (untuk observasi dan seleksi),
8. penyelenggaraan panti-panti karya tingkat pertama,
9. penyelenggaraan panti-panti karya tingkat lanjutan,
10.penyelenggaraan rumah-rumah perawatan bagi orang-orang jompo,
11.pemberian bantuan bagi fakir miskin dan orang terlantar di luar rumah
perawatan,
13.penyelenggaraan usaha sosial ke arah pemberantasan kemiskinan,
14.pengawasan bimbingan serta pemberian bantuan / subsidi kepada
organisasi masyarakat yang menyelenggarakan usaha tersebut di atas.
Tugas yang diserahkan atas bantuan dalam bidang bimbingan dan
perbaikan sosial tersebut adalah sebagai berikut :
1. penyelenggaraan bimbingan sosial tahap pemberian pengertian, tuntutan
teknisi pengembangan swadaya masyarakat,
2. penyelenggaraan penyuluhan sosial,
3. penyelenggaraan pendidikan tenaga sosial,
4. penyelenggaraan rehabilitas bebas hukum,
5. perijinan undian sosial,
6. pengawasan / bimbingan kepada organisasi-organisasi masyarakat yang
menyelenggarakan usaha tersebut di atas,
7. penghimpunan bahan untuk dokumentasi dan statistik sosial.
Dalam pelaksanaan tugas bimbingan dan perbaikan sosial, selaras dengan
Qanun Kota Langsa No. 3 Tahun 2007 tentang pembentukan dan penataan
susunan organisasi dan tata kerja dinas daerah, sebagaimana telah diubah dengan
Qanun Kota Langsa nomor 14 tahun 2007 tentang perubahan atas Qanun nomor 3
tahun 2007 tentang pembentukan dan penataan susunan organisasi dan tata kerja
Organisasi Dinas Sosial Kota Langsa terdiri atas :
1. Kepala Dinas,
2. Bagian Tata Usaha, terdiri dari :
a. Sub Bagian Umum,.
b. Sub Bagian Keuangan dan perlengkapan.
3. Bidang Pemberdayaan Sosial, terdiri dari :
a. Seksi Penyuluhan dan Bimbingan Sosial,
b. Seksi Pembinaan Organisasi dan Swadaya Sosial.
4. Bidang Bantuan Sosial, terdiri dari :
a. Seksi Penanggulangan dan Bantuan Bencana,
b. Seksi Bantuan Kesejahteraan Sosial, Fakir Miskin dan Jompo.
5. Bidang Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Masyarakat, terdiri dari :
a. Seksi Kesejahteraan Anak dan Panti Asuhan,
b. Seksi Kesejahteraan Keluarga Masyarakat dan Perintis Kemerdekaan/
Pahlawan.
6. Bidang Rehabilitasi Sosial, terdiri dari :
a. Seksi Rehabilitasi Penyandang Tuna Sosial,
b. Seksi Penyandang dan Rehabilitasi Penyandang Cacat.
7. Kelompok Jabatan Fungsional
8. Unit Pelaksana Teknis ( Panti-panti ) terdiri dari :
a. Panti Taman Harapan,
b. Panti Malahayati,
d. Panti Aziziah Seuriget.
Tugas dan Fungsi Dinas Sosial Kota Langsa terdiri atas :
1. Adapun tugas Kepala Dinas sebagai berikut :
a. memimpin dan membina dinas dalam melaksanakan tugas yang ditetapkan
berdasarkan peratutan Perundang-undangan yang berlaku,
b. menetapkan kebijaksanaan umum di daerah bidang sosial,
c. menetapkan kebijakan teknis di bidang sosial,
d. melaksanakan kerjasama dengan instansi yang menyangkut bidang sosial,
e. melaksanakan tugas dinas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
bidang tugasnya.
2. Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi :
a. pelaksanaan dan pengkordinasian penyusunan perencanaan strategik,
program kerja dan kegiatan, pengolahan data dan pelaporan serta
pembinaan organisasi ketatalaksanaan,
b. pengelolaan administrasi umum yang meliputi kepegawaian, keuangan,
perlengkapan, kerumahtanggaan, dokumentasi dan penataan arsip,
c. penyiapan data, informasi dan hubungan masyarakat,
d. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
3. Bidang Pemberdayaan Sosial mempunyai fungsi :
a. penyiapan bahan pemberdayaan sosial penyusunan pedoman dan petunjuk
teknis pemberdayaan sosial serta/melaksanakan program pemberdayaan
sosial,
b. penyiapan bahan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis
penyelenggaraan pemberdayaan sosial,
c. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugasnya.
4. Bidang Bantuan Sosial mempunyai fungsi :
a. penyiapan bahan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis di bidang
bantuan sosial,
b. penyiapan bahan dan data guna penyusunan program pembinaan dan
petunjuk teknis di bidang bantuan sosial serta memantau dan melaporkan
pelaksanaan pemberian bantuan sosial,
c. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugasnya.
5. Bidang Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Masyarakat mempunyai fungsi :
a. penyiapan bahan pedoman dan petunjuk teknis penyuluhan dan bimbingan
sosial kepada anak, keluarga dan masyaraka,
b. penyiapan bahan dan penyelenggaraan pembinaan terhadap kesejahteraan
c. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugasnya.
6. Bidang Rehabilitasi Sosial mempunyai fungsi :
a. penyiapan bahan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis di bidang
rehabilitasi sosial,
b. penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang rehabilitasi
sosial,
c. pelaksana rencana program dan petunjuk teknis di bidang rehabilitasi
sosial,
d. pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di bidang rehabilitasi sosial,
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas,
f. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugasnya.
7. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Pemerintah Daerah sesuai dengan kehlian dan kebutuhan.
D. Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas 1. Prosedur Penerimaan Kas
Prosedur Akuntansi penerimaan kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) Dinas Sosial Kota Langsa meliputi serangkaian proses baik manual
kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan penerimaan kas pada satuan kerja
perangkat daerah Dinas Sosial Kota Langsa.
a. Fungsi yang terkait
Fungsi yang terkait pada prosedur akuntansi penerimaan kas pada satuan
kerja perangkat daerah Dinas Sosial Kota Langsa dilaksanakan oleh fungsi
akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah.
b. Dokumen yang digunakan
Dokumen (dokumen sumber dan dokumen pendukung) yang digunakan
pada prosedur akuntansi penerimaan kas pada satuan kerja perangkat daerah
Dinas Sosial Kota Langsa, terdiri atas:
1. surat ketetapan pajak daerah merupakan dokumen yang dibuat oleh
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah untuk menetapkan pajak daerah atas
wajib pajak,
2. surat ketetapan retribusi merupakan dokumen yang dibuat oleh pengguna
anggaran untuk menetapkan retribusi atau wajib retribusi,
3. surat tanda setoran merupakan dokumen yang dibuat oleh bendahara
penerimaan untuk menyetor penerimaan daerah atau pejabat
penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah untuk dijadikan
dokumen dalam menyelenggarakan akuntansi pada satuan kerja perangkat
daerah,
4. bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer penerimaan
5. nota kredit bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang
menunjukkan adanya transfer uang masuk ke rekening kas umum daerah,
6. buku jurnal penerimaan kas merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja
perangkat daerah untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi
atau kejadian yang berhubungan dengan penerimaan kas,
7. buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi
pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah untuk
mencatat peringkasan (posting) semua transaksi atau kejadian selain kas
dari jurnal penerimaan kas ke dalam buku besar untuk setiap rekening aset,
kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja dan pembiayaan,
8. buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat
daerah untuk mencatat transaksi-transaksi dan kejadian yang berisi rincian
item buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.
c. Laporan yang dihasilkan
Laporan yang dihasilkan dari prosedur akuntansi penerimaan kas pada
satuan kerja perangkat daerah Dinas Sosial Kota Langsa, terdiri atas :
1. laporan realisasi anggaran satuan kerja perangkat daerah,
2. neraca satuan kerja perangkat daerah,
d. Uraian prosedur penerimaan kas
Prosedur akuntansi penerimaan kas terdiri atas prosedur akuntansi
penerimaan kas, yaitu :
1. fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja
perangkat daerah berdasarkan bukti transaksi penerimaan kas mencatat ke
dalam jurnal penerimaan kas, disertai uraian rekening-lawan asal
penerimaan kas dimaksud,
2. bukti transaksi penerimaan kas mencakup antara lain :
a. surat tanda setoran,
b. bukti transfer,
c. nota kredit,
d. Bukti penerimaan lainnya.
3. fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja
perangkat daerah secara periodik atau berkala melakukan posting ke buku
besar,
4. jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan
satuan kerja perangkat daerah dapat membuat buku besar pembantu yang
berfungsi sebagai rincian dan kontrol buku besar,
5. Pencatatan ke dalam buku jurnal penerimaan kas, buku besar dan buku
besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada pejabat
penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah sesuai dengan
Adapun bagian yang terlibat dalam prosedur penerimaan kas pada Dins
Sosial Kota Langsa adalah kepala dinas, kepala bidang, kepala sekretariat/tim
verifikasi, bendahara dan pemegang uang muka kegiatan (PUMK). Dimana
prosedur penerimaan kas dapat dilihat sebagai berikut:
a. Kepala Dinas
Kepala dinas bertanggung jawab penuh terhadap penggunaan kas dan
penerimaan kas di Dinas Sosial Kota Langsa.
b. Kepala Bidang
Kepala bidang membuat rencana kegiatan sesuai dengan daftar penetapan
anggaran (DPA) yang telah disetujuai oleh DPRK. Kemudian membuat
daftar rician yang akan diajukan ke tim verifikasi.
c. Kepala sekretariat/tim verifikasi
Rincian yang telah diverifikasi selanjutnya diteruskan ke bendaharawan
untuk diajukan ke badan pengelola keuangan derah (BPKD).
d. Bendahara
Bendahara berfungsi melakukan pencatatan transaksi penerimaan kas dan
memasukkan transaksi tersebut ke program.
e. Pemegang uang muka kegiatan (PUMK)
Pemegang uang muka kegiatan (PUMK) berfungsi menyalurkan dana
kegiatan yang ada pada rekening Dinas Sosial Kota Langsa ke seluruh
2. Prosedur Pengeluaran Kas
Prosedur Akuntansi pengeluaran kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) Dinas Sosial Kota Langsa meliputi serangkaian proses baik manual
ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan, pengikhtisaran atas transaksi dan/atau
kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan pengeluaran kas pada satuan kerja
perangkat daerah Dinas Sosial Kota Langsa.
a. Fungsi yang terkait
Fungsi yang terkait pada prosedur akuntansi pengeluaran kas pada satuan
kerja perangkat daerah Dinas Sosial Kota Langsa dilaksanakan oleh fungsi
akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah.
b. Dokumen yang digunakan
Dokumen (dokumen sumber dan dokumen pendukung) yang digunakan
pada prosedur akuntansi pengeluaran kas pada satuan kerja perangkat daerah
Dinas Sosial Kota Langsa, terdiri atas:
1. surat penyediaan dana merupakan dokumen yang dibuat oleh Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) sebagai media atau surat yang
menunjukkan tersedianya dana untuk diserap/direalisasi,
2. surat perintah membayar merupakan dokumen yang dibuat oleh pengguna
anggaran untuk mengajukan surat perintah pencairan dana yang akan
diterbitkan oleh bendahara umum daerah/kuasa bendahara umum daerah,
3. kuitansi pembayaran dan bukti penerimaan lainnya merupakan dokumen
4. surat perintah pencairan dana merupakan dokumen yang telah diterbitkan
oleh bendahara umum daerah/kuasa bendahara umum daerah untuk
mencairkan uang pada bank yang telah ditunjuk,
5. bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer pengeluaran
daerah,
6. nota Debet bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang
menunjukkan adanya transfer uang keluar ke rekening kas umum daerah,
7. buku jurnal pengeluaran kas merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja
perangkat daerah untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi
atau kejadian yang berhubungan dengan pengeluaran kas,
8. buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi
pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah untuk
untuk mencatat peringkasan (posting) semua transaksi atau kejadian selain
kas dari jurnal pengeluaran kas ke dalam buku besar untuk setiap rekening
aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja dan pembiayaan,
9. buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat
daerah untuk mencatat transaksi-transaksi dan kejadian yang berisi rincian
c. Laporan yang dihasilkan
Laporan yang dihasilkan dari prosedur akuntansi pengeluaran kas pada
satuan kerja perangkat daerah Dinas Sosial Kota Langsa, terdiri atas :
1. laporan realisasi anggaran satuan kerja perangkat daerah,
2. neraca satuan kerja perangkat daerah,
3. catatan atas laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah.
d. Uraian prosedur penerimaan kas
Prosedur akuntansi pengeluaran kas terdiri atas prosedur akuntansi
pengeluaran kas, yaitu :
1. fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja
perangkat daerah berdasarkan bukti transaksi pengeluaran kas mencatat ke
dalam jurnal pengeluaran kas,
2. bukti transaksi pengeluaran kas mencakup antara lain :
a. surat perintah pencairan dana,
b. bukti transfer,
c. nota debet,
d. bukti pengeluaran lainnya.
3. Fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja
perangkat daerah secara periodik atau berkala melakukan posting dari
buku jurnal ke buku besar.
4. jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan
satuan kerja perangkat daerah dapat membuat buku besar pembantu yang
5. pencatatan ke dalam buku jurnal pengeluaran kas, buku besar dan buku
besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada pejabat
penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi yang ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.
Pengeluaran kas pada Dinas Sosial Kota Langsa digolongkan atas dua
bagian, yaitu:
1. Biaya Operasi
Biaya operasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai semua
kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan operasi Dinas yang terdiri dari:
a. biaya pemeliharaan
Biaya pemeliharaan adalah bagian yang dikeluarkan untuk merawat semua
aktiva-aktiva tetap yang dimiliki perusahaan, seperti kendaraan, gedung,
komputer, dan lain-lain.
b. biaya kepegawaian
Biaya kepegawaian terdiri dari:
unsur gaji, biaya yang dikeluarkan perusahaan secara berkelanjutan setiap
bulannya sebagai imbalan jasa para pegawai yang bekerja di perusahaan.
Unsur gaji termasuk tunjangan berupa jabatan dan hari raya,
unsur cuti dan lainnya, yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan berupa
cuti tahunan, cuti besar, perubahan pegawai, perawatan kesehatan, dan
biaya kesehatan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memelihara
kesehatan bagi para pegawai,
biaya pensiun adalah biaya yang dikeluarkan sebagai tunjangan karyawan
yang telah pensiun.
c. biaya adminstrasi
biaya administrasi adalah biaya perusahaan sehubungan dengan pengadaan
fasilitas perusahaan. Adapun yang termasuk biaya administrasi yaitu:
biaya perjalanan dinas,
biaya alat tulis kantor.
biaya telepon, listrik dan air,
2. biaya teknis kegiatan.
Adapun biaya teknis kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a. biaya bantuan penanggulangan bencana adalah biaya yang dikeluarkan
untuk menanggulangi masa-masa kritis pasca bencana,
b. biaya pemberdayan kemampuan masyarakat adalah biaya yang
dikeluarkan untukmengadakan pelatihan-pelatihan bagi masyarakat,
c. biaya penanggulangan permasalahan sosial termasuk didalamnya bantuan
E. Pengawasan Intern Penerimaan dan Pengeluaran Kas 1. Pengawasan Intern Penerimaan Kas
Setiap perusahaan mempunyai sumber penerimaan kas, baik yang bersifat
rutin maupun tidak. Dengan adanya prosedur penerimaan kas yang baik, maka
dapat dipastikan bahwa semua penerimaa kas sudah dicatat, diklasifikasikan
secara tepat dan akurat dengan didukung oleh bukti penerimaan kas. Untuk setiap
bukti penerimaan kas memuat :
a. berapa jumlah uang yang diterima,
b. tanggal penerimaan,
c. transaksi apa yang berhubungan dengan penerimaan itu,
d. nama orang atau perusahaan yang melakukan pembayaran,
e. nama orang atau perusahaan yang menerima kas.
Untuk dapat mengawasi penerimaan kas perlu adanya pemisahan fungsi
pencatatan dan pengelola kas. Adapun tujuan dari pengawasan intern kas adalah:
a. untuk menjamin bahwa seluruh penerimaan kas benar diterima dan dicatat
sebagaimana mestinya,
b. untuk menciptakan kegunaan sebesar-besarnya dari jumlah uang yang
diterima yang dimiliki oleh perusahaan untuk menciptakan pengawasan
intern kas yang baik,
Dalam pengawasan intern penerimaan kas, Dinas Sosial Kota Langsa
melakukan pemisahan fungsi pencatatan dan pengelolaan kas, serta membuat
laporan penerimaan kas setiap harinya yang dilakukan oleh bendahara. Untuk
pada umumnya sistem pengawasan intern kas menolak praktek pencatatan kas dan
penanganan uang kas berada dalam satu tangan. Kemungkinan besar untuk
menyalahgunakan kas untuk sebagian besar dapat dikurangi apabila dua atau lebih
pegawai bekerja sama untuk melawan maksud-maksud penggelapan uang kas.
Dengan diadakannya pemeriksaan intern kas dalam selang waktu yang
tidak terbatas, dapat mendorong setiap pegawai melakukan pekerjaannya dengan
benar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara analisa penilaian rekomendasi dan
komentar-komentar terhadap kinerja pegawai dari kegiatan operasi perusahaan.
2. Pengawasan Intern Pengeluaran Kas
Sama halnya dengan pengawasan intern penerimaan kas, pengawasan
intern pengeluaran kas harus dikelola sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
kesalahan dan kecurangan yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.
Dengan adanya penerapan sistem pengawasan yang memuaskan akan
memberikan kepastian bahwa pengeluaran kas yang dilaksanakan ada
hubungannya dengan aktivitas dan benar telah dibukukan serta adanya persetujuan
dari yang berwewenang.
Pada Dinas Sosial Kota Langsa, pengeluaran kas dapat berupa cek (untuk
pihak intern), giro (untuk pihak ekstern), serta dana kas kecil yang dikelola oleh
pemegang kas.
Untuk melakukan pengawasan intern pengeluaran kas Dinas Sosial Kota
Langsa melakukan usaha-usaha berikut ini:
b. memberi nomor urut cek atau giro yang dikeluarkan dan semua nomor cek
atau giro tersebut dapat dipertanggungjawabkan apakah dipergunakan atau
tidak,
c. membuat rekonsiliasi bank setiap bulan oleh bendahara,
d. setiap pengeluaran kas menggunakan cek, giro, dan dana kas kecil.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk pengeluaran kas yang dilakukan
dengan cek adalah sebagai berikut:
a. setiap cek yang tidak atau belum digunakan harus disimpan dengan baik,
b. pegawai yang menyimpan cek tidak dapat melakukan penerimaan kas,
c. cek harus ditulis atau diketik,
d. yang menandatangani cek harus lebih dari satu orang.
Dalam hal pengeluaran kas selalu terbuka kesempatan untuk berbuat
curang dengan cara menggunakan dana secara tidak wajar atau tidak benar. Untuk
itu pengeluaran kas harus dikelola dengan baik agar dapat dihindari terjadinya
penyelewengan atau kecurangan terhadap kas yang dapat merugikan perusahaan.
Oleh sebab itu, suatu sistem pengawasan intern kas sedapat mungkin dapat
BAB III
ANALISA DAN EVALUASI
A. Pengertian Fungsi Pengawasan Intern Kas dan Unsur-Unsur Pengawasan Intern Kas
Suatu perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya haruslah
melakukan pengawasan dan memonitornya untuk mengetahui hasil dari
kegiatannya. Manajemen harus mempunyai pandangan dan sikap yang profesional
untuk memajukan atau meningkatkan hasil yang telah dicapai. Pandangan
manajemen ini berasal dari pengawasan yang telah dilakukan.
Pengawasan adalah suatu tugas manajemen yang sangat penting disamping
fungsi-fungsi lainnya seperti perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan.
Pengawasan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang termasuk dalam aktifitas
perusahaan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Pengawasan dapat dilakukan
oleh pihak intern perusahaan yaitu pimpinan beserta pegawai-pegwai dan juga
pihak ekstern yang ikut terlibat dalam aktivitas perusahaan seperti akuntan publik.
Pengawasan intern (internal control) dapat dipandang dua arah, yaitu:
a. Dalam arti sempit
Pengawasan intern merupakan pergerakan penjumlahan, baik penjumlahan
b. Dalam arti luas
Pengawasan intern tidak hanya meliputi pengerjaan pengecekan saja,
tetapi meliputi semua alat-alat yang digunakan manajemen untuk
mengadakan pengawasan.
Sistem pengawasan intern suatu organisasi terdiri dari kebijakan dan prosedur yang diciptakan untuk memberi jaminan yang memadai agar tujuan organisasi dapat tercapai. (Mulyadi; 2001; hal 68).
Pengawasan intern menurut (Ikatan Akuntan Indonesia; 2001; hal 63). didefenisikan sebagai pengawasan intern yang meliputi organisasi serta semua metode dan ketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam suatu perusahaan untuk melindungi harta milik perusahaan, memeriksa kecermatan dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang digariskan.
Selanjutnya setelah penulis menguraikan pengertian pengawasan intern,
maka dilanjutkan dengan pengertian kas.
(Soemarso; 2004; hal 320) menyatakan bahwa : kas adalah sesuatu baik yang berbentuk uang atau bukan yang terdapat tersedia dengan segera dan diterima sebagai pelunasankewajiban sebagai nilai nominalnya.
Kas, harta yang paling liquit adalah media pertukaran buku dan dasar bagi pengukuran dan akuntansi untuk semua pula lainnya. Kas umumnya diklasifiksikan sebagai harta lancar agar dapat dilaporkan sebagai kas, post yang bersangkutan harus siap tersedia untuk pembayaran kewajiban lancar, dan harus bebas dari setiap ikatan kontraktual yang membatasi penggunaannya dalam pemenuhan utang. (Kieso dan WeyGandt; 2001; hal 402).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kas merupakan
sehingga dapat menimbulkan niat seseorang untuk melakukan penyelewengan dan
manipulasi dengan berbagai cara.
1. Fungsi Pengawasan Intern Kas
Ada tujuh macam fungsi struktur pengawasan intern kas secara rinci yang
harus dipenuhi untuk mencegah setiap kesalahan yang mungkin terjadi di dalam
pencatatan.
Struktur pengendalian intern harus memberikan kepastian bahwa:
a. setiap transaksi yang dicatat adalah sah (validitas)
Struktur pengendalian intern tidak dapat memberikan transaksi fiktif dan
yang sebenarnya tidak terjadi di dalam jurnal atau catatan akuntansi
lainnya,
b. setiap transaksi diotorisasi dengan tepat
dalam hal ini, jika suatu transaksi tidak diotorisasi maka dapat
mengakibatkan transaksi yang curang,
c. setiap transaksi yang terjadi harus dicatat
Hal ini dilakukan untuk mencegah hilangnya setiap transaksi dari catatan,
d. setiap transaksi dinilai dengan cepat
pengendalian yang memadai selalu disertai dengan prosedur untuk
menghindari kesalahan dalam perhitungan dan pencatatan transaksi pada
langkah-langkah proses pencatatan,
pengklasifikasian perkiraan yang tepat sesuai dengan kode perkiraan klien
harus ditetapkan dalam jurnal,
f. transaksi yang terjadi dicatat pada waktu yang tepat,
g. setiap transaksi dimasukkan dengan tepat ke dalam catatan tambahan yang
diikhtisarkan dengan benar.
2. Unsur-Unsur Pengawasan Intern Kas
Untuk mendapatkan suatu pengawasan intern yang baik di dalam
perusahaan, diperlukan adanya unsur-unsur yang dirancang dan
diimplementasikan manajemen guna membentuk kepastian yang layak bahwa
tujuan pengawasan internnya akan tercapai. Unsur-unsur pengawasan intern
tersebut adalah:
a. pelaksanaan yang kompeten dan dapat dipercaya
Di dalam sistem pengawasan intern, pelaksanaan merupakan unsur paling
penting, orang-orang jujur, bekerja secara efisien, selalu mampu bekerja
dengan segala kesungguhan meskipun kelima unsur lainnya begitu kuat,
tetapi orang-orang yang tidak berkompeten serta tidak memeliki kejujuran
dalam dirinya akan lebih mudah membuat sistem pengawasan tersebut
menjadi berantakan. Agar sistem pengawasan dapat berjalan sebagaimana
mestinya dan penyelenggaraan pekerjaan dilaksanakan sebaik-baiknya,
harus ditetapkan pertanggungjawabannya dari orang-orang tertentu. Orang
yang diberi pertanggungjawaban tersebut akan bekerja lebih giat, hati-hati
b. pembagian tugas yang jelas
Tujuan dan pembagian tugas yang jelas untuk mencegah kekeliruan yang
sengaja atau tidak sengaja. Untuk itu ada empat pedoman yang dapat
dilakukan, yaitu:
• pemisahan penanganan aktiva serta akuntansinya
Apabila fungsi ini dipegang oleh satu orang, sangat besar kemungkinan
akan terjadi penggelapan aktiva tersebut untuk kepentingan pribadi, dan
memanipulasi pembukuannya untuk menghindarkan diri dari
pertanggungjawaban.
• pemisahan otorisasi transaksi dari penangan setiap aktiva
Sebaiknya orang yang memberi otorisasi transaksi tidak ikut partisipasi
dalam pengawasan terhadap aktiva.
• pemisahan tugas dalam fungsi akuntansi
Dengan cara ini, akan terbuka banyak kesempatan bagi pegawai yang
bekerja dalam sistem untuk melakukan pemeriksaan silang.
• pemeriksaan tanggung jawab
c. Prosedur otorisasi yang tepat
Agar setiap pengawasan dapat berhasil dengan baik, setiap transaksinya
harus diotorisasi dengan semestinya. Otorisasi ini dapat berbentuk umum
maupun khusus. Otorisasi umum berarti bahwa manajemen menetapkan
kebijaksanaan yang dirumuskan untuk dilaksanakan di dalam organisasi.
untuk setiap transaksi dalam batasan yang telah ditetapkan oleh kebijakan
tersebut. Sedangkan otorisasi khusus hanya berlaku pada transaksi saja.
d. Dokumen dan catatan yang memadai
Dokumen berfungsi sebagai penerus informasi di lingkungan organisasi
atau di antara organisasi yang berbeda. Dokumen ini harus cukup memadai
untuk memberikan jaminan bahwa aktiva telah berada dalam pengawasan
yang semestinya dan setiap transaksi telah dicatat dengan benar.
e. Verifikasi internal
Yaitu pemisahan tugas-tugas secara fungsional atau operasional,
penerimaan dan pengeluaran kas, akuntansi dan setiap pengawasan intern
serta setiap transaksi yang memerlukan pertanggungjawaban dari harta
perusahaan.
(Arrens; 2002; hal 36) menyatakan bahwa : Persyaratan mendasar untuk setiap orang yang melaksanakan prosedur verivikasi internal adalah independensi mereka terhadap orang-orang yang bertugas menyiapkan data dari awal sampai akhir. Dan alat verivikasi internal yang paling mudah adalah pemisahan tugas.
B. Tujuan Pengawasan Intern Kas
Dalam melakukan pengawasan intern kas dan untuk mencapai tujuan
pengawasan intern kas harus diketahui sifat-sifat khusus dari kas dan tindakan
yang mungkin terjadi untuk menggelapkan kas tersebut, karena kas mempunyai
sifat-sifat tertentu, seperti bentuknya kecil, jenisnya sama, mudah dipergunakan
Oleh karena begitu menarik dan pentingnya kas, maka kas sering dijadikan
sasaran untuk penyelewengan. Untuk itu diperlukan suatu pengawasan intern
terhadap kas. Penyelewengan yang dilakukan bukan hanya langsung dengan
mencuri dari brankas, melainkan dengan cara penyelewengan melalui pembukuan
yang rapi dan teratur.
Menurut (Wilson; 2002; hal 89), beberapa cara umum untuk melaksanakan penyelewengan terhadap kas adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan bukti voucher palsu atau mengajukan voucher untuk mendapatkan pembayaran dua kali.
b. Kitting atau pinjaman tanpa mendapat persetujuan dengan cara tidak mencatat pembayaran tetapi mencatat penyetoran dalam melakukan transfer ke bank.
c. Mencantumkan jumlah total yang tidak benar dalam buku kas. d. Menaikkan jumlah cek setelah ditandatangani.
e. Mencantumkan potongan harga dengan jumlah yang lebih rendah. f. Menguangkan cek gaji dan upah dengan jumlah yang lebih rendah
daripada sebelumnya.
g. Mengubah bukti voucher pengeluaran kas kecil.
h. Memalsukan cek dengan memusnahkannya pada saat diterima dari bank, menggantikannya dengan cek lain yang dibatalkan atau dengan nota pembebanan.
Dengan cara-cara penyelewengan kas tersebut yang mungkin bahkan
sering dilakukan secara sengaja ataupun tidak sengaja akan sangat menghambat
tercapainya tujuan pengwasan intern kas.
Alasan perusahaan untuk menerapkan sistem pengawasan intern adalah
untuk membantu perusahaan agar dapat mencapai tujuannya dengan cara yang
lebih efisien.
Adapun tujuan diterapkannya sistem pengawasan intern kas bagi
perusahaan adalah:
Pengelola di dalam mengambil suatu keputusan harus didasarkan pada
informasi yang dapat diandalkan. Untuk itu, pengelola harus mempunyai
informasi yang diteliti dan dapat dipercaya. Kualitas informasi tergantung
pada sistem pengawasan intern kas. Semakin baik sistem yang diterapkan
semakin baik informasi yang dihasilkan.
b. untuk melindungi harta kekayaan
Harta kekayaan perusahaan baik berbentuk fisik maupun non fisik dapat
dicuri, hilang atau disalahgunakan bila tidak diawasi dengan baik.
Sebagian informasi perusahaan yang disimpan dalam komputer dapat
dirusak bila tidak dilindungi dengan baik. Maka perlu diadakan
perlindungan fisik terhadap harta perusahaan, misalnya dengan adanya
tempat khusus untuk menyimpan aktiva tertentu.
c. meningkatkan efisiensi perusahaan
Pengawasan dalam suatu organisasi berarti mencegah adanya duplikasi
yang tidak perlu, mencegah terjadinya pemborosan pada setiap aspek
perusahaan dan mencegah pemakain sumber-sumber perusahaan secara
tidak efisien.
d. mendorong ditaatinya kebijaksanaan yang telah digariskan
Manajemen menetapkan prosedur-prosedur dan aturan-aturan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sistem pengawasan intern dapat dipakai untuk menjamin bahwa
prosedur-prosedur dan aturan-aturan yang telah ditetapkan itu ditaati oleh pegawai.
setiap pegawai untuk melaksanakan prosedur-prosedur atau yang menjadi
tanggung jawabnya.
Dari kebenaran dan bukti-bukti akurat yang diperoleh dari pelaksanaan
pengawasan intern kas akan sangat menunjang pencapaian tujuan pengawasan
intern perusahaan di dalam mengamankan aktiva berupa kas dan dipatuhinya
keputusan-keputusan kebijaksanaan manajemen.
Tercapainya sistem pengawasan intern kas dapat dilihat dari tingkat
keamanan harta perusahaan, ketelitian dan keandalan data akuntansi,
meningkatnya efisiensi operasi perusahaan serta semakin dipatuhinya
kebijaksanaan manajemen.
C. Analisa Prosedur Penerimaan Kas
Bila ditinjau dari Bab II mengenai penerimaan kas yang dilakukan oleh
Dinas Sosial Kota Langsa menurut penulis menerapkan sistem pengawasan intern
kas yang sesuai dengan dengan standar akuntansi. Adapun sistem pengawasan
intern kas yang telah diterapkan oleh Dinas Sosial Kota Langsa dalah sebagai
berikut :
a. dari sistem pencatatan penerimaan kas yang dilakukan oleh bendaharawan
pembantu yaitu mencatat penerimaan pada saat uang tersebut diterima,
kemudian asisten akuntansi dan pelaporan mencatat penerimaan kas
tersebut serta memberikan pertanggungjawaban yang efektif terhadap
b. penggunaan bukti-bukti yang telah dirancang baik, dimana bukti-bukti
tersebut berguna untuk membuktikan terjadinya transaksi atau penerimaan
kas telah dirancang sedemikian rupa ataupun dibuat dalam bentuk yang
sederhana dan mudah dimengerti cara pemakaiannya,
c. pencatatan bukti dengan segera dimana sepanjang penerimaan kas tersebut
telah dibuktikan dengan bukti-bukti yang ada, maka pencatatannya dalam
pembukuan dilakukan dengan segera oleh tim verifikasi selanjutnya
diserahkan kepada kepala dinas,
d. bendaharawan pembantu harus mempunyai catatan secara terpisah apabila
terdapat kelemahan dari tim verifikasi.
D. Analisa Prosedur Pengeluaran Kas
Prosedur pengeluaran kas adalah antara lain untuk biaya operasi dan biaya
di luar operasi. Uang yang dikeluarkan dapat berupa cek, giro, dan uang tunai
yang dibayarkan kepada pihak yang menerima pembayaran dengan waktu
pembayaran dan jumlah yang sesuai dengan bukti-bukti pendukung untuk
pengeluaran tersebut. Bagian-bagian yang telibat dalam pengeluaran kas antara
lain:
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas berhak untuk mengeluarkan kas, menyetujui permohonan
dana serta pemanfaatan dana di bagian keuangan sesuai dengan plafon
pengeluaran dana diteliti sedemikian rupa agar tidak terdapat
penyelewengan terhadap kas.
b. Bendahara
Bendahara berfungsi sebagai:
• mengawasi aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas sesuai dengan
bukti-bukti yang ada,
• membandingkan laporan dengan bukti kas keluar kemudian membuat
laporan rekapitulasi pendapatan dan biaya.
c. Tim Verifikasi
Tim Verifikasi berfungsi sebagai:
• memeriksa kebenaran perhitungan sah tidaknya permintaan pembayaran
dan menyiapkan bukti pengeluaran kas dengan persetujuan manajer
keuangan,
• membandingkan laporan dengan bukti-bukti kas keluar, kemudian
dibukukan ke rekening buku besar sesuai dengan nomor rekening.
E. Sistem Pencatatan Penerimaan dan Pengeluaran Kas
1. Sistem Pencatatan Penerimaan Kas
Sistem pencatatan penerimaan kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) Dinas Sosial Kota Langsa meliputi serangkaian proses baik manual
ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan, pengikhtisaran atas transaksi dan/atau
kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban
perangkat daerah Dinas Sosial Kota Langsa.Bukti setor ke bank serta daftar
penerimaan uang harian diserahkan kepada asisten akuntansi dan pelaporan
sehingga dapat di cek kebenarannya.
Sistem pencatatan penerimaan kas terdiri atas prosedur akuntansi
penerimaan kas, yaitu :
1. fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja
perangkat daerah berdasarkan bukti transaksi penerimaan kas mencatat ke
dalam jurnal penerimaan kas, disertai uraian rekening-lawan asal
penerimaan kas dimaksud,
2. Bukti transaksi penerimaan kas mencakup antara lain :
a. surat tanda setoran,
b. bukti transfer.
c. nota Kredit,
d. bukti penerimaan lainnya.
3. fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja
perangkat daerah secara periodik atau berkala melakukan posting ke buku
besar,
4. jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan
satuan kerja perangkat daerah dapat membuat buku besar pembantu yang
berfungsi sebagai rincian dan kontrol buku besar,
5. pencatatan ke dalam buku jurnal penerimaan kas, buku besar dan buku
penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi yang ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.
2. Sistem Pencatatan Pengeluaran Kas
Sistem pencatatan pengeluaran kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) Dinas Sosial Kota Langsa meliputi serangkaian proses baik manual
ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan, pengikhtisaran atas transaksi dan/atau
kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan pengeluaran kas pada satuan kerja
perangkat daerah Dinas Sosial Kota Langsa.
Sistem pencatatan pengeluaran kas terdiri atas prosedur akuntansi
pengeluaran kas, yaitu :
1. fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja
perangkat daerah berdasarkan bukti transaksi pengeluaran kas mencatat ke
dalam jurnal pengeluaran kas,
2. bukti transaksi pengeluaran kas mencakup antara lain :
a. surat perintah pencairan dana,
b. bukti transfer,
c. nota debet,
d. Bukti pengeluaran lainnya.
3. fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja
perangkat daerah secara periodik atau berkala melakukan posting dari
4. jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan
satuan kerja perangkat daerah dapat membuat buku besar pembantu yang
berfungsi sebagai rincian dan kontrol buku besar,
5. pencatatan ke dalam buku jurnal pengeluaran kas, buku besar dan buku
besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada pejabat
penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi yang ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.
F. Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah skala
likert yang digunakan sebagai skala atau alat untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam
penelitian fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang
disebut sebagai variabel peneliti yang akan diuji, dan setiap jawaban dari
pertanyaan jawaban akan diberi skor atau nilai (Sugiono,2006:86).
Untuk keperluan analisa kuntitatif penelitian ini, maka peneliti
memberikan lima alternatif jawaban kepada responden dengan menggunakan
Instrument skala likert
No Pertanyaan Skor
1 Sangat Setuju (SS) 5
2 Setuju (S) 4
3 Kurang Setuju (KS) 3
4 Tidak Setuju (TS) 2
Variabel Unsur Pengendalian Intern Kas (Internal Control) Pada Dinas Sosial kota Langsa
NO Keterangan STS
(1) TS (2) KS (3) S (4) SS (5)
1. Apakah fungsi penjualan kas harus
terpisah dari fungsi kas? √
2. Apakah fungsi kas harus terpisah dari
fungsi akuntansi? √
3. Apakah transaksi penjualan tunai
harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kas, fungsi pengiriman, dan fungsi akuntansi?
√
4. Apakah penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan menggunakan formulir faktur penjualan tunai?
√
5. Apakah penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi kas dengan cara membubuhkan cap lunas pada faktur penjualan tunai dan penempelan pita register kas pada faktur tersebut?
√
6. Apakah penjualan dengan kartu kredit bank didahului dengan permintaan otoritasi dari bank penerbit kartu kredit?
√
7. Apakah penyerahan barang
diotoritasioleh fungsi pengiriman dengan cara membubuhkan cap sudah diserahkan pada faktur penjualan tunai?
√
8. Apakah pencatatan ke dalam buku jurnal diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan cara memberikan tanda pada faktur penjualan tunai?
√
9. Apakah faktur penjualan tunai bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan?
√
10. Apakah Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor seluruhnya ke bank pada hari yang sama dengan transaksi penjualan tunai atau hari
11. Apakah penghitungan saldo kas yang ada di tangan fungsi kas secara priodik dan secara mendadak oleh pemeriksa intern?
√
Dari hasil tabel variabel unsur pengendalian intern kas (internal control)
diatas menunjukkan bahwa Dinas Sosial Kota Langsa sudah efektif dalam
menjalankan sistem pengawasan intern kas, karena dari hasil tabel kuisioner diatas
menunjukkan nilai 30 sesuai ketentuan nilai yang terdapat pada tabel di bawah ini:
No Keterangan Nilai
1 Tidak Efektif 11-25
2 Efektif 26-40
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa terhadap sistem pengawasan
intern kas terhadap Dinas Sosial Kota Langsa, maka dapat diambil kesimpulan :
1. struktur organisasi yang digunakan Dinas Sosial Kota Langsa adalah
sistem garis dan staff yaitu aliran perintah dan pengawasan datang dari
pimpinan tertinggi yaitu Kepala Dinas dan selanjutnya mengalir ke bawah
dan terdapat beberapa orang staff yang berfungsi sebagai orang yang ahli
dalam bidang tertentu dan dapat memberi pendapat dalam bidangnya telah
sesuai dengan prinsip dasar organisasi,
2. prosedur penerimaan kas telah dilaksanakan dengan baik dimana
bukti-bukti penerimaan kas dilaporkan dan disimpan oleh pihak yang
berwenang,
3. sistem pengawasan intern kas yang diterapkan pada Dinas Sosial Kota
Langsa sudah berjalan dengan efektif,
4. pengawasan intern yang dilakukan Dinas Sosial Kota Langsa masih
sepnuhnya bergantung pada personil dan pribadi pegawai sehingga bisa
B. Saran
Untuk menambah manfaat penulisan paper ini, maka penulis memberikan
saran sesuai dengan kemampuan yang dimiliki penulis. Adapun saran-saran yang
penulis kemukakan dari kesimpulan diatas adalah sebagai berikut:
1. Dinas Sosial Kota Langsa harus mempertahankan struktur organisasi yang
dimilikinya sehingga sesuai dengan prinsip dasar struktur organisasi,
2. Dinas Sosial Kota Langsa harus melakukan pengawasan terhadap prosedur
penerimaan kas dan bukti penerimaan kas sehingga kas tersebut
benar-benar disimpan oleh pihak yang berwenang,
3. Dinas Sosial Kota Langsa harus mempertahankan sistem pengawasan
intern kas agar sistem yang diterapkan dapat berjalan dengan efektif,
4. Dinas ini sebaiknya melakukan pembinaan, pelatihan, dan hubungan sosial
antar bagian agar pengawasan intern dalam Dinas Sosial Kota Langsa
dapat berjalan dengan baik sehingga kesalahan dan manipulasi kas dapat
DAFTAR PUSTAKA
Arrens Alvin A, James K Loebbeche, 2002 Auditing Sebagai Suatu Pendekatan
Terpadu, Alih Bahasa Drs. Ilham Tjakrakusumah, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Hadibroto HS, 2000 Sistem Pengawasan Intern, Edisi Kedua, Lembaga Penerbitan FE-UI, Jakarta.
Kieso, Donal E dan Jerry J, WeyGandt, 2001, Akuntansi Intermedite, Edisi ke Sepuluh, Erlangga, Jakarta.
Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Tiga, Salemba Empat, Jakarta.
Munawir, S, 2002 Pokok-pokok Akuntansi, Edisi Pertama, PT. Bina Pena Pariwara, Yogyakarta.
Soemarso, SR, 2002 Akuntansi Suatu Pengantar, Buku I, Edisi Lima, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Wilson James D and Jhon B. Champbell, 2002, Controlership Tugas Akuntan
Manajemen, Edisi Ketiga, Terjemahan Tjin-Tjin Felix Tjendra,
Penerbit Erlangga, Jakarta.