• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Efektifitas Pemakaian Koagulan PAC dan Tawas dalam Menurunkan Kekeruhan Air Baku (Sungai Belawan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Efektifitas Pemakaian Koagulan PAC dan Tawas dalam Menurunkan Kekeruhan Air Baku (Sungai Belawan)"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMAKAIAN KOAGULAN

PAC DAN TAWAS DALAM MENURUNKAN KEKERUHAN

AIR BAKU (SUNGAI BELAWAN)

TUGAS AKHIR

OLEH :

BRIAN LUMBANTOBING

NIM 122410088

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Perbandingan Efektifitas Pemakaian Koagulan PAC dan Tawas dalam Menurunkan Kekeruhan Air Baku (Sungai Belawan)”. Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahlimadya Analis Farmasi dan Makanan pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan kondisi optimum pemakaian koagulan PAC dan TAWAS yang lebih efektif untuk menurunkan kekeruhan menggunakan metode Jar test.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt., yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penulisan tugas akhir ini berlangsung. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi program Diploma-III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

(4)

3. Bapak Rivai Edward Sebayang, ST, Bapak Agung, seluruh pegawai dan staf di PDAM TIRTANADI HAMPARAN PERAK yang telah membantu dalam proses pengerjaan Tugas Akhir (TA)

4. Keluarga ku tersayang Lina Yoana lumbantobing, citra lumbantobing, John carlos lumbantobing dan op. Tioras Rajagukguk yang memberikan motivasi dalam penulisan tugas akhir ini.

5. Teman-teman seperjuangan Exaudia sitohang, Risna sitinjak dan Vera sianturi 6. Teman-teman terkasih yang berada di Gang Medan Area no 18A, Ulin,

Agustina, Elvi, Jeni, Evan dan Pridonta yang menginspirasi penulis, memberikan semangat dan membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. Dan secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis, Ayanda Herman lumbantobing tercinta dan Ibunda Lusianna Simatupang tersayang, yang memberi dukungan, semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil dalam penyelesaian tugas akhir ini. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih memiliki kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendukung. Penulis juga berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan bagi pembaca.

Medan, April 2015 Penulis,

(5)

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMAKAIAN KOAGULAN PAC DAN TAWAS DALAM MENURUNKAN KEKERUHAN AIR BAKU (SUNGAI

BELAWAN)

ABSTRAK

Air bersih sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup dan aktifitas sehari-hari. Air bersih umumnya digunakan oleh manusia yang akan diolah menjadi air minum. Air bisa menjadi media penyakit, oleh karena itu untuk memperoleh air bersih harus dilakukan dengan beberapa proses pengolahan, baik secara fisis, kimiawi maupun biologi. Salah Salah satu proses pengolahan kimia adalah proses koagulasi dan flokulasi, yakni proses pengumpulan partikel-partikel penyusun kekeruhan yang tidak dapat diendapkan secara gravitasi menjadi partikel yang lebih besar sehingga dapat diendapkan dengan cara pemberian bahan kimia yang disebut koagulan. Fungsi dari koagulan yaitu mengurangi kekeruhan, warna dan bau dalam air yang mempengaruhi kualitas air. Kekeruhan biasanya disebabkan karena partikel-partikel tanah dan pencemar-pencemar koloidal lainnya.

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan koagulan yang lebih efektif dan lebih menguntungkan antara koagulan PAC dan Tawas menggunakan metode Jar test. Jar test adalah proses pengujian dosis koagulan untuk mendapatkan dosis optimum. Air baku yang dipakai menggunakan kekeruhan yang sama dan pH yang sama. Penambahan koagulan PAC dan Tawas memiliki konsentarasi 1% tetapi dosis yang berbeda untuk menurunkan kekeruhan sehingga diperoleh dosis optimum. Kekeruhan yang diharapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 416/MENKES/PER/IX/1990 yaitu maksimal 5 NTU dan kesepakatan Sasaran Mutu Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirtanadi . Setelah diperoleh dosis optimum antara PAC dan Tawas, maka hasil tersebut akan di gunakan dalam pengolahan air baku menjadi air bersih.

(6)

COMPARATIVE EFFECTIVENESS USAGE COAGULANT PAC AND ALUM REDUCE TURBIDITY RAW WATER (BELAWAN STREAM)

ABSTACT

Clean water is needed for survival and daily activities. Clean water is generally used by humans to be processed into drinking water. Water can be a medium of disease, therefore, to obtain clean water should be required with some processing either physical, chemical or biological. One of the chemical treatment process of coagulation and flocculation, which is processing the process of collecting the particles making turbidity is not precipitated by gravity to be large particles so can be precipitated by providing chemicals called coagulant. Coagulant function of which is to reduce turbidity, color and odor in water that affect water quality. Coagulant is usually caused by soil particles and colloidal contaminants.

This research was conducted to obtain a more effective coagulant and more profitable between coagulant PAC and Alum using Jar test method. Jar test is a test process coagulant dosage to obtain optimum dose. Standard water used to use the same turbidity and pH. Alum coagulant addition and PAC has concentration 1% but different dose to reduce turbidity in order to obtain optimum dose. Turbidity is expected in accordance base on keputusan Kementrian Kesehatan RI No: 416/MENKES/PER/IX/1990 is 5 NTU and Kesepakatan Sasaran Mutu Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirtanadi. Having obtained the optimum dose between PAC and alum then the results will be used in the processing of standard water into clean water.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Air ... 4

2.1.1 Air Sungai ... 5

2.1.2 Air Bersih ... 6

2.1.3 Air Minum ... 7

2.2Purifikasi Air ... 8

2.2.1 Penyimpanan ... 8

(8)

2.2.2.1Koagulasi ... 10

2.2.2.2Pencampuran ... 10

2.2.2.3Flokulasi ... 10

2.2.2.4Sedimentasi ... 12

2.2.2.5Filtrasi ... 13

2.2.3 Klorinisasi ... 13

2.3Koagulan ... 14

2.3.1 Tawas (Alum) ... 14

2.3.2 PAC ... 16

2.4Parameter Fisika Kualitas Air ... 18

2.4.1 Kekeruhan ... 18

2.4.2 Warna ... 20

2.4.3 Rasa ... 20

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN ... 21

3.1Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

3.2Sampel ... 21

3.3Alat ... 21

3.4Bahan ... 21

3.5Prosedur Pengujian ... 22

3.5.1 Prosedur Penyiapan Sampel air baku (air sungai) ... 22

3.5.2 Prosedur Pembuatan Koagulan PAC ... 22

3.5.3 Prosedur Pembuatan Koagulan Tawas ... 22

(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1 Hasil ... 24

4.2 Pembahasan ... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1 Kesimpulan ... 31

5.2 Saran ... 31

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Data kekeruhan Air baku sebelum penambahan koagulan PAC

dan tawas menggunakan turbidimeter ... 24 Tabel 4.2 Data rata-rata kekeruhan dari kelima sampel setelah penambahan

koagulan PAC menggunakan metode Jar test dan turbidimeter ... 25 Tabel 4.3 Uji statistika one way anova dari kelima sampel dilihat dari

parameter kekeruhan menggunakan koagulan PAC ... 26 Tabel 4.4 Data rata-rata kekeruhan dari kelima sampel setelah penambahan

koagulan tawas menggunakan metode Jar test dan turbidimeter ... 27 Tabel 4.5 Uji statistika one way anova dari kelima sampel dilihat dari

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1 Grafik rata-rata kekeruhan dari kelima sampel setelah

Penambahankoagulan PAC (Poly aluminium chloride) ... 25 Gambar 4.2 Grafik rata-rata kekeruhan dari kelima sampel setelah

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Proses Air Baku menjadi Air Bersih ... 33

Lampiran 2. Bagan Alir Penelitian ... 34

Lampiran 3. Uji statistika one way anova koagulan PAC ... 36

Lampiran 4. Uji statistika one way anova koagulan tawas ... 39

Lampiran 5. Acuan Persyaratan Nilai Kekeruhan berdasarkan Kesepakatan Sasaran Mutu Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirtanadi ... 42

Lampiran 6. Acuan Nilai kekeruhan Berdasarkan Permenkes 2010 ... 43

(13)

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMAKAIAN KOAGULAN PAC DAN TAWAS DALAM MENURUNKAN KEKERUHAN AIR BAKU (SUNGAI

BELAWAN)

ABSTRAK

Air bersih sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup dan aktifitas sehari-hari. Air bersih umumnya digunakan oleh manusia yang akan diolah menjadi air minum. Air bisa menjadi media penyakit, oleh karena itu untuk memperoleh air bersih harus dilakukan dengan beberapa proses pengolahan, baik secara fisis, kimiawi maupun biologi. Salah Salah satu proses pengolahan kimia adalah proses koagulasi dan flokulasi, yakni proses pengumpulan partikel-partikel penyusun kekeruhan yang tidak dapat diendapkan secara gravitasi menjadi partikel yang lebih besar sehingga dapat diendapkan dengan cara pemberian bahan kimia yang disebut koagulan. Fungsi dari koagulan yaitu mengurangi kekeruhan, warna dan bau dalam air yang mempengaruhi kualitas air. Kekeruhan biasanya disebabkan karena partikel-partikel tanah dan pencemar-pencemar koloidal lainnya.

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan koagulan yang lebih efektif dan lebih menguntungkan antara koagulan PAC dan Tawas menggunakan metode Jar test. Jar test adalah proses pengujian dosis koagulan untuk mendapatkan dosis optimum. Air baku yang dipakai menggunakan kekeruhan yang sama dan pH yang sama. Penambahan koagulan PAC dan Tawas memiliki konsentarasi 1% tetapi dosis yang berbeda untuk menurunkan kekeruhan sehingga diperoleh dosis optimum. Kekeruhan yang diharapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 416/MENKES/PER/IX/1990 yaitu maksimal 5 NTU dan kesepakatan Sasaran Mutu Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirtanadi . Setelah diperoleh dosis optimum antara PAC dan Tawas, maka hasil tersebut akan di gunakan dalam pengolahan air baku menjadi air bersih.

(14)

COMPARATIVE EFFECTIVENESS USAGE COAGULANT PAC AND ALUM REDUCE TURBIDITY RAW WATER (BELAWAN STREAM)

ABSTACT

Clean water is needed for survival and daily activities. Clean water is generally used by humans to be processed into drinking water. Water can be a medium of disease, therefore, to obtain clean water should be required with some processing either physical, chemical or biological. One of the chemical treatment process of coagulation and flocculation, which is processing the process of collecting the particles making turbidity is not precipitated by gravity to be large particles so can be precipitated by providing chemicals called coagulant. Coagulant function of which is to reduce turbidity, color and odor in water that affect water quality. Coagulant is usually caused by soil particles and colloidal contaminants.

This research was conducted to obtain a more effective coagulant and more profitable between coagulant PAC and Alum using Jar test method. Jar test is a test process coagulant dosage to obtain optimum dose. Standard water used to use the same turbidity and pH. Alum coagulant addition and PAC has concentration 1% but different dose to reduce turbidity in order to obtain optimum dose. Turbidity is expected in accordance base on keputusan Kementrian Kesehatan RI No: 416/MENKES/PER/IX/1990 is 5 NTU and Kesepakatan Sasaran Mutu Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirtanadi. Having obtained the optimum dose between PAC and alum then the results will be used in the processing of standard water into clean water.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik berupa minuman ataupun makanan tidak menyebabkan/merupakan pembawa bibit penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang sangat diperlukan (Sutrisno, 2004).

Air merupakan sumber utama bagi makhluk hidup di planet ini. Manusia mampu bertahan hidup tanpa makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air ini akan mati dalam beberapa hari saja. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern, air berfungsi penting untuk budidaya pertanian, industri pembangkit tenaga listrik dan transportasi. Hampir setengah penduduk dunia membutuhkan air sebagai sumber utama kebutuhan. Namun sumber-sumber air semakin dicemari oleh limbah indutri yang tidak dilolah ketika dibuang ke alam atau tercemar karena penggunaannya yang melebihi kapasitasnya untuk dapat diperbaharui (Sanin, 2011).

(16)

partikel-partikel yang berukuran relatif besar dan berat sehingga dapat mengendap dengan sendirinya. Padatan tersebut terbentuk biasanya merupakan akibat erosi. Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi berukuran lebih kecil dan lebih ringan daripada padatan terendap. Padatan terlarut terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang larut dalam air seperti gula dan garam-garam mineral hasil buangan industri kimia (Soemarto, 2006).

Keperluan air bersih dari tahun ke tahun khususnya kebutuhan air minum di Indonesia semakin meningkat seiring dengan perkembangan industri dan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Ketersediaan air bersih tersebut tergantung pada keadaan sumber air bersih yang semakin sedikit akibat lahan resapan air oleh pesatnya pembangunan, pemakaian air tanah yang tak terkendali dan pencemaran dari industri (Anugrah, 2013).

Seiring dengan meningkatnya kemajuan di sektor industri, semakin meningkat pula masalah pencemaran di Indonesia. Masuknya limbah industri ke dalam suatu perairan dapat menyebabkan menurunnya kualitas perairan tersebut (Soemarto, 2006).

(17)

Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirtanadi dan PERMENKES No. 492/MENKES/PER/IV/2010

1.2 Tujuan

− Mengetahui efektifitas penurunan nilai kekeruhan sebelum dan sesudah

penambahan koagulan PAC (Poly Aluminium Chloride) dan Tawas menggunakan metode Jar test

− Mendapatkan kondisi optimum pemakaian koagulan PAC (Poly

Aluminium Cloride) dan tawas menggunakan metode Jar test yang akan diterapkan dalam sistem pengolahan air di bak flokulasi sesuai dengan Kesepakatan Sasaran Mutu Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirtanadi dan PERMENKES No. 492/MENKES/PER/IV/2010

1.3 Manfaat

(18)

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan indsutri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi dan lain-lain. Penyakit- penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air (Candra, 2007).

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan terutama penyakit perut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa penyakit perut adalah penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia (Sutrisno, 2004).

(19)

Air merupakan elemen yang paling melimpah di atas bumi yang mengikuti 70% permukaannya dan berjumlah kira-kira 1,4 ribu juta kilometer kubik. Apabila dituang merata di seluruh permukaan bumi akan terbentuk lapisan air. Air merupakan kebutuhan dasar manusia yang keberadaannya dijamin konstitusi pasal 33 UUD 1945 ayat 3 yang berbunyi bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Penjamiman atas konstitusi itu lebih dipertegas lagi pada pasal 5 UU No 7 tahun 2004 tentang sumber daya air yang menyatakan: Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air dalam kehidupan pokok sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih dan produktif (Sanin, 2011).

2.1.1 Air sungai

Sebagian besar air hujan yang turun ke permukaan tanah mengalir ketempat-tempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya berat, akhirnya melimpah ke danau atau ke laut. Suatu alur yang yang panjang diatas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari air hujan, menurut undang-undang persungaian mengenai air sungai adalah suatu daerah yang terdapat di dalamnya air yang mengalir secara terus menerus (Suyono, 1994).

(20)

Air sungai biasanya digunakan sebagai sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan akan masyarakat akan air bersih. Umumnya air sungai mengandung padatan tersuspensi, baik organik maupun anorganik yang mengeruhkan air. Oleh sebab itu, air sungai harus diolah terlebih dahulu. Cara pengolahan yang digunakan bergantung pada mutu air bakunya (Anugrah, 2013).

2.1.2 Air Bersih

Peningkatan kuantitas air adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas. karena semakin maju tingkat hidup seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air dari masyarakat tersebut. Untuk keperluan minum maka dibutuhkan air sebanyak 5 liter/hari sedangkan secara keseluruhan kebutuhan akan air suatu rumah tangga untuk masyarakat Indonesia diperkirakan sebesar 60 liter/hari. Jadi untuk negara-negara yang sudah maju kebutuhan akan air pasti lebih besar dari kebutuhan untuk negara-negara yang sedang berkembang (Sutrisno, 2004).

(21)

Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan dan kebiasaan masyarakat (Candra, 2007).

Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya di suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit perut diharapkan bisa ditekan seminimal mungkin. Penurunan penyakit perut ini didasarkan atas pertimbangan bahwa air merupakan salah satu rantai penularan penyakit perut (Sutrisno, 2004).

2.1.3 Air Minum

(22)

Menurut Azrul (1979) tentang syarat air minum bahwa pada dasarnya tidak ada air yang seratus persen murni yang patut untuk kesehatan, maka dibedakan atas, yakni:

a. Syarat fisik, Air yang sebaiknya dipergunakan untuk minum ialah air yang tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman. Syarat fisik adalah syarat yang sederhana sekali, karena dalam praktek sehari-hari, sering ditemui air yang memenuhi syarat, karena mengandung bibit penyakit yang membahayakan kesehatan.

b. Syarat bakteriologi, Pemeriksaan bakteriologi air bersih ditujukan untuk melihat adanya kemungkinan pencemaran oleh kotoran maupun tinja. Bakteri yang termasuk jenis coliform antara lain eschericia coli, aerobacter aerogenes dan eschricia feundii. Sifat bakteri golongan coliform adalah berbentuk batang.

2.2 Purifikasi Air

Purifikasi air merupakan salah satu cara untuk menjernihkan atau memurnikan sumber air baku guna mendapatkan air bersih. Proses ini dapat dilakukan dalam skala besar maupun skala kecil disesuaikan dengan kebutuhannya.

2.2.1 Penyimpanan

(23)

dilindungi dari pencemaran. Air yang disimpan dalam wadah penampungan tersebut akan mengalami proses purifikasi secara alami berikut ini:

a. Proses fisik

Setelah mengalami poses fisik ini, kualitas air sudah dapat diperbaiki sampai sekitar 90%. Benda-benda yang terlarut dalam air akan mengendap dalam 24 jam dan air akan bertambah jernih.

b. Proses kimiawi

Selama penampungan juga berlangsung proses kimiawi. Dalam proses ini, bakteri aerobik akan mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air dengan bantuan oksigen bebas. Akibatnya, konsentrasi ammonia bebas akan berkurang sementara konsentrasi nitrat justru meningkat

c. Proses biologis

Organisme pathogen berangsur-angsur akan mati. Keadaan semacam ini dapat terlihat jika air disimpan selama 5-7 hari. Dalam kondisi tersebut, jumlah bakteri dalam air akan berkurang sampai 90% (Candra, 2007).

2.2.2 Penyaringan

(24)

tenaga orang). Instalasi-instalasi yang besar umumnya mempergunakan saringan-saringan yang dibersihkan secara mekanik (Linsley, 1986).

Proses filtrasi dapat dilakukan melalui slow sand filter (filter biologis) dan rapid sand filter (filter mekanis). Slow sand filter dipakai untuk proses purifikasi

air dalam skala kecil sedangkan rapid sand filter dipakai untuk proses purifikasi air dalam skala besar. Berikut tahapan di dalam poses purifikasi air yang menggunakan metode rapid sand filter:

2.2.2.1Koagulasi

Koagulasi didefinisikan sebagai proses destabilisasi partikel koloid dan partikel tersuspensi termasuk bakteri dan virus melalui penetralan muatan elektrinya untuk mengurangi gaya tolak menolak antar partikel dan bahan yang digunakan untuk penetralan disebut koagulan (Rosariawari, 2013).

Dalam proses koagulasi ini, air sungai yang telah tersedot diberi zat

koagulasi kimia, misalnya alum (Al2[SO4]3 atau aluminium sulfat) dengan dosis

bervariasi antara 5-40 mg/l bergantung pada turbiditas, warna, suhu dan pH airnya (Candra, 2007).

2.2.2.2Pencampuran

Air yang telah diberi alum dimasukkan dalam bak pencampur dan diputar sedemikian rupa selama beberapa menit sehingga terjadi diseminasi alum di dalam air (Candra, 2007).

2.2.2.3Flokulasi

(25)

melakukan pembuangan kumpulan partikel yang pada awalnya sangat kecil ini, pengadukan cepat harus diikuti dengan suatu jangka waktu pengadukan halus (flokulasi) selama 20 hingga 30 menit. Hal ini menyebabkan bertumbukannya kumpulan-kumpulan partikel kecil yang akan membentuk partikel kecil yang akan membentuk partikel-partikel yang lebih besar dan jumlahnya lebih sedikit. Berhubung dengan ukuran dan kerapatannya, partikel-partikel besar ini dapat dibuang dengan pengendapan gaya berat (Linsley, 1986).

Flokulasi dapat dilaksanakan dengan mempergunakan berbagai cara, termasuk pemutaran dayung-dayung dengan lambat; pengaliran melalui di atas dan di bawah kolam-kolam pengaduk; dan dengan penambahan suatu gas, biasanya udara. Input tenaga yang dibutuhkan untuk mencapai flokulasi berbeda-beda dari kira-kira 1 hingga 2 hp per juta gallon (0,2 hingga 0,4 kw/103 m3) kapasitas tangki flokulator (Linsley, 1986).

Koloid-koloid yang tidak stabil cenderung untuk menggumpal. Kecepatan penggumpalan ditentukan oleh banyaknya tumbukan dan benturan yang terjadi antara partikel partikel koloid. Pada proses flokulasi ini, tumbukan antar partikel dapat terjadi melalui beberapa cara, yaitu :

- Tumbukan akibat gerakan zig-zag partikel secara acak. Tumbukan yang diakibatkan oleh gerakan zig-zag partikel secara acak dikenal dengan flokulasi perikenetik atau disebut gerak brown yang mengakibatkan penggabungan antar flok

(26)

- Tumbukan akibat pengaruh gerakan media dikenal dengan flokulasi ortokinetik. Gradien kecepatan pada gerakan media mengakibatkan partikel-partikel yang terbawa media akan mempunyai kecepatan yang berbeda sehingga terjadi tumbukan antar partikel (flok). Perbedaan kecepatan media sesungguhnya merupakan faktor penentu dalam proses flokulasi (Rosariawari, 2013).

Proses flokulasi sebenarnya tidak bisa terganggu. Nanum, efisiensi proses tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kadar dan jenis zat tersuspensi, pH larutan, kadar dan jenis flokulan, waktu dan kecepatan pengadukan dan adanya beberapa macam ion terlarut yang tertentu. Faktor-faktor ini kalau kurang optimal dapat menghalangi flokulasi (Rosariawari, 2013).

2.2.2.4Sedimentasi

Sedimentasi adalah pengedapan flokulat bersama dengan zat yang terlarut dalam air secara bakteri. Waktu yang diperlukan berkisar antara 2-6 jam dan paling tidak 95 % flokulat itu harus telah di endapkan sebelum air dialirkan ke dalam bak rapid sand filter (Candra, 2007).

(27)

Pemurnian air dengan cara pengendapan dimasaksudkan untuk menciptakan suatu kondisi sedemikian rupa, sehingga bahan-bahan terapung di dalam air dapat diendapkan ke luar. Waduk-waduk penampang bertindak sebagai kolam pengendap. Tetapi karena adanya arus kerapatan, gangguan-gangguan yang diakibatkan oleh angin dan faktor-faktor lainnya, kolam-kolam tersebut tidak dapat diandalkan untuk penjernihan yang baik. Kolam-kolam yang dibangun untuk tujuan khusus bagi pembuangan bahan terapung dari air biasanya terbuat dari beton bertulang dan dapat berbentuk empat persegi panjang atau bulat (Linsley, 1986).

Laju pengendapan suatu partikel di dalam air tergantung pada kekentalan dan kerapatan air maupun ukuran, bentuk dan berat jenis partikel yang bersangkutan air hangat kurang rapat, sehingga suatu partikel akan mengendap lebih cepat daripada di dalam air yang dingin. Partikel-partikel anorganik terapung yang terdapat di dalam air mempunyai berat jenis yang berkisar dari 2,65 untuk partikel pasir yang terlepas, hingga kira-kira 1,03 untuk partikel-partikel lumpur yang terkumpul (Linsley, 1986).

2.2.2.5Filtrasi

Sisa-sisa flok alum yang tidak mengendap pada proses sedimentasi akan menutupi permukaan lapisan pasir menyerupai lapisan Zoogleal yang terbentuk pada metode slow sand filter (Candra, 2007).

2.2.3 Klorinisasi

(28)

purifikasi air. Klorin ini banyak digunakan dalam pengolahan limbah industri, air kolam renang, dan air minum di negara-negara sedang berkembang. Karena sebagai desinfektan, biayanya relatif lebih murah, mudah dan efektif. Senyawa-senyawa klor yang umum digunakan dalam proses klorinasi, antara lain, gas klorin, senyawa hipoklorit, klor dioksida, bromine klorida, dihidroisosianurate dan kloramin (Candra, 2007).

2.3 Koagulan

Koagulan yang digunakan untuk penelitian ini adalah Tawas dan PAC. Kemampuan Tawas dan PAC akan dibandingkan untuk menurunkan kekeruhan pada air.

2.3.1 Tawas (Alum)

(29)

Massa jenis alum adalah 480 kg/m3 dengan kadar air 11 – 17 %. Dosis alum dapat dikurangi dengan cara: penurunan kekeruhan air baku, filtrasi langsung untuk kekeruhan <50 NTU, penambahan polimer, dan penyesuaian pH optimum (6.0 – 8.0). Aluminium sulfat memerlukan alkalinitas (seperti kalsium bikarbonat) dalam air agar terbentuk flok:

Al2(SO4)3.18H2O + 3Ca(HCO3)2 2Al(OH)3 + CaSO4 + 18H2O + 6CO2 CaSO4 + Na2CO3 CaCO3 + Na2SO4

Bila alkalinitas alamnya kurang, perlu dilakukan penambahan Ca(OH)2 : Al2(SO4)3.18H2O+3Ca(OH)2 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 18H2O

Alternatif lain adalah penambahan NaCO3 yang relatif lebih mahal (Rosariawari, 2013).

Dua faktor yang penting dalam proses koagulasi terutama pada saat penambahan koagulan adalah faktor pH dan dosis koagulan. Dosis optimum koagulan dan pH harus ditentukan dengan test di laboratorium. Range pH optimal alum adalah antara 5.5 – 6.5 dengan proses koagulasi yang memadai rangenya dapat antara pH 5.0 – 8.0 pada beberapa kondisi (Rosariawari, 2013).

(30)

2.3.2 PAC

Menurut Raharjo dalam Setianingsih (2000), PAC adalah polimer alumunium yang merupakan jenis koagulan baru sebagai hasil riset dan pengembangan teknologi pengolahan air. Sebagai unsur dasarnya adalah alumunium dan alumunium ini berhubungan dengan unsur lain membentuk unit yang berulang dalam suatu ikatan rantai molekul yang cukup panjang. Dengan demikian PAC menggabungkan netralisasi dan kemampuan menjembatani partikel – partikel koloid sehingga koagulasi berlangsung lebih efisien. PAC memiliki rantai polimer yang panjang, muatan listrik positif yang tinggi dan memiliki berat molekul yang besar, PAC memiliki koefisien yang tinggi sehingga dapat memperkecil flok dalam air yang dijernihkan meski dalam dosis yang berlebihan (Rosariawari, 2013).

(31)

adalah kapasitas penjernihan air (dari instalasi yang sudah ada) akan meningkat. Sedangkan segi negatif penggunaan PAC adalah penyimpanan PAC cair memerlukan kondisi temperatur maksimal 40˚C (Rosariawari, 2013).

PAC tidak keruh bila pemakaiannya berlebih, sedangkan koagulan utama (seperti alumunium sulfat, besi klorida dan ferro sulfat) bila dosis berlebihan bagi air akan keruh, akibat dari flok yang berlebihan. Maka pengunaan PAC dibidang penjernihan air lebih praktis. PAC lebih cepat membentuk flok daripada koagulan biasa. PAC merupakan kelas dari Aluminium Chloride, yang telah dikenal dalam persenyawaan kimia organik kompleks dengan ion hidroksil (-OH) serta ion – ion aluminium bertaraf Chlorinasi yang berlainan sebagai bentuk polynuclear. Rumus umum PAC adalah (Al2(OH)nCl6-n)m. PAC digunakan sebagai koagulan dan flokulan dalam suatu proses pengolahan air. Aplikasi PAC pada dasarnya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

- Pada pemrosesan air permukaan untuk keperluan air bersih, air minum dan air untuk proses industri (PDAM, industri kertas, industri textile, industri baja, industri kayu, dll)

- Pada pemrosesan limbah cair industri, antara lain : industri pulpen dan kertas, industri textile, industri gula, industri makanan, dan lain – lain. Sifat – sifat PAC:

a) Titik beku = -18˚C b) Boiling point = 178˚C

(32)

2.4 Parameter Fisika Kualitas Air

Beberapa parameter fisika kualitas air adalah:

2..1 Kekeruhan

Air dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi: tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar secara baik dan partikel-partikel kecil yang tersuspensi lainnya. Nilai numerik yang menunjukan kekeruhan didasarkan pada turut-campurnya bahan-bahan tersuspensi pada jalannya sinar melalui sampel (Sutrisno, 1996).

Kekeruhan menggambarkan suatu sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh bahan organik dan anorganik baik tersuspensi maupun terlarut seperti lumpur, pasir halus, bahan anorganik dan bahan organik seperti plankton dan mikroorganisme lainnya (APHA , 1976; Davis dan Cornwell dalam Effendi, 2000).

(33)

Standar yang ditetapkan oleh U.S Public Health Service mengenai kekeruhan ini adalah batas maksimal 10 ppm dengan skala silikat, tetapi dalam praktek angka standar ini umumnya tidak memuaskan. Kebanyakan bangunan pengolahan air yang modern menghasilkan air dengan kekeruhan 1 ppm atau kurang. Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan air mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan menyulitkan dalam usaha penyaringan dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi.Dari tinjauan tentang standar kualitas fisis ini, secara umum dapat dilihat bahwa:

a. Penyimpangan terhadap standar yang telah ditetapkan akan mengurangi penerimaan masyarakat terhadap air tersebut, yang selanjutnya dapat mendorong masyarakat untuk mencari sumber air lain yang kemungkinan tidak “safe”

b. Terdapatnya suhu, intensitas bau, rasa dan kekeruhan yang melebihi standar yang ditetapkan, dapat menimbulkan kekhawatiran terkandungnya bahan-bahan kimia yang dapat mengakibatkan efek toksis terhadap manusia (Sutrisno, 1996).

(34)

lintasan cahaya melalui suatu contoh air. Air permukaan yang mengalami kenaikan tingkat kekeruhan yang besar setelah terjadinya hujan sering disebut sebagai “air yang mengkilat”. Air semacam ini lebih sulit untuk diolah daripada air yang tingkat kekeruhannya hamper tetap (Linsley, 1986).

2.4.2 Warna

Warna air yang terdapat di alam sangat bervariasi, misalnya air di rawa-rawa berwarna kuning, coklat atau kehijauan, air sungai biasanya berwarna kuning kecoklatan karna mengandung lumpur dan air buangan yang mengandung besi/ tanin dalam jumlah tinggi berwarna coklat kemerahan. Warna air yang tidak normal biasanya menunjukkan adanya polus. Warna air yang berbeda atas dua macam yaitu warna sejati (true color) yang di sebabkan bahan-bahan terlarut, dan warna semu (apperent color), yang selain disebabkan oleh adanya bahan-bahan terlarut juga karena adanya bahan-bahan tersuspensi, termasuk diantaranya yang bersifat koloid (Kanisius, 1992).

2.4.3 Rasa

(35)

BAB III

METODOLOGI PENGUJIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Pengujian Efektivitas koagulan PAC dan Tawas terhadap kekeruhan menggunakan jartest di laboratorium PDAM TIRTANADI Instalasi Pengolahan Air Hamparan Perak yang berlokasi di desa Klambir V Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang. Pengujian dilaksanakan pada pukul 10,15 WIB

3.2 Sampel

Air sungai Belawan Hamparan Perak sebanyak 30 liter

3.3 Alat

- Beaker gelas - Elemeyer - Jartest - Jerigen 5 L - Kuvet - Pipet tetes

- Pipet volum 10 ml - Tisu

- Turbidimeter

3.4 Bahan

(36)

- Serbuk Koagulan PAC - Granul Koagulan Tawas

3.5 Prosedur Pengujian

3.5.1 Prosedur Penyiapan Sampel air baku (air sungai)

a. disiapkan 2 buah jerigen

b. diambil air baku di sungai hulu belawan dengan cara berlawanan arah sungai dan dengan jarak 5 m.

c. dimasukkan air baku ke dalam beaker gelas 1000 ml. d. air baku siap di lakukan penelitian

3.5.2 Prosedur Pembuatan Koagulan PAC

a. Disiapkan bahan dan alat yang akan digunakan

b. Diambil serbuk pac sebanyak 10 mg dan di timbang dengan konsentrasi 1% c. Dilarutkan dalam 1000 ml menggunakan akuades di homogenkan

3.5.3 Prosedur Pembuatan Koagulan Tawas

a. Disiapkan bahan dan alat yang akan digunakan

b. Diambil granul Tawas sebanyak 10 mg dan di timbangdengan konsentrasi 1%

c. Dilarutkan dalam 1000 ml menggunakan akuades di homogenkan

3.5.4 Prosedur Metode Jartest

a. Masing-masing beaker gelas yang berisi air baku 1000 ml di pastikan tidak basah (kondisi luar kering).

(37)

c. Dimasukkan koagulan PAC sebanyak 10 ml ke masing-masing beaker gelas dan koagulan Tawas sebanyak 10 ml ke masing-masing beaker gelas

d. Dimasukkan ke dalam alat jar test

e. Dihidupkan alat jartest dan lampu jar test

e. Diturunkan alat pengadukan pada jar test tepat di posisi tengah beaker gelas f. Tekan kecepatan mixer dengan kekuatan 140 rpm dan tekan tombol

kecepatan waktu selama 5 menit, setelah itu atur kembali kecepatan mixer 50 rpm dengan kecepatan 10 menit, kemudian matikan kecepatan mixer dengan cara mengembalikan ke posisi nol terlebih dahulu kemudian atur waktu selama 20 menit.

(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Air baku ditambahkan dengan koagulan PAC (Poly Aluminium Chloride) dan Tawas menggunakan metode Jar test dengan dosis yang berbeda namun konsentrasi yang sama dengan menggunakan 5 sampel. Konsentrasi PAC (Poly Aluminium Chloride) dan Tawas yang digunakan pada penelitian ini adalah 1%. Berikut merupakan Kekeruhan Air baku sebelum penambahan koagulan PAC (Poly Aluminium Chloride) dan Tawas yang dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Data kekeruhan Air baku sebelum penambahan koagulan PAC dan Tawas menggunakan turbidimeter

No. Sampel Air Baku

Kekeruhan

1 Sampel 1 63,5

2 Sampel 2 62,7

3 Sampel 3 64,3

4 Sampel 4 60,9

5 Sampel 5 61,7

(39)

Tabel 4.2 Data kekeruhan dari lima sampel air baku dengan penambahan koagulan PAC menggunakan metode Jar test dan turbidimeter

Untuk dapat melihat lebih jelas efektitivitas kekeruhan koagulan PAC (Poly Aluminium Chloride) dari tabel 4.1 di atas maka dapat dilihat dari gambar grafik. Berikut merupakan gambar grafik rata-rata pengujian kekeruhan dar kelima sampel dengan dosis berbeda dapat dilihat pada gambar grafik (Gambar 4.1).

Gambar 4.1 Grafik rata-rata simpangan baku kekeruhan dari kelima sampel air

baku menggunakan koagulan PAC (Poly Aluminium Chloride). No. Sampel Kekeruhan dengan Dosis PAC yg berbeda (NTU)

(40)

Tabel 4.3 Uji statistika one way anova dari kelima sampel dilihat dari parameter kekeruhan menggunakan koagulan PAC

ANOVA

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan statistika yang signifikan dengan probabilitas lebih kecil dari 0.05 antara jumlah nilai kekeruhan setelah dilakukan Jar test terhadap 5 jenis dosis koagulan PAC (Poly

Aluminium Chloride) [F(265.8) = 6276, P: 0.000]. karena itu HO ditolak dan

menerima H1.

(41)

Tabel 4.4 Rata-rata kekeruhan dari kelima sampel air baku dengan penambahan koagulan Tawas menggunakan metode Jar test dan turbidimeter

Untuk dapat melihat lebih jelas efektitivitas kekeruhan koagulan Tawas dari tabel 4.3 di atas maka dapat dilihat dari gambar grafik. Berikut merupakan gambar grafik rata-rata pengujian kekeruhan dari kelima sampel dengan dosis berbeda dapat dilihat pada gambar grafik (Gambar 4.2).

Gambar 4.2 Grafik rata-rata simpangan baku kekeruhan dari kelima sampel air baku menggunakan koagulan Tawas.

(42)

Tabel 4.5 Uji statistika one way anova dari kelima sampel dilihat dari parameter kekeruhan menggunakan koagulan Tawas

ANOVA

Konsentrasi Kekeruhan

Sum of Squares

Df Mean Square F Sig.

Between

Groups 1080.858 5 216.172 186.021 .000

Within Groups 27.890 24 1.162

Total 1108.748 29

Homogeneous Subsets

Konsentrasi Kekeruhan

Dosis koagulan Tawas N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Tukey HSDa

Dosis Tawas 29 ppm 5 2.8200

Dosis Tawas 27 ppm 5 3.3900 3.3900

Dosis Tawas 25 ppm 5 5.4440

Dosis Tawas 23 ppm 5 7.9980

Dosis Tawas 21 ppm 5

Dosis Tawas 19 ppm 5

Sig. .958 .059 1.000

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan statistika yang signifikan dengan probabilitas lebih kecil dari 0.05 antara jumlah nilai kekeruhan setelah dilakukan Jar test terhadap 5 jenis dosis koagulan PAC (Poly

Aluminium Chloride) [F(216.172) = 186.021, P: 0.000]. karena itu HO ditolak dan

(43)

4.2 Pembahasan

Nilai kekeruhan sebelum ditambahkan koagulan PAC dan Tawas adalah 63,5 serta nilai Ph 6,9. Kekeruhan tersebut memiliki nilai yang cukup tinggi sehingga perlu dilakukan proses pengolahan air baku. Menurut (Rosariawari, 2013) Kekeruhan dihilangkan melalui pembubuhan sejenis bahan kimia dengan sifat-sifat tertentu yang disebut flokulan. Umumnya flokulan tersebut adalah tawas, namun dapat pula garam Fe (III) atau salah satu polielektrolit organis. Selain pembubuhan flokulan diperlukan pengadukan sampai flok-flok terbentuk. Flok-flok ini mengumpulkan partikel-partikel kecil dan koloid tersebut (bertumbukan) dan akhirnya bersama-sama mengendap. Kekeruhan dipengaruhi oleh: benda-benda halus yang disuspensikan (seperti lumpur dan sebagainya), adanya jasad-jasad renik (plankton) dan warna air.

(44)

koagulan tawas adalah sebesar 8.57 NTU. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa koagulan PAC lebih efektif dibandingkan dengan koagulan Tawas karena mampu menurunkan tingkat kekeruhan sampai 93.83% dari rata-rata kekeruhan awal yaitu sebesar 62.62 NTU menjadi 3.86 NTU sedangkan koagulan tawas hanya mampu menurunkan kekeruhan 86.31% yaitu dari tingkat kekeruhan 62.62 NTU menjadi 8.57 NTU.

Oleh karena itu, saat pengolahan air baku menjadi air bersih dosis optimum yang dapat dipergunakan adalah dengan menggunakan koagulan PAC dosis 21 ppm dengan kekeruhan yang akan dihasilkan 1.23 NTU yang dibandingkan sesuai dengan Kesepakatan Sasaran Mutu Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirtanadi yaitu ≤ 2 dan sesuai dengan PERMENKES No.

(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

− Rata-rata nilai kekeruhan sebelum penambahan koagulan PAC dan Tawas

adalah 62.62 NTU. Setelah penambahan koagulan PAC nilai rata-rata kekeruhan adalah 18.74 NTU, 1.23 NTU, 1.17 NTU, 1.00 NTU, 0.59 NTU dan 0.46 NTU sedangkan dengan penambahan koagulan tawas rata-rata nilai kekeruhan menjadi 20.3 NTU, 11.5 NTU, 7.99 NTU, 5.44 NTU, 3.39 NTU dan 2.82 NTU. Koagulan PAC lebih efektif dibandingkan dengan koagulan tawas karena mampu menurunkan tingkat kekeruhan sampai 93.83% dari kekeruhan awal yaitu sebesar 62.62 NTU menjadi 3.86 NTU sedangkan koagulan tawas hanya mampu menurunkan kekeruhan 86.31% yaitu dari tingkat kekeruhan 62.62 NTU menjadi 8.57 NTU.

− Dosis optimum yaitu 21 ppm dengan rata-rata kekeruhan 1,23 NTU

menggunakan koagulan PAC yang akan digunakan untuk proses pengolahan air baku

5.2 Saran

− Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk menganalisa parameter lain

dari air baku (sungai Belawan), misalnya pH, logam-logam, E-Coli. − Penentuan dosis koagulan pada saat Jar test hendaknya dilakukan secara

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Anugrah, T.O. (2013). Efektivitas Campuran Poli Aluminium Clorida (PAC) dan Aluminium Sulfat (Tawas) Sebagai Koagulan Dalam Pengolahan Air Bersi .campur.polialuminium Klorida PAC-dan aluminium-sulfat tawas- sebagai koagulan dalam pengolahan-air-bersih%

Azrul, A. (1979). Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Mutia ra. Halaman: 24

. 19 Januari 2015. Halaman: 1

Candra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit buku kedokteran. EGC:Jakarta. Halaman: 39-41; 50-53

Effendi, H. 2000. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolahan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Bogor: Fakultas pertanian dan ilmu kelautan IPB. Halaman: 258

Hamonangan, N dan susilawati. 2011. Pengolahan Limbah Cair Industri Perkebunan dan Air Gambut Menjadi Air Bersih. Medan: Usu Press. Halaman: 17; 50-52

Kanisius. (1992). Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Penerbit Kasinius. Halaman: 22-27

Linsley, Ray K. 1986. Teknik Sumber Daya Air, Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman: 119-123

Rosariawari, Firra. (2013). Efektifitas PAC dan Tawas Untuk Menurunkan Kekeruhan Pada air Permukaan. http;//eprints.upnjatim.ac.id/4832/. 29 Maret 2015. Halaman: 2-6

Sanin, B. (2011). Sumber Daya Air dan Kesejahteraan Publik. Bogor: PT Penerbit ITB Press. Halaman: 1-3

Soemarto, S. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Jakarta: Triksakti University Press. Halaman: 9-12

Sutrisno,C, dkk. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: PT Rineka Cipta. Halaman: 1-2; 10- 11; 30-31

(47)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Proses Air Baku menjadi Air Bersih

Air Sungai Belawan Sebelum di Jar test

Sampel Proses Jar test

(48)

Lampiran 2. Bagan Alir Penelitian a. Pengambilan sampel

Diambil 5 liter air baku sungai PDAMTirtanadi Hamparan Perak dengan jarak ± 3 m

Dimasukkan ke dalam 2 buah jerigen Di masukkan ke dalam beaker gelas 1000 ml

Pengujian dapat dilakukan

b. Pembuatan larutan koagulan PAC

Ditimbang serbuk PAC sebanyak 10 mg dengan konsentrasi 1%

Dimasukkan ke dalam erlemeyer 1000 ml

Dilarutkan dengan akuades sebanyak 1000 ml secara perlahan-lahan

Diaduk dengan batang pengaduk sampai serbuk larut homogen dengan akuades Air baku sungai PDAM Tirtanadi

Hamparan Perak

Air baku di dalam beaker 1000 ml

Serbuk PAC

(49)

c. Pembuatan larutan koagulan Tawas

Ditimbang serbuk PAC sebanyak 10 mg dengan konsentrasi 1%

Dimasukkan ke dalam erlemeyer 1000 ml

Dilarutkan dengan akuades sebanyak 1000 ml secara perlahan-lahan

Diaduk dengan batang pengaduk sampai serbuk larut homogen dengan akuades

d. Pengujian koagulan pac dan tawas untuk menentukan dosis optimum

Diambil larutan pac dan tawas dengan konsentrasi 19 ppm, 21 ppm , 23 ppm, 25 ppm dan 27 ppm

Dihidupkan alat jar test

Diatur waktu dan kekuatan mixer yaitu: tahap koagulasi kekuatan 140 rpm dengan waktu 5 menit, tahap floakulasi kekuatan 50 rpm dengan waktu 10 menit dan tahap sedimentasi tidak

menggunakan mixer hanya didiamkan selama 20 menit.

Dilakukan pengujian terhadap kekeruhan untuk menentukan dosis optimum. Dosis optimum yang digunakan adalah ≤ 2 NTU

Larutan koagulan Tawas Granul Tawas

6 Beaker gelas berisi 1000 ml air baku (air sungai)

(50)
(51)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable: Konsentrasi Kekeruhan

(I) Dosis koagulan

Dependent Variable: Konsentrasi Kekeruhan

(I) Dosis koagulan PAC (J) Dosis koagulan PAC Std. Error Sig.

Tukey HSD Dosis PAC 19 ppm

Dosis PAC 21 ppm .13017* .000

Dosis PAC 23 ppm .13017* .000

(52)
(53)

Lampiran 4. Uji statistika one way anova koagulan tawas

95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

(54)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable: Konsentrasi Kekeruhan

(I) Dosis koagulan

Dosis Tawas 19 ppm

Dosis Tawas 21 ppm 8.80000* Dosis Tawas 23 ppm 12.30200* Dosis Tawas 25 ppm 14.85600* Dosis Tawas 27 ppm 16.91000* Dosis Tawas 29 ppm 17.48000*

Dosis Tawas 21 ppm

Dosis Tawas 19 ppm -8.80000* Dosis Tawas 23 ppm 3.50200* Dosis Tawas 25 ppm 6.05600* Dosis Tawas 27 ppm 8.11000* Dosis Tawas 29 ppm 8.68000*

Dosis Tawas 23 ppm

Dosis Tawas 19 ppm -12.30200* Dosis Tawas 21 ppm -3.50200* Dosis Tawas 25 ppm 2.55400* Dosis Tawas 27 ppm 4.60800* Dosis Tawas 29 ppm 5.17800*

Dosis Tawas 25 ppm

Dosis Tawas 19 ppm -14.85600* Dosis Tawas 21 ppm -6.05600* Dosis Tawas 23 ppm -2.55400* Dosis Tawas 27 ppm 2.05400 Dosis Tawas 29 ppm 2.62400*

Dosis Tawas 27 ppm

Dosis Tawas 19 ppm -16.91000* Dosis Tawas 21 ppm -8.11000* Dosis Tawas 23 ppm -4.60800* Dosis Tawas 25 ppm -2.05400 Dosis Tawas 29 ppm .57000

Dosis Tawas 29 ppm

Dosis Tawas 19 ppm -17.48000* Dosis Tawas 21 ppm -8.68000* Dosis Tawas 23 ppm -5.17800* Dosis Tawas 25 ppm -2.62400* Dosis Tawas 27 ppm -.57000

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Konsentrasi Kekeruhan

(I) Dosis koagulan Tawas (J) Dosis koagulan Tawas Std. Error

Tukey HSD Dosis Tawas 19 ppm

Dosis Tawas 21 ppm .68179*

Dosis Tawas 23 ppm .68179*

(55)

Dosis Tawas 27 ppm .68179*

Dosis Tawas 29 ppm .68179*

Dosis Tawas 21 ppm

Dosis Tawas 19 ppm .68179*

Dosis Tawas 23 ppm .68179*

Dosis Tawas 25 ppm .68179*

Dosis Tawas 27 ppm .68179*

Dosis Tawas 29 ppm .68179*

Dosis Tawas 23 ppm

Dosis Tawas 19 ppm .68179*

Dosis Tawas 21 ppm .68179*

Dosis Tawas 25 ppm .68179*

Dosis Tawas 27 ppm .68179*

Dosis Tawas 29 ppm .68179*

Dosis Tawas 25 ppm

Dosis Tawas 19 ppm .68179*

Dosis Tawas 21 ppm .68179*

Dosis Tawas 23 ppm .68179*

Dosis Tawas 27 ppm .68179

Dosis Tawas 29 ppm .68179*

Dosis Tawas 27 ppm

Dosis Tawas 19 ppm .68179*

Dosis Tawas 21 ppm .68179*

Dosis Tawas 23 ppm .68179*

Dosis Tawas 25 ppm .68179

Dosis Tawas 29 ppm .68179

Dosis Tawas 29 ppm

Dosis Tawas 19 ppm .68179*

Dosis Tawas 21 ppm .68179*

Dosis Tawas 23 ppm .68179*

Dosis Tawas 25 ppm .68179*

(56)
(57)
(58)
(59)
(60)

Gambar

Tabel 4.1 Data kekeruhan Air baku sebelum penambahan koagulan PAC dan
Tabel 4.2 Data kekeruhan dari lima sampel air baku dengan penambahan
Tabel 4.3 Uji statistika one way anova dari kelima sampel dilihat dari parameter
Gambar 4.2 Grafik rata-rata simpangan baku kekeruhan dari kelima sampel air
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kapur ditambahkan pada proses koagulasi flokulasi untuk membentuk partikel padat yang lebih besar dari hasil reaksi antara partikel-partikel kecil dan koloid dengan koagulan

Dari perbedaan nilai turbiditas yang didapat dari tabel diatas, poli aluminium klorida adalah koagulan yang lebih baik dalam mengurangi kekeruhan pada air karena

Koagulasi merupakan suatu proses penambahan zat kimia atau koagulan ke dalam air baku yang disertai dengan pengadukan yang cepat, agar dapat diperoleh campuran koagulan dan

Tingkat kekeruhan dan warna sesudah pengolahan dengan menggunakan dosis optimum koagulan biji kelor 60 mg/L pada proses koagulasi-flokulasi dan filtrasi dengan

Pada penelitian ini akan dibahas tentang pengolahan air baku Saluran Pematusan Terusan Kebon Agung terutama pengolahan fisik, yaitu menggunakan proses koagulasi –

Koagulasi / Flokulasi adalah proses pengumpulan partikel-partikel halus yang tidak dapat diendapkan secara gravitasi, menjadi partikel yang lebih besar sehingga bisa diendapkan,

Jar test adalah suatu percobaan yang berfungsi untuk menentukan dosis optimum dari koagulan yang digunakan dalam proses pengolahan air bersih.. Apabila percobaan dilakuakan

Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tak dapat mengendap dengan sendirinya (secara