• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pergeseran Makna Tekstual Dalam Terjemahan Teks Populer “See You At The Top” (Bahasa Inggris Dan Bahasa Indonesia)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pergeseran Makna Tekstual Dalam Terjemahan Teks Populer “See You At The Top” (Bahasa Inggris Dan Bahasa Indonesia)"

Copied!
437
0
0

Teks penuh

(1)

PERGESERAN MAKNA TEKSTUAL DALAM TERJEMAHAN

TEKS POPULER “SEE YOU AT THE TOP”

(Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia)

DISERTASI

Untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Linguistik Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Di bawah pimpinan Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu, DTM & H., M.Sc. (CTM), Sp.A.(K)

Dipertahankan pada tanggal 13 Agustus 2011 Di Medan, Sumatera Utara

RISNAWATY

NIM : 068107006/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

PROGRAM DOKTOR LINGUISTIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERGESERAN MAKNA TEKSTUAL DALAM TERJEMAHAN

TEKS POPULER “SEE YOU AT THE TOP”

(Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia)

DISERTASI

Untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Linguistik Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Di bawah pimpinan Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu, DTM & H., M.Sc. (CTM), Sp.A.(K)

Dipertahankan pada tanggal 13 Agustus 2011 Di Medan, Sumatera Utara

RISNAWATY

NIM : 068107006/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

PROGRAM DOKTOR LINGUISTIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERGESERAN MAKNA TEKSTUAL DALAM TERJEMAHAN

TEKS POPULER “SEE YOU AT THE TOP”

(Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia)

DISERTASI

Untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Linguistik Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Doktor Terbuka

Pada Hari : Sabtu

Tanggal : 13 Agustus 2011 Pukul : 11.00

Oleh

(4)

ABSTRAK

Disertasi ini membahas tentang analisis pergeseran makna tekstual yang terdapat dalam sebuah buku teks dengan judul “See you at the Top” dan versi terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Teori yang digunakan untuk menganalisis makna tekstual terjemahan buku tersebut, yang pertama digunakan teori Halliday (1994; 2004) dan Halliday dan Hassan (1980) khususnya yang hubungkait dengan pengidentifikasian tema-rema dan kohesi; yang kedua digunakan teori Catford (1996); Nida dan Taber (1969); Larson (1984); dan Zellermeyer (1987), untuk analisis pergeseran dalam penerjemahan. Metode riset yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan mengadopsi usulan Miles dan Huberman (1994) khususnya dalam tahapan dalam penganalisisan data. Aspek-aspek yang dianalisis adalah pergeseran dalam bidang (1) kohesi gramatikan dan bandingannya; (2) kohesi leksikal terutama yang berkaitan dengan (i) sinonimi; (ii) kolokasi; (iii) meronimi; (iv) hyponim; (3) Transposisi, (4) konjungsi’ (5) tema-rema. Di samping itu, dampak dari pergeseran dalam penerjemahan, khususnya ekivalensi, perluasan medan makna, penyempitan makna, dan penilaian hasil penerjemahan. Terdapat 10 pergeseran makna tekstual, terutama sekali dalam (1) makna tunggal dalam BS menjadi makna tunggal juga dalam BT, (2) penggantian pengulangan adjektiva dalam BS dan BT, (3) penggantial elipsis, (4) penggantian substitusi, (5) penggantian referen dan penambahan (addition); (6) penggantian dalam aspek kohesi meliputi (i) sinonimi; (ii) antonimi; (iii) kolokasi; (iv) meronimi, (v) hiponimi, (vi) pergeseran transposisi; (8) pergeseran struktural; (9) pergeseran konjungsi; dan (10) pergeseran dalam tema-rema. Ada 3 faktor yang menyebabkan pergesaran, yaitu (1) faktor leksikal, (2) faktor semantik, (3) faktor linguistik. Pergeseran dalam perbedaan leksikon gramatikal dari elipsis sekitar 367 dan dari penambahan (addition) sekitar 712; dan substitusi sekitar 65. Sebagi simpulan bahwa unsur-unsur penambahan lebih mendominasi pergeseran makna tekstual.

(5)

ABSTRACT

This dissertation deals with the analysis of the textual meaning displacement in a popular textbook entitled “See You at the Top” and its translation version in bahasa Indonesia. The theories used in analysisng the textual meaning are, firstly in identifying the theme-rheme and cohesion it is used Halliday (1994; 2004), Halliday and Hasan (1980); secondly, in the translation itself, especially those that are related to translation displacement, it is used Catford (1996); Nida and Taber (1969); Larson (1984); and Zellermeyer (1987). The research methodology used is descriptive qualitative by adopting Miles and Huberman (1994) especially in the process of data analysis. Some aspects are discussed and analysed, such as the displacement in (1) grammatical cohesions and their comparison, (2) lexical cohesions especially displacement in (i) synonimy; (ii) collocation; (iii) meronymy; (iv) hyponymy; (3) transposition; (4) conjunction; (5) theme and rheme. Besides, the impact of the displacement are also discussed, such as the equivalence, meaning wideness, narrowing meaning, and the assessment of the translation. The results of the research are as the following. There are 10 textual meaning displacement, especially in (1) single meaning in source language (SL) to be a single form in target language (TL); (2) Replacement on adjectives repetition in SL and TL; (3) Replacement of ellipsis; (4) Replacement of substitution; (5) Replacement of reference and addition; (6) Replacement of cohesion that consists of (i) synonym; (ii) antonym; (iii) collocations; (iv) meronymy; and (v) hyponym; (7) transposition displacement; (8) Stuctural displacement; (9) Conjunction displacement, and the last one is (10) Theme and rheme displacement.There are three factors caused the displacement namely, (1) lexical difference factors; (2) semantic factors, (3) lingustic factors. The grammatical lexicon difference displacement from ellipsis is about 367 and from addition is about 712; and substitution is 65. For the concluding remarks can be said that the additional elements to be dominant on the textual meaning displacement.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang atas segala rahmat dan hidayah yang telah diberikanNYA sehingga peneliti dapat menyelesaikan disertasi ini yang mengkaji tentang Pergeseran Makna Tekstual dapat diselesaikan pada waktunya.

Pertama tama ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H. M.Sc(CTM), Sp.A.(K) yang memberi peluang kepada saya untuk dapat belajar di Universitas Sumatera Utara.

Kedua Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.SIE, dan Mantan Direktur Pascasarjana Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa, B.Sc yang telah memberi kesempatan kepada saya mengikuti Program Sandwich di University Malaya Di Kuala Lumpur.

Ketiga ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada promotor I saya Prof. Amrin Saragih, M.A.,Ph.D yang selalu membimbing dan menggarahkan saya di dalam penulisan disertasi ini.

(7)

Kelima Kepada Bapak Asrudin B.Tou, M.A., Ph.D. selaku Promotor III saya, yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan disertasi ini.

Keenam Kepada para Penguji Disertasi saya Prof. Zubaidah Ibrahim, Ph.D, Dr. Drs. Eddy Setia, M.Ed.TESP, dan bapak Prof. Busmin Gurning, M.Pd. dan Bapak Dr Sahron Lubis, M.A yang telah bersedia memberi penilaian, mengkoreksi, dan memberikan masukan - masukan demi kesempurnaan disertasi ini.

Ketujuh Terima kasih yang tulus saya ucapkan kepada Ketua Program Studi Linguistik Prof. T. Silvana Sinar, MA, Ph.D, yang berkenan menerima saya untuk mengikuti program Doktor Linguistik di Universitas Sumatera dan memberi kesempatan kepada saya mengikuti Program Sandwich di University Malaya.

Ucapan terima kasih saya kepada semua Dosen Program Studi Linguistik Universitas Sumatera Utara yang telah menyumbangkan ilmu pengetahuan mereka yang sangat berharga kepada saya selama perkuliahan dan tidak lupa saya aturkan terima kasih kepada staff administrasi Program Studi Linguistik Universitas Sumatera Utara. Terima kasih buat sahabat – sahabat seakatan pada pendidikan Doktor Linguistik yang selalu memberi dukungan dan dorongan kepada saya.

Terima kasih banyak saya ucapkan kepada Institut Terjemahan Negara Malaysia (ITNN) di Kuala Lumpur yang telah memberikan saya buku yang berjudul “See you At

The Top“ dan Terjemahannya, ini adalah berkat bantuan Ibu Prof. Zubaidah Ibrahim,

Ph.D Saya ucapkan terima kasih.

(8)

Bapak Prof. Dr. Zainuddin yang memberikan izin kuliah hingga saya dapat menimba ilmu di Universitas Sumatra Utara.

Ucapan senada Saya ucapkan terima kasih kepada Rektor UMN Al Washliyah Bapak Drs. H. Kondar Siregar, MA atas dukungannya.

Selanjutnya terima kasih saya tujukan kepada Mantan Rektor UMN Al Washliyah Ibu Prof. Dr. Hj. Sri Suslistyawati, SH., M.Si., Ph.D yang telah memberikan dukungan moril dan materil kepada Saya.

Pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih kepada Alm. Prof H. Mustafa Siregar, SH beserta isteri Alm Hj. Zuraidah, BA sebagai ketua Yayasan Perguruan Tinggi Swadaya Medan yang memberikan izin kepada saya untuk mengikuti program S3 Linguistik di Universitas Sumatera Utara.

Ucapan senada saya aturkan terima kasih kepada Prof. Tina Mariana Kariman, MA.,Phd yang selalu memotivasi saya.

(9)

membalasnya amin. Dan Adinda Sofyan, Ir. Surya Irawan ,Julham dan Paman saya H. M. Yusuf Drs, Bani Amin, dan alm. Kakek dan nenek. paman – paman saya dan seluruh keponakan, Sepupu dan seluruh keluarga besar Alm. H Awalludin.

Terima kasih yang tak terhingga kepada Suami tercinta Drs. Fauzen yang tetap setia menemani saya. Perhatian dan kasih sayang yang diberikan. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Anak saya Ihsan Fadillah S.Ked. yang bersama – sama berjuang menuntut ilmu dengan rasa bangga saya ucapkan terima kasih atas dukungannya semoga tetap bersemangat meraih cita – cita sampai kejenjang yang lebih tinggi. Juga ucapan terima kasih kepada Abang Ipar saya Drs .H. .Gavour. Prof. Fasbir M.Nur Sidin Msc, Ir. Fasrizal MSc, Drs. Fauzon MM, Fauzul BA. Kakanda Hj. Fastina dan seluruh kel Besar Alm.H. M.Nur Sidin yang tak dapat saya ucapkan satu persatu dan tidak lupa saya aturkan terima kasih kepada rekan- rekan alumni SMA Neg. III Medan Angkatan 1975 yang senantiasa memotivasi saya.

Akhirnya terima kasih kepada semua pihak yang belum saya sebutkan satu persatu yang telah memberi motivasi dan dukungannya moril maupun materil selama saya menjalankam pendidikan di Program Doktor linguistik sampai selesai. Pada kesempatan ini juga saya mohon maaf apabila ada salah dan janggal yang saya lakukan baik sengaja maupun tidak sengaja pada masa pendidik. Semoga disertasi ini dapat memberi kontribusi bagi pembaca.

Medan, Agustus 2011

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.5 Batasan dan Keterbatasan Penelitian ... 11

1.6 Asumsi Dasar ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI ... 13

2.1 Tinjauan Pustaka ... 13

2.1.1 Teori Linguistik Fungsional Sistemik ... 14

2.1.2 Alasan Memilih Teori Linguistik Fungsional ... 18

2.2 Orentasi Teoritis dan Kontruksi ... 19

2.2.1 Model Kajian LFS ... 20

2.2.1.1 Model Martin ... 23

2.2.1.2 Model Halliday ... 24

2.2.1.3 Model Sinar ... 25

2.2.2 Konsep LFS ... 25

2.2.2.1 Bahasa adalah Sistem Semiotik ... 26

2.2.2.2 Bahasa adalah Fungsional ... 27

(11)

2.2.2.4 Fungsi Teks Membuat Makna ... 30

2.2.2.5 Metafungsi Bahasa ... 32

2.2.2.6 Kontek Bahasa ... 33

2.2.2.7 Pengertian Tema Rema ... 33

2.2.2.7.1 Tema Tekstual ... 35

2.2.2.8 Pengertian Kohesi ... 35

2.2.2.8.1 Perujuk (Referens) ... 36

2.2.2.8.2 Perbandingan (Komperatif) ... 39

2.2.2.9 Elipsis / Subtitusi ... 40

2.2.2.10 Konjungsi ... 41

2.2.2.11 Kohesi Leksikal ... 42

2.2.2.11.1 Pengulangan ... 43

2.2.2.11.2 Sinonimi ... 44

2.2.2.11.3 Antonimi ... 44

2.2.2.11.4 Hiponimi ... 45

2.2.2.11.5 Meronimi ... 45

2.2.2.11.6 Kolokasi ... 46

2.3 Kerangka Teori Penerjemahan ... 46

2.3.1 Alasan Memilih Teori Terjemahan ... 50

2.4 Orientasi Teoretis ... 50

2.4.1 Model Teori Terjemahan yang ada ... 51

2.4.1.1 Model Teori Terjemahan ... 52

2.4.2 Konsep Teori Terjemahan ... 52

2.4.2.1 Pengertian Tentang Penerjemahan, Pergeseran dan Kesepadanan ... 52

2.4.2.2 Kesepadanan ... 52

2.4.2.3 Pergeseran ... 56

2.5 Konstrastif Analisis ... 64

2.6 Tinjauan Pustaka ... 64

2.7 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 79

(12)

BAB III METODE PENELITIAN ... 92

3.1 Rancangan Penelitian ... 94

3.2 Data dan Sumber Data ... 95

3.3 Instrumen Penelitian ... 95

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 95

3.5 Teknik Analisis Data ... 96

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 99

4.1 Deskripsi Kecirian dan Pemahaman Pergeseran Makna Tekstual ... 99

4.1.1 Jenis Pergeseran Makna Tekstual ... 99

4.1.1.1 Pergeseran Bentuk Jamak BS Menjadi Tunggal dalam BT ... 100

4.1.1.2 Pergeseran Adjektiva atau Kata Sifat dalam BS menjadi Pengulangan Kata Sifat pada BT ... 104

4.2 Pergeseran Alat Kohesi Gramatikal ... 107

4.3 Pergeseran Alat Kohesi Gramatikal Pronomina ... 109

4.4 Pergeseran Alat Kohesi Gramatikal Perbandingan ... 112

4.5 Pergeseran Kohesi Leksikal ... 116

4.5.1 Pergeseran Sinonima dari BS ke BT ... 118

4.5.2 Pergeseran Satu Makna ke Medan Makna dalam Sinonimi ... 123

4.5.3 Pergeseran Satu Kata dalam BT dengan Medan Makna dalam BS ... 125

4.5.4 Pergeseran Antonimi ... 128

4.5.5 Pergeseran Kolokasi ... 131

4.5.6 Pergeseran Meronimi ... 136

4.5.7 Pergeseran Hiponimi ... 138

(13)

4.6 Pergeseran yang dilakukan untuk mengisi Kerumpangan Kosa

kata ... 143

4.7 Pergeseran Transposisi ... 145

4.8 Konjungsi ... 152

4.9 Pergeseran Tema Rema ... 154

4.10 Diskripsi Eksplanatif Kecirian Pendorong Pergeseran ... 163

4.11 Faktor Perbedaan Leksikogramatika ... 163

4.12 Faktor Semantik ... 169

4.13 Faktor Linguistik ... 172

4.14 Deskripsi Interpretatif: Dampak Pergeseran Makna Tekstual .. 172

4.15 Kesepadanan yang mendekati sempurna ... 173

4.16 Penyempitan Dalam Penerjemahan ... 174

4.17 Perluasan Makna ... 175

BAB V PEMBAHASAN ... 177

5.1 Pembahasan ... 177

5.1.1 Pergeseran Bentuk Jamak dalam BS Menjadi Tunggal BT 177 5.1.2 Pengulangan Adjektiva ... 178

5.1.3 Pergeseran Struktur Gramatika MD ke DM ... 179

5.1.4 Pergeseran Kerumpangan ... 180

5.1.5 Pergeseran Transposisi dalam kata ke Frasa, ……… Frasa ke Kata, Kata ke Kalimat ... 182

5.1.6 Pergeseran Alat Kohesi Gramatikal ... 184

5.1.7 Pergeseran Dalam Bentuk Sinonim pada BS dan BT ... 188

5.1.8 Pergeseran Antonimi ... 190

5.1.9 Pergeseran Hiponimi ... 191

5.1.10 Pergeseran Transposisi ... 192

5.2 Faktor Penyebab Pergeseran ... 193

5.2.1 Faktor Ketidak Sepadanan ... 194

5.2.2 Faktor Semantik ... 198

(14)

5.2.4 Kohesi Leksikal ... 201

5.2.5 Faktor Linguistik ... 203

5.3 Dampak Pergeseran ... 204

5.3.1 Kesepadanan yang Hampir Sempurna ... 204

5.3.2 Penyempitan Makna dalam Penerjemahan ... 207

5.3.3 Perluasan Makna ... 208

5.3.4 Penilaian Kualitas Terjemahan ... 209

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 211

6.1 Kesimpulan ... 211

6.2 Saran ... 213

DAFTAR PUSTAKA ... 215

LAMPIRAN 1 : BAHASA TARGET (BT) ... 221

LAMPIRAN 2 : BAHASA SUMBER (BS) ... 246

LAMPIRAN 3 : DATA TERJEMAHAN ... 268

LAMPIRAN 4 : SAMPEL ANALISIS ... 310

LAMPIRAN 5 : TABEL PERGESERAN ... 395

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1a Pergeseran Bentuk BS Menjadi Tunggal Dalam BT ... 101

Tabel 4.1b Pergeseran Bentuk BS Menjadi Tunggal Dalam BT ... 102

Tabel 4.1c Pergeseran Bentuk BS Menjadi Tunggal Dalam BT ... 103

Tabel 4.2a : Jumlah Pergeseran bentuk jamak BS menjadi tunggal dalam BT ... 103

Tabel 4.2b : Jumlah Persentase Pergeseran bentuk jamak BS menjadi tunggal dalam BT ... 104

Tabel 4. 3 : Adjektiva atau kata sifat dalam BS bergeser menjadi Pengulangan kata sifat dalam BT ... 105

Tabel 4.3a. Jumlah adjektiva atau kata sifat dalam BS bergeser Pengulangan Kata sifat pada BT ... 106

Tabel 4.3b : Jumlah Persentase adjektiva atau kata sifat dalam BS bergeser menjadi Pengulangan pada BT ... 107

Tabel 4.3 : Pergeseran Alat Kohesi Gramatikal ... 108

Tabel 4.3a : Jumlah Pergeseran Alat Kohesi Gramatikal Pronomina... 109

Tabel 4.3b : Jumlah Pergeseran Alat Kohesi Gramatikal Perbandingan... 112

Tabel 4.3c : Jumlah Pergeseran Alat Kohesi Gramatikal Penunjuk... 113

Tabel 4.4 : Jumlah Persentase Pergeseran Alat Kohesi Gramatikal Pronomina ... 114

Tabel 4.4a : Jumlah Persentase Pergeseran Alat Kohesi Gramatikal Perbandingan ... 115

Tabel 4.4b : Jumlah Persentase Pergeseran Alat Kohesi Gramatikal Penunjuk ... 116

Tabel 4.5 : Pergeseran Kohesi Leksikal ... 117

Tabel 4.5a : Jumlah Pergeseran Kohesi Leksikal Pronomina Posesif ... 118

Tabel 4.5b : Jumlah Persentase Pergeseran Kohesi Leksikal ... 118

Tabel 4.6 : Pergeseran Sinonimi dari BS ke BT ... ... 120

Tabel 4.6b Jumlah Pergeseran Sinonimi dari BS ke BT ... 121

Tabel 4.6c : Jumlah Pergeseran Kohesi Leksikal Sinonimi dari BS ke BT... ... 122

(16)

Tabel 4.7 : Pergeseran satu makna ke medan makna dalam sinonimi ... ... 123

Tabel 4.7a: Jumlah Pergeseran Satu Makna ke Medan Makna dalam Sinonimi ... 124

Tabel 4.7b : Jumlah Pergeseran Satu Makna ke Medan Makna dalam Sinonim ... 124

Tabel 4.7c : Jumlah Persentase Pergeseran Satu Makna ke Medan Makna dalam Sinonim ... 124

Tabel 4.8 : Pergeseran Satu kata dalam BT dengan Medan makna dalam BS ... ... 126

Tabel 4.9 Distribusi Pergeseran Satu Kata dalam BT dengan Medan Makna dalam BS ... 126

Tabel 4.10 : Jumlah Pergeseran Satu kata dalam BT dengan Medan Makna dalam BS ... 127

Tabel 4.11 : Jumlah Persentase Pergeseran Satu kata dalam BT dengan Medan Makna dalam BS ... ... 128

Tabel 4.12 Pergeseran Antonim ... 129

Tabel 4.12a Jumlah Pergeseran Antonim ... 130

Tabel 4.12b : Jumlah Persentase Pergeseran Antonim ... 130

Tabel 4.13 : Pergeseran Kolokasi ... 131

Tabel 4.13 a: Pergeseran Kolokasi (lanjutan 1) ... 132

Tabel 4.13 a: Pergeseran Kolokasi (lanjutan 2) ... 133

Tabel 4.13 a: Pergeseran Kolokasi (lanjutan 3) ... 134

Tabel 4.14 Jumlah Pergeseran Kolokasi ... 135

Tabel 4.15 : Jumlah Persentase Pergeseran Kolokasi ... 135

Tabel 4.16 : Pergeseran Meronimi ... 136

Tabel 4.16a Jumlah Pergeseran Meronimi ... 137

Tabel 4.16b: Jumlah Persentase Pergeseran Meronimi ... 137

Tabel 4.17 : Pergeseran Hiponimi ... 138

Tabel 4.17a : Jumlah Pergeseran Hiponimi ... 138

Tabel 4.17b : Jumlah Persentase Pergeseran Hiponimi ... 138

Tabel 4.18 : Pergeseran Perbedaan struktur gramatika dalam BS tidak ada pada BT ( BS hukum MD menjadi DM dalam BT ) ... ... 139

(17)

Tabel 4.18b : Pergeseran Perbedaan struktur gramatika dalam BS tidak

ada pada BT ( BS hukum MD menjadi DM dalam BT ) ... ... 141

Tabel 4.18c : Pergeseran Perbedaan struktur gramatika dalam BS tidak ada pada BT ( BS hukum MD menjadi DM dalam BT ) ... 142

Tabel 4.19a : Jumlah Pergeseran struktur gramatika dalam BS tidak ada pada BT ( BS hukum MD menjadi DM dalam BT ) ... 142

Tabel 4.19b Jumlah Persentase Pergeseran struktur gramatika dalam BS tidak ada pada BT ( BS hukum MD menjadi DM dalam BT ) ... 143

Tabel 4.20 Pergeseran yang Dilakukan untuk Mengisi Kerumpangan Kosakata ... 144

Tabel 4.20a Jumlah Pergeseran yang Dilakukan untuk Mengisi Kerumpangan Kosakata... 144

Tabel 4.20b Jumlah Persentase Pergeseran yang Dilakukan untuk Mengisi Kerumpangan Kosakata ... 145

Tabel 4.21 Pergeseran Transposisi ... 146

4.21 a Pergeseran Transposisi (lanjutan 1) ... 147

4.21b Pergeseran Transposisi (lamjutan 2) ... 148

4.21c Pergeseran Transposisi (lamjutan 3) ... 149

4.21 d Pergeseran Transposisi (lanjutan 4) ... 150

Tabel 4. 22 Jumlah Pergeseran Transposisi ... 151

Tabel 4.23: Jumlah Persentase Pergeseran Transposisi ... 152

Tabel 4.24: Jumlah Pergeseran Konjungsi “Penambahan” ... 152

Tabel 4.25a : Persentase Konjungsi (angka dalam persen) ... 153

Tabel 4.26 Tema dan Rema Topikal Tak Bermarkah Majemuk... 154

Tabel 4.27: Jumlah Pergeseran Tema dan Rema Topikal Tak Bermarkah ... 155

Tabel 4.27: Jumlah Pergeseran Tema dan Rema Topikal Tak Bermarkah ...,,,,, 156

Tabel 4.28 Jumlah Persentase Pergeseran Tema dan Rema Topikal Tak Bermarkah ... 157

Tabel 4.29: Tema dan Rema Topikal Bermarkah Tunggal ... ... 158

(18)

Tabel 4.31 Jumlah Persentase Pergeseran Tema dan Rema Topikal

Bermarkah Tunggal ... 159

Tabel 4.32 : Tema dan Rema Topikal Bermarkah Majemuk ... 159

Tabel 4.33 : Jumlah Tema dan Rema Topikal Bermarkah Majemuk ... ... 160

Tabel 4.34 Jumlah Persentase Tema dan Rema Topikal Bermarkah Majemuk ... 161

Tabel 4.35: Tema dan Rema Topikal Tak Bermarkah Tunggal ... 161

Tabel 4.36 : Jumlah Tema dan Rema Topikal Tak Bermarkah Tunggal ... 162

Tabel 4.37 Jumlah Persentase Tema dan Rema Topikal Tak Bermarkah Tunggal ... 163

Tabel 4.38 : Penghilangan,Penambahan dan Pengantian(elipsis, addition dan subsitusi) ... 164

Tabel 4.39 Penghilangan pada unsur – unsur leksikon Penghilangan (Elipsis) Pada unsur leksikon ... 164

Tabel 4.40 Penghilangan nomina ( Elipsis nomina ) ... 165

Tabel 4.41. Penghilangan Verba ( Elipsis verba) ... .... 166

Tabel 4.42. Penghilangan unsur to be (BT) ... ... 166

Tabel 4.43 Penghilangan Adjektiva (Kt. Sifat) ... 167

Tabel 4.44 Penghilangan Adverb (Kkt) ... 167

Tabel 4.45 Penghilangan Klausa ... 167

Tabel 4.46 Penghilangan Frasa ... 168

Tabel 4.47 Penghilangan Artikel (a dan an) ... ... 168

Tabel 4.48 Penambahan (Addition) ... ... 169

Tabel 4.49 Unsur Pengantian ( Subsitusi) ... 169

Tabel 4.50. Faktor Semantik ... 170

Tabel 4.71 Sinonim ... ... 170

Tabel 4.52 Satu makna BS menjadi Medan makna pada BT ... ... 171

Tabel 4.53: Satu Makna BT ... 171

Tabel 4.54 Padanan yang sempurna dengan menambahkan unsur leksikal agar padanan dapat beterima dan mudah dimengerti ... 173

Tabel 4.55 : Dampak Penambahan Leksikal ... 173

Tabel kolokasi ... 174

(19)

Tabel 4.58 Tabel Penambahan ... 176

Tabel : 5.1 Kerumpangan ... 181

Tabel : 5.2 Pergeseran Kata Frasa Kalimat ... 183

Tabel .5.3: Pergeseran Alat Kohesi Gramatikal ... 185

Tabel :5.4 Jumlah Pergeseran Alat Kohesi Gramatikal Perbandingan ... 186

Tabel 5.5 : Pergeseran Penunjuk (itu, ini, tersebut) ... ... 187

Tabel 5.6. Pembahasan Satu Makna ke Medan Makna ... 190

Tabel 5.7 : Pembahasan Persentase Pergeseran Antonim ... 191

Tabel 5.8 : Pembahasan Persentase Pergeseran Hiponimi ... 191

Tabel :5.9 Pergeseran Transposisi ... ... 193

Tabel : 5.10 Pembahasan Persentase ... 194

Tabel : 5.11 Pembahasan Faktor Penghilangan Penambahan dan Subtitusi ... 195

Tabel 5.12 : Pembahasan Distribusi Alat Kohesi Gramatikal ... 199

Tabel 5.13. Pembahasan Faktor Semantik ... 201

Tabel 5.14 Pembahasan Pergeseran Sinonim ... 202

Tabel 5.15. Pembahasan Satu makna BT menjadi Medan makna BS... ... 202

Tabel 5.16 Pembahasan Satu Makna BT ... 203

Tabel 5.17 Pembahasan Tentang Penambahan ... ... 205

Tabel : 5.18 Pembahasan Tentang Padanan ... 205

Tabel 5.19 : Pembahasan Kolokasi ... 206

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

DAFTAR LAMPIRAN ... 221

LAMPIRAN 1 : BAHASA TARGET (BT) ... 221

LAMPIRAN 2 : BAHASA SUMBER (BS) ... 246

LAMPIRAN 3 : DATA TERJEMAHAN ... 268

LAMPIRAN 4 : SAMPEL ANALISIS ... 310

LAMPIRAN 5 : TABEL PERGESERAN ... 395

(21)

ABSTRAK

Disertasi ini membahas tentang analisis pergeseran makna tekstual yang terdapat dalam sebuah buku teks dengan judul “See you at the Top” dan versi terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Teori yang digunakan untuk menganalisis makna tekstual terjemahan buku tersebut, yang pertama digunakan teori Halliday (1994; 2004) dan Halliday dan Hassan (1980) khususnya yang hubungkait dengan pengidentifikasian tema-rema dan kohesi; yang kedua digunakan teori Catford (1996); Nida dan Taber (1969); Larson (1984); dan Zellermeyer (1987), untuk analisis pergeseran dalam penerjemahan. Metode riset yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan mengadopsi usulan Miles dan Huberman (1994) khususnya dalam tahapan dalam penganalisisan data. Aspek-aspek yang dianalisis adalah pergeseran dalam bidang (1) kohesi gramatikan dan bandingannya; (2) kohesi leksikal terutama yang berkaitan dengan (i) sinonimi; (ii) kolokasi; (iii) meronimi; (iv) hyponim; (3) Transposisi, (4) konjungsi’ (5) tema-rema. Di samping itu, dampak dari pergeseran dalam penerjemahan, khususnya ekivalensi, perluasan medan makna, penyempitan makna, dan penilaian hasil penerjemahan. Terdapat 10 pergeseran makna tekstual, terutama sekali dalam (1) makna tunggal dalam BS menjadi makna tunggal juga dalam BT, (2) penggantian pengulangan adjektiva dalam BS dan BT, (3) penggantial elipsis, (4) penggantian substitusi, (5) penggantian referen dan penambahan (addition); (6) penggantian dalam aspek kohesi meliputi (i) sinonimi; (ii) antonimi; (iii) kolokasi; (iv) meronimi, (v) hiponimi, (vi) pergeseran transposisi; (8) pergeseran struktural; (9) pergeseran konjungsi; dan (10) pergeseran dalam tema-rema. Ada 3 faktor yang menyebabkan pergesaran, yaitu (1) faktor leksikal, (2) faktor semantik, (3) faktor linguistik. Pergeseran dalam perbedaan leksikon gramatikal dari elipsis sekitar 367 dan dari penambahan (addition) sekitar 712; dan substitusi sekitar 65. Sebagi simpulan bahwa unsur-unsur penambahan lebih mendominasi pergeseran makna tekstual.

(22)

ABSTRACT

This dissertation deals with the analysis of the textual meaning displacement in a popular textbook entitled “See You at the Top” and its translation version in bahasa Indonesia. The theories used in analysisng the textual meaning are, firstly in identifying the theme-rheme and cohesion it is used Halliday (1994; 2004), Halliday and Hasan (1980); secondly, in the translation itself, especially those that are related to translation displacement, it is used Catford (1996); Nida and Taber (1969); Larson (1984); and Zellermeyer (1987). The research methodology used is descriptive qualitative by adopting Miles and Huberman (1994) especially in the process of data analysis. Some aspects are discussed and analysed, such as the displacement in (1) grammatical cohesions and their comparison, (2) lexical cohesions especially displacement in (i) synonimy; (ii) collocation; (iii) meronymy; (iv) hyponymy; (3) transposition; (4) conjunction; (5) theme and rheme. Besides, the impact of the displacement are also discussed, such as the equivalence, meaning wideness, narrowing meaning, and the assessment of the translation. The results of the research are as the following. There are 10 textual meaning displacement, especially in (1) single meaning in source language (SL) to be a single form in target language (TL); (2) Replacement on adjectives repetition in SL and TL; (3) Replacement of ellipsis; (4) Replacement of substitution; (5) Replacement of reference and addition; (6) Replacement of cohesion that consists of (i) synonym; (ii) antonym; (iii) collocations; (iv) meronymy; and (v) hyponym; (7) transposition displacement; (8) Stuctural displacement; (9) Conjunction displacement, and the last one is (10) Theme and rheme displacement.There are three factors caused the displacement namely, (1) lexical difference factors; (2) semantic factors, (3) lingustic factors. The grammatical lexicon difference displacement from ellipsis is about 367 and from addition is about 712; and substitution is 65. For the concluding remarks can be said that the additional elements to be dominant on the textual meaning displacement.

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus mengetahui kaidah kaidah BS dan BT agar makna BS dapat beterima pada BT, dan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada BT, walaupun pergeseran bentuk dalam penerjemahan tidak dapat dielakkan dalam penerjemahan, seperti : pelesapan, penambahan dan pengantian dalam bentuk. kata, frasa dan bahkan klausa

Dalam Bab pendahuluan dari karya penerjemahan “ See you at the top “

(24)

informasi BS banyak yang hilang maka akan menimbulkan salah interpretasi terhadap teks tersebut sehingga pesan moral yang isinya tentang penyingkatan pribadi yang ampuh tidak tersampaikan.

Hal yang sangat menarik perhatian peneliti adalah kemampuan penerjemah mendorong menyemangati, mengilhami pembaca dan ini membuktikan dirinya sebagai salah seorang pemberi motivasi terbesar abad ini dalam buku inovatif :” See You At The Top “ telah menjangkau berbagai generasi dan masih digunakan secara luas oleh perusahaan, sekolah, lembaga pemerintah, penjualan dan motivasi dan kemajuaan diri sendiri yang menjadi tujuannya dan berperan sebagai pondasi kursus bagi anak – anak muda di Amerika.

Berdasarkan latar belakang penerjemah, menambah keingintahuan peneliti untuk meneliti tentang pergeseran kohesi yang terdapat dalam teks di atas, karena apabila unsur- unsur kohesi yang hilang dapat mengakibatkan salah penafsiran sehingga pertautan antar butir – butir linguistik menjadi tidak lazim dan maknanyapun kabur. Bahkan informasi – informasi BS dapat hilang mengakibatkan pesan – pesan yang berharga tidak dapat dialihkan ke BT dan pembaca tidak dapat menemukan pesan – pesan moral dari BS. Hal inilah mendorong peneliti untuk meneliti pergeseran kohesi dalam penerjemahan dalam teks diatas.

(25)

penerjemahan dan khususnya bagi staf pengajar agar dapat termotivasi untuk membaca dan menulis seperti apa yang dikatakan Ziglar dalam “See You At The Top“ dengan membaca dan menulis dapat mengembangkan individu dan keberhasilan pribadi dan rumusan tersebut menjadi filosofi yang benar – benar menangkau berbagai generasi pembaca yang telah dituntut oleh prinsip - prinsipnya.

Pergeseran kohesi dalam penerjemahan menjadi fokus dalam penelitian yang sedang peneliti lakukan pada saat ini. Kohesi adalah bahagian dari makna tekstual, makna tekstual terdiri atas struktural (tema dan rema) dan non-structural (kohesi).

Halliday (2004:587) menguraikan bahwa leksikogramatika telah mengembangkan sumber tekstual untuk menciptakan hubungan kohesi yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan unit–unit gramatikal dan mengidentifikasi hubungan semantik dalam teks secara eksplisit dan sistem leksikogramatika dimulai dari metafungsi dan secara bersamaan dikenal sebagai sistem kohesi.

(26)

kohesi dalam keterpahaman teks yang terdapat pada buku ajar BS untuk Sekolah Menengah Umum yaitu, Pertama rekognisi cenderung berperan penting keterpahaman teks. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa pemberian input tentang rekognisi pemarkah kohesi kepada kelompok eksperimental cenderung

meningkatkan kelompok ini juga jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan input. Kedua berdasarkan tingkat frekuensi cenderung tinggi, konjungsi

lebih rendah dan urutan ketiga dan urutan keempat elipsis. Dan urutan terakhir adalah substitusi (http/www. Google.comdigilib. edu/opasc/theme/ libri2/ detai,ipsp.id) diakses pada tanggal 20 juli 2008. Dalam pendekatan LFS dan pada pembelajaran bahasa masing – masing mengkodekan bukan hanya satu tetapi tiga makna secara simultan dan ketiga makna tersebut berhubungan dengan perbedaan fungsi dasar bahasa, konteks dan situasi. Ketiga makna tersebut adalah makna memaparkan (makna ideasional), makna mempertukarkan (makna interpersona) dan makna merangkaikan pengalaman (makna tekstual). Metafungsi bahasa ini mempunyai fungsi masing – masing seperti disebutkan di atas.

(27)

berkualitas diperlukan kritik, saran, dan bahkan penelitian terhadap hasil terjemahan seperti penelitian yang sedang peneliti lakukan terhadap hasil penerjemahan “ See you at the top”. Hasil penelitian ini dapat memberi kontribusi pada penerjemah untuk menghasilkan penerjemahan yang berkualitas dan mahasiswa yang sedang mengikuti bidang penerjemahan dan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi. di pusat kajian penerjemahan.

Dalam penerjemahan, pergeseran merupakan bahagian yang tak dapat dipisahkan karena tujuan dari penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT). Amanat yang akan disampaikan penutur/ penulis secara keseluruhan dapat dimengerti pendengar (pembaca). Dalam menyampaikan makna atau isi wacana penutur/ penulis bahasa menyampaikan, mempertukarkan, dan merangkaikan dalam menyampaikan pesan secara berpola atau bersistem karena bahasa memiliki aturan atau susunan yang dirangkai dengan baik yang secara teoretis disebut dengan fungsi tekstual. Fungsi tekstual ini berkaitan dengan lingkungan atau konteks satu pengalaman linguistik. Fungsi tekstual terdiri atas unsur tekstual seperti : tema, rema, kohesi yang di dalamya meliputi, elipsis, referen, subsitusi, reterasi, dan kohesi leksikal meliputi sinonim dan superordinat yang lain. (Eggins, 2004).

(28)

terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi sehingga terjadi pergeseran. Ada beberapa faktor penyebab pergeseran seperti apa yang dikatakan (Mieller dalam Ulman,1977:l93) yaitu 1. Persepsi dan aggapan 2. Kekaburan dan ketidakpastian makna 3. Kehilangan motivasi 4. faktor salah kaprah 5. Struktur kosakata.

Metode penerjemahan berkenaan dengan keseluruhan teks, sedangkan prosedur penerjemahan berlaku untuk kalimat dan satuan – satuan bahasa yang lebih kecil seperti klausa, frasa dan kata. Pergeseran makna adalah rujukan awal yang tidak mengalami perubahan melainkan terjadi penyempitan, perluasan dan pengkonotasian.

Seorang penerjemah harus dapat mengalihkan pesan yang tersurat dan yang tersirat ke BT. Pengalihan yang biasanya dirujuk sebagai pemindahan stilistik mempengaruhi proses pembentukan semula yang menghasilkan sebuah terjemahan sehingga menunjukan ciri terkaitan sebuah teks. Catford (l965) mendefenisikan penerjemahan sebagai penggantian bahan teks dalam satu (BS) dengan bahan teks yang sepadan dalam bahasa lain (BT).

(29)

Setiap komponen bahasa juga mengalami pergeseran sesuai dengan perkembangan zaman, seperti kosa kata bertambah dan berkembang sehingga terjadi pergeseran akibat perbedaan struktur, pola dan sistem dari kedua bahasa yang sedang diperbandingkan. Pergeseran tersebut dapat dilihat dari unsur yang terkecil sampai unsur yang terbesar dari tataran atau struktur dari morfem, frasa, klausa atau kalimat menjadi klausa, frasa atau sebaliknya.

Larson (l984:3) mengamati pergeseran dalam penerjemahan dapat dikatagorikan menjadi dua bahagian yaitu : (1) pergeseran bentuk dan (2) pergeseran makna. Pergeseran bentuk bahasa merujuk pada kata, frasa, klausa , kalimat dan paragraf dan bentuk ini juga merujuk pada struktur bahasa sumber dan bentuk BS dipindahkan ke bentuk BT dan makna BS dipindahkan ke BT. Amanat yang akan disampaikan penutur/ penulis secara keseluruhan yaitu makna atau isi suatu wacana: konsep dan perasaan tersebut dapat dimengerti oleh pendengar/pembaca.

(30)

Informasi pada kalimat yang satu berhubungan dengan informasi pada kalimat kalimat eksplisit dan sistem lain.

Sementara itu Alwi (2000:427) menambahkan bahwa kohesi merupakan hubungan perkataan antar proposisi yang dinyatakan secara eksplisit oleh unsur– unsur gramatikal dan semantik dalam kalimat–kalimat yang membentuk wacana.

Halliday dan Hasan ( l976:5) Kohesi adalah bahagian dari system bahasa.yang diir BS dengan referens dan Elipsis dan seterusnya yang membangun

bahasa itu sendiri. Kohesi diaktualisasikan dalam setiap kalimat. Saragih ( 2008:1) menyatakan bahwa pengertian fungsional yang pertama ini teks

dinterpretasikan sebagai ditentukan oleh konteks sosial, yakni segala unsur yang terjadi di luar teks dalam system masyarakat pemakai bahasa. Dengan kata lain konteks sosial fungsi tekstual berkaitan dengan lingkungan atau konteks satu pengalaman linguistik.

(31)

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan fenomena di atas masalah yang menarik akan diangkat dalam kajian penerjemahan ini adalah sebagai berikut:

1. Pergeseran kohesi yang bagaimanakah yang terjadi dalam terjemahan teks karya populer ” See you at the Top

2. Faktor–faktor apa sajakah yang menyebabkan pergeseran kohesi dalam teks karya populer ” See you at the Top

3. Bagaimanakah dampak pergeseran kohesi terhadap kualitas terjemahan teks karya populer “ See you at the Top “.

1.3 Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan masalah yang dirumuskan pada 1.3, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut.

1) Mendiskripsikan bentuk pergeseran kohesi dalam teks karya populer ” See you at the Top

2) Menganalisis faktor–faktor penyebab pergeseran kohesi pada .teks ” See You at the Top ”

(32)

1.4 Manfaat Penelitian

Temuan penelitian ini diharapkan memberi kontribusi seperti tersebut di bawah ini.

1) Menentukan padanan masukan bagi peneliti selanjutnya khususnya di bidang terjemahan tentang pergeseran alat kohesi dan menentukan padanan yang tepat, serta kesulitan–kesulitan yang dihadapi ketika menentukan padanan dan pergeseran kohesi. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat membantu dan menjadi pedoman untuk mendiskripsikan berbagai aspek lingual khususnya

Bahasa Inggris (BS) dan Indonesia (BT) dari sudut pandang Linguistik Fungsional Sistemik.

2) Memberi masukan pada peneliti selanjutnya di bidang terjemahan dan penelitian ini nantinya dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya untuk memahami tentang kohesi yang terdapat dalam teks karya popular “See you at the top

3) Memberikan masukan khususnya bagi pembaca untuk mendapatkan imformasi yang benar dan tepat.

(33)

5) Manfaat praktis penelitian ini dapat memberi motivasi bagi pembaca untuk mengetahui tentang cara penerjemah memindahkan informasi dari BS ke BT sehingga hampir semua informasi yang ada pada BS tersampaikan pada BT dalam menciptakan karya penerjemahan yang baik dan benar. Dengan membaca penelitian ini mengundang pembaca untuk membaca buku aslinya maupun terjemahannya ” See you at the top ” karena di dalamnya dapat diperoleh pesan moral yang sangat berharga yang dapat memberi motivasi bagi pembacanya untuk meraih keberhasilan yang lebih besar sesuai dengan judul bukunya.

Penelitian ini dapat membuka cakrawala untuk melihat perkembangan Ilmu pengetahuan tentang penerjemahan dan pentingnya hasil penerjemahan untuk dibaca dalam meningkatkan kemampuan individu untuk meraih keberhasilan yang lebih besar.

1.5 Batasan Penelitian

Batasan penelitian terfokus pada masalah pergeseran kohesi (pergeseran makna tekstual yang terdiri atas struktural (tema dan rema) dan non-structural (kohesi) dan padanan dalam teks BS dan BT. Secara khusus, ruang lingkup kajian terjemahan ini adalah yang internal saja yang dibahas dan eksternal tidak dibahas. Unsur – unsur yang dibahas adalah :

(34)

(2) mendiskripsi faktor faktor penyebab pergeseran kohesi dalam terjemahan.

(3) menganalisis dampak pergeseran dan padanan terhadap kualitas terjemahan dalam karya – karya popular ‘ See you at the top

1.6 Asumsi Dasar

(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Bab ini terdiri atas Tinjauan Pustaka, Kerangka Teori dan konstruk analisis. Tinjaun Pustaka mencakup konsep–konsep tentang (1) Teori LFS, (2) Model Kajian LFS, dan (3) Teori Penerjemahan. Sedangkan kerangka teori terdiri atas tinjauan terhadap (1) Teori elektika makna tekstual, (2) Perbedaan dan padanan makna tekstual dalam terjemahan/dan kajian terapan terdahulu. Halliday (l978: 133) menyatakan bahwa unsur – unsur tekstual tata bahasa BS terdiri atas dua sumber yaitu struktural dan kohesi. Unsur struktural terdiri atas tema, rema dan given dan new, sedangkan kohesi terdiri atas lima unsur yaitu (1) reference, (2) ellipsis, (3) substitution, (4) conjunction dan (5) cohesion lexical. Saragih (2008) menyebutkan sebagai wacana, fungsi tekstual dalam pantun dapat diintrepetasi dan diindentifikasi pada beberapa tingkat yakni tingkat (1) klausa sebagai tema dan Baru (2) Paragraph sebagai hiper- tema dan hiper

baru, dan (3) teks sebagai Makro – Tema dan Makro –Baru. (Haliday – Hasan : 1976) menguraikan pengalaman diungkapkan melalui kosa kata. Kata – kata dalam fungsinya sebagai nama, sesungguhnya merupakan satu segi pola – pola transivitas dalam tata bahasa, tetapi jenis – jenis proses yang sekarang dibicarakan

(36)

Kalimat dibentuk dari sejumlah kata dan wacana terbentuk dari sejumlah kalimat yang dihubungkan dengan sejumlah alat kohesi dan memiliki makna makna ideasional, antarpersonal, dan makna tekstual. Alwi (2000:419) mengatakan rentetan kalimat yang berkaitan dengan menghubungkan proposisi yang satu dengan lainnya. Proposisi yang lain itu membentuk kesatuan yang dinamakan wacana. Sementara Baker (l992) menekankan bahwa bahasa yang berbeda memiliki pilihan yang berbeda untuk pengunaan alat-alat kohesi dan lebih kuat dari lainnya atau mengkombinasi kecenderungan yang tidak berkorepondensi dengan bentuk–bentuk kohesi BS. (Min Liu 1998:207), yang diposkan melalui http//www.google.com

2.1.1 Teori Linguistik Fungsional Sistemik

Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, penelitian ini mengunakan pendekatan Linguistik Fungsional Sistemik (LFS). Dalam pendekatan ini Halliday (1994), mengatakan bahwa bahasa adalah sistem arti dan sistem. Konsep sistem dan arti yang digagas Halliday dirangkum dalam linguistik. Dalam penelitian konsep yang mendasari yaitu (a) Bahasa adalah suatu sistem semiotik, (b) Bahasa merupakan teks berkonstrual (saling menentukan dan merujuk) dengan konteks sosial, (c) penggunaan bahasa adalah fungsional, (d) Fungsi bahasa membuat makna, (d) bahasa adalah sistem, (f) hubungan bahasa dan teks direalisasikan melalui konteks sosial.

(37)

Semiotik bahasa terjadi dari unsur arti, ekspresi, dan bentuk. Hubungan arti dengan unsur ekspresi, dan bentuk direalisasikan sebagai arti (semantik atau semantik wacana) direalisasikan oleh bentuk (lexicogrammar) dan bentuk ini seterusnya dikodekan oleh ekspresi. Semantik dan bahasa dengan kata lain direalisasikan oleh tatabahasa, yang selanjutnya tata bahasa diekpresikan dalam fonologi (dalam bahasa lisan) dan grafologi (dalam bahasa tulisan). Bahasa lisan dan tulisan adalah bahasa yang difungsikan sesuai dengan fungsi – fungsi bahasa yang disebut metafungsi yang memiliki sistem – sistem yaitu sistem ideasional. interpesona dan tekstual. Tiga sistem di atas dikenal dengan tiga konsep fungsional yaitu konsep pertama bahwa bahasa teruktur berdasarkan fungsi bahasa dalam kehidupan manusia. Ketiga fungsi bahasa dalam kehidupan manusia terdiri atas tiga hal yaitu (1) fungsi memaparkam atau menggambarkan, (2) mempertukarkan, dan (3) merangkaikan pengalaman manusia. Kedua konsep bahwa setiap unit bahasa adalah fungsional berlaku terhadap unit yang lebih besar, yang di dalamnya unit itu menjadi unsur. Dengan pengertian seperti ini grup nomina, verba, preposisi klausa sisipan, atau unit lain berfungsi dalam tugas masing masing untuk membangun klausa. Konsep keempat menetapkan teks atau wacana dalam kontek sosial. Teks sebagai unit bahasa yang fungsional dalam kontek sosial adalah unit bahasa yang fungsional memberi arti atau unit semantik bukan unit tata bahasa (grammatical unit)

(38)

dalam konstrual adalah satu konteks sosial tertentu. Hanya teks tertentu yang dapat dihasilkan. Bahasa teks merupakan sistem jaringan yang terdiri atas pilihan - pilihan arti. Bila manusia mengekspresikan keperluan–keperluan mereka, mereka memakai bahasa dan menghasilkan arti, makna atau arti dalam teks adalah bahasa fungsional.

Orientasi penelitian ini adalah kepada arti dan wacana terjemahan. Wacana sebagai unit makna menjadi objek dasar kajian yang menutun peneliti untuk mengetahui apa yang diinginkan pencipta teks. Peneliti lebih jauh ingin mengetahui penyebab dan dampak terhadap hasil penerjemahan teks disebabkan adanya pengalihan bentuk bahasa sumber kepada bentuk bahasa sasaran. Bagi penerjemah makna yang dihasilkan sangat penting dipertahankan.

Berkaitan dengan fungsi bahasa teks memiliki struktur tematik yaitu tema dan rema dan struktur tematik tersebut dapat diperluas lagi untuk yang analisis setiap klausa tunggal (a single klausa ) yang terdapat dalam teks untuk menjelaskan hubungan koherensi dalam bahasa secara menyeluruh.

Konteks mempengaruhi pemilihan bahasa secara tepat sebab mereka merefleksikan tiga fungsi utama bahasa untuk tiga tujuan utama pula, yakni :

1. Untuk membicarakan apa yang sedang terjadi, yang akan terjadi, dan yang telah terjadi.

(39)

3. Untuk menghasilkan kedua fungsi di atas dalam suatu koherensi yang menyeluruh.

Halliday memperkenalkan teori linguistik fungsional sistemik dan menulisnya dalam An Introduction to Functional Grammar (1985; 1994, dan 2004) menyebut ketiga fungsi utama ini sebagai metafungsi ideasional, interpersonal, dan tekstual. Metafungsi ideasional menggunakan bahasa untuk mengekspresikan pengalaman. Ada dua hal yang terkait dengan representasi ini: makna eksperiential yang mengkodekan pengalaman dan makna logis memperlihatkan hubungan-hubungan atau keterkaitan unsur berdasarkan nalar (logika) seperti hubungan Subjek-Predikator-Komplemen, induk-pewatas, dan hubungan-hubungan yang tertuang dalam kelompok kata yang dikenal sebagai konjungsi. Metafungsi interpersonal menggunakan bahasa untuk mengkodekan interaksi, memperlihatkan bagaimana sikap bertahan, mengusulkan, mengkodekan tentang kewajiban dan kecenderungan dan mengekspresikan sikap. Metafungsi tekstual menggunakan bahasa untuk mengorganisasikan pengalaman-pengalaman, makna-makna logis dan interpersonal ke dalam suatu koherensi dalam hal bahasa tutur dan tulisan, lurus menyeluruh adalah hal yang penting pada pembelajaran bahasa bahwa kata-kata yang digunakan, dan cara membawakannya, atau secara lebih teknis kodekan, adalah makna-makna..

(40)

klausa, menurut teori LFS, ditentukan oleh konteks sosial. Sebagai bagian dari konteks situasi, unsur cara berkait dengan struktur Tema dan Rema. Sebagai unsur semiotik sosial di atas register, terdapat kontek budaya yang menjadi penentu cara. Dengan kata lain, budaya secara parsial atau keseluruhan menentukan struktur Tema dan Rema. (dalam penelitian ini, unsur-unsur yang bertalian dengan konteks sosial dan budaya tidak diamati secara khusus).

Dalam hubungan dengan analisis metafungsi tekstual, pemilihan tema topik yang tidak bermarkah (unmarked topical themes) (I and He) membawa pesan yang jelas bahwa ada dua orang yang terlibat dalam konflik itu. Bagian dari hal tersebut, tema topik bermarkah (marked topical themes) membuat pembaca dapat menvisualisasikan incident tersebut dalam mata pikirannya yakni pengembangan tema dalam teks.

2.1.2 Alasan memilih Teori Linguistik Fungsional Sistemik

(41)

banyakan, terjemahan perlu dinilai mengikuti kreteria yang sama seperti teks asalnya.

2.2 Orientasi Teoretis dan Konstruksi

(42)

Gambar 2.1 Orentasi Teoretis dan Konstruksi

2.2.1 Model Kajian LFS

(43)

bagian-bagiannya, dan (4) bahasa sebagai sumber–pilihan dari berbagai alternatif.

Halliday (2004:20—30) menguraikan lima dimensi dalam bahasa beserta prinsip, dan urutannya dalam bahasa. Dimensi pertama adalah struktur (urutan sintagmatik), yang merupakan aspek komposisi bahasa yang dalam terminologi linguistik dikaitkan dengan ‘konstituensi’. Prinsip urutannya, sebagaimana didefinisikan dalam teori sistemik, berupa tataran lapisan-lapisan komposisi (compositional layers), dibentuk oleh hubungan antarbagian. Dalam sistem tulisan, sebuah kata terdiri atas sejumlah huruf; sub-kalimat terdiri atas sejumlah kata; dan kalimat terdiri atas sejumlah sub-kalimat. Tata bahasa merupakan pusat pemrosesan unit-unit bahasa, tempat makna dibentuk; sangat alami kalau sistem bunyi dan tulisan dimana makna-makna ini diungkapkan harus mencerminkan susunan struktur tata bahasa. Makna-makna itu mempertahankan prinsip-prinsip tata bahasa yang unit-unit tingkatan yang berbeda tersebut menguraikan jenis pola yang berbeda.

(44)

Positif dan negatif merepresentasikan sebuah aspek makna potensial bahasa, dan keduanya saling menjelaskan: ‘tidak positif’ berarti sama dengan ‘negatif’, dan ‘tidak negatif’ berarti ‘positif’.

Dimensi ketiga adalah stratifikasi. Bahasa selalu dibahas dan dikaji dalam topik-topik yang berbeda. Sebagai contoh, berkaitan dengan sistem bunyi, pembahasannya berdasarkan fonologi, berkaitan dengan tulisan, pembahasannya berdasarkan ortografi atau grafologi, dan susunan kata dibahas dalam tata bahasa (grammar). Dengan keadaan demikian, tata bahasa dan kosa kata bukan berasal dari strata yang berbeda, melainkan dua kutub dari dua rangkaian kesatuan (a single continuum), tepatnya disebut dengan leksikogramatika. Sama halnya dengan sintaksis dan morfologi, kedua bidang ini bukan strata yang berbeda melainkan bagian dari tata bahasa – perbedaannya berkembang karena dalam bahasa-bahasa Indo-Eropah struktur kata (morfologi) cederung berbeda dengan struktur klausanya (sintaksis).

Dimensi keempat disebut dengan instansiasi (pencontohan). Sistem bahasa dijabarkan dalam bentuk teks. Sebuah teks bisa jadi berupa percakapan sederhana seperti ketika kita memesan makanan di restoran, bisa juga berupa pidato presiden pada pelantikan menteri baru. Sistem merupakan pokok dasar potensi sebuah bahasa, potensinya sebagai sumber pembentuk makna (a meaning-making resourse).

(45)

dalam kategorisasi, secara khusus, kemudian, menguraikan kategorisasi tersebut ke dalam taksonomi. Klausa di dalam tata bahasa bukan hanya sebuah gambaran, mewakili beberapa proses – di antaranya melakukan atau menjalankan, mengatakan atau merasakan, dan seterusnya -dengan berbagai partisipan dan sirkumstan; klausa juga sebuah proposisi, atau sebuah anjuran, untuk memberi informasi atau pertanyaan, memberi perintah atau menawarkan sesuatu, dan menyatakan kekaguman serta sikap terhadap siapa saja yang kita sapa. Jenis makna seperti ini lebih aktif: kalau fungsi ideasional tata bahasa adalah bahasa sebagai refleksi, ini yang disebut dengan bahasa tindakan (language of action). Bahasa tindakan ini juga disebut metafungsi interpersonal (interpersonal metafunction): interaktif dan personal (lihat Setia, 2008).

2.2.1.1 Model Martin

Di bawah ini diberikan beberapa ilustrasi gambar perbandingan konsep LFS yang diberikan oleh Halliday (2004), Martin (1993).

(46)

Contact

Content: semantics

Content: lexicogrammar

Expression Phonology

Expression Phonetics

Gambar 2.2 Model LFS Language in relation to its connotative semiotics – ideology, genre, and register (Martin 1993: 158)

2.2.1.2 Gambar 2.3 Stratification cf. Halliday, 1995b; Matthiessen in press (2004 : 25)

Ideology

Genre

Register

(47)

2.2.1.3 Gambar 2.4 Overal semiotic space of language-in-context (Sinar 2007:107)

2.2.2 Konsep LFS

(48)

Kajian ini berdasarkan pada lima konsep yang mendasar yang membedakan dengan lainnya (1). Bahasa adalah sistem semiotic (2) Bahasa merupakan teks yang berkonstrual (salBS menentukan dan merujuk ) dengan kontek sosial (3) Pengunaan bahasa adalah fungsional (d) fungsi bahasa membuat makna (4) Bahasa adalah sistem (5) Hubungan bahasa dan teks direalisasikan melalui kontak Sosial (Sinar 2007:l9 )

2.2.2.1 Bahasa adalah Sistem Semiotik

Menurut Pierce, istilah Semiotik yang dikemukan pada akhir abad ke 19 oleh filsuf Aliran Pragmatik Amerika, Charles Pierce, merujuk kepada “ dokrin formal tentang tanda – tanda” yang menjadi dasar dari semiotik adalah konsep tentang tanda: tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda – tanda, melainkan dunia itu sendiri pun – sejauh terkait dengan pikiran manusia –seluruhnya terdiri atas tanda – tanda karena, bila tidak demikian, manusia tidak dapat menjalin hubungan dengan realitas (Kris Budiman l992:107). Menurut Saragih (2003) Semiotik pemakai bahasa terdiri atas dua jenis, yaitu semiotik denotative dan semiotik konotatif. Semiotik denotative memiliki arti dan bentuk. Dalam pemakai bahasa semiotic denotative terbentuk dalam hubungan antarstrata (level) aspek bahasa yang terdiri atas arti (semantik), tata bahasa

(lexicogrammar), dan bunyi (phonologun) atau tulisan bahasa sebagai padan

lexicogrammar yang terdiri atas kosakata ( syntax exis) dan ( sintak).

(49)

yang digunakan dalam ilmu bahasa Yunani oleh para pakar filsafat Stoik. Orang – orang Stoik merupakan orang pertama yang mengembangkan teori tentang tanda dalam abad ketiga dan kedua sebelum Masehi. Pengertian mereka tentang tanda kebahasan sudah demikian majunya dapat diberi batasan sebagai kajian umum tentang tanda – tanda. Dalam hal ini Tou mengemukan bahwa kajian semiotik adalah bukan kajian tentang tanda melainkan kajian tentang ‘ makna ‘ dalam arti yang paling umum. Dengan demikian Ilmu bahasa merupakan suatu jenis semiotik. Ilmu bahasa, adalah satu segi kajian tentang makna. (Tou l992: 4)

2.2.2.2 Bahasa adalah fungsional

(50)

fenomena sosial yang wujudnya sebagai semiotik sosial dan (b) bahasa merupakan teks yang berkonstrual saling menentukan dan merujuk dengan konteks sosial. Dengan kata lain kajian bahasa tidak terlepas dari kontek sosial..

Saragih ( 2006:3) memaparkan bahwa satu sifat bahasa sebagai semiotik sosial adalah bahasa berfungsi di dalam konteks sosial atau bahasa fungsional di dalam kontek sosial. Ada tiga pengertian terdapat dalam konsep fungsional. Pertama terstruktur berdasarkan fungsi bahasa dalam kehidupan manusia. Dengan kata lain, bahasa terstruktur sesuai dengan kebutuhan manusia akan bahasa. Kedua fungsi bahasa dalam kehidupan manusia mencakup tiga hal, yaitu memaparkan atau menggambarkan, mempertukarkan dan merangkaikan pengalaman manusia. Ketiga fungsi ini disebut metafungsi. Bahasa. Masing – masing fungsi menentukan struktur bahasa atau tata bahasa. Dengan demikian, tata bahasa ( lexicogrammar) merupakan teori pengalaman manusia yang mencakup teori paparan, pertukaran dan organisasi makna.

(51)

Dengan analisis fungsional kelengkapannya bukan hanya menguraikan bagian – bagian satuan, tetapi terlebih fungsi dari setiap bagian yang berkaitan langsung dengan seluruh obyek. Langkah kerja dalam analisis fungsional secara berurutan adalah sebagai berikut : (a) Satuan dipecah kedalam bagian – bagian, (b) Uraian dan identifikasi fungsi bagian, (c) Uraian hubungan fungsional terhadap deskripsi mengenai fungsi bagian – bagian . (Ridwan l999 - 2006:129-130 ).

2.2.2.3 Bahasa adalah Kontektual

Halliday telah memperkenalkan tiga istilah yaitu, (1) medan, (2) pelibat, dan sarana. Ketiga istilah itu mengacu pada segi – segi tertentu dari situasi sosial kita yang selalu mempengaruhi bahasa yang dipakai. Ruqaiya Hasan ( l984). Konteks pemakaian bahasa dibatasi sebagai segala yang berada diluar teks atau pemakaian bahasa. Kata konteks (context) dapat dirinci berasal dari kata co- yang berarti bersama atau mendampingi BS dan teks, yakni setiap unit bahasa pada perinsipnya adalah teks.

(52)

2.2.2.4 Fungsi Teks Membuat Makna

Leech (2003 – 7) Salah satu dasar pikiran pendekatan linguistik modern terhadap semantik ialah bahwa semantik tidak terlepas dari bahasa suatu persamaan seperti seperseratus dollar; atau garam – NaCl bukanlah mencocokan tanda linguistik dengan sesuatu di luar bahasa; itu merupakan kesesuaian diantara dua ungkapan linguistik, yang dianggap memiliki makna yang sama. Usaha untuk mencari penjelasan gejala – gejala linguistik dalam pengertian sesuatu yang bukan bahasa akan sia – sia, seperti mencari jalan keluar dari ruang yang tidak memiliki pintu.

Tou ( l992 – 70 ) memaparkan bahwa teks adalah bahasa yang berfungsi. Yang dimaksud berfungsi di sini adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi. Tou ingin menunjukkan secara rinci tentang makna teks yang diberi batasan seperti yang dikemukakan Halliday, sebagai bahasa yang berfungsi’ yang sedang melaksana tugas tertentu dalam konteks situasi tertentu.’ Sebagai hipotesis dikemukakan bahwa teks dan konteks itu berhubungan sangat erat sehingga kita tidak dapat mengungkapkan salah satu konsep tanpa megungkapkan yang lain.

(53)

berbahasa lebih dari satu, dengan menulis, mendengar, dan membaca mereka berharap dapat mencapai banyak sasaran dan tujuan.

Saragih (2006:65) menekankan bahwa keempat protoaksi yang dikemukakan terdahulu merupakan realisasi makna atau fungsi antarpersona pada tingkat setara atau level semantik. Protoaksi direalisasikan oleh tiga percakapan pada tingkat tatabahasa yang secara linguistik disebut mood. Mood di Indonesiakan terdiri atas modus deklaratif, interogatif dan imperatif dan protoaksi tawaran tidak memiliki modus yang lazim (unmarked)

Haniah (l996:13) menambahkan konsep makna membolehkan dua penafsiran yang mencerminkan dialektika utama antara peristiwa dan makna. Makna adalah apa yang pembicara maksud, yaitu apa yang ia rencanakan untuk dikatakan, dan apa yang kalimat maksud, yaitu apa hasil dari konjungsi antara fungsi identifikasi dan fungsi predikatif.

(54)

Istilah bermakna dan tak bermakna adalah istilah yang ditemukan dalam teori semantik. Istilah tak bermakna (anomaly) menurut (Jerrold J.Kazz, l972, 49) dalam Parera mengunakan istilah reading dengan keterbacaan.” Ini berarti setiap ujaran bahasa yang rujukannya nol atau kosong adalah secara semantik anomaly atau keterbacaan nol. Jadi, frase ‘bau gelisah’ dan kalimat bayang bayang itu cepat kosong dan gunung itu jatuh terbalik” adalah ujaran yang secara semantik nol.

2.2.2.5 Metafungsi Bahasa

Menurut Saragih (2006: 7) metafungsi bahasa diartikan sebagai fungsi bahasa dalam pemakaian bahasa oleh penutur bahasa. Dalam setiap interaksi antarpemakai bahasa, penutur menggunakan bahasa untuk memapar, mempertukar, dan merangkai atau mengorganisasikan pengalaman. Dalam kehidupan manusia, bahasa sekaligus disebut berfungsi tiga dalam komunikasi, memaparkan , mempertukarkan dan merangkaian, masing – masing disebut

Ideasional function, interpesonal function, textual function. Masing-masing memiliki fungsi.

(1) Ideasional function adalah berfungsi untuk memaparkan pengalaman

(2) Interpesonal function adalah berfungsi untuk mempertukarkan pengalaman

(55)

2.2.2.6 Konteks Bahasa

Membicarakan konteks bahasa, setidaknya ada dua konteks lainnya yang secara langsung terlibat di dalamnya. Selain konteks bahasa, dua konteks lainnya adalah konteks sosial dan konteks ideologi.

1) Konteks bahasa terdiri atas:

a. Medan. b. Sarana c. Pelibat

2) Kontek Budaya terdiri atas: a. Genre

b. Struktur general. 3) Kontek Ideologi.

2.2.2.7 Pengertian Tema dan Rema

(56)

landasan untuk pengembangan pesan selanyutnya. Dengan kata lain tema berfungsi sebagai tujuan dari titik awal pesan ( the starting point of the message) sedangkan rema adalah berfungsi sebagai pengembangan dari pesan yang pertama (Tema) dalam klausa berikutnya.

Menurut teori LFS Tema adalah titik awal untuk pengembangan klausa menjadi teks yang meliputi tingkat klausa, paragraf, teks dan bahkan dapat dikembangkan lagi menjadi subbab, bab dan buku. Yang menjadi tumpukan adalah tema sedangkan yang tidak menjadi tumpukan adalah rema. tema dapat digunakan sebagai rujukan untuk menyampaikan pesan selanyutnya. Sistem tema memiliki metafungsi tekstual pada bahasa. Ini dihubungkan dengan menyusun informasi di dalam klausa dan melalui tema mengembangkan informasi yang lebih besar. (Martin and Mathiessen l997: 21) mengatakan bahwa setiap klausa disusun sebagai pesan yang berhubungan pada teks yang lainnya. Tema merupakan sumber daya bahasa yang utama dalam pengembangan klausa berikutnya.. Bagi penutur unsur pertama ini merupakan unsur yang paling utama dan tema topical penting untuk pemunculan sumber daya berikutnya, sedangkan Rema adalah unsur klausa sesudah Tema (Saragih 2003:94 ).

(57)

– masing unsur memiliki fungsi yang berbeda. Secara spesifik, tema kompleks terdiri atas tema Tekstual, tema Antarpesona, dan Topikal

2.2.2.7.1 Tema tekstual

Tema tekstual mencakup (1) konjungsi (dan, karena, sehingga, lalu, tetapi ) (2) kata ganti relatif (relative pronoun: yang dan yang … nya) (3) penghubung, berfungsi menghubungkan kata dan frasa (lagi pula, sebagai tambahan, dengan kata lain, maka, dengan dengan demikian, sejalan dengan itu,

oleh sebab itu, dan demikian) berfungsi sebagai penghubung makna antar klausa (4) penerus (continuatives) merupakan bunyi, kata atau frasa, ekspresi seperti : oh, baik, ya, tidak, a…a…a.atau e…..e….e atau mm….mm…..mmm (menunjukan kegagapan atau keterlalutelitian) jadi, dan sebagainya. Tema antarpesona mencakup (1) pemarkah pertanyaan (2) kata tanya pertanyaan informasi (3) vokatif (4) keterangan (Penegas) dan Tema Topical merupakan unsur pertama representasi pengalaman (Saragih 2003: 98 – 99)

2.2.2.8 Pengertian Kohesi

(58)

Teks dibentuk dari beberapa klausa dengan mengunakan kohesi sebagai alat penghubung satu klausa dengan kelausa berikutnya. Dengan kata lain Kohesi terbentuk dengan tautan makna antarklausa dan tautan ini direalisasikan oleh empat alat kohesi yang disebut dengan referens, elipsis/subsitusi, konjungsi dan leksical kohesi. Keterkaitan makna klausa membentuk kesatuan yang disebut teks atau wacana. Konsep kohesi adalah merujuk pada makna yang menjabarkan bahwa kohesi terjadi bilamana interpretasi dari beberapa element di dalam teks tergantung dengan teks bermacam–macam sistem kode yang mengandung tiga tingkatan pengkodean yaitu semantik, leksikogramatika, fonologi, dan orthografi (Halliday & Hasan l976:4 -5)

Saragih (2006:160) menjelaskan tentang pertautan satu unit pengalaman dalam klausa dapat dihubungkan dengan klausa lain sebagai unit pengalaman dengan hubungan makna. Keterkaitan ini membentuk satu kesatuan yang disebut kohesi.(cohesion). Kohesi merupakan ciri satu teks. Dengan kata lain, satu unit linguistik, khususnya teks yang terdiri atas sejumlah klausa, disebut teks jika unit linguistik itu memiliki kohesi dengan pengertian satu klausa berhubung atau berkait dengan klausa yang lain. Dengan kata lain apabila suatu teks semangkin banyak alat kohesi yang digunakan maka mangkin erat pautannya.

2.2.2.8.1 Perujuk (Referens)

(59)

dan juga dengan kata ini dan itu. ini digunakan untuk menyatakan posisi dekat. Dalam fungsinya sebagai perujuk, pronomina memiliki tiga kemungkinan arah rujukan (Retrieval) yaitu meliputi anaforik, kataforik dan eksoforik. Anaforik merujuk ke partisipan ke belakang dan sedangkan kataforik menampilkan peronomina sebelum partisipan dengan kata lain merujuk kedepan atau ke paritisipan yang disebut didepan contohnya. Walaupun dia belum bekerja, Ali mempunyai uang banyak. (Saragih 2003: 139).

Ada istilah-istilah yang nyata dalam setiap bahasa yang memiliki kekayaan referens, di dalam hal yang khusus kita gunakan istilah di sini di samping diinterpretasikan dengan sistem arti, istilah-istilah tersebut membuat perujuk untuk sesuatu lainya untuk interpretasikan. Istilah perujuk digunakan oleh Halliday dan Hasan (l976) berupa suatu pengembangan dari istilah yang digunakan dalam ilmu filsafat dan beberapa jenis dari ilmu semantik untuk mengartikan suatu kegiatan yang merujuk kepada di luar wujud wacana tersebut. Perujuk (referens) dalam hal ini bukanlah kepentingan kohesif tekstual .

Ada tiga jenis referens yaitu personal, demontrative dan comparative.

Personal referens adalah merujuk ke fungsi makna dalam situasi berbicara, melalui kategori dari kata ganti orang, contohnya semantik kategori ditandai dengan Existensial dan Possesive, fungsi grammartikal ditandai dengan Head dan

(60)

Saragih (l996:162) menyatakan dalam fungsinya sebagai perujuk, pronomina memiliki tiga kemungkinan arah rujukan (retrieval), yaitu (1) anaforik (anaphoric), kataforik (cataphoric), dan (3) eksoforik (exophoric). Sebagai perujuk anaforik, pronomina muncul setelah partisipan dimunculkan. Dengan kata lain, perujuk anaforik mengacu ke partisipan di belakang atau kepartisipan yang disebut atau ditampilkan sebelumnya. Sedangkan perujuk kataforik menampilkan pronomina sebelum partisipan. Dengan kata lain perujuk kataforik mengacu ke depan atau ke partisipan yang disebut di depan atau di hadapan, seperti dalam klausa kompleks.

Perujuk demonstratif (Demonstrative referens) merujuk pada makna lokasi, pada skala dekat. Dan dilihat dari fungsi gramatikalnya ditandai dengan penanda (Modifier, Adjunct dan Modifier)dengan contoh this, these, that those,there, here

(61)

dan then, dan referens demonstratif nominal (this, these, that, those dan the).

Perujuk demontratif adverbial merujuk pada tempat berlangsungnya sebuah proses dalam tempat atau waktu, sedangkan referens demonstratif nominal merujuk pada tempat sesuatu berada, orang atau objek, yang ikut serta dalam proses tadi.

Contoh : Perujuk dan Subsitusi

a. Would you like this cake, this cake and it? I bought it this morning. (Referens )

b. Would you like this cake ? Or do you prefer the other one (Subsitusi) Dalam hal ini perujuk, this cake dan it merujuk ke objek yang sama, tetapi dalam Subsitusi hanya this cake merujuk ke khusus cake. (Thomas Bloor dan Mariel

Bloor l995: 96) .

2.2.2.8.2 Perbandingan ( Komperatif)

Gambar

Gambar 2.1   Orentasi Teoretis  dan  Konstruksi
Gambar 2.2 Model  LFS  Language in relation to its connotative semiotics
Tabel 4.1a  Pergeseran Bentuk BS Menjadi Tunggal Dalam BT
Tabel 4.1b  Pergeseran Bentuk BS Menjadi Tunggal Dalam BT
+7

Referensi

Dokumen terkait