STUDI EKSPERIMENTAL DETEKSI FENOMENA KAVITASI PADA POMPA SENTRIFUGAL MENGGUNAKAN SINYAL
GETARAN UNTUK CONDITION MONITORING
TESIS
Oleh
IBNU HAJAR 077015003/MTM
PROGRAM MAGISTER TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
STUDI EKSPERIMENTAL DETEKSI FENOMENA KAVITASI PADA POMPA SENTRIFUGAL MENGGUNAKAN SINYAL
GETARAN UNTUK CONDITION MONITORING
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam Program Magister Teknik Mesin Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
OLEH
IBNU HAJAR 077015003/MTM
PROGRAM MAGISTER TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
Judul Tesis : STUDI EKSPERIMENTAL DETEKSI FENOMENA
KAVITASI PADA POMPA SENTRIFUGAL MENGGUNAKAN SINYAL GETARAN UNTUK CONDITION MONITORING
Nama Mahasiswa : Ibnu Hajar
Nomor Pokok : 077015003
Program Studi : Megister Teknik Mesin
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr.-Ing. Ikhwansyah Isranuri)
Ketua
(Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME)
Anggota
(Ir. Tugiman, MT)
Anggota
Ketua Program Studi,
(Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME)
Dekan
Telah diuji pada Tanggal : 18 Mei 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr.–Ing. Ikhwansyah Isranuri
Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME 2. Ir. Tugiman, MT
ABSTRAK
Kavitasi merupakan fenomena perubahan phase uap dari zat cair pada fluida yang mengalir. Perubahan tersebut diakibatkan turunnya tekanan maupun naiknya temperatur fluida, turbulensi dan pulsasi pada pipa isap. Pada pompa sentrifugal kavitasi dapat terjadi pada
suction pompa, sudu pompa maupun di pipa. Indikasi kavitasi adalah timbulnya
gelembung-gelembung uap, getaran dan suara bising. Dampak kavitasi pada pompa adalah turunnya unjuk kerja (performance) dan kerusakan komponen pompa. Pada penelitian ini divariasikan tekanan isap untuk mendapatkan nilai NPSHAdengan pengaturan katub isap dan perubahan kapasitas untuk mengamati pola aliran. Untuk mengetahui terjadinya kavitasi parameter yang digunakan dengan mengukur perilaku getaran pompa, temperatur fluida dalam rumah pompa dan mengamati pola aliran dengan gambar dan vibrasi eksitasinya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan vibrometer dengan arah pengukuran aksial, vertikal dan horizontal pada frequency domain dan time domain. Hasil penelitian menunjukkan intensitas sinyal getaran pada pompa semakin besar pada NPSHArendah dengan kenaikan amplitudo sinyal getaran pada masing-masing simpangan sebesar 1,80 × 10-6 m, 2,24 × 10-6 m dan 2,46 × 10-6m, kecepatan sebesar 1,38 × 10-5m/s, 1,66 × 10-5m/s dan 1,97 × 10-5m/s dan percepatan sebesar 1,04 × 10-4m/s2, 1,03 × 10-4m/s2dan 1,61 × 10-4m/s2, yang disebabkan oleh tekanan isap yang rendah dan perubahan temperatur fluida meningkat pada masing-masing kondisi operasi selama 5 jam sebesar 0,010oC,0,032oC dan 0,104oC. Secara visual pola aliran terjadi akibat perubahan kapasitas pompa dan kavitasi terdeteksi dengan naiknya amplitudo sinyal getaran simpangan terjauhnya sebesar 4,06 × 10-3 m/s pada bilangan Reynolds 17785,30 dengan kecepatan aliran 1,67 m/s.
ABSTRACT
Cavitation is a phenomenon of the change to vapor phase from liquid in flowing fluid. The change is caused by low pressure or high fluid temperature, turbulance and pulsation of the suction pipe. In centrifugal pump, cavitations may occur in its pump suction, pump impeller and also in pipe. The indication of cavitation is the existence of steam bubbles, vibration, and noise. The effects of cavitation on the pump is the drop of pump’s performance and damage to pump components. In this study, the suction pressure is varied to obtain NPSHA (Net Positive Suction Head Available)
value by regulating suction valve and capacity change to monitor flow patterns. To examine the phenomenon of cavitation, the parameters used are the measurement of pump vibration behavior, the temperature of fluid in pump casing, and the monitoring of flow pattern through its picture and exitation vibration. The measurement was conducted by vibrometer with axial, vertical, and horizontal directions at the frequency and time domains. The result of this study showed that the intensity of vibration signal in the pump become bigger at low NPSHAvalue with the increase of
vibration signal amplitude at each displacement 1.80 × 10-6 m, 2.24 × 10-6m and 2.46 × 10-6 m. The increase velocity of the amplitude at each 1.38 × 10-5m/s,1.66 × 10-5m/s and 1.97 × 10-5 m/s, and the increase acceleration of the amplitude at each 1.04 × 10-4m/s2, 1.03 × 10-4m/s2and 1.61 × 10-4m/s2, caused by the low suction pressure and the increasing fluid temperature change at each condition after 5 hours operation for 0.010 °C, 0.032 °C and 0.104 °C. Visually, the flow pattern occurs as a result of pump capacity change and cavitations phenomena can be detected by the increase of vibration signal amplitude with it’s the biggest deviation for 4.06 × 10-3m/s at the Reynolds number of 17785.30 with flow velocity of 1.67 m/s.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan penelitian tesis yang berjudul “Studi Eksperimental Deteksi Fenomena Kavitasi Pada Pompa Sentrifugal Menggunakan Sinyal Getaran Untuk Condition Monitoring”
Tesis ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di Pusat Riset
Noise/Vibration Control and Knowledge-Base in Engineering FT-USU. Penulisan
tesis ini terlaksana berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak terutama komisi
pembimbing dan melalui seminar upen/upro yang telah banyak memberi masukan
saran demi terlaksana penelitian ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada
Dr.Ing-Ikhwansyah Isranuri dan Prof.Dr.Ir.Bustami Syam,MSME serta Ir.Tugiman, MT,
selaku Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing yang banyak memberikan petunjuk
dan arahan dalam penulisan dan langkah-langkah penelitian. Ucapan terima kasih dan
perhargaan juga ditujukan penulis kepada Prof.Dr.Ir.Armansyah Ginting,M.Eng,
selaku Dekan Fakultas Teknik USU, Prof.Dr.Ir. Bustami Syam, MSME dan
Dr.-Ing.Ir.Ikwansyah Isranuri sebagai Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi
Magister Teknik Mesin, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas demi
Knowledge-Base in Ingineering pada Jurusan Teknik Mesin FT-USU, terima kasih
diucapkan atas segala fasilitas dan kemudahan yang telah diberikan sehingga
penelitian ini terlaksana dengan baik dan anggota tim riset terutama M.Halley serta
Asriel dan Andi yang banyak membantu dalam riset ini.
Juga penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada Direktur Politeknik Bengkalis
Riau dan Ketua Jurusan Teknik Mesin yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk studi lanjut di Program Magister Teknik Mesin Universitas Sumatera
Utara dan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Ayahanda
(Alm) Abubakar Syam dan Ibunda tersayang (Alm) Siti Hajar yang telah melahirkan,
mengasuh, mendidik dan membesarkan peneliti. Juga kepada istri tercinta Martini
atas kesetiaan, dukungan dan keikhlasan serta dorongan moril dalam mendampingi
penulis untuk sukses dalam penelitian ini serta adik-adikku Alizar, Julidar, dan
Jumaidar, yang telah mendukung dan membantu penulis.
Ucapan terima kasih selanjutnya penulis sampaikan kepada Bapak-bapak Dosen
yang telah memberikan tanggapan dan saran perbaikan serta kepada Davit CL
Tobing, Yuhelson, Ukhri Handoko, Ari Wahyu Rismaputri, Melani, Sidik Rasidi dan
rekan-rekan lainnya yang namanya tidak tercamtum, yang telah membantu penulis.
Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberi manfaat kepada
Engkau ya Allah tempat hamba berlindung dan hanya Engkau tempat hamba
memohon petunjuk dan keampunanMu.
Medan, Mei 2010
Penulis,
RIWAYAT HIDUP
IBNU HAJAR Data Diri
Tempat/Tgl. Lahir : Meudang Ara, 10 Agustus 1971
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Kawin
Alamat : Jl. Sei Alam Komplek Perumahan
Politeknik Bengkalis No.3
Bengkalis- Riau
Telepon : +62 - 81365-501690
E-mail : ibnuh4j4r@yahoo.co.id
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Latar Belakang
Pendidikan 1978-1984 : SD Negeri No.1 Kuta Binjei, Aceh Timur
1984-1987 : SMP Negeri 1, Kuta Binjei, Aceh Timur
1987-1990 : SMA Negeri 1, Kuta Binjei Aceh Timur
1990-1997 : Sekolah Tinggi Iskandar Thani Banda Aceh
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xviii
DAFTAR ISTILAH... xix
1 PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Perumusan Masalah... 4
1.3. Tujuan Penelitian... 5
1.3.1. Tujuan Umum ... 5
1.3.2. Tujuan Khusus... 5
1.4. Manfaat Penelitian... 6
1.5. Ruang Lingkup Penelitian……… 7
2 . TINJAUAN PUSTAKA... 8
2.1. Kavitasi... 8
2.1.1. Penyebab Kavitasi pada Pompa Sentrifugal... 9
2.2. Net Positif Suction Head (NPSH)... 11
2.2.1. Net Positif Suction Head Available (NPSHA)... 12
2.2.2. Net Positif Suction Head Requared (NPSHR)... 14
2.3. Temperatur Fluida ... 16
2.4. Pola Aliran ... 18
2.4.1. Klasifikasi Pola Aliran ... 20
2.4.2. Pola Aliran Von Karman’s ... 22
2.5. Aliran Fluida ... 21
2.5.1. Aliran Laminar dan Turbulen... 22
2.6. Pompa... 24
2.6.1. Karakteristik Pompa... 25
2.6.2. Tinggi Tekan (Head) pompa... 26
2.6.3. Head Tekanan………... 27
2.6.4. HeadKecepatan………. 28
2.6.5. Head StatisTotal………... 28
2.7. Kerugian Head………. 29
2.7.1. KerugianHead Minor……….... 29
2.7.2. KerugianHead Mayor……….... 30
2.7.3. Total Losses ... 31
2.8. Getaran Mekanis………... 32 2.8.1. Karakteristik Getaran………... 33
2.8.2. Gerak Harmonik ………... 36
2.8.3. Gerak Periodik………... 38
2.8.4. Getaran Bebas (Free Vibration)………... 39
2.8.4. Getaran Paksa………. 40
2.9. Pengolahan Data Vibrasi……….. 43
2.9.1. Data Domain Waktu ( Time Domain)……… 43
2.9.2. Data Domain Frekuensi (Frequency Domain)……… 44
2.10. Standarisasi Vibrasi……… 46
3 METODE PENELITIAN... 49
3.1. Waktu dan Tempat... 49
3.2. Bahan, Peralatan dan Metode... 49
3.2.1. Bahan……… 49
3.2.2.Peralatan……… 51
3.2.3. Metode……… 57
3.3. Pengolahan Data... 64
3.4. Analisa Data... 64
3.5. Variabel yang diamati... 64
3.6. Pelaksanaan Penelitian... 65
4 . HASIL DAN PEMBAHASAN... 67
4.1. Pendahuluan………... 67
4.2. Perhitungan Tinggi Tekan (Head) Pompa………... 68
4.2.1. Tinggi tekan statik (head static)... 69
4.2.2. Kehilangan tinggi tekan pada pipa isap... 69
4.2.3. Kehilangan tinggi tekan pada pipa tekan... 73
4.3. Hubungan Bukaan katub dengan NPSHApada Pipa Isap... 76
4.4. Hubungan Bukaan katub dengan Manometer Isap... 78
4.5. Hubungan Tinggi Tekan (Head) dengan Manometer Tekan... 80
4.5.1. Hubungan variasi head dengan kapasitas pengisian tangki tekan dan putaran pompa... 82
4.6. Perhitungan Getaran Pompa... 89
4.6.1. Kecepatan sudut motor penggerak ... 90
4.6.2. Kecepatan sudut sistem yang bergerak... 90
4.7. Pengukuran Getaran Pompa dengan Variasi NPSHA... 92
4.7.2. Analisa karakteristik getaran pada NPSHA= 10,23 meter... 98
4.7.3. Analisa karakteristik getaran pada NPSHA= 10 meter... 102
4.7.4. Analisa karakteristik getaran pada NPSHA= 8,61 meter... 105
4.8. Verifikasi Data Karakteristik Getaran dengan Variasi NPSHA... 108
4.8.1. Verifikasi data simpangan pada berbagai NPSHA... 108
4.8.2. Verifikasi data kecepatan pada berbagai NPSHA... 115
4.8.3. Verifikasi data percepatan pada berbagai NPSHA... 121
4.9. Hubungan Karakteristik Getaran dengan NPSHApompa ... 126
4.9.1. Hubungan nilai NPSHA terhadap standarisasi vibrasi ... 128
4.10. Analisa Temperatur Fluida terhadap Kondisi Operasi... 129
4.11. Karakteristik Pola Aliran ... 136
4.11.1. Visualisasi Pola Aliran... 136
4.11.2. Perhitungan bilangan Reynolds... 139
4.12. Hubungan Bilangan Reynolds terhadap Perilaku Getaran... 141
4.12.1. Analisa perilaku getaran terhadap bilangan Reynolds... 141
4.12.2. Hubungan pola aliran dengan perilaku getaran... 145
5 . KESIMPULAN... 151
5.1. Kesimpulan... 151
5.2. Saran... 153
DAFTAR PUSTAKA... 154
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Sifat-sifat air (dibawah 1 Atm, air jenuh diatas 100oC)... 17
2.2 Karakteristik dan satuan getaran... 35
4.1 Hubungan bukaan katup dengan NPSHA………... 77
4.2 Hubungan bukaan katup isap dan tekanan pada manometer isap. 80 4.3 Hubungan variasi head dan tekanan pada manometer tekan... 82
4.4 Hubungan variasi tinggi tekan dengan kapasitas pengisian reservoir tekan dan putaran poros pompa... 83
4.5 Spesifikasi pompa……… 89
4.6 Data rata-rata pengukuran frequency domain... 93
4.7 Data rata-rata pengukuran time domain ... 93
4.8 Hasil perhitungant dan amplitudo pada frequency domain ... 95
4.9 Hasil perhitungant dan amplitudo pada time domain... 96
4.10 Hasil perhitungan karakteristik getaran pada frequency domain. 96 4.11 Hasil perhitungan karakteristik getaran pada time domain ... 96
4.12 Hasil perhitungan fungsi karakteristik getaran pada frequency domain ... 97
4.13 Hasil perhitungan fungsi karakteristik getaran pada time domain... 97
4.14 Data rata-rata pengukuran frequency domain... 98
4.15 Data rata-rata pengukuran time domain... 99
4.17 Hasil perhitungant dan amplitudo pada time domain... 99
4.18 Hasil perhitungan karakteristik getaran pada frequency domain.. 100
4.19 Hasil perhitungan karakteristik getaran pada time domain... 100
4.20 Hasil perhitungan fungsi karakteristik getaran pada frequency domain... 101 4.21 Hasil perhitungan fungsi karakteristik getaran pada time domain 101 4.22 Data rata-rata pengukuran frequency domain... 102
4.23 Data rata-rata pengukuran time domain... 102
4.24 Hasil perhitungant dan amplitudo pada frequency domain... 103
4.25 Hasil perhitungant dan amplitudo pada time domain... 103
4.26 Hasil perhitungan karakteristik getaran pada frequency domain.. 103
4.27 Hasil perhitungan karakteristik getaran pada time domain... 104
4.28 Hasil perhitungan fungsi karakteristik getaran pada frequency domain... 104
4.29 Hasil perhitungan fungsi karakteristik getaran pada time domain... 104
4.30 Data rata-rata pengukuran frequency domain... 105
4.31 Data rata-rata pengukuran time domain... 105
4.32 Hasil perhitungant dan amplitudo pada frequency domain... 106
4.33 Hasil perhitungant dan amplitudo pada time domain... 106
4.34 Hasil perhitungan karakteristik getaran pada frequency domain... 107
4.36 Hasil perhitungan fungsi karakteristik getaran pada frequency
domain... 107
4.37 Hasil perhitungan fungsi karakteristik getaran pada time
domain... 108
4.38 Perbandingan displacement pada arah aksial terhadap waktu
pada NPSHAyang bervariasi ... 109
4.39 Perbandingan displacement pada arah vertikal terhadap waktu
pada NPSHA yang bervariasi... 111
4.40 Perbandingan displacement pada arah horizontal terhadap waktu pada NPSHAyang
bervariasi...
113
4.41 Perbandingan velocity pada arah aksial terhadap waktu pada
NPSHAyang bervariasi... 115
4.42 Perbandingan velocity pada arah vertikal terhadap waktu pada
NPSHAyang bervariasi... 117
4.43 Perbandingan velocity pada arah horizontal terhadap waktu
pada NPSHA yang bervariasi... 119
4.44 Perbandingan acceleration pada arah aksial terhadap waktu
pada NPSHA yang bervariasi... 121
4.45 Perbandingan acceleration pada arah vertikal terhadap waktu
pada NPSHA yang bervariasi... 123
4.46 Perbandingan acceleration pada arah horizontal terhadap waktu pada NPSHA yang
bervariasi...
125
4.47 Rekapitulasi hasil pengukuran temperatur pada rumah pompa
untuk masing-masing kondisi operasi ... 129
4.48 Verifikasi data temperatur pada berbagai nilai NPSHAdan kondisi operasi...
4.49 Hasil perhitungan flow rate, velocity dan Renolds Number
pengujian pada penutupann katub isap 20%, 40%, 60%, 80% 140
4.50 Data rata-rata pengukuran frekwensi domain... 142
4.51 Data rata-rata pengukuran time domain... 142
4.52 Hasil perhitungant dan amplitudo pada frekwensi domain
untuk bilangan Reynolds = 349373... 144
4.53 Hasil perhitungant dan amplitudo pada time domain untuk
bilangan Reynolds = 349373... 144
4.54 Hasil perhitungant dan amplitudo pada frequency domain
untuk bilangan Reynolds = 358774 ... 145
4.55 Hasil perhitungant dan amplitudo pada time domain untuk
bilangan Reynolds = 358774 ... 145
4.56 Hasil perhitungant dan amplitudo pada frequency domain
untuk bilangan Reynolds = 430295 ... 145
4.57 Hasil perhitungant dan amplitudo pada frequency domain untuk bilangan Reynolds = 445462...
146
4.58 Hasil perhitungant dan amplitudo pada frequency domain
untuk bilangan Reynolds = 445462... 146
4.59 Hasil perhitungant dan amplitudo pada time domain untuk
bilangan Reynolds = 445462... 146
4.60 Hubungan Pola aliran terhadap kenaikan sinyal getaran pompa
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Proses Kavitasi ... 9
2.2 Kerusakan Impeller akibat kavitasi... 11
2.3 Posisi pompa terletak diatas permukaan fluida yang diisap... 13
2.4 Posisi pompa terletak dibawah permukaan fluida yang diisap... 14
2.5 Pola aliran pada pipa horizontal... 20
2.6 Klasifikasi pola aliran berdasarkan bilangan Reynolds... 21
2.7 Daerah masuk aliran sedang berkembang dan aliran berkembang penuh didlam pipa ... 22
2.8 Aliran laminar dan Turbulen... ... 23
2.9 Profil impeller dan jenis pompa... 24
2.10 Kurva karakteristik pompa sentrifugal aquavane A32-160... 26
2.11 Sistem getaran sederhana... 34
2.12 Hubungan antara perpindahan, kecepatan dan percepatan ... 35
2.13 Gerak harmonik sebagai proyeksi suatu titik yang bergerak pada lingkaran... 37
2.14 Gerak periodik gelombang sinyal segiempat dan gelombang pembentuknya dalam domain waktu... 38
2.15 Sistem pegas-massa dan diagram benda bebas... 39
2.16 Sistem yang teredam karena kekentalan dengan eksitasi harmonik... 41
2.18 Hubungan time domain dengan frequency domain... 45
2.19 Standart ISO 10816-3 untuk vibrasi... 46
2.20 Kerangka konsep... 48
3.1 Instalasi pompa dan pendukungnya... 49
3.2 Tampak depan dari sistem pemasangan pompa dan instalasinya.... 49
3.3 Tampak Atas dari Sistem Pemasangan Pompa dan Instalasinya... 51
3.4 Vibrometer analog VM-3314A,IMC Corporation, Japan... 54
3.5 Thermocouple Thermometer Tipe KW 06-278 Krisbow ……... 55
3.6 Profil digital photo contact tachometer... 56
3.7 Katub isap dan manometer vakum ... 58
3.8 Katub tekan dan flow meter... 58
3.9 Posisi reflective tape pada kopling dan pengukuran putaran... 59
3.10 Lokasi dan titik pengukuran sinyal getaran...……….. 60
3.11 Arah pengukuran getaran pada pompa... 60
3.12 Arah dan titik pengukuran temperatur fluida... 62
3.13 Pipa transparan (pipa acrylic)………... 63
3.14 Diagram aliran pelaksanaan penelitian... 66
4.1 Head statis pada sisi tekan dan head statis pada sisi isap... 69
4.2 Head statis pada sisi isap pompa... 77
4.3 Hubungan variasi bukaan katup isap dengan tekanan isap... 78
4.5 Hubungan tinggi tekan dan kapasitas untuk kondisi aktual
NPSHA= 10,30 m ... 84
4.6 Hubungan putaran poros pompa dan kapasitas untuk kondisi
aktual NPSHA= 10,30 m... 84
4.7 Hubungan tinggi tekan dan kapasitas untuk kondisi aktual
NPSHA= 10,23 m... 85
4.8 Hubungan putaran poros pompa dan kapasitas untuk kondisi aktual NPSHA= 10,23 m ...
85
4.9 Hubungan tinggi tekan pompa dan kapasitas untuk kondisi aktual
NPSHA= 10,23 m .... 86
4.10 Hubungan putaran poros pompa dan kapasitas untuk kondisi
aktual NPSHA= 10 m ... 86
4.11 Hubungan tinggi tekan pompa dan kapasitas untuk kondisi aktual NPSHA= 8,61 m ...
87
4.12 Hubungan putaran poros pompa dan kapasitas untuk kondisi
aktual NPSHA= 8,61 m ... 87
4.13 Hubungan head dan kapasitas pada masing-masing nilai NPSHA... 88
4.14 Perbandingan displacement pada arah aksial terhadap waktu
pada NPSHA yang bervariasi... 109
4.15 Laju pertambahan amplitudo simpangan terhadap NPSHA pada
arah aksial ... 110
4.16 Perbandingan displacement pada arah vertikal terhadap waktu
pada NPSHAyang bervariasi ……….. 111
4.17 Laju pertambahan amplitudo simpangan terhadap NPSHA pada
arah vertikal ... 112
4.18 Perbandingan displacement pada arah horizontal terhadap waktu
4.19 Laju pertambahan amplitudo simpangan terhadap NPSHApada
arah horizontal ... 114
4.20 Perbandingan velocity pada arah aksial terhadap waktu pada
NPSHAyang bervariasi ……….. 115
4.21 Laju pertambahan amplitudo kecepatan terhadap NPSHA pada
arah aksial ……….. 116
4.22 Perbandingan velocity pada arah vertikal terhadap waktu pada
NPSHAyang bervariasi... 117
4.23 Laju pertambahan amplitudo kecepatan terhadap NPSHA pada
arah vertikal………. 118
4.24 Perbandingan velocity pada arah horizontal terhadap waktu pada
NPSHAyang bervariasi ……….. 119
4.25 Laju pertambahan amplitudo kecepatan terhadap NPSHA pada
arah horizontal ... 120
4.26 Perbandingan acceleration pada arah aksial terhadap waktu pada NPSHAyang bervariasi ...
121
4.27 Laju pertambahan amplitudo percepatan terhadap NPSHA pada
arah aksial ... 122
4.28 Perbandingan acceleration pada arah vertikal terhadap waktu
pada NPSHAyang bervariasi ……….. 123
4.29 Laju pertambahan amplitudo percepatan terhadap NPSHA pada
arah vertikal ... 124
4.30 Perbandingan acceleration pada arah horizontal terhadap waktu
pada NPSHAyang bervariasi ………. 125
4.31 Laju pertambahan amplitudo percepatan terhadap NPSHA pada
arah horizontal ... 126
4.32 Perbandingan temperatur rumah pompa dengan NPSHA yang
4.33 Perbandingan temperatur rumah pompa dengan NPSHA yang
bervariasi untuk kondisi operasi pompa selama 2 jam ... 131
4.34 Perbandingan temperatur rumah pompa dengan NPSHA yang
bervariasi untuk kondisi operasi pompa selama 3 jam……… 132
4.35 Perbandingan temperatur rumah pompa dengan NPSHA yang
bervariasi untuk kondisi operasi pompa selama 4 jam ... 133
4.36 Perbandingan temperatur rumah pompa dengan NPSHA yang
bervariasi untuk kondisi operasi pompa selama 5 jam... 134
4.37 Verifikasi data temperatur pada berbagai nilai NPSHAterhadap
kondisi operasi... 135
4.38 Pola aliran laminar (Re= 1480,35 , Vf=1,39 m/s ) , closed valve
20%... 137 4.39 Pola aliran laminar (Re=1512,28 , Vf= 1,42 m/s) , closed valve
40%... 137
4.40 Pola aliran gelombang kecil (Re=16826 , Vf= 1,58 m/s) , closed
valve 60%...
137
4.41 Pola aliran gelombang berlapis (Re= 17785 , Vf= 1,67 m/s )
closed valve 80%……… 138
4.42 Hubungan bilangan Reynoldsdengan kecepatan aliran …………. 140
4.43 Hubungan pola aliran dan sinyal getaran pada Re = 1480,35
dengan kecepatan aliran (Va) = 1,39 m/s ………... 146
4.44 Hubungan pola aliran dan sinyal getaran pada Re = 1512,28
dengan kecepatan aliran (Va) = 1, 42 m/s ……….. 151
4.45 Hubungan pola aliran dan sinyal getaran pada Re = 16826
dengan kecepatan aliran (Va) = 1, 58 m/s ……….. 152
4.46 Hubungan pola aliran dan sinyal getaran pada Re = 17785
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Respon getaran pompa pada NPSHA= 10,30 m ………….. 156
2 Respon getaran pompa untuk NPSHA= 10,23 m ……….. 162
3 Respon getaran pompa untuk NPSHA= 10 m ……… 168
4 Respon getaran pompa untuk NPSHA= 8,61 m …………. 174
5 Tabel pengukuran getaran pompa pada NPSHA = 10,30 m
dengan arah pengukuran aksial, vertikal dan horizontal... 180
6 Tabel pengukuran getaran pompa pada NPSHA = 10,23 m
dengan arah pengukuran aksial, vertikal dan horizontal... 181
7 Tabel pengukuran getaran pompa pada NPSHA = 10 m
dengan arah pengukuran aksial, vertikal dan horizontal... 182
8 Tabel pengukuran getaran pompa pada NPSHA = 8,61 m
dengan arah pengukuran aksial, vertikal dan horizontal... 183
9 Tabel pengukuran temperatur fluida dalam rumah pompa
pada kondisi operasi 1 Jam ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 184
10 Tabel pengukuran temperatur fluida dalam rumah pompa
pada kondisi operasi 2 Jam ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 185
11 Tabel koefiesien faktor hambatan, dan diagram moody…. 186
12 Perhitungan NPSHApompa ……… 188
13 Jadwal pelaksanaan penelitian
...
194
xxi
DAFTAR NOTASI
Simbol Satuan
a Amplitude (m)
f Frequency (Hz)
fn Frequency natural (Hz)
g Percepatan gravitasi (m/s2)
H Head (m)
hf Mayor loss (m)
hm Minor loss (m)
k Kekakuan (N/m)
m Massa (kg)
n Putaran (rpm)
t Time (s)
NPSHA Net positif suction head availabe (m)
NPSHR Net posistif suction head required (m)
P Tekanan (kgf/cm2)
Pv Tekanan uap jenuh (kgf/cm2)
xxii
w Berat (N)
Re Reynolds number
x Displacement (m)
x
Velocity (m/s)x
Acceleration (m/s2)τ Periode natural (s)
ρ Massa jenis fluida (kg/m3)
ω Kecepatan sudut (rad/s)
θ Sudut fase (rad)
μ Dynamic viscosity (N.s/m2)
υ Kinematic Viscosity (m2/s)
γ Berat jenis fluida (kgf/m3)
Q Kapasitas/Debit (m3/s)
Vf Kecepatan aliran (m/s)
V Volume (m3)
ABSTRAK
Kavitasi merupakan fenomena perubahan phase uap dari zat cair pada fluida yang mengalir. Perubahan tersebut diakibatkan turunnya tekanan maupun naiknya temperatur fluida, turbulensi dan pulsasi pada pipa isap. Pada pompa sentrifugal kavitasi dapat terjadi pada
suction pompa, sudu pompa maupun di pipa. Indikasi kavitasi adalah timbulnya
gelembung-gelembung uap, getaran dan suara bising. Dampak kavitasi pada pompa adalah turunnya unjuk kerja (performance) dan kerusakan komponen pompa. Pada penelitian ini divariasikan tekanan isap untuk mendapatkan nilai NPSHAdengan pengaturan katub isap dan perubahan kapasitas untuk mengamati pola aliran. Untuk mengetahui terjadinya kavitasi parameter yang digunakan dengan mengukur perilaku getaran pompa, temperatur fluida dalam rumah pompa dan mengamati pola aliran dengan gambar dan vibrasi eksitasinya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan vibrometer dengan arah pengukuran aksial, vertikal dan horizontal pada frequency domain dan time domain. Hasil penelitian menunjukkan intensitas sinyal getaran pada pompa semakin besar pada NPSHArendah dengan kenaikan amplitudo sinyal getaran pada masing-masing simpangan sebesar 1,80 × 10-6 m, 2,24 × 10-6 m dan 2,46 × 10-6m, kecepatan sebesar 1,38 × 10-5m/s, 1,66 × 10-5m/s dan 1,97 × 10-5m/s dan percepatan sebesar 1,04 × 10-4m/s2, 1,03 × 10-4m/s2dan 1,61 × 10-4m/s2, yang disebabkan oleh tekanan isap yang rendah dan perubahan temperatur fluida meningkat pada masing-masing kondisi operasi selama 5 jam sebesar 0,010oC,0,032oC dan 0,104oC. Secara visual pola aliran terjadi akibat perubahan kapasitas pompa dan kavitasi terdeteksi dengan naiknya amplitudo sinyal getaran simpangan terjauhnya sebesar 4,06 × 10-3 m/s pada bilangan Reynolds 17785,30 dengan kecepatan aliran 1,67 m/s.
ABSTRACT
Cavitation is a phenomenon of the change to vapor phase from liquid in flowing fluid. The change is caused by low pressure or high fluid temperature, turbulance and pulsation of the suction pipe. In centrifugal pump, cavitations may occur in its pump suction, pump impeller and also in pipe. The indication of cavitation is the existence of steam bubbles, vibration, and noise. The effects of cavitation on the pump is the drop of pump’s performance and damage to pump components. In this study, the suction pressure is varied to obtain NPSHA (Net Positive Suction Head Available)
value by regulating suction valve and capacity change to monitor flow patterns. To examine the phenomenon of cavitation, the parameters used are the measurement of pump vibration behavior, the temperature of fluid in pump casing, and the monitoring of flow pattern through its picture and exitation vibration. The measurement was conducted by vibrometer with axial, vertical, and horizontal directions at the frequency and time domains. The result of this study showed that the intensity of vibration signal in the pump become bigger at low NPSHAvalue with the increase of
vibration signal amplitude at each displacement 1.80 × 10-6 m, 2.24 × 10-6m and 2.46 × 10-6 m. The increase velocity of the amplitude at each 1.38 × 10-5m/s,1.66 × 10-5m/s and 1.97 × 10-5 m/s, and the increase acceleration of the amplitude at each 1.04 × 10-4m/s2, 1.03 × 10-4m/s2and 1.61 × 10-4m/s2, caused by the low suction pressure and the increasing fluid temperature change at each condition after 5 hours operation for 0.010 °C, 0.032 °C and 0.104 °C. Visually, the flow pattern occurs as a result of pump capacity change and cavitations phenomena can be detected by the increase of vibration signal amplitude with it’s the biggest deviation for 4.06 × 10-3m/s at the Reynolds number of 17785.30 with flow velocity of 1.67 m/s.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dunia industri sangat menginginkan suatu jenis pompa sentrifugal yang dapat
beroperasi maksimal dan tahan dioperasikan dalam jangka waktu yang lama, hal ini
tidak terlepas dari jenis pompa, pemasangan dan pengoperasian yang tepat sehingga
akan bekerja sesuai dengan peruntukannya. Untuk menentukan suatu peralatan
bekerja sesuai dengan kondisi terbaiknya diperlukan indikator, biasanya indikator
yang sering digunakan adalah indikator yang dengan cepat mendapatkan hasilnya
seperti getaran dan temperatur.
Pompa sentrifugal adalah jenis pompa yang sangat banyak digunakan oleh
industri, khususnya industri pengolahan dan pendistribusian air. Beberapa
keunggulan pompa sentifugal adalah: konstruksinya sederhana, kapasitas dan tinggi
tekan (head) yang tinggi, mudah pemasangan maupun perawatan, ketahanan dan
kehandalan yang tinggi serta harganya yang lebih murah. Disamping keunggulan dan
ketahanan dari pompa sentrifugal tersebut, masih banyak ditemukan kegagalan yang
terjadi pada pengoperasian dilapangan. Kegagalan pada komponen pompa sentrifugal
yang sering tidak diperhatikan adalah kerusakan pada impeller dan casing, hal ini
terjadi akibat kavitasi.
Kavitasi adalah peristiwa terbentuknya gelembung-gelembung uap di dalam
jenuh cairan pada suhu operasi pompa. Pengaruh kavitasi yang terjadi pada pompa
sentrifugal sangatlah merugikan. Dalam hal kavitasi bagian pada pompa yang sering
mengalami kavitasi adalah sisi isap pompa, sudu pompa, maupun di saluran pipa.
Indikasi kavitasi adalah timbulnya gelembung-gelembung uap, suara-suara bising
(noise) dan getaran (vibrasi) serta kerusakan pada komponen pompa tatkala
gelembung-gelembung fluida tersebut pecah ketika melalui daerah yang lebih tinggi
tekanannya.
Pengukuran sinyal getaran dan temperatur fluida pada pompa merupakan salah
satu teknik dalam predictive maintenance, yaitu perawatan berbasis kondisi pompa
ketika beroperasi dengan diagnosis terhadap kinerja. Sinyal getaran dari suatu pompa
merupakan salah satu indikator yang akan menunjukkan kondisi mekanis dari suatu
pompa, apakah pompa itu beroperasi dalam keadaan baik atau tidak. Semakin kecil
nilai suatu vibrasi akan menjadi semakin baiklah peralatan itu, dan sebaliknya apabila
suatu peralatan yang beroperasi mempunyai getaran yang besar atau tinggi, maka
kondisi peralatan tersebut cukup rawan akan kerusakan. Keunggulan penggunaan
pengukuran karakteristik getaran sebagai indikator perawatan karena memberikan
kemudahan pengujian dan titik pengujian tepat pada gaya penggerak, respon getaran
memberikan informasi gejala maksimum dan pengujian dilakukan tanpa
menyambung dan mengganggu operasi peralatan tersebut.
Penyelidikan dan pengujian terhadap fenomena kavitasi pada pompa sentrifugal
aspek yang berbeda yaitu; J. Jeremi and K.Dayton (2000) dengan melakukan
penelitian tentang kavitasi pada pompa sentrifugal secara eksperimental dengan
menggunakan indicator noise untuk mendeteksi kavitasi. Hasil penelitian diperoleh
bahwa indikasi awal terjadinya kavitasi pada pompa dengan munculnya suara bising
dan metode ini bisa digunakan untuk mengetahui keausan ring (seal). M.Chaudina
(2002), melaporkan penelitian noise spectra yang timbul akibat kavitasi pada pompa
sentrifugal dengan kesimpulan bahwa noise spectra dapat digunakan untuk
menentukan NPSH yang diperlukan pada kondisi mendadak, mewakili batas atas
operasi pompa diizinkan tanpa kavitasi. Seyed Farshid C.Hassan (2005), melaporkan
penelitian yang timbul akibat kavitasi menggunakan spectrum sinyal kebisingan
(noise) dengan kesimpulan bahwa perbedaan tekanan bunyi pada beberapa frekuensi
dapat digunakan untuk pemantauan permulaan dari kavitasi di dalam pompa.
Demikian juga penelitian yang dilakukan Zulkifli (2006), dengan menyelidiki
pengaruh jenis bantalan, kapasitas dan head terhadap perilaku getaran pada pompa
sentrifugal dengan kesimpulan bahwa kapasitas fluida naik dan head pompa menurun
sesuai dengan turunnya beban pompa sehingga getaran pada bantalan menurun dan
sinyal getaran tertinggi terjadi pada frekuensi operasi 24 Hz untuk tiga jenis bantalan
yang berbeda. Selanjutnya, Suyanto,Irham (2007), melaporkan penelitian analisa
pada pompa sentrifugal menggunakan parameter angka Thoma dengan kesimpulan
menunjukkan bahwa kavitasi pada pompa sentrifugal intensitasnya semakin besar
temperatur fluida tinggi, dan putaran besar. Ni Yongyan Yuan Shouqi (2008),
melaporkan penelitian fenomena kavitasi pada pompa sentrifugal menggunakan
metode Higuchi dengan mengukur pergerakan sinyal frekuensi secara acak pada
frekuensi disekitar impeller dengan kesimpulan metode ini ternyata sukses
mendeteksi indikasi awal kavitasi pada pompa sentrifugal.
Sehubungan dengan majunya teknik perawatan peralatan yang ditandai dengan
digunakannya teknik perawatan predictive maintenance yang berdasarkan
pemantauan kondisi peralatan (condition monitoring) ketika sedang beroperasi,
sehingga keadaan mesin dapat terdeteksi sebelum terjadi kerusakan/kegagalan.
Dengan dilandasi pada latar belakang diatas peneliti memandang perlu dilakukan
suatu penelitian eksperimental dan analisa tentang fenomena kavitasi pada pompa
sentrifugal akibat berubahnya Net Positive Suction Head Available (NPSHA) dengan
mengukur perilaku sinyal getaran dan temperatur fluida dalam rumah pompa serta
mengamati pola aliran yang dapat dijadikan acuan memprediksi terjadinya kavitasi.
1.2. Perumusan Masalah
Secara konseptual kegiatan dalam perawatan prediktif berbasis pemantauan sinyal
getaran adalah berupa pengukuran sinyal getaran secara berkala pada suatu unit
pompa yang sedang beroperasi, menganalisis dan diagnosis serta meramalkan kapan
terjadinya kerusakan, maka pengujian getaran mekanik (vibrasi) sangat diperlukan
Persoalan kavitasi pada pompa sentrifugal yang diakibatkan oleh turunnya
tekanan operasi pompa sampai dibawah tekanan uap jenuh zat cair, turbulensi dan
pulsasi. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada komponen pompa dan akan
membawa dampak yang buruk bagi operasional pompa, yaitu turunnya unjuk kerja
(performance), timbulnya suara bising, getarannya tinggi dan kapasitas berkurang
serta pompa tidak mampu menaikkan head, dampak lanjutan dapat menimbulkan
lubang-lubang (pitting) pada dinding casing maupun permukaan sudu. Sehingga bila
kavitasi berlangsung secara terus-menerus dapat berakibat umur pakai pompa
berkurang. Oleh karena itu, kavitasi di dalam pompa, sebagai suatu gejala yang tak
dapat diterima, harus dihindarkan tentu saja. Dengan melihat dampak yang
diakibatkan oleh kavitasi, maka perlu dilakukan serangkaian pengujian untuk
mengetahui waktu permulaan kavitasi di dalam pompa dengan mengukur perilaku
sinyal getaran dan temperature fluida dalam rumah pompa serta mengamati pola
aliran pada pipa isap dan mengukur vibrasi eksitasinya, sehingga indikasi awal
kavitasi dapat deteksi, dianalisa dan direkomendasikan untuk segera dilakukan
perawatan pada pompa sentrifugal.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Sejalan dengan rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, tujuan yang ingin
pada pompa sentrifugal menggunakan sinyal getaran untuk condition monitoring
dengan metode studi eksperimental.
1.3.2. Tujuan Khusus
Sedangkan secara khusus tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan penelitian ini
adalah untuk :
1. Mencari hubungan tinggi tekan dan kapasitas terhadap NPSHA pada pompa
sentrifugal satu tingkat.
2. Mengetahui karakteristik getaran pada pompa akibat adanya perubahan
NPSHA.
3. Mengetahui perubahan temperatur fluida dalam rumah pompa terhadap
tekanan operasi.
4. Mengkaji karakteristik pola aliran terhadap perilaku getaran pada pompa
sentrifugal satu tingkat.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini meliputi manfaat terhadap industri dan manfaat bagi
pendidikan atau pengembangan ilmu pengetahuan.
1.4.1. Manfaat Terhadap Dunia Industri
Memberikan informasi tentang penggunaan sinyal getaran dan temperatur
fluida dalam rumah pompa sebagai indikator untuk mendeteksi indikasi
terjadinya kavitasi pada pompa sentrifugal satu tingkat.
tingkat keadaan pompa berdasarkan sinyal getaran.
1.4.2. Manfaat Terhadap Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan ikut memberikan konstribusi terhadap kemajuan
ilmu pengetahuan khususnya fluida dinamik dalam saluran tertutup, serta dapat
dijadikan acuan untuk penelitian berikutnya sebagai upaya pengembangan dan
pemanfaatan sinyal getaran dalam berbagai aplikasi dimasa yang akan datang.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dimaksud dilakukan melalui metode eksperimental dengan
menggunakan pompa sentrifugal Aquavane KSB Type A32-160 dengan kapasitas
3,5 liter/s dan putaran 1450 rpm. Pengukuran sinyal getaran pada pompa dan
pengukuran temperatur fluida dalam rumah pompa terhadap kavitasi dengan
pengaturan katub isap dan menvariasikan NPSHA. Instalasi pompa yang akan diuji
adalah instalasi pompa yang telah dibuat oleh peneliti sebelumnya (Zulkifli, 2006),
pada kasus ini ditambah alat ukur tekanan isap (manometer vacum) pada sisi pipa isap
sebagai parameter bukaan katub (perubahan tekanan isap). Selanjutnya pada pipa sisi
isap dan tekan dipasang pipa acrylic (pipa transparan) gunanya untuk mengamati pola
aliran. Untuk mendapatkan hasil analisa secara kuantitatif, hasil eksperimen secara
teoritis akan dihitung menggunakan persamaan fluida dinamik dan diplotkan pada
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kavitasi
Pada sistem pemipaan yang menggunakan pompa sentrifugal sangat mungkin
terjadi kavitasi yang dipengaruhi oleh kecepatan aliran dan perbedaan penampang
yang menyebabkan terjadinya penurunan tekanan sampai turun di bawah tekanan uap
jenuhnya sehingga menyebabkan terjadinya fenomena yang disebut kavitasi. Kavitasi
adalah peristiwa terbentuknya gelembung-gelembung uap di dalam cairan yang
dipompa akibat turunnya tekanan cairan sampai di bawah tekanan uap jenuh cairan
pada suhu operasi pompa. Gelembung uap yang terbentuk dalam proses ini
mempunyai siklus yang sangat singkat. Knapp (Karassik dkk, 1976) menemukan
bahwa mulai terbentuknya gelembung sampai gelembung pecah hanya memerlukan
waktu sekitar 0,003 detik. Gelembung ini akan terbawa aliran fluida sampai akhirnya
berada pada daerah yang mempunyai tekanan lebih besar dari pada tekanan uap jenuh
cairan. Pada daerah tersebut gelembung tersebut akan pecah dan akan menyebabkan
shock pada dinding dekatnya. Cairan akan masuk secara tiba-tiba ke ruangan yang
terbentuk akibat pecahnya gelembung uap tadi sehingga mengakibatkan tumbukan.
Gejala kavitasi yang timbul pada pompa biasanya ada suara berisik dan getaran,
unjuk kerjanya menjadi turun, kalau dioperasikan dalam jangka waktu lama akan
berlubang-lubang karena erosi kavitasi sebagai tumbukan gelembung-gelembung
yang pecah pada dinding secara terus-menerus dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Proses Kavitasi
2.1.1. Penyebab kavitasi pada pompa sentrifugal
Pompa sentrifugal mempunyai sifat-sifat teknis yang harus dipenuhi agar dapat
beroperasi dengan baik. Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada pompa tipe
ini adalah gagalnya pompa dalam proses priming, sehingga pompa tidak bisa
mengisap dan akhirnya gagal pemompaan serta menyebabkan kerusakan pada
bagian-bagian pompa.
Ada beberapa penyebab kavitasi pada pompa sentrifugal diantaranya, adalah :
2. Air Ingestion (masuknya udara luar ke dalam sistem)
3. Internal Recirculation (sirkulasi balik di dalam sistem)
4. Turbulance (pergolakan aliran)
5. Vane Passing Syndrome
Cara menghindari proses kavitasi yang paling tepat adalah dengan memasang
instalasi pompa dengan NPSH yang tersedia lebih besar dari pada NPSH yang
diperlukan. NPSH yang tersedia bisa diusahakan oleh pemakai pompa sehingga
nilainya lebih besar dari NPSH yang diperlukan. Berikut ini hal-hal yang diperlukan
untuk instalasi pompa.
1. Ketinggian letak pompa terhadap permukaan zat cair yang diisap harus dibuat
serendah mungkin agar head statis lebih rendah pula. Pipa isap harus dibuat
sependek mungkin. Jika terpaksa dipakai pipa isap yang panjang, sebaiknya
diambil pipa yang berdiameter satu nomor lebih besar untuk mengurangi
kerugian gesek.
2. Kecepatan aliran pada pipa isap tidak boleh terlalu besar (bagian yang
mempunyai kecepatan tinggi maka tekanannya akan rendah).
3. Tidak dibenarkan untuk mengurangi laju aliran dengan menghambat aliran
disisi isap.
4. Head total pompa harus ditentukan sedemikian hingga sesuai dengan yang
diperlukan pada kondisi operasi yang sesungguhnya.
5. Jika head pompa sangat berfluktuasi, maka pada keadaan head terendah harus
6. Menghindari instalasi perpipaan berupa belokan-belokan tajam, karena
belokan yang tajam kecepatan fluida akan meningkat sedangkan tekanan
fluida akan turun sehingga menjadi rawan terhadap kavitasi.
Gambar 2.2 Kerusakan impeller akibat kavitasi
2.2. Net Positive Suction Head (NPSH)
Gejala kavitasi terjadi apabila tekanan statis suatu aliran zat cair turun sampai
dibawah tekanan uap jenuhnya. Kavitasi banyak terjadi pada sisi isap pompa, untuk
mencegahnya nilai head aliran pada sisi hisap harus diatas nilai head pada tekanan
uap jenuh zat cair pada temperatur bersangkutan. Pengurangan head yang dimiliki zat
cair pada sisi isapnya dengan tekanan zat cair pada tempat tersebut dinamakan Net
Positif Suction Head (NPSH) atau Head Isap Positif Neto yang dipakai sebagai
ukuran keamanan pompa terhadap kavitasi. Ada dua macam NPSH yaitu NPSH
Gejala kavitasi terjadi pada titik terdekat setelah sisi masuk sudu impeller di
dalam pompa. Di daerah tersebut, tekanan lebih rendah daripada tekanan pada lubang
isap pompa. Hal ini disebabkan zat cair mengalir melalui nozel isap sehingga
kecepatannya naik. Dengan kenaikan kecepatan, tekanan zat cair menjadi turun.
2.2.1. Net Positive Suction Head Available (NPSH yang tersedia)
NPSH yang tersedia adalah head yang dimiliki oleh zat cair pada sisi hisap pompa
dikurangi dengan tekanan uap jenuh zat cair ditempat tersebut. Dalam hal pompa
yang menghisap zat cair dari tempat terbuka, maka besarnya NPSH yang tersedia
dapat dituliskan seperti persamaan (2.1) :
ls s
sv
h
h
Pv
Pa
h
(2.1)Dimana:
hsv = NPSH yang tersedia
Pa = Tekanan atmosfir (kg/m2)
Pv = Tekanan uap jenuh (kg/m2)
γ = Berat zat cair per satuan volume (kg/m3)
hs = Head hisap statis (m), hsadalah positif (bertanda +) jika pompa terletak
diatas permukaan zat cair, dan negatif (bertanda -) jika dibawah.
Jika zat cair dihisap dari tangki tertutup, maka harga Pa menyatakan tekanan
mutlak yang bekerja pada permukaan zat cair didalam tangki tertutup tersebut.
Khususnya jika tekanan diatas permukaan zat cair sama dengan tekanan uap
jenuhnya, maka Pa = Pv. Dalam hal pompa yang menghisap zat cair dari tempat
terbuka, maka besarnya NPSH yang tersedia dapat dituliskan seperti persamaan (2.2):
ls s
sv
h
h
h
(2.2)Harga hsadalah negatif (-) karena permukaan zat cair didalam tangki lebih tinggi dari
pada sisi hisap pompa. Pemasangan pompa semacam ini diperlukan untuk
[image:42.611.189.476.392.601.2]mendapatkan harga NPSH (hsv) positif.
Gambar 2.4 Posisi pompa terletak dibawah permukaan fluida yang diisap
2.2.2.Net Positive Suction Head Required (NPSH yang diperlukan)
Tekanan terendah didalam pompa biasanya terdapat disuatu titik dekat setelah sisi
masuk sudu impeller ditempat tersebut, tekanan adalah lebih rendah dari pada
tekanan pada lubang hisap pompa. Hal ini disebabkan oleh kerugian head dinosel
hisap, kenaikan kecepatan aliran karena luas penampang yang menyempit, dan
kenaikan kecepatan aliran karena tebal sudu setempat.
Agar tidak terjadi penguapan zat cair, maka tekanan pada lubang masuk pompa
dikurangi dengan penurunan tekanan didalam pompa harus lebih tinggi dari pada
tekanan uap zat cair. Head tekanan yang besar sama dengan penurunan tekanan ini
disebut NPSH yang diperlukan atau Net Positive Suction Head Required (NPSHR).
Besarnya NPSH yang diperlukan berbeda untuk setiap pompa. Untuk suatu pompa
Agar pompa dapat bekerja tanpa mengalami kavitasi, maka harus dipenuhi syarat
NPSH yang tersedia lebih besar dari pada NPSH yang diperlukan. Jadi untuk
menghindari kavitasi pada pompa harus dipenuhi persyaratan berikut:
NPSH tersedia > NPSH yang diperlukan
Harga NPSH yang diperlukan diperoleh dari pabrik pembuat pompa. Namun untuk
penaksiran secara kasar, NPSH yang diperlukan dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (2.3).
N N sv
H
H
(2.3)Dimana:
σ = Koefisien kavitasi Thoma
HsvN= NPSH yang diperlukan (m)
HN = Head total pompa pada titik efisiensi maksimum (m).
Kecepatan spesifik sisi hisap (S) dapat juga digunakan sebagai pengganti koefisien
kavitasi Thoma dalam menghitung NPSH yang diperlukan. Hubungannya dapat
dilihat pada persamaan (2.4).
3 / 2 3 / 4
)
(
NsvN
Q
S
n
H
(2.4)Dimana:
HsvN= NPSH yang diperlukan (m)
QN = Kapasitas pompa (m3/min)
S = Kecepatan spesifik sisi hisap (m/min).
2.3. Temperatur Fluida
Suhu merupakan variabel yang paling mudah dipantau. Hampir semua fenomena
alam akan mengakibatkan terjadinya perubahan suhu. Pengukuran suhu dapat
dilakukan baik secara kontak maupun non-kontak. Salah satu fenomena kavitasi pada
pompa sentrifugal adalah perubahan suhu fluida akibat proses penguapan pada
tekanan uap jenuh. Sebagian besar pengukuran suhu dengan metode kontak dilakukan
dengan menggunakan termometer atau termokopel. Sedangkan pengukuran
non-kontak menggunakan sensor infra merah (thermography) yang semakin banyak
dikembangkan dan mulai banyak digunakan. Jika kita mempertimbangkan pentingnya
pengukuran temperatur dan hubungannya dengan tekanan dan flow, maka dengan
mudah kita dapat melihat pada pompa yang mengalami kavitasi.
2.3.1. Hubungan tekanan uap jenuh dengan temperatur fluida
Fluida menguap bila tekanannya menjadi sangat rendah atau temperaturnya
menjadi sangat tinggi. Setiap perubahan karakteristik fluida tentu akan
mempengaruhi sistem pemompaan baik sisi suction maupun sisi discharge yang
hubungan tekanan atmosfer, tekanan uap jenuh fluida, massa jenis dan luas
penampang seperti ditunjukkan pada persamaan (2.5).
)
( hA
A
P
A
P
u
atm
(2.5)Dimana:
Pu = Tekanan uap dalam Pa (Pascal)
Patm = Tekanan atmosfer
A = Luas penampang pipa (m2)
γ = Berat jenis cairan ( kg/m3)
Hubungan tekanan atmosfer dengan tekanan uap jenuh untuk fluida air dapat dilihat
pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Sifat-sifat air ( Air di bawah 1 atm, dan air jenuh diatas 100oC)
Temperatur (oC)
Kerapatan (kg/l)
Viscositas kinematik
(m2/s)
Tekanan uap jenuh (kgf/cm2) 0 5 10 20 30 40 50 60 70 80 90 0,9998 1,000 0,9998 0,9983 0,9957 0,9923 0,9880 0,9832 0,9777 0,9716 0,9652
1,792 x 10-6 1,520 x 10-6 1,307 x 10-6 1,004 x 10-6 0,801 x 10-6 0,658 x 10-6 0,554 x 10-6 0,475 x 10-6 0,413 x 10-6 0,365 x 10-6 0,326 x 10-6
100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 0,9581 0,9431 0,9261 0,9073 0,8869 0,8647 0,8403 0,814 0,784 0,751 0,712
0,295 x 10-6 0,244 x 10-6 0,211 x 10-6 0,186 x 10-6 0,168 x 10-6 0,155 x 10-6 0,150x 10-6 0,136 x 10-6 0,131 x 10-6 0,128 x 10-6 0,127 x 10-6
0,0332 0,0246 0,685 0,303 10,224 15,855 23,656 34,138 47,869 65,468 87,621 (Sumber : Pompa & Kompresor, Sularso, 2006)
2.4. Pola Aliran
Dalam berbagai industri sebagian besar fluidanya mengalir pada pipa-pipa saluran
tertutup (closed conduit flow). Masalah utama yang muncul antara lain:
1. Terjadinya gesekan pada dinding pipa.
2. Terjadinya turbulensi karena gerakan relatif dalam molekul fluida yang
dipengaruhi oleh viskositas fluida, kecepatan aliran dan bentuk pipa.
3. Terjadinya fluktuasi aliran akibat pemasangan belokan (elbow) dan
pengecilan saluran mendadak (sudden contraction).
Dalam suatu aliran yang melewati sistem atau instalasi pipa maka akan terjadi
hambatan aliran, hambatan tersebut diakibatkan oleh faktor- faktor bentuk instalasi.
Hambatan aliran akan menyebabkan turunnya energi dari fluida tersebut yang sering
disebut dengan kerugian tinggi tekan (head loss) atau penurunan tekanan (pressure
drop). Kedua faktor ini merupakan pengaruh yang ditimbulkan karena pengaruh
mengikuti bentuk saluran dan dindingnya. Ketika pipa utama dialiri fluida yang
bersifat turbulen, maka fluida dalam pipa akan mengalami pulsasi atau perubahan
pola aliran yang dipengaruhi oleh kecepatan aliran meningkat dan tekanannya
menurun.
Salah satu besaran non-dimensional yang menggambarkan pola aliran fluida
adalah Bilangan Reynolds. Pada tahun 1883 Osborne Reynolds menunjukkan bahwa
penurunan tekanan tergantung pada parameter: kerapatan (ρ ), kecepatan (U), diameter
(D) dan viskositas (µ) absolute yang selanjutnya disebut dengan bilangan Reynolds.
Penurunan tekanan merupakan fungsi dari faktor gesekan (λ ) dan kekasaran relative
dari dinding pada (ε /D), sehingga persamaannya menjadi :
λ = f (Re ε /D) (2.6)
Menurut Henry Darcy (1857) yang melakukan eksperimen aliran dalam pipa,
menyatakan bahwa kekarasan mempunyai dampak terhadap pola aliran, sehingga
didapatkan faktor gesekan Darcy (λ ) dengan persamaan (2.7) :
g D
L h
V
f2 2
/
(2.7)
Aliran fluida dalam pipa yang berbentuk lingkaran terbagi menjadi dua, yaitu
aliran laminar dan turbulen. Karakteristik antara kedua aliran tersebut berbeda-beda
dari segi kecepatan, debit dan massa jenisnya. Bilangan Reynolds dapat
UD
UD
Re
(2.8)Dimana:
ρ = Kerapatan massa fluida (kg/m3)
U = Kecepatan karakteristik (m/s)
d = Diameter saluran (m)
µ = Viskositas dinamik (kg/m.s)
2.4.1. Klasifikasi Pola Aliran
Pola aliran pada pipa horizontal, ada efek kekuatan gravitasi untuk menggantikan
cairan yang lebih berat mendekati pipa bagian bawah. Bentuk lain dari pola aliran
dapat bertambah karena efek ini, dimana aliran tersebut dibagi dua lapisan. Banyak
kriteria pola aliran yang kita perhatikan baik dari literature dan penelitian-penelitian,
tetapi maksud dan tujuannya adalah sama. Deskripsi pola aliran menurut Collier
(1980), dengan arah aliran horizontal adalah sebagai berikut:
Aliran gelembung (Bubble flow)
Aliran kantung gas atau sumbat cairan (Plug/Slug flow)
Aliran acak (Churn flow)
Aliran cicin kabut tetes cairan ( Wispy-Annular flow)
Aliran gelembung Aliran kantung gas Aliran srata licin
Aliran srata gelombang Aliran sumbat liquid Aliran cincin
Gambar 2.5 Pola aliran pada pipa horizontal
Gambar 2.6 Klasifikasi Pola aliran berdasarkan Reynolds Number ( Chi-2009)
2.5. Aliran Fluida
Aliran fluida (cairan atau gas) di dalam sebuah saluran tertutup atau pipa sangat
penting di dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa komponen dasar yang berkaitan
(fitting) yang digunakan untuk menyambung masing-masing pipa guna membentuk
sistem yang diinginkan, peralatan pengatur laju aliran (katup-katup) dan
pompa-pompa atau turbin-turbin yang menambah energi atau mengambil energi dari fluida.
Pada aliran fluida di dalam pipa, lapisan fluida pada dinding mempunyai kecepatan
nol. Lapisan fluida pada jarak yang semakin jauh dari dinding pipa mempunyai
kecepatan yang semakin besar, dengan kecepatan maksimum terbesar terjadi pada
pusat pipa.
Gambar 2.7 Daerah masuk aliran sedang berkembang dan aliran berkembang penuh
di dalam sebuah sistem pipa.
2.5.1. Aliran Laminar dan Turbulen
Perbandingan gaya-gaya yang disebabkan oleh gaya inersia, grafitasi dan
UD
Re
(2.9)Dimana : U = Kecepatan rata-rata aliran (m/s)
D = Diameter pipa (m)
ρ = Massa jenis fluida (kg/m3)
µ = Viscositas dinamik (m2/s)
Aliran fluida mengikuti bentuknya, sewaktu mengalir aliran fluida membentuk
suatu jenis/bentuk jenis dan bentuk dari pergerakan fluidanya. Dalam hal ini, jika
nilai Re kecil, partikel-partikel fluida bergerak sepanjang lintasan-lintasan yang halus
atau lapisan-lapisan dengan satu lapisan meluncur secara mulus pada lapisan yang
bersebelahan yang dikenal sebagai aliran laminar, sedangkan jika partikel-partikel
fluida bergerak secara acak (random) baik arahnya maupun kecepatannya tidak
terdapat garis edar tertentu yang dapat dilihat, aliran ini disebut aliran turbulen.
(a) (b)
Gambar 2.8 (a) Aliran laminer, (b) Aliran turbulen
Pada pipa:
Aliran laminer terjadi jika Re < 2100
Aliran transisi terjadi jika Re > 2100
2.6. Pompa
Pompa adalah suatu alat atau pompa yang digunakan untuk memindahkan cairan
dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan dengan cara
menambahkan energi pada cairan yang dipindahkan dan berlangsung secara terus
menerus. Salah satu jenis pompa pemindah non positif adalah pompa sentrifugal
yang prinsip kerjanya mengubah energi kinetis (kecepatan) cairan menjadi energi
potensial (dinamis) melalui suatu impeller yang berputar dalam casing. Pompa
sentrifugal umumnya dibagi ke dalam empat kelas, yaitu aliran sentrifugal atau radial,
campuran, aliran aksial dan turbin regenerative seperti pada Gambar 2.9.
Gambar 2.9 Profil Impeller dan Jenis Pompa
Pompa sentrifugal merupakan jenis pompa yang paling banyak dipakai oleh
industri, terutama industri pengolahan dan pendistribusian air. Banyak pompa
sentrifugal di desain dengan cara memungkinkan pompa beroperasi secara terus
menerus untuk berbulan-bulan bahkan tahunan. Beberapa keunggulan pompa
pemasangan dan perawatan, kapasitas dan head yang tinggi, kehandalan dan
ketahanan yang tinggi.
2.6.1. Karakteristik pompa
Karakteristik pompa adalah prestasi pompa dalam bentuk grafik hubungan antara
parameter-parameter: head (H), daya (N) dan efisiensi (η ) terhadap debit (Q),
parameter-parameter ini menandai prestasi kerja dan biaya operasi pompa.
Karakteristik dari pompa sentrifugal merupakan cara dimana tinggi tekan tekanan
diferensial bervariasi dengan keluaran (output) pada kecepatan konstan. Untuk
mempertahankan pompa beroperasi pada kecepatan konstan, jumlah aliran yang
melalui pompa tergantung pada perbedaan tekanan atau head yang dihasilkan oleh
pompa. Karakteristik dapat juga menyertakan kurva efisiensi dan harga brake horse
power-nya. Kurva kapasitas tinggi tekan (Gambar 2.10) ditunjukkan sebagai
kapasitas peningkatan total tinggi tekan, dimana tinggi tekan pompa mampu untuk
Gambar 2.10 Kurva Karakteristik Pompa Sentrifugal Aquavane A32-160
2.6.2. Tinggi tekan (head) pompa
Head pompa adalah energi per satuan berat yang harus disediakan untuk
mengalirkan sejumlah zat cair yang direncanakan sesuai dengan kondisi instalasi
pompa, atau tekanan untuk mengalirkan sejumlah zat cair, yang umumnya dinyatakan
dalam satuan panjang. Menurut persamaan Bernoulli, ada tiga macam head (energi)
fluida dari sistem instalasi aliran, yaitu, energi tekanan, energi kinetik dan energi
g
V
Z
P
H
2
2
(2.10)Dimana: H = Head total pompa ( m)
P
= Head tekanan (m)
Z = Head statis total (m)
g
V
.
2
2
= Head kecepatan (m)
2.6.3. Head tekanan
Head tekanan adalah perbedaan energi tekanan yang bekerja pada permukaan zat
cair pada sisi tekan dengan energi tekanan yang bekerja pada permukaan zat cair pada
sisi isap. Head tekanan dapat dinyatakan dengan persamaan (2.11) :
d sP
P
P
(2.11)Dimana:
P
= Head tekanan
dP
sP
= Head tekanan pada permukaan zat cair pada sisi hisap
2.6.4. Head kecepatan
Head kecepatan adalah perbedaan antar energi kecepatan zat cair pada saluran
tekan dengan energi kecepatan zat cair pada saluran isap. Head kecepatan dapat
dinyatakan dengan persamaan (2.12) :
g
V
g
V
H
d sk
2
2
2 2
(2.12)Dimana: Hk = Head kecepatan
g
V
d2
2= Kecepatan zat cair pada saluran tekan
g
V
s2
2= Kecepatan zat cair pada saluran isap
2.6.5. Head statis total
Head statis total adalah perbedaan tinggi antara permukaan zat cair pada sisi
tekan dengan permukaan zat cair pada sisi isap. Head statis total dapat dinyatakan
dengan persamaan (2.13) :
s
d
Z
Z
Dimana:
Z = Head statis total
Zd = Head statis pada sisi tekan
Zs = Head statis pada sisi isap
Tanda + = Jika permukaan zat cair pada sisi isap lebih rendah dari sumbu pompa
Tanda - = Jika permukaan zat cair pada sisi isap lebih tinggi dari sumbu pompa
2.7. Kerugian Head
Kerugian head yang terjadi pada instalasi pompa terjadi pada pipa dan
perlengkapan pipa. Kerugian head pada pipa karena adanya turbulensi air dan
gesekan pada sepanjang pipa hal ini disebut sebagai kerugian mayor. Kerugian minor
terjadi pada perlengkapan pipa termasuk adanya belokan, penyempitan maupun
pembesaran penampang secara mendadak pada pipa, katup dan sambungan sehingga
menimbulkan turbulensi sepanjang pipa isap dan pipa tekan. Kerugian energi
persatuan berat fluida dalam pengaliran cairan dalam sistem perpipaan disebut
sebagai kerugian head (head losses). Head losses terdiri dari mayor head losses (hfs),
minor head losses (hm), dan total losses (htot)
Merupakan kerugian head pada fitting dan valve yang terdapat sepanjang sistem
perpipaan. Dapat dicari dengan menggunakan persamaan (2.14) :
g
v
f
h
m.
2
2
(2.14)Dimana: hm = Minor losses (m)
f = Koefisien kerugian dari elbow dan valve
Koefisien f tergantung pada bentuk belokan, penyempitan, katup dan
sambungannya. Namun, nilai k masih berupa nilai pendekatan, karena sangat
dipengaruhi oleh bahan, kehalusan membuat sambungan, serta umur sambungan itu
sendiri.
2.7.2. Kerugian head mayor ( Hfs)
Besarnya kerugian Head sepanjang pipa isap dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (2.15), Darcy-Weisbach:
g
V
D
L
f
H
f2
2
(2.15)Dimana: Hf = Mayor losses (m)
L = Panjang pipa (m)
V = Kecepatan aliran (m/s)
D = Diameter dalam pipa (m)
Pipa PVC adalah termasuk pipa licin (smooth) sehingga koefisien gesek untuk
pipa licin adalah :
2 / 1
316 , 0
e
R
f (2.16)
Sedangkan besarnya Reynolds Number (Re) dapat dihitung dengan persamaan (2.17) :
VD
Re
(2.17)Dimana: Re = Reynold Number
= Massa jenis fluida (air) ( kg/m3)V
= Kecepatan rata-rata aliran (m/s)D
= Diameter dalam pipa (m)
= Viscositas absolut cairan (N.s/m2)Apabila aliran laminar (Re < 2000), faktor gesekan (f) dapat dicari dengan
pendekatan persamaan (2.18) :
Re
64
Apabila aliran turbulen (Re > 2000), faktor gesekan (f) dapat dicari dengan Moody
Diagram. Metode yang umum digunakan untuk menentukan kerugian-kerugian head
atau penurunan tekanan adalah dengan menentukan koefisien kerugian, Kt,
g
V
K
h
L L2
2
(2.19)2.7.3. Total losses
Total losses merupakan kerugian total sistem perpipaan dapat dihitung dengan
pendekatan persamaan (2.20).
m f
tot
h
h
h
(2.20)atau
g
V
D
Le
f
h
tot2
2
(2.21)Dimana: htot = Total losses (m)
hf = Total mayor losses (m)
hm = Total minor losses (m)
Le/D = Panjang ekivalen dari fitting dan valve ditambah panjang pipa
f = Faktor gesekan
Analisa getaran (vibration analysis) sudah dianggap sebagai suatu metode yang
handal untuk pemantuan kondisi (condition monitoring). Analisa getaran merupakan
salah satu alat yang sangat bermanfaat sebagai prediksi awal terhadap adanya
masalah pada mekanikal, elektrikal dan proses pada peralatan, mesin-mesin dan
sistem proses yang kontinu di pabrik atau industri. Indikator yang baik untuk
menentukan apakah suatu peralatan yang berputar dalam kondisi baik adalah vi