STUDI EKSPERIMENTAL DETEKSI FENOMENA
KAVITASI PADA POMPA SENTRIFUGAL DENGAN
MENGGUNAKAN PARAMETER SINYAL GETARAN
DAN PERUBAHAN TEMPERATUR
Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
MOCHAMAD HALLEY
NIM. 050401094
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
STUDI EKSPERIMENTAL DETEKSI FENOMENA
KAVITASI PADA POMPA SENTRIFUGAL DENGAN
MENGGUNAKAN PARAMETER SINYAL GETARAN
DAN PERUBAHAN TEMPERATUR
MOCHAMAD HALLEY
NIM. 05 0401 094
Diketahui/Disyahkan: Disetujui oleh: Depertemen Teknik Mesin Dosen Pembimbing Fakultas Teknik USU
Ketua
STUDI EKSPERIMENTAL DETEKSI FENOMENA
KAVITASI PADA POMPA SENTRIFUGAL DENGAN
MENGGUNAKAN PARAMETER SINYAL GETARAN
DAN PERUBAHAN TEMPERATUR
MOCHAMAD HALLEY
NIM. 05 0401 094
Telah diperiksa dan disetujui dari hasil seminar Tugas Skripsi Periode Ke-549 tanggal 10 Oktober 2009
Disetujui Oleh:
Dosen Penguji I Dosen Penguji II
STUDI EKSPERIMENTAL DETEKSI FENOMENA
KAVITASI PADA POMPA SENTRIFUGAL DENGAN
MENGGUNAKAN PARAMETER SINYAL GETARAN
DAN PERUBAHAN TEMPERATUR
MOCHAMAD HALLEY
NIM. 05 0401 094
Telah Diketahui Oleh: Pembimbing/Penguji
Dr.-Ing.Ir.Ikhwansyah Isranuri NIP.132 018 668
Dosen Penguji I Dosen Penguji II
Ir.Mulfi Hazwi,MSc Ir.Isril Amir NIP.130 905 356 NIP.130 517 501
Diketahui Oleh
Ketua Depertemen Teknik Mesin
ABSTRAK
Salah satu kegagalan yang terjadi pada pengoperasian pompa sentrifugal dilapangan adalah kavitasi.Kavitasi adalah peristiwa terbentuknya gelembung-gelembung uap di dalam fluida yang terjadi akibat turunnya tekanan fluida sampai di bawah tekanan uap jenuh fluida pada suhu operasi pompa. Net Positive Suction Head (NPSH) digunakan sebagai ukuran keamanan pompa terhadap kavitasi.Ada dua macam NPSH,yaitu NPSH yang tersedia pada sistem (NPSHA) dan NPSH yang diperlukan oleh pompa (NPSHR).Pompa terhindar dari kavitasi jika NPSHA lebih besar dari pada NPSHR.
Penelitian ini dilakukan dengan eksperimen dan analisa tentang perubahan prilaku kavitasi pada pompa sentrifugal akibat variasi NPSHA,perubahan temperatur fluida serta peningkatan sinyal getaran yang diukur pada rumah pompa sentrifugal.Metodelogi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 tahapan, yaitu pengujian langsung dan pengujian tak langsung. Dari data hasil pengujian ini akan dikembangkan dengan suatu metode statistik untuk mengetahui pengaruh variasi NPSHA, sinyal getaran dan kenaikan temperatur fluida terhadap fenomena kavitasi yang diolah secara statistik dengan program MS-Excel dan dianalisa sesuai perilaku getaran dan temperatur.
Untuk sinyal getaran terjadi peningkatan amplitudo simpangan masing-masing sebesar 1,80.10-6 m, 2,24.10-6 m dan 2,46. 10-6 m.Peningkatan amplitudo kecepatan masing-masing sebesar 1,38.10-5 m/s, 1,66.10-5 m/s dan 1,97.10-5 m/s. Serta peningkatan amplitudo percepatan masing-masing sebesar 1,038.10-4m/s2, 1,028.10-4 m/s2 dan 1,611.10-4 m/s2.Untuk pengukuran temperatur fluida didalam rumah pompa,untuk kondisi operasi pompa selama 5 jam terjadi peningkatan suhu fluida sebesar 0,010 oC, 0,032 oC dan 0,104 oC. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan sinyal getaran dan temperatur fluida didalam rumah pompa akibat variasi NPSHA.
Kata Kunci:Pompa Sentrifugal,Kavitasi,NPSH,Sinyal Getaran,Temperatur
ABSTRACT
One of failure in operation centrifugal pump is cavitation. Cavitation is one phenomenon appeared vapor bubbles because net pressure in fluid is less than vapor pressure of fluid in operation temperature of pump. Net Positive Suction Head (NPSH) used as safety parameter in cavitation. NPSH divided in two kinds, Net Positive Suction Head Required (NPSHR) and Net Positive Suction Head Available (NPSHA).Cavitation occurs when NPSHA drops blow NPSHR for a centrifugal pump.
This research implemented with experiment and analysis about change of characteristic cavitation in centrifugal pump cause variation NPSHA, change of temperature and increase vibration signal with measuring in centrifugal pump housing. Experiment method using in this research divided in two steps (direct and indirect experiment).Data from result of the experiment will developed with statistic method to understand effect from variation NPSHA, vibration signal and increase fluid temperature concerning cavitation phenomenon with statistic processing by
MS-Excel and analyzing agree with vibration and temperature behavior.
For vibration signal occurs increase displacement amplitude each 1,80. 10-6 m, 2,24. 10-6 m and 2,46. 10-6 m. Increase velocity amplitude each 1,38.10-5 m/s, 1,66.10-5 m/s and 1,97.10-5 m/s. And increase acceleration amplitude each 1,038.10-4 m/s2, 1,028.10-4 m/s2 and 1,611.10-4 m/s2.For measuring fluid temperature in housing pump, for operation condition in 5 hour occurs increase fluid temperature each 0,010 oC,0,032 oC and 0,104 oC. Result of this research describe occurs increase vibration signal and fluid temperature in pump housing cause variation NPSHA.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahNya yang telah memelihara dan memberikan kekuatan dan kesehatan kepada penulis selama penyelesaian skripsi yang berjudul “Studi Eksperimental Deteksi Fenomena Kavitasi pada Pompa Sentrifugal dengan Menggunakan
Sinyal Getaran dan Perubahan Temperatur” yang merupakan salah satu syarat
bagi penulis untuk dapat lulus menjadi Sarjana Teknik di Departemen Teknik Mesin,Fakultas Teknik,Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini,tidak sedikit hambatan yang dihadapi oleh penulis.Untuk itu penulis secara khusus menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada dosen pembimbing Dr.Ing.Ir.Ikhwansyah Isranuri,Ir.Mulfi Hazwi,MSc dan Ir.Isril Amir,yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan membimbing serta sumbangan pikiran bagi penulisan skripsi ini.
Selama penulisan skripsi ini,penulis banyak mendapat bantuan materil maupun moril dari berbagai pihak.Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis khusus mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis,Ayahanda tercinta Ir.H.A.Hamid Arsyad dan Ibunda Dra.Hj.T.Andromeda,yang telah begitu berjasa membimbing dan membuka cakrawala ilmu pengetahuan serta memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat mengikuti pendidikan di Fakultas Teknik USU. 2. Bapak Dr.Ing.Ir.Ikwansyah Isranuri dan Bapak Tulus Burhanuddin
Sitorus,ST.MT,selaku Ketua dan sekertaris Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU.
3. Bapak Ibnu Hajar,ST selaku rekan penulis selama melakukan penelitian di Laboraturium Noise/Vibration Control and Knowledge-Base in Ingineering Fakultas Teknik USU.
6. Saudaraku yang tercinta (dr.Lunaria Andora dan Askania Fadima,SKM.MKKK) dan keponakanku Aya Sophia Rafika yang telah memberikan semangat dan dukungan terbesar dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Dian Novalia S.E,yang telah memberikan dukungan terbesarnya dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
8. Sahabat karib penulis (Hengky, Surya, Roni, Dian, Dolli, Andri, Sepri, David.S, Gunawan, Yuda, Rahmad, Kurtubi, Supriyadi, Said,Raja.N dan Habibi),”They are the best friends I ever have”.
9. Sahabat penulis di Laboraturium Noise/Vibration Control and Knowledge-Base in Ingineering Fakultas Teknik USU (Bapak Suhardiman,Bapak Suhada dan Bapak David).
10. Seluruh rekan-rekan Mahasiswa Teknik Mesin stambuk 2005 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu,”Solidarity Forever ”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan di masa mendatang.
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Wassalamualaikum Wr.Wb.
Medan,Oktober 2009 Penulis,
DAFTAR ISI
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
i
ii
iv
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Notasi
BAB 1 Pendahuluan
vii
xii
xvi
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Pembatasan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 4
BAB 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Prinsip-Prinsip Dasar Pompa Sentrifugal 6
2.2 Klasifikasi Pompa Sentrifugal 6
2.3 Bagian-Bagian Utama Pompa Sentrifugal 7
2.4 Karakteristik Pompa Sentrifugal 10
2.5 Head Pompa 11
2.5.1 Head Tekanan 13
2.5.2 Head Kecepatan 13
2.5.3 Head Statis Total 14
2.5.4 Kerugian Head (Head Loss) 15
2.5.4.1 Mayor Head Loss (Mayor Loss) 15
2.5.4.2 Minor Head Loss (Minor Loss) 16
2.5.4.3 Total Loss 16
2.6 Kecepatan Spesifik Pompa 17
2.7 Kavitasi 18
2.8 Net Positive Suction Head (NPSH) 20
2.8.1 Net Positive Suction Head Available (NPSHA) 20 2.8.2 Net Positive Suction Head Requaired (NPSHR) 22
2.9 Sinyal Getaran (Vibrasi) 23
2.9.2 Gerak Periodik 25
2.9.3 Getaran Bebas (Free Vibration) 26
2.9.4 Getaran Paksa (Force Vibration) 27
2.9.5 Standart Vibrasi Pompa Sentrifugal 29
2.9.6 Pengolahan Data Vibrasi 31
2.9.6.1 Data Domain Waktu (Time Domain) 31
2.9.6.2 Data Domain Frekwensi (Frequency Domain) 32
2.10 Kerangka Konsep 33
BAB 3 Metode Penelitian
3.1 Tempat dan Waktu 35
3.2 Bahan,Peralatan,dan Metode 35
3.2.1 Bahan 35
3.2.2 Peralatan 37
3.2.3 Metode 41
3.3 Variabel yang Diamati 45
3.4 Pelaksanaan Penelitian 48
BAB 4 Hasil dan Pembahasan
4.1 Pendahuluan 49
4.2 Perhitungan Head Pompa 49
4.2.1 Tinggi Tekan Statis (Head Static) 50
4.2.2 Kehilangan Tinggi Tekan yang Terjadi pada Pipa Isap 51 4.2.3 Kehilangan Tinggi Tekan yang Terjadi pada Pipa Tekan 57 4.3 Hubungan Variasi Bukaan Katup dengan NPSHA pada Sisi Isap 63 4.4 Hubungan Variasi Bukaan Katup Isap dengan Tekanan pada
Manometer Isap 67
4.5 Hubungan Variasi Tinggi Tekan dengan Tekanan pada Manometer
Tekan 70
4.6 Hubungan Variasi Tinggi Tekan dengan Kapasitas Pengisian
Reservoir Tekan dan Putaran Poros Pompa 72
4.7 Analisa Getaran Pompa dengan Variasi NPSHA 81
4.7.1 Analisa Getaran Pompa pada NPSHA=10,30 m 81
4.7.3 Analisa Getaran Pompa pada NPSHA=10 m 100 4.7.4 Analisa Getaran Pompa pada NPSHA=8,61 m
4.7.5 Verifikasi Data Simpangan pada Berbagai Nilai NPSHA 4.7.6 Verifikasi Data Kecepatan pada Berbagai Nilai NPSHA 4.7.7 Verifikasi Data Percepatan pada Berbagai Nilai NPSHA 4.8 Analisa Temperatur pada Rumah Pompa
BAB 5 Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan 5.2 Saran Daftar Pustaka
Lampiran
109 118 124 130 136
143 147 xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Rumah Pompa Sentrifugal 8
Gambar 2.2. Kurva Pompa Aquavane KSB Type A32-160 10
Gambar 2.3. Skema Instalasi Pompa 12
Gambar 2.4. Kerusakan pada Permukaan Sudu Impeller akibat Kavitasi 18 Gambar 2.5. Posisi Pompa Terletak Diatas Permukaan Fluida yang diisap 21 Gamabr 2.6. Posisi Pompa Terletak Dibawah Permukaan Fluida yang
diisap 22
Gambar 2.7 Gerak Harmonik Sebagai Proyeksi Suatu Titik yang Bergerak
pada Lingkaran 25
Gambar 2.8. Gerak Priodik dengan Periode τ 26
Gambar 2.9. Sistem Pegas-Massa dan Diagram Benda Bebas 26
Gambar 2.10.
Gambar 2.11.
Sistem yang Terendam Karena Kekentalan dengan Eksitasi Harmonik
Standart ISO 10816-3 untuk Vibrasi
27 30
Gambar 2.12. Karakteristik Sinyal Statik dan Dinamik 31
Gambar 2.13. Hubungan Time Domain dengan Frequency Domain 32
Gambar 2.14. Kerangka Konsep Penelitian 34
Gambar 3.1. Pompa Sentrifugal 36
Gambar 3.2. Sistem Pemasangan Pompa dan Pendukungnya 36
Gambar 3.3. Profil Vibrometer Analog VM-3314A 38
Gambar 3.4. Profil Thermocouple Thermometer Tipe KW 06-278 Krisbow 39
Gambar 3.5. Profil Digital Photo Contact Tachometer 41
Gambar 3.6. Tampak Depan dan Samping Arah pengukuran 43
Gambar 3.7. Pengambilan Titik Pengukuran Vibrasi pada Pompa
Sentrifugal 44
Gambar 3.8. Tampak Depan dari Sistem Pemasangan Pompa dan
Instalasinya 46
Gambar 3.9. Tampak Atas dari Sistem Pemasangan Pompa dan Instalasinya 46
Gambar 3.10. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian 48
Gambar 4.2. Kehilangan Tinggi Tekan pada Pipa Isap 51
Gambar 4.3. Diagram Moody 53
Gambar 4.4. Kehilangan Tinggi Tekan Pipa Isap 57
Gambar 4.5. Kehilangan Tinggi Tekan Flowmeter 60
Gambar 4.6. Grafik Pembesaran dan Pengecilan Aliran Secara Tiba-Tiba 60
Gambar 4.7. Head Statis pada Sisi Isap Pompa 63
Gambar 4.8. Hubungan Variasi Bukaan Katup Isap dengan NPSHA 68 Gambar 4.9. Hubungan Variasi Tinggi Tekan dan Tekanan pada
Manometer Tekan 71
Gambar 4.10. Hubungan Tinggi Tekan dan Kapasitas Aktual untuk Kondisi
NPSHA=10,30m 76
Gambar 4.11. Hubungan Putaran Poros Pompa dan Kapasitas Aktual untuk
Kondisi NPSHA=10,30m 76
Gambar 4.12. Hubungan Tinggi Tekan dan Kapasitas Aktual untuk Kondisi
NPSHA=10,23m 77
Gambar 4.13. Hubungan Putaran Poros Pompa dan Kapasitas Aktual untuk
Kondisi NPSHA=10,23m 77
Gambar 4.14. Hubungan Tinggi Tekan dan Kapasitas Aktual untuk Kondisi
NPSHA=10m 78
Gambar 4.15. Hubungan Putaran Poros Pompa dan Kapasitas Aktual untuk
Kondisi NPSHA=10m 78
Gambar 4.16. Hubungan Tinggi Tekan dan Kapasitas Aktual untuk Kondisi
NPSHA=8,61m 79
Gambar 4.17. Hubungan Putaran Poros Pompa dan Kapasitas Aktual untuk
Kondisi NPSHA=8,61m 79
Gambar 4.18. Hubungan Head dan Kapasitas pada Masing-Masing Nilai
NPSHA 80
Gambar 4.19. Hubungan Simpangan dengan Frekwensi pada Frekwensi
Domain 85
Gambar 4.20. Hubungan Kecepatan dengan Frekwensi pada Frekwensi
Domain 86
Domain 87 Gambar 4.22. Hubungan Simpangan dengan Waktu pada Time Domain 88 Gambar 4.23. Hubungan Kecepatan dengan Waktu pada Time Domain 89 Gambar 4.24. Hubungan Percepatan dengan Waktu pada Time Domain 90 Gambar 4.25. Hubungan Simpangan dengan Frekwensi pada Frekwensi
Domain 94
Gambar 4.26. Hubungan Kecepatan dengan Frekwensi pada Frekwensi
Domain 95
Gambar 4.27. Hubungan Percepatan dengan Frekwensi pada Frekwensi
Domain 96
Gambar 4.28. Hubungan Simpangan dengan Waktu pada Time Domain 97 Gambar 4.29. Hubungan Kecepatan dengan Waktu pada Time Domain 98 Gambar 4.30. Hubungan Percepatan dengan Waktu pada Time Domain 99 Gambar 4.31. Hubungan Simpangan dengan Frekwensi pada Frekwensi
Domain 103
Gambar 4.32. Hubungan Kecepatan dengan Frekwensi pada Frekwensi
Domain 104
Gambar 4.33. Hubungan Percepatan dengan Frekwensi pada Frekwensi
Domain 105
Gambar 4.34. Hubungan Simpangan dengan Waktu pada Time Domain 106 Gambar 4.35. Hubungan Kecepatan dengan Waktu pada Time Domain 107 Gambar 4.36. Hubungan Percepatan dengan Waktu pada Time Domain 108 Gambar 4.37. Hubungan Simpangan dengan Frekwensi pada Frekwensi
Domain 112
Gambar 4.38. Hubungan Kecepatan dengan Frekwensi pada Frekwensi
Domain 113
Gambar 4.39. Hubungan Percepatan dengan Frekwensi pada Frekwensi
Domain 114
Waktu pada NPSHA yang Bervariasi 119 Gambar 4.44. Laju Pertambahan Amplitudo Simpangan Terhadap NPSHA
pada Arah Aksial 120
Gambar 4.45. Perbandingan Displacement pada Arah Vertikal Terhadap
Waktu pada NPSHA yang Bervariasi 121
Gambar 4.46. Laju Pertambahan Amplitudo Simpangan Terhadap NPSHA
pada Arah Vertikal 122
Gambar 4.47. Perbandingan Displacement pada Arah Horizontal Terhadap
Waktu pada NPSHA yang Bervariasi 123
Gambar 4.48. Laju Pertambahan Amplitudo Simpangan Terhadap NPSHA
pada Arah Horizontal 124
Gambar 4.49. Perbandingan Velocity pada Arah Aksial Terhadap Waktu
pada NPSHA yang Bervariasi 125
Gambar 4.50. Laju Pertambahan Amplitudo Kecepatan Terhadap NPSHA
pada Arah Aksial 126
Gambar 4.51. Perbandingan Velocity pada Arah Vertikal Terhadap Waktu
pada NPSHA yang Bervariasi 127
Gambar 4.52. Laju Pertambahan Amplitudo Kecepatan Terhadap NPSHA
pada Arah Vertikal 128
Gambar 4.53. Perbandingan Velocity pada Arah Horizontal Terhadap Waktu
pada NPSHA yang Bervariasi 129
Gambar 4.54. Laju Pertambahan Amplitudo Kecepatan Terhadap NPSHA
pada Arah Horizontal 130
Gambar 4.55. Perbandingan Acceleration pada Arah Aksial Terhadap Waktu
pada NPSHA yang Bervariasi 131
Gambar 4.56. Laju Pertambahan Amplitudo Percepatan Terhadap NPSHA
pada Arah Aksial 132
Gambar 4.57. Perbandingan Acceleration pada Arah Vertikal Terhadap
Waktu pada NPSHA yang Bervariasi 133
Gambar 4.58. Laju Pertambahan Amplitudo Percepatan Terhadap NPSHA
pada Arah Vertikal 134
Waktu pada NPSHA yang Bervariasi 135 Gambar 4.60. Laju Pertambahan Amplitudo Percepatan Terhadap NPSHA
pada Arah Horizontal 136
Gambar 4.61. Perbandingan Temperatur Rumah Pompa dengan NPSHA yang Bervariasi untuk Kondisi Operasi Pompa Selama 1 jam 137 Gambar 4.62. Perbandingan Temperatur Rumah Pompa dengan NPSHA yang
Bervariasi untuk Kondisi Operasi Pompa Selama 2 jam 138 Gambar 4.63. Perbandingan Temperatur Rumah Pompa dengan NPSHA yang
Bervariasi untuk Kondisi Operasi Pompa Selama 3 jam 139 Gambar 4.64. Perbandingan Temperatur Rumah Pompa dengan NPSHA yang
Bervariasi untuk Kondisi Operasi Pompa Selama 4 jam 140 Gambar 4.65. Perbandingan Temperatur Rumah Pompa dengan NPSHA yang
Bervariasi untuk Kondisi Operasi Pompa Selama 5 jam 141 Gambar 4.66. Verifikasi Data Temperatur pada Berbagai Nilai NPSHA dan
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Peralatan yang Dipasang pada Instalasi Pompa 47
Tabel 4.1 Kenaikan Kehilangan Tinggi Tekan dengan Tipe bukaan
Katup 64
Tabel 4.2 Nilai Koefisien Kopen untuk Tipe Screwed Valve 65 Tabel 4.3 Hubungan Bukaan Katup Isap dan Tekanan pada manometer
Isap 70
Tabel 4.4 Hubungan Variasi Tinggi Tekan dengan Kapasitas Pengisian
Reservoir Tekan dan Putaran Poros Pompa 75
Tabel 4.5 Data Rata-Rata Pengukuran Frekwensi Domain 81
Tabel 4.6 Data Rata-Rata Pengukuran Time Domain 81
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan ωt dan Amplitudo pada Frekwensi
Domain 83
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan ωt dan Amplitudo pada Time Domain 83 Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Karakteristik Getaran pada Frekwensi
Domain 83
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Karakteristik Getaran pada Time Domain 84 Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Fungsi Karakteristik Getaran pada
Frekwensi Domain 84
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Fungsi Karakteristik Getaran pada Time
Domain 84
Tabel 4.13 Hubungan Simpangan dengan Frekwensi pada Frekwensi
Domain 85
Tabel 4.14 Hubungan Kecepatan dengan Frekwensi pada Frekwensi
Domain 86
Tabel 4.15 Hubungan Percepatan dengan Frekwensi pada Frekwensi
Domain 87
Tabel 4.16 Hubungan Simpangan dengan Waktu pada Time Domain 88 Tabel 4.17 Hubungan Kecepatan dengan Waktu pada Time Domain 89 Tabel 4.18 Hubungan Percepatan dengan Waktu pada Time Domain 90
Tabel 4.20 Data Rata-Rata Pengukuran Time Domain 91 Tabel 4.21 Hasil Perhitungan ωt dan Amplitudo pada Frekwensi
Domain 91
Tabel 4.22 Hasil Perhitungan ωt dan Amplitudo pada Time Domain 92 Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Karakteristik Getaran pada Frekwensi
Domain 92
Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Karakteristik Getaran pada Time Domain 92 Tabel 4.25 Hasil Perhitungan Fungsi Karakteristik Getaran pada
Frekwensi Domain 93
Tabel 4.26 Hasil Perhitungan Fungsi Karakteristik Getaran pada Time
Domain 93
Tabel 4.27 Hubungan Simpangan dengan Frekwensi pada Frekwensi
Domain 94
Tabel 4.28 Hubungan Kecepatan dengan Frekwensi pada Frekwensi
Domain 95
Tabel 4.29 Hubungan Percepatan dengan Frekwensi pada Frekwensi
Domain 96
Tabel 4.30 Hubungan Simpangan dengan Waktu pada Time Domain 97 Tabel 4.31 Hubungan Kecepatan dengan Waktu pada Time Domain 98 Tabel 4.32 Hubungan Percepatan dengan Waktu pada Time Domain 99
Tabel 4.33 Data Rata-Rata Pengukuran Frekwensi Domain 100
Tabel 4.34 Data Rata-Rata Pengukuran Time Domain 100
Tabel 4.35 Hasil Perhitungan ωt dan Amplitudo pada Frekwensi
Domain 100
Tabel 4.36 Hasil Perhitungan ωt dan Amplitudo pada Time Domain 101 Tabel 4.37 Hasil Perhitungan Karakteristik Getaran pada Frekwensi
Domain 101
Tabel 4.38 Hasil Perhitungan Karakteristik Getaran pada Time Domain 101 Tabel 4.39 Hasil Perhitungan Fungsi Karakteristik Getaran pada
Frekwensi Domain 102
Tabel 4.40 Hasil Perhitungan Fungsi Karakteristik Getaran pada Time
Tabel 4.41 Hubungan Simpangan dengan Frekwensi pada Frekwensi
Domain 103
Tabel 4.42 Hubungan Kecepatan dengan Frekwensi pada Frekwensi
Domain 104
Tabel 4.43 Hubungan Percepatan dengan Frekwensi pada Frekwensi
Domain 105
Tabel 4.44 Hubungan Simpangan dengan Waktu pada Time Domain 106 Tabel 4.45 Hubungan Kecepatan dengan Waktu pada Time Domain 107 Tabel 4.46 Hubungan Percepatan dengan Waktu pada Time Domain 108
Tabel 4.47 Data Rata-Rata Pengukuran Frekwensi Domain 109
Tabel 4.48 Data Rata-Rata Pengukuran Time Domain 109
Tabel 4.49 Hasil Perhitungan ωt dan Amplitudo pada Frekwensi
Domain 109
Tabel 4.50 Hasil Perhitungan ωt dan Amplitudo pada Time Domain 110 Tabel 4.51 Hasil Perhitungan Karakteristik Getaran pada Frekwensi
Domain 110
Tabel 4.52 Hasil Perhitungan Karakteristik Getaran pada Time Domain 110 Tabel 4.53 Hasil Perhitungan Fungsi Karakteristik Getaran pada
Frekwensi Domain 111
Tabel 4.54 Hasil Perhitungan Fungsi Karakteristik Getaran pada Time
Domain 111
Tabel 4.55 Hubungan Simpangan dengan Frekwensi pada Frekwensi
Domain 112
Tabel 4.56 Hubungan Kecepatan dengan Frekwensi pada Frekwensi
Domain 113
Tabel 4.57 Hubungan Percepatan dengan Frekwensi pada Frekwensi
Domain 114
Tabel 4.58 Hubungan Simpangan dengan Waktu pada Time Domain 115 Tabel 4.59 Hubungan Kecepatan dengan Waktu pada Time Domain 116 Tabel 4.60 Hubungan Percepatan dengan Waktu pada Time Domain 117 Tabel 4.61 Perbandingan Displacement pada Arah Aksial Terhadap
Tabel 4.62 Perbandingan Displacement pada Arah Vertikal Terhadap
Waktu pada NPSHA yang bervariasi 120
Tabel 4.63 Perbandingan Displacement pada Arah Horizontal Terhadap
Waktu pada NPSHA yang bervariasi 122
Tabel 4.64 Perbandingan Velocity pada Arah Aksial Terhadap Waktu
pada NPSHA yang bervariasi 124
Tabel 4.65 Perbandingan Velocity pada Arah Vertikal Terhadap Waktu
pada NPSHA yang bervariasi 126
Tabel 4.66 Perbandingan Velocity pada Arah Horizontal Terhadap
Waktu pada NPSHA yang bervariasi 128
Tabel 4.67 Perbandingan Acceleration pada Arah Aksial Terhadap
Waktu pada NPSHA yang bervariasi 130
Tabel 4.68 Perbandingan Acceleration pada Arah Vertikal Terhadap
Waktu pada NPSHA yang bervariasi 132
Tabel 4.69 Perbandingan Acceleration pada Arah Horizontal Terhadap
Waktu pada NPSHA yang bervariasi 134
Tabel 4.70 Rekapitulasi Hasil Pengukuran Temperatur pada Rumah Pompa untuk Masing-Masing Kondisi Operasi Pompa 137 Tabel 4.71 Verifikasi data temperatur pada berbagai nilai NPSHA dan
DAFTAR NOTASI
Simbol Arti Satuan
A Amplitudo m
f Frekwensi Hz
fn Frekwensi natural Hz
g Percepatan gravitasi m/s2
H Head m
hf Mayor loss m
hm Minor loss m
k Kekakuan N/m
m Massa kg
n Putaran rpm
NPSHA Head isap positif netto yang tersedia m
NPSHR Head isap positif netto yang dibutuhkan m
P Tekanan kgf/cm2
Pv Tekanan uap jenuh kgf/cm2
T Periode s
t Waktu tempuh s
w Berat N
x Displacement m
x Velocity m/s
x
Acceleration m/s2
Z Head statis m
Simbol Yunani
τ Periode natural s
ρ Massa jenis fluida kg/m3
ω Frekwensi sudut rad/s
θ Sudut fase rad
μ Dynamic viscosity N.s/m2
υ Kinematic Viscosity m2/s
ABSTRAK
Salah satu kegagalan yang terjadi pada pengoperasian pompa sentrifugal dilapangan adalah kavitasi.Kavitasi adalah peristiwa terbentuknya gelembung-gelembung uap di dalam fluida yang terjadi akibat turunnya tekanan fluida sampai di bawah tekanan uap jenuh fluida pada suhu operasi pompa. Net Positive Suction Head (NPSH) digunakan sebagai ukuran keamanan pompa terhadap kavitasi.Ada dua macam NPSH,yaitu NPSH yang tersedia pada sistem (NPSHA) dan NPSH yang diperlukan oleh pompa (NPSHR).Pompa terhindar dari kavitasi jika NPSHA lebih besar dari pada NPSHR.
Penelitian ini dilakukan dengan eksperimen dan analisa tentang perubahan prilaku kavitasi pada pompa sentrifugal akibat variasi NPSHA,perubahan temperatur fluida serta peningkatan sinyal getaran yang diukur pada rumah pompa sentrifugal.Metodelogi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 tahapan, yaitu pengujian langsung dan pengujian tak langsung. Dari data hasil pengujian ini akan dikembangkan dengan suatu metode statistik untuk mengetahui pengaruh variasi NPSHA, sinyal getaran dan kenaikan temperatur fluida terhadap fenomena kavitasi yang diolah secara statistik dengan program MS-Excel dan dianalisa sesuai perilaku getaran dan temperatur.
Untuk sinyal getaran terjadi peningkatan amplitudo simpangan masing-masing sebesar 1,80.10-6 m, 2,24.10-6 m dan 2,46. 10-6 m.Peningkatan amplitudo kecepatan masing-masing sebesar 1,38.10-5 m/s, 1,66.10-5 m/s dan 1,97.10-5 m/s. Serta peningkatan amplitudo percepatan masing-masing sebesar 1,038.10-4m/s2, 1,028.10-4 m/s2 dan 1,611.10-4 m/s2.Untuk pengukuran temperatur fluida didalam rumah pompa,untuk kondisi operasi pompa selama 5 jam terjadi peningkatan suhu fluida sebesar 0,010 oC, 0,032 oC dan 0,104 oC. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan sinyal getaran dan temperatur fluida didalam rumah pompa akibat variasi NPSHA.
Kata Kunci:Pompa Sentrifugal,Kavitasi,NPSH,Sinyal Getaran,Temperatur
ABSTRACT
One of failure in operation centrifugal pump is cavitation. Cavitation is one phenomenon appeared vapor bubbles because net pressure in fluid is less than vapor pressure of fluid in operation temperature of pump. Net Positive Suction Head (NPSH) used as safety parameter in cavitation. NPSH divided in two kinds, Net Positive Suction Head Required (NPSHR) and Net Positive Suction Head Available (NPSHA).Cavitation occurs when NPSHA drops blow NPSHR for a centrifugal pump.
This research implemented with experiment and analysis about change of characteristic cavitation in centrifugal pump cause variation NPSHA, change of temperature and increase vibration signal with measuring in centrifugal pump housing. Experiment method using in this research divided in two steps (direct and indirect experiment).Data from result of the experiment will developed with statistic method to understand effect from variation NPSHA, vibration signal and increase fluid temperature concerning cavitation phenomenon with statistic processing by
MS-Excel and analyzing agree with vibration and temperature behavior.
For vibration signal occurs increase displacement amplitude each 1,80. 10-6 m, 2,24. 10-6 m and 2,46. 10-6 m. Increase velocity amplitude each 1,38.10-5 m/s, 1,66.10-5 m/s and 1,97.10-5 m/s. And increase acceleration amplitude each 1,038.10-4 m/s2, 1,028.10-4 m/s2 and 1,611.10-4 m/s2.For measuring fluid temperature in housing pump, for operation condition in 5 hour occurs increase fluid temperature each 0,010 oC,0,032 oC and 0,104 oC. Result of this research describe occurs increase vibration signal and fluid temperature in pump housing cause variation NPSHA.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia industri sangat menginginkan suatu jenis pompa sentrifugal yang
dapat beroperasi maksimal dan tahan dioperasikan dalam jangka waktu yang
lama, hal ini tidak terlepas dari jenis pompa, pemasangan dan pengoperasian yang
tepat sehingga akan bekerja sesuai dengan peruntukannya. Untuk menentukan
suatu peralatan bekerja sesuai dengan kondisi terbaiknya diperlukan indikator,
biasanya indikator yang sering digunakan adalah indikator yang dengan cepat
mendapatkannya seperti temperatur dan vibrasi.
Pompa sentrifugal adalah jenis pompa yang sangat banyak dipakai oleh
industri, terutama industri pengolahan dan pendistribusian air. Beberapa
keunggulan pompa sentrifugal adalah: harga yang lebih murah, kontruksi pompa
sederhana, mudah pemasangan maupun perawatan, kapasitas dan tinggi tekan
(head) yang tinggi, kehandalan dan ketahanan yang tinggi.
Disamping keunggulan dan kehandalan dari pompa sentrifugal tersebut,
masih banyak didapati kegagalan yang terjadi pada pengoperasian di lapangan.
Kegagalan pompa sentrifugal diantaranya adalah kegagalan bantalan (bearing),
penyetelan sambungan pada pompa dan motor,pondasi pompa,penggunaan bentuk
maupun bahan rangka pompa, getaran pada pipa tekan dan kavitasi. Dalam hal
kavitasi bagian pada pompa yang sering mengalami kavitasi adalah sisi isap
pompa.Hal ini terjadi jika tekanan isap pompa terlalu rendah hingga dibawah
kerusakan komponen pompa saat gelembung-gelembung fluida tersebut pecah
ketika melalui daerah yang lebih tinggi tekanannya,Kapasitas pompa menjadi
berkurang,Pompa tidak mampu membangkitkan head (beda tinggi tekan) dan
Berkurangnya efisiensi pompa.
Dari beberapa keunggulan serta kelemahan pengoperasian dan pemilihan
pompa sentrifugal, masih diperlukan penelitian yang lebih dalam tentang
pengoperasian yang terbaik dari segi tinggi tekan dan kapasitas sehingga kavitasi
pompa tidak terjadi dan pompa dapat beroperasi dalam keadaan baik , dimana
dalam hal ini kavitasi dapat menjadi penghambatan kinerja pompa.
Penyelidikan dan pengujian kavitasi pada pompa telah dilakukan oleh
beberapa peneliti dan balai pengujian dengan mengkaji dalam beberapa aspek
yang berbeda yaitu: J. Jeremi and K.Dayton (2000) yang mendeteksi kavitasi
yang mana eksperimen dilakukan pada sebuah pompa sentrifugal, fenomena
kavitasi di deteksi dengan pemantauan tekanan masuk dinamik di bagian isap.
Penelitian ini dapat dijadikan indikasi awal terjadinya kavitasi pada pompa
dengan munculnya suara bising dan metode ini bisa digunakan untuk mengetahui
keausan ring (seal). Seyed Farshid C.Hassan (2005), meneliti kavitasi pada
pompa sentrifugal menggunakan spektrum sinyal kebisingan. Penelitian ini
dilakukan dengan mengukur spektrum sinyal noise pada sudu pompa
menggunakan satu mikropon dan satu P.C soundcard yang dilengkapi dengan
Transform fourier dan Matlab 6.1 untuk mendapatkan frekwensi domain. Dari
penelitian ini diperoleh bahwa perbedaan tekanan bunyi pada beberapa frekwensi
dapat digunakan sebagai satu pemantauan utama permulaan kavitasi dan akibat
(2007), melakukan penelitian kaji eksperimental fenomena kavitasi pada sudu
pompa sentrifugal. Pada penelitian ini parameter yang digunakan untuk
mengamati adalah angka Thoma (ap), dan hasil yang diperoleh bahwa kavitasi
pada sudu pompa sentrifugal intensitasnya semakin besar pada angka kavitasi
rendah yang disebabkan oleh tekanan isap yang rendah, temperatur fluida tinggi,
kapasitas dan putaran besar. Selanjuntnya, Ni Yongyan Yuan Shouqi (2008),
melakukan penelitian mendeteksi kavitasi pompa sentrifugal menggunakan sinyal
percepatan getaran. Pada penelitian diketahui bahwa terjadinya kavitasi dengan
pergerakan sinyal frekwensi secara acak pada frekwensi disekitar sudu impeller.
Penelitian ini menggunakan metode Higuchi, ternyata sukses mendeteksi kavitasi
pada pompa sentrifugal
Dengan dilandasi pada latar belakang di atas peneliti memandang perlu
dilakukan suatu penelitian eksperimen dan analisa tentang perubahan prilaku
kavitasi pada pompa sentrifugal akibat variasi Net Positive Suction Head
Available(NPSHA),perubahan temperatur fluida serta peningkatan sinyal getaran
yang diukur pada rumah pompa sentrifugal .
1.2 Pembatasan Masalah
Pompa sentrifugal yang digunakan dalam penelitian ini adalah pompa
sentrifugal tipe single stage yang terdiri dari satu impeller dan satu casing. Pompa
ini adalah pompa dengan kondisi baru sehingga dapat dianggap bahwa poros,
impeller, kopling dalam kondisi baik (balance).Pompa sentrifugal ini
mendistribusikan air dari reservoir isap ke reservoir tekan yang memiliki beda
permasalahan kavitasi yang dipengaruhi oleh variasi NPSHA,perubahan sinyal
getaran,dan temperatur fluida didalam rumah pompa.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui penyebab terjadinya fenomena kavitasi pada pompa
sentrifugal.
2. Mendeteksi fenomena kavitasi yang terjadi pada pompa sentrifugal
dengan metode eksperimen menggunakan sinyal getaran.
3. Mengetahui hubungan kenaikan/penurunan temperatur fluida didalam
housing pompa pada saat peristiwa kavitasi akibat variasi NPSHA.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini nantinya merupakan suatu upaya nyata pihak perguruan
tinggi (khususnya lembaga penelitian) dalam memberikan informasi kepada
dunia industri tentang hubungan pompa, fenomena kavitasi, getaran (vibrasi),
dan temperatur.Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi mengenai metode pengujian fenomena kavitasi
pada pompa sentrifugal dan sebagai acuan untuk menghindari
terjadinya kavitasi.
2. Memberikan informasi kepada industri yang menggunakan pompa
sentrifugal tentang pemanfaatan sinyal getaran dan temperatur didalam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan
dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut.
Kenaikan tekanan cairan tersebut digunakan untuk mengatasi hambatan-hambatan
pengaliran. Hambatan-hambatan pengaliran itu dapat berupa perbedaan tekanan,
perbedaan ketinggian atau hambatan gesek.Klasifikasi pompa secara umum dapat
diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement
pump) dan pompa kerja dinamis (non positive displacement pump). Salah satu
jenis pompa kerja dinamis adalah pompa sentrifugal yang prinsip kerjanya
mengubah energi kinetik (kecepatan) cairan menjadi energi potensial (dinamis)
melalui suatu impeller yang berputar dalam casing. Pada Instalasi Pengolahan Air
(IPA),sebagian besar pompa yang digunakan ialah pompa bertipe sentrifugal.
Gaya sentrifugal ialah sebuah gaya yang timbul akibat adanya gerakan sebuah
benda atau partikel melalui lintasan lengkung (melingkar). Pompa sentrifugal
merupakan pompa kerja dinamis yang paling banyak digunakan karena
mempunyai bentuk yang sederhana dan harga yang relatif murah. Keuntungan
pompa sentrifugal dibandingkan jenis pompa perpindahan positif adalah gerakan
impeler yang kontinyu menyebabkan aliran tunak dan tidak berpulsa ,keandalan
operasi tinggi disebabkan gerakan elemen yang sederhana dan tidak adanya
katup-katup,kemampuan untuk beroperasi pada putaran tinggi, yang dapat dikopel
membutuhkan ruang yang kecil, lebih ringan dan biaya instalasi ringan,harga
murah dan biaya perawatan murah.
2.1 Prinsip -Prinsip Dasar Pompa Sentrifugal
Prinsip-prinsip dasar pompa sentrifugal ialah sebagai berikut:
• gaya sentrifugal bekerja pada impeller untuk mendorong fluida ke sisi luar
sehingga kecepatan fluida meningkat
• kecepatan fluida yang tinggi diubah oleh casing pompa (volute atau
diffuser) menjadi tekanan atau head.
2.2 Klasifikasi Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria, antara
lain:
1. Kapasitas :
• Kapasitas rendah : < 20 m3 / jam
• Kapasitas menengah : 20-60 m3 / jam
• Kapasitas tinggi : > 60 m3 / jam
2. Tekanan Discharge :
• Tekanan Rendah : < 5 Kg / cm2
• Tekanan menengah : 5 - 50 Kg / cm2
• Tekanan tinggi : > 50 Kg / cm2
3. Jumlah / Susunan Impeller dan Tingkat :
• Single stage : Terdiri dari satu impeller dan satu casing.
• Multi stage : Terdiri dari beberapa impeller yang tersusun seri dalam
• Multi Impeller : Terdiri dari beberapa impeller yang tersusun paralel
dalam satu casing.
• Multi Impeller – Multi stage : Kombinasi multi impeller dan multi stage.
4. Posisi Poros :
• Poros tegak
• Poros mendatar
5. Jumlah Suction :
• Single Suction
• Double Suction
6. Arah aliran keluar impeller :
• Radial flow
• Axial flow
• Mixed fllow
2.3 Bagian-Bagian Utama Pompa Sentrifugal
Secara umum bagian-bagian utama pompa sentrifugal dapat dilihat seperti
Gambar 2.1 Rumah pompa sentrifugal
1. Stuffing Box
Stuffing Box berfungsi untuk mencegah kebocoran pada daerah dimana
poros pompa menembus casing.
2. Packing
Digunakan untuk mencegah dan mengurangi bocoran cairan dari casing
pompa melalui poros. Biasanya terbuat dari asbes atau teflon.
3. Shaft
Shaft (poros) berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari penggerak
selama beroperasi dan tempat kedudukan impeller dan bagian-bagian
berputar lainnya.
4. Shaft sleeve
Shaft sleeve berfungsi untuk melindungi poros dari erosi, korosi dan
keausan pada stuffing box. Pada pompa multi stage dapat sebagai leakage
5. Vane
Sudu dari impeller sebagai tempat berlalunya cairan pada impeller.
6. Casing
Merupakan bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai
pelindung elemen yang berputar, tempat kedudukan diffusor (guide vane),
inlet dan outlet nozzel serta tempat memberikan arah aliran dari impeller
dan mengkonversikan energi kecepatan cairan menjadi energi dinamis
(single stage).
7. Eye of Impeller
Bagian sisi masuk pada arah isap impeller.
8. Impeller
Impeller berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari pompa menjadi
energi kecepatan pada cairan yang dipompakan secara kontinyu, sehingga
cairan pada sisi isap secara terus menerus akan masuk mengisi kekosongan
akibat perpindahan dari cairan yang masuk sebelumnya.
9. Wearing Ring
Wearing ring berfungsi untuk memperkecil kebocoran cairan yang
melewati bagian depan impeller maupun bagian belakang impeller, dengan
cara memperkecil celah antara casing dengan impeller.
10.Bearing
Bearing (bantalan) berfungsi untuk menumpu dan menahan beban dari
poros agar dapat berputar, baik berupa beban radial maupun beban axial.
Bearing juga memungkinkan poros untuk dapat berputar dengan lancar
2.4 Karakteristik Pompa Sentrifugal
Karakteristik dari pompa sentrifugal merupakan sebuah cara dimana tinggi
tekan tekanan diferensial bervariasi dengan keluaran (output) pada kecepatan
konstan. Karakteristik dapat juga menyertakan kurva efisiensi dan harga brake
horse power-nya. Kurva kapasitas tinggi tekan (Gambar 2.2) ditunjukkan sebagai
kapasitas peningkatan total tinggi tekan, dimana tinggi tekan pompa mampu untuk
dinaikkan atau dikurangi.Umumnya sebuah pompa sentrifugal akan menaikkan
tinggi tekan terbesarnya pada suatu titik, dimana tidak ada aliran yang sering
dianggap sebagai shut off head. Jika shut off head kurang dari harga maksimum
tinggi tekan, pompa menjadi tidak stabil dan dibawah beberapa kondisi dapat
memperbesar daya dan kecepatan fluktuasi yang menyebabkan getaran mekanis
[image:31.595.153.498.418.629.2]yang besar pada sistem pemipaan.
2.5 Head Pompa
Head pompa adalah energi per satuan berat yang harus disediakan untuk
mengalirkan sejumlah zat cair yang direncanakan sesuai dengan kondisi instalasi
pompa, atau tekanan untuk mengalirkan sejumlah zat cair,yang umumnya
dinyatakan dalam satuan panjang.Menurut persamaan Bernoulli yang berbunyi
“bila fluida inkompresibel mengalir sepanjang pipa yang penampangnya
mempunyai beda ketinggian,perbedaan tekanan tidak hanya tergantung pada
perbedaan ketinggian tetapi juga pada perbedaan antara kecepatan
dimasing-masing titik tersebut”.Dalam persamaan Bernoulli,ada tiga macam head (energi)
fluida dari sistem instalasi aliran, yaitu, energi tekanan, energi kinetik dan energi
potensial.Hal ini dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
g V Z P H
. 2
2
+ + =
γ
Lit 9,hal:105Dimana:
H = Head total pompa (m)
γ
P= Head tekanan (m)
Z = Head statis total (m)
g V
. 2
2
= Head kecepatan (m)
Karena energi itu kekal, maka bentuk head (tinggi tekan) dapat bervariasi
pada penampang yang berbeda. Namun pada kenyataannya selalu ada rugi-rugi
Gambar 2.3 Skema instalasi pompa
Pada kondisi yang berbeda seperti pada gambar di atas maka persamaan Bernoulli
adalah sebagai berikut :
L A B A B A A B B L B B B B A A A A H Z Z g V g V P P H B ke A Loss H Z g V P H Z g V P + − + − + − = + + + = + + + ) ( ) . 2 . 2 ( ) ( ) ( . 2 . 2 2 2 2 2
γ
γ
γ
γ
Karena γA = γB maka:
L A B A B A
B Z Z H
g V V
P P
H = − + − )+( − )+
. 2 ( ) ( 2 2
γ
L ST H H g V PH = ∆ + ∆ )+ +
. 2 ( ) ( 2
γ
Dimana:H = Head total pompa (m)
γ
P∆
= Head pompa karena perbedaan tekanan pada sisi isap dengan sisi
tekan (m) 1 3 4 2 5
A
B
g V
. 2
2
∆
= Head yang diakibatkan karena ada perbedaan kecepatan (m)
HST = Head statis (m)
HL = Head loss dari A ke B (m)
2.5.1 Head Tekanan
Head tekanan adalah perbedaan energi tekanan yang bekerja pada
permukaan zat cair pada sisi tekan dengan energi tekanan yang bekerja pada
permukaan zat cair pada sisi isap.Head tekanan dapat dinyatakan dengan rumus :
γ
γ
γ
d sP P
P
−
= Lit 9,hal:126
Dimana:
γ
P= Head tekanan (m)
γ
d P= Energi tekanan pada permukaan zat cair pada sisi tekan (m)
γ
s P= Energi tekanan pada permukaan zat cair pada sisi isap (m)
2.5.2 Head Kecepatan
Head kecepatan adalah perbedaan antar energi kecepatan zat cair pada
saluran tekan dengan energi kecepatan zat cair pada saluran isap.Head kecepatan
g V g V
Hk d s
. 2 .
2
2 2
−
= Lit 9,hal:126
Dimana:
Hk = Head kecepatan
g Vd
. 2
2
= Energi kecepatan zat cair pada saluran tekan
g Vs
. 2
2
= Energi kecepatan zat cair pada saluran isap
2.5.3 Head Statis Total
Head statis total adalah perbedaan tinggi antara permukaan zat cair pada
sisi tekan dengan permukaan zat cair pada sisi isap.Head statis total dapat
dinyatakan dengan rumus :
Z = Zd −Zs Lit 9,hal:126
Dimana:
Z = Head statis total
Zd = Beda tinggi tekan statis pada sisi tekan
Zs = Beda tinggi tekan statis pada sisi isap
Tanda + : Jika permukaan zat cair pada sisi isap lebih rendah dari
sumbu pompa.
Tanda - : Jika permukaan zat cair pada sisi isap lebih tinggi dari
2.5.4 Kerugian Head (Head Loss)
Kerugian energi per satuan berat fluida dalam mengaliran cairan dalam
sistem perpipaan disebut sebagai kerugian head (head loss).Head loss terdiri dari
mayor head loss (hf),minor head loss (hm),dan total loss (htot)
2.5.4.1Mayor Head Loss (Mayor Loss)
Merupakan kerugian energi sepanjang saluran pipa yang dinyatakan
dengan rumus :
g V D
L f hf
. 2 . .
2
= Lit 9,hal:431
Dimana:
hf = Mayor loss (m)
f = Faktor gesekan
L = Panjang pipa (m)
V = Kecepatan fluida dalam pipa (m/det)
D = Diameter dalam pipa (mm)
Harga f (faktor gesekan) didapat dari diagram Moody sebagai fungsi dari Angka
Reynold (Reynolds Number) dan Kekasaran relatif (Relative Roughness - ε/D ),
yang nilainya dapat dilihat pada grafik sebagai fungsi dari nominal diameter pipa
dan kekasaran permukaan dalam pipa (e) yang tergantung dari jenis material
pipa.Sedangkan besarnya Reynolds Number dapat dihitung dengan rumus :
µ
ρ
.V .DRe = Lit 9,hal:432
Dimana:
ρ
= Massa jenis fluida (kg/m3)V = Kecepatan rata-rata aliran (m/det)
D= Diameter dalam pipa (mm)
µ
= Dynamic viscosity (N.s/m2)Apabila aliran laminar (Re < 2100),faktor gesekan (f) dapat dicari dengan
pendekatan rumus:
Re 64
=
f Lit 9,hal:433
Apabila aliran turbulen (Re > 4000),faktor gesekan (f) dapat dicari dengan
diagram moody.
2.5.4.2Minor Head Loss (Minor Loss)
Merupakan kerugian head pada fitting,elbow dan valve yang terdapat
sepanjang sistem perpipaan. Dapat dicari dengan menggunakan Rumus :
g v f hm
. 2 .
2
= Lit 9,hal:437
Dimana:
hm = Minor loss (m)
f = Koefisien kerugian dari fitting,elbow dan valve
2.5.4.3Total Loss
Total loss merupakan kerugian total sistem perpipaan, yaitu :
htot = hf +hm Lit 9,hal:430
g V D Le f htot
. 2 . .
2
= Lit 9,hal:430
Dimana:
htot = Total loss (m)
hf = Total mayor loss (m)
hm = Total minor loss (m)
Le = Panjang ekivalen dari fitting dan valve ditambah panjang pipa (m)
f = Faktor gesekan
2.6 Kecepatan Spesifik Pompa
Performansi pompa sentrifugal (kecuali turbin regeneratif) dihubungkan
pada suatu parameter yang disebut kecepatan spesifik (specific speed). Seperti
yang didefinisikan oleh The Hydraulic Institute hal ini merupakan hubungan
antara kapasitas, tinggi tekan, dan kecepatan pada efisiensi optimum yang
mengklasifikasikan impeller pompa dengan respek terhadap persamaan geometris.
Kecepatan spesifik merupakan sebuah bilangan aljabar yang dinyatakan sebagai:
4 3 2 1
.
H Q N
Ns = Lit 18,hal:46
Dimana:
NS = Kecepatan spesifik pompa (m/min)
N = Putaran pompa (rpm)
Q = Kapasitas pompa (m3/min)
2.7 Kavitasi
Kavitasi adalah peristiwa terbentuknya gelembung-gelembung uap di
dalam cairan yang terjadi akibat turunnya tekanan cairan sampai di bawah tekanan
uap jenuh cairan pada suhu operasi pompa. Gelembung uap yang terbentuk dalam
proses ini mempunyai siklus yang sangat singkat. Knapp (Karassik dkk, 1976)
menemukan bahwa mulai terbentuknya gelembung sampai gelembung pecah
hanya memerlukan waktu sekitar 0,003 detik. Gelembung ini akan terbawa aliran
fluida sampai akhirnya berada pada daerah yang mempunyai tekanan lebih besar
daripada tekanan uap jenuh cairan. Pada daerah tersebut gelembung tersebut akan
pecah dan akan menyebabkan shock pada dinding di dekatnya. Cairan akan masuk
secara tiba-tiba ke ruangan yang terbentuk akibat pecahnya gelembung uap tadi
sehingga mengakibatkan tumbukan. Peristiwa ini akan menyebabkan terjadinya
kerusakan mekanis pada pompa.
Gambar 2.4 Kerusakan pada permukaan sudu impeller akibat kavitasi
Satu gelembung memang hanya akan mengakibatkan bekas kecil pada dinding
namun bila hal itu terjadi berulang-ulang maka bisa mengakibatkan terbentuknya
lubang-lubang kecil pada dinding. Bahkan semua material bisa rusak oleh kavitasi
masuk ke dalam pompa akan lebih memperparah kerusakan sebab akan
menyebabkan erosi pada dinding impeller. Bagian dari pompa sentrifugal yang
paling rawan terkena kavitasi adalah sisi impeller dekat sisi isap yang bertekanan
rendah juga tutup impeller bagian depan yang berhubungan dengan sisi isap.
Hammit (Karassik dkk, 1976) menemukan hubungan yang rumit antara kecepatan
aliran dengan kerusakan pada pompa akibat kavitasi. Kerusakan tersebut akan
meningkat seiring dengan kenaikan kecepatan aliran.Kavitasi yang terjadi pada
pompa sentrifugal sangatlah merugikan. Hal-hal yang diakibatkan oleh kavitasi
antara lain: terjadinya suara berisik dan getaran (noise and
vibration),terbentuknya lubang-lubang kecil pada dinding pipa isap,performansi
pompa akan turun,bisa menyebabkan kerusakan pada impeller.Kavitasi sedapat
mungkin harus dihindari agar impeller dan komponen-komponen pompa yang lain
bisa lebih awet. Cara-cara yang bisa digunakan untuk menghindari terjadinya
kavitasi antara lain : Tekanan sisi isap tidak boleh terlalu rendah (pompa tidak
boleh diletakkan jauh di atas permukaan cairan yang dipompa sebab
menyebabkan head statisnya besar),Kecepatan aliran pada pipa isap tidak boleh
terlalu besar (bagian yang mempunyai kecepatan tinggi maka tekanannya akan
rendah. Oleh karena itu besarnya kecepatan aliran harus dibatasi, caranya dengan
membatasi diameter pipa isap (tidak boleh terlalu kecil).Menghindari instalasi
berupa belokan-belokan tajam (pada belokan yang tajam kecepatan aliran fluida
akan meningkat sedangkan tekanan fluida akan turun sehingga menjadi rawan
2.8 Net Positive Suction Head (NPSH)
Kavitasi akan terjadi bila tekanan statis suatu aliran turun sampai dibawah
tekanan uap jenuhnya.Untuk menghindati kavitasi diusahakan agar tidak ada satu
bagianpun dari aliran didalam pompa yang mempunyai tekanan statis lebih rendah
dari tekan uap jenuh cairan pada temperatur yang bersangkutan.Dalam hal ini
perlu diperhatikan dua macam tekanan yang memegang peran
penting.Pertama,tekanan yang ditentukan oleh kondisi lingkungan dimana pompa
dipasang,dan kedua,tekanan yang ditentukan oleh keadaan aliran didalam pompa.
Berhubungan dengan dua hal diatas maka didefinisikanlah suatu Net
Positive Suction Head (NPSH) atau Head Isap Positif Neto yang dipakai sebagai
ukuran keamanan pompa terhadap kavitasi.Ada dua macam NPSH,yaitu NPSH
yang tersedia pada sistem (instalasi),dan NPSH yang diperlukan oleh pompa.
Pompa terhindar dari kavitasi jika NPSH yang tersedia lebih besar daripada NPSH
yang dibutuhkan.
2.8.1 Net Positive Suction Head Available (NPSH yang tersedia)
NPSH yang tersedia adalah head yang dimiliki oleh zat cair pada sisi isap
pompa dikurangi dengan tekanan uap jenuh zat cair ditempat tersebut.Dalam hal
pompa yang mengisap zat cair dari tempat terbuka,maka besarnya NPSH yang
tersedia dapat dituliskan sebagai berikut:
sv hs hls Pv
Pa
h = − − −
γ
γ
Lit 18,hal:44Dimana:
hsv = NPSH yang tersedia (m)
Pv = Tekanan uap jenuh (kg/m2)
γ = Berat zat cair per satuan volume (kg/m3 )
hs = Head isap statis (m), hs adalah positif (bertanda +) jika pompa terletak
diatas permukaan zat cair,dan negatif (bertanda -) jika dibawah.
hls = Kerugian head didalam pipa isap (m).
Jika zat cair diisap dari tangki tertutup,maka harga Pa menyatakan tekanan
mutlak yang bekerja pada permukaan zat cair didalam tangki tertutup
tersebut.Khususnya jika tekanan diatas permukaan zat cair sama dengan tekanan
uap jenuhnya,maka Pa = Pv.Dalam hal pompa yang mengisap zat cair dari tempat
terbuka,maka besarnya NPSH yang tersedia dapat dituliskan sebagai berikut:
hsv = −hs −hls Lit 18,hal:45
Harga hs adalah negatif (-) karena permukaan zat cair didalam tangki lebih tinggi
dari pada sisi isap pompa.Pemasangan pompa semacam ini diperlukan untuk
mendapatkan harga NPSHA positif.
Gambar 2.5 Posisi pompa terletak diatas permukaan fluida yang diisap
hls
hsv
hs
g v hsv
. 2
2
−
g v
. 2
2
γ
Pa
γ
Pv
Referensi EL
Gambar 2.6 Posisi pompa terletak dibawah permukaan fluida yang diisap
2.8.2 Net Positive Suction Head Required (NPSH yang diperlukan)
Tekanan terendah didalam pompa biasanya terdapat disuatu titik dekat
setelah sisi masuk sudu impeller.ditempat tersebut,tekanan adalah lebih rendah
dari pada tekanan pada lubang isap pompa.Hal ini disebabkan oleh kerugian head
dinosel isap,kenaikan kecepatan aliran karena luas penampang yang
menyempit,dan kenaikan kecepatan aliran karena tebal sudu setempat.
Agar tidak terjadi pengupan zat cair,maka tekanan pada lubang masuk
pompa dikurangi dengan penurunan tekanan didalam pompa harus lebih tinggi
dari pada tekanan uap zat cair.Head tekanan yang besar sama dengan penurunan
tekanan ini disebut NPSH yang diperlukan/net positive suction head
required.Besarnya NPSH yang diperlukan berbeda untuk setiap pompa.Untuk
suatu pompa tertentu , NPSH yang diperlukan berubah menurut kapasitas dan
putarannya.Agar pompa dapat bekerja tanpa mengalami kavitasi,maka harus
dipenuhi syarat NPSH yang tersedia lebih besar dari pada NPSH yang γ
Pv
hsv hs g
v . 2
2
hls
g v hsv
. 2
2
−
Referensi
diperlukan.Harga NPSH yang diperlukan harus diperoleh dari pabrikan pompa
yang bersangkutan.Namun untuk penaksiran secara kasar,NPSH yang diperlukan
dapat dihitung dengan persamaan:
N N sv
H H
=
σ
Lit 18,hal:45Dimana:
σ = Koefisien kavitasi Thoma
HsvN = NPSH yang diperlukan (m)
HN = Head total pompa pada titik efisiensi maksimum (m).
Kecepatan spesifik sisi isap (S) dapat juga digunakan sebagai pengganti Koefisien
kavitasi Thoma dalam menghitung NPSH yang diperlukan.Hubungannya dapat
dilihat dalam persamaan:
svN ( )4/3.QN2/3 S
n
H = Lit 18,hal:45
Dimana:
HsvN = NPSH yang diperlukan (m)
n = Putaran pompa (rpm)
QN = Kapasitas pompa (m3/min)
S = Kecepatan spesifik sisi isap (m/min).
2.9 Sinyal Getaran (Vibrasi)
Indikator yang baik untuk menentukan apakah suatu peralatan yang
berputar dalam kondisi baik adalah getaran, semangkin kecil nilai suatu getaran
semangkin baik peralatan tersebut, sebaliknya apabila suatu peralatan yang
tersebut cukup rawan. Oleh karena itu, suatu peralatan yang berputar sebaiknya
memiliki suatu nilai getaran standart dan batasan getaran yang diperbolehkan
(dibuat oleh pabrik pembuatan peralatan tersebut), sehingga apabila nilai getaran
yang terjadi diluar batasan yang diizinkan maka peralatan tersebut harus
menjalani tindakan perawatan (perbaikan).
2.9.1 Gerak Harmonik
Gerak osilasi dapat berulang secara teratur. Jika gerak itu berulang dalam
selang disebut waktu yang sama, maka geraknya disebut gerak periodik. Waktu
pengulangan τ disebut dengan periode osilasi dan kebalikannya, f = 1/ τ disebut
frekwensi. Jika gerak dinyatakan dalam fungsi waktu x(t), maka setiap gerak
periodik harus memenuhi hubungan (t)=x(1+ τ ). Secara umum, gerak harmonik
dinyatakan dengan persamaan:
τ
π
t Sin Ax = . 2 Lit 20,hal:6
dimana A adalah amplitudo osilasi yang diukur dari posisi setimbang massa, dan τ
adalah periode dimana gerak diulang pada t = τ. Gerak harmonik sering
dinyatakan sebagai proyeksi suatu titik yang bergerak melingkar dengan
kecepatan tetap pada suatu garis lurus, seperti terlihat pada Gambar 2.5.Dengan
kecepatan sudut garis OP sebesar ω, perpindahan simpangan x dapat dituliskan
sebagai:
x = A.Sin
ϖ
t Lit 20,hal:7 Besaran ω biasanya diukur dalam radian per detik dan disebut frekwensif
t
π
π
ϖ
= 2 = 2 Lit 20,hal:7dengan τ dan f adalah periode dan frekuensi gerak harmonik berturut-turut dan
biasanya diukur dalam detik dan siklus per detik.
Kecepatan dan percepatan gerak harmonik dapat diperoleh secara mudah
dengan diferensiasi simpangan gerak harmonik. Dengan menggunakan notasi titik
untuk turunannya, maka didapat:
)
2 sin(
cos
ϖ
ϖ
ϖ
π
ϖ
= += A t A t
x Lit 20,hal:7
x= −
ϖ
Asinϖ
t =ϖ
2Asin(ϖ
t+π
) Lit 20,hal:7Gambar 2.7 Gerak Harmonik sebagai proyeksi suatu titik yang bergerak pada
lingkaran
2.9.2 Gerak Periodik
Pada getaran biasanya beberapa frekwensi yang berbeda ada secara
bersama-sama. Sebagai contoh, getaran dawai biola terdiri dari frekwensi dasar f
dan semua harmoniknya 2f, 3f, dan seterusnya. Contoh lain adalah getaran bebas
sistem dengan banyak derajat kebebasan, dimana getaran pada tiap frekwensi
natural memberi sumbangannya. Getaran semacam ini menghasilkan bentuk
Gambar 2.8 Gerak periodik dengan periode τ
2.9.3 Getaran Bebas (Free Vibration)
Getaran bebas terjadi jika sistem berosilasi karena bekerjanya gaya yang
ada dalam sistem itu sendiri (inherent) dan apabila tidak ada gaya luar yang
bekerja. Sistem yang bergetar bebas akan bergetar pada satu atau lebih frekwensi
naturalnya yang merupakan sifat dinamika yang dibentuk oleh distribusi massa
dan kekakuannya.
Gambar 2.9 Sistem pegas-massa dan diagram benda bebas
Hukum Newton kedua adalah dasar pertama untuk meneliti gerak sistem,
pada gambar 2.9 perubahan bentuk pegas pada posisi kesetimbangan adalah Δ dan
gaya pegas kΔ adalah sama dengan gaya gravitasi w yang bekerja pada massa m.
k∆ = w = mg Lit 20,hal:18
Hukum Newton kedua untuk gerak diterapkan pada massa m:
dan karena kΔ=w,diperoleh:
mx= −kx Lit 20,hal:18
frekwensi lingkaran
m k
n =
2
ϖ
, sehingga:0
2
=
+ x
x
ϖ
n Lit 20,hal:19
sehingga persamaan umum persamaan diferensial linier orde kedua yang
homogen:
0 cos
sin + =
= A t B t
x
ϖ
nϖ
n Lit 20,hal:19Perioda natural osilasi dibentuk dari
ϖ
nτ
= 2π
, atau:k m
π
τ
= 2 Lit 20,hal:19dan frekuensi natural adalah:
k m
fn
π
τ
21
=
= Lit 20,hal:19
2.9.4 Getaran Paksa (Forced Vibration)
Getaran yang terjadi karena rangsangan gaya luar disebut getaran paksa
seperti pada Gambar 2.10. Eksitasi ini biasanya dihasilkan oleh ke tidak
seimbangan pada mesin-mesin yang berputar.
Persamaan diferensial geraknya adalah:
mx+cx+ kx = F0 sin
ϖ
t Lit 20,hal:51Solusi khusus persamaan diatas adalah keadaan tunak (steady state) dengan
frekwensi ω yang sama dengan frekwensi eksitasi. Solusi khusus dapat
diasumsikan berbentuk:
) sin(
ϖ
−φ
= X t
x Lit 20,hal:52
dengan A adalah amplitudo osilasi dan ф adalah beda fase simpangan terhadap
gaya eksitasi,sehingga diperoleh:
2 2 2 ) ( )
(k m
ω
cϖ
Fo A
+ −
= * Lit 20,hal:52
dan 2 1 tan
ϖ
ϖ
φ
m k c − = −** Lit 20,hal:52
Dengan membagi pembilang dan penyebut persamaan * dan ** dengan k,
diperoleh: 2 2 2 ) ( ) 1 ( k c k m k Fo A
ϖ
ω
+ −= Lit 20,hal:52
) ( 1 tan 2 k m k c
ϖ
ϖ
φ
−= Lit 20,hal:53
Persamaan-persamaan di atas selanjutnya dapat dinyatakan dalam besaran-besaran
= =
m k
ϖ
frekwensi natural osilasi tanpa redaman=
= n
e m
C 2
ϖ
redaman kritis= =
e C
C
ς
faktor redamann e e k C C C k C
ϖ
ϖ
ς
ϖ
ϖ
= = = 2Jadi persamaan amplitude dan fasa yang non-dimensional menjadi:
2 2 2 ( 2 ) ( 1 1 + − = n n o F Xk
ϖ
ϖ
ς
ϖ
ϖ
Lit 20,hal:53 2 1 2 tan − = n nϖ
ϖ
ϖ
ϖ
ς
φ
Lit 20,hal:532.9.5 Standart Vibrasi Pompa Sentrifugal
Sampai saat ini sangat sulit untuk mendapatkan standart vibrasi untuk
pompa sentrifugal,bahkan pabrikan pembuat pompa tidak dapat memberikan
standar vibrasi dari pompa buatanya.Demikian juga dengan vibrasi yang timbul
akibat kesalahan perencanaan dan pengoperasian,seperti tinggi tekan dan
kapasitas pompa jauh lebih besar dari tinggi tekan sistem atau instalasi.Sehingga
pengoperasian yang dilakukan dengan mengatur secara paksa tinggi tekan dan
kapasitas yang akan menimbulkan vibrasi yang besar.Berdasarkan standart ISO
kecepatan (velocity) yang dikategorikan dalam beberapa zona dan warna seperti
ditunjukkan pada gambar 2.11.
Velocity
10-1000Hz>600rpm 2-1000Hz>120rpm
11
7.1 4.5
3.5 2.8
` 2.3
1.4 0.71 x 10-5m/s rigid flexible rigid flexible rigid flexible rigid flexible FOUNDATION
pumps > 15 KW radial,axial,mixed flow
medium size machine 15 KW<P<300KW
large machine
300KW<P<50MW MACHINE TYPE integrated driver external driver motors
160mm<H<315mm
motors 315<H
[image:51.595.82.543.139.389.2]Group 4 Group 3 Group 2 Group 1 Group
Gambar 2.11 Standart ISO 10816-3 untuk vibrasi
Dari gambar 2.11 dapat dilihat bahwa sesuai dengan standart vibrasi ISO
10816-3 untuk vibrasi dikategorikan kepada 4 zona yaitu:
a. Zona A berwarna hijau,vibrasi dari mesin sangat baik dan dibawah
vibrasi yang diijinkan.
b. Zona B berwarna hijau muda,vibrasi dari mesin baik dan dapat
dioperasikan karena masih dalam batas yang diizinkan.
c. Zona C berwarna kuning,vibrasi dari mesin dalam batas toleransi dan
hanya dioperasikan dalam waktu terbatas.
d. Zona D berwarna merah,vibrasi dari mesin dalam batas berbahaya dan
2.9.6 Pengolahan Data Vibrasi
2.9.6.1Data Domain Waktu (Time Domain)
Pengolahan data time domain melibatkan data hasil pengukuran objek
pemantauan sinyal getaran, tekanan fluida kerja, temperatur fluida kerja maupun
aliran fluida kerja. Dalam kasus pengukuran temperatur dengan termometer yang
konvensional karena karakteristik alat ukurnya, maka tidak dapat dilakukan
pengukuran temperatur secara dinamik. Demikian pula halnya dengan pengukuran
aliran fluida kerja, sehingga untuk memungkinkan pengukuran objek pemantauan
berupa sinyal dinamik, maka diperlukan sensor yang memiliki karakteristik
dinamik tertentu.
Gambar 2.12 Karakteristik sinyal statik dan dinamik
Hasil pengukuran objek pemantauan dalam domain waktu seperti Gambar
2.12 dapat berupa sinyal:
1. Sinyal statik, yaitu sinyal yang karakteristiknya (misal: amplitudo, arah
kerjanya) tidak berubah terhadap waktu.
2. Sinyal dinamik, yaitu sinyal yang karakteristiknya berubah terhadap waktu,
Sinyal dinamik yang sering ditemui dalam praktek berasal dari sinyal getaran,
baik yang diukur menggunakan accelerometer, vibrometer, maupun sensor
simpangan getaran.Untuk keperluan pengolahan sinyal getaran dalam time
domain, perlu diperhatikan karakteristik sinyal getaran yang dideteksi oleh
masing-masing sensor percepatan (acceleration), kecepatan (velocity), dan
simpangan getaran (displacement).
2.9.6.2Data Domain Frekwensi (Frequency Domain)
Pengolahan data frekwensi domain umumnya dilakukan dengan tujuan:
a. Untuk memeriksa apakah amplitudo suatu frequency domain dalam
batas yang diizinkan oleh standart.
b. Untuk memeriksa apakah amplitudo untuk rentang frekwensi tertentu
masih berada dalam batas yang diizinkan oleh standart.
c. Untuk tujuan keperluan diagnosis.
Secara konseptual,pengolahan frequency domain dilakukan dengan
mengkonversikan data time domain ke dalam frequency domain.Dalam praktiknya
proses konversi ini dilakukan menggunakan proses Transformasi Fourier Cepat
seperti terlihat pada Gambar 2.13.
Gambar 2.13 Hubungan time domain dengan frequency domain
Fre q ue nc y Do m a in
F F T
F F T
Data domain waktu merupakan respon total sinyal getaran, sehingga karakteristik
masing-masing sinyal getarannya tidak terlihat jelas. Dengan bantuan konsep
deret Fourier, maka sinyal getaran ini dapat dipilah-pilah menjadi komponen
dalam bentuk sinyal sinus yang frekwensinya merupakan frekwensi-frekwensi
dasar dan harmoniknya.
2.10 Kerangka Konsep
Sejalan dengan rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai, maka
konsep pemecahan masalah dalam kegiatan penelitian eksperimen ini dijabarkan
secara terstruktur dalam diagram konseptual penelitian, seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.14 Kerangka Konsep Penelit