PENGARUH KONSENTRASI NaOH SEBAGAI MEDIA
PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA KARBON
MENENGAH DENGAN ADANYA PERLAKUAN PANAS
SKRIPSI
JUPENTO SINAGA 070801019
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH KONSENTRASI NaOH SEBAGAI MEDIA
PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA KARBON
MENENGAH DENGAN ADANYA PERLAKUAN PANAS
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana sains
JUPENTO SINAGA 070801019
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PENGARUH KONSENTRASI NaOH SEBAGAI MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT
MEKANIK BAJA KARBON MENENGAH DENGAN ADANYA PERLAKUAN PANAS Kategori : SKRIPSI
Nama : JUPENTO SINAGA
NIM : 070801019
Program Studi : SARJANA (S1) FISIKA Departemen : FISIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dilaksanakan di : Medan, Juni 2012
Diketahui/disetujui oleh
Departemen Fisika FMIPA USU
Ketua Pembimbing
PERNYATAAN
PENGARUH KONSENTRASI NaOH SEBAGAI MEDIA
PENDINGINTERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA KARBON MENENGAH DENGAN ADANYA PERLAKUAN PANAS
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2012
PENGHARGAAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena berkat kasih karunianya dan berkat penyertaan Tuhan yang selalu senantiasa menjaga dan membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.Sungguh Tuhan maha kasih,Maha baik dan Maha murah hati.Terimakasih buat kasih-Mu yang selalu menyertai aku dalam setiap langkahku dalam sepanjang kehidupanku.
Tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Strata satu (S1) pada jurusan fisika bidang Material,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan tugas akhir ini,penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun material.Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr.Perdinan Sinuhaji,MS selaku Dosen pembimbing yang telah banyak memberikan banyak bimbingan dan masukan dan juga telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing saya dalam tugas akhir ini.
2. Juga untuk Bapak Ir.Sabar Situmorang dan bu Fitri dan juga semua asisten Laboratorium Material Test PTKI yang telah memberi saya masukan – masukan dan berbagai bimbingan yang diberikan kepada penulis selama penelitian.
3. Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Marhaposan Situmorang selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA USU.
4. Bapak Dr.Sutarman ,M.Sc selaku Dekan FMIPA USU.
5. Bapak/ibu seluruh staf pengajar di jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alamyang telah membimbing saya mulai dari semester awal semasa perkuliahan sampai pada selesainya Tugas Akhir ini dan seluruh jajaran staff dan pegawai penulis ucapkan terima kasih.
6. Yang terutama dan yang terpenting saya ucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua saya J.Sinaga dan S.Sitohang yang senantiasa membimbing,mendukung,dan selalu memberikan penulis motivasi – motivasi yang sangat berguna kepad saya dan segala perhatian baik berupa moril maupun materi dan juga yang tidak henti – hentinya mendoakan saya.
7. Juga untuk kedua abangku Belgianto Sinaga dan Leonardo Sinaga dan kedua Boru kami Voneysha netaniel br Sinaga dan Gebby yosevha br Sinaga yang selalu mendukung dan mendoakan saya.
8. Sartika Pastima H yang telah banyak membantu dan mendukung dalam Pengerjaan Tugas akhir ini dan memberikan dukungan Doa dan Semangat. 9. Juga saya ucapakan terimaksih kepada teman – teman saya saya mahasiswa –
10.Tidak lupa saya ucapkan pada Abang/kakak senior maupun alumni Fisika USU dan adik Stambuk Fisika USU trimakasih atas dukungan dan Doanya.Semoga Tuha Memberkati kita semua.
Menyadari akan keterbatasan ilmu yang dimiliki penulis dan juga keterbatasan wakttu,saya merasa bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna,untuk itu dengan segala kerendahan hati,penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi menyempurnakan tugas akhir ini.
Medan, Juli 2012
JUPENTO SINAGA 070801019
ABSTRAK
Telah dilakukan sebuah penelitian tentang pengaruh konsentrasi NaOH sebagai media pendingin terhadap sifat mekanik baja karbon menengah dengan adanya perlakuan panas.
THE INFLUENCE OF THE CONCENTRATION OF THE NaOH AS A COOLING MEDIUM ON THE MECHANICAL PROPERTIES OF MEDIUM
CARBON STEEL WITH A HEAT TREATMENT
ABSTRACT
DAFTAR ISI BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Baja 5
BAB III Metodologi Penelitian 3.1 Alat Dan Bahan Penelitian 21
3.1.1Alat 3.1.2Bahan 21
3.2 Prosedur Percobaan 22
3.2.2 Prosedur untuk Pengujian Bahan 22
3.2.3 Prosedur Kekerasan Metode Rockwell 23
3.2.4 Prosedur Uji Tarik 24
3.2.5 Prosedur Analisi Struktur Mikro 26
3.3 Teknik Analisa Data 26
3.4 Diagram Alir 37
BAB IV Hasil Dan Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian 28
4.1.1Kekerasan 29
4.1.2 Kekuatan Tarik 29
4.1.3 Pengamatan Strukrur Mikro 31
4.2 Pembahasan 37
4.2.1 Kekerasan 37
4.2.2 Pengujian Kekuatan Tarik 38
4.2.3 Pengamatan Struktur Mikro 39
BAB V Kesimpulan Dan Saran 5.1 Kesimpulan 40
5.2 Saran 41
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Pengkristalan kembali pada beberapa logam 10 Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian Kekerasan 29 Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian Kekuatan Tarik 30
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Diagram Keseimbangan (Equilibrium) 14
Gambar 2.2 Hubungan Antara Kandungan Karbon dengan Kekerasan baja 16
Gambar 2.3 Hubungan Antara Kandungan Karbon dengan Suhu 16
Gambar 3.1 Bahan uji kekerasan 23
Gambar 3.2 Alat Uji Kekerasan 24
Gambar 3.3 Bahan uji tarik 25 Gambar 3.4 Alat Uji tarik 25
Gambar 3.5 Alat Analisis Struktur Mikro 26
Gambar 4.1 Struktur Mikro Baja Karbon Menengah tanpa perlakuan panas 31
Gambar 4.2 Struktur Mikro Baja Karbon Menengah setelah proses perlakuan panas dicelup langsung ke dalam larutan NaOH 5% 32
Gambar 4.3 Struktur Mikro Baja Karbon Menengah setelah proses perlakuan panas dicelup langsung ke dalam larutan NaOH 10% 33
Gambar 4.4 Struktur Mikro Baja Karbon Menengah setelah proses perlakuan panas dicelup langsung ke dalam larutan NaOH 15% 34
Gambar 4.5 Struktur Mikro Baja Karbon Menengah setelah proses perlakuan panas dicelup langsung ke dalam larutan NaOH 20% 35
Gambar 4.6 Struktur Mikro Baja Karbon Menengah setelah proses perlakuan panas dicelup langsung ke dalam larutan NaOH 25% 36
Gambar 4.7 Grafik Hubungan antara konsentrasi NaOH terhadap kekerasan Baja Karbon Menengah 37
ABSTRAK
Telah dilakukan sebuah penelitian tentang pengaruh konsentrasi NaOH sebagai media pendingin terhadap sifat mekanik baja karbon menengah dengan adanya perlakuan panas.
THE INFLUENCE OF THE CONCENTRATION OF THE NaOH AS A COOLING MEDIUM ON THE MECHANICAL PROPERTIES OF MEDIUM
CARBON STEEL WITH A HEAT TREATMENT
ABSTRACT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kebutuhan akan bahan logam dalam pembuatan alat – alat dan sarana kehidupan
semakin meningkat. Mulai dari peralatan yang paling sederhana sampai pada
peralatan yang paling rumit, misalnya perabot rumah tangga, jembatan, bangunan,
kendaraan, dan konstruksi pesawat terbang.
Dalam meningkatkan kekerasan bahan tersebut dapat dilakukan dengan proses
perlakuan panas. Perlakuan panas ( Heat – treatment) adalah proses yang memanaskan
logam dalam keadaan padat sampai suhu tertentu dan kemudian didinginkan muntuk
memberi sifat fisis atau mekanis yang lebih sempurna pada logam. Dengan cara
perlakuan panas dapat juga dilakukan perubahan ukuran dan bentuk butir – butiran
logam (Amanto, 1999).
Kekerasan dapat didefinisikan sebagai ketahanan terhadap penetrasi atau
kemampuan bahan untuk tahan terhadap penggoresan indentasi atau penetrasi. Nilai
kekerasan berkaitan dengan kekuatan tarik atau luluh logam karena selama
penjajakan, logam mengalami deformasi plastis sehingga terjadi regangan dengan
persentasi tertentu. Kekerasan juga berhubungan dengan ketahanan aus dari logam.
(Smallman, 1991).
Telah dilakukan penelitian sebelumnya (Rajagukguk, 2005), dan hasil
penelitian mengenai pengaruh pendingin terhadap kekuatan tarik baja karbon
menengah disimpulkan bahwa kekuatan tarik untuk bahan original, kekuatan tarik
ratanya adalah 744,04 x 106 N/�2. Untuk bahan yang dihardening quenching dengan oli kekuatan rata – ratanya adalah 1306,73 x 106 N/�2. Untuk bahan yang dihardening quenching dengan air kekuatan rata – ratanya adalah 98,85 x 106 N/�2.
Selanjutnya, penelitian mengenai pengaruh NaCl sebagai media pendingin
pada perlakuan panas terhadap sifat mekanik baja karbon menengah memberikan hasil
bahwa nilai kekerasannya meningkat dari 9,6 HRC untuk bahan yang original menjadi
58,4 HRC, 58,1 HRC, 57,4 HRC, 56,3 HRC, dan 55,8 HRC untuk masing masing
konsentrasi yang berbeda. Dan nilai uji tariknya juga meningkat dari 765,56 MPa,
1132,56 MPa, dan 779,58 MPa untuk masing – masing konsentrasi yang berbeda
(Agustina 2007).
Setelah memperhatikan hasil dan kesimpulan dari penelitian – penelitian di
atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Konsentrasi NaOH Sebagai Media Pendingin Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon Menegah Dengan Adanya Perlakuan Panas”.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penilitian ini yaitu:
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi NaOH sebagai media pendingin
terhadap kekerasan, dan kekuatan tarik baja karbon menengah setelah
dilakukan proses perlakuan panas dan pendinginan.
2. Melihat mikro struktur baja karbon menengah setelah dilakukan proses
perlakuan panas dan pendinginan.
3. Bagaimana struktur kristal baja karbon menengah setelah dilakukan
proses perlakuan panas dan pendinginan.
1.3. BATASAN MASALAH
Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah yaitu melakukan variasi lanjutan
menengah dengan perlakuan panas. Pengujian yang dilakukan yaitu kekerasan,
kekuatan tarik, mengamati struktur mikro, struktur kristal baja karbon menengah
1.4. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh konsentrasi NaOH sebagai media pendingin terhadap
kekerasan ,dan kekuatan tarik baja karbon menengah setelah dilakukan proses
perlakuan panas dan pendinginan.
2. Melihat mikro struktur baja karbon menengah setelah dilakukan proses
perlakuan panas dan pendinginan.
3. Bagaimana struktur kristal baja karbon menengah setelah dilakukan proses
perlakuan panas dan pendinginan.
1.5. MANFAAT PENELITIAN
1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dalam mempelajari
bagaimana pengaruh media pendingin terhadap bahan logam setelah melalui
proses perlakuan panas dan untuk menambah wawasan penulis dalam bidang
material.
2. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat membantu masyarakat untuk
membandingkan bahan logam setelah melalui proses perlakuan panas dan
pendinginan dengan NaOH terhadap pendingin yang lain.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada masing-masing bab adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini mencakup latar belakang penelitian, rumusan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini membahas tentang landasan teori yang menjadi
acuan untuk proses pengambilan data, analisa data serta
pembahasan.
Bab III Metodologi Penelitian
Bab ini membahas tentang waktu dan tempat penelitian,
peralatan dan bahan penelitian, diagram alir penelitian dan
prosedur penelitian.
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Bab ini membahas tentang data hasil penelitian dan analisa
data yang diperoleh dari penelitian.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian dan memberikan saran untuk penelitian yang lebih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Baja
Baja termasuk logam fero dan logam karbon. Dimana komposisi dasar terdiri sari besi
(Fe) dan karbon. Walaupun baja dapat didefenisikan sebagai campuran karbon dan
besi, tetapi tidak ada satu jenis baja pun yang hanya terdiri dari dua elemen ini.
Karena proses pembuatan dan sifat-sifat alamiah dari bahan-bahan mentah yang
digunakan, semua baja mengandung bahan-bahan mentah yang digunakan, semua baja
mengandung bahan-bahan lain yang tidak murni dalam jumlah kecil yang bervariasi,
seperti fosfor (P), mangan (Mn), silikon (Si), dan sulfur (S) bercampur dengan
elemen-elemen sisa lainnya (Love, 1982). Persentase dari unsur-unsur tersebut sangat
mempengaruhi sifat dasar lolgam baja yang dihasilkan sebelum baja digunakan, perlu
diketahui komposisi dari unsur-unsur baja tersebut agar tidak terjadi kesalahan dalam
penggunaannya (Amanto, 1999).
Ada beberapa cara mengklasifikasikan baja, yaitu :
1. Menurut cara pembuatannya : Baja Bessemer, Baja Siemen Martin, Baja Listrik.
2. Menurut pemakaiannya : Baja perkakas, Baja Mesin, Baja Konstruksi, Baja Pegas, dan Baja Tahan Karat.
3. Menurut kekuatan atau sifat mekanisnya : Baja Kekuatan Lunak, Baja Kekuatan Tinggi.
4. Menurut struktur mikronya : Baja Eutektoid, Baja Hipoeutektoid, Baja Hipereutektoid, Baja Austenit, Baja Ferrit, dan Baja Martensit.
5. Menurut komposisi kimianya : Baja Larbon, Baja paduan.
6. Menurut proses laku panasnya : Baja Keras Air, dan Baja Keras Minyak.
2.1.1. Baja Karbon
Menurut komposisi kimianya, baja dapat dibagi dua kelompok besar, yaitu : baja
karbon dan baja paduan. Baja karbon bukan berarti baja yang sama sekali tidak
mengandung unsur lain, selain besi dan karbon. Baja karbon masih mengandung
sejumlah unsur lain tetapi masih dalam batas-batas tertentu yang tidak banyak
berpengaruh terhadap sifatnya. Unsur-unsur ini biasanya merupakan ikatan yang
berasal dari proses pembuatan baja seperti mangan dan silikon dan beberapa unsur
pengotoran, seperti belerang, fosfor, oksigen, dan nitrogen yang biasanya ditekan
sampai kadar yang sangat kecil.
Baja karbon dapat digolongkan menjadi tiga bagian berdasarkan jumlah
kandungan karbon, yaitu :
1. Baja Karbon Rendah ( Low Carbon Steel )
Baja ini disebut baja ringan ( mild steel ) atau abaj perkakas, baja
karbon rendah bukan baja yang keras, karena kandungan karbonnya rendah
kurang dari 0,3%. Baja ini mempunyai sifat seperti lunak, mudah dibentuk,
dilas, dan dikerjakan dengan mesin sehingga dapat dijadikan mur, baut, batang
tarik dan perkakas silinder.
2. Baja Karbon Menengah ( Medium Carbon Steel )
Baja karbon menengah menagndung karbon 0,3 - 0,6% dan kandungan
karbonnya memungkinkan baja untuk dikeraskan sebagian dengan pengerjaan
panas (Heat – Treatment) yang sesuai. Baja karbon menengah digunakan
untuk sejumlah peralatan mesin seperti roda gigi otomotif, batang torak, rantai,
dan pegas.
3. Baja Karbon Tinggi ( High Carbon Steel )
Baja karbon tinggi mengandung karbon 0,6 – 1,5% dibuat dengan cara digiling
panas. Pembentukan baja ini dilakukan dengan cara menggerinda
permukaannya, misalnya bor dan batang dasar. Baja ini digunakan untuk
2.1.2. Baja Paduan
Baja paduan yaitu baja yang dicampur denga satu atau lebih unsur campuran. Seperti
nikel, kromium, molibem, vanadium, mangan, dan wolfram yang berguna untuk
memperoleh sifat-sifat baja yang dikehendaki ( kuat, keras, liat ), tetapi unsur karbon
tidak dianggap sebagai salah satu unsur campuran.
Kombinasi antara dua atau lebih unsur campuran memberikan sifat khas
dibandingkan dengan menggunakan satu unsur campuran, misalnya baja yang
dicampur dengan unsur kromium dan nikel akan menghasilkan baja yang mempunyai
sifat keras dan kenyal (sifat logam ini membuat baja dapat dibentuk dengan cara
dipalu, ditempa, digiling dan ditarik tanpa mengalami patah atau retak-retak). Jika
baja yang dicampur dengan kromium dan molibden ,akan mengahasilkan baja yang
mempunyai sifat keras yang baik dan sifat kenyal yang memuaskan serta tahan
terhadap panas.
2.1.3. Unsur Campuran Pada Baja
1. Unsur Campuran Dasar (Karbon)
Unsur karbon adalah unsur campuran yang paling penting dalam pembentukan
baja. Jumlah persentase dan bentuknya membawa pengaruh yang amat besar terhadap
sifatnya. Tujuan utama penambahan unsur lain ke dalam baja adalah untuk mengubah
pengaruh dari karbon. Unsur karbon dapat bercampur dalam besi dan baja setelah
didinginkan secaa perlahan-lahan pada temperatur kamar dalam bentuk sebagai
berikut :
a) Larut dalam besi untuk membentuk larutan pada ferit yang mengandung
karbon di atas 0,006 pada temperatur sekitar 725 ºC. Ferit bersifat lunak, tidak
kuat dan kenyal.
b) Sebagai campuran kimia dalam besi, campuran ini disebut sebagai sementit
(Fe3C) yang mengandung 6,67% karbon. Sementit bersifat keras dan rapuh. 2. Unsur Campuran Lain
Di samping campuran kimia dan besi, juga terdapat unsur-unsur campuran lainnya
(S), mangan (Mn) dan silikon (Si). Pengaruh unsur tersebut pada baja adalah sebagai
berikut :
a) Unsur posfor
Unsur fosfor membentuk larutan besi fosfida. Baja yang mempunyai titik cair
yang rendah tetap menghasilkan sifat yang keras dan rapuh. Baja mengandung
unsur fosfor sekitar 0,05%.
b) Unsur Sulfur
Unsur sulfur membahayakan sulfida yang mempunyai titik cair rendah dan
rapuh. Kandungan sulfur harus dijaga agar serendah-rendahnya sekitar 0,05%.
c) Unsur Silikon
Silikon membuat baja tidak stabil, tetapi unsur ini menghasilkan lapisan grafit
yang menyebabkan baja tidak kuat. Baja mengandung silikon sekitar 0,1 –
0,3%.
d) Unsur Mangan
Unsur mangan yang bercampur dengan sulfur akan menghasilkan mangan
sulfida dan diikuti pembentukan besi sulfida. Baja mengandung mangan lebih
dari 1%.
2.2. Perlakuan Panas (Heat Treatment)
Untuk memperbaiki sifat – sifat mekanis suatu logam perlu adanya suatu
perlakuan panas.Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan
logam dalam keadaan padat untuk mengubah sifat – sifat fisis logam tersebut.Melalui
perlakuan panas yang tepat,tegangan dalam dapat dihilangkan besar butir dapat
diperbesar atau diperkecil, ketangguhan ditingkatkan atau dapat dihasilkan suatu
permukaan keras disekeliling inti yang ulet (Amstead,1992).
Proses yang dilakukan dalam perlakuan panas terdiri dari empat bagian seperti,
Pelunakan (Annealing), Penormala (Normalising), Mengeraskan (Haerdening) dan
Menemper (Tempering).
• Penormalan ( Normalising ) adalah proses pemanasan di atas suhu kritis atas
dan dikeluarkan dari tungku untuk didinginkan di udara terbuka.
• Mengeraskan ( Hardening ) adalah perlakuan panas pada baja dari titik kritis atas kemudian dilakukan pendinginan cepat ( quenching ).
• Menemper ( Tempering ) merupakan pemanasan kedua dimana baja
dipanaskan sampai di bawah titik kritis bawah kemudian dilakukan
pendinginan ( Love, 1982 )
Perlakuan panas pada baja dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Pemanasan pada temperatur rendah
Pengerjaan ini adalah tidak akan menghasilkan suatu perubahan dalam struktur
baja. Yang terjadi hanya perubahan kecil pada sifat mekaniknya. Apabila
dalam pengerjaan ini dihasilkan suatu permukaan baja yang keras, maka dapat
dihilangkan dengan cara penuangan. Pengerjaan penuangan dapat dilakukan di
dalam mesin perkakas.
2. Pemanasan dalam suhu tinggi
Apabila baja dipanaskan terus-menerus yang mengakibatkan suhu pemanasan
naik dan mencapai suhu tertentu, maka terjadi pembentukan butiran-butiran
baru yang bentuk dan ukurannya kecil dan halus. Pembentukan butiran dapat
terjadi walaupun ukuran original sebelumnya besar dan kasar, karena
perubahan terjadi sebelum pengerjaan dingin. Proses tersebut dikenal dengan
proses pengkristalan kembali. Temperatur pengkristalan kembali untuk
beberapa logam dapat dilihat pada tabel 2.1. Pengkristalan dapat dikatakan
kompleks apabila seluruh struktur logam terdiri dari butir-butir halus.
Tabel 2.1. Pengkristalan kembali pada beberapa logam
Jenis Logam Temperatur (ºC)
Pengkristalan kembali Titik Cair
Tembaga 200 1083
Media pendingin adalah merupakan suatu sarana akan suatu zat, baik berupa larutan,
padatan maupun gas yang sifatnya sebagai pendingin terhadap bahan logam setelah
melalui proses perlakuan panas yang juga sangat mempengaruhi perubahan fisis atau
sifat-sifat mekanik dari bahan logam.
Pada umumnya media pendinngin yang dipakai pada proses perlakuan panas
tergantung pada pemanasan apa yang dilakukan serta pembentukan sifat baru yang
ingin didapatkan sehingga diperlukan adanya variasi pada media pendingin yang juga
merupakan faktor pengendali jenis serta sifat bahan logam yang akan dihasilkan.
Proses perlakuan panas yang biasanya dilakukan untuk media pendingin dilakukan
dengan temperatur yang berbeda serta dengan adanya variasi dari konsentrasi media
pendingin. Dimana dengan meningkatnya konsentrasi larutan akan mengurangi
kecepatan pendinginan.
Sebagai media pendingin yang umum dipakai tergantung dari pembentukan sifat serta
sesuai dengan proses pemanasan yang dilakukan, adalah sebagai berikut :
a. Udara
Pendinginan di udara adalah merupakan suatu pendinginan secara
perlahan-lahan di ruangan terbuka yang bertujuan untuk menormalkan kembali
struktur logam karena adanya efek pengerjaan terhadap bahan baja, pada
pendinginan di udara terjadi pada fasa austenisasi, 500C – 600C di dalam daerah austenit murni. Pendinginan di udara mencegah terjadinya segresi
proetekrad yang berlebihan dan terbentuknya struktur mikro perlit yang halus,
dengan media pendinginan adalah udara terjadi pada proses Annealing dimana
pada proses ini terjadi pada pendinginan secara perlahan- lahan daripada
proses Normalising, pada proses pendinginan secara Annealing pendinginan
dilakukan pada tungku ( furnance ) atau di ruang yang agak tertutup sehingga
jumlah udara yang masuk agak terbatas yang akan mempengaruhi kecepatan
pendinginan.
b. Oli, NaCl, NaOH, dan Air
Pendinginan di oli, NaCl, NaOH, dan air merupakan suatu pendinginan
dengan kecepatan setelah dilakukan pemanasan sampai temperatur 500C di atas temperatur titik kritis selama beberapa waktu, proses pendinginan
biasanya juga disebut dengan celup langsung. Pendinginan dengan kecepatan
akan menghasilkan martensit yang keras dan agak rapuh. Pada proses
pendinginan ini akan terbentuk austensit yang lebih padat daripada martensit
dan juga lebih padat dari ferit ditambah dengan karbida, hal ini yang
merupakan masalah pada pendinginan secara celup langsung dari autensit ke
martensit Karena bagian tengah yang lebih lambat pendinginannya
bertransformasi dan muai, setelah permukaannya lebih cepat pendinginannya
menjadi martensit yang rapuh jadi retak dapat terjadi pada baja dengan ukuran
lembaran atau kawat khususnya bila kadar karbon lebih besar dari 0,5%.
c. Larutan NaOH
Logam natrium sangat reaktif dengan air, sehingga reaksinya dapat
menimbulkan ledakan. Jika natrium direndam dalam air, natrium bereaksi
dengan cepat menghasilkan gelembung gas hidrogen yang dapat terbakar dan
suatu zat yang disebut Natrium Hidroksida ( NaOH ) atau disebut sebagai
Lindi.
Larutan NaOH merupakan penghantar listrik yang baik dan juga larutan
NaOH merupakan basa kuat dari natrium.
Kegunaan Logam Alkali dan Senyawanya
Kegunaan natrium ( Na )
• Sebagai pendingin pada reaktor nuklir
• Natrium digunakan pada pengolahan logam-logam tertentu
• Natrium digunakan pada industri pembuatan bahan anti ketukan pada bensin
yaitu TEL (tetraetillead)
• Uap natrium digunakan untuk lampu natrium yang dapat menembus kabut
• Untuk membuat senyawa natrium seperti Na2O2 (natrium peroksida) dan NaCN (natrium sianida)
• Natrium juga digunakan untuk foto sel dalam alat-alat elektronik.
Kegunaan Senyawa Natrium
Natrium Klorida
Senyawa natrium yang paling banyak diproduksi adalah natrium klorida (NaCl).
Natrium klorida dibuat dari air laut/ dari garam batu. Kegunaan senyawa natrium
klorida antara lain :
• Bahan baku untuk membuat natrium (Na), klorin (Cl2), hydrogen (H2), hydrogen klorida (HCl) serta senyawa- senyawa natrium seperti NaOH dan
Na2CO3.
• Pada industri susu serta pengawetan ikan dan daging.
• Di negara yang bermusim dingin, natrium klorida digunakan untuk mencairkan
salju di jalan raya.
• Regenerasi alat pelunak air.
• Pada pengolahan kulit.
• Pengolahan bahan makanan yaitu sebagai bumbu masak atau garam dapur.
Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida dihasilkan melalui elektrolisis larutan NaCl. Natrium hidroksida
disebut dengan nama kaustik soda atau soda api yang banyak digunakan dalam
• Industri sabun dan deterjen. Sabun dibuat dengan mereaksikan lemak atau
minyak dengan NaOH.
• Industri pulp dan kertas. Bahan dasar pembuatan kertas adalah selulosa (pulp)
dengan cara memasak kayu, bambu dan jerami dengan kaustik soda (NaOH).
• Pada pengolahan aluminium Kaustik soda digunakan untuk mengolah bauksit
menjadi Al2O3 (alumina) murni.
• NaOH juga digunakan dalam industri tekstil, plastik, pemurnian minyak bumi,
serta pembuatan senyawa natrium lainnya seperti NaClO.
2.4.1.Pengerasan(Hardening)
Pengerasan adalah proses pemanasan baja samapai suhu di atas daerah
kritis, disusul dengan pendinginan yang cepat. Bila kadar karbon diketahui,
suhu pemanasannya dapat dibaca dan diagram keseimbangan seperti
gambar 2.1. Akan tetapi, bila komposisi baja tidak diketahui perlu
dilakukan percobaan untuk mengetahui daerah pemanasannya.
600
% KARBON DALAM BESI PEARLITE SEPENUHNYA
Sumber : Love, 1982
Gambar 2.1. Diagram Keseimbangan.
Kekerasan yang dapat dicapai tergantung pada persentase kadar karbon dalam
temperature), holding time dan laju pendinginan yang dilakukan serta seberapa tebal
bagian penampang yang menjadi keras bergantung pada herdenability.
Untuk memperoleh kekerasan yang baik (martensit yang keras) maka pada saat
pemanasan harus dapat dicapai struktur austenit, karena hanya austenit yang dapat
bertransformasi menjadi martensit. Bila pada saat pemanasan masih terdapat struktur
lain maka pada saat didinginkan akan diperoleh struktur yang tidak seluruhnya terdiri
dari martensit. Bila struktur lain itu bersifat lunak, misalnya ferit maka tentunya
kekerasan yang tercapai juga tidak akan maksimum.
Untuk menentukan temperatur pemanasan yang baik untuk proses pengerasan
yang dilakukan terhadap suatu baja perlu dilakukan suatu percobaan pemanasan dan
quenching pada beberapa temperatur dan dianalisis struktur yang terjadi.
Pada beberapa literatur dan juga pada brosur dari pabrik pembuatan baja dapat
diperoleh daerah temperatur pemanasan untuk hardening yang juga akan saling
tergantung pada beberapa faktor lain, antara lain holding time (Dalil dkk, 1999).
2.4.2.Pengerasan Baja
Pengerasan yang dilakukan secara langsung adalah baja dipanaskan untuk
menghasilkan struktur austenit dan selanjutnya didinginkan. Pembentukan sifat-sifat
dalam baja bergantung pada kandungan karbon, temperatur pamanasan, sistem
pendinginan serta bentuk dan ketebalan bahan.
1. Pengaruh unsur karbon
Supaya dihasilkan suatu perubahan sifat-sifat baja, maka unsur karbon yang
larut dalam padat harus secukupnya setelah dilakukan pendinginan untuk
menghasilkan perubahan lapisannya. Jika kandungan karbon kurang dari
0,15%, maka tidak terjadi perubahan sifat-sifat baja setelah didinginkan.
Kenaikan kandungan karbon berhubungan dengan kenaikan kekuatan dan
kekerasan sebagai hasil dari pendinginan. Tetapi kenaikan tersebut akan
mengurangi kekenyalan pada baja seperti gambar 2.2.
Supaya terjadi palarutan yang lengkap sebagai hasil dari pendinginan, maka
penting adanya pelarutan unsur karbon dalam jumlah yang cukup laruatan
padat sebgai hasil dari pemanasan. Baja yang mengandung karbon kurang dari
0,83% dipanaskan di atas titik kritis atas (tertinggi). Seluruh unsur karbon
masuk ke dalam larutan padat dan selanjutnya didinginkan. Baja dengan
kandungan karbon lebih dari 0,83% biasanya dipanaskan hanya sedikit di atas
titik kritis terndah (bawah). Dalam hal ini tidak terjadi perubahan perlit
menjadi austenit. Pendinginan yang dilakukan pada suhu itu akan membentuk
martensit, seperti gambar 2.3. Sewaktu kandungan karbon di atas 0,83% tidak
terjadi perubahan sementit bebas menjadi austenit karena larutannya telah
menjadi keras. Sehingga perlu dilakukan pemanasan pada suhu tinggi untuk
mengubahnya dalam bentuk austenit. Austenit akan menghasilkan struktur
berbentuk kasar tanpa mengalami penambahan yang cukup besar pada
kekerasan dan kekuatannya. Akan tetapi menyebabkan baja menjadi lebih
rapuh setelah didinginkan. Lamanya pemanasan tergantung pada ketebalan
bahan, tetapi bahan tidak berukurn panjang karena akan menghasilkan struktur
yang kasar.
200
Jika baja didinginkan dengan kecepatan minimum yang disebut dengan
kecepatan pendingin kritis, maka seluruh austenit akan berubah ke dalam
bentuk martensit, sehingga dihasilkan kekerasan baja yang maksimum.Metode
pencelupan secara cepat yang di sebut quenching pada proses ini diperoleh
struktur martensit akibat penurunan temperature dan suhu austenite kesuhu
kamar yang menyebabkan logam menjadi keras.
2.5. Sifat Mekanik Logam
Sifat mekanik suatu logam adalah kemampuan atau kelakuan logam untuk menahan
beban yang diberikan baik bebas statis atau dinamis pada suhu kamar, suhu tinggi
maupun di bawah suhu 0ºC. Beban statis adalah beban yang tetap besar dan arahnya
setiap saat. Sedangkan beban dinamis adalah beban yang besar dan arahnya bisa
berubah meurut waktu.
Beban statis dapat berupa beban tarik, tekan lentur, puntir, geser, dan
kombinasi dari beban tersebut. Sementara itu, beban dinamis dapat berupa beban yang
tiba-tiba berubah-ubah. Sifat mekanik logam meliputi : kekuatan, kekerasan,
2.5.1. Kekerasan (Hardness)
Kekerasan adalah ketahanan bahan terhadap deformasi plastis, karena pembebanan
setempat pada permukaan berupa goresan atau penekanan. Sifat ini banyak
berhubungan dengan kekuatan, daya tahan aus dan kemampuan dikerjakan dengan
mesin (mampu mesin). Cara pengujian kekerasan ada tiga yaitu dengan menggores,
menjatuhkan dan dengan melakukan penekanan (uji tekan). Kekerasan suatu bahan
dapat berubah bila dikerjakan dengan pengerjaan dingin (cold worked) seperti
pengerolan, penarikan, serta kekerasan dapat dicapai sesuai kebutuhan dengan
perlakuan panas (Surdia, 1995)
Kekerasan suatu bahan dapat diketahui dengan pengujian kekerasan memakai
mesin uji kekerasan (hardness tester) menggunakan tiga cara atau metode yang telahb
banyak dilakukan yaitu metode brinel, rockwell dan vicker.
2.5.2. Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik merupakan sifat mekanik yang sangat penting dari suatu logam,
terutama untuk perhitungan-perhitungan konstruksi. Untuk memperoleh informasi
tentang kekuatan tarik dilakukan pengujian tarik.
Dalam pengujian tarik, batang uji dikenai beban aksial yang ditambah secara
berangsur-angsur secara kontinu. Pada saat yang bersamaan dilakukan
pengukuran-pengukuran yang diperlukan untuk menentukan besarnya tegangan dan regangan.
Bila suatu logam dibebani beban tarik maka akan mengalami deformasi, yaitu
perubahan ukuran atau bentuk karena pengaruh beban yang dikenakan pada benda
tersebut. Deformasi ini dapat terjadi secara elastis dan secara plastis (Sumanto, 1996).
Deformasi elastis adalah suatu perubahan yang segera hilang kembali apabila beban
ditiadakan. Deformasi plastis adalah suatu perubahan bentuk yang tetap ada meskipun
benda yang menyebabkan deformasi ditiadakan.
Pengujian tarik biasanya dilakukan terhadap spesimen atau batang uji yang standar.
Batang uji tarik tersebut dipasang pada mesin tarik, dijepit dengan mesin tarik pada
kedua ujung bahan dan ditarik memanjang secara perlahan-lahan. Selama penarikan
setiap saat dicatat dengan grafik yang tersedia dalam mesin tarik. Besarnya gaya
pertambahan panjang yang terjadi adalah sebagai akibat dari gaya tarik tersebut.
Penarikan terus dilakukan sampai benda terputus.
2.5.4. Kekuatan Tarik Maksimum (Ultimate Tensile Strength)
Kekuatan tarik maksimum dinyatakan sebagai beban maksimum yang dapat diterima
oleh bahan dibagi luas penampang semula bahan uji tanpa menjadi rusak atau putus.
Kekuatan tarik maksimum (UTS) dinyatakan dengan rumus :
UTS = ��= �����
�0 ……….. 2.1
Dimana :
�� = kekuatan tarik bahan (N/m²)
����� = beban maksimum (N)
�0 = luas penampang semula batang uji (m²)
2.5.5. Regangan (ϵ)
Akibat tarikan, bagian panjang batang L mengalami ulur atau perpanjangan sebesar ΔL. Perpanjangan relatif yaitu pertambahan panjang persatuan panjang awal, didefinisikan sebagai regangan (Strain) normal dan dapat ditulis sebagai berikut :
2.5.6. Modulus Elastisitac (E)
Modulus elastisitas adalah kemiringa kurva dari diagram tegangan dan regangan
dalam daerah elastisitas linier. Modulus elastisitas dapat dihitung dengan membagi
tegangan (�ᵤ) dan regangan (�).
E =��
є ……….. 2.3
Di mana :
E = modulus elastisitas (N/ m²)
��= kekuatan tarik (N/ m²)
Є = Regangan.
2.6. Pengaruh Suhu Terhadap Benda
Suhu atau temperatur merupakan ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Benda
mempunyai suhu lebih tinggi dikatakan lebih panas. Benda mempunyai suhu lebih
rendah dikatakan lebih dingin. Banyak sifat-sifat zat yang berubah terhadap perubahan
suhunya. Sebagai contoh, sebagian besar zat akan memuai bila dipanaskan. Kecuali
air bila dipanaskan dari 0ºC - 4ºC akan menyusut dan setelah 4ºC memuai. Gejala ini
disebut anomali air. Sebatang besi akan lebih panjang ketika panas dari pada saat besi
itu dingin (Tim Fisika Dasar, 2002).
Ada beberapa sifat zat yang berubah bila dipanaskan. Di antara sifat-sifatnya
yang berubah itu adalah warnanya (besi yang panas pijar), volumnya, tekanannya dan
daya hantar listriknya atau hambatannya (Kertiasa, 1994). Sifat-sifat zat yang berubah
bila dipanaskan itu disebut sifat termometrik zat. Sifat termometrik ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk pengukuran suhu. Misalnya, pada besi menggunakan
warna pijaran besi sebagai ukuran cukup atau tidak cukupnya suhu besi untuk
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Material Test PTKI Medan mulai dari
17 Mei sampai 09 Juni 2012.
3.1. ALAT DAN BAHAN PENELITIAN
Alat yang dipakai dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
3.1.1. Alat
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah
1
No Nama Bahan Spesifikasi Jumlah
3.2 PROSEDUR PERCOBAAN
3.2.1 Prosedur Untuk Perlakuan Panas
1. Menyediakan bahan uji sebanyak 12 buah dengan perincian : 6 buah untuk
pengujian kekerasan, 6 buah pengujian tarik, sedangkan untuk pengujian struktur
mikro diambil dari bahan pengujian kekerasan.
2. Memberi perincian pada bahan uji sebagai berikut :
a. Untuk bahan tanpa perlakuan : pengujian kekerasan 1, dan pengujian tarik 1
b. Untuk bahan dengan perlakuan panas 8500C menggunakan media pendingin sebagai berikut:
• Larutan NaOH 5% ; pengujian kekerasan 1, dan pengujian tarik 1
• Larutan NaOH 10% ; pengujian kekerasan 1, dan pengujian tarik 1
• Larutan NaOH 15% ; pengujian kekerasan 1, dan pengujian tarik 1
• Larutan NaOH 20% ; pengujian kekerasan 1, dan pengujian tarik 1
• Larutan NaOH 25% ; pengujian kekerasan 1, dan pengujian tarik 1
3. Menyediakan larutan NaOH dengan variasi konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%, 25%
dengan volume air masing-masing 10 liter.
4. Memasukkan bahan ke dalam tungku pemanasan, lalu dipanaskan sampai
temperature 8500C dan dibiarkan selama 15 menit.
5. Setelah bahan dipanaskan sampai temperature 8500C, angkat bahan dan langsung didinginkan secara cepat di larutan NaOH dengan konsentrasi yang berbeda untuk
masing-masing bahan.
6. Setelah bahan dingin dilakukan pencucian terak dan melakukan pengeringan pada
mesin Speciment Driyer .
3.2.2 Prosedur Untuk Pengujian Bahan
1. Melakukan pengujian kekerasan bahan menggunakan alat Rockwell
Hardness Test dengan beban sebesar 10 kg setiap bahan uji dilakukan
2. Membaca nilai kekerasan secara langsung pada alat berdasarkan
kedalaman yang diukur oleh alat tersebut.
3. Melakukan pengujian kekuatan tarik untuk masing- masing bahan uji
denga alat Strength Test.
4. Melakukan pengetesan pada bahan uji dengan larutan alumina
menggunakan kertas pasir sehingga bekas goresan pada permukaan tidak
terlihat lagi.
5. Melakukan pemolesan dengan larutan HNO3, kemudian dibilas dengan air lalu dikeringkan.
6. Melakukan pengambilan struktur mikro dari bahan yang telah dipoles
tersebut dengan menggunakan alat Mikroskop Optik.
3.2.3 Pengujian Kekerasan Metode Rockwell
Pengujian kekerasan metode Rockwell dilakukan dengan menggunakan alat uji
kekerasan yang dapat secara langsung membaca kekerasan bahan berdasarkan
kedalaman yang diukur oleh alat seperti pada gambar di bawah ini :
D = 8 mm
h = 10 mm
Bahan uji diletakkan tegak lurus di antara penyangga dan indentor,kemudian
dengan menekan indentor kerucut intan kepada bahan uji dengan beban
tertentu.Ketika indentor masuk ke dalam baha uji,maka secara otomatis angka yang
menunjukkan harga kekerasan bahan akan terlihat pada skala alat uji Rockwell.
Gambar 3.2 Alat uji kekerasan Rockwell
3.2.4 Pengujian Tarik
Bahan uji tarik diletakkan pada penjepit atas dan bawah yang di kendalikan dengan
kontrol jepit, seperti pada gambar.Dengan memutar kontrol dengan kelajuan anguler
0,2 rpm.Maka penjepit akan bergerak bersamaan dengan bergeraknya jarum penunjuk
yang menunjukkan berat beban yang digunakan hingga bahan uji putus. Kekuatan
tarik maksimum dapat dihitung dengan persamaan :
UTS = σu = ……… 3.1
dimana :
Fmaks = Beban maksimum (N)
A0 = Luas penampang bahan uji mula – mula (mm2)
m = 1,5 mm
h = 50 mm d = 16 mm
m = 1,5 mm
h = 50 mm
d = 16 mm
l = 1,5 mm0
d = 8 mm
Gambar 3.3 Bahan Uji Tarik JIS 2201-8A
3.2.5 Pengujian Struktur Mikro
Bahan uji yang dipoles sebelum dan sesudah dietsa dengan larutan etsa,dengan
memakai Mikroskop optic dapat dilihat struktur mikro dari baja karbon menengah.
Gambar 3.5 Alat analisis Struktur Mikro
3.3 Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini,dengan memvariasikan konsentrasi NaOH masing – masing
bahan akan diuji dan hasilnya dapat ditulis dalam bentuk tabel.Data bahan
sebelum dan sesudah diuji tarik dan kekerasan dilakukan pengujian untuk setiap
bahan antara lain :
1. Bahan Original
3.3. Diagram Alir Penelitian
Adapun diagram alir penelitian ini adalah sebagai berikut :
Baja Karbon MenengahNS-1045
Pembentukan Bahan uji JIS 2201-8A
Tanpa Perlakuan ( Original )
Perlakuan Panas (Hardening dengan 8500 C )
Pengujian
Quenching Dengan Larutan NaOH 5%, 10%, 15%, 20%, 25%
Uji Tarik Analisis Struktur Mikro
Uji Kekerasan
Data
Analisa Data
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL PENELITIAN
Pengujian sifat mekanik dari beberapa bahan uji telah dilakukan dengan adanya
variasi kosentrasi NaOH untuk baja karbon menengah.Hasil pengujian yang telah
dilakukan adalah kekerasan (Hardness), kekuatan tarik (Tensile Strength),
Pengamatan Struktur Mikro dan Pengamatan struktur Kristal dengan variasi
konsentrasi NaOH sebagai media pendingin untuk baja karbon menengah. Data yang
didapat dari hasil pengujian diperoleh dengan perhitungan dan hasil yang tertera pada
tabel berikut.
4.1.1. Kekerasan (Hardness)
Nilai kekerasan bahan uji dari hasil pengukuran dapat diliha pada table 4.1, dimana
nilai kekerasan tersebut dapat terlihat pada alat uji kekerasan yang secara langsung
mengukur kekerasan bahan uji berdasarkan kedalaman yang diukur. Data hasil
pengujian dibawah ini dilakukan satu kali pengujian untuk masing – masing bahan uji.
Tabel 4.1 Data hasil uji kekerasan
Dimana :
d = Diameter Bahan (mm)
h = Tebal Bahan (mm)
4.1.2. kekuatan Tarik
Nilai kekuatan tarik ditentukan dengan persamaan 2.1 dan didapat dari hasil pengujian
dengan melakukan perhitungan (Lampiran 1), untuk masing- masing variasi dilakukan
satu kali pengujian dan hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini.
Tabel 4.2 Data hasil uji tarik
Konsentrasi NaOH (%)
Beban Maksimum (N)
Kekuatan Tarik (MPa)
Hasil
Original 33000 656,85
5% 36600 728,50
10% 42000 835,99
15% 49600 978,26
20% 52000 1035,03
25% 43000 855,89
d = 8 mm lo= 8mm A=50,24 mm2
dimana :
d = Diameter Bahan (mm)
A = Luas Penampang (mm2)
4.1.3. Pengamatan Struktur Mikro
Gambar 4.1 Struktur Mikro Baja Karbon Menengah Tanpa Proses Perlakuan Panas,Perbesaran 500x
Keterangan :
• Struktur Mikro ferit dan dan Perlit
• Nomor 1 adalah Ferit,bentuk kasar dan ukurannya besar.
• Nomor 2 adalah Perlit,bentuk besar dan ukurannya besar
• Kekerasan dan kekuatan tarik rendah.
Gambar 4.2 Struktur Mikro Baja Karbon Menengah Setelah Proses Perlakuan Panas di Celup Langsung kedalam Larutan NaOH 5%,Perbesaran 500x
Keterangan :
• Struktur Mikro Martensit dan Perlit
• Nomor 1 adalah Perlit,terlihat berupa garis yang gelap dan jumlahnya sedikit.
• Nomor 2 adalah Martensit,membentuk ukuran yang
besar dan jumlahnya lebih banyak dari Perlit.
Gambar 4.3 Struktur Mikro Baja Karbon Menengah Setelah Proses Perlakuan Panas di Celup Langsung kedalam Larutan NaOH 10%,Perbesaran 500x
Keterangan :
• Struktur Mikro Martensit dan Perlit
• Nomor 1 adalah Perlit ,terlihat berupa garis yang gelap dan
jumlahnya sedikit dari pada gambar 4.2
• Nomor 2 adalah Martensit ,membentuk ukuran yang besar dan
jumlahnya lebih sedikit dari pada gambar 4.2
Gambar 4.4 Struktur Mikro Baja Karbon Menengah Setelah Proses Perlakuan Panas di Celup Langsung kedalam Larutan NaOH 15%,Perbesaran 500x
Keterangan :
• Struktur Mikro Martensit dan Perlit
• Nomor 1 adalah Perlit ,terlihat berupa garis yang gelap dan jumlahnya sedikit dari pada gambar 4.3
• Nomor 2 adalah Martensit ,membentuk ukuran yang besar
dan jumlahnya lebih sedikit dari pada gambar 4.3
Gambar 4.5 Struktur Mikro Baja Karbon Menengah Setelah Proses Perlakuan Panas di Celup Langsung kedalam Larutan NaOH 20%,Perbesaran 500x
Keterangan :
• Struktur Mikro Martensit dan Perlit
• Nomor 1 adalah Perlit ,terlihat berupa garis yang gelap
dan jumlahnya sedikit dari pada gambar 4.4
• Nomor 2 adalah Martensit ,membentuk ukuran yang besar
dan jumlahnya lebih sedikit dari pada gambar 4.4
Gambar 4.6 Struktur Mikro Baja Karbon Menengah Setelah Proses Perlakuan Panas di Celup Langsung kedalam Larutan NaOH 25%,Perbesaran 500x
Keterangan :
• Struktur Mikro Martensit dan Perlit
• Nomor 1 adalah Perlit ,terlihat berupa garis yang gelap
dan jumlahnya banyak,ukurannya menjadi besar dan
kasar.
• Nomor 2 adalah Martensit ,membentuk ukuran yang besar,kasar dan jumlahnya lebih banyak.
4.2. PEMBAHASAN
4.2.1. Kekerasan
Berdasarkan data dari tabel 4.1 ,diketahui bahwa proses pemanasan (hardening)
dengan larutan NaOH dengan variasi konsentrasi yang berbeda akan diperoleh hasil
pengujian tiap – tiap bahan uji.Kekerasan baja sebelum dilakukan proses pemanasan
dan didinginkan dengan larutan NaOH nilai kekerasan baja mulai meningkat pada
kensentrasi 5%,10%,15%,dan 20% sebesar 57 HRc,58,3 HRc,58,5 HRc dan 60 HRc
dan mengalami penurunan nilai kekerasannya pada konsentrasi 25% sebesar 57,5
HRc. Baja yang memiliki kekerasan yang baik dapat digunakan untuk roda gigi
otomotif,rel kereta api dan alat angkat hidrolik.
Hasil perolehan data dari kekerasan baja karbon menengah dengan variasi
konsentrasi NaOH dapat ditunjukkan pada grafik dibawah ini.
Gambar 4.7 Grafik hubungan antara Konsentrasi NaOH terhadap Kekerasan Baja Karbon Menengah
Dari grafik diatas dapat dilihat kenaikan nilai kekerasan dari baja karbon menengah
setelah ada perlakuan panas dan pendinginan dengan larutan NaOH. Nilai kekerasan
terus meningkat dari konsentrasi paling kecil dan nilai maksimum pada konsentrasi
20%,tetapi pada konsentrasi 25% nilai kekerasan menurun.
0
4.2.2. Pengujian Kekuatan Tarik
Berdasarkan data dari tabel 4.2 ,diperoleh hasil pengujian tiap – tiap bahan uji.
Kekuatan tarik baja tanpa proses perlakuan panas sebesar 656,85 MPa, setelah
dilakukan proses perlakuan panas dan didinginkan dalam larutan NaOH kekuatan tarik
baja mengalami peningkatan untuk masing – masing konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%,
25% sebesar 728,58 MPa, 835,98 MPa, 987,26 MPa,1035,28 MPa, dan mengalami
penurunan pada konsentrasi 25% sebesar 855,89 MPa. Baja yang memiliki kekuatan
tarik yang baik dapat digunakan untuk pembuatan jembatan, konstruksi bagunan dan
pegas.
Hasil perolehan data dari kekuatan tarik baja karbon menengah dengan variasi
konsentrasi NaOH dapat ditunjukkan pada grafik dibawah ini.
Gambar 4.8 Grafik hubungan antara Konsentrasi NaOH terhadap Kekuatan Tarik Baja Karbon Menengah
Dari grafik diatas dapat dilihat kenaikan nilai kekuatan tarik dari baja karbon
menengah setelah ada perlakuan panas dan pendinginan dengan larutan NaOH. Nilai
kekuatan tarik terus meningkat dari konsentrasi paling kecil dan nilai maksimum pada
konsentrasi 20%, tetapi pada konsentrasi 25% nilai kekuatan tarik menurun.
4.2.3. Pengamatan Struktur Mikro
Hasil pengamatan struktur mikro yang dilakukan menunjukkan bahwa struktur mikro
baja karbon menengah mengalami perubahan setelah dilakukan proses perlakuan
panas. Struktur ferit dan perlit terlihat pada baja karbon menengah menengah tanpa
proses perlakuan panas,sedangkan struktur perlit dan martensit terlihat pada baja
karbon menengah yang dilakukan proses perlakuan panas (hardening) pada suhu
8500Cdan didinginkan kedalam larutan NaOH.
Proses perlakuan panas dan pendinginan yang dilakukan menyebabkan
terjadinya perubahan struktur butiran dan ukuran yang menunjukkan nilai kekerasan
dan kekuatan tarik baja karbon menengah. Pembentukan butiran yang semakin kasar
dan semakin besar menunjukkan nilai kekerasan dan kekuatan tarik lebih rendah
dibandingkan dengan butiran yang lebih halus dan berukuran lebih kecil.
Struktur ferit dan perlit terlihat pada baja karbon menengah tanpa proses
perlakuan panas dengan struktur butiran yang kasar dan ukuran yang besar.Ini
menunjukkan bahwa kekerasan dan kekuatan tariknya rendah,sedangkan struktru
perlit dan martensit terlihat pada baja karbon menengah yang dilakukan proses
perlakuan panas dan di dinginkan kedalam larutan NaOH pada konsentrasi 5%, 10%,
15% dengan struktur butiran yang halus dan ukurannya yang kecil yang menunjukkan
nilai kekerasan dan kekuatan tariknya meningkat. Dan struktur butiran yang lebih
halus dan ukuran yang lebih kecil terlihat pada pendinginan ke dalam larutan NaOH
dengan konsentrasi 20% yang menunjukkan bahwa nilai kekerasan dan kekuatan
tariknya lebih besar. Sedangkan nilai kekerasan dan kekuatan tarik mengalami
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengaruh konsentrasi NaOH sebagai
media pendingin terhadap kekerasan kekuatan tarik baja karbon menengah, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Proses perlakuan panas (hardening) dan pencelupan langsung (quenching)
pada baja karbon menengah ke dalam larutan NaOH 5%, 10%, 15%, 20%,
25% menghasilkan kekerasan sebesar 57 HRC; 58,3 HRC; 58,5 HRC; 60 HRC
dan 57,5 HRC untuk konsentrasi yang berbeda pada baja karbon menengah.
2. Nilai kekerasan dan kekuatan tarik baja karbon menengah mencapai nilai
maksimum sebesar 60 HRC dan 1035,28 Mpa pada saat dilakukan pemansan
dan pendinginan ke dalam larutan NaOH dengan konsentrasi 20%.
3. Struktur ferit dan perlit terlihat pada baja karbon menengah tanpa proses
perlakuan panas (hardening) dan struktur perlit dan martensit terlihat pada baja
karbon menengah dengan proses perlakuan panas (hardening) dan proses
celup langsung (quenching).Struktur perlit dan martensit yang terlihat
menunjukkan nilai kekerasan dan kekuatan tarik baja karbon menengah
meningkat atau menurun.
5.2. SARAN
1. Untuk peneliti berikutnya dapat memvariasaikan larutan NaOH dengan
konsentrasi yang lebih kecil.
2. Untuk mendapatkan kekerasan yang besar sebaiknya menggunakan larutan
NaOH sebagai media pendingin dari pada larutan NaCL.
3. Disarankan pada peneliti berikutnya dapat menganalisis struktur Kristalnya
DAFTAR PUSTAKA
Agustina,D,S., (2007), Pengaruh konsentrasi NaCl Sebagai Media Pendingin Terhadap sifat Mekanik Dan Sifat Fisis Baja Karbon Menengah, Skripsi,
Unimed.
Alexander, W.O., Davies, Heslop, S., (1991), Dasar Metaluargi untuk Rekayasawan,
terjemahan : Dr.Ir.Sriati Djaprie, M.Met, Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Amanto, H., dan Daryanto, (1999), Ilmu Bahan, penerbit Bumi Aksara, Jakarta
Amstead, B, H., Philip, F.O., dan Myron, L.,B, (1999), Teknologi Melanik, Edisi
Ketujuh, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Dalil, M., Prayitno,A., Innou,I., (1999), Pengaruh Perbedaan Waktu Penahanan Suhu
Stabil (Holding Time) Terhadap Kekerasan Logam, Jurnal nature Indonesia II,
UNRI.
Kertiasa, N., (1994), Fisika I, Pnerbit Balai Pustaka, Jakarta
Love,G., (1982), Teori dan Praktek Kerja Logam, edisi ketiga, terjemahan Harun A.R,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Rajagukguk, J., (2005), Pengaruh Media Pendingin Pada Proses Perlakuan Panas
Terhadap kekuatan Tarik Baja Karbon Menengah, Sikripsi, Unimed.
Smallman, R.E., (1991), Metalurgi Fisik Modern, Edisi ke empat, Penerbit Gramedia,
Jakarta.
Sumanto, (1996), Pengetahuan Bahan, Penerbit Andi Offset, Yokyakarta.
Surdia Tata, (1995), Bahan Teknik Pengetahuan, Penerbit Pradya Paramita, Jakarta.
Lampiran A
A1.HASIL PERHITUNGAN DATA PENGUJIAN BAHAN
A1.1 Kekerasan
Nilai kekerasan Rockwell dapat dilihat secara langsung pada alat uji kekearasan
dimana hasilnya dapat dilihat pada lampiran hasil penelitian dibawah ini.
• Untuk bahan uji original (Tanpa Perlakuan Panas) : Nilai kekerasan = 9,4 HRC
• Untuk bahan uji dengan 5% NaOH :
Nilai kekerasan = 57 HRC
• Untuk bahan uji dengan 10% NaOH :
Nilai kekerasan = 58,3 HRC
• Untuk bahan uji dengan 15% NaOH :
Nilai kekerasan = 58,5 HRC
• Untuk bahan uji dengan 20% NaOH :
Nilai kekerasan = 60 HRC
• Untuk bahan uji dengan 25% NaOH : Nilai kekerasan = 57,5HRC
A1.2Kekuatan Tarik
Dari data yang diperoleh dari hasil pengujian, maka dapat dilakukan
perhitungan sebagai berikut :
• Luas Penampang Bahan :
A0 = 14πd2
= 1
4(3,14)(8mm) 2
• Untuk bahan uji tanpa perlakuan (original)
• Untuk bahan uji dengan dengan 15% NaOH :
• Untuk bahan uji dengan 20% NaOH :
A2.PERHITUNGAN PERSENTASE NaOH (Dalam Massa/Volume)
• Untuk Konsentrasi 5% NaOH
% = ����������������������������× 100%
• Untuk Konsentrasi 10% NaOH
100000 cm3 = 100 gr
gr = 1000
• Untuk Konsentrasi 15% NaOH
% = ����������������
������������ × 100%
15% = ����������������
10000��3 × 100%
15 = 100��
10000��3
150000 cm3 = 100gr
gr = 1500
• Untuk Konsentrasi 20% NaOH
% = ����������������
������������ × 100%
20% = �����10000�������������3 × 100%
20 = 10000��100�� 3
200000 ��3 = 100 ��
gr = 2000
• Untuk Konsentrasi 25% NaOH
% = ����������������
������������ × 100%
25% = �����10000�������������3 × 100%
25 = 10000��100�� 3
250000 ��3 = 100 ��
Lampiran B
Gambar B1. Peneliti sedang memanaskan sampel
Gambar B2.Sampel uji kekerasan dan uji tarik
Gambar B3.Peneliti sedang
melakukan uji kekerasan Gambar B4. Peneliti sedang