• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak kebijakan ekonomi terhadap kinerja ekonomi tanaman pangan Indonesia : suatu pendekatan multi komoditi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak kebijakan ekonomi terhadap kinerja ekonomi tanaman pangan Indonesia : suatu pendekatan multi komoditi"

Copied!
344
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI TERHADAP KINERJA

EKONOMI TANAMAN PANGAN INDONESIA:

SUATU PENDEKATAN MULTI KOMODITI

DISERTASI

Oleh:

SYAFRIAL DARMANSYAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITlJT PERTANIAN BOGOR

(12)

Jika telah selesai dengan suatu urusan maka kerjakan urusan berikutnya

dan berserah diri kepada Robbmu.

(A1 Qur'an surat a1 Insyiirah ayat 7-8)

Cari dan gunakan dengan Rahmat dan Karunia yang Allah telah berikan

kepadamu kebahagiaan negeri akherat dan jangan kamu lupakan nasib

(derajat)mu di dunia dan berbuat baiklah kamu sebagaimana Allah telah

berbuat baik kepadamu dan jangan kamu berbuat kerusakan di bumi.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

(A1 Qur'an surat a1 Qoshosh ayat 77)

. . . .

Jika tidak karena Karunia Allah kepadamu dan RahrnatNya dan

sesungguhnya Allah Maha Pemaaf dan Maha Penyayang.

(13)

ABSTRAK

SYAFRIAL DARMANSYAH. 2003. Dampak Kebijakan Ekonomi Terhadap Kmerja Ekonomi Tanaman Pangan Indonesia: Suatu Pendekatan Multi Komoditi (BONAR M. SINAGA sebagai Ketua, SRI UTAMI KUNTJORO, SRI HARTOYO dan DELIMA HASRl AZAHARI sebagai Anggota Komisi Pembimbing).

Tujuan umiun penelitian adalah mempelajari dampak berbagai kebijakan ekonomi terhadap kinerja ekonomi tanaman pangan Indonesia dan tujuan khusus adalah: membangun model ekonomi tanaman pangan dengan pendekatan inulti komoditi, menganalisis struktur ekonomi tanaman pangan, mengevaluasi dampak berbagai skenario kebijakan ekonomi pada periode 1985-1998 dan meramalkan dampak berbagai skenario kebijakan ekonoini pada periode 2002-2007 terhadap kesejahteraan (welfare) dan kinerja produksi dan pasar komoditi tanaman pangan.

Penelitian menggunakan data sekunder dari enam komoditi (padi, kedelai, jagung, ubikayu, ubirambat dan tebu) tahun 1981-1998. Model ekonoinetrika yang dibangun terdiri dari blok produksi, pasar domestik dan pasar dunia, dan diduga menggunakan metode two stage least squares (2SLS). Analisis dampak dilakukan dengan simu~lasi historis dan simulasi peramalan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model ekonomi tanaman pangan yang dibangun mampu dan efektif digunakan untuk analisis struktural dan dampak kebijakan. Analisis struktur ekonomi tanaman pangan menunjukkan: terdapat persaingan antar komoditi terhadap areal, dan produktivitas semila komoditi kecuali padi Luar Jawa tidak respon terhadap penggunaan pupuk. Skenario terpilih adalah skenario kebijakan yang dapat meningkatkan net welfare, sedangkan skenario terbaik adalah skenario terpilih yang meningkatkan penerimaan devisa. Simulasi historis periode tahun 1985-1998 menunjukkan terdapat 16 skenario terpilih dan 3 skenario terbaik yaitu: penurunan harga beras domestik, peningkatan dana R&D dan peningkatan rendemen gabah ke beras. Kebijakan pemerintah pada waktu yang lalu cenderung meningkatkan surplus konsumen, walaupun terdapat alternatif kebijakan yang meningkatkan surplus produsen. Simulasi peramalan periode 2002-2007 inenumjtlkkan terdapat 15 skenario terpilih dan 6 skenario terbaik, dimana lima skenario terbaik akan meningkatkan surplus produsen dan peneritnaan pemerintah, yaitu: penghapusan peran Bulog, penurunan harga beras domestik, penurunan harga terigu, swasembada gula mutlak, liberalisasi perdagangan input (pupuk) dan output (kedelai, jagung, gula) kecuali beras, sedangkan satu skenario terbaik hanya akan meningkatkan siuplus konsiunen, yaitu: harga pasar sama dengan harga dasar beras. Peningkatan penerimaan pemerintah pada skenario terbaik dan terpilih dapat digunakan untuk mengkompensasi penurunan surplus konsurnen atau produsen.

Pada periode 2002-2007, simulasi skenario keb~jakan liberalisasi perdagangan akan meningkatkan net welfare dan peningkatan tersebut akan lebih tinggi bila perdagangan beras tetap diproteksi. Peningkatan ketahanan pangan dapat dilakukan dengan mengembangkan komoditi potensial padi, kedelai dan gula, tnelalui skenario kebijakan: penghapusan peran Bulog dan swasembada gula mutlak. Pilihan kebijakan yang memprioritaskan pengembangan pergulaan domestik adalah: penghapusan peran Bulog, upah tenaga kerja pertmiail saina dengan UMR, penuu-iman harga beras dan peningkatan rendemen gaball ke beras. Pilihan kebijakan menglladapi peningkatan produksi beras dan gula dunia adalah: penghapusan peran Bulog, penunman harga beras, liberalisasi perdagangan pupuk,

(14)

ABSTRACT

SYAFRIAL DARMANSYAH 2003. Impact of Economic Policy on The Economic Performance of Food Crops in Indonesia: A Multi-Commodity Approach (BONAR M. SINAGA as Chairman, SRI UTAMI KUNTJORO, SRl HARTOYO and DELIMA HASRl AZAHARI as Members of Advisory Committee).

The general aim of the research is to study the impact of various economic policies on the economic performance of food crops in Indonesia, and the specific objectives are: to construct an economic model of food crops with a multi-commodity approach, to analize the economic structure of food crops, to evaluate the impact of economic policy scenarios in the periode of 1985-1998 and to forecast the impact of economic policy scenarios in the periode of 2002-2007 on welfare and production as well as market performance of food crops commodity.

The study uses secondary data of six commodities (rice, soybean, corn, cassava, sweet potato and sugar) from 1981 to 1998. T11e constructed econometric model consists of three blocks: production, domestic and world markets, and the model is estimated by using the method of two stage least squares (2SLS). The impact analysis uses historical and forecasting simulations.

The results of the research show that the economic model of food crops that has been constructed was found to be effective for struct~ual and impact analysis. The analysis of food crops economic structure indicates that there is a competition among food crops in terms of area coverage, and productivity of all cotnrno&ties is not responsive to the use of fertilizers except for rice in outside Java. The selected scenarios are those that can increase the net welfare, whereas the best scenarios are those selected scenarios that can increase foreign earnings. The historical simulation in the periode of 1985-1998 resulted in the 16 selected scenarios and the 3 best scenarios: decreased price of domestic rice, increased investment in R&D, and increased conversion rate from paddy (unl~usked rice) to rice. The government policies in the periode of 1985-1998 tended to increase consumer surplus, although there was an alternative policy to increase producer surplus. The forecasting simulation for the periode of 2002-2007 resulted in the 15 selected scenarios and the 6 best scenarios. Five of the 6 best scenarios will increase producer surplus and government revenue, that is, elimination of BULOG's role, decreased price of domestic rice, decreased price of wheat, self sufficiency in sugar, and trade liberalization of input (fertilizers) and output (soybean, corn, sugar) except for rice; and one of the 6 best scenarios will increase consumer surplus only, that is, the market price being the same as floor price of rice. The Increased government revenue through the best and the selected scenarios can be used to compensate the decreased surpluses of consumers or producers.

(15)

SURAT

PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam disertasi saya

yang berjudul :

DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI TERHADAP KINERJA

EKONOMI TANAMAN PANGAN INDONESIA:

SUATU PENDEKATAN MULTI KOMODITI

merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri, dengan pelnbimbingan

Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan mjukannya. Disertasi ini

belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi

lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas d m dapat

diperiksa kebenarannya.

Bogor, 3 November 2003

(16)

DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI TERHADAP KINERJA

EKONOMI TANAMAN PANGAN INDONESIA:

SUATU PENDEKATAN MULTI KOMODITI

Oleh:

SYAFRIAL DARMANSYAH

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(17)

Judul Disertasi : Dampak Kebijakan Ekonomi Terhadap Kinerja Ekonomi Tanaman Pangan Indonesia: Suatu Pendekatan Multi Komoditi Nama Mahasiswa : Syafrial Darmansyah

Nomor Pokok : 975001

Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Bonar M. S i n a ~ a , MA Ketua

Dr. Ir. Sri Hartovo, MS Anggota

2. Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA

Prof. Dr. Ir. Sri Utami Kuntioro, MS Anggota

Dr. Ir. Delima Hasri Azahari, MS Anggota

Mengetahui,

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 29 Mei 1958 dari ayah Darmansyah (Letkol

Pur. TNI-AU) dan Ibu Syamsidar. Penulis merupakan putra ke tiga dari tujuh bersaudara.

Tahun 1977 penulis lulus dari SMA Negeri I1 Malang, pada tahun 1978 melanjutkan

kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang, Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian, dan 1~11~s pada tahun 1982.

Pada tahun 1983 sampai sekarang, penulis bekerja sebagai staf pengajar pada

Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Pendidikan Program Magster Sains (S-2)

diselesaikan pada tahun 1986, yakni pada program studi Ilmu Ekonomi Pertanian di Institut

Pertanian Bogor atas beasiswa TMPD DEPDIKBUD RI. Pada tahun 1997 memperoleh

kesempatan melanjutkan pendidikan Program Doktor (S-3) di Institut Pertanian Bogor atas

beasiswa BPPS DEPDIKNAS RI.

Penulis menikah dengan Dra. Enny Irawati, MPd pada tahun 1988 dan dikaruniai

empat orang putra, yakni: Rahmat Arif, Rahmat Aziz, Faris Umar Hasbullah dan

Muhammad Alimuddien Rasyid. Istri penulis bekerja sebagai Dosen Fakultas Sastra

Universitas Negeri Malang dan saat ini sedang mengkuti pendidikan Program Doktor di

(19)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadhirat Allah SWT, karena atas segala R a l ~ n a t

dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah disertasi berjudul Dampak

Kebijakan Ekonomi Terhadap Kinerja Ekonomi Tanaman Pangan Indonesia: Suatu

Pendekatan Multi Komoditi. Penelitian ini dimulai pada bulan Mei 2000, yakni setelah

proposal penelitian disetujui oleh komisi pembimbing dan analisis data dilakukan pada

tahun 2001 sehingga peramalan dampak dilnulai tahun 2002.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing,

yang telah membimbing penelitian disertasi ini hingga selesai dengan baik. Demikian pula

kepada penguji luar komisi pembimbing, dalam ha1 ini:

1. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA sebagai ketua komisi pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, perhatian, arahan dan waktunya dalan proses penyelesaian penelitian

disertasi ini. Disamping itu beliau juga banyak memberikan bekal ilmu yang sangat

berharga kepada penulis, baik pada perkuliahan teori dan teknik analisis kuantitatif

maupun selama proses pembimbingan penelitian disertasi ini.

2. Prof. Dr. Ir. Sri Utami Kuntjoro, MS dan Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS sebagai anggota komisi

pembimbing dari dalam IPB Bogor, yang telah memberikan bitnbingan, dorongan dan

arahan, serta bekal ilmu kepada penulis, sehingga memperlancar terselesaikannya

penelitian dm penulisan disertasi ini. Beliau juga lnelnberikan kuliah teori-teori

ekonomi produksi yang menjadi bekal untuk melakukan dan penyelesaian penelitian ini.

3. Dr. Ir. Delima Hasri Azahari, MS sebagai anggota komisi pembimbing dari luar IPB

Bogor, yang dengan kesibukannya di Departemen Pertanian RI masih dapat

menyisihkan waktunya dalam pembimbingan dan pengarahan maupun memotivasi

(20)

4. Prof.Dr.Ir. Rudolf M. Sinaga dan Dr. M. Husein Sawit, SE, MADE sebagai penguji luar

kornisi pembimbing, yang telah menysihkan waktinya dan memberikan masukan serta

kntik berharga dalam memperkaya wawasan dan pembahasan penelitian disertasi ini.

5. Selinlh Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian IPB yang telah membekali ilmu

kepada penulis.

Disamping itu ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Departemen Pendidikan Nasional yang telah lnemberikan beasiswa dan ijin kepada

penulis dalam menempuh Program Doktor di IPB Bogor.

2. Pimpinan Universitas, Pimpinan Fakultas Pertanian dan Pimpinan Jimmsan Sosial

Ekonomi Universitas Brawijaya Malang yang telah mengijinkan serta memberikan

dukungan moril maupun materiil selalna penulis menempuh Program Doktor di IPB

Bogor, khususnya kepada atasan langsung: Prof.Dr. Ir. M. Iksan Semaoen, MSc,

Prof.Dr. Ir. M. Muslich Mustadjab, MSc dan Dr.Ir. Kliwon Hidayat, MS.

3. Kawan-kawan seperjuangan selama studi di Sekolah Pascasarjana IPB Bogor yang telah memberikan nasehat, pengalaman dan sumbangan pikiran dalam proses penyelesaian

penelitian ini, dalam ha1 ini ucapan terima kasih atas atas budi baik dari: Dr. Nuhfil

Hanani, Dr. Suatmodjo, Dr. Ztdkifli, Dr. Zainal Abidin, Dr. Soepanto dan lain-lain yang

tak dapat disebutkan satu per satu, disamping itu juga kepada kawan-kawan satu kost,

yaitu: Dr. Sahri Muhamnad, Dr. Jabal Tarik Ibrahim, Ir. Agus Sucahyo, Ir. Rudi

Sulistiono, MS dan Ir. Sujanvo.

4. Bp. Ir. H. Sadikin sekeluarga yang telah memberi tempat tinggal dengan tulus ikhlas dan

sangat kondusif b a g penyelesaian studi Program Doktor di IPB Bogor.

5. Seluruh guru-gum penulis mulai kecil sampai sekarang, yang ikut memberikan

(21)

muliakan K.H.Rd. Achrnad Zailani, Pimpinan Pondok Pesantren h n u l Yaqien di Bekasi

dan Pr0f.Drs.H. Amirudin Anef (almarhum), sebagai ulama yang t i n t merekonstn~ksi

pandangan hidup penulis, sehingga hambatan-hambatan psikhologis selama studi

Program Doktor ini dapat teratasi.

6. Terima kasih dan penghonnatan kepada kedua orang tua yang telah membesarkan,

mendidik dan memberi teladan yang baik kepada penulis, semoga penyelesaian studi

Program Doktor ini juga merupakan b a s a n dari berbakti kepada kedua orang tua.

Demikian pula rasa hormat dan terima kasih kepada mertua yang telah memotivasi dan

memberikan perhatian kepada istri dan anak-anak selama penulis berada di Bogor, serta

keluarga kakak-kakak dan adik-adik, berkat doa restu mereka selnua dan bantuan

materiil dapat mengantar penulis menyelesaikan studi Program Doktor ini.

7. Terakllir dan paling utama, dengan tulus penulis mengrcapkan terima kasih dan

penghargaan sekaligus maaf yang sebesar-besamya kepada: istri (Dra. Enny Irawati,

MPd) dan etnpat orang anak-anak penulis (Rahmat Anf, Rahmat Aziz, Faris Umar

Hasbullah dan Muhammad Alimuddien Rasyid) yang dengan penuh kesabaran dan

ketabahan mengatasi segala kesulitan yang dihadapi selama penulis berada di Bogor

serta berkat doa restu dan dukungan penuh mereka dapat mengantarkan penulis

menyelesaikan Program Doktor di IPB Bogor ini.

Kepada selnuanya selnoga Allah SWT melnbalas segala amalnya dengan balasan

yang sebaik-baiknya, karena hanya Allah SWT yang paling baik dalam membalas segala

amal perbuatan kita. Aamiin ya Robbal 'aalainiin.

Semoga karya ilmiah disertasi ini bermanfaat.

Bogor, 3 November 2003

(22)

DAFTAR IS1

Halaman

DAFTAR TABEL

...

xv

...

DAFTAR GAMBAR

xvii

...

DAFTAR LAMPIRAN

xix

1

.

PENDAHULUAN

... 1

...

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan ... 3 1.3. Tujuan dan Kegmaan Penelitian ... 9

. .

1 .3. 1. Tujuan Penelltian ... 9 1.3.2. Kegunaan Penelitian ... 10 1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 1 1

...

I1

. TTNJAUAN PUSTAKA

14

2.1. Kontribusi Tanaman Pangan dalam Perekonomian Indonesia ... 14 2.2. Tinjauan Umtun Kebijakan Ekonomi Pangan Indonesia ... 20 2.3. Beberapa Hasil Penelitian Ekonomi Pangan Terdahulu dan Posisi

...

Penelitian Ini 27

...

111. KERANGKA TEORITIS

35

3.1. Keterkaitan Variabel-Variabel Ekonomi Tanaman Pangan ... 35 3.2. Dampak Kebijakan terhadap Kinerja Ekonomi Tanaman

Pangan ... 38 3.3. Penurunan Fungsi Penawaran Output dan Permintaan Input ... 41 3.4. Penunman Fungsi Pennintaan Komoditi ... 45 3.5. Penurunan Fungsi Ekspor, Impor, Stok dan Harga Dunia ... 49 3.6. Elastisitas Jangka Pendek dan Jangka Panjang ... 52 3.7. Dampak Kebijakan terhadap Kesejahteraan ... 54

(23)

... 4.2.1. Blok Produksi

...

4.2.2. Blok Pasar Domestik

...

4.2.3. Blok Pasar Dunia

... 4.3. Prosedur Analisis

... 4.3.1 . Identifikasi Model

... 4.3.2. Metode Pendugaan Model

... 4.3.3. Validasi Model

. .

...

4.3.4. Simulasi Kebijakan

... 4.3.5. Penghitungan Perubahan Kesejahteraan

...

4.3.6. Knteria Seleksi Skenario Kebijakan

... 4.4. Sumber dan Jenis Data

...

V

.

KEADAAN UMUM EKONOMI TANAMAN PANGAN

5.1. Perkembangan Areal Panen Komoditi ...

...

5.2. Perkembangan Produktivitas Komoditi

5.3. Perkembangan Produksi, Konsumsi, Ekspor dan Impor

...

Koinodi ti

5.4. Perkembangan Harga Komodi ti ...

VI .

MODEL DAN STRUKTUR EKONOMI TANAMAN

...

PANGAN

6.1. Hasil Pendugaan Model Ekonomi Tanaman Pangan ... 6.2. Persamaan Blok Produksi ...

...

6.2.1. Areal Panen Komoditi

6.2.2. Produktivitas Komoditi ...

... 6.2.3. Penggunaan Pupuk Komoditi

6.2.4. Penggmaan Tenaga Kerja Komoditi ... ... 6.3. Persamaan Blok Pasar Domestik

... 6.3.1 . Permintaan Koinoditi

6.3.2. Harga Komoditi di Pasar Domestik ... ... 6.3.3. Stok Tak-Tercatat Beras dan Gula

... 6.4. Persamaan Blok Pasar Dunia

...

6.4.1. Ekspor dan Impor Komoditi

... 6.4.2. Harga Beras dan Gula di Pasar Dunia

(24)

VII

.

DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI TERHADAP

...

KINERJA EKONOMI TANAMAN PANGAN

...

7.1. Hasil Validasi Model Ekonomi Tanaman Pangan

7.2. Evaluasi Dampak Kebijakan terhadap TOnerja Ekonomi Tanaman ... Pangan Periode Tahun 1 985-1 998

7.2.1. Dampak Kebijakan terhadap Kesejahteraan ... ... 7.2.2. Hasil Seleksi Skenario Kebijakan

...

7.2.3. Dampak Kebijakan terhadap Produksi dan Pasar Komoditi 7.3. Ramalan Dampak Kebijakan terhadap Kinerja Ekonomi Tanaman

...

Pangan Periode Tahun 2002-2007

7.3.1. Dampak Kebijakan terhadap Kesejahteraan ...

...

7.3.2. Hasil Seleksi Skenario Kebijakan

7.3.3. Dampak Kebijakan terhadap Produksi dan Pasar Komoditi ...

VIII

. LIBERALIS AS1 PERDAGANGAN DAN KEBIJAKAN

PENGEMBANGAN EKONOMI TANAMAN PANGAN ...

8.1. Tanaman Pangan Menghadapi Liberalisasi Perdagangan ... 8.2. Pnoritas Kebijakan Peningkatan Ketahanan Pangan ... 8.3. Prioritas Kebijakan Pengembangan Perberasan dan

... Pergulaan Nasional

8.3.1. Pnoritas Kebijakan Pengembangan Pergulaan Nasional ...

8.3.2. Pnoritas Kebijakan Pergulaan dan Perberasan Nasional

Menghadapi Peningkatan Produksi Gula dan Beras Dunia ...

...

IX .

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

...

9.1. Kesimpulan

. .

9.2. Implikasi Kebijakan ... 9.3. Saran untuk Penelitian Lebih Lanjut ...

...

DAFTAR PUSTAKA

(25)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 . Komposisi PDB Sektor Pertanian. Tahun 1970-1 999 ... 16

2 . Komposisi PDB Sektor Pertanian dalam Perekonomian Indonesia

pada Harga Konstan 1993 ... 17

3 . Nilai Ekspor Beberapa Komoditi Pangan dan Hortikultura.

Tahun 1 9 9 6 1 999 ... 18

4 . Nilai Impor Beberapa Komoditi Pangan dan Hortikultura.

Tahun 1996- 1 999 ... 19

5 . Komponen Model Ekonomi Tanaman Pangan ... 62 6 . Luas Areal Padi Indonesia. Tahun 1981 -1998 ... 100

...

7 . Produktivitas per Hektar Padi Indonesia. Tahm 1981-1998 100

8 . Luas Areal dan Produktivitas per Hektar Kedelai Indonesia.

Tahun 1 98 1 . 1998 ... 100

9 . Luas Areal dan Produhvitas per Hektar Jagung Indonesia.

...

Tahun 198 1 . 1998 101

10 . Luas Areal dan Produktivitas per Hehqar Ubikayu Indonesia.

Tah~m 1981-1998 ... 101

1 1 . Luas Areal dan Produktivitas per Hektar Ubijalar Indonesia.

...

Tahun 198 1 . 1998 101

12 . Luas Areal dan Produktivitas per Hektar Tebu Indonesia.

...

Tahun 1981 .I998 102

13 . Produksi Padi Produksi. Permintaan dan Impor Beras Indonesia.

Tahun 1 98 1 . 1 998 ... 106

14 . Produksi. Permintaan dan Impor Kedelai Indonesia. Tahun 198 1-1 998 ... 106

15 . Produksi. Permintaan. lmpor dan Ekspor Jagung Indonesia.

T a h ~ 1981-1998 ... 106

16 . Produksi Ubikayu. Permintaan dan Ekspor Gaplek Indonesia.

Tahim 1 98 1 . 1 998 ... 107

(26)

18 . Produksi Tebu. Produksi. Permintaan dan Impor Gula Indonesia.

Tdlun 198 1 . 1998 ... 108

Perkembangan Harga Komoditi Tanaman Pangan. Tahun 198 1-1 998 ... ... Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Areal Padi

Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Areal Kedelai. Jagung dan ... Ubikayu

Hasil Pendugaan Parameter dm Elastisitas Areal Ubirambat dan Tebu ...

Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Produktivitas Padi ...

Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Produktivitas Kedelai dan Jagung

Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Produktivitas Ubikayu dan

... Ubirambat

Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Penggunaan Pupuk ...

Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Penggunaan Tenaga Kerja ...

Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Komoditi di Pasar Domestik ...

Hasil Pendugaan Parameter Harga Komoditi di Pasar Domestik ...

Hasil Pendugaan Parameter Stok Tak-Tercatat Beras dan Gula ...

Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Ekspor dan lmpor Komodi ti ...

Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Harga Komohti di Pasar Dunia ..

Berbagai Skenario Kebijakan Periode Tahun 1985- 1998 ...

Hasil Perhitungan Perubahan Surplus Produsen dan Konsumen. Penerimaan Pemerintah dan Penerilnaan Devisa dari Berbagai Skenario Kebjjakan Periode Tahun 1985- 1998 (SimH1 sampai dengan SimH7) ...

Hasil Perhihmgan Penlballan Surpli~s Produsen dan Konsumen. Penerimaan Pemerintah dan Penerimaan Devisa dari Berbagai Skenario Kebijakan

... Periode Tahun 1985-1 998 (SimH8 sampai dengan SiinH14)

(27)

37. Hasil Perhitungan Perubahan Surplus Produsen dan Konsumen, Penerimaan Pemerintah dan Penerimaan Devisa dari Berbagai Skenario Kebijakan Periode Tahun 1985-1 998 (SimH22 sampai dengan SimH27) ...

38. Karakteristik 16 Skenario Kebijakan Terpilih Berdasarkan Komponen ... Welfare dan Penerimaan Devisa Periode Tahun 1985-1998

39. Karakteristik 11 Skenario Kebijakan Tidak Terpilih Berdasarkan Komponen Welfare dan Penerimaan Devisa Periode Tahun 1985-1998. ...

40. Dampak Dua Skenario Terbaik dan Dua Skenario Terpilih terhadap Kinerja Ekonomi Tanaman Pangan Periode Tahun 1985- 1998 ...

... 41 . Berbagai Skenario Kebijakan Periode Tahun 2002-2007

42. Hasil Perhitungan Perubahan Surplus Produsen dan Konsumen, Penerimaan Pemerintah dan Penerimaan Devisa dari Berbagai Skenario Kebijakan Periode Tahun 2002-2007 (SimFI sampai dengan SimF6) ...

43. Hasil Perhitungan Perubahan Surplus Produsen dan Konsumen, Penerilnaan Pemerintah dan Penerimaan Devisa dari Berbagai Skenario Kebijakan Periode Tahun 2002-2007 (SimF7 sampai dengan SimF12) ...

44. Hasil Perhitungan Perubahan Surplus Produsen dan Konsumen, Penerimaan Pemerintah dan Penerimaan Devisa dari Berbagai Skenario Kebijakan Periode Tahun 2002-2007 (SimF13 sampai dengan SimF18) ...

45. Hasil Perhitungan Perubahan Surplus Produsen dan Konsumen, Penerimaan Pemerintah dan Penerimaan Devisa dari Berbagai Skenario Kebijakan Periode Tall~ln 2002-2007 (SimF19 sampai dengan SimF23) ...

46. Karakteristik 15 Skenario Kebijakan Terpilih Berdasarkan Komponen Welfare dan Penerimaan Devisa Periode Tahun 2002-2007 ...

47. Dampak Skenario Kebijakan Terbaik terhadap Kinerja Ekonomi Tanaman

...

Pangan Periode Tahun 2002-2007

48. Kriteria Penilaian terhadap Setiap Skenario Kebijakan Terbaik

dan Terpilih unhik Mengevaluasi Komoditi Potensial dan Tidak Potensial ... dalam Memperkuat Ketahanan Pangan Periode Tahun 2002-2007

49. Komoditi yang Berpotensi unhik Dikembangkan dari Enam Skenario

.. Kebijakan Terbaik terhadap Ketahanan Pangan Periode Tahun 2002-2007..

(28)

DAFTAR GAMBAR

Noinor Halainan

1 . Pendekatan untuk Perumusan Masalah Penelitian ... 7

2 . Kerangka Keterkaitan antar Variabel Ekonomi Tanaman Pangan ... 36

3 . Dampak Kebijakan pada Pasar Domestik ... 39

4 . Penunman Permintaan Individu Konsumen terhadap Komoditi A

dan Komoditi B ... 48

5 . Dampak Kebijakan Berdasarkan Elastisitas Penawaran yang Berbeda dan

Elastisitas Permintaan Tertentu ... 55

6 . Dampak Kebijakan Berdasarkan Elastisitas Permintaan yang Berbeda dan

Elastisitas Penawaran Tertentu ... 55

7 . Dampak Kebijakan Terhadap Kesejahteraan Secara Umum ... 56

8 . Diagram Keterkaitan antar Variabel Model Ekonomi Tanaman Pangan ... 58

9 . Perkembangan Luas Areal Komoditi Tanaman Pangan Indonesia. Tahun

1981-1998 ... 98

10 . Perkernbangan Produktivitas per Hektar Koinoditi

Tanaman Pangan Indonesia. Tahun 1981 -1 998 ... 104

1 1 . Perkembangan Produksi Komoditi Tanaman Pangan

Indonesia. Tahun 1 98 1 . 1998 ... 105

12 . Perkernbangan Produksi. Konsuinsi. Impor dan Ekspor

Komoditi Tanaman Pangan Indonesia. Tahun 1 98 1 . 1998 ... 109

13 . Perkernbangan Harga Pedagang Besar Komoditi Tananan Pangan

Indonesia. Tahun 198 1 . 1 998 ... 110

14 . Total Pen~bahan Surplus Produsen. Surplus Konsumen dan Penerimaan

Pemerintah pada Blok Produksi Periode Tahun 1985- 1 998 ... 151

15 . Total Perubahan Surplus Produsen. Surplus Konsumen dan Penerimaan

Pemerintah pada Blok Pasar Domestik Periode Tahun 1985-1 998 ... 152

16 . Total Perubahan Surplus Produsen. Surplus Konsumen dan Peneriinaan

(29)

17. Total Perubahan Surplus Produsen, Surplus Konstunen dan Penerimaan Pemerintah pada Blok Produksi dan Blok Pasar Domestik Periode

Tahun 2002-2007 .... ... 177

18. Total Perubahan Surplus Produsen, Surplus Kons~unen dan Peneri~naan

(30)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor halaman

...

1 . Data dan Program Pendugaan Model Ekonomi Tanaman Pangan 218

2 . Program Validasi Model Ekonomi Tanaman Pangan dan

Simulasi Historis Periode Tahun 1985- 1998 ... 245

3 . Program Peramalan Variabel Eksogen. Simulasi Dasar dan Simulasi

Peramalan Periode Tahun 2002-2007 ... 251

4 . Hasil Validasi Model Ekonomi Tanaman Pangan dan Simulasi Dasar

...

Periode Tahun 1985- 1998 259

5 . Hasil Simulasi Dasar Periode Tahun 2002-2007 ... 266

6 . Hasil Simulasi Historis Periode Tahun 1985-1998 ... 269

...

7 . Hasil Simulasi Peramalan Periode Tallun 2002-2007 277

8 . Hasil Dampak Simulasi Historis Periode Tahun 1985-1 998 ... 289

9 . Hasil Dampak Simulasi Peramalan Periode Tahun 2002-2007 ... 305

10 . Dampak Skenario Kebijakan Terpilih terhadap

...

Kinerja Ekonomi Tanaman Pangan Periode Tahun 1985- 1998 317

1 1 . Dampak Skenario Kebijakan Terpilih terhadap

...

Kinerja Ekono~ni Tana~nan Pangan Periode Tahun 2002-2007 326

12 . Dampak Skenario Kebijakan Terpilih terhadap Ketahanan Pangan

pada Ko~noditi Padi Periode Tahun 2002-2007 ... 332

13 . Dampak Skenario Kebijakan Terpilih terhadap Ketahanan Pangan

...

pada Komoditi Kedelai Periode Tahun 2002-2007 333

14 . Dampak Skenario Kebijakan Terpilih terhadap Ketahanan Pangan

...

pada Komoditi Jagung Periode Tahun 2002-2007 334

15 . Dampak Skenario Kebijakan Terpilih terlladap Ketahanan Pangan

...

pada Komoditi Ubikayu Periode Tahun 2002-2007 335

16 . Dampak Skenario Kebijakan Terpilih terhadap Ketahanan Pangan

...

pada Komoditi Ubirambat Periode Tahun 2002-2007 336

17 . Da~npak Skenario Kebijakan Terpilih terhadap Ketahanan Pangan

...

(31)

1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan perekonomian Indonesia mulai Pelita I (April 1968-1974) sampai

dengan Pelita I11 (April 1979-1984) memprioritaskan sektor pertanian khususnya pertanian

tanaman pangan sedangkan mulai Pelita IV prioritas utama dialihkan kepada sektor non

pertanian terutarna sektor industri dan jasa. Pembangunan sektor pertanian dan jasa pada

Pelita IV dan selanjutnya diharapkan memanfaatkan landasan yang telah dibangun selama

Pelita I sampai Pelita 111, yakni pembangunan sektor industri dan jasa yang mendukung

perturnbuhan sektor pertanian, khususnya pembangunan industri hulu dan industri hilir

yang terkait dengan sektor pertanian. Banyak ahli ekonorni menilai bahwa pembangunan

industri yang dikembangkan di Indonesia sejak Pelita IV tersebut adalah industi-industri

yang bersifat foot lose industry, yakni industri padat modal yang tidak berdasarkan pada sumberdaya yang tersedia didalam negeri dan industri tersebut diimpor dari negara lain

yang relatif sudah usang dan tidak efisien sehingga potensi sumberdaya pertanian belurn

dikelola secara optimal.

Keberhasilan pembangunan pertanian sampai dengan Pelita 111, khususnya pertanian

tanaman pangan dalam berswasembada beras nasional tahun 1984, ditunjang oleh banyak faktor. Soepardi (1 996) mengemukakan keberhasilan tersebut terutama disebabkan oleh

pemanfaatan teknologi baru seperti benil1 varietas unggul, pupuk buatan, pengendalian

hama penyakit tanaman, pembangunan jaringan irigasi dan penyuluhan pertanian yang memungkmkan produksi padi meningkat dari 2 tonha menjadi 6 tonha. Mulyana (1998)

mengemukakan bahwa keberhasilan tersebut juga karena kebijakan pemerintah berupa

(32)

karena beras merupakan bahan pangan pokok sehingga dengan keberhasilan tersebut

menjarnin ketersediaannya bagi rakyat.

Perkembangan mulai Pelita IV sampai sekarang menunjukkan keberhasilan

swasembada beras yang pernah dicapai tidak marnpu dipertahankan. Abbas (1997)

mengemukakan berdasarkan data tahun 1984-1996, ha1 ini disebabkan oleh laju

peningkatan produksi berm (2,38 persen per tahun) lebih rendah dibandingkan laju

pertumbuhan penduduk (3,25 persen per tahun) dirnana produktivitas padi secara nasional

telah mengalami levelling-off (pelandaian) disebabkan inefisiensi penggunaan pupuk TSP

dan SP36 di Jawa. Sawit (1998) mengemukakan keadaan tersebut karena diabaikannya

saran kebijakan untuk meningkatkan penyediaan dana atau investasi berbagai aktivitas

penting seperti: kredit pertanian, riset, penyuluhan, pemeliharaan dan pembangunan

infiastruktur yang dapat mendorong peningkatan produksi pangan.

Kendala lain swasembada baas gaga1 dipertahankan adalah bertambahnya alih fbngsi

atau konversi lahan menjadi kawasan industti, pefumahan dan lahan non pertanian yang

sebagian terbesar di Jawa. Suprapto (1994) mengemukakan bahwa lahan sawah di Jawa

mengalami pengurangan luas dari 2.946 ribu hektar tahun 1983 menjadi 2.508 ribu hektar tahun 1993 atau turun 14,87 persen. Secara nasional konversi lahan pertanian (sawah dan

bukan sawah) terkonsentrasi di Jawa, yang mencapai 92 persen dari total konversi lahan

pertanian Indonesia.

Mulai Pelita VI (awal PJP 11), pada tahun 1996 telah dilakukan pengkajian suatu

paket teknologi SUTPA (Sistem Usahatani berbasis Padi) dan uji cobanya dilakukan pada

tahun 1997. Karena Indonesia dilanda krisis ekonomi dan politik maka Program SUTPA

yang belurn mantap menjadi paket program sektor pertanian tanaman pangan tidak

(33)

3

(Gerakan Mandiri Padi Kedelai dan Jagung), yakni program pencapaian swasembada padi

kedelai dan jagung yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2001.

Program Gema Palagung dalam pelaksanaannya menghadapi banyak tantangan dan

hambatan sehingga dalam rangka memperkuat ketahanan pangan dan konsisten dengan

program jangka panjang, sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan dengan IMF

(International Monetary Fund), sesarna negara ASEAN (AFTA), negara-negara dikawasan

Asia Pasifik (APEC) serta negara-negara di dunia (WTO) menuju liberalisasi perdagangan dunia, maka sejak tahun 2002 pemerintah telah menetapkan rencana strategis sektor pertanian untuk peningkatan laju pertumbuhan sektor pertanian melalui dua program

utama, yakni: Program Ketahanan Pangan dan Program Pengembangan Agribisnis. Dalam

ha1 ini Delima (1995) mengemukakan pentingnya strategi diversifikasi yang tepat dalam

rangka menjamin tercapainya tujuan-tujuan masa yang akan datang melalui pengembangan

komoditi yang potensial, sedangkan Nasution (1995) mengemukakan bahwa: "Selama

keadaan damai-damai saja tanpa ada perang dan keadaan darurat lainnya, mungkm lebih

baik kita mengadakan analisis pasar dan meneliti komoditi apa yang lebih baik kita impor

dari luar negeri, dan sebagai gantinya komoditi apalagi yang sebaiknya kita kembangkan di

dalam negeri untuk dijadikan komoditi ekspor kita yang penting ".

Berdasarkan hal-ha1 diatas dan dalam rangka perumusan alternatif kebijakan ekonomi

yang sesuai dengan arah pembangunan sektor pertanian maka perlu dilakukan penelitian

tentang kebijakan ekonomi tanaman pangan Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan

sektor pertanian, khususnya penyediaan pangan nasional, peningkatan kesejahteraan petani

dan konsumen serta peningkatan penerimaan pemerintah dan penerimaan devisa.

1.2. Permasalahan

Kasryno (1996) mengemukakan berdasarkan hasil sensus pertanian bahwa sektor

(34)

pendapatan masyarakat, dalam hal ini pada tahun 1993 terdapat sekitar 45.88 persen dari 77.8 juta total tenaga kerja bekerja di sektor pertanian, dimana dari jumlah itu sekitar 18,3

juta diserap oleh subsektor tanaman padi dan palawija (BPS, 1994: Sensus Pertanian).

Suryana dan Purwoto (1998) menambahkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan

penting dalam menghasilkan bahan pangan, sebagai sumber bahan baku bagi agroindustri

dan sebagai penghasil devisa tetapi sumbangan sektor pertanian terhadap pendapatan

nasional menurun tajam dari 34 persen pada tahun 197 1 menjadi 17 persen pada tahun

1996 sehingga permasalahan perekonomian secara nasional adalah: (1) merninimumkan

ketergantungan perekonomian pada industri perminyakan, (2) mendorong peningkatan

ekspor non minyak dan gas, clan (3) meminimwnkan subsidi atau pengeluaran devisa.

Simatupang et.al. (1995) dan Arifin (1997) mengemukakan bahwa kebijakan

pemerintah setelah Pelita 111 mengandung kontradiksi antara kebijakan jangka pendek yang

berupaya menyediakan pangan melalui harga beras yang dapat terjangkau oleh masyarakat

dengan kebijakan jangka panjang yang bertujuan meningkatkan diversifbsi pangan. Arnin

(1997) dan Erwidodo et.al. (1997) mengemukakan bahwa diversifikasi konsumsi pangan

dari baas ke bahan pangan lain masih kurang mendapat perhatian secara luas dari

masyarakat kecuali di daerah perkotaan yang mulai menunjukkan kecendemgan kearah

diversifikasi konsumsi.

Kontroversi tentang pengurangan peran pemerintah dalam intervensi ekonomi pangan

juga masih berlanjut, padahal pembangunan pertanian tanaman pangan Indonesia selama

ini sangat ditunjang oleh berbagai proteksi dan kebijakan pemerintah, ba& secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yakni subsidi harga input dan output,

pengendalian stok oleh pemerintah, dan program pertanian: Bimas, Inmas, Insus, Supra

Insus dan Upsus (upaya khusus dalarn menunjang keberhasilan Gema Palagung). Secara

(35)

5

gandum dan terigu, proyek pengembangan jaringan irigasi dan pembangunan jalan atau

jembatan.

Saragh (1998) mengemukakan bahwa kebijakan pemerintah untuk meningkatkan

ketahanan pangan yang efisien dan lestari dapat diwujudkan melalui mekanisme pasar

sepanjang syarat-syarat beke rjanya mekanisme pasar dapat diwujudkan. Jika syarat-syarat

bekerjanya mekanisme pasar tidak t e m j u d maka pasar gaga1 mewujudkan sistem

ketahanan pangan yang efisien dan lestari sehingga timbul pembenaran ekonomi dari

kebijakan pemerintah, yakni menciptakan iklim yang kondusif bagi bekerjanya mekanisme

pasar yang efisien, bukan menggantikan atau merusak mekanisme pasar.

Kebijakan ekonomi dalam rangka peningkatan kinerja ekonomi sub-sektor pertanian

tanaman pangan, sebagai bagian dari sektor pertanian dan perekonomian nasional

merupakan pennasalahan utama penelitian ini, dalam ha1 ini kebijakan ekonomi yang

berhasil adalah yang dapat meningkatkan kesejahteman produsen dan konsumen rnaupun

penerimaan pemerintah dan devisa. Berdasarkan perkembangan kinerja ekonomi tanaman

pangan dua dekade terakhir (tahun 198 1- 1998), sebagai resultante kinerja produksi, kinerja pasar komoditi dan berbagai kebijakan ekonomi yang telah ditempuh pemerintah

menunjukkan bahwa: (1) terdapat peningkatan produksi padi, kedelai dan jagung,

sedangkan ubikayu, ubi rambat dan tebu relatif konstan, (2) terdapat peningkatan konsumsi

beras, kedelai, jagung dan gula, dimana peningkatannya lebih tinggi dibandingkan

peningkatan produksi sehingga impor semakin meningkat, sebaliknya ekspor ubikayu

semakin menurun dan ekspor ubirambat meskipun kecil terjadi peningkatan, dan (3) harga

kornoditi secara nominal semakin meningkat namun secara riel semakin menurun.

Berbagai kebijakan ekonomi yang terkait dengan tanaman pangan telah ditempuh

pemerintah namun masalah kesejahteraan petani dan konsumen serta penerimaan

(36)

merupakan permasalahan yang perlu dievaluasi dan dianalisis sebagai bahan pertimbangan

perumusan altematif kebijakan masa akan datang. Pengkajian berbagai alternatif kebijakan

ekonomi yang telah maupun belurn ditempuh pemerintah semakin penting untuk

peningkatan kinerja ekonomi tanaman pangan masa akan datang, terutama: peningkatan

kinerja produksi untuk peningkatan ketersediaan pangan, peningkatan kinerja pasar

komoditi pangan domestik untuk mengurangi impor komoditi yang membebani penerimaan

pemerintah maupun penerimaan devisa serta permasalahan dengan negara-negara lain

menghadapi liberalisasi perdagangan.

Pada era liberalisasi perdagangan yang akan datang, petani rakyat yang umurnnya

petani tanaman pangan akan semakin mempunyai kebebasan dalam memilih komoditi yang

ditanamnya, maka perumusan berbagai kebijakan hams dilihat dalam kerangka keterkaitan

berbagai komoditi yang ditanam oleh petani sehingga penelitian tentang kebijakan ekonorni

tanaman pangan perlu dilakukan dengan pendekatan multi komoditi. Dalam ha1 ini

perumusan kebijakan dengan pendekatan multi komoditi mampu melihat efek balik dari

produsen komoditi dengan komoditi lain maupun dengan konsumen berdasarkan harga

pasar serta keterkaitannya dengan pasar input. Dengan demikian setiap alternatif kebijakan

yang ditempuh oleh pemerintah akan berdampak terhadap output akhir yakni kinerja ekonomi tanaman pangan, yang terdiri dari: (1) kesejahteraan produsen dan konsumen

maupun penerimaan pemerintah dan devisa, dan (2) kinerja produksi dan pasar komoditi,

terutama: produksi, konsurnsi, impor atau ekspor dan harga komoditi.

Berdasarkan Gambar 1 dapat dijelaskan pendekatan yang digunakan untuk

(37)

-

PENDEKATAN PENELlTlAN

Kebijakan

-

Single komoditi

Single

4

Welfare Petani

Komohti (single komoditi)

Multi Komoditi

Padi, Kedelai, Jagung, Ubikayu

Ubirambat dan Tebu

a. Mempunyai keterkaitan antara kornoditi

b. Petani mempunyai Welfare Petani

kebebasan memilih macam (mdti komoditi) tanamkomoditi

c. Pendapatan petani tidak single komoditi

Instrumen Kebijakan

!

I

I

Protehi

I

a Subsidi Input b. Harga Dasar

c. Harga Maksimum d. Pajak imporlekspor

e. Monopoli Bdog makroekonomi Indonesia

KINERJA EKONOMI TANAMAN PANGAN

Kinerja Produksi dan Pasar Komoditi

a Produksi b. Konsurnsi

c. Irnporlekspor d. Harea.

Welfare I

Kesej ahteraan a. Produsen

b. Konsumen

c. Devisa

[image:37.520.28.456.23.709.2]
(38)

8

1. Komoditi tanaman pangan utama Indonesia (padi, kedelai, jagung, ubikayu, ubirambat,

dan tebu) umumnya dihasilkan oleh petani rakyat, dimana terdapat keterkaitan antar

komoditi dalam menggunakan sumberdaya terutama lahan yang tersedia. Berdasarkan

kecenderungan bahwa petani semakin bebas dalarn menghasilkan produksi komoditi

maka berbagai analisis maupun kebijakan yang didasarkan pada pendekatan single

komoditi tentu kurang mendekati fenomena yang ada karena penetapan kebijakan

ekonomi untuk suatu komoditi berimplikasi kepada faktor-faktor produksi dan pasar komoditi lainnya. Penelitian dengan pendekatan multi komoditi tanaman pangan mulai

sisi produksi sampai pasar domestik dan dunia belum banyak dilakukan di Indonesia,

padahal untuk mengevaluasi kebijakan yang telah ditempuh maupun yang akan

ditempuh perlu dilakukan secara multi komoditi. Dengan demikian permasalahan

pertama adalah bagaimanakah model ekonomi tanaman pangan Indonesia berdasarkan

pendekatan multi komoditi dan meliputi sisi produksi sampai pasar komoditi.

2. Berdasarkan model ekonomi tanaman pangan dengan pendekatan multi komoditi

tersebut permasalahan kedua adalah bagaimanakah dampak berbagai kebijakan ekonomi

terhadap kinerja ekonorni tanaman pangan Indonesia, yakni: (1) berdasarkan berbagai

kebijakan ekonomi yang telah maupun belum diternpuh pemerintah pada masa lalu,

bagaimanakah hasil evaluasi berbagai alternatif kebijakan ekonomi masa laly dan (2) alternatif kebijakan manakah yang dapat dipertimbangkan sebagai kebijakan masa akan

datang agar kesejahteraan, kinerja produksi dan pasar komoditi tanaman pangan dapat

ditingkatkan.

3. Pennasalahan ketiga adalah kebijakan ekonomi manakah yang dapat dipertimbangkan untuk perurnusan kebijakan pada masa akan datang, karena: (1) kontroversi kebijakan

(39)

belurn final diantara negara-negara di dunia. Komoditi pangan utama rakyat masing-

masing negara ~nerupakan salah satu komoditi green box yang masih diijinkan untuk diproteksi oleh WTO sarnpai tahun 2020, sehingga penelitian yang terkait dengan

kesiapan ekonomi tanaman pangan Indonesia menghadapi liberalisasi perdagangan

sangat diperlukan, dan (2) kebijakan ekonomi inanakah yang dapat meningkatkan

ketahanan pangan Indonesia, khususnya komoditi-komoditi manakah yang berpotensi

untuk dikembangkan dan komoditi-komoditi lain manakah yang tidak berpotensi untuk dikembangkan agar secara total komoditi dapat meningkatkan welfare atau

kesejahteraan produsen dan konsuunen, penerimaan pemerintah dan penerirnaan devisa

serta peningkatan kinerja produksi dan pasar komoditi tanaman pangan.

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dampak berbagai kebijakan

ekonomi terhadap kineqja ekonomi tanatnan pangan Indonesia, yakni: kesejahteraan

produsen dan kons~unen, penerimaan pemerintah dan devisa serta kinerja produksi dan

pasar komoditi, dengan menggunakan model ekonometrika. Secara spesifik penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Metnbangun model ekonomi tanaman pangan Indonesia yang mencakup sisi produksi

dan pasar komoditi tanaman pangan dengan pendekatan multi komoditi.

2. Menganalisis struktur ekonomi tanaman pangan Indonesia.

3 Mengevaluasi dampak berbagai skenario kebijakan ekonomi terhadap kesejahteraan

dan kinerja produksi dan pasar komoditi tanaman pangan periode tahun 1985-1998.

4. Merarnalkan darnpak berbagai skenario kebijakan ekonorni terhadap terhadap

(40)

1.3.2. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk: (1) mengidentifikasi

secara empiris struktur ekonomi tanaman pangan Indonesia, (2) sebagai evaluasi dampak

berbagai kebijakan ekonomi tanaman pangan pada masa lalu dan pertimbangan untuk

peramalan masa akan datang, dan (3) sebagai pertimbangan perumusan kebijakan ekonomi

tanaman pangan masa akan datang. Dengan dernikian secara terperinci hasil penelitian ini

drharapkan berguna untuk mengidentifikasi dan pertimbangan perumusan kebijakan-

kebijakan berikut:

1. Perumusan kebijakan yang berkaitan dengan pro-kontra proteksi, kebijakan subsidi input produksi (modal, pupuk dan tenaga kerja), kebijakan harga komoditi, dan

peningkatan atau penghapusan peran Bulog dalam pengendalian pangan (beras dan

gula). Dengan demikian dapat diketahui kesiapan ekonomi tanaman pangan Indonesia

memasuki liberalisasi perdagangan.

2. Perumusan kebijakan dalarn kaitannya dengan peningkatan ketahanan pangan, dalam

ha1 ini berguna untuk penentuan pilihan komoditi yang berpotensi untuk dikembangkan

dan komoditi yang tidak berpotensi untuk dikembangkan atau sebaiknya diimpor.

3. Perurnusan kebijakan-kebijakan ekonomi pangan berdasarkan prioritas yang mendesak, diantaranya prioritas pengembangan perberasan dan pergulaan nasional.

4. Perumusan kebijakan-kebijakan lainnya: peran investasi penelitian pengembangan dan penyuluhan (LRD) dan investasi pembangunan untuk sektor pertanian: pengairan,

infi-astruktur jalan dan pasar (PPP).

5. Identifikasi terhadap fenomena negatif yang diduga sering terjadi di pasar domestik, yakni penyelundupan dan penimbunan pangan, khususnya beras atau stok tak tercatat

(41)

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup dan keterbatasan-keterbatasan penelitian ini dapat dikemukakan

sebagai berikut:

1. Kebijakan ekonomi yang dimaksudkan adalah kebijakan yang telah atau belum

ditetapkan oleh pemerintah yang terkait dengan ekonomi tanaman pangan mulai sisi

produksi sampai pasar komoditi, meliputi kebijakan jangka pendek maupun jangka panjang. Kebijakan jangka pendek: (1) kebijakan harga input, yaitu modal (tingkat suku

bungalkredit), subsidi harga pupuk dan kebijakan upah tenaga kerja, (2) kebijakan

harga dasar dan harga atap komoditi di pasar domestik, terutama komoditi padi,

kedelai, jagung, gula dan terigu, dan (3) kebijakan monopoli Bulog dalam pengendalian

stok pangan (ditingkatkan atau diktuangi peranannya). Kebijakan jangka panjang: (1)

pengeluaran pemerintah untuk sektor pertanian, baik investasi irigasi dan infiastruktur jalan dan pasar (PPP), dan (2) dana atau investasi pemerintah untuk penelitian

pengembangan penyuluhan dan statistik (LRD).

2. Shock internal dimaksudkan adalah perubahan variabel domestik yang dapat

mempengaruhi kinerja ekonomi tanaman pangan: musirn (curah hujan).

3. Shock eksternal dimaksudkan adalah perubahan variabel yang ditentukan oleh faktor

luar negeri yang dapat berpengaruh terhadap kinerja ekonomi tanaman pangan, diantaranya: perubahan harga komoditi di pasar dunia dan perubahan jumlah ekspor

atau impor komoditi di pasar dunia.

4. Indikator ekonomi makro dalam penelitian ini adalah: nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar Amarika (exchange rate) dan tingkat inflasi yang digambarkan oleh indeks harga.

(42)

12

pertaniannya, disamping itu komoditi-komoditi tersebut merupakan sasaran berbagai kebijakan yang ditetapkan pemerintah dan sangat dirasakan oleh sebagian besar petani

Indonesia. Komoditi tanaman pangan yang diteliti meliputi enam komoditi: padi,

kedelai, jagung, ubikayu, ubirambat dan tebu. Dalam ha1 ini terdapat lima komoditi

yang termasuk dalam pembinaan Dinas Pertanian Tanaman Pangan (padi, kedelai,

jagung, ubikayu dan ubirambat) dan satu komoditi dibawah pembinaan Dinas

Perkebunan (tebu). Tebu dalam penelitian ini dimasukkan sebagai komoditi tanaman

pangan karena tanaman tebu merupakan alternatif pilihan atau berkompetisi dengan

tanaman pangan yang banyak ditanam oleh petani.

6. Penelitian ini difokuskan atau lebih berorientasi pada aspek ekonomi domestrk, yakni mulai sisi produksi sampai pasar komoditi domestik, namun tidak dapat dihindari

beberapa faktor atau variabel pasar dunia yang masuk kedalam model, yakni beras dan gula sedangkan variabel-variabel pasar komoditi selain beras dan gula ditetapkan

sebagai variabel eksogen.

7. Aspek-aspek yang dikaji pada masing-masing komoditi meliputi: areal panen komoditi,

produktivitas komoditi per hektar, penggunaan input per hektar (pupuk dan tenaga

kerja), pasar komoditi domestik (harga, permintaan, penawaran dan stok komoditi),

ekspor atau impor komoditi dan harga dunia (beras dan gula).

8. Berdasarkan keterbatasan waktu, tenaga dan biaya maka dalam penelitian hi: ( I ) aspek pemasaran dan kelembagaan ekonomi masing-masing komoditi direpresentasikan

dengan pendekatan analisis harga, yakni integrasi pasar horizontal, vertikal dan

kecepatan penyesuaian harga pasar komoditi (variabel lag), dan (2) teknologi agroindustri (prosesing) masing-masing komoditi didekati dengan tingkat rendemen

(43)

13

domestik (produk sekunder), yakni: tingkat rendemen gabah ke beras, rendemen tebu

ke gula dan ubikayu ke gaplek.

9. Keterbatasan lainnya adalah permintaan komoditi tanaman pangan dalam penelitian ini

adalah permintaan atau konsumsi tingkat nasional dan belum didisagregasi berdasarkan

wilayah (Jawa dan Luar Jawa) maupun kelompok konsumennya (permintaan oleh

rumah tangga atau oleh industri).

Berdasarkan mang lingkup diatas, beberapa variabel endogen atau eksogen yang

diteliti menggunakan pewakil atau proksi dari variabel dimaksud, diantaranya:

1. Pengaruh gejala El Nino dan La Nina, yakni kondisi m u s h kering berkepanjangan

disertai tempertur udara yang relatif panas untuk El Nino dan kondisi sebaliknya untuk

La Nina, dalam ha1 ini di representasikan oleh curah hujan.

2. Fluktuasi moneter, dalam ha1 ini direpresentasikan dengan tingkat suku bunga dan tingkat indeks harga.

3. Disagregasi wilayah dibagi menjadi dua, yaitu Jawa dan Luar Jawa, ha1 ini diasumsikan

komoditi pangan banyak terkonsentrasi di Jawa dengan tingkat homogenitas yang

tinggi dibandingkan dengan di Luar Jawa, khususnya dalam ha1 kondisi lahan, iklim

dan perilaku masyarakat dalam berusahatani.

4. Tingkat harga input dan output komoditi yang diteliti adalah harga riel rerata komoditi dalam setahun (dideflate dengan indeks harga).

5. Upah tenaga kerja yang digunakan adalah sebesar upah tenaga kerja sektor pertanian di

(44)

11.

TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab I1 ini dikemukakan secara ringkas kontribusi tanaman pangan dalam

perekonomian Indonesia, tinjauan urnum kebijakan ekonomi pangan Indonesia dan

beberapa studi atau hasil penelitian terdahulu. Uraian ketiga sub-bab tersebut berguna

sebagai masukan bagi pengembangan kerangka teoritis dan fomulasi model, yakni perkembangan beberapa variabel utama ekonomi tanaman pangan, kebijakan ekonomi

tanaman pangan yang telah ditempuh pemerintah dan beberapa hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh peneliti terdahulu.

2.1. Kontribusi Tanaman Pangan dalam Perekonomian Indonesia

Sub-sektor ekonomi tanaman pangan akhir-akhir ini termasuk sub-sektor yang

terkena imbas krisis ekonomi dan politik di Indonesia yang te rjadi sejak pertengahan tahun

1997. Gambaran irnbas tersebut terlihat pada penurunan penggunaan faktor-faktor

produksi, terutama penggunaan pupuk dan pestisida, sedangkan dalam hal tenaga kerja

terjadi mobilitas tenaga kerja dari luar sektor pertanian ke sektor pertanian sehingga

produksi komoditi menurun. Dampak lebih lanjut dati penurunan produksi tersebut adalah

terjadi penurunan ekspor, peningkatan impor dan perubahan konsurnsi pangan oleh masyarakat, dalam ha1 ini perubahan konsurnsi pangan masyarakat karena daya beli

masyarakat yang menurun maka konsumsi berkurang disamping itu juga terjadi pergeseran

konsumsi pangan dari komoditi satu ke komoditi lainnya.

Soetrisno (1998) memperkirakan mulai tahun 1999 diharapkan stok beras kembali ke

trend normal dan harapan jangka panjang konsumsi beras stabil. Kestabilan tersebut didasarkan dua ha1 pokok, yakni: ( I ) penwunan laju pertumbuhan penduduk (di bawah satu

persen), dan (2) peningkatan pendapatan masyarakat. Kedua faktor tersebut mendorong

(45)

Lebih lanjut Soetrisno mengemukakan terdapat kecenderungan peningkatan konsumsi

jagung sebagai bahan pangan segar atau dikonsumsi dalam bentuk olahan seperti tepung jagung dan lainnya, demikian pula dengan ubikayu yang telah memasuki dunia industri

sebagai bahan pangan, pakan ternak dan bahan baku gula cair, ha1 tersebut mendorong

peningkatan permintaan bahan pangan alternatif di masa mendatang.

Berdasarkan perkembangan keadaan ekonomi pangan dan terjadinya krisis ekonomi

diperkirakan akan terjadi peningkatan peranan dan kontribusi sektor pertanian, khususnya sub sektor tanaman pangan pada masa yang akan datang, dalam ha1 ini kontribusi sub

sektor tanaman pangan dan pertanian umumnya terhadap: (1) pendapatan nasional, (2)

penyerapan tenaga ketja, dan (3) ekspor dan impor komoditi atau neraca perdagangan

komoditi pangan dan hortikultura.

Pembahasan tentang perkembangan kontribusi sub sektor tanaman pangan terhadap pendapatan nasional dan penyerapan tenaga kerja dijelaskan berdasarkan Tabel 1 dan Tabel

2. Berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa kontribusi tanaman pangan terhadap PDB

sektor pertanian sejak tahun 1970 sampai 1999 terlihat semakin menurun. Disisi lain laju

pertumbuhan PDB tanaman pangan menunjukkan peningkatan sebesar 2.54 persen pada

tahun 1970 dan 2.36 persen pada tahun 1996 sedangkan pada tahun 1998 terjadi p e n m a n yakni sebesar -0.68 persen per tahun kemudian pada tahun 1999 meningkat lagi sebesar

1.75 persen dibanding tahun sebelumnya.

Keadaan penurunan laju pertumbuhan PDB tanaman pangan pada tahun 1998 ini

diduga sebagai akibat krisis ekonomi sejak pertengahan tahun 1997, namun demikian mulai

tahun 1998 dan selanjutnya (lihat Tabel 2), tanaman pangan mampu menjadi sub sektor

ekonomi dengan laju perhunbuhan terhadap pendapatan nasional yang positif atau meningkat. Berdasarkan kenyataan tersebut menunjukkan bahwa tanaman pangan pada saat

(46)

Tabel 1. Komposisi PDB Sektor Pertanian, Tahun 1970-1 999

Sumber: Kasryno, 2000. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII, LIPI, 2000. hal. 302

Keadaan laju pertumbuhan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian berdasarkan

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada tahun 1980 dan 1990 terjadi pertumbuhan yang positif,

yakni masing-masing sebesar 1.2 1 dan 3.56 persen per tahun sedangkan tahun 1996 dan 1997 menurun masing-masing sebesar -2.29 dan 4 . 9 6 persen. Pada tallun 1998 laju

pertumbuhannya positif (4.17 persen) dan lebih besar dibandingkan pada tahun 1970 dan

1980. Keadaan ini seiring dengan kemampuan tanaman pangan pada saat krisis ekonomi yang memberi kontribusi positif terhadap pendapatan nasional yang juga mampu sebagai

sub sektor penyedia lapangan kerja.

" Antara tahun 1996-1997, penyerapan tenaga kerjn pertanian menurun dengan (-4,96 %) sedclngknn pndn

[image:46.520.40.453.30.737.2]
(47)

Tabel 2. Komposisi PDB Sektor Pertanian dalam Perekonomian Indonesia

Sumber : Kasryno, 2000. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII, LIPI. hal. 303.

pada-~arga Konstan 1993

Rp. Milyar

Kontribusi sub sektor tanaman pangan dan hortikultura terhadap ekspor dan impor dijelaskan berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 4 sedangkan neraca perdagangan selama tahun

1996 sampai 1999 berdasarkan laporan BPS, dalam Buletin Ringkas BPS (2000) Sektor Perekonomian

1. Pertanian

Tanaman Pangan

Perkebunan

menunjukkan perkembangan yang bemilai negatif, dalam ha1 ini b e r t m t - t m t neraca

perdagangan komoditi pangan dan hortikultura Indonesia mulai tahun 1996 sampai tahun 1999: -1,950,786.12 US$, -1,450,632.26 US$, -1,770,647.00 US$ dan-2,362,165.84 US$.

1993 58,963.40 32,093.40 9,014.80 1996 63,827.80 33,647.0 10,354.9 Tahun

1997

/

1998

1

1999

7,133.30 6,248.50 6,444.10 37,739.40 102,259.70 4,876.80 32,923.70 69,375.00 29,701.10 19,903.00 11,265.60 42,841.90 413,797.90 7,483.30 (4.90%) 6,610.10 (5.799h) 7,189.80 (8.01%) 38,538.20 ( 1 . 7 1 ) 107,629.70 (6.42%) 5,479.90 (12.75%) 35,346.40 (6.43%) 73,523.80 (5.80%) 31,782.50 (8.31%) 19,866.00 (1.21%) 11,825.60 (4.97%) 44,695.90 (3.66%) 433,245.90 (4.91%)

1

Petemakan Perikanan Kehutanan

2. Pertarnbangan & Galian

3. Industri Pengolahan

4. Utility, Listrik, Air & Gas

5. BangundKonstruksi

6. Perdagangan, Hotel & Restoran

7. Transportasi dan Komunikasi

8. Perbankan dan Lemb. Keuangan

9. SewaBangunan

10. Jasa Kemasyarakatan

Produksi Domestik Bruto (PDB)

65,361.40 (2.0876) 33,768.80 (1.75%) 11,464.00 (2.04%) 64,468.00 64,029.30

(0.7206)

1

(-0.6876) 32,688.40 1 33,186.50

6,202.70 5,384.90 6,267.80 31,497.30 75,556.30 3,290.20 22,512.90 55,296.60 23,248.90 14,005.30 9,695.1 37,708.90 329,775.90

(-2.66%)

1

10,496.6 (1.24%)

6,595.90

1

(-7.03%) 6,516.90 ( I . I 4 0 ) [image:47.524.40.474.66.775.2]
(48)

Tabel 3. Nilai Ekspor Beberapa Komoditi Pangan dan Hortikultura, Tahun 1996- 1999

1

1 . Bunga dan tanaman hias

1

1 1,752.08

1

314.71

1

5.40

1

4,822.761

Rp. Milyar Komoditi

Sumber: Diolah dari Statist& Indonesia. BPS.

Tahun

1996 1997 1998 1999

1

2. saytiran

a. Kentang segar b. Kubis

c. Jamur

d. Lain-lain

3. Olahan sayuran a. Jamur b. Lain-lain

4. Buah-buahan

a Pisang segar b. Manggis

c. Nanas d. Lainlain

5. Olahan buah buahan

a Nanas dalarn sirup

b. Lain - lain

6. Gabah,beras dan olahannya a. Beras l/z giling

b. Lain-lain

7. Palawija a. Gaplek b. Jaguni2

C. Lain-lain

8. Olahan palawija a. Dedak gandum b. Lain - lain TOTAL

Kontribusi tanaman pangan terhadap ekspor dan impor berdasarkan Tabel 3

34,5%.91 15,017.65 8,392.88 2,326.55 8,859.83 40,544.37 36,319.81 4,224.56 32,019,49 19,287.20 1,523.77 6,905.00 4,303.52 114,377.25 109,196.65 5,180.60 709.64 183.75 525.89 425,057.49 338,590.67 21,818.67 14,647.93 525,975.37 485,096.80 40,878.57 1,175,032.60

menunjukkan perkernbangan nilai ekspor komoditi pangan dan hortikultura sedangkan

Tabel 4 menunjukkan perkembangan nilai impor komoditi pangan d m hortikultura mulai

tahun 1996 sampai dengan tahun 1999.

Berdasarkan perbandingan antara nilai ekspor (Tabel 3) dengan nilai impor (Tabel 4)

terlihat kecenderungan te rjadinya defisit nilai perdagangan komoditi tanaman pangan dan hortikultura. Hal ini menunjukkan bahwa krisis ekonomi mengakibatkan daya saing

[image:48.520.41.440.34.500.2] [image:48.520.41.455.36.778.2]
(49)

Tabel 4. Nilai Impor Beberapa Komoditi Pangan dan Hortikultura, Tahun 1996- 1999

Komoditi

2. Sayuran

e. Kentang segar

f. Kubis g. Jamur

h. Lain-lain 3. Olahan sayuran

a Jamur b. Lain-lain 4. Buah - buahan

a Pisang segar b. Manggis c. Nanas d. Lain lain

5. Olahan buah buahan e. Nanas dalam sirup

f Lain-lain

6. Gabah,beras dan olahannya

a. Beras '/z giling b. Tepung beras c. Lain - lain 7. Palawija

d. Gaplek e. Tepung tapioka f. Jagung g. Tepungjagung

h. Lain-lain 8. Olahan palawija

a. Dedak gandum

b. Lain - lain

Tahun

Surnber: Diolah dari Statistik Indonesia. BPS.

I I I I

Berdasarkan keadaan yang telah dikemukakan diatas bahwa sektor pertanian,

khususnya sub sektor tanaman pangan pada saat krisis mampunyai kemampuan lebih tinggi

dibandingkan dengan sub sektor lainnya dalam peningkatan GNP dan penyerapan tenaga

kerja sedangkan dalam ha1 neraca perdagangan terjadi defisit, keadaan ini rnenunjukkan bahwa krisis ekonomi yang dialami Indonesia menyebabkan tekanan yang kuat terhadap

perekonomian Indonesia dan sektor pertanian relatif dapat menjadi sektor penyelamat.

(50)

Dengan demikian perhatian dan kesungguhan pemerintah dalarn peningkatan sektor pertanian dalam masa krisis sangat penting untuk penyelamatan perekonomian Indonesia

dalam peningkatan GNP dan penyerapan tenaga kerja maupun sektor pertanian sebagai

penghasil devisa.

2.2. Tinjauan Umum Kebijakan Ekonomi Pangan Indonesia

Pada zaman penjajahan Belanda ekspor beras Indonesia disebabkan severe drought

atau musim sangat kering (El Nino) yang menyebabkan naiknya harga beras dunia hingga

300 persen (de Vries, 1937, dalam Sastrohoetomo, 1984), disamping itu ekspor dan impor

beras terdistorsi oleh proteksi masing-masing negara, dimana kebijakan harga beras pada

zaman Belanda berorientasi keuntungan peinerintah Belanda. Pada masa kemerdekaan

kebijakan harga ditetapkan pemerintah pada level harga yang menjamin produsen

meningkatkan produksinya dan pada saat yang sama konsurnen miskin diproteksi.

Pada periode akhir tahun 1950-an pemerintah Indonesia telah mulai melaksanakan program Panca Usaha dan dilanjutkan dengan program Bimas yang dimulai oleh IPB,

yakni uction research di Karawang pada awal tahun 1960-an dan disusul oleh perguruan tinggi lain di daerah lain dalam merintis bimbingan kepada petani (demonstrasi massal

dalam kegiatan Bimas). Kesemua itu ditunjang oleh operasi pasar, yakni injeksi beras dan

subsidi harga beras pada pertengahan tahun 1950-an yang dikenal dengan nama

resicobonds untuk menstabilkan harga beras.

Pada periode selanjutnya kebijakan-kebijakan pertanian sebagaimana tertuang dalam

Repelita I sampai I11 memungkinkan pertumbuhan perberasan yang pesat dan mencapai

puncaknya pada akhir pelita 111, yakni Indonesia mencapai swasembada beras pada tahun 198411985. Keberhasilan yang pernah dicapai pada waktu itu diawali oleh keberhasilan

dalam mengendalikan hiper-inflasi (tahun 196511966 mencapai 650%/tahun) sehingga

(51)

pertaniannya (khususnya perberasan sampai dengan akhir pelita 111). Konsep dan operasional program Bimas ditunjang ole11 Price Policy (kebijakan harga) yang terintegrasi

dengan bentuk-bentuk intervensi lainnya, dimana komponen utama price policy adalah

rendahnya harga pupuk (karena disubsidi), kebijakan harga dasar dan harga tertingg beras

yang ditunjang oleh peran Bulog dalam mengendalikan stok pangan.

Sejak Pelita IV (setelah tahun 198411985) perturnbuhan perberasan nasional tidak

sebaik sebelumnya, terutama disebabkan oleh faktor eksternal (luar negeri) dan internal (domestik). Faktor ekstemal terutama adanya resesi ekonomi dunia sejak awal tahun 1980-

an karena kemunduran pasar minyak dunia. Faktor internal terutama: (1) semakin besar

kapasitas peran pemerintah dalam pengendalian beras dan terkena "The Law deminishing

return", (2) pengeluaran pemerintah untuk subsidi semakin besar, dan (3) masyarakat

miskin semakin mengkonsumsi beras karena harganya murah (Rice oriented), dimana

harga beras domestik lebih rendah dibandingkan harga beras dunia. Berdasarkan keadaan

tersebut pemerintah Indonesia berusaha keras meningkatkan penerimaan ekspor non migas

dan di sisi lain mempertahankan secara rasional pengeluaran pemerintah untuk pangan.

Sejak berdirinya Bulog pada tahun 1967, Bulog telah bertugas mengimpor beras

untuk kepentingan nasional. Dalam hal ini impor beras sebelum tahun 1984 dianggap

sebagai sumber kedua penawaran beras domestik dan pengendalian stok sedangkan setelah

melewati masa swasembada beras ( 1 984), impor beras sebagai penunjang bagi penawaran

domestik jika penawaran domestik mengalami gangguan iklim, bencana dam dan hama

penyakit. Keputusan impor dilakukan setelah dilakukan observasi secara hati-hati,

disamping itu ukuran besaran impor disesuaikan dengan target stabilisasi harga oleh

pembuat kebijakan karena Indonesia menerapkan konsep swasembada on trend untuk beras. Kebijakan ini didasarkan pada petunjuk target produksi domestik paling sedikit

(52)

22

trend, ekspor beras diharapkan sebagai jalan keluar ketika pemerintah menguasai stok beras

untuk pembiayaan. Setelah tahun 199311994 sampai 1995 Indonesia masih menjaga

keseimbangan tersebut, dalam ha1 ini untuk merealisasi kesepakatan GATT-Urugay Round,

Indonesia membuat jadwal kesepakatan dalam rangka mengganti kebijakan pembatasan

atau quota impor dan bea impor sebesar 180% yang dimulai dengan membuka pasar beras

melalui impor 70.000 ton dan tarif sebesar 90 persen (Soetrisno, 1995; Jaya, 1998;

Suryana, 1998).

Kebijakan pembangunan pertanian Indonesia dalam jangka menengah selanjutnya

menurut Delima (1995), sektor pertanian harus turnbuh cepat melalui efisiensi untuk

memenuhl konsumsi domestrk dan penyerapan tenaga kerja. Dalam ha1 ini peningkatan

efisiensi di sektor pertanian menuntut derajat yang lebih besar dari peranan pasar dan

makin kurang diintervensi pemerintah. Hal ini karena pada masa lalu pengeluaran sektor pertanian banyak terfokus pada subsidi input untuk mendukung adopsi varietas modem,

varietas modem sekarang telah menyebar luas sedangkan biaya subsidi untuk sektor

pertanian sekarang dinilai terlalu mahal. Berdasarkan menurunnya peran beras dalam GNP

pertanian maka startegi diversifikasi yang tepat merupakan kebutuhan untuk dikembangkan

dalam menjamin tujuan yang akan datang terhadap sektor-sektor yang layak. Kebijakan

peningkatan R&D (penelitian peng

Gambar

Gambar I .  Pendekatan untuk Perurnusan Masalah Penelitian
Tabel 1. Komposisi PDB Sektor Pertanian, Tahun 1970-1 999
Tabel 2. Komposisi PDB Sektor Pertanian dalam Perekonomian Indonesia
Tabel 4 menunjukkan perkembangan nilai impor komoditi pangan dm hortikultura mulai
+7

Referensi

Dokumen terkait

hasil pewarnaan menggunakan teknik transfer printing ditinjau dari aspek ketajaman warna menunjukkan bahwa pada suhu pengepresan 163˚C memiliki nilai rata-rata 3,43

Produk penelitian yang telah dilakukan adalah grafik hubungan antara kuat tarik lentur beton terhadap curing time dengan variasi waktu 4 jam, 8 jam, 12 jam dan 24 jam

Menurut (Hardiyatmo, 2012) dalam Tabel III.2 sampel tanah yang berasal dari Desa Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan merupakan jenis tanah lempung

Termasuk dalam konteks memilih dalam pemilukada, kesadaran afektif yang dipengaruhi sosio-kultur jawa mataraman yang identik dengan sikap alus (halus), rumangsan

Kebutuhan akan tenaga yang berbasis teknologi informasi masih terus meningkat, hal ini bisa terlihat dengan banyaknya jenis pekerjaan yang memerlukan kemampuan di

Hasil perbandingan nilai ranking antara proposed value dan perceived value pada Kitabisa adalah memiliki perbedaan value pada Accessible dan Useful perbandingan rangking

Analisis yang akan digunakan pada tugas akhir ini yaitu membuat pemodelan dengan pendekatan ekonometrika panel spasial. Dimana pada penelitian ini, matriks pembobot yang

Metode Perceptron ini cukup ampuh untuk mengenali gejala – gejala fisik pada anak dengan menggunakan pola khusus dan perhitungan matematis yang akan dibuat