• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Laju Pertumbuhan dan Penyebaran Ikan Jambal Siam (Pungusrus hypophthaImus) dengan Metode Penandaan (Tagging) Di Waduk Jatiluhur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Laju Pertumbuhan dan Penyebaran Ikan Jambal Siam (Pungusrus hypophthaImus) dengan Metode Penandaan (Tagging) Di Waduk Jatiluhur"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)

STUD1 LAJU PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN

IKAN JAMBAL SIAM

(Pangasius hypophtlraImus)

DENGAN METODE PENANDAAN (TAGGING)

0 b

DI WADUK JATILUHUR

OLEH

:

LELY FAJRIAH DJAFAR

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(76)

ABSTRAK

LELY FATRIM DJAFAR. Studi Laju Pertumbuhan dan Penyebaran Ikan Jambal

Siam ( Pangasius HypophthaImus ) Dengan Metode Penandaan (Tagging) di Waduk

Jatiluhur. Dibimbing oleh KIAGUS ABDUL AZIZ dan MENNOFATRIA BOER

Waduk Jatiluhur adalah salah satu badan perairan tawar yang berpotensi

sebagai penopang ketersediaan ikan bagi Daerah Jawa Barat dan sekitarnya. Saat ini

telah terjadi penurunan populasi ikan secara tajam di Waduk Jatiluhur. Salah satu faktor penyebabnya adalah sering terjadinya arus balk atau bencana umbalan yang mengakibatkan terjadinya penurunan kadar Oz secara cepat dalam perairan, akibatnya banyak jenis ikan yang mati. Dirasakan perlu dilakukan usaha penebaran jenis-jenis

ikan yang mampu bertahan hidup pada kondisi kadar Oz rendah, salah satunya adalah

Ikan Jambal Siam.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan d m penyebaran

Ikan Jambal Siam, sehingga dapat diketahui kemampuan adaptasi clan potensi

pengembangannya di Waduk Jatiluhur. Penelitian ini dilaksanakan sejak Januari

2000 sampai Januari 2001. Jumlah ikan yang dilepas sebanyak 15000 ekor, 3000

diantaranya diberi tanda dengan menggunakan metode Tagging, terdiri dari tiga

kelompok ukuran yaitu: kelompok ukuran I (13 - 15 cm), kelompok ukuran I1

(18 - 20 cm) dan kelompok ukuran I11 (22

-

24 cm) masing-masing sebanyak 1000

ekor.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa

Ikan

Jambal Siam dapat tumbuh

dengan baik di Waduk Jatiluhur, koefisien pertumbuhan 0,06 per bulan, Lm = 54 cm

d m t, = - 2,s bulan. Ikan jambal siam menyebar secara tidak acak dan menempati daerah tepi Waduk Jatiluhur meliputi wilayah Tajur Sindang 11 ekor, Ciganea 9 ekor, Cilongohar 7 ekor, Sukamulya 7 ekor, Pasir Jangkung 6 ekor, Pagadungm 5

(77)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyaiakan bahwa tesis yang berjudul

STUD1 LAJU PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN IKAN J A M B A L SLAM (Pangasius hypr~pitthalmus) DENGAN M ETODE PENANDAAN (TAGGING) Dl WADUK JATII.UHUR

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Sernua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jeIas d m dapat diperiksa kebenarannya.

WG

(78)

STUD1 LAJU PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN

IKAN JAMBAL SIAM

( P a n g a d s hypophthalmus)

DENGAN METODE PENANDAAN (TAGGING)

DI WADUK JATILUHUR

OLEH

:

LELY FAJRIAH DJAFAR

NRP

:

99454

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk mernperoleh gelar Magister Sains Pada

Program Studi Ilmu Perairan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(79)

Judul Tesis

N a m a Nomor Pokok Program Studi

: Studi Laju Pertumbuhan d m Penyebaran

Ikan Jambal Siam (Pungusrus hypr~phthaImus) dengan Metode Penandaan (Tagging)

Di Waduk Jatiluhur

: Lely Fajriah Djafar

: 99454

: IImu Perairan (AIR)

Menyetujui:

1 . Komisi Pembimbing

-+

(lr.

saw

Abdul Aziz. MSc 1 ( Dr. Ir. Mennofatria Boer. DEA)

Ketua Anggota

2. Ketua Program Studi gram Pascasajana

Ilmu Perairan

X

LDr.

lr. Kusman Sumawidiaia. MSc)
(80)

RIWAYAT HLDUP

Pendis dilahirkan di Kendari, pada tanggal 2 Desember 1971 dari ayah

l3rs.H. Abd. Hafid Djafar dan ibu Hj. Umrni Rietje Dopu. Penulis m e ~ p a k a n putri kedua dari lima bersaudara. Pendidikan sa jana ditempuh pada Jumsan Pemanfatan

Sumber Daya Perikanan Fakultas Perikanan Universitas Muslim Indonesia di

Makassar dan memperoleh gelar sarjana pada tahun 1995.

Diterima sebagai dosen pada Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Lakidende pada tahun 1998 dan melanjutkan pendidikan pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Program Studi Ilmu Perairan tahun 1999

(81)

PRAKATA

Puji Syukur kehadirat Allah Subhanahuwata'ala, atas limpahan rahmat dan karunia -NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Kiagus Abdul Aziz

MSc.dan Bapak Dr. Ir. Mennohtria Boer, DEA yang berkenan membimbing dan

memberikan saran selama persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

Terima kasih disampaikan juga kepada Bapak Dr. Ir. Kusman Surnawidjaja

selaku Ketua Program Studi Ilmu Perairan yang telah memberikan bimbingan d m

petmjuk kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Hal senada juga

disampaikan kepada Dekan beserta Staf Fakultas Pertanian Universitas Lakidende,

yang telah memberikan dorongan m o d dalam penyelesaian Program Pascasarjana,

demikian pula terima kasih diucapkan atas dukungan yang tak temilai kepada Kepda P a w n Otorita Waduk Jatiluhur beserta staf, Kepala Balai Perikanan Air

Tawar Sukamandi clan Kepala Instdasi Perikanan Air Tawar Jatiluhur beserta staf.

Kontribusi yang sangat besar berupa saran dan kerjasama selama penelitian dan penulisan tesis ini telah penulis terima dari rekan-rekan Program Studi Ilmu

Perairan terutama Agus Joko Utomo, Isnawati Murni, Junita M z . serta adik

Fitmawati, atas segala dorongan semangat dan kerjasama yang terbina selama ini hingga tulisan ini dapat diselesaikan.

Penghargaan khusus dan ucapan terima kasih penulis tujukan kepada ibunda, ayahanda, kakak serta adik-adik yang telah memberikan dorongan moral dalam menyelesaikan Program Pascasajana.

Semoga Allah berkenan memberikan limpahan m a t dan karunia-NYA atas

segala kebaikan yan diberikan. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat dalam memperkaya khasanah iImu pengetahan.

(82)

Halaman

PRAKATA ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vi i ... DAFTAR LAMPIRAN ... v ~ l l

PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... I Perumusan Masalah ... 3

...

Tujuan dan Kegunaan Penelitian 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4 Keadaan Umun Waduk Jatiluhur ... 4 Morfologi ... 5 Habitat dan Distrbusi Ikan Jambal Siam ... 6

...

Pertumbuhan 7

...

Pemberian Tanda 8

Kualitas Air ... 8

METODOLOGI PENELITIAN ... ... Daerah

dan

Waktu Penelitian . .

... Metode Penelltian . .

... Persiapan Penellaan

... Pemberian Tanda

... Pelepasan &an Yang Bertanda

Pengumpulan Data Ikan Bertanda

Yang Tertangkap Kembali ... . .

A n a l ~ s ~ s Data ... ... Penentuan Parameter Perhunbuhan

Hubungan Panjang

-

Bobot ... ... Penyebaran

...

(83)

... HASIL PENELITIAN . .

... Hasil Penelrt~an

... Pertumbuhan

Penyebaran ... Kualitas Air ...

PEMBAHAS AN

...

... Pertumbuhan

... Penyebaran

Kualitas Air ...

...

KESIMPULAN

DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA ...

(84)

DAFTAR TABEL

1 . Perubahan Panjang Ikan Jambal Siam (P. hypophrhalmus)

Pada Saat Dilepas dan Saat Tertangkap Kembali

...

Di Waduk Jatiluhur 16

2. Hasil Tangkapan Ikan Jambal Siam yang Bertanda

...

dan Tidak Bertanda 18

3. W a n Panjang Ikan Jambal Siam di Waduk Jatiluhur ... 19

4. Penyebaran Ikan Jambal Siam (P. hypophthalmus) Bertanda

...

(85)

DAFTAR GAMBAR

. ...

1 . Peta Waduk Jatiluhur Di KAB Purwakarta, JABAR 11

2 . Model Tanda Berdasarkan Kelompok Ukuran

. ...

Ikan Jambal Siam (P hypophthalmus ) 12

3a . Grafik Simulasi Pertambahan Panjang Ikan Jambal Siam

. ... ( P hypophfhalmus ) di Waduk Jatiluhur 17

3b

.

Grafik Simulasi Pertambahan Ikan Jambal Siam

. ... ( P hypophthalmus ) di Waduk Jatiluhur 18

4 . Hubungan Panjang dan Bobot

...

Ikan Jambal Siam( P

.

hypophthalmus ) 20

...

5

.

pH Pada tiap Wilayah di Waduk Jatiluhur 22

...

6

.

Suhu Pada tiap Wilayah di Waduk Jatiluhur 23

... .

7 O2 Pada tiap Wilayah di Waduk Jatiluhur 24

8 . C G Pada tiap Wilayah di Waduk Jakiluhur ... 25 ... .

9 NO3 Pada tiap Wilayah di Waduk Jatiluhur 26

...

(86)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 .

Ikan

Jambal Siam ( P. hypophthalmus ) yang Bertanda

...

&lam Berbagai Ukuran 42

2. Prosedur Pencatatan Hasil Tangkapan Nelayan

...

Terhadap Ikan Jambal Siam ( P. hypophthalmus ) 43

3. Lokasi Pelepasan dan Penyebaran Ikan Jambal Siam

(P. hypophfhalmus ) di Waduk Jatiluhur ... 44

4. Penjabaran Rumus Von Bertalanffy Menjadi Gulland dan Hold ... 45

5 . Data Hasil Tangkapan Ikan Jambal Siam ( P. hypohpthalmus ) ...

Bertanda yang ditebar di Waduk Jatiluhur 47

6. Data Hubungan Panjang - Bobot Ikan Jambal Siam

...

(P. hypophthalmus) yang Tidak Bertanda 48

7. pH Air di Waduk Jatiluhur Selama Penelitian

...

(Februari - Desember 2000) 50

8. Suhu Air di Waduk Jatiluhur Selama Penelitian

(Februari - Desember 2000) ... 50

9. O2 Air di Waduk Jatiluhur Selama Penelitian

...

(Februari - Desember 2000). 5 1

10. C 0 2 Air di Waduk Jatiluhur Selama Penelitian

...

(Februari - Desember 2000) 5 1

11. NO3 Air di

Waduk

Jatiluhur Selama Penelitian

...

(Februari - Desember 2000) 52

12. POa Air di Waduk Jatiluhur Selama Penelitian

...

(87)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan jambal siam (Pangasius hypophthalmus) termasuk anggota famili

Pangasidae, rnerupakan ikan air tawar yang bemilai ekonomis penting dan

banyak ditemukan di negara-negara Asia seperti Thailand, Laos, Kamboja, Burma

dan Vietnam (Ariiin dan Tupang, 1983 in Priyadi, Dharrna dan Setyani 1994).

Ikan ini didatangkan dari Bangkok (Thailand) ke Bogor oleh Balai Penelitian

Perikanan Air Tawar pada tahun 1972 (Hardjamulia, ef al. 1981).

Ikan jambal siam adalah salah satu jenis ikan air tawar yang berasal dari

perairan umum dan mudah dibudidayakan di berbagai media pemeliharaan seperti

waduk, sungai dan kolam. Ikan ini memiliki pertumbuhan cepat, fekunditas tinggi, kebiasaan rnakan omnivor, tahan hidup pada kondisi oksigen rendah dan digemari

oleh masarakat serta harga jual yang cukup tinggi, sehingga berpotensi untuk

dikembangkan. Usaha pembesaran ikan jambal siam diharapkan dapat

meningkatkan produksi ikan air tawar (Tarupey, el al. 1992).

Waduk adalah suatu bentuk perairan tawar yang tergenang dan

mempunyai tingkat kesuburan yang dipengaruhi oleh partikel-partikel dari Iuar

(allothonous) dan dari dalam perairan itu sendiri (autothonous). Waduk Jatiluhur

rnerupakan p e r a i m dari h a i l pembendungan Sungai Citarum dan Cilalawi,

sehingga terjadi perubahan tipe perairan sungai (lotic) rnenjadi tipe perairan

tergenang (lentic). Sifat perairan tergenang ini terutama akan nyata bcrpcngamh

di daerah tengah yang letaknya jauh dari sumber pemasukan air sehingga

(88)

Selama ini telah banyak usaha dilakukan untuk meningkatkan produksi perikanan di Waduk Jatiluhur, antara lain dengan penebaran beberapa jenis ikan

sejak tahun 1965-1981 (Sarnita 1982

m

Krismono 1989). Pada tahun 1987

populasi ikan di Waduk Jatiluhur terdiri dari 16 jenis, saat ini hanya dijumpai

8 jenis ikan. Terjadinya penunman jumlah jenis ikan ini, antara lain disebabkan oleh adanya aktifitas penangkapan, terjadinya pembendungan sungai serta

terjadinya kematian ikan secara besar-besaran akibat bencana umbalan pada tahun

1996, yaitu terjadinya perubahan arus secara tiba-tiba karena penurunan muka air

di waduk, sehingga konsentrasi oksigen terlarut rendah sedangkan sisa pakan

tinggi yang mengakibatkan sebagian besar ikan tak mampu bertahan hidup dan

salah satu jenis ikan mampu bertahan hidup pada saat terjadinya bencana

umbalan adalah ikan jambal siam (Krismono, 1999).

Untuk mengimbangi penurunan jumlah popdasi ikan dalam waduk, perlu

dilakukan usaha penebaran ikan yang memiIiki ketahanan terhadap kadar oksigen

rendah, salah satunya adalah ikan jambal siam.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang pola

penyebaran dan pertwnbuhan ikan jambal siam di Waduk Jatiluhur. Informasi ini

diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan dan peningkatan produksi ikan

dengan memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya, serta pengahxran

pemanfaatan sumberdaya oleh masyarakat dalam rangka pelaksanaan

(89)

Perurnusan Masalah

Waduk Jatiluhur merupakan perairan yang terbentuk dari pembendungan

sungai Citarum dan Cilalawi, sehingga sampai saat ini menjadi salah satu tempat dengan berbagai kegiatan perikanan yang cukup besar, meliputi perikanan

tangkap dan jaring apung. Selama ini pembesaran ikan jambal siam hanya terbatas

pada keramba jaring apung. Upaya penebaran ikan jambal siam ke dalam waduk

dimaksudkan untuk mengetahui apakah jenis ikan ini dapat beradaptasi dan

hunbuh di lingkungan waduk (dam).

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan uniuk mengetahui pertumbuhan dan penyebaran

ikan jambal siam yang berasal dm Bangkok yang diintroduksi ke dalam Waduk

Jatiluhur. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

untuk pengelolaan sumberdaya dan peningkaian produksi ikan jambal siam di

Waduk Jatiluhur.

Secara teoritis diduga:

1. Ikan jambai siam dapat tumbuh dengan baik di Waduk Jatiluhur

(90)

TINJAUAN PUSTAKA

Keadaan Umum Waduk Jatiluhur

Waduk Jatiluhur merupakan perairan yang terjadi akibat pembendungan

Sungai Citarurn d m Cilalawi, dibangun pada tahun 1955-1967 dan saat ini telah berumur kurang lebih 33 tahun. Wilayah sekitar waduk merupakan wilayah

pegunungan dengan ketinggian 115 m di atas permukaan air laut dan terletak

kurang lebih 9 km dari Ibu Kota Kabupaten Purwakarta. Luas Waduk Jatiluhur

mencapai 82

kmz

dengan kedalaman maksimum 90 m dan fluktuasi permukaan air

tahunan kurang lebih 25 m (Krismono 1988).

Ekosistem waduk merupakan bagian dari ekosistem Daerah Aliran Sungai

(DAS) yang kualitas dan kuantitasnya ditentukan oleh pengaruh dari luar

(allochtonous) dan juga proses internal (autochtonous) terhadap penyebaran

muatan hara dan sedimentasi. Laju sedimentasi dan muatan hara yang berasal dari

allochtonous sangat ditentukan oleh faktor fisika dan kedalaman perairan (Thorton

et al (1990) in Sukimin (1999a). Selacjutnya, menurut Sukimin (1999b), secara

gradient longitudinal waduk ini dapat dibagi ke dalam zona mengalir (riverine), zona transisi dan w n a perairan tengah dan DAM (lakustrin).

Sumber air Waduk Jatiluhur berasal dari Sungai Citanun dan Cilalawi.

Badasarkan pemasukan air, wilayah perairan Waduk dapat dibedakan atas:

(1) wilayab pemasukan Sungai Citarurn, (2) wilayah pemasukan Sungai Cilalawi,

serta (3) wilayah tengah merupakan wilayah yang terletak jauh dari sumber

(91)

Waduk Jatiluhur berfmgsi serbaguna yaitu sebagai: pembangkit tenaga

listrik, pengendali banjir, irigasi, air minum, pariwisata dan perikanan air tawar.

Usaha yang berkembang yaitu perkanan tangkap meliputi usaha gilnet 970 unit dan 3 12 unit usaha pancing, sedangkan usaha budidaya ikan di keramba jaring

apung berjumlah 2537 unit (Perurn Otorira Jatiluhur, 1999).

Morfologi

Pangasius adalah salah satu golongan ikan d s h yang banyak terdapat di beberapa negara Asia (Anonimus, 1996) dan di Indonesia ikan Pangu.~ius ini

dikenal dengan sebutan ikan patin. KIasifikasi ikan Pangasius hypophfhalmus

menurut Robert & Vidthayanon (1 991) addah:

Klas : Pisces

Sub Klas : Telestoi

Ordo : Ostariophysi

Sub Ordo : Siluroidea

Famili : Pangasidae

Genus : Pungusfus

Species : Pangasius hpophfhalmus (Patin Bangkok/ Patin Siam )

Menurut Sumantadinata (1983), P. Hypophthalmus memiliki bentuk badan

yang memanjang agak pipih, mulut subterminal dengan kumis (barbels), bentuk

mulut lebih kecil dibanding jenis Pangasius lain, sirip punggung bergerigi,

mempunyai sirip tambahan (adipose fin), terdapat garis lengkung mulai dari

kepala sampai pangkal ekor, sirip ekor bercagak, wama badan kelabu kehitaman,

sirip anal putih dengan garis hitam di tengah, pada pangkal sirip dada dan sirip

(92)

bagian belakangnya, gelembung udara terdiri dari dua bagian terletak diatas sirip

anal. Panjang mrtksimurn bisa mencapai 1,5 m.

Menurut Robert dan Vidthayanon (19911, perbedaan morfologi anggota-

anggota famili pangasius dengan Pangasius hypophthalmus adalah bentuk kepala

yang agak panjang mulut, gigi langit-langit yang agak panjang meruncing,

gelembung renang memanjang sampai belakang anal dan tapis insang yang selalu

berkembang kadang-kadang berukwan kecil dan bergerigi.

Menurut Susanto dan Amri (1998), ikan ini mempunyai sifat biologis

noktumal atau melakukan aktivitas pada malam hari seperti halnya ikan catfish

lainnya, omnivora dan sesekali muncul kepermukaan air untuk mengambil

oksigen dari udara.

Habitat dan Dishibusi Zkan Jambal Siam

Menurut Susanto dan Amri (1998), jenis pangasius termasuk ikan dasar, dengan ciri khas mulutnya agak ke bawah. Habitatnya di sungai-sungai besar dan

muara-muara sungai yang tersebar di Indonesia, India, dan Myanmar.

Penyebaran alami ikan Jambal siam yaitu Sungai Mekong, Chaophraya

dan Meklong (Robert dan Vidthayanon 1991). Di dam, &an jambal siam biasa berada di tepi-tepi sungai besar dan pada m u s h penghujan atau sekitar bulan

April sampai Mei. &an jambal siam umumnya berenang bergerombol dan

(93)

Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran volume, panjang

dan bobot suatu organisme, pertumbuhan dapat dilihat dari perubahan ukurirn

panjang dan bobot dalam satuan waktu atau dapat dikatakan sebagai peningkatan biomassa suatu populasi (Effendie, 1997). Lebih lanjut, pertumbuhan adalah

proses kompleks yang terbentuk akibat banyak faktor yang mempengaruhinya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu ( I ) jumlah pakan yang

tersedia, (2) judah ikan yang menggunakan sumber pakan yang sama, (3) suhu,

(4) oksigen terlarut, (5) umur, serta (6) ukuran ikan. Perhunbuhan &an jambal

siam di dam dapat mencapai ukuran lebih dari 24 kg dengan panjang 1,2 meter

(David, 1963 in Asyari, Arifin, Utomo, 1997)

Menurut Huet (1971), pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan

eksternal. Faktor internal antara lain keturunan, umur, ketahanan terhadap

penyakit dan kemampuan memanfaatkan pakan, sedangkan faktor ekstemal antara

lain suhu, oksigen, faktor kimia lingkungan, pakan dan bahan buangan.

Pertumbuhan juga dipengaruhi oleh umur dan ukuran ikan, ikan yang dewasa

relatif lebih lambat pertumbuhannya dibanding ikan yang muda (Bennet 1962).

Pertumbuhan suatu jenis ikan akan mempengaruhi produksi ikan tersebut.

Selanjumya, produksi ikan, dpengaruhi oleh produktivitas p e r m ukuran ikan

yang ditanam dan lama masa pemeliharaan serta padat penebarannya (Hickling,

(94)

Penandaan (Tagging)

Sistern penandaan (tagging) adalah salah satu teknik yang penting dalam

mempelajari dinamika dan biologi populasi hewan aquatik. Tagging adatah

pemberian tanda (benda asing) di tub& ikan, namun tidak mengganggu

keseimbangan ikan dan tidak mudah lepas. Benda yang digmakan dapat bempa

perak, alumunium, nikel, plastik dan lain-lain (Rounsefell dan Evehart 1960). Ada beberapa faktor yang harus diperhatikm dalam memilih tipe tanda yang baik,

yaitu: selang waktu agar tanda tetap menempel pada ikan, tenaga kerja untuk

memasang tanda, jenis hewan uji dan cara penangkapan atau penanganannya

Syarat-syarat pemberian tanda adalah tanda tidak berubah selama ikan itu

hidup, tidak mengganggu tingkah laku ikan sehingga mudah ditangkap oleh

pemangsa, tidak mudah tersangkut pada tumbuhan, mudah diperoleh dan murah

harganyq tidak mengganggu kesehatan ikan, tidak berbahaya sebagai ikan pangan

dan mudah dikenal oleh orang sekalipun tidak mendapat pelatihan. Pemberian

tanda dimaksudkan untuk menghitung perbedaan ukuran saat dilepas dengan

ukuran saat ikan tertangkap kembali pada selang waktu tertentu (Hoggart, 1994).

Kualitas Air

Organisme air termasuk ikan dan udang, hidup dalam media air sehingga

perubafian lingkungan perairan akan berpengaruh langsung terhadap organisme

tersebut (Pollnac dan Mdvestuto 1991). Faktor fisika kimia air yang

mempengarulu kehidupan ikan antara lain suhu, oksigen terlarut, pH dan COz.

Menurut Hickling ( 197 1 ), penurunan suhu akan menyebabkan menurunnya

(95)

Berdasarkan hasil pengamataa, ikan jambal siam dapat hidup pada kisaran suhu

28 - 30 O C . Menurut Pataros dan Sitasit (1976), ikan jambal siam dapat tumbuh

dengan baik pada suhu 23 - 28 "C. Di daerah tropis,

ikan

relatif tidak mengalami perubahan suhu yang mencolok.

Menurut Wardoyo (1975) kandungan oksigen dalam

air

merupakan faktor

penting bagi kehidupan ikan karena oksigen diperlukan bagi proses pernafasan

dan merupakan komponen utama bagi metabolisme ikan, selanjutnya dikatakan

bahwa keperluan organisme terhadap oksigen terlarut bervariasi tergantung

kepada jenis, stadia dan aktifitasnya.

Kandungan COz dalam air berasal dari dekomposisi bahan organik, difusi

dari hasil pernafasan. Kandungan C 9 dalam air dipengaruhi oleh derajat keasaman perairan (Boyd, 1982).

Nilai pH akan mempen- pertumbuhan ikan, karena nafsu makan ikan

berkurang pada pH rendah, ha1 ini disebabkan karena aktivitas dan produksi

enzim pencemaan men- (Zonneveld, et al. 1991). Batas tolerami pH di air dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain suhu, kandungan oksigen dan

(96)

METODOLOGI PENELITL4N

Daerah dam Waktu PeneIitian

Penelitian ini diIakukan di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta,

sejak bulan Januari tahun 2000 sampai Janwui tahun 2001 (Gambar I).

Metode Penelitian Persiapan Penelitian

Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, dalam hal pengernbalian

tanda ikan yang ditangkap di Waduk Jatiluhur, dilakukan pertemuan khusus

sebelum pelaksanaan penelitian dengan masyarakat nelayan dan pemerintah

seternpat yang meliputi Dinas Perikanaq Perum Otorita Jatiluhur bertempat di kantor Instalasi Perikanan air Tawar, Jatiluhur. Pertemuan tersebut dilaksanakan

untuk memberi pengarahan dan penjelasan berkenaan dengan data ikan

(Lampiran 2). Ikan bertanda yang tertangkap dapat diserahkan ke tempat-tempat

yang telah ditentukan yaitu: Tarumasari, Sukamdya

dan

W m g jeruk atau

di kantor Instalasi Perikanan Air Tawar Jatiluhur untuk mendapatkan hadiah.

Pemberian Tanda

Ikan yang digunakan ddam percobaan ini adalah ikan jambd siam yang

diperoleh dari Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Sukabumi sebanyak 15000

dengan ukuran panjang 13-24 cm. Ikan diaklimatisasikan dalam jaring apung di

Waduk Jatiluhur selarna satu bulan. Setelah proses akhnatiasasi, ikan-ikan

tersebut terlebih dahulu diukur panjang dan bobomya, untuk kemudian

(97)
[image:97.625.24.574.59.537.2]

Gambar

1.

Peta Waduk Jatiluhur Kab. Purwakarta

di

Pripiosi

Jawa Barat

(98)

sebanyak 1000 ekor, kelompok ukuran I1 (18 - 20 cm) sebanyak 1000 ekor, dan

kelompok ukuran 111 (22 - 24 cm) sebanyak 1000 ekor. Setelah ikan dipisahkan,

ke-3000 ekor ikan tersebut diberi tanda pada pangkal ekor dwgan menggunakan

plastik transparan yang panjangnya 3 cm dan lebar 1 cm. Tanda yang dipasang

untuk tiap kelompok ukuran dapat dibedakan dari posisi bendera terhadap

[image:98.569.122.436.190.354.2]

tiangnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Model Tanda Berdasarkan kelompok Ukuran

Ran Jambal Siam (P.hypophthalmus)

Pemasangan tanda dibantu oIeh masyarakat yang telah diberi

arahadpetunjuk dan pegawai Instalasi Penkanan Waduk Jatiluhur yang

berpengalaman. Tanda dipasang secara hati-hati dm cepat untuk menghindarkan

stress pada ikan. Dengan demikian dari 15000 ekor ikan yang ditebar, 3000 ekor

(99)

Pelepasan Ikan Yang Bertanda

Ikan yang telah diberi tanda dilepas secara serentak pada pagi hari

(pukul 07.0°), tanggal 19 Februari 2000 dengan menggunahm p d u . Lokasi

pelepasan ikan terletak antara Pasir Astana dan Pasir Kole (Lampiran 3).

Pengumpulan Data Ikan Bertanda Yang Tertangkap Kembali

Pengumpulan data dilakukan dengan pemantauan hasil tangkapan

rningguan untuk mengumpulkan catatan dan tanda yang didapatkan nelayan.

Ikan yang tertangkap oleh alat tangkap yang digunakan nelayan, diukur panjang

dan bobotnya. Kriteria ikan yang diukur pertumbuhannya adalah ikan yang

tertangkap setelah satu bulan ditebar. Panjang total ikan yaitu panjang ujung

muIut sampai pangkal ekor dengan menggunakan mistar biasa dengan tingkat

ketelitian 1 mm. Pengukuran bobot menggunakan tirnbangan duduk dengan

tingkat ketelitian 1 gram.

Analisis Data.

Penentuan parameter pertumbuhan

Pendugaan parameter pertumbuhan dianggap sebagai dasar pertumbuhan

individu. Persainaaa pertumbuhan Von Berralanffjr menipakan model

pertumbuhan yang menyatakan hubungau panjang atau bobot pada waktu tertentu

yaihz (Sparre dan Venema, 1992); L, = L, ( I -

k

-k"-toto'

17

Sedangkan L, adalah panjang ikan pada umur t, L, adalah panjang makshum, K

(100)

Penjabarm Rumus Von B e r t a l e rnenjadi nunus Gulland and Hold, disajikan pada Lampiran 4 sehingga diperoleh hubungan:

AL/ AT = a

+

b L',

Sedangkan L' adalah ukuran rata-rata pada saat dilepas dan tangkap, AL/ A t

adalah perubaban ukuran walctu, (AL) adalah selisih

ulcuran

pada saat tertangkap dengan ukuran saat dilepas (cm) dan (At) adalah selang waktu pada saat dilepas

dengan saat tertangkap kembali serta a dan b adalah konstaata.

Badasarkan analisis regresi, koefisien pertumbuhan (K) dapat diduga

oleh K = - b, sedangkan panjang rnaksimum L, = -a h. Adapun t, (umur ikan

pada saat panjangnya = 0) dapat diduga berdasarkan persamaan empiris Pauly

(1984) sebagai berikut:

Log (-to) = - 0,3922 - 0,2752 Log L,

-

1,038 Log K

Hubungan Panjang dengan Bobot

Hubungan panjang dengan bobot mempunyai hubungan hukum kubik

yang mengarah pada persamaan eksponensial, yaitu (Sparre dan Venema, 1992):

W = a L~

Sedangkan W addah Bobot tubuh ikan jambal siam dalam gram, L adalah

Panjang tubuh ikan jambal siam

dalam

c m

serta a dan b adalah konstanta.

Pola Penyebaran

Pola penyebaran ikan jambal siam dapat diketahui melalui hasil tangkapan

yang mendominasi wilayah-wilayah tertentu di Waduk Jatiluhur, sehingga dapat

(101)

di Waduk Jatiluhur. Uji Khi-Kuadrat digunakan untuk melihat p o h penyebaran tersebut (Walpole, 1995) yaitu:

Sedangkan

x 2

adalah Statist& Khi-kuadrad, 0, adalah Frekuensi teramati dan e, adalah Frekuensi harapan serta i adalah

I,

2,. . . .k

Kualitas Air

Contoh air diambil dengan menggunakan botol yang bervoIume satu liter

pada setiap wilayah (lampiran 3) yang meiiputi: kedalaman no1 meter

(pemukaan), 2 meter, 8 meter dan lapisan dasar perairan. Analisis kualitas air

yang dilakukan, meIiputi: suhu, pH, kandungan 0 2 dan COz, Pod, d m N o s .

Pengukuran Nitrat d m Fosfat dilakukan s&ap bulm pada pukul 09." Air ymg

diambil pada kedalaman tertentu dengan menggunakan ember kemudian

(102)

Hasil Penelitian

Pertumbuhan

Berdasarkan hasil tan-pan nelayan dengan alat tangkap, pancing dan

jaring, ikan jambal siam bertanda yang tertangkap kernbali adalah sebanyak

49 ekor (1,6 %) dari 3000 ekor yang ditebar, terdiri dari kelompok ukuran I

sebanyak 18 ekor, kelompok ukuran I1 sebanyak 17 ekor dan kelompok ukuran 111

sebanyak 14 ekor (lampiran 5 ) . Setelah diseleksi berdasarkan persyaratan

pengukuran ikan, maka diperoleh 7 ekor ikan yang dapat memberikan informasi pertambahan ukuran panjang ikan jambal siam bertanda selama ditebar ke dalam

Waduk Jatiluhur (Tabel 1)

.

Tabel 1. Perubahan Panjang llcan Jambal Siam yang Bertanda

di Waduk Jatiluhur.

Keterangan : LI = Panjang ikan pada saai dilepa

LZ = Panjang ikan pada saat tertangkap

At = selisih waktu antara saat dilepas dan saat tertangkap kembali

A L = selisih ukuran panjang antara saai dilepas dan saat tertangkap kembali

(103)

Analisis regresi antara (L') sebagai peubah bebas dengan ( A L / A t )

sebagai peubah tak bebas menghasilkan persamaan untuk ikan jambal siam

sebagai berikut: A L 1 At = 0,136 - 0,06

L'

(R' = 0,78 )

Gulland dan Hold (1959) in Spare dan Venerna ( 1 9 9 2 ) menyatakan

koefisien percepatan pertumbuhan (K) dapat diduga sebesar -b yaitu 0,06 per

bulm. Panjang maksimum (Lao) dapat diduga sebesar 54 an, sedangkan umur

ikan jambal siam pada saat panjang no1

(L)

-

2,s

bulan

.

Dengan rnengetahui nilai parameter pertmnbuhan (Lao, K, ),.t maka dengan mengubah-ubah nilai t sebagai

variabel bebas akan mendapatkan sirnulasi kurva pertumbuhan Von Bertalanffjl

sebagai berikut (Gambar 3a dan 3b): L, = 54 (1 - e 4~""~'"~8'

1.

[image:103.572.148.442.261.458.2]

Pertambahan Panjang

Gambar 3a. Grafik Simulasi Pertambahan Panjang Ikan jambal siam

(104)

18

[image:104.572.134.449.64.220.2]

Pertambahan Bobot

Gambar 3b. Grafik Simulasi Pertambahan Bobot Ikan jambal Siam

(P. hypophfhalmus) di Waduk Jatiluhur

Hubungan panjang

-

bobot ikan jambal siam (lampiran 6) yang diduga

dari total hasiI tangkapan ikan jambal siam yang tertangkap di Waduk jatiluhur

selama penelitian, rnaka diperoleh W = 0,010 L

'>

; R' = 0,9 (Gambar 4)

Hasil tangkapan ikan secara keseluruhan baik yang bertanda maupun yang

tidak bextanda dari total 15000 ekor ikan yang ditebar ke dalam Waduk Jatiluhur dapat dilihat pada Tabel 2.

[image:104.572.123.447.390.536.2]
(105)

Data ukuran panjang ikan jambal siam, baik yang bertanda maupun ticlak

bertanda yang tertangkap tiap bulan di berbagai lokasi ditunjukkan pada tabel 3 . Tabel 3 . Ukuran Panjang &an Jambal Siam Di Waduk Jatiluhur

[image:105.567.79.506.101.515.2]
(106)
[image:106.564.126.452.117.438.2]

Panjang (cm)

(107)

Penyebaran

Penyebaran ikan jambal siam berdasarkan daerah ikan tertangkap dapat

dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Penyebaran Ikan Jambal Siam Bertanda yang Tertangkap Kembali

Berdasarkan tempat penangkapan &an jambal siam bertanda yang

tertangkap kembali menunjukkan adanya penyebaran secara tidak acak dan

menempati daerah tepi Waduk Jatiluhur. Hal ini dapat dilihat dari hasil Uji Khi-Kuadrat dengan

2

hitung (23,14 1 ) lebih besar dari 2? tabel (1 2,592).

Parameter Fisika Kimia Air

Parameter fisika kirnia yang diamati adalah: pH, suhu,

02

terlarut, COz

terlarut, NO3 dan P04. Hasil pengamatan faktor fisika-kimia air dapat dilihat

pada gambar 4-9, menunjukkan bahwa suhu clan pH tidak beragam pada semua

wilayah penelitian. 0 2 dan C02 terlarut berbeda berdasarkan kedalman air.

Kandungan 0 2 tinggi pada permukaan sedangkan pada dasar perairan cenderung lebih rendah, sebaliknya konsentrasi COz terlarut semakin kedasar semakin

tinggi. Sedangkan NO3 dan Po4 menunjukkan konsentrasi yang berbeda terutama

antara wilayah satu dan dua yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah tiga

[image:107.567.108.465.137.257.2]
(108)

pH pada Kedalaman 0m ph pada Kedalaman 2 meter

10

2 3 4 5 6 7 B 9 1 0 1 1 1 2

Bulan

0 0 m (wil. II) 0 0 m (wil. Ill) lo m (wil. lV)

/

pH pada Kedalaman 8m

2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2

Bulan

0 2 m (will) 0 2 m(hl ll)

a2

m (wil Ill) 1 2 m (wil I V ) ~

pH pada Dasar

Bulan Bulan

~-

I I

-, . - .-

-

--

O a s a r

mi.

I) ODasar (Wil. 11) ODasar lyul M) .~mar (wi1.4

~

(109)

30 29.5

, 29

{

28.5 28 27.5 27 26.5

2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2

I 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2

Bulan

/I

Bulan

- - -- -" - ---

r

-~ -- - -~ ~ -

I - ~

pOm(wi)

mOm(wil.$do

rn pl.rll) m o m (wil.lv)

_._j

~ m ~ ~ ~ rvul Ill) m2 m ym. lv) n ~ i

]

r n

.. L-..--L-" -A?.. - -- -- -. - --

-- - - -

7 - - - -

Suhu pada Kedalaman 8 m Suhu pada Dasar

Suhu pada Kedalaman 0 rn

~

-- 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2

I

2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2

Bulan Bulan

Suhu pada Kedalarnan 2 m

-- - I

'

r

n ~ a s a r ( ~ 1 I) a a r I I ) O D a r (WiI.lII) W 3 a r (Will4

- - - - -- - - -

1

- - - - --

1

31

! 30.5

[image:109.625.89.568.93.468.2]
(110)

Oksigen pada Kedalaman 0m Oksigen pada Kedalaman 2m

9.00

Bulan

rn (Wil. I) a 0 m (Wil.11) 0 0 m (Wil. Ill)

no

m (Wil,lv)

1

Bulan

0 2 rn (Wil.1) 02 m (Wi1.q 0 2 m ~ I I , I I I ) 82 m (WiIlV)

I

Oksigen pada Kedalaman 8m Oksigen pada Dasar

7.00 1.51

2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2

Bulan 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2

1

-- - Bulan

0 8 m (Will) 18 m (W1.11) 08 m (Wil.lll) a 8 m (Wii IV)

1

[image:110.630.87.569.92.474.2]

1-

-. ODasar l . 1 ) RDasar (Will) O D a w (WilllIJ ~ D a s a r ( W i l . ~

1

(111)

-

- -- - -

I

Karbondioksida pada Kedalaman 0 m Karbond~oks~da pada Kedalaman

1

2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 2 3 4 5 8 7 8 9 1 0 1 1 1 2

Bulan Bulan I

Karbondioksida pada Kedalaman 8 rn

1 1

I

I

Kadrbondioksida (ppm) di Dasar

I

2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 ~

Bulan Bulan

I

UB m (Wi.1) 8 8 m (Wil ll)

[image:111.632.93.571.94.473.2]

EIII

- . - - _- -

i

1ODasar (Wil. I) MDasar (Wll.ll) ODasar (Wil.lll) MDasar (Wil.lV)
(112)

- - - - - -- - - -

Nitrat (mgil) pada kedalaman 0 m N ~ a t (mgll) pada Kedalaman 2 m

Bulan ~ m (m (Wil li) WDO m (Wil ~ I 111- ~ ~

0 2 m (MI I) I 2 m (W1. II) 02 m (Wil. Ill) 82 m (Wil. IV)

[image:112.628.87.567.94.468.2]

N i i t (mgil) pada Kedalaman 8 m N'trat (mgil) di Dasar 2.60

T

Gambar 8. Kandungan Nitrat (mgll) pada setiap Wilayah di Wadukjatiluhur.

2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 Bulan

- - - -- -

-7

p(

Wil I) L18 m ( Wil It)

---

08 m (Wil Ill) 18 m (WI IV)

!

1

- - - -

2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 Bulan

I

(113)

Fosfat (mgll) pada Kedalaman 0 m Fosfat (mgll) pada Kedalaman 2

rn

- -

Bulan

k m(Wi1.l) DO m iWiI.II) O 0 m iWil.1-

Bulan

m (Wil.1) 8 2 m (Wil.11) 0 2 m F j % y m m l

Fosfat (mgil)pada Kedalamdn 8 m

Bulan -

fil%sm(Wil 11) 08 m (wil. I g l 8 m (Wil lW1

Fosfat (mgll) di dasar

2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2

Bulan

ODasar (Wd. I) DDasar (Wil.11) ODasar (Wil. Ill) I D ~ S ~

l.--:-

[image:113.625.84.568.91.467.2]
(114)

PEMBAHASAN

Pertumbuhan

Ikan jambal siam dapat tumbuh dengan baik di Waduk Jatiluhur dan dapat

mencapai panjang maksimum 54 c m dengan koefisien pertumbuhan (K) sebesar

0,06 per bulan,

to

sebesar -2,8 bulan. Parameter K dapat didefinisikan sebagai

parameter yang menyatakan kecepatan dalam mencapai batas atas dari pola

pemunbuhan ikan jambal siam. Dengan demikian, semakin tinggi nilai koefisien

pertumbuhan, ikan semakin cepat mencapai panjang maksimum. Koefisien

pertumbuhan (K) merupakan suatu nilai yang menyatakan tingkat kegiatan

rnetabolisme dalam proses fisiologis organisme akuatis. Dalam proses

metabolisma, selisih energi anabolisme dengan energi katabolisme menghasilkan

energi untuk perhunbuhan. Hasil penelitian Asyari, et a1 (1997) di Sungai Musi

SUMSEL menunjukkan bahwa lkan jambal lokal yang dipellhara selama satu

tahun dalam kerarnba jaring apung dapat mencapai panjang maksimum 71,5 cm

dengan koefisien pertumbufian (K) 0,08 per bulan,

to

- 2,3 bulan. Pertumbuhan

ikan jambal lokal yang dipelihara dalam keramba jaring apung lebih cepat,

diduga I karena adanya pemberian pakan selama pemeliharaan.

Hubungan panjang - bobot dan pola pertumbuhan ikan j m b a l siam di

Waduk Jatiluhur (Lampiran 6) menunjukkan bahwa ikan jambal siam mempunyai

nilai b 3,2. Nilai b yang lebih besar dari 3 menunjukkan pola pertumbuhan

allometrik positif, ini berarti pertarnbahan bobot ikan lebih cepat dari

pertambafian panjang &an, nilai b juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan

(115)

bahwa nilai b ikan jambal lokal yang dipelihara di dam (Sungai Musi) SUMSEL

sebesar 3,06. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot ikan jarnbal siam

yang dipelihara di Waduk Jatiluhur iebih cepat dibanding ikan jambal lokal yang

dipelihara di Sungai Musi.

Bobot ikan jambal siam yang ditebar di Waduk Jatiluhur dapat mencapai

I33 gram setelah ditebar selama 60 hari. Sedangkan ikan yang dipelihara dalam

karamba jaring apung bobotnya hanya mencapai 122 gram dengan masa

pemeliharaan yang sama. Hal ini menunjukkan kondisi fisika-kimia Waduk wcok

bagi kehidupan &an jambal siam. Menurut Krismono (1 988) ketersediaan pakan

berupa detritus dan crustacea mampu mendukung kehidupan ikan didalam

Waduk Jatiluhur. Kotelat et al(1993) menyatakan bahwa pertumbuhan ikan dapat

berlangsung dengan baik jika didukung oleh ketersediaan pakan yang cukup

berupa detritus, crustacea, cacing, serangga air, biji-bijian dan molusca. Selairi

faktor pakan, kondisi habitat waduk berupa zone mengal'ir dan zone tergenang

dengan kondisi kimia air yang cukup konstan memungkinkan ikan jambal siam

tumbuh dengan baik menyerupai habitat alaminya di sungai besar dan muara yang

relatif tenang. Hasil penelitian Asyari, er crl (1997), di Sungai Musi SUMSEL

menunjukkan bahwa ikan jambal lokal yang dipelihara s- intensif selama

24 bulan dapat mencapai bobot 2445 gram. Sedangkan hasil penelitian Legendre

(2000) di kolam perwbaan ikan air tawar Sukamandi bahwa ikan jambal siam

yang dipelihara dapat mencapai bobot 3000 gram setelah dipelihara secara intensif

(116)

Data fkkuensi ukuran panjang ikan jambal siam yang tertangkap tiap

bulan di berbagai lokasi (Tabel 3) menunjukkan bahwa pada awal penebaran ke

dalam waduk, ikan yang tertangkap masih bedcuran kecil. Pada bulan

selanjutnya ukuran ikan yang tertangkap terus bertambah panjang, mencapai

ukuran 43 cm. Hal ini dapat diduga bahwa lingkungan wad& dapat mendukung

pertumbuhan ikan jambal siam.

Perbandingan pertumbuhan ikan jambal siarn yang bertanda (49 ekor)

dengan ikan jambal siam tidak bertanda (352 ekor) menunjukkan bahwa

pertumbuhan ikan jambal siam yang tertangkap kembali dapat memberikan

gambaran pertumbuhan secara keseluruhan dari 15000 ekor ikan jambal siam

yang ditebar di Waduk Jatiluhur

Penyebaran

Jumlah ikan jambal siam yang ditebar baik yang bertanda dan tidak adalah 1:4, sedangkan jumlah

ikan

yang tertangkap kernbali, baik yang bertanda

maupun tidak bertanda adalah 1:7 (Tabel 2). Berkurangnya jumlah ikan yang

tertangkap kembali, kemungkinan karena; ikan yang diberi tanda rnati akibat luka

pada waktu penandaan, tidak sampainya

ikan

ketempat penangkapan, lepasnya

tanda, kemungkinan ikan yang tertangkap tidak dilaporkan oleh nelayan ke

tempat yang telah ditentukan.

&an jambal siam yang ditebar ke dalam wad& menyebar secara tidak

acak (Tabel 4) dan sebagian besar menempati daerah pinggir waduk. Hal ini

dapat diketahui dengan tertangkapnya ikan hanya pada tujuh lokasi yaitu; Tajur

Sindang, Ciganea, Cilongohar, Sukamulya, Pasir Jangkung, Pagadungan dan

(117)

Lokasi penangkapan ikan meliputi daerah dengan habitat yang berbeda

dan dapat dikelompokkan berdasarkan surnber pemasukan air (lampiran 3) yaitu;

Wilayah I adalah daerah pemasukan air Sungai Cilalawi, Wilayah I1 daerah

tengah perairan waduk, Wilayah I11 daerah perbatasan antara wilayah tengah dan wilayah pemasukan air Sungai Citarum dan wilayah I V daerah pemasukan air

Sungai Citarum. Perbedaan wilayah ini rnemberikan dampak terhadap perbedaan

faktor fisika-kimia air, terutilma NO3 dan PO4 Kedua

MOT

ini merupakan fakor cukup penting dalam mendukung kehidupan ikan dalam perairan.

Wilayah I merupakan daerah pemasukan air sungai Cilalawi yang

meliputi Tarumasari, Ciganea dan Ubrug. Pada daerah Ciganea, ikan jambal

siam bertanda yang tertangkap sebanyak sembilan ekor. Daerah ini merupakan

daerah budidaya karamba jaring apung yang termasuk kedalam daerah transisi

dengan konsentrasi sisa pakan lebih tinggi. Sisa pakan ini berupa senyawa organik

NO3 dan PO4 mampu meningkatkan kesuburan perairan, akibatnya ikan juga

terkonsentrasi d m banyak tertangkap didaerah kaya pakan ini. Sedangkan di daerah Tarumasari dan Ubmg tidak dilaporkan adanya ikan tertangkap. Hal ini

disebabkan karena daerah ini mempakm daaah yang termasuk ke dalam zona

mengalir (reverine) dengan arus yang cukup deras sehingga ketersediaan pakan

untuk mendukung kehidupan ikan ditempat

ini

tidak cukup. alcibatnya tidak

dijumpai ikan pada kedua daerah ini .

Witayah I1 merupakan daerah lakustrin yang relatif dalarn dan tenang, meliputi: Ciparos. Cibulak, Pasir Astana, Pasirkole, Pasir Jangkung dan Tajur

Sindang. Lokasi penyebaran ikan di wilayah ini hanya berada disekitar daerah

(118)

yang tertangkap. Hal ini disebabkan karena wilayah ini merupakan wilayah

tengah wad& yang lebih dalam dan jauh dari sumber pemasukkan air. Pada

daerah ini senyawa-senyawa pakan cendrung mengendap sehingga tejadinya

sendimentasi partikel anorganik berjalan lebih lambat. Walaupun panetrasi cahaya

cukup unruk memicu pertumbuhan fitoplankton secara optimal, namun unsur hara

yang masih tersedia jumlahnya terbatas, karena telah dimanfaatkan oleh

fitoplanton maupun rnengendap melalui proses sedimentasi (Sukimin, 1999b) .

Selain itu dasar waduk yang dalam, tidak dapat menyediakan lingkungan tumbuh

yang baik bagi perkembangan ikan jambal siam. Hal ini berkaitan dengan sifat

ikan jambal siam yang termasuk jenis ikan dasar yang sewaktu-waktu harus

muncul kepermukaan air mengarnbil oksigen untuk pernapasan. Selain itu,

daerah tengah yang tergenang telah terjadi pengendapan pakan, sehingga

kosentrasi pakan rendah (Sukimin,l999a). Banyaknya jumlah ikan jambaI

bertanda yang dapat ditangkap di daerah Tajur Sindang (Tabel 4) yakni 11 ekor,

cendmng disebabkan karena daerah ini merupakan

daerah

yang dekat dengan

daerah penebaran dan dekat dengan daerah karamba jaring apung yang lebih

subur. Selain itu daerah Tajur Sindang merupakan daerah yang berada pada

pinggir waduk dan lebih dangkal. Faktor fisik ini memungkmkan panetrasi

cahaya mencapai dasar dan suhu waduk optimum bagi berlangsungnya proses

fotosintesa. Sehingga lingkungan dasar cukup subur bagi kehidupan ikan jambaI

siam. Menurut Sukimin (1999a) kualitas air yang baik menentukan pertumbuhan

(119)

Wilayah 111 merupakan daerah transisi yang meliputi: Kertamanan,

Cilangohar, Sukamulya, Pagadungan, Sukasari, Jamaras dan Cilendi. Wilayah ini

merupakan wilayah yang paling banyak ikan bertanda tertangkap yaitu; daerah

Sukamulya (7 ekor), Pagadungan (5 ekor) dan Cilongohar (7 ekor). Hal ini

disebabkan karena wilayah ini merupakan wilayah peralihan dengan kekeruhan

air yang sudah mulai menurun dan telah terjadi pemisahan antara pakan dengan

lumpur yang berasal dari air Sungai Citanun. Selanjutnya pada kedalaman

tertentu, juga terjadi proses pencampuran antara produksi pakan dengan bahan

organik autochonous yang cendrung lebih tebal sebagai sumber pakan pada

daerah ini. Faktor kedalaman perairan yang tidak terIalu dalam dibandingkan

dengan wilayah I1 memudahkan ikan untuk mengambil udam kepermukaan.

Wilayah IV merupakan daerah pemasukan air dari Sungai Citarum yang

rneliputi: Cipinang, Cidadap, Cimanggu, Ciseuti dan Warung Jeruk. Di Zone

reverine ini tempat tertangkapnya ikan dan jumlah ikan jambal siam yang

tertangkap paling sedikit yaitu di daerah Sodong sebanyak 5 ekor. Hal ini

disebabkan oleh tingginya konsentrasi lumpur dalam perairan sehingga pakan

masih dalam bentuk yang belum tersedia bagi ikan, karena masih tercampur

Iumpur. Daerah ini memiliki kecepatan arus lebih deras dan waktu tinggd air pendek, ketersediaan hara tinggi tapi kekeruhan juga lebih tinggi, sehingga

kekeruhan ini membatasi panetrasi cahaya, akibatnya ketebalan lapisan fotik

sangat tipis. Masih terdapamya

ikan

pada wilayah ini disebabkan oleh kondisi

habitatnya berupa perairan mengalir yang disukai oleh ikan jambd siam. Menurut

(120)

sungai-sungai besar dan muara sungai seperti sungai Mekong, Chaopraya dan

Meklong di Thailand.

Secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa penyebaran ikan jambal siam di

Waduk Jatiluhur menyebar secara tidak acak dan sebagian besar menempati

daerah dangkal di tepi waduk, kondisi ini mernudahkan ikan untuk mengambil

oksigen pada waktu-waktu tertentu (Susanto dan Amri 1998). Berdasarkan

tabel 4, hasil tangkapan ikan dan tempat tertangkapnya ikan, dapat diketahui bahwa ikan jambal siam tersebar menelusuri pantai waduk dan tidak menyeberang

ke arah pantai berlawanan, yang merupakan daerah terdalam dari waduk yaitu

dearah Ciparos, Cibulak, Pasir Gembong d m DAM Utama . Hal ini disebabkan,

kurangnya pakan berupa fitoplankton didaerah ini, akibat jauh dan larnanya

perjalanan air menuju daerah tersebut. Dengan demikian, pakan yang dibawa

aliran air sudah semakin bakumng karena sudah dimanfaatkan didaaah hulu dan

sebagian besar telah mengalami sedimentasi .

Kualitas Air

Berdasarkan karakteristik fisika kimia air Waduk Jatiluhur termasuk

perairan dengan kesuburan sedang sampai tinggi (Mesoeutrofik). Sifat fisika

kimia dari keempat wilayah pemasukan air secara keseluruhan berada pada batas-

batas toleransi bagi kehidupan ikan.

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa faktor lingkungan yang

paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan penyebaran ikan jambal siam di

Waduk Jatiluhur adalah faktor ketersediaan pakan berupa fitoplankton dan

zooplankton di perairan waduk. Hal ini jelas terlihat pada d a d budidaya

(121)

dipengaruhi oleh tersedianya NO3 clan Po4 terlarut yang berasal dari sisa pakan ikan sekitar karamba. Nilai NO3 sekitar daerah KJA yakni wilayah I dan I1

berkisar antara 1,03-2,35 m g ~ l . Menurut Wetzel (1975) in Efendie (2000) menyatakan tingkat kesuburan perairan yang kadar Nitratnya 1-5 mg/l termasuk

kesuburan sedang (Mesotrofik). Selanjutnya dijelaskan bahwa senyawa NO3

merupakan pendukung perturnbuhan mikroorganisme air karma b h n g s i

sebagai salah satu senyawa utama dalam penyusunan dinding sel, pembentukan

protein dan metabolisme seluler mikroagla.

Kadar PO4 dalam perairan disekitar daerah budidaya berkisar antara

0,11-0,44 mg/l. Menurut Wetzel (1975) in Efendi (2000) bahwa kandungan

PO4 0,0514,l mg/l tergolong perairan dmgan tingkat kesuburan tinggi (eutrofik). Pada organisme air senyawa Po4 berfungsi sebagai salah satu penyusun rantai

phytol pada klorofil a yang berperan dalam proses fotosintesa. Dengan dernikian

ketersediaan NO3 dan Po4 yang cukup dalam perairan dapat meningkatkan

aktifitas fotosintesa Hasil fotosintat yang tinggi juga mempertingi produkifitas perairan, selain meningkatkan kandungan 0 2 dan rnenurunkan konsentrasi C02

dalarn perairan.

Kisaran nilai oksigen terlarut

(9)

berkisar 0,30-7,79 ppm, kisaran

oksigen ini berbeda-beda sesuai dengan keddaman air. Nilai oksigen pada

permukaan sampai kedalaman 8 meter cukup tinggi 1,12-7,79 ppm. Hal ini

diduga karena adanya penambahan

02

dari udara Iangsung dan hasiI fotosintesis

fitoplankton, dimana fotosintesis akan terjadi apabila dalam perairan yang

(122)

Karbondioksida terlarut ( C a ) berkisar antara 0,52-10,3 ppm. Nilai

Karbondioksida terlarut tinggi (COz) 10,3 ppm di jumpai pada kedalatnan lebih dari 8 meter, diduga hal ini erat kaitannya dengan aktivitas fotosintesis yang mulai

menurun dengan meningkatnya kedalaman air. Menurut Boyd (1979) bahwa

C a yang tinggi dalam air &an mengakibatkan perairan bersifat asam Kondisi

ini akan meningkat dengan bertambahnya kedalaman air.

Suhu berkisar antara 28 - 30 "C pada pukul 9U0 nilai ini masih dapat

berubah apabila dilakukan pengukuran pada siang atau sore hari. Nilai suhu ini

masih merupakan batas toleransi kehidupan ikan jambal siam. Menurut Legendre

et a1 (1999) suhu air yang layak untuk kehidupan ikan jambal siam adalah antara

suhu Suhu di Waduk Jatiluhur cenderung turun dengan bertambahnya

kedalaman air. Hal ini disebabkan karena semakin menurunnya intensitas cahaya

dengan bertambahnya kedalaman, sehingga air menjadi lebih dingin serta

aktifitas fotosintesa tidak dapat berlangsung lagi.

Kisaran pH air di Waduk Jatiiuhur pH 7-9. Nilai tersebut masih

merupakan kisaran pH yang baik untuk pertumbuhan ikan pada umumnya yaitu

pH

6,s-9,

sedangkan pH 4 , 5 4 , 5 pertumbuhan ikan c e d e r u n g lambat

(Boyd 1982). Menurut Widiyati et al (1992) bahwa pH yang baik untuk

pertumbuhan ikan jambal siam adalah pH 6,5-8 dan pH 6,0-8,9 (Legendre et al,

(123)

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Ikan jambal siam (P.hypophthalmus) dapat tumbuh di Waduk

Jatiluhur, dengan koefisien pertumbuhan (K) sebesar 0,06 per bulan

dengan panjang maksimum sebesar ( Lw) 54 cm dan to

-

2,s bulan.

2. Ikan jambal siam (P.hypophthalmus) di Waduk Jatiluhur, menyebar

secara tidak acak dan sebagian besar menempati d a d - d a e r a h tepi

waduk yaitu Pagadungan (5 ekor), Sukamulya (7 ekor), Pasir Jangkung

(6 ekor), Cilongohar (7 ekor), Tajur Sindang (1 1 ekor), Ciganea (9

ekor) dan Sodong (4 ekor) dan persentase ikan jambal siam bertanda,

yang tertangkap kembali mencapai 1.6 % selama satu tahun.

3. Waduk Jatiluhur rnempakan media yang baik bagi pembesaran ikan

jambal siam ( P . hypophthalmus) di alam, dengan Suhu 28 - 29OC pada

pukul 09.0°, pH 7-9, 0 2 terlarut 0,30-7,79 ppm, C02 terlarut 0,52-10,3 ppm, NO3 1.03-2,35 m f l d m PO4 0,ll-0,44 m f l .

Saran

1. Untuk selanjutnya, bagi keperluan penelitian lanjutan penebaran ikan

jambal siam yang bertanda sebaiknya dalam jumlah yang lebih banyak

yaitu;10000 ekor, dani 30000 ikan yang tidak bertanda, agar jumlah

ikan yang bertanda yang kembali menjadi cukup banyak. Disamping

itu, diperlukan upaya khusus untuk meningkatkan partisipasi

(124)

2. Perlu penyempurnaan bentuk tanda pada ikan, agar informasi yang

diberikan pada saat pengurnpulan data lebih lengkap untuk dianalisis

lebih lanjut.

(125)

DAFTAR PUSTAKA

APHA (American Public Health Association) 1989. Standar Methods for the

E m a n a t i o n of Water and Waste water. 17" ed. APHA, A W A (American Water Work Association) and WPCF (Water Pollution Control Federation) Washington DC. 1 527p

Anonimus. 1996. Prosiding Simposiurn Perikanan Indonesia I. Bidang

Budidaya Perairan. JICA. Jakarta. Hal 272-273.

Arifin, Z., A. K. Gaffar dan Susilo Ajie. 1997. Studi Biologi Ikan Langka Patin

(Pangasius sp) di DAS Musi. Laporan Penelitian Penkanan Air Tawar

Palembang.

Asyari, Z. Arifin, A. D. Utomo. 1997. Pembesaran Ikan Patin (Pangusius-

pangasius HB) dalam Sangkar di Sungai Musi Sumatra Selatan. Jumal Penelitian Perikanan Perikanan Indonesia 3(2) : 83 - 90.

Bennet, G. W. 1962. Management of Artificial Lakes and Ponds. Van Nostrand Reinhold Company, New York. 283p

Boyd, C. E. 1979. Water Quality in Warm Water Fish Pond. Agricultural

Experiment Station. Auburn University, Auburn, Alabama. 35%

Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier Scientific Publishing. Company. New York. 3 18hal.

Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama 155 ha1

EEendi, H. 2000. Telaahan Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan

Luigkungan Perairan. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan

IImu

Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 247 hal (Tidak dipublikasikan)

Hardjamulia, A., R Djajadireja, S. Atmawinata, dan D Idrus. 1981.

Pembenihan Ikan Jambal (Pangasius Sutchi ) Dengan Suntikan Ekstrak

Kelenjar Hipofisa Ikan Mas. Bull. Perikanan Perikanan 2: 183-190.

Hickling, C.F. 197 1. Fish Culture: Breeding and Cultivation of Fish. Fish News Book, Ltd., London, 436 Hal

Hoggart. 1994. Fisheries Dynamics of Modified Floodplains in Southern Asia

(Survey Methodologies). MRAG, London. Sop.

(126)

Kotellat, M., A. J. Whittm, S. N. Kartikasari, dan S. Widjoatmojo. 1993. Freswater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. C.V. Java Books. Jakarta.

Krismono. 1988. Dinamika Populasi Daphniu carrnufa (King) di Perairan

Genangan Utarna Waduk Jatiluhur. Tesis, Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 88 hal.

. 1989. Komunitas Ikan di Waduk Jatiluhur Selama 5 Tahun ( 1982 - 1986) Dalam Bull. Penelitian Perikanan Darat. 8 (2): 40-49.

Krismono. 1999. Kilas Balik Kernatian Ikan di waduk Jatiluhur Tahun 1996 clan

Kondisi Waduk Jatiluhur Terkini. Makalah pada Workshop Upaya Pencegahan Kematian Ikan Secara Massal di Waduk Jatiluhur pada

M u s h Hujan 1999.

Legendre, M., J. Slembrouck dan J. Subaia. 1999. Fish Result on Growth and

Artificial Propagation of Pangasius 4ambal in Indonesia. P 79-102 in Legendre

Gambar

Gambar 1. Peta Waduk Jatiluhur Kab. Purwakarta di Pripiosi Jawa Barat
Gambar 2. Model Tanda Berdasarkan kelompok Ukuran
Gambar 3a. Grafik Simulasi Pertambahan Panjang Ikan jambal siam (P. hypophthalmus) di Waduk Jatiluhur
Gambar 3b. Grafik Simulasi Pertambahan Bobot Ikan jambal Siam (P. hypophfhalmus) di Waduk Jatiluhur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi jenis parasit myxosporea yang menginfeksi ikan jambal siam (Pangasius hypophlhalmzrs Fowler) dan hibrid

Pada Tabel 4 mengenai pro fi l asam lemak minyak ikan patin Jambal terbukti memiliki kandungan asam lemak tidak jenuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak ikan patin

Darihasil penelitian terhadap nilai organoleptik tekstur ikan patin jambal siam yang diawetkan dengan biji kluwak pada konsentrasi yang berbeda terjadi penurunan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh berbagai imbangan energi protein pada ransum yang mengandung silase ikan terhadap efisiensi protein dan energi ikan jambal

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh berbagai imbangan energi protein pada ransum yang mengandung silase ikan terhadap efisiensi protein dan energi ikan jambal

Salah satu contoh termasuk identifikasi bakteri patogen pada ikan yang berada di Provinsi Riau, namun identifikasi bakteri patogen pada Ikan Jambal Siam di kolam

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kadar asam lemak jenuh tertinggi yang terdapat pada limbah pengolahan ikan jambal siam adalah asam palmitat yang diduga mendominasi

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pakan yang mengandung tepung kunyit dan diuji tantang dengan Aeromonas hydrophila mampu meningkatkan kelulushidupan ikan jambal siam mencapai 100%