STUD1 LAJU PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN
IKAN JAMBAL SIAM
(Pangasius hypophtlraImus)
DENGAN METODE PENANDAAN (TAGGING)
0 b
DI WADUK JATILUHUR
OLEH
:
LELY FAJRIAH DJAFAR
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
LELY FATRIM DJAFAR. Studi Laju Pertumbuhan dan Penyebaran Ikan Jambal
Siam ( Pangasius HypophthaImus ) Dengan Metode Penandaan (Tagging) di Waduk
Jatiluhur. Dibimbing oleh KIAGUS ABDUL AZIZ dan MENNOFATRIA BOER
Waduk Jatiluhur adalah salah satu badan perairan tawar yang berpotensi
sebagai penopang ketersediaan ikan bagi Daerah Jawa Barat dan sekitarnya. Saat ini
telah terjadi penurunan populasi ikan secara tajam di Waduk Jatiluhur. Salah satu faktor penyebabnya adalah sering terjadinya arus balk atau bencana umbalan yang mengakibatkan terjadinya penurunan kadar Oz secara cepat dalam perairan, akibatnya banyak jenis ikan yang mati. Dirasakan perlu dilakukan usaha penebaran jenis-jenis
ikan yang mampu bertahan hidup pada kondisi kadar Oz rendah, salah satunya adalah
Ikan Jambal Siam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan d m penyebaran
Ikan Jambal Siam, sehingga dapat diketahui kemampuan adaptasi clan potensi
pengembangannya di Waduk Jatiluhur. Penelitian ini dilaksanakan sejak Januari
2000 sampai Januari 2001. Jumlah ikan yang dilepas sebanyak 15000 ekor, 3000
diantaranya diberi tanda dengan menggunakan metode Tagging, terdiri dari tiga
kelompok ukuran yaitu: kelompok ukuran I (13 - 15 cm), kelompok ukuran I1
(18 - 20 cm) dan kelompok ukuran I11 (22
-
24 cm) masing-masing sebanyak 1000ekor.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa
Ikan
Jambal Siam dapat tumbuhdengan baik di Waduk Jatiluhur, koefisien pertumbuhan 0,06 per bulan, Lm = 54 cm
d m t, = - 2,s bulan. Ikan jambal siam menyebar secara tidak acak dan menempati daerah tepi Waduk Jatiluhur meliputi wilayah Tajur Sindang 11 ekor, Ciganea 9 ekor, Cilongohar 7 ekor, Sukamulya 7 ekor, Pasir Jangkung 6 ekor, Pagadungm 5
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyaiakan bahwa tesis yang berjudul
STUD1 LAJU PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN IKAN J A M B A L SLAM (Pangasius hypr~pitthalmus) DENGAN M ETODE PENANDAAN (TAGGING) Dl WADUK JATII.UHUR
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Sernua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jeIas d m dapat diperiksa kebenarannya.
WG
STUD1 LAJU PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN
IKAN JAMBAL SIAM
( P a n g a d s hypophthalmus)
DENGAN METODE PENANDAAN (TAGGING)
DI WADUK JATILUHUR
OLEH
:LELY FAJRIAH DJAFAR
NRP
:99454
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk mernperoleh gelar Magister Sains Pada
Program Studi Ilmu Perairan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis
N a m a Nomor Pokok Program Studi
: Studi Laju Pertumbuhan d m Penyebaran
Ikan Jambal Siam (Pungusrus hypr~phthaImus) dengan Metode Penandaan (Tagging)
Di Waduk Jatiluhur
: Lely Fajriah Djafar
: 99454
: IImu Perairan (AIR)
Menyetujui:
1 . Komisi Pembimbing
-+
(lr.saw
Abdul Aziz. MSc 1 ( Dr. Ir. Mennofatria Boer. DEA)Ketua Anggota
2. Ketua Program Studi gram Pascasajana
Ilmu Perairan
X
LDr.
lr. Kusman Sumawidiaia. MSc)RIWAYAT HLDUP
Pendis dilahirkan di Kendari, pada tanggal 2 Desember 1971 dari ayah
l3rs.H. Abd. Hafid Djafar dan ibu Hj. Umrni Rietje Dopu. Penulis m e ~ p a k a n putri kedua dari lima bersaudara. Pendidikan sa jana ditempuh pada Jumsan Pemanfatan
Sumber Daya Perikanan Fakultas Perikanan Universitas Muslim Indonesia di
Makassar dan memperoleh gelar sarjana pada tahun 1995.
Diterima sebagai dosen pada Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Lakidende pada tahun 1998 dan melanjutkan pendidikan pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Program Studi Ilmu Perairan tahun 1999
PRAKATA
Puji Syukur kehadirat Allah Subhanahuwata'ala, atas limpahan rahmat dan karunia -NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Kiagus Abdul Aziz
MSc.dan Bapak Dr. Ir. Mennohtria Boer, DEA yang berkenan membimbing dan
memberikan saran selama persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.
Terima kasih disampaikan juga kepada Bapak Dr. Ir. Kusman Surnawidjaja
selaku Ketua Program Studi Ilmu Perairan yang telah memberikan bimbingan d m
petmjuk kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Hal senada juga
disampaikan kepada Dekan beserta Staf Fakultas Pertanian Universitas Lakidende,
yang telah memberikan dorongan m o d dalam penyelesaian Program Pascasarjana,
demikian pula terima kasih diucapkan atas dukungan yang tak temilai kepada Kepda P a w n Otorita Waduk Jatiluhur beserta staf, Kepala Balai Perikanan Air
Tawar Sukamandi clan Kepala Instdasi Perikanan Air Tawar Jatiluhur beserta staf.
Kontribusi yang sangat besar berupa saran dan kerjasama selama penelitian dan penulisan tesis ini telah penulis terima dari rekan-rekan Program Studi Ilmu
Perairan terutama Agus Joko Utomo, Isnawati Murni, Junita M z . serta adik
Fitmawati, atas segala dorongan semangat dan kerjasama yang terbina selama ini hingga tulisan ini dapat diselesaikan.
Penghargaan khusus dan ucapan terima kasih penulis tujukan kepada ibunda, ayahanda, kakak serta adik-adik yang telah memberikan dorongan moral dalam menyelesaikan Program Pascasajana.
Semoga Allah berkenan memberikan limpahan m a t dan karunia-NYA atas
segala kebaikan yan diberikan. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat dalam memperkaya khasanah iImu pengetahan.
Halaman
PRAKATA ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vi i ... DAFTAR LAMPIRAN ... v ~ l l
PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... I Perumusan Masalah ... 3
...
Tujuan dan Kegunaan Penelitian 3
Hipotesis ... 3
TINJAUAN PUSTAKA ... 4 Keadaan Umun Waduk Jatiluhur ... 4 Morfologi ... 5 Habitat dan Distrbusi Ikan Jambal Siam ... 6
...
Pertumbuhan 7
...
Pemberian Tanda 8
Kualitas Air ... 8
METODOLOGI PENELITIAN ... ... Daerah
dan
Waktu Penelitian . .... Metode Penelltian . .
... Persiapan Penellaan
... Pemberian Tanda
... Pelepasan &an Yang Bertanda
Pengumpulan Data Ikan Bertanda
Yang Tertangkap Kembali ... . .
A n a l ~ s ~ s Data ... ... Penentuan Parameter Perhunbuhan
Hubungan Panjang
-
Bobot ... ... Penyebaran...
... HASIL PENELITIAN . .
... Hasil Penelrt~an
... Pertumbuhan
Penyebaran ... Kualitas Air ...
PEMBAHAS AN
...
... Pertumbuhan
... Penyebaran
Kualitas Air ...
...
KESIMPULAN
DAN SARANDAFTAR PUSTAKA ...
DAFTAR TABEL
1 . Perubahan Panjang Ikan Jambal Siam (P. hypophrhalmus)
Pada Saat Dilepas dan Saat Tertangkap Kembali
...
Di Waduk Jatiluhur 16
2. Hasil Tangkapan Ikan Jambal Siam yang Bertanda
...
dan Tidak Bertanda 18
3. W a n Panjang Ikan Jambal Siam di Waduk Jatiluhur ... 19
4. Penyebaran Ikan Jambal Siam (P. hypophthalmus) Bertanda
...
DAFTAR GAMBAR
. ...
1 . Peta Waduk Jatiluhur Di KAB Purwakarta, JABAR 11
2 . Model Tanda Berdasarkan Kelompok Ukuran
. ...
Ikan Jambal Siam (P hypophthalmus ) 12
3a . Grafik Simulasi Pertambahan Panjang Ikan Jambal Siam
. ... ( P hypophfhalmus ) di Waduk Jatiluhur 17
3b
.
Grafik Simulasi Pertambahan Ikan Jambal Siam. ... ( P hypophthalmus ) di Waduk Jatiluhur 18
4 . Hubungan Panjang dan Bobot
...
Ikan Jambal Siam( P
.
hypophthalmus ) 20...
5
.
pH Pada tiap Wilayah di Waduk Jatiluhur 22...
6
.
Suhu Pada tiap Wilayah di Waduk Jatiluhur 23... .
7 O2 Pada tiap Wilayah di Waduk Jatiluhur 24
8 . C G Pada tiap Wilayah di Waduk Jakiluhur ... 25 ... .
9 NO3 Pada tiap Wilayah di Waduk Jatiluhur 26
...
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 .
Ikan
Jambal Siam ( P. hypophthalmus ) yang Bertanda...
&lam Berbagai Ukuran 42
2. Prosedur Pencatatan Hasil Tangkapan Nelayan
...
Terhadap Ikan Jambal Siam ( P. hypophthalmus ) 43
3. Lokasi Pelepasan dan Penyebaran Ikan Jambal Siam
(P. hypophfhalmus ) di Waduk Jatiluhur ... 44
4. Penjabaran Rumus Von Bertalanffy Menjadi Gulland dan Hold ... 45
5 . Data Hasil Tangkapan Ikan Jambal Siam ( P. hypohpthalmus ) ...
Bertanda yang ditebar di Waduk Jatiluhur 47
6. Data Hubungan Panjang - Bobot Ikan Jambal Siam
...
(P. hypophthalmus) yang Tidak Bertanda 48
7. pH Air di Waduk Jatiluhur Selama Penelitian
...
(Februari - Desember 2000) 50
8. Suhu Air di Waduk Jatiluhur Selama Penelitian
(Februari - Desember 2000) ... 50
9. O2 Air di Waduk Jatiluhur Selama Penelitian
...
(Februari - Desember 2000). 5 1
10. C 0 2 Air di Waduk Jatiluhur Selama Penelitian
...
(Februari - Desember 2000) 5 1
11. NO3 Air di
Waduk
Jatiluhur Selama Penelitian...
(Februari - Desember 2000) 52
12. POa Air di Waduk Jatiluhur Selama Penelitian
...
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan jambal siam (Pangasius hypophthalmus) termasuk anggota famili
Pangasidae, rnerupakan ikan air tawar yang bemilai ekonomis penting dan
banyak ditemukan di negara-negara Asia seperti Thailand, Laos, Kamboja, Burma
dan Vietnam (Ariiin dan Tupang, 1983 in Priyadi, Dharrna dan Setyani 1994).
Ikan ini didatangkan dari Bangkok (Thailand) ke Bogor oleh Balai Penelitian
Perikanan Air Tawar pada tahun 1972 (Hardjamulia, ef al. 1981).
Ikan jambal siam adalah salah satu jenis ikan air tawar yang berasal dari
perairan umum dan mudah dibudidayakan di berbagai media pemeliharaan seperti
waduk, sungai dan kolam. Ikan ini memiliki pertumbuhan cepat, fekunditas tinggi, kebiasaan rnakan omnivor, tahan hidup pada kondisi oksigen rendah dan digemari
oleh masarakat serta harga jual yang cukup tinggi, sehingga berpotensi untuk
dikembangkan. Usaha pembesaran ikan jambal siam diharapkan dapat
meningkatkan produksi ikan air tawar (Tarupey, el al. 1992).
Waduk adalah suatu bentuk perairan tawar yang tergenang dan
mempunyai tingkat kesuburan yang dipengaruhi oleh partikel-partikel dari Iuar
(allothonous) dan dari dalam perairan itu sendiri (autothonous). Waduk Jatiluhur
rnerupakan p e r a i m dari h a i l pembendungan Sungai Citarum dan Cilalawi,
sehingga terjadi perubahan tipe perairan sungai (lotic) rnenjadi tipe perairan
tergenang (lentic). Sifat perairan tergenang ini terutama akan nyata bcrpcngamh
di daerah tengah yang letaknya jauh dari sumber pemasukan air sehingga
Selama ini telah banyak usaha dilakukan untuk meningkatkan produksi perikanan di Waduk Jatiluhur, antara lain dengan penebaran beberapa jenis ikan
sejak tahun 1965-1981 (Sarnita 1982
m
Krismono 1989). Pada tahun 1987populasi ikan di Waduk Jatiluhur terdiri dari 16 jenis, saat ini hanya dijumpai
8 jenis ikan. Terjadinya penunman jumlah jenis ikan ini, antara lain disebabkan oleh adanya aktifitas penangkapan, terjadinya pembendungan sungai serta
terjadinya kematian ikan secara besar-besaran akibat bencana umbalan pada tahun
1996, yaitu terjadinya perubahan arus secara tiba-tiba karena penurunan muka air
di waduk, sehingga konsentrasi oksigen terlarut rendah sedangkan sisa pakan
tinggi yang mengakibatkan sebagian besar ikan tak mampu bertahan hidup dan
salah satu jenis ikan mampu bertahan hidup pada saat terjadinya bencana
umbalan adalah ikan jambal siam (Krismono, 1999).
Untuk mengimbangi penurunan jumlah popdasi ikan dalam waduk, perlu
dilakukan usaha penebaran ikan yang memiIiki ketahanan terhadap kadar oksigen
rendah, salah satunya adalah ikan jambal siam.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang pola
penyebaran dan pertwnbuhan ikan jambal siam di Waduk Jatiluhur. Informasi ini
diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan dan peningkatan produksi ikan
dengan memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya, serta pengahxran
pemanfaatan sumberdaya oleh masyarakat dalam rangka pelaksanaan
Perurnusan Masalah
Waduk Jatiluhur merupakan perairan yang terbentuk dari pembendungan
sungai Citarum dan Cilalawi, sehingga sampai saat ini menjadi salah satu tempat dengan berbagai kegiatan perikanan yang cukup besar, meliputi perikanan
tangkap dan jaring apung. Selama ini pembesaran ikan jambal siam hanya terbatas
pada keramba jaring apung. Upaya penebaran ikan jambal siam ke dalam waduk
dimaksudkan untuk mengetahui apakah jenis ikan ini dapat beradaptasi dan
hunbuh di lingkungan waduk (dam).
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan uniuk mengetahui pertumbuhan dan penyebaran
ikan jambal siam yang berasal dm Bangkok yang diintroduksi ke dalam Waduk
Jatiluhur. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
untuk pengelolaan sumberdaya dan peningkaian produksi ikan jambal siam di
Waduk Jatiluhur.
Secara teoritis diduga:
1. Ikan jambai siam dapat tumbuh dengan baik di Waduk Jatiluhur
TINJAUAN PUSTAKA
Keadaan Umum Waduk Jatiluhur
Waduk Jatiluhur merupakan perairan yang terjadi akibat pembendungan
Sungai Citarurn d m Cilalawi, dibangun pada tahun 1955-1967 dan saat ini telah berumur kurang lebih 33 tahun. Wilayah sekitar waduk merupakan wilayah
pegunungan dengan ketinggian 115 m di atas permukaan air laut dan terletak
kurang lebih 9 km dari Ibu Kota Kabupaten Purwakarta. Luas Waduk Jatiluhur
mencapai 82
kmz
dengan kedalaman maksimum 90 m dan fluktuasi permukaan airtahunan kurang lebih 25 m (Krismono 1988).
Ekosistem waduk merupakan bagian dari ekosistem Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang kualitas dan kuantitasnya ditentukan oleh pengaruh dari luar
(allochtonous) dan juga proses internal (autochtonous) terhadap penyebaran
muatan hara dan sedimentasi. Laju sedimentasi dan muatan hara yang berasal dari
allochtonous sangat ditentukan oleh faktor fisika dan kedalaman perairan (Thorton
et al (1990) in Sukimin (1999a). Selacjutnya, menurut Sukimin (1999b), secara
gradient longitudinal waduk ini dapat dibagi ke dalam zona mengalir (riverine), zona transisi dan w n a perairan tengah dan DAM (lakustrin).
Sumber air Waduk Jatiluhur berasal dari Sungai Citanun dan Cilalawi.
Badasarkan pemasukan air, wilayah perairan Waduk dapat dibedakan atas:
(1) wilayab pemasukan Sungai Citarurn, (2) wilayah pemasukan Sungai Cilalawi,
serta (3) wilayah tengah merupakan wilayah yang terletak jauh dari sumber
Waduk Jatiluhur berfmgsi serbaguna yaitu sebagai: pembangkit tenaga
listrik, pengendali banjir, irigasi, air minum, pariwisata dan perikanan air tawar.
Usaha yang berkembang yaitu perkanan tangkap meliputi usaha gilnet 970 unit dan 3 12 unit usaha pancing, sedangkan usaha budidaya ikan di keramba jaring
apung berjumlah 2537 unit (Perurn Otorira Jatiluhur, 1999).
Morfologi
Pangasius adalah salah satu golongan ikan d s h yang banyak terdapat di beberapa negara Asia (Anonimus, 1996) dan di Indonesia ikan Pangu.~ius ini
dikenal dengan sebutan ikan patin. KIasifikasi ikan Pangasius hypophfhalmus
menurut Robert & Vidthayanon (1 991) addah:
Klas : Pisces
Sub Klas : Telestoi
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Siluroidea
Famili : Pangasidae
Genus : Pungusfus
Species : Pangasius hpophfhalmus (Patin Bangkok/ Patin Siam )
Menurut Sumantadinata (1983), P. Hypophthalmus memiliki bentuk badan
yang memanjang agak pipih, mulut subterminal dengan kumis (barbels), bentuk
mulut lebih kecil dibanding jenis Pangasius lain, sirip punggung bergerigi,
mempunyai sirip tambahan (adipose fin), terdapat garis lengkung mulai dari
kepala sampai pangkal ekor, sirip ekor bercagak, wama badan kelabu kehitaman,
sirip anal putih dengan garis hitam di tengah, pada pangkal sirip dada dan sirip
bagian belakangnya, gelembung udara terdiri dari dua bagian terletak diatas sirip
anal. Panjang mrtksimurn bisa mencapai 1,5 m.
Menurut Robert dan Vidthayanon (19911, perbedaan morfologi anggota-
anggota famili pangasius dengan Pangasius hypophthalmus adalah bentuk kepala
yang agak panjang mulut, gigi langit-langit yang agak panjang meruncing,
gelembung renang memanjang sampai belakang anal dan tapis insang yang selalu
berkembang kadang-kadang berukwan kecil dan bergerigi.
Menurut Susanto dan Amri (1998), ikan ini mempunyai sifat biologis
noktumal atau melakukan aktivitas pada malam hari seperti halnya ikan catfish
lainnya, omnivora dan sesekali muncul kepermukaan air untuk mengambil
oksigen dari udara.
Habitat dan Dishibusi Zkan Jambal Siam
Menurut Susanto dan Amri (1998), jenis pangasius termasuk ikan dasar, dengan ciri khas mulutnya agak ke bawah. Habitatnya di sungai-sungai besar dan
muara-muara sungai yang tersebar di Indonesia, India, dan Myanmar.
Penyebaran alami ikan Jambal siam yaitu Sungai Mekong, Chaophraya
dan Meklong (Robert dan Vidthayanon 1991). Di dam, &an jambal siam biasa berada di tepi-tepi sungai besar dan pada m u s h penghujan atau sekitar bulan
April sampai Mei. &an jambal siam umumnya berenang bergerombol dan
Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran volume, panjang
dan bobot suatu organisme, pertumbuhan dapat dilihat dari perubahan ukurirn
panjang dan bobot dalam satuan waktu atau dapat dikatakan sebagai peningkatan biomassa suatu populasi (Effendie, 1997). Lebih lanjut, pertumbuhan adalah
proses kompleks yang terbentuk akibat banyak faktor yang mempengaruhinya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu ( I ) jumlah pakan yang
tersedia, (2) judah ikan yang menggunakan sumber pakan yang sama, (3) suhu,
(4) oksigen terlarut, (5) umur, serta (6) ukuran ikan. Perhunbuhan &an jambal
siam di dam dapat mencapai ukuran lebih dari 24 kg dengan panjang 1,2 meter
(David, 1963 in Asyari, Arifin, Utomo, 1997)
Menurut Huet (1971), pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal antara lain keturunan, umur, ketahanan terhadap
penyakit dan kemampuan memanfaatkan pakan, sedangkan faktor ekstemal antara
lain suhu, oksigen, faktor kimia lingkungan, pakan dan bahan buangan.
Pertumbuhan juga dipengaruhi oleh umur dan ukuran ikan, ikan yang dewasa
relatif lebih lambat pertumbuhannya dibanding ikan yang muda (Bennet 1962).
Pertumbuhan suatu jenis ikan akan mempengaruhi produksi ikan tersebut.
Selanjumya, produksi ikan, dpengaruhi oleh produktivitas p e r m ukuran ikan
yang ditanam dan lama masa pemeliharaan serta padat penebarannya (Hickling,
Penandaan (Tagging)
Sistern penandaan (tagging) adalah salah satu teknik yang penting dalam
mempelajari dinamika dan biologi populasi hewan aquatik. Tagging adatah
pemberian tanda (benda asing) di tub& ikan, namun tidak mengganggu
keseimbangan ikan dan tidak mudah lepas. Benda yang digmakan dapat bempa
perak, alumunium, nikel, plastik dan lain-lain (Rounsefell dan Evehart 1960). Ada beberapa faktor yang harus diperhatikm dalam memilih tipe tanda yang baik,
yaitu: selang waktu agar tanda tetap menempel pada ikan, tenaga kerja untuk
memasang tanda, jenis hewan uji dan cara penangkapan atau penanganannya
Syarat-syarat pemberian tanda adalah tanda tidak berubah selama ikan itu
hidup, tidak mengganggu tingkah laku ikan sehingga mudah ditangkap oleh
pemangsa, tidak mudah tersangkut pada tumbuhan, mudah diperoleh dan murah
harganyq tidak mengganggu kesehatan ikan, tidak berbahaya sebagai ikan pangan
dan mudah dikenal oleh orang sekalipun tidak mendapat pelatihan. Pemberian
tanda dimaksudkan untuk menghitung perbedaan ukuran saat dilepas dengan
ukuran saat ikan tertangkap kembali pada selang waktu tertentu (Hoggart, 1994).
Kualitas Air
Organisme air termasuk ikan dan udang, hidup dalam media air sehingga
perubafian lingkungan perairan akan berpengaruh langsung terhadap organisme
tersebut (Pollnac dan Mdvestuto 1991). Faktor fisika kimia air yang
mempengarulu kehidupan ikan antara lain suhu, oksigen terlarut, pH dan COz.
Menurut Hickling ( 197 1 ), penurunan suhu akan menyebabkan menurunnya
Berdasarkan hasil pengamataa, ikan jambal siam dapat hidup pada kisaran suhu
28 - 30 O C . Menurut Pataros dan Sitasit (1976), ikan jambal siam dapat tumbuh
dengan baik pada suhu 23 - 28 "C. Di daerah tropis,
ikan
relatif tidak mengalami perubahan suhu yang mencolok.Menurut Wardoyo (1975) kandungan oksigen dalam
air
merupakan faktorpenting bagi kehidupan ikan karena oksigen diperlukan bagi proses pernafasan
dan merupakan komponen utama bagi metabolisme ikan, selanjutnya dikatakan
bahwa keperluan organisme terhadap oksigen terlarut bervariasi tergantung
kepada jenis, stadia dan aktifitasnya.
Kandungan COz dalam air berasal dari dekomposisi bahan organik, difusi
dari hasil pernafasan. Kandungan C 9 dalam air dipengaruhi oleh derajat keasaman perairan (Boyd, 1982).
Nilai pH akan mempen- pertumbuhan ikan, karena nafsu makan ikan
berkurang pada pH rendah, ha1 ini disebabkan karena aktivitas dan produksi
enzim pencemaan men- (Zonneveld, et al. 1991). Batas tolerami pH di air dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain suhu, kandungan oksigen dan
METODOLOGI PENELITL4N
Daerah dam Waktu PeneIitian
Penelitian ini diIakukan di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta,
sejak bulan Januari tahun 2000 sampai Janwui tahun 2001 (Gambar I).
Metode Penelitian Persiapan Penelitian
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, dalam hal pengernbalian
tanda ikan yang ditangkap di Waduk Jatiluhur, dilakukan pertemuan khusus
sebelum pelaksanaan penelitian dengan masyarakat nelayan dan pemerintah
seternpat yang meliputi Dinas Perikanaq Perum Otorita Jatiluhur bertempat di kantor Instalasi Perikanan air Tawar, Jatiluhur. Pertemuan tersebut dilaksanakan
untuk memberi pengarahan dan penjelasan berkenaan dengan data ikan
(Lampiran 2). Ikan bertanda yang tertangkap dapat diserahkan ke tempat-tempat
yang telah ditentukan yaitu: Tarumasari, Sukamdya
dan
W m g jeruk ataudi kantor Instalasi Perikanan Air Tawar Jatiluhur untuk mendapatkan hadiah.
Pemberian Tanda
Ikan yang digunakan ddam percobaan ini adalah ikan jambd siam yang
diperoleh dari Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Sukabumi sebanyak 15000
dengan ukuran panjang 13-24 cm. Ikan diaklimatisasikan dalam jaring apung di
Waduk Jatiluhur selarna satu bulan. Setelah proses akhnatiasasi, ikan-ikan
tersebut terlebih dahulu diukur panjang dan bobomya, untuk kemudian
Gambar
1.
Peta Waduk Jatiluhur Kab. Purwakarta
di
Pripiosi
Jawa Barat
sebanyak 1000 ekor, kelompok ukuran I1 (18 - 20 cm) sebanyak 1000 ekor, dan
kelompok ukuran 111 (22 - 24 cm) sebanyak 1000 ekor. Setelah ikan dipisahkan,
ke-3000 ekor ikan tersebut diberi tanda pada pangkal ekor dwgan menggunakan
plastik transparan yang panjangnya 3 cm dan lebar 1 cm. Tanda yang dipasang
untuk tiap kelompok ukuran dapat dibedakan dari posisi bendera terhadap
[image:98.569.122.436.190.354.2]tiangnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Model Tanda Berdasarkan kelompok Ukuran
Ran Jambal Siam (P.hypophthalmus)
Pemasangan tanda dibantu oIeh masyarakat yang telah diberi
arahadpetunjuk dan pegawai Instalasi Penkanan Waduk Jatiluhur yang
berpengalaman. Tanda dipasang secara hati-hati dm cepat untuk menghindarkan
stress pada ikan. Dengan demikian dari 15000 ekor ikan yang ditebar, 3000 ekor
Pelepasan Ikan Yang Bertanda
Ikan yang telah diberi tanda dilepas secara serentak pada pagi hari
(pukul 07.0°), tanggal 19 Februari 2000 dengan menggunahm p d u . Lokasi
pelepasan ikan terletak antara Pasir Astana dan Pasir Kole (Lampiran 3).
Pengumpulan Data Ikan Bertanda Yang Tertangkap Kembali
Pengumpulan data dilakukan dengan pemantauan hasil tangkapan
rningguan untuk mengumpulkan catatan dan tanda yang didapatkan nelayan.
Ikan yang tertangkap oleh alat tangkap yang digunakan nelayan, diukur panjang
dan bobotnya. Kriteria ikan yang diukur pertumbuhannya adalah ikan yang
tertangkap setelah satu bulan ditebar. Panjang total ikan yaitu panjang ujung
muIut sampai pangkal ekor dengan menggunakan mistar biasa dengan tingkat
ketelitian 1 mm. Pengukuran bobot menggunakan tirnbangan duduk dengan
tingkat ketelitian 1 gram.
Analisis Data.
Penentuan parameter pertumbuhan
Pendugaan parameter pertumbuhan dianggap sebagai dasar pertumbuhan
individu. Persainaaa pertumbuhan Von Berralanffjr menipakan model
pertumbuhan yang menyatakan hubungau panjang atau bobot pada waktu tertentu
yaihz (Sparre dan Venema, 1992); L, = L, ( I -
k
-k"-toto'17
Sedangkan L, adalah panjang ikan pada umur t, L, adalah panjang makshum, K
Penjabarm Rumus Von B e r t a l e rnenjadi nunus Gulland and Hold, disajikan pada Lampiran 4 sehingga diperoleh hubungan:
AL/ AT = a
+
b L',Sedangkan L' adalah ukuran rata-rata pada saat dilepas dan tangkap, AL/ A t
adalah perubaban ukuran walctu, (AL) adalah selisih
ulcuran
pada saat tertangkap dengan ukuran saat dilepas (cm) dan (At) adalah selang waktu pada saat dilepasdengan saat tertangkap kembali serta a dan b adalah konstaata.
Badasarkan analisis regresi, koefisien pertumbuhan (K) dapat diduga
oleh K = - b, sedangkan panjang rnaksimum L, = -a h. Adapun t, (umur ikan
pada saat panjangnya = 0) dapat diduga berdasarkan persamaan empiris Pauly
(1984) sebagai berikut:
Log (-to) = - 0,3922 - 0,2752 Log L,
-
1,038 Log KHubungan Panjang dengan Bobot
Hubungan panjang dengan bobot mempunyai hubungan hukum kubik
yang mengarah pada persamaan eksponensial, yaitu (Sparre dan Venema, 1992):
W = a L~
Sedangkan W addah Bobot tubuh ikan jambal siam dalam gram, L adalah
Panjang tubuh ikan jambal siam
dalam
c m
serta a dan b adalah konstanta.Pola Penyebaran
Pola penyebaran ikan jambal siam dapat diketahui melalui hasil tangkapan
yang mendominasi wilayah-wilayah tertentu di Waduk Jatiluhur, sehingga dapat
di Waduk Jatiluhur. Uji Khi-Kuadrat digunakan untuk melihat p o h penyebaran tersebut (Walpole, 1995) yaitu:
Sedangkan
x 2
adalah Statist& Khi-kuadrad, 0, adalah Frekuensi teramati dan e, adalah Frekuensi harapan serta i adalahI,
2,. . . .kKualitas Air
Contoh air diambil dengan menggunakan botol yang bervoIume satu liter
pada setiap wilayah (lampiran 3) yang meiiputi: kedalaman no1 meter
(pemukaan), 2 meter, 8 meter dan lapisan dasar perairan. Analisis kualitas air
yang dilakukan, meIiputi: suhu, pH, kandungan 0 2 dan COz, Pod, d m N o s .
Pengukuran Nitrat d m Fosfat dilakukan s&ap bulm pada pukul 09." Air ymg
diambil pada kedalaman tertentu dengan menggunakan ember kemudian
Hasil Penelitian
Pertumbuhan
Berdasarkan hasil tan-pan nelayan dengan alat tangkap, pancing dan
jaring, ikan jambal siam bertanda yang tertangkap kernbali adalah sebanyak
49 ekor (1,6 %) dari 3000 ekor yang ditebar, terdiri dari kelompok ukuran I
sebanyak 18 ekor, kelompok ukuran I1 sebanyak 17 ekor dan kelompok ukuran 111
sebanyak 14 ekor (lampiran 5 ) . Setelah diseleksi berdasarkan persyaratan
pengukuran ikan, maka diperoleh 7 ekor ikan yang dapat memberikan informasi pertambahan ukuran panjang ikan jambal siam bertanda selama ditebar ke dalam
Waduk Jatiluhur (Tabel 1)
.
Tabel 1. Perubahan Panjang llcan Jambal Siam yang Bertanda
di Waduk Jatiluhur.
Keterangan : LI = Panjang ikan pada saai dilepa
LZ = Panjang ikan pada saat tertangkap
At = selisih waktu antara saat dilepas dan saat tertangkap kembali
A L = selisih ukuran panjang antara saai dilepas dan saat tertangkap kembali
Analisis regresi antara (L') sebagai peubah bebas dengan ( A L / A t )
sebagai peubah tak bebas menghasilkan persamaan untuk ikan jambal siam
sebagai berikut: A L 1 At = 0,136 - 0,06
L'
(R' = 0,78 )Gulland dan Hold (1959) in Spare dan Venerna ( 1 9 9 2 ) menyatakan
koefisien percepatan pertumbuhan (K) dapat diduga sebesar -b yaitu 0,06 per
bulm. Panjang maksimum (Lao) dapat diduga sebesar 54 an, sedangkan umur
ikan jambal siam pada saat panjang no1
(L)
-2,s
bulan.
Dengan rnengetahui nilai parameter pertmnbuhan (Lao, K, ),.t maka dengan mengubah-ubah nilai t sebagaivariabel bebas akan mendapatkan sirnulasi kurva pertumbuhan Von Bertalanffjl
sebagai berikut (Gambar 3a dan 3b): L, = 54 (1 - e 4~""~'"~8'
1.
[image:103.572.148.442.261.458.2]Pertambahan Panjang
Gambar 3a. Grafik Simulasi Pertambahan Panjang Ikan jambal siam
18
[image:104.572.134.449.64.220.2]Pertambahan Bobot
Gambar 3b. Grafik Simulasi Pertambahan Bobot Ikan jambal Siam
(P. hypophfhalmus) di Waduk Jatiluhur
Hubungan panjang
-
bobot ikan jambal siam (lampiran 6) yang didugadari total hasiI tangkapan ikan jambal siam yang tertangkap di Waduk jatiluhur
selama penelitian, rnaka diperoleh W = 0,010 L
'>
; R' = 0,9 (Gambar 4)Hasil tangkapan ikan secara keseluruhan baik yang bertanda maupun yang
tidak bextanda dari total 15000 ekor ikan yang ditebar ke dalam Waduk Jatiluhur dapat dilihat pada Tabel 2.
[image:104.572.123.447.390.536.2]Data ukuran panjang ikan jambal siam, baik yang bertanda maupun ticlak
bertanda yang tertangkap tiap bulan di berbagai lokasi ditunjukkan pada tabel 3 . Tabel 3 . Ukuran Panjang &an Jambal Siam Di Waduk Jatiluhur
[image:105.567.79.506.101.515.2]Panjang (cm)
Penyebaran
Penyebaran ikan jambal siam berdasarkan daerah ikan tertangkap dapat
dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Penyebaran Ikan Jambal Siam Bertanda yang Tertangkap Kembali
Berdasarkan tempat penangkapan &an jambal siam bertanda yang
tertangkap kembali menunjukkan adanya penyebaran secara tidak acak dan
menempati daerah tepi Waduk Jatiluhur. Hal ini dapat dilihat dari hasil Uji Khi-Kuadrat dengan
2
hitung (23,14 1 ) lebih besar dari 2? tabel (1 2,592).Parameter Fisika Kimia Air
Parameter fisika kirnia yang diamati adalah: pH, suhu,
02
terlarut, COzterlarut, NO3 dan P04. Hasil pengamatan faktor fisika-kimia air dapat dilihat
pada gambar 4-9, menunjukkan bahwa suhu clan pH tidak beragam pada semua
wilayah penelitian. 0 2 dan C02 terlarut berbeda berdasarkan kedalman air.
Kandungan 0 2 tinggi pada permukaan sedangkan pada dasar perairan cenderung lebih rendah, sebaliknya konsentrasi COz terlarut semakin kedasar semakin
tinggi. Sedangkan NO3 dan Po4 menunjukkan konsentrasi yang berbeda terutama
antara wilayah satu dan dua yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah tiga
[image:107.567.108.465.137.257.2]pH pada Kedalaman 0m ph pada Kedalaman 2 meter
10
2 3 4 5 6 7 B 9 1 0 1 1 1 2
Bulan
0 0 m (wil. II) 0 0 m (wil. Ill) lo m (wil. lV)
/
pH pada Kedalaman 8m
2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2
Bulan
0 2 m (will) 0 2 m(hl ll)
a2
m (wil Ill) 1 2 m (wil I V ) ~pH pada Dasar
Bulan Bulan
~-
I I
-, . - .--
--O a s a r
mi.
I) ODasar (Wil. 11) ODasar lyul M) .~mar (wi1.4~
30 29.5
, 29
{
28.5 28 27.5 27 26.52 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2
I 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2
Bulan
/I
Bulan
- - -- -" - ---
r
-~ -- - -~ ~ -I - ~
pOm(wi)
mOm(wil.$do
rn pl.rll) m o m (wil.lv)_._j
~ m ~ ~ ~ rvul Ill) m2 m ym. lv) n ~ i]
r n.. L-..--L-" -A?.. - -- -- -. - --
-- - - -
7 - - - -
Suhu pada Kedalaman 8 m Suhu pada Dasar
Suhu pada Kedalaman 0 rn
~
-- 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2I
2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2
Bulan Bulan
Suhu pada Kedalarnan 2 m
-- - I
'
r
n ~ a s a r ( ~ 1 I) a a r I I ) O D a r (WiI.lII) W 3 a r (Will4- - - - -- - - -
1
- - - - --1
31
! 30.5
[image:109.625.89.568.93.468.2]Oksigen pada Kedalaman 0m Oksigen pada Kedalaman 2m
9.00
Bulan
rn (Wil. I) a 0 m (Wil.11) 0 0 m (Wil. Ill)
no
m (Wil,lv)1
Bulan
0 2 rn (Wil.1) 02 m (Wi1.q 0 2 m ~ I I , I I I ) 82 m (WiIlV)
I
Oksigen pada Kedalaman 8m Oksigen pada Dasar
7.00 1.51
2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2
Bulan 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2
1
-- - Bulan
0 8 m (Will) 18 m (W1.11) 08 m (Wil.lll) a 8 m (Wii IV)
1
[image:110.630.87.569.92.474.2]1-
-. ODasar l . 1 ) RDasar (Will) O D a w (WilllIJ ~ D a s a r ( W i l . ~1
-
- -- - -I
Karbondioksida pada Kedalaman 0 m Karbond~oks~da pada Kedalaman1
2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 2 3 4 5 8 7 8 9 1 0 1 1 1 2Bulan Bulan I
Karbondioksida pada Kedalaman 8 rn
1 1
I
I
Kadrbondioksida (ppm) di DasarI
2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 ~
Bulan Bulan
I
UB m (Wi.1) 8 8 m (Wil ll)
[image:111.632.93.571.94.473.2]EIII
- . - - _- -i
1ODasar (Wil. I) MDasar (Wll.ll) ODasar (Wil.lll) MDasar (Wil.lV)- - - - - -- - - -
Nitrat (mgil) pada kedalaman 0 m N ~ a t (mgll) pada Kedalaman 2 m
Bulan ~ m (m (Wil li) WDO m (Wil ~ I 111- ~ ~
0 2 m (MI I) I 2 m (W1. II) 02 m (Wil. Ill) 82 m (Wil. IV)
[image:112.628.87.567.94.468.2]N i i t (mgil) pada Kedalaman 8 m N'trat (mgil) di Dasar 2.60
T
Gambar 8. Kandungan Nitrat (mgll) pada setiap Wilayah di Wadukjatiluhur.
2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 Bulan
- - - -- -
-7
p(
Wil I) L18 m ( Wil It)---
08 m (Wil Ill) 18 m (WI IV)!
1
- - - -
2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 Bulan
I
Fosfat (mgll) pada Kedalaman 0 m Fosfat (mgll) pada Kedalaman 2
rn
- -
Bulan
k m(Wi1.l) DO m iWiI.II) O 0 m iWil.1-
Bulan
m (Wil.1) 8 2 m (Wil.11) 0 2 m F j % y m m l
Fosfat (mgil)pada Kedalamdn 8 m
Bulan -
fil%sm(Wil 11) 08 m (wil. I g l 8 m (Wil lW1
Fosfat (mgll) di dasar
2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2
Bulan
ODasar (Wd. I) DDasar (Wil.11) ODasar (Wil. Ill) I D ~ S ~
l.--:-
[image:113.625.84.568.91.467.2]PEMBAHASAN
Pertumbuhan
Ikan jambal siam dapat tumbuh dengan baik di Waduk Jatiluhur dan dapat
mencapai panjang maksimum 54 c m dengan koefisien pertumbuhan (K) sebesar
0,06 per bulan,
to
sebesar -2,8 bulan. Parameter K dapat didefinisikan sebagaiparameter yang menyatakan kecepatan dalam mencapai batas atas dari pola
pemunbuhan ikan jambal siam. Dengan demikian, semakin tinggi nilai koefisien
pertumbuhan, ikan semakin cepat mencapai panjang maksimum. Koefisien
pertumbuhan (K) merupakan suatu nilai yang menyatakan tingkat kegiatan
rnetabolisme dalam proses fisiologis organisme akuatis. Dalam proses
metabolisma, selisih energi anabolisme dengan energi katabolisme menghasilkan
energi untuk perhunbuhan. Hasil penelitian Asyari, et a1 (1997) di Sungai Musi
SUMSEL menunjukkan bahwa lkan jambal lokal yang dipellhara selama satu
tahun dalam kerarnba jaring apung dapat mencapai panjang maksimum 71,5 cm
dengan koefisien pertumbufian (K) 0,08 per bulan,
to
- 2,3 bulan. Pertumbuhanikan jambal lokal yang dipelihara dalam keramba jaring apung lebih cepat,
diduga I karena adanya pemberian pakan selama pemeliharaan.
Hubungan panjang - bobot dan pola pertumbuhan ikan j m b a l siam di
Waduk Jatiluhur (Lampiran 6) menunjukkan bahwa ikan jambal siam mempunyai
nilai b 3,2. Nilai b yang lebih besar dari 3 menunjukkan pola pertumbuhan
allometrik positif, ini berarti pertarnbahan bobot ikan lebih cepat dari
pertambafian panjang &an, nilai b juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan
bahwa nilai b ikan jambal lokal yang dipelihara di dam (Sungai Musi) SUMSEL
sebesar 3,06. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot ikan jarnbal siam
yang dipelihara di Waduk Jatiluhur iebih cepat dibanding ikan jambal lokal yang
dipelihara di Sungai Musi.
Bobot ikan jambal siam yang ditebar di Waduk Jatiluhur dapat mencapai
I33 gram setelah ditebar selama 60 hari. Sedangkan ikan yang dipelihara dalam
karamba jaring apung bobotnya hanya mencapai 122 gram dengan masa
pemeliharaan yang sama. Hal ini menunjukkan kondisi fisika-kimia Waduk wcok
bagi kehidupan &an jambal siam. Menurut Krismono (1 988) ketersediaan pakan
berupa detritus dan crustacea mampu mendukung kehidupan ikan didalam
Waduk Jatiluhur. Kotelat et al(1993) menyatakan bahwa pertumbuhan ikan dapat
berlangsung dengan baik jika didukung oleh ketersediaan pakan yang cukup
berupa detritus, crustacea, cacing, serangga air, biji-bijian dan molusca. Selairi
faktor pakan, kondisi habitat waduk berupa zone mengal'ir dan zone tergenang
dengan kondisi kimia air yang cukup konstan memungkinkan ikan jambal siam
tumbuh dengan baik menyerupai habitat alaminya di sungai besar dan muara yang
relatif tenang. Hasil penelitian Asyari, er crl (1997), di Sungai Musi SUMSEL
menunjukkan bahwa ikan jambal lokal yang dipelihara s- intensif selama
24 bulan dapat mencapai bobot 2445 gram. Sedangkan hasil penelitian Legendre
(2000) di kolam perwbaan ikan air tawar Sukamandi bahwa ikan jambal siam
yang dipelihara dapat mencapai bobot 3000 gram setelah dipelihara secara intensif
Data fkkuensi ukuran panjang ikan jambal siam yang tertangkap tiap
bulan di berbagai lokasi (Tabel 3) menunjukkan bahwa pada awal penebaran ke
dalam waduk, ikan yang tertangkap masih bedcuran kecil. Pada bulan
selanjutnya ukuran ikan yang tertangkap terus bertambah panjang, mencapai
ukuran 43 cm. Hal ini dapat diduga bahwa lingkungan wad& dapat mendukung
pertumbuhan ikan jambal siam.
Perbandingan pertumbuhan ikan jambal siarn yang bertanda (49 ekor)
dengan ikan jambal siam tidak bertanda (352 ekor) menunjukkan bahwa
pertumbuhan ikan jambal siam yang tertangkap kembali dapat memberikan
gambaran pertumbuhan secara keseluruhan dari 15000 ekor ikan jambal siam
yang ditebar di Waduk Jatiluhur
Penyebaran
Jumlah ikan jambal siam yang ditebar baik yang bertanda dan tidak adalah 1:4, sedangkan jumlah
ikan
yang tertangkap kernbali, baik yang bertandamaupun tidak bertanda adalah 1:7 (Tabel 2). Berkurangnya jumlah ikan yang
tertangkap kembali, kemungkinan karena; ikan yang diberi tanda rnati akibat luka
pada waktu penandaan, tidak sampainya
ikan
ketempat penangkapan, lepasnyatanda, kemungkinan ikan yang tertangkap tidak dilaporkan oleh nelayan ke
tempat yang telah ditentukan.
&an jambal siam yang ditebar ke dalam wad& menyebar secara tidak
acak (Tabel 4) dan sebagian besar menempati daerah pinggir waduk. Hal ini
dapat diketahui dengan tertangkapnya ikan hanya pada tujuh lokasi yaitu; Tajur
Sindang, Ciganea, Cilongohar, Sukamulya, Pasir Jangkung, Pagadungan dan
Lokasi penangkapan ikan meliputi daerah dengan habitat yang berbeda
dan dapat dikelompokkan berdasarkan surnber pemasukan air (lampiran 3) yaitu;
Wilayah I adalah daerah pemasukan air Sungai Cilalawi, Wilayah I1 daerah
tengah perairan waduk, Wilayah I11 daerah perbatasan antara wilayah tengah dan wilayah pemasukan air Sungai Citarum dan wilayah I V daerah pemasukan air
Sungai Citarum. Perbedaan wilayah ini rnemberikan dampak terhadap perbedaan
faktor fisika-kimia air, terutilma NO3 dan PO4 Kedua
MOT
ini merupakan fakor cukup penting dalam mendukung kehidupan ikan dalam perairan.Wilayah I merupakan daerah pemasukan air sungai Cilalawi yang
meliputi Tarumasari, Ciganea dan Ubrug. Pada daerah Ciganea, ikan jambal
siam bertanda yang tertangkap sebanyak sembilan ekor. Daerah ini merupakan
daerah budidaya karamba jaring apung yang termasuk kedalam daerah transisi
dengan konsentrasi sisa pakan lebih tinggi. Sisa pakan ini berupa senyawa organik
NO3 dan PO4 mampu meningkatkan kesuburan perairan, akibatnya ikan juga
terkonsentrasi d m banyak tertangkap didaerah kaya pakan ini. Sedangkan di daerah Tarumasari dan Ubmg tidak dilaporkan adanya ikan tertangkap. Hal ini
disebabkan karena daerah ini mempakm daaah yang termasuk ke dalam zona
mengalir (reverine) dengan arus yang cukup deras sehingga ketersediaan pakan
untuk mendukung kehidupan ikan ditempat
ini
tidak cukup. alcibatnya tidakdijumpai ikan pada kedua daerah ini .
Witayah I1 merupakan daerah lakustrin yang relatif dalarn dan tenang, meliputi: Ciparos. Cibulak, Pasir Astana, Pasirkole, Pasir Jangkung dan Tajur
Sindang. Lokasi penyebaran ikan di wilayah ini hanya berada disekitar daerah
yang tertangkap. Hal ini disebabkan karena wilayah ini merupakan wilayah
tengah wad& yang lebih dalam dan jauh dari sumber pemasukkan air. Pada
daerah ini senyawa-senyawa pakan cendrung mengendap sehingga tejadinya
sendimentasi partikel anorganik berjalan lebih lambat. Walaupun panetrasi cahaya
cukup unruk memicu pertumbuhan fitoplankton secara optimal, namun unsur hara
yang masih tersedia jumlahnya terbatas, karena telah dimanfaatkan oleh
fitoplanton maupun rnengendap melalui proses sedimentasi (Sukimin, 1999b) .
Selain itu dasar waduk yang dalam, tidak dapat menyediakan lingkungan tumbuh
yang baik bagi perkembangan ikan jambal siam. Hal ini berkaitan dengan sifat
ikan jambal siam yang termasuk jenis ikan dasar yang sewaktu-waktu harus
muncul kepermukaan air mengarnbil oksigen untuk pernapasan. Selain itu,
daerah tengah yang tergenang telah terjadi pengendapan pakan, sehingga
kosentrasi pakan rendah (Sukimin,l999a). Banyaknya jumlah ikan jambaI
bertanda yang dapat ditangkap di daerah Tajur Sindang (Tabel 4) yakni 11 ekor,
cendmng disebabkan karena daerah ini merupakan
daerah
yang dekat dengandaerah penebaran dan dekat dengan daerah karamba jaring apung yang lebih
subur. Selain itu daerah Tajur Sindang merupakan daerah yang berada pada
pinggir waduk dan lebih dangkal. Faktor fisik ini memungkmkan panetrasi
cahaya mencapai dasar dan suhu waduk optimum bagi berlangsungnya proses
fotosintesa. Sehingga lingkungan dasar cukup subur bagi kehidupan ikan jambaI
siam. Menurut Sukimin (1999a) kualitas air yang baik menentukan pertumbuhan
Wilayah 111 merupakan daerah transisi yang meliputi: Kertamanan,
Cilangohar, Sukamulya, Pagadungan, Sukasari, Jamaras dan Cilendi. Wilayah ini
merupakan wilayah yang paling banyak ikan bertanda tertangkap yaitu; daerah
Sukamulya (7 ekor), Pagadungan (5 ekor) dan Cilongohar (7 ekor). Hal ini
disebabkan karena wilayah ini merupakan wilayah peralihan dengan kekeruhan
air yang sudah mulai menurun dan telah terjadi pemisahan antara pakan dengan
lumpur yang berasal dari air Sungai Citanun. Selanjutnya pada kedalaman
tertentu, juga terjadi proses pencampuran antara produksi pakan dengan bahan
organik autochonous yang cendrung lebih tebal sebagai sumber pakan pada
daerah ini. Faktor kedalaman perairan yang tidak terIalu dalam dibandingkan
dengan wilayah I1 memudahkan ikan untuk mengambil udam kepermukaan.
Wilayah IV merupakan daerah pemasukan air dari Sungai Citarum yang
rneliputi: Cipinang, Cidadap, Cimanggu, Ciseuti dan Warung Jeruk. Di Zone
reverine ini tempat tertangkapnya ikan dan jumlah ikan jambal siam yang
tertangkap paling sedikit yaitu di daerah Sodong sebanyak 5 ekor. Hal ini
disebabkan oleh tingginya konsentrasi lumpur dalam perairan sehingga pakan
masih dalam bentuk yang belum tersedia bagi ikan, karena masih tercampur
Iumpur. Daerah ini memiliki kecepatan arus lebih deras dan waktu tinggd air pendek, ketersediaan hara tinggi tapi kekeruhan juga lebih tinggi, sehingga
kekeruhan ini membatasi panetrasi cahaya, akibatnya ketebalan lapisan fotik
sangat tipis. Masih terdapamya
ikan
pada wilayah ini disebabkan oleh kondisihabitatnya berupa perairan mengalir yang disukai oleh ikan jambd siam. Menurut
sungai-sungai besar dan muara sungai seperti sungai Mekong, Chaopraya dan
Meklong di Thailand.
Secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa penyebaran ikan jambal siam di
Waduk Jatiluhur menyebar secara tidak acak dan sebagian besar menempati
daerah dangkal di tepi waduk, kondisi ini mernudahkan ikan untuk mengambil
oksigen pada waktu-waktu tertentu (Susanto dan Amri 1998). Berdasarkan
tabel 4, hasil tangkapan ikan dan tempat tertangkapnya ikan, dapat diketahui bahwa ikan jambal siam tersebar menelusuri pantai waduk dan tidak menyeberang
ke arah pantai berlawanan, yang merupakan daerah terdalam dari waduk yaitu
dearah Ciparos, Cibulak, Pasir Gembong d m DAM Utama . Hal ini disebabkan,
kurangnya pakan berupa fitoplankton didaerah ini, akibat jauh dan larnanya
perjalanan air menuju daerah tersebut. Dengan demikian, pakan yang dibawa
aliran air sudah semakin bakumng karena sudah dimanfaatkan didaaah hulu dan
sebagian besar telah mengalami sedimentasi .
Kualitas Air
Berdasarkan karakteristik fisika kimia air Waduk Jatiluhur termasuk
perairan dengan kesuburan sedang sampai tinggi (Mesoeutrofik). Sifat fisika
kimia dari keempat wilayah pemasukan air secara keseluruhan berada pada batas-
batas toleransi bagi kehidupan ikan.
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa faktor lingkungan yang
paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan penyebaran ikan jambal siam di
Waduk Jatiluhur adalah faktor ketersediaan pakan berupa fitoplankton dan
zooplankton di perairan waduk. Hal ini jelas terlihat pada d a d budidaya
dipengaruhi oleh tersedianya NO3 clan Po4 terlarut yang berasal dari sisa pakan ikan sekitar karamba. Nilai NO3 sekitar daerah KJA yakni wilayah I dan I1
berkisar antara 1,03-2,35 m g ~ l . Menurut Wetzel (1975) in Efendie (2000) menyatakan tingkat kesuburan perairan yang kadar Nitratnya 1-5 mg/l termasuk
kesuburan sedang (Mesotrofik). Selanjutnya dijelaskan bahwa senyawa NO3
merupakan pendukung perturnbuhan mikroorganisme air karma b h n g s i
sebagai salah satu senyawa utama dalam penyusunan dinding sel, pembentukan
protein dan metabolisme seluler mikroagla.
Kadar PO4 dalam perairan disekitar daerah budidaya berkisar antara
0,11-0,44 mg/l. Menurut Wetzel (1975) in Efendi (2000) bahwa kandungan
PO4 0,0514,l mg/l tergolong perairan dmgan tingkat kesuburan tinggi (eutrofik). Pada organisme air senyawa Po4 berfungsi sebagai salah satu penyusun rantai
phytol pada klorofil a yang berperan dalam proses fotosintesa. Dengan dernikian
ketersediaan NO3 dan Po4 yang cukup dalam perairan dapat meningkatkan
aktifitas fotosintesa Hasil fotosintat yang tinggi juga mempertingi produkifitas perairan, selain meningkatkan kandungan 0 2 dan rnenurunkan konsentrasi C02
dalarn perairan.
Kisaran nilai oksigen terlarut
(9)
berkisar 0,30-7,79 ppm, kisaranoksigen ini berbeda-beda sesuai dengan keddaman air. Nilai oksigen pada
permukaan sampai kedalaman 8 meter cukup tinggi 1,12-7,79 ppm. Hal ini
diduga karena adanya penambahan
02
dari udara Iangsung dan hasiI fotosintesisfitoplankton, dimana fotosintesis akan terjadi apabila dalam perairan yang
Karbondioksida terlarut ( C a ) berkisar antara 0,52-10,3 ppm. Nilai
Karbondioksida terlarut tinggi (COz) 10,3 ppm di jumpai pada kedalatnan lebih dari 8 meter, diduga hal ini erat kaitannya dengan aktivitas fotosintesis yang mulai
menurun dengan meningkatnya kedalaman air. Menurut Boyd (1979) bahwa
C a yang tinggi dalam air &an mengakibatkan perairan bersifat asam Kondisi
ini akan meningkat dengan bertambahnya kedalaman air.
Suhu berkisar antara 28 - 30 "C pada pukul 9U0 nilai ini masih dapat
berubah apabila dilakukan pengukuran pada siang atau sore hari. Nilai suhu ini
masih merupakan batas toleransi kehidupan ikan jambal siam. Menurut Legendre
et a1 (1999) suhu air yang layak untuk kehidupan ikan jambal siam adalah antara
suhu Suhu di Waduk Jatiluhur cenderung turun dengan bertambahnya
kedalaman air. Hal ini disebabkan karena semakin menurunnya intensitas cahaya
dengan bertambahnya kedalaman, sehingga air menjadi lebih dingin serta
aktifitas fotosintesa tidak dapat berlangsung lagi.
Kisaran pH air di Waduk Jatiiuhur pH 7-9. Nilai tersebut masih
merupakan kisaran pH yang baik untuk pertumbuhan ikan pada umumnya yaitu
pH
6,s-9,
sedangkan pH 4 , 5 4 , 5 pertumbuhan ikan c e d e r u n g lambat(Boyd 1982). Menurut Widiyati et al (1992) bahwa pH yang baik untuk
pertumbuhan ikan jambal siam adalah pH 6,5-8 dan pH 6,0-8,9 (Legendre et al,
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Ikan jambal siam (P.hypophthalmus) dapat tumbuh di Waduk
Jatiluhur, dengan koefisien pertumbuhan (K) sebesar 0,06 per bulan
dengan panjang maksimum sebesar ( Lw) 54 cm dan to
-
2,s bulan.2. Ikan jambal siam (P.hypophthalmus) di Waduk Jatiluhur, menyebar
secara tidak acak dan sebagian besar menempati d a d - d a e r a h tepi
waduk yaitu Pagadungan (5 ekor), Sukamulya (7 ekor), Pasir Jangkung
(6 ekor), Cilongohar (7 ekor), Tajur Sindang (1 1 ekor), Ciganea (9
ekor) dan Sodong (4 ekor) dan persentase ikan jambal siam bertanda,
yang tertangkap kembali mencapai 1.6 % selama satu tahun.
3. Waduk Jatiluhur rnempakan media yang baik bagi pembesaran ikan
jambal siam ( P . hypophthalmus) di alam, dengan Suhu 28 - 29OC pada
pukul 09.0°, pH 7-9, 0 2 terlarut 0,30-7,79 ppm, C02 terlarut 0,52-10,3 ppm, NO3 1.03-2,35 m f l d m PO4 0,ll-0,44 m f l .
Saran
1. Untuk selanjutnya, bagi keperluan penelitian lanjutan penebaran ikan
jambal siam yang bertanda sebaiknya dalam jumlah yang lebih banyak
yaitu;10000 ekor, dani 30000 ikan yang tidak bertanda, agar jumlah
ikan yang bertanda yang kembali menjadi cukup banyak. Disamping
itu, diperlukan upaya khusus untuk meningkatkan partisipasi
2. Perlu penyempurnaan bentuk tanda pada ikan, agar informasi yang
diberikan pada saat pengurnpulan data lebih lengkap untuk dianalisis
lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
APHA (American Public Health Association) 1989. Standar Methods for the
E m a n a t i o n of Water and Waste water. 17" ed. APHA, A W A (American Water Work Association) and WPCF (Water Pollution Control Federation) Washington DC. 1 527p
Anonimus. 1996. Prosiding Simposiurn Perikanan Indonesia I. Bidang
Budidaya Perairan. JICA. Jakarta. Hal 272-273.
Arifin, Z., A. K. Gaffar dan Susilo Ajie. 1997. Studi Biologi Ikan Langka Patin
(Pangasius sp) di DAS Musi. Laporan Penelitian Penkanan Air Tawar
Palembang.
Asyari, Z. Arifin, A. D. Utomo. 1997. Pembesaran Ikan Patin (Pangusius-
pangasius HB) dalam Sangkar di Sungai Musi Sumatra Selatan. Jumal Penelitian Perikanan Perikanan Indonesia 3(2) : 83 - 90.
Bennet, G. W. 1962. Management of Artificial Lakes and Ponds. Van Nostrand Reinhold Company, New York. 283p
Boyd, C. E. 1979. Water Quality in Warm Water Fish Pond. Agricultural
Experiment Station. Auburn University, Auburn, Alabama. 35%
Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier Scientific Publishing. Company. New York. 3 18hal.
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama 155 ha1
EEendi, H. 2000. Telaahan Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Luigkungan Perairan. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan
IImu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 247 hal (Tidak dipublikasikan)Hardjamulia, A., R Djajadireja, S. Atmawinata, dan D Idrus. 1981.
Pembenihan Ikan Jambal (Pangasius Sutchi ) Dengan Suntikan Ekstrak
Kelenjar Hipofisa Ikan Mas. Bull. Perikanan Perikanan 2: 183-190.
Hickling, C.F. 197 1. Fish Culture: Breeding and Cultivation of Fish. Fish News Book, Ltd., London, 436 Hal
Hoggart. 1994. Fisheries Dynamics of Modified Floodplains in Southern Asia
(Survey Methodologies). MRAG, London. Sop.
Kotellat, M., A. J. Whittm, S. N. Kartikasari, dan S. Widjoatmojo. 1993. Freswater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. C.V. Java Books. Jakarta.
Krismono. 1988. Dinamika Populasi Daphniu carrnufa (King) di Perairan
Genangan Utarna Waduk Jatiluhur. Tesis, Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 88 hal.
. 1989. Komunitas Ikan di Waduk Jatiluhur Selama 5 Tahun ( 1982 - 1986) Dalam Bull. Penelitian Perikanan Darat. 8 (2): 40-49.
Krismono. 1999. Kilas Balik Kernatian Ikan di waduk Jatiluhur Tahun 1996 clan
Kondisi Waduk Jatiluhur Terkini. Makalah pada Workshop Upaya Pencegahan Kematian Ikan Secara Massal di Waduk Jatiluhur pada
M u s h Hujan 1999.
Legendre, M., J. Slembrouck dan J. Subaia. 1999. Fish Result on Growth and
Artificial Propagation of Pangasius 4ambal in Indonesia. P 79-102 in Legendre