• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Dan Perkembangan Beberapa Genotipe Ubikayu (Manihot Esculenta Crantz.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertumbuhan Dan Perkembangan Beberapa Genotipe Ubikayu (Manihot Esculenta Crantz.)"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

KESIMPULAN Kesimpulan

1. Genotipe Pulut memiliki rataan tinggi tanaman tertinggi (277,48 cm) dan

terendah pada genotipe Putih (209,51 cm), serta memiliki rataan diameter

tertinggi terdapat pada genotipe Malang (31,26 mm) dan terendah pada

genotipe Adira 1 (22,36 mm).

2. Geenotipe Malang memiliki rataan panjang ubikayu tertinggi (30,21 cm) dan

terendah pada varietas Adira 1 (25,69 cm), pada rataan jumlah ubikayu

tertinggi terdapat pada genotipe Malang (14,69) dan terendah pada genotipe

Gajah (9,06), pada rataan diameter ubikayu tertinggi terdapat pada genotipe

Valencia (37,08 mm) dan terendah pada genotipe Gajah (26,79 mm), pada

rataan bobot ubikayu tertinggi terdapat pada genotipe Valencia (0,40 kg) dan

terendah terdapat pada genotipe Gajah (0,30 kg), serta memiliki rataan

perkembangan ubikayu pada parameter panjang ubikayu dan jumlah ubikayu

per pohon yang tertinggi adalah genotipe Malang dan untuk parameter

diameter batang ubikayu dan bobot ubikayu didapat rataan tertinggi adalah

genotipe Valencia.

Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan tentang pertumbuhan dan

(2)

DAFTAR PUSTAKA

Aldiansyah. 2012. Evaluasi Karakter Vegetatif Klon-klon Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) di Desa Muara Putih Kecamatan Natar

Lampung Selatan. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung. 101 hlm.

Allard, R. W. 1960. Principles of Plant Breeding. John Wiley & Sons, Inc. New York. 485p.

Alves, A A A. 2002. Cassava Botany and Physiology. Dalam : Hilloks. RJ, Thresh. JM dan Belloti AC. Cassava Biology, Production and Utilization. CABI: New York.

Badan Litbang Pertanian, 2011. Teknologi Budidaya Ubikayu Untuk Mencapai Produksi Optimal. Agroinovasi. Edisi 29 Juni - 5 Juli 2011 No.3412 Tahun XLI.

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2013. Sumatera Utara dalam Angka 2013 Sumatera Utara in Figures. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Medan.

Badan Pusat Statistik (BPS), 2014. Basis Data Statistik Pertanian. http://database.deptan.go.id/bdsp/index.asp.

Bangun, M. K., 1991, Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian USU, Medan.

Darliah, I., Suprihatin. D. P., Devries. W.. Handayani. T., Hermawati dan Sutater. 2001. Variabilitas, dan Penampilan Fenotipik 18 Klon Mawar Cipanas. Zuriat 3 No.11.

Ekanayake IJ, Osiru DSO, Porto MCM. 1997. Morphology of cassava. Diakses melalui

Gusti, S. dan N. Harahap, 2012. Analisis Ketersediaan Pangan Lokal Dalam Mendukung Diversifikasi Pangan Di Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara, Medan.

Halsey, M.E., K.M. Olsen, N.J. Taylor, dan P.C. Aguirre. 2008. Reproductive biologyof cassava (Manihot esculenta Crantz.)and isolation of experimentalfield trials. Crop Science 48: 49-58.

Howeler, R.H., N. Lutaladio, and G. Thomas. 2013. Save and Grow: Cassava, A guide to sustainable production intendification. Food and Agriculture Organization, Rome, 2013. 129 p.

(3)

Kebijakan Perdagangan Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri. Jakarta. http://www. kemendag. go. id/files/pdf/ 2015/02/ 02 /analisis - kebijakan 2016. Pada Pukul 00.05.

Mulualem, T. 2012. Cassava (Manihot esculenta Cranz) Varieties and Harvesting Stages Influenced Yield and Yieldrelated Component. J. Nat Sci Res 2: 122 – 128.

Prabawati, S., Richana, N. Dan Susismono, 2011. Inovasi Pengolahan Singkong Meningkatkan Pendapatan dan Diversifikasi Pangan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor. 02. 17.

Putri, R. C., E. Yuliadi, dan Ardian. 2013. Pembungaan Tanaman Ubikayu Muda (Manihot esculenta Crantz.) Dengan Pemberian Paclobutrazol Melalui Daun Dalam Berbagai Volume. Bandar Lampung. Inovasi dan Pembangunan-Jurnal KelitbanganVol.02 No. 03.

Santoso, S. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Sharma, O. P., 1993. Plant Taxonomy. Tata Mc. Graw Hill Publishing Company Limited, New Delhi.

Steenis, C. G. G. J. V., D. Hoed, S. Bloembergen dan P. J. Eyma. 2003. Flora untuk Sekolah Indonesia. Edisi Kesembilan. PT. Prandaya Paramita. Jakarta.

Susilawati, Nurjanah S, Putri S. 2008. Karakteristik Sifat Fisik dan Kimia Ubikayu (Manihot esculenta) berdasarkan Lokasi Penanaman dan Umur Panen Berbeda. Jurnal Teknologi Inclustri dan Hasil Pertanian. 13 (2) : 59-72.

Sundari, T. 2010. Petunjuk Teknis, Pengenalan Varietas Unggul dan Teknik Budidaya

Ubi kayu (Materi Pelatihan Agribisnis bagi KMPH)Balai Penelitian Kacang

Kacangan dan Umbi Umbian, Malang.

Suprapti, M. L. 2005. Tepung Tapioka. Pembuatan Dan Pemanfaatannya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

(4)

Wargiono, J., A. Hasanuddin, dan Suyamto. 2006. Teknologi Produksi Ubikayu

Mendukung Industri Bioethanol. Puslitbangtan Bogor; 42 hlm.

(5)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan

Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian

dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan

4 baris petakan dan 7 banjar petakan dan bedengan. Luas dari setiap plot yaitu

2 m x 2 m. Dalam persiapan lahan juga dilakukan pembuatan parit sedalam ±25

cm agar drainase tetap terjaga.

Persiapan Bibit

Pemilihan bibit atau bahan tanaman diambil dari beberapa lokasi yang

telah di survey terlebih dahulu. Bibit didapatkan dari sekitar lahan pertanaman

agar memudahkan dalam pengangkutan dan penanaman. Pengambilan bibit

dilakukan sekitar seminggu sebelum penanaman. Bibit yang diambil harus berasal

dari tanaman yang kokoh, tumbuh tegak berumur diatas 7 bulan. Ukuran diameter

bibit yang digunakan yaitu ±2,5 cm atau dibuat seseragam mungkin. Panjang

ukuran stek yang digunakan yaitu 25 cm. Bahan tanam ditanam dengan posisi

tegak dan bahan tanam yang digunakan dipotong dengan sistem gergaji rata.

Penanaman

Sebelum dilakukan penanaman dilakukan seleksi terlebih dahulu stek yang

akan ditanam. Stek ditanam dengan cara menancapkan stek ke tanah sedalam 5

cm. Posisi stek jangan sampai terbalik. Tanda yang dapat kita lihat dari arah mata

dari tiap ruas batang yang di stek. Arah mata tunas menuju ke atas dibawahnya

(6)

Pemupukan

Pupuk dasar diberikan pada awal penanaman dan pupuk susulan

diaplikasikan 1 bulan setelah tanam, dengan ditugalkan pada jarak 10 – 15 cm dari

pangkal batang (0,972 gr Urea/tanaman, 0,972 gr SP36/tanaman, dan 0,50 gr

KCL/tanaman).

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan sesuai kondisi cuaca di lapangan. Penyiraman

dilakukan pagi atau sore hari. Pada penelitian ini tidak diperlukan pengairan.

Penyiangan

Salah satu kegiatan menghindari persaingan antara gulma dan tanaman,

maka dilakukan penyiangan. Kelemahan ubi kayu adalah pada fase pertumbuhan

awal tidak mampu berkompetisi dengan gulma. Periode kritis atau periode

tanaman harus bebas gangguan gulma saat berumur antara 5 – 10 minggu setelah

tanam. Bila pengendalian gulma tidak dilakukan selama periode kritis tersebut,

produktivitas dapat turun sampai 75% dibandingkan kondisi bebas gulma. Oleh

karena itu, pengendalian gulma dilakukan pada 2 tahap, yaitu pada umur 4 – 5

minggu setelah tanam dan 8 minggu setelah tanam. Penyiangan gulma dilakukan

secara manual atau menggunakan cangkul dengan membersihkan gulma yang ada

di dalam maupun diluar plot penelitian. Penyiangan dilakukan sesuai dengan

kondisi lapangan.

(7)

Pembumbunan dilakukan 1 bulan setelah tanam. Pembumbunan dilakukan

untuk mendapatkan tekstur tanah yang gembur yang dibutuhkan untuk

perkembangan ubi kayu.

Panen

Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 6 bulan dengan mencabut

tanaman sampel kemudian diukur peubah amatannya.

Peubah Amatan Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur menggunakan meteran dari pangkal batang sampai

ujung daun tertinggi. Pengukuran tanaman dilakukan dengan menggunakan

penggaris / meteran. Pengamatan dilakukan tanaman berumur 2 MST selama dua

minggu sekali.

Diameter batang (cm)

Pengukuran diameter batang dilakukan pada saat tanaman berumur 2

MST. Pengukuran dilakukan menggunakan jangka sorong.

Warna daun pucuk

Pengamatan warna daun pucuk dilakukan dengan cara visual sesuai

dengan karakteristik yang telah ditentukan.

Warna daun

Pengamatan warna daun dilakukan dengan cara visual sesuai dengan

karakteristik yang telah ditentukan.

Jumlah lobus daun

Jumlah Lobus daun dihitung secara langsung manual. Diamati daun pada

(8)

Panjang lobus/lebar lobus daun

Diukur dua daun dari bagian tengah tanaman. Diukur dari perpotongan

semua lobus sampai pada bagian tengah lobus.

Panjang petiole

Panjang lobus dan panjang petiole diukur menggunakan penggaris secara

manual. Diamati pada bagian tengah sepertiga tanaman.

Warna petiole

Pengamatan warna petiole dilakukan secara visual sesuai dengan

karakteristik yang ditentukan.

Panjang ubikayu (cm)

Dilakukan perhitungan panjang akar tanaman ubi kayu yang telah dipanen.

Panjang akar dapat diukur dengan menggunakan penggaris.

Jumlah ubikayu per pohon

Perhitungan jumlah akar ubi kayu dilakukan setelah pemanenan.

Dilakukan pemisahan perlakuan pada saat pemanenan. Dihitung jumlah akar yang

didapat.

Diameter ubikayu (mm)

Dilakukan pengamatan diameter akar. Pengamatan dilakukan

menggunakan jangka sorong.

Warna batang atas

Pengamatan batang dilakukan dengan cara visual sesuai dengan

(9)

Warna batang bawah

Pengamatan batang dilakukan dengan cara visual sesuai dengan

karakteristik yang telah ditentukan.

Warna kulit luar ubikayu

Warna kulit luar ditentukan dengan melihat warna kulit dalam dicocokkan

dengan deskripsi tanaman ubi kayu.

Warna kulit dalam ubikayu

Warna kulit kedua diamati secara visual setelah kulit buah dikupas

kemudian diamati warna kulit kedua umbi lalu dikupas lagi untuk melihat kulit

dalam sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan.

Bobot ubikayu (kg)

Setelah dilakukan pengukuran panjang dan jumlah akar dilakukan

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Tabel 1. Hasil identifikasi karakter ubikayu Adira 1 Umur 6 bulan

Parameter Ciri-ciri

1. Umur mulai berbunga 2. Panjang/lebar lobus daun 3. Panjang petiole

4. Jumlah lobus daun

5. Warna petiole 6. Warna pucuk daun 7. Warna daun 8. Tinggi tanaman 10. Warna batang atas 11. Warna batang bawah 12. Warna kulit luar ubikayu 13. Warna kulit dalam ubikayu 14. Diameter ubikayu

15. Panjang ubikayu 16. Jumlah ubikayu

17. Hasil ubikayu (kg/tanaman)

Tidak ada bunga 13.4 cm/3.6 cm 15 cm

5

Hijau Ungu Hijau gelap

Umur 6 bulan: 221.29 cm Hijau

Gading Coklat tua Rose

(11)

Adapun sampel ubikayu varietas Adira 1 di lampirkan pada Gambar 1

berikut

a. Ubikayu Adira 1 b. Daun pucuk

c. Daun dan tangkai daun d. Batang bawah tengah dan atas

Keterangan:

1. Kulit luar ubikayu 2. Kulit kedua ubikayu

3. Warna ubikayu 4.

1 2 3 e. ubikayu dan kulit ubikayu

(12)

Tabel 2. Hasil identifikasi karakter ubikayu Valencia Umur 6 bulan

Parameter Ciri-ciri

1. Umur mulai berbunga 2. Panjang/lebar lobus daun 3. Panjang petiole

4. Jumlah lobus daun 5. Warna petiole 6. Warna pucuk daun 7. Warna daun 8. Tinggi tanaman 10. Warna batang atas

11. Warna batang bawah 12. Warna kulit luar ubikayu 13. Warna kulit dalam ubikayu 14. Diameter ubikayu

15. Panjang ubikayu

16. Jumlah ubikayu

17. Hasil ubikayu (kg/tanaman)

Tidak ada bunga 15 cm/ 4.6 cm 21.7 cm 7 Merah Hijau muda. Hijau gelap

Umur 6 bulan: 231.13 cm Hijau kemerahan

Abu-abu Coklat tua Rose

6 bulan : 37,08 mm 6 bulan : 28,64 cm

(13)

Adapun sampel ubikayu genotipe Valencia di lampirkan pada Gambar 2

berikut

a. Ubikayu Valencia b. Daun pucuk

c. Daun dan tangkai daun d. Batang bawah tengah dan atas

keterangan:

1. Kulit luar ubikayu 2. Kulit kedua ubikayu

3. Warna ubikayu

1 2 3 e. ubikayu dan kulit ubikayu

(14)

Tabel 3. Hasil identifikasi karakter ubikayu Malang Umur 6 bulan

Parameter Ciri-ciri

1. Umur mulai berbunga 2. Panjang/lebar lobus daun 3. Panjang petiole

4. Jumlah lobus daun 5. Warna petiole 6. Warna pucuk daun 7. Warna daun 8. Tinggi tanaman 10. Warna batang atas

11. Warna batang bawah 12. Warna kulit luar ubikayu 13. Warna kulit dalam ubikayu 14. Diameter ubikayu

15. Panjang ubikayu

16. Jumlah ubikayu

17. Hasil ubikayu (kg/tanaman)

Tidak ada bunga 15.4 cm/7.3 cm 30.6 cm

7

Hijau kemerahan Hijau muda Hijau gelap

Umur 6 bulan: 245.01 cm Hijau tua

Gading Coklat tua Gading

6 bulan : 29,53 mm 6 bulan : 30,21 cm

(15)

Adapun sampel ubikayu genotipe Malang di lampirkan pada Gambar 3

berikut

a. Ubikayu Malang b. Daun pucuk

c. daun dan tangkai daun d. batang bawah. tengah dan atas

keterangan:

1. Kulit luar ubikayu 2. Kulit kedua ubikayu

3. Warna ubikayu

1 2 3 e. ubikayu dan kulit ubikayu

(16)

Tabel 4. Hasil identifikasi karakter ubikayu Malaysia Umur 6 bulan

Parameter Ciri-ciri

1. Umur mulai berbunga 2. Panjang/lebar lobus daun 3. Panjang petiole

4. Jumlah lobus daun 5. Warna petiole 6. Warna pucuk daun 7. Warna daun 8. Tinggi tanaman 10. Warna batang atas

11. Warna batang bawah 12. Warna kulit luar ubikayu 13. Warna kulit dalam ubikayu 14. Diameter ubikayu

15. Panjang ubikayu

16. Jumlah ubikayu

17. Hasil ubikayu (kg/tanaman)

Tidak ada bunga 18.6 cm/ 5.1 cm 23.9 cm

7

Hijau kemerahan Ungu

Hijau gelap

Umur 6 bulan: 236.57 cm Hijau tua

Abu-abu Coklat tua Gading

6 bulan : 33,95 mm 6 bulan : 29,28 cm

(17)

Adapun sampel ubikayu genotipe Malaysia di lampirkan pada Gambar 4

berikut :

a. Ubikayu Malaysia b. Daun pucuk

c. daun dan tangkai daun d. batang bawah. tengah dan atas keterangan:

1. Kulit luar ubikayu 2. Kulit kedua ubikayu

3. Warna ubikayu

1 2 3 e. ubikayu dan kulit ubikayu

(18)

Tabel 5. Hasil identifikasi karakter ubikayu Gajah Umur 6 bulan

Parameter Ciri-ciri

1. Umur mulai berbunga 2. Panjang/lebar lobus daun 3. Panjang petiole

4. Jumlah lobus daun 5. Warna petiole 6. Warna pucuk daun 7. Warna daun 8. Tinggi tanaman 10. Warna batang atas

11. Warna batang bawah 12. Warna kulit luar ubikayu 13. Warna kulit dalam ubikayu 14. Diameter ubikayu

15. Panjang ubikayu

16. Jumlah ubikayu

17. Hasil ubikayu (kg/tanaman)

Tidak ada bunga 19.6 cm/ 4.4 cm 23.2 cm

5 Merah Hijau muda Hijau terang

Umur 6 bulan: 217.93 cm Hijau kemerahan

Gading Coklat muda Rose

6 bulan : 26,79 mm 6 bulan : 28,70 cm

(19)

Adapun sampel ubikayu genotipe Gajah di lampirkan pada Gambar 5

berikut :

a. Ubikayu Gajah b. Daun pucuk

c. daun dan tangkai daun d. batang bawah. tengah dan atas keterangan:

1. Kulit luar ubikayu 2. Kulit kedua ubikayu

3. Warna ubikayu

1 2 3 e. ubikayu dan kulit ubikayu

(20)

Tabel 6. Hasil identifikasi karakter ubikayu Putih Umur 6 bulan

Parameter Ciri-ciri

1. Umur mulai berbunga 2. Panjang/lebar lobus daun 3. Panjang petiole

4. Jumlah lobus daun 5. Warna petiole 6. Warna pucuk daun 7. Warna daun 8. Tinggi tanaman 10. Warna batang atas

11. Warna batang bawah 12. Warna kulit luar ubikayu 13. Warna kulit dalam ubikayu 14. Diameter ubikayu

15. Panjang ubikayu

16. Jumlah ubikayu

17. Hasil ubikayu (kg/tanaman)

Tidak ada bunga 21.9 cm/ 5.2 cm 31.4 cm

7

Hijau kekuningan Hijau muda Hijau gelap

Umur 6 bulan: 209.51 cm Hijau

Abu-abu Coklat muda Rose muda

6 bulan : 32,70 mm 6 bulan : 28,70 cm

(21)

Adapun sampel ubikayu genotipe Putih di lampirkan pada Gambar 6

berikut:

a. Ubikayu Putih b. Daun pucuk

c. daun dan tangkai daun d. batang bawah. tengah dan atas

keterangan:

1. Kulit luar ubikayu 2. Kulit kedua ubikayu

3. Warna ubikayu

1 2 3

e. ubikayu dan kulit ubikayu

(22)

Tabel 7. Hasil identifikasi karakter ubikayu Pulut Umur 6 bulan

Parameter Ciri-ciri

1. Umur mulai berbunga 2. Panjang/lebar lobus daun 3. Panjang petiole

4. Jumlah lobus daun 5. Warna petiole 6. Warna pucuk daun 7. Warna daun 8. Tinggi tanaman 10. Warna batang atas

11. Warna batang bawah 12. Warna kulit luar ubikayu 13. Warna kulit dalam ubikayu 14. Diameter ubikayu

15. Panjang ubikayu

16. Jumlah ubikayu

17. Hasil ubikayu (kg/tanaman)

Tidak ada bunga 22.6 cm/ 2.3 cm 27 cm

7

Hijau kekuningan Hijau tua

Hijau gelap

Umur 6 bulan: 277.48 cm Hijau tua

Abu-abu Coklat tua Gading

6 bulan : 36,65 mm 6 bulan : 27,52 cm

(23)

Adapun sampel ubikayu genotipe Pulut di lampirkan pada Gambar 7

berikut:

a. Ubikayu Pulut b. Daun pucuk

c. daun dan tangkai daun d. batang bawah. tengah dan atas

keterangan:

1. Kulit luar ubikayu

2. Kulit kedua ubikayu 3. Warna ubikayu

1 2 3 e. ubikayu dan kulit ubikayu

(24)

Tinggi Tanaman Ubikayu

Berdasarkan data pengamatan tinggi tanaman umur 2 MST, 4 MST, 6

MST, 8 MST, 12 MST, 16 MST dan 24 MST serta sidik ragamnya dapat dilihat

pada Lampiran 4, 5, 6, 7, 9, 10, dan 12 yang menunjukkan bahwa genotipe

berbeda nyata pada umur 2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST, 12 MST, 16 MST dan

24 MST. Rataan tinggi tanaman ubikayu pada beberapa genotipe dapat dilihat

pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Tinggi Tanaman (cm) pada umur 2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST, 12 MST, 16 MST dan 24 MST

Genotipe Umur (MST)

2 4 6 8 12 16 24

....cm....

Adira1 5,61b 13,03c 25,10c 45,54c 101,21b 144,43a 221,29b Valencia 8,93a 17,66ab 31,87abc 55,46bc 109,20b 162,73b 231,13b Malang 9,07a 20,98a 36,20a 65,32ab 119,28ab 172,09ab 245,01ab Malaysia 7,53ab 16,01bc 29,57abc 54,07bc 103,33b 158,71b 236,57b Gajah 5,79b 13,47c 26,32bc 44,05c 98,15b 142,74b 217,93b Putih 7,08ab 16,56bc 30,66abc 60,19ab 107,81b 149,23b 209,51b Pulut 6,43b 14,95bc 32,04ab 68,81a 140,26a 199,67b 277,48a Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Pada tinggi tanaman 24 MST, dimana genotipe Pulut mempunyai rataan

tinggi tanaman tertinggi (277,48 cm) yang berbeda nyata dengan varietas Adira 1

(221,29 cm), genotipe Valencia (231,13 cm), genotipe Malaysia (236,57 cm),

genotipe Gajah (217,93 cm), dan genotipe Putih (209,51 cm), tetapi tidak berbeda

(25)

Diameter Batang

Berdasarkan data pengamatan diameter batang umur 2 MST s/d 24 MST

serta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 13 s/d 21 yang menunjukkan

bahwa genotipe berbeda nyata pada umur 2 MST s/d 24 MST. Rataan diameter

batang ubikayu pada beberapa genotipe dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan Diameter Batang pada umur 2 MST s/d 24 MST

Umur (MST)

Genotip Adira

1 Valencia Malang Malaysia Gajah Putih Pulut ...mm...

2 3,55cd 3,83bc 5,08a 3,47cd 3,46cd 4,12b 3,04d 4 4,39c 6,14b 7,64a 5,45bc 5,65bc 6,09b 4,62c 6 6,95d 8,83bc 10,52a 7,89bcd 8,59bc 9,00b 7,30cd 8 10,00 d 12,49abc 14,49 a 11,05 cd 13,29 ab 12,96abc 11,80bcd 10 12,59d 15,19bc 18,94a 14,1cd 17,32ab 16,81ab 15,99bc 12 14,93d 18,09bc 21,55a 16,69cd 19,67ab 18,37bc 18,50bc 16 19,19c 21,12bc 25,60a 18,95c 24,15a 21,18bc 23,13ab 20 21,08c 22,61bc 28,91a 21,56bc 24,79bc 22,06bc 25,21b 24 22,36c 23,88bc 31,26a 23,72bc 26,16bc 23,41c 27,39b Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa genotipe tanaman berbeda nyata

pada diameter batang tanaman 24 MST, dimana genotipe Malang mempunyai

rataan diameter batang tertinggi (31,26 mm) dan berbeda nyata dengan genotipe

Pulut (27,39 mm), genotipe Adira1 (22,36 mm) dan genotipe Putih (23,41 mm),

tetapi tidak berbeda nyata dengan, genotipe Valencia (23,88 mm), genotipe

(26)

Panjang Ubikayu (cm)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui genotipe tanaman

ubikayu pada umur 24 MST tidak berbeda nyata antar tanaman genotipe

pada panjang ubikayu. Rataan panjang ubikayu dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rataan panjang ubikayu

Perlakuan Rataan

...cm...

Adira1 25,69

Valencia 28,64

Malang 30,21

Malaysia 29,28

Gajah 28,70

Putih 28,70

Pulut 27,52

Rataan 28,39

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa rataan panjang ubikayu pada

umur 24 MST didapat rataan tertinggi pada genotipe Malang 30,21 cm dan yang

terendah pada varietas Adira 1 yaitu 25,69 cm.

Jumlah ubikayu per pohon

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui genotipe tanaman

ubikayu pada umur 24 MST tidak berbeda nyata antar genotipe pada jumlah

(27)

Tabel 12. Rataan umlah ubikayu per pohon

Perlakuan Rataan

Adira 1 11,25

Valencia 10,25

Malang 14,69

Malaysia 10,69

Gajah 9,06

Putih 12,00

Pulut 11,00

Rataan 11,28

Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa rataan jumlah ubikayu per

pohon pada umur 24 MST didapat rataan tertinggi pada genotipe Malang yaitu

14,69 dan yang terendah pada genotipe Gajah yaitu 9,06.

Diameter Ubikayu (mm)

Berdasarkan data pengamatan diameter ubikayu serta sidik ragamnya

dapat dilihat pada Lampiran 27 yang menunjukkan bahwa genotipe tanaman

ubikayu pada umur 24 MST berbeda nyata terhadap diameter ubikayu. Rataan

diameter ubikayu pada beberapa genotipe dapat dilihat pada tabel 27.

Tabel 13. Rataan Diameter Ubikayu

Perlakuan Rataan

...mm...

Adira1 36,31a

Valencia 37,08a

Malang 29,53bc

Malaysia 33,95ab

Gajah 26,79c

Putih 32,70abc

Pulut 36,65a

Rataan 33,29

(28)

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa genotipe Valencia (29,53 mm),

varietas Adira 1 (36,31 mm), dan genotipe Pulut (36,65 mm) tidak berbeda nyata

dengan genotipe Malaysia (33,95 mm), dan genotipe Putih (32,70 mm), tetapi

berbeda nyata dengan genotipe Malang (29,53 mm) dan genotipe Gajah

(26,79 mm).

Bobot Ubikayu (kg)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui genotipe tanaman

ubikayu pada umur 24 MST tidak berbeda nyata antar genotipe pada bobot

ubikayu. Rataan bobot ubikayu dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Rataan bobot ubikayu

Perlakuan Rataan

...kg...

Adira 1 0,35

Valencia 0,40

Malang 0,31

Malaysia 0,33

Gajah 0,30

Putih 0,31

Pulut 0,36

Rataan 0,34

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa rataan bobot ubikayu pada

umur 24 MST didapat rataan tertinggi terdapat pada genotipe Malang yaitu 14,69

kg dan yang terendah pada genotipe Gajah yaitu 9,06 kg.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rataan tinggi tanaman

ubikayu tertinggi diperoleh pada genotipe Pulut yaitu 277,48 cm dan terendah

pada genotipe Putih yaitu 209,51cm. Hal ini terjadi dikarenakan genotipe Putih

(29)

dilakukannya penelitian, yang dapat mempengaruhi respon pertumbuhan

dan perkembangan tanaman itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Darliah et al., (2001) yang menyatakan varietas atau klon introduksi perlu diuji

adaptabilitasnya pada suatu lingkungan untuk mendapatkan genotipe unggul pada

lingkungan tersebut. Pada umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan

yang berbeda terhadap genotip. Respon genotip terhadap lingkungan ini biasanya

terlihat dalam penampilan fenotipik dari tanaman yang bersangkutan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rataan diameter batang

tanaman ubikayu tertinggi diperoleh pada genotipe Malang yaitu 31,26 mm dan

terendah pada genotipe Adira 1 yaitu 22,36 mm. Hal ini diduga karena adanya

perbedaan genetik yang menyebabkan genotipe Malang memiliki pertumbuhan

dan perkembangan diameter batang paling baik dibandingkan dengan genotipe

lainnya. Peubah amatan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun dan ukuran

daun (panjang dan lebar daun) termasuk ke dalam karakter kuantitatif. Karakter

kuantitatif adalah karakter yang dikendalikan oleh banyak gen. Sifat kuantitaif

yang dikendalikan oleh banyak gen, dapat diartikan sebagai hasil akhir dari suatu

proses pertumbuhan yang berkaitan dengan sifat morfologi dan fisiologi tanaman.

Variabilitas suatu polulasi tanaman dapat disebabkan oleh faktor genetik, faktor

lingkungan serta interaksi antara keduanya, Menurut Allard (1960) menyatakan

bahwa keragaman fenotipe dari suatu tanaman dipengaruhi oleh genotipe dan

lingkungan serta adanya interaksi antara keduanya.

Rataan panjang ubikayu tertinggi diperoleh pada genotipe Malang yaitu

30,21 cm sedangkan rataan panjang ubikayu terendah terdapat pada varietas Adira

(30)

lingkungan, yang mengakibatkan terjadinya interaksi antar gen - gen serta

lingkungan mampu mengatur urutan perkembangan sel-sel tanaman, sehingga

menyebabkan perbedaan volume akar yang dihasilkan untuk membentuk ubikayu

berbeda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Amin et al., (2008) yang menyatakan

bahwa sel-sel yang membentuk organ vegetatif seperti akar, dipengaruhi oleh

pengaturan gen-gen yang berinteraksi dalam pertumbuhan organisme. Interaksi

dari gen-gen yang mengatur pembentukan hasil fotosintesis di daun dan

penyimpan hasil assimilasi di bagian akar, serta pertumbuhan akar yang baik

dengan keadaan lingkungan yang mendukung seperti keadaan tanah yang baik

mampu meningkatkan volume akar untuk pembentukan ubi.

Rataan jumlah ubikayu per pohon tertinggi diperoleh pada genotipe

Malang yaitu 14,69 sedangkan rataan jumlah ubikayu per pohon terendah terdapat

pada genotipe Gajah yaitu 9,06. Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah cabang

pada tiap-tiap tanaman yang menyebabkan tingginya aktivitas fotosintesis pada

daun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wargiono (1979) yang menyebutkan

bahwa jumlah ubi dipengaruhi oleh kondisi atau jumlah daun yang berkorelasi

dengan aktivitas fotosintesis yang tinggi. Sedangkan menurut pernyataan

Mulualem (2012) menyebutkan bahwa jumlah ubi tidak berkorelasi dengan berat

ubi, berat ubi lebih berkorelasi positif dengan tinggi tanaman.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rataan diameter ubikayu

tertinggi diperoleh pada genotipe Valencia yaitu 37,08 mm sedangkan rataan

diameter ubikayu terendah terdapat pada genotipe Gajah yaitu 26,79 mm. Hal ini

dikarenakan perbedaan genotipe dan perbedaan lingkungan, yang mengakibatkan

(31)

perkembangan sel-sel tanaman, sehingga menyebabkan perbedaan volume akar

yang dihasilkan untuk membentuk ubikayu berbeda. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Amin et al., (2008) yang menyatakan bahwa sel-sel yang membentuk

organ vegetatif seperti akar, dipengaruhi oleh pengaturan gen-gen yang

berinteraksi dalam pertumbuhan organisme. Interaksi dari gen-gen yang mengatur

pembentukan hasil fotosintesis di daun dan penyimpan hasil assimilasi di bagian

akar, serta pertumbuhan akar yang baik dengan keadaan lingkungan yang

mendukung seperti keadaan tanah yang baik mampu meningkatkan volume akar

untuk pembentukan ubi.

Rataan bobot ubikayu tertinggi diperoleh pada genotipe Valencia yaitu

0,40 kg sedangkan rataan bobot ubikayu terendah terdapat pada genotipe Gajah

yaitu 0,30 kg. Hal ini dikarenakan umur panen yang masih terlalu muda dimana

pada umur 4 sampai 6 bulan tanaman masih berada pada fase pertumbuhan

vegetatif, meskipun panen sudah bisa dilakukan pada ummur 6 bulan untuk

varietas genjah namun hasil yang didapat belum begitu memuaskan. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Alves (2002) yang menyatakkan bahwa pada umur 4 sampai 6

bulan tanaman ubikayu berada pada fase pertumbuhan vegetatif, sedangkan pada

umur 6 bulan keatas, tanaman lebih mengarah pada pengisian umbi. Dimana umur

panen ubikayu adalah 6 sampai 8 bulan setelah penanaman untuk varietas genjah

dan 9 sampai 12 bulan untuk varietas yang berumur panen panjang

Susilawati et al.,( 2008).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perkembangan ubi

berdasarkan data produksi untuk parameter panjang ubikayu dan jumlah ubikayu

(32)

parameter diameter batang ubikayu dan bobot ubikayu didapat rataan tertinggi

adalah genotipe Valencia. Hal ini terjadi dikarenakan beberapa genotipe yang

kurang beradaptasi dilingkungan tempat dilakukannya penelitian, yang dapat

mempengaruhi respon pertumbuhan dan perkembangan tanaman itu sendiri. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Darliah et al., (2001) yang menyatakan varietas atau

klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatu lingkungan untuk

mendapatkan genotipe unggul pada lingkungan tersebut. Pada umumnya suatu

daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap genotip. Respon

genotip terhadap lingkungan ini biasanya terlihat dalam penampilan fenotipik dari

(33)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian di Desa Tanjung Selamat,

Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat 25

meter di atas permukaan laut, yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan

Desember 2016.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah stek dari beberapa

genotipe ubikayu (varietas Adira 1, genotipe Valencia, genotipe Malang, genotipe

Malaysia, genotipe Gajah, genotipe Putih, dan genotipe Pulut) yang diambil dari

beberapa lokasi seperti Desa Tanjung Selamat, Sei Mencirim, Desa Pegajahan

Kab. Serdang Bedagai, Kelambir 5 dan Padang Bulan sebagai bahan tanam yang

berukuran 25 cm, pupuk kompos sebagai pupuk dasar, pupuk anorganik (urea,

KCL, SP 36) sebagai pupuk susulan, tali plastik untuk membatasi lahan, pacak

sampel untuk memberi tanda tanaman yang akan dijadikan sampel, serta bahan

lain yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk

mempersiapkan lahan, jangka sorong untuk mengukur diameter batang dan ubi,

meteran untuk mengukur luas lahan, timbangan analitik untuk menimbang

kebutuhan pupuk, kamera digital untuk mendokumentasikan selama kegiatan

penelitian, alat tulis untuk penulisan data, buku data untuk mencatat hasil data

tanaman setiap bulannya, serta alat lain yang mendukung penelitian.

Metode penelitian

(34)

satu faktor perlakuan. Adapun genotipe yang digunakan adalah :

G1 : Varietas Adira 1

G2 : Genotipe Valencia

G3 : Genotipe Malang

G4 : Genotipe Malaysia

G5 : Genotipe Gajah

G6 : Genotipe Putih

G7 : Genotipe Pulut

Jumlah blok : 4 blok

Jumlah Plot : 28 plot

Jarak Tanam : 100 cm x 100 cm

Jumlah tanaman/plot : 4 tanaman

Jumlah tanaman sampel per plot : 4 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 112 tanaman

Adapun model linear dari sidik ragam penelitian, yaitu sebagai berikut:

Yij = μ +�+ � + ���

i = 1, 2, 3, 4 j = 1, 2,3,4,..., 7 Dimana :

Yijk = Nilai pengamatan unit percobaan pada blok ke-i, terhadap genotipe ke-j,

μ = nilai tengah rata - rata

�� = efek blok ke- i

�� = efek genotipe ke-j

(35)

Data hasil pengamatan disusun dalam anova untuk masing-masing peubah

amatan jika pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati menunjukkan

(36)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tanaman ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan sumber

karbohidrat yang mempunyai kedudukan strategis sebagai bahan baku pangan,

pakan maupun berbagai industri pangan dan non pangan. Selain untuk memenuhi

kebutuhan di dalam negeri, ubikayu juga merupakan komoditas penghasil devisa

negara melalui ekspor dalam bentuk tepung, pati maupun bentuk olahan lainnya.

Bertambahnya jumlah penduduk, berkembangnya industri peternakan dan industri

berbahan baku ubikayu mendorong permintaan ubikayu meningkat tajam. Apalagi

ke depan, dengan ditetapkannya ubikayu sebagai salah satu tanaman sumber

energi alternatif terbarukan, dapatdipastikan permintaan ubikayu akan lebih

meningkat lagi. FAO menyebut ubikayu sebagai tanaman abad 21

karena beragamnya kegunaan tanaman ini yang berpotensi besar untuk

mengentaskan kemiskinan di pedesaan serta meningkatkan ekonomi nasional

(Howeler et al., 2013).

Pada tahun 2012 Indonesia mampu menghasilkan ubikayu sebesar 24,2

juta ton dengan rata-rata peningkatan per tahun sebesar 3,5%. Peningkatan

produksi ubikayu yang dirasa lebih lambat jika dibandingkan dengan peningkatan

produktivitasnya disebabkan oleh semakin turunnya luas panen tanaman ubikayu

dari tahun ke tahun dengan rata-rata penurunan per tahun sebesar 1%. Pada tahun

2012, luas panen tanaman ubikayu sebesar 1,1 juta Hektar, turun sebesar 4,6%

jika dibandingkan dengan luas panen pada tahun sebelumnya penurunan luas

panen tanaman ubi kayu disebabkan oleh alih fungsi lahan yang mengarah ke

(37)

lainnya (Kemendagri, 2013). Pada tahun 2014 terjadi penurunan hasil produksi

rata-rata yang tidak terlalu signifikan yaitu sebesar 139,71 ton per hektar

(BPS 2014).

Ubi kayu merupakan komoditi unggulan Provinsi Sumatera utara, pada

tahun 2011, produksi ubi kayu tertinggi dihasilkan Kabupaten Simalungun diikuti

Serdang Bedagei, Deli serdang dan Toba Samosir. Produksi ubi kayu terendah ada

di Kabupaten Karo (Gusti dan Harahap, 2012). Produksi ubikayu Sumatera Utara

tahun 2012 sebesar 1.171.520 ton, naik sebanyak 79.809 ton atau 7,31 persen

dibandingkan produksi ubikayu tahun 2011. Kenaikan produksi ubikayu

disebabkan bertambahnya luas panen sebesar 820 hektar atau naik 2,16 persen dan

peningkatan produktivitas sebesar 14,51 kw/ha atau 5,04 persen

(BPS Sumut, 2013).

Permintaan ubikayu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,baik

untuk pemenuhan kebutuhan pangan maupun industri. Peran ubikayu dalam

bidang industri akan terus mengalami peningkatan seiring dengan adanya program

pemerintah untuk menggunakan sumber energi alternatif yang berasal dari hasil

pertanian (liquid biofuel), seperti biodiesel dan bioetanol serta diversifikasi

pangan berbasis pangan lokal.Untuk dapat mendukung program pemerintah

tersebut, maka produksi ubikayu harus ditingkatkan. Peningkatan produksi

ubikayu dapat dilakukan melalui peningkatan luas panen dan penerapan teknik

budidaya yang tepat (Sundari, 2010).

Penanaman dan pemeliharaan tanaman ubikayu relatif mudah. Tanaman

ubikayu memiliki beberapa keunggulan, antara lain mudah tumbuh dalam

(38)

lahan secara intensif, tahan terhadap kekeringan dan serangan OPT, dan biaya

produksi yang cukup rendah. Kementerian Pertanian sebagai instansi pembina

telah melakukan beberapa langkah pengembangan ubikayu. Namun disadari

bahwa terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi. Adapun permasalahan

pengembangan produksi dan konsumsi ubikayu antara lain: a). Pemilikan lahan

sempit, modal usaha tani dan tenaga kerja keluarga terbatas b). Siklus pertanaman

yang panjang c). Dukungan sistem pemasaran yang lemah d). Teknologi inovatif

belum optimal e). Perbenihan (Kemendagri, 2013).

Bibit ubikayu yang berkualitas merupakan modal utama dalam

meningkatkan produksi. Oleh karena itu penyediaan bibit menjadi sangat penting.

Penyediaan bibit secara lokal melalui Jabalsim dapat mengatasi kelangkaan bibit

berkualitas pada saat musim tanam. Pada kondisi persediaan bibit yang kurang,

dapat digunakan stek mini (panjang 5-6 cm, dengan 3-4 mata tunas) dengan hasil

yang tidak berbeda dibandingkan stek biasa. Pada cara ini bibit perlu disemaikan

dulu selama bulan sebelum ditanam di lapang (Litbang, 2011).

Salah satu upaya meningkatkan produktivitas ubikayu adalah dengan

menggunakan klon-klon ubikayu yang mempunyai produktivitas yang tinggi

(Aldiansyah, 2012). Di Indonesia sendiri memiliki beberapa varietas unggul

nasional yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Pangan diantaranya yaitu varietas Adira-1, varietas Adira-2, varietas Adira-3,

varietas Malang-1, varietas Malang-2, varietas Malang-4, varietas Malang-6,

varietas Darul hidayah, dan lain-lain. Disamping itu ada beberapa genotipe

(39)

yaitu genotipe Pulut, genotipe Mentega, genotipe Roti, genotipe Malaysia,

genotipe Putih dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan beberapa uraian di atas perlu dilakukannya

penelitian mengenai analisis pertumbuhan dan perkembangan beberapa genotipe

ubikayu.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan

dan perkembangan dari beberapa genotipe ubi kayu.

Hipotesis

Ada perbedaan pertumbuhan dan perkembangan pada beberapa

genotipe ubikayu.

Kegunaan Penelitian

Untuk mendapatkan data penyusun skripsi sebagai salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

(40)

Botani Tanaman

Secara taksonomi ubikayu ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas :

Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili : Euphorbiaceae, Genus : Manihot,

Spesies : Manihot esculenta Crantz. (Steenis et al., 2003).

Daun ketela pohon termasuk daun tunggal. Jadi pada satu tangkai ada satu

helai, pada ketiak daun terdapat tunas. Tanaman ini termasuk tumbuhan

monokotil. Perdu yang tidak bercabang atau kadang bercabang dua, tinggi bisa

mencapai 4 m, bergetah putih dan mengandung sianida pada konsentrasi yang

berbeda-beda. Umbi akar besar, memanjang dengan kulit berwarna coklat suram.

Batang berkayu dengan tanda berkas daun yang tampak dengan jelas. Daun tungal

tersusun secara spiral, panjang tangkai daun 5-30 cm, helaian daun rata sampai

terbagi 3 - 10 sampai pangkal daunnya. Perbungaan dalam tandan di ujung batang

dengan panjang 3-10 cm. Buah bulat telur bersayap 6 dengan diameter 1-1,5 cm,

terdapat n 3 biji di dalamnya (Sharma, 1993).

Batang tanaman singkong berkayu, beruas-ruas dengan ketinggian

mencapailebih dari 3 m. Warna batang bervariasi, ketika masih muda

umumnyaberwarna hijau dan setela tua menjadi keputihan, kelabu, atau hijau

kelabu.Batang berlubang, berisi empelur berwarna putih, lunak, dengan struktur

seperti gabus (Silitonga, 2014).

Secara morfologi, tanaman ubikayu baru akan berbunga pada

umur 8 – 10 bulan dan sangat tergantung genotipe dan lingkungan tumbuh

(Halsey et al., 2008). Ubikayu bersifat monoecious, yaitu bunga jantan dan betina

(41)

sering, beberapa varietas lain jarang berbunga atau bahkan tidak berbunga sama

sekali. Produksi bunga sangat penting untuk pembiakan. Tumbuhnya bunga

sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti banyaknya cahaya dan suhu.

Bunga ubikayu dihasilkan pada dahan reproduktif. Bunga jantan berkembang

dekat puncak rangkaian bunga, sedangkan bunga betina tumbuh dekat dasar

rangkaian bunga (Ekanayake et al., 1997).

Umbi yang terbentuk merupakan akar yang menggelembung dan berfungsi

sebagai tempat penampung makanan cadangan. Bentuk umbi biasanya bulat

memanjang, terdiri atas: kulit luar tipis (ari) berwarna kecokelat-coklatan (kering);

kulit dalam agak tebal berwarna keputih-putihan (basah); dan daging berwarna

putih atau kuning (tergantung varietasnya) yang mengandung sianida dengan

kadar berbeda (Suprapti, 2005).

Syarat Tumbuh Iklim

Ubikayu merupakan tanaman tropis. Wilayah pengembangan ubikayu

berada pada 30o LU dan 30o LS. Namun demikian, untuk dapat tumbuh,

berkembang dan berproduksi, tanaman ubi kayu menghendaki persyaratan iklim

tertentu (Sundari, 2010).

Suhu yang diperlukan tiap tumbuhan berbeda-beda. Oleh karena itu, laju

respirasi pada tumbuhan yang hidup di daerah tropis, temperate, dan artik

berbeda-beda. Suhu juga berpengaruh terhadap fotosintesis. Secara umum, suhu

optimum untuk fotosintesis setara dengan suhu siang hari pada habitat asal

(42)

Untuk dapat berproduksi optimal, ubikayu memerlukan curah hujan

150-200 mm pada umur 1-3 bulan, 250-300 mm pada umur 4-7 bulan, dan 100-150

mm pada fase menjelang dan saat panen. Berdasarkan karakteristik iklim di

Indonesia dan kebutuhan air tersebut, ubikayu dapat dikembangkan di hampir

semua kawasan, baik di daerah beriklim basah maupun beriklim kering sepanjang

air tersedia sesuai dengan kebutuhan tanaman tiap fase pertumbuhan. Pada

umumnya daerah sentra produksi ubikayu memiliki tipe iklim C, D, dan E, serta

jenis lahan yang didominasi oleh tanah alkalin dan tanah masam, kurang subur,

dan peka terhadap erosi (Wargiono, et al., 2006).

Tanah

Ubikayu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah. Pada daerah di mana

jagung dan padi tumbuh kurang baik, ubi kayu masih dapat tumbuh dengan baik

dan mampu berproduksi tinggi apabila ditanam dan dipupuk tepat pada waktunya.

Sebagian besar pertanaman ubi kayu terdapat di daerah dengan jenis tanah

Aluvial, Latosol, Podsolik dan sebagian kecil terdapat di daerah dengan jenis

tanah Mediteran, Grumusol dan Andosol. Tingkat kemasaman tanah (pH) untuk

tanaman ubi kayu minimum 5 (Sundari, 2010).

Genotipe Ubikayu

Pemuliaan pada tanaman ubikayu bertujuan untuk menciptakan varietas

ubikayu baru yang memiliki produktivitas tinggi dengan kadar pati tinggi melalui

persilangan antar bunga. Namun, dalam proses persilangan tersebut terdapat

kendala yang menghambat kegiatan pemuliaan tanaman yaitu ketidak

ketersediaan bunga ubikayu secara serempak akibat perbedaan umur berbunga

(43)

Gen-gen tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter terkecuali

mereka berada pada lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya tidak ada pengaruh

terhadap berkembangnya karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan

lingkungan terkecuali jika gen yang diperlukan ada. Namun, harus disadari bahwa

keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat yang terutama disebabkan oleh

perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap variabilitas

didalam sifat yang lain. pertama-tama disebabkan oleh perbedaan lingkungan

dimana individu berada (Allard, 2005).

Varietas atau klon introduksi perlu diuji adapta bilitasnya pada suatu

lingkungan untuk mendapatkan genotipe unggul pada lingkungan tersebut. Pada

umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap

genotip. Respon genotip terhadap lingkungan ini biasanya terlihat dalam

penampilan fenotipik dari tanaman yang bersangkutan (Darliah et al., 2001).

Berdasarkan warna Petiole ada terdapat persamaan diantara jenis. Tangkai

daun dengan warna hijau terdapat pada ubi malaysia. Ubi Valencia, ubi Darul

Hidayah, dan ubi roti memiliki warna petiole yang sama, yaitu ungu kemerahan,

sedangkan yang mempunyai warna campuran yaitu ubi Adira 1, ubi Pulut dan ubi

Kalimantan.Untuk parameter warna batang atas, terdapat persamaan antara ubi

Malaysia, ubi Roti, ubi Adira 1, ubi Kalimatan, ubi Pulut, dan ubi Darul Hidayah

yaitu hijau, sedangkan ubi Valencia berwarna Hijau Kemerahan. Warna batang

bawah, terdapat persamaan antara ubi Malaysia, Ubi Darul Hidayah, ubi

Kalimantan dan ubi Pulut yaitu berwarna abu-abu. Sedangkan pada jenis ubi

Adira 1 dan ubi Roti terdapat persamaan warna yaitu gading. Hanya pada ubi

(44)

ABSTRAK

RIA ARTA JUNISTIA: Analisis Pertumbuhan dan Perkembangan Beberapa Genotipe Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.). Dibimbing oleh Emmy. Harso Kardhinata dan Diana Sofia Hanafiah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan dan perkembangan dari beberapa genotipe ubikayu. Penelitian dilaksanakan di Desa Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang dari bulan Juli sampai Desember 2016. Peneliti menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan satu faktor perlakuan yaitu genotipe yang terdiri dari Varietas Adira 1, genotipe Valencia, genotipe Malang, genotipe Malaysia, genotipe Gajah, genotipe Putih, dan genotipe Pulut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe Pulut memiliki rataan tinggi tanaman tertinggi (277,48 cm) dan terendah pada genotipe Putih (209,51 cm), serta memiliki rataan diameter tertinggi terdapat pada genotipe Malang (31,26 mm) dan terendah pada genotipe Adira 1 (22,36 mm). Berdasarkan dendogram yang terbentuk didapatkan empat kelompok hubungan kekerabatan pada skala jarak kekerabatan 15, 16, dan 25 dengan hubungan kekerabatan terdekat terdapat pada aksesi G4 dan G7 dengan nilai dissimilaritas sebesar 23,708 sedangkan hubungan kekerabatan terjauh terdapat pada aksesi G1 dan G3 dengan nilai dissimilaritas sebesar 64,664.

(45)

ABSTRACT

RIA ARTA JUNISTIA: Growth and Development Analyse of Some Genotype of Cassava (Manihot esculenta Crantz.). Supervised by Emmy Harso Kardhnata and Diana Sofia Hanafiah.

The objective of the research was to determine the different of growth and development of some genotype of cassava. The research was conducted at Desa Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang from July to December 2016. The researcher was used randomized block design with one factor, the factor was genotype consist of Adira Variety 1, Valencia genotype, Malang genotype, Malaysia genotype, Gajah Genotype, Putih genotipe, and Pulut Genotype. The result showed that Pulut genotype has the highest plant heigth (277,48 cm) and the lowest at the Putih genotype (209,51 cm), Malang genotype has the highest average to diameter (31,26 mm) and the lowest at the Adira genotype (23,36 mm).

(46)

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BEBERAPA GENOTIPE UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz.)

SKRIPSI

OLEH :

RIA ARTA JUNISTIA 120301005

AET – PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(47)

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BEBERAPA GENOTIPE UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz.)

SKRIPSI

OLEH :

RIA ARTA JUNISTIA 120301005

AET – PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(48)

Judul Penelitian : Pertumbuhan dan Perkembangan Beberapa Genotipe Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.)

Nama : Ria Arta Junistia

Nim : 120301005

Program Studi : Agroekoteknologi Minat Studi : Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh: Dosen Komisi Pembimbing

(Ir. E. Harso Kardhinata, M.Sc.) (Dr. Diana Sofia Hanafiah, SP., MP.

Ketua Anggota

)

Mengetahui :

(Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc. Ketua Program Studi Agroekoteknologi

(49)

ABSTRAK

RIA ARTA JUNISTIA: Analisis Pertumbuhan dan Perkembangan Beberapa Genotipe Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.). Dibimbing oleh Emmy. Harso Kardhinata dan Diana Sofia Hanafiah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan dan perkembangan dari beberapa genotipe ubikayu. Penelitian dilaksanakan di Desa Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang dari bulan Juli sampai Desember 2016. Peneliti menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan satu faktor perlakuan yaitu genotipe yang terdiri dari Varietas Adira 1, genotipe Valencia, genotipe Malang, genotipe Malaysia, genotipe Gajah, genotipe Putih, dan genotipe Pulut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe Pulut memiliki rataan tinggi tanaman tertinggi (277,48 cm) dan terendah pada genotipe Putih (209,51 cm), serta memiliki rataan diameter tertinggi terdapat pada genotipe Malang (31,26 mm) dan terendah pada genotipe Adira 1 (22,36 mm). Berdasarkan dendogram yang terbentuk didapatkan empat kelompok hubungan kekerabatan pada skala jarak kekerabatan 15, 16, dan 25 dengan hubungan kekerabatan terdekat terdapat pada aksesi G4 dan G7 dengan nilai dissimilaritas sebesar 23,708 sedangkan hubungan kekerabatan terjauh terdapat pada aksesi G1 dan G3 dengan nilai dissimilaritas sebesar 64,664.

(50)

ABSTRACT

RIA ARTA JUNISTIA: Growth and Development Analyse of Some Genotype of Cassava (Manihot esculenta Crantz.). Supervised by Emmy Harso Kardhnata and Diana Sofia Hanafiah.

The objective of the research was to determine the different of growth and development of some genotype of cassava. The research was conducted at Desa Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang from July to December 2016. The researcher was used randomized block design with one factor, the factor was genotype consist of Adira Variety 1, Valencia genotype, Malang genotype, Malaysia genotype, Gajah Genotype, Putih genotipe, and Pulut Genotype. The result showed that Pulut genotype has the highest plant heigth (277,48 cm) and the lowest at the Putih genotype (209,51 cm), Malang genotype has the highest average to diameter (31,26 mm) and the lowest at the Adira genotype (23,36 mm).

(51)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Adapun judul dari penelitian ini adalah “Pertumbuhan dan

Perkembangan Beberapa Genotipe Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.)” yang ditujukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada Bapak

Ir. Emmy Harso Kardhinata, M.Sc. dan Ibu Dr. Diana Sofia Hanafiah, SP., MP.

selaku dosen komisi pembimbing yang telah berkenan untuk membimbing Penulis

dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna

menyempurnakan penulisan skripsi ini. Akhir kata Penulis mengucapkan terima

kasih.

Medan, Januari 2017

(52)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 5

Syarat Tumbuh ... 6

Iklim ... 6

Tanah ... 7

Genotipe Ubikayu ... 7

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 9

Bahan dan Alat ... 9

Metode Penelitian ... 9

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 12

Persiapan Bibit ... 12

Penanaman ... 12

Pemupukan ... 12

Pemeliharaan Tanaman ... 13

Penyiraman ... 13

Penyiangan ... 13

Pembumbunan ... 13

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 13

Panen ... 14

(53)

Tinggi tanaman (cm) ... 14

Diameter batang (cm) ... 14

Warna daun pucuk ... 14

Warna daun ... 14

Jumlah lobus daun ... 14

Panjang lobus/lebar lobus daun ... 15

Panjang petiole ... 15

Warna petiole ... 15

Panjang ubikayu (cm) ... 15

Jumlah ubikayu ... 15

Diameter ubikayu (mm) ... 15

Warna batang atas ... 15

Warna batang bawah ... 16

Warna kulit luar ubikayu ... 16

Warna kulit dalam ubikayu ... 16

Bobot ubikayu (kg) ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 17

Pembahasan ... 40

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 44

Saran ... 44

(54)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Hasil identifikasi karakter ubikayu Adira 1 Umur 6 bulan ... 17

2. Hasil identifikasi karakter ubikayu Valencia Umur 6 bulan ... 19

3. Hasil identifikasi karakter ubikayu Malang Umur 6 bulan ... 21

4. Hasil identifikasi karakter ubikayu Malaysia Umur 6 bulan ... 23

5. Hasil identifikasi karakter ubikayu Gajah Umur 6 bulan ... 25

6. Hasil identifikasi karakter ubikayu Putih Umur 6 bulan ... 27

7. Hasil identifikasi karakter ubikayu Pulut Umur 6 bulan ... 29

8. Rataan Tinggi Tanaman pada umur 2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST, 12 MST, 16 MST dan 24 MST ... 31

9. Rataan Diameter Batang pada umur 2 MST s/d 24 MST ... 33

10. Rataan panjang ubikayu ... 37

11. Rataan umlah ubikayu per pohon ... 37

12. Rataan Diameter Ubikayu ... 38

(55)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Ubikayu varietas Adira 1 ... 18

2. Ubikayu genotipe Valencia ... 20

3. Ubikayu genotipe Malang ... 22

4. Ubikayu genotipe Malaysia ... 24

5. Ubikayu genotipe Gajah ... 26

6. Ubikayu genotipe Putih ... 28

(56)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Bagan Plot Penelitian ... 48

2. Bagan Tanaman Per Plot ... 49

3. Jadwal Penelitian ... 50

4. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST ... 51

5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST ... 52

6. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST ... 53

7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST ... 54

8. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 10 MST ... 55

9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 12 MST ... 56

10. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 16 MST ... 57

11. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 20 MST ... 58

12. Data Pengamatan Diameter Tanaman 2 MST ... 59

13. Data Pengamatan Diameter Tanaman 4 MST ... 60

14. Data Pengamatan Diameter Tanaman 6 MST ... 61

15. Data Pengamatan Diameter Tanaman 8 MST ... 62

16. Data Pengamatan Diameter Tanaman 10 MST ... 63

17. Data Pengamatan Diameter Tanaman 12 MST ... 64

18. Data Pengamatan Diameter Tanaman 16 MST ... 65

19. Data Pengamatan Diameter Tanaman 20 MST ... 66

20. Data Pengamatan Diameter Tanaman 24 MST ... 67

23. Data Pengamatan Panjang Ubikayu ... 71

24. Data Pengamatan Jumlah Ubikayu Per Pohon ... 72

25. Data Pengamatan Diameter Ubikayu ... 73

26. Data Pengamatan Bobot Ubikayu... 74

27. Deskripsi Tanaman Ubikayu ... 75

28. Tanaman Ubikayu 24 MST ... 79

Gambar

Tabel 1. Hasil identifikasi karakter ubikayu Adira 1 Umur 6 bulan
Gambar 1. Sampel ubikayu varietas Adira 1
Tabel 2. Hasil identifikasi karakter ubikayu Valencia Umur 6 bulan
Gambar 2. Sampel ubikayu varietas Valencia
+7

Referensi

Dokumen terkait

9.Sebutkan 2 alat yang dipakai Yono untuk membersihkan rumahnyac. 10.Saat membersihkan rumah, Yono bernyanyi

4 2008 Efektivitas Real Microteaching pada Program PPL 1 di Prodi Pendidikan Sosiologi FISE UNY 5 2009 Pengembangan Model Pembelajaran Outclass dalam Matakuliah Museologi. 6

Square F Sig. Thus, there is a difference on implementation of Islamic spirituality based on the age. The result of the analysis reveals that F value of Islamic

Berdasarkan otonomi daerah yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintahan daerah khususnya Aceh dalam UUPA, memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya

[r]

Melalui tahapan yang benar dalam menentukan perancangan desain yang nantinya bertujuan menentukan model desain yang mampu menahan tekanan sebesar 100 Kn, dengan hasil

Tujuan penelitian ini adalah hubungan pengetahuan ibu tentang sistem imun bayi dengan pemberian imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Selesai Saya akan memberikan

Pada makalah ini akan membahas bagaimana membangun sebuah sistem yang dapat mencegah terjadinya flooding data dengan cara pemblokiran IP dan Port dengan cara membuat