Lampiran 3. Contoh surat pernyataan sukarelawan
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama lengkap :
Umur :
Alamat :
Telah mendapat penjelasan secukupnya bahwa tangan saya akan digunakan
sebagai daerah yang akan dianalisis. Setelah mendapat penjelasan secukupnya
tentang manfaat penelitian ini maka saya menyatakan SETUJU untuk ikut serta
dalam penelitian ULLA DWI MUGHNY dengan judul “FORMULASI DAN UJI
EFEKTIVITAS KRIM ANTI-AGING DARI KONSENTRAT SARI KULIT
BUAH SEMANGKA MERAH (Citrullus lanatus Thunb.) DAN SEMANGKA
KUNING (Citrullus lanatus Thunb.)”, sebagai usaha untuk mengetahui apakah
sediaan krim yang dihasilkan mampu memberikan efek anti penuaan . Saya
menyatakan sukarela dan bersedia untuk mengikuti prosedur penelitian yang telah
ditetapkan.
Persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Peneliti , Medan, Desember 2015
Lampiran 4. Gambar buah semangka
A
B
Keterangan:
Lampiran 6. Gambar konsentrat sari kulit buah semangka
A
B
Keterangan :
Lampiran 7. Gambar alat yang digunakan
A B
C
Keterangan:
Lampiran 7. (Lanjutan)
D
E F
Keterangan :
D : Gambar alat Freezz dryer E : Gambar pH meter
Lampiran 8. Gambar sediaan krim anti aging dari kosentrat kulit buah semangka
merah
A
B
Keterangan :
A : Gambar sediaan krim anti aging semangka merah selesai pembuatan B : Gambar sediaan krim anti aging semangka merah sesudah penyimpanan
12 minggu
Lampiran 9. Gambar sediaan krim anti aging dari kosentrat kulit buah semangka
kuning
A
B
Keterangan :
A : Gambar sediaan krim anti aging semangka kuning selesai dibuat
B : Gambar sediaan krim anti aging semangka kuning penyimpanan 12 minggu
Lampiran 10. Gambar uji homogenitas
A
B
Keterangan:
A : Gambar uji homogenitas krim semangaka merah B : Gambar uji homogenitas krim semangaka kuning F0 : Blangko (dasar krim tanpa sampel)
Lampiran 11. Uji tipe emulsi dengan pewarnaan metilen biru
A
B
Keterangan:
A : Gambar uji tipe emulsi krim semangka merah B : Gambar uji tipe emulsi krim semangka kuning F0 : Blangko (dasar krim tanpa sampel)
Lampiran 12. Gambar tangan sukarelawan
A
Lampiran 13. Skema pembuatan krim
Diuji tipe emulsi
Diuji stabilitas selama 12 minggu Bahan -Bahan
Konsentrat kulit buah semangka yang dipekatkan
Krim dari kosentrat kulit buah semangka
Lampiran 14. Hasil pengukuran menggunakan skin analyzer
Semangka kuning
• Kadar air Minggu awal
Pemakaian 1 minggu
Pemkaian 2 minggu
Lampiran 14. (Lanjutan)
• Kehalusan dan pori
Kondisi awal
Pemakaian 1 minggu
Pemakaian 2 minggu
Lampiran 14. (Lanjutan)
Pemakaian 4 minggu
• Spot
Kondisi awal
Pemakaian 1 minggu
Lampiran 14. (Lanjutan)
Pemakaian 3 minggu
Pemakaian 4 minggu
• Keriput
Kondisi awal
Lampiran 14. (Lanjutan)
Pemakaian 2 minggu
Pemakaian 3 minggu
Lampiran 15. Hasil pengukuran menggunakan skin analyzer
Semangka merah
• Kadar air
Kondisi awal
Pemakaian 1 minggu
Pemakaian 2 minggu
Pemakaian 3 minggu
Lampiran 15. (lanjutan)
• Kehalusan dan pori
Kondisi awal
Pemakaian 1 minggu
Pemakaian 2 minggu
Lampiran 15. (lanjutan)
Pemakaiaan 4 minggu
• Spot
Kondisi awal
Pemakaian 1 minggu
Lampiran 15. (Lanjutan)
Pemakaian 3 minggu
Pemakaian 4 minggu
• Keriput
Kondisi awal
Lampiran 15. (Lanjutan)
Pemakaian 2 minggu
Pemakaian 3 minggu
Lampiran 16. Data hasil uji statistik
Kelembaban semangka kuning
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test minggu_a
wal minggu_I minggu_II
minggu_II I
minggu_I V
N 18 18 18 18 18
Lampiran 16. (Lanjutan)
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
minggu_I
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 16. (lanjutan)
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. minggu_IV
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Kehalusan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
minggu_
awal minggu_I minggu_II minggu_III minggu_IV
N 18 18 18 18 18
Normal Parametersa,,b Mean 42.5000 38.7778 36.1667 34.0556 31.4444 Std.
Deviation
2.54951 1.69967 2.09341 3.18955 4.07607
Lampiran 16. (lanjutan)
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. minggu_I
Lampiran 16. (Lanjutan)
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran16. (lanjutan)
minggu_III
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
minggu_IV
Lampiran 16. (Lanjutan)
Besar pori
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test minggu_
awal
minggu_
I minggu_II minggu_III minggu_IV
N 18 18 18 18 18
Normal Parametersa,,b Mean 42.5000 39.4444 37.0556 34.2222 32.2222
Std. Deviation 6.12853 7.27787 7.54182 8.79542 9.47166 Most Extreme Differences Absolute .160 .141 .176 .167 .186 Positive .160 .141 .176 .100 .124 Negative -.111 -.104 -.170 -.167 -.186
Kolmogorov-Smirnov Z .681 .596 .747 .708 .787
Asymp. Sig. (2-tailed) .743 .869 .632 .697 .565
. Test distribution is Normal.
ANOVA
minggu_III Between Groups 1143.778 5 228.756 16.022 .000
Lampiran 16. (Lanjutan)
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
minggu_II
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
minggu_III
Lampiran 16. ( Lanjutan)
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Banyak Noda
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test minggu_
awal minggu_I minggu_II minggu_III
minggu_I V
N 18 18 18 18 18
Normal Parametersa,,b Mean 56.2222 50.1111 44.2222 38.0000 32.6111 Std.
Deviation
9.38431 9.54795 8.66742 9.15873 10.61153
Most Extreme Differences Absolute .147 .171 .126 .136 .119 Positive .147 .171 .087 .115 .119 Negative -.096 -.070 -.126 -.136 -.093
Kolmogorov-Smirnov Z .624 .727 .533 .576 .505
Asymp. Sig. (2-tailed) .831 .666 .939 .894 .960
Lampiran 16. (Lanjutan)
ANOVA
Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
minggu_awal Between Groups 1165.778 5 233.156 8.444 .001
Lampiran 16. (Lanjutan)
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 16. (Lanjutan)
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Keriput
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test minggu_a
Normal Parametersa,,b Mean 49.4444 43.1111 38.2222 31.6667 26.3889 Std. Deviation 5.74172 5.07461 6.29244 9.38710 11.28841 Most Extreme Differences Absolute .167 .223 .216 .172 .139 Positive .142 .124 .124 .114 .114 Negative -.167 -.223 -.216 -.172 -.139
Kolmogorov-Smirnov Z .707 .945 .916 .728 .589
Asymp. Sig. (2-tailed) .699 .334 .371 .665 .879
Lampiran 16. (lanjutan )
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 16. (Lanjutan)
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
minggu_III
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
minggu_IV
Lampiran 16. Data hasil uji statistik
Kelembapan semangka merah
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
minggu_
awal minggu_I minggu_II minggu_III minggu_IV
N 18 18 18 18 18
Normal Parametersa,,b Mean 26.7778 29.5556 30.8889 32.3889 33.3333 Std.
Deviation
2.26367 1.19913 1.74521 2.22655 2.74398
Most Extreme Differences Absolute .206 .200 .250 .178 .242
Positive .163 .189 .250 .178 .242 Negative -.206 -.200 -.165 -.157 -.131
Kolmogorov-Smirnov Z .873 .849 1.062 .755 1.027
Asymp. Sig. (2-tailed) .431 .467 .209 .618 .242
a. Test distribution is Normal.
Lampiran 16. (Lanjutan)
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. minggu_I
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. minggu_II
Lampiran 16. (Lanjutan)
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. minggu_IV
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Kehalusan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test minggu_
awal minggu_I minggu_II minggu_III minggu_IV
N 18 18 18 18 18
Normal Parametersa,,b Mean 41.8333 38.7778 36.5000 34.2222 32.1111 Std.
Deviation
2.03643 1.35280 2.17607 3.20946 4.44428
Most Extreme Differences Absolute .214 .232 .144 .182 .143 Positive .214 .128 .144 .182 .143 Negative -.190 -.232 -.144 -.103 -.135
Kolmogorov-Smirnov Z .909 .984 .609 .772 .607
Lampiran 16. (Lanjutan)
Lampiran 16. (lanjutan)
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 16. (Lanjutan)
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Bear pori
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test minggu_a
wal minggu_I minggu_II minggu_III minggu_IV
N 18 18 18 18 18
Normal Parametersa,,b Mean 40.7222 38.0000 35.9444 33.1667 31.9444 Std.
Deviation
3.37474 4.28403 5.21843 6.87065 7.95925
Most Extreme Differences Absolute .092 .203 .262 .161 .213 Positive .087 .116 .125 .115 .156 Negative -.092 -.203 -.262 -.161 -.213
Kolmogorov-Smirnov Z .390 .863 1.110 .682 .904
Asymp. Sig. (2-tailed) .998 .446 .170 .741 .388
Lampiran 16. (Lanjutan)
Lampiran 16. (Lanjutan)
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
minggu_III
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 16. (Lanjutan)
Banyak noda
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test minggu_
awal minggu_I minggu_II minggu_III minggu_IV
N 18 18 18 18 18
Normal Parametersa,,b Mean 52.5000 47.5556 42.3333 37.9444 33.0556
Std. Deviation
7.14760 6.51895 7.69262 8.74120 10.58007
Most Extreme Differences Absolute .083 .139 .175 .125 .151 Positive .071 .139 .175 .125 .151 Negative -.083 -.116 -.158 -.089 -.147
Kolmogorov-Smirnov Z .354 .592 .741 .529 .639
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 .875 .642 .942 .809
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
ANOVA
minggu_III Between Groups 1053.611 5 210.722 10.307 .001 Within Groups 245.333 12 20.444
Total 1298.944 17
minggu_IV Between Groups 1771.611 5 354.322 32.375 .000 Within Groups 131.333 12 10.944
Lampiran 16. (Lanjutan)
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 16. (Lanjutan)
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
minggu_IV
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Keriput
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test minggu_
awal minggu_I minggu_II minggu_III minggu_IV
N 18 18 18 18 18
Normal Parametersa,,b Mean 48.4444 42.3333 38.4444 32.8889 28.9444
Std. Deviation
6.62635 4.95865 6.50088 9.22203 11.54262
Most Extreme Differences Absolute .172 .138 .201 .171 .169 Positive .138 .138 .131 .109 .096 Negative -.172 -.133 -.201 -.171 -.169
Kolmogorov-Smirnov Z .730 .586 .852 .727 .718
Asymp. Sig. (2-tailed) .661 .882 .463 .665 .681
Lampiran 16. (Lanjutan)
Lampiran 16. (lanjutan)
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Lampiran 16. (lanjutan)
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
minggu_IV
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. . 1993. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Halaman 32.
Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: Universitas Indonesia. Halaman. 158, 387-389.
Aramo. (2012). Skin And Hair Diagnostic System. Sugnam: Aram Huvis Korea Ltd. Halaman. 1-10.
Ardhie, A.M. (2011). Radikal Bebas dan Peran Antioksidan dalam Mencegah Penuaan. Medicius. 24(1): 6-7.
Atmaja, N. S. (2009). Pengaruh Kosmetika Anti-Aging Wajah Terhadap Hasil Perawatan Kulit Wajah Pada Ibu-Ibu Guru SMK Negeri Karang anyar.
Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Halaman. 21.
Balsam, M.S. (1972). Cosmetic Sciense and Technology. Volume II. Edisi Kedua, New York: john Willey and Sons, Inc. Halaman 179-219.
Barel, A.O., Marc P., dan Howard, IM. (2009). Handbook of Cosmetic Sciense
and Technology. Edisi ketiga. New York: Informa Healthcare. Halaman.
291-295,473,628.
Daniel, A. (2016). Intensif Tanaman Semangka Tanpa Biji. Yogyakarta. Pustaka Baru Press. Halaman 52,64-66, 69,74-78.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman. 8.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman. 29.
Draelos, Z.D., dan Thaman, L.A. (2006). Cosmetic Formulstion of Skin
CareProduct. Volume 30. New York: Taylor and Francis Group.
Halaman. 167,174.
Ellis, H. L. (2010). Berpacu Melawan Usia Rahasia Awet Muda Tanpa Obat dan
Kosmetik. Yogyakarta: penerbit Andi. Hal. 5-6.
Hernani, dan Raharjo, M. 2005. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 8-12.
Jusuf, N.K. (2005). Kulit Menua. Majalah Kedokteran Nusantara. 38 (2): 186.
Kusantati, H. (2009). Tata Kecantikan Kulit. Jakarta: CV Arya Duta. Halaman 35,40.
Kusumadewi. (2002). Perawatan dan Tata rias Wajah Wanita Usia 40. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pestaka Utama. Halaman. 30.
Lieberman, Lachman, L., H.A, dan King, J.L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Edisi Ketiga, Terjemahan : S. Suyatmi,Universitas Indonesia
Press. Jakarta. Halaman .110, 1102-1105,1292.
Marlina, dan Kuncahyo. (2013). Optimasi Proporsi Asam Stearat dan
Trietanolamin Krim Tabir Surya Lapisan Putih Buah Semangka Secara SLD. Prosiding seminar. Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi.
Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Sciense. Edisi Pertama. Amsterdam: Elsevier Science. Halaman. 39-40, 460.
Muliyawan. D., dan Suriana. N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik. Jakartaa: Penerbit PT Elex Media Komputindo. Halaman. 14-17, 21,24-25,139-140.
Noormindhwati, L. (2013). Jurus Ampuh Melawan Penuaan Dini. Jakarta a: PT. Elex Komputindo. Halaman. 5.
Prajnanta. F. (2003). Agribisnis Semangka Non Biji. Jakarta. PT. Penebar Swadaya. Halaman. 1-3.
Prianto. J. (2014). Cantik Panduan Lengkap Merawat Kulit Wajah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman. 149.
Rawlins, EA. (2003). Bentleys of Pharmaceutics. Edisi Kedelapan belas. London: Baillierre Tindall. Halaman: 22.
Rochmatika, LD. (2012). Analisa kadar antioksidan pada masker wajah berbahan dasar lapisan putih kulit semangka (Citrullus vulgaris, Scrad). Prosiding
seminar nasional penelitian, pendidikan dan penerapan MIPA,
Universitas Negeri Yogyakarta. Halaman. 115-116.
Rostamailis. (2005). Perawatan Badan Kulit dan Rambut. Rineka Cipta, Jakarta. Halaman 75.
Rukmana, R. (1994). Budidaya Semangka Hibrida. Kanisius, Yogyakarta. Halaman 14-16.
Siswanto, FM., dan Pangkahila, A. (2014). Pelatihan Fisik seimbang Meningkatkan aktivitas Stem Cell Endogen untuk Anti Penuaan. Sport and Fitness Jounal. 2(1): 1-9.
Sulaiman TNS., dan Kuswahyuning, R. (2008). Teknologi & Formulasi Sediaan Semipadat. Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Halaman .73.
Syamsuni, HA. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman. 133.
Tranggono. R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman. 11-12,
21-23, 31, 76, 119.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian ini meliputi
penyiapan sampel, pembuatan sari kulit buah semangka merah dan kuning yang
dipekatkan, formulasi sediaan, homogenitas sediaan, penentuan tipe emulsi
sediaan, pengukuran pH sediaan, Penentuan stabilitas sediaan, uji iritasi terhadap
kulit sukarelawan, dan uji efek anti-aging pada manusia.
3.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pH meter, neraca
analitik, juicer, lumpang, stamfer, objek gelas, alat-alat gelas, cawan penguap,
penangas air, spatel, sudip, pot plastik, kertas perkamen, freeze dryer dan skin
analyzer (Aramo SG).
3.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : aquadest,
propilen glikol, natrium edetat, trietanol amin, vaselin, setil alkohol, asam stearat,
gliseril monostearat, butil hidroksi toluen, metil paraben, sari kulit putih
semangka yang telah dipekatkan, larutan dapar pH asam (4,0), larutan dapar pH
netral (7,01).
1. Wanita berbadan sehat
2. Usia antara 20-30 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit alergi
4. Bersedia menjadi sukarelawam
3.3.2 Suka relawan uji anti-aging
Sukarelawan yang digunakan dalam uji ini adalah 18 orang dengan kriteria
sebagai berikut:
1. Wanita berbadan sehat
2. Usia antara 20-30 tahun
3. Memiliki kulit punggung tangan yang kering dan berkerut karena terpapar sinar
matahari
4. Bersedia menjadi sukarelawan
3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel 3.4.1 Teknik pengumpulan sampel
Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa
membandingkan tumbuhan suatu daerah yang satu dengan yang lain. Sampel yang
digunakan adalah bagian putih dari kulit buah semangka merah dan semangka
kuning.
3.4.2 Pembuatan konsentrat sari lapisan putih semangka
Buah semangka merah dan juga kuning dikupas diambil bagian putih nya
kemudian ditimbang dan dicuci bersih, lalu dihaluskan menggunakan juicer. Sari
buah yang dihasilkan diukur volumenya kemudian dikeringkan dengan freeze
dryer sampai diperoleh konsentrat sari kulit semangka.
3.5.1 Formula dasar krim
Sediaan krim dibuat berdasarkan formula dasar sunblock yang
menggunakan tipe minyak dalam air (Mitsui, 1997):
R/ Aquadest 54,95%
Propilen glikol 7,0
Natrium edetat 0,05
Trietanol amin 1,0
Petrolatum 5,0
Setil alkohol 3,0
3.5.2 Formula modifikasi
Formula krim dimodifikasi dengan mengeluarkan bahan-bahan yang
berfungsi sebagai sunblock yaitu titanium oksida, oxibenzon, oktilmetoksinamat,
etil poliakrilat, dan squalen. Formulasi dasar krim sebagai berikut:
2%, 3% dan 4%. Formulasi dasar krim tanpa kosentrat sari semangka dibuat
sebagai blanko, sebagai baku pembanding digunakan krim anti-aging dari
pasaran. Rancangan formulasi dijelaskan sebagai berikut: (Tabel 3.1 dan Tabel
3.2).
Tabel 3.1 Formula dasar krim dengan konsentrat sari kulit buah semangka merah
Bahan Konsentrasi
(F0) (F1)SM (F2)SM (F3)SM (F4)
Tabel 3.2 Formula dasar krim dengan konsentrat sari kulit buah semangka kuning
Bahan Konsentrasi
(F0) (F1)SK (F2SK) (F3)SK (F4)
3.6 Cara Pembuatan
3.6.1 Cara pembuatan dasar krim
Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Bahan yang terdapat dalam
formula dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu fase minyak dan fase air. Fase
minyak terdiri dari vaselin, asam stearat, gliseril monostearat, dan setil alkohol
dilebur diatas penangas air dengan suhu 70º-75ºC. Setelah melebur, ditambahkan
butil hidroksi toluen kedalam fase minyak. Fase air yang terdiri dari larutan
nipagin, propilen glikol, natrium edetat, trietanol amin dan aquadest dimasukkan
kedalam beaker glass dengan diaduk homogen pada suhu 70ºC, Dimasukkan
kedalam lumpang panas fase minyak kemudian ditambahkan secara
perlahan-lahan fase air kedalamnya dengan pengadukan yang konstan pada suhu lebih
kurang 70ºC sampai diperoleh masa krim. Kemudian diuji pH dan tipe emulsi dari
dasar krim.
3.6.2 Cara pembuatan krim anti-aging dari konsentrat sari kulit buah semangka merah dan semangka kuning
Ditimbang masing-masing konsentrat sari kulit buah semangka merah dan
kuning dan juga dasar krim sesuai dengan Tabel 3.1 dan 3.2. Konsentrat sari kulit
buah semangka merah dan kuning yang telah ditimbang masing-masing digerus
didalam lumpang sampai halus, kemudian dilakukan penambahan dasar krim
sedikit demi sedikit didalam lumpang sambil lalu digerus secara perlahan sampai
bahan aktif tercampur rata dengan dasar krim. Setelah dasar krim dan konsentrat
3.7 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.7.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca, sediaan
harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar
(Ditjen. POM., 1979).
3.7.2 Penentuan tipe emulsi
Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim dilakukan dengan dua cara,
yaitu: Pengenceran fase dilakukan dengan mengencerkan 0,5 gram sediaan krim
dengan 25ml air dalam beaker gelas. Jika sediaan terdispersi secara homogen
dalam air, maka sediaan termasuk emulsi tipe m/a sedangkan jika sediaan tidak
terdispersi secara homogen dalam air, maka sediaan termasuk emulsi tipe a/m.
Pewarnaan dilakukan dengan menambahkan larutan metilen biru sebanyak 1
tetes pada 100 mg sediaan, lalu diaduk. Bila metilen biru tersebar merata bearti
sediaan tersebut emulsi tipe m/a, tetapi bila metilen biru tersebar tidak merata
bearti sediaan tersebut emulsi tipe a/m (Syamsuni, 2006).
3.7.3 Pengukuran pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat
terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar pH netral (pH
7,01), larutan dapar pH asam (pH 4,01), dan larutan Basa (pH 8,01) hingga alat
menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling,
lalu dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu di
timbang 1 gram sediaan dan dilarutkan ad 100 ml air suling. Kemudian elektroda
konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins,
2002).
3.7.4 Penentuan stabilitas
Pengujian stabilitas pada penelitian ini dilakukan pada suhu kamar selama
12 minggu. Pengamatan dilakukan pada saat sediaan telah usai dibuat,
penyimpanan 1,4,8 dan 12 minggu. Sediaan dari tiap formula dimasukkan dalam
pot plastik dan ditutup bagian atasnya. Parameter yang diamati berupa pemisahan
fase, perubahan warna, bau dari sediaan. Perubahan pH diamati saat sediaan telah
selesai dibuat, penyimpan 4, 8, 9, 10, 11, dan 12 minggu (Ansel, 2005).
3.8 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
Uji iritasi kulit ini dilakukan terhadap 6 orang dari 18 orang sukarelawan
pada anti-aging untuk formula F4 (krim 4%) dari konsentrat sari kulit putih
semangka merah dan juga kuning dengan cara mengoleskan sediaan pada kulit
lengan bawah sebanyak 3 kali sehari selama 2 hari berturut-turut (Wasitaatmadja,
1997; Tranggono dan Latifah, 2007).
3.9 Uji Efek Anti-aging
Uji aktivitas anti-aging pada 18 sukarelawan dan dibagi menjadi 6
kelompok yaitu:
a. Kelompok I : 3 orang untuk blanko (F0)
b. Kelompok II : 3 orang untuk krim 1% (F1)
Konsentrat sari buah semangka merah (tangan kanan)
Konsentrat sari buah semangka kuning (tangan kiri)
d. Kelompok IV : 3 orang untuk krim 3% (F3)
Konsentrat sari buah semangka merah (tangan kanan)
Konsentrat sari buah semangka kuning (tangan kiri)
e. Kelompok V : 3 orang untuk krim 4% (F4)
Konsentrat sari buah semangka merah (tangan kanan)
Konsentrat sari buah semangka kuning (tangan kiri)
f. Kelompok VI : 3 orang untuk krim pembanding (F5)
Semua sukarelawan diukur kondisi kulit awal yang meliputi : moisture
(kadar air), evennes (kehalusan kulit), pore (pori), spot (noda), dan wrinkle
(keriput), dengan menggunakan alat skin analyzer.
Sukarelawan kemudian melakukan pengolesan krim hingga merata pada
punggung tangan, untuk krim dioleskan berdasarkan kelompok yang telah
ditetapkan dimana pada saat pengolesan untuk krim dengan konsentrat sari kulit
buah semangka merah dioleskan pada tangan sebelah kanan, sedangkan untuk
krim dari sari kulit buah semangka kuning dioleskan pada tangan sebelah kiri.
Pengolesan dilakukan sebanyak 2 kali sehari setiap hari selama 4 minggu.
Perubahan kondisi kulit sukarelawan akan diukur setiap minggu dengan
menggunakan skin analyzer. Pengujian aktivitas anti-aging juga dilakukan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembuatan Konsentrat Sari Kulit Buah Semangka
Hasil kulit buah semangka merah yang diperoleh dari buah semangka merah
28 kg adalah sebanyak 11 kg dan sari nya sebanyak 5000 ml, kemudian sari kulit
buah semangka dikeringkan dengan freeze dryer dan diperoleh konsentrat sari
kulit buah semangka merah berwarna kuning kecoklatan sebanyak 13,38 g
sedangkan dari 25 kg buah semangka kuning diperoleh bagian putih nya sebanyak
8 kg dan sari nya sebanyak 4000 ml, dan konsentrat sari buah semangka kuning
bewarna hijau kecoklatan sebanyak 10,53 g.
4.2 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 4.2.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan
Uji homogenitas memberikan hasil krim yang homogen, tidak ada butiran
kasar, seperti yang terlihat pada Lampiran 10.
4.2.2 Penentuan tipe emulsi sediaan
Hasil penentuan tipe emulsi dengan mencampur metilen biru kedalam krim,
seperti terlihat pada Lampiran 11, metilen biru larut sewaktu diaduk menunjukkan
tipe emulsi minyak dalam air.
Menurut Syamsuni (2006), penentuan tipe emulsi dapat ditentukan dengan
pengenceran fase dan pewarnaan dengan metilen biru. Penentuan tipe emulsi
tipe emulsi sediaan krim dengan pengenceran fase menggunakan air dapat dilihat
pada Tabel 4.1 dan 4.2.
Tabel 4.1 Data hasil pengenceran fase menggunakan air krim konsentrat sari
kulit buah semangka merah
No Krim konsentrat sari buah semangka merah
Terdispersinya sediaan dalam air
Ya Tidak
Formulasi F0 : Blanko (dasar krim tanpa konsentrat sari kulit buah) Formulasi F1SM: Konsentrasi sari kulit buah semangka merah 1% Formulasi F2SM: Konsentrasi sari kulit buah semangka merah 2% Formulasi F3SM: Konsentrasi sari kulit buah semangka merah 3% Formulasi F4SM: Konsentrasi sari kulit buah semangka merah 4% Formulasi F5 : Sediaan krim m/a dipasaran (Olay)
Tabel 4.2 Data hasil pengenceran fase menggunakan air konsentrat sari kulit
buah semangka kuning No Krim konsentrat
sari buah semangka kuning
Terdispersinya sediaan dalam air
Ya Tidak
4.2.3 Pengukuran pH sediaan
pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. pH dari sari kulit
buah semangka yaitu 5,8.
Tabel 4.3 Data pengukuran pH sediaan krim konsentrat sari kulit buah semangka
merah selama penyimpanan 12 minggu
Waktu penyimpanan
(minggu)
Hasil Pengukuran pH rata-rata F0
Tabel 4.4 Data pengukuran pH sediaan krim konsentrat sari kulit buah semangka
kuning selama penyimpanan 12 minggu
Waktu penyimpanan
(minggu)
Hasil Pengukuran pH rata-rata F0
Formula F0 : Dasar krim (blanko)
Pengukuran pH sediaan dilakukan pada saat setelah selesai dibuat,
kemudian setelah penyimpanan 4, 8, 9, 10, 11, dan 12 minggu. Hasil pengukuran
pH tiap formula menunjukkan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi sari kulit
buah semangka pH sediaan semakin rendah, tetapi masih dalam rentang yang
diperbolehkan. Hasil pengukuran pH sediaan krim F0 (blanko), F1SM (krim1%),
F2SM (krim 2%), F3SM (krim 3%), dan F4SM (krim4%) untuk krim dengan
konsentrat sari kulit buah semangka merah mengalami penurunan dimana F0
sebagai blanko dari pH 5,8-5,7, F1SM (krim 1%)7,1, F2SM (krim 2%)
7,3-7,1, F3SM (krim 3%) 7,2-7,0, F4SM (krim 4%) 7,1-6,9. Sedangkan krim dengan
konsentrat sari kulit buah semangka kuning F1SK (krim 1%)7,2-7,1, F2SK (krim
2%) 7,2-7,0, F3SK (krim 3%) 7,1-6,9 dan F4SK (krim 4%) 7,0-6,8.Sedangkan
untuk krim pembanding olay tidak mengalami perubahan pH. Sediaan krim
setelah selesai dibuat dan juga setelah penyimpanan selama 12 minggu masih
memenuhi batas pH fisiologis kulit karena menurut Balsam (1972), pH sediaan
krim yang sesuai untuk pH kulit adalah antara 5 dan 8.
4.2.4 Penentuan stabilitas
Ketidakstabilan formulasi dapat dideteksi dalam beberapa hal dengan suatu
perubahan dalam penampilan fisik, warna, bau, rasa dan tekstur dari formulasi
tersebut. Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika semua atau
sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan membentuk suatu lapisan
yang berbeda pada permukaan atau dasar emulsi. Oleh sebab itu perlu dilakukan
uji evaluasi selama 3 bulan dan dianggap sebagai stabilitas minimum yang harus
Pengamatan dilakukan pada saat sediaan telah selesai dibuat, penyimpanan
1, 4, 8, 12 minggu pada suhu kamar. Parameter yang diamati berupa pemisahan
fase, warna, dan bau (Ansel, 2005).
Tabel 4.5 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim dari konsentrat sari
kulit buah semangka merah setelah selesai dibuat dan setelah penyimpanan 1,4, 8, dan 12 minggu
No Formula Pengamatan
Selesai
Tabel 4.6 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim dari konsentrat sari
kulit buah semangka kuning setelah selesai dibuat dan setelah penyimpanan 1,4, 8, dan 12 minggu
No Formula Pengamatan
Selesai
Formula F0 : Dasar krim (blanko)
Evaluasi stabilitas sediaan dilakukan selama penyimpanan 12 minggu
dengan pengamatan setelah 1, 4, 8, dan 12 minggu. Sediaan krim disimpan pada
suhu kamar dan diamati pemisahan fase, perubahan warna, dan bau. Hasil uji
menunjukkan bahwa sediaan krim yang mengandung konsentrat sari kulit buah
semangka merah dan konsentrat sari kulit buah semangka kuning dimana F0
(blanko), F1SM (krim 1%), F2SM (krim 2%), F3 SM (krim 3%), dan F4SM
(krim 4%), F0(blanko), F1SK (krim 1%), F2SK (krim 2%), F3 SK (krim 3%),
dan F4SK (krim 4%) dan F5( sebagai krim pembanding) stabil, tidak mengalami
perubahan warna, bau, maupun pemisahan fase. Hal ini menunjukkan bahwa
semua sediaan stabil selama penyimpanan 12 minggu sehingga semua krim
aman untuk digunakan.
4.3 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
Tabel 4.7 Data hasil uji iritasi krim semangka merah terhadap sukarelawan pada
24 dan 48 jam
Salah satu cara untuk menghindari terjadinya efek samping pada penggunaan
dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan krim setiap formula pada kulit
lengan bawah bagian sukarelawan dalam sebanyak 3 kali sehari dan diamati
perubahan yang terjadi pada kulit sukarelawan selama 2 hari.
Tabel 4.8 Data hasil uji iritasi krim semangka kuning terhadap sukarelawan
pada24 dan 48 jam
F4SK : Krim 4% dari konsentrat sari kulit buah semangka kuning F4SM : krim 4% dari konsentrat sari kulit buah semangka merah
Eritema Edema
Tidak eritema 0 Tidak edema 0
Sangat sedikit eritema 1 Sangat sedikit edema 1
Sedikit eritema 2 Sedikit edema 2
Eritema sedang 3 Edema sedang 3
Eritema sangat parah 4 Edema sangat parah 4
(Barel,et al., 2009)
Berdasarkan hasil uji iritasi terhadap sukarelawan sebanyak 6 orang
4.4 Hasil uji Efek Anti-aging krim konsentrat kulit buah semangka kuning 4.4.1 Kadar air (moisture)
Tabel 4.9 Hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kondisi awal sebelum
pemakaian dan setelah pemakaian krim selama 1, 2, 3, dan 4 minggu Semangka kuning
Formula Sukarelawan
Kadar air (%)
Normal 30-50; Dehidrasi 0-29; Hidrasi 51-100 ( Aramo, 2012) F0 : Dasar krim (blanko)
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture
checker yang terdapat pada perangkat alat skin analyzer Aramo. Berdasarkan hasil
pada Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa kondisi awal kadar air semua sukarelawan
adalah dehidrasi, selama pemakaian krim semua formula mengalami peningkatan
kadar air dari dehidrasi menjadi normal.
Gambar 4.1 Grafik persentase kadar air versus waktu pemakaian krim semangka
kuning
Setelah pemakaian selama 4 minggu hasil pengukuran kadar air pada
sukarelawan yang memakai krim formula F0, F1SK, F2SK, F3SK, F4SK, dan F5
mengalami peningkatan sebanyak 3%, 6%, 7%, 13% dan 10%. Pada sukarelawan
yang memakai krim dengan formula F4 SK memiliki kadar air yang lebih tinggi
dari pada sukarelawan yang memakai Formula F5 (krim pembanding Olay).
4.4.2 Kehalusan (evennes)
Tabel 4.10 Hasil pengukuran kehalusan (evennes) pada kondisi awal sebelum
pemakaian dan setelah pemakaian krim selama 1, 2, 3, dan 4 minggu
Formula Sukarelawan
Kehalusan
Normal 32-51; Halus 0-31; Kasar 52-100 ( Aramo, 2012) F0 : Dasar krim (blanko)
Pengukuran kehalusan kulit (evennes) menggunakan perangkat skin
analyzer menggunakan lensa perbesaran 60 kali dengan warna lampu sensor
berwarna biru. Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa kondisi awal kulit
untuk semua sukarelawan adalah normal.
Gambar 4.2 Grafik kehalusan kulit versus waktu pemakaian krim semangka
kuning
Pemakaian krim dengan konsentrat sari kulit buah semangka kuning selama
4 minggu kondisi kulit sukarelawan yang memakai krim formula F0 (blanko) dan
F1SK (krim 1%) tetap normal, sedangkan krim dengan formula F2 SK( krim 2%),
F3 SK ( krim 3%), F4 SK (krim 4%) dan F5 (krim pembanding olay) menjadi
halus. Berdasarkan grafik pada Gambar 4.2 menunjukkan adanya perubahan
4.4.3 Pori (Pore)
Tabel 4.11 Hasil pengukuran pori (pore) pada kondisi awal sebelum pemakaian
dan setelah pemakaian krim selama 1, 2, 3, dan 4 minggu
Formula Sukarelawan
Pori
Kecil 0 - 19; Beberapa besar 20-39; Sangat besar 40-100 ( Aramo, 2012) F0 : Dasar krim (blanko)
Pengukuran pori menggunakan perangkat skin analyzer sama dengan
pengukuran kehalusan yaitu dengan lensa perbesara 60 kali dan mode pembacaan
normal dengan warna lampu sensor berwarna biru, pada waktu melakukan analisa
kehalusan maka secara otomatis pengukuran pori ikut terbaca.
Gambar 4.3 Grafik pori versus waktu pemakaian krim semangka kuning
Berdasarkan Tabel 4.11 dan grafik pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa
kondisi kulit sukarelawan setelah pemakaian krim selama 4 minggu masing –
masing formula adalah F0 (blanko) kondisi awal pori dari beberapa besar masih
tetap besar, F1SK (krim 1%) dan F2 SK (krim 2%) kondisi awal pori sangat besar
masih tetap besar, sedangkan untuk formula F3 SK (krim 3%), F4 SK (krim 4%)
kondisi awal pori sangat besar menjadi beberapa besar, dan F5 (pembanding olay)
dari kondisi pori beberapa besar menjadi halus. Dari semua formula dapat dilihat
4.4.4 Banyaknya noda (spot)
Tabel 4.12 Hasil pengukuran banyaknya noda (spot) pada kondisi awal sebelum
pemakaian dan setelah pemakaian krim selama 1, 2, 3, dan 4 minggu
Formula Sukarelawan
Banyak noda
Sedikit 0 - 19; Beberapa noda 20-39; Banyak noda 40-100 (Aramo, 2012) F0 : Dasar krim (blanko)
Pengukuran banyaknya noda menggunakan perangkat skin analyzer
dengan lensa perbesaran 60 kali dengan warna lampu sensor jingga. Berdasarkan
Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa kondisi kulit pada awal dari semua sukarelawan
adalah banyak noda. , setelah pemakaian krim selama 4 minggu dari formula F0 (
blanko), F1SK (krim 1%), F2SK (krim2%), F3SK (krim 3%) masih tetap banyak
noda, sedangkan untuk formula F4SK (krim 4%) menjadi beberapa noda, dan F5
(krim pembanding) menjadi sedikit noda.
Gambar 4.4 Grafik banyak noda versus waktu pemakaian krim konsentrat sari
kulit semangka kuning
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.4 terlihat bahwa semua formula
mengalami peningkatan efektivitas, dimana dari grafik terlihat perbebedaan untuk
4.4.5 Keriput (wrinkle)
Tabel 4.13 Hasil pengukuran keriput (wrinkle) pada kondisi awal sebelum
pemakaian dan setelah pemakaian krim selama 1, 2, 3, dan 4 minggu
Formula Sukarelawan
Keriput
Tidak berkeriput 0 - 19; Berkeriput 20-52; Berkeriput parah 53-100 (Aramo, 2012)
F0 : Dasar krim (blanko)
Penggukuran keriput dengan menggunakan perangkat alat skin analyzer
menggunakan lensa perbesaran 10 kali dengan warna lampu sensor berwarna biru.
Berdasarkan Tabel 4.13 dan Gambar grafik 4.5 dapat dilihat bahwa kondisi awal
dari sukarelawan yang memakai formula F0, F1SK, F2SK, dan F5 adalah
berkeriput dan sukarelawan yang memakai formula F3SK dan F4SK adalah
berkeriput parah.
Gambar 4.5 Grafik keriput versus waktu pemakaian krim semangka kuning
. Kondisi kulit sukarelawan setelah pemakaian krim selama 4 minggu
memperlihatkan bahwa sukarelawan dengan formula F0 (blanko), F1SK (krim
1%) dan F2 SK (krim 2%) dari awal berkeriput masih tetap berkeriput , dan F3
SK (krim 3%) dari berkeriput parah menjadi berkeriput, F4 SK (krim4%) dan F5
(krim5%). dari berkeriput parah menjadi tidak berkeriput. Krim dengan formula
4.5 Hasil Uji Efek Anti-aging krim konsentrat kulit buah semangka merah 4.5.1 Kadar air (moisture)
Tabel 4.14 Hasil pengukuran kadar air (moisture)kondisi awal sebelum
pemakaian dan setelah pemakaian krim selama 1, 2, 3, dan 4 minggu Semangka merah
Formula Sukarelawan
Kelembaban (%)
Normal 30-50; Dehidrasi 0-29; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012) F0 : Dasar krim (blanko)
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture
checker yang terdapat pada pada perangkat alat skin analyzer Aramo. Berdasarkan
hasil pada Tabel 4.14 dan grafik pada Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa kondisi
awal kadar air semua sukarelawan adalah dehidrasi, selama pemakaian krim
selama 4 minggu semua formula mengalami peningkatan kadar air dari dehidrasi
menjadi normal.
Gambar 4.6 Grafik persentase kadar air versus waktu pemakaian krim semangka
merah
Hasil pengukuran kadar air pada sukarelawan yang memakai krim formula
4.5.2 Kehalusan (evennes)
Tabel 4.15 Hasil pengukuran kehalusan (evennes) pada kondisi awal sebelum
pemakaian dan setelah pemakaian krim selama 1, 2, 3, dan 4 minggu
Formula Sukarelawan
Kehalusan
Normal 32-51; Halus 0-31; Kasar 52-100 (Aramo, 2012) F0 : Dasar krim (blanko)
Pengukuran kehalusan kulit (evennes) dengan menggunakan perangkat
skin analyzer menggunakan lensa perbesaran 60 kali dengan warna lampu sensor
berwarna biru. Berdasarkan Tabel 4.15 dan grafik pada Gambar 4.7 dapat dilihat
bahwa kondisi awal kulit untuk semua sukarelawan adalah normal.
Gambar 4.7 Grafik kehalusan kulit versus waktu pemakaian krim semangka
merah
Setelah pemakaian krim dengan konsentrat sari kulit buah semangka
merah selama 4 minggu kondisi kulit sukarelawan yang memakai krim formula
F0 (blanko) dan F1SM (krim1%), F2SM( krim 2%), F3SM (krim 3%), tetap
normal, sedangkan F4SM (krim 4%) dan F5 (krim pembanding olay) menjadi
dan perubahan kondisi yang terbaik dapat dilihat pada formula F4SM dan F5
(krim pembanding) pada setiap minggunya.
4.5.3 Pori (Pore)
Tabel 4.16 Hasil pengukuran pori (pore) pada kondisi awal sebelum pemakaian
dan setelah pemakaian krim selama 1, 2, 3, dan 4 minggu
Formula Sukarelawan
Pori
Kecil 0 - 19; Beberapa besar 20-39; Sangat besar 40-100 ( Aramo, 2012) F0 : Dasar krim (blanko)
Pengukuran pori menggunakan perangkat skin analyzer sama dengan
pengukuran kehalusan yaitu dengan lensa perbesara 60 kali dengan warna lampu
sensor berwarna biru, pada waktu melakukan analisa kehalusan maka secara
otomatis pengukuran pori ikut terbaca.
Gambar 4.8 Grafik pori versus waktu pemakaian krim semangka merah
Berdasarkan Tabel 4.16 dan grafik pada Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa
kondisi kulit sukarelawan setelah pemakaian krim selama 4 minggu masing –
masing formula adalah F0 (blanko) kondisi awal pori dari beberapa besar masih
tetap besar, F1SM (krim 1%) dan F2SM (krim2%), F3SM (krim3%), F4SM
(krim4%) kondisi awal pori sangat besar menjadi beberapa besar, sedangkan
untuk F5(pembanding) dari kondisi pori beberapa besar menjadi halus.
Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa sukarelawan yang memakai krim
4.5.4 Banyaknya noda (spot)
Tabel 4.17 Hasil pengukuran banyaknya noda (spot) pada kondisi awal sebelu
pemakaian dan setelah pemakaian krim selama 1, 2, 3, dan 4 minggu
Formula Sukarelawan
Banyak noda
Sedikit 0 - 19; Beberapa noda 20-39; Banyak noda 40-100 (Aramo, 2012) F0 : Dasar krim (blanko)
Pengukuran banyaknya noda dengan menggunakan perangkat skin
analyzer dengan lensa perbesaran 60 kali dengan warna lampu sensor jingga.
Berdasarkan Tabel 4.17 dan grafik pada Gambar 4.9 dapat dilihat bahwa kondisi
kulit pada awal dari semua sukarelawan adalah banyak noda.
Gambar 4.9 Grafik banyaknya noda versus waktu pemakaian krim semangka
merah
setelah pemakaian krim selama 4 minggu untuk formula F0 (blanko) dari
banyak noda masih tetap sama, F1SM (krim 1%), F2SM (krim2%) , F3SM (krim
3% ), dan F4SM (krim 4%) dari banyak noda menjadi beberapa noda, sedangkan
F5 (krim pembanding) dari banyak noda menjadi sedikit noda. Berdasarkan hasil
diatas dapat dilihat bahwa adanya penurunan banyaknya noda untuk sukarelawan
yang memakai formula F1SM, F2SM, F3SM, dan F4SM, dan sukarelawan yang
4.5.5 Keriput (wrinkle)
Tabel 4.18 Hasil pengukuran keriput (wrinkle) pada kondisi awal sebelum
pemakaian dan setelah pemakaian krim selama 1, 2, 3, dan 4 minggu
Formula Sukarelawan
Keriput
Tidak berkeriput 0 - 19; Berkeriput 20-52; Berkeriput parah 53-100 (Aramo, 2012)
F0 : Dasar krim (blanko)
Penggukuran keriput dengan menggunakan perangkat alat skin analyzer
menggunakan lensa perbesaran 10 kali dengan warna lampu sensor berwarna biru.
Berdasarkan Tabel 4.18 dan grafik pada Gambar 4.10 dapat dilihat bahwa kondisi
awal dari sukarelawan yang memakai formula F0, F1SM, F2SM, dan F5 dalah
berkeriput dan sukarelawan yang memakai formula F3SM dan F4SM adalah
berkeriput parah.
Gambar 4.10. Grafik keriput versus waktu pemakaian krim semangka merah
Kondisi kulit sukarelawan setelah pemakaian krim selama 4 minggu
menyatakan bahwa sukarelawan dengan formula F0 (blanko), F1SM (krim 1%),
F2SM (krim 2%) dari awal berkeriput masih tetap berkeriput, dan F3SM (krim
3%), F4SM (krim 4%) dari berkeriput parah menjadi berkeriput dan F5 (krim
5%). dari berkeriput parah menjadi tidak berkeriput. Dari hasil diatas dapat dilihat
bahwa sukarelawan yang memakai krim dengan formula F5 menunjukkan hasil
4.6 Perbandingan efek anti-Aging dari krim konsentrat sari kulit buah semangka merah dan kuning
Krim dari konsentrat sari kulit buah semangka merah Formula F1SM,
F2SM, F3SM dan F4SM dan semangka kuning Formula F1SK, F2SK, F3SK dan
F4SK menunjukkan adanya peningkatan efektifitas anti-aging masing masing
krim pada 4 minggu pemakaian disetiap krim yang diuji pada sukarelawan
sebanyak 18 orang. Krim dengan Formula F4 (krim 4%) dari kosentrat sari kulit
buah semangka merah dan kuning menunjukkan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan krim Formula F1(1%), F2,(2%) dan F3(3%).
Pada Pengujian kadar air kulit sukarelawan setelah pemakaian 4 minggu
krim dengan formula F4(4%) konsentrat sari kulit buah semangka merah memiliki
persentase peningkatan sebanyak 11% dan krim dengan konsentrat sari kulit buah
semangka kuning memiliki persentase peningkatan persentase yang lebih baik
dari pada krim dengan konsentrat sari kulit buah semangka merah yaitu sebanyak
13%. Bedasarkan hasil analisis data secara statistik dengan menggunakan uji one
way anova masing masing sediaan krim baik krim yang mengandung konsentrat
sari kulit buah semangka merah dan juga krim yang mengandung sari kulit buah
semangka kuning menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antar kedua
krim pada hasil pemakaian keseluruhan keduanya selama 4 minggu pemakaian
(P<0,05), tetapi menunjukkan perbedaan yang signifikan antar Formula dari
masing-masing krim keduanya pada pemakaian setelah 2,3 dan 4 minggu
Tabel 4.19 Perbandingan hasil pengukuran kadar air dikulit pemakaian krim
konsentrat sari kulit buah semangka merah dan kuning setelah 4 minggu
Kondisi awal
Pengukuran kadar air setelah pemakaian 4
minggu
Kondisi awal
Pengukuran kadar air setelah pemakaian 4
minggu
F1 SM : Krim konsentrat sari buah semangka merah 1% F1 SK : Krim konsentrat sari buah semangka kuning 1% F2 SM : Krim konsentrat sari buah semangka merah 2% F2 SK : Krim konsentrat sari buah semangka kuning 2% F3 SM : Krim konsentrat sari buah semangka merah 3% F3 SK : Krim konsentrat sari buah semangka kuning 3% F4 SM : Krim konsentrat sari buah semangka merah 4% F4 SK : Krim konsentrat sari buah semangka kuning 4% F5 : Krim pembanding (Olay)
Berdasarkan hasil perbandingan pada tabel 4.19 dapat dilihat bahwa krim
Tabel 4.20 Perbandingan hasil pengukuran Kehalusan kulit pemakaian krim
konsentrat sari kulit buah semangka merah dan kuning setelah 4 minggu
Kondisi awal
Pengukuran kehalusan kulit Setelah pemakaian
4 minggu
Kondisi awal
Pengukuran kehalusan kulit Setelah pemakaian
4 minggu
Semangka Merah Semangka Kuning
F0
F1 SM : Krim konsentrat sari buah semangka merah 1% F1 SK : Krim konsentrat sari buah semangka kuning 1% F2 SM : Krim konsentrat sari buah semangka merah 2% F2 SK : Krim konsentrat sari buah semangka kuning 2% F3 SM : Krim konsentrat sari buah semangka merah 3% F3 SK : Krim konsentrat sari buah semangka kuning 3% F4 SM : Krim konsentrat sari buah semangka merah 4% F4 SK : Krim konsentrat sari buah semangka kuning 4% F5 : Krim pembanding (Olay)
Pada Tabel 4.20 Berdasarkanhasil uji kehalusan kulit sukarelawan selama
pemakaian 4 minggu krim dengan konsentrat sari kulit buah semangka merah
menunjukkan hasil yang sama dengan semangka kuning yaitu dari normal
Tabel 4.21 Perbandingan pengukuran besar Pori dikulit pemakaian krim
konsentrat sari kulit buah semangka merah dan kuning setelah 4 minggu
Kondisi awal
Pengukuran besar nya pori Setelah pemakaian
4 minggu
Kondisi awal
Pengukuran besar nya pori Setelah pemakaian
4 minggu
Semangka Merah Semangka Kuning
F0 Beberapa besar
F3 SM Beberapa besar
F4 SM
semangka merah dan kuning menunjukkan hasil yaitu sangat besar menjadi
beberapa besar.
Tabel 4.22 Perbandingan pengukuran Banyak Noda pada kulit pemakaian krim
konsentrat sari kulit buah semangka merah dan kuning setelah 4 minggu
Kondisi awal
Pengukuran banyak nya noda Setelah pemakaian 4 minggu
Kondisi awal
Pengukuran banyak nya noda Setelah pemakaian
4 minggu
Semangka Merah Semangka Kuning
F0 Beberapa noda
F2 SK Beberapa noda
F4 SK
Pada Tabel 4.22 Pada uji banyak noda setelah pemakaian selama 4 minggu
menunjukkan hasil yang sama krim Formula F4 dari konsentrat sari kulit buah
semangka merah dan kuning yaitu dari banyak noda menjadi beberapa noda.
Tabel 4.23 Perbandingan pengukuran Keriput dikulit pemakaian krim kosentrat
sari kulit buah semangka merah dan kuning setelah 4 minggu
Kondisi awal
Pengukuran keriput Setelah pemakaian 4
minggu
Kondisi awal
Pengukuran keriput setelah pemakaian 4
minggu
Semangka Merah Semangka Kuning
F0
Pada Tabel 4.23 Pada pengujian keriput setelah pemakaian selama 4
minggu untuk krim dengan konsetrat sari kulit buah semangka merah
menunjukkan hasil dari berkeriput parah menjadi berkeriput, sedangkan krim
dengan konsentrat sari kulit buah semangka kuning menunjukkan hasil yang lebih
baik dimana dari berkeriput parah menjadi tidak berkeriput, dari hasil analisis data
secara statistik dengan menggunakan uji One Way Annova menunjukkan adanya
perbedaan pada krim kosentrat sari kulit buah semangka merah dan kuning,
dengan pemakaian krim dari konsentrat sari kulit buah semangka kuning selama
1,2,3, dan 4 minggu ada perbedaan yang signikan antar formula(P<0,05),
sedangkan krim dengan konsentrat sari kulit buah semangka merah menunjukkan
adanya perbedaan signifikan antar formula pada pemakaian 2,3 dan 4 minggu
(P<0,05).
Dari hasil pengujian dimana parameter kondisi kulit awal dan setelah
pemakaian 4 minggu menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar
formula secara statistik (P<0,05) dengan metode One Way Annova. Perbedaan ini
menunjukkan adanya perubahan kondisi menjadi lebih baik dari sebelum
pemakaian krim dari konsentrat sari kulit buah semangka merah dan kuning.
Dari hasil pengujian dapat terlihat bahwa krim dengan konsentrat sari kulit
buah semangka kuning dan merah memberikan efek anti-aging yang baik hal ini
dikarenanakan kandungan antioksidan likopen dan juga betakaroten yang
terdapat pada masing- masing kulit buah sehingga dapat dimanfaatkan untuk
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Konsentrat sari kulit buah semangka merah dan kuning dapat diformulasikan
dalam sediaan krim anti-aging.
b. Formula F4SK (4%) krim konsentrat sari kulit buah semangka kuning
menunjukkan efektifitas anti-aging yang terbaik dibandingkan dengan
Formula F4SM (4%) krim konsentrat sari kulit buah semangka merah.
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan pengujian kadar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anti Penuaan ( Anti-aging )
Anti-aging atau anti penuaan adalah produk kosmetik yang digunakan
secara topikal yang mampu mengobati/menghilangkan gejala yang disebabkan
oleh sinar UV atau disebut photoaging pada kulit atau produk yang dapat
mengurangi/memperlama timbulnya gejala-gejala photoaging (Barel, et al.,2009).
Fungsi dan manfaat anti-aging
Berikut ini adalah beberapa fungsi dan manfaat dari produk anti-aging
menurut Muliyawan dan Suriana (2013) :
1. Fungsi anti-aging
a. Menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit.
b. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit.
c. Menjaga kelembaban dan elastisitas kulit.
d. Merangsang produksi kolagen.
2. Manfaat anti-aging
a. Mencegah kulit dari kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit
terlihat kusam dan keriput.
b. Kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda.
2.2 Penuaan Dini
Penuaan adalah suatu proses alami yang mengarah pada kehilangan
integritas struktual dan fungsi fisiologis dari kulit. Penuaan biologis secara
definisi tidak dapat dihindari oleh pengaruh waktu biologis pada kulit, yang tidak
dipengaruhi oleh paparan sinar matahari berulang (Barel, et al., 2009).
Penuaan merupakan proses yang alamiah dan tidak ada seorang pun yang
dapat menghindarinya. Seiring bertambahnya usia, maka tanda-tanda penuaan
pada wajah mulai bermunculan. Seperti munculnya kerutan atau garis-garis halus
yang muncul diarea sudut mata, kening, dan sekitar bibir. Bila garis-garis halus
disana mulai muncul, maka menjadi petunjuk bahwa wajah membutuhkan
perawatan yang lebih (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Terjadinya kerut atau keriput disebabkan oleh berkurangnya ketebalan
dermis sebanyak 20% pada orang tua berkaitan dengan hilangnya serat elastin dan
kolagen. Kolagen dan elastin adalah komponen utama lapisan dermis. Hilangnya
serat-serat ini berdampak buruk terhadap kelembaban dan ketegangan kulit
sehingga meninmbulkan kerut atau keriput (Atmaja, 2009).
Proses penuaan kulit pada dasarnya ada dua macam, yaitu (Muliyawan dan
Suriana, 2013) :
1. Penuaan kronologi (chonological aging )
Penuaan kronologi terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Proses ini
Perubahan ini ditandai oleh berkurangnya kelenjar minyak, kulit tampak
kering, munculnya kerutan dan bintik-bintik hitam tanda penuaan.
2. Paparan cahaya (photoaging)
Photoaging terjadi karena berkurangnya kolagen dan serat elastis kulit akibat
paparan sinar ultraviolet. Kolagen adalah komposisi utama lapisan kulit
dermis (lapisan bawah dermis). Lapisan dermis merupakan lapisan kulit yang
berperan untuk bertanggung jawab pada sifat elastisitas dan halusnya kulit.
Kedua sifat ini merupakan kunci suatu kulit disebut indah dan awet muda.
Apabila produksi kolagen menurun pada lapisan dermis kulit, maka kulit
akan terlihat kering dan tidak elastis lagi.
Beberapa kasus penuaan terjadi begitu cepat, dimana tanda – tanda
penuaan mulai tampak pada usia yang relatif muda sekitar 20 tahun. Proses
penuaan yang berlangsung lebih cepat dari yang seharusnya ini dikenal dengan
penuaan dini. Penuaan dini ini disebabkan oleh 2 faktor yaitu: (Muliyawan dan
Suriana, 2013).
1. Faktor internal , diantaranya yaitu genetik, asupan nutrisi yang kurang, dan
sakit berkepanjangan.
2. Faktor eksternal, diantaranya yaitu polusi, asap rokok, sinar matahari, dan efek
dari gaya hidup tidak sehat.
2.2.1 Tanda-tanda penuaan dini
Ciri – ciri fisik penuaan dini menurut Noormindhawati 2013 adalah:
Seiring bertambahnya usia jumlah kolagen dan elastin kulit semakin
berkurang, akibatnya kulit kehilangan elastisitasnya sehingga tampak
keriput dan mengendur.
2. Muncul age spot ( noda hitam )
Muncul diarea yang sering terpapar sinar matahari seperti wajah, lengan,
dan tangan.
3. Kulit kasar
Rusaknya kolagen dan elastin akibat sinar matahari membuat kulit
menjadi kering dan kasar.
4. Pori – pori membesar
Akibat penumpukan sel kulit mati, pori- pori menjadi membesar.
2.2.2 Proses terjadinya penuaan dini
Paparan sinar matahari yang berlebihan merupakan salah satu faktor
penyebab menurunnya produksi kolagen dalam dermis kulit, karena paparan sinar
matahari yang berlebih pada kulit menyebabkan munculnya enzim proteolisis dari
radikal bebas yang terbentuk. Enzim inilah yang selanjutnya akan merusak kulit,
menghancurkan kolagen, dan jaringan penghubung yang ada dibawah kulit
dermis. Akibatnya, paparan cahaya UV yang berlebih akan menyebabkan proses
penuaan pada kulit berlangsung lebih cepat (Muliyawan dan suriana, 2013).
Fitur karakteristik dari penuaan kulit adalah kemampuan untuk regenerasi
kulit yang menurun. Pergantian epidermis membutuhkan 28 hari pada kulit
2.2.3 Pencegahan penuaan dini
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah proses penuaan yang
berlangsung lebih cepat dari pada semestinya sebagai berikut (Prianto, 2014 ):
a. Bagi yang memiliki tipe kulit kering lebih baik menggunakan pelembab.
Pelembab akan melindungi tekstur dan elastisitas kulit.
b. Menghindari paparan langsung sinar matahari dan menggunakan losion
atau krim tabir surya yang memiliki SPF.
c. Menghindari kebiasaan merokok atau berada dilingkungan sekitar yang
penuh dengan asap rokok. Asap rokok bisa menyebabkan kulit kering dan
kusam.
d. Menghindari konsumsi alkohol. Efek dari alkohol yang menarik air dari
dalam tubuh akan menyebabkan kekeringan pada kulit.
e. Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C dan E yang saat ini
sangat populer sebagai anti-aging dan konsumsi air minum yang cukup.
f. Beristirahat dengan cukup dan menghindari tidur melewati tengah malam.
Seperti organ lainnya, kulit juga butuh istirahat dan membentuk sel baru.
g. Menghindari mengerutkan wajah karena ekspresi ini akan membentuk
garis yang permanen mnejelang umur 45 tahun. Biasanya ditemui garis
ekspresi pada derah dahi karena pengaruh ekspresi dari bagian alis mata
kearah atas.
2.3 Antioksidan
Antioksidan adalah salah satu senyawa yang dapat menetralkan dan
mengurangi terjadinya kerusakan sel, seperti penuaan dini (Heranani dan Raharjo,
2005). Radikal bebas menyerang membran dan merusak sel dimana dibutuhkan
sistem kekebalan tubuh untuk melawannya. Jika pembentukan radikal bebas dan
penyerangannya tidak dikendalikan maka dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan sel. Kerusakan sel akibat radikal bebas ini dapat diamati secara fisik,
diantaranya seperti kulit kering, suram, kendur, dan kurangnya kekenyalan.
(Daniel, 2012)
Ada tiga macam mekanisme kerja antioksidan pada radikal bebas, yaitu
- Antioksidan primer
Mampu mengurangi pembentukan radikal bebas baru dengan cara
memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi lebih stabil.
- Antioksidan sekunder
Berperan mengikat radikal bebas dan mencegah amplifikasi senyawa
radikal. Beberapa contohnya vitamin A (betakaroten), vitamin C, vitamin
E, dan senyawa fitokimia.
- Antioksidan Tersier
Berperan dalam mekanisme biomolekuler seperti memperbaiki kerusakan
sel dan jaringan yang disebabkan radikal bebas.
2.4 Kulit
Kulit merupakan bagian tubuh utama yang diperhatikan dalam kecantikan
lemaknya dan 4 kg tanpa lemaknya atau 16% dari berat badan seseorang
(Kusantati, 2009).
Secara umum kulit mempunyai berbagai fungsi, antara lain sebagai alat
proteksi tubuh dari benda luar, untuk melakukan absorbsi, antara lain absorbsi air,
,mineral, dan cahaya; alat ekskresi, untuk membantu pengaturan suhu tubuh;
tempat terjadinya pembentukan pigmen; tempat terjadinya proses pembentukan
vitamin D; dan tempat terjadinya keratinisasi atau pengelupasan kulit mati dan
pembentukan sel kulit baru (Ellis, 2010).
2.4.1 Struktur kulit
Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu:
1. Kulit ari (epidermis )
Kulit epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling sangat
diperhatikan dalam perawatan kulit. Ketebalan epidermis pada bagian tubuh
berbeda-beda, yang paling tebal terletak pada telapak tangan dan kaki dan yang
paling tipis terletak pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut.
Pada kulit epidermis terdapat 5 lapisan yaitu :
a. Lapisan tanduk ( stratum corneum )
Merupakan lapisan epidermis paling atas terdiri dari sel pipih, tidak
memiliki inti, tidak berwarna dan sedikit mengandung air.
b. Lapisan bening ( stratum lucidum )
Lapisan ini terletak dibawah lapisan tanduk dan dianggap sebagai
c. Lapisan berbutir ( stratum granulosum )
Tersusun oleh lapisan sel – sel berbentuk gumparan yang mengandung
butir-butir dalam protoplasma.
d. Lapisan bertaju ( stratum spinosum )
Sering disebut juga lapisan malphigi terdiri dari sel-sel yang saling
berhubungan dengan perantara jembatan protoplasma. Diantara sel-sel taju
terdapat celah antar sel halus yang berguna untuk peredaran cairan
jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir melanin.
e. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale )
Merupakan lapisan paling bawah epidermis dibentuk oleh satu baris sel,
didalam lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas
atau melanosit ) pembuat pigmen melanin kulit (Kusantati, 2009).
2. Lapisan dermis, Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal
dari pada epidermis terbentuk oleh jaringan elastik dan fibrosa padat dengan
elemen selular, kelenjar, dan rambut. Lapisan ini terdiri atas :
a. Pars papilaris, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah.
b. Pars retikuler, yaitu bagian bawah dermis yang berhubungan dengan
subkutis, terdiri atas serabut penunjang kolagen, elastin dan retikulin
(Wasitaatmadja, 1997).
3. Lapisan subkutan /hipodermis
benturan organ-organ tubuh bagian dalam serta berperan pula dalam pengaturan
suhu tubuh (Kusantati, 2009).
2.4.2 Fungsi kulit
Kulit memiliki berbagai fungsi bagi tubuh, diantaranya adalah (Muliyawan
dan Suriana, 2013):
1. Proteksi (pelindung)
Kulit berfungsi untuk melindungi organ-organ tubuh dari pengaruh lingkungan
luar. Misalnya sinar matahari, zat-zat kimia, perubahan suhu, dan lain-lain.
2. Thermoregulasi (menjaga keseimbangan temperatur tubuh)
Kulit akan menjaga suhu tubuh agar tetap optimal. Keringat yang keluar saat
suhu udara panas berfungsi untuk mendinginkan tubuh. Keluarnya keringat
adalah salah satu mekanisme tubuh untuk menjaga stabilitas temperatur.
3. Organ sekresi
Kulit juga berfungsi sebagai organ untuk melepaskan kelebihan air dan
zat-zat lainnya, seperti NaCl, amonia, dan lain-lain.
4. Persepsi sensoris
Sebagai alat peraba, kulit akan bereaksi pada perbedaan suhu, sentuhan, rasa
sakit, dan tekanan.
5. Absorpsi
Beberapa zat tertentu bisa diserap masuk kedalam tubuh melalui kulit.
2.4.3 Jenis kulit
Menurut Wasitaatmadja (1997), ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit