• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi dan Uji Efektivitas Krim Anti-aging dari Konsentrat Sari Kulit Buah Semangka Merah(Citrullus lanatus Thunb) dan Semangka Kuning (Citrullus lanatus Thunb)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi dan Uji Efektivitas Krim Anti-aging dari Konsentrat Sari Kulit Buah Semangka Merah(Citrullus lanatus Thunb) dan Semangka Kuning (Citrullus lanatus Thunb)"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Lampiran 3. Contoh surat pernyataan sukarelawan

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama lengkap :

Umur :

Alamat :

Telah mendapat penjelasan secukupnya bahwa tangan saya akan digunakan

sebagai daerah yang akan dianalisis. Setelah mendapat penjelasan secukupnya

tentang manfaat penelitian ini maka saya menyatakan SETUJU untuk ikut serta

dalam penelitian ULLA DWI MUGHNY dengan judul “FORMULASI DAN UJI

EFEKTIVITAS KRIM ANTI-AGING DARI KONSENTRAT SARI KULIT

BUAH SEMANGKA MERAH (Citrullus lanatus Thunb.) DAN SEMANGKA

KUNING (Citrullus lanatus Thunb.)”, sebagai usaha untuk mengetahui apakah

sediaan krim yang dihasilkan mampu memberikan efek anti penuaan . Saya

menyatakan sukarela dan bersedia untuk mengikuti prosedur penelitian yang telah

ditetapkan.

Persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Peneliti , Medan, Desember 2015

(4)

Lampiran 4. Gambar buah semangka

A

B

Keterangan:

(5)
(6)

Lampiran 6. Gambar konsentrat sari kulit buah semangka

A

B

Keterangan :

(7)

Lampiran 7. Gambar alat yang digunakan

A B

C

Keterangan:

(8)

Lampiran 7. (Lanjutan)

D

E F

Keterangan :

D : Gambar alat Freezz dryer E : Gambar pH meter

(9)

Lampiran 8. Gambar sediaan krim anti aging dari kosentrat kulit buah semangka

merah

A

B

Keterangan :

A : Gambar sediaan krim anti aging semangka merah selesai pembuatan B : Gambar sediaan krim anti aging semangka merah sesudah penyimpanan

12 minggu

(10)

Lampiran 9. Gambar sediaan krim anti aging dari kosentrat kulit buah semangka

kuning

A

B

Keterangan :

A : Gambar sediaan krim anti aging semangka kuning selesai dibuat

B : Gambar sediaan krim anti aging semangka kuning penyimpanan 12 minggu

(11)

Lampiran 10. Gambar uji homogenitas

A

B

Keterangan:

A : Gambar uji homogenitas krim semangaka merah B : Gambar uji homogenitas krim semangaka kuning F0 : Blangko (dasar krim tanpa sampel)

(12)

Lampiran 11. Uji tipe emulsi dengan pewarnaan metilen biru

A

B

Keterangan:

A : Gambar uji tipe emulsi krim semangka merah B : Gambar uji tipe emulsi krim semangka kuning F0 : Blangko (dasar krim tanpa sampel)

(13)

Lampiran 12. Gambar tangan sukarelawan

A

(14)

Lampiran 13. Skema pembuatan krim

Diuji tipe emulsi

Diuji stabilitas selama 12 minggu Bahan -Bahan

Konsentrat kulit buah semangka yang dipekatkan

Krim dari kosentrat kulit buah semangka

(15)

Lampiran 14. Hasil pengukuran menggunakan skin analyzer

Semangka kuning

• Kadar air Minggu awal

Pemakaian 1 minggu

Pemkaian 2 minggu

(16)

Lampiran 14. (Lanjutan)

• Kehalusan dan pori

Kondisi awal

Pemakaian 1 minggu

Pemakaian 2 minggu

(17)

Lampiran 14. (Lanjutan)

Pemakaian 4 minggu

• Spot

Kondisi awal

Pemakaian 1 minggu

(18)

Lampiran 14. (Lanjutan)

Pemakaian 3 minggu

Pemakaian 4 minggu

• Keriput

Kondisi awal

(19)

Lampiran 14. (Lanjutan)

Pemakaian 2 minggu

Pemakaian 3 minggu

(20)

Lampiran 15. Hasil pengukuran menggunakan skin analyzer

Semangka merah

• Kadar air

Kondisi awal

Pemakaian 1 minggu

Pemakaian 2 minggu

Pemakaian 3 minggu

(21)

Lampiran 15. (lanjutan)

• Kehalusan dan pori

Kondisi awal

Pemakaian 1 minggu

Pemakaian 2 minggu

(22)

Lampiran 15. (lanjutan)

Pemakaiaan 4 minggu

Spot

Kondisi awal

Pemakaian 1 minggu

(23)

Lampiran 15. (Lanjutan)

Pemakaian 3 minggu

Pemakaian 4 minggu

• Keriput

Kondisi awal

(24)

Lampiran 15. (Lanjutan)

Pemakaian 2 minggu

Pemakaian 3 minggu

(25)

Lampiran 16. Data hasil uji statistik

Kelembaban semangka kuning

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test minggu_a

wal minggu_I minggu_II

minggu_II I

minggu_I V

N 18 18 18 18 18

(26)

Lampiran 16. (Lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

minggu_I

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(27)

Lampiran 16. (lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. minggu_IV

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Kehalusan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

minggu_

awal minggu_I minggu_II minggu_III minggu_IV

N 18 18 18 18 18

Normal Parametersa,,b Mean 42.5000 38.7778 36.1667 34.0556 31.4444 Std.

Deviation

2.54951 1.69967 2.09341 3.18955 4.07607

(28)

Lampiran 16. (lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. minggu_I

(29)

Lampiran 16. (Lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Lampiran16. (lanjutan)

minggu_III

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

minggu_IV

(30)

Lampiran 16. (Lanjutan)

Besar pori

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test minggu_

awal

minggu_

I minggu_II minggu_III minggu_IV

N 18 18 18 18 18

Normal Parametersa,,b Mean 42.5000 39.4444 37.0556 34.2222 32.2222

Std. Deviation 6.12853 7.27787 7.54182 8.79542 9.47166 Most Extreme Differences Absolute .160 .141 .176 .167 .186 Positive .160 .141 .176 .100 .124 Negative -.111 -.104 -.170 -.167 -.186

Kolmogorov-Smirnov Z .681 .596 .747 .708 .787

Asymp. Sig. (2-tailed) .743 .869 .632 .697 .565

. Test distribution is Normal.

ANOVA

minggu_III Between Groups 1143.778 5 228.756 16.022 .000

(31)

Lampiran 16. (Lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

minggu_II

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

minggu_III

(32)

Lampiran 16. ( Lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Banyak Noda

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test minggu_

awal minggu_I minggu_II minggu_III

minggu_I V

N 18 18 18 18 18

Normal Parametersa,,b Mean 56.2222 50.1111 44.2222 38.0000 32.6111 Std.

Deviation

9.38431 9.54795 8.66742 9.15873 10.61153

Most Extreme Differences Absolute .147 .171 .126 .136 .119 Positive .147 .171 .087 .115 .119 Negative -.096 -.070 -.126 -.136 -.093

Kolmogorov-Smirnov Z .624 .727 .533 .576 .505

Asymp. Sig. (2-tailed) .831 .666 .939 .894 .960

(33)

Lampiran 16. (Lanjutan)

ANOVA

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

minggu_awal Between Groups 1165.778 5 233.156 8.444 .001

(34)

Lampiran 16. (Lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(35)

Lampiran 16. (Lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Keriput

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test minggu_a

Normal Parametersa,,b Mean 49.4444 43.1111 38.2222 31.6667 26.3889 Std. Deviation 5.74172 5.07461 6.29244 9.38710 11.28841 Most Extreme Differences Absolute .167 .223 .216 .172 .139 Positive .142 .124 .124 .114 .114 Negative -.167 -.223 -.216 -.172 -.139

Kolmogorov-Smirnov Z .707 .945 .916 .728 .589

Asymp. Sig. (2-tailed) .699 .334 .371 .665 .879

(36)

Lampiran 16. (lanjutan )

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(37)

Lampiran 16. (Lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

minggu_III

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

minggu_IV

(38)

Lampiran 16. Data hasil uji statistik

Kelembapan semangka merah

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

minggu_

awal minggu_I minggu_II minggu_III minggu_IV

N 18 18 18 18 18

Normal Parametersa,,b Mean 26.7778 29.5556 30.8889 32.3889 33.3333 Std.

Deviation

2.26367 1.19913 1.74521 2.22655 2.74398

Most Extreme Differences Absolute .206 .200 .250 .178 .242

Positive .163 .189 .250 .178 .242 Negative -.206 -.200 -.165 -.157 -.131

Kolmogorov-Smirnov Z .873 .849 1.062 .755 1.027

Asymp. Sig. (2-tailed) .431 .467 .209 .618 .242

a. Test distribution is Normal.

(39)

Lampiran 16. (Lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. minggu_I

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. minggu_II

(40)

Lampiran 16. (Lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. minggu_IV

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Kehalusan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test minggu_

awal minggu_I minggu_II minggu_III minggu_IV

N 18 18 18 18 18

Normal Parametersa,,b Mean 41.8333 38.7778 36.5000 34.2222 32.1111 Std.

Deviation

2.03643 1.35280 2.17607 3.20946 4.44428

Most Extreme Differences Absolute .214 .232 .144 .182 .143 Positive .214 .128 .144 .182 .143 Negative -.190 -.232 -.144 -.103 -.135

Kolmogorov-Smirnov Z .909 .984 .609 .772 .607

(41)

Lampiran 16. (Lanjutan)

(42)

Lampiran 16. (lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(43)

Lampiran 16. (Lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Bear pori

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test minggu_a

wal minggu_I minggu_II minggu_III minggu_IV

N 18 18 18 18 18

Normal Parametersa,,b Mean 40.7222 38.0000 35.9444 33.1667 31.9444 Std.

Deviation

3.37474 4.28403 5.21843 6.87065 7.95925

Most Extreme Differences Absolute .092 .203 .262 .161 .213 Positive .087 .116 .125 .115 .156 Negative -.092 -.203 -.262 -.161 -.213

Kolmogorov-Smirnov Z .390 .863 1.110 .682 .904

Asymp. Sig. (2-tailed) .998 .446 .170 .741 .388

(44)

Lampiran 16. (Lanjutan)

(45)

Lampiran 16. (Lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

minggu_III

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(46)

Lampiran 16. (Lanjutan)

Banyak noda

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test minggu_

awal minggu_I minggu_II minggu_III minggu_IV

N 18 18 18 18 18

Normal Parametersa,,b Mean 52.5000 47.5556 42.3333 37.9444 33.0556

Std. Deviation

7.14760 6.51895 7.69262 8.74120 10.58007

Most Extreme Differences Absolute .083 .139 .175 .125 .151 Positive .071 .139 .175 .125 .151 Negative -.083 -.116 -.158 -.089 -.147

Kolmogorov-Smirnov Z .354 .592 .741 .529 .639

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 .875 .642 .942 .809

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

ANOVA

minggu_III Between Groups 1053.611 5 210.722 10.307 .001 Within Groups 245.333 12 20.444

Total 1298.944 17

minggu_IV Between Groups 1771.611 5 354.322 32.375 .000 Within Groups 131.333 12 10.944

(47)

Lampiran 16. (Lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(48)

Lampiran 16. (Lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

minggu_IV

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Keriput

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test minggu_

awal minggu_I minggu_II minggu_III minggu_IV

N 18 18 18 18 18

Normal Parametersa,,b Mean 48.4444 42.3333 38.4444 32.8889 28.9444

Std. Deviation

6.62635 4.95865 6.50088 9.22203 11.54262

Most Extreme Differences Absolute .172 .138 .201 .171 .169 Positive .138 .138 .131 .109 .096 Negative -.172 -.133 -.201 -.171 -.169

Kolmogorov-Smirnov Z .730 .586 .852 .727 .718

Asymp. Sig. (2-tailed) .661 .882 .463 .665 .681

(49)

Lampiran 16. (Lanjutan)

(50)

Lampiran 16. (lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

(51)

Lampiran 16. (lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

minggu_IV

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. . 1993. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Halaman 32.

Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: Universitas Indonesia. Halaman. 158, 387-389.

Aramo. (2012). Skin And Hair Diagnostic System. Sugnam: Aram Huvis Korea Ltd. Halaman. 1-10.

Ardhie, A.M. (2011). Radikal Bebas dan Peran Antioksidan dalam Mencegah Penuaan. Medicius. 24(1): 6-7.

Atmaja, N. S. (2009). Pengaruh Kosmetika Anti-Aging Wajah Terhadap Hasil Perawatan Kulit Wajah Pada Ibu-Ibu Guru SMK Negeri Karang anyar.

Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Halaman. 21.

Balsam, M.S. (1972). Cosmetic Sciense and Technology. Volume II. Edisi Kedua, New York: john Willey and Sons, Inc. Halaman 179-219.

Barel, A.O., Marc P., dan Howard, IM. (2009). Handbook of Cosmetic Sciense

and Technology. Edisi ketiga. New York: Informa Healthcare. Halaman.

291-295,473,628.

Daniel, A. (2016). Intensif Tanaman Semangka Tanpa Biji. Yogyakarta. Pustaka Baru Press. Halaman 52,64-66, 69,74-78.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman. 8.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman. 29.

Draelos, Z.D., dan Thaman, L.A. (2006). Cosmetic Formulstion of Skin

CareProduct. Volume 30. New York: Taylor and Francis Group.

Halaman. 167,174.

Ellis, H. L. (2010). Berpacu Melawan Usia Rahasia Awet Muda Tanpa Obat dan

Kosmetik. Yogyakarta: penerbit Andi. Hal. 5-6.

(53)

Hernani, dan Raharjo, M. 2005. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 8-12.

Jusuf, N.K. (2005). Kulit Menua. Majalah Kedokteran Nusantara. 38 (2): 186.

Kusantati, H. (2009). Tata Kecantikan Kulit. Jakarta: CV Arya Duta. Halaman 35,40.

Kusumadewi. (2002). Perawatan dan Tata rias Wajah Wanita Usia 40. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pestaka Utama. Halaman. 30.

Lieberman, Lachman, L., H.A, dan King, J.L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi

Industri. Edisi Ketiga, Terjemahan : S. Suyatmi,Universitas Indonesia

Press. Jakarta. Halaman .110, 1102-1105,1292.

Marlina, dan Kuncahyo. (2013). Optimasi Proporsi Asam Stearat dan

Trietanolamin Krim Tabir Surya Lapisan Putih Buah Semangka Secara SLD. Prosiding seminar. Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Sciense. Edisi Pertama. Amsterdam: Elsevier Science. Halaman. 39-40, 460.

Muliyawan. D., dan Suriana. N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik. Jakartaa: Penerbit PT Elex Media Komputindo. Halaman. 14-17, 21,24-25,139-140.

Noormindhwati, L. (2013). Jurus Ampuh Melawan Penuaan Dini. Jakarta a: PT. Elex Komputindo. Halaman. 5.

Prajnanta. F. (2003). Agribisnis Semangka Non Biji. Jakarta. PT. Penebar Swadaya. Halaman. 1-3.

Prianto. J. (2014). Cantik Panduan Lengkap Merawat Kulit Wajah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman. 149.

Rawlins, EA. (2003). Bentleys of Pharmaceutics. Edisi Kedelapan belas. London: Baillierre Tindall. Halaman: 22.

(54)

Rochmatika, LD. (2012). Analisa kadar antioksidan pada masker wajah berbahan dasar lapisan putih kulit semangka (Citrullus vulgaris, Scrad). Prosiding

seminar nasional penelitian, pendidikan dan penerapan MIPA,

Universitas Negeri Yogyakarta. Halaman. 115-116.

Rostamailis. (2005). Perawatan Badan Kulit dan Rambut. Rineka Cipta, Jakarta. Halaman 75.

Rukmana, R. (1994). Budidaya Semangka Hibrida. Kanisius, Yogyakarta. Halaman 14-16.

Siswanto, FM., dan Pangkahila, A. (2014). Pelatihan Fisik seimbang Meningkatkan aktivitas Stem Cell Endogen untuk Anti Penuaan. Sport and Fitness Jounal. 2(1): 1-9.

Sulaiman TNS., dan Kuswahyuning, R. (2008). Teknologi & Formulasi Sediaan Semipadat. Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Halaman .73.

Syamsuni, HA. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman. 133.

Tranggono. R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman. 11-12,

21-23, 31, 76, 119.

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian ini meliputi

penyiapan sampel, pembuatan sari kulit buah semangka merah dan kuning yang

dipekatkan, formulasi sediaan, homogenitas sediaan, penentuan tipe emulsi

sediaan, pengukuran pH sediaan, Penentuan stabilitas sediaan, uji iritasi terhadap

kulit sukarelawan, dan uji efek anti-aging pada manusia.

3.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pH meter, neraca

analitik, juicer, lumpang, stamfer, objek gelas, alat-alat gelas, cawan penguap,

penangas air, spatel, sudip, pot plastik, kertas perkamen, freeze dryer dan skin

analyzer (Aramo SG).

3.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : aquadest,

propilen glikol, natrium edetat, trietanol amin, vaselin, setil alkohol, asam stearat,

gliseril monostearat, butil hidroksi toluen, metil paraben, sari kulit putih

semangka yang telah dipekatkan, larutan dapar pH asam (4,0), larutan dapar pH

netral (7,01).

(56)

1. Wanita berbadan sehat

2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit alergi

4. Bersedia menjadi sukarelawam

3.3.2 Suka relawan uji anti-aging

Sukarelawan yang digunakan dalam uji ini adalah 18 orang dengan kriteria

sebagai berikut:

1. Wanita berbadan sehat

2. Usia antara 20-30 tahun

3. Memiliki kulit punggung tangan yang kering dan berkerut karena terpapar sinar

matahari

4. Bersedia menjadi sukarelawan

3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel 3.4.1 Teknik pengumpulan sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa

membandingkan tumbuhan suatu daerah yang satu dengan yang lain. Sampel yang

digunakan adalah bagian putih dari kulit buah semangka merah dan semangka

kuning.

3.4.2 Pembuatan konsentrat sari lapisan putih semangka

Buah semangka merah dan juga kuning dikupas diambil bagian putih nya

kemudian ditimbang dan dicuci bersih, lalu dihaluskan menggunakan juicer. Sari

buah yang dihasilkan diukur volumenya kemudian dikeringkan dengan freeze

dryer sampai diperoleh konsentrat sari kulit semangka.

(57)

3.5.1 Formula dasar krim

Sediaan krim dibuat berdasarkan formula dasar sunblock yang

menggunakan tipe minyak dalam air (Mitsui, 1997):

R/ Aquadest 54,95%

Propilen glikol 7,0

Natrium edetat 0,05

Trietanol amin 1,0

Petrolatum 5,0

Setil alkohol 3,0

3.5.2 Formula modifikasi

Formula krim dimodifikasi dengan mengeluarkan bahan-bahan yang

berfungsi sebagai sunblock yaitu titanium oksida, oxibenzon, oktilmetoksinamat,

etil poliakrilat, dan squalen. Formulasi dasar krim sebagai berikut:

(58)

2%, 3% dan 4%. Formulasi dasar krim tanpa kosentrat sari semangka dibuat

sebagai blanko, sebagai baku pembanding digunakan krim anti-aging dari

pasaran. Rancangan formulasi dijelaskan sebagai berikut: (Tabel 3.1 dan Tabel

3.2).

Tabel 3.1 Formula dasar krim dengan konsentrat sari kulit buah semangka merah

Bahan Konsentrasi

(F0) (F1)SM (F2)SM (F3)SM (F4)

Tabel 3.2 Formula dasar krim dengan konsentrat sari kulit buah semangka kuning

Bahan Konsentrasi

(F0) (F1)SK (F2SK) (F3)SK (F4)

(59)

3.6 Cara Pembuatan

3.6.1 Cara pembuatan dasar krim

Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Bahan yang terdapat dalam

formula dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu fase minyak dan fase air. Fase

minyak terdiri dari vaselin, asam stearat, gliseril monostearat, dan setil alkohol

dilebur diatas penangas air dengan suhu 70º-75ºC. Setelah melebur, ditambahkan

butil hidroksi toluen kedalam fase minyak. Fase air yang terdiri dari larutan

nipagin, propilen glikol, natrium edetat, trietanol amin dan aquadest dimasukkan

kedalam beaker glass dengan diaduk homogen pada suhu 70ºC, Dimasukkan

kedalam lumpang panas fase minyak kemudian ditambahkan secara

perlahan-lahan fase air kedalamnya dengan pengadukan yang konstan pada suhu lebih

kurang 70ºC sampai diperoleh masa krim. Kemudian diuji pH dan tipe emulsi dari

dasar krim.

3.6.2 Cara pembuatan krim anti-aging dari konsentrat sari kulit buah semangka merah dan semangka kuning

Ditimbang masing-masing konsentrat sari kulit buah semangka merah dan

kuning dan juga dasar krim sesuai dengan Tabel 3.1 dan 3.2. Konsentrat sari kulit

buah semangka merah dan kuning yang telah ditimbang masing-masing digerus

didalam lumpang sampai halus, kemudian dilakukan penambahan dasar krim

sedikit demi sedikit didalam lumpang sambil lalu digerus secara perlahan sampai

bahan aktif tercampur rata dengan dasar krim. Setelah dasar krim dan konsentrat

(60)

3.7 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.7.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca, sediaan

harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar

(Ditjen. POM., 1979).

3.7.2 Penentuan tipe emulsi

Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim dilakukan dengan dua cara,

yaitu: Pengenceran fase dilakukan dengan mengencerkan 0,5 gram sediaan krim

dengan 25ml air dalam beaker gelas. Jika sediaan terdispersi secara homogen

dalam air, maka sediaan termasuk emulsi tipe m/a sedangkan jika sediaan tidak

terdispersi secara homogen dalam air, maka sediaan termasuk emulsi tipe a/m.

Pewarnaan dilakukan dengan menambahkan larutan metilen biru sebanyak 1

tetes pada 100 mg sediaan, lalu diaduk. Bila metilen biru tersebar merata bearti

sediaan tersebut emulsi tipe m/a, tetapi bila metilen biru tersebar tidak merata

bearti sediaan tersebut emulsi tipe a/m (Syamsuni, 2006).

3.7.3 Pengukuran pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat

terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar pH netral (pH

7,01), larutan dapar pH asam (pH 4,01), dan larutan Basa (pH 8,01) hingga alat

menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling,

lalu dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu di

timbang 1 gram sediaan dan dilarutkan ad 100 ml air suling. Kemudian elektroda

(61)

konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins,

2002).

3.7.4 Penentuan stabilitas

Pengujian stabilitas pada penelitian ini dilakukan pada suhu kamar selama

12 minggu. Pengamatan dilakukan pada saat sediaan telah usai dibuat,

penyimpanan 1,4,8 dan 12 minggu. Sediaan dari tiap formula dimasukkan dalam

pot plastik dan ditutup bagian atasnya. Parameter yang diamati berupa pemisahan

fase, perubahan warna, bau dari sediaan. Perubahan pH diamati saat sediaan telah

selesai dibuat, penyimpan 4, 8, 9, 10, 11, dan 12 minggu (Ansel, 2005).

3.8 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Uji iritasi kulit ini dilakukan terhadap 6 orang dari 18 orang sukarelawan

pada anti-aging untuk formula F4 (krim 4%) dari konsentrat sari kulit putih

semangka merah dan juga kuning dengan cara mengoleskan sediaan pada kulit

lengan bawah sebanyak 3 kali sehari selama 2 hari berturut-turut (Wasitaatmadja,

1997; Tranggono dan Latifah, 2007).

3.9 Uji Efek Anti-aging

Uji aktivitas anti-aging pada 18 sukarelawan dan dibagi menjadi 6

kelompok yaitu:

a. Kelompok I : 3 orang untuk blanko (F0)

b. Kelompok II : 3 orang untuk krim 1% (F1)

(62)

Konsentrat sari buah semangka merah (tangan kanan)

Konsentrat sari buah semangka kuning (tangan kiri)

d. Kelompok IV : 3 orang untuk krim 3% (F3)

Konsentrat sari buah semangka merah (tangan kanan)

Konsentrat sari buah semangka kuning (tangan kiri)

e. Kelompok V : 3 orang untuk krim 4% (F4)

Konsentrat sari buah semangka merah (tangan kanan)

Konsentrat sari buah semangka kuning (tangan kiri)

f. Kelompok VI : 3 orang untuk krim pembanding (F5)

Semua sukarelawan diukur kondisi kulit awal yang meliputi : moisture

(kadar air), evennes (kehalusan kulit), pore (pori), spot (noda), dan wrinkle

(keriput), dengan menggunakan alat skin analyzer.

Sukarelawan kemudian melakukan pengolesan krim hingga merata pada

punggung tangan, untuk krim dioleskan berdasarkan kelompok yang telah

ditetapkan dimana pada saat pengolesan untuk krim dengan konsentrat sari kulit

buah semangka merah dioleskan pada tangan sebelah kanan, sedangkan untuk

krim dari sari kulit buah semangka kuning dioleskan pada tangan sebelah kiri.

Pengolesan dilakukan sebanyak 2 kali sehari setiap hari selama 4 minggu.

Perubahan kondisi kulit sukarelawan akan diukur setiap minggu dengan

menggunakan skin analyzer. Pengujian aktivitas anti-aging juga dilakukan

(63)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembuatan Konsentrat Sari Kulit Buah Semangka

Hasil kulit buah semangka merah yang diperoleh dari buah semangka merah

28 kg adalah sebanyak 11 kg dan sari nya sebanyak 5000 ml, kemudian sari kulit

buah semangka dikeringkan dengan freeze dryer dan diperoleh konsentrat sari

kulit buah semangka merah berwarna kuning kecoklatan sebanyak 13,38 g

sedangkan dari 25 kg buah semangka kuning diperoleh bagian putih nya sebanyak

8 kg dan sari nya sebanyak 4000 ml, dan konsentrat sari buah semangka kuning

bewarna hijau kecoklatan sebanyak 10,53 g.

4.2 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 4.2.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan

Uji homogenitas memberikan hasil krim yang homogen, tidak ada butiran

kasar, seperti yang terlihat pada Lampiran 10.

4.2.2 Penentuan tipe emulsi sediaan

Hasil penentuan tipe emulsi dengan mencampur metilen biru kedalam krim,

seperti terlihat pada Lampiran 11, metilen biru larut sewaktu diaduk menunjukkan

tipe emulsi minyak dalam air.

Menurut Syamsuni (2006), penentuan tipe emulsi dapat ditentukan dengan

pengenceran fase dan pewarnaan dengan metilen biru. Penentuan tipe emulsi

(64)

tipe emulsi sediaan krim dengan pengenceran fase menggunakan air dapat dilihat

pada Tabel 4.1 dan 4.2.

Tabel 4.1 Data hasil pengenceran fase menggunakan air krim konsentrat sari

kulit buah semangka merah

No Krim konsentrat sari buah semangka merah

Terdispersinya sediaan dalam air

Ya Tidak

Formulasi F0 : Blanko (dasar krim tanpa konsentrat sari kulit buah) Formulasi F1SM: Konsentrasi sari kulit buah semangka merah 1% Formulasi F2SM: Konsentrasi sari kulit buah semangka merah 2% Formulasi F3SM: Konsentrasi sari kulit buah semangka merah 3% Formulasi F4SM: Konsentrasi sari kulit buah semangka merah 4% Formulasi F5 : Sediaan krim m/a dipasaran (Olay)

Tabel 4.2 Data hasil pengenceran fase menggunakan air konsentrat sari kulit

buah semangka kuning No Krim konsentrat

sari buah semangka kuning

Terdispersinya sediaan dalam air

Ya Tidak

(65)

4.2.3 Pengukuran pH sediaan

pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. pH dari sari kulit

buah semangka yaitu 5,8.

Tabel 4.3 Data pengukuran pH sediaan krim konsentrat sari kulit buah semangka

merah selama penyimpanan 12 minggu

Waktu penyimpanan

(minggu)

Hasil Pengukuran pH rata-rata F0

Tabel 4.4 Data pengukuran pH sediaan krim konsentrat sari kulit buah semangka

kuning selama penyimpanan 12 minggu

Waktu penyimpanan

(minggu)

Hasil Pengukuran pH rata-rata F0

Formula F0 : Dasar krim (blanko)

(66)

Pengukuran pH sediaan dilakukan pada saat setelah selesai dibuat,

kemudian setelah penyimpanan 4, 8, 9, 10, 11, dan 12 minggu. Hasil pengukuran

pH tiap formula menunjukkan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi sari kulit

buah semangka pH sediaan semakin rendah, tetapi masih dalam rentang yang

diperbolehkan. Hasil pengukuran pH sediaan krim F0 (blanko), F1SM (krim1%),

F2SM (krim 2%), F3SM (krim 3%), dan F4SM (krim4%) untuk krim dengan

konsentrat sari kulit buah semangka merah mengalami penurunan dimana F0

sebagai blanko dari pH 5,8-5,7, F1SM (krim 1%)7,1, F2SM (krim 2%)

7,3-7,1, F3SM (krim 3%) 7,2-7,0, F4SM (krim 4%) 7,1-6,9. Sedangkan krim dengan

konsentrat sari kulit buah semangka kuning F1SK (krim 1%)7,2-7,1, F2SK (krim

2%) 7,2-7,0, F3SK (krim 3%) 7,1-6,9 dan F4SK (krim 4%) 7,0-6,8.Sedangkan

untuk krim pembanding olay tidak mengalami perubahan pH. Sediaan krim

setelah selesai dibuat dan juga setelah penyimpanan selama 12 minggu masih

memenuhi batas pH fisiologis kulit karena menurut Balsam (1972), pH sediaan

krim yang sesuai untuk pH kulit adalah antara 5 dan 8.

4.2.4 Penentuan stabilitas

Ketidakstabilan formulasi dapat dideteksi dalam beberapa hal dengan suatu

perubahan dalam penampilan fisik, warna, bau, rasa dan tekstur dari formulasi

tersebut. Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika semua atau

sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan membentuk suatu lapisan

yang berbeda pada permukaan atau dasar emulsi. Oleh sebab itu perlu dilakukan

uji evaluasi selama 3 bulan dan dianggap sebagai stabilitas minimum yang harus

(67)

Pengamatan dilakukan pada saat sediaan telah selesai dibuat, penyimpanan

1, 4, 8, 12 minggu pada suhu kamar. Parameter yang diamati berupa pemisahan

fase, warna, dan bau (Ansel, 2005).

Tabel 4.5 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim dari konsentrat sari

kulit buah semangka merah setelah selesai dibuat dan setelah penyimpanan 1,4, 8, dan 12 minggu

No Formula Pengamatan

Selesai

Tabel 4.6 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim dari konsentrat sari

kulit buah semangka kuning setelah selesai dibuat dan setelah penyimpanan 1,4, 8, dan 12 minggu

No Formula Pengamatan

Selesai

Formula F0 : Dasar krim (blanko)

(68)

Evaluasi stabilitas sediaan dilakukan selama penyimpanan 12 minggu

dengan pengamatan setelah 1, 4, 8, dan 12 minggu. Sediaan krim disimpan pada

suhu kamar dan diamati pemisahan fase, perubahan warna, dan bau. Hasil uji

menunjukkan bahwa sediaan krim yang mengandung konsentrat sari kulit buah

semangka merah dan konsentrat sari kulit buah semangka kuning dimana F0

(blanko), F1SM (krim 1%), F2SM (krim 2%), F3 SM (krim 3%), dan F4SM

(krim 4%), F0(blanko), F1SK (krim 1%), F2SK (krim 2%), F3 SK (krim 3%),

dan F4SK (krim 4%) dan F5( sebagai krim pembanding) stabil, tidak mengalami

perubahan warna, bau, maupun pemisahan fase. Hal ini menunjukkan bahwa

semua sediaan stabil selama penyimpanan 12 minggu sehingga semua krim

aman untuk digunakan.

4.3 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Tabel 4.7 Data hasil uji iritasi krim semangka merah terhadap sukarelawan pada

24 dan 48 jam

Salah satu cara untuk menghindari terjadinya efek samping pada penggunaan

(69)

dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan krim setiap formula pada kulit

lengan bawah bagian sukarelawan dalam sebanyak 3 kali sehari dan diamati

perubahan yang terjadi pada kulit sukarelawan selama 2 hari.

Tabel 4.8 Data hasil uji iritasi krim semangka kuning terhadap sukarelawan

pada24 dan 48 jam

F4SK : Krim 4% dari konsentrat sari kulit buah semangka kuning F4SM : krim 4% dari konsentrat sari kulit buah semangka merah

Eritema Edema

Tidak eritema 0 Tidak edema 0

Sangat sedikit eritema 1 Sangat sedikit edema 1

Sedikit eritema 2 Sedikit edema 2

Eritema sedang 3 Edema sedang 3

Eritema sangat parah 4 Edema sangat parah 4

(Barel,et al., 2009)

Berdasarkan hasil uji iritasi terhadap sukarelawan sebanyak 6 orang

(70)

4.4 Hasil uji Efek Anti-aging krim konsentrat kulit buah semangka kuning 4.4.1 Kadar air (moisture)

Tabel 4.9 Hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kondisi awal sebelum

pemakaian dan setelah pemakaian krim selama 1, 2, 3, dan 4 minggu Semangka kuning

Formula Sukarelawan

Kadar air (%)

Normal 30-50; Dehidrasi 0-29; Hidrasi 51-100 ( Aramo, 2012) F0 : Dasar krim (blanko)

(71)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture

checker yang terdapat pada perangkat alat skin analyzer Aramo. Berdasarkan hasil

pada Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa kondisi awal kadar air semua sukarelawan

adalah dehidrasi, selama pemakaian krim semua formula mengalami peningkatan

kadar air dari dehidrasi menjadi normal.

Gambar 4.1 Grafik persentase kadar air versus waktu pemakaian krim semangka

kuning

Setelah pemakaian selama 4 minggu hasil pengukuran kadar air pada

sukarelawan yang memakai krim formula F0, F1SK, F2SK, F3SK, F4SK, dan F5

mengalami peningkatan sebanyak 3%, 6%, 7%, 13% dan 10%. Pada sukarelawan

yang memakai krim dengan formula F4 SK memiliki kadar air yang lebih tinggi

dari pada sukarelawan yang memakai Formula F5 (krim pembanding Olay).

(72)

4.4.2 Kehalusan (evennes)

Tabel 4.10 Hasil pengukuran kehalusan (evennes) pada kondisi awal sebelum

pemakaian dan setelah pemakaian krim selama 1, 2, 3, dan 4 minggu

Formula Sukarelawan

Kehalusan

Normal 32-51; Halus 0-31; Kasar 52-100 ( Aramo, 2012) F0 : Dasar krim (blanko)

(73)

Pengukuran kehalusan kulit (evennes) menggunakan perangkat skin

analyzer menggunakan lensa perbesaran 60 kali dengan warna lampu sensor

berwarna biru. Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa kondisi awal kulit

untuk semua sukarelawan adalah normal.

Gambar 4.2 Grafik kehalusan kulit versus waktu pemakaian krim semangka

kuning

Pemakaian krim dengan konsentrat sari kulit buah semangka kuning selama

4 minggu kondisi kulit sukarelawan yang memakai krim formula F0 (blanko) dan

F1SK (krim 1%) tetap normal, sedangkan krim dengan formula F2 SK( krim 2%),

F3 SK ( krim 3%), F4 SK (krim 4%) dan F5 (krim pembanding olay) menjadi

halus. Berdasarkan grafik pada Gambar 4.2 menunjukkan adanya perubahan

(74)

4.4.3 Pori (Pore)

Tabel 4.11 Hasil pengukuran pori (pore) pada kondisi awal sebelum pemakaian

dan setelah pemakaian krim selama 1, 2, 3, dan 4 minggu

Formula Sukarelawan

Pori

Kecil 0 - 19; Beberapa besar 20-39; Sangat besar 40-100 ( Aramo, 2012) F0 : Dasar krim (blanko)

(75)

Pengukuran pori menggunakan perangkat skin analyzer sama dengan

pengukuran kehalusan yaitu dengan lensa perbesara 60 kali dan mode pembacaan

normal dengan warna lampu sensor berwarna biru, pada waktu melakukan analisa

kehalusan maka secara otomatis pengukuran pori ikut terbaca.

Gambar 4.3 Grafik pori versus waktu pemakaian krim semangka kuning

Berdasarkan Tabel 4.11 dan grafik pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa

kondisi kulit sukarelawan setelah pemakaian krim selama 4 minggu masing –

masing formula adalah F0 (blanko) kondisi awal pori dari beberapa besar masih

tetap besar, F1SK (krim 1%) dan F2 SK (krim 2%) kondisi awal pori sangat besar

masih tetap besar, sedangkan untuk formula F3 SK (krim 3%), F4 SK (krim 4%)

kondisi awal pori sangat besar menjadi beberapa besar, dan F5 (pembanding olay)

dari kondisi pori beberapa besar menjadi halus. Dari semua formula dapat dilihat

(76)

4.4.4 Banyaknya noda (spot)

Tabel 4.12 Hasil pengukuran banyaknya noda (spot) pada kondisi awal sebelum

pemakaian dan setelah pemakaian krim selama 1, 2, 3, dan 4 minggu

Formula Sukarelawan

Banyak noda

Sedikit 0 - 19; Beberapa noda 20-39; Banyak noda 40-100 (Aramo, 2012) F0 : Dasar krim (blanko)

(77)

Pengukuran banyaknya noda menggunakan perangkat skin analyzer

dengan lensa perbesaran 60 kali dengan warna lampu sensor jingga. Berdasarkan

Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa kondisi kulit pada awal dari semua sukarelawan

adalah banyak noda. , setelah pemakaian krim selama 4 minggu dari formula F0 (

blanko), F1SK (krim 1%), F2SK (krim2%), F3SK (krim 3%) masih tetap banyak

noda, sedangkan untuk formula F4SK (krim 4%) menjadi beberapa noda, dan F5

(krim pembanding) menjadi sedikit noda.

Gambar 4.4 Grafik banyak noda versus waktu pemakaian krim konsentrat sari

kulit semangka kuning

Berdasarkan grafik pada Gambar 4.4 terlihat bahwa semua formula

mengalami peningkatan efektivitas, dimana dari grafik terlihat perbebedaan untuk

(78)

4.4.5 Keriput (wrinkle)

Tabel 4.13 Hasil pengukuran keriput (wrinkle) pada kondisi awal sebelum

pemakaian dan setelah pemakaian krim selama 1, 2, 3, dan 4 minggu

Formula Sukarelawan

Keriput

Tidak berkeriput 0 - 19; Berkeriput 20-52; Berkeriput parah 53-100 (Aramo, 2012)

F0 : Dasar krim (blanko)

(79)

Penggukuran keriput dengan menggunakan perangkat alat skin analyzer

menggunakan lensa perbesaran 10 kali dengan warna lampu sensor berwarna biru.

Berdasarkan Tabel 4.13 dan Gambar grafik 4.5 dapat dilihat bahwa kondisi awal

dari sukarelawan yang memakai formula F0, F1SK, F2SK, dan F5 adalah

berkeriput dan sukarelawan yang memakai formula F3SK dan F4SK adalah

berkeriput parah.

Gambar 4.5 Grafik keriput versus waktu pemakaian krim semangka kuning

. Kondisi kulit sukarelawan setelah pemakaian krim selama 4 minggu

memperlihatkan bahwa sukarelawan dengan formula F0 (blanko), F1SK (krim

1%) dan F2 SK (krim 2%) dari awal berkeriput masih tetap berkeriput , dan F3

SK (krim 3%) dari berkeriput parah menjadi berkeriput, F4 SK (krim4%) dan F5

(krim5%). dari berkeriput parah menjadi tidak berkeriput. Krim dengan formula

(80)

4.5 Hasil Uji Efek Anti-aging krim konsentrat kulit buah semangka merah 4.5.1 Kadar air (moisture)

Tabel 4.14 Hasil pengukuran kadar air (moisture)kondisi awal sebelum

pemakaian dan setelah pemakaian krim selama 1, 2, 3, dan 4 minggu Semangka merah

Formula Sukarelawan

Kelembaban (%)

Normal 30-50; Dehidrasi 0-29; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012) F0 : Dasar krim (blanko)

(81)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture

checker yang terdapat pada pada perangkat alat skin analyzer Aramo. Berdasarkan

hasil pada Tabel 4.14 dan grafik pada Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa kondisi

awal kadar air semua sukarelawan adalah dehidrasi, selama pemakaian krim

selama 4 minggu semua formula mengalami peningkatan kadar air dari dehidrasi

menjadi normal.

Gambar 4.6 Grafik persentase kadar air versus waktu pemakaian krim semangka

merah

Hasil pengukuran kadar air pada sukarelawan yang memakai krim formula

(82)

4.5.2 Kehalusan (evennes)

Tabel 4.15 Hasil pengukuran kehalusan (evennes) pada kondisi awal sebelum

pemakaian dan setelah pemakaian krim selama 1, 2, 3, dan 4 minggu

Formula Sukarelawan

Kehalusan

Normal 32-51; Halus 0-31; Kasar 52-100 (Aramo, 2012) F0 : Dasar krim (blanko)

(83)

Pengukuran kehalusan kulit (evennes) dengan menggunakan perangkat

skin analyzer menggunakan lensa perbesaran 60 kali dengan warna lampu sensor

berwarna biru. Berdasarkan Tabel 4.15 dan grafik pada Gambar 4.7 dapat dilihat

bahwa kondisi awal kulit untuk semua sukarelawan adalah normal.

Gambar 4.7 Grafik kehalusan kulit versus waktu pemakaian krim semangka

merah

Setelah pemakaian krim dengan konsentrat sari kulit buah semangka

merah selama 4 minggu kondisi kulit sukarelawan yang memakai krim formula

F0 (blanko) dan F1SM (krim1%), F2SM( krim 2%), F3SM (krim 3%), tetap

normal, sedangkan F4SM (krim 4%) dan F5 (krim pembanding olay) menjadi

(84)

dan perubahan kondisi yang terbaik dapat dilihat pada formula F4SM dan F5

(krim pembanding) pada setiap minggunya.

4.5.3 Pori (Pore)

Tabel 4.16 Hasil pengukuran pori (pore) pada kondisi awal sebelum pemakaian

dan setelah pemakaian krim selama 1, 2, 3, dan 4 minggu

Formula Sukarelawan

Pori

Kecil 0 - 19; Beberapa besar 20-39; Sangat besar 40-100 ( Aramo, 2012) F0 : Dasar krim (blanko)

(85)

Pengukuran pori menggunakan perangkat skin analyzer sama dengan

pengukuran kehalusan yaitu dengan lensa perbesara 60 kali dengan warna lampu

sensor berwarna biru, pada waktu melakukan analisa kehalusan maka secara

otomatis pengukuran pori ikut terbaca.

Gambar 4.8 Grafik pori versus waktu pemakaian krim semangka merah

Berdasarkan Tabel 4.16 dan grafik pada Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa

kondisi kulit sukarelawan setelah pemakaian krim selama 4 minggu masing –

masing formula adalah F0 (blanko) kondisi awal pori dari beberapa besar masih

tetap besar, F1SM (krim 1%) dan F2SM (krim2%), F3SM (krim3%), F4SM

(krim4%) kondisi awal pori sangat besar menjadi beberapa besar, sedangkan

untuk F5(pembanding) dari kondisi pori beberapa besar menjadi halus.

Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa sukarelawan yang memakai krim

(86)

4.5.4 Banyaknya noda (spot)

Tabel 4.17 Hasil pengukuran banyaknya noda (spot) pada kondisi awal sebelu

pemakaian dan setelah pemakaian krim selama 1, 2, 3, dan 4 minggu

Formula Sukarelawan

Banyak noda

Sedikit 0 - 19; Beberapa noda 20-39; Banyak noda 40-100 (Aramo, 2012) F0 : Dasar krim (blanko)

(87)

Pengukuran banyaknya noda dengan menggunakan perangkat skin

analyzer dengan lensa perbesaran 60 kali dengan warna lampu sensor jingga.

Berdasarkan Tabel 4.17 dan grafik pada Gambar 4.9 dapat dilihat bahwa kondisi

kulit pada awal dari semua sukarelawan adalah banyak noda.

Gambar 4.9 Grafik banyaknya noda versus waktu pemakaian krim semangka

merah

setelah pemakaian krim selama 4 minggu untuk formula F0 (blanko) dari

banyak noda masih tetap sama, F1SM (krim 1%), F2SM (krim2%) , F3SM (krim

3% ), dan F4SM (krim 4%) dari banyak noda menjadi beberapa noda, sedangkan

F5 (krim pembanding) dari banyak noda menjadi sedikit noda. Berdasarkan hasil

diatas dapat dilihat bahwa adanya penurunan banyaknya noda untuk sukarelawan

yang memakai formula F1SM, F2SM, F3SM, dan F4SM, dan sukarelawan yang

(88)

4.5.5 Keriput (wrinkle)

Tabel 4.18 Hasil pengukuran keriput (wrinkle) pada kondisi awal sebelum

pemakaian dan setelah pemakaian krim selama 1, 2, 3, dan 4 minggu

Formula Sukarelawan

Keriput

Tidak berkeriput 0 - 19; Berkeriput 20-52; Berkeriput parah 53-100 (Aramo, 2012)

F0 : Dasar krim (blanko)

(89)

Penggukuran keriput dengan menggunakan perangkat alat skin analyzer

menggunakan lensa perbesaran 10 kali dengan warna lampu sensor berwarna biru.

Berdasarkan Tabel 4.18 dan grafik pada Gambar 4.10 dapat dilihat bahwa kondisi

awal dari sukarelawan yang memakai formula F0, F1SM, F2SM, dan F5 dalah

berkeriput dan sukarelawan yang memakai formula F3SM dan F4SM adalah

berkeriput parah.

Gambar 4.10. Grafik keriput versus waktu pemakaian krim semangka merah

Kondisi kulit sukarelawan setelah pemakaian krim selama 4 minggu

menyatakan bahwa sukarelawan dengan formula F0 (blanko), F1SM (krim 1%),

F2SM (krim 2%) dari awal berkeriput masih tetap berkeriput, dan F3SM (krim

3%), F4SM (krim 4%) dari berkeriput parah menjadi berkeriput dan F5 (krim

5%). dari berkeriput parah menjadi tidak berkeriput. Dari hasil diatas dapat dilihat

bahwa sukarelawan yang memakai krim dengan formula F5 menunjukkan hasil

(90)

4.6 Perbandingan efek anti-Aging dari krim konsentrat sari kulit buah semangka merah dan kuning

Krim dari konsentrat sari kulit buah semangka merah Formula F1SM,

F2SM, F3SM dan F4SM dan semangka kuning Formula F1SK, F2SK, F3SK dan

F4SK menunjukkan adanya peningkatan efektifitas anti-aging masing masing

krim pada 4 minggu pemakaian disetiap krim yang diuji pada sukarelawan

sebanyak 18 orang. Krim dengan Formula F4 (krim 4%) dari kosentrat sari kulit

buah semangka merah dan kuning menunjukkan hasil yang lebih baik

dibandingkan dengan krim Formula F1(1%), F2,(2%) dan F3(3%).

Pada Pengujian kadar air kulit sukarelawan setelah pemakaian 4 minggu

krim dengan formula F4(4%) konsentrat sari kulit buah semangka merah memiliki

persentase peningkatan sebanyak 11% dan krim dengan konsentrat sari kulit buah

semangka kuning memiliki persentase peningkatan persentase yang lebih baik

dari pada krim dengan konsentrat sari kulit buah semangka merah yaitu sebanyak

13%. Bedasarkan hasil analisis data secara statistik dengan menggunakan uji one

way anova masing masing sediaan krim baik krim yang mengandung konsentrat

sari kulit buah semangka merah dan juga krim yang mengandung sari kulit buah

semangka kuning menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antar kedua

krim pada hasil pemakaian keseluruhan keduanya selama 4 minggu pemakaian

(P<0,05), tetapi menunjukkan perbedaan yang signifikan antar Formula dari

masing-masing krim keduanya pada pemakaian setelah 2,3 dan 4 minggu

(91)

Tabel 4.19 Perbandingan hasil pengukuran kadar air dikulit pemakaian krim

konsentrat sari kulit buah semangka merah dan kuning setelah 4 minggu

Kondisi awal

Pengukuran kadar air setelah pemakaian 4

minggu

Kondisi awal

Pengukuran kadar air setelah pemakaian 4

minggu

F1 SM : Krim konsentrat sari buah semangka merah 1% F1 SK : Krim konsentrat sari buah semangka kuning 1% F2 SM : Krim konsentrat sari buah semangka merah 2% F2 SK : Krim konsentrat sari buah semangka kuning 2% F3 SM : Krim konsentrat sari buah semangka merah 3% F3 SK : Krim konsentrat sari buah semangka kuning 3% F4 SM : Krim konsentrat sari buah semangka merah 4% F4 SK : Krim konsentrat sari buah semangka kuning 4% F5 : Krim pembanding (Olay)

Berdasarkan hasil perbandingan pada tabel 4.19 dapat dilihat bahwa krim

(92)

Tabel 4.20 Perbandingan hasil pengukuran Kehalusan kulit pemakaian krim

konsentrat sari kulit buah semangka merah dan kuning setelah 4 minggu

Kondisi awal

Pengukuran kehalusan kulit Setelah pemakaian

4 minggu

Kondisi awal

Pengukuran kehalusan kulit Setelah pemakaian

4 minggu

Semangka Merah Semangka Kuning

F0

F1 SM : Krim konsentrat sari buah semangka merah 1% F1 SK : Krim konsentrat sari buah semangka kuning 1% F2 SM : Krim konsentrat sari buah semangka merah 2% F2 SK : Krim konsentrat sari buah semangka kuning 2% F3 SM : Krim konsentrat sari buah semangka merah 3% F3 SK : Krim konsentrat sari buah semangka kuning 3% F4 SM : Krim konsentrat sari buah semangka merah 4% F4 SK : Krim konsentrat sari buah semangka kuning 4% F5 : Krim pembanding (Olay)

Pada Tabel 4.20 Berdasarkanhasil uji kehalusan kulit sukarelawan selama

pemakaian 4 minggu krim dengan konsentrat sari kulit buah semangka merah

menunjukkan hasil yang sama dengan semangka kuning yaitu dari normal

(93)

Tabel 4.21 Perbandingan pengukuran besar Pori dikulit pemakaian krim

konsentrat sari kulit buah semangka merah dan kuning setelah 4 minggu

Kondisi awal

Pengukuran besar nya pori Setelah pemakaian

4 minggu

Kondisi awal

Pengukuran besar nya pori Setelah pemakaian

4 minggu

Semangka Merah Semangka Kuning

F0 Beberapa besar

F3 SM Beberapa besar

F4 SM

(94)

semangka merah dan kuning menunjukkan hasil yaitu sangat besar menjadi

beberapa besar.

Tabel 4.22 Perbandingan pengukuran Banyak Noda pada kulit pemakaian krim

konsentrat sari kulit buah semangka merah dan kuning setelah 4 minggu

Kondisi awal

Pengukuran banyak nya noda Setelah pemakaian 4 minggu

Kondisi awal

Pengukuran banyak nya noda Setelah pemakaian

4 minggu

Semangka Merah Semangka Kuning

F0 Beberapa noda

F2 SK Beberapa noda

F4 SK

(95)

Pada Tabel 4.22 Pada uji banyak noda setelah pemakaian selama 4 minggu

menunjukkan hasil yang sama krim Formula F4 dari konsentrat sari kulit buah

semangka merah dan kuning yaitu dari banyak noda menjadi beberapa noda.

Tabel 4.23 Perbandingan pengukuran Keriput dikulit pemakaian krim kosentrat

sari kulit buah semangka merah dan kuning setelah 4 minggu

Kondisi awal

Pengukuran keriput Setelah pemakaian 4

minggu

Kondisi awal

Pengukuran keriput setelah pemakaian 4

minggu

Semangka Merah Semangka Kuning

F0

(96)

Pada Tabel 4.23 Pada pengujian keriput setelah pemakaian selama 4

minggu untuk krim dengan konsetrat sari kulit buah semangka merah

menunjukkan hasil dari berkeriput parah menjadi berkeriput, sedangkan krim

dengan konsentrat sari kulit buah semangka kuning menunjukkan hasil yang lebih

baik dimana dari berkeriput parah menjadi tidak berkeriput, dari hasil analisis data

secara statistik dengan menggunakan uji One Way Annova menunjukkan adanya

perbedaan pada krim kosentrat sari kulit buah semangka merah dan kuning,

dengan pemakaian krim dari konsentrat sari kulit buah semangka kuning selama

1,2,3, dan 4 minggu ada perbedaan yang signikan antar formula(P<0,05),

sedangkan krim dengan konsentrat sari kulit buah semangka merah menunjukkan

adanya perbedaan signifikan antar formula pada pemakaian 2,3 dan 4 minggu

(P<0,05).

Dari hasil pengujian dimana parameter kondisi kulit awal dan setelah

pemakaian 4 minggu menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar

formula secara statistik (P<0,05) dengan metode One Way Annova. Perbedaan ini

menunjukkan adanya perubahan kondisi menjadi lebih baik dari sebelum

pemakaian krim dari konsentrat sari kulit buah semangka merah dan kuning.

Dari hasil pengujian dapat terlihat bahwa krim dengan konsentrat sari kulit

buah semangka kuning dan merah memberikan efek anti-aging yang baik hal ini

dikarenanakan kandungan antioksidan likopen dan juga betakaroten yang

terdapat pada masing- masing kulit buah sehingga dapat dimanfaatkan untuk

(97)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Konsentrat sari kulit buah semangka merah dan kuning dapat diformulasikan

dalam sediaan krim anti-aging.

b. Formula F4SK (4%) krim konsentrat sari kulit buah semangka kuning

menunjukkan efektifitas anti-aging yang terbaik dibandingkan dengan

Formula F4SM (4%) krim konsentrat sari kulit buah semangka merah.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan pengujian kadar

(98)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anti Penuaan ( Anti-aging )

Anti-aging atau anti penuaan adalah produk kosmetik yang digunakan

secara topikal yang mampu mengobati/menghilangkan gejala yang disebabkan

oleh sinar UV atau disebut photoaging pada kulit atau produk yang dapat

mengurangi/memperlama timbulnya gejala-gejala photoaging (Barel, et al.,2009).

Fungsi dan manfaat anti-aging

Berikut ini adalah beberapa fungsi dan manfaat dari produk anti-aging

menurut Muliyawan dan Suriana (2013) :

1. Fungsi anti-aging

a. Menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit.

b. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit.

c. Menjaga kelembaban dan elastisitas kulit.

d. Merangsang produksi kolagen.

2. Manfaat anti-aging

a. Mencegah kulit dari kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit

terlihat kusam dan keriput.

b. Kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda.

(99)

2.2 Penuaan Dini

Penuaan adalah suatu proses alami yang mengarah pada kehilangan

integritas struktual dan fungsi fisiologis dari kulit. Penuaan biologis secara

definisi tidak dapat dihindari oleh pengaruh waktu biologis pada kulit, yang tidak

dipengaruhi oleh paparan sinar matahari berulang (Barel, et al., 2009).

Penuaan merupakan proses yang alamiah dan tidak ada seorang pun yang

dapat menghindarinya. Seiring bertambahnya usia, maka tanda-tanda penuaan

pada wajah mulai bermunculan. Seperti munculnya kerutan atau garis-garis halus

yang muncul diarea sudut mata, kening, dan sekitar bibir. Bila garis-garis halus

disana mulai muncul, maka menjadi petunjuk bahwa wajah membutuhkan

perawatan yang lebih (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Terjadinya kerut atau keriput disebabkan oleh berkurangnya ketebalan

dermis sebanyak 20% pada orang tua berkaitan dengan hilangnya serat elastin dan

kolagen. Kolagen dan elastin adalah komponen utama lapisan dermis. Hilangnya

serat-serat ini berdampak buruk terhadap kelembaban dan ketegangan kulit

sehingga meninmbulkan kerut atau keriput (Atmaja, 2009).

Proses penuaan kulit pada dasarnya ada dua macam, yaitu (Muliyawan dan

Suriana, 2013) :

1. Penuaan kronologi (chonological aging )

Penuaan kronologi terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Proses ini

(100)

Perubahan ini ditandai oleh berkurangnya kelenjar minyak, kulit tampak

kering, munculnya kerutan dan bintik-bintik hitam tanda penuaan.

2. Paparan cahaya (photoaging)

Photoaging terjadi karena berkurangnya kolagen dan serat elastis kulit akibat

paparan sinar ultraviolet. Kolagen adalah komposisi utama lapisan kulit

dermis (lapisan bawah dermis). Lapisan dermis merupakan lapisan kulit yang

berperan untuk bertanggung jawab pada sifat elastisitas dan halusnya kulit.

Kedua sifat ini merupakan kunci suatu kulit disebut indah dan awet muda.

Apabila produksi kolagen menurun pada lapisan dermis kulit, maka kulit

akan terlihat kering dan tidak elastis lagi.

Beberapa kasus penuaan terjadi begitu cepat, dimana tanda – tanda

penuaan mulai tampak pada usia yang relatif muda sekitar 20 tahun. Proses

penuaan yang berlangsung lebih cepat dari yang seharusnya ini dikenal dengan

penuaan dini. Penuaan dini ini disebabkan oleh 2 faktor yaitu: (Muliyawan dan

Suriana, 2013).

1. Faktor internal , diantaranya yaitu genetik, asupan nutrisi yang kurang, dan

sakit berkepanjangan.

2. Faktor eksternal, diantaranya yaitu polusi, asap rokok, sinar matahari, dan efek

dari gaya hidup tidak sehat.

2.2.1 Tanda-tanda penuaan dini

Ciri – ciri fisik penuaan dini menurut Noormindhawati 2013 adalah:

(101)

Seiring bertambahnya usia jumlah kolagen dan elastin kulit semakin

berkurang, akibatnya kulit kehilangan elastisitasnya sehingga tampak

keriput dan mengendur.

2. Muncul age spot ( noda hitam )

Muncul diarea yang sering terpapar sinar matahari seperti wajah, lengan,

dan tangan.

3. Kulit kasar

Rusaknya kolagen dan elastin akibat sinar matahari membuat kulit

menjadi kering dan kasar.

4. Pori – pori membesar

Akibat penumpukan sel kulit mati, pori- pori menjadi membesar.

2.2.2 Proses terjadinya penuaan dini

Paparan sinar matahari yang berlebihan merupakan salah satu faktor

penyebab menurunnya produksi kolagen dalam dermis kulit, karena paparan sinar

matahari yang berlebih pada kulit menyebabkan munculnya enzim proteolisis dari

radikal bebas yang terbentuk. Enzim inilah yang selanjutnya akan merusak kulit,

menghancurkan kolagen, dan jaringan penghubung yang ada dibawah kulit

dermis. Akibatnya, paparan cahaya UV yang berlebih akan menyebabkan proses

penuaan pada kulit berlangsung lebih cepat (Muliyawan dan suriana, 2013).

Fitur karakteristik dari penuaan kulit adalah kemampuan untuk regenerasi

kulit yang menurun. Pergantian epidermis membutuhkan 28 hari pada kulit

(102)

2.2.3 Pencegahan penuaan dini

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah proses penuaan yang

berlangsung lebih cepat dari pada semestinya sebagai berikut (Prianto, 2014 ):

a. Bagi yang memiliki tipe kulit kering lebih baik menggunakan pelembab.

Pelembab akan melindungi tekstur dan elastisitas kulit.

b. Menghindari paparan langsung sinar matahari dan menggunakan losion

atau krim tabir surya yang memiliki SPF.

c. Menghindari kebiasaan merokok atau berada dilingkungan sekitar yang

penuh dengan asap rokok. Asap rokok bisa menyebabkan kulit kering dan

kusam.

d. Menghindari konsumsi alkohol. Efek dari alkohol yang menarik air dari

dalam tubuh akan menyebabkan kekeringan pada kulit.

e. Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C dan E yang saat ini

sangat populer sebagai anti-aging dan konsumsi air minum yang cukup.

f. Beristirahat dengan cukup dan menghindari tidur melewati tengah malam.

Seperti organ lainnya, kulit juga butuh istirahat dan membentuk sel baru.

g. Menghindari mengerutkan wajah karena ekspresi ini akan membentuk

garis yang permanen mnejelang umur 45 tahun. Biasanya ditemui garis

ekspresi pada derah dahi karena pengaruh ekspresi dari bagian alis mata

kearah atas.

2.3 Antioksidan

Antioksidan adalah salah satu senyawa yang dapat menetralkan dan

(103)

mengurangi terjadinya kerusakan sel, seperti penuaan dini (Heranani dan Raharjo,

2005). Radikal bebas menyerang membran dan merusak sel dimana dibutuhkan

sistem kekebalan tubuh untuk melawannya. Jika pembentukan radikal bebas dan

penyerangannya tidak dikendalikan maka dapat menyebabkan terjadinya

kerusakan sel. Kerusakan sel akibat radikal bebas ini dapat diamati secara fisik,

diantaranya seperti kulit kering, suram, kendur, dan kurangnya kekenyalan.

(Daniel, 2012)

Ada tiga macam mekanisme kerja antioksidan pada radikal bebas, yaitu

- Antioksidan primer

Mampu mengurangi pembentukan radikal bebas baru dengan cara

memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi lebih stabil.

- Antioksidan sekunder

Berperan mengikat radikal bebas dan mencegah amplifikasi senyawa

radikal. Beberapa contohnya vitamin A (betakaroten), vitamin C, vitamin

E, dan senyawa fitokimia.

- Antioksidan Tersier

Berperan dalam mekanisme biomolekuler seperti memperbaiki kerusakan

sel dan jaringan yang disebabkan radikal bebas.

2.4 Kulit

Kulit merupakan bagian tubuh utama yang diperhatikan dalam kecantikan

(104)

lemaknya dan 4 kg tanpa lemaknya atau 16% dari berat badan seseorang

(Kusantati, 2009).

Secara umum kulit mempunyai berbagai fungsi, antara lain sebagai alat

proteksi tubuh dari benda luar, untuk melakukan absorbsi, antara lain absorbsi air,

,mineral, dan cahaya; alat ekskresi, untuk membantu pengaturan suhu tubuh;

tempat terjadinya pembentukan pigmen; tempat terjadinya proses pembentukan

vitamin D; dan tempat terjadinya keratinisasi atau pengelupasan kulit mati dan

pembentukan sel kulit baru (Ellis, 2010).

2.4.1 Struktur kulit

Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu:

1. Kulit ari (epidermis )

Kulit epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling sangat

diperhatikan dalam perawatan kulit. Ketebalan epidermis pada bagian tubuh

berbeda-beda, yang paling tebal terletak pada telapak tangan dan kaki dan yang

paling tipis terletak pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut.

Pada kulit epidermis terdapat 5 lapisan yaitu :

a. Lapisan tanduk ( stratum corneum )

Merupakan lapisan epidermis paling atas terdiri dari sel pipih, tidak

memiliki inti, tidak berwarna dan sedikit mengandung air.

b. Lapisan bening ( stratum lucidum )

Lapisan ini terletak dibawah lapisan tanduk dan dianggap sebagai

(105)

c. Lapisan berbutir ( stratum granulosum )

Tersusun oleh lapisan sel – sel berbentuk gumparan yang mengandung

butir-butir dalam protoplasma.

d. Lapisan bertaju ( stratum spinosum )

Sering disebut juga lapisan malphigi terdiri dari sel-sel yang saling

berhubungan dengan perantara jembatan protoplasma. Diantara sel-sel taju

terdapat celah antar sel halus yang berguna untuk peredaran cairan

jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir melanin.

e. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale )

Merupakan lapisan paling bawah epidermis dibentuk oleh satu baris sel,

didalam lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas

atau melanosit ) pembuat pigmen melanin kulit (Kusantati, 2009).

2. Lapisan dermis, Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal

dari pada epidermis terbentuk oleh jaringan elastik dan fibrosa padat dengan

elemen selular, kelenjar, dan rambut. Lapisan ini terdiri atas :

a. Pars papilaris, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi ujung

serabut saraf dan pembuluh darah.

b. Pars retikuler, yaitu bagian bawah dermis yang berhubungan dengan

subkutis, terdiri atas serabut penunjang kolagen, elastin dan retikulin

(Wasitaatmadja, 1997).

3. Lapisan subkutan /hipodermis

(106)

benturan organ-organ tubuh bagian dalam serta berperan pula dalam pengaturan

suhu tubuh (Kusantati, 2009).

2.4.2 Fungsi kulit

Kulit memiliki berbagai fungsi bagi tubuh, diantaranya adalah (Muliyawan

dan Suriana, 2013):

1. Proteksi (pelindung)

Kulit berfungsi untuk melindungi organ-organ tubuh dari pengaruh lingkungan

luar. Misalnya sinar matahari, zat-zat kimia, perubahan suhu, dan lain-lain.

2. Thermoregulasi (menjaga keseimbangan temperatur tubuh)

Kulit akan menjaga suhu tubuh agar tetap optimal. Keringat yang keluar saat

suhu udara panas berfungsi untuk mendinginkan tubuh. Keluarnya keringat

adalah salah satu mekanisme tubuh untuk menjaga stabilitas temperatur.

3. Organ sekresi

Kulit juga berfungsi sebagai organ untuk melepaskan kelebihan air dan

zat-zat lainnya, seperti NaCl, amonia, dan lain-lain.

4. Persepsi sensoris

Sebagai alat peraba, kulit akan bereaksi pada perbedaan suhu, sentuhan, rasa

sakit, dan tekanan.

5. Absorpsi

Beberapa zat tertentu bisa diserap masuk kedalam tubuh melalui kulit.

2.4.3 Jenis kulit

Menurut Wasitaatmadja (1997), ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit

Gambar

Tabel 3.1 Formula dasar krim dengan konsentrat sari kulit buah semangka merah
Tabel 4.1 Data hasil pengenceran fase menggunakan air krim konsentrat sari  kulit buah semangka merah
Tabel 4.4   Data pengukuran pH sediaan krim konsentrat sari kulit buah semangka kuning selama penyimpanan 12 minggu
Tabel 4.5  Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim dari konsentrat sari kulit buah semangka merah setelah selesai dibuat dan setelah
+7

Referensi

Dokumen terkait

ALZIER DIANIS THABRANI DAN BAM BANG SUDIBYO,

Kami sampaikan bahwa mekanisme penyaluran dana penugasan riset pengembangan IPTEK tahun 2015 akan dilakukan melalui kontrak kerja antara Direktorat Penelitian dan Pengabdian

[r]

APLIKASI TEKNOLOGI BERBASIS PEROXIDASE SYSTEM DARI DAUN TOMAT UNTUK PRODUKSI POWDERIZED YOGURT BERCITARASA BUAH LOKAL KHAS JAWA TENGAH GUNA DISTRIBUSI YOGURT BERSKALA NASIONAL.

DAN WAKIL KEPALA DAERAH JUMLAH SELURUH SUARA TIDAK SAH JUMLAH YANG MENGGUNAKAN HAK PILIH (JUMLAH SUARA SAH PASANGAN CALON + SUARA TIDAK

[r]

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas

UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN POKJA PENGADAAN JASA KONSULTANSI DAN JASA LAINNYA.. Klaten, 13 Juli 2012 Nomor : 027/06.J.ULP/280