• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Enzim Papain Pada Pakan Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Enzim Papain Pada Pakan Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus)"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Statistik Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata

1 2 3

K 0.85 0.85 0.9 2.6 0.86667

P1 0.95 0.85 0.9 2.7 0.9

P2 0.95 0.8 0.85 2.6 0.86667

P3 0.85 0.9 0.8 2.55 0.85

Jumlah 3.6 3.4 3.45 10.45 0.87083

FK = 9.100208

JKT= 0.027292

JKP= 0.003958

(2)

Tabel Anova

Lampiran 2. Perhitungan Statistik Pertumbuhan Bobot Ikan Lele

Perlakuan Ulangan Jumlah Rerata

Keterangan : ** = Sangat nyata

(3)

RUMUS

Lampiran 3. Perhitungan Statistik Pertumbuhan Panjang Ikan Lele

(4)

KK = ((KTG^0.5)/ӯ) x 100% = 4.12%

Lampiran 4. Tabel Kelangsungan Hidup Ikan Lele

(5)

Total 60 0 5 2 2 51

Rata-rata 20 0 1,677 0,67 0,67 17 85

Lampiran 5. Tabel Perlakuan Pakan

(6)
(7)
(8)

25 11,80 57 672,60 33,63 15,47 49,09 14,73 14,73 19,64

(9)

25 12,80 53 678,40 33,92 16,96 50,88 15,26 15,26 20,35

26 12,80 53 678,40 33,92 16,96 50,88 15,26 15,26 20,35

27 12,80 53 678,40 33,92 16,96 50,88 15,26 15,26 20,35

28 12,80 53 678,40 33,92 16,96 50,88 15,26 15,26 20,35

29 12,80 53 678,40 33,92 16,96 50,88 15,26 15,26 20,35

30 17,20 51 877,20 43,86 21,93 65,79 19,74 19,74 26,32

Lampiran 6. Gambar Alat dan Bahan Penelitian

Penyadapan Getah Pepaya Serbuk Enzim Papain

(10)

Media Uji Waring

Aerator Tandon Termometer

Ikan Lele Dumbo Timbangan Analitik Amoniak Test Kit

(11)

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, R. 2013. Pengaruh Penggunaan Papain terhadap Tingkat Pemanfaatan Protein Pakan dan Pertumbuhan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Journal of Aquaculture Management and Technology, 2(1): 136-143. Cahyono, B. 2001. Budidaya Ikan di Perairan Umum. Penerbit Kanisius,

Yogyakarta.

Dahuri, R. 2000. Prospek Bisnis Perikanan dan Kelautan Indonesia. Agrimedia: 6 (1): 26-29.

Dixon, M.W. 1979. Enzymes. Academic Press. New York.

Djajasewaka, H. 1990. Pakan Ikan. Cetakan I. CV Yasaguna. Jakarta.

Djatmika, D.H., Farlina, Sugiharti, E. 1986. Usaha Budidaya Ikan Lele. C.V. Simplex, Jakarta.

Djoko. 2006. Lele Sangkuriang Alternatif Kualitas di Tanah Priangan. Jakarta. Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta.

Geantaresa E. dan Supriyanti, F.M.T. 2010. Pemanfaatan Ekstrak Kasar Papain Sebagai Koagulan Pada Pembuatan Keju Cottage Menggunakan Bakteri Streptococcus thermophillus, Lactococcus lactis, dan Leuconostoc mesentroides. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. Volume 1(1). 38-43 hlm.

Goldstein, M.C.G. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional. Airlangga University Press.

Lehninger, A.L. 1993. Dasar-dasar Biokimia. Jilid 1, 2, 3. (Alih bahasa oleh: M. Thenawidjaja). Erlangga. Jakarta.

Moehd, B.K. 1999. Bertanam Pepaya. Swadaya. Jakarta.

Mudjiman, A. 1987. Makanan Ikan. Cetakan ke-3, Swadaya. Jakarta. Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. Swadaya. Jakarta.

Mulyadi, A. E. 2001. Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Pakan Komersil Terhadap Laju Pertumbuhan Benih Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalamus). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Padjajaran. Jatinangor.

Mulyani, Y. S. 2014. Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Dipuasakan Secara Periodik. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. Fakultas Pertanian UNSRI. Volume 2(1). 01-12 hal.

Poejiadi, A. 1994. Dasar – Dasar Biokimia. UI Press. Jakarta. 158-166 hlm. Price J.F. 1971. The Science of Meat and Meat Products. Third Edition. W.H.

(13)

Standar Nasional Indonesia. 2006. Produksi Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus x C. fuscus) Kelas Benih Sebar. SNI: 01-6484.4-2000. Jakarta: SNI. 1-6 hlm.

Srigandono, B. 1992. Rancangan Percobaan. Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro. Semarang. 178 hlm.

Subandiyono dan S. Hastuti. 2010. Buku Ajar Nutrisi Ikan. Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Universitas Diponegoro. Semarang. 233 hlm.

Suhenda, N., Azwar Z.I., Djajasewaka H. 2003. Aplikasi Teknologi Pakan dan Peranannya Bagi Perkembangan Usaha Perikanan Budidaya: Kontribusi Penelitian Nutrisi dan Teknologi Pakan Untuk Mendukung Usaha Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta. 53 – 58 hlm.

Sukandi, U. 2003. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Agromedia Pustaka. Tangerang.

Warisno, 2003. Budidaya Pepaya. Kanisius. Yogyakarta. 26 hlm. Winarto, F.G. 1986. Enzim Pangan. Gramedia. Jakarta. 12 hlm.

(14)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 – Januari 2016,

di Laboratorium Budidaya Perikanan, Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 unit ember ukuran 25

liter dengan lebar 50 cm dan tinggi 25 cm sebagai wadah pemeliharaan,

aerator untuk menjaga kandungan oksigen dalam media, pH meter untuk

melihat kadar asam dan basa media uji, DO meter untuk mengetahui

kandungan oksigen, termometer untuk melihat suhu, timbangan digital untuk

mengukur bobot ikan, selang sifon untuk membuang sisa metabolism

(menjaga kualitas air), serok untuk menangkap ikan, alat tulis, kamera digital

untuk dokumentasi dan lain-lain.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan lele dumbo

(Clarias gariepinus) yang berukuran 5 – 8 cm dengan padat tebar sebanyak

1 ekor/liter. Pakan yang digunakan adalah dengan pakan buatan yang

berbentuk pellet. Pakan uji ditambahkan enzim papain yang diambil dari getah

papaya dengan dosis pakan yang berbeda pada masing-masing perlakuan.

Prosedur Penelitian

(15)

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang dilakukan dengan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan.

Perlakuan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Amalia (2013)

tentang ikan lele dumbo dengan hasil penambahan enzim papain terbaik

adalah dosis 2,25%.

- k : Pakan tanpa Enzim

- P1 : Pakan yang ditambahkan enzim papain dengan dosis 2,1%

- P2 : Pakan yang ditambahkan enzim papain dengan dosis 2,3%

- P3 : Pakan yang ditambahkan enzim papain dengan dosis 2,5%

Prosedur Penelitian

a. Persiapan Enzim Papain

Getah papaya diperoleh dari penyadapan buah papaya pada umur 2-3 bulan.

Buah disadap pada pangkal hingga ujung buah sebanyak lima torehan (goresan)

dengan jarak 1 – 2 cm. Penyadapan yang baik adalah dalam selang waktu 4 hari

sekali dan dilakukan pada pagi hari pukul 05.30 – 08.00 WIB. Getah pepaya

kemudian dikumpulkan ke dalam wadah plastik. Setelah getah pepaya tekumpul,

kemudian digiling sampai menjadi halus untuk mendapatkan getah yang

menyerupai serbuk halus.

b. Persiapan Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih lele dumbo

yang berasal dari petani lele dumbo di Medan, Tuntungan. Ukuran yang

digunakan yaitu 5 – 8 cm dan bobot rata-rata 2,49 g/ekor dengan padat tebar

(16)

liter sebanyak 12 buah yang diisi air sebanyak 20 liter. Ember tersebut ditutup

dengan waring agar ikan uji tidak loncat.

Persiapan ikan uji dengan cara aklimatisasi ikan uji terhadap media

pemeliharaan. Sebelum pengadaptasian, ikan uji diseleksi terlebih dahulu

untuk mendapatkan berat yang seragam. Pengadaptasian ini dilakukan sampai

ikan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru dan terbiasa

dengan pakan uji yang diberikan selama satu minggu. Pengambilan ikan dapat

menggunakan seser dan untuk mengetahui bobot dapat menggunakan

timbangan elektrik, setelah mendapatkan bobot yang seragam dilakukan

pengadaptasian terhadap pakan yang akan diberikan pada saat pemeliharaan.

Ikan uji yang telah terbiasa dengan pakan yang diberikan, kemudian ikan

dipuasakan selama 1 hari sebelum dilakukan perlakuan.

c. Persiapan Pakan Uji

Pakan yang digunakan adalah pelet jenis F999. Pelet diberi air hangat

sedikit demi sedikit agar pellet menjadi lunak, kemudian campurkan enzim

yang sebelumnya ditimbang terlebih dahulu. Setelah pelet dan enzim

tercampur merata, cetak menggunakan saringan teh dan dikeringkan di bawah

sinar matahari sampai benar-benar kering.

d. Persiapan Media Uji

Tahapan yang dilakukan selama penelitian dalam melakukan persiapan

air media adalah air dari sumur galian yang dinaikkan melalui pompa,

ditampung dalam bak tendon. Selanjutnya air dialirkan ke dalam ember

penampung yang berfungsi untuk mengendapkan kotoran-kotoran dalam air.

(17)

karbondioksida dan mengurangi kandungan konsentrasi gas terlarut. Air

diendapkan kurang lebih selama 1 hari, selanjutnya air dapat digunakan dalam

pemeliharaan ikan dalam akuarium. Ketika pengambilan air, aerator dimatikan

sehingga sisa-sisa metabolisme dalam air mengendap. Air yang digunakan

yaitu 75% dari tinggi air dalam ember.

e. Pemeliharaan Ikan

Wadah yang digunakan adalah ember sebanyak 12 unit dengan ukuran

25 liter dengan lebar 50 cm dan tinggi 25 cm. ember dicuci dengan

menggunakan detergen hingga bersih dan dikeringkan. Kemudian ember diisi

dengan air sekitar 75% dari volumenya dan diberi aerator.

Pemeliharaan ikan dilakukan selama 30 hari dengan pemberian pakan

sebanyak tiga kali sehari yaitu pada jam 10.00, 13.30 dan 17.00 WIB pada

masing-masing perlakuan. Jumlah pakan yang diberi disetiap perlakuan sama

yaitu 5% dari berat ikan.

Sistem kontrol air dilakukan dengan penyiponan. Penyiponan dilakukan

apabila kondisi air telah kotor dengan ditandai feses ikan yang jatuh ke dasar

akuarium. Jumlah volume air yang disipon sebanyak 10% pada wadah

pemeliharaan. Parameter kualitas air juga dilakukan untuk mengetahui kondisi

air. Kualitas air yang diukur adalah suhu, pH dan oksigen terlarut (DO).

Pengukuran kualitas air dilakukan pada setiap 10 hari sekali.

f. Pengamatan Hasil

Pengukuran dan pengamatan hasil dilakukan dalam tujuh hari sekali.

Data yang diamati dalam penelitian ini meliputi kualitas air, kelulusan hidupan

(18)

1. Kualitas Air

Pengamatan kualitas air meliputi suhu, oksigen terlarut (DO) dan tingkat

keasaman (pH). Pengamatan ini dilakukan pada awal, pertengahan dan akhir

penelitian.

2. Kelangsungan Hidup (SR)

Kelangsungan Hidup dihitung dengan rumus Effendie (1997):

SR = x 100% No

Nt

Keterangan:

SR : Survival Rate (%)

Nt : Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor)

N0 : Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)

3. Pertumbuhan Bobot Ikan Lele

Pengukuran bobot ikan menggunakan timbangan digital. Bobot ikan yang telah

ditimbang kemudian di catat. Pengukuran dilakukan setiap 10 hari dengan

pengambilan ikan contoh sebanyak 10% dari jumlah ikan uji pada setiap wadah

percobaan. Pertumbuhan bobot dihitung menggunakan rumus pertumbuhan

menurut Effendie (1997) yaitu :

ΔW = Wt – W0

Keterangan :

ΔW = Pertumbuhan mutlak (g)

Wt = Bobot akhir (g)

(19)

4. Pertumbuhan Panjang Ikan Lele

Pada ikan budidaya panjang merupakan salah satu faktor penanda pertumbuhan

ikan sehingga laju pertumbuhan panjang yang penting dalam budidaya ikan.

Pengukuran panjang dilakukan setiap 10 hari. Pengukuran dilakukan dengan

cara ikan diletakkan diatas kertas milimeter kemudian di catat panjang ikan.

Pengukuran panjang ikan menggunakan rumusan pertumbuhan panjang

menurut Effendie (1997) yaitu :

L = Lt – L0

Keterangan :

L = Pertumbuhan panjang (cm)

Lt = Panjang akhir (cm)

L0 = Bobot awal (cm)

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dianalisis menggunakan

sidik ragam (ANOVA) untuk melihat pengaruh perlakuan. Data dianalisis

ragam (uji F) pada taraf kepercayaan 95%. Bila dalam analisis ragam

diperoleh beda nyata (P < 0,05), maka dilakukan uji wilayah ganda Duncan

(20)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data berupa tingkat

kelangsungan hidup ikan lele, pertumbuhan bobot mutlak, pertumbuhan

panjang mutlak serta data parameter fisika kimia air selama penelitian.

Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup ikan lele dari total 60 ekor tiap perlakuan

yang dipelihara selama 30 hari menunjukkan nilai tertinggi dicapai pada

perlakuan P1 sebesar 90 % dan terendah diperoleh pada perlakuan P3

sebesar85 %, sedangkan pada Kontrol sebesar 86,67 %, pada P2 sebesar 86,67

% yang dapat dilihat pada Gambar 2 dan Lampiran 1.

(21)

Dari hasil analisa data (ANOVA) dan uji F menunjukkan bahwa

pemberian enzim papain pada ikan tidak memberikan pengaruh yang nyata

terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan lele.

Pertumbuhan Bobot Mutlak

Data pertumbuhan bobot selama pemeliharaan di peroleh bobot rata-rata

tertinggi pada perlakuan P3 sebesar 14,84 g, sementara pertumbuhan bobot

terendah di peroleh pada perlakuan K (kontrol) sebesar 8,087 g, sedangkan

pada perlakuan P1 sebesar 11,68 g dan P2 sebesar 14,51 g yang dapat dilihat

pada Gambar 3 dan Lampiran 2.

Gambar 3. Persentase Pertumbuhan Bobot Ikan Lele

Selama pemeliharaan ikan lele mengalami pertambahan bobot seiring dengan

bertambahnya waktu pemeliharaan. Pertumbuhan bobot rata-rata ikan lele

(22)

Tabel 2. Pertumbuhan bobot rata-rata ikan lele selama penelitian.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan setiap sepuluh hari, dapat dilihat

peningkatan laju pertumbuhan bobot ikan lele selama masa

pemeliharaan.Peningkatan pemberian jumlah enzim papain berbanding lurus

dengan tingginya laju pertumbuhan bobot. Grafik menunjukkan perlakuan P3

terjadi penambahan bobot yang lebih tinggi pada hari ke 10 sampai pada hari

ke 30, Sehingga diperoleh penambahan bobot tertinggi pada perlakuan P3 dan

yang paling rendah adalah K (kontrol), sedangkan pertumbuhan bobot

tertinggi ke dua adalah P2 sebesar 14,51 g, dan P1 sebesar 11,68 g.Grafik

(23)

Gambar 4.Pertumbuhan Bobot Rata-rata

Dari hasil analisa data (ANOVA) dan uji F menunjukkan bahwa

perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan bobot

atau pertumbuhan spesifik ikan lele dan setelah dilakukan uji lanjut BNT

dengan selang kepercayaan 95% dapat diketahui terjadi perbedaan yang

signifikan pada setiap perlakuan yang dapat dilihat pada Lampiran 2.

Pertumbuhan Panjang Mutlak

Selama penelitian ikan lele mengalami pertumbuhan panjang seiring

dengan bertambahnya waktu pemeliharaan. Pertumbuhan panjang rata-rata

selama penelitian di peroleh bahwa pertumbuhan panjang tertinggi pada

perlakuan P3 sebesar 13,66 cm sedangkan pertumbuhan panjang terendah

pada perlakuan K (kontrol) sebesar 10,57 cm kemudian pada perlakuan P2

dan P1 berturut-turut sebesar 9,98 cm dan 9,1 cm. Pertumbuhan panjang

(24)

Gambar 5.Persentase Pertumbuhan Panjang Ikan Lele

Selama pemeliharaan ikan lele mengalami pertambahan panjang

seiring dengan bertambahnya waktu pemeliharaan.Pertumbuhan panjang

rata-rata ikan lele selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pertumbuhan Panjang (cm) Ikan Lele Selama Penelitian Perlakuan

Ulangan Hari Ke (g)

0 10 20 30 ∆W

K 1 5,65 7,69 10,51 11,49 5,84

2 5,75 7,92 11,37 11,76 6,01

3 5,65 7,74 11,12 11,46 5,81

Rata-rata 5,7 7,82 11 11,57 5,87

P1 1 5,86 8,65 12,43 15,5 9,64

2 5,72 7,53 12,41 14,6 8,88

3 6,1 8,45 12,23 14,9 8,8

Rata-rata 5,9 8,2 12,32 15 9,1

P2 1 6 8,57 13,59 16,25 10,25

2 5,9 8,78 13,21 17,16 11,26

3 6,1 7,83 12,72 16,3 10,2

Rata-rata 6 8,4 13,17 16,57 10,57

P3 1 6,1 8,5 15,5 19,87 13,77

2 5,9 8,9 14,9 19,75 13,85

3 6,3 8,7 15,13 19,66 13,36

(25)

Berdasarkan Pengamatan yang telah dilakukan selama penelitian

diketahui terjadi pertumbuhan panjang ikan lele.Pertumbuhan panjang

tertinggi pada perlakuan P3 dan terendah pada Kontrol, perlakuan P2

pertumbuhan panjang tertinggi ke dua, P1 pertumbuhan panjangnya tertinggi

ke tiga.Grafik pertumbuhan panjang ikan lele dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Pertumbuhan Panjang Ikan Lele

Dari hasil analisa data (ANOVA) dan uji F menunjukkan bahwa

perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan

panjang atau pertumbuhan spesifik ikan lele dan setelah dilakukan uji lanjut

BNT dengan selang kepercayaan 95% dapat diketahui terjadi perbedaan yang

signifikan pada setiap perlakuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Lampiran 3.

Kualitas Air

Parameter fisika dan kimia air yang diukur selama penelitian meliputi suhu,

pH, DO dan amoniak. Selama penelitian kualitas air relatif karena

(26)

indoor sehingga kondisi lingkungan relatif homogen dan lebih mudah di

kontrol. Kisaran nilai parameter kualitas air selama penelitian dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 4. Kisaran nilai parameter kualitas air selama penelitian

Perlakuan Data Parameter Kualitas Air

Suhu (oC) DO (mg/l) pH Amoniak (mg/l)

Tingkat kelangsungan hidup ikan lele selama pemeliharaan berkisar

antara 85 % sampai 90 %.Data hasil penelitian menunjukkan tidak adanya

pengaruh nyata pemberian enzim papain pada pakan terhadap kelangsungan

hidup ikan lele.

Dari data kelangsungan hidup ikan diketahui terjadi kematian pada

ikan.Kematian ikan pada perlakuan dan kontrol terjadi pada saat awal

pemeliharaan.Hal ini di duga karena dalam masa adaptasi ikan terhadap

lingkungan yang baru. Namun pada kontrol masih terjadi kematian seiring

berjalannya waktu pemeliharaan hal ini diduga karena menurunnya kualitas

air media pemeliharaan. Namun tingkat kelangsungan hidup ikan pada saat

pemeliharaan tergolong baik. Tingkat kelangsungan hidup ikan tertinggi pada

perlakuan P1 sebesar 90% dan terendah pada P3 sebesar 85 %, sedangkan

pada perlakuan P2 dan Kontrol maing-masing sebesar 86,67 %. Menurut

(27)

Rate (SR) ≥ 50 % tergolong baik, kelangsungan hidup 30-50 % sedang dan

kurang dari 30 % tidak baik.

Hasil penelitian diperoleh SR ikan lele semakin hari semakin baik, hal

ini di duga karena ikan lele telah beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan

media pemeliharaan, dan kualitas air yang di ukur menunjukkan bahwa

kualitas air berada pada kisaran yang optimum untuk pertumbuhan dan

kelangsungan hidup ikan lele. Mulyani, (2014) menyatakan bahwa

kelangsungan hidup ikan sangat tergantung kepada daya adaptasi ikan

terhadap makanan dan lingkungan, status kesehatan ikan, padat tebar, dan

kualitas air yang cukup untuk mendukung kehidupan ikan.

Berdasarkan penelitian Amalia (2013) terhadap kelangsungan hidup ikan

lele dumbo tidak jauh berbeda dari penelitian ini yaitu dengan kisaran 83 – 91 %.

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian papain dengan dosis yang berbeda

memberikan pengaruh yang sama (P>0,05) terhadap kelangsungan hidup lele

dumbo. Dilihat dari tingkat kelangsungan hidup ikan selama penelitian

menunjukkan bahwa jumlah pakan yang diberikan sudah cukup untuk mendukung

kebutuhan pokok ikan sebab pada tingkat kelangsungan hidup yang tinggi

memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan.

Pertumbuhan Panjang Ikan

Hasil pengamatan yang dilakukan selama penelitian terjadi pertambahan

panjang ikan lele dari awal pemeliharaan sampai akhir pemeliharaan pada

setiap perlakuan, dimana rata-rata panjang awal ikan lele di awal

pemeliharaan adalah sebesar 5 cm 8 cm dan di akhir pemeliharaan sebesar 11

(28)

Hasil uji F dengan selang kepercayaan 95 % terhadap pertumbuhan

panjang diperoleh, bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan

panjang ikan lele. Pertumbuhan panjang ikan lele tertinggi diperoleh pada

perlakuan P3 sebesar 13,66 cm, sedangkan pertumbuhan panjang terendah

pada perlakuan K sebesar 5,87 cm, kemudian pada perlakuan P1 dan P2

berturut-turut sebesar 9,1 cm dan 10,57 cm. Data perhitungan statistik panjang

ikan dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel pertumbuhan panjang dengan uji

BNT dapat dilihat Pada Tabel 5.

Tabel 5. Pertumbuhan Panjang dengan Uji BNT

Perlakuan Rata-rata Notasi

papain pada setiap perlakuan selama penelitian berbeda nyata, dimana terjadi

perbedaan yang signifikan antar semua perlakuan.

Pertumbuhan Bobot Ikan

Perhitungan dari hasil analisis uji F dengan taraf kepercayaan 95 %

menghasilkan F hitung > dari F tabel, yang berarti bahwa pemberian enzim

papain memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot lele.Dari uji

lanjut BNT yang telah dilakukan dapat diketahui terjadi perbedaan yang

signifikan antar semua perlakuan.Tabel pertumbuhan bobot dengan uji BNT

dapat dilihat Pada Tabel 6.

Tabel 6. Pertumbuhan Bobot dengan Uji BNT

Perlakuan Rata-rata Notasi

(29)

P1 11.69 B

P2 9.5 C

P3 14.84 D

Pertumbuhan ikan lele terjadi karena adanya pasokan energi yang terkandung

dalam pakan.Energi yang terakandung dalam pakan yang dikonsumsi melebihi

kebutuhan energi yang di butuhkan untuk pemeliharaan tubuh dan aktivitas

tubuh lainnya, sehingga kelebihan energi tersebut dimanfaatkan untuk

pertumbuhan.Mulyadi (2001), menyatakan bahwa pertumbuhan terjadi karena

adanya kelebihan energi yang berasal darin pakan setelah dikurangi oleh

energi hasil metabolismedan energi yang terkandung dalam fases.

Ketersediaan protein dalam pakan sangat mempengaruhi pertumbuhan

ikan baik pertumbuhan panjang maupun pertumbuhan berat.Dengan adanya

pemberian enzim papain pada pakan maka diketahui dapat mempercepat

pertumbuhan ikan.Menurut Sukandi (2003) baik tidaknya suatu pakan

ditentukan oleh kandungan nutrisinya.

Hasil analisis ragam menunjukkan penambahan enzim papain dalam pakan

buatan dengan presentase yang berbeda memberikan pengaruh nyata pada

perlakuan P3.Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai laju pertumbuhan

didapatkan nilai tertinggi yaitu pada perlakuan P3 dengan dosis

2.5%.Penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari penelitian

sebelumnya oleh Amalia (2013) dengan nilai tertinggi pada dosis 2.25%.Titik

optimum pada penelitian ini terdapat pada perlakuan P3 dengan laju

pertumbuhan sebesar 14.84 gram serta titik terendah pada perlakuan K

(kontrol) sebesar 8.087 gram.

(30)

Suhu perairan yang optimal mempengaruhi kelangsungan hidup ikan dan

membantu proses metabolisme serta pertukaran udara (respirasi) untuk

perkembangannya. Menurut Jangkaru (1976), enzim yang terdapat dalam

tubuh ikan yang berfungsi merangsang metabolisme hidup dalam batas suhu

tertentu, akan berhenti beraktivitas apabila terjadi perubahan suhu yang besar

dan terjadi dalam waktu singkat.

Kandungan oksigen terlarut (DO) dalam air sangat diibutuhkan untuk

mendukung kehidupan organisme air.Dari 6 – 9 mg/l. Kandungan oksigen

terlarut pada ikan budidaya > 5 sangat baik untuk pertumbuhan ikan.

Berdasarkan hasil penelitian,suhu air saat penelitian termasuk dalam kisaran

yang optimal untuk kelayakan hidup ikan lele yaitu antara 27–30 C. Hal ini

disebabkan penelitian dilakukan di dalam ruangan tertutup dan dalam

lingkungan yang relatif homogen.Sesuai dengan literatur Djoko (2006) yang

menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan hidup

ikan senantiasa harus dijaga dan di perhatikan.Faktor tersebut salah satunya

adalah suhu berkisar 24–30 C dengan kondisi suhu tersebut ikan lele bisa

(31)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Enzim papain berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan panjang

dan bobot benih ikan lele dumbo, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap

kelangsungan hidup benih ikan lele dumbo.

2. Pemberian enzim papain yang efektif untuk pertumbuhan panjang dan

bobot benih ikan lele dumbo adalah pada perlakuan P3 sebesar 2,5%.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai apakah penambahan

enzim papain dengan jumlah yang lebih tinggi dapat meningkatkan

pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele dengan lebih baik. Selain itu,

sebaiknya dilakukan penelitian menggunakan enzim yang berbeda untuk

(32)

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi dan Morfologi Ikan Lele Dumbo

Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) berasal dari Benua Afrika dan

pertama kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1984. Jenis ikan lele ini

termasuk hibrida dan pertumbuhan badannya cukup spektakuler baik panjang

tubuh maupun beratnya. Dibanding kerabat dekatnya ikan lele lokal (Clarias

batrachus) lele dumbo memiliki pertumbuhan empat kali lebih cepat. Oleh

sebab itu, ikan jenis ini dengan mudah menjadi populer di masyarakat

(Santoso,1994).

Ikan lele dumbo memiliki morfologi yang mirip dengan lele lokal.

Bentuk tubuh memanjang, agak bulat, kepala gepeng dan batok kepalanya

keras, tidak bersisik dan berkulit licin, mulut besar, warna kulit badannya

terdapat bercak-bercak kelabu seperti jamur kulit manusia (panu). Ikan

lele dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan

walking catfish (Puspowardoyo dan Djarijah, 2002).

Klasifikasi ikan lele dumbo (C. gariepinus) menurut Djatmika, dkk.

(1986):

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Ostariophysi

Famili : Claridae

Genus : Clarias

(33)

Ciri-ciri morfologis lele dumbo lainnya adalah sungutnya. Sungut

berada di sekitar mulut berjumlah delapan buah atau 4 pasang terdiri dari

sungut nasal dua buah, sungut mandibular luar dua buah, mandibular dalam

dua buah, serta sungut maxilar dua buah. Ikan lele mengenal mangsanya

dengan alat penciuman, lele dumbo juga dapat mengenal dan menemukan

makanan dengan cara rabaan (tentakel) dengan menggerak-gerakan salah satu

sungutnya terutama mandibular (Santoso, 1994).

Lele dumbo mempunyai lima buah sirip yang terdiri dari sirip pasangan

(ganda) dan sirip tunggal. Sirip yang berpasangan adalah sirip dada (pectoral)

dan sirip perut (ventral), sedangkan yang tunggal adalah sirip punggung

(dorsal), ekor (caudal) serta sirip dubur (anal). Sirip dada ikan lele dumbo

dilengkapi dengan patil atau taji tidak beracun. Patil lele dumbo lebih pendek

dan tumpul bila dibandingkan dengan lele lokal (Santoso, 1994).

Habitat Ikan Lele Dumbo

Lele dumbo asal Afrika ternyata sangat toleransi terhadap suhu air yang

cukup tinggi yaitu 20º – 35ºC, disamping itu lele dumbo dapat hidup pada

kondisi lingkungan perairan yang jelek. Kondisi air dengan kandungan

oksigen yang sangat minim lele dumbo masih dapat bertahan hidup, karena

lele dumbo memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut organ

arborescent. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin.

Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk,

sawah yang tergenang air, semua perairan tawar dapat menjadi lingkungan

hidup atau habitat lele dumbo misalnya waduk, bendungan, danau, rawa, dan

(34)

menyukai air yang arusnya mengalir secara perlahan atau lambat. Aliran air

arus yang deras lele dumbo kurang menyukainya (Santoso, 1994).

Pemeliharaan Ikan Lele Dumbo

Memelihara lele dumbo bisa dilakukan di berbagai tempat. Ikan lele

umumnya dipelihara di kolam. Kolam bisa dibuat dari bermacam-macam

bahan bisa beton, terpal, bahkan bisa dipelihara di sawah penduduk. Kolam

beton bisa dibangun dengan syarat adanya lahan yang cukup. Ukuran kolam

sebagai pedoman, setiap 1 m³ air dapat menampung 30 – 50 ekor lele

berukuran sekitar 10 cm. Bila kedalaman kolam 1 - 1,5 m, maka setiap 1 m²

kolam dapat digunakan untuk memelihara paling sedikit 30 ekor lele. Dinding

kolam sebaiknya dibuat tegak lurus, karena lele memiliki patil yang dapat

digunakan untuk merangkak dengan berpijak pada dinding yang agak miring.

Dasar kolam sebaiknya dibuat agak miring ke arah pintu pengeluaran air, agar

pengeringan kolam tidak mengalami kesulitan (Puspowardoyo dan Djarijah,

2002).

Variasi Kolam bisa dilakukan dengan berbagai cara karena tidak

adanya spesifikasi ukuran kolam yang baku. Bisa bervariasi, luas minimal 20

m² dan maksimal 70 m². Tinggi kolam antara 80 cm – 120 cm, kedalaman air

antara 70 – 110 cm. Bentuk kolam pun bisa bervariasi, bisa segiempat

panjang atau pun bujursangkar, dan bundar. Saluran pemasukan air posisinya

sedikit di atas. Kolam dilengkapi dengan 2 atau 3 pembuangan yaitu

pembuangan atas, tengah dan bawah. Lubang pembuangan atas untuk

membuang kotoran dan fitoplankton yang berlebih atau tebal biasanya

(35)

berasal dari sisa-sisa pakan, kotoran ikan, maupun plankton yang mati. Air

diupayakan tidak terlalu bening agar lele merasa lebih nyaman (Puspowardoyo

dan Djarijah, 2002).

Kebutuhan Pakan Ikan

Menurut Khairuman dan Amri (2001), bahwa kecepatan laju

pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kualitas pakan yang

diberikan serla kondisi lingkungan. Apabila pakan yang diberikan berkualitas

baik secara jumlahnya mencukupi serta kondisi lingkungan mendukung dapat

dipastikan laju pertumbuhan ikan akan menjadi lebih cepat sesuai yang

diharapkan. Sebaliknya apabila jumlah pakan yang diberikan berkualitas jelek,

jumlah tidak mencukupi serta kondisi lingkungannya tidak mendukung dapat

dipastikan pertumbuhan ikan akan terhambat. Oleh karena itu, untuk

meperoleh hasil yang optimal, maka pemberian pakan harus tepat dosis,

artinya jumlah pakan yang diberikan harus dapat dikonsumsi ikan secara utuh

atau dapat habis (Cahyono, 2001).

Menurut Djajasewaka (1990), pakan yang dimakan oleh ikan selain

mempunyai fungsi untuk memelihara kelangsungan hidup juga untuk

pertumbuhan. Untuk mencapai pertumbuhan optimal dari ikan, maka pakan

yang diberikan harus mempunyai kualitas yang tinggi. Hal ini berarti pakan

yang diberikan tadi mengandung nutrisi dan kandungan energi yang sesuai

untuk pertumbuhan ikan. Nutrisi yang dapat mendukung kelangsungan hidup

dan pertumbuhan tersebut diantaranya seperti protein, lemak,

(36)

utama yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Berdasarkan pernyataan Suhenda,

dkk., (2003), pada benih ikan patin dengan 7,6 g/ekor menyatakan bahwa

pakan yang mengandung protein 35%, karbohidrat 36% dan lemak 6%

memberikan pertumbuhan paling baik bagi benih.

Lele dumbo sering digolongkan pemakan segala (omnivora). Lele

dumbo terkenal rakus, karena mempunyai ukuran mulut yang cukup lebar

hingga mampu menyantap makanan alami di dasar perairan dan buatan

misalnya pellet. Makanan berupa bangkai seperti ayam, bebek, angsa, burung,

bangkai unggas lainnya dilahapnya hingga tulang belulangnya. Lele dumbo

juga dikenal sebagai pemakan bangkai atau scavenger. Di kolam budidaya,

lele dumbo mau menerima segala jenis makanan yang diberikan (Santoso,

1994).

Menurut SNI (2006), kandungan nutrisi dalam pakan ikan lele dumbo

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Syarat Mutu Pakan Ikan Lele Dumbo

No. Jenis Uji

menjadi bentuk khusus sesuai yang dikehendaki, misalnya pelet, tepung,

lembaran dan cairan. Gizi pakan buatan ini diukur sedemikian rupa sehingga

(37)

selain harus mempunyai nilai gizi tinggi juga harus memenuhi syarat

pencernaan dan selera ikan (Mudjiman, 1987).

Enzim

Reaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologis selalu melibatkan katalis.

Katalis ini dikenal sebagai katalis biologis (biokatalisator) berupa protein yang

sangat spesifik yang disebut enzim (Winarno, 1986), merupakan katalis yang

sedang dikembangkan dalam industri kimia. Pengembangan katalis biologis

ditujukan untuk mengurangi konsumsi energi proses serta menghilangkan

terikutnya senyawa-senyawa pengotor dalam produk suatu proses. Katalis ini

digunakan sebagai alternatif katalis anorganik seperti natrium, kalium atau

kalsium hidroksida.

Kata enzim diperkenalkan oleh Kuhne pada tahun 1878 untuk suatu zat yang

bekerja pada suatu substrat. Kata enzim berasal dari bahasa Yunani yang

berarti di dalam sel. Enzim merupakan protein yang mempunyai daya katalitik

karena aktivitas spesifiknya (Dixon, 1979). Enzim secara biokimia merupakan

suatu kelompok protein yang berperan sangat penting dalam proses aktivitas

biologis. Tugasnya sebagai katalisator di dalam sel dan bersifat khas. Kerja

enzim umumnya mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi

(Lehninger, 1993).

Protein yang mempunyai fungsi sebagai enzim adalah bentuk tersier.

Pada struktur tersier mempunyai sisi katalitik yang merupakan sisi pengikatan

enzim dengan substrat membentuk komplek. Tempat pengikatan enzim adalh

spesifik untuk substrat terten-tu. Efektivitas katalitik suatu enzim didapat dari

(38)

katalitik dapat berupa gugus karbonil, gugus amida, gugus hidroksil dan lain

se-bagainya (Goldstein, 1996).

Aktivitas dari enzim dalam mengkatalis reaksi dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya adalah:

1. Konsentrasi enzim

Pada suatu konsentrasi substrat tertentu kecepatan reaksi enzimatis

bertambah pada saat ber-tambahnya konsentrasi enzim.

2. Konsentrasi substrat

Pada saat konsentrasi enzim konstan ber-tambahnya konsentrasi

substrat meningkatkan ke-cepatan reaksi enzimatis. Pada konsentrasi tertentu

tidak terjadi peningkatan kecepatan reaksi walau-pun konsentrasi substrat

ditambah.

3. Suhu

Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lam-bat, pada suhu tinggi

secara umum reaksi kimia berlangsung cepat. Pada suhu optimum kecepatan

reaksi enzimatis adalah maksimum. Pada suhu melewati suhu optimumnya

dapat menyebabkan terjadinya denaturasi enzim sehingga menurunkan

kecepatan reaksi.

4. Derajad Keasaman (pH)

Struktur enzim dipengaruhi oleh pH lingkungannya. Enzim dapat

bermuatan positif, negatif atau bermuatan ganda (zwitter ion). Pengaruh

peru-bahan pH lingkungan berpengaruh pada aktivitas sisi aktif dari enzim.

(39)

Keberadaan inhibitor akan menurunkan kecepatan reaksi enzimatis.

Inhibitor dapat membentuk kom-pleks dengan enzim baik pada sisi aktiv

enzim maupun bagian lain dari sisi aktiv enzim. Ter-bentuknya komplek

enzim inhibitor akan menurunkan aktivitas enzim terhadap substratnya.

(Poedjiadi, 1994).

Macam – Macam Enzim dan Fungsinya

1. Berdasarkan tempat enzim bekerja

 Endoenzim (enzim intraseluler) merupakan enzim yang bekerja di dalam sel.

 Eksoenzim (enzim ekstraseluler) merupakan enzim yang bekerja di luar sel. 2. Berdasarkan cara terbentuknya

 Enzim konstitutif yaitu enzim yang jumlahnya dipengaruhi oleh kadar molekul awalnya (substrat). Contohnya adalah enzim amilase yang terdapat

pada saliva.

 Enzim adaptif yaitu enzim yang pembentukannya distimulasi oleh adanya substrat, misalnya enzim β-galaktosidase yang dihasilkan oleh bakteri E.coli

yang ditumbuhkan di dalam medium yang mengandung laktosa

3. Berdasarkan proses metabolismenya

 Enzim katalase merupakan enzim yang bersifat antioksidan pada makhluk hidup akibat fungsinya yang membantu mengubah hidrogen peroksida

(H2O2) yang berasal dari respirasi (pernafasan) menjadi air (H2O) dan

oksigen (O2). Hal ini dilakukan oleh tubuh melalui enzim katalase karena

H2O2 bahaya bagi tubuh karena mudah bereaksi (oksidator kuat) dan bersifat

(40)

 Enzim oksidase merupakan enzim yang fungsinya untuk mempercepat penggabungan ikatan oksigen (O2) pada substrat tertentu yang spesifik

dengan mengkatalisis transfer elektron, dan pada waktu yang bersamaan,

oksigen tersebut juga direduksikan menjadi air (H2O)

 Enzim karbosilase merupakan enzim yang fungsinya untuk mengubah asam organik dengan cara bolak balik. Seperti enzim karbosilase piruvat yang

mengkatalisis proses karboksilasi asam piruvat menjadi oksaloasetat. Pada

keadaan kekurangan oksigen pada tubuh, asam piruvat dipecah secara

anaerob menghasilkan asam laktat pada manusia dan hewan, menjadi etanol

pada tumbuhan. Penumpukan asam laktat ini akan menyebabkan terjadinya

keletihan atau kelelahan yang bermakna pada seseorang.

 Enzim hidrase merupakan enzim yang fungsinya untuk menambah atau mengurangi air (H2O) dari senyawa spesifik tertentu, dengan tidak

menyebabkan terurainya senyawa tersebut. Contoh enzim hidrase seperti

akonitase, enolase, dan fumarase

 Enzim dehidrogenase merupakan enzim yang fungsinya memindahkan hidrogen dari suata molekul/zat ke zat lainnya. Dengan begitu, enzim ini

dapat membantu untuk melangsungkan proses oksidasi didalam sel-sel

hidup.

 Enzim desmolase merupakan enzim oksidase dan reduktase yang fungsinya membantu penggabungan atau pemindahan ikatan karbon, dan pemutusan

ikatan-ikatan C-C, C-N. Seperti enzim aldolase yang diubah dalam

(41)

 Enzim transphoforilase merupakan enzim yang fungsinya memindahkan H3PO4 dari suatu molekul/zat ke molekul lainnya dibantu oleh ion

magnesium (Mg2+).

 Enzim peroksida merupakan enzim oksireduktase yang terdiri atas protein heme yang terdapat pada organisme prokariotik dan eukariotik. Fungsinya

mengkatalisis proses oksidase substrat organik dengan H2O2, dan

mereduksinya menjadi H2O.

4. Berdasarkan proses reaksi yang dikatalisis

a. Karbohidrase

Enzim karbohidrase adalah enzim-enzim yang mengkatalisis pemecahan

karbohidrat. Enzim ini terutama terdapat disaliva (air ludah) dan usus halus.

Contoh dari enzim ini adalah enzim selulose, amilase, pektinase, maltose,

sukrose, laktose.

b. Esterase

Enzim esterase merupakan sebuah enzim yang fungsinya mengkatalisis

pemecahan rantai ester, terutama yang ditemukan di dalam asam nukleat dan

juga lipid (lemak). Contoh dari enzim esterase adalah enzim lipase, dan

fosfatase.

c. Protease

Enzim protease disebut juga dengan proteinase, proteolitik atau peptidase.

Merupakan enzim-enzim yang mengkatalisis pemecahan rantai protein didalam

tubuh, sehingga protein yang masuk melalui makanan dapat menjadi molekul

yang lebih sederhana diserap kedalam pembuluh darah dan dibawa ke sirkulasi

(42)

(protease) yang mampu mengurai dan memecah protein, sehingga protein dapat

dicerna oleh tubuh. Enzim protease ini terutama terdapat di lambung dan di

usus halus. Contoh dari enzim ini adalah enzim pepsin, renin, tripsin,

enterokinase, peptidase, dan gelatinase (http://www.softilmu.com/).

Enzim Papain

Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari

Amerika tropis. Buah pepaya tergolong buah yang popular dan digemari oleh

hampir seluruh penduduk penghuni bumi ini. Batang, daun, dan buah pepaya

muda mengandung getah berwarna putih. Getah ini mengandung suatu enzim

pemecah protein atau enzim proteolitik yang disebut papain (Moehd, 1999).

Hampir semua bagian tanaman pepaya dapat dimanfaatkan, mulai dari

daun, batang, akar, maupun buah. Getah pepaya yang paling banyak

terkandung didalam buah pepaya jenis pepaya Bangkok. Getah pepaya yang

sering disebut sebagai papain dapat digunakan untuk berbagai macam

keperluan, antara lain: penjernih bir, pengempuk daging, bahan baku industri

penyamak kulit, serta digunakan dalam industri farmasi dan kosmetika

(kecantikan). Papain merupakan enzim proteolitik, yaitu enzim yang dapat

mengurai dan memecah protein yang ada.

Papain adalah suatu zat (enzim) yang dapat diperoleh dari getah tanaman pepaya

dan buah pepaya muda. Getah pepaya tersebut terdapat hampir di semua

bagian tanaman pepaya, kecuali bagian akar dan biji. Kandungan papain

paling banyak terdapat dalam buah pepaya yang masih muda. Getah pepaya

(papain) cukup banyak mengandung enzim yang bersifat proteolitik (pengurai

(43)

oleh para pengusaha industri maupun ibu-ibu rumah tangga untuk mengolah

berbagai macam produk (Warisno, 2003).

Papain merupakan enzim proteolitik hasil isolasi dari penyadapan getah

buah pepaya (Carica papaya L.). Getah pepaya mengandung sebanyak 10%

papain, 45% kimopapain dan lisozim sebesar 20% (Winarno, 1995).

Sebagai enzim proteolitik, papain memiliki nilai ekonomi tinggi dan

banyak digunakan dalam industri besar. Meskipun telah diketahui ada

beberapa enzim protease yang dihasilkan dari tanaman lain, ternyata papain

merupakan enzim yang paling banyak dan paling sering digunakan. Oleh

karenanya, potensi pasar papain dalam perdagangan dunia masih cukup besar

(Moehd, 1999).

Manfaat Enzim Papain

1. Sebagai pengempuk daging

Proses pengempukan daging dengan menggunakan enzim papain akan

terjadi perubahan-perubahan yaitu berupa hancurnya sarkolema, akibatnya daging

menjadi lunak (Price, 1971).

Penyebaran enzim tergantung pada waktu, suhu, dan konsentrasi enzim.

Lamanya pemberian enzim papain pada daging sapi umumnya berkisar 30 – 80

menit (Schwimmer, 1981).

2. Dalam Pembuatan Keju Cottage

Konsentrasi optimum papain yang dapat mengkoagulasi kasein dalam

(44)

jam. Keju cottage yang dihasilkan berwarna putih gading dan memiliki rasa dan

aroma yang asam (Geantaresa dan Supriyanti, 2010).

3. Melunakkan bahan pakan ternak (jagung, kacang hijau, dedak, pollard, kopra

dan lain-lain).

4. Enzim protease salah satu enzim yang bekerja meningkatkan kandungan

protein.

5. Melenyapkan bekas kulit yang terbakar karena kuali panas, knalpot motor,

tersiram air panas, terpercik minyak makan yang panas, kulit yang melepuh

dan lain-lain.

6. Digunakan pada industri penyamakan kulit, digunakan untuk melembutkan

kulit.

7. Enzim papain juga digunakan pada industri pengolahan bir

(45)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai

potensi dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan

perikanan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Peranan

sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama bisa dilihat dari

fungsinya sebagai penyedia bahan baku pendorong agroindustri, peningkatan

devisa melalui penyediaan ekspor hasil perikanan, penyedia kesempatan kerja,

peningkatan pendapatan nelayan atau petani ikan dan pembangunan daerah,

serta peningkatan kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup.

Perikanan dan kelautan Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi

dan termasuk prospek bisnis yang cukup besar, sehingga dapat dijadikan

sebagai sektor andalan untuk mengatasi krisis ekonomi (Dahuri, 2000).

Pakan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

perkembangan budaya ikan secara intensif maupun semi intensif, baik ikan air

tawar, ikan air payau, maupun ikan air laut. Pakan dibutuhkan oleh ikan sejak

mulai dari ukuran larva sampai ukuran induk. Lele dumbo (Clarias

gariepinus) merupakan salah satu spesies unggulan ikan air tawar yang

memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya, antara

lain mudah dipelihara, dapat tumbuh dengan cepat dalam waktu relatif

singkat.

Menurut Subandiyono dan Hastuti (2010), pertumbuhan terjadi apabila

(46)

didukung dengan pemberian pakan yang disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi

ikan dan memiliki nilai kecernaan yang tinggi. Ikan memerlukan pakan

dengan nutrien (protein, karbohidrat, dan lemak) yang sesuai dengan

kebutuhan ikan untuk pemeliharaan tubuh (maintenance) serta pertumbuhan.

Papain merupakan enzim dari ekstrak buah pepaya yang bersifat

proteolitik dan mampu menghidrolisis protein menjadi unsur-unsur yang lebih

sederhana yaitu peptida hingga asam amino. Penambahan papain sebagai

enzim eksogen ke dalam pakan mampu meningkatkan hidrolisis protein

pakan. Ini akan berakibat pada tingkat penyerapan protein pakan yang

semakin meningkat. Enzim papain bekerja lebih aktif pada protein nabati dan

relatif tahan terhadap suhu, bila dibandingkan dengan enzim proteolitik

lainnya seperti bromelin dan lisin. Enzim papain lebih tahan terhadap suhu

yang tinggi dibandingkan dengan enzim bromelin (Winarno, 1995).

Penambahan papain dalam pakan mampu meningkatkan deposisi protein

pakan ke dalam tubuh untuk pertumbuhan ikan. Penelitian mengenai

pertumbuhan ikan dengan pakan buatan menggunakan papain sudah pernah

dilakukan sebelumnya untuk gurame, nila hitam, patin, lele sangkuriang dan

lele dumbo dengan dosis yang rendah. Oleh karena itu, papain diharapkan

mampu meningkatkan laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan

lele dumbo dengan dosis yang tinggi.

Perumusan Masalah

Ketersedian pakan menjadi salah satu faktor kegiatan budidaya

perikanan, dimana pakan memegang peranan penting dalam budidaya, selain

(47)

dengan penambahan enzim papain agar dapat menunjang pertumbuhan ikan

lele dumbo (C. gariepinus). Beberapa masalah yang akan dibahas dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh pemberian pakan campuran dengan enzim papain

terhadap laju pertumbuhan benih ikan lele dumbo.

2. Mencari dosis yang tepat dengan meningkatkan dosis pakan untuk

mempercepat laju petumbuhan benih ikan lele dumbo.

Kerangka Pemikiran

Budidaya ikan lele dumbo secara intensif yang meliputi lingkungan,

kualitas air dan pemberian pakan. Pemberian pakan menggunakan enzim

papain sesuai dengan dosis yang tepat dapat menentukan laju pertumbuhan

dan kelangsungan hidup ikan lele dumbo. Kerangka pemikiran dapat dilihat

pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Budidaya Ikan Lele Dumbo

Pemberian Pakan

Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Dumbo

Kualitas Air Lingkungan

Intensif Ekstensif

(48)

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh pemberian enzim papain terhadap pertumbuhan dan

kelangsungan hidup ikan lele dumbo.

2. Mengetahui jumlah enzim papain yang efektif terhadap pertumbuhan dan

kelangsungan hidup ikan lele dumbo.

Manfaat Penelitian

Sebagai satu acuan dari beberapa alternatif upaya untuk

(49)

ABSTRAK

SUMARWAN SYAHPUTRA. Pengaruh Pemberian Enzim Papain Pada Pakan

Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Dibimbing oleh SYAMMAUN USMAN dan RUSDI

LEIDONALD.

Budidaya ikan lele dumbo secara intensif yang meliputi lingkungan, kualitas air dan pemberian pakan. Pemberian pakan menggunakan enzim papain sesuai dengan dosis yang tepat dapat menentukan laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele dumbo. Penelitian ini bertujuan mengetahui pemberian enzim papain terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele serta mengetahui jumlah enzim papain yang efektif terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 – Januari 2016, di Laboratorium Budidaya Perikanan, Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enzim papain dapat mempercepat pertumbuhan bobot dan panjang ikan lele serta meningkatkan kelangsungan hidup ikan lele. Enzim papain juga berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot dan panjang ikan lele tetapi tidak adanya pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup ikan lele. Jumlah enzim papain yang efektif untuk pertumbuhan panjang dan bobot ikan lele sebanyak 2,5 % enzim.

(50)

ABSTRACT

SUMARWAN SYAHPUTRA. Effect of Enzyme Papain On Against Feed

Survival and Growth Rate Dumbo Catfish (Clarias gariepinus). Under academic supervision by SYAMMAUN USMAN and RUSDI LEIDONALD.

Dumbo catfish farming is intensively to covering the environment, water quality and feeding. Feeding using the appropriate dose enzyme papain can determine the rate of growth and survival rate of dumbo catfish. The research aims to know for giving the enzyme papain to the growth and survival rate of catfish is well and to knowing the amount of enzyme papain which is effective to the growth and survival rate of catfish. This research was conducted from December 2015 - January 2016 in the Laboratory of Aquaculture, Water Resource Management, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra. The results showed that the enzyme papain can accelerate length and weight growth of catfish and increaseing the survival rate of catfish . The enzyme papain also significantly affect to length and weight growth of catfish but no real effect on the survival of catfish. The amount of the enzyme papain which is effective for length and weight growth of catfish as much as 2.5% of the enzyme.

(51)

PENGARUH PEMBERIAN ENZIM PAPAIN PADA PAKAN

TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU

PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE

DUMBO (Clarias gariepinus)

SUMARWAN SYAHPUTRA 110302001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(52)

PENGARUH PEMBERIAN ENZIM PAPAIN PADA PAKAN

TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU

PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE

DUMBO (Clarias gariepinus)

SKRIPSI

SUMARWAN SYAHPUTRA 110302001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(53)

PENGARUH PEMBERIAN ENZIM PAPAIN PADA PAKAN

TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU

PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE

DUMBO (Clarias gariepinus)

SKRIPSI

SUMARWAN SYAHPUTRA 110302001

Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(54)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Sumarwan Syahputra

Nim : 110302001

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Enzim

Papain Pada Pakan Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan

Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus) adalah benar merupakan hasil

karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Medan, Juni 2016

(55)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Pemberian Enzim Papain Pada Pakan Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus)

Nama : Sumarwan Syahputra

Nim : 110302001

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ir. Syammaun Usman, M.P Rusdi Leidonald, S.P. M.Sc Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si

(56)

ABSTRAK

SUMARWAN SYAHPUTRA. Pengaruh Pemberian Enzim Papain Pada Pakan

Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Dibimbing oleh SYAMMAUN USMAN dan RUSDI

LEIDONALD.

Budidaya ikan lele dumbo secara intensif yang meliputi lingkungan, kualitas air dan pemberian pakan. Pemberian pakan menggunakan enzim papain sesuai dengan dosis yang tepat dapat menentukan laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele dumbo. Penelitian ini bertujuan mengetahui pemberian enzim papain terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele serta mengetahui jumlah enzim papain yang efektif terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 – Januari 2016, di Laboratorium Budidaya Perikanan, Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enzim papain dapat mempercepat pertumbuhan bobot dan panjang ikan lele serta meningkatkan kelangsungan hidup ikan lele. Enzim papain juga berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot dan panjang ikan lele tetapi tidak adanya pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup ikan lele. Jumlah enzim papain yang efektif untuk pertumbuhan panjang dan bobot ikan lele sebanyak 2,5 % enzim.

(57)

ABSTRACT

SUMARWAN SYAHPUTRA. Effect of Enzyme Papain On Against Feed

Survival and Growth Rate Dumbo Catfish (Clarias gariepinus). Under academic supervision by SYAMMAUN USMAN and RUSDI LEIDONALD.

Dumbo catfish farming is intensively to covering the environment, water quality and feeding. Feeding using the appropriate dose enzyme papain can determine the rate of growth and survival rate of dumbo catfish. The research aims to know for giving the enzyme papain to the growth and survival rate of catfish is well and to knowing the amount of enzyme papain which is effective to the growth and survival rate of catfish. This research was conducted from December 2015 - January 2016 in the Laboratory of Aquaculture, Water Resource Management, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra. The results showed that the enzyme papain can accelerate length and weight growth of catfish and increaseing the survival rate of catfish . The enzyme papain also significantly affect to length and weight growth of catfish but no real effect on the survival of catfish. The amount of the enzyme papain which is effective for length and weight growth of catfish as much as 2.5% of the enzyme.

(58)

RIWAYAT HIDUP

Sari Kencana Tebing Tinggi tahun 1999, SD RA Kartini Tebing Tinggi tahun

2005, SMP Ir. H. Djuanda Tebing Tinggi tahun 2008 dan SMA RA Kartini

Tebing Tinggi tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis diterima di Program Studi

Manajemen Sumberdaya Perairan, Universitas Sumatera Utara melalui jalur

SBMPTN Undangan.

Selain mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi asisten Renang

(2013 – 2015), dan Konservasi Wilayah Pesisir (2015 – 2016). Pada bulan Juli

2014 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai

Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. Kemudian bulan November 2015,

penulis melaksanakan penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian

Enzim Papain Pada Pakan Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan

Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus)”.

Sumarwan Syahputra, dilahirkan di Rantau Prapat pada

tanggal 28 Oktober 1992 dari ayahanda Supono dan ibunda

Sumarni. Penulis merupakan anak pertama dari empat

bersaudara.

(59)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkah dan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Pemberian Enzim Papain Pada Pakan Terhadap Kelangsungan

Hidup dan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)”

yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara.

Ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada ayah dan bunda tercinta

Supono dan Sumarni yang telah memberikan doa, harapan dan dukungan, juga

kepada adik saya Alfian Effendi, Nanda Harun Rahmadhani, dan Meidilla

Amanda Putri yang banyak memberi dukungan kepada penulis untuk

menyelesaikan studi ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Syammaun Usman, M.P selaku ketua komisi pembimbing dan bapak

Rusdi Leidonald, S.P. M.Sc selaku anggota komisi pembimbing yang telah

memberi bimbingan dalam menyelesaikan skripsi.

2. Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku ketua Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan dan bapak Pindi Patana, S.Hut. M.Sc selaku sekretaris

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

3. Seluruh staf pengajar dan pengawai di Fakultas Pertanian khususnya Program

(60)

4. Staf Tata Usaha Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Nur Asiah,

Amd.

5. Putri Andaria Nasution, S. Hut., Julia Syahriani Hasibuan, S.Pi., Dwy Murphy

Banjarnahor, S.Pi., Mas Bintang Batubara, S. Pi., Sugiatno, S. Hut., Dea

Kartika Br. Pinem, S. Hut., Rizki Khadijah Harahap, S. Hut., Daniel A. H.

Silalahi, Dede Yuanda, Jamaluddin, Kartika Dewi, S.Pi., terima kasih atas

semua bantuan dan dukungannya.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan

ilmu pengetahuan, khususnya bidang Manajemen Sumberdaya Perairan.

Medan, Juni 2016

Sumarwan Syahputra

(61)
(62)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... 23

Kelangsungan Hidup ... 23

Pertumbuhan Bobot Mutlak ... 24

Pertumbuhan Panjang Mutlak ... 26

Kualitas Air ... 28

Pembahasan ... 29

Pengamatan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan ... 29

Pertumbuhan Panjang Ikan ... 30

Pertumbuhan Bobot Ikan ... 31

Kualitas Air... 33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 34

Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA

(63)

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian ... 3

2. Persentase Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele ... 23

3. Persentase Pertumbuhan Bobot Ikan Lele ... 24

4. Pertumbuhan Bobot Rata-rata ... 26

5. Persentase Pertumbuhan Panjang Ikan Lele ... 27

6. Pertumbuhan Panjang Ikan Lele ... 28

(64)

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Syarat Mutu Pakan Ikan Lele Dumbo ... 9

2. Pertumbuhan bobot rata-rata ikan lele selama penelitian. ... 25

3. Pertumbuhan Panjang (cm) Ikan Lele Selama Penelitian ... 27

4. Kisaran nilai parameter kualitas air selama penelitian ... 29

5. Pertambahan Panjang dengan Uji BNT ... 30

(65)

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Perhitungan Statistik Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele ... 38

2. Perhitungan Statistik Pertumbuhan Bobot Ikan Lele ... 39

3. Perhitungan Statistik Pertumbuhan Panjang Ikan ... 40

4. Tabel Kelangsungan Hidup Ikan Lele... 41

5. Tabel Perlakuan Pakan ... 42

Gambar

Tabel Anova
Gambar 2. Persentase Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele
Gambar 3. Persentase Pertumbuhan Bobot Ikan Lele
Tabel 2. Pertumbuhan bobot rata-rata ikan lele selama penelitian.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil studi pendahuluantersebut maka perlu diadakan penelitian tentang Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam dengan

Dalam hubungan yang bersifat formal antara Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 dapat ditegaskan bahwa rumusan Pancasila sebagai dasar Negara

Penelitian mengenai optimasi formula gel UV protection endapan perasan umbi wortel ( Daucus carota , L.): tinjauan terhadap humektan propilen glikol dan sorbitol dilakukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) tingkat pemahaman siswa laki-laki tentang rangkaian listrik sederhana sebelum mengikuti pembelajaran menggunakan metode inkuiri;

cukup efektif terhadap program pengembangan simantri, dengan rata-rata pencapain skor mencapai 77,31 %. Walaupun pemahaman petani masih belum optimal dalam penerapan

Pada pengamatan histopatologi pankreas mencit kelompok perlakuan terapi ekstrak etanol daun sambiloto ( Andrographis paniculata Nees) dosis 2,2 mg/kg BB, tampak

Perlakuan macam dan dosis pupuk organik tidak memberikan pengaruh nyata terhadap berat segar dan berat kering akar, demikian juga pemberian pupuk organik tidak

Agama mempengaruhi dan sistem nilai budaya faktor-faktor ekonomi dan sosial (Suseno 2001: 83). Disamping itu menurut beberapa penelitian, agama dinilai berpengaruh terhadap