LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Statistik Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele
Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata
1 2 3
K 0.85 0.85 0.9 2.6 0.86667
P1 0.95 0.85 0.9 2.7 0.9
P2 0.95 0.8 0.85 2.6 0.86667
P3 0.85 0.9 0.8 2.55 0.85
Jumlah 3.6 3.4 3.45 10.45 0.87083
FK = 9.100208
JKT= 0.027292
JKP= 0.003958
Tabel Anova
Lampiran 2. Perhitungan Statistik Pertumbuhan Bobot Ikan Lele
Perlakuan Ulangan Jumlah Rerata
Keterangan : ** = Sangat nyata
RUMUS
Lampiran 3. Perhitungan Statistik Pertumbuhan Panjang Ikan Lele
KK = ((KTG^0.5)/ӯ) x 100% = 4.12%
Lampiran 4. Tabel Kelangsungan Hidup Ikan Lele
Total 60 0 5 2 2 51
Rata-rata 20 0 1,677 0,67 0,67 17 85
Lampiran 5. Tabel Perlakuan Pakan
25 11,80 57 672,60 33,63 15,47 49,09 14,73 14,73 19,64
25 12,80 53 678,40 33,92 16,96 50,88 15,26 15,26 20,35
26 12,80 53 678,40 33,92 16,96 50,88 15,26 15,26 20,35
27 12,80 53 678,40 33,92 16,96 50,88 15,26 15,26 20,35
28 12,80 53 678,40 33,92 16,96 50,88 15,26 15,26 20,35
29 12,80 53 678,40 33,92 16,96 50,88 15,26 15,26 20,35
30 17,20 51 877,20 43,86 21,93 65,79 19,74 19,74 26,32
Lampiran 6. Gambar Alat dan Bahan Penelitian
Penyadapan Getah Pepaya Serbuk Enzim Papain
Media Uji Waring
Aerator Tandon Termometer
Ikan Lele Dumbo Timbangan Analitik Amoniak Test Kit
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, R. 2013. Pengaruh Penggunaan Papain terhadap Tingkat Pemanfaatan Protein Pakan dan Pertumbuhan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Journal of Aquaculture Management and Technology, 2(1): 136-143. Cahyono, B. 2001. Budidaya Ikan di Perairan Umum. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Dahuri, R. 2000. Prospek Bisnis Perikanan dan Kelautan Indonesia. Agrimedia: 6 (1): 26-29.
Dixon, M.W. 1979. Enzymes. Academic Press. New York.
Djajasewaka, H. 1990. Pakan Ikan. Cetakan I. CV Yasaguna. Jakarta.
Djatmika, D.H., Farlina, Sugiharti, E. 1986. Usaha Budidaya Ikan Lele. C.V. Simplex, Jakarta.
Djoko. 2006. Lele Sangkuriang Alternatif Kualitas di Tanah Priangan. Jakarta. Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta.
Geantaresa E. dan Supriyanti, F.M.T. 2010. Pemanfaatan Ekstrak Kasar Papain Sebagai Koagulan Pada Pembuatan Keju Cottage Menggunakan Bakteri Streptococcus thermophillus, Lactococcus lactis, dan Leuconostoc mesentroides. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. Volume 1(1). 38-43 hlm.
Goldstein, M.C.G. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional. Airlangga University Press.
Lehninger, A.L. 1993. Dasar-dasar Biokimia. Jilid 1, 2, 3. (Alih bahasa oleh: M. Thenawidjaja). Erlangga. Jakarta.
Moehd, B.K. 1999. Bertanam Pepaya. Swadaya. Jakarta.
Mudjiman, A. 1987. Makanan Ikan. Cetakan ke-3, Swadaya. Jakarta. Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. Swadaya. Jakarta.
Mulyadi, A. E. 2001. Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Pakan Komersil Terhadap Laju Pertumbuhan Benih Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalamus). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Padjajaran. Jatinangor.
Mulyani, Y. S. 2014. Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Dipuasakan Secara Periodik. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. Fakultas Pertanian UNSRI. Volume 2(1). 01-12 hal.
Poejiadi, A. 1994. Dasar – Dasar Biokimia. UI Press. Jakarta. 158-166 hlm. Price J.F. 1971. The Science of Meat and Meat Products. Third Edition. W.H.
Standar Nasional Indonesia. 2006. Produksi Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus x C. fuscus) Kelas Benih Sebar. SNI: 01-6484.4-2000. Jakarta: SNI. 1-6 hlm.
Srigandono, B. 1992. Rancangan Percobaan. Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro. Semarang. 178 hlm.
Subandiyono dan S. Hastuti. 2010. Buku Ajar Nutrisi Ikan. Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Universitas Diponegoro. Semarang. 233 hlm.
Suhenda, N., Azwar Z.I., Djajasewaka H. 2003. Aplikasi Teknologi Pakan dan Peranannya Bagi Perkembangan Usaha Perikanan Budidaya: Kontribusi Penelitian Nutrisi dan Teknologi Pakan Untuk Mendukung Usaha Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta. 53 – 58 hlm.
Sukandi, U. 2003. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Agromedia Pustaka. Tangerang.
Warisno, 2003. Budidaya Pepaya. Kanisius. Yogyakarta. 26 hlm. Winarto, F.G. 1986. Enzim Pangan. Gramedia. Jakarta. 12 hlm.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 – Januari 2016,
di Laboratorium Budidaya Perikanan, Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 unit ember ukuran 25
liter dengan lebar 50 cm dan tinggi 25 cm sebagai wadah pemeliharaan,
aerator untuk menjaga kandungan oksigen dalam media, pH meter untuk
melihat kadar asam dan basa media uji, DO meter untuk mengetahui
kandungan oksigen, termometer untuk melihat suhu, timbangan digital untuk
mengukur bobot ikan, selang sifon untuk membuang sisa metabolism
(menjaga kualitas air), serok untuk menangkap ikan, alat tulis, kamera digital
untuk dokumentasi dan lain-lain.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus) yang berukuran 5 – 8 cm dengan padat tebar sebanyak
1 ekor/liter. Pakan yang digunakan adalah dengan pakan buatan yang
berbentuk pellet. Pakan uji ditambahkan enzim papain yang diambil dari getah
papaya dengan dosis pakan yang berbeda pada masing-masing perlakuan.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang dilakukan dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan.
Perlakuan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Amalia (2013)
tentang ikan lele dumbo dengan hasil penambahan enzim papain terbaik
adalah dosis 2,25%.
- k : Pakan tanpa Enzim
- P1 : Pakan yang ditambahkan enzim papain dengan dosis 2,1%
- P2 : Pakan yang ditambahkan enzim papain dengan dosis 2,3%
- P3 : Pakan yang ditambahkan enzim papain dengan dosis 2,5%
Prosedur Penelitian
a. Persiapan Enzim Papain
Getah papaya diperoleh dari penyadapan buah papaya pada umur 2-3 bulan.
Buah disadap pada pangkal hingga ujung buah sebanyak lima torehan (goresan)
dengan jarak 1 – 2 cm. Penyadapan yang baik adalah dalam selang waktu 4 hari
sekali dan dilakukan pada pagi hari pukul 05.30 – 08.00 WIB. Getah pepaya
kemudian dikumpulkan ke dalam wadah plastik. Setelah getah pepaya tekumpul,
kemudian digiling sampai menjadi halus untuk mendapatkan getah yang
menyerupai serbuk halus.
b. Persiapan Ikan Uji
Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih lele dumbo
yang berasal dari petani lele dumbo di Medan, Tuntungan. Ukuran yang
digunakan yaitu 5 – 8 cm dan bobot rata-rata 2,49 g/ekor dengan padat tebar
liter sebanyak 12 buah yang diisi air sebanyak 20 liter. Ember tersebut ditutup
dengan waring agar ikan uji tidak loncat.
Persiapan ikan uji dengan cara aklimatisasi ikan uji terhadap media
pemeliharaan. Sebelum pengadaptasian, ikan uji diseleksi terlebih dahulu
untuk mendapatkan berat yang seragam. Pengadaptasian ini dilakukan sampai
ikan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru dan terbiasa
dengan pakan uji yang diberikan selama satu minggu. Pengambilan ikan dapat
menggunakan seser dan untuk mengetahui bobot dapat menggunakan
timbangan elektrik, setelah mendapatkan bobot yang seragam dilakukan
pengadaptasian terhadap pakan yang akan diberikan pada saat pemeliharaan.
Ikan uji yang telah terbiasa dengan pakan yang diberikan, kemudian ikan
dipuasakan selama 1 hari sebelum dilakukan perlakuan.
c. Persiapan Pakan Uji
Pakan yang digunakan adalah pelet jenis F999. Pelet diberi air hangat
sedikit demi sedikit agar pellet menjadi lunak, kemudian campurkan enzim
yang sebelumnya ditimbang terlebih dahulu. Setelah pelet dan enzim
tercampur merata, cetak menggunakan saringan teh dan dikeringkan di bawah
sinar matahari sampai benar-benar kering.
d. Persiapan Media Uji
Tahapan yang dilakukan selama penelitian dalam melakukan persiapan
air media adalah air dari sumur galian yang dinaikkan melalui pompa,
ditampung dalam bak tendon. Selanjutnya air dialirkan ke dalam ember
penampung yang berfungsi untuk mengendapkan kotoran-kotoran dalam air.
karbondioksida dan mengurangi kandungan konsentrasi gas terlarut. Air
diendapkan kurang lebih selama 1 hari, selanjutnya air dapat digunakan dalam
pemeliharaan ikan dalam akuarium. Ketika pengambilan air, aerator dimatikan
sehingga sisa-sisa metabolisme dalam air mengendap. Air yang digunakan
yaitu 75% dari tinggi air dalam ember.
e. Pemeliharaan Ikan
Wadah yang digunakan adalah ember sebanyak 12 unit dengan ukuran
25 liter dengan lebar 50 cm dan tinggi 25 cm. ember dicuci dengan
menggunakan detergen hingga bersih dan dikeringkan. Kemudian ember diisi
dengan air sekitar 75% dari volumenya dan diberi aerator.
Pemeliharaan ikan dilakukan selama 30 hari dengan pemberian pakan
sebanyak tiga kali sehari yaitu pada jam 10.00, 13.30 dan 17.00 WIB pada
masing-masing perlakuan. Jumlah pakan yang diberi disetiap perlakuan sama
yaitu 5% dari berat ikan.
Sistem kontrol air dilakukan dengan penyiponan. Penyiponan dilakukan
apabila kondisi air telah kotor dengan ditandai feses ikan yang jatuh ke dasar
akuarium. Jumlah volume air yang disipon sebanyak 10% pada wadah
pemeliharaan. Parameter kualitas air juga dilakukan untuk mengetahui kondisi
air. Kualitas air yang diukur adalah suhu, pH dan oksigen terlarut (DO).
Pengukuran kualitas air dilakukan pada setiap 10 hari sekali.
f. Pengamatan Hasil
Pengukuran dan pengamatan hasil dilakukan dalam tujuh hari sekali.
Data yang diamati dalam penelitian ini meliputi kualitas air, kelulusan hidupan
1. Kualitas Air
Pengamatan kualitas air meliputi suhu, oksigen terlarut (DO) dan tingkat
keasaman (pH). Pengamatan ini dilakukan pada awal, pertengahan dan akhir
penelitian.
2. Kelangsungan Hidup (SR)
Kelangsungan Hidup dihitung dengan rumus Effendie (1997):
SR = x 100% No
Nt
Keterangan:
SR : Survival Rate (%)
Nt : Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor)
N0 : Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)
3. Pertumbuhan Bobot Ikan Lele
Pengukuran bobot ikan menggunakan timbangan digital. Bobot ikan yang telah
ditimbang kemudian di catat. Pengukuran dilakukan setiap 10 hari dengan
pengambilan ikan contoh sebanyak 10% dari jumlah ikan uji pada setiap wadah
percobaan. Pertumbuhan bobot dihitung menggunakan rumus pertumbuhan
menurut Effendie (1997) yaitu :
ΔW = Wt – W0
Keterangan :
ΔW = Pertumbuhan mutlak (g)
Wt = Bobot akhir (g)
4. Pertumbuhan Panjang Ikan Lele
Pada ikan budidaya panjang merupakan salah satu faktor penanda pertumbuhan
ikan sehingga laju pertumbuhan panjang yang penting dalam budidaya ikan.
Pengukuran panjang dilakukan setiap 10 hari. Pengukuran dilakukan dengan
cara ikan diletakkan diatas kertas milimeter kemudian di catat panjang ikan.
Pengukuran panjang ikan menggunakan rumusan pertumbuhan panjang
menurut Effendie (1997) yaitu :
L = Lt – L0
Keterangan :
L = Pertumbuhan panjang (cm)
Lt = Panjang akhir (cm)
L0 = Bobot awal (cm)
Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dianalisis menggunakan
sidik ragam (ANOVA) untuk melihat pengaruh perlakuan. Data dianalisis
ragam (uji F) pada taraf kepercayaan 95%. Bila dalam analisis ragam
diperoleh beda nyata (P < 0,05), maka dilakukan uji wilayah ganda Duncan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data berupa tingkat
kelangsungan hidup ikan lele, pertumbuhan bobot mutlak, pertumbuhan
panjang mutlak serta data parameter fisika kimia air selama penelitian.
Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup ikan lele dari total 60 ekor tiap perlakuan
yang dipelihara selama 30 hari menunjukkan nilai tertinggi dicapai pada
perlakuan P1 sebesar 90 % dan terendah diperoleh pada perlakuan P3
sebesar85 %, sedangkan pada Kontrol sebesar 86,67 %, pada P2 sebesar 86,67
% yang dapat dilihat pada Gambar 2 dan Lampiran 1.
Dari hasil analisa data (ANOVA) dan uji F menunjukkan bahwa
pemberian enzim papain pada ikan tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan lele.
Pertumbuhan Bobot Mutlak
Data pertumbuhan bobot selama pemeliharaan di peroleh bobot rata-rata
tertinggi pada perlakuan P3 sebesar 14,84 g, sementara pertumbuhan bobot
terendah di peroleh pada perlakuan K (kontrol) sebesar 8,087 g, sedangkan
pada perlakuan P1 sebesar 11,68 g dan P2 sebesar 14,51 g yang dapat dilihat
pada Gambar 3 dan Lampiran 2.
Gambar 3. Persentase Pertumbuhan Bobot Ikan Lele
Selama pemeliharaan ikan lele mengalami pertambahan bobot seiring dengan
bertambahnya waktu pemeliharaan. Pertumbuhan bobot rata-rata ikan lele
Tabel 2. Pertumbuhan bobot rata-rata ikan lele selama penelitian.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan setiap sepuluh hari, dapat dilihat
peningkatan laju pertumbuhan bobot ikan lele selama masa
pemeliharaan.Peningkatan pemberian jumlah enzim papain berbanding lurus
dengan tingginya laju pertumbuhan bobot. Grafik menunjukkan perlakuan P3
terjadi penambahan bobot yang lebih tinggi pada hari ke 10 sampai pada hari
ke 30, Sehingga diperoleh penambahan bobot tertinggi pada perlakuan P3 dan
yang paling rendah adalah K (kontrol), sedangkan pertumbuhan bobot
tertinggi ke dua adalah P2 sebesar 14,51 g, dan P1 sebesar 11,68 g.Grafik
Gambar 4.Pertumbuhan Bobot Rata-rata
Dari hasil analisa data (ANOVA) dan uji F menunjukkan bahwa
perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan bobot
atau pertumbuhan spesifik ikan lele dan setelah dilakukan uji lanjut BNT
dengan selang kepercayaan 95% dapat diketahui terjadi perbedaan yang
signifikan pada setiap perlakuan yang dapat dilihat pada Lampiran 2.
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Selama penelitian ikan lele mengalami pertumbuhan panjang seiring
dengan bertambahnya waktu pemeliharaan. Pertumbuhan panjang rata-rata
selama penelitian di peroleh bahwa pertumbuhan panjang tertinggi pada
perlakuan P3 sebesar 13,66 cm sedangkan pertumbuhan panjang terendah
pada perlakuan K (kontrol) sebesar 10,57 cm kemudian pada perlakuan P2
dan P1 berturut-turut sebesar 9,98 cm dan 9,1 cm. Pertumbuhan panjang
Gambar 5.Persentase Pertumbuhan Panjang Ikan Lele
Selama pemeliharaan ikan lele mengalami pertambahan panjang
seiring dengan bertambahnya waktu pemeliharaan.Pertumbuhan panjang
rata-rata ikan lele selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pertumbuhan Panjang (cm) Ikan Lele Selama Penelitian Perlakuan
Ulangan Hari Ke (g)
0 10 20 30 ∆W
K 1 5,65 7,69 10,51 11,49 5,84
2 5,75 7,92 11,37 11,76 6,01
3 5,65 7,74 11,12 11,46 5,81
Rata-rata 5,7 7,82 11 11,57 5,87
P1 1 5,86 8,65 12,43 15,5 9,64
2 5,72 7,53 12,41 14,6 8,88
3 6,1 8,45 12,23 14,9 8,8
Rata-rata 5,9 8,2 12,32 15 9,1
P2 1 6 8,57 13,59 16,25 10,25
2 5,9 8,78 13,21 17,16 11,26
3 6,1 7,83 12,72 16,3 10,2
Rata-rata 6 8,4 13,17 16,57 10,57
P3 1 6,1 8,5 15,5 19,87 13,77
2 5,9 8,9 14,9 19,75 13,85
3 6,3 8,7 15,13 19,66 13,36
Berdasarkan Pengamatan yang telah dilakukan selama penelitian
diketahui terjadi pertumbuhan panjang ikan lele.Pertumbuhan panjang
tertinggi pada perlakuan P3 dan terendah pada Kontrol, perlakuan P2
pertumbuhan panjang tertinggi ke dua, P1 pertumbuhan panjangnya tertinggi
ke tiga.Grafik pertumbuhan panjang ikan lele dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Pertumbuhan Panjang Ikan Lele
Dari hasil analisa data (ANOVA) dan uji F menunjukkan bahwa
perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan
panjang atau pertumbuhan spesifik ikan lele dan setelah dilakukan uji lanjut
BNT dengan selang kepercayaan 95% dapat diketahui terjadi perbedaan yang
signifikan pada setiap perlakuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Kualitas Air
Parameter fisika dan kimia air yang diukur selama penelitian meliputi suhu,
pH, DO dan amoniak. Selama penelitian kualitas air relatif karena
indoor sehingga kondisi lingkungan relatif homogen dan lebih mudah di
kontrol. Kisaran nilai parameter kualitas air selama penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 4. Kisaran nilai parameter kualitas air selama penelitian
Perlakuan Data Parameter Kualitas Air
Suhu (oC) DO (mg/l) pH Amoniak (mg/l)
Tingkat kelangsungan hidup ikan lele selama pemeliharaan berkisar
antara 85 % sampai 90 %.Data hasil penelitian menunjukkan tidak adanya
pengaruh nyata pemberian enzim papain pada pakan terhadap kelangsungan
hidup ikan lele.
Dari data kelangsungan hidup ikan diketahui terjadi kematian pada
ikan.Kematian ikan pada perlakuan dan kontrol terjadi pada saat awal
pemeliharaan.Hal ini di duga karena dalam masa adaptasi ikan terhadap
lingkungan yang baru. Namun pada kontrol masih terjadi kematian seiring
berjalannya waktu pemeliharaan hal ini diduga karena menurunnya kualitas
air media pemeliharaan. Namun tingkat kelangsungan hidup ikan pada saat
pemeliharaan tergolong baik. Tingkat kelangsungan hidup ikan tertinggi pada
perlakuan P1 sebesar 90% dan terendah pada P3 sebesar 85 %, sedangkan
pada perlakuan P2 dan Kontrol maing-masing sebesar 86,67 %. Menurut
Rate (SR) ≥ 50 % tergolong baik, kelangsungan hidup 30-50 % sedang dan
kurang dari 30 % tidak baik.
Hasil penelitian diperoleh SR ikan lele semakin hari semakin baik, hal
ini di duga karena ikan lele telah beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan
media pemeliharaan, dan kualitas air yang di ukur menunjukkan bahwa
kualitas air berada pada kisaran yang optimum untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan lele. Mulyani, (2014) menyatakan bahwa
kelangsungan hidup ikan sangat tergantung kepada daya adaptasi ikan
terhadap makanan dan lingkungan, status kesehatan ikan, padat tebar, dan
kualitas air yang cukup untuk mendukung kehidupan ikan.
Berdasarkan penelitian Amalia (2013) terhadap kelangsungan hidup ikan
lele dumbo tidak jauh berbeda dari penelitian ini yaitu dengan kisaran 83 – 91 %.
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian papain dengan dosis yang berbeda
memberikan pengaruh yang sama (P>0,05) terhadap kelangsungan hidup lele
dumbo. Dilihat dari tingkat kelangsungan hidup ikan selama penelitian
menunjukkan bahwa jumlah pakan yang diberikan sudah cukup untuk mendukung
kebutuhan pokok ikan sebab pada tingkat kelangsungan hidup yang tinggi
memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan.
Pertumbuhan Panjang Ikan
Hasil pengamatan yang dilakukan selama penelitian terjadi pertambahan
panjang ikan lele dari awal pemeliharaan sampai akhir pemeliharaan pada
setiap perlakuan, dimana rata-rata panjang awal ikan lele di awal
pemeliharaan adalah sebesar 5 cm 8 cm dan di akhir pemeliharaan sebesar 11
Hasil uji F dengan selang kepercayaan 95 % terhadap pertumbuhan
panjang diperoleh, bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
panjang ikan lele. Pertumbuhan panjang ikan lele tertinggi diperoleh pada
perlakuan P3 sebesar 13,66 cm, sedangkan pertumbuhan panjang terendah
pada perlakuan K sebesar 5,87 cm, kemudian pada perlakuan P1 dan P2
berturut-turut sebesar 9,1 cm dan 10,57 cm. Data perhitungan statistik panjang
ikan dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel pertumbuhan panjang dengan uji
BNT dapat dilihat Pada Tabel 5.
Tabel 5. Pertumbuhan Panjang dengan Uji BNT
Perlakuan Rata-rata Notasi
papain pada setiap perlakuan selama penelitian berbeda nyata, dimana terjadi
perbedaan yang signifikan antar semua perlakuan.
Pertumbuhan Bobot Ikan
Perhitungan dari hasil analisis uji F dengan taraf kepercayaan 95 %
menghasilkan F hitung > dari F tabel, yang berarti bahwa pemberian enzim
papain memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot lele.Dari uji
lanjut BNT yang telah dilakukan dapat diketahui terjadi perbedaan yang
signifikan antar semua perlakuan.Tabel pertumbuhan bobot dengan uji BNT
dapat dilihat Pada Tabel 6.
Tabel 6. Pertumbuhan Bobot dengan Uji BNT
Perlakuan Rata-rata Notasi
P1 11.69 B
P2 9.5 C
P3 14.84 D
Pertumbuhan ikan lele terjadi karena adanya pasokan energi yang terkandung
dalam pakan.Energi yang terakandung dalam pakan yang dikonsumsi melebihi
kebutuhan energi yang di butuhkan untuk pemeliharaan tubuh dan aktivitas
tubuh lainnya, sehingga kelebihan energi tersebut dimanfaatkan untuk
pertumbuhan.Mulyadi (2001), menyatakan bahwa pertumbuhan terjadi karena
adanya kelebihan energi yang berasal darin pakan setelah dikurangi oleh
energi hasil metabolismedan energi yang terkandung dalam fases.
Ketersediaan protein dalam pakan sangat mempengaruhi pertumbuhan
ikan baik pertumbuhan panjang maupun pertumbuhan berat.Dengan adanya
pemberian enzim papain pada pakan maka diketahui dapat mempercepat
pertumbuhan ikan.Menurut Sukandi (2003) baik tidaknya suatu pakan
ditentukan oleh kandungan nutrisinya.
Hasil analisis ragam menunjukkan penambahan enzim papain dalam pakan
buatan dengan presentase yang berbeda memberikan pengaruh nyata pada
perlakuan P3.Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai laju pertumbuhan
didapatkan nilai tertinggi yaitu pada perlakuan P3 dengan dosis
2.5%.Penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari penelitian
sebelumnya oleh Amalia (2013) dengan nilai tertinggi pada dosis 2.25%.Titik
optimum pada penelitian ini terdapat pada perlakuan P3 dengan laju
pertumbuhan sebesar 14.84 gram serta titik terendah pada perlakuan K
(kontrol) sebesar 8.087 gram.
Suhu perairan yang optimal mempengaruhi kelangsungan hidup ikan dan
membantu proses metabolisme serta pertukaran udara (respirasi) untuk
perkembangannya. Menurut Jangkaru (1976), enzim yang terdapat dalam
tubuh ikan yang berfungsi merangsang metabolisme hidup dalam batas suhu
tertentu, akan berhenti beraktivitas apabila terjadi perubahan suhu yang besar
dan terjadi dalam waktu singkat.
Kandungan oksigen terlarut (DO) dalam air sangat diibutuhkan untuk
mendukung kehidupan organisme air.Dari 6 – 9 mg/l. Kandungan oksigen
terlarut pada ikan budidaya > 5 sangat baik untuk pertumbuhan ikan.
Berdasarkan hasil penelitian,suhu air saat penelitian termasuk dalam kisaran
yang optimal untuk kelayakan hidup ikan lele yaitu antara 27–30 C. Hal ini
disebabkan penelitian dilakukan di dalam ruangan tertutup dan dalam
lingkungan yang relatif homogen.Sesuai dengan literatur Djoko (2006) yang
menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan hidup
ikan senantiasa harus dijaga dan di perhatikan.Faktor tersebut salah satunya
adalah suhu berkisar 24–30 C dengan kondisi suhu tersebut ikan lele bisa
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Enzim papain berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan panjang
dan bobot benih ikan lele dumbo, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap
kelangsungan hidup benih ikan lele dumbo.
2. Pemberian enzim papain yang efektif untuk pertumbuhan panjang dan
bobot benih ikan lele dumbo adalah pada perlakuan P3 sebesar 2,5%.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai apakah penambahan
enzim papain dengan jumlah yang lebih tinggi dapat meningkatkan
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele dengan lebih baik. Selain itu,
sebaiknya dilakukan penelitian menggunakan enzim yang berbeda untuk
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi dan Morfologi Ikan Lele Dumbo
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) berasal dari Benua Afrika dan
pertama kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1984. Jenis ikan lele ini
termasuk hibrida dan pertumbuhan badannya cukup spektakuler baik panjang
tubuh maupun beratnya. Dibanding kerabat dekatnya ikan lele lokal (Clarias
batrachus) lele dumbo memiliki pertumbuhan empat kali lebih cepat. Oleh
sebab itu, ikan jenis ini dengan mudah menjadi populer di masyarakat
(Santoso,1994).
Ikan lele dumbo memiliki morfologi yang mirip dengan lele lokal.
Bentuk tubuh memanjang, agak bulat, kepala gepeng dan batok kepalanya
keras, tidak bersisik dan berkulit licin, mulut besar, warna kulit badannya
terdapat bercak-bercak kelabu seperti jamur kulit manusia (panu). Ikan
lele dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan
walking catfish (Puspowardoyo dan Djarijah, 2002).
Klasifikasi ikan lele dumbo (C. gariepinus) menurut Djatmika, dkk.
(1986):
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Claridae
Genus : Clarias
Ciri-ciri morfologis lele dumbo lainnya adalah sungutnya. Sungut
berada di sekitar mulut berjumlah delapan buah atau 4 pasang terdiri dari
sungut nasal dua buah, sungut mandibular luar dua buah, mandibular dalam
dua buah, serta sungut maxilar dua buah. Ikan lele mengenal mangsanya
dengan alat penciuman, lele dumbo juga dapat mengenal dan menemukan
makanan dengan cara rabaan (tentakel) dengan menggerak-gerakan salah satu
sungutnya terutama mandibular (Santoso, 1994).
Lele dumbo mempunyai lima buah sirip yang terdiri dari sirip pasangan
(ganda) dan sirip tunggal. Sirip yang berpasangan adalah sirip dada (pectoral)
dan sirip perut (ventral), sedangkan yang tunggal adalah sirip punggung
(dorsal), ekor (caudal) serta sirip dubur (anal). Sirip dada ikan lele dumbo
dilengkapi dengan patil atau taji tidak beracun. Patil lele dumbo lebih pendek
dan tumpul bila dibandingkan dengan lele lokal (Santoso, 1994).
Habitat Ikan Lele Dumbo
Lele dumbo asal Afrika ternyata sangat toleransi terhadap suhu air yang
cukup tinggi yaitu 20º – 35ºC, disamping itu lele dumbo dapat hidup pada
kondisi lingkungan perairan yang jelek. Kondisi air dengan kandungan
oksigen yang sangat minim lele dumbo masih dapat bertahan hidup, karena
lele dumbo memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut organ
arborescent. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin.
Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk,
sawah yang tergenang air, semua perairan tawar dapat menjadi lingkungan
hidup atau habitat lele dumbo misalnya waduk, bendungan, danau, rawa, dan
menyukai air yang arusnya mengalir secara perlahan atau lambat. Aliran air
arus yang deras lele dumbo kurang menyukainya (Santoso, 1994).
Pemeliharaan Ikan Lele Dumbo
Memelihara lele dumbo bisa dilakukan di berbagai tempat. Ikan lele
umumnya dipelihara di kolam. Kolam bisa dibuat dari bermacam-macam
bahan bisa beton, terpal, bahkan bisa dipelihara di sawah penduduk. Kolam
beton bisa dibangun dengan syarat adanya lahan yang cukup. Ukuran kolam
sebagai pedoman, setiap 1 m³ air dapat menampung 30 – 50 ekor lele
berukuran sekitar 10 cm. Bila kedalaman kolam 1 - 1,5 m, maka setiap 1 m²
kolam dapat digunakan untuk memelihara paling sedikit 30 ekor lele. Dinding
kolam sebaiknya dibuat tegak lurus, karena lele memiliki patil yang dapat
digunakan untuk merangkak dengan berpijak pada dinding yang agak miring.
Dasar kolam sebaiknya dibuat agak miring ke arah pintu pengeluaran air, agar
pengeringan kolam tidak mengalami kesulitan (Puspowardoyo dan Djarijah,
2002).
Variasi Kolam bisa dilakukan dengan berbagai cara karena tidak
adanya spesifikasi ukuran kolam yang baku. Bisa bervariasi, luas minimal 20
m² dan maksimal 70 m². Tinggi kolam antara 80 cm – 120 cm, kedalaman air
antara 70 – 110 cm. Bentuk kolam pun bisa bervariasi, bisa segiempat
panjang atau pun bujursangkar, dan bundar. Saluran pemasukan air posisinya
sedikit di atas. Kolam dilengkapi dengan 2 atau 3 pembuangan yaitu
pembuangan atas, tengah dan bawah. Lubang pembuangan atas untuk
membuang kotoran dan fitoplankton yang berlebih atau tebal biasanya
berasal dari sisa-sisa pakan, kotoran ikan, maupun plankton yang mati. Air
diupayakan tidak terlalu bening agar lele merasa lebih nyaman (Puspowardoyo
dan Djarijah, 2002).
Kebutuhan Pakan Ikan
Menurut Khairuman dan Amri (2001), bahwa kecepatan laju
pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kualitas pakan yang
diberikan serla kondisi lingkungan. Apabila pakan yang diberikan berkualitas
baik secara jumlahnya mencukupi serta kondisi lingkungan mendukung dapat
dipastikan laju pertumbuhan ikan akan menjadi lebih cepat sesuai yang
diharapkan. Sebaliknya apabila jumlah pakan yang diberikan berkualitas jelek,
jumlah tidak mencukupi serta kondisi lingkungannya tidak mendukung dapat
dipastikan pertumbuhan ikan akan terhambat. Oleh karena itu, untuk
meperoleh hasil yang optimal, maka pemberian pakan harus tepat dosis,
artinya jumlah pakan yang diberikan harus dapat dikonsumsi ikan secara utuh
atau dapat habis (Cahyono, 2001).
Menurut Djajasewaka (1990), pakan yang dimakan oleh ikan selain
mempunyai fungsi untuk memelihara kelangsungan hidup juga untuk
pertumbuhan. Untuk mencapai pertumbuhan optimal dari ikan, maka pakan
yang diberikan harus mempunyai kualitas yang tinggi. Hal ini berarti pakan
yang diberikan tadi mengandung nutrisi dan kandungan energi yang sesuai
untuk pertumbuhan ikan. Nutrisi yang dapat mendukung kelangsungan hidup
dan pertumbuhan tersebut diantaranya seperti protein, lemak,
utama yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Berdasarkan pernyataan Suhenda,
dkk., (2003), pada benih ikan patin dengan 7,6 g/ekor menyatakan bahwa
pakan yang mengandung protein 35%, karbohidrat 36% dan lemak 6%
memberikan pertumbuhan paling baik bagi benih.
Lele dumbo sering digolongkan pemakan segala (omnivora). Lele
dumbo terkenal rakus, karena mempunyai ukuran mulut yang cukup lebar
hingga mampu menyantap makanan alami di dasar perairan dan buatan
misalnya pellet. Makanan berupa bangkai seperti ayam, bebek, angsa, burung,
bangkai unggas lainnya dilahapnya hingga tulang belulangnya. Lele dumbo
juga dikenal sebagai pemakan bangkai atau scavenger. Di kolam budidaya,
lele dumbo mau menerima segala jenis makanan yang diberikan (Santoso,
1994).
Menurut SNI (2006), kandungan nutrisi dalam pakan ikan lele dumbo
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Syarat Mutu Pakan Ikan Lele Dumbo
No. Jenis Uji
menjadi bentuk khusus sesuai yang dikehendaki, misalnya pelet, tepung,
lembaran dan cairan. Gizi pakan buatan ini diukur sedemikian rupa sehingga
selain harus mempunyai nilai gizi tinggi juga harus memenuhi syarat
pencernaan dan selera ikan (Mudjiman, 1987).
Enzim
Reaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologis selalu melibatkan katalis.
Katalis ini dikenal sebagai katalis biologis (biokatalisator) berupa protein yang
sangat spesifik yang disebut enzim (Winarno, 1986), merupakan katalis yang
sedang dikembangkan dalam industri kimia. Pengembangan katalis biologis
ditujukan untuk mengurangi konsumsi energi proses serta menghilangkan
terikutnya senyawa-senyawa pengotor dalam produk suatu proses. Katalis ini
digunakan sebagai alternatif katalis anorganik seperti natrium, kalium atau
kalsium hidroksida.
Kata enzim diperkenalkan oleh Kuhne pada tahun 1878 untuk suatu zat yang
bekerja pada suatu substrat. Kata enzim berasal dari bahasa Yunani yang
berarti di dalam sel. Enzim merupakan protein yang mempunyai daya katalitik
karena aktivitas spesifiknya (Dixon, 1979). Enzim secara biokimia merupakan
suatu kelompok protein yang berperan sangat penting dalam proses aktivitas
biologis. Tugasnya sebagai katalisator di dalam sel dan bersifat khas. Kerja
enzim umumnya mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi
(Lehninger, 1993).
Protein yang mempunyai fungsi sebagai enzim adalah bentuk tersier.
Pada struktur tersier mempunyai sisi katalitik yang merupakan sisi pengikatan
enzim dengan substrat membentuk komplek. Tempat pengikatan enzim adalh
spesifik untuk substrat terten-tu. Efektivitas katalitik suatu enzim didapat dari
katalitik dapat berupa gugus karbonil, gugus amida, gugus hidroksil dan lain
se-bagainya (Goldstein, 1996).
Aktivitas dari enzim dalam mengkatalis reaksi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah:
1. Konsentrasi enzim
Pada suatu konsentrasi substrat tertentu kecepatan reaksi enzimatis
bertambah pada saat ber-tambahnya konsentrasi enzim.
2. Konsentrasi substrat
Pada saat konsentrasi enzim konstan ber-tambahnya konsentrasi
substrat meningkatkan ke-cepatan reaksi enzimatis. Pada konsentrasi tertentu
tidak terjadi peningkatan kecepatan reaksi walau-pun konsentrasi substrat
ditambah.
3. Suhu
Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lam-bat, pada suhu tinggi
secara umum reaksi kimia berlangsung cepat. Pada suhu optimum kecepatan
reaksi enzimatis adalah maksimum. Pada suhu melewati suhu optimumnya
dapat menyebabkan terjadinya denaturasi enzim sehingga menurunkan
kecepatan reaksi.
4. Derajad Keasaman (pH)
Struktur enzim dipengaruhi oleh pH lingkungannya. Enzim dapat
bermuatan positif, negatif atau bermuatan ganda (zwitter ion). Pengaruh
peru-bahan pH lingkungan berpengaruh pada aktivitas sisi aktif dari enzim.
Keberadaan inhibitor akan menurunkan kecepatan reaksi enzimatis.
Inhibitor dapat membentuk kom-pleks dengan enzim baik pada sisi aktiv
enzim maupun bagian lain dari sisi aktiv enzim. Ter-bentuknya komplek
enzim inhibitor akan menurunkan aktivitas enzim terhadap substratnya.
(Poedjiadi, 1994).
Macam – Macam Enzim dan Fungsinya
1. Berdasarkan tempat enzim bekerja
Endoenzim (enzim intraseluler) merupakan enzim yang bekerja di dalam sel.
Eksoenzim (enzim ekstraseluler) merupakan enzim yang bekerja di luar sel. 2. Berdasarkan cara terbentuknya
Enzim konstitutif yaitu enzim yang jumlahnya dipengaruhi oleh kadar molekul awalnya (substrat). Contohnya adalah enzim amilase yang terdapat
pada saliva.
Enzim adaptif yaitu enzim yang pembentukannya distimulasi oleh adanya substrat, misalnya enzim β-galaktosidase yang dihasilkan oleh bakteri E.coli
yang ditumbuhkan di dalam medium yang mengandung laktosa
3. Berdasarkan proses metabolismenya
Enzim katalase merupakan enzim yang bersifat antioksidan pada makhluk hidup akibat fungsinya yang membantu mengubah hidrogen peroksida
(H2O2) yang berasal dari respirasi (pernafasan) menjadi air (H2O) dan
oksigen (O2). Hal ini dilakukan oleh tubuh melalui enzim katalase karena
H2O2 bahaya bagi tubuh karena mudah bereaksi (oksidator kuat) dan bersifat
Enzim oksidase merupakan enzim yang fungsinya untuk mempercepat penggabungan ikatan oksigen (O2) pada substrat tertentu yang spesifik
dengan mengkatalisis transfer elektron, dan pada waktu yang bersamaan,
oksigen tersebut juga direduksikan menjadi air (H2O)
Enzim karbosilase merupakan enzim yang fungsinya untuk mengubah asam organik dengan cara bolak balik. Seperti enzim karbosilase piruvat yang
mengkatalisis proses karboksilasi asam piruvat menjadi oksaloasetat. Pada
keadaan kekurangan oksigen pada tubuh, asam piruvat dipecah secara
anaerob menghasilkan asam laktat pada manusia dan hewan, menjadi etanol
pada tumbuhan. Penumpukan asam laktat ini akan menyebabkan terjadinya
keletihan atau kelelahan yang bermakna pada seseorang.
Enzim hidrase merupakan enzim yang fungsinya untuk menambah atau mengurangi air (H2O) dari senyawa spesifik tertentu, dengan tidak
menyebabkan terurainya senyawa tersebut. Contoh enzim hidrase seperti
akonitase, enolase, dan fumarase
Enzim dehidrogenase merupakan enzim yang fungsinya memindahkan hidrogen dari suata molekul/zat ke zat lainnya. Dengan begitu, enzim ini
dapat membantu untuk melangsungkan proses oksidasi didalam sel-sel
hidup.
Enzim desmolase merupakan enzim oksidase dan reduktase yang fungsinya membantu penggabungan atau pemindahan ikatan karbon, dan pemutusan
ikatan-ikatan C-C, C-N. Seperti enzim aldolase yang diubah dalam
Enzim transphoforilase merupakan enzim yang fungsinya memindahkan H3PO4 dari suatu molekul/zat ke molekul lainnya dibantu oleh ion
magnesium (Mg2+).
Enzim peroksida merupakan enzim oksireduktase yang terdiri atas protein heme yang terdapat pada organisme prokariotik dan eukariotik. Fungsinya
mengkatalisis proses oksidase substrat organik dengan H2O2, dan
mereduksinya menjadi H2O.
4. Berdasarkan proses reaksi yang dikatalisis
a. Karbohidrase
Enzim karbohidrase adalah enzim-enzim yang mengkatalisis pemecahan
karbohidrat. Enzim ini terutama terdapat disaliva (air ludah) dan usus halus.
Contoh dari enzim ini adalah enzim selulose, amilase, pektinase, maltose,
sukrose, laktose.
b. Esterase
Enzim esterase merupakan sebuah enzim yang fungsinya mengkatalisis
pemecahan rantai ester, terutama yang ditemukan di dalam asam nukleat dan
juga lipid (lemak). Contoh dari enzim esterase adalah enzim lipase, dan
fosfatase.
c. Protease
Enzim protease disebut juga dengan proteinase, proteolitik atau peptidase.
Merupakan enzim-enzim yang mengkatalisis pemecahan rantai protein didalam
tubuh, sehingga protein yang masuk melalui makanan dapat menjadi molekul
yang lebih sederhana diserap kedalam pembuluh darah dan dibawa ke sirkulasi
(protease) yang mampu mengurai dan memecah protein, sehingga protein dapat
dicerna oleh tubuh. Enzim protease ini terutama terdapat di lambung dan di
usus halus. Contoh dari enzim ini adalah enzim pepsin, renin, tripsin,
enterokinase, peptidase, dan gelatinase (http://www.softilmu.com/).
Enzim Papain
Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari
Amerika tropis. Buah pepaya tergolong buah yang popular dan digemari oleh
hampir seluruh penduduk penghuni bumi ini. Batang, daun, dan buah pepaya
muda mengandung getah berwarna putih. Getah ini mengandung suatu enzim
pemecah protein atau enzim proteolitik yang disebut papain (Moehd, 1999).
Hampir semua bagian tanaman pepaya dapat dimanfaatkan, mulai dari
daun, batang, akar, maupun buah. Getah pepaya yang paling banyak
terkandung didalam buah pepaya jenis pepaya Bangkok. Getah pepaya yang
sering disebut sebagai papain dapat digunakan untuk berbagai macam
keperluan, antara lain: penjernih bir, pengempuk daging, bahan baku industri
penyamak kulit, serta digunakan dalam industri farmasi dan kosmetika
(kecantikan). Papain merupakan enzim proteolitik, yaitu enzim yang dapat
mengurai dan memecah protein yang ada.
Papain adalah suatu zat (enzim) yang dapat diperoleh dari getah tanaman pepaya
dan buah pepaya muda. Getah pepaya tersebut terdapat hampir di semua
bagian tanaman pepaya, kecuali bagian akar dan biji. Kandungan papain
paling banyak terdapat dalam buah pepaya yang masih muda. Getah pepaya
(papain) cukup banyak mengandung enzim yang bersifat proteolitik (pengurai
oleh para pengusaha industri maupun ibu-ibu rumah tangga untuk mengolah
berbagai macam produk (Warisno, 2003).
Papain merupakan enzim proteolitik hasil isolasi dari penyadapan getah
buah pepaya (Carica papaya L.). Getah pepaya mengandung sebanyak 10%
papain, 45% kimopapain dan lisozim sebesar 20% (Winarno, 1995).
Sebagai enzim proteolitik, papain memiliki nilai ekonomi tinggi dan
banyak digunakan dalam industri besar. Meskipun telah diketahui ada
beberapa enzim protease yang dihasilkan dari tanaman lain, ternyata papain
merupakan enzim yang paling banyak dan paling sering digunakan. Oleh
karenanya, potensi pasar papain dalam perdagangan dunia masih cukup besar
(Moehd, 1999).
Manfaat Enzim Papain
1. Sebagai pengempuk daging
Proses pengempukan daging dengan menggunakan enzim papain akan
terjadi perubahan-perubahan yaitu berupa hancurnya sarkolema, akibatnya daging
menjadi lunak (Price, 1971).
Penyebaran enzim tergantung pada waktu, suhu, dan konsentrasi enzim.
Lamanya pemberian enzim papain pada daging sapi umumnya berkisar 30 – 80
menit (Schwimmer, 1981).
2. Dalam Pembuatan Keju Cottage
Konsentrasi optimum papain yang dapat mengkoagulasi kasein dalam
jam. Keju cottage yang dihasilkan berwarna putih gading dan memiliki rasa dan
aroma yang asam (Geantaresa dan Supriyanti, 2010).
3. Melunakkan bahan pakan ternak (jagung, kacang hijau, dedak, pollard, kopra
dan lain-lain).
4. Enzim protease salah satu enzim yang bekerja meningkatkan kandungan
protein.
5. Melenyapkan bekas kulit yang terbakar karena kuali panas, knalpot motor,
tersiram air panas, terpercik minyak makan yang panas, kulit yang melepuh
dan lain-lain.
6. Digunakan pada industri penyamakan kulit, digunakan untuk melembutkan
kulit.
7. Enzim papain juga digunakan pada industri pengolahan bir
PENDAHULUAN
Latar belakang
Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai
potensi dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan
perikanan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Peranan
sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama bisa dilihat dari
fungsinya sebagai penyedia bahan baku pendorong agroindustri, peningkatan
devisa melalui penyediaan ekspor hasil perikanan, penyedia kesempatan kerja,
peningkatan pendapatan nelayan atau petani ikan dan pembangunan daerah,
serta peningkatan kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup.
Perikanan dan kelautan Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi
dan termasuk prospek bisnis yang cukup besar, sehingga dapat dijadikan
sebagai sektor andalan untuk mengatasi krisis ekonomi (Dahuri, 2000).
Pakan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam
perkembangan budaya ikan secara intensif maupun semi intensif, baik ikan air
tawar, ikan air payau, maupun ikan air laut. Pakan dibutuhkan oleh ikan sejak
mulai dari ukuran larva sampai ukuran induk. Lele dumbo (Clarias
gariepinus) merupakan salah satu spesies unggulan ikan air tawar yang
memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya, antara
lain mudah dipelihara, dapat tumbuh dengan cepat dalam waktu relatif
singkat.
Menurut Subandiyono dan Hastuti (2010), pertumbuhan terjadi apabila
didukung dengan pemberian pakan yang disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi
ikan dan memiliki nilai kecernaan yang tinggi. Ikan memerlukan pakan
dengan nutrien (protein, karbohidrat, dan lemak) yang sesuai dengan
kebutuhan ikan untuk pemeliharaan tubuh (maintenance) serta pertumbuhan.
Papain merupakan enzim dari ekstrak buah pepaya yang bersifat
proteolitik dan mampu menghidrolisis protein menjadi unsur-unsur yang lebih
sederhana yaitu peptida hingga asam amino. Penambahan papain sebagai
enzim eksogen ke dalam pakan mampu meningkatkan hidrolisis protein
pakan. Ini akan berakibat pada tingkat penyerapan protein pakan yang
semakin meningkat. Enzim papain bekerja lebih aktif pada protein nabati dan
relatif tahan terhadap suhu, bila dibandingkan dengan enzim proteolitik
lainnya seperti bromelin dan lisin. Enzim papain lebih tahan terhadap suhu
yang tinggi dibandingkan dengan enzim bromelin (Winarno, 1995).
Penambahan papain dalam pakan mampu meningkatkan deposisi protein
pakan ke dalam tubuh untuk pertumbuhan ikan. Penelitian mengenai
pertumbuhan ikan dengan pakan buatan menggunakan papain sudah pernah
dilakukan sebelumnya untuk gurame, nila hitam, patin, lele sangkuriang dan
lele dumbo dengan dosis yang rendah. Oleh karena itu, papain diharapkan
mampu meningkatkan laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan
lele dumbo dengan dosis yang tinggi.
Perumusan Masalah
Ketersedian pakan menjadi salah satu faktor kegiatan budidaya
perikanan, dimana pakan memegang peranan penting dalam budidaya, selain
dengan penambahan enzim papain agar dapat menunjang pertumbuhan ikan
lele dumbo (C. gariepinus). Beberapa masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh pemberian pakan campuran dengan enzim papain
terhadap laju pertumbuhan benih ikan lele dumbo.
2. Mencari dosis yang tepat dengan meningkatkan dosis pakan untuk
mempercepat laju petumbuhan benih ikan lele dumbo.
Kerangka Pemikiran
Budidaya ikan lele dumbo secara intensif yang meliputi lingkungan,
kualitas air dan pemberian pakan. Pemberian pakan menggunakan enzim
papain sesuai dengan dosis yang tepat dapat menentukan laju pertumbuhan
dan kelangsungan hidup ikan lele dumbo. Kerangka pemikiran dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Budidaya Ikan Lele Dumbo
Pemberian Pakan
Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Dumbo
Kualitas Air Lingkungan
Intensif Ekstensif
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh pemberian enzim papain terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan lele dumbo.
2. Mengetahui jumlah enzim papain yang efektif terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan lele dumbo.
Manfaat Penelitian
Sebagai satu acuan dari beberapa alternatif upaya untuk
ABSTRAK
SUMARWAN SYAHPUTRA. Pengaruh Pemberian Enzim Papain Pada Pakan
Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Dibimbing oleh SYAMMAUN USMAN dan RUSDI
LEIDONALD.
Budidaya ikan lele dumbo secara intensif yang meliputi lingkungan, kualitas air dan pemberian pakan. Pemberian pakan menggunakan enzim papain sesuai dengan dosis yang tepat dapat menentukan laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele dumbo. Penelitian ini bertujuan mengetahui pemberian enzim papain terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele serta mengetahui jumlah enzim papain yang efektif terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 – Januari 2016, di Laboratorium Budidaya Perikanan, Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enzim papain dapat mempercepat pertumbuhan bobot dan panjang ikan lele serta meningkatkan kelangsungan hidup ikan lele. Enzim papain juga berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot dan panjang ikan lele tetapi tidak adanya pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup ikan lele. Jumlah enzim papain yang efektif untuk pertumbuhan panjang dan bobot ikan lele sebanyak 2,5 % enzim.
ABSTRACT
SUMARWAN SYAHPUTRA. Effect of Enzyme Papain On Against Feed
Survival and Growth Rate Dumbo Catfish (Clarias gariepinus). Under academic supervision by SYAMMAUN USMAN and RUSDI LEIDONALD.
Dumbo catfish farming is intensively to covering the environment, water quality and feeding. Feeding using the appropriate dose enzyme papain can determine the rate of growth and survival rate of dumbo catfish. The research aims to know for giving the enzyme papain to the growth and survival rate of catfish is well and to knowing the amount of enzyme papain which is effective to the growth and survival rate of catfish. This research was conducted from December 2015 - January 2016 in the Laboratory of Aquaculture, Water Resource Management, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra. The results showed that the enzyme papain can accelerate length and weight growth of catfish and increaseing the survival rate of catfish . The enzyme papain also significantly affect to length and weight growth of catfish but no real effect on the survival of catfish. The amount of the enzyme papain which is effective for length and weight growth of catfish as much as 2.5% of the enzyme.
PENGARUH PEMBERIAN ENZIM PAPAIN PADA PAKAN
TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU
PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE
DUMBO (Clarias gariepinus)
SUMARWAN SYAHPUTRA 110302001
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH PEMBERIAN ENZIM PAPAIN PADA PAKAN
TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU
PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE
DUMBO (Clarias gariepinus)
SKRIPSI
SUMARWAN SYAHPUTRA 110302001
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH PEMBERIAN ENZIM PAPAIN PADA PAKAN
TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU
PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE
DUMBO (Clarias gariepinus)
SKRIPSI
SUMARWAN SYAHPUTRA 110302001
Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Sumarwan Syahputra
Nim : 110302001
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Enzim
Papain Pada Pakan Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan
Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus) ” adalah benar merupakan hasil
karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Medan, Juni 2016
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Pemberian Enzim Papain Pada Pakan Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus)
Nama : Sumarwan Syahputra
Nim : 110302001
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Ir. Syammaun Usman, M.P Rusdi Leidonald, S.P. M.Sc Ketua Anggota
Mengetahui,
Dr. Ir. Yunasfi, M.Si
ABSTRAK
SUMARWAN SYAHPUTRA. Pengaruh Pemberian Enzim Papain Pada Pakan
Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Dibimbing oleh SYAMMAUN USMAN dan RUSDI
LEIDONALD.
Budidaya ikan lele dumbo secara intensif yang meliputi lingkungan, kualitas air dan pemberian pakan. Pemberian pakan menggunakan enzim papain sesuai dengan dosis yang tepat dapat menentukan laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele dumbo. Penelitian ini bertujuan mengetahui pemberian enzim papain terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele serta mengetahui jumlah enzim papain yang efektif terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 – Januari 2016, di Laboratorium Budidaya Perikanan, Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enzim papain dapat mempercepat pertumbuhan bobot dan panjang ikan lele serta meningkatkan kelangsungan hidup ikan lele. Enzim papain juga berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot dan panjang ikan lele tetapi tidak adanya pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup ikan lele. Jumlah enzim papain yang efektif untuk pertumbuhan panjang dan bobot ikan lele sebanyak 2,5 % enzim.
ABSTRACT
SUMARWAN SYAHPUTRA. Effect of Enzyme Papain On Against Feed
Survival and Growth Rate Dumbo Catfish (Clarias gariepinus). Under academic supervision by SYAMMAUN USMAN and RUSDI LEIDONALD.
Dumbo catfish farming is intensively to covering the environment, water quality and feeding. Feeding using the appropriate dose enzyme papain can determine the rate of growth and survival rate of dumbo catfish. The research aims to know for giving the enzyme papain to the growth and survival rate of catfish is well and to knowing the amount of enzyme papain which is effective to the growth and survival rate of catfish. This research was conducted from December 2015 - January 2016 in the Laboratory of Aquaculture, Water Resource Management, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra. The results showed that the enzyme papain can accelerate length and weight growth of catfish and increaseing the survival rate of catfish . The enzyme papain also significantly affect to length and weight growth of catfish but no real effect on the survival of catfish. The amount of the enzyme papain which is effective for length and weight growth of catfish as much as 2.5% of the enzyme.
RIWAYAT HIDUP
Sari Kencana Tebing Tinggi tahun 1999, SD RA Kartini Tebing Tinggi tahun
2005, SMP Ir. H. Djuanda Tebing Tinggi tahun 2008 dan SMA RA Kartini
Tebing Tinggi tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis diterima di Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan, Universitas Sumatera Utara melalui jalur
SBMPTN Undangan.
Selain mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi asisten Renang
(2013 – 2015), dan Konservasi Wilayah Pesisir (2015 – 2016). Pada bulan Juli
2014 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai
Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. Kemudian bulan November 2015,
penulis melaksanakan penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian
Enzim Papain Pada Pakan Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan
Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus)”.
Sumarwan Syahputra, dilahirkan di Rantau Prapat pada
tanggal 28 Oktober 1992 dari ayahanda Supono dan ibunda
Sumarni. Penulis merupakan anak pertama dari empat
bersaudara.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Pemberian Enzim Papain Pada Pakan Terhadap Kelangsungan
Hidup dan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)”
yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
Ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada ayah dan bunda tercinta
Supono dan Sumarni yang telah memberikan doa, harapan dan dukungan, juga
kepada adik saya Alfian Effendi, Nanda Harun Rahmadhani, dan Meidilla
Amanda Putri yang banyak memberi dukungan kepada penulis untuk
menyelesaikan studi ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Syammaun Usman, M.P selaku ketua komisi pembimbing dan bapak
Rusdi Leidonald, S.P. M.Sc selaku anggota komisi pembimbing yang telah
memberi bimbingan dalam menyelesaikan skripsi.
2. Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku ketua Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan dan bapak Pindi Patana, S.Hut. M.Sc selaku sekretaris
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
3. Seluruh staf pengajar dan pengawai di Fakultas Pertanian khususnya Program
4. Staf Tata Usaha Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Nur Asiah,
Amd.
5. Putri Andaria Nasution, S. Hut., Julia Syahriani Hasibuan, S.Pi., Dwy Murphy
Banjarnahor, S.Pi., Mas Bintang Batubara, S. Pi., Sugiatno, S. Hut., Dea
Kartika Br. Pinem, S. Hut., Rizki Khadijah Harahap, S. Hut., Daniel A. H.
Silalahi, Dede Yuanda, Jamaluddin, Kartika Dewi, S.Pi., terima kasih atas
semua bantuan dan dukungannya.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan
ilmu pengetahuan, khususnya bidang Manajemen Sumberdaya Perairan.
Medan, Juni 2016
Sumarwan Syahputra
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ... 23
Kelangsungan Hidup ... 23
Pertumbuhan Bobot Mutlak ... 24
Pertumbuhan Panjang Mutlak ... 26
Kualitas Air ... 28
Pembahasan ... 29
Pengamatan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan ... 29
Pertumbuhan Panjang Ikan ... 30
Pertumbuhan Bobot Ikan ... 31
Kualitas Air... 33
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 34
Saran ... 34
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Kerangka pemikiran penelitian ... 3
2. Persentase Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele ... 23
3. Persentase Pertumbuhan Bobot Ikan Lele ... 24
4. Pertumbuhan Bobot Rata-rata ... 26
5. Persentase Pertumbuhan Panjang Ikan Lele ... 27
6. Pertumbuhan Panjang Ikan Lele ... 28
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Syarat Mutu Pakan Ikan Lele Dumbo ... 9
2. Pertumbuhan bobot rata-rata ikan lele selama penelitian. ... 25
3. Pertumbuhan Panjang (cm) Ikan Lele Selama Penelitian ... 27
4. Kisaran nilai parameter kualitas air selama penelitian ... 29
5. Pertambahan Panjang dengan Uji BNT ... 30
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1. Perhitungan Statistik Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele ... 38
2. Perhitungan Statistik Pertumbuhan Bobot Ikan Lele ... 39
3. Perhitungan Statistik Pertumbuhan Panjang Ikan ... 40
4. Tabel Kelangsungan Hidup Ikan Lele... 41
5. Tabel Perlakuan Pakan ... 42