PENGARUH PERBEDAAN GENDER TERHADAP PEMAHAMAN
SISWA KELAS IX SMP NEGERI I SRAGEN PADA POKOK
BAHASAN RANGKAIAN LISTRIK SEDERHANA
MENGGUNAKAN METODE INQUIRY
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan fisika
Disusun Oeh :
Disusun Oleh METARIA APRIYANTI
041424012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Bukankah Kami telah melapangkan
Untukmu dadamu? dan Kami telah
Menghilangkan daripadamu bebanmu,
Yang memberatkan punggungmu? Karena
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan. Maka apabila kamu
telah selesai (dari suatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh – sungguh
(urusan) yang lain, dan hanya kepada
Allah hendaknya kamu berharap.
(Q.S: Al Insyiraah: 1 - 8)
Kupersembahkan karyaku kepada…
Allah SWT yang telah memberikan rahmatNya kepadaku…
Bapak, Ibu, Agus, dan Putri yang aku sayangi dan menjadi
semangat dalam hidupku...
My Prince love me forever…
Sahabat-sahabat yang selalu menemaniku dan memberi dorongan kepadaku…
I Love U All...
Allah akan mebalas semua yang pernah kalian berikan padaku….
Almamaterku tercinta…
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan seseungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan
dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,
Penulis
(Metaria Apriyanti)
ABSTRAK
Metaria Apriyanti, “Pengaruh Perbedaan Gender Terhadap Pemahaman Siswa Kelas IX SMP Negeri I Sragen Pada Pokok Bahasan Rangkaian Listrik Sederhana Menggunakan Metode Inkuiri”.
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta (2008).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) tingkat pemahaman siswa laki-laki tentang rangkaian listrik sederhana sebelum mengikuti pembelajaran menggunakan metode inkuiri; (2) tingkat pemahaman siswa perempuan tentang rangkaian listrik sederhana sebelum mengikuti pembelajaran menggunakan metode inkuiri; (3) tingkat pemahaman siswa laki-laki tentang rangkaian listrik sederhana setelah mengikuti pembelajaran menggunakan metode inkuiri; (4) tingkat pemahaman siswa perempuan tentang rangkaian listrik sederhana setelah mengikuti pembelajaran menggunakan metode inkuiri; dan (5) apakah perbedaan gender mempengaruhi tingkat pemahaman siswa pada pokok bahasan rangkaian listrik sederhana dengan menggunakan metode inkuiri.
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri I Sragen. Subyek penelitian siswa-siswi kelas IXA yang berjumlah 44 siswa. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Oktober – November 2007.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang terdiri dari pretest dan postest, dan wawancara. Siswa yang diwawancarai diambil berdasarkan perolehan nilai pretest dan postest, yaitu siswa yang mengalami perubahan nilai baik peningkatan maupun penurunan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui apakah metode inkuiri membantu meningkat pemahaman siswa dalam rangkaian listrik sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan gender mempengaruhi tingkat pemahaman siswa dan penggunaan metode inkuiri membantu meningkatkan pemahaman siswa mengenai rangkaian listrik sederhana.
ABSTRACT
Metaria Apriyanti, The Influence of Gender Differences Toward the Understanding of the Third Class Students in SMP Negeri I Sragen in
Studying Simple Electricity Circuit by Using Inquiry Method
Physics Education, Mathematics and Natural Sciences Department, Teacher Training and Education Faculty, Sanata Dharma University, Yogyakarta (2008).
The goals of the research were to know : (1) the level of understanding of male student about simple electricity circuit before they were given inquiry method for studying; (2) the level of understanding of female students about simple electricity circuit before they were given inquiry method for studying; (3) the level of understanding of male students about simple electricity circuit after they were given inquiry method for studying; (4) the level of understanding of female students about simple electricity circuit after they were given inquiry method for studying; and (5) whether the gender difference influenced the level of understanding of students in study of simple electricity circuit by using inquiry method.
The research had been held in SMP Negeri I Sragen. The subjects of the research were students of IXth grade that consisted of 44 students. The research had been held during Oktober till November in 2007.
The instruments which were used in this research were written test that contained of pretest and posttest, and interview. The students, who were interviewed were taken based on the score of pretest and posttest: who got high increasing score or decreasing score. The interview explored whether inquiry method was able to help students to better understand simple electricity circuit.
The research showend that gender difference influenced the students understanding and the inquiry method improved students understanding simple electricity circuit.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Perbedaan Gender Terhadap Pemahaman Siswa Kelas IX SMP Negeri I Sragen Pada Pokok Bahasan Rangkaian Listrik Sederhana Menggunakan Metode Inkuiri”.
Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Penelitian ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan,
saran-saran, dan gagasan – gagasan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti dengan
segala kerendahan hati mengucapkan terimakasih kepada :
1. Romo Dr. Paul Suparno S.J. M.S.T.,selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengetahuan kepada peneliti selama penyusunan
skripsi.
2. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Fisika, yang telah memberikan
bimbingan dan pengetahuan kepada peneliti selama menempuh studi di
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.
3. Keluarga Besar SMP Negeri I Sragen, yang telah memberikan kesempatan
kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.
4. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan fasilitasnya
hingga penyusunan ini dapat terselesaikan.
5. Ayahanda dan Ibunda yang tersayang yang telah memberikan dukungan doa,
dukungan moral, maupun material.
6. Adikku Agus, Putri yang telah memberikan dukungan doa.
7. Agung yang selalu inside me... menjadi kakak, teman dan sahabat, yang selalu
berdoa, menemani, dan mendampingi dalam segala keadaan
8. Teman- teman kos Flamboyan yang so sweeat... Anggey, Ana, Wiwit, TiNta,
Sinthul, Toro, Opunk, Melly, Asih.
9. Buat teman-teman angkatan ’04 semuanya yang tidak bisa disebutkan
satu-satu, ThAnKs kebersamaannya...
10.Teman KKN XXXIV Aline, Dhita, Martha, Yudi, Ci Ang, Steve, Siempl,
Nanda thanks yaa supportnya...
11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
penyelesaian skripsi ini.
Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun serta menyempurnakan tulisan ini. Supaya dapat berguna bagi
perkembangan pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
Yogyakarta,
Metaria Apriyanti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT... vii
HALAMAN PUBLIKASI ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
1. Bagi Ilmu Pengetahuan ... 7
2. Bagi Guru... 7
BAB II. LANDASAN TEORI A. Gender... 8
B. Pemahaman Konsep... 12
C. Metode Inquiry... 16
1. Hakekat Metode Inquiry ... 16
2. Langkah dan Proses Aktifitas Pembelajaran... 17
3. Manfaat dan Tujuan Inquiry ... 20
D. Rangkaian Listrik Sederhana 1. Rangkaian Listrik Sederhana ... 21
2. Rangkaian Listrik Majemuk... 22
3. Hukum Ohm... 23
4. Rangkaian Seri dan Rangkaian Paralel ... 24
5. Rangkaian Seri Paralel ... 28
6. Menghitung Arus dan Tegangan Listrik ... 29
7. Persoalan Pemahaman Rangkaian Listrik Sederhana ... 31
E. Kaitan Teori Dengan Metodologi Penelitian ... 32
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 34
B. Waktu Dan Tempat ... 34
C. Subyek Penelitian ... 34
D. Treatment ... 35
E. Instrumen Penelitian ... 37
F. Metode Analisis Data... 46
G. Perencanaan Penelitian ... 51
BAB IV. DATA DAN ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Penelitian... 54
B. Data ... 58
1. Pengetahuan Awal Siswa ... 58
2. Pemahaman Siswa Setelah Pretest... 61
3. Pemahaman Siswa Mengenai Rangkaian Listrik Sederhana Setelah Menggunakan Metode Inkuiri ... 64
C. Hasil Wawancara ... 71
D. Rangkuman Umum Seluruh Analisa ... 73
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75
B. Saran... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 77
LAMPIRAN ... 79
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Surat Pengantar dari FKIP Universitas Sanata
Dharma kepada Kepala SMP Negeri I Sragen... 79
LAMPIRAN 2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian di SMP Negeri I Sragen ... 80
LAMPIRAN 3 Soal Tes Pengetahuan Awal dan Pengetahuan Akhir (Pretest dan Postest)... 81
LAMPIRAN 4 Kunci Jawab Soal... 86
LAMPIRAN 5 Lembar Kegiatan Inkuiri... 93
LAMPIRAN 6 Lembar Hipotesis Awal Siswa Saat Inkuiri ... 95
LAMPIRAN 7 Lembar Jawab Pretest dan Postest Siswa... 97
LAMPIRAN 8 Data Hasil Wawancara ... 115
LAMPIRAN 9 Hasil Koding dan Kategorisasi Wawancara ... 118
LAMPIRAN 10 Tabel T-test ... 120
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel Data Percobaan ... 36
Tabel 2. Tabel Soal Pretes dan Postes... 39
Tabel 3. Tabel Jumlah Soal... 43
Tabel 4. Tabel Rencana Wawancara... 45
Tabel 5. Tabel Penskoran Untuk Setiap Kriteria ... 46
Tabel 6. Tabel Hasil Wawancara ... 60
Tabel 7. Tabel Pengumpulan Jawaban Wawancara... 60
Tabel 8. Tabel Data Nilai Pretest Siswa Laki-laki... 59
Tabel 9. Tabel Data Nilai Pretest Siswa Perempuan... 60
Tabel 10. Tabel Nilai Rata-rata Pretest Siswa ... 61
Tabel 11. Tabel Data Nilai Postest Siswa Laki-laki ... 61
Tabel 12. Tabel Data Nilai Postest Siswa Perempuan ... 62
Tabel 13. Tabel Nilai Rata-rata Postest Siswa ... 63
Tabel 14. Tabel Nilai Rata-rata Pretest dan Postest Siswa ... 63
Tabel 15. Tabel Analisis Pretest Dan Postest ... 64
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Rangkaian Terbuka ... 21
Gambar 2. Rangkaian Tertutup ... 21
Gambar 3. Mengenai Hukum I Kirchoff... 22
Gambar 4. Rangkaian untuk Hukum Ohm... 23
Gambar 5. Rangkaian Seri ... 24
Gambar 6. Rangkaian Pengganti Seri ... 24
Gambar 7. Rangakain Paralel... 26
Gambar 8. Rangkaian Pengganti paralel... 26
Gambar 9. Rangkaian Seri-Paralel... 28
Gambar 10. Rangkaian Pemasangan Ampermeter... 30
Gambar 11. Rangkaian Pemasangan voltmeter ... 30
Gambar 12. Rangkaian Seri dengan tiga resistor ... 36
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu sistem yang dirancang oleh manusia
dengan tujuan tertentu. Pendidikan berkenaan dengan upaya pembinaan
manusia, karena keberhasilan pendidikan sangat bergantung pada manusianya.
Unsur manusia yang paling menentukan keberhasilan pendidikan adalah
pelaksana pendidikan, yaitu guru. Gurulah ujung tombak pendidikan, sebab
secara langsung berupaya mempengaruhi, membina, dan mengembangkan
kemampuan siswa agar menjadi manusia yang cerdas, terampil, dan bermoral
tinggi. Guru harus mengatasi kendala-kendala yang secara langsung
berhubungan dengan pelajaran, proses kegiatan belajar dan peserta didik.
Beberapa hal yang perlu diketahui sebelum guru menyampaikan pelajaran
yaitu pendekatan, strategi, teknik, dan prosedur. Guru dapat menekankan pada
berbagai kegiatan dan tindakan dengan menggunakan pendekatan dan metode
tertentu yang dapat mengembangkan keaktifan belajar baik guru maupun
siswa.
Agar kegiatan belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, maka guru
harus dapat membuat siswa senang dalam belajar. Menurut Winkel
(1986: 31) cara guru untuk membuat siswa senang sebagai berikut:
1. Membina hubungan akrab dengan siswa, namun tidak berlaku seperti
remaja.
2. Menyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu rumit, namun tidak
terlalu mudah.
3. Menggunakan alat-alat pelajaran yang menunjang proses belajar.
4. Bervariasi dalam mengajar sesuai dengan materi.
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya Fisika oleh banyak
siswa dianggap sebagai pelajaran yang sulit, disamping membutuhkan
penalaran juga diperlukan pemahaman untuk memecahkan suatu masalah –
masalah yang berhubungan dengan pelajaran Fisika. Untuk mengatasi hal
tersebut seorang guru harus mempunyai strategi dalam mengajar agar siswa
dapat belajar secara efektif dan efisien dalam mencapai prestasi belajar yang
maksimal. Karena itu guru Fisika juga harus menguasai berbagai macam
metode pengajaran, karena metode pengajaran merupakan cara dalam
menyampaian tujuan pengajaran yang memerlukan teknik – teknik khusus
yang harus dikuasai oleh guru Fisika. Metode pengajaran selain dapat
mengarahkan kegiatan belajar mengajar terhadap tata cara pengajaran, juga
mampu merangsang semangat siswa untuk belajar dan mempunyai minat yang
besar terhadap pelajaran, sehingga siswa yang satu dengan siswa yang lainnya
Namun tidak semua materi dapat disampaikan dengan satu metode,
tetapi tergantung pada karakteristik materi dan kondisi saat belajar mengajar
berlangsung. Pengajaran dalam bidang IPA khususnya mata pelajaran Fisika
terbagi dalam berbagai pokok bahasan dimana tiap pokok bahasan mempunyai
tujuan dan karakteristik sendiri-sendiri. Sehingga untuk menyampaikan
kepada siswa guru perlu memilih metode yang sesuai dengan tujuan dan
karakteristiknya. Dengan penggunaan metode pengajaran yang tepat maka
materi yang akan disampaikan dapat dengan mudah dimengerti oleh siswa
dan diharapkan terjadi proses belajar mengajar optimal.
Sebagai salah satu alternatif metode yang sekiranya dapat digunakan
adalah metode inquiry. Metode inquiry adalah suatu metode pembelajaran
yang berupa proses penyelidikan atau eksperimen dengan melibatkan proses
keilmuan, yaitu dimulai dengan menemukan masalah, membuat hipotesis,
mengumpulkan data, membuat analisis, hingga sampai menemukan
kesimpulannya untuk mempelajari suatu fenomena alam. Siswa diharapkan
dapat melihat suatu kejadian atau fenomena alam dan kemudian
menindaklajuti dengan penyelidikan atau eksperimen untuk sampai kepada
suatu kesimpulan. Dengan metode inquiry siswa juga diharapkan dapat
menemukan bukti kebenaran dari sesuatu yang sedang dipelajari.
Gender seringkali dipandang sebagai ketentuan “Tuhan” dan sudah
merupakan bagian dari sistem nilai ideologi dalam masyarakat. Karena sudah
menjadi bagian dari sistem nilai, maka gender merasuk dan berpengaruh pada
ada. Oleh sebab itu, sistem nilai gender akan berpengaruh pada kehidupan
sistem sosial di sekolah, sehingga perilaku yang tampak dalam kehidupan
sosial sekolah akan menampakkan perbedaan gender.
Hasil yang diperoleh dari Third Internationel Mathematics and Science
Study (TIMSS) 1995 mengindikasikan bahwa laki-laki kelas empat memiliki
pencapaian ilmu pengetahuan yang signifikan lebih tinggi daripada perempuan
di kurang lebih setengah dari 42 negara. Pada level kelas delapan, laki-laki
memiliki rata-rata pencapaian ilmu pengetahuan signifikan lebih tinggi
daripada perempuan di lebih dari setengah negara, dan di akhir tahun pada
sekolah menengah, memperlihatkan hasil bahwa laki-laki memiliki
pencapaian ilmu pengetahuan yang signifikan lebih tinggi daripada perempuan
di semua negara (Selen Sencar & Ali Eryilmenz, 2003: 604).
Perbedaan gender dapat dilihat dari motivasi belajar IPA/sains.
Greenblatt (Meece & Jones, 1996 :394) menemukan bahwa perempuan kurang
termotivasi untuk belajar IPA/sains daripada laki-laki. Selanjutnya Kahle
(Meece & Jones, 1996 :394-395) melaporkan bahwa anak perempuan
menggambarkan IPA/sains sebagai sesuatu yang membosankan dan sulit
untuk dihafalkan. Sesuai dengan penelitian-penelitian yang dilakukan oleh
Anderman & Young, Licht, Strader & Swenson, Simpson & Oliver,
Steinkamp & Maehr, hasilnya mengidentifikasikan bahwa perempuan kurang
percaya diri pada kemampuan mereka dalam mengerjakan tugas-tugas
Matematika dan IPA/sains umumnya digambarkan sebagai area dimana
mayoritas adalah maskulin (Meece & Jones, 1996 :394).
Perbedaan gender juga terdapat pada kemampuan siswa berhubungan
dengan persepsi dalam Matematika & IPA/sains, hal ini dilihat pada awal
kelas tiga (Meece & Jones, 1886). Beberapa bukti menunjukkan bahwa di
sekolah dasar, siswa perempuan memiliki kemampuan IPA/sains lebih rendah
daripada kemampuan mereka dalam Matematika dan membaca (Meece &
Jones, 1996) perempuan lebih menyukai belajar IPA/sains dengan menghafal
(rote), sedangkan laki-laki lebih kepada belajar bermakna (meaningful
learning).
Atas dasar pemikiran diatas, penulis meneliti “Pengaruh Pebedaan
Gender dengan Pemahaman Siswa Kelas IX SLTP Negeri I Sragen Pada
Pokok Bahasan Rangkaian Listrik Sederhana Menggunakan Metode Inquiry”
B. Rumusan Masalah
Masalah yang diteliti yaitu apakah perbedaan gender mempengaruhi
pemahaman terhadap fisika dalam rangka pembelajarannya pada siswa kelas
IX SMP Negeri I Sragen khususnya di kelas IX A. Secara lebih rinci
dirumuskan dalam beberapa pertanyaan di bawah ini:
1. Bagaimana tingkat pemahaman siswa laki-laki tentang rangkaian
listrik sederhana sebelum mengikuti pembelajaran dengan
2. Bagaimana tingkat pemahaman siswa perempuan tentang rangkaian
listrik sederhana sebelum mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan metode inquiry?
3. Bagaimana tingkat pemahaman siswa laki-laki tentang rangkaian
listrik sederhana setelah mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan metode inquiry?
4. Bagaimana tingkat pemahaman siswa perempuan tentang rangkaian
listrik sederhana setelah mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan metode inqury?
5. Apakah perbedaan gender mempengaruhi tingkat pemahaman siswa
pada pokok bahasan rangkaian listrik sederhana dengan menggunakan
metode inquiry?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Tingkat pemahaman siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas IX
di SMP Negeri I Sragen mengenai konsep-konsep yang berkaitan
dengan rangkaian listrik sederhana sebelum mengikuti
pembelajaran dengan metode inquiry.
2. Tingkat pemahaman siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas IX
di SMP Negeri I Sragen mengenai konsep-konsep yang berkaitan
dengan listrik sederhana setelah mengikuti pembelajaran dengan
3. Apakah ada perbedaan tingkat pemahaman siswa laki-laki dan
siswa perempuan pada pokok bahasan rangkaian listrik sederhana
dengan menggunakan metode inquiry.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Bagi Ilmu Pengetahuan dapat memberikan sumbangan berupa
informasi mengenai tingkat pemahaman siswa laki-laki dan siswa
perempuan, berkaitan dengan rangkaian listrik sederhana dan pengaruh
gender terhadap tingkat pemahaman.
2. Bagi Guru
Bagi guru mata pelajaran Fisika SMP Negeri I Sragen, hasil penelitian
ini dapat memberikan gambaran tentang pengaruh gender terhadap tingkat
pemahaman siswa pada pokok bahasan rangkaian listrik sederhana
menggunakan metode inquiry serta dapat menjadi masukan untuk
BAB II LANDASAN TEORI
A. GENDER
Robert Stoller (1968) memberi batasan pengertian gender untuk
membedakan hal-hal yang merupakan ciri biologis manusia dengan hal
lain yang terkait dengan sosial budaya. Secara singkat, gender adalah
perbedaan mengenai fungsi dan peran sosial laki-laki dan perempuan yang
dibentuk oleh lingkungan tempat kita berada. Gender lebih berkaitan
dengan anggapan dan kebiasaan yang berlaku di suatu tempat tentang
bagaimana laki-laki dan perempuan dianggap sesuai atau tidak sesuai
(tidak lumrah) dengan tata nilai sosial dan budaya setempat. Dengan
demikian, gender dapat berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya dan
dapat berubah dari waktu ke waktu.
Adanya perbedaan antara laki -laki dan perempuan dalam berbagai
aspek kehidupan menarik untuk diteliti, salah satunya dalam dunia
pendidikan. Perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan
dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa ahli menemukan bukti yang
menunjukkan tentang adanya perbedaan fisik antara laki-laki dan
perempuan (Setyorini,2003:9) yaitu: secara biologis, laki-laki dan
perempuan memiliki gen yang berbeda yang mempengaruhi
perkembangan fisik mereka. Perempuan memiliki dua kromosom yang
sama (XX) sedangkan laki-laki memiliki kromosom yang berbeda (XY).
Laki-laki dan perempuan juga memiliki hormon yang berbeda. Meskipun
belum sepenuhnya diketahui, namun diyakini ada pengaruh hormonal
terhadap perkembangan fisik dan emosi.
Menurut Mansour Fakih (Fakih, 1996: 5-6) mendiskusikan masalah
gender pada dasarnya membahas hubungan yang sifatnya sangat pribadi,
yakni menyangkut dan melibatkan individu masing-masing. Oleh karena
itu, pemahaman terhadap konsep gender sesungguhnya merupakan isu
mendasar dalam rangka menjelaskan masalah hubungan antara kaum
perempuan dan kaum laki-laki, atau masalah hubungan kemanusiaan kita.
Konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki
maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural
(Fakih, 1996: 8-9). Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lebih lemah
lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap
kuat, rasional, jantan, perkasa. Secara umum karakter pria (maskulin)
mamiliki kekuatan dan dominasi, sedang karakter wanita (feminine)
memiliki sifat lemah dan patuh. Tetapi dari sifat itu sendiri merupakan
sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional,
lemah lembut, keibuan. Sementara juga ada perempuan kuat, rasional,
perkasa. Perubahan ciri dari sifat-sifat itu dapat terjadi dari waktu ke
waktu dan dari tempat ke tempat yang lain. Semua hal yang dapat
dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki-laki yang bisa berubah dari
berbeda dari suatu kelas ke kelas yang lain, itulah yang dikenal dengan
konsep gender.
Sedangkan gender adalah perbedaan perilaku (behavioural
differences) antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara
sosial, yakni perbedaan yang bukan kodrat atau bukan ketentuan Tuhan
melainkan diciptakan oleh manusia (laki-laki dan perempuan) melalui
proses sosial dan kultural yang panjang. Caplan (Fakih, 1996: 71-72)
dalam The Cultural Construction of Sexuality yang menguraikan bahwa
perbedaan perilaku antara perempuan dan laki-laki tidaklah sekedar
biologis, namun melalui proses sosial dan kultural. Oleh karena itu gender
berubah dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat, bahkan dari kelas ke
kelas, sedangkan jenis kelamin biologis (sex) akan tetap tidak berubah.
Telah banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa perbedaan
gender mempengaruhi tingkat pencapaian. Ada keterangan yang diduga
bahwa perempuan memiliki performance yang rendah dalam pencapaian
secara biologis dan sosiologis, pebedaan gender juga menghasilkan
perbedaan struktur otak (Maccoby & Jaclin, 1973; Sherman, 1978 dalam
Selen Sencar, Ali Eryilmaz, 2003: 603).
Peneliti-peneliti juga telah mengidentifikasikan sejumlah
kemungkinan yang menyebabkan perbedaan gender dalam tingkat
pencapaian. Beberapa perbedaan itu adalah kemampuan kognitif (Griffiths
& Bette, 1985 dalam Selen Sencar, Ali Eryilmaz, 2003: 604), karakteristik
604), umur (Shepardson & Pizzini, 1994 dalam Selen Sencar, Ali
Eryilmaz, 2003: 604), kemampuan matematika (Linn & Hyde, 1989 dalam
Selen Sencar, Ali Eryilmaz, 2003: 604) sikap science ke masa depan
(Jones, Howe, & Rua, 2000 dalam Selen Sencar, Ali Eryilmaz, 2003: 604),
dan pengalaman di dalam dan di luar sekolah (Johnson, 1987 dalam Selen
Sencar, Ali Eryilmaz, 2003: 604). Perempuan biasanya memiliki lebih
sedikit aktifitas daripada laki-laki, hal ini merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan perempuan lebih rendah tingat pencapaiannya dalam
science (Kahle & Lakes, 1983 dalam Selen Sencar, Ali Eryilmaz, 2003:
604). Dalam studi oleh Kahle & Lakes (1983), laki-laki lebih tertarik pada
aspek fisika dan teknologi sedangkan perempuan lebih tertarik pada aspek
kemanusiaan dan natural (Selen Sencar, Ali Eryilmaz, 2003: 605).
Dari segi pertumbuhan dan perkembangan otak atau aspek
biologisnya, anggapan yang disepakati oleh banyak ahli bahwa berat otak
seorang anak yang berusia dua tahun telah menyamai berat otak orang
dewasa, dan keadaan ini masih belum berhenti bertumbuh. Menurut
Herman T. Epstein, sebagaimana diungkapkan kembali oleh Drs. Wayan
Ardhana M.A. bahwa pertumbuhan otak berjalan secara berirama melalui
saat-saat pertumbuhan yang lambat. Pertumbuhan otak secara cepat
terutama pada usia-usia 3 - 10 tahun, 2 - 4 tahun , dan 6 – 8 tahun dan pada
usia 10 – 12/13 tahun dan 14 – 16/17 tahun. Mengenai perbedaan
pertumbuhan otak pria dan wanita, pendapat-pendapat terbaru
cepat dalam usia 11 tahun dibandingkan dengan pertumbuhan otak pria.
Tetapi pertumbuhan otak anak pria dalam usia 15 tahun meningkat dua
kali lebih cepat dibanding dengan kecepatan pertumbuhan anak wanita
seusia (Andi Mappiare, 1982: 54). Hal ini disebabkan karena pada umur
ini laki-laki lebih banyak menggunakan kemampuan nalarnya sedangkan
perempuan masih tetap dengan keuletan dan kerajinannya. Dari segi
perkembangan dan pertumbuhan pikir atau aspek psikologisnya, Jean
Piaget merumuskan teori tentang perkembangan pikir anak. Menurut Jean
Peaget ada empat periode perkembangan pikir yaitu: periode sense
motorik (0 – 2 tahun), periode pra-oprasional (2 – 7 tahun), periode
oprasional kongkret (7 – 11 tahun), dan periode operasional formal (11 -
14 tahun). Dalam periode operasional formal ciri-ciri berfikir adalah
adanya kesanggupan seseorang berfikir secara sistematis dan mencakup
logika yang kompleks (Andi Mappiare, 1982: 55). Pada tahun 1992 The
National Assessment of Educational Progres (NAEP) menginformasikan
bahwa laki-laki memiliki rata-rata skor lebih tinggi daripada perempuan
pada umur 9,13, dan 17 (Meece & Jones, 1996: 393).
B. PEMAHAMAN KONSEP
Pemahaman adalah suatu bentuk pengertian yang menyebabkan
seseorang mengetahui apa yang sedang dibicarakan. Seseorang dikatakan
dapat memahami apabila ia dapat menjelaskan situasi, menafsirkan grafik,
matematis ke dalam kalimat, dan menafsirkan tabel (Irmina Umi Purwanti,
2002:17). Fisika pada hakikatnya merupakan akumulasi hasil keilmuan
berupa konsep-konsep fisika, prinsip, hukum, dan teori yang diperoleh
melalui proses keilmuan dan sikap keilmuan. Sehingga memfasilitasi siswa,
dapat diartikan sebagai proses siswa membangun konsep, hukum, dan teori.
Bila hal ini dilakukan, maka tujuan yang harus dicapai siswa dalam belajar
fisika supaya dapat memahami konsep adalah dengan melakukan proses
keilmuan dan memiliki sikap keilmuan yang diperlukan dalam melakukan
proses tersebut (Kartika Budi, 1992: 113). Proses pembelajaran fisika yang
benar haruslah mengembangkan perubahan konsep. Perubahan yang
pertama adalah perubahan dalam memperluas konsep, dari konsep yang
belum lengkap menjadi lebih lengkap, dari konsep yang belum sempurna
menjadi lebih sempurna. Perubahan ini adalah mengubah dari konsep yang
salah menjadi benar atau sesuai dengan konsep para ahli fisika.
Pembelajaran yang hanya membuat konsep statis atau bahkan menjauh dari
konsep yang diterima para ahli, dapat dikatakan pembelajaran yang tidak
sukses. Sedangkan pembelajaran fisika yang baik adalah yang
memungkinkan perubahan konsep itu (Suparno, 2000: 18). Pemahaman
konsep merupakan dasar dari pemahaman prinsip dan teori, artinya untuk
memahami prinsip dan teori harus dipahami terlebih dahulu konsep-konsep
yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Berdasarkan hal ini
maka pemahaman konsep memegang peranan penting dalam kegiatan
asperk-aspek lain. Pemahaman menurut Kartika Budi (1987:233)
merupakan salah satu aspek kognitif dalam pelaksanaan kegiatan belajar.
Aspek ini merupakan aspek yang sangat penting pada pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar karena menjadi aspek yang paling menonjol atau yang
paling ditonjolkan. Bila diadakan kegiatan belajar mengajar, maka
pertama-tama yang akan dicapai adalah memahami atau mengerti apa yang kita
pelajari.
Siswa memasuki pembelajaran fisika tidak dengan kepala kosong
yang dapat diisi dengan pengetahuan fisika. Sebaliknya siswa telah
mempunyai pengalaman yang berhubungan dengan fisika. Dengan
pemahaman itu telah terbentuk intuisi dan “teori siswa” mengenai peristiwa
fisika dalam lingkungan sehari-hari (Berg, 1991:1). Konstruksi pengetahuan
yang benar akan membantu siswa menuju pemahaman konsep. Pemahaman
konsep fisika seorang siswa dapat dibantu oleh guru mata pelajaran fisika.
Piaget mengatakan bahwa tugas guru bukan memberikan pengetahuan
terhadap anak, melainkan mencarikan, menunjukkan atau memberikan
alat-alat atau cara-cara yang menimbulkan minat atau merangsang anak untuk
mengatasi atau memecahkan persoalan-persoalan sendiri (Gunarsa, 1981:
161). Untuk memutuskan seseorang memahami suatu konsep maka
diperlukan kriteria dan indikator-indikator. Kriteria atau indikator tersbut
antara lain (Kartika Budi, 1992: 114): (a) dapat menyatakan pengertian
konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri; (b) dapat
menganalisis hubungan antar konsep dalam suatu hukum; (d) menerapkan
konsep untuk: (i) menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam khusus,
(ii) untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun praktis,
(iii) memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu
sistem bila kondisi tertentu dipenuhi; (e) dapat mempelajari konsep lain
yang berkaitan dengan lebih cepat; (f) dapat membedakan konsep yang satu
dengan konsep yang lain yang saling berkaitan; (g) dapat membedakan
konsepsi yang salah dan dapat membuat peta konsep dari konsep-konsep
yang ada dalam suatu pokok bahasan. Hasil belajar yang dicapai seseorang
dapat diketahui berdasarkan beberapa indikator diatas.
Menurut Bloom (dalam Nana Sujana :1990) tujuan pembelajaran
diklasifikasikan menjadi tiga aspek, yaitu: (a) aspek kognitif, (b) aspek
afektif, dan (c) aspek psikomotorik. Pemahaman merupakan aspek kognitif,
karena berhubungan dengan hasil belajar intelegensia. Hasil belajar
intelegensia dapat dikategorikan menjadi enam tingkat (menurut Bloom,
dalam Iskandar, 1997: 96) yaitu: pengetahuan tentang fakta-fakta dan
prinsip-prinsip; pemahaman (memahami fakta-fakta dan ide-ide), penerapan
(menerapkan fakta dan ide pada situasi baru), analisis (menganalisis atau
membagi konsep dalam bagian-bagianya kemudian melihat hubungannya
satu sama lain); sintesis (mengumpulkan fakta-fakta dan ide-ide); dan
evaluasi (menentukan nilai dari fakta-fakta dan ide-ide). Pengetahuan dan
empat hasil belajar yang lain dikategorikan pada golongan berfikir tingkat
tinggi.
C. METODE INQUIRY
1. Hakekat Metode Inquiry
Inkuiri “inquiry” secara harafiah diartikan sebagai penyelidikan atau
pemeriksaan. Metode inquiry dalam pembelajaran fisika adalah suatu
metode pembelajaran yang berupa proses penyelidikan atau eksperimen
dengan melibatkan proses keilmuan untuk mempelajari suatu fenomena
alam.
Metode inquiry merupakan penerjemahan proses inkuiri yang
digunakan oleh para ilmuwan untuk meningkatkan pemahamannya ke
dalam proses yang dapat diikuti siswa bersama guru untuk meningkatkan
pemahaman siswa (Musheno, B.V & Lawson, A.E, 1999, dalam Atmadi
2004). Proses inquiry ilmuwan umumnya diyakini merupakan lingkaran
tiga fase: fase exploration, invention, dan discovery. Dalam fase
eksploration, ilmuwan mengumpulkan bukti; dalam fase invention,
ilmuwan menemukan relasi dan menamai konsep; dalam fase discovery,
ilmuwan menggunakan relasi dan konsep untuk menyelidiki fenomena lain.
Dalam proses pembelajaran, pengkonstruksian pengetahuan terjadi
dalam fase eksploration dan invention. Fase eksploration adalah salah satu
fase dalam proses belajar dimana siswa memperoleh pengalaman langsung,
merupakan salah satu dalam proses belajar yang berupa pengidentifikasian
dan menamai sifat-sifat serta keteraturan dalam fenomena. Sedangkan
terjadinya pemantapan pengetahuan terjadi pada fase discovery.
Metode inquiry adalah salah satu metode pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya tidak lepas dari kegiatan discovery. Discovery adalah
kegiatan siswa terlibat secara mental untuk menemukan konsep atau
prinsip. Dengan kata lain inquiry adalah suatu perluasan proses-proses
discovery yang digunakan dalam cara yang lebih sistematis. Inquiry
mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya
merumuskan masalah, membangun hipotesis, merancang eksperimen,
melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik
kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu dan
terbuka (Moh. Amin, 1987:127)
2. Langkah dan Proses Aktifitas Pembelajaran
Metode pembelajaran inquiry sebagai model pembelajaran yang
prosesnya melalui sebagian atau seluruh langkah-langkah dari metode sains,
yaitu mengajukan pertanyaan tentang fenomena alam, merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, melaksanakan
eksprimen, mensintesiskan pengetahuan untuk memperoleh suatu
kesimpulan ( Sund, 1973:12, dalam Kartika Budi, 2001 ). Secara sederhana
sebagai berikut (Kindsvatter, Wilen,& Ishler, 1996:259 dalam
Suparno,2006:65):
• Identifikasi persoalan
• Membuat hipotesis
• Mengumpulkan data
• Menganalisis data
• Mengambil kesimpulan
Dari langkah di atas terlihat bahwa model inquiry menggunakan prinsip
metode ilmiah dalam menemukan prinsip,hukum, maupun teori.
Penguraian lebih rinci mengenai langkah-langkah metode inquiry
adalah sebagai berikut (Kindsvatter, Wilen,& Ishler, 1996:263-267 dalam
Suparno,2006:66-67):
a. Identifikasi persoalan
Langkah yang paling awal dalam metode inquiry adalah menentukan
persoalan yang ingin dipecahkan. Persoalan yang dipilih haruslah jelas
tujuannya. Bila persoalan ditentukan oleh guru perlu diperhatikan
bahwa persoalan itu harus real, dapat dikerjakan oleh siswa dan sesuai
dengan kemampuan siswa.
b. Membuat hipotesis
Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk membuat hipotesis
atau kesimpulan sementara atau jawaban sementara. Jawaban
sementara ini yang disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat siswa perlu
membantu memperjelas maksudnya. Guru diharapkan tidak
memperbaiki hipotesis siswa yang salah, tetapi hanya memperjelas
maksudnya saja.
c. Mengumpulkan data
Langkah selanjutnya siswa mencari dan mengumpulkan data
sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka
benar atau salah. Dalam fisika biasanya proses pengumpulan data
sering disebut cobaan atau eksperimen. Cobaan atau eksperimen ini
biasanya dilakukan di laboratorium tetapi terkadang juga dilakukan di
luar sekolah.
d. Menganalisis data
Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk membuktikan
hipotesis apakah benar atau salah. Untuk mempermudah menganalisis
data, data sebaiknya dikelompokkan sehingga dapat dibaca dan
dianalisis dengan mudah. Dalam menganalisis seringkali
menggunakan alat hitung seperti rumus matematika ataupun statistik
yang memudahkan siswa untuk mengambil keputusan atau kesimpulan
umum.
e. Mengambil kesimpulan
Dari data yang dikelompokkan dan dianalisis baru kemudian diambil
kesimpulannya. Setelah mengambil kesimpulan kemudian dicocokkan
dengan hipotesis, apakah hipotesis yang dibuat siswa diterima atau
siswa diminta untuk mencari penjelasan mengapa demikian. Guru
dapat membantu dengan berbagai pertanyaan penolong.
3. Manfaat dan Tujuan Inquiry
Dalam proses inkuiri yang dilakukan, guru dapat membantu siswa
dalam beberapa hal penting. Hal ini merupakan manfaat yang diperoleh
dengan metode inkuiri ( Atmadi, 2004 ) yaitu:
a.Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam aktifitas yang dirancang untuk
memberinya pengalaman yang akan membantunya memahami
konsep-konsep ilmiah.
b.Siswa dapat mendiskusikan temuan mereka dan mencoba membangun
suatu penjelasan.
c.Siswa dapat melakukan observasi tambahan dan mencoba untuk
menerapkan konsep yang telah mereka pelajari untuk mengidentifikasi
keterbatasan pemahaman mereka. Metode inkuiri mempunyai tujuan,
yaitu:
1. Pembelajaran menjadi student centered
2. Membantu siswa untuk membangun konsep diri
3. Mengembangkan sebagian bakat
4. Menghindari pembelajaran yang hanya pada tingkat verbal.
d.Siswa mengalami proses mengasimilasi dan mengakomodasi
pengetahuannya, artinya bahwa siswa mengalami proses pengolahan
penyesuaian hasil penyelidikan dengan hipotesis awal mereka (Kamus
Besar Bahasa Indonesia:15,52)
D. RANGKAIAN LISTRIK SEDERHANA 1. Rangkaian Listrik Sederhana
Rangkaian listrik sederhana adalah suatu rangkaian listrik yang hanya
tersusun atas sebuah sumber tegangan dan sebuah resistor. Ada dua jenis
rangkaian, yaitu rangkaian terbuka dan rangkaian tertutup.
Rangkaian terbuka
Rangkaian terbuka adalah suatu rangkaian dengan ujung-ujungnya
merupakan titik-titik yang bebas dan tidak berhubungan.
Gbr. 1 Rangkaian terbuka A B
Rangkaian tertutup
Rangkaian tertutup adalah suatu rangakaian yang membentuk sebuah
lintasan tertutup.
- + I
R
2. Rangkaian Listrik Majemuk
Rangkaian listrik majemuk adalah gabungan dari beberapa rangkaian
listrik sederhana. Untuk membahas rangkaian mejemuk terlebih dahulu
akan dibahas hukum Kirchoff. Rangkaian listrik mempunyai banyak
kemungkinan bercabang-cabang. Untuk dapat melakukan perhitungan
pada rangkaian bercabang, dan juga untuk melakukan perhitungan pada
rangakaian yang di dalamnya terdapat sumber arus, Gustav Kirchoff
mengemukakan dua aturan atau dua hukum yaitu:
Hukum I Kirchoff
Hukum I Kirchoff merupakan hukum kekekalan muatan yang
menyatakan bahwa jumlah muatan listrik yang ada pada suatu sistem
tertutup tidak berubah. Hukum I Kirchoff menyatakan bahwa jumlah arus
yang masuk pada suatu percabangan sama dengan jumlah arus yang
keluar dari percabangan tersebut.
M
I5
I4
I1
I2
I3
M adalah sebuah percabangan yang dilewati oleh arus listrik. Arus yang
masuk ke percabangan M adalah I1, I2, I3, sedangkan arus yang keluar dari
percabangan M adalah I4 dan I5. Berdasarkan hukum I Kirchoff, maka:
I1 + I2 + I3 = I4 + I5 atau I1 + I2 + I3 – I4 – I5 = 0
Hukum II Kirchoff
Hukum II Kirchoff merupakan akibat dari hukum Kekekalan
Energi yang diterapkan pada rangkaian tertutup. Hukum II Kirchoff
menyatakan bahwa jumlah gaya gerak listrik (ε) pada sebuah rangkaian
tertutup sama dengan jumlah beda potensial (IR) pada rangkaian
tersebut. Secara matematis dituliskan sebagai :
r R I
r R I
+ =
+ =
ε
ε ( )
3. Hukum Ohm
Jika kita ingin menyelidiki kaitan antara tegangan dan kuat arus,
kita dapat menyusun rangkaian seperti gambar di bawah ini:
Pada rangkaian tersebut, sumber tegangan dihubungkan dengan
catu daya yang dapat diubah-ubah tegangannya. Jika percobaan di atas R
A
V
dilakukan dengan baik maka akan diperoleh kesimpulan bahwa jika beda
potensial bertambah, maka besar kuat arus juga bertambah. Hubungan
antara beda potensial dan kuat arus pertama kali dikemukakan oleh
Georg Simon Ohm sehingga dikenal sebagai hukum Ohm.
Hukum Ohm menyatakan bahwa besarnya kuat arus yang
mengalir dalam suatu rangkaian tertutup akan sebanding dengan beda
potensial dan berbanding terbalik dengan hambatannya. Hukum Ohm
dalam persamaan matematis dituliskan,
R =
I V
atau V = IR
4. Rangkaian Seri dan Paralel a. Rangkaian Seri
Gbr. 5
R1 R2 R3
Gbr. 6
Pada Gbr. 5 arus listrik mengalir hanya menempuh satu lintasan.
Setelah keluar dari kutub positif, arus masuk melalui R3, lalu R2, R1,
V3
V1 V2
Vs
+ -I
Vs
dan kemudian menuju kutub negatif. Pada rangkaian tersebut sama
sekali tidak terdapat percabangan, sehingga sama sekali tidak ada
jalan alternatif untuk arus mengalir melalui jalan lain. Rangkaian
seperti di atas disebut rangkaian seri.
Dari Gbr. 6 juga dapat dilihat bahwa tegangan pada ujung-ujung
ketiga hambatan adalah VS dan tegangan pada masing-masing
hambatan adalah V1,V2,dan V3 sehingga berlaku:
VS = V1 + V2 + V3
Dan pada Gbr. 6 RS adalah hambatan pengganti R1, R2, dan R3,
sehingga berlaku:
RS = R1 + R2 + R3
Bila sebanyak n hambatan sejenis dipasangkan secara seri maka
hambatan totalnya menjadi:
Rs =
∑
=n
i i
R
1
Arus yang mengalir pada Gbr.5 adalah I. Kuat arus yang mengalir
dalam rangkian seri, dimanapun akan mempunyai besar yang sama.
Arus yang melewati masing-masing resistor kita lambangkan dengan
I1, I2, dan I3 sehingga berlaku hubungan berikut:
I1 = I2 = I3 = I, sedangkan hambatan pada masing-masing resistor
adalah:
V1 = I R1
V2 = I R2
Hambatan RS sebagai pengganti ketiga hambatan. Dengan
demikian tegangan VS dan hambatan RS harus menghasilkan arus
sebesar I, sehingga berlaku:
VS = IRS
Secara umum karakteristik rangkaian seri adalah sebagai berikut:
1. Arus yang mengalir pada masing-masing resistor adalah sama.
2. Resistor pengganti dari susunan seri adalah jumlah dari semua
resistor.
3. Susunan seri bersifat memperbesar hambatan.
b. Rangkaian Paralel
R3
R2
R1
I3
I I1
2 P
Q
V
Gbr. 7
Vs
-+
Rp
Pada Gbr.7 terdapat tiga buah hambatan atau resistor R1, R2, dan
R3 yang dirangkai secara paralel. Pada Gbr.8 Rp sebagai hambatan
pengganti dari R1, R2, dan R3. Ujung hambatan dihubungkan ke satu
titik P dan ketiga hambatan lainnya dihubungkan ke satu titik Q.
Jika di antara P dan Q diberikan tegangan sebesar V volt, maka
masing-masing hambatan mendapat tegangan yang sama sebesar V
volt. Jika antara P dan Q diberikan sejumlah arus I, maka arus
tersebut akan melalui R1, R2, dan R3 sebesar I1, I2, dan I3. Menurut
hukum I Kirchoff, arus yang mengalir dapat dituliskan menjadi:
I = I1 + I2 + I3
Besar arus yang mengalir pada masing-masing hambatan adalah :
I1 =
1
R V
; I2 =
2
R V
; I3 =
3 R V , atau I = 1 R V + 2 R V + 3 R V
I = V ⎟⎟
⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + + 3 2 1 1 1 1 R R R
Rp adalah hambatan pengganti yang dapat dituliskan menjadi
= p R 1 ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + + 3 2 1 1 1 1 R R R
Untuk n hambatan yaitu R1, R2, R3, ..., Rn yang dirangkai secara
paralel, maka hambatan penggantinya dapat dituliskan menjadi :
n
p R R R R
Secara umum karakteristik rangkaian paralel adalah sebagai berikut:
1. Tegangan pada masing-masing resistor sama.
2. Hambatan pengganti akan lebih kecil dari resistor terkecil yang
digunakan.
3. Susunan seri bersifat memperkecil hambatan.
5. Rangkaian Seri - Paralel.
Sebagian besar rangkaian listrik yang terdapat pada semua jenis
peralatan elektronik bukan merupakan susunan seri atau paralel saja,
tetapi merupakan rangkaian seri–paralel. Rangkaian seri-paralel
merupakan kombinasi dari rangkain seri dan rangkaian paralel. Pada
suatu rangakain seri paralel terdapat sekelompok resistor paralel yang
dipasangkan seri dengan resistor lainnya, seperti gambar 5
Gbr. 9
Pada rangkaian tersebut, R2 dan R3 adalah paralel. Kelompok
paralel ini dihubungkan seri dengan R1. Jadi dalam rangkaian ini
terdapat hubungan seri dan paralel sehingga dinamai rangkaian
seri-paralel.
R1
R3
I2
IT
IT
I1
R2
V
Rangkaian seri paralel terlihat lebih rumit dibandingkan
rangkaian seri saja atau paralel saja. Untuk menyelesaikan rangkaian
ini, kita dapat memecahkannya menjadi rangkaian yang lebih
sederhana yaitu yang terdiri atas rangkaian seri dan rangkaian paralel.
Pada rangkaian Gbr. 9 di atas, arus total (IT) dalam rangkaian
akan mengalir pada R1. Setelah sampai di titik A, arus terpecah
menjadi I1, dan I2 yang mengalir melalui R2 dan R3. Besar arus IT
akan sama dengan I1 dan I2, sedangkan tegangan di R2 dan R3 adalah
sama.
Dua hal penting yang dapat dilakukan untuk menentukan
hambatan pengganti dari persoalan di atas adalah sebagai berikut.
1. Cari hambatan pengganti dari susunan paralel R2 dan R3.
Sebut saja nilai ini Rp1
2. Carilah hambatan pengganti dari susunanseri Rp1 dan R1
6. Menghitung Arus dan Tegangan Listrik
Besar arus dan tegangan pada rangkaian, sebenarnya dapat diukur
langsung menggunakan suatu alat yang dinamakan multimeter.
Multimeter memiliki tiga fungsi yaitu mengukur arus, tegangan, dan
hambatan listrik. Untuk mengukur tegangan dari dua titik yang berbeda,
multimeter harus dipasang paralel dengan titik tersebut, sedangkan untuk
mengukur arus listrik multimeter harus dipasangkan seri dengan titik
dan paralel. Bila diserikan arus yang mengalir pada rangkaian akan sama
dengan arus yang melalui multimeter. Bila multimeter ini dipasangkan
paralel maka tegangan pada multimeter akan sama dengan tegangan yang
terukur.
A
Gbr. 10
(mengukur arus listrik yang melalui hambatan dengan menggunakan
amperemeter)
V
Gbr.11
(mengukur tegangan listrik pada hambatan dengan menggunakan
7. Persoalan Pemahaman Rangkaian Listrik Sederhana
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pokok
bahasan listrik, kebanyakan siswa masih mengalami kesulitan untuk
memahami konsep rangkaian listrik. Pada rangkaian listrik sederhana
siswa masih kesulitan untuk menganalisis arus listrik secara kuantitatif.
Siswa juga kesulitan memahami konsep-konsep dalam rangkaian listrik,
misalnya hambatan ataupun tegangan ( Cohen, Eylon, & Ganiel, 1983,
dalam Selen Sencar, Ali Eryilmaz, 2003 ).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Shipstone (1988) dalam Selen
Sencar dan Erylmaz (2003) telah diidentifikasi beberapa permasalahan
pemahaman khususnya dalam rangkaian listrik sederhana. Permasalahan
pemahaman yang terjadi antara lain: (a) Model aliran (Sink Model), siswa
berpikir bahwa kabel yang dihubungkan pada salah satu sumber tegangan
akan dapat mengalirkan arus, sehingga dapat menghidupkan lampu. (b)
Model pelemahan arus (Weaking Current Model), siswa berpikir bahwa
arus mengalir dalam satu arah dalam rangkaian dan kemudian arus
melemah karena masing-masing alat-alat pada rangkaian menghabiskan
beberapa arus. (c) Model pembagian arus (Shared Current Model), siswa
berpikir bahwa arus sama pada semua titik pada rangkaian tidak peduli
dari jenis sambungan dan semua alat pada rangkaian memiliki jumlah
arus yang sama, tetapi arus yang kembali pada tegangan akan lebih kecil
daripada arus yang dikeluarkan dari tegangan. (d) Power Supply sebagai
Model), siswa berpikir bahwa power supply mengeluarkan jumlah arus
yang sama ke setiap rangkaian. (e) Model Miskonsepsi Rangkaian Paralel
(Parallel Circuit Misconception Model), siswa percaya bahwa
penambahan sebuah hambatan pada rangkaian paralel akan
meningkatkan hambatan total pada rangkaian.
E. KAITAN TEORI DENGAN METODOLOGI PENELITIAN 1. Pemahaman Konsep
Seseorang dapat dikatakan memahami konsep jika telah memenuhi
kriteria-kriteria yang telah disebutkan pada penjelasan sebelumnya,
dalam penelitian ini hanya akan mengambil beberapa kriteria yang telah
disebutkan. Kriteria-kriteria yang diambil dalam penelitian ini adalah :
a. Dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi
menggunakan kalimat sendiri.
b. Dapat menjelasan makna dari konsep bersangkutan kepada orang
lain
c. Dapat menganalisis hubungan antar konsep dalam suatu hukum
d. Menerapkan konsep untuk memecahkan masalah fisika baik
2. Pengaruh Gender
Perkembangan otak anak perempuan meningkat lebih cepat pada
usia 11 tahun dibandingkan pertumbuhan otak laki-laki, namun pada usia
15 tahun perkembangan otak laki-laki meningkat dua kali lebih cepat dari
pada perempuan seusia. Ini berdasarkan teori yang diungkapkan oleh
Andi Mapiare.
Sedangkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan pada tahun
1992 oleh The National Assessment of Educational Progres ( NEAP)
yang ditulis pada Journal of Research in Science Teaching vol 33 No 4.
PP 393 – 406 tahun 1996, menginformasikan bahwa laki-laki memiliki
skor lebih tinggi dari pada perempuan pada umur 9,13, dan 17 tahun .
Jean Peaget juga membahas perkembangan pola pikir anak, salah
satu periode perkembangan pikir oleh Jean Piaget adalah periode
oprasional formal yang terjadi pada usia 11 – 14 tahun. Dan pada periode
oprasional formal ini ciri - ciri berfikir adalah adanya kesanggupan
seseorang berfikir secara sistematis dan mencakup logika yang kompleks.
Anak-anak yang akan diteliti adalah anak SMP yang berumur
kira-kira diantara 11 – 15 tahun. Pada penelitian ini akan diteliti apakah
tingkat pemahaman anak SMP di Indonesia untuk anak laki-laki memang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Termasuk kuantitatif karena menggunakan statisistik, dan kualitatif karena
menggunakan wawancara untuk mengetahui penggunaan metode inkuiri
apakah membantu meningkatkan pemahaman siswa atau tidak.
B. WAKTU DAN TEMPAT
Penelitian dilaksanakan di SLTP Negeri I Sragen pada bulan
Oktober – Desember 2007.
C. SUBYEK PENELITIAN
Subyek penelitian adalah siswa kelas 9A SMP Negeri I Sragen
yang berjumlah 44 siswa yang sedang menerima materi tentang rangkaian
listrik. Siswa SMP Negeri I Sragen kelas 9A ditetapkan sebagai subyek
penelitian karena peneliti mengenal lingkungan sekolah tersebut selain itu
peneliti juga pernah bersekolah di SMP itu, sehingga peneliti ingin
memberikan sumbangan berupa informasi mengenai mutu pemahaman
siswa untuk tahun ajaran ini terutama pada pokok bahasan rangkaian
listrik sederhana.
D. TREATMENT
Dalam penelitian ini treatment yang digunakan adalah kegiatan
pembelajaran dengan metode inkuiri yang dilaksanakan di laboratorium.
Kegiatannya antara lain :
Kegiatan 1: Rangkaian Sederhana dan Hukum Ohm • Tujuan :
1) Siswa mampu membuat rangkaian listrik sederhana
2) Siswa mampu menerapkan rangkaian sederhana dalam
Hukum Ohm
• Alat-alat yang digunakan:
1. kabel penghubung
2. lampu
3. baterai
4. voltmeter
5. ampermeter
6. multimeter
• Kemudian siswa diminta untuk membuat rangkaian yang dapat
menyalakan lampu.
• Selanjutnya siswa diminta untuk membuat hipotesis di kertas
yang sudah disediakan.
• Setelah siswa mampu membuat rangkaian yang dapat menyalakan
lampu, selanjutkan siswa diminta untuk memasang voltmeter dan
ampermeter pada rangkaian atau memasang multimeter jika ada.
Diingatkan siswa mengenai prosedur pemasangan ampermeter
dan voltmeter.
• Setelah pemasangan ampermeter dan voltmeter selesai, lihat dan
catat berapa kuat arus dan tegangan lampu.
• Untuk tiap data percobaan bagilah tegangan dengan kuat arusnya
kemudian masukkan pada kolom
i v
pada tabel
Tabel. 1 Tabel Data Percobaan Jumlah baterai Tegangan (V) Kuat arus (A)
A volt I V =
Kegiatan 2 : Rangkaian Seri, Rangkaian Paralel, dan Hukum I Kirchoff
• Tujuan :
1) Siswa mampu membuat rangkaian seri dan rangkaian paralel.
2) Siswa mampu menerapkan rangkaian paralel untuk Hukum I
Kirchoff
• Alat-alat yang digunakan :
1. resistor
2. kabel penghubung
3. voltmeter
4. ampermeter
5. multimeter
• Buatlah rangkaian dengan 3 resistor yang dirangkai seri
R1 R2 R3
• Kemudian buatlah hipotesis mengenai besar masing-masing I
dan masing-masing V, serta besar Itotal dan Vtotal
Dengan menggunakan ampermeter (dapat juga menggunakan
multimeter), ukur arus antara sumber daya dan R1 sebagai I1, antara R1
dan R2 sebagai I2, dan antara R2 dan R3 sebagai I3, dan arus antara
ujung R1 dengan R3 sebagai I total.
Dengan menggunakan voltmeter (dapat juga menggunakan
multimeter) ukurlah tegangan tiap resistor.
¾ Kemudian lihat datamu kembali.
¾ Lihat bagaimana besar masing-masing I, dan bagaimana besar I totalnya. Apa kesimpulanmu.
¾ Lihat bagaimana besar masing-masing V, dan apa kesimpulanmu.
• Sekarang buatlah rangkaian 3 resistor yang dirangkai parallel.
Dengan cara yang sama seperti di atas, hitung kuat arus dan tegangan
tiap-tiap resistor. Jika menghitung arus dan tegangan menggunakan
ampermeter dan voltmeter ingat aturan pemasangannnya.
¾ Kemudian lihat lagi data-datamu untuk rangkaian paralel ¾ Lihat bagaimana besar masing-masing I, dan besar I totalnya (I
pada sumber tegangan). Bagaimana hubungannya.
¾ Lihat bagaimana besar masing-masing V, dan V totalnya. Apa kesimpulanmu.
E. INSTRUMEN PENELITIAN
Dalam penelitian ini, digunakan 2 instrument yaitu:
1. Tes Tertulis
1.1. Untuk intrumen tes tertulis ada 2 yaitu: a. Pretes
Pretes (tes awal) diberikan pada siswa sebelum pembelajaran
menggunakan metode inkuiri. Pretes yang diberikan pada siswa
disusun berdasarkan konsep-konsep yang berkaitan dengan
rangkaian listrik sederhana. Tes ini bertujuan untuk mengetahui
pemahaman awal siswa mengenai rangkaian listrik sederhana.
b. Postes
Postes (tes akhir) diberikan setelah siswa melakukan
pembelajaran dengan metode inkuiri. Postes ini diberikan
bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti
pembelajaran dengan metode inkuiri. Postes yang diberikan
disusun berdasarkan soal pretes dan materi pembelajaran yang
diberikan.
Soal pretes dan postes yang diberikan sama. Jumlah soal
keseluruhan ada 19 soal. Kriteria soal untuk pretes dan postes
Tabel 2
Soal Pretes dan Postes berdasarkan konsep dan kriteria pemahaman yang dicapai
Konsep Kriteria – kriteria pemahaman yang dicapai Contoh Soal 1. Rangkaian listrik Sederhana
2. Hukum I
Kirchoff 3. Rangkaian seri. 4. Rangkaian paralel. 5. Hukum Ohm
1. Dapat menyatakan
pengertian dalam
bentuk definisi
menggunakan
kalimat sendiri
1. Dengan kalimat kamu
sendiri definisikan apa
yang dimaksud dengan
rangkaian listik
sederhana?
2. Rangkaian listrik banyak
kemungkinan
bercabang-cabang. Hukum apa yang
membahas tentang
percabangan arus ?
Dengan kalimatmu
sendiri nyatakan definisi
hukum tersebut !
3. Pada dasarnya ada dua
jenis rangkaian listrik
yaitu rangkaian seri
rangkaian paralel.
Dengan pengertian anda
jelaskan tentang
rangkaian seri dan
rangkaian paralel !
4. Jika sebuah rangkaian
sebesar V dan memiliki
hambatan sebesar R,
menghitunglah besarnya
I ? Selanjutnya
persamaan di atas disebut
hukum apa? Dengan
menggunakan kalimatmu
sendiri, bagaimana bunyi
Hukum tersebut?
1. Rangkaian
Listrik
Sederhana
2. Hukum I
Kirchoff 3. Rangkaian seri. 4. Rangkaian paralel. 5. Hukum Ohm
2. Dapat menjelaskan
makna dari konsep
yang bersangkutan
1. a
Dari gambar rangkaian
di atas, rangakian
manakah yang dapat
menyalakan lampu?,
Bagaimana jalannya arus?
Gambar no1 dan no 2
disebut ranngkaian apa?
Apa alasanmu!
2. Apakah penambahan
baterai pada rangkaian
mempengaruhi nyala
sebuah lampu ? Berikan
3.
Berapa besar I dan kemana
arahnya? Jelaskan prinsip
yang kamu gunakan untuk
menghitung I!
1. Rangkaian
Listrik
Sederhana
2. Hukum I
Kirchoff 3. Rangkaian seri. 4. Rangkaian paralel. 5. Hukum Ohm
3. Dapat menganalisis
hubungan antar
konsep dalam suatu
hukum.
1. Suatu rangkaian
sederhana yang
mengandung hambatan,
arus, dan tegangan.
Sebuah baterai 1,5 V
dihubungkan dengan
sebuah lampu dengan
hambatan 3 ohm.
Rangkaian tersebut
merupakan rangkaian
tertutup oleh karena
adanya hubungan melalui
ampermeter dan
ampermeter tersebut
menunjukan arus sebesar
0,5 A. bagaimana kamu
menjelaskan mengapa
mengalir arus 0,5 A
2. Perhatikan gambar
berikut:
jika I1 = 5 A; I2 = 3 A; I3 =
6 A. Hitunglah besar I4 ?
1. Rangkaian
Listrik
Sederhana
2. Hukum I
Kirchoff 3. Rangkaian seri. 4. Rangkaian paralel. 5. Hukum Ohm I2 I1 I4 I3
4. Menerapkan konsep
untuk memecahkan
masalah secara
teoritis maupun
praktis.
1. Ketika dihubungkan ke
sumber tegangan 120
volt, sebuah pemanas
listrik menarik arus 16 A.
Berapakah arus yang
ditarik oleh pemanas
listrik ketika
dihubungkan dengan
sumber tegangan 15 volt?
2. Perhatikan gambar di
bawah ini
Menurut kamu saklar
manakah yang harus
ditutup supaya hanya
lampu-lampu B dan C
yang menyala?
B S3
D S2
Tabel 3
Jumlah soal menurut konsep, kriteria.
Konsep Kriteria Jumlah
soal
Alasan
1. Dapat menyatakan
pengertian dalam
bentuk definisi
menggunakan
kalimat sendiri
4 Untuk setiap
konsep siswa
harus mampu
mendefinisikan.
Untuk definisi
rangkian listrik
seri dan paralel
menjadi 1 no
soal, sehingga
jumlah soal 4. 1. Rangkaian
Listrik
Sederhana
2. Hukum I
Kirchoff
3. Rangkaian
seri.
4. Rangkaian
paralel.
5. Hukum Ohm
2. Dapat menjelaskan
makna dari konsep
yang bersangkutan
3 Karena jika
siswa mampu menjelaskan dan menganalisis soal dengan konsep hukum kircoff dan
hukum ohm itu
sudah mencakup
konsep-kosep
3. Dapat
menganalisis
hubungan antar
konsep dalam suatu
hukum.
5 Kriteria ke 3 ini,
merupakan
kriteria yang
memiliki skor
tinggi, karena
dari kriteria ini
dapat dilihat
pemahaman
siswa pada
setiap
konsepnya yang
akan digunakan
untuk
menganalisis
hubungannya
dalam suatu
hukum untuk
menjawab
soal-soal
4. Menerapkan konsep
untuk memecahkan
masalah secara
teoritis maupun
praktis.
7 Kriteria ke 4 ini
memiliki skor
paling tinggi
karena sudah
mencakup
semua konsep
yang ada.
2.2. Untuk instrument wawancara :
Dalam metode ini dicari bagaimana pengaruh penggunaan metode
inkuiri terhadap pemahaman siswa laki-laki dan siswa perempuan,
apakah membantu meningkatkan pemahaman atau tidak. Tidak semua
siswa diwawancarai, namun diambil berdasarkan pencapaian skor pada
pengisisan lembar jawaban pretes dan postes siswa. Siswa yang
diwawancarai adalah siswa yang memiliki skor pencapaian pretes dan
postes mengalami perubahan baik peningkatan maupun penurunan.
Wawancara yang dipakai adalah wawancara terpimpin yaitu
wawancara yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa
sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci (Arikunto,1989:127).
Tabel 4
Tabel Rencana Wawancara
No Soal Wawancara
1 Bagaimana menurut kamu pembelajaran dengan
metode inkuiri yang dilaksanakan di laboratorium
tadi?
2 Apakah kamu menyukai model pembelajaran
tersebut, mengapa? Ceritakan!
3 Apa yang membuat kamu menyukai/ tidak menyukai
metode pembelajaran inkuiri tersebut,
mengapa?Ceritakan !
4 Apakah kamu merasa lebih mengerti atau memahami
Validitas dalam instrumen ini termasuk validitas isi. Termasuk
validitas isi karena dalam pembuatan tes telah disesuaikan dengan tujuan
dan meteri pelajaran yang diberikan. (Arikunto,1984:54).
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu
instrument dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data karena instrument
tersebut sudah baik. Intrumen yang baik adalah instrument yang tidak
bersifat mengarahkan responden untuk memilih jawaban tertentu.
Instrument yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan
data yang dapat dipercaya juga (Arikunto,1989:142).
F. METODE ANALISIS DATA
1. Soal Pretes dan Postes
1. Pemberian skor untuk hasil jawaban soal pretes dan postes
Tabel 5
Kriteria Penskoran Soal
Kriteria Jumlah Soal Skor Maksimum
1 4 4
2 3 6
3 5 20
4 7 70
Penskoran untuk masing-masing kriteria dan soal diuraikan di
bawah ini:
1. Kriteria pertama (soal no 1 - 4)
i). Jika memberikan jawaban definisi yang jelas sesuai pertanyaan
skor 1.
ii).Jika tidak memberikan jawaban definisi yang jelas sesuai
pertanyaan skor
2 1
.
iii). Jika siswa tidak memberikan jawaban skor 0.
2. Kriteria kedua (Soal no 5 - 7)
i). Jika memberikan jawaban yang benar dan alasan benar skor 2
ii).Jika memberikan jawaban yang benar dan alasan salah skor 1
iii).Jika memberikan jawaban yang salah dan alasan benar skor
2 1
iv). Jika memberikan jawaban yang salah dan alasan salah skor 0
v).Jika siswa tidak memberikan jawaban skor 0
3. Kriteria ketiga (Soal no 8 - 12)
i). Jika memberikan jawaban beserta data, masalah benar dan
analisis benar skor 4.
ii).Jika memberikan data, masalah salah dan analisis benar skor 3.
iii). Jika memberikan data, masalah benar dan analisis salah skor 2.
iv). Jika memberikan data, masalah salah dan analisis salah skor 1.
4. Kriteria keempat (Soal no 13, 16,17,18)
i). Jika siswa memberikan jawaban beserta data, masalah benar
dan analisis benar skor 10.
ii).Jika siswa memberikan jawaban beserta data, masalah salah
dan analisis benar skor 5.
iii).Jika siswa memberikan jawaban beserta data, masalah benar
dan analisis salah skor 4.
iv). Jika siswa memberikan jawaban beserta data, masalah salah
dan analisis salah skor 2.
v).Jika siswa tidak memberikan jawaban skor 0.
Kriteria keempat (Soal no 14,15,19)
Memberikan jawaban yang benar skor 10
2. Menganalisis hasil skor menggunakan statistik dengan Uji–T
a. Untuk mengetahui apakah metode inkuiri membantu meningkatkan
pemahaman siswa, digunakan Uji-T dependent dengan level
signifikan α = 0.05, persamaan yang digunakan yaitu
treal =
(
)
(
)
(
1)
2 2 2 1 − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ∑ − ∑ − N N N D D x x dimana :
D = perbedaan antara skor tiap subyek
N = jumlah pasang skore (jumlah pasangan)
b. Untuk mengetahui apakah perbedaan gender mempengaruhi
tingkat pemahaman siswa, digunakan:
i. Uji-T Independent dengan level signifikan α = 0.05, untuk tes
awal siswa (pretest) laki-laki maupun perempuan.
ii. Uji-T Independent dengan level signifikan α = 0.05, untuk tes
akhir siswa (postest) laki-laki maupun perempuan.
Persamaan yang digunakan untuk Uji-T Independent adalah:
(
)
⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ + ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − + − + − − = 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 ) 2 ( ) 1 ( ) 1 ( n n n n S n S n X X Treal