• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERBEDAAN GENDER TERHADAP PEMAHAMAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI I SRAGEN PADA POKOK BAHASAN RANGKAIAN LISTRIK SEDERHANA MENGGUNAKAN METODE INQUIRY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PERBEDAAN GENDER TERHADAP PEMAHAMAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI I SRAGEN PADA POKOK BAHASAN RANGKAIAN LISTRIK SEDERHANA MENGGUNAKAN METODE INQUIRY"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERBEDAAN GENDER TERHADAP PEMAHAMAN

SISWA KELAS IX SMP NEGERI I SRAGEN PADA POKOK

BAHASAN RANGKAIAN LISTRIK SEDERHANA

MENGGUNAKAN METODE INQUIRY

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan fisika

Disusun Oeh :

Disusun Oleh METARIA APRIYANTI

041424012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Bukankah Kami telah melapangkan

Untukmu dadamu? dan Kami telah

Menghilangkan daripadamu bebanmu,

Yang memberatkan punggungmu? Karena

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu

ada kemudahan. Maka apabila kamu

telah selesai (dari suatu urusan),

kerjakanlah dengan sungguh – sungguh

(urusan) yang lain, dan hanya kepada

Allah hendaknya kamu berharap.

(Q.S: Al Insyiraah: 1 - 8)

Kupersembahkan karyaku kepada…

Allah SWT yang telah memberikan rahmatNya kepadaku…

Bapak, Ibu, Agus, dan Putri yang aku sayangi dan menjadi

semangat dalam hidupku...

My Prince love me forever…

Sahabat-sahabat yang selalu menemaniku dan memberi dorongan kepadaku…

I Love U All...

Allah akan mebalas semua yang pernah kalian berikan padaku….

Almamaterku tercinta…

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan seseungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta,

Penulis

(Metaria Apriyanti)

(6)

ABSTRAK

Metaria Apriyanti, “Pengaruh Perbedaan Gender Terhadap Pemahaman Siswa Kelas IX SMP Negeri I Sragen Pada Pokok Bahasan Rangkaian Listrik Sederhana Menggunakan Metode Inkuiri”.

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta (2008).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) tingkat pemahaman siswa laki-laki tentang rangkaian listrik sederhana sebelum mengikuti pembelajaran menggunakan metode inkuiri; (2) tingkat pemahaman siswa perempuan tentang rangkaian listrik sederhana sebelum mengikuti pembelajaran menggunakan metode inkuiri; (3) tingkat pemahaman siswa laki-laki tentang rangkaian listrik sederhana setelah mengikuti pembelajaran menggunakan metode inkuiri; (4) tingkat pemahaman siswa perempuan tentang rangkaian listrik sederhana setelah mengikuti pembelajaran menggunakan metode inkuiri; dan (5) apakah perbedaan gender mempengaruhi tingkat pemahaman siswa pada pokok bahasan rangkaian listrik sederhana dengan menggunakan metode inkuiri.

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri I Sragen. Subyek penelitian siswa-siswi kelas IXA yang berjumlah 44 siswa. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Oktober – November 2007.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang terdiri dari pretest dan postest, dan wawancara. Siswa yang diwawancarai diambil berdasarkan perolehan nilai pretest dan postest, yaitu siswa yang mengalami perubahan nilai baik peningkatan maupun penurunan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui apakah metode inkuiri membantu meningkat pemahaman siswa dalam rangkaian listrik sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan gender mempengaruhi tingkat pemahaman siswa dan penggunaan metode inkuiri membantu meningkatkan pemahaman siswa mengenai rangkaian listrik sederhana.

(7)

ABSTRACT

Metaria Apriyanti, The Influence of Gender Differences Toward the Understanding of the Third Class Students in SMP Negeri I Sragen in

Studying Simple Electricity Circuit by Using Inquiry Method

Physics Education, Mathematics and Natural Sciences Department, Teacher Training and Education Faculty, Sanata Dharma University, Yogyakarta (2008).

The goals of the research were to know : (1) the level of understanding of male student about simple electricity circuit before they were given inquiry method for studying; (2) the level of understanding of female students about simple electricity circuit before they were given inquiry method for studying; (3) the level of understanding of male students about simple electricity circuit after they were given inquiry method for studying; (4) the level of understanding of female students about simple electricity circuit after they were given inquiry method for studying; and (5) whether the gender difference influenced the level of understanding of students in study of simple electricity circuit by using inquiry method.

The research had been held in SMP Negeri I Sragen. The subjects of the research were students of IXth grade that consisted of 44 students. The research had been held during Oktober till November in 2007.

The instruments which were used in this research were written test that contained of pretest and posttest, and interview. The students, who were interviewed were taken based on the score of pretest and posttest: who got high increasing score or decreasing score. The interview explored whether inquiry method was able to help students to better understand simple electricity circuit.

The research showend that gender difference influenced the students understanding and the inquiry method improved students understanding simple electricity circuit.

(8)
(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Perbedaan Gender Terhadap Pemahaman Siswa Kelas IX SMP Negeri I Sragen Pada Pokok Bahasan Rangkaian Listrik Sederhana Menggunakan Metode Inkuiri”.

Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di FKIP Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Penelitian ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan,

saran-saran, dan gagasan – gagasan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti dengan

segala kerendahan hati mengucapkan terimakasih kepada :

1. Romo Dr. Paul Suparno S.J. M.S.T.,selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan pengetahuan kepada peneliti selama penyusunan

skripsi.

2. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Fisika, yang telah memberikan

bimbingan dan pengetahuan kepada peneliti selama menempuh studi di

Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.

3. Keluarga Besar SMP Negeri I Sragen, yang telah memberikan kesempatan

kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.

4. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan fasilitasnya

hingga penyusunan ini dapat terselesaikan.

5. Ayahanda dan Ibunda yang tersayang yang telah memberikan dukungan doa,

dukungan moral, maupun material.

6. Adikku Agus, Putri yang telah memberikan dukungan doa.

7. Agung yang selalu inside me... menjadi kakak, teman dan sahabat, yang selalu

berdoa, menemani, dan mendampingi dalam segala keadaan

8. Teman- teman kos Flamboyan yang so sweeat... Anggey, Ana, Wiwit, TiNta,

Sinthul, Toro, Opunk, Melly, Asih.

(10)

9. Buat teman-teman angkatan ’04 semuanya yang tidak bisa disebutkan

satu-satu, ThAnKs kebersamaannya...

10.Teman KKN XXXIV Aline, Dhita, Martha, Yudi, Ci Ang, Steve, Siempl,

Nanda thanks yaa supportnya...

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

penyelesaian skripsi ini.

Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang

dapat membangun serta menyempurnakan tulisan ini. Supaya dapat berguna bagi

perkembangan pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

Yogyakarta,

Metaria Apriyanti

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT... vii

HALAMAN PUBLIKASI ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

1. Bagi Ilmu Pengetahuan ... 7

2. Bagi Guru... 7

BAB II. LANDASAN TEORI A. Gender... 8

B. Pemahaman Konsep... 12

C. Metode Inquiry... 16

1. Hakekat Metode Inquiry ... 16

2. Langkah dan Proses Aktifitas Pembelajaran... 17

3. Manfaat dan Tujuan Inquiry ... 20

D. Rangkaian Listrik Sederhana 1. Rangkaian Listrik Sederhana ... 21

(12)

2. Rangkaian Listrik Majemuk... 22

3. Hukum Ohm... 23

4. Rangkaian Seri dan Rangkaian Paralel ... 24

5. Rangkaian Seri Paralel ... 28

6. Menghitung Arus dan Tegangan Listrik ... 29

7. Persoalan Pemahaman Rangkaian Listrik Sederhana ... 31

E. Kaitan Teori Dengan Metodologi Penelitian ... 32

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 34

B. Waktu Dan Tempat ... 34

C. Subyek Penelitian ... 34

D. Treatment ... 35

E. Instrumen Penelitian ... 37

F. Metode Analisis Data... 46

G. Perencanaan Penelitian ... 51

BAB IV. DATA DAN ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Penelitian... 54

B. Data ... 58

1. Pengetahuan Awal Siswa ... 58

2. Pemahaman Siswa Setelah Pretest... 61

3. Pemahaman Siswa Mengenai Rangkaian Listrik Sederhana Setelah Menggunakan Metode Inkuiri ... 64

C. Hasil Wawancara ... 71

D. Rangkuman Umum Seluruh Analisa ... 73

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75

B. Saran... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

LAMPIRAN ... 79

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Pengantar dari FKIP Universitas Sanata

Dharma kepada Kepala SMP Negeri I Sragen... 79

LAMPIRAN 2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian di SMP Negeri I Sragen ... 80

LAMPIRAN 3 Soal Tes Pengetahuan Awal dan Pengetahuan Akhir (Pretest dan Postest)... 81

LAMPIRAN 4 Kunci Jawab Soal... 86

LAMPIRAN 5 Lembar Kegiatan Inkuiri... 93

LAMPIRAN 6 Lembar Hipotesis Awal Siswa Saat Inkuiri ... 95

LAMPIRAN 7 Lembar Jawab Pretest dan Postest Siswa... 97

LAMPIRAN 8 Data Hasil Wawancara ... 115

LAMPIRAN 9 Hasil Koding dan Kategorisasi Wawancara ... 118

LAMPIRAN 10 Tabel T-test ... 120

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Data Percobaan ... 36

Tabel 2. Tabel Soal Pretes dan Postes... 39

Tabel 3. Tabel Jumlah Soal... 43

Tabel 4. Tabel Rencana Wawancara... 45

Tabel 5. Tabel Penskoran Untuk Setiap Kriteria ... 46

Tabel 6. Tabel Hasil Wawancara ... 60

Tabel 7. Tabel Pengumpulan Jawaban Wawancara... 60

Tabel 8. Tabel Data Nilai Pretest Siswa Laki-laki... 59

Tabel 9. Tabel Data Nilai Pretest Siswa Perempuan... 60

Tabel 10. Tabel Nilai Rata-rata Pretest Siswa ... 61

Tabel 11. Tabel Data Nilai Postest Siswa Laki-laki ... 61

Tabel 12. Tabel Data Nilai Postest Siswa Perempuan ... 62

Tabel 13. Tabel Nilai Rata-rata Postest Siswa ... 63

Tabel 14. Tabel Nilai Rata-rata Pretest dan Postest Siswa ... 63

Tabel 15. Tabel Analisis Pretest Dan Postest ... 64

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rangkaian Terbuka ... 21

Gambar 2. Rangkaian Tertutup ... 21

Gambar 3. Mengenai Hukum I Kirchoff... 22

Gambar 4. Rangkaian untuk Hukum Ohm... 23

Gambar 5. Rangkaian Seri ... 24

Gambar 6. Rangkaian Pengganti Seri ... 24

Gambar 7. Rangakain Paralel... 26

Gambar 8. Rangkaian Pengganti paralel... 26

Gambar 9. Rangkaian Seri-Paralel... 28

Gambar 10. Rangkaian Pemasangan Ampermeter... 30

Gambar 11. Rangkaian Pemasangan voltmeter ... 30

Gambar 12. Rangkaian Seri dengan tiga resistor ... 36

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu sistem yang dirancang oleh manusia

dengan tujuan tertentu. Pendidikan berkenaan dengan upaya pembinaan

manusia, karena keberhasilan pendidikan sangat bergantung pada manusianya.

Unsur manusia yang paling menentukan keberhasilan pendidikan adalah

pelaksana pendidikan, yaitu guru. Gurulah ujung tombak pendidikan, sebab

secara langsung berupaya mempengaruhi, membina, dan mengembangkan

kemampuan siswa agar menjadi manusia yang cerdas, terampil, dan bermoral

tinggi. Guru harus mengatasi kendala-kendala yang secara langsung

berhubungan dengan pelajaran, proses kegiatan belajar dan peserta didik.

Beberapa hal yang perlu diketahui sebelum guru menyampaikan pelajaran

yaitu pendekatan, strategi, teknik, dan prosedur. Guru dapat menekankan pada

berbagai kegiatan dan tindakan dengan menggunakan pendekatan dan metode

tertentu yang dapat mengembangkan keaktifan belajar baik guru maupun

siswa.

(17)

Agar kegiatan belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, maka guru

harus dapat membuat siswa senang dalam belajar. Menurut Winkel

(1986: 31) cara guru untuk membuat siswa senang sebagai berikut:

1. Membina hubungan akrab dengan siswa, namun tidak berlaku seperti

remaja.

2. Menyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu rumit, namun tidak

terlalu mudah.

3. Menggunakan alat-alat pelajaran yang menunjang proses belajar.

4. Bervariasi dalam mengajar sesuai dengan materi.

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya Fisika oleh banyak

siswa dianggap sebagai pelajaran yang sulit, disamping membutuhkan

penalaran juga diperlukan pemahaman untuk memecahkan suatu masalah –

masalah yang berhubungan dengan pelajaran Fisika. Untuk mengatasi hal

tersebut seorang guru harus mempunyai strategi dalam mengajar agar siswa

dapat belajar secara efektif dan efisien dalam mencapai prestasi belajar yang

maksimal. Karena itu guru Fisika juga harus menguasai berbagai macam

metode pengajaran, karena metode pengajaran merupakan cara dalam

menyampaian tujuan pengajaran yang memerlukan teknik – teknik khusus

yang harus dikuasai oleh guru Fisika. Metode pengajaran selain dapat

mengarahkan kegiatan belajar mengajar terhadap tata cara pengajaran, juga

mampu merangsang semangat siswa untuk belajar dan mempunyai minat yang

besar terhadap pelajaran, sehingga siswa yang satu dengan siswa yang lainnya

(18)

Namun tidak semua materi dapat disampaikan dengan satu metode,

tetapi tergantung pada karakteristik materi dan kondisi saat belajar mengajar

berlangsung. Pengajaran dalam bidang IPA khususnya mata pelajaran Fisika

terbagi dalam berbagai pokok bahasan dimana tiap pokok bahasan mempunyai

tujuan dan karakteristik sendiri-sendiri. Sehingga untuk menyampaikan

kepada siswa guru perlu memilih metode yang sesuai dengan tujuan dan

karakteristiknya. Dengan penggunaan metode pengajaran yang tepat maka

materi yang akan disampaikan dapat dengan mudah dimengerti oleh siswa

dan diharapkan terjadi proses belajar mengajar optimal.

Sebagai salah satu alternatif metode yang sekiranya dapat digunakan

adalah metode inquiry. Metode inquiry adalah suatu metode pembelajaran

yang berupa proses penyelidikan atau eksperimen dengan melibatkan proses

keilmuan, yaitu dimulai dengan menemukan masalah, membuat hipotesis,

mengumpulkan data, membuat analisis, hingga sampai menemukan

kesimpulannya untuk mempelajari suatu fenomena alam. Siswa diharapkan

dapat melihat suatu kejadian atau fenomena alam dan kemudian

menindaklajuti dengan penyelidikan atau eksperimen untuk sampai kepada

suatu kesimpulan. Dengan metode inquiry siswa juga diharapkan dapat

menemukan bukti kebenaran dari sesuatu yang sedang dipelajari.

Gender seringkali dipandang sebagai ketentuan “Tuhan” dan sudah

merupakan bagian dari sistem nilai ideologi dalam masyarakat. Karena sudah

menjadi bagian dari sistem nilai, maka gender merasuk dan berpengaruh pada

(19)

ada. Oleh sebab itu, sistem nilai gender akan berpengaruh pada kehidupan

sistem sosial di sekolah, sehingga perilaku yang tampak dalam kehidupan

sosial sekolah akan menampakkan perbedaan gender.

Hasil yang diperoleh dari Third Internationel Mathematics and Science

Study (TIMSS) 1995 mengindikasikan bahwa laki-laki kelas empat memiliki

pencapaian ilmu pengetahuan yang signifikan lebih tinggi daripada perempuan

di kurang lebih setengah dari 42 negara. Pada level kelas delapan, laki-laki

memiliki rata-rata pencapaian ilmu pengetahuan signifikan lebih tinggi

daripada perempuan di lebih dari setengah negara, dan di akhir tahun pada

sekolah menengah, memperlihatkan hasil bahwa laki-laki memiliki

pencapaian ilmu pengetahuan yang signifikan lebih tinggi daripada perempuan

di semua negara (Selen Sencar & Ali Eryilmenz, 2003: 604).

Perbedaan gender dapat dilihat dari motivasi belajar IPA/sains.

Greenblatt (Meece & Jones, 1996 :394) menemukan bahwa perempuan kurang

termotivasi untuk belajar IPA/sains daripada laki-laki. Selanjutnya Kahle

(Meece & Jones, 1996 :394-395) melaporkan bahwa anak perempuan

menggambarkan IPA/sains sebagai sesuatu yang membosankan dan sulit

untuk dihafalkan. Sesuai dengan penelitian-penelitian yang dilakukan oleh

Anderman & Young, Licht, Strader & Swenson, Simpson & Oliver,

Steinkamp & Maehr, hasilnya mengidentifikasikan bahwa perempuan kurang

percaya diri pada kemampuan mereka dalam mengerjakan tugas-tugas

(20)

Matematika dan IPA/sains umumnya digambarkan sebagai area dimana

mayoritas adalah maskulin (Meece & Jones, 1996 :394).

Perbedaan gender juga terdapat pada kemampuan siswa berhubungan

dengan persepsi dalam Matematika & IPA/sains, hal ini dilihat pada awal

kelas tiga (Meece & Jones, 1886). Beberapa bukti menunjukkan bahwa di

sekolah dasar, siswa perempuan memiliki kemampuan IPA/sains lebih rendah

daripada kemampuan mereka dalam Matematika dan membaca (Meece &

Jones, 1996) perempuan lebih menyukai belajar IPA/sains dengan menghafal

(rote), sedangkan laki-laki lebih kepada belajar bermakna (meaningful

learning).

Atas dasar pemikiran diatas, penulis meneliti “Pengaruh Pebedaan

Gender dengan Pemahaman Siswa Kelas IX SLTP Negeri I Sragen Pada

Pokok Bahasan Rangkaian Listrik Sederhana Menggunakan Metode Inquiry”

B. Rumusan Masalah

Masalah yang diteliti yaitu apakah perbedaan gender mempengaruhi

pemahaman terhadap fisika dalam rangka pembelajarannya pada siswa kelas

IX SMP Negeri I Sragen khususnya di kelas IX A. Secara lebih rinci

dirumuskan dalam beberapa pertanyaan di bawah ini:

1. Bagaimana tingkat pemahaman siswa laki-laki tentang rangkaian

listrik sederhana sebelum mengikuti pembelajaran dengan

(21)

2. Bagaimana tingkat pemahaman siswa perempuan tentang rangkaian

listrik sederhana sebelum mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan metode inquiry?

3. Bagaimana tingkat pemahaman siswa laki-laki tentang rangkaian

listrik sederhana setelah mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan metode inquiry?

4. Bagaimana tingkat pemahaman siswa perempuan tentang rangkaian

listrik sederhana setelah mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan metode inqury?

5. Apakah perbedaan gender mempengaruhi tingkat pemahaman siswa

pada pokok bahasan rangkaian listrik sederhana dengan menggunakan

metode inquiry?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Tingkat pemahaman siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas IX

di SMP Negeri I Sragen mengenai konsep-konsep yang berkaitan

dengan rangkaian listrik sederhana sebelum mengikuti

pembelajaran dengan metode inquiry.

2. Tingkat pemahaman siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas IX

di SMP Negeri I Sragen mengenai konsep-konsep yang berkaitan

dengan listrik sederhana setelah mengikuti pembelajaran dengan

(22)

3. Apakah ada perbedaan tingkat pemahaman siswa laki-laki dan

siswa perempuan pada pokok bahasan rangkaian listrik sederhana

dengan menggunakan metode inquiry.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Bagi Ilmu Pengetahuan dapat memberikan sumbangan berupa

informasi mengenai tingkat pemahaman siswa laki-laki dan siswa

perempuan, berkaitan dengan rangkaian listrik sederhana dan pengaruh

gender terhadap tingkat pemahaman.

2. Bagi Guru

Bagi guru mata pelajaran Fisika SMP Negeri I Sragen, hasil penelitian

ini dapat memberikan gambaran tentang pengaruh gender terhadap tingkat

pemahaman siswa pada pokok bahasan rangkaian listrik sederhana

menggunakan metode inquiry serta dapat menjadi masukan untuk

(23)

BAB II LANDASAN TEORI

A. GENDER

Robert Stoller (1968) memberi batasan pengertian gender untuk

membedakan hal-hal yang merupakan ciri biologis manusia dengan hal

lain yang terkait dengan sosial budaya. Secara singkat, gender adalah

perbedaan mengenai fungsi dan peran sosial laki-laki dan perempuan yang

dibentuk oleh lingkungan tempat kita berada. Gender lebih berkaitan

dengan anggapan dan kebiasaan yang berlaku di suatu tempat tentang

bagaimana laki-laki dan perempuan dianggap sesuai atau tidak sesuai

(tidak lumrah) dengan tata nilai sosial dan budaya setempat. Dengan

demikian, gender dapat berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya dan

dapat berubah dari waktu ke waktu.

Adanya perbedaan antara laki -laki dan perempuan dalam berbagai

aspek kehidupan menarik untuk diteliti, salah satunya dalam dunia

pendidikan. Perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan

dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa ahli menemukan bukti yang

menunjukkan tentang adanya perbedaan fisik antara laki-laki dan

perempuan (Setyorini,2003:9) yaitu: secara biologis, laki-laki dan

perempuan memiliki gen yang berbeda yang mempengaruhi

perkembangan fisik mereka. Perempuan memiliki dua kromosom yang

sama (XX) sedangkan laki-laki memiliki kromosom yang berbeda (XY).

(24)

Laki-laki dan perempuan juga memiliki hormon yang berbeda. Meskipun

belum sepenuhnya diketahui, namun diyakini ada pengaruh hormonal

terhadap perkembangan fisik dan emosi.

Menurut Mansour Fakih (Fakih, 1996: 5-6) mendiskusikan masalah

gender pada dasarnya membahas hubungan yang sifatnya sangat pribadi,

yakni menyangkut dan melibatkan individu masing-masing. Oleh karena

itu, pemahaman terhadap konsep gender sesungguhnya merupakan isu

mendasar dalam rangka menjelaskan masalah hubungan antara kaum

perempuan dan kaum laki-laki, atau masalah hubungan kemanusiaan kita.

Konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki

maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural

(Fakih, 1996: 8-9). Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lebih lemah

lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap

kuat, rasional, jantan, perkasa. Secara umum karakter pria (maskulin)

mamiliki kekuatan dan dominasi, sedang karakter wanita (feminine)

memiliki sifat lemah dan patuh. Tetapi dari sifat itu sendiri merupakan

sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional,

lemah lembut, keibuan. Sementara juga ada perempuan kuat, rasional,

perkasa. Perubahan ciri dari sifat-sifat itu dapat terjadi dari waktu ke

waktu dan dari tempat ke tempat yang lain. Semua hal yang dapat

dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki-laki yang bisa berubah dari

(25)

berbeda dari suatu kelas ke kelas yang lain, itulah yang dikenal dengan

konsep gender.

Sedangkan gender adalah perbedaan perilaku (behavioural

differences) antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara

sosial, yakni perbedaan yang bukan kodrat atau bukan ketentuan Tuhan

melainkan diciptakan oleh manusia (laki-laki dan perempuan) melalui

proses sosial dan kultural yang panjang. Caplan (Fakih, 1996: 71-72)

dalam The Cultural Construction of Sexuality yang menguraikan bahwa

perbedaan perilaku antara perempuan dan laki-laki tidaklah sekedar

biologis, namun melalui proses sosial dan kultural. Oleh karena itu gender

berubah dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat, bahkan dari kelas ke

kelas, sedangkan jenis kelamin biologis (sex) akan tetap tidak berubah.

Telah banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa perbedaan

gender mempengaruhi tingkat pencapaian. Ada keterangan yang diduga

bahwa perempuan memiliki performance yang rendah dalam pencapaian

secara biologis dan sosiologis, pebedaan gender juga menghasilkan

perbedaan struktur otak (Maccoby & Jaclin, 1973; Sherman, 1978 dalam

Selen Sencar, Ali Eryilmaz, 2003: 603).

Peneliti-peneliti juga telah mengidentifikasikan sejumlah

kemungkinan yang menyebabkan perbedaan gender dalam tingkat

pencapaian. Beberapa perbedaan itu adalah kemampuan kognitif (Griffiths

& Bette, 1985 dalam Selen Sencar, Ali Eryilmaz, 2003: 604), karakteristik

(26)

604), umur (Shepardson & Pizzini, 1994 dalam Selen Sencar, Ali

Eryilmaz, 2003: 604), kemampuan matematika (Linn & Hyde, 1989 dalam

Selen Sencar, Ali Eryilmaz, 2003: 604) sikap science ke masa depan

(Jones, Howe, & Rua, 2000 dalam Selen Sencar, Ali Eryilmaz, 2003: 604),

dan pengalaman di dalam dan di luar sekolah (Johnson, 1987 dalam Selen

Sencar, Ali Eryilmaz, 2003: 604). Perempuan biasanya memiliki lebih

sedikit aktifitas daripada laki-laki, hal ini merupakan salah satu faktor

yang menyebabkan perempuan lebih rendah tingat pencapaiannya dalam

science (Kahle & Lakes, 1983 dalam Selen Sencar, Ali Eryilmaz, 2003:

604). Dalam studi oleh Kahle & Lakes (1983), laki-laki lebih tertarik pada

aspek fisika dan teknologi sedangkan perempuan lebih tertarik pada aspek

kemanusiaan dan natural (Selen Sencar, Ali Eryilmaz, 2003: 605).

Dari segi pertumbuhan dan perkembangan otak atau aspek

biologisnya, anggapan yang disepakati oleh banyak ahli bahwa berat otak

seorang anak yang berusia dua tahun telah menyamai berat otak orang

dewasa, dan keadaan ini masih belum berhenti bertumbuh. Menurut

Herman T. Epstein, sebagaimana diungkapkan kembali oleh Drs. Wayan

Ardhana M.A. bahwa pertumbuhan otak berjalan secara berirama melalui

saat-saat pertumbuhan yang lambat. Pertumbuhan otak secara cepat

terutama pada usia-usia 3 - 10 tahun, 2 - 4 tahun , dan 6 – 8 tahun dan pada

usia 10 – 12/13 tahun dan 14 – 16/17 tahun. Mengenai perbedaan

pertumbuhan otak pria dan wanita, pendapat-pendapat terbaru

(27)

cepat dalam usia 11 tahun dibandingkan dengan pertumbuhan otak pria.

Tetapi pertumbuhan otak anak pria dalam usia 15 tahun meningkat dua

kali lebih cepat dibanding dengan kecepatan pertumbuhan anak wanita

seusia (Andi Mappiare, 1982: 54). Hal ini disebabkan karena pada umur

ini laki-laki lebih banyak menggunakan kemampuan nalarnya sedangkan

perempuan masih tetap dengan keuletan dan kerajinannya. Dari segi

perkembangan dan pertumbuhan pikir atau aspek psikologisnya, Jean

Piaget merumuskan teori tentang perkembangan pikir anak. Menurut Jean

Peaget ada empat periode perkembangan pikir yaitu: periode sense

motorik (0 – 2 tahun), periode pra-oprasional (2 – 7 tahun), periode

oprasional kongkret (7 – 11 tahun), dan periode operasional formal (11 -

14 tahun). Dalam periode operasional formal ciri-ciri berfikir adalah

adanya kesanggupan seseorang berfikir secara sistematis dan mencakup

logika yang kompleks (Andi Mappiare, 1982: 55). Pada tahun 1992 The

National Assessment of Educational Progres (NAEP) menginformasikan

bahwa laki-laki memiliki rata-rata skor lebih tinggi daripada perempuan

pada umur 9,13, dan 17 (Meece & Jones, 1996: 393).

B. PEMAHAMAN KONSEP

Pemahaman adalah suatu bentuk pengertian yang menyebabkan

seseorang mengetahui apa yang sedang dibicarakan. Seseorang dikatakan

dapat memahami apabila ia dapat menjelaskan situasi, menafsirkan grafik,

(28)

matematis ke dalam kalimat, dan menafsirkan tabel (Irmina Umi Purwanti,

2002:17). Fisika pada hakikatnya merupakan akumulasi hasil keilmuan

berupa konsep-konsep fisika, prinsip, hukum, dan teori yang diperoleh

melalui proses keilmuan dan sikap keilmuan. Sehingga memfasilitasi siswa,

dapat diartikan sebagai proses siswa membangun konsep, hukum, dan teori.

Bila hal ini dilakukan, maka tujuan yang harus dicapai siswa dalam belajar

fisika supaya dapat memahami konsep adalah dengan melakukan proses

keilmuan dan memiliki sikap keilmuan yang diperlukan dalam melakukan

proses tersebut (Kartika Budi, 1992: 113). Proses pembelajaran fisika yang

benar haruslah mengembangkan perubahan konsep. Perubahan yang

pertama adalah perubahan dalam memperluas konsep, dari konsep yang

belum lengkap menjadi lebih lengkap, dari konsep yang belum sempurna

menjadi lebih sempurna. Perubahan ini adalah mengubah dari konsep yang

salah menjadi benar atau sesuai dengan konsep para ahli fisika.

Pembelajaran yang hanya membuat konsep statis atau bahkan menjauh dari

konsep yang diterima para ahli, dapat dikatakan pembelajaran yang tidak

sukses. Sedangkan pembelajaran fisika yang baik adalah yang

memungkinkan perubahan konsep itu (Suparno, 2000: 18). Pemahaman

konsep merupakan dasar dari pemahaman prinsip dan teori, artinya untuk

memahami prinsip dan teori harus dipahami terlebih dahulu konsep-konsep

yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Berdasarkan hal ini

maka pemahaman konsep memegang peranan penting dalam kegiatan

(29)

asperk-aspek lain. Pemahaman menurut Kartika Budi (1987:233)

merupakan salah satu aspek kognitif dalam pelaksanaan kegiatan belajar.

Aspek ini merupakan aspek yang sangat penting pada pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar karena menjadi aspek yang paling menonjol atau yang

paling ditonjolkan. Bila diadakan kegiatan belajar mengajar, maka

pertama-tama yang akan dicapai adalah memahami atau mengerti apa yang kita

pelajari.

Siswa memasuki pembelajaran fisika tidak dengan kepala kosong

yang dapat diisi dengan pengetahuan fisika. Sebaliknya siswa telah

mempunyai pengalaman yang berhubungan dengan fisika. Dengan

pemahaman itu telah terbentuk intuisi dan “teori siswa” mengenai peristiwa

fisika dalam lingkungan sehari-hari (Berg, 1991:1). Konstruksi pengetahuan

yang benar akan membantu siswa menuju pemahaman konsep. Pemahaman

konsep fisika seorang siswa dapat dibantu oleh guru mata pelajaran fisika.

Piaget mengatakan bahwa tugas guru bukan memberikan pengetahuan

terhadap anak, melainkan mencarikan, menunjukkan atau memberikan

alat-alat atau cara-cara yang menimbulkan minat atau merangsang anak untuk

mengatasi atau memecahkan persoalan-persoalan sendiri (Gunarsa, 1981:

161). Untuk memutuskan seseorang memahami suatu konsep maka

diperlukan kriteria dan indikator-indikator. Kriteria atau indikator tersbut

antara lain (Kartika Budi, 1992: 114): (a) dapat menyatakan pengertian

konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri; (b) dapat

(30)

menganalisis hubungan antar konsep dalam suatu hukum; (d) menerapkan

konsep untuk: (i) menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam khusus,

(ii) untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun praktis,

(iii) memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu

sistem bila kondisi tertentu dipenuhi; (e) dapat mempelajari konsep lain

yang berkaitan dengan lebih cepat; (f) dapat membedakan konsep yang satu

dengan konsep yang lain yang saling berkaitan; (g) dapat membedakan

konsepsi yang salah dan dapat membuat peta konsep dari konsep-konsep

yang ada dalam suatu pokok bahasan. Hasil belajar yang dicapai seseorang

dapat diketahui berdasarkan beberapa indikator diatas.

Menurut Bloom (dalam Nana Sujana :1990) tujuan pembelajaran

diklasifikasikan menjadi tiga aspek, yaitu: (a) aspek kognitif, (b) aspek

afektif, dan (c) aspek psikomotorik. Pemahaman merupakan aspek kognitif,

karena berhubungan dengan hasil belajar intelegensia. Hasil belajar

intelegensia dapat dikategorikan menjadi enam tingkat (menurut Bloom,

dalam Iskandar, 1997: 96) yaitu: pengetahuan tentang fakta-fakta dan

prinsip-prinsip; pemahaman (memahami fakta-fakta dan ide-ide), penerapan

(menerapkan fakta dan ide pada situasi baru), analisis (menganalisis atau

membagi konsep dalam bagian-bagianya kemudian melihat hubungannya

satu sama lain); sintesis (mengumpulkan fakta-fakta dan ide-ide); dan

evaluasi (menentukan nilai dari fakta-fakta dan ide-ide). Pengetahuan dan

(31)

empat hasil belajar yang lain dikategorikan pada golongan berfikir tingkat

tinggi.

C. METODE INQUIRY

1. Hakekat Metode Inquiry

Inkuiri “inquiry” secara harafiah diartikan sebagai penyelidikan atau

pemeriksaan. Metode inquiry dalam pembelajaran fisika adalah suatu

metode pembelajaran yang berupa proses penyelidikan atau eksperimen

dengan melibatkan proses keilmuan untuk mempelajari suatu fenomena

alam.

Metode inquiry merupakan penerjemahan proses inkuiri yang

digunakan oleh para ilmuwan untuk meningkatkan pemahamannya ke

dalam proses yang dapat diikuti siswa bersama guru untuk meningkatkan

pemahaman siswa (Musheno, B.V & Lawson, A.E, 1999, dalam Atmadi

2004). Proses inquiry ilmuwan umumnya diyakini merupakan lingkaran

tiga fase: fase exploration, invention, dan discovery. Dalam fase

eksploration, ilmuwan mengumpulkan bukti; dalam fase invention,

ilmuwan menemukan relasi dan menamai konsep; dalam fase discovery,

ilmuwan menggunakan relasi dan konsep untuk menyelidiki fenomena lain.

Dalam proses pembelajaran, pengkonstruksian pengetahuan terjadi

dalam fase eksploration dan invention. Fase eksploration adalah salah satu

fase dalam proses belajar dimana siswa memperoleh pengalaman langsung,

(32)

merupakan salah satu dalam proses belajar yang berupa pengidentifikasian

dan menamai sifat-sifat serta keteraturan dalam fenomena. Sedangkan

terjadinya pemantapan pengetahuan terjadi pada fase discovery.

Metode inquiry adalah salah satu metode pembelajaran yang dalam

pelaksanaannya tidak lepas dari kegiatan discovery. Discovery adalah

kegiatan siswa terlibat secara mental untuk menemukan konsep atau

prinsip. Dengan kata lain inquiry adalah suatu perluasan proses-proses

discovery yang digunakan dalam cara yang lebih sistematis. Inquiry

mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya

merumuskan masalah, membangun hipotesis, merancang eksperimen,

melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik

kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu dan

terbuka (Moh. Amin, 1987:127)

2. Langkah dan Proses Aktifitas Pembelajaran

Metode pembelajaran inquiry sebagai model pembelajaran yang

prosesnya melalui sebagian atau seluruh langkah-langkah dari metode sains,

yaitu mengajukan pertanyaan tentang fenomena alam, merumuskan

masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, melaksanakan

eksprimen, mensintesiskan pengetahuan untuk memperoleh suatu

kesimpulan ( Sund, 1973:12, dalam Kartika Budi, 2001 ). Secara sederhana

(33)

sebagai berikut (Kindsvatter, Wilen,& Ishler, 1996:259 dalam

Suparno,2006:65):

• Identifikasi persoalan

• Membuat hipotesis

• Mengumpulkan data

• Menganalisis data

• Mengambil kesimpulan

Dari langkah di atas terlihat bahwa model inquiry menggunakan prinsip

metode ilmiah dalam menemukan prinsip,hukum, maupun teori.

Penguraian lebih rinci mengenai langkah-langkah metode inquiry

adalah sebagai berikut (Kindsvatter, Wilen,& Ishler, 1996:263-267 dalam

Suparno,2006:66-67):

a. Identifikasi persoalan

Langkah yang paling awal dalam metode inquiry adalah menentukan

persoalan yang ingin dipecahkan. Persoalan yang dipilih haruslah jelas

tujuannya. Bila persoalan ditentukan oleh guru perlu diperhatikan

bahwa persoalan itu harus real, dapat dikerjakan oleh siswa dan sesuai

dengan kemampuan siswa.

b. Membuat hipotesis

Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk membuat hipotesis

atau kesimpulan sementara atau jawaban sementara. Jawaban

sementara ini yang disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat siswa perlu

(34)

membantu memperjelas maksudnya. Guru diharapkan tidak

memperbaiki hipotesis siswa yang salah, tetapi hanya memperjelas

maksudnya saja.

c. Mengumpulkan data

Langkah selanjutnya siswa mencari dan mengumpulkan data

sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka

benar atau salah. Dalam fisika biasanya proses pengumpulan data

sering disebut cobaan atau eksperimen. Cobaan atau eksperimen ini

biasanya dilakukan di laboratorium tetapi terkadang juga dilakukan di

luar sekolah.

d. Menganalisis data

Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk membuktikan

hipotesis apakah benar atau salah. Untuk mempermudah menganalisis

data, data sebaiknya dikelompokkan sehingga dapat dibaca dan

dianalisis dengan mudah. Dalam menganalisis seringkali

menggunakan alat hitung seperti rumus matematika ataupun statistik

yang memudahkan siswa untuk mengambil keputusan atau kesimpulan

umum.

e. Mengambil kesimpulan

Dari data yang dikelompokkan dan dianalisis baru kemudian diambil

kesimpulannya. Setelah mengambil kesimpulan kemudian dicocokkan

dengan hipotesis, apakah hipotesis yang dibuat siswa diterima atau

(35)

siswa diminta untuk mencari penjelasan mengapa demikian. Guru

dapat membantu dengan berbagai pertanyaan penolong.

3. Manfaat dan Tujuan Inquiry

Dalam proses inkuiri yang dilakukan, guru dapat membantu siswa

dalam beberapa hal penting. Hal ini merupakan manfaat yang diperoleh

dengan metode inkuiri ( Atmadi, 2004 ) yaitu:

a.Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam aktifitas yang dirancang untuk

memberinya pengalaman yang akan membantunya memahami

konsep-konsep ilmiah.

b.Siswa dapat mendiskusikan temuan mereka dan mencoba membangun

suatu penjelasan.

c.Siswa dapat melakukan observasi tambahan dan mencoba untuk

menerapkan konsep yang telah mereka pelajari untuk mengidentifikasi

keterbatasan pemahaman mereka. Metode inkuiri mempunyai tujuan,

yaitu:

1. Pembelajaran menjadi student centered

2. Membantu siswa untuk membangun konsep diri

3. Mengembangkan sebagian bakat

4. Menghindari pembelajaran yang hanya pada tingkat verbal.

d.Siswa mengalami proses mengasimilasi dan mengakomodasi

pengetahuannya, artinya bahwa siswa mengalami proses pengolahan

(36)

penyesuaian hasil penyelidikan dengan hipotesis awal mereka (Kamus

Besar Bahasa Indonesia:15,52)

D. RANGKAIAN LISTRIK SEDERHANA 1. Rangkaian Listrik Sederhana

Rangkaian listrik sederhana adalah suatu rangkaian listrik yang hanya

tersusun atas sebuah sumber tegangan dan sebuah resistor. Ada dua jenis

rangkaian, yaitu rangkaian terbuka dan rangkaian tertutup.

Rangkaian terbuka

Rangkaian terbuka adalah suatu rangkaian dengan ujung-ujungnya

merupakan titik-titik yang bebas dan tidak berhubungan.

Gbr. 1 Rangkaian terbuka A B

Rangkaian tertutup

Rangkaian tertutup adalah suatu rangakaian yang membentuk sebuah

lintasan tertutup.

- + I

R

(37)

2. Rangkaian Listrik Majemuk

Rangkaian listrik majemuk adalah gabungan dari beberapa rangkaian

listrik sederhana. Untuk membahas rangkaian mejemuk terlebih dahulu

akan dibahas hukum Kirchoff. Rangkaian listrik mempunyai banyak

kemungkinan bercabang-cabang. Untuk dapat melakukan perhitungan

pada rangkaian bercabang, dan juga untuk melakukan perhitungan pada

rangakaian yang di dalamnya terdapat sumber arus, Gustav Kirchoff

mengemukakan dua aturan atau dua hukum yaitu:

Hukum I Kirchoff

Hukum I Kirchoff merupakan hukum kekekalan muatan yang

menyatakan bahwa jumlah muatan listrik yang ada pada suatu sistem

tertutup tidak berubah. Hukum I Kirchoff menyatakan bahwa jumlah arus

yang masuk pada suatu percabangan sama dengan jumlah arus yang

keluar dari percabangan tersebut.

M

I5

I4

I1

I2

I3

(38)

M adalah sebuah percabangan yang dilewati oleh arus listrik. Arus yang

masuk ke percabangan M adalah I1, I2, I3, sedangkan arus yang keluar dari

percabangan M adalah I4 dan I5. Berdasarkan hukum I Kirchoff, maka:

I1 + I2 + I3 = I4 + I5 atau I1 + I2 + I3 – I4 – I5 = 0

Hukum II Kirchoff

Hukum II Kirchoff merupakan akibat dari hukum Kekekalan

Energi yang diterapkan pada rangkaian tertutup. Hukum II Kirchoff

menyatakan bahwa jumlah gaya gerak listrik (ε) pada sebuah rangkaian

tertutup sama dengan jumlah beda potensial (IR) pada rangkaian

tersebut. Secara matematis dituliskan sebagai :

r R I

r R I

+ =

+ =

ε

ε ( )

3. Hukum Ohm

Jika kita ingin menyelidiki kaitan antara tegangan dan kuat arus,

kita dapat menyusun rangkaian seperti gambar di bawah ini:

Pada rangkaian tersebut, sumber tegangan dihubungkan dengan

catu daya yang dapat diubah-ubah tegangannya. Jika percobaan di atas R

A

V

(39)

dilakukan dengan baik maka akan diperoleh kesimpulan bahwa jika beda

potensial bertambah, maka besar kuat arus juga bertambah. Hubungan

antara beda potensial dan kuat arus pertama kali dikemukakan oleh

Georg Simon Ohm sehingga dikenal sebagai hukum Ohm.

Hukum Ohm menyatakan bahwa besarnya kuat arus yang

mengalir dalam suatu rangkaian tertutup akan sebanding dengan beda

potensial dan berbanding terbalik dengan hambatannya. Hukum Ohm

dalam persamaan matematis dituliskan,

R =

I V

atau V = IR

4. Rangkaian Seri dan Paralel a. Rangkaian Seri

Gbr. 5

R1 R2 R3

Gbr. 6

Pada Gbr. 5 arus listrik mengalir hanya menempuh satu lintasan.

Setelah keluar dari kutub positif, arus masuk melalui R3, lalu R2, R1,

V3

V1 V2

Vs

+ -I

Vs

(40)

dan kemudian menuju kutub negatif. Pada rangkaian tersebut sama

sekali tidak terdapat percabangan, sehingga sama sekali tidak ada

jalan alternatif untuk arus mengalir melalui jalan lain. Rangkaian

seperti di atas disebut rangkaian seri.

Dari Gbr. 6 juga dapat dilihat bahwa tegangan pada ujung-ujung

ketiga hambatan adalah VS dan tegangan pada masing-masing

hambatan adalah V1,V2,dan V3 sehingga berlaku:

VS = V1 + V2 + V3

Dan pada Gbr. 6 RS adalah hambatan pengganti R1, R2, dan R3,

sehingga berlaku:

RS = R1 + R2 + R3

Bila sebanyak n hambatan sejenis dipasangkan secara seri maka

hambatan totalnya menjadi:

Rs =

=

n

i i

R

1

Arus yang mengalir pada Gbr.5 adalah I. Kuat arus yang mengalir

dalam rangkian seri, dimanapun akan mempunyai besar yang sama.

Arus yang melewati masing-masing resistor kita lambangkan dengan

I1, I2, dan I3 sehingga berlaku hubungan berikut:

I1 = I2 = I3 = I, sedangkan hambatan pada masing-masing resistor

adalah:

V1 = I R1

V2 = I R2

(41)

Hambatan RS sebagai pengganti ketiga hambatan. Dengan

demikian tegangan VS dan hambatan RS harus menghasilkan arus

sebesar I, sehingga berlaku:

VS = IRS

Secara umum karakteristik rangkaian seri adalah sebagai berikut:

1. Arus yang mengalir pada masing-masing resistor adalah sama.

2. Resistor pengganti dari susunan seri adalah jumlah dari semua

resistor.

3. Susunan seri bersifat memperbesar hambatan.

b. Rangkaian Paralel

R3

R2

R1

I3

I I1

2 P

Q

V

Gbr. 7

Vs

-+

Rp

(42)

Pada Gbr.7 terdapat tiga buah hambatan atau resistor R1, R2, dan

R3 yang dirangkai secara paralel. Pada Gbr.8 Rp sebagai hambatan

pengganti dari R1, R2, dan R3. Ujung hambatan dihubungkan ke satu

titik P dan ketiga hambatan lainnya dihubungkan ke satu titik Q.

Jika di antara P dan Q diberikan tegangan sebesar V volt, maka

masing-masing hambatan mendapat tegangan yang sama sebesar V

volt. Jika antara P dan Q diberikan sejumlah arus I, maka arus

tersebut akan melalui R1, R2, dan R3 sebesar I1, I2, dan I3. Menurut

hukum I Kirchoff, arus yang mengalir dapat dituliskan menjadi:

I = I1 + I2 + I3

Besar arus yang mengalir pada masing-masing hambatan adalah :

I1 =

1

R V

; I2 =

2

R V

; I3 =

3 R V , atau I = 1 R V + 2 R V + 3 R V

I = V ⎟⎟

⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + + 3 2 1 1 1 1 R R R

Rp adalah hambatan pengganti yang dapat dituliskan menjadi

= p R 1 ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + + 3 2 1 1 1 1 R R R

Untuk n hambatan yaitu R1, R2, R3, ..., Rn yang dirangkai secara

paralel, maka hambatan penggantinya dapat dituliskan menjadi :

n

p R R R R

(43)

Secara umum karakteristik rangkaian paralel adalah sebagai berikut:

1. Tegangan pada masing-masing resistor sama.

2. Hambatan pengganti akan lebih kecil dari resistor terkecil yang

digunakan.

3. Susunan seri bersifat memperkecil hambatan.

5. Rangkaian Seri - Paralel.

Sebagian besar rangkaian listrik yang terdapat pada semua jenis

peralatan elektronik bukan merupakan susunan seri atau paralel saja,

tetapi merupakan rangkaian seri–paralel. Rangkaian seri-paralel

merupakan kombinasi dari rangkain seri dan rangkaian paralel. Pada

suatu rangakain seri paralel terdapat sekelompok resistor paralel yang

dipasangkan seri dengan resistor lainnya, seperti gambar 5

Gbr. 9

Pada rangkaian tersebut, R2 dan R3 adalah paralel. Kelompok

paralel ini dihubungkan seri dengan R1. Jadi dalam rangkaian ini

terdapat hubungan seri dan paralel sehingga dinamai rangkaian

seri-paralel.

R1

R3

I2

IT

IT

I1

R2

V

(44)

Rangkaian seri paralel terlihat lebih rumit dibandingkan

rangkaian seri saja atau paralel saja. Untuk menyelesaikan rangkaian

ini, kita dapat memecahkannya menjadi rangkaian yang lebih

sederhana yaitu yang terdiri atas rangkaian seri dan rangkaian paralel.

Pada rangkaian Gbr. 9 di atas, arus total (IT) dalam rangkaian

akan mengalir pada R1. Setelah sampai di titik A, arus terpecah

menjadi I1, dan I2 yang mengalir melalui R2 dan R3. Besar arus IT

akan sama dengan I1 dan I2, sedangkan tegangan di R2 dan R3 adalah

sama.

Dua hal penting yang dapat dilakukan untuk menentukan

hambatan pengganti dari persoalan di atas adalah sebagai berikut.

1. Cari hambatan pengganti dari susunan paralel R2 dan R3.

Sebut saja nilai ini Rp1

2. Carilah hambatan pengganti dari susunanseri Rp1 dan R1

6. Menghitung Arus dan Tegangan Listrik

Besar arus dan tegangan pada rangkaian, sebenarnya dapat diukur

langsung menggunakan suatu alat yang dinamakan multimeter.

Multimeter memiliki tiga fungsi yaitu mengukur arus, tegangan, dan

hambatan listrik. Untuk mengukur tegangan dari dua titik yang berbeda,

multimeter harus dipasang paralel dengan titik tersebut, sedangkan untuk

mengukur arus listrik multimeter harus dipasangkan seri dengan titik

(45)

dan paralel. Bila diserikan arus yang mengalir pada rangkaian akan sama

dengan arus yang melalui multimeter. Bila multimeter ini dipasangkan

paralel maka tegangan pada multimeter akan sama dengan tegangan yang

terukur.

A

Gbr. 10

(mengukur arus listrik yang melalui hambatan dengan menggunakan

amperemeter)

V

Gbr.11

(mengukur tegangan listrik pada hambatan dengan menggunakan

(46)

7. Persoalan Pemahaman Rangkaian Listrik Sederhana

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pokok

bahasan listrik, kebanyakan siswa masih mengalami kesulitan untuk

memahami konsep rangkaian listrik. Pada rangkaian listrik sederhana

siswa masih kesulitan untuk menganalisis arus listrik secara kuantitatif.

Siswa juga kesulitan memahami konsep-konsep dalam rangkaian listrik,

misalnya hambatan ataupun tegangan ( Cohen, Eylon, & Ganiel, 1983,

dalam Selen Sencar, Ali Eryilmaz, 2003 ).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Shipstone (1988) dalam Selen

Sencar dan Erylmaz (2003) telah diidentifikasi beberapa permasalahan

pemahaman khususnya dalam rangkaian listrik sederhana. Permasalahan

pemahaman yang terjadi antara lain: (a) Model aliran (Sink Model), siswa

berpikir bahwa kabel yang dihubungkan pada salah satu sumber tegangan

akan dapat mengalirkan arus, sehingga dapat menghidupkan lampu. (b)

Model pelemahan arus (Weaking Current Model), siswa berpikir bahwa

arus mengalir dalam satu arah dalam rangkaian dan kemudian arus

melemah karena masing-masing alat-alat pada rangkaian menghabiskan

beberapa arus. (c) Model pembagian arus (Shared Current Model), siswa

berpikir bahwa arus sama pada semua titik pada rangkaian tidak peduli

dari jenis sambungan dan semua alat pada rangkaian memiliki jumlah

arus yang sama, tetapi arus yang kembali pada tegangan akan lebih kecil

daripada arus yang dikeluarkan dari tegangan. (d) Power Supply sebagai

(47)

Model), siswa berpikir bahwa power supply mengeluarkan jumlah arus

yang sama ke setiap rangkaian. (e) Model Miskonsepsi Rangkaian Paralel

(Parallel Circuit Misconception Model), siswa percaya bahwa

penambahan sebuah hambatan pada rangkaian paralel akan

meningkatkan hambatan total pada rangkaian.

E. KAITAN TEORI DENGAN METODOLOGI PENELITIAN 1. Pemahaman Konsep

Seseorang dapat dikatakan memahami konsep jika telah memenuhi

kriteria-kriteria yang telah disebutkan pada penjelasan sebelumnya,

dalam penelitian ini hanya akan mengambil beberapa kriteria yang telah

disebutkan. Kriteria-kriteria yang diambil dalam penelitian ini adalah :

a. Dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi

menggunakan kalimat sendiri.

b. Dapat menjelasan makna dari konsep bersangkutan kepada orang

lain

c. Dapat menganalisis hubungan antar konsep dalam suatu hukum

d. Menerapkan konsep untuk memecahkan masalah fisika baik

(48)

2. Pengaruh Gender

Perkembangan otak anak perempuan meningkat lebih cepat pada

usia 11 tahun dibandingkan pertumbuhan otak laki-laki, namun pada usia

15 tahun perkembangan otak laki-laki meningkat dua kali lebih cepat dari

pada perempuan seusia. Ini berdasarkan teori yang diungkapkan oleh

Andi Mapiare.

Sedangkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan pada tahun

1992 oleh The National Assessment of Educational Progres ( NEAP)

yang ditulis pada Journal of Research in Science Teaching vol 33 No 4.

PP 393 – 406 tahun 1996, menginformasikan bahwa laki-laki memiliki

skor lebih tinggi dari pada perempuan pada umur 9,13, dan 17 tahun .

Jean Peaget juga membahas perkembangan pola pikir anak, salah

satu periode perkembangan pikir oleh Jean Piaget adalah periode

oprasional formal yang terjadi pada usia 11 – 14 tahun. Dan pada periode

oprasional formal ini ciri - ciri berfikir adalah adanya kesanggupan

seseorang berfikir secara sistematis dan mencakup logika yang kompleks.

Anak-anak yang akan diteliti adalah anak SMP yang berumur

kira-kira diantara 11 – 15 tahun. Pada penelitian ini akan diteliti apakah

tingkat pemahaman anak SMP di Indonesia untuk anak laki-laki memang

(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dan kualitatif.

Termasuk kuantitatif karena menggunakan statisistik, dan kualitatif karena

menggunakan wawancara untuk mengetahui penggunaan metode inkuiri

apakah membantu meningkatkan pemahaman siswa atau tidak.

B. WAKTU DAN TEMPAT

Penelitian dilaksanakan di SLTP Negeri I Sragen pada bulan

Oktober – Desember 2007.

C. SUBYEK PENELITIAN

Subyek penelitian adalah siswa kelas 9A SMP Negeri I Sragen

yang berjumlah 44 siswa yang sedang menerima materi tentang rangkaian

listrik. Siswa SMP Negeri I Sragen kelas 9A ditetapkan sebagai subyek

penelitian karena peneliti mengenal lingkungan sekolah tersebut selain itu

peneliti juga pernah bersekolah di SMP itu, sehingga peneliti ingin

memberikan sumbangan berupa informasi mengenai mutu pemahaman

siswa untuk tahun ajaran ini terutama pada pokok bahasan rangkaian

listrik sederhana.

(50)

D. TREATMENT

Dalam penelitian ini treatment yang digunakan adalah kegiatan

pembelajaran dengan metode inkuiri yang dilaksanakan di laboratorium.

Kegiatannya antara lain :

Kegiatan 1: Rangkaian Sederhana dan Hukum Ohm • Tujuan :

1) Siswa mampu membuat rangkaian listrik sederhana

2) Siswa mampu menerapkan rangkaian sederhana dalam

Hukum Ohm

• Alat-alat yang digunakan:

1. kabel penghubung

2. lampu

3. baterai

4. voltmeter

5. ampermeter

6. multimeter

• Kemudian siswa diminta untuk membuat rangkaian yang dapat

menyalakan lampu.

• Selanjutnya siswa diminta untuk membuat hipotesis di kertas

yang sudah disediakan.

• Setelah siswa mampu membuat rangkaian yang dapat menyalakan

lampu, selanjutkan siswa diminta untuk memasang voltmeter dan

ampermeter pada rangkaian atau memasang multimeter jika ada.

Diingatkan siswa mengenai prosedur pemasangan ampermeter

dan voltmeter.

• Setelah pemasangan ampermeter dan voltmeter selesai, lihat dan

catat berapa kuat arus dan tegangan lampu.

(51)

• Untuk tiap data percobaan bagilah tegangan dengan kuat arusnya

kemudian masukkan pada kolom

i v

pada tabel

Tabel. 1 Tabel Data Percobaan Jumlah baterai Tegangan (V) Kuat arus (A)

A volt I V =

Kegiatan 2 : Rangkaian Seri, Rangkaian Paralel, dan Hukum I Kirchoff

• Tujuan :

1) Siswa mampu membuat rangkaian seri dan rangkaian paralel.

2) Siswa mampu menerapkan rangkaian paralel untuk Hukum I

Kirchoff

• Alat-alat yang digunakan :

1. resistor

2. kabel penghubung

3. voltmeter

4. ampermeter

5. multimeter

• Buatlah rangkaian dengan 3 resistor yang dirangkai seri

R1 R2 R3

(52)

• Kemudian buatlah hipotesis mengenai besar masing-masing I

dan masing-masing V, serta besar Itotal dan Vtotal

Dengan menggunakan ampermeter (dapat juga menggunakan

multimeter), ukur arus antara sumber daya dan R1 sebagai I1, antara R1

dan R2 sebagai I2, dan antara R2 dan R3 sebagai I3, dan arus antara

ujung R1 dengan R3 sebagai I total.

Dengan menggunakan voltmeter (dapat juga menggunakan

multimeter) ukurlah tegangan tiap resistor.

¾ Kemudian lihat datamu kembali.

¾ Lihat bagaimana besar masing-masing I, dan bagaimana besar I totalnya. Apa kesimpulanmu.

¾ Lihat bagaimana besar masing-masing V, dan apa kesimpulanmu.

• Sekarang buatlah rangkaian 3 resistor yang dirangkai parallel.

Dengan cara yang sama seperti di atas, hitung kuat arus dan tegangan

tiap-tiap resistor. Jika menghitung arus dan tegangan menggunakan

ampermeter dan voltmeter ingat aturan pemasangannnya.

¾ Kemudian lihat lagi data-datamu untuk rangkaian paralel ¾ Lihat bagaimana besar masing-masing I, dan besar I totalnya (I

pada sumber tegangan). Bagaimana hubungannya.

¾ Lihat bagaimana besar masing-masing V, dan V totalnya. Apa kesimpulanmu.

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam penelitian ini, digunakan 2 instrument yaitu:

1. Tes Tertulis

(53)

1.1. Untuk intrumen tes tertulis ada 2 yaitu: a. Pretes

Pretes (tes awal) diberikan pada siswa sebelum pembelajaran

menggunakan metode inkuiri. Pretes yang diberikan pada siswa

disusun berdasarkan konsep-konsep yang berkaitan dengan

rangkaian listrik sederhana. Tes ini bertujuan untuk mengetahui

pemahaman awal siswa mengenai rangkaian listrik sederhana.

b. Postes

Postes (tes akhir) diberikan setelah siswa melakukan

pembelajaran dengan metode inkuiri. Postes ini diberikan

bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti

pembelajaran dengan metode inkuiri. Postes yang diberikan

disusun berdasarkan soal pretes dan materi pembelajaran yang

diberikan.

Soal pretes dan postes yang diberikan sama. Jumlah soal

keseluruhan ada 19 soal. Kriteria soal untuk pretes dan postes

(54)

Tabel 2

Soal Pretes dan Postes berdasarkan konsep dan kriteria pemahaman yang dicapai

Konsep Kriteria – kriteria pemahaman yang dicapai Contoh Soal 1. Rangkaian listrik Sederhana

2. Hukum I

Kirchoff 3. Rangkaian seri. 4. Rangkaian paralel. 5. Hukum Ohm

1. Dapat menyatakan

pengertian dalam

bentuk definisi

menggunakan

kalimat sendiri

1. Dengan kalimat kamu

sendiri definisikan apa

yang dimaksud dengan

rangkaian listik

sederhana?

2. Rangkaian listrik banyak

kemungkinan

bercabang-cabang. Hukum apa yang

membahas tentang

percabangan arus ?

Dengan kalimatmu

sendiri nyatakan definisi

hukum tersebut !

3. Pada dasarnya ada dua

jenis rangkaian listrik

yaitu rangkaian seri

rangkaian paralel.

Dengan pengertian anda

jelaskan tentang

rangkaian seri dan

rangkaian paralel !

4. Jika sebuah rangkaian

(55)

sebesar V dan memiliki

hambatan sebesar R,

menghitunglah besarnya

I ? Selanjutnya

persamaan di atas disebut

hukum apa? Dengan

menggunakan kalimatmu

sendiri, bagaimana bunyi

Hukum tersebut?

1. Rangkaian

Listrik

Sederhana

2. Hukum I

Kirchoff 3. Rangkaian seri. 4. Rangkaian paralel. 5. Hukum Ohm

2. Dapat menjelaskan

makna dari konsep

yang bersangkutan

1. a

Dari gambar rangkaian

di atas, rangakian

manakah yang dapat

menyalakan lampu?,

Bagaimana jalannya arus?

Gambar no1 dan no 2

disebut ranngkaian apa?

Apa alasanmu!

2. Apakah penambahan

baterai pada rangkaian

mempengaruhi nyala

sebuah lampu ? Berikan

(56)

3.

Berapa besar I dan kemana

arahnya? Jelaskan prinsip

yang kamu gunakan untuk

menghitung I!

1. Rangkaian

Listrik

Sederhana

2. Hukum I

Kirchoff 3. Rangkaian seri. 4. Rangkaian paralel. 5. Hukum Ohm

3. Dapat menganalisis

hubungan antar

konsep dalam suatu

hukum.

1. Suatu rangkaian

sederhana yang

mengandung hambatan,

arus, dan tegangan.

Sebuah baterai 1,5 V

dihubungkan dengan

sebuah lampu dengan

hambatan 3 ohm.

Rangkaian tersebut

merupakan rangkaian

tertutup oleh karena

adanya hubungan melalui

ampermeter dan

ampermeter tersebut

menunjukan arus sebesar

0,5 A. bagaimana kamu

menjelaskan mengapa

mengalir arus 0,5 A

(57)

2. Perhatikan gambar

berikut:

jika I1 = 5 A; I2 = 3 A; I3 =

6 A. Hitunglah besar I4 ?

1. Rangkaian

Listrik

Sederhana

2. Hukum I

Kirchoff 3. Rangkaian seri. 4. Rangkaian paralel. 5. Hukum Ohm I2 I1 I4 I3

4. Menerapkan konsep

untuk memecahkan

masalah secara

teoritis maupun

praktis.

1. Ketika dihubungkan ke

sumber tegangan 120

volt, sebuah pemanas

listrik menarik arus 16 A.

Berapakah arus yang

ditarik oleh pemanas

listrik ketika

dihubungkan dengan

sumber tegangan 15 volt?

2. Perhatikan gambar di

bawah ini

Menurut kamu saklar

manakah yang harus

ditutup supaya hanya

lampu-lampu B dan C

yang menyala?

B S3

D S2

(58)

Tabel 3

Jumlah soal menurut konsep, kriteria.

Konsep Kriteria Jumlah

soal

Alasan

1. Dapat menyatakan

pengertian dalam

bentuk definisi

menggunakan

kalimat sendiri

4 Untuk setiap

konsep siswa

harus mampu

mendefinisikan.

Untuk definisi

rangkian listrik

seri dan paralel

menjadi 1 no

soal, sehingga

jumlah soal 4. 1. Rangkaian

Listrik

Sederhana

2. Hukum I

Kirchoff

3. Rangkaian

seri.

4. Rangkaian

paralel.

5. Hukum Ohm

2. Dapat menjelaskan

makna dari konsep

yang bersangkutan

3 Karena jika

siswa mampu menjelaskan dan menganalisis soal dengan konsep hukum kircoff dan

hukum ohm itu

sudah mencakup

konsep-kosep

(59)

3. Dapat

menganalisis

hubungan antar

konsep dalam suatu

hukum.

5 Kriteria ke 3 ini,

merupakan

kriteria yang

memiliki skor

tinggi, karena

dari kriteria ini

dapat dilihat

pemahaman

siswa pada

setiap

konsepnya yang

akan digunakan

untuk

menganalisis

hubungannya

dalam suatu

hukum untuk

menjawab

soal-soal

4. Menerapkan konsep

untuk memecahkan

masalah secara

teoritis maupun

praktis.

7 Kriteria ke 4 ini

memiliki skor

paling tinggi

karena sudah

mencakup

semua konsep

yang ada.

(60)

2.2. Untuk instrument wawancara :

Dalam metode ini dicari bagaimana pengaruh penggunaan metode

inkuiri terhadap pemahaman siswa laki-laki dan siswa perempuan,

apakah membantu meningkatkan pemahaman atau tidak. Tidak semua

siswa diwawancarai, namun diambil berdasarkan pencapaian skor pada

pengisisan lembar jawaban pretes dan postes siswa. Siswa yang

diwawancarai adalah siswa yang memiliki skor pencapaian pretes dan

postes mengalami perubahan baik peningkatan maupun penurunan.

Wawancara yang dipakai adalah wawancara terpimpin yaitu

wawancara yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa

sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci (Arikunto,1989:127).

Tabel 4

Tabel Rencana Wawancara

No Soal Wawancara

1 Bagaimana menurut kamu pembelajaran dengan

metode inkuiri yang dilaksanakan di laboratorium

tadi?

2 Apakah kamu menyukai model pembelajaran

tersebut, mengapa? Ceritakan!

3 Apa yang membuat kamu menyukai/ tidak menyukai

metode pembelajaran inkuiri tersebut,

mengapa?Ceritakan !

4 Apakah kamu merasa lebih mengerti atau memahami

(61)

Validitas dalam instrumen ini termasuk validitas isi. Termasuk

validitas isi karena dalam pembuatan tes telah disesuaikan dengan tujuan

dan meteri pelajaran yang diberikan. (Arikunto,1984:54).

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu

instrument dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data karena instrument

tersebut sudah baik. Intrumen yang baik adalah instrument yang tidak

bersifat mengarahkan responden untuk memilih jawaban tertentu.

Instrument yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan

data yang dapat dipercaya juga (Arikunto,1989:142).

F. METODE ANALISIS DATA

1. Soal Pretes dan Postes

1. Pemberian skor untuk hasil jawaban soal pretes dan postes

Tabel 5

Kriteria Penskoran Soal

Kriteria Jumlah Soal Skor Maksimum

1 4 4

2 3 6

3 5 20

4 7 70

(62)

Penskoran untuk masing-masing kriteria dan soal diuraikan di

bawah ini:

1. Kriteria pertama (soal no 1 - 4)

i). Jika memberikan jawaban definisi yang jelas sesuai pertanyaan

skor 1.

ii).Jika tidak memberikan jawaban definisi yang jelas sesuai

pertanyaan skor

2 1

.

iii). Jika siswa tidak memberikan jawaban skor 0.

2. Kriteria kedua (Soal no 5 - 7)

i). Jika memberikan jawaban yang benar dan alasan benar skor 2

ii).Jika memberikan jawaban yang benar dan alasan salah skor 1

iii).Jika memberikan jawaban yang salah dan alasan benar skor

2 1

iv). Jika memberikan jawaban yang salah dan alasan salah skor 0

v).Jika siswa tidak memberikan jawaban skor 0

3. Kriteria ketiga (Soal no 8 - 12)

i). Jika memberikan jawaban beserta data, masalah benar dan

analisis benar skor 4.

ii).Jika memberikan data, masalah salah dan analisis benar skor 3.

iii). Jika memberikan data, masalah benar dan analisis salah skor 2.

iv). Jika memberikan data, masalah salah dan analisis salah skor 1.

(63)

4. Kriteria keempat (Soal no 13, 16,17,18)

i). Jika siswa memberikan jawaban beserta data, masalah benar

dan analisis benar skor 10.

ii).Jika siswa memberikan jawaban beserta data, masalah salah

dan analisis benar skor 5.

iii).Jika siswa memberikan jawaban beserta data, masalah benar

dan analisis salah skor 4.

iv). Jika siswa memberikan jawaban beserta data, masalah salah

dan analisis salah skor 2.

v).Jika siswa tidak memberikan jawaban skor 0.

Kriteria keempat (Soal no 14,15,19)

Memberikan jawaban yang benar skor 10

2. Menganalisis hasil skor menggunakan statistik dengan Uji–T

a. Untuk mengetahui apakah metode inkuiri membantu meningkatkan

pemahaman siswa, digunakan Uji-T dependent dengan level

signifikan α = 0.05, persamaan yang digunakan yaitu

treal =

(

)

(

)

(

1

)

2 2 2 1 − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ∑ − ∑ − N N N D D x x dimana :

D = perbedaan antara skor tiap subyek

N = jumlah pasang skore (jumlah pasangan)

(64)

b. Untuk mengetahui apakah perbedaan gender mempengaruhi

tingkat pemahaman siswa, digunakan:

i. Uji-T Independent dengan level signifikan α = 0.05, untuk tes

awal siswa (pretest) laki-laki maupun perempuan.

ii. Uji-T Independent dengan level signifikan α = 0.05, untuk tes

akhir siswa (postest) laki-laki maupun perempuan.

Persamaan yang digunakan untuk Uji-T Independent adalah:

(

)

⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ + ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − + − + − − = 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 ) 2 ( ) 1 ( ) 1 ( n n n n S n S n X X Treal

Gambar

Tabel Data PercobaanTabel. 1
Tabel 2
Sederhana yang bersangkutan  2. Hukum I  Gambar 1
Tabel 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

pelatihan pengujian bahan teknik bagi guru-guru SMK Depok dalam bentuk program.

Panitia Pengadaan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang akan melaksanakan Pemilihan Langsung Ulang dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan konstruksi sebagai

adalah dengan m em buat suat u variabel point er bert ipe char yang akan m enunj uk ke1. alam at t em pat m enyim pan

Dalam keabsahannya bergantung pada kenyataan bahwa medan listrik akibat suatu muatan titik tunggal berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari muatan itu.

Memecahkan masalah merupakan pekerjaan rutin manusia, sebab dalam kehidupan sehari-hari sering dihadapkan pada masalah. Walaupun orang selalu berusaha

bank adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan.. menyalurkan dalam bentuk kredit atau dalam bentuk lain dalam rangka meningkatkan

Berdasarkan judul dan latar belakang masalah di atas, karena keterbatasan penulis, maka penulis membatasi permasalahan tulisan ini, dengan hanya memabahas

Dan ini tentunya juga membutuhkan biaya budget yang juga harus diperhitungkan dengan menentukan nilai harga dari produk itu sendiri yang sangat diharapkan dan