• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Demokrasi dan Hak Asasi Man

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi Demokrasi dan Hak Asasi Man"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI DEMOKRASI DAN HAK ASASI MANUSIA DALAM KONSEPSI NEGARA HUKUM DI INDONESIA

(Suatu Tinjauan Tentang Hukum Tata Negara)1

Oleh : Ratna Sari Dewi2

Abstrak

Dalam demokrasi Indonesia keberadaan Hak Asasi Manusia dalam konsepsi Negara hukum merupakan suatu hal yang paling mendasar. Pengaturan hak asasi manusia oleh negara tersebut bukan berarti terjadinya pengekangan hak, namun pengaturan oleh Negara. Dengan konsepsi berkedaulatan rakyat, maka dapat dipastikan implementasi Hak Asasi Manusia merupakan suatu keharusan. Implementasi demokrasi dan Hak asasi manusia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan pada hukum merupakan cita-cita yang hendak dicapai.

Kata Kunci : Implementasi, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Negara Hukum

A. Pendahuluan

Gelombang aspirasi ke arah kebebasan dan kemerdekaan umat manusia dari penindasan penjajahan meningkat tajam dan terbuka sekitar awal abad ke -20, gelombang aspirasi ini menggunakan pisau demokrasi dan hak asasi manusia sebagai instrumen yang efektif dan membebaskan. Hingga mencapai puncaknya pada saat muncul gelombang dekolonisasi3 di seluruh dunia dan menghasilkan

berdiri dan terbentuknya negara-negara baru yang merdeka dan berdaulat di berbagai belahan dunia mulai dari Maroko sampai Merauke.4 Setiap instrumen

dalam rangka pembebasan selalu sama, yakni demokrasi dan hak asasi manusia. Semua peristiwa yang mendorong munculnya gerakan pembebasan selalu dilatarbelakangi dengan kekuasaan yang menindas atau ketidakadilan, baik dalam

1 Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Pada Matakuliah Pembaharuan Hukum Nasional

2Mahasiswi Magister Hukum Universitas Pamulang

3 Dekolonisasi yaitu merujuk pada tercapainya kemerdekaan oleh berbagai koloni dan protektorat Barat di Asia dan Afrika seusai Perang Dunia II. Hal ini timbul seiring dengan gerakan intelektual yang dikenal dengan pasca-kolonialisme.

4 Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi Serpihan Pemikiran

(2)

struktur hubungan antara satu bangsa dengan bangsa lain maupun hubungan antara satu pemerintahan dengan rakyatnya.

Pembahasan mengenai hak asasi manusia tentu tidak dapat dipisahkan dengan konsep demokrasi dan negara hukum. Dalam suatu negara hukum dijamin adanya perlindungan terhadap hak asasi manusia, ketentuan ini merupakan makna dari Mukadimah Deklarasi Hak Asasi Manusia, yang menyatakan bahwa hak asasi manusia harus dilindungi pemerintah yang berdasarkan hukum dan hal ini merupakan sesuatu yang esensial agar orang tidak terpaksa mengambil jalan lain , sebagai upaya terakhir dengan berontak melawan tirani dan operasi.5

Pernyataan berdasarkan hukum merupakan bentuk pembatasan yuridis-normatif terhadap kebebasan dan kekuasaan. Munculnya keinginan untuk melakukan pembatasan yuridis terhadap kekuasaan, pada dasarnya, dikarenakan politik kekuasaan yang cenderung korup, seperti yang disampaikan Lord Acton,

power tends to corrupt, Absolute power corrupt absolutely. Disinilah konstitusi memiliki peranan penting sehingga, pemerintahan berdasarkan hukum bukan berdasarkan manusia.6

Disisi lain pentingnya perlindungan terhadap hak asasi manusia juga dimaksudkan sebaliknya yaitu untuk mencegah timbulnya penpemberontakan atau perlawanan oleh rakyat terhadap pemerintah yang sewenang-wenang terhadap rakyatnya.

Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Bahder Johan Nasution, bahwa jika dilihat dari sudut pandang pengaturan hak asasi manusia, pada satu sisi hak asasi memiliki sifat dasar yang membatasi kekuasaan pemerintahan, namun sebaliknya pada sisi yang lain pemerintah diberi wewenang untuk membatasi hak-hak dasar sesuai dengan fungsi pengendalian (sturing). Oleh karenanya walaupun hak-hak dasar mengandung sifat membatasi kekuasaan pemerintahan, namun pembatasan tersebut tidak berarti mematikan kekuasaan

5 Mukadimah Deklarasi Hak Asasi Manusia, 1948

(3)

pemerintahan tetapi justru pada dasarnya berisi wewenang untuk mengendalikan kehidupan masyarakat.7

Negara, dalam hal ini pemerintah, memiliki freies ermessen atau pouvoir discretionnare, yaitu kebebasan yang dimiliki pemerintah untuk turut serta dalam kehidupan ekonomi, sosial dan budaya dan keleluasaan untuk membuat kebijakan publik guna merealisasikan hak-hak ekosob.(Masda El-Muhtaj:2005:29)8

Dari perspektif rakyat salah satu esensi dari hak asasi manusia yaitu hak demokrasi dan kebebasan atas penyelenggaraan, pemenuhan, dan penggunaan hak demokrasi itu sendiri. Demokrasi awalnya merupakan gagasan yang memaknai kekuasaan itu adalah dari, oleh dan untuk rakyat. Atau bahkan dalam pengertian yang partisipatif demokrasi dikatakan sebagai konsep kekuasaan dari, oleh dan untuk rakyat. Oleh karenanya, sejatinya rakyatlah yang yang memiliki kuasa untuk memberi arah dalam menyelenggarakan kehidupan kenegaraan. Bahkan secara ideal keseluruhan sistem penyelenggaraan negara melibatkan rakyat dalam arti yang seluas-luasnya.

Oleh karena itu penulis melihat perwujudan demokrasi dalam negara hukum tidak hanya diwujudkan dengan keterlibatan masyarakat dalam pemilihan langsung baik lembaga eksekutif maupun legislatif, euforia pesta demokrasi. Kedaulatan rakyat yang di bingkai oleh penegakan hak asasi manusia, sejatinya lebih luas daripada itu, Oleh karenanya, bagaimana konsepsi demokrasi yang di dalamnya terkandung prinsip-prinsip kedaulatan rakyat (democratie) dan konsepsi negara hukum yang terkandung prinsip-prinsip negara hukum (nomocratie) mampu beriringan dengan hak asasi manusia yang senantiasa menjadi framing

diantara keduanya. Artinya bagaimana berdemokrasi yang ideal sebagai salah satu aktualisasi dari hak asasi dalam konsepsi Negara hukum, sehingga kondisi demokrasi bukan hanya tentang kebebasan yang sebebas-bebasnya dengan

tameng kedaulatan rakyat. Maka, bersadarkan latar belakang tersebut, penulis mencoba membahas permasalahan ini dalam tulisan dengan judul “Implementasi

7 Bahder Johan Nasution, Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia, Mandar Maju, Bandung, 2011, hal. 241

8 Dikutip dari, Retno Kusniati, Jurnal Hukum : Sejarah Perlindungan Hak Hak Asasi

(4)

demokrasi dan hak asasi manusia dalam konsepsi negara hukum Indonesia (Suatu Tinjauan Tentang Hukum Tata Negara).

Berdasarkan judul dan latar belakang masalah di atas, karena keterbatasan penulis, maka penulis membatasi permasalahan tulisan ini, dengan hanya memabahas bagaimana konsep ideal demokratisasi dan kebebasan warga negara sebagai esensi dari hak asasi manusia dalam konsep negara hukum Indonesia ditinjau dari aspek konseptual hukum tata negara kedepan?

B. Referensi Teoritis

Prof Mr. M.C Burkens, et al. dalam bunya berjudul “Beginselen van de democratische rechtsstaat” menyatakan syarat minimum demokrasi sebagai berikut :

1. setiap orangpada dasarnya memilki hak yang sama dalam pemilihan yang bebas dan rahasia;

2. setiap orang memilikii hak untuk dipilih;

3. setiap orang memiliki hak-hak politik, yakni berupa hak atas kebebasan berpendapat dan berkumpul;

4. Badan Perwakilan Rakyat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan melalui sarana “(mede)beslissings recht” (hak untuk ikut memutuskan) dan atau melalui wewenangnya untuk mengawasi; 5. asas keterbukaan dalam pengambilan keputusan yang bersifat

terbuka;

6. menghormati hak-hak kaum minoritas9

Pengakuan atas hak individu tidak bisa dipisahkan dalam demokrasi, diibaratkan satu koin mata uang, punya dua sisi yang berbeda tapi tidak dapat dipisahkan. Pada Negara dengan asas Demokrasi kedudukan rakyat menjadi penting, sebab rakyat yang memegang kedaulatan kepentingan sehingga hak asasi rakyat diakui dan dilindungi oleh negara.

Kemudian kaitannya dengan Negara hukum, yakni dalam suatu negara yang percaya terhadap hukum, akan menjadikan gagasan demokrasi sejalan dengan gagasan hukum. Hal ini lazim diyakini reformasi kelembagaan dan reformasi kebudayaan politik dapat dipercayakan pada hukum sebagai instrumen pembaharuan yang efektif. Akan tetapi pengembangan dan penegakan hukum itu

9Dikutip dari karya Imiah ;Agus Budi Setiyono, Pembentukan Peraturan Hukum Daerah

(5)

sendiri pun harus benar-benar mengikuti norma-norma yang berlaku sehingga menjamin terwujudnya demokratisasi yang sejati.

Karena itulah berkembang mengenai demokrasi yang berdasarkan atas hukum, atau dikenal dengan istilah demokrasi konstitusional. Pada demokrasi ini mencita-citakan pemerintahan yang terbatas kekuasannya, yaitu suatu negara (rechtsstaat) yang tunduk pada aturan hukum yang berlaku. Konsep Negara Hukkum yang menurut Stahl disebut dengan istilah “rechtsstaat” mencakup empat elemen penting, yaitu:

1. Perlindungan terhadap hak asasi manusia 2. Pembagian terhadap kekuasaan

3. Pemerintahan yang berdasarkan pada undang-undang 4. Adanya Peradilan tata usaha negara10

Pandangan mengenai rumusan hak asasi manusia merupakan pemikiran yang lazim digunakan konsep demokrasi dan Negara hukum . Dengan demikian, salah satu indikasi sebagai Negara hukum antara lain perlindungan hak asasi manusia. Maka, demokrasi, hukum dan hak asasi manusia merupakan tiga komponen yang senantiasa beriringan, bagaimana demokrasi dan hak asasi manusia dalam konsepsi Negara hukum yang akan di gambarkan dalam tulisan ini.

C. Metodologi Penelitian

Penelitaian ini merupakan penelitian normative, dengan pendekatan deskriptifnkualitatif. Adapun data yang digunakan yaitu , data sekuner yang mencakup :

1. Bahan hukum primer yaitu, peraturan perundang-undangan

2. Bahan hukum sekunder yang meliputi, buku-buku, teks, jurnal, makalah, majalah, surat kabar, dan artikel-artikel ilmiah.

Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian ini dipergunakan metode kualitatif, yaitu dengan menafsirkan dan mendeskripsikan data yang dioeroleh dengan didasari teori – teori hukum, khusunya teori hukum tata Negara.

(6)

Adapun pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan.

D. Pembahasan

1. Negara Hukum, Hak Asasi Manusia, Demokratisasi dan Pembaharuan Konsep Hukum

a. Negara Hukum

Sebelum mengkaji lebih jauh mengenai konsep ideal sehubungan dengan demokratisasi dan kebebasan warga negara, kita mulai dengan konsep tentang Negara hukum.

Menurut Wiryono Projodikoro, Negara hukum dipahami sebagai negara yang pemerintahannya dalam melakukan aktivitas penyelenggaraan negaranya berdasarkan pada aturan hukum yang berlaku ”. 11

Sedangkan menurut Muhammad Yamin. Negara hukum didefinisikan sebagai: “Suatu Negara yang menjalankan pemerintahan yang tidak menurut kemauan orang-orang yang memegang kekuasaan, melainkan menurut aturan tertulis yang dibuat oleh badan-badan perwakilan rakyat secara sah sesuai dengan asas hukum bukan atas perintah atau keuasaan”.12

Pada initinya esensi Negara hukum menitikberatkan pada tunduknya pemegang kekuasaan Negara pada aturan hukum. Oleh karenanya jelas dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa:”Indonesia adalah negara hukum.” bermakna adanya pengakuan normatif dan empirik terhadap prinsip supremasi hukum yang meletakan konstitusi sebagai pemimpin tertinggi.

11 Bahder Johan Nasution, Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia, Mandar Maju, Bandung, 2011, hal. 1

(7)

b. Hak Asasi Manusia

Seperti yang penulis ungkapkan di atas pembahasan mengenai hak asasi manusia yang tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan Negara hukum yang tentunya mengedepankan dan melindungi hak asasi manusia.

Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.13

Pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, merupakan bagian dari prinsip perlindungan hukum. Namun dengan pengertian tersebut kita kadang memandang mutlak suatu hak asasi, sehingga sering salah kaprah atau disalahgunakan. Penulis membedakannya sebagai berikut :

a. Hak yang bersumber dari Tuhan yang keberadaannya tidak dapat dibantah lagi seperti hak untuk hidup dan hak asasi lainnya yang mengiringi kehidupan manusia.

b. Hak asasi yang bersumber dari Negara, yang di wujudkan dengan atau tanpa melalui undang-undang, seperti halnya hak atas pendidikan, penghidupan yang layak, dan lain sebagainya.

c. Demokratisasi dan Konsep Pembaharuan Hukum

Demokratisasi dalam suatu sistem memerlukan proses yang tidak mudah. Dalam konteks demokratisasi, peran individu yang mampu menerima perubahan itu sangat penting. Kita tidak bisa menampikan akibat modernisasi dan globalisasi menuntut perubahan terus menerus. Oleh karenanya tuntutan masyarakat akan semakin besar karena ekspektasi yang terus berkembang. Demokratisasi terjadi ketika ekspektasi terhadap demokrasi di dalam negara sendiri muncul setelah melihat sistem politik yang lebih baik berjalan dinegara lain. Dengan kata lain, kita tidak bisa menampikan pengaruh internasional datang sebagai sebuah inpirasi yang kuat bagi warga Negara lain. Oleh karenanya konsep pembaharuan dan pembangunan hukum tidak dapat dilepaskan dalam upaya demokratisasi dan kebebasan. Tuntutan akan

(8)

hukum yang dicita-citakan (Ius Constituendum) dengan membandingkan dengan hukum yang berlaku sekarang (Ius Constitutium) akan selalu melalui proses pembaharuan hukum (Law Reform).

Oleh karena itu untuk menentukan konsep ideal sehubungan dengan Demokratisasi dan kebebasan warga negara, perlu di dasarkan pada konsep pembahanruan hukum tersebut.

2. Konsep ideal demokratisasi dan kebebasan warga negara sebagai bagian dari hak asasi manusia dalam konsep negara hukum Indonesia ditinjau dari aspek konseptual hukum tata negara kedepan

a. Permasalahan Demokratisasi dan Kebebasan Warga Negara di Indonesia Berbicara mengenai konsep ideal tentunya harus diinventarisir dulu permasalahan yang hendak dicarikan solusi melalui konsep ideal tersebut. Oleh karena itu Penulis akan mencoba menginventarisir persoalan terkait dengan demokratisasi tersebut.

Dewasa ini, pemahaman warga Negara terkait kebebasan yang merupakan esensi dari HAM dirasa sangat “membabi buta”, dimana HAM dipandang sebagai suatu kebebasan tanpa batas sehingga setiap individu bebas bertindak apapun dengan tameng HAM yang melekat secara konstitusional. Akibatnya banyak muncul perbuatan inkonstitusional dengan berlindung dibalik HAM yang salah kaprah.

Pemahaman demokratisasi yang mengarah pada liberalisasi politik merupakan hal dari aspek demokrasi yang perlu didemokratisasikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa sistem perwakilan di Indonesia justru telah melupakan aspek kualitas perwakilan itu sendiri dengan berlindung dari kebebasan berserikat.

(9)

Keberadaan MPR Pasca amandemen UUD 1945 dimaknai sebagai lembaga perwakilan rakyat atau hanya sebagai suatu majelis dengan konsep persidangan belaka. Senada dengan pernyataan Jimly Asshiddiqie dalam bukunya Konstitusi dan Konstitusionalisme kabupaten/kota : “Meskipun MPR diharapkan menjadi penjelmaan seluruh rakyat, tetapi sering dipersoalkan dan diperdebatkan sejauh mana hakikat eksistensinya merupakan lembaga (institusi) atau sekedar forum majelis belaka”. 14

Apabila kita merujuk pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang dan MPR, DPR, DPD dan DPRD pun tidak ditemukan kejelasan mengenai posisi MPR, hanya saja undang-undang ini memberikan ketentuan tentang keanggotaan MPR dan kedudukan MPR sebagai lembaga negara sebagaimana diatur pada Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Undang ini:

Pasal 2:

MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum.

Pasal 3:

MPR merupakan lembaga permusyawaratan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara.

Adanya pemilihan tersebut yang juga menjadi pemilihan anggota MPR secara tidak langsung tentunya diharapkan menjadi sarana demokrasi yang berkualitas guna terciptanya konsep ketatanegaraan yang berkesinambungan.

Selain itu pasca reformasi, dampak amandemen terhadap UUD 1945 tidak hanya berpengaruh terhadap susunan dan kedudukan MPR saja, namun juga terhadap DPR yaitu perpindahan fungsi legislasi dari Presiden ke DPR. Menurut Titik Triwulan Tutik:

Setelah amandemen, DPR mengalam perubahan, fungsi legislasi yang sebelumnya berada pada tangan Presiden, maka setelah amandemen UUD 1945 fungsi legislasi berpindah ke DPR. Pergeseran pendulum itu dapat dibaca dengan adanya perubahan secara substansial Pasal 5 Ayat (1) UUD 1945 dari Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan DPR, menjadi Presiden berhak mengajukan

(10)

rancangan undang-undang kepada DPR. Akibat dari pergeseran itu, hilangnya dominasi Presiden dalam proses pembentukan undang-undang. Perubahan itu penting artinya karena undang-undang adalah produk hukum yang paling dominan untuk menerjemahkan rumusan-rumusan normatif yang terdapat dalam UUD 1945.15

b. Konsep Ideal Demokratisasi dan Kebebasan Warga Negara Ditinjau Dari Aspek Konseptual Hukum Tata Negara

Berbicara demokrasi tentunya tidak terlepas dari unsur yang paling mendasar yaitu adalah rakyat. Demokrasi dalam konteks bernegara adalah sebagai sistem pemerintahan dimana rakyatlah yang paling diprioritaskan. Artinya bahwa segala kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah itu berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan juga untuk kepentingan rakyat.

Dalam konteks demokrasi rakyat diposisikan sebagai subjek sekaligus objek dari pelaksanaan sistem. Artinya dalam konsep negara demokrasi segala bentuk sistem kebijkan yang diterapkan oleh pemerintah adalah merupakan representasi dari aspirasi-aspirasi yang diusung oleh rakyat.

Dalam tataran teknis bentuk dari implementasi sistem demokrasi kadang juga mengalami berbagai polemik. Seperti misalnya di Indonesia, pelaksanaan dari sistem demokrasi tidak didasari dari konsep demokrasi itu sendiri. Bentuk dari penerapan sistem demokrasi yang ada di Indonesia bisa diartikan sebagai sistem demokrasi tidak langsung. Sejak tahun 2004 Indonesia telah melakukan pemlihan umum, artinya rakyat berhak memlilih secara langsung pemimpin Negara yang dirasa tepat untuk memegang pemeritahan. Pelaksanaan sistem pemilu tersebut memang merupakan penerapan dari konsep demokrasi keterwakilan. Artinya rakyat memilih pemimpin sebagai wakil dari pelaksana kebijakan.

Namun pada saat demokrasi hanya diartikan sebatas alat untuk menciptakan sistem pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat ini yang menjadi permasalahan. Hal ini lah yang perlu dikaji ulang untuk menciptakan tatanan pemerintahan ideal. Karena nyatanya

15 Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara kabupaten/kota Pasca

(11)

pemilihan umum di Indonesia merupakan arena pertarungan aktor-aktor yang haus akan popularitas dan kekuasaan. Mulai dari janji palsu bahkan sampai

money politic. Kondisi ini benar adanya, demokrasi hanya dijadikan momentum para actor politik untuk melakukan kontestasi semata. Demokrasi ini tidak benar-benar untuk seluruh rakyat melainkan untuk sebagian kaum elitis yang mengusung kepentingan kelompoknya. Maka tidak heran jika, rakyat hari ini sudah skeptis, bahkan cenderung apatis terhadap wakil rakyatnya. Bagaimana tidak setiap hari kita dipertontonkan alih – alih kinerja yang baik justru dagelan ala elit politis, mulai dari terjerat kasus korupsi, mangkir dari rapat, bahkan tidur pada saat rapat berlangsung padahal sejatinya mereka adalah para wakil rakyat. Yang seharusnya bekerja demi kepentingan rakyat. Tapi pada akhirnya hal itu mampu di legitimate karena dipilih oleh rakyat.

Selanjutnya demokrasi dipandang dari segi sistemnya secara keseluruhan, mencakup infrastruktur dan suprastruktur politik di Indonesia. Infrastruktur politik merupakan mesin politik informal berasal dari kekuatan riil masyarakat, seperti partai politik (political party), kelmpok kepentingan (interest group), kelompok penekan (pressure group), media komunikasi politik (political communication media), dan tokoh politik (political figure). Infrastruktur politik ini terdiri dari mereka yang termasuk dalam pranata sosial dan yang menjadi konsennya adalah kepentingan kelompok mereka masing-masing. Sedangkan suprastruktur politik (elit pemerintah) merupakan mesin politik formal di suatu negara sebagai penggerak politik formal. Dalam pelaksanaan demokrasi, hubungan yang seimbang antar lembaga dalam komponen infrastruktur maupun suprasruktur akan menghasilkan suatu keteraturan kehidupan politik dalam sebuah negara. Sehingga chek and balances tidak hanya terjadi di dalam komponen supratruktur tapi juga dari infrastruktur.

(12)

fungsi dari lembaga demokrasi menjadi lembaga yang komersil seperti halnya perusahaan, dengan tujuan memperoleh keuntungan. Terbukti dengan keterlibatan partai politik dalam berbagai kasus korupsi, transaksi-transaksi politik dalam pemkilihan daerah, serta money politics. Partai politik juga menjadi rumah bagi orang-orang tertentu yang mengejar kekuasaan, dan bahkan untuk menguasai sumber daya alam tertentu.

Permasalahan-permasalahan demokrasi yang hadir saat ini harus segera ditangani karena apabila dibiarkan tanpa ada upaya penyelesaian, demokrasi di Indonesia hanya akan tinggal sejarah, dan justru mengarah pada negara dengan pemerintahan yang otoriter. Kedaulatan rakyat tidak lagi berlaku, aspirasi rakyat melalui kebebasan pers dibatasi.

Dalam mengimplementasikan demokrasi akan sangat ideal apabila di kembalikan kepada tujuan awalnya, oleh karenanya demokratisasi seyogyanya didasarkan pada tujuan demokrasi bukan sistem demokarsi. Negara yang menerapkan sistem demokrasi dalam bentuk konseptual dapat dipahami bahwa segala bentuk kebijakan itu disarkan oleh kepentingan dan juga kebutuhan rakyat secara kolektif. Secara praktisnya Negara berfungsi sebagai mediator dan pelaksana mandat dari rakyat. Aspirasi yang disampaikan oleh rakyat direspon untuk kemudian juga diwujudkan, karena aspirasi ini pada hakikatnya merupakan representasi dari kebutuhan dan kegelisahan dari hati nurani rakyat.

Bentuk aspirasi ini yang kemudian nantinya diakomodir dengan dibuatnya kebijakan. Dalam hal ini Negara harus bersifat netral, artinya tanpa dimuati kepentingan-kepentingan tertentu kecuali hanyalah kepentingan rakyat. Kemudian agar tercapai sebuah keseimbangan, rakyat juga harus berpartisipasi dalam mengawal dan mengkontrol kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah, melalui komponen insfrastruktur yang dijelaskan diatas misalnya.

Dewasa ini, kita melihat demokrasi masih belum terimplimentasi secara

(13)

membuat berbagai organisasi, tetapi demokrasi pada tingkat sosial dan ekonomi masih jalan ditempat. Oleh karena itu tidak heran karena pihak yang berkepentingan akan mempolitisasi sisi dari bangsa ini yang demokrasinya belum terimplementasi secara utuh.

Minimnya pendidikan politik kepada rakyat dan tingkat sosial ekonomi masyarakat yang masih tidak memadai.Padahal konstitusi secara jelas telah mencantumkan bahwa rakyat berhak mendapatkan pendidikan yang layak ( termasuk pendidikan politik di dalamny), hak beragama sesuai keyakinan, hak untuk berpendapat, hak berpolitik, hak mendapatkan pekerjaan yang layak, serta hak mendapatkan kesejahteraan yang dijamin negara. Ini menunjukkan bahwa demokrasi di Indonesia belum berjalan secara kaffah, karena sejatinya pemenuhan dan penegakan hak-hak warga negara merupakan suatu yang tidak bisa dinampikan dalan negara demokrasi.

(14)

E. Penutup. 1. Kesimpulan

a. Hak Asasi Manusia seringkali dipahami sebagai kebebasan tanpa batas, hal ini juga dioengaruhi karena dalam peraturan perundang –undangan kita definisi HAM masih sangat general, sehingga hal ini seringkali dijadikan tameng dalam kebebasan berdemokrasi yang berujung pada tidak berkualitasnya hasil demokrasi itu sendiri

b. Demokratisasi dan kebebasan warga Negara sudah saatnya digulirkan, hal ini untuk mendemokratiskan kembali esensi kebebasan menuju hasil demokrasi yang berkualitas pula. Dalam tataran konseptual hukum tata Negara, perlu penerjemahan kebebasan yang sesuai dengan ideologi dan kultur bangsa Indonesia yang diwujudkan dalam hukum nasional yang hidup di tengah masyarakat. Sehingga cita-cita akan keadilan dan kesejahteraan sosial termasuk pemenuhan atas hak-hak didalamnya tidak hanya menjadi angan.

2. Saran

a. Pengaturan negara atas hak asasi warga negara bisa menjadi salah satu cara untuk mengontrol kebebasan dalam berdemokrasi sehingga menghasilkan demokrasi yang tepat guna.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Bahder Johan Nasution, Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia, Mandar Maju, Bandung, 2011

Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi Serpihan Pemikiran Hukum, Media dan HAM, Konstitusi Press, 2004

Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Cetakan Pertama, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dan Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2004

Miriam Budihardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 1983

Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara kabupaten/kota Pasca Amandemen UUD 1945, Kencana, Jakarta, 2011, hal. 191

JURNAL

Agus Budi Setiyono, Pembentukan Peraturan Hukum Daerah yang Demokratisoleh Pemerintah Daerah, 2008, dari buku Idenberg, Ph. A., red., De Nadagen van de Verzorgingstaat Kansen en Prespectiven vor Morgen, Meulenhoff Informatief, Ámsterdam

Retno Kusniati, Jurnal Hukum : Sejarah Perlindungan Hak Hak Asasi Manusia, Konsepsi Negara Hukum, 2012

PERATURAN PERUNDANG _ UNDANGAN UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukan pada pembahasan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa strategi heuristik pada pendekatan pemecahan

www.rotarybalidenpasar.org yang akan disusun dalam bahasa Inggris (memudahkan orang asing untuk mengakses website). Dalam website ini juga akan ditambahkna fitur2 link ke

selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta atas segala fasilitas yang membantu dalam penyelesaian skripsi.. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Pemberian hormon pertumbuhan rekombinan (rGH) melalui metode perendaman dengan dosis berbeda berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot mutlak, laju pertumbuhan

Dari hasil aliran daya ini akan dapat membantu perencanaan untuk tahun berikutnya (tahun ke 2 sampai ke 10) yang mencakup: penambahan jaringan dan peralatan

Ibu merupakan individu yang dianggap memiliki hubungan yang sangat dekat dengan anak. Ibu sebaiknya memiliki pengetahuan yang lebih mengenai DBD, sehingga anak

Dengan mengambil lokasi wisata Air Terjun Sendang Gile, tujuan penelitian ini adalah mengestimasi fungsi permintaan rekreasi dan mengestimasi nilai tarif masuk yang dapat

Dari sekian pengertian yang didapatkan dalam encyclopedia tersebut, maka dapatlah diketahui bahwa baik dari segi bahasa maupun dari segi istilah dapat ditarik