• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi formula gel UV protection endapan perasan umbi wortel [Daucus carota, L.] : tinjauan terhadap humektan propilen glikol dan sorbitol - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Optimasi formula gel UV protection endapan perasan umbi wortel [Daucus carota, L.] : tinjauan terhadap humektan propilen glikol dan sorbitol - USD Repository"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

i

OPTIMASI FORMULA GEL UV PROTECTION

ENDAPAN PERASAN UMBI WORTEL (Daucus carota, L.) : TINJAUAN TERHADAP HUMEKTAN PROPILEN GLIKOL DAN SORBITOL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Eberhard Yulian Finza Ardhitya NIM : 048114129

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

OPTIMASI FORMULA GEL UV PROTECTION

ENDAPAN PERASAN UMBI WORTEL (Daucus carota, L.) : TINJAUAN TERHADAP HUMEKTAN PROPILEN GLIKOL DAN SORBITOL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Eberhard Yulian Finza Ardhitya NIM : 048114129

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

iii

Skripsi Berjudul

OPTIMASI FORMULA GEL UV PROTECTION

ENDAPAN PERASAN UMBI WORTEL (Daucus carota, L.) : TINJAUAN TERHADAP HUMEKTAN PROPILEN GLIKOL DAN SORBITOL

Yang diajukan oleh: Eberhard Yulian Finza Ardhitya

NIM : 048114129

Telah disetujui oleh:

Pembimbing Utama

(4)

iv

Thanks alot God for everything!!!!

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

!

! " "! # $% &" &%%& # '($ "& $ $ " "!

) )** +,,-#& # " "! # !

" & )$ & $ &" " " " % $

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Eberhard Yulian Finza Ardhitya

Nomor Mahasiswa : 048114129

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Optimasi Formula Gel UV Protection

Endapan Perasan Umbi Wortel (Daucus carota, L.): Tinjauan Terhadap Humektan Propilen Glikol dan Sorbitol

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 28 Januari 2008

Yang menyatakan,

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas anugerah dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Optimasi Formula Gel UV Protection Endapan Perasan Umbi Wortel (Daucus carrota, L.) Tinjauan Terhadap Humektan Propilen Glikol dan Sorbitol”.

Selama perkuliahan, penelitian hingga proses penyusunan skripsi, penulis telah mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak yang berupa dukungan, sarana, bimbingan, nasihat, kritik dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan penghargaan dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia membimbing dan meluangkan waktunya untuk penulis selama penelitian dengan memberikan bimbingan, dukungan, kritik, dan nasihat. 3. Rina Kuswahyuning, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah bersedia

memberikan kritik dan saran selama penyusunan skripsi.

4. Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah bersedia memberikan kritik dan saran selama penyusunan skripsi.

(8)

viii

6. My beloved papa dan mama atas semangat dan dukungan terbaik yang telah diberikan pada penulis. Kakakku, Wisnu atas dukungan dan omelannya. 7. Pak Musrifin, Mas Agung, Mas Iswandi, Mas Ottok, Mas Wagiran, Mas Sigit,

Mas Sarwanto, dan Mas Yuwono selaku laboran dan karyawan yang telah membantu selama penelitian.

8. Carrot’s team (Desy, Cipi, DK, Ela, Ine, Budi, Andri) atas bantuan, kebersamaan, keceriaan, kegilaan, dan kerjasamanya yang tak terlupakan. Teman-teman senasib: Tea’s team dan Alga’s team (Hendry atas bantuannya untuk tim wortel), terima kasih atas dukungan dan kebersamaan selama penelitian ini.

9. Teman-teman 2004 FST & FKK semuanya atas kebersamaan, kenangan, dan persahabatan selama ini (semoga sampai selamanya). Semua teman, sahabat yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karenanya, penulis membuka diri untuk menerima segala kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya dalam bidang farmasi.

Yogyakarta, Desember 2007 Penulis,

(9)

ix

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Desember 2007 Penulis,

(10)

x INTISARI

Penelitian mengenai optimasi formula gel UV protection endapan perasan umbi wortel (Daucus carota, L.): tinjauan terhadap humektan propilen glikol dan sorbitol dilakukan untuk mendapatkan formula dengan komposisi humektan yang optimum dalam gel UV protection endapan perasan umbi wortel.

Penelitian ini menggunakan metode simplex lattice design untuk optimasi formula. Metode simplex lattice design termasuk dalam rancangan eksperimental murni yang bersifat eksporatif dengan komposisi propilen glikol dan sorbitol sebagai variabel bebas dan sifat fisik gel sebagai variabel tergantung. Optimasi dilakukan dengan parameter sifat fisik gel yang diuji meliputi daya sebar, viskositas dan stabilitas gel setelah penyimpanan satu bulan. Data hasil uji sifat fisik dianalisis secara statistik menggunakan analisis uji-F dengan taraf kepercayaan 95%.

Dari penelitian ini ditemukan komposisi optimum berdasarkan contour plot superimposed yang meliputi daya sebar, viskositas, dan stabilitas gel yang diteliti. Daya sebar optimal berkisar antara 3 cm sampai 5 cm. Viskositas optimal berkisar antara 310 dPa.s sampai 320 dPa.s. Stabilitas gel ditunjukkan dengan pergeseran viskositas < 5%. Profil daya sebar, viskositas, dan stabilitas gel berbentuk kurva membuka ke bawah. Komposisi optimum humektan propilen glikol : sorbitol yang diperoleh dari contour plot superimposed berdasarkan sifat fisis dan stabilitas gel UV protection endapan perasan wortel adalah 88% sorbitol : 12% propilen glikol sampai dengan 94% sorbitol : 6% propilen glikol.

(11)

xi ABSTRACT

The aim of research of formula optimization of carrot’s (Daucus carota, L.) pulp sediment UV protection gel : a review of propylene glycol and sorbitol as humectants was to find out the optimum composition of humectant in UV protection gel.

The method have been used for optimization in this research was simplex lattice design that include the exploratively pure experimental with propylene glycol and sorbitol composition as the independent variable and gel physical characteristic as the dependent variable. Optimizing is done to characteristic parameters including spreadability, viscosity, and stability during storage. The physical characteristic parameters and stability of gel preparation was analyzed with F-test statistic using 5%.

From this research, could be explained that optimum composition of UV protection gel formula based on contour plot superimposed including spreadability, viscosity, and stability has been found. Optimum spreadability approximately 3 cm until 5 cm. Optimum viscosity lies between 310 dPa.s until 320 dPa.s. Optimum stability during storage < 5%. The profile of all was shape curve open at the bottom. The optimum composition exhibited by contour plot super imposed was 88% sorbitol : 12% propylene glycol until 94% sorbitol : 6% propylene glycol.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v vi KATA PENGANTAR ... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ix

INTISARI ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Keaslian Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

(13)

xiii

A. Wortel ... 6

B. Beta karoten ... 7

C. Gel ... 8

D. Gelling Agent ... 9

E. Humektan ... 10

F. Radikal bebas dan antioksidan ... 11

G. Sinar UV dan SPF ... 12

H. Spektrofotometri UV-vis... 14

I. Metode simplex lattice design .... 15

J. Mikromeritik ... 16

K. Keterangan empiris ... 17

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 19

A. Jenis Rancangan Penelitian ... 19

B. Variabel dalam Penelitian ... 19

C. Definisi Operasional ... 20

D. Bahan dan Alat ... 21

E. Tata Cara Penelitian ... 21

1. Ekstraksi beta karoten dalam endapan perasan umbi wortel …... 21

2. Penetapan kadar beta karoten dalam endapan perasan wortel secara spektrofotometri ... 22

3. Prediksi nilai SPF endapan perasan wortel pada spektra UV... 24

4. Optimasi proses pembuatan gel UV protection ... 24

(14)

xiv

6. Uji Mikromeritik... 26

F. Analisis Hasil ... 26

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Pembuatan endapan perasan umbi wortel... 27

B. Ekstraksi beta karoten dalam endapan perasan wortel... 28

C. Penetapan kadar beta karoten dalam endapan perasan wortel... 28

D. Penetapan Nilai SPF... 30

E. Sifat Fisik dan Stabilitas... 34

F. Uji Mikromeritik Gel... 38

G. Optimasi Formula ... 39

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN ... 52

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Rancangan Simplex Lattice Design Gliserol dan Sorbitol... 25

Tabel II. Kurva baku beta karoten (I)... 29

Tabel III. Jumlah beta karoten dalam 1 g endapan perasan wortel (I)... 30

Tabel IV. Hasil Pengukuran SPF endapan perasan wortel ... 32

Tabel V. Kurva baku beta karoten (II) ..……… 33

Tabel VI. Jumlah beta karoten dalam 1 g endapan perasan wortel (II) ... 32

Tabel VII. Hasil pengukuran sifat fisik gel ………. 35

Tabel VIII. Uji pH gel UV protection ………... 37

Tabel IX. Hasil pengukuran partikel gel UV protection ... 38

Tabel X. Hasil perhitungan uji F untuk daya sebar gel ... 40

Tabel XI. Hasil perhitungan uji F untuk viskositas awal gel... 41

Tabel XII. Hasil perhitungan uji F untuk % pergeseran viskositas gel... 43

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Beta Karoten ... 8

Gambar 2. Struktur umum carbomer ... 9

Gambar 3. Struktur Sorbitol ... 10

Gambar 4. Struktur Propilen Glikol ... 11

Gambar 5. Dimensi pencampuran dua komponen ………... 15

Gambar 6. Kurva Baku beta karoten (I) ... 29

Gambar 7. Scanning panjang gelombang endapan perasan wortel ... 30

Gambar 8. Scanning panjang gelombang baku beta karoten ... 31

Gambar 9. Scanning panjang gelombang seri larutan baku beta karoten ... 32

Gambar 10. Kurva Baku beta karoten (II) ... 33

Gambar 11. Grafik distribusi ukuran partikel gel UV protection ... 39

Gambar 12. Contour plot daya sebar gel UV protection endapan perasan wortel ... 41

Gambar 13. Contour plot viskositas gel UV protection endapan perasan wortel... 42

Gambar 14. Contour plot pergeseran viskositas gel UV protection endapan perasan wortel... 41

Gambar 13. Contour plot superimposed gel UV protection endapan perasan wortel... 44

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penetapan Kadar Beta Karoten dalam Endapan Perasan

Wortel ... 52

Lampiran 2. Perhitungan nilai SPF Beta Karoten …………... 56

Lampiran 3. Data Penimbangan Gel ……….. 61

Lampiran 4. Data Sifat Fisik dan Stabilitas Gel ... 59

Lampiran 5. Persamaan Simplex Lattice Design ... 63

Lampiran 6. Perhitungan Persamaan Regresi dengan Uji F ... 66

Lampiran 7. Data Uji Mikromeritik ... 71

Lampiran 8. Perbandingan Komposisi Basis pada Kriteria Penerimaan Masing-Masing Sifat Fisis Gel ...……... 72

Lampiran 9. Foto gel UV protection endapan perasan umbi wortel... 75

Lampiran 10. Foto dokumentasi ... 76

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari sinar matahari, dimana

menghasilkan cahaya tampak, panas, dan radiasi ultraviolet (UV). Kulit manusia

mempunyai sistem perlindungan terhadap radiasi UV sinar matahari secara alami,

tetapi tidak efektif terhadap kontak radiasi yang berlebihan. Sinar UV (UVA dan

10% UVB) selalu ada setiap hari meskipun saat cuaca mendung, lebih dari 80%

sinar UV mampu menembus atmosfer pada hari berawan (Anonim, 2004). World

Health Organization (WHO) membagi spektra UV menjadi UVC (200-290 nm),

UVB (290-320 nm), dan UVA (320-400 nm), berdasarkan pada efek biologis

yang ditimbulkan masing-masing panjang gelombang. Sekitar 90% UVB tertahan

di lapisan ozon (Lucas, McMichael, Smith, & Armstrong, 2006). Penipisan

lapisan ozon oleh chlorofluorocarbons (CFC) menyebabkan lebih banyak UVB

yang sampai ke bumi.

Sinar UV tidak selalu berbahaya, sinar ini bermanfaat untuk

meningkatkan aliran darah di kulit, membantu perubahan provitamin menjadi

vitamin D, dan membantu mengaktifkan vitamin, hormon, dan enzim (Jellinek,

1970). UVA dan UVB dibutuhkan manusia untuk sintesis vitamin D. Paparan

UVA berlebihan mempunyai efek awal yaitu pigment darkening diikuti oleh

eritema jika paparan berlanjut, penekanan sistem imun, dan pembentukan katarak.

Efek berbahaya UVB antara lain sunburn (eritema), katarak, pembentukan kanker

(19)

kulit, dan penekanan sistem imun pada paparan jangka panjang (Zeman, 2007).

Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan terhadap radiasi sinar UV yang

berlebihan dengan penggunaan sediaan UV protection.

Penelitian ini menggunakan zat aktif yang berasal dari bahan alam, yaitu

perasan wortel (Daucus carota, L.) yang mengandung beta karoten. Pemilihan

bahan alam didasarkan pada kemampuan kandungan tanaman (pigmen)

mengabsorbsi sejumlah besar radiasi UV yang akan merusak sel dan mengganggu

metabolisme tanaman sehingga diasumsikan bahwa bahan alam tersebut dapat

melindungi kulit manusia terhadap radiasi UV (Muller, 1996). Penggunaan bahan

alam menguntungkan dibandingkan senyawa sintetik karena bahan alam dapat

memberikan toleransi yang baik pada kulit dan lebih aman digunakan. Peran

penting beta karoten di dalam tubuh yaitu sebagai prekursor vitamin A dan

antioksidan. Karotenoid berperan penting dalam pencegahan penyakit degeneratif,

dengan cara mempertahankan fungsi sistem imun dan antioksidan. Oleh karena

itu, perlu dikembangkan sediaan topikal perasan wortel sebagai UV protection.

Pada umumnya, bentuk sediaan UV protection yang banyak beredar di

pasaran saat ini berupa krim dan lotion. Krim adalah bentuk sediaan setengah

padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air (Anief, 2003).

Kandungan minyak dalam krim akan menimbulkan rasa tidak nyaman saat

pemakaian dan akan menjadi masalah pada orang dengan produksi kelenjar

sebasea yang berlebihan karena dapat merangsang timbulnya jerawat. Lotion

mempunyai viskositas yang cukup encer sehingga tidak bertahan lama pada kulit

(20)

itu, perlu dikembangkan bentuk sediaan lain dengan sifat fisis yang lebih baik dan

nyaman saat penggunaannya yaitu gel.

Gel merupakan bentuk sediaan semisolid yang mengandung larutan

bahan aktif tunggal maupun campuran dengan pembawa senyawa hidrofilik atau

hidrofobik (Barry, 1983). Gel yang dibuat adalah hidrogel. Hidrogel memberikan

rasa nyaman (tidak terasa panas di kulit) saat digunakan dan kompatibilitasnya

relatif baik dengan jaringan biologis (Zatz dan Kushla, 1996).

Humektan dalam produk kosmetik digunakan untuk mencegah hilangnya

lembab dari produk dan meningkatkan jumlah air (kelembaban) pada lapisan kulit

terluar saat produk digunakan (Loden, 2001) Selain itu, mencegah keriput dan

efek jangka panjang lain yang ditimbulkan oleh sinar UV (Johnson, 2002).

Penelitian ini menggunakan propilen glikol dan sorbitol sebagai humectant dalam

formula gel UV protection. Komposisi kedua humectant yang digunakan perlu

dioptimasi untuk mendapatkan formula gel UV protection yang optimum.

Propilenglikol memiliki viskositas yang tinggi sehingga kurang nyaman karena

adanya rasa lengket saat diaplikasikan dan sorbitol bersifat higroskopis sehingga

dapat menjaga konsistensi sediaan. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan

humectant dengan variasi komposisi untuk mendapatkan sediaan UV protection

yang mampu mempertahankan efektifitas pemakaian dalam jangka waktu yang

cukup lama. Sediaan yang dihasilkan diharapkan memenuhi parameter kualitas

sifat fisik sediaan gel UV protection yang meliputi daya sebar, viskositas, dan

(21)

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan :

a. Bagaimana profil respon sifat fisis dan stabilitas sediaan gel UV protection

meliputi daya sebar, viskositas, dan pergeseran viskositas?

b. Apakah ditemukan komposisi optimum yang diprediksi sebagai formula

optimum gel UV protection endapan perasan umbi wortel (Daucus carota,

L.)?

c. Pada range komposisi optimum berapakah humektan propilen glikol dan

sorbitol menghasilkan sediaan gel UV protection endapan perasan umbi wortel

(Daucus carota, L.) yang paling baik sifat fisisnya?

C. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang

optimasi formula gel UV protection endapan perasan umbi wortel (Daucus carota,

L.) : tinjauan terhadap humektan propilen glikol dan sorbitol belum pernah

dilakukan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan informasi bagi perkembangan ilmu kefarmasian mengenai

penggunaan bahan alam dari endapan perasan wortel dalam sediaan UV

(22)

2. Manfaat Praktis

Mengetahui range komposisi formula optimum dari profil respon sifat fisik

gel UV protection endapan perasan umbi wortel (Daucus carrota, L.) dengan

humektan propilen glikol dan sorbitol.

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui profil respon sifat fisik dan stabilitas gel UV protection endapan

perasan umbi wortel (Daucus carota, L.) komposisi humektan propilen glikol

dan sorbitol

2. Mendapatkan komposisi formula optimum sediaan gel UV protection

(23)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Wortel (Daucus carota, L.)

1. Nama daerah

Di Indonesia wortel mempunyai nama daerah, diantaranya :

Sunda / Priangan : Bortol

Jawa : Wortel, wertol, bortol

Madura : Ortel (Rukmana, 1995).

2. Morfologi

Umbi wortel terbentuk dari akar tunggang yang berubah fungsi menjadi

tempat penyimpanan cadangan makanan. Kulit umbi tipis berwarna kuning

kemerahan atau jingga kekuningan karena kandungan karoten yang tinggi. Umbi

wortel memiliki ukuran yang bervariasi, tergantung varietasnya (Cahyono, 2002).

3. Kandungan kimia

Menurut Dalimartha (2000) wortel segar mengandung air, serat, abu,

nutrisi anti kanker, gula alamiah (fruktosa, sukrosa, dekstrosa, laktosa, dan

maltosa), pektin, mineral (kalsium, natrium, magnesium, krom). Sebuah wortel

ukuran sedang mengandung sekitar 15000 IU beta karoten.

4. Kegunaan

Wortel adalah salah satu sumber makanan detoksifikasi yang

mempunyai kemampuan untuk mengatur keseimbangan dalam tubuh. Wortel

selain sebagai sumber vitamin A berfungsi untuk membantu proses penglihatan,

(24)

juga kaya akan zat antioksidan beta karoten yang mampu mencegah radikal bebas

menjadikan kanker. Mengonsumsi secara rutin wortel dapat mengurangi

keganasan dari radikal bebas. Sebaiknya tidak mengonsumsi berlebihan karena

akan menyebabkan kulit menjadi kuning (Kumalaningsih, 2007).

B. Beta Karoten

Gambar 1. Struktur all-trans -karoten (Anonim, 1989)

Beta karoten larut dalam CS2, benzena, kloroform, mudah larut dalam

eter, petroleum eter, dan minyak, sedikit larut dalam metanol dan etanol. Beta

karoten praktis tidak larut dalam air, asam, dan alkali. Absorbsi oksigen dari udara

akan menyebabkan inaktif dan menghasilkan produk oksidasi yang mengalami

perubahan warna. Sebaiknya beta karoten disimpan di tempat tertutup rapat dan

terlindungi. Tempat penyimpanan pada temperatur rendah yaitu -20ºC (Anonim,

1989).

-karoten merupakan salah satu dari 600 komponen karotenoid yang

banyak terdapat dalam tanaman. Dalam kloroplas, karotenoid berfungsi dalam

detoksifikasi berbagai bentuk oksigen teraktivasi dan klorofil triplet, hasil eksitasi

kompleks fotosintesis oleh cahaya. -karoten biasanya digunakan sebagai

suplemen nutrisi maupun prekursor vitamin A. -karoten meningkatkan efikasi

kemoterapi dan radiasi pada kultur sel kanker manusia maupun hewan percobaan

(25)

C. Gel

Gel merupakan bentuk sediaan semisolid yang mengandung larutan

bahan aktif tunggal maupun campuran dengan pembawa senyawa hidrofilik atau

hidrofobik atau dapat pula didefinisikan gel sebagai sistem dua komponen dari

sediaan semipadat yang kaya akan cairan (Barry, 1983 ; Anonim, 1994).

Gel digolongkan berdasarkan 2 sistem klasifikasi. Sistem klasifikasi

pertama membagi gel menjadi inorganik dan organik. Inorganik gel pada

umumnya berupa sistem 2 fase, sedangkan organik gel berupa sistem 1 fase.

Klasifikasi yang kedua membagi gel menjadi hidrogel dan organogel. Hidrogel

mengandung bahan-bahan yang terdispersi sebagai koloid atau larut dalam air

(Allen, 2002), sedangkan organogel mengandung pelarut non aqueous sebagai

fase kontinyu (Zatz, Berry, dan Alderman, 1996).

Hidrogel adalah sediaan semisolid yang mengandung material polimer

yang mempunyai kemampuan untuk mengembang dalam air tanpa larut dan bisa

menyimpan air dalam strukturnya. Hidrogel merupakan sistem yang menyebabkan

air tidak bisa bergerak karena adanya polimer tidak larut. Salah satu alasan

disukainya hidrogel sebagai komponen dari sistem penghantaran dan pelepasan

obat adalah kompatibilitasnya yang relatif baik dengan jaringan biologis. Polimer

yang digunakan dalam hidrogel terhidrolisis lambat dan secara bertahap

melepaskan obat bebas (Zatz and Kushla, 1996). Gel merupakan sistem

penghantaran obat yang sempurna untuk cara pemberian yang beragam dan

(26)

D. Gelling Agent

H2 C

H C

COOH n

Gambar 2. Struktur umum carbomer (Anonim, 2001)

Carbopol® (carbomer) adalah polimer sintetik asam akrilat yang

memiliki berat molekul besar, berupa serbuk putih dan halus, memiliki bau yang

khas, mudah terion, sedikit asam, higroskopis, terdispersi dalam air

(menghasilkan pH 2,8 – 3,2), tetapi tidak larut dalam air dan sebagian besar

pelarut (Anonim, 2001; Zatz dan Kushla, 1996). Dalam bentuk netral, carbopol

larut dalam air, alkohol, dan gliserin serta akan membentuk gel yang jernih dan

stabil. Pada larutan asam (pH 3,5 – 4,0) dispersi carbopol menujukkan viskositas

yang rendah hingga sedang dan pada pH 5,0 – 10,0 akan menunjukkan viskositas

yang optimal. Pada pH di atas 10, struktur gel rusak dan viskositas menurun.

Dispersi carbomer akan meningkat viskositasnya seiring dengan peningkatan

konsentrasi polimer (Anonim, 2001).

Carbopol® 940 memiliki sifat pengental yang baik pada konsentrasi

tinggi serta menghasilkan gel yang jernih, sangat cocok digunakan pada kosmetik

dan sediaan topikal (Anonim, 2006). Larutan carbomer memiliki sifat alir

pseudoplastic, yaitu viskositas menurun seiring dengan kecepatan pencampuran

yang meningkat (Zatz dan Kushla, 1996).

Carbomer tidak diabsorpsi oleh jaringan tubuh karena memiliki berat

molekul yang besar. Uji klinis menunjukkan bahwa carbomer memiliki potensial

(27)

membuktikan bahwa carbomer aman digunakan sebagai bahan kosmetik

(Anonim, 2001 ; Anonim, 2006).

E. Humektan

Humektan adalah bahan dalam produk kosmetik yang dimaksudkan

untuk mencegah hilangnya lembab dari produk dan meningkatkan jumlah air

(kelembaban) pada lapisan kulit terluar saat produk digunakan (Loden, 2001).

Humektan membantu menjaga kelembaban kulit dengan cara menjaga kandungan

air pada lapisan stratum corneum serta mengikat air dari lingkungan ke kulit

(Rawlings, Harding, Watkinson, Chandar, dan Scott, 2002).

Gambar 3. Struktur sorbitol (Anonim, 1979)

Sorbitol merupakan serbuk, granul, atau serpihan berwarna putih, bersifat

higroskopik, berasa manis, biasanya meleleh pada suhu sekitar 96ºC. Larutan

sorbitol berupa cairan seperti sirup tidak berwarna, jernih, tidak memiliki bau

yang khas, dan bersifat netral (Anonim, 2000).

Sorbitol sangat tidak larut dalam pelarut organik. Sorbitol bersifat inert

dan dapat bercampur dengan bahan tambahan lainnya (Loden, 2001). Pada

konsentrasi tinggi, sorbitol berfungsi sebagai stabilizer untuk vitamin (Anonim,

1983). Sorbitol sering digunakan dalam kosmetik modern sebagai humectant dan

(28)

Gambar 4. Struktur Propilen Glikol (Anonim, 1995a)

Propilen glikol berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa sedikit

tajam, dan higroskopik. Karena sifatnya yang higroskopik, maka sebaiknya

disimpan pada wadah yang tertutup rapat. Propilen glikol dapat campur dengan

air, alkohol, aseton, dan kloroform (Anonim, 1995a).

Propilen glikol digunakan sebagai gelling agent pada konsentrasi 1%

-5%, stabil pada pH 3-6 dan harus mengandung pengawet (Allen, 2002). Propilen

glikol merupakan bahan yang tidak berbahaya dan aman digunakan dalam produk

kosmetik dengan konsentrasi sampai 50% (Loden, 2001).

Fungsi propilen glikol adalah sebagai humectant, pelarut, dan plasticizer.

Fungsi lain propilen glikol adalah sebagai pengawet pada konsentrasi 15-30%,

hygroscopic agent, desinfektan, stabilizer vitamin, dan pelarut pengganti yang

dapat campur dengan air, misal pengganti gliserin (Anonim, 1983; Anger, Rupp,

& Lo, 1996).

F. Radikal Bebas dan Antioksidan

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki

elektron tidak berpasangan (unpaired electron). Reaktivitas radikal bebas

merupakan upaya untuk mencari pasangan elektron. Dampak kerjanya, akan

terbentuk radikal bebas baru yang berasal dari atom atau molekul yang

(29)

radikal bebas adalah protein, asam lemak tak jenuh, dan lipoprotein, serta unsur

DNA termasuk karbohidrat. Asam lemak tak jenuh adalah yang paling rentan

terhadap serangan radikal bebas (Winarsi, 2007).

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron atau reduktan,

memiliki BM kecil, tetapi mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi

dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan juga merupakan

senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas

dan molekul yang sangat reaktif. Akibatnya, kerusakan sel akan dihambat. Tubuh

manusia memiliki sistem antioksidan untuk menangkal reaktivitas radikal bebas.

Kelebihan jumlah senyawa oksigen reaktif akan menyerang komponen lipid,

protein, maupun DNA sehingga mengakibatkan kerusakan stres oksidatif

(Winarsi, 2007).

G. Sinar UV dan SPF (Sun Protection Factors)

Sinar matahari terdiri dari tiga kategori berdasarkan panjang

gelombangnya, yaitu UV, sinar tampak, dan infra merah. UV dekat dibedakan

menjadi tiga bagian, yaitu UVA (320 – 400 nm), UVB (290 – 320 nm), dan UVC

(200 – 290 nm). Sinar UVC memiliki panjang gelombang paling pendek sehingga

terserap seluruhnya di lapisan ozon. Sinar UVB memiliki panjang gelombang

yang lebih panjang daripada UVC sehingga masih dapat melewati lapisan ozon

sekitar 10%. Sinar UVA memiliki panjang gelombang yang paling panjang

sehingga sinar ini paling banyak mencapai permukaan bumi karena dapat

(30)

UVB merupakan sinar UV yang paling bertanggung jawab

mengakibatkan sunburn di kulit. Sinar ini hanya mampu menembus kulit sampai

pada lapisan epidermis. UVB akan merangsang sel melanosit untuk membentuk

melanin lebih banyak, akibatnya kulit akan menjadi lebih gelap yang sering

disebut terbakar, atau jika ukurannya sangat kecil biasa disebut titik atau flek

hitam (Anonim, 2005a).

Tingkat perlindungan (efektivitas) produk sunscreen terhadap sinar UV

dilihat dari nilai SPF (Sun Protection Factors). SPF dapat mengindikasikan

lamanya seseorang yang menggunakan sunscreen dapat bertahan di bawah sinar

matahari tanpa menimbulkan eritema sebagai salah satu akibat dari sunburn

(Anonim, 2007).

Kemanjuran suatu produk sunscreen dapat ditentukan dengan nilai SPF

(Sun Protection Factor) yang tercantum pada label kemasan. Semakin besar nilai

SPF, semakin besar pula perlindungan terhadap paparan radiasi UV yang dapat

diberikan (Stacener, 2006). SPF mengukur efektivitas sunscreen terhadap paparan

radiasi UVA dan UVB. SPF merupakan perbandingan antara jumlah radiasi UV

yang diperlukan untuk menghasilkan eritema (Minimal erythema dose = MED)

pada kulit yang terlindungi dengan kulit yang tidak terlindungi sunscreen.

SPF =

Metode in vitro untuk mencari nilai SPF merupakan hubungan antara SPF

(31)

− =

Io I

A log10 (2)

A = – log10

SPF 1

= log10 SPF (3)

(Walters et al., 1997)

H. Spektrofotometri UV–Vis

Spektrofotometri UV adalah anggota teknik spektroskopik yang

menggunakan sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm)

dengan instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV melibatkan energi

elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis sehingga

spektrofotometri UV lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan

kualitatif. Analisis kuantitatif selalu melibatkan pembacaan serapan radiasi

elektromagnetik oleh molekul, atau radiasi elektromagnetik yang diteruskan, yang

disebut dengan serapan (A) tanpa satuan dan transmitan dengan satuan persen

(%T) (Mulja dan Suharman, 1995).

Pada analisis kuantitatif, pengukuran serapan dilakukan pada panjang

gelombang maksimum. Panjang gelombang maksimum merupakan panjang

gelombang dimana suatu senyawa memberikan absorbansi maksimum. Pada

panjang gelombang maksimum, perubahan absorbansi untuk tiap satuan

konsentrasi paling besar sehingga akan didapat kepekaan analisis yang maksimal

(32)

I. Metode Simplex Lattice Design

Menurut Amstrong dan James (1996) proporsi dari komponen X1,

X2,...,Xq yaitu : 0 ≤ Xi 1, di mana Xi merupakan banyaknya bilangan dari 1

sampai q. Jumlah proporsi dari komponen yang dicampurkan adalah:

X1+ X2 +...+ Xq = 1 (4)

Daerah di mana terdapat semua kemungkinan respon kombinasi disebut

dengan factor space. Factor space ditunjukkan dengan suatu penggambaran area

tempat semua titik kombinasi berada dan menghasilkan respon tertentu. Factor

space dirumuskan dengan q-1. Misalnya ada 2 komponen yang dicampurkan.

Maka factor space-nya adalah 2-1 = 1. Dimensi dari dua komponen yang

dicampurkan adalah 1, maka titik kombinasi berada pada suatu garis atau kurva

(gambar 5) (Amstrong dan James, 1996).

Gambar 5. Dimensi pencampuran dua komponen yaitu berupa garis atau kurva. Titik-titik respon hasil pengkombinasian berada di sepanjang garis atau kurva.

X1 dan X2 merupakan komponen yang dicampurkan

Respon untuk semua kombinasi dua komponen (X1 dan X2) dapat

diprediksi dengan persamaan Y= 1X1+ 2X2+ 12(X1)(X2), di mana Y merupakan

respon, X1 dan X2 merupakan proporsi komponen yang dicampurkan yang

(33)

dihitung dari hasil percobaan. Untuk mendapatkan persamaan di atas diperlukan

tiga titik desain atau tiga formula. Ketiga formula tersebut adalah menggunakan

100% komponen X1 (formula I), menggunakan 100% komponen X2 (formula II),

dan menggunakan 50% komponen A dan 50% komponen B (formula III).

J. Mikromeritik

Mikromeritik adalah ilmu dan teknologi tentang partikel kecil. Satuan

ukuran partikel yang sering dipakai dalam mikromeritik adalah mikrometer (µm).

Dalam bidang kefarmasian, informasi yang perlu diperoleh dari partikel yaitu (1)

bentuk dan luas permukaan partikel dan (2) ukuran partikel dan distribusi ukuran

partikel (Martin, 1993).

Metode mikroskopik merupakan metode sederhana yang hanya

menggunakan satu alat yaitu mikroskop yang bukan merupakan alat yang rumit

dan memerlukan penanganan khusus (Martin dan Bustamante, 1993). Bisa

menggunakan mikroskop biasa untuk pengukuran ukuran partikel yang berkisar

0,2µ m sampai 100µm. Dibawah mikroskop tersebut ditempat dimana partikel

terlihat diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut.

Partikel-partikel diukur sepanjang garis tetap yang dipilih secara sembarang. Garis

ini biasanya dibuat horizontal melewati pusat partikel (Martin, 1993). Kerugian

dari metode mikroskopik adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya dua

dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada

perkiraan yang diperoleh untuk mengetahui ketebalan partikel dengan memakai

(34)

agar mendapatkan suatu perkiraan yang baik dari distribusi, sehingga metode ini

membutuhkan waktu dan ketelitian. Namun pengujian mikroskopik dari suatu

sampel harus selalu dilaksanakan bahkan jika digunakan metode analisis ukuran

partikel lainnya, karena adanya gumpalan dan partikel-partkel lebih dari satu

komponen seringkali bisa dideteksi dengan menggunakan metode mikroskopik

(Martin, 1993).

K. Keterangan Empiris

Radiasi sinar UV yang masuk sampai ke permukaan bumi (UVA dan

UVB) dapat menimbulkan efek yang berbahaya bagi tubuh. Salah satu langkah

untuk mengurangi efek ini adalah dengan menggunakan UV protection.

Senyawa karotenoid seperti beta karoten dalam wortel (Daucus carota,

L.) berperan penting sebagai prekursor vitamin A dan antioksidan. Beta karoten

sebagai antioksidan banyak digunakan untuk pencegahan dan pengobatan

penyakit yang berhubungan dengan stres oksidatif. Penggunaan wortel sebagai

minuman segar atau -karotendalam suplemen oral telah terbukti berperan dalam

mempertahankan sistem imun dan antioksidan, tetapi belum diketahui efikasinya

pada aplikasi topikal. Kandungan karotenoid akan lebih banyak terendapkan

apabila dilakukan sentrifugasi. Oleh karena itu, perlu dikembangkan sediaan

topikal endapan perasan wortel sebagai UV protection.

Produk UV protection yang baik seharusnya mudah dan praktis, nyaman,

aman, dan efektif saat digunakan. Oleh karena itu, diperlukan suatu bentuk

sediaan yang memenuhi persyaratan mutu. Penelitian ini membuat sediaan UV

(35)

Dalam penelitian ini dilakukan optimasi formula gel dengan bahan

endapan perasan wortel yang menggunakan propilen glikol dan sorbitol sebagai

humectant dengan metode simplex lattice design. Humektan dimaksudkan untuk

mencegah hilangnya lembab dari produk dan meningkatkan jumlah air

(kelembaban) pada lapisan kulit terluar saat produk digunakan (Loden, 2001).

Humektanmembantu menjaga kelembaban kulit dengan cara menjaga kandungan

air pada lapisan stratum corneum serta mengikat air dari lingkungan ke kulit

(Rawlings et al., 2002). Pemakaian kombinasi humektan dilakukan untuk

mendapatkan sediaan gel dengan sifat fisik yang baik. Sifat fisik dan stabilitas

formula dilihat dari formula yang memiliki daya sebar, viskositas, dan pergeseran

viskositas tertentu, dimana saat pengaplikasian pada kulit mampu menyebar

secara merata sehingga menjamin pemerataan dosis (efektif). Nilai SPF invitro

didapatkan melalui pengukuran serapan endapan perasan umbi wortel

(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni menggunakan

metode simplex lattice design dan bersifat eksploratif, yaitu mencari formula

optimum sediaan UV protection endapan perasan umbi wortel.

B. Variabel dalam Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi komposisi humectant yaitu

sorbitol dan propilen glikol.

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik gel yang meliputi

daya sebar, viskositas, dan pergeseran viskositas setelah penyimpanan selama

satu bulan.

3. Variabel pengacau terkendali

Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah kecepatan dan lama

pengadukan, metode pembuatan gel.

4. Variabel pengacau tak terkendali

Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu dan

kelembaban ruangan.

(37)

C. Definisi Operasional

1. Endapan perasan umbi wortel adalah endapan perasan umbi wortel (juice)

hasil sentrifugasi 4000 rpm selama 15 menit yang telah diberikan pengawet

metil paraben 0,2%.

2. Sifat fisik gel adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas

fisik gel, meliputi daya sebar, viskositas, dan pergeseran viskositas selama

penyimpanan satu bulan.

3. Daya sebar yang optimum adalah daya sebar geldengan diameter penyebaran

dengan range diameter 3 cm – 5 cm.

4. Viskositas optimum adalah viskositas yang mempunyai nilai berkisar antara

310 dPa.s sampai 320 dPa.s.

5. Pergeseran viskositas optimum adalah selisih viskositas gel setelah disimpan

selama 1 bulan ( 2) pada suhu kamar dengan viskositas segera setelah

pembuatan yang telah dirata-rata ( 1), dibandingkan dengan viskositas segera

setelah pembuatan. Pergeseran viskositas dihitung menurut rumus:

100%

-1 1 2

× =

as

viskosit (5)

Pergeseran viskositas yang optimum dalam penelitian ini adalah 5 %.

6. Komposisi optimum adalah range komposisi humektan yang menghasilkan

gel dengan daya sebar 3 cm – 5 cm, viskositas 310 dPa.s – 320 dPa.s, dan

(38)

7. Contour plot adalah profil respon daya sebar, viskositas, dan pergeseran

viskositas gel UV protection.

8. Contour plot superimposed adalah gabungan dari semua contour plot yang

dapat digunakan untuk menentukan ada tidaknya prediksi komposisi formula

optimum gel UV protection.

D. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah perasan umbi wortel

(Daucus carota, L.), hexan (kualitas p.a.), aseton (kualitas p.a.), sorbitol (kualitas

farmasetis), propilen glikol (kualitas farmasetis), Carbopol® 940 (kualitas

farmasetis), aquadest, standar beta caroten E. Merck®, triethanolamine (TEA).

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas

(PYREX-GERMANY), juicer (Miyako), mixer (Phillips) dengan kecepatan 400 rpm,

Viscotester seri VT 04 (RION-JAPAN), Spectrophotometer UV–Vis GenesysTM

10 (THERMOSPECTRONIC-USA), Spectrophotometer UV–Vis Perkin-Elmer λ

20, lemari pendingin (Refrigerator Toshiba).

E. Tata Cara Penelitian

1. Ekstraksi beta karoten dalam endapan perasan umbi wortel (Daucus

carota, L.)

Dicuci bersih wortel segar dan dipotong – potong untuk

mempermudah proses, lalu ditimbang kurang lebih 1 kg wortel kemudian

(39)

Kemudian hasil saringan dipisahkan dengan sentrifugasi kecepatan 4000 rpm

selama 15 menit sehingga didapatkan filtrat dan endapan wortel. Diambil

bagian endapan sebagai zat aktif dari gel UV protection wortel.

Ditimbang seksama 0,50 gram endapan perasan wortel lalu dilarutkan

dengan 2 x 25 mL aseton dan distirrer dengan kecepatan 700 rpm selama 5

menit. Hasilnya disaring dengan kertas saring dan diletakkan dalam

Erlenmeyer. Sisa endapan ditambahkan 25 mL heksan dan distrirrer selama 1

menit. Fase aseton dihilangkan dengan 5 x 100 mL aquadest dalam corong

pisah 250 mL. Fraksi heksan (lapisan atas) diambil, lalu dimasukkan dalam

labu ukur 25 mL kemudian ditambahkan pelarut (aseton : heksan = 1:9)

sampai tanda (Anonim, 1995). Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali.

2. Penetapan kadar beta karoten dalam endapan perasan wortel secara

spektrofotometri

a. Pembuatan larutan induk beta karoten

Ditimbang seksama 10,0 mg baku beta karoten, lalu masukkan ke

dalam beaker glass dan dilarutkan dengan pelarut aseton : heksan (1:9),

diaduk hingga larut sempurna. Kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur

25 mL dan diencerkan dengan pelarut aseton : heksan (1:9) hingga tanda.

b. Pembuatan larutan intermediet beta karoten

Diambil 2,5 mL larutan induk beta karoten, lalu dimasukkan ke

dalam labu ukur 25 mL dan diencerkan dengan pelarut aseton : heksan

(40)

c. Pembuatan seri larutan baku beta karoten 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm

Diambil 1,25; 2,50; 3,75; 5,00; dan 6,25 mL larutan intermediet

beta karoten, masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan

diencerkan dengan pelarut aseton : heksan (1:9) hingga tanda.

d. Penentuan panjang gelombang maksimum baku beta karoten

Scanning serapan larutan baku beta karoten 2, 6, dan 10 ppm pada

panjang gelombang 390 – 500 nm. Tentukan panjang gelombang saat

serapan maksimum beta karoten dari spektrogram yang diperoleh. Panjang

gelombang saat serapan maksimum ditandai dengan nilai serapan yang

paling besar.

e. Pengukuran seri larutan baku beta karoten

Seri larutan baku beta karoten 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm diukur pada

panjang gelombang maksimum yang didapat, dimulai dari konsentrasi

yang paling kecil. Kemudian dibuat persamaan regresi linier antara

konsentrasi dengan absorbansi (Y = bX + a).

f. Penetapan kadar beta karoten dalam endapan perasan wortel

Pengukuran absorbansi sampel endapan perasan wortel dari hasil

ekstraksi diukur pada panjang gelombang serapan maksimum. Kadar beta

karoten dalam endapan perasan wortel dihitung berdasarkan persamaan

(41)

3. Prediksi nilai SPF endapan perasan wortel pada spektra UV

a. Scanning serapan pada panjang gelombang 365 nm

Timbang 0,04 g endapan perasan wortel. Larutkan dalam

kloroform hingga 25 mL, kemudian diukur serapannya pada panjang

gelombang 365 nm.

b. Penentuan dan pengukuran serapan ekstrak endapan

Dari hasil scanning serapan pada 365 nm, serapan yang didapat

dihitung sebagai nilai SPF, menggunakan rumus:

T

4. Optimasi proses pembuatan gel UV protection

a. Formula Clear Aqueous Gel with Dimethicone (Allen, 2005)

Water 59,8 %

Carbomer 934 0,5 %

Triethanolamine 1,2

Glyceryn 34,2

Propylene glycol 2,0

(42)

Dalam optimasi formula ini dilakukan modifikasi formula dengan

variasi komposisi humektan menggunakan metode Simplex Lattice Design.

Formula yang diperoleh untuk 100 g gel adalah sebagai berikut:

Tabel I. Formula Simplex Lattice Design

Formula I II III IV V

Sorbitol 48 g 36 g 24 g 12 g 0

Propilen glikol 0 12 g 24 g 36 g 48 g

Carbopol® 940 1 g 1 g 1 g 1 g 1 g

Trietanolamin 0,5 g 0,5 g 0,5 g 0,5 g 0,5 g

Aquadest 50,34 g 50,34 g 50,34 g 50,34 g 50,34 g

Endapan perasan

wortel 0,16 g 0,16 g 0,16 g 0,16 g 0,16 g

b. Pembuatan gel

Carbopol dimasukkan ke dalam aquadest dan diaduk dengan kecepatan

400 rpm selama 10 menit (campuran 1). Di tempat yang berbeda, campur

humektan propilen glikol dan sorbitol menggunakan mixer dengan

kecepatan 200 rpm selama 5 menit (campuran 2). Masukkan campuran 2

ke dalam campuran 1 sambil terus diaduk sampai homogen dengan

kecepatan 400 rpm selama 5 menit. Tambahkan pula endapan perasan

umbi wortel yang digunakan. Terakhir tambahkan trietanolamin yang ada.

5. Uji sifat fisik dan stabilitas gel UV protection endapan perasan wortel

a. Uji daya sebar

Uji daya sebar sediaan gel UV protection perasan umbi wortel dilakukan

48 jam setelah pembuatan dengan cara : gel ditimbang seberat 0,5 gram,

diletakkan di tengah kaca bulat berskala. Di atas gel diletakkan kaca bulat

(43)

kemudian dicatat diameter penyebarannya (Garg, Aggarwal, dan Singla,

2002).

b. Uji viskositas

Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscotester Rion seri VT 04

dengan cara : gel dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada portable

viscotester. Viskositas gel diketahui dengan mengamati gerakan jarum

penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan dua kali, yaitu (1) 48 jam setelah gel

selesai dibuat dan (2) setelah disimpan selama 1 bulan untuk uji stabilitas

(Instruction Manual Viscotester VT-03E/VT-04E).

6. Uji Mikromeritik

Penentuan ukuran partikel dengan metode mikroskopi, dengan alat mikroskop.

Sebelum pengukuran terlebih dahulu dilakukan kalibrasi lensa mikroskop.

Pengamatan ukuran partikel sebanyak 500 partikel dari gel UV protection

(Martin, 1993).

F. Analisis Hasil

Data daya sebar, viskositas, dan pergeseran viskositas yang terkumpul

dianalisis dengan pendekatan Simplex Lattice Design untuk menghitung koefisien

a, b, ab sehingga didapatkan persamaan Y= a(XA) + b(XB) + ab(XA) (XB). Dari

persamaan ini didapatkan profil sifat fisik untuk menentukan formula yang paling

optimal. Data kuantitatif yang diperoleh dari uji sifat fisik dianalisis secara

(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Endapan Perasan Umbi Wortel

Umbi wortel (Daucus carota, L.) dipilih berdasarkan bentuk dan ukuran

yang seragam. Wortel dicuci bersih di bawah air mengalir untuk menghilangkan

kotoran-kotoran yang masih menempel. Setelah kering, wortel dipotong – potong

untuk mempermudah proses, lalu ditimbang kurang lebih 1 kg wortel kemudian

dijus menggunakan juicer. Hasil jus disaring menggunakan saringan teh.

Penyaringan bertujuan memisahkan ampas-ampas kasar hasil juice. Kemudian

hasil saringan dipisahkan dengan sentrifugasi kecepatan 4000 rpm selama 15

menit sehingga didapatkan filtrat dan endapan wortel. Diambil bagian endapan

sebagai bahan aktif dari gel UV protection wortel.

B. Ekstraksi Beta Karoten dalam endapan Perasan Wortel

Prosedur kerja ekstraksi beta karoten dalam sayuran segar berdasarkan

AOAC dengan modifikasi. Pelarut yang digunakan adalah perbandingan aseton :

heksan (1:9). Heksan bersifat non polar seperti beta karoten sehingga beta karoten

tertarik ke dalam fraksi heksan. Sampel endapan wortel diekstrak dengan 2 x 25

mL aseton dan 25 mL heksan. Hasil ekstraksi disaring dan ditampung dalam

Erlenmeyer. Aseton digunakan untuk menyari senyawa polar, sedangkan heksan

digunakan untuk menyari senyawa non polar yang terdapat di dalam endapan

perasan wortel.

(45)

Fase aseton dihilangkan dengan pencucian aquadest dalam corong pisah,

penggojogan selama 2 menit karena fase aseton akan larut ke air, sedangkan yang

tersisa hanya fraksi heksan saja. Kemudian fraksi heksan diambil dan

ditambahkan pelarut aseton : heksan (1:9) sampai tanda. Hal ini bertujuan

penyeragaman volume dalam perhitungan kadar, kemudian ditetapkan kadar beta

karoten menggunakan spektrofotometri visibel.

C. Penetapan Kadar Beta Karoten dalam Endapan Perasan Wortel

Penetapan kadar beta karoten bertujuan mengetahui kadar beta karoten

dalam endapan perasan wortel. Beta karoten digunakan sebagai senyawa identitas

dari wortel. Sebagai standar digunakan beta karoten dari E Merck®. Panjang

gelombang maksimum adalah panjang gelombang dimana senyawa memberikan

serapan paling besar. Scanning dilakukan pada konsentrasi 2 ppm, 6 ppm, dan 10

ppm dengan Spektrofotometer Genesis 10, diperoleh panjang gelombang serapan

maksimum beta karoten 452 nm.

Panjang gelombang serapan maksimum beta karoten dalam aseton :

heksan (1:9) adalah 436 nm (Anonim, 1995b). Perbedaan panjang gelombang

yang diperoleh ini dapat dikarenakan adanya perbedaan kondisi percobaan yang

(46)

Tabel II. Kurva baku beta karoten dengan Spektrofotometer Genesis10

Replikasi I Replikasi II Replikasi III

Kadar

Persamaan ketiga kurva baku memiliki nilai regresi lebih besar daripada

r tabel dengan taraf kepercayaan 95%. Dapat disimpulkan bahwa ketiga

persamaan linier. Persamaan yang digunakan adalah y = 0,15912 x – 0,0761

karena memiliki nilai r paling mendekati ±1.

Kurva Baku Beta Karoten replikasi II

y = 0,1591x - 0,0761

Gambar 6. Kurva baku Beta Karoten I

Penetapan kadar beta karoten dalam endapan perasan wortel

menggunakan panjang gelombang 452 nm. Dari perhitungan diperoleh kadar beta

karoten rata-rata dalam 1 gram endapan perasan wortel sebesar 1,62329 ±

(47)

Tabel III. Jumlah beta karoten dalam 1 g endapan perasan wortel dengan Spektrofotometer Genesis10

Replikasi Jumlah beta karoten (mg) x ± SD CV (%)

1 1,59913

2 1,64768

3 1,64307

1,62329 ± 0,02230 1,37351

D. Penetapan Nilai SPF

Nilai SPF menggambarkan kemampuan suatu produk melindungi kulit

dari eritema yang disebabkan paparan sinar matahari (Stanfield, 2003). Penetapan

nilai SPF dilakukan dengan menghubungkan antara serapan dan SPF.

Dalam penetapan nilai SPF dilakukan tahap scanning panjang

gelombang dan penetapan konsentrasi untuk SPF sediaan. Scanning tersebut

bertujuan melihat serapan endapan perasan wortel pada range panjang gelombang

UV. Dari hasil scanning diketahui bahwa endapan perasan wortel memberikan

serapan pada range panjang gelombang UV 250 – 400 nm sehingga endapan

perasan wortel ini dapat digunakan sebagai UV protection.

(48)

Gambar 8. Scanning panjang gelombang baku beta karoten, pelarut kloroform

Penetapan konsentrasi untuk SPF sediaan menggunakan rumus hubungan

antara serapan dengan SPF menurut Walters (1997) :

=

SPF 1 log

-A 10 = log10SPF

Penetapan nilai SPF dilakukan dengan mengukur serapan endapan perasan

wortel dalam pelarut kloroform pada panjang 365 nm. Pemilihan panjang

gelombang 365 nm disesuaikan dengan lampu UV untuk uji efikasi gel UV

protection endapan perasan umbi wortel secara in vivo. Beta karoten sangat larut

dalam kloroform, UV cut off kloroform di bawah 250 nm (Anonim, 1989)

sehingga pelarut kloroform tidak akan mengganggu serapan beta karoten pada

scanning panjang gelombang 250 – 400 nm.

Nilai SPF dibuat mendekati 15 agar dapat memberikan proteksi terhadap

sunburning. Kadar beta karoten 64,93160 ppm memberikan nilai SPF yang

diinginkan yaitu 11,924. Dalam 1 gram endapan perasan wortel terdapat beta

(49)

Tabel IV. Hasil Pengukuran SPF endapan perasan wortel

Serapan (A) SPF

Replikasi Replikasi

Kadar beta karoten

(ppm) 1 2 3 1 2 3

SPF

rata-rata

51,94528 0,919 0,985 0,904 8,299 9,661 8,017 8,659

64,93160 1,152 1,038 1,028 14,191 10,914 10,666 11,924

Jumlah endapan dalam 200 g sediaan gel UV protection endapan perasan

wortel untuk menghasilkan SPF 11,924 adalah 8 gram. Sediaan gel UV protection

endapan perasan wortel yang dihasilkan kurang baik dan tidak acceptable secara

estetika karena warna sediaan gel yang terlalu pekat. Untuk menghasilkan sediaan

gel yang acceptable, maka nilai SPF diturunkan sehingga jumlah beta karoten

pada endapan perasan wortel diturunkan menjadi 0,32 gram dalam 200 g sediaan

gel dengan nilai SPF invitro menjadi 1,328.

Penetapan kadar beta karoten selalu dilakukan untuk mendapatkan jumlah

endapan yang akan dimasukkan dalam formula. Hal ini dilakukan karena kadar

beta karoten pada setiap wortel berbeda sehingga harus diketahui jumlah beta

karoten yang dimasukkan ke dalam formula.

Gambar 9. Scanning panjang gelombang larutan baku beta karoten

(50)

Scanning dilakukan pada konsentrasi 2 ppm, 6 ppm, dan 10 ppm

menggunakan Spektrofotometer UV-Vis Perkin-Elmer λ 20, diperoleh panjang

gelombang serapan maksimum beta karoten 452,2 nm.

Tabel V. Kurva baku beta karoten dengan Spektrofotometer UV-Vis Perkin-Elmer λλλλ 20

Replikasi I Replikasi II Replikasi III

Kadar

Persamaan ketiga kurva baku memiliki nilai regresi lebih besar daripada r

tabel dengan taraf kepercayaan 95%. Dapat disimpulkan bahwa ketiga persamaan

linier. Persamaan yang digunakan adalah y = 0,15927 x + 0,00890 karena

memiliki nilai r paling mendekati ±1.

Kurva Baku Beta Karoten replikasi I

y = 0,1593x + 0,0089

(51)

Tabel VI. Jumlah beta karoten dalam 1 g endapan

Replikasi Jumlah beta karoten (mg) x ± SD CV (%)

1 1,79115

2 1,81312

3 1,75820

1,78749 ± 0,02764 1,54630

Pada penelitian, jumlah beta karoten dalam sediaan gel untuk filtrat dan

endapan dibuat setara untuk menyamakan jumlah beta karoten yang ada pada

sediaan gel filtrat dan endapan perasan wortel. Dengan demikian, endapan perasan

wortel yang dibutuhkan dalam 100 g gel adalah 0,16 g dengan nilai SPF 1,328.

E. Sifat Fisik dan Stabilitas Gel

Sifat fisik yang diukur dari sediaan gel UV protection ini adalah daya

sebar dan viskositas. Stabilitas sediaan dilihat dari pergeseran viskositas setelah

gel disimpan selama satu bulan. Pengukuran daya sebar dilakukan dengan

mengukur diameter penyebaran gel rata-rata pada 6 kali pengukuran pada kaca

bulat berskala. Gel diletakkan diatas kaca bulat berskala kemudian ditutup dengan

kaca bulat lainnya dan diberi beban sehingga total massa beban penutup 125

gram. Satu menit kemudian, dilakukan pengukuran diameter penyebaran gel.

Daya sebar yang baik menjamin pemerataan gel saat diaplikasikan pada kulit.

Nilai daya sebar yang direkomendasikan untuk sediaan semistiff yaitu 5 cm.

Semakin besar daya sebar, maka viskositas sediaan semipadat semakin kecil

(Garg et al., 2002). Daya sebar yang diinginkan adalah 3 – 5 cm.

Pengukuran viskositas segera setelah pembuatan sediaan menunjukkan

(52)

selama satu bulan menunjukkan kestabilan gel. Apabila tidak terjadi pergeseran

viskositas setelah penyimpanan, dapat dikatakan gel memiliki stabilitas yang baik.

Pengukuran dilakukan dengan alat Viscotester seri VT 04 (RION-JAPAN)

dan dilakukan 48 jam setelah pembuatan gel agar pengukuran viskositas tidak

dipengaruhi oleh proses pembuatan gel karena sifat pseudoplastic gel sehingga

konsistensi gel lebih stabil dibandingkan dengan pengukuran viskositas langsung

setelah pembuatan. Viskositas yang diinginkan adalah 310 – 320 dPa.s. Persen

pergeseran viskositas gel yang diinginkan sebesar < 5%.

Tabel VII. Hasil pengukuran sifat fisik gel

Formula Daya Sebar

(cm)

dapat menyebar dengan baik pada kulit. Daya sebar merupakan karakteristik

penting dalam formulasi dan berperan dalam kemudahan pengaplikasian,

pengeluaran dari wadah, dan paling penting dalam mempengaruhi penerimaan

(53)

nilai viskositas suatu formula. Semakin rendah nilai viskositasnya, maka daya

sebar suatu formula semakin tinggi.

Dari hasil penelitian diperoleh (tabel VII) formula gel dengan daya sebar

terbesar adalah formula IV (75% propilen glikol: 25% sorbitol), sedangkan daya

sebar terkecil adalah formula I (100% sorbitol). Dilihat dari nilai daya sebar

sorbitol yang rendah, maka dengan adanya kombinasi dengan propilen glikol

diharapkan daya sebarnya menjadi lebih tinggi.

2.Viskositas

Hasil penelitian didapatkan viskositas terbesar adalah formula III (50%

propilen glikol : 50% sorbitol), sedangkan viskositas terkecil adalah formula IV

(75% propilen glikol: 25% sorbitol). Dengan adanya kombinasi propilen glikol

dan sorbitol ini, nilai viskositas dapat sesuai dengan yang diharapkan.

Propilenglikol cenderung memiliki viskositas yang tinggi sehingga kurang

nyaman saat diaplikasikan dan sorbitol bersifat lebih higroskopis sehingga dapat

menurunkan viskositas sediaan gel. Nilai simpangan deviasi (SD) tiap formula

sangat besar kemungkinan dikarenakan pada percobaan tidak dilakukan

replikasi, tetapi hanya pengulangan pada bahan formula yang sama atau dapat

dikarenakan sifat gel yang pseudoplastik dimana gel akan semakin encer dengan

adanya peningkatan shearing stress.

Apabila dihubungkan viskositas dengan daya sebar, seharusnya semakin

tinggi viskositas, maka gel akan sukar menyebar, sedangkan jika semakin

rendah viskositas, maka gel akan semakin mudah menyebar saat dioleskan ke

(54)

IV (75% propilen glikol : 25% sorbitol) gel dengan viskositas paling rendah,

memiliki daya sebar paling besar.

3.Pergeseran Viskositas

Dari hasil penelitian diperoleh (tabel VII) formula gel dengan persen

pergeseran terkecil adalah formula IV (75% propilen glikol : 25% sorbitol),

sedangkan persen pergeseran terbesar adalah formula III (50% propilen glikol :

50% sorbitol). Adanya penambahan komposisi tertentu propilen glikol membuat

pergeseran viskositas gel lebih kecil, jika dibandingkan dengan penggunaan

sorbitol atau propilen glikol saja. Formula IV paling stabil dibandingkan dengan

formula lain, jika dilihat dari persen pergeseran viskositasnya setelah

penyimpanan 1 bulan.

Nilai simpangan deviasi (SD) tiap formula cukup besar kemungkinan

dikarenakan perhitungan persen pergeseran viskositas mengacu pada viskositas

gel awal atau juga dikarenakan sifat gel yang pseudoplastik dimana gel akan

semakin encer dengan adanya peningkatan shearing stress.

Informasi mengenai pH sediaan gel UV protection endapan perasan wortel

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel VIII. Uji pH gel UV protection

Formula I II III IV V

Nilai pH 5,58 5,81 5,59 5,53 5,79

Nilai pH sediaan berkisar antara 5,53 – 5,81 dimana pH tersebut

(55)

Sulistyarini, 2000) sehingga sediaan gel UV protection tersebut acceptable dan

tidak akan mengiritasi kulit. Stabilitas karotenoid berada pada rentang pH 2 – 8

(Knehr, 2006). Nilai pH untuk menghasilkan viskositas dan kejernihan yang

acceptable dimulai dari pH 4,5-5 dan dapat mencapai pH 11 (Allen, 2005).

F. Uji Mikromeritik Gel

Uji mikromeritik bertujuan melihat ukuran partikel endapan perasan

wortel apakah sesuai dengan persyaratan untuk sediaan topikal. Ukuran partikel

untuk sediaan topikal harus seragam, sekurang-kurangnya lolos ayakan No.

100-mesh (149 µ m). Ukuran partikel harus kecil dimana tidak akan mengiritasi bila

diaplikasikan ke kulit (Allen, 2002). Dari hasil pengamatan, rata-rata ukuran

partikel endapan perasan wortel adalah 10,74 µm, berarti standar ukuran partikel

untuk sediaan topikal telah terpenuhi.

Tabel IX. Hasil pengukuran partikel gel UV protection

Formula III Percobaan

diameter terkecil 2,50

diameter terbesar 31,25

frekuensi 500

diameter rata-rata (µm) 10,74

modus 6,8135

Grafik distribusi partikel (gambar 9) akan mempermudah dalam melihat

(56)

Grafik Distribusi Partike l

Gambar 11. Grafik distribusi ukuran partikel gel UV protection endapan perasan wortel

G. Optimasi Formula

Setelah dilakukan uji sifat fisik dan stabilitas gel, selanjutnya dilakukan

optimasi formula berdasarkan contour plot dari persamaan simplex lattice design.

Optimasi formula dilakukan untuk mendapatkan formula yang optimum, yaitu

formula yang memenuhi karakteristik bentuk sediaan yang baik sesuai dengan

yang dikehendaki. Dari grafik SLD sifat fisik dan stabilitas dapat ditentukan

komposisi optimum berdasarkan respon yang dikehendaki. Untuk mendapatkan

komposisi optimum formula gel UV protection, contour plot masing-masing uji

digabungkan dalam contour plot super imposed.

Optimasi formula gel UV protection meliputi sifat fisik, yaitu daya sebar

dan viskositas serta stabilitas yang dilihat dari pergeseran viskositas setelah

penyimpanan selama satu bulan. Viskositas yang tinggi mempersulit pengemasan

maupun pengeluaran sediaan dari pengemasnya. Daya sebar yang rendah dapat

mempersulit pemerataan sediaan pada saat aplikasi. Formula optimum gel

sunscreen yang didapat dari hasil optimasi diharapkan memiliki viskositas yang

(57)

terhadap stabilitas, diharapkan pergeseran viskositas yang terjadi adalah

seminimal mungkin.

Analisis yang dilakukan meliputi analisis simplex lattice design dan

analisis statistik uji–F dengan taraf kepercayaan 95%. Simplex lattice design untuk

mengetahui persamaan dari hasil percobaan sifat fisik dan stabilitas, sedangkan

uji-F dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan SLD tersebut regresi dengan

data pengamatan atau tidak. Persamaan yang regresi digunakan untuk menentukan

daerah optimum.

1. Daya Sebar

Persamaan simplex lattice design daya sebar gel yang diperoleh adalah

Y= 3,68 (X1) + 4,10 (X2) + 1,03 (X1)(X2). Setelah diuji regresi dengan analisis

statistik varian F ternyata nilai Fhitung (18,7698) lebih besar dari Ftabel (3,3541)

sehingga dapat disimpulkan bahwa respon yang didapatkan dari persamaan

garis, regresi secara statistik dengan respon pengamatan dimana simpangan

antar formula lebih besar daripada simpangan dalam formula masing-masing.

Tabel X. Hasil perhitungan uji F untuk daya sebar gel

SS Derajat bebas Mean of square F hitung

regresi 1,00141 2 0,500705

residual 0,72026 27 0,026676

total 1,72167 29

18,7695

Gel diharapkan dengan mudah menyebar luas tanpa tekanan yang

besar. Pada penelitian ini, formula gel yang optimal diharapkan memiliki daya

sebar yang tidak terlalu kecil juga tidak terlalu besar agar mudah untuk

dioleskan pada kulit. Variasi komposisi propilen glikol dan sorbitol yang

Gambar

Gambar 1. Struktur all-trans �-karoten (Anonim, 1989)
Gambar 2. Struktur umum carbomer (Anonim, 2001)
Gambar 3. Struktur sorbitol (Anonim, 1979)
Gambar 4. Struktur Propilen Glikol (Anonim, 1995a)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari tingkat kepuasan yang telah diketahui setelah evaluasi terhadap situs kampus STMIK Atma Luhur Pangkalpinang dilakukan, ketiga dimensi masing-masing yaitu

Berdasarkan hasil observasi lapang terungkap bahwa kinerja pabrik gula BUMN secara umum makin tidak efisien, yang antara lain disebabkan oleh : (1) Rendahnya rendemen pasokan

Dari hasil tabel temuan studi diatas dapat diketahui penyebab ketidakefektifan Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi didalam melakukan pengendalian pemanfaatan ruang yaitu

Caput nyamuk Anopheles betina (kiri) memperlihatkan antena tipe pilose (A) dan sepasang palpus maksilaris (C) yang hampir sama panjang dengan probosis, dan Anopheles jantan

RTH privat adalah RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman

memenuhi kebutuhan produksi hortikultura, kemudian dikenal sbg TANAH SINTETIK ...

Di lain hal, pemasaran ikan teri nasi kering untuk dalam provinsi masih sangat sulit karena harga jual produk yang cukup tinggi sehingga dapat menjadi ancaman bagi

kolaborasi dengan tim kesehatan lain, merencanakan asuhan, melaksanakan asuhan yang telah direncanakan, mengevaluasi asuhan dan mendokumentasikan dengan metode SOAP