84
Lampiran 1 Tabel luas ruangan bangunan hotel
Total luas bangunan hotel = 11.581.7m2 Keterangan:
SBT = Sistem Bangunan Tinggi NAD = Neufert Architect's Data AJM = A J Metric
ASU = Asumsi SUR = Survei
Lantai Ruang Zona Kapasitas Koefisien Luas (m2) Sumber
Basement
Linen +
Laundry Privat 16 5 82,5 SBT
Main Storage Privat 82,5 1 82,5 ASU
ME staff +
CCTV Privat 20 4,5 88 SBT
Generator Privat 82,5 1 82,5 SBT
Driver's Lounge Publik 48 1 48 ASU
Toilet Publik 20 1 20 NAD
Lantai 1
Resepsionis Publik 8 1.2 10 NAD
Lounge Publik 88 2 176 NAD
Bell-boy
Counter Publik 4 1.5 6 ASU
Back Office Privat 42 4,5 187 NAD
Piano Bar and
Lounge Publik 85 1.5 127,5 ASU
Coffeeshop Publik 500 1.5 750 NAD
Toilet umum Publik 55 1 55 NAD
Loading Dock Semi-publik 1 20 20 ASU
Lantai 2
Restaurant Publik 108 1.5 162 NAD
Meeting Room Semi-publik 30 4 120 SBT
Pre-function
hall publik 110 1 110 SBT
Ballroom Publik 500 1.5 750 SBT
Dapur Privat 64.5 1 64,5 SBT
Gudang Privat 20 1 20 SBT
Toilet Publik 88 1 88 NAD
Lantai 3
Spa & Massage Semi-privat 60 2 132 ASU
Gym Semi-privat 60 2 132 NAD
Kolam renang
+ Bar Semi-privat 150 5 750 AJM
Loker + Kamar
mandi Semi-privat 64 2,5 162 ASU
Lantai 4 - 11
Kamar
Standard Privat 2
30m2/kamar
x 72 kamar 2160 SUR
Kamar Deluxe Privat 2 60m
2 /kamar
x 12 kamar 720 SUR Kamar
Executive Privat 2
92m2/kamar
x 12 kamar 1104 SUR Kamar Suite privat 4 175m
2 /kamar
x 4 kamar 700 SUR + Sirkulasi 30% 2672
Lampiran 2 Tabel luas ruangan bangunan apartemen
Lantai Ruang Zona Kapasitas Koefisien Luas (m2) Sumber
Lantai 1 Resepsionis Publik 10 1,2 12 NAD
Lounge Publik 112,5 2 225 NAD
Meeting room Semi-publik 50 2 100 NAD
Managing
Office Privat 26 4,5 120 NAD
Toilet umum Publik 45 1 45 NAD
Convenience
store Publik 180 1 180 ASU
Mailbox room Privat 90 1 90 ASU
Laundry Privat 20 2 40 NAD
Beauty Shop Privat 40 1 40 ASU
Children
Playground Privat 80 1 80 ASU
Kolam renang Privat 75 4 300 AJM
Cafe Privat 77 1,3 100 NAD
Gym Privat 105 2 210 NAD
Loker + Shower
+ Jacuzzi Privat 108 2,5 270 ASU
Foodcourt Publik 485 1,3 630 NAD
Generator Semi-publik 80 1 80 ASU
Lantai
2-12 Tipe Studio Privat 1-2
53m2/unit x
42 unit 2.226 NAD Tipe 2 kamar Privat 3-4 74m
2 /unit x
168 unit 12.432 NAD Tipe 3 kamar privat 5-6 106m
2 /unit x
76 unit 8.056 NAD + Sirkulasi 30% 7.348
Total 31.471 Total luas bangunan apartemen = 31.360m2
Keterangan:
NAD = Neufert Architect's Data AJM = A J Metric
86
Lampiran 3 Portofolio
DAFTAR PUSTAKA
Anhar, Lucienne. 2001. The Definition of Boutique Hotels, (Online),
(http://www.hospitalitynet.org/news/4010409.html, diakses 18 April 2014)
Bay, Joo-Hwa dan Ong, Boon-Lay. 2006. Tropical Sustainable Architecture. Burlington: Elsevier
Bromberek, Zbigniew. 2009. Eco-resorts: Planning And Design For The Tropics. Burlington: Elsevier
Sinar, Luckman Tengku. 1991. Sejarah Medan Tempo Doeloe. Medan: s.n. National Heritage Board. 2013. Singapore River Trail, (Online),
(http://www.nhb.gov.sg/NHBPortal/Trails/SingaporeRiver/SingaporeRiver-Overview, diakses 10 April 2014)
Archdaily. 2009. The Met/ WOHA, (Online), (http://www.archdaily.com/?p=40378, diakses 20 April 2014)
BAB III
THE NEEDS
Dalam merancang sebuah bangunan, perlu adanya perhitungan mengenai seberapa besar
sebuah bangunan yang akan dibangun supaya bangunan yang dibangun dapat memenuhi
kebutuhan yang diinginkan. Namun, ukuran sebuah bangunan tetap ada batas
maksimalnya, dan hal itu dibatasi oleh peraturan yang ada, misalnya KDB (Koefisien
Dasar Bangunan), GSB (Garis Sempadan Bangunan), dan tinggi maksimal bangunan
yang boleh dibangun dalam kota, yang dalam hali ini perancang merujuk pada KKOP
(Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan).
Berdasarkan data yang diperoleh kelompok perancang, ditemukan bahwa luas lahan yang
dimandatkan kepada kelompok perancang adalah 2hektar. Jika dikalikan dengan
ketentuan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) sebesar 40%, maka luas lahan yang dapat
dibangun adalah seluas 8.000 m2. Ketinggian maksimal bangunan yang disepakati kelompok perancang dan pembimbing adalah 45m, sekitar 11 lantai, yang diambil dari
KKOP (Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan) Lanud Suwondo (ex. Bandara
Polonia Medan). Memang, KKOP terbaru dari Lanud Suwondo masih belum
diperbaharui oleh Pemko Medan, sehingga kelompok perancang masih menggunakan
KKOP Bandara Polonia yang sebenarnya tidak berlaku lagi.
Dari data yang diperoleh kelompok dari website Pemko Medan, jumlah penduduk Kota
Medan pada tahun 2010 adalah sebanyak 2,09 juta jiwa. Dengan asumsi pertumbuhan
mencapai angka 2,4 juta jiwa (Tabel 3.1). Jika diasumsikan 1 keluarga terdiri dari 4
orang, maka jumlah keluarga pada tahun 2020 adalah sebanyak 597.830 keluarga.
Tabel 3.1 Kalkulasi pertumbuhan penduduk Kota Medan
Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)
2010 2.097.610
2011 2.117.224
2012 2.122.804
2013 2.154.646
2014 2.186.965
2015 2.219.770
2016 2.253.066
2017 2.286.862
2018 2.321.165
2019 2.355.983
2020 2.391.322
Berdasarkan data yang diperoleh kelompok perancang dari website Pemko Medan juga,
jumlah rumah di Kota Medan pada tahun 2010 berjumlah 501.712 unit. Jika pertumbuhan
jumlah rumah di Kota Medan sebesar 1% tiap tahunnya, pada tahun 2020, rumah di Kota
Medan akan berjumlah 572.058 unit (Tabel 3.2). Maka, pada tahun 2020, bisa
diprediksikan bahwa Kota Medan akan mengalami defisit rumah tinggal sebanyak 26.000
18
Tabel 3.2 Kalkulasi pertumbuhan rumah di Kota Medan
Tahun Rumah (unit)
2010 501.712
2011 507.732
2012 513.825
2013 519.991
2014 526.231
2014 532.545
2015 538.936
2016 545.403
2017 551.941
2018 558.571
2019 565.274
2020 572.058
Dari 26.000 keluarga, perancang berasumsi bahwa hanya 10% yang berkehendak untuk
tinggal di apartemen, yaitu sekitar 2.600 keluarga. Selanjutnya, kelompok perancang
memutuskan untuk memenuhi 10% dari 2.600 keluarga tersebut, sehingga jumlah unit
apartemen yang akan perancang bangun adalah sekitar 260 unit. Dari 260 unit hunian
apartemen tersebut, sebanyak 33 unit merupakan bagian dari keluarga kesultanan,
sehingga unit hunian yang dijual untuk publik adalah sebanyak 227 unit. Unit hunian
yang akan dibangun terdiri dari 3 tipe, yaitu tipe studio, tipe 2 kamar tidur dan tipe 3
kamar tidur (Tabel 3.3). Perhitungan jumlah tiap unit hunian menggunakan keluarga
kesultanan sebagai sampel dalam memperoleh koefisien.
Tabel 3.3 Jumlah unit hunian tiap tipe
Tipe unit Unit untuk keluarga
kesultanan Unit untuk publik
3 kamar tidur 12 unit 79 unit
2 kamar tidur 17 unit 120 unit
studio 4 unit 28 unit
Taraf hotel butik yang akan dibangun ditentukan oleh kelompok perancang dengan cara
survei di lingkungan sekitar Komplek Istana Maimun. Dari hasil pengamatan kelompok
perancang, penduduk yang tinggal di sekitar dan di dalam Komplek Istana Maimun
merupakan penduduk dengan tingkat ekonomi menengah. Dari hasil itu, kelompok
perancang sepakat untuk menetapkan bahwa hotel butik yang akan dirancang bertaraf
4-bintang.
Berdasarkan hasil survei kelompok perancang, diperoleh bahwa hotel yang berbintang-4
di Kota Medan sebanyak 11 hotel. Jumlah kamar rata-rata dari 11 hotel tersebut adalah
117 kamar. Berdasarkan data yang diperoleh perancang dari BPS (Badan Pusat Statistik),
tingkat okupansi hotel tiap tahunnya bisa dilihat pada Tabel 3.4
Tabel 3.4 Tingkat okupansi hotel tiap tahun
Tahun Tingkat okupansi tiap tahun
2010 42,81%
2011 42,85%
2012 42,86%
2013 44,01%
Dari data di atas, diperoleh rata-rata tingkat okupansi yaitu 43,13% atau sekitar 51 kamar
dari 117 kamar. Untuk mengatasi lonjakan pengunjung hotel pada musim liburan, maka
jumlah kamar hotel butik yang akan dibangun adalah sebanyak 100 kamar. Dari 100
kamar tersebut, dibagi menjadi 4 jenis kamar, yaitu kamar Standard sebanyak 60 kamar,
BAB IV
THE SEEDS
Telah perancang singgung pada bab Lessons From The Past, bahwa perancang memilih
Old but Gold sebagai judul proyek perancang. Melanjutkan pertanyaan sebelumnya yaitu
bagaimana supaya rancangan perancang bisa membuat Istana Maimun menjadi sebuah
tempat yang bisa dibanggakan dalam sektor pariwisata, sebuah tempat yang orang-orang
ingin mengunjunginya? Pendekatan arsitektural seperti apa yang harus perancang
gunakan supaya bisa menjawab keinginan perancang tersebut?
Perancang menilik kembali tujuan utama dari proyek ini, yaitu membangun hotel butik
dan apartemen. Poin penting dari kedua fungsi bangunan ini adalah kenyamanan yang
diberikan kepada pengguna. Namun, kenyamanan yang diberikan bukan melalui
fasilitas-fasilitas yang ditawarkan oleh hotel, karena jika demikian, hotel butik yang akan
perancang rancang tidak berbeda dengan hotel pada umumnya. Hal ini tentu akan
bertolak belakang pada teori yang perancang bahas pada bab sebelumnya, bahwa hotel
butik harus memberikan kesan unik kepada turis. Karena Indonesia berada di lokasi iklim
tropis, perancang memilih pendekatan arsitektur tropis sebagai pedoman dalam
merancang proyek ini. Melalui penerapan arsitektur tropis, dampak-dampak yang timbul
dari iklim tropis akan teratasi, sehingga menghasilkan kenyamanan yang unik bagi
pengguna, yang pada akhirnya akan membuat para turis ingin mengunjungi dan betah
Bromberek (2009) dalam bukunya yang berjudul Eco-Resorts: Planning and Design for
the Tropics, menuturkan bahwa bangunan pada tempat beriklim tropis dipengaruhi oleh
suhu dan kelembaban, selain itu harus diperhatikan juga dampak dari angin dan curah
hujan. Menurut Bay dan Ong (2006) dalam buku berjudul Tropical Sustainable
Architecture, titik tolak dari arsitektur tropis adalah iklim. Hal termudah yang dapat
dieksplorasi dalam rancangan arsitektur tropis adalah adanya daerah terbuka dan semi
terbuka, beranda dan balkon. Sayangnya, kebanyakan bangunan di daerah tropis saat ini
merupakan pengaruh dari negara beriklim sedang, contohnya Amerika Serikat - di bawah
pengaruh International Style.
Untuk memperjelas persepsi perancang mengenai arsitektur tropis, perancang mencoba
mencari contoh bangunan yang menerapkan pendekatan arsitektur tropis, yaitu The Met,
yang dirancang oleh WOHA, dan terletak di Bangkok, Thailand (Gambar 4.1).
Gambar 4.1 The Met, Bangkok, Thailand (Sumber: www.indesignlive.sg)
Gedung bertingkat tinggi umumnya mengadopsi model bangunan dari negara beriklim
sedang, misalnya Amerika Serikat. Hal ini mengakibatkan apartemen umumnya terlihat
padat, terisolasi dari bagian luar bangunan dan tanpa teritisan. Bangunan dibuat
22
Seharusnya, desain untuk daerah tropis mengambil sisi positif dari iklim tropis. Bangunan
harus mengakomodasi gaya hidup baik di dalam maupun di luar bangunan. Konsep dasar
dari proyek ini adalah untuk menciptakan gaya hidup yang lebih baik untuk kehidupan
untuk tengah kota di daerah tropis. Bentuk bangunan dibuat seolah-olah terpisah sehingga
memungkinkan cahaya untuk masuk dan angin untuk melewati bangunan itu (cross
ventilation, Gambar 4.2). Rongga di antara tower dihubungkan oleh taman yang memiliki
pemandangan ke arah kolam renang dan taman di lantai bawah (Gambar 4.3).
Gambar 4.2 Rongga pemisah bangunan yang memungkinkan cross ventilation (Sumber:
www.dexigner.com,foto oleh: Kirsten Bucher)
Gambar 4.3 Pemandangan ke arah kolam renang dari rongga di antara tower (Sumber:
Tanaman-tanaman yang ditanam pada muka bangunan, balkon dan jembatan penghubung
memberikan kesan sejuk yang natural di tengah Kota Bangkok (Gambar 4.4 dan Gambar
4.5).
Gambar 4.4 Tumbuh-tumbuhan yang ditanam pada muka bangunan (Sumber:
www.archdaily.com,foto oleh: Patrick Bingham-Hall)
Gambar 4.5 Tumbuh-tumbuhan yang ditanam di balkon (Sumber: www.dexigner.com,
foto oleh: Kirsten Bucher)
Desain ini merupakan solusi yang inovatif untuk mengatasi permasalahan kepadatan
penduduk pada kota-kota tropis di Asia dan menawarkan model baru untuk perumahan
tropis di daerah padat penduduk. Konsep dari penghawaan alami, bukaan yang
menghubungkan luar dan dalam bangunan serta bangunan yang memiliki banyak
penghijauan menjadi alternatif yang baik daripada bangunan yang tertutup oleh kaca yang
24
pasif untuk mengurangi pemakaian energi dan membuat lingkungan yang lebih baik.
Overhang pada bangunan ini melindungi seluruh bagian luar bangunan dari panas terik
matahari (Gambar 4.6). Terdapat tumbuh-tumbuhan di bagian timur dan barat bangunan.
Hal ini membantu menyejukkan bangunan sembari meningkatkan kualitas udara melalui
fotosintesis tumbuh-tumbuhan. Cross ventilation tersedia pada semua unit apartemen,
sehingga penggunaan AC hanya sebagai pilihan, bukan sebuah kebutuhan. Taman dan
kolam di lantai dasar menjadi area rekreasi yang menyejukkan dan juga untuk
menampung air hujan.
Gambar 4.6 Overhang balkon melindungi bangunan dari terik matahari (Sumber:
www.archdaily.com,foto oleh: Patrick Bingham-Hall)
Dari studi banding proyek yang menggunakan pendekatan arsitektural yang sama,
perancang memiliki ide untuk mengembangkan konsep dasar untuk proyek pada tugas
Melihat peta garis dari kondisi eksisting Komplek Istana Maimun, banyak sekali
probabilitas atau alternatif konsep rancangan yang bisa diterapkan karena ukuran lahan
yang terbilang cukup luas. Namun, tetap ada beberapa faktor krusial yang mempengaruhi
keputusan rancangan yang akan diterapkan. Sisi negatif dan positif dari tiap alternatif
dipertimbangkan hingga menghasilkan konsep dasar yang perancang pakai dalam
rancangan proyek ini. Konsep dasar dari rancangan perancang bisa dilihat pada Gambar
4.7.
Gambar 4.7 Konsep dasar penzoningan
Pada Gambar 4.7, terlihat sebuah garis putus-putus yang membujur dari utara ke selatan
yang membagi Komplek Istana Maimun menjadi 2 bagian, depan dan belakang. Pada
bagian depan merupakan daerah publik yang terdiri dari area penghijauan dan area parkir
pengunjung. Sedangkan pada bagian belakang merupakan bagian privat di mana
bangunan baru akan dibangun dan area terbuka yang menghubungkan ketiga bangunan
(Istana Maimun, Apartemen, dan Hotel). Dengan pembagian seperti ini, akan lebih
26
terbuka di bagian belakang juga akan menjawab tantangan dalam rancangan arsitektur
tepi sungai. Area terbuka ini akan menjadi area relaksasi dan rekreasi di pinggir sungai.
Selain itu, area ini akan menjadi area pertemuan antara pengunjung Istana Maimun, turis
yang menginap di hotel dan penghuni apartemen, sehingga turis-turis bisa merasakan
keramahan penduduk sekitar, atau bahkan bertukar pengalaman dengan sesama turis.
Penempatan posisi bangunan apartemen di bagian utara dan hotel di bagian selatan
didasari oleh kalkulasi luas lahan yang akan terpakai untuk masing-masing bangunan.
Pada Bab 3, The Needs, hasil kalkulasi menunjukkan bahwa bangunan apartemen ternyata
membutuhkan luas lahan yang lebih besar dibanding bangunan hotel. Oleh karena itu,
perancang menempatkan bangunan apartemen di bagian utara lahan yang memiliki luasan
yang lebih besar dan bangunan hotel di bagian selatan lahan.
Konsep aksesibilitas dan pencapaian kendaraan terbagi menjadi 3 bagian. Pada bagian
depan, dengan harapan menjaga orisinalitas gerbang Komplek Istana Maimun, hanya
ditujukan untuk akses bagi pengunjung Istana Maimun, Sultan, dan tamu-tamu istimewa.
Sehingga tidak ada penambahan pintu masuk di bagian depan komplek. Sementara akses
masuk untuk hotel dan apartemen melalui jalan sekunder di samping komplek. Akses
melalui jalan sekunder ini juga dimaksudkan agar sirkulasi kendaraan di dalam lahan
tidak terlalu banyak, sehingga lahan bisa dimanfaatkan untuk penghijauan.
Bentuk massa bangunan yang akan perancang gunakan dalam rancangan ini mengacu
pada studi banding yang telah perancang telaah pada bagian sebelumnya, yaitu bangunan
The Met. Memperkecil bidang bangunan yang menghadap timur dan barat agar bidang
yang terkena paparan terik matahari juga semakin kecil serta memanfaatkan sisi utara dan
menekan penggunaan energi, salah satunya yaitu koridor bangunan tidak perlu lagi
menggunakan AC serta pencahayaan buatan pada siang hari.
Gambar 4.8 Konsep bentukan massa bangunan
Secara 3 dimensi, bentuk massa bangunan rancangan perancang bisa diilustrasikan seperti
gambar berikut (Gamber 4.9).
Gambar 4.9 Bentuk 3 dimensi konsep massa bangunan dan konsep fasad bangunan
Celah angin pada sisi utara dan selatan bangunan ditutupi dengan kisi-kisi untuk memberi
perasaan privasi kepada pengguna bangunan dan untuk sisi estetika. Balkon-balkon
diletakkan di sisi utara dan selatan supaya pengguna dapat menikmati hembusan angin
28
juga diletakkan tanaman-tanaman kecil yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
udara dan memberi kesan asri pada bangunan.
Dalam rancangan ini, perancang berencana untuk menerapkan sistem penampungan air
hujan, jika di luar negeri, lebih dikenal dengan istilah rain harvesting. Sebenarnya,
kegiatan menampung air hujan ini, lumrah dilakukan oleh penduduk di pedesaan dengan
menggunakan ember atau baskom besar. Namun, hal ini sudah ditinggalkan oleh
penduduk di daerah perkotaan. Mungkin hal ini disebabkan oleh padatnya aktivitas di
pusat kota, sehingga orang-orang tidak begitu peduli lagi dengan hal sepele ini. Dengan
penampungan air hujan ini, prediksi perancang, mampu mengurangi volume air yang
mengalir ke Sungai Deli, sehingga setidaknya bisa mengurangi dampak luapan air sungai
ketika hujan. Air hujan yang ditampung ini kemudian akan dimanfaatkan untuk
menyiram tanaman, kloset, urinoir. Jika disaring lebih jauh, air hujan ini layak dipakai
untuk mandi dan kolam renang. Dengan penggunaan penampungan air hujan, semakin
jelas juga bahwa pemakaian air bersih dari PDAM akan berkurang drastis dan dapat
menekan biaya operasional. Konsep rain harvest secara sederhana dapat dilihat melalui
gambar di bawah (Gambar 4.10).
Air hujan yang berasal dari atap akan disaring terlebih dahulu sehingga debu-debu
maupun partikel kotor tidak memasuki saluran. Selain dari atap, air hujan juga akan
dialirkan dari balkon-balkon bangunan. Selanjutnya, air akan dialirkan ke dalam tangki
penampungan. Dari tangki penampungan, air kemudian disaring dan dialirkan ke tangki
air utama yang kemudian bisa dipakai oleh pengguna melalui kran air, kloset, shower,
dan kolam renang. Ukuran tangki penampungan air hujan ini juga bervariasi, mulai dari
600 galon (2,3kilo liter), sampai 50.000 galon (189kilo liter) (Gambar 4.11).
Gambar 4.11 Contoh instalasi tangki penampungan air hujan bawah tanah (Sumber:
www.rainharvest.com)
Konsep sistem struktur yang perancang terapkan di dalam rancangan ini adalah sistem
struktur 2 arah atau Frame Structure. Sistem struktur ini terdiri dari kolom sebagai
elemen struktur vertikal serta balok dua arah dan pelat lantai sebagai elemen struktur
horisontal. Selain menggunakan balok dan kolom sebagai kerangka bangunan, digunakan
juga core berupa dinding geser yang terbuat dari beton. Penggunaan core dapat
meningkatkan rigiditas bangunan, terutama pada bangunan tinggi, seperti pada rancangan
30
Gambar 4.12 Konsep sistem struktur bangunan
Sistem pondasi yang menurut perancang cocok untuk bangunan dalam rancangan proyek
ini adalah pondasi tiang pancang bore pile (Gambar 4.13). Jenis pondasi ini cocok karena
bangunan yang dirancang cukup tinggi, sehingga membutuhkan gaya gesek tambahan
untuk menopang bangunan. Selain itu, kondisi tanah di pinggir sungai memiliki kadar air
yang cukup tinggi, sehingga mengharuskan pemakaian jenis pondasi dalam.
Setelah menggali berbagai macam konsep-konsep yang akan digunakan di dalam
rancangan perancang, saatnya perancang menerapkan konsep-konsep tersebut ke dalam
rancangan. Blok massa bangunan dapat dilihat pada gambar di bawah (Gambar 4.14)
Gambar 4.14 Rancangan konseptual blok massa dan ruang luar
Sesuai dengan konsep penzoningan pada bagian sebelumnya, bangunan apartemen
diposisikan di bagian utara lahan. Akses keluar-masuk apartemen menggunakan jalan
sekunder di samping site supaya gerbang keluar-masuk lebih dekat ke bangunan
apartemen. Bangunan apartemen dibagi menjadi 2 massa karena penyesuaian besaran luas
lantai yang dibutuhkan, tinggi maksimal bangunan dengan konsep pendekatan arsitektur
tropis, di mana massa bangunan harus ramping pada sisi timur dan barat untuk
meminimalisir paparan panas matahari. Kedua massa bangunan apartemen dipisahkan
oleh innercourt dan kolam renang yang merupakan fasilitas dari apartemen itu sendiri.
32
agar lebih mudah dalam mengontrol keamanan apartemen. Pada bagian timur dari
apartemen juga dibuat sebuah jogging track yang bisa dinikmati baik oleh penghuni
apartemen dan publik. Di sekitaran jogging track ditanami oleh pohon-pohon yang akan
memberikan kesan rindang sekaligus menambah paru-paru kota.
Bangunan hotel terletak di bagian selatan lahan dengan akses masuk dari jalan sekunder
juga. Berbeda dengan bangunan apartemen yang membutuhkan 2 massa, bangunan hotel
hanya membutuhkan 1 massa saja. Bentukan massa untuk hotel juga mengikuti konsep
bentukan massa apartemen yang berbentuk ramping dan memanjang.
Pada bagian timur dari bangunan hotel merupakan tempat parkir kendaraan, mulai dari
roda 2 sampai bus pariwisata. Imbas dari pembuatan tempat parkir yang luas ini
berdampak pada lokasi para pedagang yang berdagang di daerah itu sekarang, mulai dari
penjual suvenir sampai kedai kopi. Tentu saja para pedagang tersebut tidak bisa
"dihilangkan" begitu saja. Para pedagang tersebut akan perancang relokasi ke open space
di bagian belakang Istana Maimun, sehingga daerah di belakang istana menjadi sebuah
street cafe, di mana para pengunjung bisa menikmati suasana di belakang Istana Maimun
sembari menikmati makanan atau minuman mereka. Tiap-tiap bangunan di dalam
komplek ini terhubung oleh selasar, sehingga pengunjung bisa berjalan dengan nyaman
meskipun dalam cuaca panas maupun hujan.
Pada bagian belakang lahan, dibuat sebuah amphitheatre yang menghadap ke arah sungai.
Amphitheatre ini akan menjadi lokasi untuk pertunjukan-pertunjukan, baik pertunjukan
musik Melayu atau pertunjukan drama sejarah kerajaan Deli atau pertunjukan lainnya.
kepada turis-turis asing. Namun, ada sedikit kendala dalam merancang amphitheatre ini,
yaitu berkenaan kepada ketinggian minimal lahan terhadap sungai. Seperti yang kita
ketahui bahwa setiap beberapa tahun sekali, atau bahkan kini hampir setiap tahun, Kota
Medan mengalami banjir yang cukup parah, sehingga harus diantisipasi ketinggian air
sungai yang meluap agar jangan sampai mengakibatkan ada sebagian lahan yang
terendam air banjir. Awalnya, perancang ingin membuat amphitheatre ini agak menurun
dari ketinggian lahan normal, tetapi karena masalah ketinggian yang telah perancang
paparkan tadi, amphitheatre ini dibuat menjadi lebih tinggi. Dengan peninggian
amphitheatre ini, perancang menempatkan kios-kios dan kedai-kedai di bawah
amphitheatre, sehingga bisa menghemat tempat yang bisa dimanfaatkan menjadi street
cafe.
Gambar 4.15 Konsep riverwalk, aphitheatre, kedai dan street cafe
Pengunjung juga bisa menikmati keindahan Istana Maimun dan keasrian taman di
belakang istana dari bagian paling atas dari amphitheatre. Pada bagian depan
amphitheatre bisa menjadi tempat orang-orang menikmati keindahan sungai, jika
memang Sungai Deli telah bersih nantinya. Rancangan seperti ini sesuai dengan ide awal
perancang, yaitu merancang tepi Sungai Deli menjadi sebuat tempat publik di mana
orang-orang bisa melepas kepenatan dengan menikmati pemandangan Sungai Deli.
34
depan peradaban ada di kota, sehingga sekaranglah saatnya untuk merancang sebuah kota
yang baik, yang tidak membuat penduduknya stress, salah satunya yaitu dengan
merancang ruang publik. Saat ini, ruang publik di Kota Medan tergolong sedikit, warga
Kota Medan lebih banyak berekreasi di mall-mall, bukan di taman-taman atau ruang
publik yang kenyataanya lebih efektif dalam menghilangkan stress atau kepenatan. Ruang
publik ini juga akan membuat pengunjung bisa saling berinteraksi, bersosialisasi dengan
sesama. Hal ini bisa mencegah penurunan kemampuan bersosialisasi generasi berikutnya
akibat kemajuan teknologi, salah satunya media sosial. Di mana pada saat sekarang, bisa
dilihat bahwa kebanyakan orang telah larut dalam euforia kehadiran media sosial,
menghabiskan kebanyakan waktunya di media sosial daripada hubungan sosial secara
fisik. Dengan merancang sebuah ruang publik di belakang Istana Maimun, perancang
berharap bisa membantu menciptakan masyarakat Kota Medan yang produktif, peka
terhadap sekitar dan tidak stress.
Gambar 4.16 Penzoningan vertikal bangunan
Pembagian zona di dalam bangunan terlebih dahulu dilakukan secara vertikal (Gambar
yang dapat dijangkau oleh publik atau hanya oleh orang-orang tertentu saja. Pada
bangunan hotel, lantai dasar dan lantai 2 merupakan daerah fasilitas umum hotel, dalam
artian bahwa fasilitas ini bisa diakses oleh pengunjung meskipun tidak menginap di hotel.
Fasilitas pada kedua lantai ini meliputi coffeshop, restoran, meeting room, ballroom, dan
retail-retail. Pada lantai 3 merupakan daerah yang berisi fasilitas hotel yang hanya bisa
dinikmati oleh pengunjung yang menginap di hotel. Fasilitas ini terdiri dari kolam renang,
spa, massage, dan gym. Sedangkan untuk lantai-lantai di atasnya berisi kamar-kamar
hotel. Untuk bangunan apartemen, pada lantai dasar berisi fasilitas apartemen. Beberapa
fasiltias hanya bisa diakses oleh penghuni apartemen, yang terdiri dari kolam renang,
gym, laundry, taman bermain anak-anak dan cafe. Pembatasan akses ini dilakukan dengan
pintu sekuriti otomatis. Fasilitas apartemen yang bisa diakses oleh publik terdiri dari
lounge, convenience store, dan food court. Pada lantai 2 dan selanjutnya berisi unit
hunian yang hanya bisa diakses oleh penghuni apartemen dan jika ada tamu yang hendak
berkunjung harus terlebih dahulu melapor ke resepsionis. Dengan cara ini, keprivasian
BAB V
THE TWIGS
Rancangan skematik merupakan tahapan di mana semua ide-ide rancangan konseptual
dikembangkan menjadi sebuah gambar yang merepresentasikan gambar final rancangan.
Meskipun gambar rancangan skematik belum sempurna, namun gambar skematik sudah
mampu menjelaskan ide realisasi dari luas, perletakan ruang, serta sirkulasi di dalam
bangunan. Di sisi lain, menurut perancang, rancangan skematik cukup mempermudah
kegiatan perancang dalam merancang proyek dari tugas ini, karena revisi-revisi
rancangan lebih mudah dilakukan dalam tahap skematik ini sebelum menjadi gambar
final.
Rancangan denah skematik lantai dasar hotel yang pertama bisa dilihat pada Gambar 5.1.
Seperti yang telah perancang paparkan pada bab sebelumnya, yaitu mengenai
ruangan-ruangan yang berada pada lantai dasar hotel merupakan ruangan-ruangan yang dapat diakses oleh
publik. Ruangan-ruangan tersebut terdiri dari lobby, resepsionis, bar & piano lounge,
retail-retail dan coffeeshop (Gambar 5.1). Akses masuk utama ke hotel melalui bagian
selatan, sehingga ketika pengunjung berjalan mendekati meja resepsionis disuguhkan
pemandangan Istana Maimun melalui dinding kaca di seberang pintu masuk utama.
Pemandangan yang sama juga dapat dinikmati oleh pengunjung ketika berada di bar &
piano lounge. Kantor pengelola berada di belakang resepsionis. Retail-retail yang ada
akan disewakan, dengan target 1 retail untuk agen perjalanan, 1 retail cendera mata, 1
retail untuk apotik kecil. Pintu loading dock berada di bagian selatan. Loading dock ini
berfungsi untuk menurunkan supply bahan-bahan maupun untuk menaikkan
sampah-sampah ke truk. Loading dock ini memiliki akses ke dapur coffeeshop melalui sebuah
koridor. Dari loading dock ini juga bisa menuju ke area servis di basement dan di lantai
atas melalui lift servis.
38
Pada Gambar 5.2, dapat dilihat denah skematik lantai 2 hotel. Pencapaian lantai ini bisa
melalui tangga maupun lift dari lantai 1. Pada lantai ini masih berisi fasilitas yang dapat
diakses oleh publik. Terdapat sbuah restoran, 2 ruang rapat, dan sebuah ballroom dengan
luas 750m2. Ballroom ini memiliki dapur kecil untuk meletakkan makanan catering sebelum dihidangkan kepada tamu di ruang ballroom. Dapur ballroom ini dan dapur
restoran memiliki akses servis ke lift servis, sehingga aktivitas servis bisa dilakukan tanpa
menggangu sirkulasi publik.
Gambar 5.3 Denah skematik lantai 3 hotel
Lantai 3 hotel hanya bisa diakses oleh penghuni hotel. Dapat dilihat pada Gambar 5.3,
pada lantai 3 berisi fasilitas-fasilitas yang hanya bisa dinikmati oleh penghuni hotel.
Fasilitas ini meliputi, kolam renang, massage, fitness center, shower dan locker. Kolam
renang yang ditawarkan berupa infinity pool (Gambar 5.4), sehingga pengunjung bisa
menikmati suasana dan pemandangan dari Istana Maimun dari ujung kolam renang yang
Gambar 5.4 Infinity Pool di Alila Villas, Bali (Sumber: www.1001malam.com)
Gambar 5.5 Denah skematik lantai 4-12 hotel
Pada lantai 4 sampai lantai 12 terdapat kamar-kamar tamu (Gambar 5.5). Kamar tamu
terdiri dari tipe Standard, Deluxe, Executive dan Suite. Masing-masing tipe kamar
memiliki perbedaan fasilitas, baik dari segi luasan, ruangan yang ditawarkan, maupun
40
Maimun dan Sungai Deli. Sedangkan untuk tipe Standard, hanya sebagian yang memiliki
[image:31.595.148.475.161.392.2]view ke arah Istana Maimun.
Gambar 5.6 Denah skematik basement hotel
Pada basement hotel terdapat ruangan-ruangan servis, yang terdiri dari ruang staf ME,
main storage, laundry, generator, dan tangki air bawah (Gambar 5.6). Ruang staf ME
merupakan sebuah ruangan di mana para staff ME beristirahat, bersiap siaga jika sesuatu
terjadi dengan sistem ME hotel, baik itu karena pemadaman listrik maupun
kerusakan-kerusakan lainnya. Main storage merupakan sebuah gudang besar untuk menyimpan
barang-barang yang sedang tidak digunakan. Laundry merupakan tempat untuk mencuci
dan mengeringkan linen, baik linen dari kamar tamu, coffeeshop, ballroom, maupun
seragam pegawai. Ruang tangki air bawah berisi tangki air yang bertindak sebagai
reservoir air untuk menampung air dari PDAM. Selain itu, ruang tangki air juga berisi
boiler untuk memanaskan air. Basement hotel dapat menampung 115 mobil dan 50
Gambar 5.7 Denah skematik lantai dasar apartemen
Rancangan denah skematik awal lantai dasar apartemen dapat dilihat pada Gambar 5.7.
Pada lantai dasar terdapat fasilitas apartemen, yaitu foodcourt, minimarket, laundry,
kolam renang, spa, fitness center dan ruang kotak surat. Pintu masuk utama terletak pada
bagian timur, sedangkan pintu masuk yang lain bisa diakses dari foodcourt yang
mengarah ke taman di belakang Istana Maimun. Foodcourt di apartemen ini akan
mempermudah penghuni apartemen untuk memenuhi kebutuhan makanannya, sehingga
penghuni tidak perlu pergi terlalu jauh untuk mencari makanan. Keberadaan minimarket
juga mempermudah penhuni untuk mencari kebutuhan sehari-hari. Leasing space juga
disediakan pada lantai dasar apartemen, dengan pertimbangan bahwa ruangan tersebut
akan disewa oleh bank, sehingga dengan adanya sebuah bank, aktivitas perbankan
42
Gambar 5.8 Denah skematik lantai 2-12 apartemen
Pada lantai 2 sampai 12 apartemen terdapat unit-unit hunian (Gambar 5.8). Unit hunian
terbagi menjadi 3 tipe, yaitu tipe 1 kamar tidur atau disebut juga sebagai tipe studio, tipe
2 kamar tidur dan tipe 3 kamar tidur. Tipe studio seluas 45m2, tipe 2 kamar tidur seluas 63m2, dan tipe 3 kamar tidur seluas 90m2.
Basement apartemen mampu menampung 250 mobil dan 55 sepeda motor (Gambar 5.9).
Pada basement apartemen tidak terdapat banyak ruangan servis seperti hotel, hanya
terdapat tangki air bawah yang terbagi menjadi 2 bagian dikarenakan jumlah tower
apartemen yang ada adalah sebanyak 2 buah.
Semua desain pasti akan mengalami revisi. Di dalam dunia lapangan, sebuah desain akan
dikonsultasikan dengan berbagai pihak, mulai dari klien, ahli struktur, hingga kontraktor,
sehingga akhirnya dihasilkan sebuah dokumen kerja yang akan direalisasikan. Dalam
proyek tugas ini, perancang mengkonsultasikan desain perancang dengan dosen
pembimbing dan arsitek profesional. Berbagai macam hal dari segala aspek dibahas untuk
dianalisa mengenai masalah serta kekurangan dari desain awal perancang. Permasalahan
utama yang menurut perancang lebih banyak dihadapi adalah mengenai penempatan
ruangan dan sirkulasi pengguna. Revisi demi revisi dilakukan sehingga menghasilkan
44
Gambar 5.10 Ground Plan
Terlihat pada Gambar 5.10, perubahan yang jelas terlihat adalah akses masuk hotel dan
apartemen. Pada konsep awal, akses masuk ke masing-masing bangunan adalah melalui
jalan ekunder di samping site. Dikarenakan beberapa hal, salah satunya yaitu selling
value yang rendah jika akses masuk melalui jalan sekunder, perancang mengubah akses
masuk menjadi dari timur, yaitu dari Jalan Brigjen. Katamso. Pada bagian apartemen,
Gambar 5.11 Denah lantai dasar hotel
Dengan perubahan akses masuk hotel yang berubah menjadi di bagian timur, secara tidak
langsung juga mempengaruhi posisi pintu masuk utama hotel. Posisi pintu masuk hotel
berpindah ke bagian timur (Gambar 5.11). Pengunjung hotel tetap disuguhkan
pemandangan dari Istana Maimun dari bagian kanan mereka ketika memasuki hotel.
Letak resepsionis juga berpindah menjadi ke bagian selatan, di sebelah core bangunan.
Perubahan posisi ini juga memaksimalkan view ke arah Istana Maimun di bagian utara
hotel, sehingga bagian ruangan yang tidak memerlukan view diposisikan pada bagian
selatan. Tangga untuk menuju lantai 2 juga mengalami perubahan, dari yang sebelumnya
46
Gambar 5.12 Denah lantai 2 hotel
Perubahan posisi pintu masuk hotel juga berpengaruh pada posisi void di lantai 2. Void
menjadi memanjang penuh ke arah timur dari yang sebelumnya hanya sampai setengah
saja (Gambr 5.12). Perubahan juga terjadi pada posisi pre-function hall yang sebelumnya
memanjang di sepanjang koridor menjadi di samping meeting room. Dapur untuk
Gambar 5.13 Denah lantai 3 hotel
Pada lantai 3, Fitness center yang sebelumnya tidak mendapat view, sekarang diposisikan
pada daerah yang memiliki view ke arah Istana Maimun (Gambar 5.13). Perubahan kecil
[image:38.595.141.484.89.333.2]lainnya yaitu pada area berjemur di kolam renang menjadi lebih terbuka dan luas.
48
Pada lantai bagian atas hotel tidak mengalami begitu banyak perubahan (Gambar 5.14).
Perincian layout tiap tipe kamar dibuat untuk memperjelas ukuran dan fasilitas tiap tipe
[image:39.595.196.427.155.455.2]kamar( Gambar 5.15).
Gambar 5.15 Layout kamar hotel
Tipe kamar Standard, tersedia dalam single dan twin bed. Terdapat fasilitas bathtub di
kamar mandi. Sebuah balkon disediakan untuk bagi pengunjung untuk menikmati suasana
atmosfir di dalam Komplek Istana Maimun. Kamar Deluxe juga tersedia dalam single dan
twin bed. Fasilitas yang berbeda dengan kamar Standard yaitu adanya ruang santai untuk
sekedar beristirahat ataupun menonton televisi. Kamar Executive hanya tersedia dalam
single bed berukuran King. Tersedia 1 kamar mandi dengan walk-in closet dan 1 kamar
Kamar Suite berada pada lantai 11 dan 12. Tipe ini menyediakan 2 kamar tidur. Terdapat
zona privat di dalam tipe ini, sehingga jika ada pejabat atau petinggi perusahaan yang
menginap di kamar ini akan memiliki zona privat selain zona untuk menerima tamu.
Kamar tambahan juga bisa digunakan oleh pengawal atau staff yang dibawa oleh tamu
tersebut. Terdapat sebuah dapur kecil untuk mempersiapkan makanan ringan. Balkon
[image:40.595.130.493.241.494.2]pada bagian privat menghadap ke arah Istana Maimun.
Gambar 5.16 Denah lantai dasar apartemen
Denah lantai dasar apartemen mengalami revisi yang cukup banyak (Gambar 5.16). Hal
ini dikarenakan adanya perbedaan persepsi awal perancang dengan dosen pembimbing
mengenai sirkulasi penghuni apartemen dengan publik. Kasus pada proyek ini cukup unik
dan berbeda dengan apartemen pada umumnya. Apartemen umumnya merupakan satu
komplek bangunan tersendiri, sehingga sirkulasi yang terjadi mayoritas merupakan
penghuni apartemen itu sendiri. Namun, pada kasus ini, bangunan apartemen terdapat di
50
penghuni apartemen saja, tetapi pengunjung Istana Maimun pun berpotensi memasuki
bangunan apartemen. Hal ini tentu saja akan mengganggu keprivasian dari penghuni
apartemen. Oleh karena itu, dosen pembimbing perancang meminta agar perancang
memisahkan sirkulasi penghuni apartemen dengan pengunjung lainnya. Perancang
memanfaatkan foodcourt menjadi sebuah buffering zone, di mana sebuah pintu sekuriti
memisahkan zona privat apartemen dengan food court. Sehingga, penghuni apartemen
bisa menuju ke foodcourt, namun pengunjung yang tidak memiliki kartu sekuriti tidak
dapat mengakses pintu ini untuk menuju zona privat apartemen. Sistem pengamanan
seperti ini juga perancang terapkan pada pintu yang memisahkan lobby dengan zona
privat apartemen, sehingga jika ada tamu yang hendak berkunjung harus melapor ke
resepsionis terlebih dahulu.
Fasilitas-fasilitas pada apartemen juga mengalami perubahan dan penambahan. Di
antaranya yaitu posisi fitness center (gym) yang sekarang memiliki view ke arah Sungai
Deli. Penambahan fasilitas seperti salon dan tempat bermain anak-anak. Laundry yang
dirancang sekarang diproyeksikan hanya menjadi sebuah counter untuk menerima dan
Gambar 5.17 Denah lantai 2-12 apartemen
Pada lantai atas apartemen tidak mengalami perubahan, hanya penambahan perincian tiap
tipe unit hunian (Gambar 5.17).
[image:42.595.223.401.423.683.2]52
Tipe hunian 1 kamar tidur atau disebut juga sebagai tipe studio, memiliki luas 45m2. Mempunyai 1 kamar tidur yang mampu memuat ranjang berukuran King, sebuah ruang
keluarga, ruang makan, dapur, dan kamar mandi. Tipe hunian 2 kamar tidur memiliki luas
63m2. Memiliki 1 kamar tidur besar, 1 kamar tidur kecil, 2 kamar mandi, sebuah ruang keluarga, ruang makan, dan dapur. Tipe hunian 3 kamar tidur memiliki luas 90m2. Memiliki 2 kamar tidur besar dan 1 kamar tidur kecil, 2 kamar mandi, sebuah ruang
keluarga, ruang makan dan dapur dengan mini bar (Gambar 5.18).
Gambar 5.19 Tampak bangunan hotel (atas) dan apartemen (bawah)
Untuk tampak bangunan, sampai tahap ini perancang masih belum mengembangkannya.
Tampak yang perancang sediakan sampai tahap ini masih sebatas konsep awal (Gambar
5.19). Pada bagian timur dan barat bangunan, perancang mempunyai ide untuk
memanfaatkan vertical garden untuk menghalau panas matahari yang memasuki
bangunan. Fungsi lain dari vertical garden ini yaitu untuk menurunkan suhu di sekitar
dengan adanya evaporasi uap air yang dihasilkan tanaman akibat proses fotosintesis.
Sedangkan pada bagian utara dan selatan bangunan perancang berencana membentuk
fasad bangunan dengan irama yang diciptakan dengan balkon, menciptakan sebuah ruang
Trimming
Hasil dari presentasi Preview 1 memberikan banyak masukan yang datang dari para
penguji terhadap desain perancang. Para penguji yang melihat rancangan perancang dari
perspektif yang lain memberikan banyak masukan-masukan yang menurut perancang
patut dipertimbangkan untuk mengembangkan rancangan perancang supaya bisa menjadi
lebih baik.
Masukan pertama yang dikemukakan, yaitu tekanan udara yang akan terjadi pada rongga
di antara 2 tower apartemen. Di mana, dengan rongga yang panjang tersebut, akan
menciptakan efek tekanan udara yang tinggi yang akan berdampak pada celah-celah di
bangunan yang perancang rancang agar udara dapat melewatinya. Dampak yang timbul
akibat efek tersebut adalah angin yang berhembus melalui celah tersebut menjadi sangat
kencang dan berkemungkinan mengurangi rasa nyaman dari pengguna bangunan ketika
melewati koridor bangunan.
Untuk merespon masukan pertama yang, yaitu mengenai tekanan angin pada celah
bangunan, perancang menggunakan kisi-kisi di bagian luar celah yang ada pada
bangunan. Kisi-kisi ini akan mengurangi tekanan angin yang berlebihan, sehingga
pengguna yang melewati koridor tetap akan merasa nyaman meskipun angin yang
54
Masukan kedua yaitu mengenai keselarasan bangunan baru dengan Istana Maimun.
Keselarasan yang dimaksud yaitu mengenai jarak bangunan baru dengan Istana Maimun,
ketinggian bangunan baru dan pola peletakan massa bangunan baru. Semua bangunan
baru yang dibangun harus mengikuti genius loci yang telah ada pada tempat tersebut,
terlebih lokasi proyek ini berada di Komplek Istana Maimun yang masih sangat kuat
sejarahnya.
Merespon masukan mengenai keselarasan bangunan baru dengan Istana Maimun,
perancang menganalisa skyline dari Istana Maimun (Gambar 6.1). Hasilnya, perancang
melihat ada pola dari skyline Istana Maimun, yaitu ketinggian atap dari kedua sisi sayap
bangunan istana terlihat lebih rendah dari bagian tengah. Hal ini menginspirasi perancang
untuk menerapkan pola skyline ini pada bangunan baru. Hasil analisa perancang yang
kedua yaitu terdapat pola pada fasad Istana Maimun yang berupa A-B-A. Pola ini juga
menginspirasi perancang untuk menerapkan pola pada fasad bangunan baru. Dengan
penerapan pola ini, maka nilai genius loci dari Istana Maimun tetap akan terkandung pada
bangunan baru.
Masukan ketiga yaitu mengenai keterkaitan antara Gold dalam tema perancang dengan
rancangannya. Konteks Gold yang diangkat perancang dianggap masih kurang kuat
dalam penerapannya, terutama kaitannya dengan daerah riverfront.
Masukan yang ketiga memang perancang akui merupakan kelalaian perancang.
Kurangnya kedisiplinan waktu membuat perancang tidak memiliki waktu yang cukup
untuk memperjelas ide rancangan perancang ke dalam Ground Plan. Ketidaklengkapan
gambar perancang membuat penguji tersebut tidak menangkap dengan baik konsep
riverwalk + amphitheatre dalam rancangan perancang.
Masukan lainnya yaitu mengenai fasad bangunan yang terlihat kurang menarik dan
bahkan dikatakan seperti gudang. Masalah ini dikarenakan keterbatasan waktu yang
perancang miliki, sehingga fasad bangunan yang perancang tampilkan pada preview 1
seolah-olah belum siap. Fasad bangunan yang perancang rencanakan yaitu dengan
menggunakan kisi-kisi sebagai secondary skin. Fungsi dari secondary skin ini sendiri
bertujuan untuk mengurangi panas matahari yang memasuki bangunan. Namun, kisi-kisi
tersebut akan membentuk sebuah pola yang mengikuti pola A-B-A yang telah perancang
derivasi dari analisa fasad bangunan Istana Maimun.
Terdapat juga pertanyaan yaitu integrasi instalasi mekanikal dan elektrikal di dalam
bangunan. Umumnya pada bangunan yang bertemakan arsitektur tropis, instalasi
mekanikal dan elektrikal harus diperhatikan, misalnya penempatan Air Handling Unit
56
Instalasi pendingin udara pada proyek rancangan ini memang berbeda dengan bangunan
lainnya. Hal ini disebabkan karena penggunaan pendekatan arsitektur tropis dalam
rancangan ini, sehingga penggunaan pendingin udara buatan bisa diminimalisir. Namun,
ini juga bukan berarti bangunan ini tidak akan menggunakan pendingin udara sama
sekali, tetapi energi yang terpakai untuk menciptakan suhu ruangan yang nyaman bagi
pengguna tidak akan sebesar bangunan lainnya. Sistem pendingin udara dalam rancangan
ini akan dibahas lebih lanjut pada bab berikutnya mengenai instalasi ME.
Komentar-komentar atau masukan-masukan dari para penguji saat presentasi Preview 1
tidak memberi pengaruh yang sedikit pada rancangan perancang pada proyek ini. Dari sisi
positif, masukan-masukan dari para penguji membuat rancangan perancang menjadi lebih
baik. Namun, revisi yang telah perancang lakukan terhadap rancangan perancang dari
hasil masukan-masukan tersebut masih harus dikonsultasikan dengan dosen pembimbing
dan arsitek profesional yang membimbing perancang. Tujuannya tidak lain adalah agar
revisi yang perancang lakukan tetap masuk akal, terkontrol dan memiliki alasan yang
Gambar 6.2 Revisi Ground Plan
Gambar 6.2 merupakan gambar Ground Plan yang telah perancang revisi. Perubahan
yang signifikan terletak pada bagian belakang Istana Maimun dan di pinggir sungai. Pada
rancangan sebelumnya, perancang menempatkan sebuah amphitheater di belakang Istana
Maimun. Namun, setelah melakukan studi banding dengan rancangan lahan belakang
istana-istana di negara lain, salah satunya Buckingham Palace di Inggris (Gambar 6.3),
istana-istana tersbut menyuguhkan sebuah lahan yang lapang, tanpa ada bangunan yang
menutup view ke arah belakang istana. Dari studi banding ini, perancang berpikir untuk
merevisi amphitheater perancang yang seolah-olah membatasi dan membelah area
58
Gambar 6.3 Lahan belakang Buckingham Palace (Sumber:
adriancolston.files.wordpress.com)
Gambar 6.4 Redesain amphitheater
Hasil revisi amphitheater perancang bisa dilihat pada Gambar 6.4. Terlihat bahwa
amphitheater perancang tidak lagi menutupi view ke bagian belakang Istana Maimun,
melainkan menghubungkan area riverwalk dengan lahan belakang Istana Maimun.
Amphitheater ini menjadi sebuah zona buffering antara daerah riverwalk dengan
Komplek Istana Maimun. Akan tetapi, revisi aphitheater ini memiliki sisi negatif, yaitu
kios-kios bagi penjual yang sebelumnya ada di bawah amphitheater menjadi tidak ada
lagi. Perancang menempatkan kios-kios tersebut di tempat yang lain, yaitu di bagian
samping bangunan baru. Dengan demikian, impian perancang untuk membuat area
rekreasi publik yang akan meningkatkan kualitas sosial dan pendapatan dari sektor
Gambar 6.5 Lokasi kios baru
[image:50.595.111.486.80.283.2]Gambar 6.6 Fasad bangunan hotel
Gambar 6.7 Fasad bangunan apartemen
60
Pada fasad bangunan (Gambar 6.6 dan Gambar 6.7), perancang telah mengaplikasikan
hasil analisa muka bangunan Istana Maimun. Dengan permainan pola warna, kisi-kisi dan
bentuk skyline bangunan yang berpola A-B-A, fasad bangunan yang sebelumnya tampak
polos menjadi lebih menarik. Namun, perancang masih terkendala dengan permasalahan
pemilihan warna yang tepat untuk bangunan. Memilih warna yang menarik, namun tetap
masih selaras dengan warna bangunan Istana Maimun, perancang akui merupakan hal
yang sangat sulit. Terlebih karena bangunan baru yang perancang rancang tidak mengacu
pada Arsitektur Melayu, sehingga jika perancang mengaplikasikan warna bangunan
Melayu yang identik dengan hijau dan kuning pada kedua bangunan baru akan
menimbulkan kesan yang aneh. Meskipun begitu, masalah ini menurut perancang bisa
diatas dengan metode trial and error, yaitu dengan mencoba sebanyak mungkin paduan
warna bangunan sampai mampu mendapatkan warna yang selaras dengan Istana Maimun
dan tetap menarik.
Kisi-kisi bangunan yang perancang aplikasikan pada muka bangunan selain sebagai
estetika juga berfungsi untuk menyaring panas matahari yang masuk ke bangunan melalui
jendela kaca bangunan. Kisi-kisi juga perancang terapkan untuk menutup rongga pada
[image:51.595.206.416.540.698.2]bangunan, sehingga permasalahan tekanan udara bisa teratasi (Gambar 6.8).
Gambar 6.9 Skema instalasi sanitasi bangunan
Instalasi sanitasi atau air bersih pada bangunan perancang sedikit berbeda dengan
rancangan pada umumnya. Hal ini dikarenakan pemanfaatan air hujan sebagai pasokan
air kedua di samping pasokan air dari Perusahaan Air Minum (PAM)(Gambar 6.9). Air
hujan yang dialirkan melalui floordrain yang ada pada atap bangunan dan balkon
mengalir ke tangki air hujan. Dari tangki air hujan ini, air disaring melalui sebuah filter
sehingga menghasilkan air yang bersih. Kualitas air ini bergantung pada tipe filter yang
dipakai. Jika filter yang dipakai cukup baik, air hasil saringan ini bisa dipakai untuk
keperluan mandi dan cuci. Hasil air dari saringan filter ini kemudian dialirkan ke ground
water tank yang sedianya merupakan tangki penyimpanan air dari pasokan PAM. Dari
tangki air ini, air dialirkan ke dua saluran. Saluran pertama yaitu saluran yang
menghubungkan ke alat-alat saniter, yaitu: bathtub, shower, wastafel, bak cuci piring,
62
pemanas air. Dari pemanas air ini, air panas dialirkan ke alat saniter yang bisa
menyalurkan air panas, yaitu: bathtub, shower dan wastafel. Air kotor yang dihasilkan
dari alat-alat saniter tadi disalurkan ke riol kota, kecuali air kotor dari kloset yang harus
[image:53.595.194.431.207.421.2]disalurkan ke septictank.
Gambar 6.10 Skema instalasi elektrikal
Sistem instalasi elektrikal pada bangunan apartemen dan hotel sama dengan bangunan
pada umumnya. Pasokan listrik dari PLN dialirkan ke sebuah panel utama. Dari panel
utama ini, listrik didistribusi ke beberapa mini circuit breaker (MCB) yang tersebar pada
tiap lantai bangunan. Dari MCB ini, listrik kemudian dialirkan ke saklar lampu dan stop
kontak. Selain pasokan listrik dari PLN sebagai pasokan listrik utama, dibutuhkan juga
generator atau genset sebagai pembangkit listrik cadangan jika pasokan listrik dari PLN
padam (Gambar 6.10).
Tidak bisa dipungkiri bahwa penghawaan buatan pada bangunan telah menjadi sebuah
bangunan. Akan tetapi, masalah utama yang muncul dari penggunaan penghawaan buatan
adalah besarnya biaya dan energi yang terpakai hanya untuk menciptakan suhu ruangan
yang nyaman bagi pengguna di dalamnya. Apalagi dengan kondisi iklim tropis di Kota
Medan yang cenderung panas, pendingin ruangan hampir digunakan sepanjang hari.
Namun, dengan pendekatan arsitektur tropis yang perancang terapkan pada
rancangannya, diharapkan bisa menurunkan biaya dan energi yang terpakai untuk
menciptakan suhu ruangan yang nyaman. Logikanya yaitu, dengan semakin kecilnya ΔT
(suhu ruangan dikurangi dengan suhu nyaman ideal, ±26°C), semakin sedikit pula energi
yang terpakai untuk mendingikan ruangan. Langkah selanjutnya yaitu memilih tipe
pendingin udara yang tepat. Ada banyak jenis pendingin udara buatan yang dipakai pada
bangunan sekarang, mulai dari tipe split sampai tipe sentral. Pendinginan udara di dalam
hotel menggunakan sistem AC split (Gambar 6.11). Pada sistem ini, tiap-tiap unit indoor
[image:54.595.239.386.413.555.2]terhubung oleh satu unit outdoor.
Gambar 6.11 Ilustrasi pengaplikasian AC Split (Sumber: www.growershouse.com)
Untuk pendingin udara ruangan pada podium hotel dan apartemen, perancang
menggunakan sistem AC VRF (Variable Refrigerant Flow, Gambar 6.12). Sistem AC ini
64
outdoor bisa terhubung sampai maksimal 60 buah unit indoor sebagaimana hasil
[image:55.595.217.410.135.276.2]pengamatan perancang terhadap tipe dan merk AC Mitsubishi.
Gambar 6.12 Ilustrasi pengaplikasian AC VRF (Sumber: www.zerodegreeac.com)
Pemilihan sistem struktur pada bangunan kerap menjadi masalah pada bangunan hasil
rancangan seorang arsitek. Tidak jarang banyak bangunan karya arsitek yang dibangun
tidak sesuai dengan rancangan si arsitek. Berdasarkan hasil observasi perancang, banyak
arsitek yang naif dengan kompetensi teknologi membangun yang ada di sekitarnya dan
hanya bercermin pada teknologi membangun dari negara lain yang sudah sangat maju.
Rancangan megastructure atau rancangan yang menggunakan sistem struktur yang rumit,
memang sebenarnya akan tetap bisa dibangun. Akan tetapi, jika tidak diimbangi dengan
kapabilitas pihak kontraktor atau bahkan ahli struktur yang dipakai, bisa jadi rancangan
megastructure tadi hanya akan menjadi proyek angan-angan saja. Salah satu proyek
megastructure yang berhasil menurut perancang adalah Marina Bay Sands (Gambar
6.13). Dari film dokumenter National Geographic Megastructures: Singapore's Vegas,
sang arsitek, Moshe Safdie, bahkan tidak mengerti sama sekali bagaimana sistem struktur
yang cocok untuk dipakai supaya rancangannya, yaitu Marina Bay Sands, bisa
direalisasikan. Beruntung, proyek tersebut menggandeng pihak ahli struktur dari Arup
meskipun sempat terbesit di dalam benak ahli struktur tersebut bahwa ada kemungkinan
proyek ini bisa terhenti karena masalah teknologi membangun.
Gambar 6.13 Marina Bay Sands
Sistem struktur bangunan yang dipilih oleh perancang adalah struktur rigid frame
(Gambar 6.14). Perancang memilih sistem struktur ini karena sistem struktur ini tidak
rumit, cocok dengan bentuk bangunan perancang. Pengaplikasian sistem struktur ini juga
lumrah diterapkan pada bangunan-bangunan di Medan, sehingga semua pihak yang
terlibat pada pekerjaan konstruksi tidak akan merasa asing dengan sistem struktur ini.
Gambar 6.14 Struktur Rigid Frame
Dalam sistem struktur ini, struktur bangunan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu elemen
struktur horisontal dan elemen struktur vertikal. Elemen struktur horisontal berfungsi
untuk menyalurkan beban bangunan ke elemen struktur vertikal. Elemen struktur
66
vertikal berfungsi untuk menyalurkan beban bangunan ke dalam tanah. Elemen strutur ini
terdiri dari core bangunan, kolom dan pondasi. Core bangunan (Gambar 6.15) terdiri dari
berbagai jenis, baik itu dari struktur baja yang besar atau dengan dinding geser (shear
wall). Core bangunan yang dipakai perancang yaitu dinding geser setebal 30cm. Untuk
kolom utama yaitu kolom yang menerus sampai tower, perancang menggunakan kolom
beton berukuran 80cm x 80cm, sedangkan untuk kolom pada lantai podium berukuran
60cm x 60cm. Pondasi yang dipakai terdiri dari pondasi tapak dan pondasi tiang pancang
atau pile. Pile yang digunakan yaitu pile bulat dengan diameter 30cm dan pile cap
berukuran 120cm x 120cm. Balok induk yang dipakai perancang dalam rancangannya
adalah balok beton berukuran 30cm x 65cm sebagaimana jarak antar kolom bangunan
[image:57.595.191.435.362.615.2]adalah 8meter, dan balok anak yang dipakai berukuran 20cm x 30cm.
Gambar 6.15 Core bangunan
Di dalam proses merancang sebuah proyek, tahapan yang seringkali diabaikan oleh para
arsitek yang berpikir bahwa pekerjaan konstruksi sebaiknya diserahkan kepada pihak
kontraktor karena memang merekalah yang lebih mengerti mengenai proses konstruksi.
Akan tetapi, ketidaktahuan arsitek dalam membuat skenario konstruksi bisa berdampak
pada hasil akhir rancangan. Oleh karena itu, sebaiknya arsitek juga harus mampu
mengerti proses konstruksi sehingga arsitek bisa ikut mengontrol proses konstruksi
supaya hasil akhir proyek bisa sama dengan gambar rancangan.
Tahapan paling awal dalam sebuah proyek yaitu melakukan sondir test untuk mengetahui
kandungan tanah pada lokasi proyek dan daya dukung tanah tersebut. Umumnya proses
ini dilakukan oleh pihak yang sudah ahli. Dari hasil tes ini, dianalisalah jenis pondasi
yang cocok untuk proyek ini. Tahap selanjutnya yaitu persiapan lahan. Pada tahap ini,
lahan pada lokasi proyek dipersiapkan kondisinya supaya proses konstruksi bisa
berlangsung. Tahap ini dimulai dengan pemasangan pagar konstruksi di sekeliling lahan
proyek, selanjutnya yaitu penghancuran bangunan existing yang tidak terpakai lagi,
penebangan pohon dan vegetasi yang tidak diperlukan. Pada tahap ini juga harus
memperhitungkan akses keluar masuk alat berat dan sirkulasi alat berat di dalam lokasi
proyek.
Selanjutnya yaitu melakukan penggalian untuk basement dan pondasi sesuai dengan
dokumen kerja. Penggalian tanah melibatkan alat berat berupa excavator atau back-hoe
dan shovel (Gambar 6.16) . Pada proses penggalian, tidak jarang ditemukan air bawah
tanah yang akan menggangu proses konstruksi. Air ini harus dibuang keluar dari lubang
galian dengan cara terlebih dahulu dikumpulkan pada sebuah lubang penampungan air
(Sump Pit). Air ini selanjutnya dipompa keluar dan dialirkan ke saluran pembuangan. Hal
68
samping galian. Idealnya, kemiringan galian adalah 45°. Hal ini untuk mencegah sisi
samping galian tersebut longsor. Jika kemiringan tersebut tidak memungkinkan, bisa
diatasi dengan menggunakan sheet pile beton (Gambar 6.17), yaitu dinding beton
pra-cetak yang ditanam mengelilingi area galian.
Gambar 6.16 Excavator atau back-hoe (kiri) dan shovel (kanan) (Sumber: www.cat.com)
Gambar 6.17 Sheet pile beton (Sumber: www.jayabeton.com)
Setelah kedalaman galian sudah sesuai dengan dokumen kerja, selanjutnya yaitu
pemasangan tiang pancang pada titik-titik pondasi. Proses pemasangan tiang pancang
juga harus sesuai dengan kondisi sekitar. Dengan adanya bangunan Istana Maimun dan
rumah penduduk sekitar, pemasangan tiang pancang dengan drop hammer sangat tidak
cocok karena akan merusak bangunan-bangunan tersebut. Metode pemasangan tiang
pancang yang menurut perancang cocok yaitu dengan metode hydraulic-press in (Gambar
dengan gaya yang sesuai dengan perhitungan beban bangunan hingga tiang pancang
tersebut berhenti pada suatu titik. Setelah proses piling selesai, tahap selanjutnya yaitu
pengecoran pile cap dan dilanjutkan dengan pengecoran T-beam yang menghubungkan
[image:60.595.219.403.367.508.2]tiap-tiap pile cap dan shear wall di sepanjang dinding galian (Gambar 6.19).
Gambar 6.18 Hydraulic press-in hammer (Sumber: www.powerquip.co.kr)
Gambar 6.19 Proses pengecoran pile cap dan T-beam (Sumber: mjg-4.blogspot.com)
Setelah pekerjaan basement dan pondasi selesai, selanjutnya dilakukan pekerjaan struktur
bagian atas. Hal ini dimulai dari pengecoran lantai dasar dan kolom. Untuk melakukan
pengecoran kolom, diperlukan sebuah cetakan atau bekisting (Gambar 6.20). Bekisting
ini kemudian dibongkar 2-3 minggu setelah pengecoran dilakukan. Setelah beton kolom
dianggap telah mampu memikul beban, selanjutnya dilakukan pekerjaan lantai di atasnya.
70
Teknologi memungkinkan pelat lantai dan balok dicetak di pabrik dengan ukuran atau
modul tertentu, kemudian pelat lantai dan balok tersebut dirakit pada lokasi konstruksi.
Proses pemasangan pelat lantai dan balok pra-cetak memerlukan ketelitian pada tiap
sambungannya. Langkah pengecoran kolom dan pemasangan pelat lantai dilanjutkan
hingga mencapai jumlah lantai yang sesuai dengan dokumen kerja. Pada konstruksi
bangunan tinggi diperlukan juga satu atau lebih tower crane (Gambar 6.21) yang
berfungsi untuk mengangkat bahan bangunan ke lantai atas, termasuk pelat lantai dan
[image:61.595.222.400.286.421.2]balok pra-cetak.
Gambar 6.20 Bekisting kolom (Sumber: raftorigin.wordpress.com)
[image:61.595.224.401.457.598.2]The Fruits
Tahap presentasi akhir dari proyek Perancangan Arsitektur 6 ini menurut perancang
merupakan sebuah simulasi dari proses tender pada sebuah proyek nyata. Seorang arsitek
harus mampu menarik perhatian dan meyakinkan kliennya bahwa desain yang
diajukannya merupakan yang terbaik. Sebuah presentasi yang menarik akan membuat
klien berpikir bahwa sang arsitek benar-benar serius menanggapi proyek tersebut.
Presentasi yang baik juga harus mampu menyampaikan informasi yang selengkap
mungkin kepada klien, sehingga klien mampu mengerti segala aspek dari desain tersebut.
Sebuah desain yang baik akan menjadi sia-sia jika sang klien tidak mampu mengerti apa
yang dipresentasikan oleh sang arsitek sehingga klien tidak tertarik terhadap desain yang
[image:62.595.219.406.439.583.2]dipresentasikannya.
Gambar 7.1 Foto maket perancang
Presentasi akhir Perancangan Arsitektur 6 terdiri dari beberapa lembar poster dan maket
studi (Gambar 7.1) yang akan dijelaskan secara verbal kepada dosen penguji. Berbeda
dengan dokumen gambar kerja, poster yang ditampilkan tidak hanya harus informatif
72
menjelaskan hal yang berhubungan, sehingga ketika dijelaskan secara verbal poin-poin
yang hendak dijelaskan tidak berserak di lembar poster yang lain.
Pada Gambar 7.2, perancang hendak menceritakan latar belakang desain, tema dan
[image:63.595.222.402.209.451.2]konsep yang perancang usung di dalam desainnya.
Gambar 7.2 Pengembangan konsep
Pada bagian atas perancang menampilkan judul atau temanya, yaitu Old But Gold. Di
bagian bawah judul, perancang tempatkan sebuah visualisasi perspektif dari bagian depan
Istana Maimun, sehingga penguji bisa langsung menangkap seperti apa bentuk desain
perancang. Selanjutnya perancang menampilkan konsep bentuk dan orientasi bangunan
serta teknologi green wall yang perancang terapkan untuk mengurangi panas yang diserap
oleh bangunan sesuai dengan pendekatan arsitektur tropis yang perancang aplikasikan
Gambar Site plan ditempatkan oleh perancang pada lembar pertama juga untuk memberi
gambaran posisi lokasi proyek terhadap lingkungan sekitar. Selain itu, Site plan juga
berfungsi untuk menunjukkan bagian bangunan yang lebih tinggi melalui bayangan yang
[image:64.595.219.405.205.473.2]ada.
Gambar 7.3 Ground plan
Pada gambar Ground plan (Gambar 7.3), perancang hendak menceritakan posisi akses
pencapaian ke dalam site, serta posisi bangunan hotel dan apartemen. Gambar potongan
yang perancang sajikan menjelaskan ketinggian bangunan, posisi bangunan terhadap
sungai serta kedalaman basement.
Pada Gambar 7.4, perancang masih menyajikan gambar-gambar potongan. Gambar
potongan yang ditampilkan yaitu berupa detail potongan prinsip dan potongan
74
persepektif mengenai suasana amphitheater dan riverwalk di belakang site. Gambar
perspektif suasana membantu menerjemahkan gambar 2 dimensi menjadi 3 dimensi,
[image:65.595.224.401.161.411.2]dalam hal ini yaitu suasana amphitheater dan riverwalk.
Gambar 7.4 Gambar potongan
Untuk gambar denah, perancang sengaja menampilkannya dalam 3 lembar poster yang
berbeda. Hal ini dilakukan untuk mempermudah menjelaskan mengenai perbedaan
tingkat keprivasian antara lantai podium dan lantai tower dari hotel dan apartemen. Lantai
Gambar 7.5 Denah podium hotel
Gambar 7.6 Denah lantai dasar apartemen
Pada Gambar 7.7, perancang menampilkan gambar denah dari tower hotel dan apartemen.
Selain itu, perancang juga menampilkan posisi tiap ruangan atau tiap unit hunian secara 3
[image:66.595.234.391.334.553.2]76
Gambar 7.7 Denah tower hotel dan apartemen
Pada Gambar 7.8 dan Gambar 7.9, perancang menampilkan layout kamar hotel tipikal
dan unit hunian apartemen. Gambar layout kamar hotel dan unit hunian apartemen yang
perancang sajikan menyerupai brosur-brosur supaya menarik dan mudah dimengerti oleh
orang awam. Penjelasan mengenai fitur-fitur dari tiap kamar hotel dan unit hunian juga
ditampilkan di samping gambar layout. Penempatan tiap layout kamar dan unit hunian
dimulai dari tipe terendah ke tipe tertinggi.
[image:67.595.245.382.505.704.2]Gambar 7.9 Layout unit hunian apartemen
Gambar 7.10 berisi tampak-tampak bangunan. Pada bagian atas perancang menampilkan
tampak keseluruhan bangunan dari sisi depan, termasuk Istana Maimun. Selanjutnya
perancang meampilkan tampak bangunan hotel dan apartemen beserta rendering
perspektif suasana. Gambar rendering perspektif bertujuan untuk memperjelas fasad
bangunan, terutama pola-pola yang perancang terapkan pada kedua bangunan.
78
Pada Gambar 7.11, berisi diagram 3 dimensi dari teknologi bangunan. Teknologi
bangunan yang disajikan terdiri dari sistem plumbing, elektrikal, tangga kebakaran dan
struktur. Untuk gambar sistem plumbing dan elektrikal perancang menampilkannya
dengan warna-warna yang berbeda dan penomoran abjad untuk menunjukkan
bagian-bagian tertentu. Teknologi struktur juga disajikan dalam exploded view untuk
menjelaskan bagian-bagian struktur dari bangunan, yaitu elemen vertikal dan elemen
horizontal.
Let's Harvest
Kondisi Sungai Deli saat ini bisa dibilang dalam tingkat yang memprihatinkan. Berbagai
masalah muncul dari sungai itu sendiri, baik dari segi kebersihan, estetika, maupun
kualitas ruangnya. Untuk itu, sebuah proyek revitalisasi muka sungai diprakarsai oleh
Pemerintah Kota Medan. Proyek besar ini mengangkat tema riverfront architecture,
sesuai dengan tujuan Pemko Medan, yaitu menata ulang sisi bantaran sepanjang Sungai
Deli.
Tiap-tiap segmen dari Sungai Deli memiliki masalahnya sendiri yang khas. Segmen dari
Sungai Deli yang perancang peroleh yaitu pada kawasan Komplek Istana Maimun. Di
samping permasalahan tepi sungai yang tidak tertata, Komplek Istana Maimun sendiri
memiliki masalah yang cukup pelik. Dimulai dari kondisi Istana Maimun yang tidak
terawat, sampai kawasan permukiman di belakang Istana Maimun yang tidak tertata.
Tema khusus yang dimandatkan kepada perancang yaitu Urban Heritage Tourism, yaitu
perancang harus merancang kembali Komplek Istana Maimun menjadi sebuah lokasi
pariwisata bersejarah yang mampu menarik turis dan meningkatkan pendapatan dari
sektor pariwisata.
Untuk mengatasi permasalahan permukiman di belakang Istana Maimun, perancang
merancang sebuah apartemen untuk merelokasi penghuni per