• Tidak ada hasil yang ditemukan

Old But Gold

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Old But Gold"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

84

Lampiran 1 Tabel luas ruangan bangunan hotel

Total luas bangunan hotel = 11.581.7m2 Keterangan:

SBT = Sistem Bangunan Tinggi NAD = Neufert Architect's Data AJM = A J Metric

ASU = Asumsi SUR = Survei

Lantai Ruang Zona Kapasitas Koefisien Luas (m2) Sumber

Basement

Linen +

Laundry Privat 16 5 82,5 SBT

Main Storage Privat 82,5 1 82,5 ASU

ME staff +

CCTV Privat 20 4,5 88 SBT

Generator Privat 82,5 1 82,5 SBT

Driver's Lounge Publik 48 1 48 ASU

Toilet Publik 20 1 20 NAD

Lantai 1

Resepsionis Publik 8 1.2 10 NAD

Lounge Publik 88 2 176 NAD

Bell-boy

Counter Publik 4 1.5 6 ASU

Back Office Privat 42 4,5 187 NAD

Piano Bar and

Lounge Publik 85 1.5 127,5 ASU

Coffeeshop Publik 500 1.5 750 NAD

Toilet umum Publik 55 1 55 NAD

Loading Dock Semi-publik 1 20 20 ASU

Lantai 2

Restaurant Publik 108 1.5 162 NAD

Meeting Room Semi-publik 30 4 120 SBT

Pre-function

hall publik 110 1 110 SBT

Ballroom Publik 500 1.5 750 SBT

Dapur Privat 64.5 1 64,5 SBT

Gudang Privat 20 1 20 SBT

Toilet Publik 88 1 88 NAD

Lantai 3

Spa & Massage Semi-privat 60 2 132 ASU

Gym Semi-privat 60 2 132 NAD

Kolam renang

+ Bar Semi-privat 150 5 750 AJM

Loker + Kamar

mandi Semi-privat 64 2,5 162 ASU

Lantai 4 - 11

Kamar

Standard Privat 2

30m2/kamar

x 72 kamar 2160 SUR

Kamar Deluxe Privat 2 60m

2 /kamar

x 12 kamar 720 SUR Kamar

Executive Privat 2

92m2/kamar

x 12 kamar 1104 SUR Kamar Suite privat 4 175m

2 /kamar

x 4 kamar 700 SUR + Sirkulasi 30% 2672

(2)

Lampiran 2 Tabel luas ruangan bangunan apartemen

Lantai Ruang Zona Kapasitas Koefisien Luas (m2) Sumber

Lantai 1 Resepsionis Publik 10 1,2 12 NAD

Lounge Publik 112,5 2 225 NAD

Meeting room Semi-publik 50 2 100 NAD

Managing

Office Privat 26 4,5 120 NAD

Toilet umum Publik 45 1 45 NAD

Convenience

store Publik 180 1 180 ASU

Mailbox room Privat 90 1 90 ASU

Laundry Privat 20 2 40 NAD

Beauty Shop Privat 40 1 40 ASU

Children

Playground Privat 80 1 80 ASU

Kolam renang Privat 75 4 300 AJM

Cafe Privat 77 1,3 100 NAD

Gym Privat 105 2 210 NAD

Loker + Shower

+ Jacuzzi Privat 108 2,5 270 ASU

Foodcourt Publik 485 1,3 630 NAD

Generator Semi-publik 80 1 80 ASU

Lantai

2-12 Tipe Studio Privat 1-2

53m2/unit x

42 unit 2.226 NAD Tipe 2 kamar Privat 3-4 74m

2 /unit x

168 unit 12.432 NAD Tipe 3 kamar privat 5-6 106m

2 /unit x

76 unit 8.056 NAD + Sirkulasi 30% 7.348

Total 31.471 Total luas bangunan apartemen = 31.360m2

Keterangan:

NAD = Neufert Architect's Data AJM = A J Metric

(3)

86

Lampiran 3 Portofolio

(4)
(5)
(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anhar, Lucienne. 2001. The Definition of Boutique Hotels, (Online),

(http://www.hospitalitynet.org/news/4010409.html, diakses 18 April 2014)

Bay, Joo-Hwa dan Ong, Boon-Lay. 2006. Tropical Sustainable Architecture. Burlington: Elsevier

Bromberek, Zbigniew. 2009. Eco-resorts: Planning And Design For The Tropics. Burlington: Elsevier

Sinar, Luckman Tengku. 1991. Sejarah Medan Tempo Doeloe. Medan: s.n. National Heritage Board. 2013. Singapore River Trail, (Online),

(http://www.nhb.gov.sg/NHBPortal/Trails/SingaporeRiver/SingaporeRiver-Overview, diakses 10 April 2014)

Archdaily. 2009. The Met/ WOHA, (Online), (http://www.archdaily.com/?p=40378, diakses 20 April 2014)

(7)

BAB III

THE NEEDS

Dalam merancang sebuah bangunan, perlu adanya perhitungan mengenai seberapa besar

sebuah bangunan yang akan dibangun supaya bangunan yang dibangun dapat memenuhi

kebutuhan yang diinginkan. Namun, ukuran sebuah bangunan tetap ada batas

maksimalnya, dan hal itu dibatasi oleh peraturan yang ada, misalnya KDB (Koefisien

Dasar Bangunan), GSB (Garis Sempadan Bangunan), dan tinggi maksimal bangunan

yang boleh dibangun dalam kota, yang dalam hali ini perancang merujuk pada KKOP

(Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan).

Berdasarkan data yang diperoleh kelompok perancang, ditemukan bahwa luas lahan yang

dimandatkan kepada kelompok perancang adalah 2hektar. Jika dikalikan dengan

ketentuan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) sebesar 40%, maka luas lahan yang dapat

dibangun adalah seluas 8.000 m2. Ketinggian maksimal bangunan yang disepakati kelompok perancang dan pembimbing adalah 45m, sekitar 11 lantai, yang diambil dari

KKOP (Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan) Lanud Suwondo (ex. Bandara

Polonia Medan). Memang, KKOP terbaru dari Lanud Suwondo masih belum

diperbaharui oleh Pemko Medan, sehingga kelompok perancang masih menggunakan

KKOP Bandara Polonia yang sebenarnya tidak berlaku lagi.

Dari data yang diperoleh kelompok dari website Pemko Medan, jumlah penduduk Kota

Medan pada tahun 2010 adalah sebanyak 2,09 juta jiwa. Dengan asumsi pertumbuhan

(8)

mencapai angka 2,4 juta jiwa (Tabel 3.1). Jika diasumsikan 1 keluarga terdiri dari 4

orang, maka jumlah keluarga pada tahun 2020 adalah sebanyak 597.830 keluarga.

Tabel 3.1 Kalkulasi pertumbuhan penduduk Kota Medan

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

2010 2.097.610

2011 2.117.224

2012 2.122.804

2013 2.154.646

2014 2.186.965

2015 2.219.770

2016 2.253.066

2017 2.286.862

2018 2.321.165

2019 2.355.983

2020 2.391.322

Berdasarkan data yang diperoleh kelompok perancang dari website Pemko Medan juga,

jumlah rumah di Kota Medan pada tahun 2010 berjumlah 501.712 unit. Jika pertumbuhan

jumlah rumah di Kota Medan sebesar 1% tiap tahunnya, pada tahun 2020, rumah di Kota

Medan akan berjumlah 572.058 unit (Tabel 3.2). Maka, pada tahun 2020, bisa

diprediksikan bahwa Kota Medan akan mengalami defisit rumah tinggal sebanyak 26.000

(9)

18

Tabel 3.2 Kalkulasi pertumbuhan rumah di Kota Medan

Tahun Rumah (unit)

2010 501.712

2011 507.732

2012 513.825

2013 519.991

2014 526.231

2014 532.545

2015 538.936

2016 545.403

2017 551.941

2018 558.571

2019 565.274

2020 572.058

Dari 26.000 keluarga, perancang berasumsi bahwa hanya 10% yang berkehendak untuk

tinggal di apartemen, yaitu sekitar 2.600 keluarga. Selanjutnya, kelompok perancang

memutuskan untuk memenuhi 10% dari 2.600 keluarga tersebut, sehingga jumlah unit

apartemen yang akan perancang bangun adalah sekitar 260 unit. Dari 260 unit hunian

apartemen tersebut, sebanyak 33 unit merupakan bagian dari keluarga kesultanan,

sehingga unit hunian yang dijual untuk publik adalah sebanyak 227 unit. Unit hunian

yang akan dibangun terdiri dari 3 tipe, yaitu tipe studio, tipe 2 kamar tidur dan tipe 3

kamar tidur (Tabel 3.3). Perhitungan jumlah tiap unit hunian menggunakan keluarga

kesultanan sebagai sampel dalam memperoleh koefisien.

Tabel 3.3 Jumlah unit hunian tiap tipe

Tipe unit Unit untuk keluarga

kesultanan Unit untuk publik

3 kamar tidur 12 unit 79 unit

2 kamar tidur 17 unit 120 unit

studio 4 unit 28 unit

(10)

Taraf hotel butik yang akan dibangun ditentukan oleh kelompok perancang dengan cara

survei di lingkungan sekitar Komplek Istana Maimun. Dari hasil pengamatan kelompok

perancang, penduduk yang tinggal di sekitar dan di dalam Komplek Istana Maimun

merupakan penduduk dengan tingkat ekonomi menengah. Dari hasil itu, kelompok

perancang sepakat untuk menetapkan bahwa hotel butik yang akan dirancang bertaraf

4-bintang.

Berdasarkan hasil survei kelompok perancang, diperoleh bahwa hotel yang berbintang-4

di Kota Medan sebanyak 11 hotel. Jumlah kamar rata-rata dari 11 hotel tersebut adalah

117 kamar. Berdasarkan data yang diperoleh perancang dari BPS (Badan Pusat Statistik),

tingkat okupansi hotel tiap tahunnya bisa dilihat pada Tabel 3.4

Tabel 3.4 Tingkat okupansi hotel tiap tahun

Tahun Tingkat okupansi tiap tahun

2010 42,81%

2011 42,85%

2012 42,86%

2013 44,01%

Dari data di atas, diperoleh rata-rata tingkat okupansi yaitu 43,13% atau sekitar 51 kamar

dari 117 kamar. Untuk mengatasi lonjakan pengunjung hotel pada musim liburan, maka

jumlah kamar hotel butik yang akan dibangun adalah sebanyak 100 kamar. Dari 100

kamar tersebut, dibagi menjadi 4 jenis kamar, yaitu kamar Standard sebanyak 60 kamar,

(11)

BAB IV

THE SEEDS

Telah perancang singgung pada bab Lessons From The Past, bahwa perancang memilih

Old but Gold sebagai judul proyek perancang. Melanjutkan pertanyaan sebelumnya yaitu

bagaimana supaya rancangan perancang bisa membuat Istana Maimun menjadi sebuah

tempat yang bisa dibanggakan dalam sektor pariwisata, sebuah tempat yang orang-orang

ingin mengunjunginya? Pendekatan arsitektural seperti apa yang harus perancang

gunakan supaya bisa menjawab keinginan perancang tersebut?

Perancang menilik kembali tujuan utama dari proyek ini, yaitu membangun hotel butik

dan apartemen. Poin penting dari kedua fungsi bangunan ini adalah kenyamanan yang

diberikan kepada pengguna. Namun, kenyamanan yang diberikan bukan melalui

fasilitas-fasilitas yang ditawarkan oleh hotel, karena jika demikian, hotel butik yang akan

perancang rancang tidak berbeda dengan hotel pada umumnya. Hal ini tentu akan

bertolak belakang pada teori yang perancang bahas pada bab sebelumnya, bahwa hotel

butik harus memberikan kesan unik kepada turis. Karena Indonesia berada di lokasi iklim

tropis, perancang memilih pendekatan arsitektur tropis sebagai pedoman dalam

merancang proyek ini. Melalui penerapan arsitektur tropis, dampak-dampak yang timbul

dari iklim tropis akan teratasi, sehingga menghasilkan kenyamanan yang unik bagi

pengguna, yang pada akhirnya akan membuat para turis ingin mengunjungi dan betah

(12)

Bromberek (2009) dalam bukunya yang berjudul Eco-Resorts: Planning and Design for

the Tropics, menuturkan bahwa bangunan pada tempat beriklim tropis dipengaruhi oleh

suhu dan kelembaban, selain itu harus diperhatikan juga dampak dari angin dan curah

hujan. Menurut Bay dan Ong (2006) dalam buku berjudul Tropical Sustainable

Architecture, titik tolak dari arsitektur tropis adalah iklim. Hal termudah yang dapat

dieksplorasi dalam rancangan arsitektur tropis adalah adanya daerah terbuka dan semi

terbuka, beranda dan balkon. Sayangnya, kebanyakan bangunan di daerah tropis saat ini

merupakan pengaruh dari negara beriklim sedang, contohnya Amerika Serikat - di bawah

pengaruh International Style.

Untuk memperjelas persepsi perancang mengenai arsitektur tropis, perancang mencoba

mencari contoh bangunan yang menerapkan pendekatan arsitektur tropis, yaitu The Met,

yang dirancang oleh WOHA, dan terletak di Bangkok, Thailand (Gambar 4.1).

Gambar 4.1 The Met, Bangkok, Thailand (Sumber: www.indesignlive.sg)

Gedung bertingkat tinggi umumnya mengadopsi model bangunan dari negara beriklim

sedang, misalnya Amerika Serikat. Hal ini mengakibatkan apartemen umumnya terlihat

padat, terisolasi dari bagian luar bangunan dan tanpa teritisan. Bangunan dibuat

(13)

22

Seharusnya, desain untuk daerah tropis mengambil sisi positif dari iklim tropis. Bangunan

harus mengakomodasi gaya hidup baik di dalam maupun di luar bangunan. Konsep dasar

dari proyek ini adalah untuk menciptakan gaya hidup yang lebih baik untuk kehidupan

untuk tengah kota di daerah tropis. Bentuk bangunan dibuat seolah-olah terpisah sehingga

memungkinkan cahaya untuk masuk dan angin untuk melewati bangunan itu (cross

ventilation, Gambar 4.2). Rongga di antara tower dihubungkan oleh taman yang memiliki

pemandangan ke arah kolam renang dan taman di lantai bawah (Gambar 4.3).

Gambar 4.2 Rongga pemisah bangunan yang memungkinkan cross ventilation (Sumber:

www.dexigner.com,foto oleh: Kirsten Bucher)

Gambar 4.3 Pemandangan ke arah kolam renang dari rongga di antara tower (Sumber:

(14)

Tanaman-tanaman yang ditanam pada muka bangunan, balkon dan jembatan penghubung

memberikan kesan sejuk yang natural di tengah Kota Bangkok (Gambar 4.4 dan Gambar

4.5).

Gambar 4.4 Tumbuh-tumbuhan yang ditanam pada muka bangunan (Sumber:

www.archdaily.com,foto oleh: Patrick Bingham-Hall)

Gambar 4.5 Tumbuh-tumbuhan yang ditanam di balkon (Sumber: www.dexigner.com,

foto oleh: Kirsten Bucher)

Desain ini merupakan solusi yang inovatif untuk mengatasi permasalahan kepadatan

penduduk pada kota-kota tropis di Asia dan menawarkan model baru untuk perumahan

tropis di daerah padat penduduk. Konsep dari penghawaan alami, bukaan yang

menghubungkan luar dan dalam bangunan serta bangunan yang memiliki banyak

penghijauan menjadi alternatif yang baik daripada bangunan yang tertutup oleh kaca yang

(15)

24

pasif untuk mengurangi pemakaian energi dan membuat lingkungan yang lebih baik.

Overhang pada bangunan ini melindungi seluruh bagian luar bangunan dari panas terik

matahari (Gambar 4.6). Terdapat tumbuh-tumbuhan di bagian timur dan barat bangunan.

Hal ini membantu menyejukkan bangunan sembari meningkatkan kualitas udara melalui

fotosintesis tumbuh-tumbuhan. Cross ventilation tersedia pada semua unit apartemen,

sehingga penggunaan AC hanya sebagai pilihan, bukan sebuah kebutuhan. Taman dan

kolam di lantai dasar menjadi area rekreasi yang menyejukkan dan juga untuk

menampung air hujan.

Gambar 4.6 Overhang balkon melindungi bangunan dari terik matahari (Sumber:

www.archdaily.com,foto oleh: Patrick Bingham-Hall)

Dari studi banding proyek yang menggunakan pendekatan arsitektural yang sama,

perancang memiliki ide untuk mengembangkan konsep dasar untuk proyek pada tugas

(16)

Melihat peta garis dari kondisi eksisting Komplek Istana Maimun, banyak sekali

probabilitas atau alternatif konsep rancangan yang bisa diterapkan karena ukuran lahan

yang terbilang cukup luas. Namun, tetap ada beberapa faktor krusial yang mempengaruhi

keputusan rancangan yang akan diterapkan. Sisi negatif dan positif dari tiap alternatif

dipertimbangkan hingga menghasilkan konsep dasar yang perancang pakai dalam

rancangan proyek ini. Konsep dasar dari rancangan perancang bisa dilihat pada Gambar

4.7.

Gambar 4.7 Konsep dasar penzoningan

Pada Gambar 4.7, terlihat sebuah garis putus-putus yang membujur dari utara ke selatan

yang membagi Komplek Istana Maimun menjadi 2 bagian, depan dan belakang. Pada

bagian depan merupakan daerah publik yang terdiri dari area penghijauan dan area parkir

pengunjung. Sedangkan pada bagian belakang merupakan bagian privat di mana

bangunan baru akan dibangun dan area terbuka yang menghubungkan ketiga bangunan

(Istana Maimun, Apartemen, dan Hotel). Dengan pembagian seperti ini, akan lebih

(17)

26

terbuka di bagian belakang juga akan menjawab tantangan dalam rancangan arsitektur

tepi sungai. Area terbuka ini akan menjadi area relaksasi dan rekreasi di pinggir sungai.

Selain itu, area ini akan menjadi area pertemuan antara pengunjung Istana Maimun, turis

yang menginap di hotel dan penghuni apartemen, sehingga turis-turis bisa merasakan

keramahan penduduk sekitar, atau bahkan bertukar pengalaman dengan sesama turis.

Penempatan posisi bangunan apartemen di bagian utara dan hotel di bagian selatan

didasari oleh kalkulasi luas lahan yang akan terpakai untuk masing-masing bangunan.

Pada Bab 3, The Needs, hasil kalkulasi menunjukkan bahwa bangunan apartemen ternyata

membutuhkan luas lahan yang lebih besar dibanding bangunan hotel. Oleh karena itu,

perancang menempatkan bangunan apartemen di bagian utara lahan yang memiliki luasan

yang lebih besar dan bangunan hotel di bagian selatan lahan.

Konsep aksesibilitas dan pencapaian kendaraan terbagi menjadi 3 bagian. Pada bagian

depan, dengan harapan menjaga orisinalitas gerbang Komplek Istana Maimun, hanya

ditujukan untuk akses bagi pengunjung Istana Maimun, Sultan, dan tamu-tamu istimewa.

Sehingga tidak ada penambahan pintu masuk di bagian depan komplek. Sementara akses

masuk untuk hotel dan apartemen melalui jalan sekunder di samping komplek. Akses

melalui jalan sekunder ini juga dimaksudkan agar sirkulasi kendaraan di dalam lahan

tidak terlalu banyak, sehingga lahan bisa dimanfaatkan untuk penghijauan.

Bentuk massa bangunan yang akan perancang gunakan dalam rancangan ini mengacu

pada studi banding yang telah perancang telaah pada bagian sebelumnya, yaitu bangunan

The Met. Memperkecil bidang bangunan yang menghadap timur dan barat agar bidang

yang terkena paparan terik matahari juga semakin kecil serta memanfaatkan sisi utara dan

(18)

menekan penggunaan energi, salah satunya yaitu koridor bangunan tidak perlu lagi

menggunakan AC serta pencahayaan buatan pada siang hari.

Gambar 4.8 Konsep bentukan massa bangunan

Secara 3 dimensi, bentuk massa bangunan rancangan perancang bisa diilustrasikan seperti

gambar berikut (Gamber 4.9).

Gambar 4.9 Bentuk 3 dimensi konsep massa bangunan dan konsep fasad bangunan

Celah angin pada sisi utara dan selatan bangunan ditutupi dengan kisi-kisi untuk memberi

perasaan privasi kepada pengguna bangunan dan untuk sisi estetika. Balkon-balkon

diletakkan di sisi utara dan selatan supaya pengguna dapat menikmati hembusan angin

(19)

28

juga diletakkan tanaman-tanaman kecil yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas

udara dan memberi kesan asri pada bangunan.

Dalam rancangan ini, perancang berencana untuk menerapkan sistem penampungan air

hujan, jika di luar negeri, lebih dikenal dengan istilah rain harvesting. Sebenarnya,

kegiatan menampung air hujan ini, lumrah dilakukan oleh penduduk di pedesaan dengan

menggunakan ember atau baskom besar. Namun, hal ini sudah ditinggalkan oleh

penduduk di daerah perkotaan. Mungkin hal ini disebabkan oleh padatnya aktivitas di

pusat kota, sehingga orang-orang tidak begitu peduli lagi dengan hal sepele ini. Dengan

penampungan air hujan ini, prediksi perancang, mampu mengurangi volume air yang

mengalir ke Sungai Deli, sehingga setidaknya bisa mengurangi dampak luapan air sungai

ketika hujan. Air hujan yang ditampung ini kemudian akan dimanfaatkan untuk

menyiram tanaman, kloset, urinoir. Jika disaring lebih jauh, air hujan ini layak dipakai

untuk mandi dan kolam renang. Dengan penggunaan penampungan air hujan, semakin

jelas juga bahwa pemakaian air bersih dari PDAM akan berkurang drastis dan dapat

menekan biaya operasional. Konsep rain harvest secara sederhana dapat dilihat melalui

gambar di bawah (Gambar 4.10).

(20)

Air hujan yang berasal dari atap akan disaring terlebih dahulu sehingga debu-debu

maupun partikel kotor tidak memasuki saluran. Selain dari atap, air hujan juga akan

dialirkan dari balkon-balkon bangunan. Selanjutnya, air akan dialirkan ke dalam tangki

penampungan. Dari tangki penampungan, air kemudian disaring dan dialirkan ke tangki

air utama yang kemudian bisa dipakai oleh pengguna melalui kran air, kloset, shower,

dan kolam renang. Ukuran tangki penampungan air hujan ini juga bervariasi, mulai dari

600 galon (2,3kilo liter), sampai 50.000 galon (189kilo liter) (Gambar 4.11).

Gambar 4.11 Contoh instalasi tangki penampungan air hujan bawah tanah (Sumber:

www.rainharvest.com)

Konsep sistem struktur yang perancang terapkan di dalam rancangan ini adalah sistem

struktur 2 arah atau Frame Structure. Sistem struktur ini terdiri dari kolom sebagai

elemen struktur vertikal serta balok dua arah dan pelat lantai sebagai elemen struktur

horisontal. Selain menggunakan balok dan kolom sebagai kerangka bangunan, digunakan

juga core berupa dinding geser yang terbuat dari beton. Penggunaan core dapat

meningkatkan rigiditas bangunan, terutama pada bangunan tinggi, seperti pada rancangan

(21)

30

Gambar 4.12 Konsep sistem struktur bangunan

Sistem pondasi yang menurut perancang cocok untuk bangunan dalam rancangan proyek

ini adalah pondasi tiang pancang bore pile (Gambar 4.13). Jenis pondasi ini cocok karena

bangunan yang dirancang cukup tinggi, sehingga membutuhkan gaya gesek tambahan

untuk menopang bangunan. Selain itu, kondisi tanah di pinggir sungai memiliki kadar air

yang cukup tinggi, sehingga mengharuskan pemakaian jenis pondasi dalam.

(22)

Setelah menggali berbagai macam konsep-konsep yang akan digunakan di dalam

rancangan perancang, saatnya perancang menerapkan konsep-konsep tersebut ke dalam

rancangan. Blok massa bangunan dapat dilihat pada gambar di bawah (Gambar 4.14)

Gambar 4.14 Rancangan konseptual blok massa dan ruang luar

Sesuai dengan konsep penzoningan pada bagian sebelumnya, bangunan apartemen

diposisikan di bagian utara lahan. Akses keluar-masuk apartemen menggunakan jalan

sekunder di samping site supaya gerbang keluar-masuk lebih dekat ke bangunan

apartemen. Bangunan apartemen dibagi menjadi 2 massa karena penyesuaian besaran luas

lantai yang dibutuhkan, tinggi maksimal bangunan dengan konsep pendekatan arsitektur

tropis, di mana massa bangunan harus ramping pada sisi timur dan barat untuk

meminimalisir paparan panas matahari. Kedua massa bangunan apartemen dipisahkan

oleh innercourt dan kolam renang yang merupakan fasilitas dari apartemen itu sendiri.

(23)

32

agar lebih mudah dalam mengontrol keamanan apartemen. Pada bagian timur dari

apartemen juga dibuat sebuah jogging track yang bisa dinikmati baik oleh penghuni

apartemen dan publik. Di sekitaran jogging track ditanami oleh pohon-pohon yang akan

memberikan kesan rindang sekaligus menambah paru-paru kota.

Bangunan hotel terletak di bagian selatan lahan dengan akses masuk dari jalan sekunder

juga. Berbeda dengan bangunan apartemen yang membutuhkan 2 massa, bangunan hotel

hanya membutuhkan 1 massa saja. Bentukan massa untuk hotel juga mengikuti konsep

bentukan massa apartemen yang berbentuk ramping dan memanjang.

Pada bagian timur dari bangunan hotel merupakan tempat parkir kendaraan, mulai dari

roda 2 sampai bus pariwisata. Imbas dari pembuatan tempat parkir yang luas ini

berdampak pada lokasi para pedagang yang berdagang di daerah itu sekarang, mulai dari

penjual suvenir sampai kedai kopi. Tentu saja para pedagang tersebut tidak bisa

"dihilangkan" begitu saja. Para pedagang tersebut akan perancang relokasi ke open space

di bagian belakang Istana Maimun, sehingga daerah di belakang istana menjadi sebuah

street cafe, di mana para pengunjung bisa menikmati suasana di belakang Istana Maimun

sembari menikmati makanan atau minuman mereka. Tiap-tiap bangunan di dalam

komplek ini terhubung oleh selasar, sehingga pengunjung bisa berjalan dengan nyaman

meskipun dalam cuaca panas maupun hujan.

Pada bagian belakang lahan, dibuat sebuah amphitheatre yang menghadap ke arah sungai.

Amphitheatre ini akan menjadi lokasi untuk pertunjukan-pertunjukan, baik pertunjukan

musik Melayu atau pertunjukan drama sejarah kerajaan Deli atau pertunjukan lainnya.

(24)

kepada turis-turis asing. Namun, ada sedikit kendala dalam merancang amphitheatre ini,

yaitu berkenaan kepada ketinggian minimal lahan terhadap sungai. Seperti yang kita

ketahui bahwa setiap beberapa tahun sekali, atau bahkan kini hampir setiap tahun, Kota

Medan mengalami banjir yang cukup parah, sehingga harus diantisipasi ketinggian air

sungai yang meluap agar jangan sampai mengakibatkan ada sebagian lahan yang

terendam air banjir. Awalnya, perancang ingin membuat amphitheatre ini agak menurun

dari ketinggian lahan normal, tetapi karena masalah ketinggian yang telah perancang

paparkan tadi, amphitheatre ini dibuat menjadi lebih tinggi. Dengan peninggian

amphitheatre ini, perancang menempatkan kios-kios dan kedai-kedai di bawah

amphitheatre, sehingga bisa menghemat tempat yang bisa dimanfaatkan menjadi street

cafe.

Gambar 4.15 Konsep riverwalk, aphitheatre, kedai dan street cafe

Pengunjung juga bisa menikmati keindahan Istana Maimun dan keasrian taman di

belakang istana dari bagian paling atas dari amphitheatre. Pada bagian depan

amphitheatre bisa menjadi tempat orang-orang menikmati keindahan sungai, jika

memang Sungai Deli telah bersih nantinya. Rancangan seperti ini sesuai dengan ide awal

perancang, yaitu merancang tepi Sungai Deli menjadi sebuat tempat publik di mana

orang-orang bisa melepas kepenatan dengan menikmati pemandangan Sungai Deli.

(25)

34

depan peradaban ada di kota, sehingga sekaranglah saatnya untuk merancang sebuah kota

yang baik, yang tidak membuat penduduknya stress, salah satunya yaitu dengan

merancang ruang publik. Saat ini, ruang publik di Kota Medan tergolong sedikit, warga

Kota Medan lebih banyak berekreasi di mall-mall, bukan di taman-taman atau ruang

publik yang kenyataanya lebih efektif dalam menghilangkan stress atau kepenatan. Ruang

publik ini juga akan membuat pengunjung bisa saling berinteraksi, bersosialisasi dengan

sesama. Hal ini bisa mencegah penurunan kemampuan bersosialisasi generasi berikutnya

akibat kemajuan teknologi, salah satunya media sosial. Di mana pada saat sekarang, bisa

dilihat bahwa kebanyakan orang telah larut dalam euforia kehadiran media sosial,

menghabiskan kebanyakan waktunya di media sosial daripada hubungan sosial secara

fisik. Dengan merancang sebuah ruang publik di belakang Istana Maimun, perancang

berharap bisa membantu menciptakan masyarakat Kota Medan yang produktif, peka

terhadap sekitar dan tidak stress.

Gambar 4.16 Penzoningan vertikal bangunan

Pembagian zona di dalam bangunan terlebih dahulu dilakukan secara vertikal (Gambar

(26)

yang dapat dijangkau oleh publik atau hanya oleh orang-orang tertentu saja. Pada

bangunan hotel, lantai dasar dan lantai 2 merupakan daerah fasilitas umum hotel, dalam

artian bahwa fasilitas ini bisa diakses oleh pengunjung meskipun tidak menginap di hotel.

Fasilitas pada kedua lantai ini meliputi coffeshop, restoran, meeting room, ballroom, dan

retail-retail. Pada lantai 3 merupakan daerah yang berisi fasilitas hotel yang hanya bisa

dinikmati oleh pengunjung yang menginap di hotel. Fasilitas ini terdiri dari kolam renang,

spa, massage, dan gym. Sedangkan untuk lantai-lantai di atasnya berisi kamar-kamar

hotel. Untuk bangunan apartemen, pada lantai dasar berisi fasilitas apartemen. Beberapa

fasiltias hanya bisa diakses oleh penghuni apartemen, yang terdiri dari kolam renang,

gym, laundry, taman bermain anak-anak dan cafe. Pembatasan akses ini dilakukan dengan

pintu sekuriti otomatis. Fasilitas apartemen yang bisa diakses oleh publik terdiri dari

lounge, convenience store, dan food court. Pada lantai 2 dan selanjutnya berisi unit

hunian yang hanya bisa diakses oleh penghuni apartemen dan jika ada tamu yang hendak

berkunjung harus terlebih dahulu melapor ke resepsionis. Dengan cara ini, keprivasian

(27)

BAB V

THE TWIGS

Rancangan skematik merupakan tahapan di mana semua ide-ide rancangan konseptual

dikembangkan menjadi sebuah gambar yang merepresentasikan gambar final rancangan.

Meskipun gambar rancangan skematik belum sempurna, namun gambar skematik sudah

mampu menjelaskan ide realisasi dari luas, perletakan ruang, serta sirkulasi di dalam

bangunan. Di sisi lain, menurut perancang, rancangan skematik cukup mempermudah

kegiatan perancang dalam merancang proyek dari tugas ini, karena revisi-revisi

rancangan lebih mudah dilakukan dalam tahap skematik ini sebelum menjadi gambar

final.

Rancangan denah skematik lantai dasar hotel yang pertama bisa dilihat pada Gambar 5.1.

(28)

Seperti yang telah perancang paparkan pada bab sebelumnya, yaitu mengenai

ruangan-ruangan yang berada pada lantai dasar hotel merupakan ruangan-ruangan yang dapat diakses oleh

publik. Ruangan-ruangan tersebut terdiri dari lobby, resepsionis, bar & piano lounge,

retail-retail dan coffeeshop (Gambar 5.1). Akses masuk utama ke hotel melalui bagian

selatan, sehingga ketika pengunjung berjalan mendekati meja resepsionis disuguhkan

pemandangan Istana Maimun melalui dinding kaca di seberang pintu masuk utama.

Pemandangan yang sama juga dapat dinikmati oleh pengunjung ketika berada di bar &

piano lounge. Kantor pengelola berada di belakang resepsionis. Retail-retail yang ada

akan disewakan, dengan target 1 retail untuk agen perjalanan, 1 retail cendera mata, 1

retail untuk apotik kecil. Pintu loading dock berada di bagian selatan. Loading dock ini

berfungsi untuk menurunkan supply bahan-bahan maupun untuk menaikkan

sampah-sampah ke truk. Loading dock ini memiliki akses ke dapur coffeeshop melalui sebuah

koridor. Dari loading dock ini juga bisa menuju ke area servis di basement dan di lantai

atas melalui lift servis.

(29)

38

Pada Gambar 5.2, dapat dilihat denah skematik lantai 2 hotel. Pencapaian lantai ini bisa

melalui tangga maupun lift dari lantai 1. Pada lantai ini masih berisi fasilitas yang dapat

diakses oleh publik. Terdapat sbuah restoran, 2 ruang rapat, dan sebuah ballroom dengan

luas 750m2. Ballroom ini memiliki dapur kecil untuk meletakkan makanan catering sebelum dihidangkan kepada tamu di ruang ballroom. Dapur ballroom ini dan dapur

restoran memiliki akses servis ke lift servis, sehingga aktivitas servis bisa dilakukan tanpa

menggangu sirkulasi publik.

Gambar 5.3 Denah skematik lantai 3 hotel

Lantai 3 hotel hanya bisa diakses oleh penghuni hotel. Dapat dilihat pada Gambar 5.3,

pada lantai 3 berisi fasilitas-fasilitas yang hanya bisa dinikmati oleh penghuni hotel.

Fasilitas ini meliputi, kolam renang, massage, fitness center, shower dan locker. Kolam

renang yang ditawarkan berupa infinity pool (Gambar 5.4), sehingga pengunjung bisa

menikmati suasana dan pemandangan dari Istana Maimun dari ujung kolam renang yang

(30)
[image:30.595.148.476.295.528.2]

Gambar 5.4 Infinity Pool di Alila Villas, Bali (Sumber: www.1001malam.com)

Gambar 5.5 Denah skematik lantai 4-12 hotel

Pada lantai 4 sampai lantai 12 terdapat kamar-kamar tamu (Gambar 5.5). Kamar tamu

terdiri dari tipe Standard, Deluxe, Executive dan Suite. Masing-masing tipe kamar

memiliki perbedaan fasilitas, baik dari segi luasan, ruangan yang ditawarkan, maupun

(31)

40

Maimun dan Sungai Deli. Sedangkan untuk tipe Standard, hanya sebagian yang memiliki

[image:31.595.148.475.161.392.2]

view ke arah Istana Maimun.

Gambar 5.6 Denah skematik basement hotel

Pada basement hotel terdapat ruangan-ruangan servis, yang terdiri dari ruang staf ME,

main storage, laundry, generator, dan tangki air bawah (Gambar 5.6). Ruang staf ME

merupakan sebuah ruangan di mana para staff ME beristirahat, bersiap siaga jika sesuatu

terjadi dengan sistem ME hotel, baik itu karena pemadaman listrik maupun

kerusakan-kerusakan lainnya. Main storage merupakan sebuah gudang besar untuk menyimpan

barang-barang yang sedang tidak digunakan. Laundry merupakan tempat untuk mencuci

dan mengeringkan linen, baik linen dari kamar tamu, coffeeshop, ballroom, maupun

seragam pegawai. Ruang tangki air bawah berisi tangki air yang bertindak sebagai

reservoir air untuk menampung air dari PDAM. Selain itu, ruang tangki air juga berisi

boiler untuk memanaskan air. Basement hotel dapat menampung 115 mobil dan 50

(32)
[image:32.595.150.475.116.344.2]

Gambar 5.7 Denah skematik lantai dasar apartemen

Rancangan denah skematik awal lantai dasar apartemen dapat dilihat pada Gambar 5.7.

Pada lantai dasar terdapat fasilitas apartemen, yaitu foodcourt, minimarket, laundry,

kolam renang, spa, fitness center dan ruang kotak surat. Pintu masuk utama terletak pada

bagian timur, sedangkan pintu masuk yang lain bisa diakses dari foodcourt yang

mengarah ke taman di belakang Istana Maimun. Foodcourt di apartemen ini akan

mempermudah penghuni apartemen untuk memenuhi kebutuhan makanannya, sehingga

penghuni tidak perlu pergi terlalu jauh untuk mencari makanan. Keberadaan minimarket

juga mempermudah penhuni untuk mencari kebutuhan sehari-hari. Leasing space juga

disediakan pada lantai dasar apartemen, dengan pertimbangan bahwa ruangan tersebut

akan disewa oleh bank, sehingga dengan adanya sebuah bank, aktivitas perbankan

(33)

42

Gambar 5.8 Denah skematik lantai 2-12 apartemen

Pada lantai 2 sampai 12 apartemen terdapat unit-unit hunian (Gambar 5.8). Unit hunian

terbagi menjadi 3 tipe, yaitu tipe 1 kamar tidur atau disebut juga sebagai tipe studio, tipe

2 kamar tidur dan tipe 3 kamar tidur. Tipe studio seluas 45m2, tipe 2 kamar tidur seluas 63m2, dan tipe 3 kamar tidur seluas 90m2.

(34)

Basement apartemen mampu menampung 250 mobil dan 55 sepeda motor (Gambar 5.9).

Pada basement apartemen tidak terdapat banyak ruangan servis seperti hotel, hanya

terdapat tangki air bawah yang terbagi menjadi 2 bagian dikarenakan jumlah tower

apartemen yang ada adalah sebanyak 2 buah.

Semua desain pasti akan mengalami revisi. Di dalam dunia lapangan, sebuah desain akan

dikonsultasikan dengan berbagai pihak, mulai dari klien, ahli struktur, hingga kontraktor,

sehingga akhirnya dihasilkan sebuah dokumen kerja yang akan direalisasikan. Dalam

proyek tugas ini, perancang mengkonsultasikan desain perancang dengan dosen

pembimbing dan arsitek profesional. Berbagai macam hal dari segala aspek dibahas untuk

dianalisa mengenai masalah serta kekurangan dari desain awal perancang. Permasalahan

utama yang menurut perancang lebih banyak dihadapi adalah mengenai penempatan

ruangan dan sirkulasi pengguna. Revisi demi revisi dilakukan sehingga menghasilkan

(35)
[image:35.595.132.485.82.405.2]

44

Gambar 5.10 Ground Plan

Terlihat pada Gambar 5.10, perubahan yang jelas terlihat adalah akses masuk hotel dan

apartemen. Pada konsep awal, akses masuk ke masing-masing bangunan adalah melalui

jalan ekunder di samping site. Dikarenakan beberapa hal, salah satunya yaitu selling

value yang rendah jika akses masuk melalui jalan sekunder, perancang mengubah akses

masuk menjadi dari timur, yaitu dari Jalan Brigjen. Katamso. Pada bagian apartemen,

(36)
[image:36.595.152.472.89.317.2]

Gambar 5.11 Denah lantai dasar hotel

Dengan perubahan akses masuk hotel yang berubah menjadi di bagian timur, secara tidak

langsung juga mempengaruhi posisi pintu masuk utama hotel. Posisi pintu masuk hotel

berpindah ke bagian timur (Gambar 5.11). Pengunjung hotel tetap disuguhkan

pemandangan dari Istana Maimun dari bagian kanan mereka ketika memasuki hotel.

Letak resepsionis juga berpindah menjadi ke bagian selatan, di sebelah core bangunan.

Perubahan posisi ini juga memaksimalkan view ke arah Istana Maimun di bagian utara

hotel, sehingga bagian ruangan yang tidak memerlukan view diposisikan pada bagian

selatan. Tangga untuk menuju lantai 2 juga mengalami perubahan, dari yang sebelumnya

(37)
[image:37.595.149.473.89.319.2]

46

Gambar 5.12 Denah lantai 2 hotel

Perubahan posisi pintu masuk hotel juga berpengaruh pada posisi void di lantai 2. Void

menjadi memanjang penuh ke arah timur dari yang sebelumnya hanya sampai setengah

saja (Gambr 5.12). Perubahan juga terjadi pada posisi pre-function hall yang sebelumnya

memanjang di sepanjang koridor menjadi di samping meeting room. Dapur untuk

(38)

Gambar 5.13 Denah lantai 3 hotel

Pada lantai 3, Fitness center yang sebelumnya tidak mendapat view, sekarang diposisikan

pada daerah yang memiliki view ke arah Istana Maimun (Gambar 5.13). Perubahan kecil

[image:38.595.141.484.89.333.2]

lainnya yaitu pada area berjemur di kolam renang menjadi lebih terbuka dan luas.

(39)

48

Pada lantai bagian atas hotel tidak mengalami begitu banyak perubahan (Gambar 5.14).

Perincian layout tiap tipe kamar dibuat untuk memperjelas ukuran dan fasilitas tiap tipe

[image:39.595.196.427.155.455.2]

kamar( Gambar 5.15).

Gambar 5.15 Layout kamar hotel

Tipe kamar Standard, tersedia dalam single dan twin bed. Terdapat fasilitas bathtub di

kamar mandi. Sebuah balkon disediakan untuk bagi pengunjung untuk menikmati suasana

atmosfir di dalam Komplek Istana Maimun. Kamar Deluxe juga tersedia dalam single dan

twin bed. Fasilitas yang berbeda dengan kamar Standard yaitu adanya ruang santai untuk

sekedar beristirahat ataupun menonton televisi. Kamar Executive hanya tersedia dalam

single bed berukuran King. Tersedia 1 kamar mandi dengan walk-in closet dan 1 kamar

(40)

Kamar Suite berada pada lantai 11 dan 12. Tipe ini menyediakan 2 kamar tidur. Terdapat

zona privat di dalam tipe ini, sehingga jika ada pejabat atau petinggi perusahaan yang

menginap di kamar ini akan memiliki zona privat selain zona untuk menerima tamu.

Kamar tambahan juga bisa digunakan oleh pengawal atau staff yang dibawa oleh tamu

tersebut. Terdapat sebuah dapur kecil untuk mempersiapkan makanan ringan. Balkon

[image:40.595.130.493.241.494.2]

pada bagian privat menghadap ke arah Istana Maimun.

Gambar 5.16 Denah lantai dasar apartemen

Denah lantai dasar apartemen mengalami revisi yang cukup banyak (Gambar 5.16). Hal

ini dikarenakan adanya perbedaan persepsi awal perancang dengan dosen pembimbing

mengenai sirkulasi penghuni apartemen dengan publik. Kasus pada proyek ini cukup unik

dan berbeda dengan apartemen pada umumnya. Apartemen umumnya merupakan satu

komplek bangunan tersendiri, sehingga sirkulasi yang terjadi mayoritas merupakan

penghuni apartemen itu sendiri. Namun, pada kasus ini, bangunan apartemen terdapat di

(41)

50

penghuni apartemen saja, tetapi pengunjung Istana Maimun pun berpotensi memasuki

bangunan apartemen. Hal ini tentu saja akan mengganggu keprivasian dari penghuni

apartemen. Oleh karena itu, dosen pembimbing perancang meminta agar perancang

memisahkan sirkulasi penghuni apartemen dengan pengunjung lainnya. Perancang

memanfaatkan foodcourt menjadi sebuah buffering zone, di mana sebuah pintu sekuriti

memisahkan zona privat apartemen dengan food court. Sehingga, penghuni apartemen

bisa menuju ke foodcourt, namun pengunjung yang tidak memiliki kartu sekuriti tidak

dapat mengakses pintu ini untuk menuju zona privat apartemen. Sistem pengamanan

seperti ini juga perancang terapkan pada pintu yang memisahkan lobby dengan zona

privat apartemen, sehingga jika ada tamu yang hendak berkunjung harus melapor ke

resepsionis terlebih dahulu.

Fasilitas-fasilitas pada apartemen juga mengalami perubahan dan penambahan. Di

antaranya yaitu posisi fitness center (gym) yang sekarang memiliki view ke arah Sungai

Deli. Penambahan fasilitas seperti salon dan tempat bermain anak-anak. Laundry yang

dirancang sekarang diproyeksikan hanya menjadi sebuah counter untuk menerima dan

(42)
[image:42.595.156.468.89.311.2]

Gambar 5.17 Denah lantai 2-12 apartemen

Pada lantai atas apartemen tidak mengalami perubahan, hanya penambahan perincian tiap

tipe unit hunian (Gambar 5.17).

[image:42.595.223.401.423.683.2]
(43)

52

Tipe hunian 1 kamar tidur atau disebut juga sebagai tipe studio, memiliki luas 45m2. Mempunyai 1 kamar tidur yang mampu memuat ranjang berukuran King, sebuah ruang

keluarga, ruang makan, dapur, dan kamar mandi. Tipe hunian 2 kamar tidur memiliki luas

63m2. Memiliki 1 kamar tidur besar, 1 kamar tidur kecil, 2 kamar mandi, sebuah ruang keluarga, ruang makan, dan dapur. Tipe hunian 3 kamar tidur memiliki luas 90m2. Memiliki 2 kamar tidur besar dan 1 kamar tidur kecil, 2 kamar mandi, sebuah ruang

keluarga, ruang makan dan dapur dengan mini bar (Gambar 5.18).

Gambar 5.19 Tampak bangunan hotel (atas) dan apartemen (bawah)

Untuk tampak bangunan, sampai tahap ini perancang masih belum mengembangkannya.

Tampak yang perancang sediakan sampai tahap ini masih sebatas konsep awal (Gambar

5.19). Pada bagian timur dan barat bangunan, perancang mempunyai ide untuk

memanfaatkan vertical garden untuk menghalau panas matahari yang memasuki

bangunan. Fungsi lain dari vertical garden ini yaitu untuk menurunkan suhu di sekitar

dengan adanya evaporasi uap air yang dihasilkan tanaman akibat proses fotosintesis.

Sedangkan pada bagian utara dan selatan bangunan perancang berencana membentuk

fasad bangunan dengan irama yang diciptakan dengan balkon, menciptakan sebuah ruang

(44)

Trimming

Hasil dari presentasi Preview 1 memberikan banyak masukan yang datang dari para

penguji terhadap desain perancang. Para penguji yang melihat rancangan perancang dari

perspektif yang lain memberikan banyak masukan-masukan yang menurut perancang

patut dipertimbangkan untuk mengembangkan rancangan perancang supaya bisa menjadi

lebih baik.

Masukan pertama yang dikemukakan, yaitu tekanan udara yang akan terjadi pada rongga

di antara 2 tower apartemen. Di mana, dengan rongga yang panjang tersebut, akan

menciptakan efek tekanan udara yang tinggi yang akan berdampak pada celah-celah di

bangunan yang perancang rancang agar udara dapat melewatinya. Dampak yang timbul

akibat efek tersebut adalah angin yang berhembus melalui celah tersebut menjadi sangat

kencang dan berkemungkinan mengurangi rasa nyaman dari pengguna bangunan ketika

melewati koridor bangunan.

Untuk merespon masukan pertama yang, yaitu mengenai tekanan angin pada celah

bangunan, perancang menggunakan kisi-kisi di bagian luar celah yang ada pada

bangunan. Kisi-kisi ini akan mengurangi tekanan angin yang berlebihan, sehingga

pengguna yang melewati koridor tetap akan merasa nyaman meskipun angin yang

(45)

54

Masukan kedua yaitu mengenai keselarasan bangunan baru dengan Istana Maimun.

Keselarasan yang dimaksud yaitu mengenai jarak bangunan baru dengan Istana Maimun,

ketinggian bangunan baru dan pola peletakan massa bangunan baru. Semua bangunan

baru yang dibangun harus mengikuti genius loci yang telah ada pada tempat tersebut,

terlebih lokasi proyek ini berada di Komplek Istana Maimun yang masih sangat kuat

sejarahnya.

Merespon masukan mengenai keselarasan bangunan baru dengan Istana Maimun,

perancang menganalisa skyline dari Istana Maimun (Gambar 6.1). Hasilnya, perancang

melihat ada pola dari skyline Istana Maimun, yaitu ketinggian atap dari kedua sisi sayap

bangunan istana terlihat lebih rendah dari bagian tengah. Hal ini menginspirasi perancang

untuk menerapkan pola skyline ini pada bangunan baru. Hasil analisa perancang yang

kedua yaitu terdapat pola pada fasad Istana Maimun yang berupa A-B-A. Pola ini juga

menginspirasi perancang untuk menerapkan pola pada fasad bangunan baru. Dengan

penerapan pola ini, maka nilai genius loci dari Istana Maimun tetap akan terkandung pada

bangunan baru.

(46)

Masukan ketiga yaitu mengenai keterkaitan antara Gold dalam tema perancang dengan

rancangannya. Konteks Gold yang diangkat perancang dianggap masih kurang kuat

dalam penerapannya, terutama kaitannya dengan daerah riverfront.

Masukan yang ketiga memang perancang akui merupakan kelalaian perancang.

Kurangnya kedisiplinan waktu membuat perancang tidak memiliki waktu yang cukup

untuk memperjelas ide rancangan perancang ke dalam Ground Plan. Ketidaklengkapan

gambar perancang membuat penguji tersebut tidak menangkap dengan baik konsep

riverwalk + amphitheatre dalam rancangan perancang.

Masukan lainnya yaitu mengenai fasad bangunan yang terlihat kurang menarik dan

bahkan dikatakan seperti gudang. Masalah ini dikarenakan keterbatasan waktu yang

perancang miliki, sehingga fasad bangunan yang perancang tampilkan pada preview 1

seolah-olah belum siap. Fasad bangunan yang perancang rencanakan yaitu dengan

menggunakan kisi-kisi sebagai secondary skin. Fungsi dari secondary skin ini sendiri

bertujuan untuk mengurangi panas matahari yang memasuki bangunan. Namun, kisi-kisi

tersebut akan membentuk sebuah pola yang mengikuti pola A-B-A yang telah perancang

derivasi dari analisa fasad bangunan Istana Maimun.

Terdapat juga pertanyaan yaitu integrasi instalasi mekanikal dan elektrikal di dalam

bangunan. Umumnya pada bangunan yang bertemakan arsitektur tropis, instalasi

mekanikal dan elektrikal harus diperhatikan, misalnya penempatan Air Handling Unit

(47)

56

Instalasi pendingin udara pada proyek rancangan ini memang berbeda dengan bangunan

lainnya. Hal ini disebabkan karena penggunaan pendekatan arsitektur tropis dalam

rancangan ini, sehingga penggunaan pendingin udara buatan bisa diminimalisir. Namun,

ini juga bukan berarti bangunan ini tidak akan menggunakan pendingin udara sama

sekali, tetapi energi yang terpakai untuk menciptakan suhu ruangan yang nyaman bagi

pengguna tidak akan sebesar bangunan lainnya. Sistem pendingin udara dalam rancangan

ini akan dibahas lebih lanjut pada bab berikutnya mengenai instalasi ME.

Komentar-komentar atau masukan-masukan dari para penguji saat presentasi Preview 1

tidak memberi pengaruh yang sedikit pada rancangan perancang pada proyek ini. Dari sisi

positif, masukan-masukan dari para penguji membuat rancangan perancang menjadi lebih

baik. Namun, revisi yang telah perancang lakukan terhadap rancangan perancang dari

hasil masukan-masukan tersebut masih harus dikonsultasikan dengan dosen pembimbing

dan arsitek profesional yang membimbing perancang. Tujuannya tidak lain adalah agar

revisi yang perancang lakukan tetap masuk akal, terkontrol dan memiliki alasan yang

(48)
[image:48.595.134.489.86.397.2]

Gambar 6.2 Revisi Ground Plan

Gambar 6.2 merupakan gambar Ground Plan yang telah perancang revisi. Perubahan

yang signifikan terletak pada bagian belakang Istana Maimun dan di pinggir sungai. Pada

rancangan sebelumnya, perancang menempatkan sebuah amphitheater di belakang Istana

Maimun. Namun, setelah melakukan studi banding dengan rancangan lahan belakang

istana-istana di negara lain, salah satunya Buckingham Palace di Inggris (Gambar 6.3),

istana-istana tersbut menyuguhkan sebuah lahan yang lapang, tanpa ada bangunan yang

menutup view ke arah belakang istana. Dari studi banding ini, perancang berpikir untuk

merevisi amphitheater perancang yang seolah-olah membatasi dan membelah area

(49)

58

Gambar 6.3 Lahan belakang Buckingham Palace (Sumber:

adriancolston.files.wordpress.com)

Gambar 6.4 Redesain amphitheater

Hasil revisi amphitheater perancang bisa dilihat pada Gambar 6.4. Terlihat bahwa

amphitheater perancang tidak lagi menutupi view ke bagian belakang Istana Maimun,

melainkan menghubungkan area riverwalk dengan lahan belakang Istana Maimun.

Amphitheater ini menjadi sebuah zona buffering antara daerah riverwalk dengan

Komplek Istana Maimun. Akan tetapi, revisi aphitheater ini memiliki sisi negatif, yaitu

kios-kios bagi penjual yang sebelumnya ada di bawah amphitheater menjadi tidak ada

lagi. Perancang menempatkan kios-kios tersebut di tempat yang lain, yaitu di bagian

samping bangunan baru. Dengan demikian, impian perancang untuk membuat area

rekreasi publik yang akan meningkatkan kualitas sosial dan pendapatan dari sektor

(50)

Gambar 6.5 Lokasi kios baru

[image:50.595.111.486.80.283.2]

Gambar 6.6 Fasad bangunan hotel

Gambar 6.7 Fasad bangunan apartemen

(51)

60

Pada fasad bangunan (Gambar 6.6 dan Gambar 6.7), perancang telah mengaplikasikan

hasil analisa muka bangunan Istana Maimun. Dengan permainan pola warna, kisi-kisi dan

bentuk skyline bangunan yang berpola A-B-A, fasad bangunan yang sebelumnya tampak

polos menjadi lebih menarik. Namun, perancang masih terkendala dengan permasalahan

pemilihan warna yang tepat untuk bangunan. Memilih warna yang menarik, namun tetap

masih selaras dengan warna bangunan Istana Maimun, perancang akui merupakan hal

yang sangat sulit. Terlebih karena bangunan baru yang perancang rancang tidak mengacu

pada Arsitektur Melayu, sehingga jika perancang mengaplikasikan warna bangunan

Melayu yang identik dengan hijau dan kuning pada kedua bangunan baru akan

menimbulkan kesan yang aneh. Meskipun begitu, masalah ini menurut perancang bisa

diatas dengan metode trial and error, yaitu dengan mencoba sebanyak mungkin paduan

warna bangunan sampai mampu mendapatkan warna yang selaras dengan Istana Maimun

dan tetap menarik.

Kisi-kisi bangunan yang perancang aplikasikan pada muka bangunan selain sebagai

estetika juga berfungsi untuk menyaring panas matahari yang masuk ke bangunan melalui

jendela kaca bangunan. Kisi-kisi juga perancang terapkan untuk menutup rongga pada

[image:51.595.206.416.540.698.2]

bangunan, sehingga permasalahan tekanan udara bisa teratasi (Gambar 6.8).

(52)
[image:52.595.158.467.83.351.2]

Gambar 6.9 Skema instalasi sanitasi bangunan

Instalasi sanitasi atau air bersih pada bangunan perancang sedikit berbeda dengan

rancangan pada umumnya. Hal ini dikarenakan pemanfaatan air hujan sebagai pasokan

air kedua di samping pasokan air dari Perusahaan Air Minum (PAM)(Gambar 6.9). Air

hujan yang dialirkan melalui floordrain yang ada pada atap bangunan dan balkon

mengalir ke tangki air hujan. Dari tangki air hujan ini, air disaring melalui sebuah filter

sehingga menghasilkan air yang bersih. Kualitas air ini bergantung pada tipe filter yang

dipakai. Jika filter yang dipakai cukup baik, air hasil saringan ini bisa dipakai untuk

keperluan mandi dan cuci. Hasil air dari saringan filter ini kemudian dialirkan ke ground

water tank yang sedianya merupakan tangki penyimpanan air dari pasokan PAM. Dari

tangki air ini, air dialirkan ke dua saluran. Saluran pertama yaitu saluran yang

menghubungkan ke alat-alat saniter, yaitu: bathtub, shower, wastafel, bak cuci piring,

(53)

62

pemanas air. Dari pemanas air ini, air panas dialirkan ke alat saniter yang bisa

menyalurkan air panas, yaitu: bathtub, shower dan wastafel. Air kotor yang dihasilkan

dari alat-alat saniter tadi disalurkan ke riol kota, kecuali air kotor dari kloset yang harus

[image:53.595.194.431.207.421.2]

disalurkan ke septictank.

Gambar 6.10 Skema instalasi elektrikal

Sistem instalasi elektrikal pada bangunan apartemen dan hotel sama dengan bangunan

pada umumnya. Pasokan listrik dari PLN dialirkan ke sebuah panel utama. Dari panel

utama ini, listrik didistribusi ke beberapa mini circuit breaker (MCB) yang tersebar pada

tiap lantai bangunan. Dari MCB ini, listrik kemudian dialirkan ke saklar lampu dan stop

kontak. Selain pasokan listrik dari PLN sebagai pasokan listrik utama, dibutuhkan juga

generator atau genset sebagai pembangkit listrik cadangan jika pasokan listrik dari PLN

padam (Gambar 6.10).

Tidak bisa dipungkiri bahwa penghawaan buatan pada bangunan telah menjadi sebuah

(54)

bangunan. Akan tetapi, masalah utama yang muncul dari penggunaan penghawaan buatan

adalah besarnya biaya dan energi yang terpakai hanya untuk menciptakan suhu ruangan

yang nyaman bagi pengguna di dalamnya. Apalagi dengan kondisi iklim tropis di Kota

Medan yang cenderung panas, pendingin ruangan hampir digunakan sepanjang hari.

Namun, dengan pendekatan arsitektur tropis yang perancang terapkan pada

rancangannya, diharapkan bisa menurunkan biaya dan energi yang terpakai untuk

menciptakan suhu ruangan yang nyaman. Logikanya yaitu, dengan semakin kecilnya ΔT

(suhu ruangan dikurangi dengan suhu nyaman ideal, ±26°C), semakin sedikit pula energi

yang terpakai untuk mendingikan ruangan. Langkah selanjutnya yaitu memilih tipe

pendingin udara yang tepat. Ada banyak jenis pendingin udara buatan yang dipakai pada

bangunan sekarang, mulai dari tipe split sampai tipe sentral. Pendinginan udara di dalam

hotel menggunakan sistem AC split (Gambar 6.11). Pada sistem ini, tiap-tiap unit indoor

[image:54.595.239.386.413.555.2]

terhubung oleh satu unit outdoor.

Gambar 6.11 Ilustrasi pengaplikasian AC Split (Sumber: www.growershouse.com)

Untuk pendingin udara ruangan pada podium hotel dan apartemen, perancang

menggunakan sistem AC VRF (Variable Refrigerant Flow, Gambar 6.12). Sistem AC ini

(55)

64

outdoor bisa terhubung sampai maksimal 60 buah unit indoor sebagaimana hasil

[image:55.595.217.410.135.276.2]

pengamatan perancang terhadap tipe dan merk AC Mitsubishi.

Gambar 6.12 Ilustrasi pengaplikasian AC VRF (Sumber: www.zerodegreeac.com)

Pemilihan sistem struktur pada bangunan kerap menjadi masalah pada bangunan hasil

rancangan seorang arsitek. Tidak jarang banyak bangunan karya arsitek yang dibangun

tidak sesuai dengan rancangan si arsitek. Berdasarkan hasil observasi perancang, banyak

arsitek yang naif dengan kompetensi teknologi membangun yang ada di sekitarnya dan

hanya bercermin pada teknologi membangun dari negara lain yang sudah sangat maju.

Rancangan megastructure atau rancangan yang menggunakan sistem struktur yang rumit,

memang sebenarnya akan tetap bisa dibangun. Akan tetapi, jika tidak diimbangi dengan

kapabilitas pihak kontraktor atau bahkan ahli struktur yang dipakai, bisa jadi rancangan

megastructure tadi hanya akan menjadi proyek angan-angan saja. Salah satu proyek

megastructure yang berhasil menurut perancang adalah Marina Bay Sands (Gambar

6.13). Dari film dokumenter National Geographic Megastructures: Singapore's Vegas,

sang arsitek, Moshe Safdie, bahkan tidak mengerti sama sekali bagaimana sistem struktur

yang cocok untuk dipakai supaya rancangannya, yaitu Marina Bay Sands, bisa

direalisasikan. Beruntung, proyek tersebut menggandeng pihak ahli struktur dari Arup

(56)

meskipun sempat terbesit di dalam benak ahli struktur tersebut bahwa ada kemungkinan

proyek ini bisa terhenti karena masalah teknologi membangun.

Gambar 6.13 Marina Bay Sands

Sistem struktur bangunan yang dipilih oleh perancang adalah struktur rigid frame

(Gambar 6.14). Perancang memilih sistem struktur ini karena sistem struktur ini tidak

rumit, cocok dengan bentuk bangunan perancang. Pengaplikasian sistem struktur ini juga

lumrah diterapkan pada bangunan-bangunan di Medan, sehingga semua pihak yang

terlibat pada pekerjaan konstruksi tidak akan merasa asing dengan sistem struktur ini.

Gambar 6.14 Struktur Rigid Frame

Dalam sistem struktur ini, struktur bangunan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu elemen

struktur horisontal dan elemen struktur vertikal. Elemen struktur horisontal berfungsi

untuk menyalurkan beban bangunan ke elemen struktur vertikal. Elemen struktur

(57)

66

vertikal berfungsi untuk menyalurkan beban bangunan ke dalam tanah. Elemen strutur ini

terdiri dari core bangunan, kolom dan pondasi. Core bangunan (Gambar 6.15) terdiri dari

berbagai jenis, baik itu dari struktur baja yang besar atau dengan dinding geser (shear

wall). Core bangunan yang dipakai perancang yaitu dinding geser setebal 30cm. Untuk

kolom utama yaitu kolom yang menerus sampai tower, perancang menggunakan kolom

beton berukuran 80cm x 80cm, sedangkan untuk kolom pada lantai podium berukuran

60cm x 60cm. Pondasi yang dipakai terdiri dari pondasi tapak dan pondasi tiang pancang

atau pile. Pile yang digunakan yaitu pile bulat dengan diameter 30cm dan pile cap

berukuran 120cm x 120cm. Balok induk yang dipakai perancang dalam rancangannya

adalah balok beton berukuran 30cm x 65cm sebagaimana jarak antar kolom bangunan

[image:57.595.191.435.362.615.2]

adalah 8meter, dan balok anak yang dipakai berukuran 20cm x 30cm.

Gambar 6.15 Core bangunan

Di dalam proses merancang sebuah proyek, tahapan yang seringkali diabaikan oleh para

(58)

arsitek yang berpikir bahwa pekerjaan konstruksi sebaiknya diserahkan kepada pihak

kontraktor karena memang merekalah yang lebih mengerti mengenai proses konstruksi.

Akan tetapi, ketidaktahuan arsitek dalam membuat skenario konstruksi bisa berdampak

pada hasil akhir rancangan. Oleh karena itu, sebaiknya arsitek juga harus mampu

mengerti proses konstruksi sehingga arsitek bisa ikut mengontrol proses konstruksi

supaya hasil akhir proyek bisa sama dengan gambar rancangan.

Tahapan paling awal dalam sebuah proyek yaitu melakukan sondir test untuk mengetahui

kandungan tanah pada lokasi proyek dan daya dukung tanah tersebut. Umumnya proses

ini dilakukan oleh pihak yang sudah ahli. Dari hasil tes ini, dianalisalah jenis pondasi

yang cocok untuk proyek ini. Tahap selanjutnya yaitu persiapan lahan. Pada tahap ini,

lahan pada lokasi proyek dipersiapkan kondisinya supaya proses konstruksi bisa

berlangsung. Tahap ini dimulai dengan pemasangan pagar konstruksi di sekeliling lahan

proyek, selanjutnya yaitu penghancuran bangunan existing yang tidak terpakai lagi,

penebangan pohon dan vegetasi yang tidak diperlukan. Pada tahap ini juga harus

memperhitungkan akses keluar masuk alat berat dan sirkulasi alat berat di dalam lokasi

proyek.

Selanjutnya yaitu melakukan penggalian untuk basement dan pondasi sesuai dengan

dokumen kerja. Penggalian tanah melibatkan alat berat berupa excavator atau back-hoe

dan shovel (Gambar 6.16) . Pada proses penggalian, tidak jarang ditemukan air bawah

tanah yang akan menggangu proses konstruksi. Air ini harus dibuang keluar dari lubang

galian dengan cara terlebih dahulu dikumpulkan pada sebuah lubang penampungan air

(Sump Pit). Air ini selanjutnya dipompa keluar dan dialirkan ke saluran pembuangan. Hal

(59)

68

samping galian. Idealnya, kemiringan galian adalah 45°. Hal ini untuk mencegah sisi

samping galian tersebut longsor. Jika kemiringan tersebut tidak memungkinkan, bisa

diatasi dengan menggunakan sheet pile beton (Gambar 6.17), yaitu dinding beton

pra-cetak yang ditanam mengelilingi area galian.

Gambar 6.16 Excavator atau back-hoe (kiri) dan shovel (kanan) (Sumber: www.cat.com)

Gambar 6.17 Sheet pile beton (Sumber: www.jayabeton.com)

Setelah kedalaman galian sudah sesuai dengan dokumen kerja, selanjutnya yaitu

pemasangan tiang pancang pada titik-titik pondasi. Proses pemasangan tiang pancang

juga harus sesuai dengan kondisi sekitar. Dengan adanya bangunan Istana Maimun dan

rumah penduduk sekitar, pemasangan tiang pancang dengan drop hammer sangat tidak

cocok karena akan merusak bangunan-bangunan tersebut. Metode pemasangan tiang

pancang yang menurut perancang cocok yaitu dengan metode hydraulic-press in (Gambar

(60)

dengan gaya yang sesuai dengan perhitungan beban bangunan hingga tiang pancang

tersebut berhenti pada suatu titik. Setelah proses piling selesai, tahap selanjutnya yaitu

pengecoran pile cap dan dilanjutkan dengan pengecoran T-beam yang menghubungkan

[image:60.595.219.403.367.508.2]

tiap-tiap pile cap dan shear wall di sepanjang dinding galian (Gambar 6.19).

Gambar 6.18 Hydraulic press-in hammer (Sumber: www.powerquip.co.kr)

Gambar 6.19 Proses pengecoran pile cap dan T-beam (Sumber: mjg-4.blogspot.com)

Setelah pekerjaan basement dan pondasi selesai, selanjutnya dilakukan pekerjaan struktur

bagian atas. Hal ini dimulai dari pengecoran lantai dasar dan kolom. Untuk melakukan

pengecoran kolom, diperlukan sebuah cetakan atau bekisting (Gambar 6.20). Bekisting

ini kemudian dibongkar 2-3 minggu setelah pengecoran dilakukan. Setelah beton kolom

dianggap telah mampu memikul beban, selanjutnya dilakukan pekerjaan lantai di atasnya.

(61)

70

Teknologi memungkinkan pelat lantai dan balok dicetak di pabrik dengan ukuran atau

modul tertentu, kemudian pelat lantai dan balok tersebut dirakit pada lokasi konstruksi.

Proses pemasangan pelat lantai dan balok pra-cetak memerlukan ketelitian pada tiap

sambungannya. Langkah pengecoran kolom dan pemasangan pelat lantai dilanjutkan

hingga mencapai jumlah lantai yang sesuai dengan dokumen kerja. Pada konstruksi

bangunan tinggi diperlukan juga satu atau lebih tower crane (Gambar 6.21) yang

berfungsi untuk mengangkat bahan bangunan ke lantai atas, termasuk pelat lantai dan

[image:61.595.222.400.286.421.2]

balok pra-cetak.

Gambar 6.20 Bekisting kolom (Sumber: raftorigin.wordpress.com)

[image:61.595.224.401.457.598.2]
(62)

The Fruits

Tahap presentasi akhir dari proyek Perancangan Arsitektur 6 ini menurut perancang

merupakan sebuah simulasi dari proses tender pada sebuah proyek nyata. Seorang arsitek

harus mampu menarik perhatian dan meyakinkan kliennya bahwa desain yang

diajukannya merupakan yang terbaik. Sebuah presentasi yang menarik akan membuat

klien berpikir bahwa sang arsitek benar-benar serius menanggapi proyek tersebut.

Presentasi yang baik juga harus mampu menyampaikan informasi yang selengkap

mungkin kepada klien, sehingga klien mampu mengerti segala aspek dari desain tersebut.

Sebuah desain yang baik akan menjadi sia-sia jika sang klien tidak mampu mengerti apa

yang dipresentasikan oleh sang arsitek sehingga klien tidak tertarik terhadap desain yang

[image:62.595.219.406.439.583.2]

dipresentasikannya.

Gambar 7.1 Foto maket perancang

Presentasi akhir Perancangan Arsitektur 6 terdiri dari beberapa lembar poster dan maket

studi (Gambar 7.1) yang akan dijelaskan secara verbal kepada dosen penguji. Berbeda

dengan dokumen gambar kerja, poster yang ditampilkan tidak hanya harus informatif

(63)

72

menjelaskan hal yang berhubungan, sehingga ketika dijelaskan secara verbal poin-poin

yang hendak dijelaskan tidak berserak di lembar poster yang lain.

Pada Gambar 7.2, perancang hendak menceritakan latar belakang desain, tema dan

[image:63.595.222.402.209.451.2]

konsep yang perancang usung di dalam desainnya.

Gambar 7.2 Pengembangan konsep

Pada bagian atas perancang menampilkan judul atau temanya, yaitu Old But Gold. Di

bagian bawah judul, perancang tempatkan sebuah visualisasi perspektif dari bagian depan

Istana Maimun, sehingga penguji bisa langsung menangkap seperti apa bentuk desain

perancang. Selanjutnya perancang menampilkan konsep bentuk dan orientasi bangunan

serta teknologi green wall yang perancang terapkan untuk mengurangi panas yang diserap

oleh bangunan sesuai dengan pendekatan arsitektur tropis yang perancang aplikasikan

(64)

Gambar Site plan ditempatkan oleh perancang pada lembar pertama juga untuk memberi

gambaran posisi lokasi proyek terhadap lingkungan sekitar. Selain itu, Site plan juga

berfungsi untuk menunjukkan bagian bangunan yang lebih tinggi melalui bayangan yang

[image:64.595.219.405.205.473.2]

ada.

Gambar 7.3 Ground plan

Pada gambar Ground plan (Gambar 7.3), perancang hendak menceritakan posisi akses

pencapaian ke dalam site, serta posisi bangunan hotel dan apartemen. Gambar potongan

yang perancang sajikan menjelaskan ketinggian bangunan, posisi bangunan terhadap

sungai serta kedalaman basement.

Pada Gambar 7.4, perancang masih menyajikan gambar-gambar potongan. Gambar

potongan yang ditampilkan yaitu berupa detail potongan prinsip dan potongan

(65)

74

persepektif mengenai suasana amphitheater dan riverwalk di belakang site. Gambar

perspektif suasana membantu menerjemahkan gambar 2 dimensi menjadi 3 dimensi,

[image:65.595.224.401.161.411.2]

dalam hal ini yaitu suasana amphitheater dan riverwalk.

Gambar 7.4 Gambar potongan

Untuk gambar denah, perancang sengaja menampilkannya dalam 3 lembar poster yang

berbeda. Hal ini dilakukan untuk mempermudah menjelaskan mengenai perbedaan

tingkat keprivasian antara lantai podium dan lantai tower dari hotel dan apartemen. Lantai

(66)
[image:66.595.236.389.82.298.2]

Gambar 7.5 Denah podium hotel

Gambar 7.6 Denah lantai dasar apartemen

Pada Gambar 7.7, perancang menampilkan gambar denah dari tower hotel dan apartemen.

Selain itu, perancang juga menampilkan posisi tiap ruangan atau tiap unit hunian secara 3

[image:66.595.234.391.334.553.2]
(67)
[image:67.595.238.386.79.293.2]

76

Gambar 7.7 Denah tower hotel dan apartemen

Pada Gambar 7.8 dan Gambar 7.9, perancang menampilkan layout kamar hotel tipikal

dan unit hunian apartemen. Gambar layout kamar hotel dan unit hunian apartemen yang

perancang sajikan menyerupai brosur-brosur supaya menarik dan mudah dimengerti oleh

orang awam. Penjelasan mengenai fitur-fitur dari tiap kamar hotel dan unit hunian juga

ditampilkan di samping gambar layout. Penempatan tiap layout kamar dan unit hunian

dimulai dari tipe terendah ke tipe tertinggi.

[image:67.595.245.382.505.704.2]
(68)

Gambar 7.9 Layout unit hunian apartemen

Gambar 7.10 berisi tampak-tampak bangunan. Pada bagian atas perancang menampilkan

tampak keseluruhan bangunan dari sisi depan, termasuk Istana Maimun. Selanjutnya

perancang meampilkan tampak bangunan hotel dan apartemen beserta rendering

perspektif suasana. Gambar rendering perspektif bertujuan untuk memperjelas fasad

bangunan, terutama pola-pola yang perancang terapkan pada kedua bangunan.

(69)

78

Pada Gambar 7.11, berisi diagram 3 dimensi dari teknologi bangunan. Teknologi

bangunan yang disajikan terdiri dari sistem plumbing, elektrikal, tangga kebakaran dan

struktur. Untuk gambar sistem plumbing dan elektrikal perancang menampilkannya

dengan warna-warna yang berbeda dan penomoran abjad untuk menunjukkan

bagian-bagian tertentu. Teknologi struktur juga disajikan dalam exploded view untuk

menjelaskan bagian-bagian struktur dari bangunan, yaitu elemen vertikal dan elemen

horizontal.

(70)

Let's Harvest

Kondisi Sungai Deli saat ini bisa dibilang dalam tingkat yang memprihatinkan. Berbagai

masalah muncul dari sungai itu sendiri, baik dari segi kebersihan, estetika, maupun

kualitas ruangnya. Untuk itu, sebuah proyek revitalisasi muka sungai diprakarsai oleh

Pemerintah Kota Medan. Proyek besar ini mengangkat tema riverfront architecture,

sesuai dengan tujuan Pemko Medan, yaitu menata ulang sisi bantaran sepanjang Sungai

Deli.

Tiap-tiap segmen dari Sungai Deli memiliki masalahnya sendiri yang khas. Segmen dari

Sungai Deli yang perancang peroleh yaitu pada kawasan Komplek Istana Maimun. Di

samping permasalahan tepi sungai yang tidak tertata, Komplek Istana Maimun sendiri

memiliki masalah yang cukup pelik. Dimulai dari kondisi Istana Maimun yang tidak

terawat, sampai kawasan permukiman di belakang Istana Maimun yang tidak tertata.

Tema khusus yang dimandatkan kepada perancang yaitu Urban Heritage Tourism, yaitu

perancang harus merancang kembali Komplek Istana Maimun menjadi sebuah lokasi

pariwisata bersejarah yang mampu menarik turis dan meningkatkan pendapatan dari

sektor pariwisata.

Untuk mengatasi permasalahan permukiman di belakang Istana Maimun, perancang

merancang sebuah apartemen untuk merelokasi penghuni per

Gambar

Gambar 5.4 Infinity Pool di Alila Villas, Bali (Sumber: www.1001malam.com)
Gambar 5.6 Denah skematik basement hotel
Gambar 5.7 Denah skematik lantai dasar apartemen
Gambar 5.10 Ground Plan
+7

Referensi

Dokumen terkait

lain, aturan tidak tertulis juga menjadi “ukuran” untuk menentukan apakah suatu perbuatan dapat dikualifikasikan sebagai. perbuatan/tindakan pidana atau

Dalam konteks pelayanan publik keluhan atau komplain bukan hanya sebagai penilaian negatif dari masyarakat atas pelayanan yang diberikan namun juga sebagai pemicu

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 12 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan

[r]

cerita/mengamati video/film/ gambar tentang berbagai macam profesi dikaitkan dengan sila-sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari  Menggali informasi. melalui wawancara di

[r]

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 10 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantul (Lembaran Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2007

masalah yang  berkaitan dengan  penjumlahan dan  pengurangan dua  pecahan dengan  penyebut berbeda menghitung, dan  menyelesaikan  masalah yang