• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Fasad Bangunan Terhadap Tata Ruang Kawasan (Studi Kasus: Jalan Ahmad Yani Kesawan Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perubahan Fasad Bangunan Terhadap Tata Ruang Kawasan (Studi Kasus: Jalan Ahmad Yani Kesawan Medan)"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adhisakti. 2008. Kepekaan, Seleradan Kreasi dalam Kelola Kota Pusaka, Makalah disampaikan dalam Temu Pusaka 2008 “Pelestarian Pusaka

versus Pengembangan Ekonomi?” yang diselenggarakan Badan

Pelestarian 30 Pusaka Indonesia, 23 Agustus 2008 di Bukit Tinggi, Sumatera Barat.

Adityapash. 2007. “Pelestarian Bangunan Pusaka” Tugas Akhir, Jurusan Teknik Arsitektur ITB.

Affandi, Francis B.2015 .“Bangunan Bersejarah”.

Ardiani, Yanita Mila. 2009. Insertion Menambah Tanpa Merobohkan. Surabaya: Wastu Lanas Grafika.

Ashworth, GJ. 1991. Heritage Planning: Conservation as management of change. Geo Press, the Netherlands, Holland.

Budihardjo, Eko , 1994, Percikan Masalah Arsitektur, Perumahan Perkotaan, Penerbit Gajah Mada University, Press.

Budihardjo, Eko, 1997. Preservation and Conservation of Cultural Heritage in Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Piagam

Pelestarian Pusaka Indonesia 2003

(2)

Haryadi, dan Setiawan.B. 1995. Arsitektur Lingkungan Dan Perilaku. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.156 hal.

Handinoto.1996.Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Surabaya 1870-1940. Kerjasama Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Petra Surabaya dan Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Hadinoto. 1997. Bentuk dan struktur kota probolinggo tipologi sebuah kota administratif Belanda. Dimensi 23/ARSITEK JULI 1997.

Krier, Rob (1988) Architectural Composition, dalamversibahasa Indonesia diterjemahkanoleh Ir. Effendi Setiadharma, dkk.PenerbitErlangga. Jakarta

Krier, Rob (2001). Komposisi Arsitektur, Erlangga. Jakarta Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Bandung 2002-2012.

Lubis, H. 1990. Arahan Kebijaksanaan Pelestarian Di Kawasan Jakarta Kota. Tugas Akhir Jurusan Teknik Planologi, ITB.

Mundardjito. 2002. Pertimbangan Ekologis Penempatan Situs Masa Hindu-Buda di Daerah Yogyakarta. Jakarta :Wedatama Widya Sastra dan Ecole Francaise D'extreme-Orient.

Munthe. dkk.2014. “Community Engagement Terhadap Konservasi Rumah Tjong

(3)

Jalan Ahmad Yani”. Departemen Teknik Arsitektur. Universitas

Sumatera Utara.

Papageorgiou, A. 1971 “Change and Continuity”

Pile, John F. 2000.A History of Interior Design. London: Laurence King.

Pile, John F. 2003.A History of Interior Design 3rd Edition. London: Pearson/prentice hall.

Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia 2003.

Pawitro, dkk, “Kajian Ekspresi Ruang Luar dan Ruang Dalam pada Bangunan

Masjid Al – Irsyad Kota Baru Parahyangan Ditinjau Dari Sustainable

Design”, Jurnal Reka Karsa, Jurusan Teknik Arsitektur Itenas, Vol. 2,

No.2 , (2014).

Radjiman, Gunung, 2000. Mata Kuliah Preservasi Dan Komervasi.Yogyakarta: Program Studi Teknik Arsitektur, Universitas Gadjah Mada.

Rossi, Aldo, (1982), Architecture of the City, The MIT Press, London-England.Ruslinda, “Kajian Fasad Bangunan Rumah Kedai Di Bandar

Kangar Sebagai Satu Pendekatan Pemuliharaan Bangunan “1Jabatan Kejuruteraan Awam, Politeknik Sultan Abdul Halim Mu’adzam Shah,

06000 Jitra, Kedah Darul Aman..

(4)

Susilowati. 2005 .” Upaya Pelestarian Perkanmpunagn Budaya Betawi Di Sutu Babakan Sebagai Kawasan Wisata Budaya” Jurusan Teknik ArsitekturUniversitas Gunadarma Depok

Surbakti, Asmyta .2010. Penghancuran Estetika Kota Bangunan Bersejarah Di Kota Medan.

The Encylopedia of Malaysian Architecture, 1997

Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2010 “Tentang Cagar Budaya” [LN 2010/130,TLN 5168]

Utami, dkk, 2004, Kajian Stimulus Collective Memory Terhadap Bangunan– Bangunan Kolonial Di Sekitar Lapangan Merdeka, Studi Kasus :

Bangunan–Bangunan Kolonial Di Sekitar Lapangan Merdeka Medan, e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara, hal 2-3.

Utami; M, Wibowodan A. J. Faruk.2014. Kajian Bentuk dan Fasad Hotel Gino Feruci Bandung.Jurnal Online Institut Teknologi Nasional. 1 (4): 1-12.

Widjaja, H.A.W. 2010. Komunikasi, Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat. Jakarta : Bumi Aksara

Wardani, Laksmi Kusuma. 2009. Gaya Desain Kolonial Belanda pada Interior Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Surabaya. Jurusan Desain Interior,

(5)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang datanya berupa lisan atau deskripsi dari objek yang diamati peneliti. Penelitian kualitatif ini akan menghasilkan data yang menjelaskan secara deskriptif bagaimana perubahan fasad terhadap jalan Ahmad Yani.

3.2Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu:

a. Fasad bangunan, dijelaskan singkat tentang apa itu fasad bangunan b. Skyline kawasan, dijelaskan singkat tentang apa itu skyline kawasan

Fasad bangunan dan skyline kawasan menjadi variable penelitian karena kedua variable tersebut merupakan bagian dari upaya pelestarian kawasan bersejarah, yaitu melestarikan fasad bangunan dan menjaga skyline kawasan agar tidak mengalami perubahan yang bisa menghilangkan nilainya.

3.3Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang diperlukan, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu :

(6)

Pengumpulan data, maka dalam penelitian ini akan dikumpulkan data dengan cara mengamati secara langsung bangunan yang akan diteliti. Sehingga dalam hal ini penulis memperoleh data yang akurat.

2. Studi Dokumen

(7)

3.4. Batasan Kawasan Penelitian

Kesawan adalah nama sebuah daerah di Kecamatan Medan Barat, Medan, Indonesia. Kawasan ini adalah kawasan yang dipenuhi bangunan-bangunan bersejarah dan Jalan Ahmad Yani yang berada di kawasan ini merupakan jalan tertua di Medan.

(8)

Gambar 3.2 Denah Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

3.5.Metode Analisa Data

Tahapan analisa data dari penelitian ini adalah:

1. Menginventariskan bangunan di kawasan Jalan Ahmad Yani. 2. Menginventarsai fungsi bangunan

3. Mengidentifikasi fasad bangunan di kawasan Ahmad yani. 4. Menganalisa perubahan fasad bangunan di Jalan Ahmad Yani 5. Membuat kesimpulan akhir

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif meliputi :

a. Data fasad bangunan bersejarah dikelompokan dan disaring mana data yang tidak lengkap dan tidak perlu berdasarkan yang ada di dalam studi literatur.

(9)

BAB IV

PERUBAHAN FASAD BANGUNAN KAWASAN DI JALAN AHMAD YANI

4.1. Sejarah Kawasan Kesawan

Menurut Sidabutar (2007) sejarah daerah Kesawan adalah sebagai berikut: Tahun 1590-1837

Pada periode ini keadaan kawasan Kesawan masih berupa areal sawah, Ruko dan di sekitar areal tersebut merupakanhutan. Bangunan umum pertama adalah Mesjid Bengkok yang terdapat di Jalan Mesjid sekarang.Tahun 1838 – 1887sudah dibangun perkerasan jalan dengan mengunakan material batu-batuan, dan pembangunan ruko semi permanen sedangkan dijalan Pemuda telah berdiri rumah-rumah tinggal.

Tahun 1888-1912

Pada periode ini perkembangan yang cukup drastis terjadi di kawasan Kesawan dengan tersedianya kelengkapan fasilitas Kota. Perubahan yang cukup drastis tersebut adalah jalan–jalan telah dibuka dan jalur kereta api telah ditambah oleh Belanda. Areal hutan telah berubah menjadi perkampungan seperti Perkampungan Dalam dan Kampung Sawahan.

Tahun 1913-1937

(10)

yang berfungsi baru seperti bangunan tinggal sekaligus usaha (ruko), bangunan pemerintahan, perdagangan dan pusat-pusat hiburan.

Tahun 1938-1962

Pada periode ini peristiwa penting dalam sejarah bangsa Indonesia yaitu kemerdekaan Indonesia yaitu tahun 1945.Kejadian ini juga mempengaruhi Kesawan, ditandai sebagai babak baru bagi arsitektur yang pada waktu itu didominasi arsitek Belanda. Terjadi perkembangan teknologi dan ekonomi pada era modern. Bangunan-bangunan didirikan dengan fungsi yang beranekaragam.

Tahun 1963-1995

Pada periode ini perkembangan Kesawan mulai ditandai dengan didirikannya bangunan yang relatif lebih tinggi, fasilitas yang dibutuhkan pada pusat kota semakinlengkap. Dengan didirikannya berbagai macam fungsi bangunan baik kantor–kantor pemerintahan swasta, dan hiburan. Ruang dan karakter arsitektur kawasan mulai terpelihara.

Tahun 1996-2004

(11)

tidak berbentuk konsep arsitektur modern sehingga dianggap ketinggalan zaman.Air dan pemasangan keramik pada arcade. Pada tahun 2002– sekarang ini, pada malam hari Kesawan dialih fungsikan sebagai pusat jajanan malam.Sehingga terdapat aktivitas yang menonjol pada malam hari.Aktivitas baru ini ditandai dengan didirikannya dua gerbang raksasa yang menandai secara tegas batas Kesawan. Terjadi penataan ulang dan penambahan lampu jalan, aksesoris, dan instalasi.

Tahun 2005-2015

(12)

Jika ditabelkan, makaSejarah fungsi dari kawasan Kesawan adalah sebagai berikut :

Tahun Fungsi

Tahun 1590 – 1837 Areal sawah dan Ruko

Gambar 4.1 Peta Kesawan Tahun 1837 (Sumber: Sibarani dalam Khairunnisa 2014)

Tahun 1838 – 1887 Berdiri rumah-rumah tinggal

Gambar 4.2 Peta Kesawan Tahun 1887 (Sumber: Sibarani dalam Khairunnisa 2014)

(13)

Gambar 4.3 Peta Kesawan Tahun 1912 (Sumber: Sibarani dalam Khairunnisa 2014)

Tahun 1913 – 1937 Ruko yang berbagai fungsi, bangunan pemerintahan, perdagangan dan pusat-pusat hiburan

Gambar 4.4 Peta Kesawan Tahun 1937 (Sumber: Sibarani dalam Khairunnisa 2014)

(14)

Gambar 4.5 Peta Kesawan Tahun 1962 (Sumber: Sibarani dalam Khairunnisa 2014)

Tahun 1963-1995 Kawasan mulai didirikan bangunan yang relative tinggi yang berfungsi kantor pemerintah maupun swasta, dan Pusat hiburan.

Gambar 4.6 Peta Kesawan Tahun 1995 (Sumber: Sibarani dalam Khairunnisa 2014)

(15)

Gambar 4.7 Peta Kesawan Tahun 2004 (Sumber: Peta Kota Medan 2004)

Tahun 2005-2015 Penerapan arsitektur modren pada fasad bangunan, dan meninggalkan gaya arsitektur Cina, Belanda, dan Melayu, dengan fungsi yang sama.

Gambar 4.8 Peta Kesawan Tahun 2015 (Sumber: google earth)

(16)

Sejarah arsitektur bangunan pada kawasan dapat diamati berupa gambar-gambar. Berikut gambar 4.1-4.6 menjelaskan bentuk arsitektur yang menerapan perpaduan antara arsitektur Cina, Belanda Melayu,

Gambar 4.9 Gapura Masuk Kesawan (Dari Luar Dan Dalam) Sumber: http://media-kitlv. medan

Gambar 4.10 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. medan

Gambar 4.11 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. medan

Tahun 1918 Tahun 1925

Tahun 1985 Tahun 1985

(17)

Gambar 4.12 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. medan

Gambar 4.13 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan

Sumber: http://media-kitlv. medan

Gambar 4.14 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. medan

Dari gambar 4.1- 4.6, terlihat jelas bahwa fungsi bangunan yang ada pada kawasan Kesawan berupa pusat komersil dan gedung gedung perkantoran, pada sejarah kawasan tersebut juga dapat dilihat dari mulainya pembangunan rel kereta

Tahun 1925 Tahun 1919

Tahun 1985 Tahun 1985

(18)

api pada tahun 1888 dan kemudian diikuti dengan perkembangan pembangunan yang berbentuk ruko pada tahun 1913.

Sejarah fungsi bangunan yang berupa pusat komersil dan perkantoran merupakan identitas kawasan yang didukung dengan bangunan yang berbentuk ruko, fungsi ini mennyebabkan terbentuknyagaya arsitektur yang didominasi oleh gaya arsitektur Belanda baik dalam fungsi, ruang, bentuk, sky line, ornamen.

Bangunan didominasi oleh gaya arsitektur Belanda ini juga terlihat jelas dari fasad bangunan kawasan, fasad bangunan yang memiliki ciri khas pada kawasan seperti atap, ornamen,dan bukaan, pada fasad bangunan yang memilik bentuk bentuk seperti gambar 4.7.

 Atap

Gambar 4.15 Bentuk Atap Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. medan

(19)

 Ornamen

Gambar 4.16 Bentuk Ornamen Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. medan

Ornamen pada fasad bangunan tidak hanya terdapat pada atap, melaninkan juga terdapat didinding bangunan, ornamen yang digunakan juga bervariasi, dari bentuk maupun perletakannya,

 Bukaan

Gambar 4.17 Bentuk Bukaan Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. medan

(20)

juga menunjukan bahwa model bukaan yang berbeda tapi konteks dengan bangunan disekitar nya.

4.2. Kondisi Eksisting Fasad Bangunan di Kawasan Kesawan

Bangunan pada kawasan kesawan merupakan bangunan yang dibangun pada masa penjajahan Belanda, dengan dominasi pada gaya arsitektur kolonial. Gambar 4.10 menunjukan bentuk arsitektur fasad pada masa lalu, yang menjelaskan konsep arsitektur fasad bangunan pada kawasan Kesawan merupakan bangunan kolonial Belanda.

Gambar 4.18 Bentuk fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. medan

Pada masa sekarang arsitektur fasad bangunan sangat berbeda dari bentuk arsitektur yang diterap kan pada masa lalu, perubahan yang terjadi sangat jelas pada bangunan sekarang, baik dari segi arsitektur fasad, detail fasad, maupun sky line bangunan pada masa sekarang dan masa lalu sangat berbeda.

Tahun 1918 Tahun 1918

(21)

Perbedaan fasad terlihat pada gambar 4.12-4.17 yang menjelaskan bentuk arsitektur pada masa sekarang.

Gambar 4.19 Denah Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Gambar 4.20 Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Gambar 4.21 Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Segmen A

Segmen B

(22)

Gambar 4.22 Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Gambar 4.23 Fasad Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Gambar 4.24 Fasad Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Gambar 4.25 Fasad Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Gambar 4.19-4.25 menjelaskan banyak perbedaan pada bangunan masa lalu dan bangunan masa sekarang, bentuk arsitektur pada masa sekarang, memiliki

Segmen D

Segmen E

(23)

jenis konsep desain yang berbeda beda, kondisi ini membuat perubahan bentuk yang terjadi pada fasad bangunan bersejarah di kawasan Kesawan dapat terlihat jelas perubahannya.

4.2.1. Bentuk Fasad Bangunan Lama di Kawasan Kesawan

Fasad bangunan lama pada kawasan Kesawan memiliki ciri khas arsitektur kolonial, cina dan melayu, konsep dan ciri ciri tersebut dapat dilihat pada fasad bangunan, konsep kolonial diterapkan pada fasad dan arkad bangunan, konsep arsitektur cina yang diterapkan pada bentuk dan fungsi bangunan, sedangkan arsitektur melayu terlihat dari segi ornamen, bukaan, dan atap bangunan, percampuran kosep yang sedemikain rupa menjadikan kosep bangunan yang memiliki cirri-ciri khusus pada kawasan Kesawan ini.

Bentuk fasad bangunan lama pada kawasan ini bisa dilihat dari gambar gambar berikut :

Gambar 4.26 Kondisi Fasad Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. medan

(24)

Gambar 4.27 Bentuk fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. medan

Kondisi fasad bangunan lama terlihat pada gambar 4.18-4.19 , ciri-ciri khas fasad bangunan pada kawasan pada tahun 1918-1994, gambar diatas juga menunjukan kondisi visual bangunan pada masa lalu, sehingga perbedaan fasad bangunan pada masa lalu, dan masa sekarang sangat terlihat perbedaannya dari beberapa elemen-elemen fasad.

Bentuk fasad pada masa lalu masih memiliki irama pada bangunan disekitarnya maupun pada kawasan, posisi ini membuat fasad pada masa lalu terlihat teratur, dan mempunyai nilai tinggi baik dari segi fasad maupun segi kawasan, nilai- nilai fasad yang dimiliki bukan hanya arsitektur Belanda saja, melainkan percampuran antara budaya indonesia, dan dari iklim tropis, semua kondisi yang ada pada masa lalu disesuaikan pada bangunan tersebut, sehingga ruang yang terbentuk pada bangunan menjadikan ruang yang sangat nyaman.

(25)

Tabel 4.2 dapat terlihat bangaimana bentuk perubahan fasad bangunan yang terjadi pada kawasan Kesawan, pada masa lalu dan masa sekarang, mengacu pada penelitian bangunan bersejarah oleh fitri sebagai berikut :

No Bangunan Lama

Tahun 2015 Kantor

(26)

fasad

Tahun 2015 Museum

(27)
(28)
(29)
(30)

kawasan

(31)
(32)
(33)

pada

(34)

28

North Sumatra State Cultural & Tourism Kantor/Sumatra Post Printing Works (Varekamp & Co)

31 Lawyer Kantor/Carl Schlieper, Jl.

Ruko

Tahun 2015 Ruko

(35)

Jend.A.Yani

Tabel 4.2 : Bentuk Perubahan Fasad Di Kawasan Kesawan

(36)

Bangunan yang tidak terawat dari ke 33 banguan bersejarah berjumlah 14 banguan yang tidak terawat sedangkan 15 bangunan lainnya telah berubah menjadi bangunan baru mengikuti gaya arsitektur modern dan meninggalkan gaya arsitektur yang diterapkan pada kawasan Kesawan ini.

Perubahan Fasad keseluruhan bangunan terhadap kawasan Kesawan di Jalan Ahmad Yani dapat dilihat dari tabel berikut ini :

(37)

Tabel 4.2 : Bentuk Perubahan Fasad Di Kawasan Kesawan

Dari tabel diatas dapat dilihat pada segment B perubahan fasad bangunan yang terjadi sampai dengan 100% bangunan yang ada pada segment B ini disebabkan perubahan fungsi bangunan pada bangunan tersebut, sehingga fasad bangunan pun ikut berubah,

Perubahan yang terjadi dapat dilihat juga dari diagram yang menunjukan adanya perubahan dari bangunan bersejarah di kawasan kesawan, dan bentuk pelestarian yang kurang diterapakan kawasan ini. Berikut diagram banyaknya bangunan pada kawasan Kesawan yang dibagi dari beberapa segment :

Dari persentase banyaknya bangunan pada diagram diatas perubahan terbesar terjadi pada segment B yang 100% bangunan baru, sehingga pada segment ini tidak terlihat lagi bangunan lama.

4.2.2. Bentuk Fasad Bangunan Baru di Kawasan Kesawan

Bentuk fasad bangunan baru pada kawasan yang menerapkan beberapa konsep arsitektural pada bangunannya, konsep yang digunakan pada fasad bangunan berbeda dari satu bangunan ke bangunan lainnya, sebagian besar mengunakan konsep arsitektur modern dan ada beberapa bangunan yang

Bangunan di Kawasan Kesawan

A B

C D

(38)

mempertahankan bentuk bangunan lama, penggunan arsitektur modern yang diterapkan pada bangunan tidak lah konteks dengan konsep yang digunakan pada masa lalu, penerapan arsitektur modren yang membuat perubahan fasad bangunan pada kawasan Kesawan ini.

Bentuk fasad bangunan baru pada kawasan ini bisa dilihat pada gambar gambar berikut:

Gambar 4.28 fasad Bangunan di Kawasan Kesawan

(39)

Gambar 4.29 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Bentuk fasad pada masa sekarang bisa terlihat dari gambar.Gambar ini juga menunjukan bahwa bangunan lama juga di pertahankan dan ada juga bangunan baru yang mengikuti perkembangan jaman pada masa sekarang ini.

(40)

Gambar 4.30 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan yang Tidak Terawat. Sumber: Analisa Penulis

Gambar 4.31 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan Yang Mengikuti Arsitektur Modren Sumber: Analisa Penulis

(41)

4.3. Skyline Bangunan Pada Kawasan

Sky line bangunan pada kawasan ini pada masa lalu memiliki ketinggian bangunan yang sama, kondisi bangunan yang berfungsi sebagai tempat usaha dan rumah tinggal, sehingga bentuk bangunan yang disesuaikan pada masa lalu, dijadikan lantai dasar tempat usaha dan lantai ke-2 menjadi rumah tinggal, pola ini membuat ketinggian bangunan menjadi 2 lantai saja, sky line bangunan pada kawasan berupa ruko 2 lantai.

4.3.1. Skyline Bangunan Lama Pada Kawasan

Sky line bangunan kawasan salah satu bangian terpenting untuk melihat bagaimana perubahan yang terjadi pada kawasan, bangunan pada kawasan ini yang berupa ruko 2 lantai, kondisi kawasan pada kawasan kesawan memiliki kesamaan tipe pada bangunannya, ketinggian bangunan juga memilik kesamaan dari bangunan satu ke bangunan lainnya, sky line bangunan rata antara bangunan satu ke bangunan lainnya terdapat pada kawasan.kini sky line bangunan tidak rata lagi seperti bangunan masa lalu di kawasan ini, ketinggian bangunan yang tidak hanya bangunan dua lantai.perubahan ketingian bangunan ini berubah dari tahun ke tahun.

(42)

Gambar 4.32 Sky Line Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan

Gambar 4.32 menunjukan sky line bangunan masa lalu yang terlihat sejajar pada bangunan satu ke bangunan lainnya, bangunan pada masa lalu yang sangat konteks dengan bangunan pada kawasan. Bentuk sky line pada bangunan sekarang dapat dilihat dari gambar berikut ini:

Gambar 4.33 Sky Line Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

4.3.2. Skyline Bangunan Baru Pada Kawasan

(43)

kawasan, perubahan tersebut buakan hanya satu atau dua bangunan baru, melainkan beberapa bangunan baru sudah tidak lagi mengikuti bentuk sky line pada masa lalu, perubahan ini juga mempengaruhi kawasan yang menghilangkan konsep ketinggian bangunan dua lantai pada kawasan Kesawan.

Bentuk skyline pada bangunan sekarang bisa terlihat dari gambar berikut ini :

Gambar 4.34 Sky line Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

(44)

Gambar 4.36 Sky line Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Gambar 4.37 Sky line Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Gambar- gambar diatas menunjukan bagaimana bentuk Sky line bangunan sekarang yang tidak lagi sama, naik turun bangunan yang terlihat membuat sky line pada masa lalu tidak lagi terjaga sehingga penerapan konsep arsitektur yang sesuai fungsi pada masa lalu dilupakan begitu saja, pada bangunan sekarang, perubahan yang terjadipun terlihat sangat dratis, dari bentuk sky line yang dulunya hanya bangunan ruko yang memiliki level 2 lantai sekarang ditunjukan dengan bangunan-bangunan yang memiliki ketingian 2-5 lantai pada kawasan,

Sky line kawasan Kesawan pun berubah dangan yang dulunya sejajar dan sekarang kondisi bangunan naik turun, sehingga kawasan lama menghilang begitu saja, pada masa sekarang.

4.4. Analisa Perubahan Kawasan Kesawan

(45)

Elemen-elemen ini juga menjelaskan bagaimana satu persatu bentuk dari fasad itu sendiri dipilihara, dirawat, atau diubah, dan pemeliharaan yang dilakukan terhadap bangunan bersejarah pada kawasan bisa terlihat.

4.4.1. Analisa Perubahan Bentuk Fasad Bangunan Pada Kawasan

Bentuk fasad bangunan pada kawasan, bisa dilihat sangat lah berbeda dari bentuk bangunan sekarang dikarenakan banyak nya bangunan bersejarah yang sudah dirubah, dan dihancurkan, maupun tidak terjaga, pada kawasan ini, gambar dibawah ini adalah beberpa bangunan yang masih terjaga.

Gambar 4.38 Bentuk Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medandan Analisa Penulis

Gambar 4.39 Bentuk Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medandan Analisa Penulis Tahun 1994

(46)

Gambar 4.40 Bentuk Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medandan Analisa Penulis

Gambar 4.41 Bentuk Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan dan Analisa Penulis

Gambar 4.42 Bentuk Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan dan Analisa Penulis Tahun 1919

Tahun 1994

(47)

Gambar 4.43 Bentuk Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan dan Analisa Penulis

4.4.1.1. Analisa Bukaan

Bukaan adalah salah satu elemen dari fasad bangunan, kondisi bukaan terhadap fasad bangunan bersejarah juga perlu diperhatikan, bagaimna bentuk bukaan fasad lama dan bentuk bukaan fasad yang digunakan pada saat sekarang ini, detail bukaan fasad bangunan lama dapat dilihat pada gambar-gambar berikut.

Gambar 4.44 Bentuk Bukaan Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan

Tahun 1931

(48)

Gambar 4.45 Bentuk Bukaan Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan

Gambar 4.44-4.45 juga menjelaskan bagaimana kondisi bentuk bukaan pada masanya, namun bentuk bukaan seperti gambar hampir tidak ditemukaannya lagi bentuk dari bukaan seperti gambar, bentuk bukaan pada saat sekarang lebih banyak mengunakan bahan Alummunium Composit Panel (ACP) dari pada bahan kayu, hampir semua bukaan menggunakan kaca, dapat dilihat pada gambar-gambar dibawah ini.

Gambar 4.46 Bentuk bukaan Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

(49)

Bentuk bukaan pada fasad bangunan bersejarah hampir semua menerapkan material baru yang berupa Alummunium Composit Panel (ACP) dan kaca, konsep ini tidak lagi mengikuti arsitektur bangunan kolonial pada masanya, melainkan pemilik lebih memilih mengikuti arsitektur modern yang tlah diterpakan pada masa sekarang, sehingga tidak memperhatikan hilangnya bangunan bersejarah saat mereka menerapkan gaya arsitektur tersebut, pemikiran ini sangat disayangkan dikarenakan hilangnya bangunan –bangunan bersejarah yang bersifat sangat penting dan perlu dilestarikan untuk kedepanya.

Gambar 4.47 Bentuk bukaan Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

(50)

4.4.1.2. Analisa Atap

Atap juga elemen terpenting dari sebuah fasad, atap merupakan elemen pada fasad bangunan paling atas, bentuk atap pada bangunan lama, terlihat pada gambar menjelaskan bagaimana bentuk atap,

Gambar 4.48 Bentuk Atap Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan

Atap bangunan baru di kawasan kesawan ini sudah berbeda dari awalnya, bentuk atap bangunan baru hampir semua bangunan dikawasan ini menggunakan atap datar, yaitu atap beton, dapat dilihat dari gambar- gambar berikut :

Gambar 4.49 Bentuk Atap Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Pada bangunan baru tidak terlihat lagi atap.atap yang digunakan hampir semua menggunakan atap beton.

(51)

4.4.1.3. Analisa Ornamen

Ornamen yang digunakan pada fasad bangunan di kawasan kesawan, bangunan lama memiliki ornamen pada fasad bangunan, terlihat dari gambar ini.

Gambar 4.50 Bentuk Ornamen Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan

Gambar 4.51 Bentuk ornamen Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan

Ornamen yang digunakan pada fasad bangunan merupakan ornamen yang diukir pada atas bangunan maupun dinding bangunan, cirri khas dari ornamen fasad tersebut berada pada atas bangunan setiap bangunan memilik ornamen pada atas bangunan baik berupa diatap maupun terletak dibawah atap bangunan.

Tahun 1994 Tahun 1931

(52)

4.4.2. Analisa Perubahan Skyline Bangunan Pada Kawasan

Perubahan skyline bangunan sangat terlihat jelas, bahwa pada bangunan lama bangunan ini merupakan bangunan ruko 2 lantai, sedangkan sekarang memiliki tingakatan 3- 4 lantai,

4.5. Analisa Unsur Terjadinya Perubahan Pada Fasad Bangunan

Unsur yang mempengaruhi bentukan dan perubahan fasad dikawasan bersejrah khususnya di jalan Ahmad Yani.

4.5.1. Unsur Desain Arsitektur Modern

Arsitektur modern berkembang sangat cepat di setiap kota, maupun negara-negara manapun, arsitektur modern juga berkembang dikota Medan, perkembangan ini sangat cepat, maupun dikawasan Kesawan yang merupakan kawasan bersejarah yang perlu dijaga, akan tetapi arsitektur modern juga masuk di kawasan bersejarah ini, terlihat dari bentuk fasad bangunan yang berubah, dari waktu ke waktu.

Gambar 4.52 Bentuk Arsitektur Modern Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan

(53)

Gambar 4.53 Bentuk Arsitektur Modern Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan

Pada gambar 4.52 terlihat bentuk arsitektur pada jaman dahulu, bentuk arsitektur kolonial yang diterapkan pada bangunan-bangunan dikawasan, bangaimana bangunan ini hampir menghilang dengan masuknya arsitektur modern pada kawasan ini, terlihat dari gambar 4.53.

Gambar 4.54 Bentuk Arsitektur Modern Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

(54)

Gambar diatas menjelaskan bentuk fasad yang berubah menjadi bangunan modern yang memakai kaca dan Alummunium Composit Panel (ACP), ketinggian bangunan juga terlihat jelas bahwa yang dulunya bangunan hanya 2 lantai, sekarang bangunan sudah mencapai 3-5 lantai, ini dikarenakan kebutuhan ruang yang bertambah, sehingga bangunan baru tidak lagi konteks dengan bangunan lama.

4.5.2. Unsur Fungsi Bangunan

Fungsi bangunan lama merupakan kawasan komersil, terlihat dari bentukan ruko-ruko pada kawasan bersejarah, namun sekarang fungsi kawasan bukan lagi pusat komersil saja, melainkan kantor, pedangangan , rumah, sehingga dengan adanya berbagai macam fungsi bangunan banyak pihak merubah bangunan sesuai fungsinya masing masing, perubahan ini juga terjadi akibat tuntutan persaingan, supaya pengunjung lebih tertarik datang.

4.5.3. Unsur Prilaku Pemilik Unsur prilaku kepemilikan yaitu :

 Tidak adanya sosialisasi tentang pentingnya bangunan bersejrah, serta

bagaimana cara perawatan bangunan bersejarah  Ketidakpeduliannya terhadap bangunan bersejarah

(55)

bagaimana kepentingan pribadi, mereka lebih banyak melihat bagaimana cara menarik pengunjung, dimana bangunan ini dijadikan ruko-ruko, kantor, dan jenis usaha yang lainnya.

Gambar 4.55 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Gambar 4.55 juga menunjukan pemilik merubah bangunannya dengan menggunankan kaca, Alummunium Composit Panel (ACP), dan bentuk material modern pada masa sekarang ini, proses perubahan tersebut sangat berbeda terhadap bangunan lamanya.

Gambar 4.56 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan

Namun tidak semua pemilik berpikir untuk mengubah bangunan tersebut, sebagian pemilik berpikir bahwa bangunan bersejarah pantas dilestarikan dan

(56)

dirawat sebagaimana mestinya, seperti beberapa fasad bangunan yang tetap dipertahankan dirawat dan dijaga .

Gambar 4.57 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan dan Analisa Penulis

Gambar 4.58 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Gambar 4.58 diatas menunjukan kalau masih ada pemilik bangunan yang melestarikan bangunan- bangunan bersejarah pada kawasan Kesawan di jalan Ahmad Yani, pemilik masih berpikir bahwa bangunan bersejarah perlu dirawat dan dilestarikan. Tidak semua pemilik bangunan bersejarah memiliki arti penting pelestarian bangunan. Ini terlihat dari adanya perubahan-perubahan yang terjadi tidak menganut konsep pelestarian (Papageourgeou 1969 dan Rossi 1982 ) yang menjelaskan perubahan sebaiknya tetap mempertahankan nilai-nilai kebertahanan

(57)
(58)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Bentuk fasad bangunan dan skyline di kawasan Kesawan Jalan Ahmad Yani telah mengalami perubahan dari periode ke periode. Fasad bangunan yang awalnya mempunyai gaya arsitektur kolonial, melayu dan cina saat ini beberapa diantarnya telah berubah ke fasad modern. Demikian juga dengan skyline kawasan yang juga berubah. Perubahan yang terjadi di kawasan Kesawan Jalan Ahmad Yani adalah sebagai berikut

1. Perubahan fasad bangunan yang terlihat dari segi : - Desain fasad lama dan baru

Dari segi desain dapat dilihat dengan jelas dari komponen-komponen seperti, bukaan atap dan ornamen yang sangat berbeda dari bangunan lama dan baru, dan hanya beberpa bangunan saja yang masih dipertahankan. Disimpulkan bukaan bangunan lama dan baru sangat berbeda, pada bangunan lama terlihat menggunakan bukaan kayu,sedangkan bukaan bangunan baru mengunakan alumunium dan kaca, yang bergaya arsitektur modren.

- Atap

(59)

bangunan lama terlihat menggunakan genteng,sedangkan bukaan bangunan baru mengunakan dak beton, yang bergaya arsitektur modren minimalis.

- Ornamen

Dari segi ornamen sangat terlihat perubahan fasad yang terjadi, ornamen bangunan lama dan baru sangat berbeda, pada bangunan lama terlihat menggunakan ornamen pada atas fasad bangunan,sedangkan ornamen bangunan baru tidak terlihat lagi. - Bukaan

Bukaan pada bangunan lama yang masih menyesuaikan pada iklim tropis, sedangkan bukaan bangunan baru banyak mengunakan Alummunium Composit Panel (ACP).

2. Sky Line Bangunan Pada Kawasan

Sky line bangunan lama pada kawasan kesawan yang merupakan ruko 2 lantai, kondisi ini berubah dari tahun ke tahun, dan pada bangunan sekarang ketingian bangunan yang mencapai 2-4 lantai pada kawasan, tidak terlihat lagi ketinggian bangunan satu dengan bangunan lainya sudah berbeda pada kawasan.

5.2 SARAN

(60)

Ahmad yani dapat terkendali, oleh karena itu langkah langkah penyelamatan bangunan bersejarah harus diterapakan pada pemilik bangunan maupun penyewa.Seperti :

a. Menetapkan peraturan –peraturan dari pelestarian

b. Penyuluhan terhadap pentingnya bangunan bersejarah dijalan Ahmad yani.

(61)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 The Urban and the Spatial Cluster

Menurut Papageorgiou, A. dalam “Change and Continuity” (1971).“Pusat- pusat kota bersejarah keduanya bisa termaksud di dalam unit- unit yang tidak saling berkaitan, dan juga sebagai komponen penting dari pada kompleks perkotaan yang lebih besar.Pada kedua kasus tersebut pusat ini merupakan formasi perkotaan yang statis dan konstan dalam permukiman yang dihuni, yang dibangun diatas permukaan bumi”.

Menurut Papageorgiou, A. dalam “Change and Continuity” (1971).Perbedaanfungsi dari Networks dan Centres, pada clusterperkotaan tradisional:

a. Pusat adalah formasi perkotaan dimana keduanya bervariasi kepentingan fungsional, hal tersebut memenuhi, baik dari fungsi tunggal, fungsi dari :

1. Pusat permukiman

2. Ruang lingkup utama pusat administrasi, komersil, dan pertukaran 3. Pusat sosial, budaya, pendidikan, dan kesehatan

4. Daerah industri.

(62)

dengan dunia ini sendiri, yaitu rute lalu lintas, jaringan-jaringan ini terdiri dari jalan, rel kerta api, sungai dan rute laut.

c. Struktur dari cluster buatan tradisioanal dapat digambarkan berdasarkan kerakteristik berikut :

 Elemen-elemen pentingnya statis.

Selama 3 abad ditandai dengan meningkatnya pusat perkotaan, rute jalan dan air yang berada diantaranya ,menunjukan hasil bahwa jumlah pusat perkotaan ternyata berkembang jauh lebih besar daripada rute tersebut. Lokasi geografis pusat pusat ini da jaringan jaringannya yang saling berhubngan ternyata tetap tidak berubah.  Disebabkan oleh isolasi wilayah perkotaan dan sebagai besar

pengembangan diarahkan kepada yang bangkit, maka fungsi pusatnya menjadi pada wilayah pusat perkotaan

 Tidak adanya pengembangan komunikasi sepenuhnya antara

berbagai pusat perkotaan, komunikasi, satu-satunya hanya berupa rute lalu lintas

Seiring berjalannya waktu, cluster geofisika benar-benar

ditenggelamkan oleh cluster buatan . lahan secara sistemastis dirusak dan dilumpuhkan.

Dari sini sangat jelas bahwa cluster tradisional telah berkurang secara berkelanjutan dan fleksibilitas.

(63)

penyebarannya kebudayaan industri yang juga berkontribusi terhadap meningkatnya urbanisasi secara umum.

b. Wilayah perkotaan (ibukota plus luar pinggiran kota plus kota satelit atau erkotaan) telah berbentuk didaerah pesisir timur dan barat di Amerika Serikat, Inggris, Belgia, Jerman,Prancis, danJepang. Wilayah wilayah perkotaan ini, secara tidak engaja, merupakan tahap awal, dalam masatransisi dari yang tadinya cluster tradisional, menjadi cluster tata ruang dimasa depan.

Constantin Donadis, seorang perencanaan kota dan arsitek Yunani, menyatakan bahwa berbagai studi pengembangan bentuk perkotaan dimasa depan, karakteristik ekskulsif pada cluster tata ruang dimasa depan akan sampai pada kependapatan ekstrimnya.

2.2 Pelestarian Kawasan Bersejarah

UNESCO memberikan definisi “heritage’’ sebagai warisan (budaya) masa

(64)

2.2.1 Pengertian Pelestarian

Pengertian pelestarian secara lebih spesifik dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Upaya pengelolaan pusaka melalui kegiatan penelitian, perencanaan, perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan, pengawasan, dan/atau pengembangan secara selektif untuk menjaga kesinambungan, keserasian, dan daya dukungnya dalam menjawab dinamika jaman untuk membangun kehidupan bangsa yang lebih berkualitas (Piagam Pelestarian PusakaIndonesia 2003).

b. Kesinambungan yang menerima perubahan merupakan konsep utama pelestarian, sebuah pengertian yang berbeda dalam preservasi. Konsekuensinya, perubahan yang dimaksud bukanlah terjadi secara drastis, namun perubahan secara alami dan terseleksi (Adishakti,1997 dalam Adishakti,2008).

c. Pelestarian dalam konteks perkotaan berarti pula mengawetkan bagian tertentu pusaka dengan memberikan tidak hanya keberlanjutan keberadaannya tetapi juga memiliki manfaat untuk masa depan (Burke,1976 dalam Asworth,1991).

d. Pelestarian merupakan manajemen perubahan (Asworth, 1991).

(65)

Pusaka Indonesia 2003 (tema: Merayakan Keanekaragaman), Jaringan Pelestarian Pusaka Indonesia (JPPI) bekerjasama dengan International Council on Monuments and Sites (ICOMOS) Indonesia dan Kementrian Kebudayaan dan

Pariwisata Republik Indonesia mendeklarasikan Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia 2003. Menurut Adhisakti (2008), piagam ini merupakan yang pertama kali dimiliki Indonesia dalam menyepakati etika dan moral pelestarian pusaka. Kesepakatan dalam piagam tersebut di antaranya adalah:

a. Pusaka Indonesia adalah pusaka alam, pusaka budaya, dan pusaka saujana. Pusaka alam (natural heritage) adalah alam yang istimewa. Pusaka budaya (cultural heritage) adalah hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa di Tanah Air Indonesia, secara sendiri-sendiri, sebagai kesatuan bangsa Indonesia, dan dalam interaksinya dengan budaya lain sepanjang sejarah keberadaannya. Pusaka saujana (cultural landscape) adalah gabungan pusaka alam dan pusaka budaya dalam kesatuan ruang dan waktu;

b. Pusaka budaya mencakup pusaka tangible (bendawi) dan pusaka intangible (non bendawi).

2.2.1.1 Pemeliharaan

(66)

Pendekatan-pendekatan yang terkandung dalam piagam Burra diadopsi dengan luas diseluruh dunia khususnya di Eropa [Siti Norlizaiha Harun et.al (2010), Konservasi Bangunan Bersejarah, Universiti Teknologi Mara.].dalamRuslinda.

Pelaksanaan kerja konservasi adalah mengacu kepada kebijakan untuk menyelamatkan dan membangun warisan dengan pendekatan kepada dua konsep yaitu keaslian dan penyesuaigunaan berikutnya mengacu pada tiga prinsip yang dapat digunakan seperti Raja.

(67)

Gambar 2.2 Dasar dan Prinsip Pemiliharaan Bangunan bersejarah dan monumen di Malaysia

(Sumber: Paiman Keromo, 2000)

2.2.1.2 Nilai Bangunan Bersejarah

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010, bahwa cagar budaya sebagai sumber daya budaya memiliki sifat rapuh,unik, langka, terbatas, dan tidak terbarui, sehingga dalam rangka menjaga cagar budaya dari ancaman pembangunan fisik, baik di wilayah perkotaan, pedesaan, maupun yang berada di lingkungan air, diperlukan perlindungan, pengembangan dan pemanfaatannya.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya menimbang :

(68)

dilestarikan dan dikelola secara tepat melaluiupaya pelindungan, pengembangan, danpemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat;

b. Bahwa untuk melestarikan cagar budaya, negara bertanggung jawab dalam pengaturan pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan cagar budaya; c. Bahwa cagar budaya berupa benda, bangunan, struktur, situs, dan kawasan

perlu dikelola oleh pemerintah dan pemerintah daerah dengan meningkatkan peran serta masyarakat untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan cagar budaya;

d. Bahwa dengan adanya perubahan paradigma pelestarian cagar budaya, diperlukan keseimbangan aspek ideologis, akademis, ekologis, dan ekonomis guna meningkatkan kesejahteraan rakyat;

e. Bahwa Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya sudah tidak sesuai dengan perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu diganti;

f. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e perlu membentuk Undang-Undang tentang Cagar Budaya; Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 32 ayat

(69)

dapat bertahan), Kebertahanan ini dihubungkan dengan monumen, tanda-tanda fisik masa lampau yang terlihat pada layout dari rencana dasar kola.Kadangkala artefak ini bertahan dengan tidak berubah, berlangsung terus dan di suatu waktu mereka menghilang dan hanya tinggal permanensinya pada bentuk-bentuknya, tanda-tanda fisiknya atau berupa sisa yang ada pada lokusnya.Oleh karena itu Rossi kemudian membuat rumusan tentang Man Made Object. Antara lain dikatakan bahwa pembangunan kota mempunyai dimensi 'temporal' yaitu dimensi masa lalu, kini dan yang akan datang dan pembangunan kota mempunyai 'Spatial Continuity' kesinambungan spatial (Utami, 2004).

Rossi (1982) menjelaskan bahwa ditengah-tengah perubahan suatu kota kita masih dapat menyaksikan kehadiran nilai-nilai lama di masa kini. Nilai-nilai lama ini dapat kita saksikan dengan melihat elemen-elemen kota yang ada yang mampu menghadirkan masa lalu kola tersebut, misalnya dari segi fasade, Radjiman (2000) mengatakan bangunan tua mengekspresikan kesinambungan dan simbolis dari keadaan permanensi "place without old building is like a person without a memory", Setiap kota mempunyai sejarah yang menghubungkannya

kepada asal-usul. Tanda-tanda yang terlihat Juri sejarah tersebut dapat menentukan segi-segi utama rupa kota, sedangkan untuk daerah baru mengikuti simbol-simbol yang terlihat juri kepribadian kota lama yang memberikan kontinuitas dan karakter pada daerah baru (Utami, 2004).

(70)

modern, latemodern, new modern, post modern yang sering tidak kontekstual dan tidak berkarakter. Dalam era kekinian, terlihat kecenderungan bahwa para pemegangkebijakan sepertinya tidak memperhatikan keberadaan pusaka budaya di daerah masing-masing.Perhatian para pemegang kebijakan terlalu tercurah pada pembangunan ekonomi dan sarana prasarana fisik yang berkaitan dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Undang-undang Benda Cagar Budaya yang disahkan tahun 1992, belum banyak dipahami atau dijadikan acuan dalam proses penataan ruang dan pembangunan daerah. Informasi yang perlu disebarkan ke berbagai pihak, bahwa konservasi pusaka budaya tidak hanya penting sebagai salah satu upaya menjaga lambang peradaban, cerminan jati diri (identitas) bangsa, menciptakan rasa kebanggaan (civic pride) namun juga berpotensi untuk menumbuhkan geliat perekonomian yang bertumpu pada budaya.

(71)
(72)

Utami mengatakan collective memory sendiri menurut Rossi (1982) adalah segala sesuatu khususnya menyangkut elemen fisik kota yang mampu memberikan kesan tertentu atau mengingatkan pada pengamat akan suatu peristiwa tertentu baik secara visual maupun non visual. Menurutnya the city is the theater of human events. Diperjelas dalam buku yang diterbitkan oleh Badan

Warisan Sumatera (BWS) bangunan-bangunan yang mempunyai nilai histories adalah gudang penyimpanan memori social yang menjadi sumber yang paling baik untuk menginteprestasikan pengalaman masa lalu dan bangunan itu mempunyai kekuatan untuk membangkitkan memori social visual.

Collective memory akan suatu ruang publik tidak terlepas dari

memori-memori pribadi dari warga ruang publik tersebut. Berdasarkan itu, memori-memori memori yang mengisi ruang publik ini juga memiliki kepentingan untuk di dokumentasi, sebagai upaya pembentukan collective memory bagi warga kota (Widjaja, 2010).

2.2.2 Pengertian Pelestarian Kawasan

(73)

dibuat pada tahun 1882 merupakan peraturan dan undang-undang yang pertama kali melandasi kebijakan dan pengawasan dalam bidang konservasi untuk melindungi lingkungan dan bangunan pusaka (Dobby: 1978). Sebelumnya, pelestarian merupakan suatu kebiasaan (preservation as an ethic) yang dilakukan secara rutin dan meliputi pekerjaan merawat dan memperbaiki bangunan. kongres The European Architectural Heritage yang diselenggarakan oleh negara-negara Eropa pada tahun 1975 yang dijadikan sebagai Architectural Heritage Year telah menghasilkan “Deklarasi Amsterdam” dan membuat kesepakatan bahwa

warisan-warisan arsitektur di Eropa adalah milik bersama masyarakat Eropa yang menjadi bagian integral dari warisan budaya dunia. Untuk itu diperlukan adanya suatu kerjasama antar negara guna menyelamatkan warisan arsitektur tersebut (Lubis: 1990). Pada awalnya, konsep pelestarian ini berupa konservasi, yaitu pengawetan benda-benda, monumen dan sejarah (lazim dikenal dengan preservasi). Perkembangan lingkungan perkotaan yang memiliki nilai sejarah serta kelangkaan menjadi dasar bagi suatu tindakan konservasi. Konservasi sebenarnya merupakan upaya preservasi, namun tetap memperhatikan dan memanfaatkan suatu tempat untuk menampung serta mewadahi kegiatan baru. Dengan demikian, kelangsungan tempat bersangkutan dapat dibiayai sendiri dari pendapatan kegiatan baru.

(74)

dilestarikan (Susilowati, 2005 ). Menurut Eko budihardjo (1994), upaya preservasi mengandung arti mempertahankan peninggalan arsitektur dan lingkungan tradisional/kuno persis seperti keadaan asli semula. Karena sifat preservasi yang stastis, upaya pelestarian memerlukan pula pendekatan konservasi yang dinamis, tidak hanya mencakup bangunannya saja tetapi juga lingkungannya (conservation areasdan bahkan kota bersejarah (histories towns). Dengan pendekatan konservasi, berbagai kegiatan dapat dilakukan, menilai dari inventarisasi bangunan bersejarah kolonial maupun tradisional, upaya pemugaran (restorasi), rehabilitasi, rekonstruksi, sampai dengan revitalisasi yaitu memberikan nafas kehidupan baru.

2.2.3 Pengertian Pelestarian Saujana

Saujana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti sejauh mata memandang, dimaknai sebagai lansekap budaya.Saujana merupakan keragaman manifestasi interaksi antara hasil budi daya manusia dan lingkungan alamnya (UNESCO, 1994). Menurut Platcer dan Rossler (1995) dalam Adishakti (2008), saujana adalah:

a. Mencerminkan interaksi antar manusia dan lingkungan alam mereka tanpa batas ruang dan waktu. Alam dalam konteks ini adalah mitra masyarakat, keduannya dalam kondisi yang dinamik membentuk saujana (landscape). b. Di beberapa negara, saujana digunakan sebagai model interaksi antara

manusia, sistem sosial mereka dan bagaimana mereka menata ruang.

(75)

pada persepsi dan membentuk saujana, seperti misalnya kepercayaan sacral dekat dengan hubungannya dengan saujana dan kedaan ini sudah berlangsung lama. Sementara itu, Komite Pelestarian Pengembangan dan Pemanfaatan Saujana, Monuments and Sites Division, Cultural Properties,Agency for Cultutal Affairs, Jepang (2003) dalam Adishakti (2008) menyatakan bahwa

saujana adalah bentang alam bernilai tinggi yang keberadaannya dipengaruhi alam, sejarah dan budaya pertanian, kehutanan, komunitas perikanan, memiliki hubungan erat dengan industri dan kehidupan tradisional, dan menggambarkan penggunaan lahan atau tampilan alam yang unik pada suatu area.

2.2.4 Elemen- Elemen Fasad Bangunan

Ruslinda, Menurut [Lippsmeier, Georg. (1980) Tropenbau Building in the Tropics (terjemahan BangunanTropis oleh Syahmir Nasution). Erlangga Jakarta.],

(76)

Gambar 2.3 Elemen-elemen Fasad Bangunan (Sumber: google.com)

(77)

Fasad terbentuk dari tabrakan budaya lokal dan pengaruh kolonial yang disesuaikan dengan iklim lingkungan dan kegiatan yang ada antara abad ke -16 sampai pertengahan abad ke-20 yaitu Portugis (1509-1641), Belanda (1641-1824) dan Inggris (1786 -1957). Bangunan-bangunan di Negara ini dapat di kategori berdasarkan pengaruh arsitektur.

Keragaman gaya arsitektur dihasilkan dari kota atau kota sebagai pusat perdagangan yang dilengkapi oleh pendatang, penjajah dan pedagang, memainkan peran dalam penbentukan gaya arsitektur Rumah Toko dan dikombinasikan dengan pengaruh budaya lokal. Hari ini dapat dilihat dari fasad Rumah Toko yang memiliki keterampilan bangunan terdahulu seperti bukaan pintu dan jendela kayu berukir, bentuk pemasangan ubin yang unik, jeruji besi yang penuh dengan hiasan dan dekoratif plester yang elegan.Pengaruh arsitektur fasad rumah toko dapat ditunjukkan seperti Gambar 2.4 yang terdiri dari Era Transisi, Neo-Classic, Dutch-Patricia,ArtDecodanModer.Gambar 2.4: Pengaruh Arsitektur Fasad Ruko jurnal Ruslinda (Sumber: The Encylopedia of Malaysian Architecture, 1997). Antara warisan budaya yang harus dipelihara adalah bangunan yang memiliki nilai sejarah, arsitektur dan budaya yang tinggi.Secara prinsipnya, bangunan dilestarikan melalui perbaikan dan modifikasi tanpa merusak struktur asli atau merubah keaslian bangunan. Piagam internasional terkait konservasi telah merumuskan beberapa prinsip dasar bagi kerja-kerja konservasi seperti berikut:

(78)

b. Posisi (setting) dan kain bangunan ada; maka gangguan harus dibatasi pada tingkat yang minimum.

c. Kembali ke kondisi asal (reversible) - gangguan pada bahan bangunan harus dikembalikan ke kondisi yang asli.

d. Jelas (legible) - setiap penggantian baru ke atas bagian yang hilang pada bangunan lama harus dibedakan dari yang asli untuk menghindari pemalsuan bahan bukti sejarah.

e. Berkelanjutan (sustainable) -manajemen warisan dijalankan dengan baik agar warisan dapat dipertahankan untuk generasi yang akan datang

2.2.5 Ruang dan Bentuk dalam Arsitektur

Ruang dalam arsitektur dapat diartikan sebagai pelingkup suatu kegiatan, sedangkan bentuk adalah kenampakan atau raut dari suatu ruang. Sehingga raut atau kenampakan suatu ruang juga akan dipengaruhi oleh besaran ruang, skala dan kegiatan apa yang akan diwadahi oleh suatu ruangan. Edward T. White dalam buku Tata Atur mengatakan bahwa ; „ruang adalah suatu rongga yang dibatasi oleh permukaan bangunan‟. Hal ini berarti permukaan bangunan bertindak

sebagai pembatas dari ruangan atau suatu ruang, sekaligus sebagai „kulit‟ yang mencirikan bentuk dari suatu bangunan. Bentuk ruang, baik ruang luar dan atau ruang dalam yang spesifik juga menentukan identitas bangunan.

Dikatakan oleh G.H Broadbent dalam bukunya ; Design In Architecture, dengan mengutip pernyataan dari ahli palaeoantropologi Henri Breuil, yang berbunyi „Para pelukis gua di jaman es, menggambar bentuk-bentuk rekaan dari

(79)

adanya bentuk-bentuk itu, mereka ingin menunjukkan kemampuan meniru (analogi) mereka dan menjadikan mereka lebih maju dari yang lain‟. Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan, ruang dan bentuk telah lama digunakan manusia sebagai identitas dan penanda arsitektur, dari yang paling primitif hingga yang paling modern, baik secara umum, maupun dalam ruang lingkup tertentu.

2.2.5.1 Kualitas Kenampakan Fisik Dalam Arsitektur Berdasarkan Teori Analogi Bentuk

Menurut F.D.K.Ching, dalam buku Architecture : Form Space and Order ; kualitas ruang arsitektural terkait dengan proporsi, skala, bentuk, definisi, warna, tekstur, pola, suara, tingkat penutupan, cahaya, dan pandangan ( view ). Kualitas ruang sendiri ditentukan oleh properties of enclosure (sifat-sifat ketertutupan), yang berupa wujud, permukaan, sisi-sisi (edges), dimensi, konfigurasi, dan bukaan. Kualitas ruang merupakan suatu tanggapan atas efek penggabungan sifat-sifat dasar dan dikondisikan atas dasar budaya, pengalaman serta keinginan atau kecenderungan pribadi. Kualitas kenampakan fisik dalam arsitektur dapat digolongkan dalam beberapa kategori berdasarkan simektik (symectic) desain seperti yang dikemukakan oleh WJ. Gordon (1961):

a. Analogi Personal

Perancang mengidentifikasikan dirinya sendiri lewat aspek-aspek mikro dalam permasalahan desain.

(80)

Permasalahan dalam desain dikomparasikan / dibandingkan dengan fakta-fakta yang ada di ruang lingkup ilmu lain, seperti seni, ilmu pengetahuan atau teknologi.

c. Analogi Simbolik

Perancang mencoba untuk masuk ke esensi dari arti khusus dari sebuah rancangan yang digabungkan pada permasalahan desain. Dapat disimpulkan dari kategori – kategori di atas bahwa dalam teori analogi bentuk sangat bertumpu pada simbol dan penanda tertentu yang ada pada bangunan yang menjadi ciri khas. Simbol dan penanda yang dimaksud adalah kekhasan fisik, baik itu bentuk maupun elemen-elemen yang ada pada bangunan yang tidak ada pada bangunan lain.

Simbol dan penanda pada bangunan menurut Susane Langer (1970) dapat didefinisikan sebagai berikut ;

a. Simbol Adalah penanda buatan manusia yang digunakan untuk mengindikasikan suatu objek sekaligus untuk merepresentasikannya secara nyata.

b. Penanda (Sign) Bentuk-bentuk alamiah maupun buatan yang digunakan untuk menyatakan sesuatu ciri khas bentuk, atau dalam konteks perancangan dapat diartikan sebagai ciri-ciri fisik yang dapat diingat oleh siapa saja yang melihatnya. Kualitas kenampakan fisik juga di pengaruhi oleh faktor – faktor pembentuk wajah bangunan yaitu :

(81)

visual yang kentara akan mendorong orang yang melihat bangunan untuk berpikir dan mengutarakan pendapatnya berdasarkan apa yang dirasakan. d. Pembatas Partisi atau sekat pada bangunan dapat mempengaruhi kualitas

visual tampilan bangunan. Pembatas ruang tidak hanya berupa benda mati seperti pagar yang tinggi dan tertutup, tetapi taman dan atau kolam bisa di sebut sebagai pembatas tampilan bangunan.

e. Bentuk merupakan sebuah istilah inklusif yang memiliki beberapa pengertian. Bentuk dapat dihubungkan pada penampilan luar yang dapat dikenali seperti sebuah kursi atau tubuh seseorang yang mendudukinya. Ini juga menjelaskan kondisi tertentu saat sesuatu dapat mewujudkan keberadaannya. Dalam seni dan perancangan, seringkali dipergunakan istilah tadi untuk menggambarkan struktur formal suatu komposisi untuk menghasilkan suatu gambaran tampilan bangunan.

Elemen dasar yang berpengaruh adalah sebagai berikut :

GH. Broadbent, Design In Architecture (1975) hal.223 Francis DK. Ching, Architecture;Form Space and Order (1996) hal. 34-35

a. Wujud

(82)

Gambar 2.4 Bentuk Arsitektur (Sumber: google.com)

b. Dimensi

Dimensi fisik suatu bentuk berupa panjang, lebar dan tebal. Dimensi - dimensi ini menentukan proporsi dari bentuk, sedangkan skalanya ditentukan oleh ukuran relatifnya terhadap bentuk – bentuk lain dalam konteksnya.

Gambar 2.5 Bentuk Arsitektur (Sumber: google.com)

c. Warna

Warna adalah atribut yang paling menyolok membedakan suatu bentuk dari lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot visual suatu bentuk.

(83)

d. Tekstur

Adalah kualitas yang dapat diraba dan dapat dilihat yang diberikan ke permukaan oleh ukuran, bentuk, pengaturan dan proporsi bagian benda. Tekstur juga menentukan sampai di mana permukaan suatu bentuk memantulkan atau menyerap cahaya.

e. Bentuk tampilan

Bentuk wajah bangunan memiliki sifat – sifat tertentu yang menentukan pola dan komposisi unsur – unsurnya adalah sebagai berikut :

- Posisi Letak dari sebuah bentuk adalah relatif terhadap lingkungannya atau lingkungan visual di mana bentuk tersebut terlihat.

Gambar 2.7 Bentuk Arsitektur (Sumber: google.com)

- Orientasi :Arah dari sebuah bentuk relatif terhadap bidang dasar, arah mata angin, bentuk – bentuk benda lain, atau terhadap seseorang yang melihatnya.

(84)

- Inersia Visual Merupakan tingkat konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk. Inersia visual suatu bentuk tergantung pada geometri dan orientasi relatif

suatu bentuk terhadap bidang dasar, gaya tarik bumi, dan garis pandangan manusia.

Gambar 2.9 Bentuk Arsitektur (Sumber: google.com)

2.2.5.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Definisi Wajah Bangunan Sebagai Ciri Khas

Faktor- faktor yang mempengaruhi definisi wajah bangunan sebagai ciri khas sebuah bangunan dapat di klasifikasikan dalam beberapa aspek, (Claude Shannon,1961) yaitu ;

a. Seberapa banyak informasi yang akan disampaikan dalam rancangan.

b. Kemampuan perancang untuk mengatur jumlah informasi tentang bangunan yang akan dimunculkan dalam rancangannya.

(85)

disinggung dalam subbab sebelumnya, pembentuk wajah bangunan memegang peranan penting untuk membentuk suatu ciri khas bangunan. Sehingga, pemilihan bahan dan bentuk dasar wajah bangunan dan atau bangunan secara keseluruhan jika dirancang berdasarkan teori analogi bentuk sangat ditentukan oleh kemampuan perancang memilih bahan yang tepat, digabungkan dengan kemampuan menerjemahkan analogi bentuk yang baik dan mudah diingat oleh pengguna maupun calon pengguna.

2.2.5.3 Klasifikasi Informasi Berdasarkan bentuk fisik

Klasifikasi informasi yang akan dimunculkan melalui bentuk fisik dapat dikatakan sebagai derajat informasi yang akan disampaikan perancang melalui hasil desainnya kepada pengguna maupun calon pengguna. Kemampuan merancang dan berkomunikasi secara desain dan berbahasa universal memgambil bagian penting dalam hal ini.

Hal – hal yang dapat menjadi tolok ukur dalam mengklasifikasikan informasi yang akan dimunculkan melalui bentuk fisik wajah bangunan antara lain :

a. Bentuk wajah bangunanyang menginformasikan fungsi bangunan secara umum b.Kekayaan desain wajah bangunan berupa material, tekstur, warna maupun

komposisi wajah bangunanyang menunjukkan analogi terhadap bentuk tertentu c.Proporsi wajah bangunan terhadap bentuk yang akan dianalogikan baik gubahan

(86)

d.Tata letak pada wajah bangunan itu sendiri, yang mengatur komposisi pembentuk sedemikian rupa, sehingga bentuk yang di analogikan pada wajah bangunan dapat di representasikan secara baik dan benar.

2.3. Arsitektur Kolonial di Indonesia

Arsitektur kolonoial adalah arsitektur cangkokan dari negeri Eropa ke daerah kolonial, Arsitektur kolonial Belanda adalah arsitektur Belanda yang dikembangkan Di Indonesia, selama Indonesia masih dalam kekuasaan Belanda sekitar awal abad17 sampai tahun 1942 (Sidharto,1987). Dalam “arsitektur kolonial Belanda di Indonesia” Yulianto Sumallo (1995) menyebutkan arsitektur

kolonial berlanda di Indonesia adalah fenomena budaya yang unik. Tidak terdapat dilain tempat, juga pada nrngara-negara bekas koloni, karena arsitektur kolonial Belanda di Indonesia terdapat pencampuran budaya penjajahan dengan budaya Indonesia”

2.3.1 Arsitektur Kolonial Belanda Di Indonesia

Belanda termasuk nengara kecil di Eropa tetapi sejak abad 17 perananya terhadap perkembangan ilmu pengertahuan, seni dan filosofi sangat menonjol, pada abad 19 dalam bidang arsitektur. Baru pada abad 20 Belanda bersama-sama dengan Rusia, Perancis dan Jerman menjadi pusat perhatian pada seni dan arsitektur di Eropa.(Handinoto, 1997).

(87)

besar elemen didatangkan dari negara penjajahan. Arsitektur kolonial adalah arsitektur milik penjajahan dengan citra arsitektrunya keangkeran dan kemenangan penjajahan diantaranya tahun 1870 sampai 1900 pengaruh arsitektur di negri Belanda boleh dikatakan tidak bergema sama sekali di Hindia Belanda. Hal tersebut dikarenakan terisolasinya Hindia Belanda pada saat itu, seperti di tulis Helen Jessup (1988 ;44) dalam Handinoto sebagai berikut :

“Akibat kehidupan di Jawa yang berbeda dengan cara hidup masyarakat

belanda di negri Belanda maka di India –Belanda kemudian terbentuk gaya

arsitekturter sendiri. Gaya tersebut dipelopori oleh Gebenur Jendral HW Daendels yang datang ke Hindia-belanda (1808-1611)”

(88)

berasal dari nama sebuah galeri desain interior di Paris yang dibuka tahun 1896. Ciri-cirinya antara lain: (a) anti historis dan menampilkan gaya-gaya yang belum ada sebelumnya, (b) menggunakan bahan-bahan modern yaitu besi dan kaca warna-warni yang kemudian dikenal dengan nama stained glass, (c) elemen dekoratif menggunakan unsur alam dan bentuk organik yang diterapkan pada lantai, dinding, plafon, bahkan kolom dan railing tangga, (d) kolom berbentuk geometris dan didominasi bentuk garis kurva pada kolom dan ornamen lainnya, (e) lantai menggunakan material kayu yang kemudian ditutup oleh karpet dengan motif floral, (f) menggunakan perabot built-in sistem tanam pada dinding, juga mebel produk massal, dan (g) warna-warna yang digunakan adalah warna-warna pastel (Pile, 2003: 226-228). Awal mula gaya Art Deco berkembang pada tahun 1910 sampai tahun 1930.

Gambar 2.10 Gaya Arsitektur Nieuwe Bouwen (Sumber: Hadinoto, 1996: 238)

(89)

kaca, cermin, kayu, dan lain-lain, (c) memperlihatkan aspek seni berbentuk Cubism yang mengutamakan geometris dan streamline (terlihat langsing dan kurus), (d) lantai didominasi dengan bahan teraso, keramik sintetis, parquet dan karpet bermotif patra geometris dan diberi border, (e) bersudut tegas, (f) zig-zag atau berundak yang merupakan simbol dari dunia modern, dan (g) plafon ekspos balok kayu vertikal dan horizontal dengan detail pada pusat plafon.

Gaya Art and Craft berawal dari pemikiran arsitek William Morris (1834-1896) yang melakukan reformasi desain untuk kembali ke pekerjaan tangan dan menggunakan material secara jujur dan terkendali. Adapun ciri-cirinya yaitu: (a) detail-detail interior yang diekspos mencerminkan penggunaan material secara jujur dan (b) menunjukkan artistik detail dekoratif (Pile, 2003:99).

(90)

Gambar 2.11 Gaya Arsitektur De Stijl

(Sumber: The Amsterdam School, Wim De Witt Dalam Hadinoto, 1996: 161)

(91)

yang rumit, skala bangunan lebih manusiawi, tidak terlalu tinggi, konsep ruang tidak kaku, dan sirkulasi lebih dinamis (Handinoto, 1996:237).

Gambar 2.12 Arsitektur Kolonial Belanda Tahun 1920 (Sumber: google.com)

2.3.2 Fasad Kawasan Pusaka di Indonesia

(92)

mengungkapkan kriteria tatanan dan penataan serta berjasa memberikan kemungkinan dan kreativitas dalam ornamentasi dan dekorasi. Suatu fasad juga menceritakan kepada kita mengenai penghuni suatu gedung, memberikan semacam identitas kolektif sebagai suatu komunitas kepada mereka.

Fasad tersusun dari elemen tunggal: suatu kesatuan tersendiri dengan kemampuan untuk mengekspresikan dirinya sendiri. Namun demikian, komposisi suatu fasade terdiri dari penstrukturan di satu sisi dan penataan pada sisi lainnya (Krier, 2001: 123). Fasad merupakan elemen arsitektur terpenting yang mampu menyuarakan fungsi dan makna sebuah bangunan, fasad tersusun dari elemen tunggal, suatu kesatuan tersendiri dengan kemampuan untuk mengekspresikan diri mereka sendiri merupakan benda-benda yang berbeda sehingga memiliki bentuk, warna dan bahan yang berbeda (Krier, 1988: 122)

Bagian bangunan dan arsitektur yang paling mudah untuk dilihat adalah fasade bangunan atau dapat disebut tampak, kulit luar, kulit bangunan ataupun tampang bangunan yang tersusun dari elemen-elemen estetis yang biasanya mencirikan identitas bangunan itu sendiri. Menurut Josef Prijotomo (dalam Pawitro, et al :2014)Ketika membicarakan masalah “wajah” sebuah bangunan, yaitu fasad, yang dimaksud adalah bagian depan yang menghadap jalan. Menurut Krier (2001) „fasad‟ (facade) diambil dari kata Latin „facies‟ yang merupakan

sinonim kata-kata „face‟ (wajah) dan appearance‟(penampilan).

(93)

Elemen-elemen yang diperhatikan dalam meneliti fasade bangunan pada antar unit bangunan menurut Ardiani (2009) sebagai berikut:

1. Proporsi fasad

a. Proporsi bukaan, lokasi pintu masuk, ukuran pintu, jendela yang mengatur artikulasi rasio solid void pada dinding

b. Bahan bangunan permukaan material dan tekstur untuk menghasilkan motif batangan

c. Warna

2. Komposisi massa bangunan

a. Tinggi bangunan untuk menciptakan skala yang tepat dengan bangunan sekitar dan skala manusia.

b. Garis sempadan bangunan depan dan samping yang mengatur jarak kemunduran bangunan dari jalan dan bangunan eksisting.

c. Komposisi bentuk massa. 3. Lain-lain

a. Langgam arsitektur b. Penataan landscape

Gambar

Tabel 4.2 : Bentuk Perubahan Fasad Di Kawasan Kesawan
Tabel 4.2 : Bentuk Perubahan Fasad Di Kawasan Kesawan
gambar berikut:
Gambar 4.29 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lapisan endotel berbeda dengan lapisan epitel karena tidak mempunyai daya regenerasi, sebaliknya endotel mengkompensasi sel-sel yang mati dengan mengurangi kepadatan

Aplikasi AR yang dikembangkan tidak hanya sebatas sebagai bentuk apresiasi benda seni dan budaya yang kaya informasi, tetapi juga dapat digunakan sebagai aplikasi

Untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh terhadap kinerja personil proyek konstruksi diantara ketiga variabel bebas kemampuan kerja,intruksi kerja dan

(1992) menyatakan bahwa tanah sulfat masam adalah tanah yang memiliki lapisan pirit atau sulfidik pada kedalaman kurang dari 50 cm dan semua tanah yang memiliki

Warga Papua Barat menginginkan penegakkan hak asasi manusia di Papua juga karena banyaknya kekerasan, tekanan dan ancaman dari aparat TNI sendiri yang membuat warga Papua sendiri

Maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: brand image KFC di mata konsumen adalah baik, loyalitas konsumen KFC di Perumahan Citra Garden 2 adalah

Kualitas hidup pada kelompok yang biasa sarapan cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok yang tidak biasa sarapan, namun tidak terdapat perbedaan signifikan secara

Proses di dalam uterus terjadi hingga 20 jam lamanya dan telur yang telah berkembang penuh akan masuk ke dalam vagina selama 5-10 menit sebelum telur dikeluarkan dari tubuh induk