• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian kesesuaian perairan pesisir desa Kawai Kabupaten Maluku Tengah bagi pengembangan ekowisata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian kesesuaian perairan pesisir desa Kawai Kabupaten Maluku Tengah bagi pengembangan ekowisata"

Copied!
203
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KESESUAIAN PERAIRAN PESISIR

DESA SAWAI KABUPATEN MALUKU TENGAH

BAG1 PENGEMBANGAN EKOWISATA

FREDERIK WILLEM AYAL

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis "Kajian Kesesuaian Perairan Pesisir Desa Sawai Kabupaten Maluku Tengah Bagi Pengembangan Ekowisata" merupakan karya saya dengan arahan dari komisi pembiibing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalarn teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka yang merupakan bagian dari tesis ini.

Bogor, Mei 2009

q j .

Frederik Wil em Ayal

(3)

ABSTRACT

Prederik Willem Ayal, 2009. Suitability Study of Coastal Sawai, Central Maluku Regency, for Coastal Ecotourism Development. Supervised by M. F. Rahardjo and Isdrajad Setyobudiandi.

Ecotourism development in Sawai facing some problems such coral reefs destructions, not all stakeholders take account of it and also the needs of co- management. That is why this study was done in order to analyze marine and coastal resources condition, to identify stakeholders and to figure out the suitability of this region to develop ecotowism. Result shows there are several spots recommended to develop ecotourism activities. There are two ecotourism activities recommended in this area which is marine ecotourism (snorkeling and diving) and coastal ecotourism. The local community and the owner accommodation are act as primary stakeholders, while the local governments are act as key stakeholders and the other institutions are act as secondary stakeholders.

In order to develop ecotouism in future, there are six management recommendations was propose.

(4)

Kegiatan wisata yang sedang berjalan di Desa Sawai saat ini berhadapan dengan berbagai masalah yaitu: (a) indiiasi kerusakan terumbu karang pada beberapa bagian perairan, (b) tidak semua pemangku kepentingan terlibat dalam pengelolaan kegiatan wisata, dan (c) belum terarahnya pengelolaan wisata saat ini. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis kondisi dan potensi sumberdaya pesisir dan laut, sebagai sumberdaya utarna pengembangan kegiatan ekowisata, mengindentifikasi para pemangku kepentingan yang terlibat dalam kegiatan ekowisata, menganalisis kesesuaian kawasan dan menentukan strategi pengelolaan ekowisata ke depan.

Penelitian berlangsung pada bulan November 2008 yang meliputi: (1) survei awal dan koleksi data sekunder, (2) pengumpulan data primer yang terdiri atas pengumpulan data kondisi terumbu karang, ikan karang, parameter lingkungan dan data sosek, (3) analisis data dan penulisan laporan. Metode identifikasi kondisi ikan karang dan terumbu karang memjuk English et al. 1994. Pengambilan data sosial ekonorni dilakukan melalui wawancara kepada responden dan juga melalui penelusuran data sekunder. Analisis kesesuaian ekowisata bahari dan daya dukung kawasan dilakukan merujuk Yulianda (2007).

Hasil penelitian menunjukkan jumlah perbandingan laki-laki dan perempuan Desa Sawai adalah berimbang yang berarti akan memberikan perimbangan secara gender dalam memberikan kontribusi jika ekowisata dikembangkan di kawasan ini. Tanggungan hidup bagi setiap kelompok usia produktif cukup kecil @R = 75). Tidak semua kelompok usia produktif telah berpeke j a m . Kualitas pendidikan di desa ini masih rendah. Hal ini berpengaruh kepada perilaku masyarakat terhadap sumberdaya alam.

(5)

pada lokasi penelitian adalah sebanyak 45 jenis. Jumlah ini terdistribusi ke dalam kategori ikan indikator sebanyak empat jenis, kategori ikan mayor 25 jenis dan kategori ikan target sebanyak 16 jenis.

Hasil identifikasi kesesuaian ekowisata bahari berdasarkan matriks kesesuaian area bagi pengembangan ekowisata (Yulianda, 2007) menghasilkan dua bentuk kegiatan ekowisata yaitu (1) ekowisata pantai dengan kategori wisata pantai dan olahraga pantai dan (2) ekowisata bahari dengan kategori snorkling dan selam. Sementara hasil identifikasi pemangku kepentingan bagi pengembangan ekowisata di Desa Sawai menunjukkan bahwa masyarakat dan pengusaha akomodasi adalah pemangku kepentingan utama; Pemerintah Desa, Bappeda Kab. Malteng, Dinas Pariwisata Malteng dan DKP Malteng adalah pemangku kepentingan kunci; instansi pendukung lainnya adalah pemangku kepentingan sekunder.

(6)

O Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang rnengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya;

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik; atau

tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dun memperbanyak sebagian atau seluruh

(7)

KAJIAN KESESUAIAN PERAIRAN PESISIR

DESA SAWAI KABUPATEN MALUKU TENGAH

BAG1 PENGEMBANGAN EKOWISATA

FREDERIK WILLEM AYAL

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAJY BOGOR

(8)

Judul Tesis : Kajian Kesesuaian Perairan Pesisir Desa Sawai

Kabupaten Maluku Tengah Bagi Pengembangan Ekowisata Nama : Frederik Willem Ayal

NRP : C251060011

Disetujui

Komisi Pembimbing

/ Dr. Ir. M. F. Rahardio, DEA

Ketua

Dr. Ir. 1sckaidd Setyobudiandi, M.Sc

)

Anggota

Diketahui

&&tua Program Studi Pengelolaan

Dr. Ir. Mennofatria Boer,

(9)

PRAKATA

Kemuliaan dan penghormatan hanya diberikan kepada Allah, Pencipta Langit dan Bumi yang memberikan inspirasi dan hikniat kepada penulis sehingga penulisan tesis dengan judul "Kajian Kesesuaian Perairan Pesisir Desa Sawai Kabupaten Maluku Tengah Bagi Pengembangan Ekowisata" dapat terselesaikan. Jikalau bukan Tuhan yang menolong, maka sia-sialah usaha penulis selama ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. M. F. Rahardjo, DEA dan Dr. Ir. Isdrajad Setyobudiandi, M.Sc selaku Komisi Pembiibing atas bimbingan, dorongan, motivasi dan masukan, diiulai dari rencana penelitian hingga penulisan tesis ini. Penyusunan tesis ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor UNversitas Pattimura dan Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melanjutkan studi pada Sekolah Pascasarjana IPB.

2. Institut Pertanian Bogor khususnya Sekolah Pascasarjana dimana penulis menuntut ilmu dan menyelesaikan studi.

3. Pemerintah Provinsi Maluku, Yayasan Satyabhakti Widya, Yayasan Dana Beasiswa Maluku atas bantuan dana yang sangat membantu penulis dalam proses penelitian.

4. Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS (mantan Ketua Program Studi SPL) dan Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA (Ketua Program Studi SPL) yang begitu membantu selama penulis mengenyam pendidikan di IPB.

5. Dr. Ir. F. Yulianda, M.Sc selaku Penguji Luar Komisi pada ujian tesis yang telah memberikan banyak masukan dalam penyempurnaan tesis ini. Semoga tulisan iN dapat bermanfaat dan menjadi sumber informasi bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan khususnya di bidang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan.

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Pascasarjana IPB, banyak pihak telah memberikan kontxibusi yang berarti dalam berbagai bentuk kepada penulis. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini, penulis tidak lupa untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Keluarga tercinta, Istriku Theophanny Paula Theresia, Papa Sam

(ah),

Mama Evi (ah), Papa Nick, Mama Emmy, Om Buce, Tante Au, Eda, Ecky, Eni, Dave, Ance, Eriec, Radi Christa, Ezra Gregoreo serta semua saudara yang setia berdoa dan mendorong penulis selama studi di IPB. 2. Teman-teman S:! SPL angkatan XI11 atas semangat dan kebersamaan yang

tejalin selama ini serta teman-teman seperjuangan (Usi Yona, Nurul, Kholik, Adit, Anchu dan yang lain) yang telah membantu dan mendukung penulis selama studi di IPB.

(11)

RIWAYAT

HII)T.JP

Penulis dilahirkan di Ambon pada 22 Pebruari 1981 dari ayah Imanuel Samuel Ayal (alm) dan ibu Levina Margaretha RehattaIAyal. Penulis merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara.

(12)

DAFTAR IS1

Halaman

DAFTAR TABEL

...

xiv

DAFTAR GAMBAR

...

xv

DAFTAR LAMPIRAN

...

xvii

1

.

PENDAHULUAN

...

1

1

.

1. Latar Belakang

...

1

1.2. Pemmusan Masalah

...

3

1.3. Kerangka Pemikiran

...

3

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

...

5

2

.

TMJAUAN PUSTAKA

...

2.1. Ekowisata

...

2.2. Ekowisata di Kawasan Pesisir

...

2.3. 'I'ekanan Akibat Aktifitas Wisata terhadap Terumbu Karang

...

...

2.4. Permasalahan dalam Pengelolaan Ekowisata di Indonesia

...

2.5. Daya Dukung Kawasan Ekowisata 2.6. Analisis Pemangku Kepentingan

...

...

2.7. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Ekowisata 2.8. Pengelolaan Ekowisata Bahari

...

3

.

METODOLOGI

...

16

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

...

16

. .

3.2. Ruang Lingkup Penelltian

...

16

3.3. Metode Pengumpulan Data

...

16
(13)

xiii

4

.

HASIL DAN PEMBAHASAN

...

4.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian

...

...

4.2. Kondisi Iklim

...

4.3. Kondisi Sosial. Sarana dan Prasarana

...

4.4. Kondisi dan Potensi Sumberdaya Alam Desa Sawai

4.5. Kesesuaian Ekowisata

...

4.6. Daya Dukung Kawasan

...

4.7. Kondisi Wisatawan

...

...

4.8. Keterlibatan Pemangku Kepentingan

4.9. Peluang Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan

...

Ekowisata di Desa Sawai

4.10. Kendala Pengembangan Ekowisata di Perairan Pesisir

...

Desa Sawai

4.11. Amhan Pengelolaan Ekowisata di Perairan Pesisir

...

Desa Sawai

5

.

KESIMPULAN DAN SARAN

...

...

5.1. Kesimpulan

...

5.2. Saran
(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Halaman

1. Metode Pengumpulan Data

...

2. Matriks Kesesuaian Area untuk Ekowisata Pantai Kategori

Rekreasi

...

...

...

...,.

3. Matriks Kesesuaian Area untuk Ekowisata Bahari Kategori Wisata

Selam

...

..

4. Matriks Kesesuaian Area untuk Ekowisata Bahari Kategori Wisata

Snorkiing

...

... ...

... ...

5. Jurnlah Penduduk berdasarkan Pendidikan Terakhir, Jumlah Gedung

Sekolah dan Jumlah Guru di Desa Sawai

...

6 . Lgeform dan Persentase Tutupan Karang pada Pulau Sawai ... 7 . Lifeform dan Persentase Tutupan Karang pada Pulau Raja

...

8. Lifform dan Persentase Tutupan Karang pada Pantai Tebing Batu

...

9. Kondisi Fisik Perairan Pesisir Pulau Sawai, Pulau Raja dan Pantai
(15)

DAFTAR GAMBAR

No

.

Judul Gambar

1

.

Diagram Alir Kerangka Pikir Kajian Kesesuaian Perairan Pesisir Desa Sawai Kabupaten Maluku Tengah bagi Pengembangan

...

Ekowisata

2

.

Peta Lokasi Penelitian

...

3

.

Akses Menuju Desa Sawai di antaranya Hams Melewati Jembatan

Alternatif

...

4

.

Kondisi Jalan Pasir dan Batu Menuju Desa Sawai yang Rusak pada

Beberapa Bagian Jalan

...

5

.

Alat Penangkap Energi Matahari untuk Keperluan Pembangkitan

Listrik di Hampir Setiap Rumah Penduduk Desa Sawai

...

6

.

Kolam Air Tawar untuk Keperluan Mandi. Cuci. Masak dan

Keperluan Sehari-hari Lainnya

...

7

.

Penginapan Terapung "Lisar Bahari" Dilihat dari Arah Laut

...

8

.

Keindahan Ekosistem Temmbu Karang Perairan Pesisir

...

Desa Sawai

...

.

9 Pemandangan Pantai Pasir Putih Pulau Sawai

10

.

Pengamatan Kondisi Terumbu Karang Perairan Pesisir

...

Desa Sawai

1 1

.

Grafik Persentase Pengamatan Persentase Tutupan Karang

...

...

12

.

Beberapa Jenis Ikan Karang di Perairan Pesisir Desa Sawai

13

.

Perbandingan Persentase Ikan Indikator. Mayor dan Target di

Perairan Pesisir Desa Sawai

...

14

.

Peta Kesesuaian Ekowisata Bahari Kategori Snorkling

...

15

.

Peta Kesesuaian Ekowisata Bahari Kategori Selarn

...

16

.

Peta Kesesuaian Ekowisata Pantai

...

...

17

.

Pantai Tebing Batu di Desa Sawai

18

.

Perbandingan Winus dan Wisman yang Mengunjungi Desa Sawai saat Penelitian Berdasarkan Jenis Pekerjaan

...

(16)

xvi

19

.

Perbandingan Winus dan Wisman yang Mengunjungi Desa Sawai

...

saat Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin 53

...

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Judul Lampiran

Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Maluku Tengah

...

Hasil Identifikasi Sumber Daya Pesisir dan Laut di Desa Sawai

...

Jenis Ikan Karang yang Ditemukan saat Penelitian di Desa Sawai

...

Hasil Identifikasi Wisatawan yang menjadi Responden

...

Matriks Analisis Pemangku Kepentingan

...

Peta Rencana Kawasan Wisata Bahari. Rencana Tata Ruang Laut Wilayah Kabupaten Maluku Tengah

...

Kesesuaian Area untuk Ekowisata Pantai

...

Kesesuaian Area untuk Ekowisata Bahari

...

Halaman 80

81

82

84

(18)

1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Provinsi Maluku m e ~ p a k a n salah satu provinsi kepulauan dengan dua per tiga dari luas wilayah Maluku merupakan lautan. Daerah

ini

sering dikenal dengan sebutan sebagai "provinsi seribu pulau" karena memiliki jumlah pulau yang cukup banyak yaitu mencapai 1.423 buah pulau dengan panjang garis pantai yang mencapai 8.506

km

(Anonimous, 2007a). Kondisi wilayah seperti ini sangat jelas akan memberikan konsekuensi logis bahwa potensi sumberdaya pesisir dan laut dapat menjadi tumpuan bagi kelangsungan pembangunan di Provinsi Maluku. Berbagai kegiatan dapat diembangkan merujuk pada potensi di atas seperti pengembangan perikanan tangkap, kegiatan budidaya maupun sektor-sektor jasa lainnya kawasan konservasi laut, transportasi laut maupun kegiatan wisata bahari.

Desa Sawai adalah sebuah desa pesisir yang terletak di bagian utara Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Secara administrasi, desa ini termasuk ke dalam Kecamatan Seram Utara., Kabupaten Maluku Tengah. Jarak lokasi ini h a n g lebih 132 km dari Kota Masohi, ibukota Kabupaten Maluku Tengah. Perjalanan untuk mencapai tempat ini dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat maupun laut. Seperti halnya desa pesisir lain di Provinsi Maluku, Desa Sawai juga memiliki potensi sumberdaya dam darat, pesisir dan laut yang dapat diembangkan melalui pendekatan konservasi maupun ekowisata. Sumberdaya yang dimaksud adalah sumberdaya terumbu karang. Keindahan yang ditawarkan oleh terumbu karang di perairan ini, baik karena pemandangan bawah lautnya yang bernilai estetika tinggi, kehadiran ikan-ikan karang yang berasosiasi dan menambah keindahan di dalamnya merupakan penyebab datangnya para pengunjung ke tempat ini. Potensi lain yang dimiliki yaitu keindahan hamparan pasir putih yang ada pada dua buah pulau kecil yang temasuk dalam petuanan Desa Sawai. Keberadaan sumberdaya alam ini dapat dijadikan potensi pengembangan pariwisata ke depan.

(19)

masyarakat pemilik penginapan dan mereka yang bekerja di dalamnya saja yang merasakan dampak dari kegiatan wisata tersebut. Jika dibiarkan terus berlanjut, maka dikuatukan kondisi ketimpangan dimaksud akan berpotensi menjadi sumber konflik dan menyebabkan ketidakberlanjutan kegiatan wisata di daerah ini. Hal ini dapat dilihat dari h a i l observasi awal di lapangan yang menunjukkan bahwa praktek pengrusakan terhadap sumberdaya pesisir dan laut, yang menjadi objek utama kegiatan wisata di desa ini masih terjadi. Praktek tersebut terus terjadi karena masyarakat belum merasakan dampak dari kegiatan wisata ini bagi mereka.

H a i l observasi dari sejumlah penyelam yang pernah menyelami daerah ini, perairan Desa Sawai memiliki panorama laut yang masih alami dan cukup menawan, baik itu karang maupun ikan-ikannya. Hal

ini

juga yang menarik sejumlah wisatawan baik dalarn maupun luar negeri untuk datang ke tempat ini. Data dari

D i

Pariwisata Kabupaten Maluku Tengah menunjukkan bahwa pada tahun 2007, sebanyak 96 orang wisatawan dari mancanegara yang berkunjung ke tempat ini. Sementara untuk tahun

ini

saja, sampai dengan bulan April 2008, tercatat 59 orang wisatawan mancanegara telah mengunjunginya, mulai dari Belanda, Perancis, Belgia, Australia, Jepang, Amerika Serikat dan lain-lain. Namun di sisi lain, kelemahan pengelolaan dan pengawasan kawasan ini dapat "dimanfaatkan" oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dengan melakukan eksploitasi yang destruktif.
(20)

1.2. Perumusan Masalah

Sebagai bagian dari kawasan konservasi, keindahan alam bawah laut Desa Sawai dapat dikembangkan bagi kegiatan ekowisata bahari. Namun aktifitas wisata yang telah dimulai sejak tahun 1990-an tersebut, sejauh ini belum menunjukkan perkembangan yang berarti. Untuk dapat mengembangkan kegiatan ekowisata di tempat ini maka informasi terumbu karang, yang menjadi sumberdaya utama perairan ini menjadi penting untuk diietahui. Oleh karena itu maka permasalahaa utarna penelitian ini yaitu:

1. indikasi telah terjadi kerusakan terumbu karang,

2. tidak semua pemangku kepentingan terlibat dalam kegiatan wisata, 3. belum adanya pengelolaan ekowisata secara terarah di tempat ini.

1.3. Kerangka Pemikiran

(21)

Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Desa Sawai, Maluku Tengah

Kepentingan

1

I

Pengukuran Potensi

Deskripsi Kondisi

Desa Sawai

1

k i t e r i a Kesesuaian K a w a 4

I

Analisis Kesesuaian

(

untuk Ekowisata Bahari

I

melalui

Pendekatan Daya Dukung Kawasan (DDK) Ekowisata

Analisis Daya

Dukung

Pemanfaatan

[image:21.602.87.540.103.736.2]

Pengelolaan Ekowisata pada Perairan Pesisir Desa Sawai, Kabupaten Maluku Tengah

(22)

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. menganalisis kondisi sumberdaya pesisir dan laut, sebagai sumberdaya utarna pengembangan kegiatan ekowisata;

2. mengindentifikasi para pernangku kepentingan yang terlibat dalam kegiatan ekowisata;

3. menganalisis kesesuaian kawasan dengan kriteria ekowisata; 4. menentukan strategi pengelolaan ke depan.

(23)

2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Ekowisata

Ekowisata didefinisikan sebagai pejalanan untuk mengunjungi alam sekitar yang masih alami dengan tujuan untuk melakukan konservasi alam tersebut serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal sekitarnya (Boo, 1991; Cater, 1994; Wight, 1994). Dalam ekowisata, perhatian para pelakunya akan lebih ditujukan kepada keindahan dam, aspek geologi, flora dan fauna pada suatu daerah tertentu dengan tetap mempertahankan keasliannya. Keindahan budaya juga dapat menjadi komoditas yang dinikmati dalam ekowisata. Jadi ketika seseorang melakukan ekowisata maka yang menjadi komoditas yang dapat d i i a t i dalam ekowisata tersebut bukan hanya alam saja tetapi juga manusianya, daiam hal ini budaya lokal.

Ekowisata dapat memegang peranan penting dalam melindungi surnberdaya dam laut pada suatu daerah perlindungan laut. Bisnis ekowisata pada Taman Nasional Komodo menyokong untuk berjalannya tiga pilar konservasi (ekologi, ekonomi dan sosial) dalam pengelolaan ekowisata ini sehingga dapat m e n d a n tingkat praktek penangkapan ikan yang destruktif di sekitar kawasan ini. Strategi yang ditempuh antara lain: (I) meningkatkan kapasitas monitoring karang melalui penambahan fasilitas kapd safari laut dan peralatan selam mengelilingi karang; (2) mendorong peningkatan kesadaran d m kepedulian masyarakat dan pemerintah dalam berbagai tingkatan; (3) mendorong terciptanya sumber mata pencaharian alternatif serta menggalakkan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat (Djohani, 1998).

(24)

Namun apapun definisinya, ekowisata sekarang ini m e ~ p a k a n salah satu segmen dalam dunia wisata yang sedang meningkat perkembangannya.

2.2. Ekowisata di Kawasan Pesisir

Kegiatan wisata pesisir dengan memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan, dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung (Nurisyah, 1998 daIam Wardhani, 2007). Jenis-jenis wisata bahari yang secara langsung memanfaatkan wilayah pesisir antara lain: (a) berperahu; (b) berenang; (c) snorkeling; (d) penyelaman; (e) pancing. Jenis-jenis wisata yang secara tidak langsung memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan antara lain: (a) kegiatan olahraga pant&, (b) piknik menikmati atmosfer laut.

Wisata bahari, baik pada perairan pesisir maupun laut yang lebii dalam, dewasa ini telah diakui secara luas sebagai salah satu jenis wisata yang sedang pesat perkembangannya (Pollard, 1995; O m s , 1999). Wisata bahari termasuk jenis wisata yang tidak mudah dan tidak murah, karena wisatawan harus menguasai keahlian khusus (berenang dan menyelam). Sementara disebut tidak murah karena wisatawan tentunya juga harus mengeluarkim biaya lebih untuk berbagai fasilitas, akomodasi dan transportasi untuk menikmati aktifitas wisata tersebut. Namun mungkin didorong oleh keinginan bertualang, mcnemukan dan

(25)

2.3. Tekanan Akibat Aktifitas Wisata terhadap Ekosistem Pesisir

S e l m a ini, aktifitas wisata telah menjadi sebuah industxi yang berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh k e ~ a j u a n dunia transportasi dan telekomunikasi. Data WTO (2003) melaporkan bahwa selama periode tahun 1995 - 2002, pertumbuhan rata-rata pariwisata global adalah sebesar

3,57%

setiap tahunnya. Perkembangan dunia pariwisata ini memang akan memiliki banyak dampak positif tetapi juga berpotensi untuk menimbulkan dampak negatif, jika tidak dikelola dengvl baik. Dampak negatif yang dimaksud disini yaitu bempa tekanan terhadap sumberdaya yang menjadi obyek yang dinikmati ketika benvisata.

Pembangunan berbagai fasilitas wisata, khususnya yang tejadi pada praktek wisata secara massal (mass tourism), telah mengalihfungsikan banyak lahan yang seharusnya menjadi habitat berbagai biota pesisir dan laut. Hal ini tentunya akan mengakibatkan habitat tersebut akan mengalami degradasi fungsi. Ekosistem yang selama

ini

berfungsi sebagai habitat dari berbagai organisme, menjalankan fungsi perlindungan stabilitas garis pantai telah diturunkan fungsinya hanya untuk kepentingan wisata.

Tekanan aktifitas wisata ini tidak hanya tejadi pada wilayah pantai tetapi juga pada ekosistem pesisir dan laut lainnya, yang juga terkena dampak aktifitas wisata. Ekosistem yang dimaksud misalnya ekosistem terumbu karang. Beberapa aktifitas akibat wisata yang dapat memberikan dampak negatif bagi kelestarian ekosistem terumbu karang antara lain:

1. Peletakan jangkar kapal wisata di atas karang yang merusak anatomi tenunbu; 2. Kerusakan terumbu akibat diinjak oleh para penyelam yang melakukan wisata

pada kawasan ini;

3. Pembuangan sampah plastik clan jenis sampah lainnya oleh para wisatawan yang mencemari periran terumbu;

(26)

5. Aktifitas wisata yang terjadi secara massal yang dapat melebii daya dukung ekosistem terumbu karang;

Di lain sisi, kegiatan wisata seringkali menjadi alasan untuk menutupi berbagai eksploitasi yang merusak. Khusus pada pemanfaatan untuk perdagangan, pada dekade terakhir, Indonesia mencatat peningkatan perdagangan karang baik hidup atau mati untuk diekspor sebagai dekorasi ke luar negeri. Sampai tahun 1990-an, Indonesia tercatat sebagai pemasok 36%

-

41% pasar karang dunia dengan nilai sebesar 1,2 juta spesimen per tahunnya (Suhartono dan Mardiastuti, 2003).

2.4. Permasalahan dalam Pengelolaan Ekowisata di Indonesia

Pulau-pulau kecil dan perairan yang tidak terlalu dalam yang banyak terdapat di wilayah Indonesia mempakan tempat yang ideal bagi kehidupan karang. Potensi ini dianfaatkan dengan baik pada beberapa tenipat dengan mengembangkan kegiatan ekowisata. Salah satunya pada perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Perairan

ini

memiliki 80% kekayaan seluruh spesies karang di dunia. Keindahan ini menjadi tujuan utama penikmat wisata laut di dunia. Tidak kurang 500 orang pelajar dan wisatawan mancanegara tiap tahunnya mengunjungi perairan ini (Coremap, 2006).

Lain halnya dengan pengembangan kegiatan ekowisata pada perairan Kepulauan Raja Ampat, Papua. Perairan dengan pemandangan bawah laut yang begitu menakjubkan ini karena memiliki tingkat biodiversitas yang sangat tinggi tersebut, ternyata masih belum menemukan model pengelolaan ekowisata berbasiskan masyarakat yang tepat (Coremap, 2006). Beberapa jenis usahakegiatan wisata yang dilakukan namun tidak be jalan dengan baik sehingga seiring dengan berjalannya waktu akan berhenti beroperasi. Salah satu penyebabnya yaitu diduga karena tidak mempertimbangkan aspek-aspek sosial

ekonomi dan budaya masyarakat lokal/adat.

(27)

hayati laut di dunia. Taman seluas 89.000 h e k merupakan habitat bagi setidaknya 1000 spesies ikan terumbu karang yang berasal

dari

175 keluarga dan kira-kira 400 spesies terumbu keras scleractinian yang mewakili 63 genus dan 15 keluarga (Salm & Usher, 1984). Keanekaragaman hayati yang paling banyak terdapat di terumbu karang patahan (fringing reej), sementara kawasan laut dalam menjadi habitat bagi ikan dan mamalia pelagic seperti marlin,

tuna,

hiu, ltunba- lumba, paus orcas, pilot, sperm dan melon-head. Oleh karena itu, konservasi Taman Nasional Bunaken memiliki kepentingan global yang sangat penting bagi keanekaragaman hayati laut dan potensi pariwisata.

Dampak lain yang &pat ditimbulkan sebagai efek kegiatan wisata yaitu dampak sosial. Wisatawan yang datang mengunjungi suatu lokasi ekowisata, tentunya berasal dari berbagai tempat (baik dalam dan luar negeri), dengan keragaman budaya, etika dan tata krama masing-masing. Interaksi antam para wisatawan dengan masyarakat lokal, tentunya akan mengakibatkan terjadiiya transfer kebudayaan dan kebiasaan. Masyarakat yang memiliki nilai-nilai tradisi dan etika sosial yang sudah sangat mengakar, tentunya tidak akan mcdah terpengaruh oleh budaya dari luar yang masuk ke wilayahnya. Hilyana (2001) menemukan bahwa kegiatail pariwisata di Lombok Barat, Nusa Tenggara Timur, tidak berpengaruh secara nyata terhadap nilai-nilai kultural yang ada di masyarakat lokal. Hal ini tentunya tidak akan terjadi dengan s e n d i i y a atau juga karena budaya yang dari luar (dalam hal ini mungkin yang dibawa masuk oleh wisatawan) tidak memiliki pengaruh yang cukup kuat untuk mempengaruhi masyarakat lokal. Masih kuatnya peranan tokoh-tokoh non formal dalam mengontrol kehidupan sosial masyarakat, ditengarai menjadi kunci keberhasilan masyarakat Lombok Barat dalam mengontrol dan menyaring budaya dari luar tersebut. Namun tidak dapat dipungkiri juga, bahwa masih ada sebagian kecil masyarakat yang terpengaruh sehingga mengakibatkan te jadiiya perubahan gaya hidup mereka. Hal ini tercermin dari cara berpakaian dan etika pergaulan yang bertentangan dengan nilai-nilai moral masyarakat setempat.

(28)

hanya tegas "di atas kertas" namun sering terjadi pelanggaran di lapangan. Ini ditemukan pada hampir semua daerah konsewasi/perlindungan dam yang kondisi sumberdaya alamnya mengalami kerusakan. Di sisi lain, para kaum konservatif/aktifis lingkungan, sering berpikix tidak perlu untuk dilakukan promosi dan cenderung mengabaikan aspek industrialnya. Mereka merasa yakin kalau produknya sudah bagus maka akan tercium juga dan pada akhimya &an didatangi wisatawan. Mereka justru merasa kuatir bahwa kegiatan promosi dapat menimbulkan ke!ebiian pengunjung atau melampaui daya tampung objek wisata yang dapat mengancam kelestarian sumberdaya dam. Sementara di lain pihak, para operator wisata, menganggap bahwa objek tujuan wisata tidak layak dilirik

selama belum dipromosikan.

Lain halnya dengan yang terjadi pada kawasan ekowisata di Batu Rongring, Sumatera Utara. Tujuan utama wisatawan datang ke daerah ini adalah menikmati alamnya yang masih alami, lerutama sungainya. Namun jika hanya mengandalkan sungai sebagai tujuan wisata, maka dikuatirkan akan sulit bersaing dengan beberapa daerah tujuan wisata lain yang berdekatan dengan daerah ini

dan

juga memiliki kelebihan masing-masing. Di samping itu, inhstruktur yang ada di daerah ini juga kurang memadai. Oleh karena itu yang dapat meajadi solusi yaitu hams membuat konsep wisata yang memiliki keunggulan terselidin. Salah satunya yaitu memanfaatkan kearifan lokal masyarakat (Suku Karo) yang selalu mengandakm pengobatan altematifltradisional dari tanaman-tanaman yang ada di kawasan ini. Banyak sekali tanaman yang &pat dianfaatkan menjadi obat- obatan tradisional pada kawasan ini. Maka paket wisata yang ditawarkan disini yaitu wisata dam yang disertai dengan pengobatan altematif yang dapat menambah pengetahuan wisatawan tentang obat-obatan alami bahkan juga dapat menyembuhkan penyakit mereka.

2.5. Daya Dukung Kawasan Ekowisata

(29)

sumberdaya alam yang berlangsung secara berkelanjutan tanpa memsak lingkungan. Pembatasan jumlah wisatawan yang berkunjung pada suatu waktu tertentu ke suatu lokasi wisata bertujuan agar sumberdaya dam dan lingkungan yang menjadi obyek tujuan kunjungan wisata dapat diberikan kesempatan, secara alami untuk dapat berasimilasi, sehingga berbagai aktifitas yang ditimbulkan dari berbagai kegiatan wisata, tidak akan menimbulkan efek yang negatif terhadap keberlangsungan sumberdaya dan lingkungan di kawasan itu.

Daya dukung adalah jnmlah maksimum pengunjung pada suatu tapak tanpa menyebabkan perubahan pada lingkungan fisik dan tidak mempengaruhi pengunjung (Inskeep, 1991). Konsep daya dukung ekowisata mempertimbangkan du2 hal yaitu (1) kemampuan dam untuk mentolerir gangguan atau tekanan dari manusia dan (2) standar keaslian sumberdaya alam. Analisis daya dukung ekowisata ditujukan pada pertimbangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara lestari. Mengingat pengembangan wisata bahari tidak bersifat mass tourism, mudah rusak

dan

ruang untuk pengunjung sangat terbatas maka perlu penentuan daya dukung kawasan. Daya dukung disesuaikan dengan kamkteristik sumberdaya dan pemtukannya (Yulianda, 2007).

Pengembangan suatu kegiatan ekowisata barus memperhatikan faktor daya tampung wisatawan. Apalagi jika kegiatan ekowisata tersebut dilakukan pada wilayah pesisir, yang sangat tinggi intensitas tekanan akibat banyak sekali aktifitas manusia yang dilakukan pada wilayah ini, yang menyebabkan wilayah ini rentan akan berbagai p e n m a n h g s i sumberdaya dan lingkungan pesisir bahkan dapat menjadi rusak. Dalam penelitian

ini,

parameter yang digunakan dalam menentukan daya tampung kawasan ekowisata yaitu panjang pasirltebing pantai untuk aktifitas wisata pantai

dan

luasan areal terumbu karang untuk aktifitas wisata bahari.

2.6. Anatisis Pemangku Kepentingan

(30)

perencanaan yang tepat lebih mengacu kepada untuk dan oleh siapa rencana tersebut dibuat. Oleh karena itu penting untuk memetakan pihak-pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan pembangunan (subyek pembangunan). Tahapan awal dalam perencanaan pembangunan daerah yang partisipatif adalah perlu dikenali terlebih dulu pelaku (siapa saja) yang selayaknya terlibat. Dengan pemahaman yang cukup, maka para pelaku pembangunan akan memiliki panduan tentang gambaran yang komprehensif atas kondisi dan situasi yang terjadi. Proses ini disebut sebagai analisis pemangku kepentingan.

Pemangku kepentingan adalah siapa saja yang berkepentingan atau terkena dampak atas suatu proyeWprogram dimana informasi dan peran aktif mereka sangat diperlukan termasuk dalam menjalankan fungsi kontrol atas pelaksanaan proyek/program tersebut. Analisis pemangku kepentingan menjadi penting dalam mengidentifikasi para pelaku pembangunan. Pelaku pembangunan ini meliputi orang dan organisasi yang terlibat ataupun terkena dampak dari suatu perencanaan.

Analisis pemangku pentingan bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi dan menentukan berbagai pemangku kepentingan yang relevan dengan perencanaan pembangunan; hal tersebut ditujukan untuk menjamin keberhasilan dalam pengambilan keputusan perencanaan secara partisipatif, (2) memetakan peran dan kontribusi pemangku kepentingan dalam pembangunan; pemetaan pemangku kepentingan merupakan kebutuhan untuk dapat terlibat secara aktif, (3) memaksimalkan peran dan kontribusi pemangku kepentingan; dengan luasnya peran dan kontribusi maka keberhasilan aktifitas perencanaan menjadi lebih baik

d m mendapat dukungan banyak pihak.

2.7. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Ekowisata

Beberapa pengertian tentang partisipasi masyarakat oleh banyak ahli biasanya diartikan sebagai upaya peran serta masyarakat dalam suatu kegiatan, yang bila dikaitkan dengan pembangunan maka

akan

merupakan upaya peran serta dalam pembanynan. Seperti yang diiemukakan oleh Slamet (1985),
(31)

kegiatan pembangunan akan kurang berhasil. Wardoyo (1992) mengatakan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat baik dalam bentuk pernyataan maupun kegiatan. Keikutsertaan tersebut terbentuk sebagai akibat terjadiiya interaksi sosial antara individu atau kelompok masyarakat yang lain dalam pembangunan.

Nikijuluw (2002) menyatakan bahwa pengelolaan yang melibatkan masyarakat atau partisipasi masyarakat mempakan salah satu pendekatan pengelolaan sumberdaya alam, misalnya perikanan, yang meletakkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat lokal sebagai dasar pengelolaannya. Selain karena mereka memiliki akar budaya yang h a t , biasanya tergabung dalam kepercayaannya. Nilai-nilai dalam masyarakat biasanya ditransfer secara kuat

dari

generasi ke generasi yang tercakup dalam suatu sistem tradisional.

Partisipasi masyarakat dalam suatu kegiatadpembangunan dipengaruhi oleh beberapa faktor yailu tingkat pendidikan, umur dan kesesuaian kegiatan dengan kebutuhan (Madrie, 1986). Partisipasi juga ditentukan oleh tingkat pengetahuan. Seseorang yang memiliki pengetahuan dan kesadaran yang tinggi terhadap kepentingan kelompok, cenderung semakin tinggi partisipasinya dalam kegiatan pembangunan (Long, 1973). Ditambahkan oleh Soeryani

dkk

(1987) bahwa tingkat pendidikan dan kemiskinan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi partisipai masyarakat dalam mengelola lingkungan hidup. Tingkat pendidikan masyarakat akan mempengaruhi tingkat pengetahuan mereka mengenai liigkungan hidup.

2.8. Pengelolaan Ekowisata Bahari

The Ecotourism Sociefy (Wood, 2002) menyebutkan bahwa dalam melakukan pengelolaan ekowisata bahari maka ada delapan prinsip dasar yang harus menjadi perhatian, yaitu:

-

Mencegah dan menanggulangi dampak aktifitas wisatawan terhadap alam dan

budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter d a m dan budaya setempat,

(32)

-

Pendapatan langsung untuk kawasan,

-

Partisipasi masyarakat dalam perencanaan,

-

Penghasilan masyarakat,

-

Menjaga keharmonisan dengan dam,

- Daya dukung sebagai batas pemanfaatan,

-

Peluang penghasilan pada porsi yang besar untuk pemerintah.
(33)

3.

METODOLOGI

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di perairan Desa Sawai, Kabupaten Maluku Tengah (Gambar 2). Penelitian ini berlangsung pada bulan November 2008 yang dilakukan dalam tiga tahap yaitu: (1) survei awal, memperoleh data sekunder, (2) pengumpulan data primer, pada kegiatan ini terdiri dari pengumpulan data kondisi terumbu karang, ikan karang, parameter lingkungan dan data sosek,

(3) analisis data dan penulisan laporan.

3.2. Ruang Lingkup Penelitian

Di dalam penelitian ini dianalisis kondisi biologis, fisik clan sosekbud kawasan penelitian. Kondisi biologis kawasan yang diimaksud adalah kondisi sumberdaya pesisir dan laut, yang dalam konteks penelitian ini adalah kondisi terumbu karang dan ikan karang. Kondisi fisik kawasan yang diiaksud adalah parameter fisik perairan yang merupakan bagian dari parameter kesesuaian kawasan bagi pengembangan kegiatan ekowisata. Sementara kondisi sosekbud kawasan yang dimaksud adalah mengidentifikasi para pemangku kepentingan bagi pengembangan kegiatan ekowisata di kawasan ini. Penelitian ini bermuara pada p e m u s a n strategi pengelolaan yang tepat bagi kelestarian sumberdaya tetapi juga menggencarkan kegiatan ekowisata di daerah ini.

3.3. Metode Pengumpulan Data

(34)

r

.,,.-,, r37.8- #a*,,

?

-

- -

[image:34.595.103.511.119.403.2]

LOGAS1 PENELITIAN

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Pengambilan

data

kondisi biologis dan fisik kawasan, yang dam penelitian ini yaitu data kondisi terumbu karang, data ikan karang serta parameter fisik perairan yang menunjang pengembangan kegiatan ekowisata, dilakukan pada Pulau Sawai, Pulau Raja clan Pantai Tebing Batu yang memiliki potensi sumber daya terumbu karang (Anonimous, 2007~) dan juga merupakan titik-tit* yang biasa digunakan sebagai lokasi wisata di perairan Desa Sawai. Pada lokasi tersebut berbagai aktifitas wisata biasanya dilakukan seperti berenang, snorkeling, penyelaman, berperahu dan aktifitas lainnya. Penelitian

ini

melihat perbandingan kondisi biologis dan fisik pada setiap stasiun pengamatan dan merekomendasii W t a s ekowisata yang sebaiknya dikembangkan pada setiap stasiun.
(35)

karang .addah Metode Sensus Visual R a n Karang .(Coral Reef Fish -Visual Census) yang dikemukakan oleh English et al. (1994).

Pengambilan data kondisi fisik perairan dilakukan secara in situ

di

lokasi penelitian. Data yang diukur yaitu data kedalaman perairan, kecepatan arus dengan menggunakan alat pengukur arus, kecerahan perairan dengan menggwakan secchi disk, suhu dengan menggunakan termometer, saliitas dengan menggunakan refraktometer d m pH dengan menggunakan pH meter.

Pengambilan data sosial ekonomi dilakukan melalui wawancara kepada responden dan juga melalui penelusuran data sekunder. Data-data sekunder yang ditelusuri meliputi:

-

data demogafi desa,

-

data statistik tingkat desa, kecamatan dan kabupaten,

-

dokurnen Rencana Tata Ruang Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Maluku Tengah dan laporan h a i l kajian sebelumnya.

Tabel 1. Metode Pengumpulan Data

No Jenis Data Metode Sumber Data

I. Data Primer Pengamatan/pengukurnn

langsung di lapangan 1. Kondisi Biologis

Kawasan:

-

Terumbu Karang - Survei tmnsek garis - In situ

-

Ikan Karang

-

Sensus visual - In situ 2. Kondisi Fisik Kawasan:

-

Posisi

-

GPS

-

In situ

- Kecepatan arus - Current meter

-

In situ

-

Kecerahan - Secchidisk - In situ

-

Suhu

-

Tennometer - In situ

-

Salinitas - Refiaktometer - In situ

-

PH - pH meter - In sifu

3. Kondisi Sosek Kawasan Wawancara Desa Sawai dan instansi terkait

II.

Data Sekuuder Penelusuran dokumen dan - Desa Sawai

laporan hasil kajian instansi - Kecamatan Seram

terkait Utara

- Dinas Pariwisata

-

Dinas Perikanan [image:35.599.85.517.441.742.2]
(36)

3.4.Metode Analisis Data

3.4.1. Analisis Kondisi dan Potensi Surnberdaya Obyek Ekowisata

Dalam analisis kondisi dan potensi sumberdaya yang sudah dan

akan

dikembangkan menjadi obyek ekowisata

ini

dianalisis kondisi terumbu karang, jenis ikan karang serta kondisi parameter fisik pantai dan perairan lainnya yang menjadi parameter dalam menentukan kesesuaian pengembangan kegiatan ekowisata pada kawasan

ini.

Analisis data pola struktur komunitas kawasan terumbu karang dilakukan berdasarkan kategori bentuk tumbuh (life form) karang (English

et

al., 1994) sebanyak 14 kategori bentuk tumbuh k m g kern. Metode yang dilakukan untuk identifikasi ikan karang melalui pengamatan terhadap ikan-ikan karang yang ditemui sepanjang garis transek pada saat trahsek karang. Keberadaan ikan karang dicatat berdasarkan gambar panduan jenis-jenis ikan karang yang dibawa oleh penyelam dan penentuan jenis ikan karang tersebut berdasarkan nama latin spesiesnya.

3.4.2. Analisis Kondisi Masyarakat

Data sosial ekonomi kawasan yang dianalisis dalam penelitian ini mencakup jumlah penduduk, komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, rasio jenis kelamin, komposisi penduduk berdasarkan umur, rasio ketergantungan, dan komposisi penduduk berdasarkan jenis peke rjaan.

-

Jumlah Penduduk

Jurnlah penduduk merupakan banyaknya penduduk yang berdiam pada suatu wilayah pada waktu tertentu. Dalam ha1 ini jumlah penduduk dhyatakan dengan bany.aknya .orang fiiwa) yang tinggal di desa pada saat penelitian dilakukan.

-

Komposisi Penduduk berdasarkan Jenis Kelarnin
(37)

-

Rasio Jenis Kelamin (SR)

Rasio jenis kelamin merupakan perbandingan banyaknya penduduk laki- laki dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan atau dirumuskan sebagai berikut:

SR = (Jumlah penduduk laki-IakilJumlah penduduk perempuan)

x

100

-

Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur

Distribusi umur dalam studi penduduk hanya digolongkan ke dalarn keloinpok urnur produktif (penduduk berumur 18 - 50 tahun) dan tidak produktif (penduduk berumur < 18 tahun dan > 50 tahun).

-

Rasio Ketergantungan

(DR)

Rasio ketergantungan merupakan angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk yang tidak produktif dengan penduduk yang produktif, dinyatakan dengan banyaknya penduduk tidak produktif yang hams ditanggung oleh 100 penduduk produktif dan dirumuskan sebagai berikut:

DR = (PO-18 +

P~M.)E'Is-~o

3.43. Analisii Kondiii Wisatawan

Dalam analisis

ini,

yang dilakukan b e ~ p a penyebaran kuesioner melalui wawancara kepada para wisatawan untuk menget&&

-

h f i l wisatawan yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan asal wisatawan,

-

Motivasi kunjungan,

-

Penilaian tentang kualitas lingkungan di lokasi.

3.4.4. Analisii Kesesuaian Ekowisata Bahari

(38)

Tabel 2. Matriks Kesesuaian Area untuk Ekowisata Pantai Kategori Rekreasi

Parameter Bobot S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Skor Kedalaman 5 0-3 3 > 3-6 2 > 6-10 1 >10 0 dasar

perairan (m)

Tipe pantai 5 Pasir 3 Pasir 2 Pasir 1 Lumpur, 0 putih push, hitam, berbatu,

sedikit berkarang, te jd k-g sedikit

t e a l

Lebaf pantai 5 > 15 3 10-15 2 3 - <10 1 < 3 0 m

Material 3 Pasii 3 K a W Z 2 Pasir 1 Lumpur 0 daser berpnsir berlumpur

perairan

Kecepatan 3 0-0,17 3 0,17- 2 434-0,51 1 >0,51 0 aius (m/det) 034

Kemiringan 3 110 3 10-25 2 25-45 1 >45 0 pantai (O)

Kecerahan 1 > l o 3 5-10 2 3-5 1 <3 0 p ~ Y f a n (m)

Penuiupan 1 Kelapa, 3 Sanak 2 Belukar 1 Bakaq 0

lahan pantai lahan beluka~ ti.ggi, pernukiman,

terbnka rendah, hutan pelabuhan savanna

Biota 1 Tidak 3 Bulu 2 Bulu bai 1 Bulu babi 0 berbahaya ada babi ikan pad ikan pa&

lepu, biu

Ketenediaan 1 10.5 3 0.5-0,99 2 1-2 1 >2. 0

air tawar

W)

Sunrber: Yulianda (2007)

Tabel 3. Matriks Kesesuaian Area untuk Ekowisata Bahari Kategori Wisata Selarn

Parameter Bobot S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Skor Keceohan 5 >SO 3 50-80 2 20-150 1 <20 0 p e r b (%)

Tutupan 5 >75 3 >50-75 2 25-50 1 125 0

yo)

Jenis lifeform 3 >12 3 <7-12 2 4-7 1 <4 0 Jenis ikan 3 >lo0 3 50-100 2 20-150 1 <20 0

h g(ekor)

Kecepatan 1 0-15 3 >15-30 2 >30-50 1 >SO 0

a m (cm/det)

Kedalaman 1 6-15 3 >15-20; 2 >2030 1 >30; 0 dasar perairan 3-<6 1 3

m

[image:38.599.85.525.72.815.2]
(39)

Tabel4. Makiks Kesesuaian Area untuk Ekowisata Bahari Kategori Wisata Snorkliig

Parameter Bobot S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Skor Kecerahan 5 100 3 80-<I00 2 20-<80 1 120 0 perairan (%)

Tutupan 5 >75 3 >50-75 2 25-50 1 <25 0

karanp, (%)

Jenis lifeform 3 >12 3 17-12 2 4-7 1 <4 0

Jcnis ikan 3 >50 3 30-50 2 10-<30 1 < l o 0

karang (ekor)

Kecepatm 1 0-15 3 >15-30 2 >30-50 1 >50 0

karang (m)

Lebar 1 >500 3 >loo- 2 20-100 1 <20 0

hamparan

d a m karang

(m

Surnber: Yulianda (2007)

Penentuan kesesuaian kawasan untuk kegiatan ekowisata pantai dan

ekowisata bahari pada perairan Desa Sawai dilakukan dengan menggunakan rumus Indeks Kesesuaian Wisata

(IKW)

merujuk Yulianda (2007) sebagai berikut:

IKW

= Z [Niimaks] x 100% Dimana:

LKW = Indeks Kesesuaian Wisata Ni = Nilai parameter ke-i

Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata.

Penentuan kesesuaian berdasarkan perkalian skor dan bobot yang diperoleh dari setiap parameter. Kesesuaian dilihat dari tingkat persentase kesesuaian yang diperoleh dari penjumlahan nilai dari seluruh parameter.

1. Ekowisata Pantai

Kesesuaian ekowisata pantai kategori rekreasi mempertimbangkan 10 parameter dengan tiga klasifikasi penilaian yaitu: Sangat Sesuai (Sl), dengan IKW 83 -

(40)

2. Ekowisata Bahari

Kesesuaian ekowisata bahari kategori wisata selam mempertimbangkan 6 parameter dengan tiga klasifikasi penilaian yaitu: Sangat Sesuai (Sl), dengan IKW 83 - 100%; Sesuai (S2), dengan IKW 50 - <83%; dan Tidak Sesuai (N),

dengan IKW <50%. Sementara Nmaks dari ekowisata bahari kategori wisata selam adalah 54. Sedangkan untuk ekowisata bahari kategori wisata snorkeling mempertimbangkan 7 parameter dengzn tiga klasifikasi penilaian yaitu: Sangat Sesuai (Sl), dengan IKW 83 - 100%; Sesuai (S2), dengan IKW 50 - 4 3 % ; dan Tidak Sesuai (N), dengan IKW (50%. Sementara Nmaks dari ekowisata bahari kategori wisata snorkeling adalah 57.

3.4.5. Analisis Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari

Analisis daya tampung pengunjung yaitu jumlah maksimum pengunjung yang dapat ditampung oleh suatu kawasan dalam satu waktu kunjungan. Metode penghitungan daya dukung untuk pengembangan ekowisata dengan menggunakan konsep daya dukung kawasan (DDK) yang memjuk nunus Yulianda (2007):

DDK = K x LpLt

x

WtlWp Dimana:

DDK = Daya Dukung Kawasan

K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area

Lp = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan

Lt = Unit area untuk kategori tertentu

Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata

dalam satu hari

Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap

kategori tertentu.

3.4.6. Arahan Pengelolaan Ekowisata Bahari

(41)

mengetahui sejauh mana peran dan kontribusi masing-masing pemangku kepentingan (pemerintah, masyarakat dan dunia usaha atau pihak swasta) dalam menunjang suatu program atau kegiatan (Chetwynd & Chetwynd, 2001). Jadi, analisis pemangku kepentingan yang dilakukan pada penelitian ini merupakan perangkat untuk memperoleh pemahaman mengenai siapa saja para pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengembangan ekowisata di desa Sawai, Kabupaten Maluku Tengah.

(42)

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian

Desa Sawai terletak pada bagian utara Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Desa ini secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan Seram Utara, bersama dengan 42 desalnegeri dan 3 1 dusun lainnya. Luas Kecamatan Seram Utara yaitu 8.345,78

kn?

dengan panjang garis pantai yang mencapai 395,987 km. Wilayah Kecamatan Seram Utara memilii 15 buah gugusan pulau dimana 12 di antaranya tidak berpenghuni.

Secara geografis, Kecamatan Seram Utara terletak pada 02"30'00" -

03'09'25" Litang Selatan dan 12S043'35"

-

130°09'05" Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

-

Sebelah Utara dengan Laut Seram;

- Sebelah Selatan dengan Kecamatan Tehoru dan Kecamatan Amah&,

-

Sebelah Barat dengan Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB);

-

Sebelah

T

i

dengan Kecamatan Seram Bagian Timur (SBT).

Sementara Desa Sawai sendiri, sebagai salah satu desa yang termasuk dalam wilayah adrninistrasi Kecamatan Seram Utara, secara geografis terletak pada 02°53'17"

-

02'57'55,3' Lintang Selatan dan 129"13'41"

-

129°15'13,9" Bujur T idengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara dengan Laut Seram;

-

Sebelah Selatan dengan Taman Nasional Manusela;

- Sebelah Barat dengan Desa Saleman;

-

Sebelah Timur dengan Desa Rurnahsokat.
(43)

4.2. Kondisi Iklirn

Iklim Kecamatan Seram Utara dipengaruhi oleh Laut Banda, Laut Arafura dan Samudera Indonesia. Namun karena juga dibayangi oleh Pulau Irian bagian Timur dan Benua Australia bagian Selatan sehingga sewaktu-waktu kondisi iklirnnya dapat mengalami perubahan. Keadaan musim teratur, m u s h T i u r berlangsung dari bulan April sampai Oktober. Musim ini adalah musim kemarau. Musim Barat berlangsung dari bulan Oktober sampai Februari. Musim hujan pada bulan Desember sampai bulan Februari dan yang paling deras terjadi pada bulan Desember dan Februari. Musim Pancaroba dalam bulan MaretIApril

dan

Oktober/November. Bulan April sampai Oktober bertiup angin Timur Tenggara. Angin kencang bertiup pada buian Januari dan Februari diikuti dengan hujan deras dan laut bergelora. Bulan April sampai September bertiup angin Timur Tenggara dan Selatan sebanyak 91% dengan angin Tenggara dominan 61%. Bulan Oktober sampai Maret bertiup angin Barat Laut sebanyak 50% dengan angin Barat Laut dominan 28%.

Keadaan curah hujan secara u.%um dapat digambarkan antara 2500

-

4000 mm pertahun terdapat di Kecamatan Seram Utara. Suhu rata-rata untuk tahun 2006 sesuai dengan data Stasiun Meteorologi Masohi adalah 26,4 OC dengan suhu minimum absolut rata-rata 22,g°C dan suhu maksimum absolut rata-rata 30,7"C. Rata-rata Kelembaban Udara relatif 83,3%; Penyinaran matahari rata-rata 64,7 %; dan tekanan udara rata-rata 1.013,3 milibar. Berdasarkan klasifkasi agroklimat menurut Oldeman (1980), Maluku Tengah terbagi dalam empat zona agroklimat dimana Kecamatan Seram Utara termasuk dalam kategori Zona 11.6 yakni: bulan basah 5 - 6 bulan dan kering 2 - 3 bulan.

4.3. Kondisi Sosial, Sarana dan Prasarana

4.3.1. Kondisi Masyarakat

(44)

Nilai SR di Desa Sawai cukup berimbang yaitu 103,6. Hal ini berarti bahwa akan terjadi perimbangan antara laki-laki dan perempuan dalam memberikan kontribusi jika pengelolaan ekowisata dikembangkan di desa ini, karena perbandiigan yang berimbang secara gender.

Penduduk kelompok usia produktif (18-60 tahun) di desa Sawai yaitu sebanyak 2.376 orang, sedangkan jumlah penduduk kelompok usia tidak produktif ( 4 8 tahun dan >60 tahun) yaitu sebanyak 1.794 orang. Nilai DR di Desa Sawai yaitu sebesar 75. Hal ini menunjukkan bahwa tanggungan hidup bagi satu orang penduduk usia produktif hanya 1,75 orang. Tanggungan

ini

tentunya tidak terlalu memberatkan bagi secara umum penduduk Desa Sawai, jika keseluruhan penduduk yang berusia produktif memang telah memiliki pekerjaan. Namun tidak semua penduduk usia produktif di Desa Sawai telah memilii pekerjaan. Dari data Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku (Anonimous, 2007b), diperoleh baliwa setiap enam dari 10 orang penduduk Desa Sawai, belum memiliki pekerjaan. Sebagian besar kelompok ini merupakan kelompok ibu-ibu rumah tanggalperempuan usia produktii. Sebagai salah satu komponen masyarakat pesisir, kelompok ini seringkali tidak tersentuh berbagai program pembangunan dan pemberdayaan di wilayah pesisir. Padahal, kelompok ini juga dapat menjadi potensi pemberdayaan jika pengembangan ekowisata dilakukan di desa ini. Untuk itu, berbagai kebijakan pembangunan ekowisata harus bersifat pro gender. Program-program penguatan peran perempuan dapat dilakukan melalui penguatan kelembagaan usaha melalui usaha yang berbasiskan kelompok. Melalui upaya ini, para perempuan Desa Sawai d i i a p k a n memilii kemampuan tawar yang lebii baik terhadap pesaing yang pada umumnya kaum pria dengan modal yang lebii besar. Upaya ini juga diharapkan akan mempermudah akses kaum perempuan terhadap modal, pasar, infornasi dan teknologi (Widodo dan Suadi, 2006 dalam Wardhani, 2007).
(45)

sampai ke tingkat desa melalui peningkatan mutu pendidikan penduduk Desa Sawai. Sarana pendidikan yang ada di desa ini yaitu SD sebanyak tujuh buah, SLTP sebanyak dua buah dan SMA sebanyak satu buah. Jika dihubungkan dengan jumlah anak usia sekolah di desa ini maka sarana pendidikan yang ada diiasakan masih mampu untuk menampung mereka. Namun yang perlu ditingkatkan yaitu kuantitas dan kualitas guru. Hal ini mengingat sampai saat ini jumlah guru yang aktif mengajar untuk bangku SMA hanya terdapat empat orang, sedangkan untuk jenjang SMP memiliki 10 orang

guru

yang tersebar pada dua SMP di atas dan pada jenjang SD memilii sebanyak 41 orang guru dalam tujuh buah SD. Minimnya kuantitas guru

ini

berdampak pada anak didii yang sering tidak mendapatkan pelajaran karena gurunya berhalangan hadii dan tidak ada penggantinya. Kondisi ini sering ditemui selama melakukan penelitian di lapangan.

Tabel 5. Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan Terakhir. Jumlah Gedune " Sekolah dan Jumlah Guru di Desa Sawai

Jenjang Jumlah Penduduk dengan Jumlah Gedung Jumlah Guru Pendidikan Pendidikan Terakhir (jiwa) Sekolah (buah) (orang)

SD 829 7 4 1

SMP 385

SMA 300

Perguruan Tiggi 6

-

-

Sumbec Data Lapangan, 2008

Kondisi p e n d i d i i menjadi sangat penting dalam suatu masyarakat karena pendidikan dapat membuka wawasan dan cara pandang mereka dalam melihat berbagai hal, dalam konteks penelitian ini adalah peranan sumberdaya pesisir dan laut Desa Sawai di dalam menopang kehidupan mereka. Hal ini tentunya akan menyadarkan mereka dalam meningkatkan upaya-upaya pelestarian liigkungan dan dapat mereduksi berbagai kegiatan yang dapat berdampak kepada kerusakan lingkungan pesisir dan laut.

(46)

seperti pemberian pelatihan-pelatihan tentang keterampilan yang berkaitan dengan wisata, seperti pembuatan kerajinan tangan, pemandu wisata, perhotelan, pengembangan budaya setempat dan sebagainya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Maluku Tengah tentang sektor pekerjaan utama penduduk Desa Sawai, diietahui bahwa sektor pertanian menyumbang lapangan pekerjaan tertinggi dengan jumlah pekerja sebanyak 873 orang atau sebanyak 64,23%. Namun pekerjaan dalam sektor pertanian yang dimaksud disini lebili bersifat fleksibel, seperti pada umumnya penduduk Provinsi Maluku, yang terrnas.uk di dalamnya sektor peternakan dan perikanan. Hal ini terkuak dari hasil wawancara dengan masyarakat yang mengaku bermata pencaharian utama sebagai petani, namun hampir seluruhnya juga memiliki perahu bermesin (katinting), yang digunakan untuk menangkap

ikan di laut. Biasanya profesi ini juga sering disebut sebagai nelayan sambilan. Sebagai nelayan sambilan pun, jika rnerujuk pada pembagian kelompok nelayan menurut Charles (2001), kelompok masyarakat nelayan di Desa Sawai termasuk ke dalam: ( I ) nelayan subsisten, yaitu nelayan yang menangkap ikan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, dan (2) nelayan asli, yaitu nelayan yang sedikit banyak m e m i l i karakter yang sama dengan kelompok pertama, namun memiliki juga hak untuk melakukan aktifitas secara komersial walaupun dalam skala yang sangat kecil. Lapangan pekerjaan kedua terbanyak di desa ini adalah sektor pertukangan, yaitu sebanyak 205 orang atau sebanyak 15,08%. Bahkan mereka lebii sering mengerjakan pekerjaan secara berkelompok di luar desa.

4.3.2. Koodisi Aksesibilitas

Untuk dapat mencapai Desa Sawai, baik penduduk lokal maupun wisatawan yang mengunjungi tempat ini biasanya menempuh dua jalur transportasi. Jalur transportasi yang diiaksud yaitu melalui jalur darat dan rnelalui jalur laut. Dari Kota Masohi, ibukota Kabupaten Maluku Tengah, Desa Sawai dapat dicapai dengan perjalanan 5 3 jam. Prasarana transportasi darat

(47)

atas jaringan jalan yang telah diaspal sepanjang 112 km sementara sisanya merupakan jalan pasir dan batu, yaitu kira-kira sepanjang 8 km. Sementara alternatif lainnya yaitu tidak menggunakan transportasi darat langsung ke Desa Sawai. Alternatif ini menggunakan transportasi darta hanya sampai ke Desa Saleman, kemudian dari desa ini selanjutnya menggunakan transportasi laut (speedboaf) menuju Desa Sawai. Kategori kedua ini sering kali dipilih para pemandu wisata dalam memandu wisatawan menuju lokasi wisata.

Kondisi jalan yang diaspal, secara

umum

masih dalam keadaan yaiig baik dan layak. Namun tidak jarang juga ditemukan titik-titik tertentu dimana ada bagian-bagian jalan yang mengalami kerusakan, teristimewa jika musim hujan terjadi. Karena jalan menuju lokasi penelitian merupakan jalanan berbukit dan berkelok-kelok, maka kenyamanan dan keamanan fasilitas jalan raya harus tetap menjadi perhatian pemerintah daerah. Titik-titik yang mengalami kerusakan harus segera diperbaiki, rambu-rambu lalu lintas juga harus diperbanyak serta pengaman jalanlpagar jalan harus dirampungkan pengerjaannya. Pembangunan saluran airlgot di pinggiran jalan raya juga hams segera diselesaikan pengerjaannya sehingga pada saat m u s h hujan, tidak terdapat air larian (run o f i yang dapat merusakkan badan jalan ataupun membawa material-material berupa batuan ke badan jalan sehingga akan sangat membahayakan pengguna jalan raya.
(48)
[image:48.595.187.429.115.297.2]

Gambar 3. Akses Menuju Desa Sawai di antaranya Harus Melewati Alternatif

(Sumber: Data Lapangan, 2008)

Jembatan

Gambar 4. Kondisi Jalan Pasir dan Batu Menuju Desa Sawai yang Rusak pada Beberapa Bagian Jalan

(Sumber: Data Lapangan, 2008)

(49)

tempat ini biasanya menyewa kendaraan dari ibukota kabupaten maupun langsung dari Kota Ambon.

4.3.3. Kondisi Prasarana Listrik, Air dan Komunikasi

Kondisi prasarana listrik, air dan komunikasi juga merupakan faktor yang sangat mendukung dikaitkan dengan upaya pengembangan ekowisata di daerah ini. Pelayanan listrik oleh Perusahaq Listrik Negara (PLN) belum dapat menjangkau masyarakat Desa Sawai. Hal ini diakibatkan aksesibilitas yang masih cukup jauh dan sulit untuk dijangkau. Pasokan listrik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Desa Sawai untuk saat ini berasal dari alat listrik tenaga surya (LTS) yang merupakan bantuan dari Pemerintah Daerah Provinsi Maluku kepada daerah- daerah yang belum dapat dijangkau oleh pelayanan PLN (Gambar 5). Kebijakan ini merupakan bentuk pemerataan hasil-hasil pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Maluku agar daerah-daerah terpelosok juga dapat menikmati pasokan listrik. Namun karena dayanya yang masih terbatas, maka pada siang hari listrik tidak dinyalakan. Listrik hanya dinyalakan pada malam hari. Beberapa rumah tangga yang tergolong mampu dan penginapan, telah memiliki mesin pembangkit listrik sendii.

(50)
[image:50.595.45.539.18.643.2]

Gambar 5. Alat Penangkap Energi Matahari untuk Keperluan Pembangkitan Listrik di Hampir Setiap Rumah Penduduk Desa Sawai

(Sumber: Data Lapangan, 2008)

6. Kolam Air Tawar untuk Keperluan Mandi, Cuci, Masak dan Keperluan Sehari-hari Lainnya

(Sumber: Data Lapangan, 2008)

(51)

menjangkau daerah ini. Komunikasi telepon hanya dapat dilakukan melalui jaringan telepon satelit pada dua warung telekomunikasi yang terdapat di desa ini.

Namun karena tarif pulsanya yang masih cukup mahal, maka tidak semua masyarakat menggunakan jasa telekomunikasi ini. Jaringan komunikasi telepon seluler juga belum dapat dinikmati masyarakat. Bentuk komunikasi swat menyurat juga masih terjadi di daerah ini, namun tidak melalui Kantor Pos yang memang tidak ada di daerah ini. Proses pengiriman surat hanya melalui penitipan kepada sopir ataupun kerabatltetangga yang akan bepergian ke pusat ibukota kabupatedprovinsi.

4.3.4. Kondisi Akomodasi

Pengembangan suatu daerah wisata juga sangat dipengaruhi oleh kenyamanan dan keamanan sarana clan prasarana akomodasi yang tersedia. Sarana akomodasi yang dimaksudkan disini adalah penginapan, rurnah makanJrestauran dan sarana penunjang lainnya seperti Pusat Informasi Wisata dan penyewaan peralatan snorkling dan selam. Hanya ada sebuah penginapan yang melayani para wisatawan di daerah tujuan wisata ini. Penginapan yang bemama "Lisar Bahari" ini diielola oleh pengusaha setempat, yang juga mempeke rjakan tenaga kerja dari desa itu sendiri (Gambar 7). Penginapan ini memiliki jumlah kamar sebanyak 20 buah, tetapi yang aktif berfungsi untuk saat ini hanya berjumlah 10 kamar.

Gambar 7. Penginapan Terapung "Lisar Bahari" Dilihat

dari

Arah Laut
(52)

Sebelum kerusuhan sosid melanda Provinsi Maluku, penginapan yang pernah beroperasi pada daerah ini lebih dari dua penginapan. Namun dampak dari kerusuhan itu menyebabkan para investor memilih untuk mengalihkan investasinya ke bidang dan tempat yang lain. Akibatnya, keberadaan penginapan yang sangat terbatas ini h a n g mendukung permintaan pasar wisatawan yang cukup antusias datang ke tempat ini. Pemerintah Daerah perlu bekerjasama dengan pengusaha lokal ataupun dengan memberdayakan tempat tinggal masyarakat setempat melalui pemberian dukungan fasilitas dan sosialisasi. Ketersediaan sarana dan prasarana akomodasi yang lebih dari satu diharapkan dapat memberikan pilihan lebih bagi para wisatawan untuk memilih datang berkunjung atau memutuskan untuk tinggal lebih lama di daerah ini.

4.4. Kondisi dan Potensi Sumberdaya Alam Desa Sawai

Untuk dapat menarik wisatawan b e r h j u n g ke suatu kawasan wisata maka lokasi tersebut harus memiliki daya tarik yang menjadi nilai jual wisatanya. Daya tarik yang dimaksud di dalam dunia wisata dapat berupa (1) sesuatu yang bersifat alami atau sudah ada dengan sendirinya dari dulu maupun (2) sesuatu yang merupakan hasil rekayasa manusia sebagai dampak dari kemajuan teknologi.

Daya tarik dalam ekowisata lebii banyak yang bersifat alami.

Demikian juga yang menjadi daya tarik wisata di Desa Sawai. Keindahan ekosistem terumbu karang beserta berbagai organisme yang berasosiasi di dalamnya, selalu menjadi menjadi perbincangan hampir setiap wisatawan yang datang ke tempat ini (Gambar 8).

Ini

dapat dilihat dari piliian aktifitas wisata snorkling dan wisata selam yang selalu menjadi pilihan para wisatawan tersebut.
(53)

Gambar 8. Keindahan Ekosistem Tenunbu Karang Perairan Pesisir Desa Sawai

(Sumber: Data Lapangan, 2008)

Gambar 9. Pemandangan Pantai Pasir Putih Pulau Sawai

(Surnber: Data Lapangan, 2008)

4.4.1. Kondisi Terumbu Karang

(54)

Kondisi sebaran kawasan terumbu karang di lokasi penelitian ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Soeharsono (1995) yaitu bahwa pada umumnya tenunbu karang tumbuh pada bagian perairan yang lebih terbuka atau yang menghadap ke arah laut. Hal ini sangat mungkin oleh karena pada posisi yang demikian, ketersediaan faktor-faktor kondisi perairan yang mendukung kehidupan individu karang seperti ketersediaan oksigen yang lebih baik akibat kontinuitas pergerakan air laut, nutrien yang lebih banyak, suhu dan salinitas yang lebih stabil serta sedimentasi yang lebih kecil.

(I). Pulau Sawai

Hasil pengamatan kondisi terumbu karang pada Pulau Sawai yang dilakukan pada dua titik pengamatan kondisi terumbu karang, dapat terliiat pada Tabel 6 di bawah. Lokasi titik pengamatan pertama yaitu pada posisi 02O54'55" LS dan 129"10'01" BT. Hasil LIT (Line Intercept Transecf), persentase tutupan karang hidup yang ditemukan pada Reef Flat Zone yaitu sebanyak 57,5% dan pada Reef Slope Zone yaitu sebanyak 73%. Gomes dan Yap (1988) mengatakan bahwa kategori penutupan tenunbu karang antara 50 - 74,9% termasuk kategori baik.

Tabel 6. Lifeform dan Persentase Tutupan Karang pada Pulau Sawai

Lifeform Persentase Tutupan (%)

ReefFlat Zone Reef Slope Zone

Acrooora tabulate 34.0 11.2

~cropora branching 12;7 2018

Acropora digitate 4,5 12,O

Acropora encrusting - 11,4

Coral branching

-

6 0

Coral encrusting

-

5,0

Coral foliose

-

2,4

Coral massive 6 3 4 2

Coral mushroom -

-

2 Hard Coral 57,5 73,O

Soft Coral 14,O 17,O

Dead Coral -

-

Dead Coral with Algae 19,6 5,o

Rubble 6,4 2,o

sand 2,5 3,o

(55)

Gambar 10. Pengamatan Kondisi Terumbu Karang Perairan Pesisir Desa Sawai

(Sumber: Data Lapangan, 2008)

(2). Pulau Raja

Pada stasiun ini, pengamatan kondisi terumbu karang dilakukan juga pada titik-titik kedalaman 3 meter dan 10 meter (Gambar 10). Hasil LIT menunjukkan persentase tutupan terumbu karang hidup yang ditemukan pada Reef Flat Zone yaitu sebesar 50% dan Reef Slope Zone yaitu sebanyak 71%. Kondisi ini masih masuk ke dalam kategori baik. Lifeform dari persentase tutupan sebagaimana tertera pada Tabel 7.

Tabel 7. Lifiform dan Persen Tutupan Karang pada Pulau Raja Persen Tutupan (%)

Lifefom Reef

Flat Zone Reef Slope Zone

Acrooora tabulate 4 3 13,7

Acropora branching 15,2 30,6

Acropora digitate 2,8 7,6

Acropora encrusting -

-

Coral branching 14,7 -

Coral encrusting 6 2 5,8

Coral foliose 3,6 4,8

Coral massive 8,s

Coral mushroom 2,7

Z Hard Coral 50,O 71,O

Soft Coral 15

Gambar

Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Pikii Kajian Kesesuaian Perairan Pesisir Desa
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
Tabel 1. Metode Pengumpulan Data
Tabel 3. Matriks Kesesuaian Area untuk Ekowisata Bahari Kategori Wisata Selarn
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data primer mencakup data karakteristik keluarga (umur ayah dan ibu, pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu, ukuran keluarga, pendapatan per kapita

Variabel merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan dalam penelitian untuk

Kesimpulan penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media modul dapat diterapkan untuk (1) meningkatkan kualitas proses belajar siswa pada materi

1) Corey, pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu. Pembelajaran

Maka dari itu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Pemerintah Kota Bekasi bekerja sama untuk pengelolaan sampah, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membeli lahan di

Peripheral Component Interconnect (PCI) merupakan bus yang memiliki Peripheral Component Interconnect (PCI) merupakan bus yang memiliki kecepatan tinggi yang

Melalui akreditasi terdapat hal-hal yang mengarah dalam penjaminan mutu diantaranya dengan adanya proses peningkatan kualitas sekolah, mengetahui gambaran kinerja

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dampak pertumbuhan ekonomi di sektor industri dan pertanian terhadap kualitas lingkungan hidup yang diukur dengan emisi gas rumah