• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PEMERINTAHAN UMUM LKPJ 2017 - Kumpulan data - OPEN DATA PROVINSI JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB VI PEMERINTAHAN UMUM LKPJ 2017 - Kumpulan data - OPEN DATA PROVINSI JAWA TENGAH"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PE

N

Y

E

LE

N

G

G

ARAAN

T

U

G

AS

U

MU

M

PE

ME

RIN

T

AH

AN

Hal. 417 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

BAB VI

PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

A. KERJASAMA ANTAR DAERAH

Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, setiap daerah dituntut untuk memaksimalkan segala potensi yang dimiliki. Namun mengingat berbagai keterbatasan yang ada di setiap daerah, maka hubungan kerjasama antar daerah menjadi sangat penting. Kerjasama antar daerah yang baik merupakan prasyarat untuk terbentuknya sinergitas dan sinkronisasi program-program pembangunan secara menyeluruh dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Program pembangunan nasional hanya akan dapat berhasil secara efektif jika didukung dengan program kerjasama antara daerah yang mengarah pada peningkat mantapan hubungan dan keterikatan daerah yang satu dengan daerah yang lain, keserasian pembangunan daerah, sinergitas pengelolaan potensi antar daerah. Kerjasama antar daerah yang dapat dilaksanakan dengan baik dapat mengeliminir kesenjangan antar daerah, khususnya dalam penyelenggaraan dan peningkatan kinerja pelayanan publik.

Selanjutnya Pemerintah telah mengatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah serta turunannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama Daerah.

Beberapa program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Semarang dalam rangka peningkatan kerjasama antar daerah antara lain :

1. Kerjasama Kedungsepur

Kerjasama Kedungsepur adalah bentuk kerjasama antara kota Semarang dengan daerah hinterland-nya, yang mencakup Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Ungaran (Kabupaten Semarang), Kota Semarang, Kota Salatiga dan Purwodadi (Kabupaten Grobogan). Kerjasama ini telah menjadi komitmen bersama dan telah diatur dalam Keputusan Bersama No. 30 Tahun 2005, No. 130 / 0975, No. 130 / 02646, No. 63 tahun 2005, No. 130.1/A.00016, No. 130.1/4382 tanggal 15 Juni 2005 tentang Kerjasama Program Pembangunan di Wilayah Kedungsepur

Kerjasama ini disepakati dengan tujuan untuk menciptakan pertumbuhan yang serasi dan selaras antara daerah kota / kabupaten di wilayah Kedungsepur, sehingga mampu mengurangi ketidakseimbangan pertumbuhan masing-masing daerah, disamping juga dalam rangka eksplorasi dan pemanfaatan sumber daya potensial yang ada, sehingga dapat lebih bermanfaat bagi pertumbuhan wilayah Kedungsepur.

(2)

PE

N

Y

E

LE

N

G

G

ARAAN

T

U

G

AS

U

MU

M

PE

ME

RIN

T

AH

AN

Hal. 418 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

se-Kedungsepur di Kota Semarang yang dilaksanakan pada tanggal 7 September 2016 dilanjutkan dengan kegiatan Observasi Lapangan ke Sarbagita Bali untuk melihat langsung praktek bidang transportasi yang dikelola oleh Sarbagita Bali. Sedangkan di lingkup Kedungsepur telah dihasilkan MoU yang saat ini sedang dalam proses penandatanganan melalui desk to desk.

2. APEKSI (Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia).

APEKSI (Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia) merupakan wadah yang dibentuk oleh Pemerintah Kota dimana anggotanya terdiri dari seluruh Kota di Indonesia yang berjumlah 98 kota dan saat ini di ketuai oleh Walikota Tangerang Selatan dengan Direktur Eksekutif APEKSI Pusat sebagai sekretarisnya.

Dalam pengkoordinasiannya, APEKSI terbagi dalam beberapa Komisariat Wilayah (Komwil), dimana Kota Semarang tergabung dalam Komwil III yang beranggotakan 25 (dua puluh lima) Pemerintah Kota di wilayah Provinsi Banten, DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah dan DIY. Saat ini Komisariat Wilayah III APEKSI dipimpin oleh Walikota Bandung sebagai ketuanya.

Kegiatan APEKSI Pusat yang diikuti oleh Pemerintah Kota Semarang yaitu Munas APEKSI dan Indonesia City Expo yang diselenggarakan pada tanggal 26 – 31 Juli 2016 di Kota Jambi. Tahun 2016 ini adalah tahun terakhir periode kepengurusan Dewan Pengurus APEKSI 2012-2016. Melalui Forum Munas V Apeksi inilah, Dewan Pengurus akan mempertanggungjawabkan kegiatan selama empat tahun atau satu periode kepengurusan.

PENGURUS APEKSI 2016-2020

PENGAWAS APEKSI PERIODE 2016-2020: Ketua:

Dr. Ir. GS Vicky Lementut, M.Si., DEA - Walikota Manado Anggota:

1 Dr. Bima Arya Sugiarto – Walikota Bogor 2 Ir. Sofian Raga – Walikota Tarakan

3 M. Irwansyah Sofyan Rebuin, S.Sos, M.Si – Walikota Pangkalpinang 4 H. Muhammad Idaham, SH, M.Si – Walikota Binjai

5 H. Taufan Pawe, SH – Walikota Parepare 6 H. Mochammad Anton – Walikota Malang DEWAN PENGURUS APEKSI PERIODE 2016-2020: Ketua:

Hj. Airin Rachmi Diany, SH, MH – Walikota Tangerang Selatan Wakil Ketua:

1. Bidang Pemerintahan & Otonomi: Drs. H. T. Dzulmi Eldin S, M.Si. – Walikota Medan

(3)

PE

N

Y

E

LE

N

G

G

ARAAN

T

U

G

AS

U

MU

M

PE

ME

RIN

T

AH

AN

Hal. 419 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

3. Bidang Kerjasama: Jonas Salean, SH, M.Si – Walikota Kupang

4. Bidang Kesejahteraan Sosial & Perkotaan: Dr. Burhan Abdurahman, SH – Walikota Ternate

5. Bidang Ekonomi & Keuangan: HM. Rizal Efendi – Walikota Balikpapan

6. Bidang Informasi, Advokasi & Hukum: H. Moh. Muraz, SH, MM – Walikota Sukabumi

Sekretaris:

Dr. H. Sarimun Hadisaputra, M.Si – Direktur Eksekutif Bendahara:

Hj. Illiza Sa’aduddin Djamal, SE – Walikota Banda Aceh Kota penyelenggaraan Rapat Kerja Nasional 2017: Kota Malang

Cadangan:

Kota Tarakan, Kota Makassar

Adapun forum Munas V APEKSI ini dirangkaikan dengan kegiatan-kegiatan pendukung lainnya, seperti Indonesia City Expo dan Penampilan Kesenian Daerah serta Pawai Budaya. Harapannya rangkaian kegiatan ini dapat dijadikan peluang bagi anggota APEKSI untuk bertukar pengalaman, berpromosi dan bertransaksi antar daerah sehingga dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sedangkan kegiatan yang diselenggarakan oleh APEKSI Komwil III pada tahun 2016 yaitu:

1. Rapat Kerja Komisariat Wilayah (Rakerkomwil) III APEKSI Tahun 2016 di Kota Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 19 – 21 April 2016 dengan tema Pengembangan Pembiayaan Melalui Skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (Public Private Partnership) dalam Upaya Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Peningkatan Kualitas serta Pemenuhan/Ketersediaan Pelayanan Publik di daerah.

2. Rapat Koordinasi Komisariat Wilayah (Rakorkomwil) III APEKSI Tahun 2016 di Kota Salatiga, Jawa Tengah pada tanggal 23 – 25 November 2016 dengan Tema Perubahan Perangkat Daerah Berdasarkan UU no. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan PP no. 18 tahun 2016 Perangkat Daerah terhadap Peningkatan Pelayanan Masyarakat di Daerah.

3. Citynet Indonesia dan Citynet Asia Pasific

(4)

PE

N

Y

E

LE

N

G

G

ARAAN

T

U

G

AS

U

MU

M

PE

ME

RIN

T

AH

AN

Hal. 420 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

Adapun tahun ini Pemerintah Kota Semarang tidak menghadiri kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Citynet Asia Pasifik.

4. SISTER CITY

Tahun 2016 Pemerintah Kota Semarang telah menandatangani Letter of Intent (LoI) terkait kerjasama Sister City dengan Kota Nanjing, Provinsi Jiangsu, RRT pada tanggal 23 Oktober 2016 di Kota Nanjing, Provinsi Jiangsu, RRT. Sehingga kota Sister City Semarang bertambah satu menjadi enam. Penandatanganan tersebut merupakan tindak lanjut dari kunjungan Delegasi Pemerintah Kota Nanjing ke Kota Senmarang pada bulan Juli 2016 dalam rangka penjajagan kerjasama Sister City. Selain itu Pemerintah Kota Semarang juga telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Pemerintah Jung-Gu, Ulsan Metropolitan City, Korea Selatan pada tanggal 25 November 2016 di kota yang sama yang telah menjadi Sister City Kota Semarang sejak tahun 2013.

Adapun dengan kota Sister City lainnya tetap terjalin komunikasi aktif, antara lain dalam bentuk kunjungan dari Walikota Beihai ke Kota Semarang pada bulan April 2016, undangan-undangan kegiatan dari Pemerintah Kota Fuzhou, RRT dan Pemerintah Kota Brisbane, Australia namun tidak dihadiri oleh Pemerintah Kota Semarang.

Pada tahun ini pula Kota Kobe di Jepang bekerjasama dengan JICA melakukan penjajagan kerjasama di bidang pertanian dan pariwisata dengan Pemerintah Kota Semarang, tepatnya di bulan Oktober 2016. Kerjasama ini tidak dalam bentuk Sister City namun lebih kepada kerjasama teknik yang langsung mengarah ke bidang Pertanian dan Pariwisata. Selain itu ada beberapa kota di Tiongkok yang berminat untuk membuka hubungan kerjasama dengan Pemerintah Kota Semarang antara lain Kota Zhengcheng yang mengirimkan perwakilannya ke Pemerintah Kota Semarang pada bulan September 2016 yang diterima oleh Sekretaris Daerah Kota Semarang yang mewakili Bapak walikota Semarang. dan tawaran kerjasama dari Asosiasi Persahabatan Indonesia - Tiongkok yang berpusat di Macau, Tiongkok.

5. Kerjasama dengan Pemerintah Daerah Lain

(5)

PE

N

Y

E

LE

N

G

G

ARAAN

T

U

G

AS

U

MU

M

PE

ME

RIN

T

AH

AN

Hal. 421 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

Perekonomian, Seni Budaya, Manajemen Perkotaan dan Peningkatan Sumber Daya Manusia. Sedangkan dengan Pemerintah Kota Medan dan Surabaya baru dalam tahap penjajagan kerjasama.

6. KERJASAMA ANTAR DAERAH / LEMBAGA

NO LEMBAGA KETERANGAN

1. Lembaga Administrasi Negara  Perjanjian Kerjasama dengan Lembaga Administrasi Negara tentang Penguatan Kapasitas Pemerintah Kota Semarang melalui Penyelenggaraan Kegiatan Kajian Kebijakan, Pendidikan dan pelatihan, Inovasi Administrasi Negara serta Pendidikan Tinggi.

 Jangka waktu Kesepakatan Bersama 1 tahun mulai tanggal 20 Desember 2016 s/d 19 Desember 2017

2. Badan Tenaga Nuklir Nasional  Perjanjian Kerjasama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional tentang Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan teknologi Nuklir untuk Kesejahteraan Masyarakat Kota Semarang .

 Jangka waktu Kesepakatan Bersama ini 1 tahun mulai tanggal 9 September 2016 s/d 8 September 2016

3. PT Bank Negara Indonesia  Perjanjian Kerjasama dengan BNI tentang Pemanfaatan Fasilitas Jasa dan Layanan Perbankan dalam rangka Peningkatan Pendapatan Asli daerah dan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan menengah (UMKM) Kota Semarang.  Jangka waktu 1 tahun mulai tanggal 28 Oktober 2016 s/d 27 Oktober2017

B. KERJASAMA PIHAK KETIGA

1. Kerjasama Pengelolaan Lapangan Gombel Golf Semarang

Pemerintah Kota Semarang sepakat mengadakan kerjasama dengan PT. Askara Maju Perkasa dalam hal Sewa Menyewa Tanah dan Bangunan Lapangan Gombel Golf Semarang Beserta Fasilitasnya Milik Pemerintah Kota Semarang yang Terletak di Jalan Gombel Lama Nomor 90 Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Adapun jangka waktu kerjasama adalah sampai dengan ditunjuknya pengelola tetap atau maksimal 1 (satu) tahun terhitung mulai tanggal 22 Januari 2016 s/d 21 Januari 2017. Sedangkan besaran nilai sewa lahan yang ditetapkan adalah Rp. 1.550.000.000,- / bulan.

2. Kerjasama Pembangunan Sky Bridge dan Basement Hotel Tentrem

Dalam rangka pengembangan pengembangan kawasan Central Bussines District Kota Semarang serta mendukung perkembangan iklim investasi dan perekonomian perkotaan, maka Pemerintah Kota Semarang bekerjasama dengan PT. Candi Baru untuk pemanfaatan sebagian lahan jalan di Jalan Pekunden Dalam Kota Semarang untuk pembangunan Sky Bridge dan Basement sebagai bangunan penghubung antara Tower Hotel dan Tower Apartement Tentrem. Jangka waktu perjanjian kerjasama selama 5 (lima) tahun sampai dengan tanggal 3 Mei 2021 dengan nilai sewa sebesar Rp. 11.786.439.000,00 (Sebelas Milyar Tujuh Ratus Delapan Puluh Enam Juta Empat Ratus Tiga Puluh Sembilan Ribu rupiah).

3. Kerjasama Pembangunan Menara Telekomunikasi Microcell Kamuflase Sarana Penerangan Jalan Umum (PJU)

(6)

PE

N

Y

E

LE

N

G

G

ARAAN

T

U

G

AS

U

MU

M

PE

ME

RIN

T

AH

AN

Hal. 422 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

Semarang sepakat mengadakan kerjasama dengan beberapa pihak ketiga yaitu PT. Tower Bersama, PT. Dayamitra Telekomunikasi, dan PT. Balitowerindo dalam hal sewa menyewa lahan untuk penempatan titik lokasi pembangunan menara telekomunikasi microcell kamuflase sarana penerangan jalan umum (PJU) titik lokasi di wilayah kota semarang.

Adapun jangka waktu kerjasama PT. Tower Bersama selama 5 (lima) Tahun terhitung mulai tanggal 10-05-2016 s/d 09-05-2021 dengan besaran nilai sewa selama 5 tahun sebesar Rp. 2.330.000.000,- sedangkan PT. Dayamitra Telekomunikasi jangka waktu kerjasama selama 5 (lima) tahun dengan nilai sewa selama 5 ( lima ) tahun sebesar Rp. 3.000.000.000,-. dan telah lunas dibayar dimuka sebelum penandatangan perjanjian kerjasama. Dan untuk PT. Tower Bersama Tahap II selama 5 (lima) tahun dengan besaran nilai sewa sebesar Rp. 1.000.000.000 terhitung sejak 15 Agustus 2016 sampai dengan 14 Agustus 2021, sedangkan PT. Balitowerindo jangka waktu kerjasama selama 5 tahun dengan nilai sewa sebesar Rp.2.100.000,- yang telah lunas dibayar dimuka.

4. Kerjasama Dengan Perguruan Tinggi

Pemerintah Kota Semarang juga melaksanakan kerjasama dengan perguruan tinggi dalam rangka Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang bertujuan mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Kota Semarang dan Pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kerjasama yang dilakukan diantaranya dengan 9 (sembilan) perguruan tinggi, diantaranya:

1 Universitas Islam Negeri Walisongo 2 Universitas AKI

3 Universitas Muhammadiyah Semarang 4 Universitas Sultan Agung Semarang 5 Universitas Negeri Semarang 6 POLTEKES

7 STIMART AMNI 8 UNPAND 9 UPGRIS

Ruang lingkup perjanjian kerjasama ini meliputi : a. Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi :

1)Pendidikan; 2)Penelitian;

3)Pengabdian Masyarakat.

b. Partisipasi dalam penyelesaian permasalahan aktual masyarakat di bidang : 1) Ekonomi;

2) Sosial dan Budaya;

(7)

PE

N

Y

E

LE

N

G

G

ARAAN

T

U

G

AS

U

MU

M

PE

ME

RIN

T

AH

AN

Hal. 423 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

4) Infrastruktur; 5) Lingkungan;

6) Teknologi, Informasi dan Komunikasi.

Adapun jangka waktu pelaksanaan kerjasama 5 ( lima ) tahun.

5. Kerjasama dengan Pihak Ketiga Lainnya

Dalam pelaksanaan kerjasama dengan pihak ketiga pada tahun 2016 masih ada beberapa yang belum terlaksana dikarenakan masih perlu adanya penjajakan dan kajian teknis untuk proses kerjasamanya, diantaranya, kerjasama pemanfaatan sarana dan prasarana jalan untuk pemasangan microcell kamuflase PJU.

C. KOORDINASI DENGAN INSTANSI VERTIKAL DI DAERAH 1. FORUM KOORDINASI PIMPINAN DI DAERAH

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Forum Koordinasi Pimpinan di Daerah yang selanjutnya disebut Forkopimda adalah forum yang digunakan untuk membahas dan menunjang kelancaran pelaksanaan penyelenggaraan urusan pemerintahan umum. Anggota Forkopimda kabupaten/kota terdiri atas pimpinan DPRD, pimpinan kepolisian, pimpinan kejaksaan, dan pimpinan satuan teritorial Tentara Nasional Indonesia di Daerah.

Namun untuk menjaga harmoni penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah dan untuk mempermudah koordinasi dalam pelaksanaan tugas umum pemerintahan maka unsur Forkopimda di Kota Semarang ditambahkan beberapa Instansi Vertikal yang ada di wilayah Kota Semarang. Penambahan tersebut ditetapkan dalam Keputusan Walikota Semarang Nomor 130/1/2010 tentang Pembentukan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kota Semarang dengan susunan keanggotaan sebagai berikut : Ketua : Walikota Semarang

Wakil Ketua : Wakil Walikota Semarang

Sekretaris : Sekretaris Daerah Kota Semarang Anggota : 1. Ketua DPRD Kota Semarang

2. Kapolrestabes Semarang

3. Komandan Kodim 0733/BS Semarang 4. Kepala Kejaksaan Negeri Semarang 5. Ketua Pengadilan Negeri Semarang

6. Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang 7. Ketua Pengadilan Militer II-10 Semarang

8. Ketua Pengadilan Agama Semarang 9. Komandan Lanal Semarang

(8)

PE

N

Y

E

LE

N

G

G

ARAAN

T

U

G

AS

U

MU

M

PE

ME

RIN

T

AH

AN

Hal. 424 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

14. Kepala Detasemen TNI AU Semarang 15. Kepala Kantor Imigrasi Semarang

16. Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas I Semarang.

Hubungan kerja antar Instansi Vertikal diimplementasikan melalui kegiatan koordinasi pemerintahan daerah. Kegiatan koordinasi ini merupakan upaya untuk mencapai keselarasan, keserasian dan keterpaduan baik perencanaan maupun pelaksanaan tugas serta kegiatan semua Instansi Vertikal, agar tercapai hasil guna dan daya guna yang sebesar-besarnya.

Dengan demikian kebijakan penyelenggaraan koordinasi dengan instansi vertikal di daerah diarahkan untuk mensinergikan dan mengoptimalkan pelaksanaan pemerintahan di daerah yang merupakan proses komunikasi dan interaksi antar penyelenggara pemerintahan dan instansi vertikal di daerah.

Kegiatan Forum Koordinasi Pimpinan di Daerah di arahkan kepada upaya memberikan kontribusi pemikiran dalam rangka penyelesaian permasalahan - permasalahan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan

Adapun pelaksanaan kegiatan koordinasi diselenggarakan melalui : (a) Rapat Koordinasi,

(b) Nara sumber dalam berbagai forum.

(b) Permintaan dan penyampaian data, informasi atau pendapat. (c) Konsultasi.

Pada tahun 2016 Forum Koordinasi Pimpinan di Daerah telah beberapa kali melaksanakan pertemuan formal maupun informal dalam rangka lebih memudahkan dan mempercepat pengambilan keputusan, mencari formula yang tepat terhadap berbagai permasalahan yang ada. Melalui kegiatan ini dapat terhimpun segala informasi dan masukan dari anggota Forkopimda yang memberikan manfaat terhadap lancarnya penyelenggaraan pemerintahan di daerah serta dalam rangka menghadapi kondisi ideologi, sosial politik, sosial budaya, ekonomi dan keamanan.

Adapun kegiatan pertemuan formal atau rapat koordinasi Forkopimda pada tahun 2016 dilaksanakan sebagai berikut :

DATA HASIL KEGIATAN FORUM KOORDINASI PIMPINAN DI DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2016

NO HARI / TANGGAL MATERI

1 Rabu, 21 Desember 2016 Rapat koordinasi Forkominda dalam rangka menyongsong Natal 2016 dan Tahun Baru 2017

Sumber Badan Kesbangpol Kota Semarang Tahun 2016

Hasil pelaksanaan Rakor Forkominda jelang natal dan tahun baru 2017 pada tanggal 21 Desember 2016 antara lain :

1) Pembentukan Tim Pantau dan pendirian posko pengamanan natal dan tahun baru 2017.

(9)

PE

N

Y

E

LE

N

G

G

ARAAN

T

U

G

AS

U

MU

M

PE

ME

RIN

T

AH

AN

Hal. 425 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

3) Kunjungan ke gereja pada malam natal.

2. KOORDINASI BIDANG PERTANAHAN

Penyelenggaraan urusan pertanahan memerlukan kerjasama dan koordinasi antara Pemerintah Daerah dengan instansi vertikal khususnya Badan Pertanahan Nasional. Hal ini khususnya dilihat dari proses kegiatan pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

Pengadaan tanah untuk kepentingan umum diperlukan guna mendorong percepatan pembangunan daerah dengan berpedoman pada azas Kemanusiaan, Demokratis dan Berkeadilan. Hal ini dimaksudkan agar tetap menjamin kepentingan hukum pihak yang berhak.

Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum dari tahun ke tahun terus mengalami perubahan seiring perkembangan dan tuntutan kebutuhan masyarakat, sehingga dilakukan penyempurnaan dengan terbitnya regulasi yang mengatur antara lain :

1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum;

2. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum;

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2012 tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.2/2013 tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

5. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah;

(10)

PE

N

Y

E

LE

N

G

G

ARAAN

T

U

G

AS

U

MU

M

PE

ME

RIN

T

AH

AN

Hal. 426 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

Beberapa kegiatan pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang dilaksanakan di Kota Semarang pada Tahun 2016 antara lain:

1) PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL BATANG – SEMARANG.

Proses pengadaan tanah guna pembangunan jalan tol Semarang – Batang sempat vakum, namun pada Tahun 2016 kegiatan Pengadaan tanah dimaksud dilanjutkan kembali.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 620/8 Tahun 2015 Tanggal 4 Mei 2015 tentang Persetujuan Pembaharuan Penetapan Lokasi Pembangunan Jalan Tol Trans Jawa di Provinsi Jawa Tengah, kebutuhan lahan yang akan dibebaskan sejumlah 2.555 bidang dengan luas 1.089.265 M2 yang tersebar di 2 (dua) kecamatan dan 9 (sembilan) kelurahan.

Adapun Tahapan kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut: a. Inventarisasi dan Identifikasi data bidang tanah;

b. Pengumuman; c. Verifikasi Keberatan; d. Penilaian Bidang Tanah; e. Musyawarah; dan f. Pemberian Ganti Rugi.

Berikut realisasi pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol Semarang-Batang Tahun 2016.

NO.

KECAMATAN /

KELURAHAN BIDANG LUAS

REALISASI 2016 SISA

KETERANGAN

BIDANG LUAS BIDANG LUAS

NGALIYAN

1. Wonosari 245 90.716 228 72.751 17 17.965

2. Podorejo 3 339.869 3 339.869 0 0 Kawasan hutan

3. Gondoriyo 372 143.018 347 125.646 25 17.372

4. Beringin 6 2.994 2 2.707 4 287

5. Ngaliyan 334 116.636 324 95.706 10 20.930

6. Purwoyoso 785 137.622 724 126.726 61 10.896

7. Tambakaji 573 200.608 540 159.251 33 41.357

8. Bambankerep 80 15.563 67 14.796 13 767

SMG BARAT

9. Kembangarum 157 40.063 124 33.446 33 6.617

JUMLAH 2.555 1.089.265 2.359 970.898 196 116.191

PROSENTASE 100% 100% 92% 89% 8% 11%

Sumber Data : Sekretariat Daerah Kota Semarang Tahun 2016

2) PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN UNDERPASS JATINGALEH

Pengadaan tanah untuk pembangunan underpass Jatingaleh yang dilaksanakan sejak tahun 214 telah mengacu kepada Undang-undang nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Kepentingan Umum.

(11)

PE

N

Y

E

LE

N

G

G

ARAAN

T

U

G

AS

U

MU

M

PE

ME

RIN

T

AH

AN

Hal. 427 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

tentang Penetapan Lokasi Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Underpass Jatingaleh di Kota Semarang.

Lokasi tanah yang akan dibebaskan berada di 3 (tiga) kecamatan dan 4 (empat) kelurahan dengan kebutuhan 122 bidang dengan luas 8.997 M2. Adapun proses pengadaan tanah sampai dengan Tahun 2016 sebagai berikut:

NO. KECAMATAN / KELURAHAN BIDANG LUAS REALISASI S/D 2016 SISA KETERANGAN

BIDANG LUAS BIDANG LUAS

BANYUMANIK

1. Ngesrep 21 1.136 20 859 1 277

2. Tinjomoyo 26 2.127 25 1.673 1 454

CANDISARI

3. Jatingaleh 39 2.569 38 2.545 1 24

GAJAHMUNGKUR

4. Karangrejo 36 2.985 32 2.672 4 313

JUMLAH 122 8.997 115 7.749 7 1.248

PROSENTASE 100% 100% 94% 86% 6% 14%

Sumber Data : Sekretariat Daerah Kota Semarang Tahun 2016

3. KOORDINASI BIDANG STATISTIK

Koordinasi di bidang Statistik dilaksanakan antara Pemerintah Kota Semarang dengan Badan Pusat Statistik (BPS), sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik, khususnya pada Pasal 17 yang menyebutkan bahwa Koordinasi dan kerjasama penyelenggaraan statistik dilakukan oleh BPS dengan instansi pemerintah dan masyarakat, di tingkat pusat dan daerah.

Koordinasi di bidang Statistik diperlukan dalam rangka meningkatkan efektivitas perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan. Data statistik yang obyektif dan dapat dipercaya menunjang keberhasilan perencanaan pembangunan.

Bentuk kegiatan koordinasi di bidang statistik yang dilakanakan pada Tahun 2016 antara lain:

1. Penyusunan buku –buku statistik

Kerjasama dalam penyusunan Buku-buku Statistik yang diperlukan dalam perencanaan dan pengendalian pembangunan di Kota Semarang sudah dilaksanakan secara rutin tiap tahun dan berlangsung lama. Pada tahun 2016, buku-buku yang diterbitkan adalah sebagai berikut :

a. Buku Profil Kependudukan Kota Semarang Tahun 2015; b. Buku Analisis Ekonomi Regional Kota Semarang tahun 2015;

c. Buku Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Semarang Tahun 2015; d. Buku Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Tahun 2014/2015;

e. Buku Indeks Pemerataan Pendapatan (Gini Ratio) dan Pola Konsumsi Kota Semarang Tahun 2015;

f. Buku Statistik Industri Besar & Sedang Kota Semarang Tahun 2015; g. Buku Saku Kota Semarang Tahun 2015;

(12)

PE

N

Y

E

LE

N

G

G

ARAAN

T

U

G

AS

U

MU

M

PE

ME

RIN

T

AH

AN

Hal. 428 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

i. Buku Statistik Kecamatan Kota Semarang Tahun 2015; j. Buku Statistik Kegiatan Ekonomi Kota Semarang Tahun 2015; k. Buku Statistik Ketahanan Sosial Kota Semarang Tahun 2015; l. Buku Statistik Kota Semarang Tahun 2015; dan

m. Buku Data dan Informasi Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Semarang Tahun 2015.

2. Survei dan sensus

Survei dan sensus yang dilaksanakan merupakan kerjasama dalam rangka data yang akurat dan valid sebagai bahan perumusan kebijakan di Kota Semarang. Pada Tahun 2016 dilaksanakan sensus ekonomi yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat (terutama yang dilaksanakan oleh BPS) dengan dukungan dari Pemerintah Kota Semarang berupa fasilitasi kegiatan sosialisasi dan perekrutan petugas pendata sensus ekonomi.

D. PENEGASAN BATAS WILAYAH

Penegasan batas wilayah memegang peranan penting dalam penyelenggaraan pemerintahan, karena hal ini merupakan salah satu faktor penunjang perkembangan dari suatu daerah.

Penegasan batas wilayah bertujuan untuk menjaga kepastian terhadap batas wilayah administrasi daerah. Selain itu penegasan batas dimaksudkan guna menjaga stabilitas keamanan, sosial dan politik masing – masing daerah. Sehingga akan tercipta stabilitas dan sinergitas hubungan antara dua wilayah yang berbatasan.

1. Penegasan Batas Antar Daerah

Kegiatan Penegasan Batas Daerah antara Kota Semarang dengan daerah yang berbatasan telah selesai dengan terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Penegasan Batas Daerah sebagai berikut:

a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2014 tanggal 19 Maret 2014 tentang Batas Daerah Kota Semarang dengan Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah;

b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 71 Tahun 2014 tanggal 13 Oktober 2014 Tentang Batas Daerah Kota Semarang dengan Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah; dan

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2015 tanggal 6 Juni 2015 Tentang Batas Daerah Kota Semarang dengan Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah.

(13)

PE

N

Y

E

LE

N

G

G

ARAAN

T

U

G

AS

U

MU

M

PE

ME

RIN

T

AH

AN

Hal. 429 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

untuk menjaga kepastian batas wilayah administrasi melalui keberadaan pilar sebagai bukti fisik di lapangan.

Selanjutnya pada Tahun 2016 telah disepakati perjanjian kerjasama pemeliharaan pilar batas antara Kota Semarang dengan kabupaten yang berbatasan sebagai berikut: a. Perjanjian Kerjasama Pemerintah Kota Semarang dan Pemerintah Kabupaten

Kendal Nomor 019.6/128/2016 dan 135.4/004/IV/2016 tanggal 4 April 2016 tentang Pemeliharaan Pilar Batas Daerah Antara Kota Semarang dengan Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah;

b. Perjanjian Kerjasama Pemerintah Kota Semarang dan Pemerintah Kabupaten Demak Nomor 130/129/2016 dan 130/5/2016 tanggal 4 April 2016 tentang Pemeliharaan Pilar Batas Daerah Antara Kota Semarang dengan Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah; dan

c. Perjanjian Kerjasama Pemerintah Kota Semarang dan Pemerintah Kabupaten Semarang Nomor 016.6/179/2016 dan 415.4/04/KJS/2016 tanggal 12 Mei 2016 tentang Pemeliharaan Pilar Batas Daerah Antara Kota Semarang dengan Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah.

2. Batas Wilayah Administrasi Kecamatan Kota Semarang

Adanya batas wilayah administrasi yang tegas baik di atas peta maupun di lapangan, akan digunakan sebagai acuan untuk perencanaan pembangunan yang terpadu bagi masing-masing wilayah administrasi baik kecamatan maupun kelurahan. Ketegasan tentang keberadaan suatu wilayah administrasi menjadi sangat penting dalam rangka menjalankan kewenangan untuk mengatur wilayahnya sendiri.

Penegasan batas wilayah administrasi berkaitan erat dengan aspek yuridis administrasi dan teknis dan juga beberapa faktor seperti demografi, politik, sosial ekonomi dan lain-lain. Untuk membantu penentuan posisi geografis di lapangan, sangat perlu dan penting adanya tugu batas wilayah administrasi yang berkoordinat.

Keberadaan Pilar Batas wilayah administrasi di Kota Semarang yang dimaksud nantinya akan mempermudah pengukuran rekonstruksi batas wilayah, terutama tertuju pada batas kawasan yang dekat dengan permukiman atau rawan perubahan situasi, kondisi serta cakupan sepanjang garis batas wilayah antar kelurahan yang dimaksud.

Penegasan batas wilayah administrasi kecamatan telah selesai dilaksanakan pada Tahun 2015 dengan jumlah keseluruhan 146 pilar. Selanjutnya pada tahun 2016 dilaksanakan kegiatan penegasan batas kelurahan di 3 (tiga ) kecamatan yaitu: Genuk, Pedurungan dan Semarang Selatan.

Adapun jumlah pilar batas kelurahan yang dipasang sebagai berikut: Kecamatan Genuk = 15 pilar

(14)

PE

N

Y

E

LE

N

G

G

ARAAN

T

U

G

AS

U

MU

M

PE

ME

RIN

T

AH

AN

Hal. 430 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

Selanjutnya untuk Kecamatan Semarang Selatan, pemasangan pilarnya akan dilanjutkan pada tahun 2017.

E. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENCANA

Kondisi wilayah Kota Semarang memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor nonalam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan.

Pencegahan dan Penanggulangan Bencana mempunyai tujuan untuk memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat atas ancaman bencana, dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Perlindungan diberikan kepada masyarakat atas ancaman bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial. Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan bencana dilaksanakan dengan serangkaian upaya meliputi kegiatan mitigasi bencana, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

Penyelenggaraan penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab dan wewenang Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang dilaksanakan secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh. Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan bencana dilaksanakan dengan memperhatikan hak masyarakat yang antara lain mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, mendapatkan pelindungan sosial, mendapatkan pendidikan dan keterampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.

Sebagai landasan hukum dan pedoman pencegahan dan penanggulangan bencana adalah Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (BPBD). Dalam Undang – Undang tersebut diamanatkan untuk membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah di Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, di Kota Semarang BPPD dibentuk melalui Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Susunan dan Tata Kerja BPBD Kota Semarang.

Bencana dibedakan menjadi beberapa, yaitu : 1. Bencana Alam;

Peristiwa bencana alam yaitu bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa alam seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, dan pohon tumbang.

(15)

PE N Y E LE N G G ARAAN T U G AS U MU M PE ME RIN T AH AN

Hal. 431 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

Peristiwa bencana non alam yaitu bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

3. Bencana sosial

bencana sosial yaitu bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

Berikut adalah data bencana yang terjadi di Kota Semarang pada Tahun 2016:

1. Data bencana yang terjadi di Kota Semarang (tidak ditetapkan dengan Pernyataan Bencana oleh Walikota)

NO. JENIS BENCANA JUMLAH BENCANA

KORBAN

TAKSIRAN

KERUGIAN KETERANGAN MENINGGAL

DUNIA

LUKA-LUKA

1. Banjir 30 4 org - -

2. Tanah longsor 52 2 org - 518.000.000

3. Puting beliung 1 - - -

4. Rumah roboh 14 - - 60.000.000

5. Pohon Tumbang 11 1 org - -

6. Kebakaran 44 - 8 org 2.591.000.000

Jumlah 7 org 8 org 3.169.000.000

Sumber Data : BPBD Kota Semarang Tahun 2016

2. Bencana yang ditetapkan dengan pernyataan bencana oleh Walikota Semarang

DATA BENCANA ALAM DI KOTA SEMARANG TAHUN 2016

( DITETAPKAN DENGAN SURAT PERNYATAAN BENCANA OLEH WALIKOTA SEMARANG )

NO NO. SK STATUS

DARURAT LOKASI JENIS BENCANA ANGGARAN KETERANGAN

1

360/2889 tanggal 17 Juni 2016

Kec. Genuk dan

sekitarnya Banjir 780.875.000

Penanganan darurat banjir rob di wilayah Kaligawe Kec. Genuk dan sekitarnya (sewa pompa)

360/3061 tanggal 11 Juli 2016

360/3147 tanggal 18 Juli 2016

2

360/5557 tanggal 19 Nopember 2016

Kelurahan Sawah besar

Kebakaran

pasar waru 1.984.943.000

- Kegiatan : Kegiatan tanggap darurat bencana kebakaran Pasar Waru

360/5817 tanggal 3 Desember 2016.

360/6068 tanggal 17 Desember 2016

- Pekerjaan : Pembuatan lapak sementara Pasar Waru

TOTAL 2.765.818.000

Sumber Data : BPBD Kota Semarang Tahun 2016

3. Pada Tahun 2016, peristiwa bencana non alam maupun bencana sosial tidak terjadi di wilayah Kota Semarang.

(16)

PE

N

Y

E

LE

N

G

G

ARAAN

T

U

G

AS

U

MU

M

PE

ME

RIN

T

AH

AN

Hal. 432 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

dana yang selalu tersedia dan dicadangkan oleh Pemerintah untuk digunakan pada saat tanggap darurat bencana sampai dengan batas waktu tanggap darurat berakhir. Sehingga penggunaan dana siap pakai hanya dapat digunakan setelah ada pernyataan bencana dari Kepala Daerah pada masa tanggap darurat bencana.

Dana tidak terduga dipergunakan pada masa kedaruratan, rehabilitasi, rekonstruksi, pertolongan darurat serta untuk membantu masyarakat korban bencana.

Adapun upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang melalui BPBD Kota Semarang dalam rangka pencegahan bencana antara lain:

1) Usaha mengurangi risiko bencana melalui penyadaran dan peningkatan kemampuan masyarakat menghadapi ancaman bencana. Upaya ini ditempuh dengan cara membentuk Kelurahan Sadar Bencana (KSB) sebanyak 16 Kelurahan kemudian masyarakat di Kelurahan tersebut diberikan informasi pemetaan rawan bencana, pelatihan dan simulasi penanganan bencana. Sehingga apabila terjadi bencana yang tidak diinginkan masyarakat telah mampu untuk bertindak secara cepat dan tepat guna mengurangi resiko yang lebih besar.

2) Kesiapsiagaan bencana, yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Upaya ini ditempuh dengan cara menyiapsiagakan Tim Reaksi Cepat BPBD dan relawan yang tergabung dalam Posko Penanggulangan Bencana. Tim dan relawan selama 24 jam siap siaga untuk memantau, menerima laporan masyarakat dan melakukan tindakan pertama setiap muncul kejadian yang diakibatkan oleh bencana.

3) Gladi lapang penanganan bencana yang diikuti oleh seluruh instansi pemerintah maupun relawan yang berkompeten terhadap penanganangan bencana yaitu

BPPD Jawa Tengah, BPPD Kota Semarang, Kantor Basarnas Semarang, Kodim

0733 BS, SAR Polretabes Semarang, SAR Brimob Daerah Jateng, Relawan PMI,

Relawan Ubaloka dan unsur masyarakat serta SKPD Pemerintah Kota Semarang

yang berkaitan dengan kebencanaan. Dengan adanya gladi lapang ini

masing-masing unit organisasi telah mengetahui langkah pertama yang dapat dijalankan

secara sistematis dan terpadu apabila terjadi bencana.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka penanggulangan bencana yaitu:

(17)

PE

N

Y

E

LE

N

G

G

ARAAN

T

U

G

AS

U

MU

M

PE

ME

RIN

T

AH

AN

Hal. 433 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

2) Setelah masa tanggap darurat maka tahap selanjutnya adalah rehabilitasi bencana, yaitu serangkaian kegiatan perbaikan dan pemulihan aspek kebutuhan dasar masyarakat korban bencana sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar aspek kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.

Rehabilitasi pasca bencana dilaksanakan melalui pemberian bantuan sosial baik berupa uang maupun barang kepada masyarakat korban bencana dan kegiatan SKPD yang difokuskan kepada aspek kebutuhan dasar korban bencana.

Adapun jumlah bantuan sosial akibat bencana yang diberikan kepada korban bencana sejumlah 144 orang dengan total bantuan sebesar Rp. 767.000.000,-.

F. PENYELENGGARAAN KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM

Ketentraman dan ketertiban umum adalah suatu keadaan yang aman, tenang dan bebas dari gangguan atau kekacauan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat seluruhnya yang berjalan secara teratur sesuai hukum dan norma-norma yang ada. ketentraman dan ketertiban umum sangat penting dan menentukan dalam kelancaran jalannya pemerintahan, pelaksanaan pembangunan serta pembinaan kemasyarakatan dalam suatu wilayah atau daerah sehingga tercapainya tujuan pembangunan yang diharapkan untuk kesejahteraan masyarakat.

Mengingat bahwa ketentraman dan ketertiban merupakan salah satu kebutuhan dasar individu dan atau masyarakat, sudah selayaknya apabila ada partisipasi aktif dari masyarakat. Dalam rangka menstimulasi masyarakat agar mau berpartisipasi dalam bidang ketentraman dan ketertiban, diperlukan adanya rasa saling percaya (trust) antara pemerintah dengan masyarakatserta antar masyarakat. Tanpa adanya saling percaya, justru akan timbul rasa saling curiga, sehingga akan mudah dihasut.

Arah dan kebijakan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum di Kota Semarang ditujukan kepada penegakan hukum, kepastian hukum dan budaya hukum serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam mentaati hukum. Tujuan dari penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum di Kota Semarang adalah mewujudkan kondisi daerah yang aman, tentram dan tertib serta guna menciptakan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang kondusif.

(18)

PE

N

Y

E

LE

N

G

G

ARAAN

T

U

G

AS

U

MU

M

PE

ME

RIN

T

AH

AN

Hal. 434 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

dalam Penegakan Peraturan Daerah/Peraturan Walikota dan menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat serta perlindungan masyarakat.

Dalam menjalankan tugasnya Satuan Polisi Pamong Praja Kota Semarang bekerja sama dengan Polrestabes Semarang. Kerjasama sebagaimana dimaksud didasarkan atas hubungan fungsional, saling membantu dan saling menghormati dengan mengutamakan kepentingan umum dan memperhatikan hirarki dan kode etik profesi dan birokrasi. Sebagai dasar kerjasama tersebut adalah Kesepakatan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 119/1527SJ tahun 2002, No Pol b/2300/VII/2002 tentang Kerjasama Pembinaan Penyelenggaraan Ketentraman dan Ketertiban Umum serta Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat.

Fokus utama penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban adalah penegakan Peraturan Daerah (Perda), Kota Semarang memiliki Perda yang mengandung sanksi sebanyak 54 buah. Penegakan perda diutamakan kepada perda yang volume pelanggaranya tinggi serta mempunyai nilai strategis yang pelanggaranya berdampak secara langsung keapada kepentingan umum.

Adapun hasil dari penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum adalah sebagai berikut :

a. Terselenggaranya sosialisasi Perda-perda melalui himbauan langsung, pengawasan dan pembinaan dilapangan oleh setiap unit Patroli Polisi Pamong Praja kepada sasaran tertentu sebagai objek tugas Polisi Pamong Praja, menjadikan pelanggaran Perda pada basis-basis tertentu khususnya di daerah Pusat Kota Semarang semakin berkurang.

b. Terkendalinya situasi ketenteraman dan ketertiban serta penegakan Perda pada setiap acara-acara pelaksanaan kegiatan-kegiatan Pemerintah Kota Semarang dan Instansi / Lembaga lainnya di Kota Semarang, baik dalam acara Ceremonial, Hari Besar Keagamaan, Hiburan, Olah Raga dan sebagainya.

c. Terlaksananya peningkatan frekuensi pengawasan dan penertiban pada ruas-ruas jalan protokol di Kota Semarang baik pada pagi hari, siang dan malam hari bahkan pada hari – hari libur tertentu, menjadikan pertumbuhan PKL, Gelandangan Pengemis, dan PSK sementara semakin berkurang dan dapat ditekan seminimal mungkin.

(19)

PE

N

Y

E

LE

N

G

G

ARAAN

T

U

G

AS

U

MU

M

PE

ME

RIN

T

AH

AN

Hal. 435 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

berdasarkan informasi/keterangan sebelumnya yang diterima dari berbagai pihak sebagai hasil kerjasama yang baik.

e. Menjaga disiplin dan kepatuhan masyarakat terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya Peraturan Daerah, juga sebagai bentuk komitmen kuat untuk mewujudkan Kota Semarang yang aman, nyaman, dan tertib yang selaras dengan upaya besar menarik penanaman modal asing dan domestik ke Kota Semarang sehingga membuka kesempatan kerja baru bagi masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Jika pengetahuan yang dimiliki asisten tersebut tidak dikelola dengan baik atau tidak diambil menjadi pengetahuan institusi maka pengetahuan tersebut akan hilang

Standar Kompetensi : Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa akan mampu memahami konsep dasar bioproses yang berhubungan dengan mikroorganisme, tumbuhan, hewan,

[r]

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala TK dalam sosialisasi kurikulum dan sistem pembelajaran dengan cara bermain sambil belajar pada orang tua murid PAUD Play Group

yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, maka kami sebagai penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini, yang merupakan tugas mengenai “Hakikat

Penelitian dilaksanakan secara survai di 3 kecamatan penghasil jahe wilayah Kabupaten Magelang, yaitu Kecamatan Borobudur (Desa Candirejo dan Kradenan) Sawangan

[r]

Dari hasil wawancara dengan responden, diketahui bahwa terpuaskannya mereka atas pekerjaan yang dilaksanakan karena pencapaian hasil kerja yang baik, tidak hanya akan