• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Produktivitas Industri Ban Indonesia Periode 1984-2003 (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Produktivitas Industri Ban Indonesia Periode 1984-2003 (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity)"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH STUTI ANINDITA

H14102061

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

1984-2003 (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) (dibimbing oleh

MUHAMMAD FINDI A.)

Jika dibandingkan dengan sektor lain maka industri ban termasuk salah satu industri yang paling kuat saat ini. Dikatakan demikian karena produksi dan penjualan pada industri ban setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa pertumbuhan produksi dan penjualan secara keseluruhan meningkat. Walaupun pada tahun 1998 mengalami penurunan, namun pada tahun-tahun selanjutnya kembali meningkat. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh cepatnya pertumbuhan industri otomotif belakangan ini.

Kenaikan harga minyak mentah dunia hingga mencapai lebih dari US$ 60 per barel berpengaruh luas dalam meningkatkan harga BBM, biaya transportasi dan harga bahan baku. Selain kenaikan harga minyak mentah, naiknya Tarif Dasar Listrik (TDL) juga cukup mengganggu kinerja perusahaan yang tengah berupaya semaksimal mungkin melakukan efisiensi di tengah kenaikan harga minyak dunia, walaupun tarif listrik dalam industri ban hanya berpengaruh sebesar 2%-4%. Di sisi lain, daya beli masyarakat dalam negeri terus menurun akibat serangan masuknya impor ban ilegal yang berasal dari China, India, dan Singapura.

Dengan melihat kondisi pada industri ban Indonesia tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produktivitas parsial industri ban Indonesia dan menganalisis Total Factor Productivity (TFP) industri ban Indonesia. Selain itu, penelitian ini menganalisis kontribusi progres teknologi terhadap peningkatan produksi industri ban Indonesia.

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data deret waktu (time series). Data deret waktu tersebut meliputi data tahunan 20 tahun (1984-2003). Jenis data yang dipergunakan meliputi data input industri ban (tenaga kerja, modal, bahan baku, dan energi), data produksi industri ban, dan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dengan tahun dasar 1993 (1993=100). Ada dua model yang digunakan untuk menganalisis masalah pada penelitian ini yaitu model pertumbuhan Solow dan model regresi linier berganda dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja, modal, bahan baku, dan energi masing-masing sebesar 14.316771; 12,845011; 1.668200; dan 49,687266. Energi memiliki produktivitas yang terbesar jika dibandingkan dengan produktivitas faktor produksi lainnya.

(3)

Dari model Cobb-Douglas yang digunakan dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa TFP berpengaruh positif dan secara statistik berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi. Hal ini berarti progres teknologi memberikan kontribusi yang positif terhadap produksi ban di Indonesia. Faktor produksi tenaga kerja, bahan baku, dan energi juga memberikan hasil sesuai hipotesis, yaitu berpengaruh positif dan secara statistik berpengaruh nyata terhadap produksi. Faktor produksi modal memberikan pengaruh tidak nyata terhadap peningkatan produksi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peningkatan produksi industri ban Indonesia lebih ditentukan oleh peningkatan intensitas pemakaian tenaga kerja, bahan baku, energi, dan teknologi yang ada dalam industri ban tersebut.

Melihat nilai TFP yang negatif, penulis menyarakan kepada industri ban agar meningkatkan Research & Development (R&D) dengan memberikan insentif kepada para karyawan di bidang R&D. Selain itu, pemerintah perlu memberikan insentif bagi perusahaan-perusahaan yang giat melakukan R&D dalam mengembangkan usahanya. Dengan memberikan insentif dan peraturan lain yang mengikat, perusahaan-perusahaan dapat lebih terangsang untuk melakukan inovasi, adopsi teknologi negara maju, dan mungkin juga pengembangan teknologi baru. Selanjutnya ini dapat meningkatkan Total Factor Productivity (TFP).

Untuk meningkatkan produktivitas industri ban, pemerintah perlu menciptakan rasa aman kepada pelaku usaha baik lokal maupun asing dalam melakukan kegiatan bisnis dan industri. Kondisi yang demikian diharapkan mampu meningkatkan investasi sehingga akan meningkatkan produktivitas industri ban. Selain itu, pemerintah juga perlu memberikan insentif biaya energi terhadap industri yang berorientasi ekspor. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah menganalisa daya saing industri ban Indonesia guna mengetahui posisi industri ban Indonesia di pasar dunia.

(4)

Oleh

STUTI ANINDITA H14102061

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(5)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Stuti Anindita

Nomor Registrasi Pokok : H14102061 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Produktivitas Industri Ban Indonesia Periode 1984-2003 (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Muhammad Findi A, S.E, M.Si

IPB 030507

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S NIP. 131 846 872

(6)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juni 2006

Stuti Anindita

(7)

Penulis bernama Stuti Anindita lahir pada tanggal 16 Juni 1984 di Jakarta Selatan. Penulis anak tunggal dari pasangan Ir. Subchi Hasbullah dan R. Ay. Hattantilah. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan. Penulis menamatkan sekolah dasar pada SD Muhammadiyah Condong Catur Yogyakarta, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 11 Yogyakarta dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUI Al Azhar 4 Kemang Pratama Bekasi dan lulus pada tahun 2002.

(8)

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Produktivitas Industri Ban Indonesia Periode 1984-2003 (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Bapak Muhammad Findi A, M.Si yang telah memberikan bimbingan dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Bapak Alla Asmara, M.Si yang telah menguji hasil karya ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Widyastutik, M.Si, terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Segala kesalahan yang terjadi dalam penelitian ini, sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis, yaitu Bapak Ir. Subchi Hasbullah dan Ibu R. Ay. Hattantillah (Alm). Kesabaran dan dorongan mereka sangat besar artinya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis juga berterimakasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2006

Stuti Anindita

(9)

Halaman

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Kegunaan Penelitian ... 5

1.5. Ruang Lingkup... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 7

2.1. Pengertian Industri Ban... 7

2.2. Pengertian Produktivitas ... 9

2.3. Pengertian Produksi ... 12

2.3.1. Pengertian Tenaga Kerja ... 13

2.3.2. Pengertian Modal ... 13

2.4. Penelitian Terdahulu ... 14

2.5. Kerangka Pemikiran... 16

2.5.1. Konsep Produktivitas ... 16

2.5.2. Konsep Pertumbuhan Solow ... 19

2.5.3. Fungsi Produksi Cobb-Douglas ... 22

2.5.4. Kerangka Pemikiran Konseptual... 25

2.6. Hipotesis... 25

III. METODE PENELITIAN... 27

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 27

3.2. Metode Analisis Data... 28

3.3. Uji Normalitas... 31

3.4. Kriteria Statistik ... 31

(10)

4.1. Perkembangan Jumlah Perusahaan ... 39

4.2. Perkembangan Produksi Industri Ban Indonesia ... 40

4.3. Perkembangan Permintaan dan Penawaran Industri Ban Indonesia ... 41

4.4. Perkembangan Nilai Ekpor Industri Ban Dunia ... 42

4.5. Perkembangan Nilai Impor Industri Ban Dunia ... 44

4.6. Struktur Biaya Industri Ban ... 45

4.7. Proses Pembuatan Ban ... 46

4.8. Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib Ban ... 46

V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 50

5.1. Analisis Produktivitas Parsial Industri Ban Indonesia ... 50

5.2. Analisis Total Factor Productivity (TFP) ... 51

5.2.1. Uji Kenormalan... 52

5.2.2. Uji Statistik ... 52

5.2.3. Uji Ekonometrika ... 53

5.3. Analisis Kontribusi Progres Teknologi terhadap Produksi... 57

5.3.1. Uji Kenormalan... 57

5.3.2. Uji Statistik ... 58

5.3.3. Uji Ekonometrika ... 59

5.3.4. Uji Ekonomi ... 61

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

6.1. Kesimpulan ... 64

6.2. Saran... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(11)

OLEH STUTI ANINDITA

H14102061

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

1984-2003 (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) (dibimbing oleh

MUHAMMAD FINDI A.)

Jika dibandingkan dengan sektor lain maka industri ban termasuk salah satu industri yang paling kuat saat ini. Dikatakan demikian karena produksi dan penjualan pada industri ban setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa pertumbuhan produksi dan penjualan secara keseluruhan meningkat. Walaupun pada tahun 1998 mengalami penurunan, namun pada tahun-tahun selanjutnya kembali meningkat. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh cepatnya pertumbuhan industri otomotif belakangan ini.

Kenaikan harga minyak mentah dunia hingga mencapai lebih dari US$ 60 per barel berpengaruh luas dalam meningkatkan harga BBM, biaya transportasi dan harga bahan baku. Selain kenaikan harga minyak mentah, naiknya Tarif Dasar Listrik (TDL) juga cukup mengganggu kinerja perusahaan yang tengah berupaya semaksimal mungkin melakukan efisiensi di tengah kenaikan harga minyak dunia, walaupun tarif listrik dalam industri ban hanya berpengaruh sebesar 2%-4%. Di sisi lain, daya beli masyarakat dalam negeri terus menurun akibat serangan masuknya impor ban ilegal yang berasal dari China, India, dan Singapura.

Dengan melihat kondisi pada industri ban Indonesia tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produktivitas parsial industri ban Indonesia dan menganalisis Total Factor Productivity (TFP) industri ban Indonesia. Selain itu, penelitian ini menganalisis kontribusi progres teknologi terhadap peningkatan produksi industri ban Indonesia.

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data deret waktu (time series). Data deret waktu tersebut meliputi data tahunan 20 tahun (1984-2003). Jenis data yang dipergunakan meliputi data input industri ban (tenaga kerja, modal, bahan baku, dan energi), data produksi industri ban, dan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dengan tahun dasar 1993 (1993=100). Ada dua model yang digunakan untuk menganalisis masalah pada penelitian ini yaitu model pertumbuhan Solow dan model regresi linier berganda dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja, modal, bahan baku, dan energi masing-masing sebesar 14.316771; 12,845011; 1.668200; dan 49,687266. Energi memiliki produktivitas yang terbesar jika dibandingkan dengan produktivitas faktor produksi lainnya.

(13)

Dari model Cobb-Douglas yang digunakan dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa TFP berpengaruh positif dan secara statistik berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi. Hal ini berarti progres teknologi memberikan kontribusi yang positif terhadap produksi ban di Indonesia. Faktor produksi tenaga kerja, bahan baku, dan energi juga memberikan hasil sesuai hipotesis, yaitu berpengaruh positif dan secara statistik berpengaruh nyata terhadap produksi. Faktor produksi modal memberikan pengaruh tidak nyata terhadap peningkatan produksi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peningkatan produksi industri ban Indonesia lebih ditentukan oleh peningkatan intensitas pemakaian tenaga kerja, bahan baku, energi, dan teknologi yang ada dalam industri ban tersebut.

Melihat nilai TFP yang negatif, penulis menyarakan kepada industri ban agar meningkatkan Research & Development (R&D) dengan memberikan insentif kepada para karyawan di bidang R&D. Selain itu, pemerintah perlu memberikan insentif bagi perusahaan-perusahaan yang giat melakukan R&D dalam mengembangkan usahanya. Dengan memberikan insentif dan peraturan lain yang mengikat, perusahaan-perusahaan dapat lebih terangsang untuk melakukan inovasi, adopsi teknologi negara maju, dan mungkin juga pengembangan teknologi baru. Selanjutnya ini dapat meningkatkan Total Factor Productivity (TFP).

Untuk meningkatkan produktivitas industri ban, pemerintah perlu menciptakan rasa aman kepada pelaku usaha baik lokal maupun asing dalam melakukan kegiatan bisnis dan industri. Kondisi yang demikian diharapkan mampu meningkatkan investasi sehingga akan meningkatkan produktivitas industri ban. Selain itu, pemerintah juga perlu memberikan insentif biaya energi terhadap industri yang berorientasi ekspor. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah menganalisa daya saing industri ban Indonesia guna mengetahui posisi industri ban Indonesia di pasar dunia.

(14)

Oleh

STUTI ANINDITA H14102061

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(15)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Stuti Anindita

Nomor Registrasi Pokok : H14102061 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Produktivitas Industri Ban Indonesia Periode 1984-2003 (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Muhammad Findi A, S.E, M.Si

IPB 030507

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S NIP. 131 846 872

(16)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juni 2006

Stuti Anindita

(17)

Penulis bernama Stuti Anindita lahir pada tanggal 16 Juni 1984 di Jakarta Selatan. Penulis anak tunggal dari pasangan Ir. Subchi Hasbullah dan R. Ay. Hattantilah. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan. Penulis menamatkan sekolah dasar pada SD Muhammadiyah Condong Catur Yogyakarta, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 11 Yogyakarta dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUI Al Azhar 4 Kemang Pratama Bekasi dan lulus pada tahun 2002.

(18)

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Produktivitas Industri Ban Indonesia Periode 1984-2003 (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Bapak Muhammad Findi A, M.Si yang telah memberikan bimbingan dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Bapak Alla Asmara, M.Si yang telah menguji hasil karya ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Widyastutik, M.Si, terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Segala kesalahan yang terjadi dalam penelitian ini, sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis, yaitu Bapak Ir. Subchi Hasbullah dan Ibu R. Ay. Hattantillah (Alm). Kesabaran dan dorongan mereka sangat besar artinya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis juga berterimakasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2006

Stuti Anindita

(19)

Halaman

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Kegunaan Penelitian ... 5

1.5. Ruang Lingkup... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 7

2.1. Pengertian Industri Ban... 7

2.2. Pengertian Produktivitas ... 9

2.3. Pengertian Produksi ... 12

2.3.1. Pengertian Tenaga Kerja ... 13

2.3.2. Pengertian Modal ... 13

2.4. Penelitian Terdahulu ... 14

2.5. Kerangka Pemikiran... 16

2.5.1. Konsep Produktivitas ... 16

2.5.2. Konsep Pertumbuhan Solow ... 19

2.5.3. Fungsi Produksi Cobb-Douglas ... 22

2.5.4. Kerangka Pemikiran Konseptual... 25

2.6. Hipotesis... 25

III. METODE PENELITIAN... 27

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 27

3.2. Metode Analisis Data... 28

3.3. Uji Normalitas... 31

3.4. Kriteria Statistik ... 31

(20)

4.1. Perkembangan Jumlah Perusahaan ... 39

4.2. Perkembangan Produksi Industri Ban Indonesia ... 40

4.3. Perkembangan Permintaan dan Penawaran Industri Ban Indonesia ... 41

4.4. Perkembangan Nilai Ekpor Industri Ban Dunia ... 42

4.5. Perkembangan Nilai Impor Industri Ban Dunia ... 44

4.6. Struktur Biaya Industri Ban ... 45

4.7. Proses Pembuatan Ban ... 46

4.8. Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib Ban ... 46

V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 50

5.1. Analisis Produktivitas Parsial Industri Ban Indonesia ... 50

5.2. Analisis Total Factor Productivity (TFP) ... 51

5.2.1. Uji Kenormalan... 52

5.2.2. Uji Statistik ... 52

5.2.3. Uji Ekonometrika ... 53

5.3. Analisis Kontribusi Progres Teknologi terhadap Produksi... 57

5.3.1. Uji Kenormalan... 57

5.3.2. Uji Statistik ... 58

5.3.3. Uji Ekonometrika ... 59

5.3.4. Uji Ekonomi ... 61

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

6.1. Kesimpulan ... 64

6.2. Saran... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(21)

Nomor Halaman 1.1. Peranan Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Lapangan Usaha,

Tahun 2001-2003 ... 1 1.2. Total Produksi dan Penjualan Industri Ban Indonesia,

Tahun 1997-2003 ... 2 1.3. Komposisi Asal Bahan Baku Industri Ban Indonesia ... 3 2.1. Jenis Ban Berdasarkan Kode KLUI ... 9 4.1. Kapasitas, Produksi, dan Utilisasi Industri Ban Indonesia

Tahun 2001-2003 ... 41 4.2. Perbandingan Permintaan dan Penawaran Industri Ban

Indonesia Tahun 2003 ... 42 4.3. Nilai Ekspor Ban Luar dan Ban Dalam Negara-Negara Eksportir

Utama Tahun 2000-2003 ... 43 4.4. Nilai Impor Ban Luar dan Ban Dalam Negara-Negara Importir

Utama Tahun 2000-2003 ... 44 4.5. Struktur Biaya Industri Ban Indonesia Tahun 2001-2003 ... 45 5.1. Produktivitas Parsial Industri Ban Indonesia ... 50 5.2. Hasil Estimasi Regresi Fungsi Produksi Cobb-Douglas untuk

Menghitung Koefisien Total Factor Productivity (TFP) ... 52 5.3. Perbandingan Iklim Usaha Indonesia dengan Negara Lainnya ... 56 5.4. Hasil Estimasi Regresi Fungsi Produksi Cobb-Douglas

dengan Memasukkan Variabel Pertumbuhan Total Factor

Productivity (TFP) ... 57 5.5. Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Penambahan Auto

(22)

Nomor Halaman 2.1. Kurva Peningkatan Produktivitas... 19

(23)

Nomor Halaman 1. Profil Perusahaan Industri Ban Indonesia ... 70

2. Data Produksi Riil dan Faktor-Faktor Produksi Riil Industri Ban

Indonesia Periode 1984-2003 ... 74 3. Data Logaritma Produksi dan Faktor-Faktor Produksi Industri Ban

Indonesia Periode 1984-2003 ... 75 4. Nilai Produktivitas Faktor Produksi Tenaga Kerja, Modal,

Bahan Baku, dan Energi ... 76 5. Data Pertumbuhan TFP Industri Ban Indonesia ...77 6. Hasil Estimasi Regresi Fungsi Produksi Cobb-Douglas

untuk Menghitung Koefisien Total Factor Productivity... 78 7. Hasil Uji Kenormalan Sebelum Memasukkan Variabel Progres

Teknologi ... 79 8. Hasil Estimasi Regresi Fungsi Produksi Cobb-Douglas

dengan Memasukkan Variabel Progres Teknologi ... 80 9. Hasil Uji Kenormalan SetelahMemasukkan Variabel Progres

(24)

Pembangunan sektor industri yang telah banyak dilakukan pemerintah dengan Program Pembangunan Lima Tahun (PELITA) menjadi awal era industrialisasi di Indonesia. Meningkatnya permintaan akan produk barang jadi dan barang setengah jadi, baik domestik ataupun internasional telah mendorong peranan sektor industri pengolahan menjadi peringkat pertama dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) sejak PELITA V pada tahun 1991. Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa pada tahun 2001 peranan sektor industri pengolahan sebesar 30,06 persen terhadap PDB telah melampaui sektor pertanian yang hanya sebesar 15,63 persen.

Tabel 1.1. Peranan Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2001-2003

PDB (%)

No Lapangan Usaha

2001 2002 2003

1 Pertanian 15,63 16,04 15,93

2 Pertambangan dan penggalian 10,81 8,64 8,28 3 Industri pengolahan 30,06 29,72 28,83 4 Listrik, gas, dan air 0,64 0,83 0,95

5 Konstruksi 5,30 5,45 5,50

6 Perdagangan, hotel, dan restoran 15,90 16,87 16,55 7 Pengangkutan dan komunikasi 4,59 5,26 5,77 8 Keuangan, real estat, dan jasa

perusahaan 8,02 8,29 8,51

9 Jasa-jasa 9,04 8,89 9,68

PDB 100 100 100

PDB tanpa Migas 89,38 91,26 91,53

Sumber: BPS, 2004.

(25)

perekonomian nasional masih didominasi oleh sektor industri pengolahan. Oleh karena itu, baik buruknya kinerja sektor industri pengolahan akan mempengaruhi perekonomian nasional.

Jika dibandingkan dengan sektor lain maka industri ban termasuk salah satu industri yang paling kuat saat ini. Dikatakan demikian karena produksi dan penjualan pada industri ban setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa pertumbuhan produksi dan penjualan secara keseluruhan meningkat. Walaupun pada tahun 1998 mengalami penurunan, namun pada tahun-tahun selanjutnya kembali meningkat. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh cepatnya pertumbuhan industri otomotif belakangan ini.

Tabel 1.2. Total Produksi dan Penjualan Industri Ban Indonesia, Tahun1997-2003

Tahun Total Produksi (ribu unit) Total Penjualan (ribu unit)

1997 31310 31997

1998 23967 24703

1999 32100 31474

2000 35526 35224

2001 37094 36874

2002 41571 41874

2003 47011 47562

Sumber: APBI, 1997-2003.

(26)

1.2. Perumusan Masalah

Kenaikan harga minyak mentah dunia hingga mencapai lebih dari US$ 60 per barel berpengaruh luas dalam meningkatkan harga BBM, biaya transportasi dan harga bahan baku (cybernews.cbn.net.id). Saat ini harga karet alam sebagai bahan baku utama industri ban telah meningkat dari US$ 0,46 per kilogram menjadi US$ 0,7 per kilogram atau terjadi peningkatan sekitar 30 persen. Pada Tabel 1.4 dapat dilihat bahwa lebih dari 70 persen bahan baku dalam industri ban berasal dari dalam negeri, namun lebih dari 90 persen pembayaran bahan baku tersebut dilakukan dengan dolar (Depperindag, 2004). Jadi, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar turut menyebabkan peningkatan biaya produksi industri ban.

Tabel 1.4. Komposisi Asal Bahan Baku Industri Ban Indonesia

No Bahan Baku Komposisi (%) Asal

1 Karet Alam 25 Lokal

2 Karet Sintetis 24 Lokal atau Impor

3 Carbon Black 14 Lokal atau Impor

4 Nylon Tire Cord 22 Lokal

5 Bread Wire 5 Lokal

6 RPO 5 Lokal

7 Rubber Chemical 5 Lokal

Sumber: Depperindag, 2004.

(27)

Dengan kondisi demikian, sulit bagi produsen ban nasional untuk menurunkan harga jual ban. Di sisi lain, penjualan ban dalam negeri terus menurun akibat serangan masuknya impor ban ilegal yang berasal dari China, India, dan Singapura. Harga ban-ban impor ilegal tersebut berkisar antara 30-40 persen di bawah harga ban produksi dalam negeri (www.samarinda.go.id). Keadaan ini dapat merusak pasar ban dalam negeri dan mengakibatkan distorsi harga. Jika keadaan ini dibiarkan maka akan sangat merugikan industri ban dalam negeri.

Untuk mengatasi penurunan penjualan ban dalam negeri tersebut industri ban mengalihkan penjualannya ke pasar ekspor dengan cara mengurangi penawaran untuk pasar dalam negeri dan mengalihkannya pada pasar ekspor. Dengan demikian, tingkat produksi dapat dipertahankan pada tingkat yang tinggi. Namun, persaingan dalam pasar ekspor sangat ketat. Apalagi dengan semakin efisiennya industri ban negara-negara pengekspor lainnya.

(28)

pertumbuhan ekspor yang paling pesat biasanya dicapai oleh industri yang menggunakan teknologi tinggi.

Dari deskripsi berbagai hal tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana produktivitas parsial pada industri ban Indonesia? 2. Bagaimana Total Factor Productivity (TFP) industri ban Indonesia?

3. Bagaimana kontribusi progres teknologi terhadap peningkatan produksi industri ban Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan produktivitas dibutuhkan suatu analisis dan penelitian. Adapun tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis produktivitas parsial pada industri ban Indonesia. 2. Mengkaji Total Factor Productivity (TFP) industri ban Indonesia.

3. Menganalisis kontribusi progres teknologi terhadap peningkatan produksi industri ban Indonesia.

1.4. Kegunaan Penelitian

(29)

ini juga diharapkan dapat menjadi bahan informasi dalam penelitian lebih lanjut pada bidang yang sama. Sedangkan bagi penulis sendiri, penelitian ini dapat digunakan sebagai proses belajar yang akan memberi gambaran tentang keadaan nyata di lapangan sehingga dapat menyelaraskannya dengan teori-teori yang diperoleh pada saat perkuliahan.

1.5. Ruang Lingkup

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Pengertian Industri Ban

Pengertian industri sangat luas, dapat dalam lingkup makro dan mikro. Secara mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat yang saling mengganti yang sangat erat. Namun demikian, dari segi pembentukan pendapatan yakni yang cenderung bersifat makro, industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah (Hasibuan, 1993).

Menurut BPS (2004), industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut.

BPS mengelompokkan industri ke dalam empat golongan berdasarkan banyaknya tenaga kerja yang bekerja, yaitu:

1. Industri besar : industri yang memiliki tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih;

2. Industri sedang : industri yang memiliki tenaga kerja sebanyak 20-99 orang;

3. Industri kecil : industri yang memiliki tenaga kerja sebanyak 5-19 orang;

(31)

Berdasarkan www.dprin.go.id, industri dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu:

1. Industri Padat Sumber Daya Alam, meliputi industri-industri yang banyak menggunakan sumber daya alam sebagai bahan baku. Untuk pengembangan produk ini sudah dapat didukung oleh litbang dalam negeri.

2. Industri Padat Tenaga Kerja, meliputi industri-industri yang banyak menggunakan tenaga kerja. Untuk dapat mengembangkan produk ini diperlukan usaha meningkatkan keterampilan dan produktivitas tenaga kerja, baik melalui penanaman modal maupun penerapan teknologi.

3. Industri Padat Modal, meliputi industri-industri yang banyak menggunakan modal. Dalam pengembangan produk ini diperlukan usaha meningkatkan penanaman modal asing. Pada umumnya untuk mengembangkan produk ini sangat tergantung pada faktor eksternal.

4. Industri Padat Teknologi, meliputi industri-industri yang mengandalkan teknologi sebagai faktor keunggulan untuk bersaing. Untuk mengembangkan produk ini diperlukan usaha meningkatkan penguasaan teknologi, baik melalui alih teknologi maupun melalui teknologi yang menyatu pada barang modal yang diimpor.

(32)

Indonesia (KLUI) lima digit yaitu 35510. Kemudian pada tahun 1990-1997 klasifikasinya berubah menjadi 35511. Dan selanjutnya pada tahun 1998-2003 menjadi 25111. Produk-produk ban yang dihasilkan oleh industri ban berdasarkan kode KLUI dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jenis Ban Berdasarkan Kode KLUI

Kode KLUI Uraian

251110101 Ban luar untuk sedan 251110102 Ban luar untuk truk dan bus 251110104 Ban luar untuk sepeda motor 251110105 Ban luar untuk scuter

251110106 Ban luar untuk sepeda

251110107 Ban luar untuk kendaraan off the road 251110199 Ban luar lainnya

251110301 Ban dalam untuk sedan 251110302 Ban dalam untuk truk dan bus 251110304 Ban dalam untuk sepeda motor 251110305 Ban dalam untuk scuter

251110306 Ban dalam untuk sepeda

251110307 Ban dalam untuk kendaraan off the road 251110399 Ban dalam lainnya

251119899 Hasil ikutan ban luar dan ban dalam lainnya 251120102 Ban luar ditelapaki lagi untuk mobil penumpang 251120103 Ban luar ditelapaki lagi untuk truk

251120199 Ban luar ditelapaki lagi untuk lainnya

251120206 Untuk sepeda motor, sepeda, alat angkut orang cacat Sumber: BPS, 2000.

2.2. Pengertian Produktivitas

(33)

Sebenarnya filosofi tentang produktivitas mengandung arti keinginan dan usaha dari setiap individu untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupannya. Kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan kehidupan hari esok tentunya harus lebih baik dari kehidupan hari ini. Pandangan tersebut dapat meningkatkan produktivitas. Dengan filosofi ini, memungkinkan setiap individu maupun suatu organisasi memandang kerja sebagai suatu keutamaan. Mengutamakan bekerja dengan mengacu kepada unsur efisiensi dan efektivitas sebenarnya telah merupakan penjabaran dan konsep produktivitas (Moelyono, 1993).

Menurut Nugroho (2003) produktivitas dapat dilihat sebagai tiga konsep, yaitu :

a. Konsep Teknikal

Produktivitas diartikan sebagai perbandingan antara output yang dihasilkan dengan tiap unit sumberdaya yang digunakan (input). Pada suatu waktu perbandingan ini dapat menjadi sebuah rasio yang memiliki kualitas yang sama atau meningkat.

b. Konsep Manajemen

Dalam konsep manajemen, produktivitas terdiri dari dua unsur yaitu efektivitas dan efisiensi. Efektivitas berarti melaksanakan sesuatu dengan tepat. Sedangkan efisiensi memiliki arti melaksanakan sesuatu dengan benar. c. Konsep Sosial

(34)

dan besok harus lebih baik dari hari ini, pengembangan akan terjadi terus menerus dari apa yang telah ada. Jadi, dapat disimpulkan bahwa produktivitas adalah sebuah tujuan bagi siapapun untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

Produktivitas menurut Kohler’s Dictionary for Accountants dalam Moelyono (1993) didefinisikan sebagai hasil yang didapat dari setiap proses produksi dengan menggunakan satu atau lebih faktor produksi. Produktivitas biasanya dihitung sebagai rasio output terhadap input. Produktivitas dapat dinyatakan dalam ukuran fisik (physical productivity) dan ukuran financial (financial productivity).

Konsep produktivitas dalam pandangan ilmu ekonomi biasanya dikaitkan dengan jumlah output dan harga output. Oleh karena itu, banyak ditemukan konsep produktivitas yang hanya mengacu kepada produktivitas fisik. Produktivitas didefinisikan sebagai efisiensi dalam memproduksi output atau rasio output dibanding input. Sedangkan efisiensi didefinisikan sebagi berikut :

a. Cost Efficiency adalah kemampuan produksi pada tingkat tertentu dengan biaya rendah dibandingkan dengan produsen lain. Dapat pula diartikan sebagai kemampuan produksi pada tingkat yang lebih tinggi dengan biaya yang sama. b. Technical Efficiency adalah kemampuan produksi sebesar mungkin dengan

(35)

Dalam penelitian ini, konsep produktivitas dapat diartikan sebagai ukuran sampai seberapa jauh sumberdaya-sumberdaya yang ada disertakan dan dipadukan dalam organisasi untuk mencapai suatu hasil tertentu. Dengan begitu, konsep produktivitas menekankan pentingnya efisiensi dan efektivitas dalam setiap usaha (Moelyono, 1993).

2.3. Pengertian Produksi

Menurut Smith dan Blakeslee (1995), produksi adalah proses menciptakan atau mengubah bentuk komoditas melalui fabrikasi, manufaktur, ekstraksi, pengolahan, dan penuaan. Sedangkan menurut Sumarni (1998), produksi merupakan semua kegiatan untuk menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi yang tersedia. Faktor produksi sendiri merupakan sumber-sumber ekonomi yang harus diolah oleh perusahaan untuk dijadikan barang atau jasa untuk keperluan konsumen dan sekaligus memberikan keuntungan bagi perusahaan.

Di berbagai literatur, faktor produksi dikenal dengan istilah input, production factor dan korbanan produksi. Faktor produksi sangat menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan factor relationship (Soekartawi, 1993)

(36)

sumberdaya yang digunakan dalam memproduksi barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan. Faktor produksi tersebut seringkali dipisahkan ke dalam kategori dasar yaitu tanah, tenaga kerja, dan modal (Lipsey, 1995).

2.3.1. Pengertian Tenaga Kerja

Menurut Mankiw (2003) faktor produksi tenaga kerja diartikan sebagai waktu yang dihabiskan orang untuk bekerja. Penelitian ini mengacu pada pendapat Pass dan Lowes (1994) yang mengartikan tenaga kerja sebagai kontribusi terhadap aktivitas produksi yang diberikan oleh para pekerja, baik dengan menggunakan tangan maupun pikiran.

2.3.2. Pengertian Modal

Menurut Smith dan Blankeslee (1995), modal adalah harta atau kekayaan yang menghasilkan pendapatan yang dinyatakan dalam satuan uang, atau akumulasi cadangan peralatan, mesin, perlengkapan, bangunan, dan barang lain yang dipergunakan untuk menghasilkan barang dan jasa.

Dalam kegiatan proses produksi, modal dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1. Modal Tetap

(37)

2. Modal Tidak Tetap

Modal tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali dalam proses produksi tersebut. Faktor produksi yang termasuk modal tidak tetap adalah biaya produksi yang dikeluarkan untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan, atau yang dibayarkan untuk pembayaran tenaga kerja.

Dalam penelitian ini, modal menggunakan data Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). PMTB meliputi pengadaan, pembuatan dan pembelian barang-barang modal baru serta barang-barang modal bekas. PMTB ini mencakup juga perbaikan besar yang dilakukan terhadap barang-barang modal. PMTB menurut bentuknya terdiri dari:

1. Berbentuk bangunan atau konstruksi;

2. Berupa mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan yang mencakup mesin-mesin dan alat perlengkapan yang diimpor serta mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan produksi dalam negeri;

3. Pengeluaran untuk pengembangan dan pembukaan tanah, pengembangan dan perluasan areal tanah hutan.

2.4. Penelitian Terdahulu

(38)

memberikan nilai negatif dan berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan output. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian dalam skripsi ini. Perbedaannya adalah dalam penelitian ini penulis memasukkan faktor teknologi dalam mempengaruhi peningkatan output dan menitikberatkan pada pembahasan produktivitas industri ban Indonesia. Sedangkan Fitriani meneliti pengaruh input terhadap perubahan output industri ban Indonesia.

Penelitian Tambunan (1997) bertujuan untuk mengetahui kontribusi peningkatan total faktor produktivitas terhadap pertumbuhan output agregat. Metode yang digunakan adalah regresi linier sederhana. Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa adanya kontribusi yang nyata dari peningkatan sumberdaya manusia dan progres teknologi terhadap laju pertumbuhan output rata-rata per tahun selama ini. Perbedaan yang mendasar antara penelitian tersebut dengan analisis dalam skripsi ini adalah perbedaan objek penelitian. Tambunan meneliti pertumbuhan Produk Domestik Neto (PDN) Indonesia periode 1960-1992, sedangkan skripsi ini mencoba meneliti pertumbuhan produksi industri ban Indonesia. Selain itu, skripsi ini juga meneliti produktivitas parsial masing-masing faktor produksi.

(39)

Indonesia, sedangkan tenaga kerja, kapital, dan dummy krisis memberikan pengaruh tidak nyata terhadap peningkatan output. Penelitian Yulaekha dengan penelitian dalam skripsi ini berbeda dalam hal objek penelitian. Selain itu, Yulaekha melakukan pemilihan model fungsional terbaik sebelum menganalisis produktivitas industri TPT, sedangkan penelitian ini menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas.

2.5. Kerangka Pemikiran 2.5.1. Konsep Produktivitas

Dalam pengukurannya, produktivitas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Produktivitas Parsial

Produktivitas Parsial menghubungkan antara jumlah output yang dihasilkan dan jumlah input yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Deflatornya hanya salah satu dari input yang digunakan. Secara matematis, produktivitas parsial dapat dituliskan sebagai berikut :

Produktivitas Parsial

Input Output

= (2.1)

Output adalah produk akhir dari sebuah proses dimana dapat berupa barang jadi atau pemberian layanan. Sedangkan input adalah jumlah sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi barang atau untuk penyediaan layanan. b. Produktivitas Multi Faktor

(40)

merupakan pendekatan dasar dari Produktivitas Faktor Total (Total Factor Productivity/TFP) atau disebut juga laju progres teknologi.

TFP dapat diartikan sebagai kumpulan dari seluruh faktor kualitas yang menggunakan sumberdaya yang ada secara optimal untuk menghasilkan lebih banyak output dari tiap unit input. TFP menggambarkan keefisienan dan keefektifan dimana faktor-faktor produksi diproses secara bersama untuk menghasilkan output, baik berupa barang ataupun jasa. Oleh karena itu, output tetap dapat ditingkatkan tanpa menggunakan penambahan input. Hal ini berarti bahwa perlu peningkatan kualitas yang lebih baik dari sumberdaya yang telah digunakan, seperti :

a. Memperkenalkan teknologi baru; b. Meningkatkan teknologi

informasi;

c. Berinovasi dalam penciptaan bahan baku;

d. Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan energi;

e. Memperbaiki teknik manajemen; f. Meningkatkan pendidikan dan

keterampilan pekerja.

(41)

Telah disebutkan sebelumnya bahwa produksi berbeda dengan produktivitas. Peningkatan produksi tidak selalu disebabkan oleh peningkatan produktivitas. Hal ini disebabkan karena produksi dapat meningkat walaupun produktivitasnya tetap atau menurun (Ravianto, 1986).

Peningkatan produktivitas dapat dilihat dalam empat bentuk, yaitu :

a. Jumlah output tetap atau meningkat dicapai dengan menggunakan input yang lebih sedikit;

b. Jumlah output meningkat dicapai dengan menggunakan input yang sama; c. Jumlah output meningkat dicapai dengan menggunakan input yang lebih

banyak, namun jumlah kenaikan output lebih besar daripada kenaikan inputnya;

d. Jumlah output menurun dicapai dengan menggunakan input yang lebih sedikit, namun jumlah penurunan input lebih kecil daripada penurunan outputnya.

Dengan mengasumsikan bahwa hanya ada input modal dan tenaga kerja, sebuah perusahaan dapat meningkatkan produktivitas melalui dua cara, yaitu : a. Fungsi produksi tidak berubah dengan intensitas modal meningkat.

Dari Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa peningkatan intensitas modal dalam fungsi produksi yang tetap ditandai dengan bergeraknya intensitas modal dari titik P0 ke P1. Dengan meningkatnya intensitas modal dari K/L0 ke K/L1 akan

meningkatkan produktivitas dari Y/L0 ke Y/L1.

b. Fungsi produksi berubah dengan intensitas modal tetap.

Adanya perubahan fungsi produksi dari F(t0) menjadi F(t1) mengakibatkan

(42)

K/L1 akan meningkatkan produktivitas dari Y/L1 ke Y/L2 sehingga

memperbaiki TFP.

Sumber: www.apindo.or.id

Gambar 2.1. Kurva Peningkatan Produktivitas

Produktivitas yang meningkat akan memperkuat daya saing perusahaan. Hal ini disebabkan karena perusahaan dapat berproduksi dengan biaya yang lebih rendah dan mutu produksi lebih baik. Produktivitas juga mendorong terciptanya perluasan lapangan kerja. Selain itu, produktivitas menunjang kelestarian dan perkembangan perusahaan. Dengan begitu, hubungan industrial yang lebih baik akan terwujud.

2.5.2. Konsep Pertumbuhan Solow

Dalam analisis tentang sumber-sumber pertumbuhan sering diasumsikan bahwa teknologi tidak mempengaruhi fungsi produksi yang tidak berubah. Kenyataannya, kemajuan teknologi meningkatkan fungsi produksi. Oleh karena itu, perubahan teknologi akan dimasukkan dalam fungsi produksi.

Capital-Labour Ratio Output per Worker

K/L1

K/L0

Y/L0

Y/L1

Y/L2

P0

P2

P1

F(t1)

F(t0)

(43)

Dengan mengasumsikan tidak adanya perubahan teknologi, fungsi produksi yang mengaitkan produksi (Y) dengan faktor produksi modal (K) dan tenaga kerja (L) adalah konstan. Persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

(

K L

)

f

Y = , (2.2)

Kenaikan kedua faktor produksi sebesar ∆K dan ∆L akan meningkatkan output. Dengan membagi kenaikan ini menjadi dua sumber dengan menggunakan produk marjinal dari dua input:

)

Bagian pertama dalam tanda kurung merupakan kenaikan output yang disebabkan oleh kenaikan modal. Sedangkan bagian kedua merupakan kenaikan output yang disebabkan oleh kenaikan tenaga kerja. Persamaan 2.3 dapat ditulis dalam bentuk lain sebagai berikut:

Bentuk persamaan ini menunjukkan hubungan antara tingkat pertumbuhan output, ∆Y/Y, dengan tingkat pertumbuhan modal, ∆K/K, dan tingkat pertumbuhan

tenaga kerja, ∆L/L. (MPK x K)/Y adalah bagian modal dari output. Sedangkan

(MPL x L)/Y adalah bagian tenaga kerja dari output. Dengan asumsi

bahwa fungsi produksi memiliki skala pengembalian konstan, (MPK x K)/Y dan (MPL x L)/Y memiliki bagian sama dengan satu. Dalam hal ini, dapat ditulis

(44)

dimana α adalah bagian modal dan (1- α) adalah bagian tenaga kerja.

Menurut Robert M. Solow dalam Mankiw (2003), fungsi produksi juga mencerminkan teknologi yang digunakan untuk mengubah modal dan tenaga kerja menjadi output. Jadi, perubahan teknologi mempengaruhi fungsi produksi, karena teknologi produksi yang ada menentukan berapa banyak output diproduksi dari jumlah modal dan tenaga kerja tertentu. Setelah dimasukkan dampak perubahan teknologi ke dalam Persamaan 2.2 di atas, maka persamaan di atas menjadi:

(

K L

)

Af

Y = , (2.6)

dimana A adalah ukuran dari tingkat teknologi terbaru yang disebut Total Factor Productivity (TFP). Jadi, peningkatan produksi tidak hanya disebabkan oleh peningkatan modal dan tenaga kerja, namun juga karena kenaikan TFP. Dengan demikian, Persamaan2.5berubah menjadi:

(

)

Persamaan ini mengidentifikasi dan mengukur tiga sumber pertumbuhan. Ketiga sumber pertumbuhan tersebut adalah perubahan jumlah modal, perubahan jumlah tenaga kerja, dan perubahan TFP.

TFP tidak dapat diamati secara langsung sehingga diukur secara tidak langsung. Dengan mengubah Persamaan 2.7, dapat diketahui pertumbuhan TFP. Persamaan tersebut setelah diubah akan menghasilkan persamaan:

(

)

∆A/A meninterpretasikan perubahan output yang tidak dapat dijelaskan oleh

(45)

dan disebut sebagai Residu Solow. Residu merupakan jumlah pertumbuhan output yang tersisa setelah menghitung determinan pertumbuhan yang dapat diukur. TFP dapat berubah karena berbagai alasan. Perubahan sering disebabkan karena meningkatnya ilmu pengetahuan tentang metode produksi. Oleh karena itu, Residu Solow sering digunakan sebagai ukuran kemajuan teknologi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa TFP mencakup semua yang mengubah hubungan antara input dan output.

Model pertumbuhan Solow mengasumsikan bahwa fungsi produksi memiliki skala hasil konstan (constant return to scale). Asumsi ini menyatakan bahwa peningkatan dalam persentase yang sama dalam seluruh faktor-faktor produksi menyebabkan peningkatan output dalam persentase yang sama. Fungsi produksi dikatakan memiliki skala hasil konstan jika

zY = F(zK,zL) (2.9)

dengan z bernilai positif. Persamaan ini menyatakan bahwa jika jumlah modal dan jumlah tenaga kerja dikalikan dengan z maka output juga dikalikan dengan z.

2.5.3. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Fungsi Produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel tidak bebas (Y), dan yang lain disebut variabel bebas (X) (Soekartawi, 2003). Secara matematis, fungsi produksi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = a X1b1 X2b2… Xibi… Xnbn eu

(46)

Jika fungsi produksi Cobb-Douglas tersebut dinyatakan oleh hubungan Ydan X, maka:

(

X X Xi Xn

)

f

Y = 1, 2,..., ,..., (2.11)

dimana:

Y = Variabel yang dijelaskan X = Variabel yang menjelaskan a,b = Besaran yang akan diduga u = Kesalahan (disturbance term) e = Logaritma natural, e = 2,718

Untuk memudahkan pendugaan terhadap Persamaan (2.10) maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut. Logaritma dari persamaan di atas adalah:

Log Y = Log a + b1 Log X1 + b2 Log X2 + v (2.12)

Y* = a* +b1X1* + b2*X2* + v* (2.13)

dimana: Y* = Log Y X* = Log X v* = Log v a* = Log a

Pada Persamaan (2.13) terlihat bahwa walaupun dilogaritmakan namun nilai b1 dan b2 tidak berubah. Hal ini dikarenakan oleh nilai b1 dan b2 pada fungsi

(47)

Dalam menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, antara lain:

a. Tidak ada pengamatan yang bernilai nol. Alasannya, logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite);

b. Jika menggunakan lebih dari satu model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept, bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut; c. Perbedaan lokasi seperti iklim telah tercakup pada faktor kesalahan u.

Fungsi produksi ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain:

a. Penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain karena fungsi produksi ini dapat dengan mudah ditransfer ke bentuk linier;

b. Kemungkinan terjadinya masalah heteroskedastisitas dapat dikurangi;

c. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, koefisien pangkat dari fungsi produksi Cobb-Douglas sekaligus menunjukkan besarnya elastisitas produksi dari masing-masing faktor produksi yang digunakan terhadap output, sehingga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat produksi yang optimum dari pemakaian faktor-faktor produksi;

d. Hasil dari penjumlahan koefisien elastisitas dari masing-masing faktor produksi tersebut menunjukkan fase pergerakan skala usaha (return to scale) atas perubahan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi; e. Fungsi produksi Cobb-Douglas sering digunakan dalam penelitian, sehingga

(48)

Dari beberapa kelebihan di atas, fungsi produksi Cobb-Douglas juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain:

a. Elastisitas produksinya dianggap konstan;

b. Nilai dugaan elastisitas produksi yang dihasilkan berbias jika faktor produksi yang digunakan tidak lengkap;

c. Tidak dapat digunakan untuk menduga tingkat produksi pada taraf penggunaan faktor produksi sama dengan nol.

2.5.4. Kerangka Pemikiran Konseptual

Gambar 2.2 menjelaskan diagram alur kerangka pemikiran konseptual dari penelitian yang akan dilaksanakan. Pertumbuhan output, pertumbuhan input, dan progres teknologi secara bersama-sama akan mempengaruhi pertumbuhan produktivitas industri ban Indonesia, dan pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

2.6. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari hasil penelitian yang masih harus diuji terlebih dahulu kebenarannya. Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Tenaga kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan produksi industri ban Indonesia;

(49)

3. Bahan baku memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan produksi industri ban Indonesia;

4. Energi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan produksi industri ban Indonesia;

5. Teknologi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan produksi industri ban Indonesia.

Industri Ban Indonesia

Progres Teknologi

Pertumbuhan Output

Pertumbuhan Input

Produktivitas

Pertumbuhan Ekonomi

(50)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data nasional meliputi data kuantitatif yang merupakan data sekunder berupa data deret waktu (time series). Data deret waktu tersebut meliputi data tahunan 20 tahun (1984-2003). Jenis data tersebut meliputi data input industri ban (tenaga kerja, modal, bahan baku, dan energi), data produksi industri ban, dan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan Departemen Perindustrian, Perpustakaan Institut Pertanian Bogor (IPB), dan internet.

Untuk mengkonversi data nominal terhadap pengaruh inflasi diperlukan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) agar data nominal tersebut menjadi data riil, yaitu dengan cara:

100 IHPB

Nominal Nilai

Riil

Nilai = × (3.1)

(51)

3.2. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakanmetode analisis data berupa analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan dengan memberikan gambaran dari hasil penelitian, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk melihat pengaruh variabel-variabel yang saling berhubungan. Ada dua model yang digunakan untuk menganalisis masalah pada penelitian ini yaitu model pertumbuhan Solow dan model regresi linier berganda dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).

Model yang digunakan pada penelitian ini didasarkan pada penelitian terdahulu oleh Tambunan (1997) untuk meneliti kontribusi pertumbuhan Total Factor Productivity (TFP) terhadap pertumbuhan output agregat. Untuk mengetahui laju progres teknologi, Tambunan menggunakan model pertumbuhan Solow, dengan rumus sebagai berikut:

∆A/A = Pertumbuhan TFP atau laju progres teknologi (persen) ∆Y/Y = Pertumbuhan output (persen)

∆Kn/Kn = Pertumbuhan kapital (persen) ∆L/L = Pertumbuhan tenaga kerja (persen) ∆k, ∆l = Bagian dari kapital dan tenaga kerja

(52)

bahan baku dan perubahan jumlah energi. Persamaan tersebut menjadi:

modal riil, bahan baku riil, dan energi riil (persen)

a, b, c, d = Bagian dari masing-masing faktor-faktor produksi

Model kedua yang digunakan pada penelitian ini adalah model regresi linier berganda. Tambunan menggunakan persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas yang dalam bentuk linier dapat ditulis sebagai berikut:

Ln Y = Ln α + ∆K Ln Kn + ∆L Ln L + β∆TFP (3.4)

dimana ∆K dan ∆L masing-masing adalah elastisitas kapital dan tenaga kerja terhadap output, sedangkan ∆TFP adalah pertumbuhan TFP.

Pada penelitian ini, terdapat sedikit perubahan dalam penggunaan variabel bebas yang kemudian diuji pengaruhnya terhadap variabel tidak bebas, yaitu dengan penambahan variabel input bahan baku dan input energi. Pemodifikasian variabel-variabel yang digunakan tersebut dilakukan berdasarkan pada teori-teori ekonomi, fakta-fakta yang terjadi, dan ketersediaan data. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

(53)

dimana:

Y = Produksi riil (rupiah) α = Intersep

L = Jumlah tenaga kerja riil (rupiah) K = Jumlah modal riil (rupiah) R = Jumlah bahan baku riil (rupiah) E = Jumlah energi riil (rupiah)

TFP = Pertumbuhan Total Factor Productivity (persen) a,b,c,d,β = Konstanta

Ln = Logaritma natural

Menurut Gujarati (1993), metode OLS dapat digunakan jika memenuhi asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Variasi unsur sisa menyebar normal.

2. Nilai rata-rata dari unsur sisa sama dengan nol.

3. Ragam merupakan bilangan tetap (homoskedastisitas). 4. Tidak ada korelasi diri (autokorelasi).

5. Tidak ada linier sempurna antara peubah bebas (multikolinearitas). 6. Nilai-nilai peubah adalah tetap untuk contoh-contoh yang berulang.

(54)

3.3. Uji Normalitas

Model regresi harus memenuhi asumsi Classical Normal Linear Regression Model yaitu uji kenormalan. Uji normalitas secara kuantitatif pada umumnya diuji dengan Jarque-Berra Test. Uji ini didasarkan pada residual OLS dengan cara mengukur perbedaan dari skewness dan kurtosis. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

(

)

k = Jumlah dari koefisien estimasi yang digunakan dalam model

Hipotesis nol menyatakan residual terdistribusi secara normal dengan derajat bebas sebesar dua. Jika nilai perhitungan probabilitas dari statistik Jarque Bera cukup rendah atau nilai statistik Jarque Bera berbeda dengan nol maka hipotesis yang menyatakan residual terdistribusi secara normal ditolak. Namun, jika perhitungan probabilitas cukup tinggi atau nilai statistik Jarque Bera nol maka hipotesis yang menyatakan residual terdistribusi secara normal tidak ditolak (Manurung, Manurung, dan Saragih, 2005)

3.4. Kriteria Statistik

(55)

1. Uji t-Statistik

Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas (L, K, R, E, TFP) yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tidak bebas (Y). Untuk menguji hipotesis mengenai signifikansi dari masing-masing koefisien secara individual dilakukan uji t-statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Hipotesis: H0 : βi = 0

H1 : βi ≠ 0

Uji statistik yang digunakan adalah uji t:

)

βi = Nilai koefisien regresi dugaan

bi = Nilai koefisien α dan β

S(βi) = Standard error untuk βi

n = Jumlah pengamatan

k = Jumlah variabel bebas dalam model tanpa konstanta i = 1,2,3,…,k

Kriteria uji yang digunakan adalah:

ƒ Jika t-hitung ≤ tα/2 maka terima H0, artinya variabel bebas yang diuji tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.

ƒ Jika t-hitung > tα/2 maka tolak H0, artinya variabel bebas yang diuji

(56)

2. Uji F-Statistik

Nilai F-hitung digunakan untuk menguji signifikansi model secara menyeluruh. Maksudnya, membuktikan apakah variabel bebas (L, K, R, E, TFP) yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (Y). Dengan kata lain, mengetahui apakah model penduga yang digunakan sudah layak untuk menduga variabel dalam model. Pengujian terhadap model penduga secara statistik sebagai berikut:

Hipotesis: H0 : α = β = 0

H1 : α ≠ β≠ 0

Uji statistik yang digunakan adalah uji F:

)

k = Jumlah variabel bebas pada model tanpa konstanta n = Jumlah pengamatan

α = Taraf nyata

i = 1,2,3,…,k

Kriteria uji yang digunakan adalah:

ƒ Jika F-hitung < Fα (k, n-k-1) maka terima H0, artinya secara bersama-sama

(57)

ƒ Jika F-hitung > Fα (k, n-k-1) maka tolak H0, artinya secara bersama-sama

variabel bebas (L, K, R, E, TFP) dalam proses produksi mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (Y).

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur keragaman variabel tidak bebas (Y) yang dapat diterangkan oleh variabel bebas (L, K, R, E, TFP) sebagai predetermined variables. Koefisien determinasi (R2) dapat dirumuskan sebagai berikut:

JKT JKG JKT

JKR

=

= 1

R2 (3.9)

dimana:

R2 = Koefisien determinasi JKR = Jumlah Kuadrat Regresi JKT = Jumlah Kuadrat Total JKG = Jumlah Kuadrat Galat

(58)

3.5. Kriteria Ekonometrika

Tujuan regresi linier adalah mempelajari hubungan linier antara dua variabel. Dua variabel ini dibedakan menjadi variabel bebas (L, K, R, E, TFP) dan variabel tidak bebas (Y). Variabel bebas adalah variabel yang dapat dikontrol, sedangkan variabel tidak bebas adalah variabel yang mencerminkan respon dari variabel bebas.

Dalam analisis regresi terdapat tiga asumsi yang harus dipenuhi yaitu: 1. Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi pokok dalam model regresi linier klasik adalah bahwa varian setiap disturbance term yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai variabel-variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai konstan yang sama dengan σ2. Asumsi ini yang disebut sebagai Homoskedasticity atau varian yang sama.

E(μi2) = σ2 i = 1,2,3,…,n (3.10)

Heteroskedastisitas terjadi jika ragam atau varians tidak konstan. Dampak heteroskedastisitas terhadap OLS adalah:

a. Varians lebih besar dari taksiran.

b. Akibat lebih besarnya varians taksiran, maka uji-t dan uji F menjadi kurang akurat karena kedua uji tersebut menggunakan besaran varian taksiran.

c. Selain itu, lebih besarnya varians taksiran akan mengakibatkan standard error taksiran juga lebih besar sehingga interval kepercayaan menjadi sangat besar. d. Ketiga dampak tersebut menyebabkan kesimpulan yang diambil menjadi tidak

(59)

Pengujian untuk mendeteksi gejala ini salah satunya dapat menggunakan White Heteroscedasticity Test (Gujarati, 1993). Pengujian dilakukan dengan cara melihat probabilitas Obs*R-squared. Kriteria uji yang digunakan adalah:

ƒ Jika nilai probabilitas pada Obs*R-squared > taraf nyata tertentu maka

persamaan tersebut mengalami homoskedastisitas.

ƒ Jika nilai probabilitas pada Obs*R-squared < taraf nyata tertentu maka

persamaan tersebut mengalami heteroskedastisitas. 2. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan gejala adanya korelasi antara serangkaian observasi yang diurutkan menurut deret waktu (time series) (Gujarati, 1993). Autokorelasi terjadi jika antara nilai error yang satu dengan yang lainnya tidak bersifat bebas.

Dampak adanya autokorelasi terhadap OLS adalah:

a. Selang kepercayaan suatu persamaan akan semakin lebar dan pengujian menjadi kurang akurat;

b. Varians residual yang diperoleh akan lebih rendah daripada semestinya;

c. Lebih kecilnya varians residual yang diperoleh mengakibatkan hasil uji-t dan uji-F menjadi tidak sah serta R2 menjadi lebih tinggi;

d. Akibat lainnya adalah penaksir regresi akan menjadi sensitif terhadap fluktuasi pengambilan contoh.

(60)

angka dua maka peluang terjadinya autokorelasi semakin besar. Namun jika nilai D-W jatuh pada daerah ragu-ragu maka hasil uji tidak dapat disimpulkan. Hal ini merupakan kelemahan dalam pengujian D-W.

Oleh karena itu, untuk mendeteksi autokorelasi digunakan pengujian lain yaitu dengan menggunakan uji Breausch and Godfrey Serial Correlation Langrange Multiplier Test. Kriteria uji yang digunakan adalah:

ƒ Jika nilai probabilitas pada Obs*R-squared > taraf nyata yang digunakan

maka persamaan tersebut tidak mengandung autokorelasi.

ƒ Jika nilai probabilitas pada Obs*R-squared < taraf nyata tertentu maka

persamaan tersebut mengandung autokorelasi. 3. Multikolinearitas

Dalam model regresi linier yang terdiri dari banyak variabel bebas terkadang dijumpai adanya multikolinearitas. Multikolinearitas adalah hubungan linear yang kuat antara variabel-variabel bebas dalam persamaan regresi berganda. Dampak adanya multikolinearitas terhadap OLS adalah:

a. Standard error dari variabel yang diduga cenderung semakin besar dengan meningkatnya tingkat korelasi antara peningkatan variabel meskipun penaksir OLS dapat diperoleh;

b. Besarnya standard error membuat selang keyakinan untuk variabel yang relevan cenderung lebih besar;

(61)

d. Kesalahan standard akan semakin besar dan sensitif jika ada perubahan data; e. Pengaruh individual tidak mungkin diisolasi dari variabel yang menjelaskan. Multikolinearitas sering terjadi ketika nilai R2 tinggi yaitu ketika nilainya antara 0.7 dan 1. Meskipun nilai R2 sangat tinggi, multikolinearitas cenderung menyimpulkan menerima H0, artinya pengaruh variabel bebas tidak signifikan.

(62)

IV. GAMBARAN UMUM

4.1. Perkembangan Jumlah Perusahaan

Industri ban di Indonesia dipelopori oleh PT. Goodyear yang masuk ke Indonesia dengan membawa bagian penjualannya. Kemudian pada tahun 1953, PT. Goodyear mendirikan unit produksi. Hingga tahun 1954, hanya ada satu perusahaan ban yang berdiri. Setelah penandatanganan kontrak pabrik oleh Technoexpor, Cekoslovakia, Maret 1957 dilakukan pembangunan pabrik secara besar-besaran dengan nama PT. Intirub. Perusahaan ini mulai beroperasi sejak 1 April 1959.

Setelah tahun 1970-an jumlah perusahaan dalam industri ban berkembang pesat. PT. Gajah Tunggal berdiri pada tahun 1972. Selanjutnya pada tahun 1973 berdiri PT. Bridgestone Tire Indonesia. Kemudian pada tahun 1978 berdiri PT. United Kingstone, sehingga pada akhir tahun 1985 Indonesia memiliki delapan pabrik ban mobil dengan berdirinya PT. Industri Karet Deli. Kemudian diikuti dengan PT. Ariga Mira Rubber Works pada tahun 1988.

(63)

Kingland Company LTD dan selanjutnya PT. Elang Perdana Tyre Industry pada tahun 2002. Selain itu, masih ada beberapa perusahaan ban yang didirikan di Indonesia, seperti PT. Nitto Rubber Indonesia, PT. Oroban Perkasa, PT. Ircindo Indonesia, PT. Mega Safe Tire Industry, PT. ABS Rubber Works, dan PT. Sehat Komodo. Profil perusahaan-perusahaan ban tersebut lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.2. Perkembangan Produksi Industri Ban Indonesia

Perkembangan industri ban dapat dikatakan baik. Kapasitas utilisasi untuk ban luar dan ban dalam kendaraan bermotor roda empat serta ban luar kendaraan bermotor roda dua telah lebih dari 80 persen pada tahun 2001-2003. Untuk ban luar dan ban dalam sepeda kapasitas utilisasi hanya berkisar 60-68 persen. Sedangkan yang kapasitas utilisasi untuk ban dalam kendaraan bermotor roda dua masih sangat rendah, yaitu hanya sembilan persen.

(64)

Tabel 4.1. Kapasitas, Produksi, dan Utilisasi Industri Ban Indonesia,

Catatan: KBR-4: Kendaraan Bermotor Roda Empat; KBR-2: Kendaraan Bermotor Roda Dua.

4.3. Perkembangan Permintaan dan Penawaran Industri Ban Indonesia

(65)

Tabel 4.2. Perbandingan Permintaan dan Penawaran Industri Ban Indonesia, Tahun 2003

Komoditi Permintaan Akhir Penawaran Akhir Selisih

Ban Luar KBR-4 446610060 446610060 0

Ban Dalam KBR-4 218295337 218295337 0

Ban Luar KBR-2 71385350 71158881 - 226469

Ban Dalam KBR-2 1998731055 1998605052 - 126003

Ban Luar Sepeda 16214349351 16214349351 0

Ban Dalam Sepeda 12614320172 12614320172 0

Sumber: Depperindag, 2004.

Catatan: KBR-4: Kendaraan Bermotor Roda Empat; KBR-2: Kendaraan Bermotor Roda Dua.

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada komoditi ban luar kendaraan bermotor roda dua terjadi ketidakmampuan memenuhi pasokan sebesar 226.469 kg. Demikian juga dengan ban dalam kendaraan bermotor roda dua yang tidak mampu memenuhi pasokan sebesar 126.003 kg. Sedangkan untuk komoditi lainnya nampaknya telah mampu memenuhi pasokan selama tahun 2003. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya selisih antara permintaan akhir dan penawaran akhir.

4.4. Perkembangan Nilai Ekpor Industri Ban Dunia

(66)

US$ 2,11 milyar pada tahun 2001 dan cenderung meningkat hingga US$ 2,93 milyar pada tahun 2003 dengan pangsa pasar dunia sebesar 10,25 persen.

Tabel 4.3. Nilai Ekspor Ban Luar dan Ban Dalam Negara-Negara Eksportir Utama, Tahun 2000-2003

Jepang 2988922880 3349268736 4024817408 14,07

Jerman 2119713664 2330693120 2931841024 10,25

Perancis 2059644032 2070348416 2583833600 9,04

Amerika Serikat 2401808640 2357665536 2320282112 8,11

Cina 1090596992 1322144256 1729001600 6,05

Korea Selatan 1425665920 1516672640 1715075072 6,00

Spanyol 1298678656 1254232960 1517651328 5,31

Kanada 1310589568 1316414720 1351868288 4,73

Italia 1033071744 1056591232 1198871296 4,19

Belanda - 766476608 952741824 3,33

Inggris 861508416 789283264 890153536 3,11

Thailand 380477792 - 476874432 1,67

Indonesia 273697536 349338658 414940512 1,45

Singapura 111269368 120619832 144717024 0,51

Malaysia 70637944 72518256 85858336 0,30

Filipina 37551520 33069074 - 0,00

TOTAL 23649447551 24952205625 28598010167 -

Sumber: Depperindag, 2004.

(67)

4.5. Perkembangan Nilai Impor Industri Ban Dunia

Berdasarkan Tabel 4.4, nilai impor dunia untuk produk industri pengolahan ban luar dan ban dalam cenderung meningkat dari US$ 23,69 milyar pada tahun 2001. Kemudian meningkat terus sehingga pada tahun 2003, nilai impor dunia menjadi US$ 29,33 milyar. Nilai impor dunia untuk produk industri ban luar dan ban dalam tersebut didominasi oleh Amerika Serikat, Jerman, dan negara maju di Eropa.

Tabel 4.4. Nilai Impor Ban Luar dan Ban Dalam Negara-Negara Importir Utama, Tahun 2000-2003

Amerika 4484362752 5052447232 5639477428 19,22

Jerman 2259304448 2262496000 2959454976 10,09

Inggris 1264442752 1458968064 1740287872 5,93

Perancis 1264860544 1320685312 1718406656 5,86

Kanada 1368382336 1468332800 1500704000 5,12

Italia 1130047744 1195245952 1428199808 4,87

Belanda 886235136 1032700608 1279066880 4,36

Belgia 915266624 939403264 1228415488 4,19

Spanyol 810690176 877745792 1129940096 3,85

Meksiko 944373248 989760320 974289664 3,32

Australia - 614516544 752420608 2,56

Singapura 186344608 203402880 241640240 0,82

Indonesia 74796048 76092048 83182656 0,28

Malaysia 45942252 67386032 79777968 0,27

Thailand 48390812 - 62454176 0,21

Filipina 71156176 72217144 - 0,00

TOTAL 23695342042 25260145008 29339056607 -

Sumber: Depperindag, 2004.

Gambar

Tabel 1.1. Peranan Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Lapangan Usaha,     Tahun 2001-2003
Tabel 1.2. Total Produksi dan Penjualan Industri Ban Indonesia, Tahun1997-2003
Tabel 1.4. Komposisi Asal Bahan Baku Industri Ban Indonesia
Tabel 2.1. Jenis Ban Berdasarkan Kode KLUI
+7

Referensi

Dokumen terkait