• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dukungan Kelembagaan Pengelolaan Hutan Nasional Bagi Pemberdayaan Lembaga Masyarakat untuk Meningkatkan Peluang Kerja di Sektor Kehutanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dukungan Kelembagaan Pengelolaan Hutan Nasional Bagi Pemberdayaan Lembaga Masyarakat untuk Meningkatkan Peluang Kerja di Sektor Kehutanan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

D

UKUNGAN

K

ELEMBAGAAN

PENGELOWN

HUTAN

NASIONAL

BAG1

PEMBERDAYAAN

LEMBAGA

M ~ S Y A R A K A T UMTUK

MENINGKATKAN

PELUANG

KERJA

DI

SEKTOR

KEHUTANAN'

Dr. Hariadi Kartodfhardjo ?

Tujuan diskusi ini adalah vntuk rncrurnushan kebijakan dan strategi pemberdayaan Irrnbnqa masyarakat, schingga diharapkan siap menyerap, memelihara dan rneninykatkan petuany kcrja cli sektor kehutanan. Dalam pcnyajian bahan diskusi mi jttdu! ynny

scmula

di bcrikan olch Prlnitia' dimodifikasi. Hal ini dilakukan mengineat pcmbrrdayaan lembaga masyarakat sangat ditentukan oleh kelernbagaan pcn~elolaan

P

hutan nasiona2. Makna kelembagaan tersebut bukan hanya Icrnbaya daIarn pengertinn oreanisasi atau prranzkat kcras4, melainkan

juqa

tcrmasuk perangkat lunak, atusan main, keteladnnan, rasa percaya,

serta

konsisttlnsi kebi jakan yanq diterapkan oleh pemerintahlpemda terhadap lernbaga-lernbaga masyarakat (Pctcrs, 2000). KcEcrnbagaan mcli hat hvkum dari sisi kcmanfaatan dan rasa keadilan yanq diciptakannya dan bukan aspek

leyalitasnya

saja.

Dengan rnenyampaikan penyertian kelcrnbayaan dalam bahan diskusi ini sckal~gus juga ingin ditunjukknn bahwa para pengambil kcputusan tidak dapat mernperbaiki penyelcnqqaraan k~hutanan hanya dengan mcli hat perangkat keras atau organisasi, hukum yan2 berlaku, dan instruksi-instruksi yanq tcrkandung di daIam kebijakan. Melainkan ju9a p e r l t ~ mcrnpcrhatikan perangkat lunah s c b a ~ a i bagian penting untuk

menumbuhkan rasa salinp, percaya, patuh karena peduli, yanq dapat diwujudkan dalarn bentuk-ben tuk kornunikasi scrta keterbukaan inforrnasi. Qari suatu referensi dikatakan bahwa rasa percaya adalah bagian dari

social capital.

Zociol capital menjadi bayian penting untuk dapat rncrninirnumkan biaya transaksi dcllam irnplcmcntasi kebijakan. Sernak~n kecil biaya tmnstlksi, semakin mudah pcmcrintahlpemda menerapkan kchijakan yang dibuatnya.

Untuk i t u bahan diskusi ini tcrdiri dari peng~rtian dan pcrubahan kelcrn bagaan,

r+

rnasalah kelembagaan dari kasus-kasus yang diuraikan, scrta kebijakan kolaboratif

untuk

pcrnberdayaan

lembaqa

masyarakat.

I Ikrlial~ D ~ c l u c i \a.-it)nal t l c n k p ~ ~ ~ 113pik ' L 1 l c ~ ~ i l ) ; ~ ~ ~ y h i ~ I , : ~ ~ ~ I+l~~l>ali ~lil11 k / ! ~ t i i ~ i ~ L i \ ~ k ~ ~ I'C'!II;IIIL: Krrjn d i

S ~ k t ~ t h ~ ~ t l t ~ ~ i i ~ ~ i t ~ ~ <I~II;~IIJ R~IIIV~;I k ~ t < ~ I ~ i ~ ~ ~ i i r l V i ~ \ i < ~ ~ l i i I " . -tgl 1 I S c l ~ t c ~ ~ i l ~ e r 2OOb, I.~TI~II~II~\, Jahi1~13 I'c.lil!;~i;~r ~ > ; ~ t l i x Fi~l\ult;l\ K r t i u r n r i ; ~ ~ ~ S PR da11 1'1 oyrnln l';\scns;~riana I PH tlan I 1. Stat 111 I I ~ ~ I I T I J S I i ' l 1

DPR-III.

' P:uiiti;~ \cn~i~f;l rncr~il~crj jt~tlul " h f c l r ~ b : i n ~ u ~ ~ 13~1lit111~~11 F;cliclnhng;lan \tar?nr:~h;~a dirlitln R;lr~y.h;~ hlrri! ctnp. \!r.tl?r.lih;ir;~. t l ; ~ r ~ A~leni t i ~ h a t k o ~ l I3el~~nrig licrjn c l i Scl\l(w heht~ranan"

' C:IIIP,II p ~ t i f i ~ w dilrrtl;iLa~l prrlyrtrinn alitnra Lclc~nha!~;lnn ( ~ n \ r t i ~ ~ s i ) dan Icn>f~a~!:~ (nrpat~t\;~\i). %ycr.ti Ilnllfin hClctiih:~i~:t:1n. I~IIIO;I~;I lur1i~ediaLnn r~ ~ e h ; i r ~ i \ ~ n r !;inp 1ncllp;ltiIr I i ~ ~ l ~ t ~ l ~ g ; i a i ~ ~ i t ; ~ r irldix iclu. N,IIIIIIII

t l i i p : ~ ~ ~ l ~ l r ~ . t l : ~ k , ~ l l . 11:111\.1.1 ;11111.;111 y;111~ nd:! dalnbii L r - l ~ + r i i t ~ : i c ; ~ ~ ~ (lipcr~itn;tk:~ii ~ITII~L mrnnt;i n!ur,ill III:I~II lr;1!11

i r ~ ( i r i i d ~ i - i ~ ~ ( l i x idti ?;IIIP tcrlil3ilt ntnu o~pn~lis;~.ii-urynnt\i~<~ >all!: tcrlnt~al Sedal~gknl~ ;tttlran ! nrral ntl;~ di1Fil111 orynliisn<i dit~!juhnn u ~ ~ t u h ~neme~ianglnn R;ilani t>crJilnlan lcr\cl?uf. Dant~rh nrg;\nis;~si rlitp:~~ ~ t ~ r l i l ~ l ~ l i

C ~ ; J ; I I I ~ \ ~ ~ lx~litih. or~1n111w<i c h i ~ ~ m t i i ~ . o r g < ~ ~ ~ i < : ~ \ i w.-i;hl L~III ~~rt::itii\a\i l>t-~itliilih:in (h'or~!~. 100 I ). RIII~~BTI (IOXO) n1u~~lt'lirii\ih:111 I \ ~ ~ l t ~ i l l ~ i t ~ i ~ ; ~ t l sclrayni "hi,hltv.rrrrlri rrrlin\ ~ I I ~ I I ~ r i 1 t ~ 1 . 1 1 p r t / ! ~ , r . r ~ (11 i ~ t ~ ~trr;rt o r ~

(2)

PENGERTIAN

DAN:

LINGKU

P

PERU'BAH

AN

KELEMBAGAAN

Dalarn telaah pustaka rnengenai k~lernba2aan. Peters

(2000)

rnenyebutkan bahwa terdapat empat

aliran

pemihiran menqcmai kckmbagnan. Pcrtama, kelembagaan dirclmuskan dcngan pcndekatan normatif. Dalam pcndckatan ini logika tentang kcscsuaian (lqgic of appropriateness) diangqap menjadi dasar perilaku individu yang dikendatikan olch suatu kelernbagaan. Yan2 berlawanan dcnzan logika kcsesuaian tcrscbclt adalah loqika tcntanq konsekuensi (logic of consequentiality) yanq rnenjadi dasar tcori pilihan rasionat.

Berdasarkan pendekatan normatif di atas, individu-individu yang dikendalikan dalam suatu kclembayaan tertentu mempunyai perilaku yanq didasarkan pada

standar-

narrnatrf dan tidak men~gunakan keputusan- keputusan un tuk menquntungkan dirinya

P

b

sendiri. kclrmh;ro,aan dan Standor perilakir mcnjadi landasan nilai-nilai sosial normatif tersebut kemudian dijadihan dilsar pcrnb~ntukan y a n ~ , bcrlaku. Kedua, kelcmbagaan d~rumuskan berdasarhan pilihan rasional". Qalam ha1 ini, kclcmbagaan meryalur dan menetapkan insentif baqi seluruh individu dan perilakr~ jndividu-individu tcr-scbut ditcntukan oleh struktvr insentif yang terscdia. Tidak s e p ~ r t i dalam pcndckntan normatif, dalam pendekatan pilihan rasional ini, nilai dan

si kap

(sets of

pre(erences)

individu-individu yang didasarkan atas rasionalitas tcrscbut

diangp,ap tidak pcrnah brrubah.

Kctiga, pcndckatan historis. Dalam pendekatan ini, kebi jakan dan aturan di dalam suatu kclernbaeaan yang kelah ditetapkan dianqgap selalze tetap memberi p c n y r u h baei individu-individu dalarn janyka panjanz. DaZam kondisi demikian ini dianq~,ap

terdapat

keterzanzunyan antar waktu (poth dependency) yang pada p,iIirannya kelcmbagaan

saat

ini tctap akan rnernberi

warna

terhadap kebijakan- kebi jakan yang ditetapkan di kcrnudian hari. Terjadinya kondisi "status q ~ i o " dapat dijeiaskan olch pendekatan yany kctiya ini.

Keernpat,

pendekatan cmpiris

(empirical

institutionol~srn).

Dalam pendckatan ini biasanya pertanyaan yanq dijr~wab adalah apakah bentuk keIembaqaan

yanp,

bet-beda akan dfkeluarkan kebi jakan yanp, berbeda. Pendekatan ini banyak di9unakan iln tuk

f-

diangap rnfnganalisis lembnya-lcmbaga prmrrintah. Lcmbacja-lcmba~a sebayai kclcmbaqann

yanq

rncngendalikan perilaku individu-individu dalarn pemerintah inilah ynnp, rnasyarakat.

Rerdasarkan k e ~ r n p a t pendckatan tcr-sebut, dalam setiap ana tisis rnengcnai kelembazaan, yang terpenting adalah menetapkan pendekatan mana yanpl akan digunakan. Pendekatan rnana yang dipili h, sangat tergantuny pada asumsi-asumsi yan5 diyunakan dan kcscsuaiannya dcnyan situasi

dan

kondisi

lapangan

yang dihadapi.

Perubahan

Kelem bagaan

(3)

bai k yang diharapkan. Denpan

kata

lain, untuk memperbaiki kincrja yany buruk. salah satu upaya yanq dapat dilakukdn

adalah dsngan

rnelakukan pcrubahan kelemba2aan.

Pcrubahan kelembagaan tcrdiri dari dua hal. Pertama, proscs institusionatisasi, atau sccara populer biasn discbut sebaqai pelembagaan. Kedua, perubahan norma atau nilai-nilai atau struktur yanq mcnjadi karakteristik helembayaan tersebut.

Dallam proses institusionalisasi pokok rnasalahnya adnlah bagaimana rnenguhah kctcmbayaan rnenjadi "kclcm baqaan". Misalnya, apabiEa pernerintah rnerumuskan kebijakan baru

atau

mcnqubah suatu tugas pokok dan fungsi suatu lembagaluni t kerja, tetapi tidak ada akibat perubahan di lapan~an scpsrti yany dihampkan, maka pcrubahan kelem bagaan sebenarnya tidak pernah terjadi. Dalam hat in1 Samuel Hutingtan

d a h m

Pctcrs (2005) menetapkan empat kriteria terjadinya proses institusionalisasi, yaitu

antara

lain:

1. Tcrdapat kcrnarnpuan lernbaya untuk rnenibuat dan menjalankan kcputusan- kcputusan ynnq dibuatnya;

2. Terdapa t kcrnampuan [ern baga wntuk mcmbcntuk struktilr di dalam dirinya schinqga dapat mencapai tujuan yanq telah ditetapkan;

t-1 3. Tcrdapat kcrnampuan l e n ~ baga clnluk mengetola aktivitas dan mengembanykan proscdur sehingga tuqas-tuqasnya selcsai

tepar

pada waktunya.

4. Terdapat kesanqgupan Icmbaqa untuk beradaptasi tcrhadap linp,kunp,annya;

Pcnycrtian kedua dari perubahan kelembagaan adalah mcngubah nilai-nitai dan aturan main untuk rncmpcrbaiki

apa

yang akan dihasilkan oleh berjalannya kelernbagaan tcrsebul. Menilai hasil perubahan tersebut sancjat teyantung pendekatan yanp, digunakan. Den2an pendckatan ernpiris, perubahan rang dimaksud lebih dipcntinqkan hasit akhir yang diakibatkannya. Misatnya perubahan kelemba2aan dapat diyambarkan oieh perubahan pcrilaku masyarakat y a y scrnula rnerusak hutan mcnjadi Eidak rnerusak hutan secara pcrrnanen. Oleh karcna i t u dalam proses institusionnlisosi perl~a dirnasukkan nitai-nilai ke dalam struktur kekrnbagaan yang baru, dan bukan sckcdar

mementingkan, misnlnyn, perubahan Surat Keputusan atau

nama

dan struktur orqanisasi.

bingkup

Perubahan

Kelembagaan

Berdasarknn uraian di atas, maka untuk mem berdayaan lernba~a masyaraka t

,

sane,at tergantunp, perubahan kelernSaqaan. Oleh karena i t u perlu diketahui aspek-aspek kelernbaqaan yany dapat rnencntukan upaya untuk mem berdayakan masyarakat. Dnlanr pengclolaan sumberdaya hutan, aspek kelembagaon tcrsebut mcncakup (t~ycrtsson, 1990; Barzfl, 2000; Kasper and Streit, 1998;

Stcvens,

1993; Williamson, 199tl; North, 1991):

1.

Hak

dan kewajiban

atas

surnbcrdaya hutan. baik hak

dan

kewajiban masyarakat, hak dan kewa jiban dalam perijinan, rnaupun kcwenanfan pusat-daerah

datarn

penyelenggaraan

kchu

tanan;

2. lnforrnasi

schagai

Rasar perietapan kebijakan; 3. Biaya transaksi";
(4)

Aspeh-aspek kelernbafaan

t ~ r s e b u t

dipergunakan un tuk

rneneIaah

beberapa hal berikut:

1. Substansi dan efektivi

tas

pelaksanaan peraturan perundanyan;

2. Kcrnnrnpuan, tup,as pokok

dan

f unysi, serta narasi kebijakan' lembaya: 3. Akar rnasalah kcbcrhasilan ntau kcyaga'lan proytam pcmbanyunan kchutanan.

TELAAH

KASUS

DAN

M

ASALAH

KEBIJAKAN

Uraian mengenai kasus- kasus di bawah ini dirnaksudkan untuk memahami kondisi

Zapangan rehubungan dcngan aspek-aspek kelembagaan di atas. Dari kasus-kasus ini rncnunjukkan ildarlya indikasi rnasalah kelernbagaan kehutanan, yang kcmudian dapat dianalisis masalah-masalah pokok pelaksanaan pemberdayaan lcrnbaga masyarakat.

Biaya

Transaksi dalarn Usaha Kehutanan

P'

sebaqai Usaha kchutanan biaya lhransnksi tclah lama scbcsar bergetut 12%-13% dari denyan biaya ekonomi biaya tinggi rang terhi tunq total produksi per m3 (Tabel I). [image:4.612.158.530.387.554.2]

Disampirip, itu, punqutan rcsmi yanQ dibayar juga ditamba h dcngan punqutan-punyutan

yano,

dilakukan

olch

Pcrnda dan masyarakat, sehingga mengarnbil porsi antara 37Yl-46Y, dari total biayn prodclksi per m3.

Tabel 1. Biaya Produksi

dan

Transaksi Pengusahaan I-lt~tan Alam, 2003

Tingginya

biaya

'transaksi biasanya dikompcnsasi olch tinzginya prodc~ksi kayu buldt melebihi jakah produksi yang aiijinkan pemerintah (Kartodi hardjo, 1998; Mardipriyono, 2004). Jarvis dan Jacobson (2006) menyebutkan bahwa syarat utarna untuk rnmvujudkan cfcktif itas sistem insentif yang diberlakukan kepada pemegang ljin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPMHK atau dahulu disebut HPH IHTI) dalarn kerangka pelaksanaan sertifikasi

hutan

(ekolabcl) dapat tcrhambat

oteh

adanya peiaksanaan pemerintahan y a y tidak efisien dan korupsi yang secara Iangsung menyebahkan ekonomi biaya tinyyi tersebut. Raharjo (2004

1

menyebutkan bahwa dalarn pelaksanaan ijin bagi rnasyarakat untuk rncrnanfaatkan hasil hutan kayu dalam bentuk Hutan Kemasyarakatan, juqa terkendala oleh adanya biaya transaksi ltinggi

tersebut.

I Narafi krhijakan (jxrlrt? ~ v r t ~ r ~ ~ r / h . r ~ ) arlnlnt~ Lqjadiari Farig d i n n 9 y p sclcsai dnn m e r ~ j ; ~ d i Lc!;tAinnn. I41

(5)

Pelaksanaan

Rehabilitasi

Mutan

dan

Lahan

(RHL) di

~ i a u "

Studi ini dilaksanakan dengan rnembatasi linqkupnya terhadap pelaksanaan penerimaan dan penqqunaan dana reboisasi (DR) bagi daerah P~opinsi Riau, yany besarannya ditetapkan sebesaa 40% sesuai dcngan PP No 3512002 tentanq

Dana

Reboisasi. Evaluasi terhadap pelaksanaan perencanaan, pembinaan, penp,endalian penerjmaan dan pcnzgunaan DR terscbut dimaksudkan untuk rncnqhasilkan rekornendasi kcbijakan dalclm pelaksanaan perencanaan, pembinaan

dan

pcnyrndalian penerimaan dan pcngqunaan dana reboisasi bagian daerah.

Selama pcrkodc 2001 2005, 11 kabupatcnlkota di Propinsi Riacr rncnerima DR scjtlmlah Rp 431,5 milyar. i)alam periode

yany

sama telah direalisasikan untuk hegiatan RHL scbesar Rp 204,3 rnilyar atau sebesar 47%. Realisasi biaya RHL tersebut sarnpai

dcngan

tahun 2005 mencakup luas RHL di dalam maupun di Euar kawasan hutan

seluas

38.533 Ha atau 1,78% dari luas lahan kritis di Propinsi Riau, Dillam kondisi dcrnihian, 5 dari 11

kabupaten

lkota di Riau mengalami perrnasalahan hukum.

PI

Bcrdasarkan hasil survai lapan~,an y a y

telah

dilakukan dapat ditunjukkan bahwa masalah pelaksanaan RHL bAK DR kabupahen / kota Propinsf Riau mencakt~p seluruh aspck pcrencanaan, pernbinaan, prasyarat pen yelolaan hutan dan kcuangan. Untuk scluruh aspck tersebut, masalah yang terdapat di seluruh kabupatcnl kota rneliputi: kctcrscdiaan data

dan

informasi, krtcrbatasan waktil~ pembuatan rancangan, lemahnya pcran Tim Penyawasan darl Penycndalian, lemahnya sosial~sasi, scndahnya kepast ian knwasan hutan, sa tuan harga yang tidak sesuai, serta rcndahnya dana pendamping.

Rcalitas

tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2.

Kajian lain yang telah dilakukan oleh PERSAKI (2006) mcnguahkan temuan-temuan di atas. Dikatakan bahwa masalah terdapat diharnpir scluruh

tahapan

pelaksanailn program, dan kondisi dcmikian itu disebabkan olch:

1. Pembangclnan hutan dlreduksi menjadi penanaman pohon, sehingga aspek-aspek kcicmbagaan, sosial, ckonomi, dan politik menjadi faktor eksogen. Secasa tcknis kehutanan dapat dikatakan bahwa penanaman pohon dilakukan tanpa mempestimbangkan penqelolaan hutan yan9 mampu mempcrtahankan pertumbuhan pohon tcrsebut. Selain i t u scpcrti ada asurnsi bahwa di lapangan tidak dijumpai klairn atas kawasan hutan negara:

2. Tidak adanyn prrnbaruan dalam sistern

pcnganyyaran.

Hal demikian ini mcnjadi

f-

pokok persoalan terbaik yang dilakukan bagi para pelaksana di lapangan; karcna sistem yang bcrjalan tidak

sejalan

dengan pilihan-pilihan 3. Pcrubahan sosial dian~j2ap dapat berjalan dengan sendirinya. Dcrnikian pula

Ecrnahnya arur informasi dan rendahnya kemampuan lern'ba~a pelaksana di

lapanyan

tidak mendapat prioritas pcnanganan yang cukup.

Hutan

Tanaman Rakyat

Pola

Kemitraan

(HTRPK)~

Urn~an bcr~kut menyajikan pclaksirnaan HTRPK di

tiga

per usatlaan yai tu PT. Riau Andalan Pulp h Paper (RAPP) di Riau, PT. Wirakarya Sakti di Jarnbi,

dan

PT. Finnantara Intiya di Kalimantan Barat.

- . -- -

' liccitnti ili<ehutkan laill. tclsnll i ~ l i r l i ~ in;!hn\ dari studi !ilriy d ~ l ; ~ l \ ~ ~ h a r i 0 1 ~ 4 1 I)in:~s hctir~tar~;m P r o p i r ~ \ ~

1{1:!11 (?Ill)h).

I)iriripLii\ dnrr F,all:rrl d ~ < k u < i "l'crccy~;lt:~n Pclnl-ranyunnti tlutnn l a ~ ~ a r i ~ a n : Periln HTRPk. Alnwl;ih rliirl

(6)

Tabell 2 . Pemetaan masalah irnplementasi RHL

oleh

kabupaten / kota

!

KABUPATENIKOTA

I Perencanaan

Dala & lnformasi

Pem bahasan proposal 1 -

Koord~nas~ ',

,

Kapasrtas 1 Y' \

'

" v x 8

\ . ' . . .

-

li

I

,

, , , 1

Pembinaan dan I

pengendalian I

Pendamp~ngan

Peran ilrn wasdal

Sosiafrsasi

,

- - "

-

I -

,

4 .

<

, i j ~ ' ! \ {

U -

-

1

I Evaluasi k1nerj.a

I '

I \

I Pongelolaan - -. -. . . . hutan -- . . -

Kepast~an kawasan Lernbaga pengelola

An~rno masyarakat

,

, i , \

Lokasi tanaman

gagallsengketa I J

, Keuangan 1 I I

, ,

Sosral~sasn

-

rnulliyears \ 1 Y 2 Y

.- .

Satuan harga v'

Waktu u' k; ' Y 1 \ I - 11'

Oana pendamplng ..-. . \I

u'

\ ; \ , \ I

Reken~ng khusus . . . Y

II'

t : G

-

,;

Swakelola v

-

-

1 -

1 -

1

Sulr~l)ei-: Hasi 1 stlr\,iii [a11niipa11

P

kutcrangru): \I t ~ r d a p : ~ ~ ~~crmnsalal~an. - ritlilk terdnpa~ n i n u tcl'rdi~p;~t ~~urmnsalat~a~i retap1 ~ l n p a ~ dinta~i: I .

Rokan~ Flt~Itl. ?.. l<ok;~ri I-lilir. . .: K i ~ a t i < i ~ i ~ ~ . -1. l'elalawati. 5. It~dr:~,giri liilir. 6, li~dr;~ciri I - ~ I I ~ I I , 7. Ki!ri~par. X , Ben~kalis. 9. Sink. 10. 1-)1rrn:ii. I I . I'cbfinl~an~

Keberhasilan PT. Wirakarya Sakti dalam mcngcrnbangkan

hutan

tanaman rakyaz pola kcmi traan tahun 1997 lcbih ditekankan pada keberhasilan pcrusahaan dalam rnenarik n i n a t masyarakat srbaa,ai pernilik tahan

yang

merniliki kcndala permodalan untuk dapat memanfaatkan lahannya dcncjan komoditas alternatif tanaman kchutanan. Sclain i t u komoditas kelapa sawit pada tahcln 1997 baru mulai diken bancjkan sehingga beturn rncnunjukan hasil yang dapat menarik minat masyarakat. Kondisi ini menjadi tcrbalik snat kcbun kelapa sawit mulai berprodc~ksi

denyan

hasil yanq lebih menjanjiknn ba9i peningkatan ekonomi masyarakat. Meman2 suatu tantangan ke depan bagaimana menjadikan komoditas kehuhanan memiliki manfaat ekonomi sekaliyus rnanfaat ckologr/linqkunqan.
(7)

bcrupa lahan rniZik (tanah qirik, dan tanah utayat) di sekitar konsensi

PT.

M P P denyan kctcnti~an kerjasama baqi hasill dan berjangka pendek ( 1 daur) jcnis Akasia denyan dukungnn pendanaan sepenuhnya dari pur.usat~aan. Pcnyernpclrnaan rnodrl pcnqernbanqan dilanjutkan dengan pcnctapnri mode! G-2 dcnp,an pendekatan lebih holistik dan lebih beragam dalam

ha1

status lahan tcrmasuk tanah milik dan HGU tcrlantar, scrta b c r j a n ~ k a lebih dari 1 daur. Modcl G . 3 , sebagai model

pcnqernbangan hutan tanaman rakyat pola kemitraan di PT. RAPP, dikcmbangkan denyan menon

j o h n

spcktrum status lahan lebih h a s , menykornbinasikan budidaya tanaman lain (non kehutanan) serta mcngusahakan pcmbiayaan dari Icrnba~,a kcuanyan seperti Bank.

Kcbi jakan pcnyem bangan hutan rakyat oleh pcrnsrintah (daerah) t idnklah jclas. Xany berlaku lcbih banyak bersifat requlatif dan parsial, yang

justru

rncrupakan bentuk intervensi terhadap kc? intan yang tclah bcrjalan, lnovasi dan kreativitas hutan tanamnn rakyat pola kern! traan, terutama dalarn mcngatasi b e r b a ~ a i kelemahan

dan

ketcrbatasan yang dihadapi, masih belum terfokus. Dengan kondisi scpcrti ini, peranan invcstor swastaiperbankan (dan mungkin perusahaan milik daerah) sangat diharapkan

c

scbap,ai pemicu ulama pcrtumbuhan dan pcmbangunan ekonomi daerah melalui pcnqcmbanean hutan tanaman rakyat pola kcmitraan.

Posisi lem bagn ksuan2ar-i (mikrola~tcrnatif") dalam sistcrn

keuangan

nasional merupakan prasyarat yang perlv scp,cra di tindak lanjclti guna mengakornodasi karakteristik khusus pem bangman kehutanan, tcrmasuk pengemban5an Hutan tanaman rakyat pola kemi traan.

PT. Finnantara Intiqa rncncpnbangkan kerjasarna penibangunan

hutan

tanaman dengan masyarakat dengan rnongajukan usulan kc Pemerintah Daerah dt

Desa,,

Kecamatan dan Kabupatcn untuk mendapatkan i jin penyerahan dan pcnplahan lahan (baik pnda areal konscsi maupun

pada

areal di

luar

S K I konsesi HTI). Masyarakat diharapkan rnemili ki bndnn usaha untuk mcla kukan penyurusan

i

jin tcrsebut, misal: kopcrasi desc?, untuk rncrnperrnudah ikatan kcrjasamanya, dcngan minimal luas nct area sskitar 300 ha. Pada rnasyarakat yanp, belurn memiIiki badan usaha scndiri, mclalui birnbingan pcrusahaan dan pcmcrfntah daerah dl bentuk KeZornpok Usaha Ocrsama (KUB) yang kepengurusannya dipilih langsun5 oleh masyarakat y a y bersangkutan. Krlrrnbagaan masyarakat daZarn wadah KUB ini diharapkan akan rnerniliki peranan pcntlng. tcrutama dalam rnernbanqwn kerjasama yanq saZing menguntungkan dalam membangun HTD di Finnantara, yang sampai saat ini baru

t-'

tcrbcntuk

33

KWB, ldealnya nanti pada setiap dusun diharapkan ada KUB.

Peranan pcnting dari lernbaga KUB adalah untuk mengelola

segala

potcnsi sumber daya yany dimiliki

rnasyarnkat,

menyatur kesernpatan kerja, mcmbanqun perekonomian tokal. mcnp,clola insentif clan bantuan untuk penyembanyan masynmkat, baik dari perusahaan, pernerinkah atau pihak-pihak lainnya. Kendala utama dalam penycmban~,an KUB adalah adanya kcterbatasan sum

bsr

daya rnanusia di

Desat Dusun.

Sanyat

sulit sckali rnenetapkan

SDM

yang rnampu menjadi pengzcrak pcnurnbuhan lembaga

tcrscbut,

karena laran2 ditcmui SDM y a y mampu menyclola administrasi kclcmhnp,aan dengan baik. Sejauh ini psrvsahaan tetah bcrupaya rnelaksanakan hrbclrapa jcnis pelatihan, narnun betum dapat rnembentuk suatu Icmbaya di Duscrnl Kampung y m o , tanqquh dan berfungsi optimal.

Berdasarkan kcnyataan-kcnyataan di

atas,

beberapa kcndala

dan

permasalahan yang pcrlu scqcra mendapat solusi sebagai upaya mengakomodir inisiatif dan

111

(8)

partisipasi masyarakat serta keinginan perusahaan untuk rneninqkatkan kesejahteraan masyarakat rnclatui pcnycrnban9an hutan tanaman rakyat pola kernitraan (Gambar 1 ), diantaranya:

M A S Y A R A K A T Kcti.itl.~an WSII#.\I Lrnkahnyn K r r a t l . ~ m n H t r k > ~ r r i

Lanra W a k r ~ l T u n ~ x u Wacil

PEMEGANG IUPHHK TANAMAN

Trrsrdla Motl.ll ,

M a n a j r m r n Priul~rk\i r1.m P . k \ ~ r

KEPASXIAN

KONTRAK KTRJASAMA

I . MI*II);.$~A<I

Mar.\ldh I . . .

Malyrrakat

1. Mrninxkntkan

Krpartian

U n h a IUPHWK

- - - -

.

- -

- .

MASALAH A D M I N I S T R A S I

PERIJIMAN,

T A T A U S A W A

K A Y U ,

RETRIBUSI MASALAH L E G A L I T A S

STATUS

L A H A N

MASALAH

B A T A S i - .-+ --

wlLnrau

KEBIJAKAN

T A T A U S A H A &

[image:8.612.97.516.168.306.2]

PEHANFAATAN K A Y U

Gambar 1. Struktz~r Permasalahan Penyernbangan Hutan Tanaman Rakyat Pola Kcmitraan

Masalah Pertanahan

Kctcrbatasan modal masyarakat, menyebabkan bukti kcpcmilikan lahan oEeh masyarakat ram pai saat ini masih terbalas pada swat keterangan tanah (SKT). Scharusnya scjak tahun 1984 cidak

ada

tagi SKT sesuai Intauksi Mentcri Dalam Nclysri kcpada Camat dan Kepala

Desa

No. 593/5709/SJ tanggal

22

Mci 1984 un tuk tidak menerbitkan hem bali SKT. Dcnean dcmikian dasar hepemilikan lahan dnr i sisi hukum sangatlah lemah, seh~ngga sangat lah rentan terhadap kcrnunqkinan rnunculnya permasalnhan lahan dl kcmudian hari.

Masalah Pemerintahan

SejaZan dengan bcrqczlirnya kebijakan

otonomi dacrah, batas

wilayah rncnjadi isu

P

strategis yanp, t idak jetas karena menyaykut sumbcr sangattah rentan tcrhadap kenlungkinan turnpan2 tindih lahan pcndapatan asli daerah. Batas wilayah karcna tidak didukungnya adrninistrasi dan dokumentasi sistirn pertanahan.

Masalah Kcbijakan Kehutanan

Pernerintah (Pusat dan Daerah) serta Departemen Kehutanan belum secara

serius

rnensosiarIisasikan kcjctasan status hukurn terkait areal konsesi yang telah diberikan kepada

perncgang

ijin/investor.
(9)

Hal ini dapat dilihah dari masih disamakannya proses perisinan dan taea usaha kayu hasil hutan tanaman sakyat pola kemitsaan dan HTI. Situasi ini akhirnya hanya berp~hah kepada para cukong kayu yang syarat modal

tanpa

membcri

rnanfaat

ekonomi lanysunq kepada masyarakat sebagai pemilik

lahan.

Sehingga upaya dalam meningkatkan kesejahteraan rnasyarakat rnasih jauh dari apa yang diharapkan.

3. Adanya kewaj iban membayar retribusi terhadap produksi hasil hutan tannman rakyat pola krrnitrtlan sebacpi surnbcr PAD. Beragamnya pungutan informal menjadikan rnakin berhuran~nya nilai kompctitif produk hasit hutan kayu. 4. Sampai snat rnanfaat ekologi (jasa linqkungan) dari pembanqunan hutan

tanamiln rakyat pola kemitraan belurn diharyai.

Kebijakan Kehutanan Kabupaten Maluku ~ e n g a h '

"

Seteiah tahun 2001

,

pemerintah dncrah men jalankan otonomi daerah sesuai denqan UU No 221 1999 yan2 rnenyatur pemerintahan dacrah, tidak tcrkccuali di Kabupaten MaIukcr Ten~ah. Lemahnya forrnulasi kebijakan penyelolaan hutan oleh pernerintah dacrah Maluku Teyah, palin2 t idak disebabkan oleh tiga faktor yaitu:

1. Lemahnya kapasitas dan kapabiiitas lernbaga kehutanan daerah. Kondisi s~mberdaya birokrasi lembaga kehutanan dacrah tidak rnemungkinkan untuk merumuskan kcbijaknn yang dapat memecahkan permasalahan-permasalahan penqelolaaan hutan alam p r d u k s i yang bersumber dari aspek institusi termasuk kctidakpastian usaha, hak penguasaan dan pernilikan hutan,

serta

masaIah-masalah kebijakan

yanq

berimplihasi

pada

tingginya biaya transaksi.

2. Lernahnya koerdinasi dan perbedaan kepen tingan antar tingkatan pemcrintahan (kabupaLenlpropinsiIpwsat). Datam kontcks pcnyelenggaraan pengclotaan hutan alam produksi setelah pernberlakuan otonorni dacrah", koordinasi antara pemerintah kabupatcn dan propinsi disamping tentunya dengan pcrncrintah pusat

- sanqat pcntinp,, namun koordinasi ini tidak berjalan. Meskipun Dinas Kchutanan

Propinsi Maluku senantiasa rnelakukan kontrol dan pf-oses-proses koordinasi pcnyclrngp,araan

pcnzelolaan

hutan alarn produksi dengan

rncn~,qunakan

instrumen hukum'

',

nnmun akibat kekakuan tugas pokok dan fungi

Icrnbaqa

kchutanan kabupatcn, koordinasi denqan pcmcrinta h propinsi tidak dilakukan.

3. Kcprntin~,an individu elit lokal dan strateqi pencapaiannya. Kepentinyan individu clit lokal mcliputi kepentingan ekonomi, kepentinsan untuk pengembangan karir, dan kepentingan untuk sponsor politik (political sponsorship). Dalarn aanqka pcncapaian kepentingan

torscbut,

para pengambil kcbi jakan di daerah mefakukan

apa

yang oleh Batcs (1981

1

yany diacu olch Hidayat (2000), disebut

outonomus

choice.

''

" Kccrrali di~ehl~tknn In~n. 1cl:lnlr ini ctirinpkac dar~ OhorclI;~ (200.;).

'-

Rertlasarkalr I 11 h. 77 I :~Jitln I09<). tidak ada hubunjin~~ l i i r n r h i ~ (l~ut,~~r~gaii atnsnii datl hannlriit~) ilI,I:lri! pelntrintah provill<i tSiln kahupatrn. srhingg pelncl.inrah p ~ ~ c ~ v i ~ i s i srlinrusn~a ~ncr!jndi ptl>nr horu*dit1:14 rli dacr~nli. dcrl!yan n i c r ~ i l ~ : ~ t i ~ ~ u ~ ~ I~t~birnpari-hubu~~!:it~~ licl:jn, ta-~~lasuh prl~yuntaii in<titi~\i ~)c~nrr.i~il,~ll bnbrlpnlcrr Imti~.

' ' -1 CI.LI;~IJ:I~ ~)illi~~!! z~LI;IL CII~~:II btlnla siwal r)i ria< ~ C ~ ~ ~ I I H I I ~ I ~ I'v(~vi~isi bl:~It~krt krpilcl:~ I )111:1\ h r l ~ u t : t l ~ i ! ~ ~

L ~ I ~ ~ I ~ L I IcI~!~.:!~ fcrknit d~119311 ~ ~ l l ~ ~ I ~ I i t i ! l l ~ L I ! ~ ~ I I :iI'1r11 prc>di~khi !/iliig kifiit~~yi! i f i ~ l r t ~ k \ i o i ~ : l ! I I a ~ i r y -

masi!~!? \ur:it N o , 5?'! 2 l ' I ) i ~ l ~ ~ ~ t - \ l a l 66X,'OO' tyl 07- 10-2002. Yu. 2 7 . 1 /Qi\31r1l-blnl (197 2002 lcl. 12- 10- 200.:. KO. ???.I I l > i \ h t ~ t - h l i ~ l I ? O ? O O ; tvl .!ty-O;-?Ot):: timi \o ~ 2 ~ . ~ ' ~ ~ i ~ l i ~ 1 t - ~ l a l ??O ?OLl.; [?I. C>7-05-

7t)0 ; I I

licninml~iinn untuh m e l ~ h u l i a ~ i ~ r l i ! o t ~ c i t i r o t t r tltr~tct. cileli rlit luhal I;~rc~r:i d i n ~ i l i k i n j a n k s c ~ irrltrzh

(10)

Berdasarkan temuan di atas, pelaksanaan drscntralisasi penpelolaan hutan dalam rangka otonomi daerah di Maluku Tengah bclum

rnarnpu

meminimalkan biaya transaksi. Ini berarti lidak sejalan dengan apa yang dikemukakan Ostrom, e t al.

( 1 993), bahwa dcscntralirasi akan menguranyi biaya transaksi dan perencanaan, karena adanya kcdekatan pengambilan keputusan dengan masafah yang dihadapi masyarakat.

Dapa t ditunjukkan misalnya scbaqian besar kontraktor

lo~ging

i jin pemanfaatan hasil hutan kay u (IPHHK) yang diberikan kcpada masyarakat lakal diantaranya adalah pemeganq HPH. Kontraktor i t c ~ sendiri diperlukan karcna kcterbatasan kemampuan rnasyarahdt lokal. Oesarnya biaya transaksi pelaksanaan IPHHK ternyata justru men jadi inscntif baqi HPH untuk menqabaikan upaya-upaya rang dapat menjadi penderong berjaiannya aktivitas HPH, rnisalnya dengan mengakornodir tuntutan masyarakat ndat dalam bentuk pernberian fee dcnyan jurnlah tertentu. Hal ini karena beban kcwajiban yanz harus ditaksanakan dan tcntcrnya biaya dalam skema pemanfaatan hutan ole17 HPH [chi h banyak dibandinqkan skema IPHHK".

Tujuan pcm berian IPHMd adalah ayar terjadi redistri busi manfaat sumberdaya

P‘

hutan kcpada rnasyarakat lokal secara lebih adil. Ini merupakan jawaban atas berbagai ~ u y a t a n terhadap sistirrl penp,elolaan hvtan alam produksi yang sclama ini tidak banyak rnembcrikan manfaat bagi masyarakat di dalam dan di sekitar hutan. Hal ini juga diyakini scbaqni pcnycbab timbulnya berbagai konflik pemanfaatan surnberdaya hutan. Dari Rasit pcrhitunqan laba rugi pernanfaatan hutan denqan sistem IPHHK, tcsnyata laba yanp, diperolet~

pelaku

usaha seki'tar US$ 27,50 pcr mi kayu bulat. Laba

tersebut dinikmati oleh kontraktor logging yang menjadi mitra

kcrja

masyarakat seba~ai pcrnep,onp, IPHHK scbanyak US$

25,

sedangkan yang di terima oleh masyarakat daIam bcntuk dana kompensasi sebcsar US5

2,50.

Pemerintilh memperoleh US5

35,40

dari sctiap mi kayu bulat berupa pungutan kehutanan dan pajak. Dari b a ~ i a n

pemerintah terscbut

,

pemcrintah daerah Maluku Tenqah memperoleh sekitar

USS

8,50, pcmcrintah propinsi Malukc~ mcmpcroleh

US$

1,09, kabupatenl kota lainnya di propinsi Maluku rnernperotch US$ 2,18'".

Dcngan demikian masyarakat dan pemerintah daerah t idak bep,iltu banyak mernpcrolch

manfaat

dari addnya skema IPHHK. Kon traktor

logging

adalah pcnerima tcrbcsar dari rnanfaat ckonomi (gross income) pcmnnfaatan

h u t a n

IPHHK. Olch karena i tu ilrp,urncntasi bahwrl rnasyarakat akan mempurolch rnanfaat secara adil dari pcmberian IPtiI-IK tidnk scpcnclhnya benar. Ocngari demikian, kebijakan pemberian

r

IPHHK belum dapat rncnjadi solusi dalarn memccahkan persoalan ketidak-aditan pcrolehan rnanfaat ekonorni penqetolaan hutan atam produksi an tara para pihak yang terlibat.

perntr~nn >;iny ~ c l ; ~ l i clilc~;tpLt~n OIL-h l~crncrrril;ll~ pur:lt, b). p e y i t a r a a n atas 11crhng;ii nlasalnh ~ ; ~ r i q atl;~ rli

darrall. d;111 c). 11li:111fi ~ l c ' l i y ~ r i k c l o i ~ i l ~ o l r I L - ~ ~ C I ~ ~ I I dl ciala111 ~iinsyil~.nka~ (1~117iacilf.. dcnynn tnkill~-tiAoh ~nasyarabat), rrrtn Iiuhtltiya~~ personal IIC'IIP~~I cFI~-c'I~I tertclitll di puqnl.

L 1

I'ernc;~nn!! IPI-ll-lh titlitk d i k c ~ i n i kc\$ njilmrl rncnycrahkari fnrn ur1;lr:i i l t i i t l citra satelit. pe~i!u\ull;l~i

(TO~IIITICII .\ h I I )>I!, di111 p e t i ~ a ~ ~ t a t l a r ~ I ~ n v k t ~ ~ i ~ a i i . ~ r h b < t > ~ * ~ ~ l ~ i i LC::I:I~;III pcriiI>i~iaati IIIII:III \C~CTII

p e n i l x ~ ; l t i ~ ~ ~ prc;~h uhur pcl-maneli. plot pl:i~tiin r i t ~ r thh, dl!. srb;ur;lErli;~r~a tliivojihknu liepadn pc~tic!l~ri!! F 11'1 1 I,.

Pcr~r.ri~r~;i;i~~ rir:wr;i dari rcktorh k c F r ~ ~ t a ~ ~ n n dib;yi dcngnn ~~rimhnirg;iri 2I)O.n untuk pctnc~.irlrnli I,is\nl dm1

80°C untuh dncri~h. Bayinn dner:~l~ d;iri ~~cnurimaan provlq~ ~ ~ t r i i h ~ r ~ l ; ~ ~ ~ 1111til11 dit?n?i drr~+;lrl ~ ) e r i ~ ~ c i : ~ n IIr('o

11111~1L l7rot ~ I ~ C I , 32" rr IIIIIU~ Liitv~l)iit~*~i'Lotil p ~ ~ i g l i f i s i l dill1 ;?" n 11111 I I ~ halw~pa!en'kora Fni nnya tl;~l,~ln pl-ovi 1151

\ ; 1 3 1 1 d i ~ l \;iti!!k~~tal~ [I I \ t i 'i 1 i 1 l i t 1 r 1 190q. I'asnl h orill ( 5 ) t i i ~ r ~ p r i ~ i c ! a ~ i t n n > n l . D;\r~:r rc.lrcli\n<i t l i Imyi c l c i ~ + j i r ~ ~ ~ I I I ~ ~ : ~ I I I : ~ I ~ I O " ~ ~ lsnlt~h rl:~cr:lll p~'ti~~li~1411 dar~ hWbh ~ ~ r r i i ~ h 1)c1nr'rintn11 1ius:11 11 1 K O . .?C 1 ;111\111 1001).

(11)

Kelern

bagaan

I

l

lega

l

l 7

Perebutan

akses

tcrhadap surnberdaya mineral emas rnemicu dua jenis konflik di Tarnan Nasional Bocjani Nani Wartabone (TNBNW), Sulawesi Utara, yaitu konfli k antara pernerintah dengan masyarakat tokal yan9 berprofesi sebazai penambang's (konfEi k vcrtikal) dan konflik an tar sesama penambang (konflik horizontal).

Konf

lik terjadi akibat status kawasan taman nasional sebagai state properly tidak diikuti olch pengualan kelernbagaan sehingga terben tuk "kelembagaan illegal".

Pelaku yang terlibat tangsung dalam eksploitasi emas di TNBNW adalah kefompok kongsi, yang bekerja untuk para pemodal. Pemodal adalah kctua geng yan9 rncmiliki tromol serta tong, sianida, serta oknum-oknum yang memiliki kekuasan di Dumoya yaitu: oknum Sangadi, oknum anggota DPRD dan oknclrn TNI IPolri. Oknum tersebut rnerupakan pemodal tidak langsunp,, yang bekerja lewat pemilik-pemilik tromol dan

ton9 sianida. Kesemuanya ini membentuk kelembagaan

illegal

(Gam

bar 1 ).

Ekslpoitasi Emas di

TNBNW-

-1

I

Ketua Genq

b

/

Kelornpok Konqsl

I

rbl

Oknum

Sangad!

1

-

L

Pem~lEk Anggota DPRD

TromoliTong

Sian jda Oknum Pokes

-

Bolmong

Oknurn Kod~rn

.

,

Oknrrrn Jagawana

I

[image:11.612.93.481.296.536.2]

I

Dunroga

I I I

Carnal

I

Gambar 1. Keternbagaan IllegaI Penambangan Emas di TNBNW

Kelernbagaan itlegal tersebut dapat membuat kondisi keamanan dan ketertiban di Durnoga stabil dan rnenquran~i konflik, di saat kesepakatan antar aktor berjalan dengan baik. Kesepakatan tidak tertulis tersebut adalah; ang2ota kelompok konesi dan pernodat (pemilik tromol dan tone sianida) rnemberikan

uang

kepada para pcnquasa

(anggota

Jagawana, TNllPolri dan Camat), untuk mendapatkan hak pengelolaan dalam TNBNW serta jaminan keselamaran dan jaminan tidak akan mendapatkan perlawanan dari pihak lain (kelompok kongsi lain maupun Operasi P€TI). Aktor-aktor

yane

rnemiliki jabatan lebih tinggi bermain di belakang layar dengan menyetor modal lewat pemilik tromol dan pemilik tong sianida.

I I

Tclnal~ ~ t i i ciiriiigba~ dari I .tlitiln$ (?nOq) nleh I<a~indil~ar?io da1-t Jhali?~aui (7006)

1 X

(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)

Gambar

Tabel 1. Biaya Produksi dan Transaksi Pengusahaan I-lt~tan Alam, 2003
Gambar 1. Struktz~r Permasalahan Penyernbangan Hutan Tanaman Rakyat Pola Kcmitraan
Gambar 1. Keternbagaan IllegaI Penambangan Emas di TNBNW

Referensi

Dokumen terkait

Tetapi walaupun mereka adalah masyarakat yang kurang mampu, tetapi mereka tetap berjuang hidup dengan membuat jajan pasar sehingga jajan pasar pun tidak akan dilupakan

Pelayanan Terpadu adalah serangkaian kegiatan untuk melakukan perlindungan bagi anak korban kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah dan penelantaran yang dilaksanakan

Pada masa dewasa merupakan periode peningkatan kemampuan fisik sampai tidak lagi terjadi peningkatan sedangkan pada masa dewasa madya dan tua mengalami penurunan kemampuan

Dimana pada penilaian Upper Lip Bite Test (ULBT), kami akan meminta bapak/ibu untuk menggigit/menjangkau bibir atas dengan menggunakan gigi bagian bawah. Sedangkan pada

kepariwisataan pada para pemimpin persebahyangan (pemangku), petugas kebersihan (pengayah), dan petugas keamanan desa (pecalang), dan 5) Pelatihan, dan Pendampingan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan,antara lain: 1) Siswa mengalami banyak kesalahan pada operasi aljabar matematika. Sehingga siswa mengalami

Modal intelektual yang dimiliki perusahaan mempengaruhi upaya perusahaan dalam menciptakan nilai yang lebih baik bagi investor, investor akan lebih tertarik untuk membeli saham

testing , gambar (a) wajah mahasiswa tidak berhasil teridentifikasi dengan benar pada video meskipun komposisi warnanya (warna kerudung) sama dengan komposisi warna