• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pupuk organik pada produksi dan serapan hara tanaman Caisim (Brassica juncea) varietas Tosakan pada Latosol Darmaga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pupuk organik pada produksi dan serapan hara tanaman Caisim (Brassica juncea) varietas Tosakan pada Latosol Darmaga"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PUPUK ORGANIK PADA PRODUKSI DAN SERAPAN HARA TANAMAN CAISIM (Brassica juncea) VARIETAS TOSAKAN

PADA LATOSOL DARMAGA

SYIFA FAUZIAH A14061752

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

SYIFA FAUZIAH. Pengaruh Pupuk Organik pada Produksi dan Serapan Hara Tanaman Caisim (Brassica juncea) Varietas Tosakan pada Latosol Darmaga. Di bawah bimbingan SRI DJUNIWATI dan SYAIFUL ANWAR

Lahan di Indonesia didominasi oleh tanah-tanah masam dan secara umum kesuburannya rendah. Hal ini terjadi karena Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis dan curah hujan tinggi sehingga pencucian unsur hara (leaching) serta pelapukan tinggi, akibatnya kesuburan tanah menjadi rendah. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah pemupukan. Pemupukan dengan pupuk organi dapat memperbaiki sifat tanah antara lain meningkatkan unsur hara, C-organik dan KTK tanah sehingga dapat membantu penyediaan unsur hara tanah dan diharapkan meningkatkan efisiensi pemupukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik pada produksi, kadar dan serapan hara tanaman Caisim pada Latosol Darmaga serta menghitung analisis usaha taninya dengan nilai R/C (Revenue Cost Ratio).

Penelitian ini merupakan percobaan lapang yang dilakukan di lahan Kebun Percobaan University Farm di Cikabayan, Darmaga, Bogor. Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk organik (PO) dan standar (S). Pupuk organik yang digunakan berbentuk granul dengan dosis anjuran 2 ton/ha, sedangkan standar adalah dosis anjuran pupuk konvensional untuk pemupukan Caisim yaitu 200 kg urea/ha, 300 kg SP-36/ha dan 100 kg KCl/ha. Analisis tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 7 perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali sehingga terdapat 28 petak percobaan. Tujuh perlakuan tersebut terdiri dari : Kontrol , Standar, 75%PO + 50%S, 75%PO + 75%S, 100%PO + 50%S, 100%PO + 75%S dan 125%PO + 50%S.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk standar, serta pupuk standar saja nyata lebih tinggi dibandingkan kontrol pada parameter bobot tanaman, kadar hara P daun serta serapan hara N, P dan K daun. Pemberian pupuk organik meningkatkan efektivitas pemakaian pupuk karena pupuk organik yang disertai pupuk standar dengan dosis yang lebih rendah (50% dan 75%) dapat menghasilkan produksi tanaman per petak yang lebih tinggi daripada pupuk standar (100%). Berdasarkan hasil analisis usaha tani menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan kombinasi antara pupuk organik dan pupuk standar menguntungkan dari segi ekonomi. Parameter produksi, kadar dan serapan hara tanaman, serta nisbah R/C tertinggi adalah pada kombinasi pupuk organik dan standar 75%PO + 75%S dan 100%PO + 75%S.

(3)

SUMMARY

SYIFA FAUZIAH. The Effect of Organic Fertilizer in Yield and Nutrient Uptake of Caisim (Brassica juncea) in Latosol Darmaga. Supervised by SRI DJUNIWATI and SYAIFUL ANWAR

Indonesian lands are dominated by acid soils and generally have low soil fertility due to tropical high rainfall that resulted in highly leaching and weathering. One of ways to improve soil fertility is by using fertilizer. Application of organic fertilizer are able to increase soil properties such as increasing soil nutrients, organic carbon and soil CEC which will provide soil nutrients and increase the efficiency of fertilizer. This research aims to evaluate the effect of organic fertilizer to the yield, nutrient content and uptake of the leaf caisim (Brassica juncea) on Latosol Darmaga and also to calculate the farming R/C (Revenue Cost Ratio) analysis.

The Research was conducted in the field of University Farm Cikabayan, Bogor. Fertilizer that used in this research were organic fertilizer (OF) and standard (S). The form of organic fertilizer were granule and recommendation of the dose was 2 ton/ha. Then, standard was a conventional recommendation used for Caisim, there were 200 kg urea/ha, 300 kg SP-36/ha and 100 kg KCl/ha. Plant analysis was conducted in Chemical and Soil Fertility Laboratory, Faculty of Agriculture, IPB. This research design was Randomize Complete Block Design (RCBD) with 7 doses of treatment and 4 replication, so that there were 28 experimental units. The treatments were : Control, Standard (S), 75% OF + 50% S, 75% OF + 75% S, 100% OF + 50% S, 100% OF +75% S, and 125% OF + 50% S.

The result showed that combination of organic fertilizer with standard fertilizer, and standard fertilizer only significantly have higher yield compared with control in parameters such as plant weight, leaf nutrient content (P) and leaf uptake (N, P and K). Additional of organic fertilizer improved effectivity of fertilizer to yield because organic fertilizer with additional of standard fertilizer in lower dose (50% and 75%) were able to produce higher number of plant/plot than standard fertilizer treatment only. Economic farming analysis indicated that combination organic and standard fertilizer were profitable economically. The highest value for parameters such as production, nutrient content, nutrient uptake and R/C ratio occurred in 75%PO + 75%S and 100%PO and 75%S.

(4)

PENGARUH PUPUK ORGANIK PADA PRODUKSI DAN SERAPAN HARA TANAMAN CAISIM (Brassica juncea) VARIETAS TOSAKAN

PADA LATOSOL DARMAGA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

SYIFA FAUZIAH A14061752

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Penelitian : Pengaruh Pupuk Organik pada Produksi dan Serapan Hara Tanaman Caisim (Brassica juncea) Varietas Tosakan pada Latosol Darmaga

Nama : Syifa Fauziah

NRP : A14061752

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Sri Djuniwati, M.Sc. Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc. NIP. 19530626 198303 2 004 NIP. 19621113 198703 1 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc. NIP. 19621113 198703 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Pupuk Organik pada Produksi dan Serapan Hara Tanaman Caisim (Brassica juncea) Varietas Tosakan pada Latosol Darmaga”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik pada produksi, kadar dan serapan hara (N, P dan K daun) serta analisis usaha tani pada tanaman sayuran Caisim Bangkok varietas Tosakan di Latosol Dramaga.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Sri Djuniwati, M.Sc. selaku dosen pembimbing skripsi pertama atas

bimbingan, bantuan, saran, motivasi serta kesabaran yang diberikan selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc. selaku dosen pembimbing skripsi kedua atas saran-saran dan bantuan selama masa penyusunan skripsi.

3. Dr. Ir. H. Komaruddin Idris, M.S. selaku dosen penguji skripsi.

4. Ir. Hermanu Widjaya selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingannya selama ini.

5. Orang tua, kakak serta adik atas doa, kasih sayang dan motivasi yang diberikan pada penulis sehingga penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan tulisan ini.

6. Staf University Farm Cikabayan, staf laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, serta staf perpustakaan dan Tata Usaha (Mba Hesti) atas seluruh bantuan yang diberikan pada penulis.

7. PT. Budi Acid Jaya, Lampung, Indonesia yang telah memproduksi dan menyediakan pupuk organik ”Hi Yield” sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini.

8. Teman-teman seperjuangan, Arini Hidayati, Silvia dan Jesika Monia yang telah membantu, saling memberi semangat dan kebersamaannya selama masa penelitian.

(8)

v

9. Teman-teman tersayang, Anggraini Widdhi, Nesya Ayu, Sindy Marieta, Dita Damayanti dan Yuly Ratna atas semua bantuan, keceriaan, pengertian atas semua keluh kesah penulis, motivasi dan kebersamaan selama empat tahun ini. 10.Rahardian Budi Permana yang telah bersedia menjadi rekan seminar.

11.Seluruh teman-teman dari Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah dan seluruh Soilers 43 dan 42, Natasha, Cinta, Enjelia, Putri, Sony, Hadi dan Anissa atas kenangan dan bantuan, serta doa dan semangatnya yang tidak akan pernah dilupakan oleh penulis.

12.Pihak-pihak lain yang tidak sempat tersebutkan yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis sadar bahwa terdapat kekurangan dalam tulisan ini dan masih membutuhkan saran serta kritik. Namun demikian, penulis berharap agar tulisan ini dapat berguna bagi pembacanya.

Bogor, Januari 2011

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Sifat dan Ciri Umum Tanah Latosol ... 3

2.2. Karakteristik Tanaman Caisim... 3

2.3. Pupuk Organik ... 4

2.4. Karakteristik Hara N, P dan K dalam Tanah ... 5

2.5. Karakteristik Hara N, P dan K dalam Tanaman... 6

2.6. Analisis Tanaman ... 7

III. BAHAN DAN METODE ... 8

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 8

3.2. Bahan dan Alat ... 8

3.3. Metode Penelitian ... 9

3.4. Pelaksanaan Percobaan ... 10

3.4.1. Pembibitan ... 10

3.4.2. Persiapan Lahan ... 10

3.4.2. Penanaman ... 11

3.4.4. Pemupukan dan Pemeliharaan ... 11

3.4.5. Pemanenan ... 11

3.5. Analisis Laboratorium ... 11

3.6. Analisis Usaha Tani ... 12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

4.1. Hasil ... 13

4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan ... 13

4.1.2. Jumlah Tanaman Caisim yang Tumbuh dan Bobot Tanaman ... 14

4.1.3. Kadar Hara Daun ... 15

(10)

vii

4.1.5. Analisis Usaha Tani ... 16

4.2. Pembahasan ... 17

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 20

5.1. Kesimpulan ... 20

5.2. Saran ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Komposisi Hara dan Bahan Lain dalam Pupuk Organik ”Hi Yield” ... 9

2. Dosis Pupuk Organik dan Pupuk Standar Setiap Perlakuan Percobaan ... 10

3. Karakteristik Tanah Sebelum Percobaan ... 13

4. Pengaruh Pemupukan Terhadap Jumlah Tanaman yang Hidup per Petak dan Bobot Tanaman Caisim ... 14

5. Pengaruh Pemupukan Terhadap Kadar Hara N, P dan K pada Daun Tanaman Caisim ... 15

6. Pengaruh Pemupukan Terhadap Serapan Hara N, P dan K pada Daun Tanaman Caisim ... 16

7. Analisis Usaha Tani Pengaruh Pupuk Standar dan Kombinasi Pupuk Organik dan Standar ... 17

Lampiran 1. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah ... 24

2. Pengaruh Perlakuan Pemupukan terhadap Jumlah Tanaman yang Hidup dan Bobot Tanaman ... 25

3. Pengaruh Perlakuan Pemupukan terhadap Kadar Hara N, P dan K Daun Tanaman Caisim ... 25

4. Pengaruh Perlakuan Pemupukan terhadap Serapan Hara N, P dan K Daun Tanaman Caisim ... 26

5. Analisis Ragam Jumlah Tanaman Caisim per Petak ... 27

6. Analisis Ragam Bobot Tanaman Caisim ... 27

7. Analisis Ragam Kadar Hara N Daun Tanaman Caisim ... 27

8. Analisis Ragam Kadar Hara P Daun Tanaman Caisim ... 27

9. Analisis Ragam Kadar Hara K Daun Tanaman Caisim ... 27

10. Analisis Ragam Serapan Hara N Daun Tanaman Caisim ... 28

11. Analisis Ragam Serapan Hara P Daun Tanaman Caisim ... 28

(12)

ix

13. Analisis Usaha Tani pada Perlakuan Pemupukan Standar ... 29 14. Analisis Usaha Tani pada Perlakuan Pemupukan 75% Dosis Anjuran PO +

50% Dosis Standar (75%PO + 50%S) ... 29 15. Analisis Usaha Tani pada Perlakuan Pemupukan 75% Dosis Anjuran PO +

75% Dosis Standar (75%PO + 75%S) ... 30 16. Analisis Usaha Tani pada Perlakuan Pemupukan 100% Dosis Anjuran PO +

50% Dosis Standar (100%PO + 50%S) ... 30 17. Analisis Usaha Tani pada Perlakuan Pemupukan 100% Dosis Anjuran PO +

75% Dosis Standar (100%PO + 75%S) ... 31 18. Analisis Usaha Tani pada Perlakuan Pemupukan 125% Dosis Anjuran PO +

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Lampiran

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lahan di Indonesia didominasi oleh tanah-tanah masam. Hal ini karena Indonesia merupakan negara dengan curah hujan tinggi yang mengakibatkan tanah kekurangan unsur hara dan kation-kation basa yang diperlukan oleh tanah akibat pencucian hara (leaching) yang intensif. Temperatur dan kelembaban udara yang tinggi juga mengakibatkan dekomposisi bahan organik dan pelepasan hara berlangsung cepat sehingga kesuburan tanah rendah karena rendahnya unsur hara dan bahan organik tanah.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah dengan pemupukan, baik pupuk organik maupun anorganik. Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus akan menurunkan efisiensi pupuk dan dapat mengganggu keseimbangan sifat tanah sehingga menurunkan produktivitas lahan dan mempengaruhi produksi tanaman (Musnamar, 2003). Akhir-akhir ini banyak diproduksi pupuk organik karena merupakan bahan alternatif yang berperan mengurangi masalah-masalah lingkungan, terutama yang berkaitan dengan sifat tanah akibat pemberian pupuk konvensional (anorganik) secara terus menerus.

Berdasarkan cara pembentukannya pupuk organik dibedakan atas pupuk organik alami dan buatan. Pupuk organik buatan dibuat untuk memenuhi kebutuhan pupuk tanaman yang bersifat alami, berkualitas baik, mudah didapat, didistribusikan dan diaplikasikan serta dengan kandungan hara yang terukur. Bentuk kemasan menjadikan pupuk organik layak tampil sejajar dengan pupuk kimia. Penambahan bahan organik tanah ke dalam tanah memiliki fungsi yang sangat penting dalam menjaga kesuburan tanah. Walaupun pupuk organik hanya menyumbang hara dalam jumlah sedikit, tetapi dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

(15)

2

penyediaan hara selama pertumbuhan tanaman dan mengurangi kepadatan tanah karena bobot isi menurun sehingga penetrasi akar menjadi lebih baik (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Proses dekomposisi bahan organik yang lambat menyebabkan terlambatnya tanaman memperoleh hara untuk pertumbuhannya. Musnamar (2003) menyatakan bahwa terdapat interaksi positif pada penggunaan pupuk organik dan pupuk anorganik secara terpadu. Pemberian pupuk organik yang dipadukan dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan efisiensi penggunaan pupuk. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan penambahan pupuk organik yang dikombinasi pupuk standar dengan dosis yang lebih rendah pada tanaman caisim varietas Tosakan sebagai indikator tanamannya. Pupuk organik yang digunakan pada penelitian ini adalah pupuk organik yang berbentuk granul.

Tanaman caisim menjadi salah satu komoditas holtikultura yang banyak diusahakan karena merupakan tanaman semusim yang mudah budidayanya serta banyak manfaatnya. Tanaman ini termasuk tanaman yang tahan terhadap suhu yang tinggi dan tahan terhadap hujan sehingga dapat dibudidayakan sepanjang tahun asalkan pada musim kemarau tersedia air yang cukup (Rukmana, 1999). Umur tanaman caisim tergolong pendek hanya 22-30 hari setelah tanam (HST) dengan produktivitas 10 ton/ha serta mudah dari segi perawatan dan pemeliharaan.

1.2. Tujuan

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sifat dan Ciri Umum Tanah Latosol

Latosol terbentuk di daerah tropika basah yang mempunyai suhu dan curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan proses pelapukan dan pencucian berlangsung secara intensif. (Buringh, 1970). Latosol merupakan kelompok tanah yang memiliki perbedaan horizon tidak jelas, kandungan mineral primer dan hara rendah, pH rendah 4.5-5.5, kandungan bahan organiknya relatif rendah, konsistensinya lemah dan stabilitas agregatnya tinggi, terjadi akumulasi seskuioksida dan pencucian silika. Warna tanah merah, coklat kemerah-merahan atau kekuning-kuningan atau kuning tergantung dari komposisi bahan induk, umur tanah, iklim dan elevasi (Dudal dan Soepraptohardjo, 1957).

Menurut taksonomi tanah USDA, Latosol termasuk ke dalam Oxic Dystrudept. Latosol memiliki permeabilitas agak lambat hingga sedang dan sangat responsif terhadap pemupukan P (Yogaswara, 1977). Kandungan silika yang rendah, seskuioksida tinggi serta kandungan Al dan Fe yang tinggi menyebabkan fosfat mudah terikat lalu membentuk senyawa Al-P dan Fe-P. Hal ini menyebabkan ketersediaan P dalam tanah menjadi rendah atau kurang tersedia bagi tanaman (Soepardi, 1983). Pada Latosol terbentuk struktur tanah granular yang merangsang drainase menjadi sangat baik. Sifat lain dari Latosol adalah kapasitas tukar kation rendah. Hal ini disebabkan oleh kadar bahan organik, basa-basa dapat dipertukarkan serta hara tersedia yang rendah. (Soepraptohardjo dan Soeharjo, 1978).

2.2. Karakteristik Tanaman Caisim

(17)

4

tinggi maupun dataran rendah. Derajat kemasaman optimum untuk pertumbuhan Brassica juncea berkisar antara pH 6-7 (Haryanto, 2003). Untuk sebagian besar tanaman Brassica juncea, suhu pertumbuhan optimum adalah antara 15ºC dan 20ºC (Williams, 1993).

Penyakit yang menyerang tanaman ini adalah busuk basah Erwinia yang dapat menjadi parah jika tanaman terluka pada waktu kegiatan budidaya. Penyakit akar pekuk dapat menjadi sangat parah dan menyebabkan pertumbuhan kerdil yang nyata, tetapi penyakit bercak daun Alternaria biasanya tidak menjadi masalah. Penyakit rebah semai (Phythium spp) akan merusak jika tanaman terlalu banyak diairi. Tanaman ini merupakan tanaman yang cepat tumbuh, oleh karena itu pemeliharaan bedengan benih sangat diperlukan untuk mengendalikan gulma (Williams, 1993).

2.3. Pupuk Organik

Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa tumbuhan dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Kadar bahan organik tanah tidak melebihi 3 atau 5 persen dari bobot tanah. Walaupun jumlahnya sedikit, bahan organik memiliki pengaruh yang nyata terhadap sifat-sifat tanah dan pertumbuhan tanaman (Soepardi,1983). Definisi pupuk organik menurut International for Standardization (ISO) adalah bahan organik atau bahan karbon, pada umumnya berasal dari tumbuhan dan/atau hewan yang ditambahkan ke dalam tanah secara spesifik sebagai sumber hara (Sutanto, 2002).

(18)

5

Pemberian pupuk organik berpengaruh positif terhadap tanaman karena selain menyumbangkan hara makro, meskipun dalam jumlah rendah, juga dapat memperbaiki sifat-sifat tanah baik sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Menurut Musnamar (2003) fungsi pupuk organik secara umum adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan kesuburan tanah, dengan adanya penambahan unsur hara, humus dan bahan organik kedalam tanah menimbulkan efek residual, yaitu berpengaruh dalam jangka panjang.

2) Pemberian pupuk organik menyebabkan terjadinya perbaikan struktur tanah sehingga sifat fisik dan kimia tanah ikut diperbaiki. Pemberian pada tanah berpasir menyebabkan daya ikat tanah meningkat. Sedangkan pada tanah berlempung akan membuat daya ikat air menjadi tinggi, daya ikat tanah terhadap unsur hara meningkat, serta drainase dan tata udara tanah dapat diperbaiki. Tata udara tanah yang baik dengan kandungan air cukup akan menyebabkan suhu tanah lebih stabil serta aliran air dan aliran udara tanah menjadi lebih baik.

3) Memperbaiki sifat biologi tanah dan mekanisme jasad renik. Pemberian pupuk organik akan meningkatkan populasi musuh alami mikroba tanah sehingga menekan aktivitas saprofitik dari patogen tanaman.

2.4. Karakteristik Hara N, P dan K dalam Tanah

Unsur N dalam tanah berasal dari bahan organik tanah, pengikatan N udara oleh mikroorganisme, pupuk dan air hujan. Unsur N di dalam tanah terdapat dalam berbagai bentuk yaitu: protein (bahan organik), senyawa-senyawa amino, amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Perubahan-perubahan bentuk N dalam tanah

dari bahan organik melalui beberapa proses yaitu aminisasi, amonifikasi, dan nitrifikasi. Hilangnya N dari tanah diantaranya adalah karena digunakan oleh tanaman atau mikroorganisme, N dalam bentuk NH4+ dapat diikat oleh mineral

liat jenis illit sehinga tidak dapat digunakan oleh tanaman, N dalam bentuk NO3

-mudah dicuci oleh air hujan (leaching) dan proses denitrifikasi (Hardjowigeno, 2007).

(19)

P-6

anorganik. P-anorganik umumya dalam bentuk senyawa dengan Ca atau senyawa-senyawa dengan Fe dan Al (Hardjowigeno, 2007). Mobilitas hara P dalam tanah sangat rendah karena reaksi dengan komponen tanah maupun dengan ion–ion logam dalam tanah seperti Ca, Al, Fe dan lain–lain membentuk senyawa yang kurang larut dengan tingkat kelarutan berbeda-beda. Reaksi tanah (pH) memegang peranan sangat penting dalam mobiltas unsur ini (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Jumlah K dalam tanah jauh lebih banyak daripada fosfor. Masalah utama ialah ketersediaan karena K diikat dalam bentuk-bentuk yang kurang tersedia. Jumlah K yang dapat dipertukarkan atau tersedia bagi tanaman tidak melebihi 1 persen dari seluruh K tanah (Soepardi, 1983). Unsur K dalam tanah berasal dari mineral-mineral primer tanah dan pupuk buatan. Hilangnya K dari tanah karena diserap tanaman terutama tanaman leguminosa, tomat, dan kentang, dan karena pencucian oleh air hujan ( Hardjowigeno, 2007).

2.5. Karakteristik Hara N, P dan K dalam Tanaman

Tanaman mengambil N terutama dalam bentuk NH4+ dan NO3-. Senyawa

N digunakan tanaman untuk membentuk asam amino yang akan diubah menjadi protein dan membentuk klorofil. Senyawa N juga berperan dalam perbaikan pertumbuhan vegetatif tanaman. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N memiliki warna yang lebih hijau. Gejala kekurangan N akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, pertumbuhan tanaman terbatas, daun-daun menguning dan gugur. Gejala kelebihan N menyebabkan keterlambatan kematangan tanaman yang diakibatkan terlalu banyaknya pertumbuhan vegetatif, batang lemah dan mudah roboh serta mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit (Hardjowigeno, 2007).

(20)

7

sel terganggu dan daun menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung daun (Hardjowigeno, 2007).

Kalium merupakan unsur logam yang paling banyak terdapat dalam cairan sel, yang dapat mengatur keseimbangan garam-garam atau dengan kata lain mengatur tekanan osmotik dalam sel tanaman sehingga memungkinkan pergerakan air ke dalam akar (Gardner et al., 1991). Kalium berperan dalam pembelahan sel, pembukaan stomata, fotosintesis (pembentukan karbohidrat), translokasi gula, reduksi nitrat dan selanjutnya sintesis protein dan dalam aktivitas enzim Tanaman yang kurang K akan kurang tahan terhadap kekeringan karena K membantu menjaga potensial osmotik dan ketersediaan air pada tanaman (Epstein, 1972). Tanaman yang kekurangan K lebih peka terhadap penyakit dan kualitas produksi biasanya rendah, baik daun, buah, maupun biji. Unsur K mudah bergerak (mobile) di dalam tanaman sehingga gejala defisiensi K terlihat pada daun tua, pinggir-pinggir daun berwarna coklat. Hal ini terjadi karena daun-daun muda yang masih tumbuh dengan aktif menghisap K dari daun-daun tua (Hardjowigeno, 2007).

2.6. Analisis Tanaman

(21)

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan mulai dari bulan November 2009 sampai dengan April 2010. Penelitian merupakan percobaan lapang yang dilakukan di lahan Kebun Percobaan University Farm di Cikabayan, Darmaga, Bogor dan analisis tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan di kebun percobaan yaitu pupuk standar (Urea, SP-36 dan KCl), benih caisim Bangkok varietas Tosakan, Furadan 3G untuk proteksi tanaman dan pupuk organik dengan nama ”Hi Yield” yang diproduksi oleh PT Budi Acid Jaya, Lampung, Indonesia. Komposisi hara dan bahan lain yang terkandung dalam pupuk organik “Hi Yield” tertera pada Tabel 1.

(22)

9

Tabel 1. Komposisi Hara dan Bahan Lain dalam Pupuk Organik ”Hi Yield” Parameter Satuan Nilai

Salmonela SP SPK/ml Negatif

Sumber: PT Budi Acid Jaya, Lampung, Indonesia

3.3. Metode Penelitian

Percobaan lapang ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dimana kelompok (blok) sebagai ulangan. Model matematika rancangan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :

Y ij = μ + Pi + Kj + Eij

Terdapat tujuh dosis perlakuan: kontrol, standar (S), dan 5 perlakuan kombinasi antara pupuk organik (PO) dan standar (S). Masing-masing perlakuan dengan empat kali ulangan. Tujuh perlakuan tersebut adalah:

1. kontrol

(23)

10

3. 75% dosis anjuran PO + 50% dosis pupuk Standar (75%PO+50%S) 4. 75% dosis anjuran PO + 75% dosis pupuk Standar (75%PO+75%S) 5. 100% dosis anjuran PO + 50% dosis pupuk Standar (100%PO+50%S) 6. 100% dosis anjuran PO + 75% dosis pupuk Standar (100%PO+75%S) 7. 125% dosis anjuran PO + 50% dosis pupuk Standar (125%PO+50%S)

Dosis anjuran pupuk organik adalah 2 ton/ha. Perlakuan pupuk standar yang digunakan adalah dosis anjuran untuk caisim yang terdiri dari 200 kg urea/ha, 300 kg SP-36/ha dan 100 kg KCl/ha. Dosis masing-masing pupuk organik dan pupuk standar untuk setiap perlakuan dan setiap petak disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Dosis Pupuk Organik dan Pupuk Standar Setiap Perlakuan Percobaan Perlakuan Urea SP 36 KCl PO

Benih caisim Bangkok varietas Tosakan disemaikan di media tanam berupa bahan organik dan serbuk gergaji yang diletakkan di bedengan kecil atau tray. Penyemaian bibit tanaman caisim dilakukan selama 14 hari atau setelah tumbuh 4 daun dan pemeliharaan dilakukan dengan menyiramnya setiap hari.

3.4.2. Persiapan Lahan

(24)

11

3.4.3. Penanaman

Tanaman caisim yang ditanam adalah hasil persemaian selama 14 hari atau setelah muncul 4 daunnya. Tanaman hasil persemaian akan ditanam di petak percobaan dengan jarak tanam 20 cm x 10 cm. Bibit ditanam saat sore hari antara pukul 16.00-18.00 WIB. Populasi bibit yang ditanam per petak adalah 190 tanaman/petak.

3.4.4. Pemupukan dan Pemeliharaan

Pupuk organik diberikan sebelum tanam dengan cara diaduk bersama tanah. Pemberian pupuk standar Urea dan KCl dilakukan dua kali yaitu ½ dosis saat tanam dan ½ dosis saat umur 15 hari setelah tanam, dan untuk pupuk SP-36 diberikan sekaligus pada saat tanam. Tahapan pemeliharaan yang dilakukan selama masa tumbuh tanaman caisim ini meliputi penyulaman, penyiraman, pemberantasan gulma dan pencegahan hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam dengan mengganti tanaman yang kering dan mati. Pembuangan gulma dilakukan satu minggu sekali, lalu penyiraman dilakukan setiap hari sebanyak dua kali yaitu pada pagi dan sore hari jika cuaca sangat cerah, dan dilakukan satu kali jika cuaca mendung.

3.4.5. Pemanenan

Panen tanaman caisim dilakukan saat tanaman berumur 30 hari. Tanaman caisim dipanen dengan cara dicabut, setelah itu akar caisim dibersihkan dengan air dan dikeringkan. Kemudian tanaman ditimbang untuk memperoleh bobot segar daun caisim. Tanaman caisim yang telah ditimbang, daunnya dikeringkan pada suhu 700C selama dua hari. Setelah itu ditimbang bobot keringnya, lalu digiling halus untuk dianalisis kadar hara (N, P dan K) dengan metode pengabuan basah dan dihitung serapan haranya.

3.5. Analisis Laboratorium

Analisis tanaman dilakukan dengan menggunakan metode pengabuan basah yaitu metode ekstraksi H2SO4 + 30% H2O2 dan ekstrak setelah percobaan

(25)

12

dengan menggunakan metode Kjeldhal. Semua data dari parameter yang diamati, dianalisis statistik dengan menggunakan ANOVA (program SAS 6.12) dan apabila berpengaruh nyata maka selanjutnya dilakukan analisis lanjutan dengan menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) atau uji wilayah Duncan pada taraf 1 % dan 5 %.

3.6. Analisis Usaha Tani

(26)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan

Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 3 dengan kriteria yang ditentukan menurut acuan (Tabel Lampiran 1). Karakteristik Latosol umumnya memiliki nilai KTK, KB dan kation basa yang rendah, namun data pada Table 3 menunjukkan bahwa Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini memiliki kation basa yang secara umum tidak rendah, KTK dan KB sedang. Hal tersebut diduga karena adanya residu pemupukan dari pemakaian lahan sebelumnya. Walaupun demikian, tanah ini termasuk tanah masam dan secara umum memiliki kesuburan yang rendah, sehingga pemupukan baik organik maupun anorganik sangat dianjurkan.

Tabel 3. Karakteristik Tanah Sebelum Percobaan

(27)

14

4.1.2. Jumlah Tanaman Caisim yang Tumbuh dan Bobot Tanaman Caisim Hasil analisis ragam jumlah tanaman yang tumbuh per petak dan bobot tanaman menunjukkan bahwa pemupukan tidak berpengaruh nyata pada jumlah tanaman tetapi berpengaruh nyata pada bobot tanaman (Tabel Lampiran 5 dan 6). Hasil uji lanjut rataan bobot dan jumlah tanaman per petak disajikan dalam Tabel 4, kemudian data pengaruh pemupukan terhadap jumlah tanaman dan bobot tanaman per petak selengkapnya terdapat pada Tabel Lampiran 2.

Tabel 4. Pengaruh Pemupukan Terhadap Jumlah Tanaman yang Hidup per Petak dan Bobot Tanaman

Perlakuan Jumlah Tanaman per Petak Bobot Tanaman (g/tanaman)

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 1% dan 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

(28)

15

4.1.3. Kadar Hara Daun dan Akar

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kadar hara N dan K pada daun tanaman caisim tidak dipengaruhi oleh pemupukan kombinasi pupuk organik dan pupuk standar (Tabel Lampiran 7 dan 9), namun berpengaruh nyata pada kadar P daun tanaman caisim (Tabel Lampiran 8). Hasil analisis lanjutan kadar hara P dan K serta rataan kadar N disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh Pemupukan Terhadap Kadar Hara N, P dan K pada Daun Tanaman Caisim

Perlakuan Kadar Hara (%)

N P K

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 1% dan 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

(29)

16

4.1.4. Serapan Hara pada Daun

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan kombinasi pupuk standar dengan pupuk organik berpengaruh nyata terhadap serapan hara N, P, dan K daun caisim (Tabel Lampiran 10,11, dan 12). Hasil uji lanjut serapan N, P, dan K pada perlakuan penambahan pupuk organik yang dikombinasi dengan pupuk standar ditampilkan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Pengaruh Pemupukan Terhadap Serapan Hara N, P dan K pada Daun Tanaman

Perlakuan Serapan Hara (mg/tanaman)

N P K

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Tabel 6 menunjukkan bahwa serapan hara N, P, dan K pada perlakuan standar dan kombinasi pupuk organik dengan standar nyata lebih tinggi daripada kontrol. Pada serapan N dan K, perlakuan kombinasi 75%PO + 75%S dan 100%PO + 0.75%S nyata lebih tinggi daripada standar, sedangkan untuk serapan hara P meskipun tidak berbeda nyata namun perlakuan 75%PO + 75%S dan 100%PO + 0.75%S cenderung lebih tinggi dari standar. Data pengaruh perlakuan pemupukan terhadap serapan hara N, P dan K pada daun tanaman caisim selengkapnya terdapat pada Tabel Lampiran 4.

4.1.5. Analisis Usaha Tani

(30)

17

Tabel 7. Analisis Usaha Tani Pengaruh Pupuk Standar dan Kombinasi Pupuk Organik dan Standar.

Standar 18700000 13060 45710000 27010000 2.44

75%PO+ 50%S 18850000 9140 31990000 13140000 1.70 75%PO+ 75%S 19525000 14800 51800000 32275000 2.65 100%PO+ 50%S 19350000 11360 39760000 20410000 2.05 100%PO+ 75%S 20025000 16060 56210000 36185000 2.81 125%PO+ 50%S 19850000 13860 48510000 28660000 2.44

Keterangan: Pupuk Organik (Rp 1000/kg), Urea (Rp 2500/kg), SP36 (Rp 3000/kg), KCl (Rp 13000/kg), benih (Rp 10000/bungkus) dan caisim (Rp 3500/kg)

Hasil perhitungan analisis usaha tani (Tabel 7) menunjukkan bahwa semua perlakuan pemupukan baik pupuk standar maupun kombinasi pupuk organik dengan pupuk standar memberikan keuntungan karena biaya produksi lebih rendah daripada pendapatan dengan nilai R/C lebih besar dari 1,0. Perlakuan dengan nilai R/C tertinggi adalah perlakuan kombinasi 100% dosis pupuk organik dengan 75% dosis pupuk standar (100%PO + 75%S) yaitu sebesar 2,81 dan selanjutnya berturut-turut diikuti oleh perlakuan 75%PO + 75%S (2.65), 125%PO + 50%S (2.44), perlakuan standar (2.44), 75%PO + 50%S ( 2.42) dan terendah pada perlakuan 100%PO + 50%S (2.05).

4.2. Pembahasan

(31)

18

Berdasarkan hasil tersebut di atas terlihat bahwa penambahan pupuk organik efektif dalam meningkatkan produksi serta kadar dan serapan hara daun tanaman caisim. Hal ini sejalan dengan penelitian Sitepu (2004) dimana pemberian pupuk organik yang diperkaya pada taraf dosis yang berbeda pada umumnya memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan, produksi dan kadar hara N, P, K tanaman. Selain itu kadar hara N tanaman berkisar dari 2.64 % hingga 3.58 % sesuai dengan pendapat Edwards dan Barber (1976) yang menyatakan bahwa kandungan N tanaman rata-rata sebesar 2% hingga 4%, bahkan bisa mencapai 6 %.

Peningkatan produksi serta kadar dan serapan hara tanaman diduga karena pupuk organik memiliki sifat-sifat yang dapat memperbaiki kondisi tanah yaitu adanya bahan organik yang dapat mengikat butir-butir tanah menjadi butiran yang lebih besar dan remah sehingga tanah menjadi gembur dan memperbaiki struktur tanah. Kemudian bahan organik dapat mengikat air lebih banyak dan lebih lama sehingga dapat menaikkan daya serap tanah terhadap air. Dengan adanya pupuk organik, jasad renik dalam tanah menjadi aktif sebagai pengurai dan secara tidak langsung meningkatkan aktivitas organisme dalam tanah. Selain itu, pupuk organik juga merupakan sumber makanan yang lengkap bagi tanaman walaupun dalam jumlah yang sedikit (Prihmantoro, 1999).

Pemberian pupuk organik disertai pupuk standar pada dosis yang lebih rendah (3/4 kali dosis standar) dapat memberikan keuntungan lebih besar daripada penggunaan dosis anjuran pupuk standar saja. Lebih baiknya pengaruh penambahan pupuk organik pada perlakuan kombinasi karena pupuk organik selain sebagai penyumbang hara juga dapat memperbaiki sifat kimia lainnya serta sifat fisik, dan biologi tanah. Pemberian bahan organik dalam memperbaiki sifat kimia tanah yaitu meningkatkan pH, P-tersedia, dan KTK tanah (Fitri, 2005; Djuniwati et al 2007; 2008).

(32)

19

(33)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pemberian pupuk organik yang disertai dengan pupuk standar pada dosis yang lebih rendah daripada dosis rekomendasi standar meningkatkan efektivitas pupuk dalam meningkatkan produksi tanaman caisim. Perlakuan pemupukan kombinasi 75%PO + 75%S dan 100%PO + 75%S cenderung menghasilkan jumlah tanaman per petak, bobot tanaman per petak, kadar dan serapan hara (N, P dan K), serta rasio R/C lebih tinggi daripada pengaruh dosis pupuk standar. Penambahan pupuk organik yang disertai pupuk standar dengan dosis lebih rendah mempunyai efektivitas yang lebih tinggi daripada dengan pupuk standar saja dalam meningkatkan produksi. Berdasarkan analisis ekonomi yang dihitung dengan nilai R/C maka kombinasi kedua perlakuan yaitu 75%PO + 75%S (2.65) dan 100%PO + 75%S (2.81) lebih menguntungkan secara ekonomi daripada perlakuan standar (2.44).

5.2. Saran

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Buringh, P. 1970. Introduction to the Study of Soil in Tropical and Sub Tropical Regions. 3rd edition. Centre of Agricultural Publishing and Documentation.Wageningan. Netherlands.

Djuniwati, S, H.B. Pulunggono, dan Suwarno. 2007. Pengaruh pemberian bahan organik (Centrosema pubescens) dan fosfat alam terhadap aktivitas fosfatase dan fraksi P tanah Latosol di Darmaga, Bogor. Jurnal Tanah dan Lingkungan. 9(1): 10-15.

Djuniwati, S, H.B. Pulunggono, dan Suwarno. 2008. Pengaruh pemberian bahan organik (Calopogonium caeruleum) dan fosfat alam terhadap aktivitas fosfatase dan P tanah Latosol dari Darmaga, Bogor. Jurnal Tanah Indonesia. 1(1):31-36.

Dudal, R dan M. Soepraptohardjo. 1957. Soil Classification in Indonesia. Pemberitaan Balai Besar Penyelidik Pertanian. Bogor.

Edwards, J.H dan S.A. Barber. 1976. Nitrogen flux into corn roots as influenced by shoot requirement. Journal of Agronomy. 68:471-473.

Epstein, E. 1972. Mineral Nutrition of Plants: Principles and Perspective. Wiley. New York.

Fitri, O.F. 2005. Pengaruh Bahan Organik Janjang Kosong Kelapa Sawit dan Pueraria javanica Terhadap Sifat Kimia Tanah Latosol Darmaga. Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institur Pertanian Bogor. Bogor.

Gardner, F.P, R.B. Pearce dan R.L. Mitchel. 1985. Physiologi of Crop Plants. The Iowa State University Press. Iowa.

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. Haryanto, E. 2003. Sawi dan Selada. Pustaka Setia. Jakarta.

Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. 2004. Bahan Kuliah Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Musnamar, E.I. 2003. Pupuk Organik: Cair & Padat, Pembuatan, Aplikasi. Revisi ke 9. Penebar Swadaya. Jakarta.

Prihmantoro, H. 1999. Memupuk Tanaman Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia : Prinsip, Produksi dan

Gizi. Jilid 2. Penerbit ITB. Bandung.

Rukmana, R. 1999. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Yogyakarta.

(35)

22

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soepraptohardjo, M. and H. Soeharjo. 1978. Rice soils of Indonesia in rice of Asia. In:Internationa Rice Research. Inst. Soil and Rice. Los Banos, Philippines. P.99-144.

Sutanto, R. 2002. Penetapan Pertanian Organik. Kanisius. Jakarta.

Williams, C.N, J.O. Uzo dan W.T.H. Peregrine. 1993. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Terjemahan Soedharoedjian R. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

(36)
(37)

24

Tabel Lampiran 1. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983)

Sifat Kimia Tanah Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

(38)

Tabel Lampiran 2. Pengaruh Perlakuan Pemupukan terhadap Jumlah Tanaman yang Hidup dan Bobot Tanaman

No Perlakuan

Jumlah Tanaman/Petak Bobot Tanaman (g/tanaman)

Ulangan Ulangan

1 2 3 4 Rataan 1 2 3 4 Rataan

1 Kontrol 97 109 98 119 106 4.64 4.59 2.04 9.24 5.13

2 Standar 125 129 129 125 127 45.60 29.46 69.77 60.80 51.41 3 0.75PO+0.5S 128 98 123 125 119 32.42 36.02 62.60 23.20 38.56 4 0.75PO+0.75S 124 124 118 123 122 39.52 86.29 38.14 77.24 60.30 5 1.0PO+0.5S 129 114 140 127 128 51.16 41.23 41.07 44.72 44.55 6 1.0PO+0.75S 126 116 120 153 129 57.94 48.71 83.75 59.48 62.47 7 1.25PO+0.5S 125 130 125 119 125 55.44 51.92 52.80 62.61 55.69 Tabel Lampiran 3. Pengaruh Perlakuan Pemupukan terhadap Kadar Hara N, P dan K Daun Tanaman Caisim

No Perlakuan

N(%) P(%) K(%)

1 2 3 4 Rataan 1 2 3 4 Rataan 1 2 3 4 Rataan

1 Kontrol 2.68 2.21 2.59 3.11 2.65 0.23 0.26 0.27 0.29 0.26 3.37 3.63 2.50 7.00 4.13 2 Standar 3.56 3.28 2.95 2.26 3.01 0.31 0.36 0.31 0.28 0.32 3.25 4.75 4.38 4.00 4.10 3 0.75PO+0.5S 2.90 3.01 2.93 2.81 2.91 0.27 0.28 0.30 0.29 0.29 5.00 3.75 5.25 4.75 4.69 4 0.75PO+0.75S 3.20 3.01 3.01 3.28 3.13 0.29 0.31 0.32 0.35 0.32 6.25 5.25 6.00 6.25 5.94 5 1.0PO+0.5S 2.84 2.98 3.01 2.54 2.84 0.31 0.30 0.30 0.25 0.29 4.75 6.00 5.75 3.38 4.97 6 1.0PO+0.75S 2.68 3.58 2.84 3.50 3.15 0.29 0.35 0.30 0.36 0.33 5.88 5.75 5.63 5.75 5.75 7 1.25PO+0.5S 2.76 3.39 2.68 3.06 2.97 0.30 0.35 0.30 0.32 0.32 3.13 3.88 4.38 5.00 4.10

(39)

26

Tabel Lampiran 4. Pengaruh Perlakuan Pemupukan terhadap Serapan Hara N, P dan K Daun Tanaman Caisim

No Perlakuan

N(%) P(%) K(%)

1 2 3 4 Rataan 1 2 3 4 Rataan 1 2 3 4 Rataan

1 Kontrol 3.12 3.43 2.03 7.03 3.90 0.27 0.40 0.21 0.66 0.38 3.92 5.64 1.96 15.83 6.84 2 Standar 20.69 17.03 22.55 26.91 21.79 1.80 1.87 2.37 3.33 2.34 18.89 24.66 33.48 47.63 31.16 3 0.75PO+0.5S 19.86 10.62 28.47 16.33 18.82 1.85 0.99 2.92 1.69 1.86 34.24 13.23 51.01 27.61 31.52 4 0.75PO+0.75S 21.82 27.53 32.32 26.22 26.97 1.98 2.83 3.44 2.80 2.76 42.63 48.01 75.17 49.97 53.94 5 1.0PO+0.5S 25.65 12.65 21.70 15.40 18.85 2.80 1.27 2.16 1.52 1.94 42.89 25.48 41.46 20.50 32.58 6 1.0PO+0.75S 21.78 23.26 37.06 30.12 28.05 2.36 2.27 3.92 3.10 2.91 47.79 37.35 73.47 49.49 52.02 7 1.25PO+0.5S 19.67 10.80 16.67 24.49 17.90 2.14 1.11 1.87 2.56 1.92 22.30 12.36 27.24 40.01 25.48

(40)

27

Tabel Lampiran 5. Analisis Ragam Jumlah Tanaman Caisim per Petak Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat

Bebas

Tabel Lampiran 6. Analisis Ragam Bobot Tanaman Caisim Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat

Bebas

Tabel Lampiran 7. Analisis Ragam Kadar Hara N Daun Tanaman Caisim Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat

Bebas

Tabel Lampiran 8. Analisis Ragam Kadar Hara P Daun Tanaman Caisim Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat

Bebas

Tabel Lampiran 9. Analisis Ragam Kadar Hara K Daun Tanaman Caisim Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat

Bebas

NS (Not Significant) Pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk standar dengan dosis yang

lebih kecil tidak berpengaruh nyata terhadap parameter yang diujikan pada tanaman caisim dengan taraf nyata 1% dan 5%

* Pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk standar dengan dosis yang lebih kecil berpengaruh nyata terhadap parameter yang diujikan pada tanaman caisim dengan taraf nyata 1% dan 5%

(41)

28

Tabel Lampiran 10. Analisis Ragam Serapan Hara N Daun Tanaman Caisim Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat

Bebas

Derajat

Tengah F-hitung P-Value

Model 105395.510 9 11710.612 7.300 0.000**

Galat 28866.183 18 1603.677

Total 134261.692 27

Tabel Lampiran 11. Analisis Ragam Serapan Hara P Daun Tanaman Caisim Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat

Bebas

Tabel Lampiran 12. Analisis Ragam Serapan Hara K Daun Tanaman Caisim Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat

Bebas

Derajat

Tengah F-hitung P-Value

Model 477783.516 9 53087.057 6.380 0.000**

Galat 149837.433 18 8324.302

Total 627620.989 27

NS (Not Significant) Pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk standar dengan dosis yang

lebih kecil tidak berpengaruh nyata terhadap parameter yang diujikan pada tanaman caisim dengan taraf nyata 1% dan 5%

* Pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk standar dengan dosis yang lebih kecil berpengaruh nyata terhadap parameter yang diujikan pada tanaman caisim dengan taraf nyata 1% dan 5%

(42)

29

Tabel Lampiran 13. Analisis Usaha Tani pada Perlakuan Pemupukan Standar

Komponen

Jumlah Harga kg/petak kg/ha Rp/kg Rp/petak Rp/ha Biaya Produksi

Total Biaya Produksi 18700000

Produksi tanaman 6.53 13060 3500 22855 45710000

Keuntungan 27010000

R/C 2.44

Tabel Lampiran 14. Analisis Usaha Tani pada Perlakuan Pemupukan 75% Dosis Anjuran PO + 50% Dosis Standar (75%PO+50%S)

Komponen

Jumlah Harga kg/petak kg/ha Rp/kg Rp/petak Rp/ha Biaya Produksi

Total Biaya Produksi 18850000

Produksi tanaman 4.57 9140 3500 15995 31990000

Keuntungan 13140000

R/C 2.42

(43)

30

Tabel Lampiran 15. Analisis Usaha Tani pada Perlakuan Pemupukan 75% Dosis Anjuran PO + 75% Dosis Standar (75%PO+75%S)

Komponen

Jumlah Harga kg/petak kg/ha Rp/kg Rp/petak Rp/ha Biaya Produksi

Total Biaya Produksi 19525000

Produksi tanaman 7.4 14800 3500 25900 51800000

Keuntungan 32275000

R/C 2.65

Tabel Lampiran 16. Analisis Usaha Tani pada Perlakuan Pemupukan 100% Dosis Anjuran PO + 50% Dosis Standar (100%PO+50%S)

Komponen

Jumlah Harga kg/petak kg/ha Rp/kg Rp/petak Rp/ha Biaya Produksi

Total Biaya Produksi 19350000

Produksi tanaman 5.68 11360 3500 19880 39760000

Keuntungan 20410000

R/C 2.05

(44)

31

Tabel Lampiran 17. Analisis Usaha Tani pada Perlakuan Pemupukan 100% Dosis Anjuran PO + 75% Dosis Standar (100%PO+75%S)

Jumlah Harga

Komponen kg/petak kg/ha Rp/kg Rp/petak Rp/ha

Biaya Produksi

Produksi tanaman 8.03 16060 3500 28105 56210000

Keuntungan 36185000

R/C 2.81

Tabel Lampiran 18. Analisis Usaha Tani pada Perlakuan Pemupukan 125% Dosis Anjuran PO + 50% Dosis Standar (125%PO+50%S)

Jumlah Harga

Komponen kg/petak kg/ha Rp/kg Rp/petak Rp/ha

Biaya Produksi

Produksi tanaman 6.93 13860 3500 24255 48510000

Keuntungan 28660000

R/C 2.44

(45)

32

KONTROL

Gambar Lampiran 1. Perbandingan Tanaman Caisim pada Setiap Perlakuan Pemupukan di Petak Percobaan

STANDAR (S)

75% PO + 50% S 75% PO + 75% S 100% PO + 50% S

(46)

33

KONTROL (K) STANDAR (S)

Gambar Lampiran 2. Perbandingan Tanaman Caisim pada Setiap Perlakuan Saat Panen

100% PO + 50% S

75% PO + 75% S

125% PO + 50% S

(47)

34

19 18 12 20

24 26 6 10

27 16 8 22

14 7 17 1

23 11 28 9

4 2 5 15

21 13 3 25

--- --- Jalan

(48)

PENGARUH PUPUK ORGANIK PADA PRODUKSI DAN SERAPAN HARA TANAMAN CAISIM (Brassica juncea) VARIETAS TOSAKAN

PADA LATOSOL DARMAGA

SYIFA FAUZIAH A14061752

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(49)

RINGKASAN

SYIFA FAUZIAH. Pengaruh Pupuk Organik pada Produksi dan Serapan Hara Tanaman Caisim (Brassica juncea) Varietas Tosakan pada Latosol Darmaga. Di bawah bimbingan SRI DJUNIWATI dan SYAIFUL ANWAR

Lahan di Indonesia didominasi oleh tanah-tanah masam dan secara umum kesuburannya rendah. Hal ini terjadi karena Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis dan curah hujan tinggi sehingga pencucian unsur hara (leaching) serta pelapukan tinggi, akibatnya kesuburan tanah menjadi rendah. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah pemupukan. Pemupukan dengan pupuk organi dapat memperbaiki sifat tanah antara lain meningkatkan unsur hara, C-organik dan KTK tanah sehingga dapat membantu penyediaan unsur hara tanah dan diharapkan meningkatkan efisiensi pemupukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik pada produksi, kadar dan serapan hara tanaman Caisim pada Latosol Darmaga serta menghitung analisis usaha taninya dengan nilai R/C (Revenue Cost Ratio).

Penelitian ini merupakan percobaan lapang yang dilakukan di lahan Kebun Percobaan University Farm di Cikabayan, Darmaga, Bogor. Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk organik (PO) dan standar (S). Pupuk organik yang digunakan berbentuk granul dengan dosis anjuran 2 ton/ha, sedangkan standar adalah dosis anjuran pupuk konvensional untuk pemupukan Caisim yaitu 200 kg urea/ha, 300 kg SP-36/ha dan 100 kg KCl/ha. Analisis tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 7 perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali sehingga terdapat 28 petak percobaan. Tujuh perlakuan tersebut terdiri dari : Kontrol , Standar, 75%PO + 50%S, 75%PO + 75%S, 100%PO + 50%S, 100%PO + 75%S dan 125%PO + 50%S.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk standar, serta pupuk standar saja nyata lebih tinggi dibandingkan kontrol pada parameter bobot tanaman, kadar hara P daun serta serapan hara N, P dan K daun. Pemberian pupuk organik meningkatkan efektivitas pemakaian pupuk karena pupuk organik yang disertai pupuk standar dengan dosis yang lebih rendah (50% dan 75%) dapat menghasilkan produksi tanaman per petak yang lebih tinggi daripada pupuk standar (100%). Berdasarkan hasil analisis usaha tani menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan kombinasi antara pupuk organik dan pupuk standar menguntungkan dari segi ekonomi. Parameter produksi, kadar dan serapan hara tanaman, serta nisbah R/C tertinggi adalah pada kombinasi pupuk organik dan standar 75%PO + 75%S dan 100%PO + 75%S.

(50)

SUMMARY

SYIFA FAUZIAH. The Effect of Organic Fertilizer in Yield and Nutrient Uptake of Caisim (Brassica juncea) in Latosol Darmaga. Supervised by SRI DJUNIWATI and SYAIFUL ANWAR

Indonesian lands are dominated by acid soils and generally have low soil fertility due to tropical high rainfall that resulted in highly leaching and weathering. One of ways to improve soil fertility is by using fertilizer. Application of organic fertilizer are able to increase soil properties such as increasing soil nutrients, organic carbon and soil CEC which will provide soil nutrients and increase the efficiency of fertilizer. This research aims to evaluate the effect of organic fertilizer to the yield, nutrient content and uptake of the leaf caisim (Brassica juncea) on Latosol Darmaga and also to calculate the farming R/C (Revenue Cost Ratio) analysis.

The Research was conducted in the field of University Farm Cikabayan, Bogor. Fertilizer that used in this research were organic fertilizer (OF) and standard (S). The form of organic fertilizer were granule and recommendation of the dose was 2 ton/ha. Then, standard was a conventional recommendation used for Caisim, there were 200 kg urea/ha, 300 kg SP-36/ha and 100 kg KCl/ha. Plant analysis was conducted in Chemical and Soil Fertility Laboratory, Faculty of Agriculture, IPB. This research design was Randomize Complete Block Design (RCBD) with 7 doses of treatment and 4 replication, so that there were 28 experimental units. The treatments were : Control, Standard (S), 75% OF + 50% S, 75% OF + 75% S, 100% OF + 50% S, 100% OF +75% S, and 125% OF + 50% S.

The result showed that combination of organic fertilizer with standard fertilizer, and standard fertilizer only significantly have higher yield compared with control in parameters such as plant weight, leaf nutrient content (P) and leaf uptake (N, P and K). Additional of organic fertilizer improved effectivity of fertilizer to yield because organic fertilizer with additional of standard fertilizer in lower dose (50% and 75%) were able to produce higher number of plant/plot than standard fertilizer treatment only. Economic farming analysis indicated that combination organic and standard fertilizer were profitable economically. The highest value for parameters such as production, nutrient content, nutrient uptake and R/C ratio occurred in 75%PO + 75%S and 100%PO and 75%S.

(51)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lahan di Indonesia didominasi oleh tanah-tanah masam. Hal ini karena Indonesia merupakan negara dengan curah hujan tinggi yang mengakibatkan tanah kekurangan unsur hara dan kation-kation basa yang diperlukan oleh tanah akibat pencucian hara (leaching) yang intensif. Temperatur dan kelembaban udara yang tinggi juga mengakibatkan dekomposisi bahan organik dan pelepasan hara berlangsung cepat sehingga kesuburan tanah rendah karena rendahnya unsur hara dan bahan organik tanah.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah dengan pemupukan, baik pupuk organik maupun anorganik. Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus akan menurunkan efisiensi pupuk dan dapat mengganggu keseimbangan sifat tanah sehingga menurunkan produktivitas lahan dan mempengaruhi produksi tanaman (Musnamar, 2003). Akhir-akhir ini banyak diproduksi pupuk organik karena merupakan bahan alternatif yang berperan mengurangi masalah-masalah lingkungan, terutama yang berkaitan dengan sifat tanah akibat pemberian pupuk konvensional (anorganik) secara terus menerus.

Berdasarkan cara pembentukannya pupuk organik dibedakan atas pupuk organik alami dan buatan. Pupuk organik buatan dibuat untuk memenuhi kebutuhan pupuk tanaman yang bersifat alami, berkualitas baik, mudah didapat, didistribusikan dan diaplikasikan serta dengan kandungan hara yang terukur. Bentuk kemasan menjadikan pupuk organik layak tampil sejajar dengan pupuk kimia. Penambahan bahan organik tanah ke dalam tanah memiliki fungsi yang sangat penting dalam menjaga kesuburan tanah. Walaupun pupuk organik hanya menyumbang hara dalam jumlah sedikit, tetapi dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

(52)

2

penyediaan hara selama pertumbuhan tanaman dan mengurangi kepadatan tanah karena bobot isi menurun sehingga penetrasi akar menjadi lebih baik (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Proses dekomposisi bahan organik yang lambat menyebabkan terlambatnya tanaman memperoleh hara untuk pertumbuhannya. Musnamar (2003) menyatakan bahwa terdapat interaksi positif pada penggunaan pupuk organik dan pupuk anorganik secara terpadu. Pemberian pupuk organik yang dipadukan dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan efisiensi penggunaan pupuk. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan penambahan pupuk organik yang dikombinasi pupuk standar dengan dosis yang lebih rendah pada tanaman caisim varietas Tosakan sebagai indikator tanamannya. Pupuk organik yang digunakan pada penelitian ini adalah pupuk organik yang berbentuk granul.

Tanaman caisim menjadi salah satu komoditas holtikultura yang banyak diusahakan karena merupakan tanaman semusim yang mudah budidayanya serta banyak manfaatnya. Tanaman ini termasuk tanaman yang tahan terhadap suhu yang tinggi dan tahan terhadap hujan sehingga dapat dibudidayakan sepanjang tahun asalkan pada musim kemarau tersedia air yang cukup (Rukmana, 1999). Umur tanaman caisim tergolong pendek hanya 22-30 hari setelah tanam (HST) dengan produktivitas 10 ton/ha serta mudah dari segi perawatan dan pemeliharaan.

1.2. Tujuan

(53)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sifat dan Ciri Umum Tanah Latosol

Latosol terbentuk di daerah tropika basah yang mempunyai suhu dan curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan proses pelapukan dan pencucian berlangsung secara intensif. (Buringh, 1970). Latosol merupakan kelompok tanah yang memiliki perbedaan horizon tidak jelas, kandungan mineral primer dan hara rendah, pH rendah 4.5-5.5, kandungan bahan organiknya relatif rendah, konsistensinya lemah dan stabilitas agregatnya tinggi, terjadi akumulasi seskuioksida dan pencucian silika. Warna tanah merah, coklat kemerah-merahan atau kekuning-kuningan atau kuning tergantung dari komposisi bahan induk, umur tanah, iklim dan elevasi (Dudal dan Soepraptohardjo, 1957).

Menurut taksonomi tanah USDA, Latosol termasuk ke dalam Oxic Dystrudept. Latosol memiliki permeabilitas agak lambat hingga sedang dan sangat responsif terhadap pemupukan P (Yogaswara, 1977). Kandungan silika yang rendah, seskuioksida tinggi serta kandungan Al dan Fe yang tinggi menyebabkan fosfat mudah terikat lalu membentuk senyawa Al-P dan Fe-P. Hal ini menyebabkan ketersediaan P dalam tanah menjadi rendah atau kurang tersedia bagi tanaman (Soepardi, 1983). Pada Latosol terbentuk struktur tanah granular yang merangsang drainase menjadi sangat baik. Sifat lain dari Latosol adalah kapasitas tukar kation rendah. Hal ini disebabkan oleh kadar bahan organik, basa-basa dapat dipertukarkan serta hara tersedia yang rendah. (Soepraptohardjo dan Soeharjo, 1978).

2.2. Karakteristik Tanaman Caisim

(54)

4

tinggi maupun dataran rendah. Derajat kemasaman optimum untuk pertumbuhan Brassica juncea berkisar antara pH 6-7 (Haryanto, 2003). Untuk sebagian besar tanaman Brassica juncea, suhu pertumbuhan optimum adalah antara 15ºC dan 20ºC (Williams, 1993).

Penyakit yang menyerang tanaman ini adalah busuk basah Erwinia yang dapat menjadi parah jika tanaman terluka pada waktu kegiatan budidaya. Penyakit akar pekuk dapat menjadi sangat parah dan menyebabkan pertumbuhan kerdil yang nyata, tetapi penyakit bercak daun Alternaria biasanya tidak menjadi masalah. Penyakit rebah semai (Phythium spp) akan merusak jika tanaman terlalu banyak diairi. Tanaman ini merupakan tanaman yang cepat tumbuh, oleh karena itu pemeliharaan bedengan benih sangat diperlukan untuk mengendalikan gulma (Williams, 1993).

2.3. Pupuk Organik

Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa tumbuhan dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Kadar bahan organik tanah tidak melebihi 3 atau 5 persen dari bobot tanah. Walaupun jumlahnya sedikit, bahan organik memiliki pengaruh yang nyata terhadap sifat-sifat tanah dan pertumbuhan tanaman (Soepardi,1983). Definisi pupuk organik menurut International for Standardization (ISO) adalah bahan organik atau bahan karbon, pada umumnya berasal dari tumbuhan dan/atau hewan yang ditambahkan ke dalam tanah secara spesifik sebagai sumber hara (Sutanto, 2002).

(55)

5

Pemberian pupuk organik berpengaruh positif terhadap tanaman karena selain menyumbangkan hara makro, meskipun dalam jumlah rendah, juga dapat memperbaiki sifat-sifat tanah baik sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Menurut Musnamar (2003) fungsi pupuk organik secara umum adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan kesuburan tanah, dengan adanya penambahan unsur hara, humus dan bahan organik kedalam tanah menimbulkan efek residual, yaitu berpengaruh dalam jangka panjang.

2) Pemberian pupuk organik menyebabkan terjadinya perbaikan struktur tanah sehingga sifat fisik dan kimia tanah ikut diperbaiki. Pemberian pada tanah berpasir menyebabkan daya ikat tanah meningkat. Sedangkan pada tanah berlempung akan membuat daya ikat air menjadi tinggi, daya ikat tanah terhadap unsur hara meningkat, serta drainase dan tata udara tanah dapat diperbaiki. Tata udara tanah yang baik dengan kandungan air cukup akan menyebabkan suhu tanah lebih stabil serta aliran air dan aliran udara tanah menjadi lebih baik.

3) Memperbaiki sifat biologi tanah dan mekanisme jasad renik. Pemberian pupuk organik akan meningkatkan populasi musuh alami mikroba tanah sehingga menekan aktivitas saprofitik dari patogen tanaman.

2.4. Karakteristik Hara N, P dan K dalam Tanah

Unsur N dalam tanah berasal dari bahan organik tanah, pengikatan N udara oleh mikroorganisme, pupuk dan air hujan. Unsur N di dalam tanah terdapat dalam berbagai bentuk yaitu: protein (bahan organik), senyawa-senyawa amino, amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Perubahan-perubahan bentuk N dalam tanah

dari bahan organik melalui beberapa proses yaitu aminisasi, amonifikasi, dan nitrifikasi. Hilangnya N dari tanah diantaranya adalah karena digunakan oleh tanaman atau mikroorganisme, N dalam bentuk NH4+ dapat diikat oleh mineral

liat jenis illit sehinga tidak dapat digunakan oleh tanaman, N dalam bentuk NO3

-mudah dicuci oleh air hujan (leaching) dan proses denitrifikasi (Hardjowigeno, 2007).

(56)

P-6

anorganik. P-anorganik umumya dalam bentuk senyawa dengan Ca atau senyawa-senyawa dengan Fe dan Al (Hardjowigeno, 2007). Mobilitas hara P dalam tanah sangat rendah karena reaksi dengan komponen tanah maupun dengan ion–ion logam dalam tanah seperti Ca, Al, Fe dan lain–lain membentuk senyawa yang kurang larut dengan tingkat kelarutan berbeda-beda. Reaksi tanah (pH) memegang peranan sangat penting dalam mobiltas unsur ini (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Jumlah K dalam tanah jauh lebih banyak daripada fosfor. Masalah utama ialah ketersediaan karena K diikat dalam bentuk-bentuk yang kurang tersedia. Jumlah K yang dapat dipertukarkan atau tersedia bagi tanaman tidak melebihi 1 persen dari seluruh K tanah (Soepardi, 1983). Unsur K dalam tanah berasal dari mineral-mineral primer tanah dan pupuk buatan. Hilangnya K dari tanah karena diserap tanaman terutama tanaman leguminosa, tomat, dan kentang, dan karena pencucian oleh air hujan ( Hardjowigeno, 2007).

2.5. Karakteristik Hara N, P dan K dalam Tanaman

Tanaman mengambil N terutama dalam bentuk NH4+ dan NO3-. Senyawa

N digunakan tanaman untuk membentuk asam amino yang akan diubah menjadi protein dan membentuk klorofil. Senyawa N juga berperan dalam perbaikan pertumbuhan vegetatif tanaman. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N memiliki warna yang lebih hijau. Gejala kekurangan N akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, pertumbuhan tanaman terbatas, daun-daun menguning dan gugur. Gejala kelebihan N menyebabkan keterlambatan kematangan tanaman yang diakibatkan terlalu banyaknya pertumbuhan vegetatif, batang lemah dan mudah roboh serta mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit (Hardjowigeno, 2007).

(57)

7

sel terganggu dan daun menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung daun (Hardjowigeno, 2007).

Kalium merupakan unsur logam yang paling banyak terdapat dalam cairan sel, yang dapat mengatur keseimbangan garam-garam atau dengan kata lain mengatur tekanan osmotik dalam sel tanaman sehingga memungkinkan pergerakan air ke dalam akar (Gardner et al., 1991). Kalium berperan dalam pembelahan sel, pembukaan stomata, fotosintesis (pembentukan karbohidrat), translokasi gula, reduksi nitrat dan selanjutnya sintesis protein dan dalam aktivitas enzim Tanaman yang kurang K akan kurang tahan terhadap kekeringan karena K membantu menjaga potensial osmotik dan ketersediaan air pada tanaman (Epstein, 1972). Tanaman yang kekurangan K lebih peka terhadap penyakit dan kualitas produksi biasanya rendah, baik daun, buah, maupun biji. Unsur K mudah bergerak (mobile) di dalam tanaman sehingga gejala defisiensi K terlihat pada daun tua, pinggir-pinggir daun berwarna coklat. Hal ini terjadi karena daun-daun muda yang masih tumbuh dengan aktif menghisap K dari daun-daun tua (Hardjowigeno, 2007).

2.6. Analisis Tanaman

(58)

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan mulai dari bulan November 2009 sampai dengan April 2010. Penelitian merupakan percobaan lapang yang dilakukan di lahan Kebun Percobaan University Farm di Cikabayan, Darmaga, Bogor dan analisis tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan di kebun percobaan yaitu pupuk standar (Urea, SP-36 dan KCl), benih caisim Bangkok varietas Tosakan, Furadan 3G untuk proteksi tanaman dan pupuk organik dengan nama ”Hi Yield” yang diproduksi oleh PT Budi Acid Jaya, Lampung, Indonesia. Komposisi hara dan bahan lain yang terkandung dalam pupuk organik “Hi Yield” tertera pada Tabel 1.

(59)

9

Tabel 1. Komposisi Hara dan Bahan Lain dalam Pupuk Organik ”Hi Yield” Parameter Satuan Nilai

Salmonela SP SPK/ml Negatif

Sumber: PT Budi Acid Jaya, Lampung, Indonesia

3.3. Metode Penelitian

Percobaan lapang ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dimana kelompok (blok) sebagai ulangan. Model matematika rancangan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :

Y ij = μ + Pi + Kj + Eij

Terdapat tujuh dosis perlakuan: kontrol, standar (S), dan 5 perlakuan kombinasi antara pupuk organik (PO) dan standar (S). Masing-masing perlakuan dengan empat kali ulangan. Tujuh perlakuan tersebut adalah:

1. kontrol

(60)

10

3. 75% dosis anjuran PO + 50% dosis pupuk Standar (75%PO+50%S) 4. 75% dosis anjuran PO + 75% dosis pupuk Standar (75%PO+75%S) 5. 100% dosis anjuran PO + 50% dosis pupuk Standar (100%PO+50%S) 6. 100% dosis anjuran PO + 75% dosis pupuk Standar (100%PO+75%S) 7. 125% dosis anjuran PO + 50% dosis pupuk Standar (125%PO+50%S)

Dosis anjuran pupuk organik adalah 2 ton/ha. Perlakuan pupuk standar yang digunakan adalah dosis anjuran untuk caisim yang terdiri dari 200 kg urea/ha, 300 kg SP-36/ha dan 100 kg KCl/ha. Dosis masing-masing pupuk organik dan pupuk standar untuk setiap perlakuan dan setiap petak disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Dosis Pupuk Organik dan Pupuk Standar Setiap Perlakuan Percobaan Perlakuan Urea SP 36 KCl PO

Benih caisim Bangkok varietas Tosakan disemaikan di media tanam berupa bahan organik dan serbuk gergaji yang diletakkan di bedengan kecil atau tray. Penyemaian bibit tanaman caisim dilakukan selama 14 hari atau setelah tumbuh 4 daun dan pemeliharaan dilakukan dengan menyiramnya setiap hari.

3.4.2. Persiapan Lahan

(61)

11

3.4.3. Penanaman

Tanaman caisim yang ditanam adalah hasil persemaian selama 14 hari atau setelah muncul 4 daunnya. Tanaman hasil persemaian akan ditanam di petak percobaan dengan jarak tanam 20 cm x 10 cm. Bibit ditanam saat sore hari antara pukul 16.00-18.00 WIB. Populasi bibit yang ditanam per petak adalah 190 tanaman/petak.

3.4.4. Pemupukan dan Pemeliharaan

Pupuk organik diberikan sebelum tanam dengan cara diaduk bersama tanah. Pemberian pupuk standar Urea dan KCl dilakukan dua kali yaitu ½ dosis saat tanam dan ½ dosis saat umur 15 hari setelah tanam, dan untuk pupuk SP-36 diberikan sekaligus pada saat tanam. Tahapan pemeliharaan yang dilakukan selama masa tumbuh tanaman caisim ini meliputi penyulaman, penyiraman, pemberantasan gulma dan pencegahan hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam dengan mengganti tanaman yang kering dan mati. Pembuangan gulma dilakukan satu minggu sekali, lalu penyiraman dilakukan setiap hari sebanyak dua kali yaitu pada pagi dan sore hari jika cuaca sangat cerah, dan dilakukan satu kali jika cuaca mendung.

3.4.5. Pemanenan

Panen tanaman caisim dilakukan saat tanaman berumur 30 hari. Tanaman caisim dipanen dengan cara dicabut, setelah itu akar caisim dibersihkan dengan air dan dikeringkan. Kemudian tanaman ditimbang untuk memperoleh bobot segar daun caisim. Tanaman caisim yang telah ditimbang, daunnya dikeringkan pada suhu 700C selama dua hari. Setelah itu ditimbang bobot keringnya, lalu digiling halus untuk dianalisis kadar hara (N, P dan K) dengan metode pengabuan basah dan dihitung serapan haranya.

3.5. Analisis Laboratorium

Analisis tanaman dilakukan dengan menggunakan metode pengabuan basah yaitu metode ekstraksi H2SO4 + 30% H2O2 dan ekstrak setelah percobaan

(62)

12

dengan menggunakan metode Kjeldhal. Semua data dari parameter yang diamati, dianalisis statistik dengan menggunakan ANOVA (program SAS 6.12) dan apabila berpengaruh nyata maka selanjutnya dilakukan analisis lanjutan dengan menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) atau uji wilayah Duncan pada taraf 1 % dan 5 %.

3.6. Analisis Usaha Tani

(63)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan

Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 3 dengan kriteria yang ditentukan menurut acuan (Tabel Lampiran 1). Karakteristik Latosol umumnya memiliki nilai KTK, KB dan kation basa yang rendah, namun data pada Table 3 menunjukkan bahwa Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini memiliki kation basa yang secara umum tidak rendah, KTK dan KB sedang. Hal tersebut diduga karena adanya residu pemupukan dari pemakaian lahan sebelumnya. Walaupun demikian, tanah ini termasuk tanah masam dan secara umum memiliki kesuburan yang rendah, sehingga pemupukan baik organik maupun anorganik sangat dianjurkan.

Tabel 3. Karakteristik Tanah Sebelum Percobaan

(64)

14

4.1.2. Jumlah Tanaman Caisim yang Tumbuh dan Bobot Tanaman Caisim Hasil analisis ragam jumlah tanaman yang tumbuh per petak dan bobot tanaman menunjukkan bahwa pemupukan tidak berpengaruh nyata pada jumlah tanaman tetapi berpengaruh nyata pada bobot tanaman (Tabel Lampiran 5 dan 6). Hasil uji lanjut rataan bobot dan jumlah tanaman per petak disajikan dalam Tabel 4, kemudian data pengaruh pemupukan terhadap jumlah tanaman dan bobot tanaman per petak selengkapnya terdapat pada Tabel Lampiran 2.

Tabel 4. Pengaruh Pemupukan Terhadap Jumlah Tanaman yang Hidup per Petak dan Bobot Tanaman

Perlakuan Jumlah Tanaman per Petak Bobot Tanaman (g/tanaman)

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 1% dan 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Gambar

Tabel 7. Analisis Usaha Tani Pengaruh Pupuk Standar dan Kombinasi Pupuk Organik dan Standar
Tabel Lampiran 1. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983)
Tabel Lampiran 14. Analisis Usaha Tani pada Perlakuan Pemupukan 75% Dosis Anjuran PO + 50% Dosis Standar (75%PO+50%S)
Tabel Lampiran 16. Analisis Usaha Tani pada Perlakuan Pemupukan 100% Dosis Anjuran PO + 50% Dosis Standar (100%PO+50%S)
+7

Referensi

Dokumen terkait

JUDUL TESIS KETERSEDIAAN DAN SERAPAN HARA N PADA TANAMAN KEDELAI DAN JAGUNG AKIBAT PEMBERIAN PUPUK BIOLOGI NDAN BAHAN ORGANIK PADA TANAH ULTISOL.. NAMA

Berdasarkan analisa kimia tanah pada KTK tanah diduga bahwa pemberian bahan organik yang berupa kompos kedalam tanah dapat meningkatkan KTK tanah dimana tanah

Pengaruh tanaman di atas permukaan tanah memiliki dua fungsi, yaitu menghambat aliran air di permukaan tanah sehingga kesempatan berinfiltrasi lebih besar, dan dengan sistem

Pengaruh pupuk organik plus terhadap kadar C-organik tanah Analisis sidik ragam terhadap unsur hara N, P dan K di dalam tanah menunjukkan perbedaan yang nyata pada

Berdasarkan analisa kimia tanah pada KTK tanah diduga bahwa pemberian bahan organik yang berupa kompos kedalam tanah dapat meningkatkan KTK tanah dimana tanah

Hal ini disebabkan karena pemberian pupuk organik cair limbah darah sapi ke tanah terdapat kandungan hara yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tinggi tanaman sawi

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh cara pemberian pupuk organik cair ke daun dan ke tanah berpengaruh tidak nyata terhadap berat basah tanaman

Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki kesuburan tanah karena dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme dalam menyediakan unsur hara di dalam tanah sehingga