TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Inceptisol
Inceptisol adalah tanah – tanah yang dapat memiliki epipedon okhrik dan horizon albik seperti yang dimiliki tanah Entisol juga yang mempunyai beberapa sifat penciri lain (misalnya horizon kambik) tetapi belum memenuhi syarat bagi
ordo tanah yang lain. Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) dengan perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang
dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya (Hardjowigeno, 1993). Inceptisol merupakan ordo tanah yang belum berkembang lanjut dengan ciri-ciri bersolum tebal antara 1,5-10 m di atas bahan induk, bereaksi masam
dengan pH 4,5-6,5. Bila mengalami perkembangan lebih lanjut pH naik menjadi kurang dari 5,0 dan kejenuhan basa dari rendah sampai sedang. Tekstur seluruh
solum ini umumnya adalah liat, strukturnya remah dan konsistensi adalah gembur. Secara umum, kesuburan dan sifat kimia Inceptisol relatif rendah, akan tetapi masih dapat diupayakan untuk ditingkatkan dengan penanganan dan teknologi
yang tepat (Sudirja, 2007).
Inceptisol memiliki tekstur tanah yang beragam mulai dari kasar hingga
halus dengan kandungan liat cukup tinggi (35-78%), tetapi sebagian lagi termasuk berlempung halus dengan kandungan liat lebih rendah (18-35%). Warna tanah Inceptisol umumnya kelabu, coklat sampai hitam tergantung bahan induknya.
Selain itu, Inceptisol mempunyai karakteristik horizon pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan seperti karbonat atau silika amorf, beberapa mineral lapuk dan
Kandungan bahan organik pada ordo tanah Inceptisol sebagian rendah sampai sedang dan sebagian lagi sedang sampai tinggi. Kandungan lapisan atas selalu lebih tinggi daripada lapisan bawah, dengan rasio C/N tergolong rendah
(5-10) sampai sedang (10-18) (Puslittanak, 2000). Jumlah basa-basa dapat tukar diseluruh lapisan tanah Inceptisol tergolong sedang sampai tinggi. Kompleks
absorbsi didominasi ion Mg dan Ca, dengan kandungan ion K relatif rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) sedang sampai tinggi di semua lapisan. Kejenuhan basa (KB) rendah sampai tinggi (Damanik dkk., 2011).
Pengelolaan tanah yang rasional salah satunya harus didasarkan pada sifat-sifat inherent tanah tersebut. Dengan begitu maka sifat-sifat morfologi dan kimia tanah
dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan tanahnya. Tanah Inceptisol ini dicirikan oleh teksturnya yang berlempung, reaksi tanah agak masam hingga agak alkali, kandungan dan cadangan hara relatif sedang, dan kapasitas tukar kation tanah
sedang sampai tinggi. Sifat-sifat tersebut mencirikan bahwa tanah ini cukup potensial untuk pengembangan tanaman pertanian terutama tanaman pangan (Nurdin, 2012).
Unsur Hara Kalium (K)
Sumber utama hara K di dalam tanah adalah berasal dari kerak bumi.
Sebagai unsur, K tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu terdapat sebagai persenyawaan di berbagai batuan, mineral, dan larutan garam. Kadar K dari kerak bumi diperkirakan lebih kurang 3,11% K2O sedangkan air laut mengandung
sekitar 0,04% K2O (Damanik dkk., 2011).
Pada dasarnya, kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral
dalam tanah dengan regim kelembaban tanah ustic atau kering dimana tidak ada pencucian (Foth, 1991).
Kalium merupakan unsur hara terpenting ketiga setelah nitrogen dan
fosfor. Kalium diserap tanaman dalam jumlah mendekati atau bahkan melebihi jumlah nitrogen, seperti halnya pada tanaman umbi-umbian, walaupun kalium
tersedia dalam tanah dalam jumlah terbatas. Oleh karena itu jika K di dalam tanah tidak mencukupi untuk pertumbuhan maka tanaman akan menderita kekurangan kalium dan produksinya akan rendah (Hakim dkk., 1986).
Dosis pemberian K dapat meningkatkan serapan K secara nyata. Hal ini berhubungan juga dengan ketersediaan K pada tanah dengan bertambahnya dosis
K yang diberikan. Jumlah K yang diserap oleh tanaman ditentukan oleh beberapa faktor termasuk konsentrasi K dalam larutan tanah. Makin tinggi konsentrasi kalium tanah makin tinggi serapan K tanaman. Pemberian pupuk K akan
menyebabkan bertambahnya konsentrasi kalium dalam tanah sehingga akan meningkatkan serapan kalium tanaman (Djalil, 2003).
Kalium di dalam jaringan tanaman tetap berbentuk ion yang ditemukan
dalam bentuk senyawa organik. Kalium bersifat mobil (mudah bergerak) sehingga siap dipindahkan dari satu organ ke organ lain yang membutuhkannya. Secara
umum peran K berhubungan dengan proses metabolisme, seperti fotosintesis dan respirasi (Novizan, 2005).
Fungsi utama K ialah membantu pembentukan protein dan karbohidrat.
Kalium juga berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur, serta merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam
Kalium juga berperan sebagai aktivator metabolisme, aktivator enzim, aktivator transportasi hasil metabolisme tanaman dan meningkatkan efisiensi penggunaan air (Harjadi dan Sudirman, 1988).
Gejala kekurangan K umumnya terlihat seperti daun terbakar. Pada tanaman padi-padian gejala terbakar ini dimulai dari pucuk terus ke bawah dari
pinggir daun. Pada tanaman jagung akan terdapat pada daun yang menguning mulai dari ujung terus ke sisi daun sebelah bawah, sering terjadi pada daerah di antara urat daun yang kemudian daun mengkerut (Hakim dkk, 1986).
Kebutuhan tanaman akan kalium cukup tinggi dan pengaruhnya banyak hubungannya dengan pertumbuhan tanaman yang jagur dan sehat. Kalium
berperanan meningkatkan resitensi terhadap penyakit tertentu, dan meningkatkan pertumbuhan perakaran. Kalium cenderung menghalangi kerebahan tanaman dan melawan efek buruk akibat pemberian nitrogen yang berlebihan, dan berpengaruh
mencegah kematangan yang dipercepat oleh hara fosfor. Secara umum kalium berfungsi menjaga keseimbangan, baik pada nitrogen maupun pada fosfor (Damanik dkk., 2011).
Pupuk Organik Cair Berbahan Dasar Sabut Kelapa
Limbah sabut kelapa merupakan sisa buah kelapa yang sudah tidak
terpakai yaitu bagian terluar buah kelapa yang membungkus tempurung kelapa. Ketebalan sabut kelapa berkisar 5-6 cm yang terdiri atas lapisan terluar (eksocarpium) dan lapisan dalam (endocarpium). Satu butir buah kelapa
menghasilkan 0,4 kg sabut yang mengandung 30% serat. Dengan komposisi kimia sabut kelapa terdiri atas selulosa, lignin, pyroligneus acid, gas arang, ter, tannin
Menurut Prawoso(2001 dalam Sundari, 2013) kandungan unsur hara dalam sabut kelapa adalah sebagai berikut N : 0,28 ppm, K : 6,726 ppm, Ca : 140 ppm, dan Mg : 170 ppm. Pupuk cair dari sabut kelapa memiliki pH 7 serta
pada pembuatan pupuk cair dari sabut kelapa tidak memerlukan bantuan mikroorganisme, pupuk tersebut hanyalah direndam selama 2 minggu.
Berdasarkan penelitian Anik Waryanti, Sudarno dan Endro Sutrisno(2013) dengan 6 variasi penambahan jumlah sabut kelapa untuk mengetahui pengaruh unsur hara makro yang terbaik pada pupuk cair limbah air cucian ikan
menyatakan bahwa penambahan sabut kelapa sebanyak 100 ml dapat meningkatkan beberapa kandungan unsur hara. Kandungan unsur hara pada pupuk
cair yang ditambahkan rendaman sabut kelapa 100 ml yaitu C-organik : 11,69%, N : 2,251%, P : 0,71 % dan K : 0,029%.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nasarudin dan Rosmawati(2010)
dengan perlakuan berbagai volume fermentasi daun gamal, batang pisang dan sabut kelapa untuk meningkatkan pertumbuhan bibit kakao menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari tanpa pemupukan, aplikasi POC (15
ml, 30 ml, 45 ml, 60 ml dan 75 ml) per pohon dan pemberian 4 g pupuk campuran dari urea, SP-36 dan KCl (2:1:1) diperoleh bahwa pemberian pupuk organik cair
Pupuk Kandang Ayam
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari hewan ternak, berupa kotoran padat (feses) atau yang bercampur dengan sisa makanan maupun air seni
(urine) hewan umumnya pada sapi, kambing, ayam dll. Kotoran tidak hanya mengandung unsur makro seperti N, P dan K namun juga mengandung unsur
mikro seperti Ca, Mg, dan Mn yang dibutuhkan tanaman serta berperan dalam memelihara keseimbangan hara dalam tanah, karena kotoran hewan ternak memiliki pengaruh untuk jangka waktu yang lama (Andayani dan Sarido, 2013).
Pupuk kandang yang termasuk pupuk organik fungsinya dalam tanah adalah untuk memperbaiki struktur tanah sekaligus merupakan sumber hara bagi
tanaman. Berarti dengan diberikan pupuk organik kedalam tanah, sistem perakaran tanah dapat berkembang lebih sempurna penyerapan unsur hara semakin besar, akibatnya pertumbuhan tanaman semakin baik (Sunarjono, 1972).
Beberapa manfaat pupuk organik adalah dapat menyediakan unsur hara makro dan mikro, mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, meningkatkan aktivitas bahan mikroorganisme tanah,
pada tanah masam penambahan bahan organik dapat membantu meningkatkan pH tanah, dan penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan polusi
air (Novizan, 2005).
Pupuk kandang dari ayam atau unggas memiliki unsur hara yang lebih besar daripada jenis ternak lain. Penyebabnya adalah kotoran padat pada unggas
pupuk kandang perlu mengalami proses penguraian. Dengan demikian kualitas pupuk kandang juga turut ditentukan oleh rasio C/N (Hakim dkk., 1986).
Hartatik dan Widowati (2002) mengemukakan bahwa pupuk kandang
ayam mengandung kalium tiga kali lebih besar dari pada pupuk kandang lainnya. Lebih lanjut dikemukakan kandungan unsur hara dari pupuk kandang ayam lebih
tinggi karena bagian cair (urine) bercampur dengan bagian padat. Berikut kandungannya lebih rinci disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan unsur hara beberapa jenis pupuk kandang
Jenis Ternak N P2O5 K2O
Pada tanah masam proses dekomposisi bahan organik akan terganggu, sehingga pembebasan karbon dari bahan organik juga akan terhambat. Dengan
penambahan bahan organik maka aktivitas mikroorganisme akan meningkat dan proses perombakan bahan organik yang menghasilkan karbon juga akan meningkat (Hakim dkk, 1986).
Tanaman Jagung
Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis
rumputan/gramineae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan munculnya cabang anakan pada beberapa genotipe dan lingkungan tertentu. Batang jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun jagung tumbuh pada
setiap buku, berhadapan satu sama lain. Bunga jantan terletak pada bagian terpisah pada satu tanaman sehingga lazim terjadi penyerbukan silang. Jagung
bunga jantan, dan dikendalikan oleh genotipe, lama penyinaran, dan suhu (Subekti, 2008).
Penanaman jagung di dunia tersebar luas pada daerah subtropik maupun
tropik. Tanaman jagung dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuhnya. Secara umum, tanaman jagung dapat tumbuh di dataran rendah sampai
dengandataran tinggi sekitar 1300 m di atas permukaan laut (dpl), kisaran suhu udaranya antara 13oC - 38oC, dan mendapat sinar matahari penuh. Di Indonesia tanaman jagung dapat tumbuh dan berproduksi tinggi di dataran rendah sampai
dengan ketinggian 750 m dpl. Suhu udara yang ideal untuk perkecambahan benih jagung adalah pada kisaran suhu 30oC - 32oC dengan kapasitas air tanah antara 25
% sampai dengan 60 % (Rukmana, 1997).
Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung adalah antara 100 mm - 200 mm per bulan. Curah hujan paling optimum adalah sekitar 100 mm – 125 mm per
bulan dengan distribusi yang merata. Oleh karena itu, tanaman jagung cenderung amat cocok ditanam di daerah yang beriklim kering (Rukmana, 1997).
Areal dan agroekologi pertanaman jagung sangat bervariasi, dari dataran
rendah sampai dataran tinggi, pada berbagai jenis tanah, berbagai tipe iklim dan bermacam pola tanam. Tanaman jagung dapat ditanam pada lahan kering beriklim
basah dan beriklim kering, sawah irigasi dan sawah tadah hujan, toleran terhadap kompetisi pada pola tanam tumpang sari, sesuai untuk pertanian subsistem, pertanian komersial skala kecil, menengah, hingga skala besar. Suhu optimum
Di Indonesia, jagung merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras. Di samping itu, jagung pun digunakan sebagai bahan makanan sereal dan sebagai bahan baku industri serta sebagai alternatif