• Tidak ada hasil yang ditemukan

Budidaya Padi Organik dengan Berbagai Waktu Aplikasi Pupuk Kandang dan Pemberian Pupuk Hayati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Budidaya Padi Organik dengan Berbagai Waktu Aplikasi Pupuk Kandang dan Pemberian Pupuk Hayati"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BUDIDAYA PADI ORGANIK DENGAN BERBAGAI

WAKTU APLIKASI PUPUK KANDANG DAN PEMBERIAN

PUPUK HAYATI

MUCHAMAD HARTANTO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Budidaya Padi Organik dengan Berbagai Waktu Aplikasi Pupuk Kandang dan Pemberian Pupuk Hayati” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

MUCHAMAD HARTANTO. Budidaya Padi Organik dengan Berbagai Waktu Aplikasi Pupuk Kandang dan Pemberian Pupuk Hayati. Dibimbing oleh MAYA MELATI.

Percobaan ini dilaksanakan di Cikarawang, Dramaga, Bogor dari bulan November 2012 hingga Maret 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu yang paling tepat dalam pemberian pupuk kandang dan pengaruh pemberian pupuk hayati. Percobaan ini menggunakan rancangan percobaan secara split plot dan rancangan lingkungannya adalah Rancangan Kelompok Lengkap. Percobaan ini terdiri atas 2 faktor dan 4 ulangan. Faktor pertama adalah waktu aplikasi pupuk kandang ayam dengan 4 perlakuan yaitu, aplikasi pupuk kandang 10 ton/ha yang diberikan pada 2 minggu sebelum tanam, 10 ton/ha yang diberikan pada 4 minggu setelah tanam, 10 ton/ha yang diberikan pada 6 minggu setelah tanam, 5 ton/ha yang diberikan pada 2 minggu sebelum tanam dan 5 ton/ha pada 4 minggu setelah tanam. Faktor ke-2 adalah pemberian pupuk hayati dengan 2 perlakuan (dengan dan tanpa pupuk hayati). Terdapat 32 satuan percobaan. Produktivitas padi paling tinggi (5.04 ton GKG/ha) terdapat pada perlakuan aplikasi pupuk kandang 5 ton/ha pada 2 minggu sebelum tanam dan 5 ton/ha pada 4 minggu setelah tanam dengan tambahan pupuk hayati.

Kata kunci: pertanian organik, pupuk organik, pupuk kandang ayam

ABSTRACT

MUCHAMAD HARTANTO. Rice Organic Cultivation with Different Times of Manure Application and Different Biological Fertilizer. Supervised by MAYA MELATI. treatments i.e. application of 10 ton chicken manure / ha applied 2 weeks before planting, 10 ton/ha applied 4 weeks after planting, 10 ton/ha applied 6 weeks after planting, 5 ton/ha applied 2 weeks before planting and 5 ton/ha 4 weeks after planting. The second factor was the application of bio-fertilizer (with and without bio-fertilizer). There were 32 experimental units. The highest rice yield (5.04 ton dry grains/ha) was found from the application of 5 ton chicken manure / ha 2 weeks before planting and 5 ton/ha 4 weeks after planting with additional of bio-fertilizer.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

BUDIDAYA PADI ORGANIK DENGAN BERBAGAI

WAKTU APLIKASI PUPUK KANDANG DAN PEMBERIAN

PUPUK HAYATI

MUCHAMAD HARTANTO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

(6)
(7)

Judul Skripsi : Budidaya Padi Organik dengan Berbagai Waktu Aplikasi Pupuk Kandang dan Pemberian Pupuk Hayati

Nama : Muchamad Hartanto NIM : A24090145

Disetujui oleh

Dr. Ir. Maya Melati, MS, MSc Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Salawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad serta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman

Penelitian yang berjudul “Budidaya Padi Organik dengan Berbagai Waktu Aplikasi Pupuk Kandang dan Pemberian Pupuk Hayati”, ini termotivasi oleh keinginan penulis untuk mengetahui waktu pemupukan yang paling tepat pada budidaya padi organik. Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka penyelesaian tugas akhir dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor dalam menyelesaikan Program Strata 1 (S1).

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Maya Melati, MS, MSc yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian ini, serta terima kasih kepada kedua orang tua dan keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan moril dan materi. Tidak lupa penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama kegiatan penelitian ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini mungkin masih memiliki kekurangan. Meskipun demikian, penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis dan pihak – pihak yang berkepentingan.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Hipotesis 3

METODE PENELITIAN 4

Waktu dan Tempat Penelitian 4

Bahan dan Alat 4

Metode Percobaan 4

Metode Pelaksanaan 5

Pengamatan 6

Analisis tanah 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Hasil 8

Kondisi Umum 8

Pembahasan 20

KESIMPULAN DAN SARAN 22

Kesimpulan 22

Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 24

(11)

DAFTAR TABEL

1 Suhu kelembaban udara, lama penyinaran dan intensitas penyinaran matahari di wilayah dramaga bulan Desember 2012 - Maret 2013 8 2 Sifat kimia tanah awal di lokasi penelitian KP Cikarawang 9 3 Rekapitulasi hasil sidik ragam perlakuan waktu aplikasi pupuk

kandang dan pupuk hayati terhadap komponen pertumbuhan tanaman 10 4 Rekapitulasi hasil sidik ragam perlakuan waktu aplikasi pupuk

kandang dan pupuk hayati terhadap komponen hasil tanaman 11 5 Komponen pertumbuhan tanaman pada perlakuan aplikasi pupuk

kandang 12

6 Komponen hasil tanaman pada perlakuan aplikasi pupuk kandang 13 7 Komponen pertumbuhan tanaman pada perlakuan pupuk hayati 13 8 Komponen hasil tanaman pada perlakuan pupuk hayati 14 9 Pengaruh interaksi perlakuan aplikasi pupuk kandang dengan pupuk

hayati terhadap komponen pertumbuhan tanaman 15

10 Pengaruh interaksi perlakuan aplikasi pupuk kandang dengan pupuk

hayati terhadap komponen hasil tanaman 16

11 Hasil uji korelasi antara komponen pertumbuham dengan komponen

hasil. 19

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan antara bobot 1000 butir dengan produktivitas GKG 18 2 Hubungan antara jumlah anakan produktif dengan potensi hasil 18 3 Hubungan antara jumlah gabah/malai dengan potensi hasil 18 4 Hubungan antara bobot gabah /tanaman dengan produktivitas GKG 18 5 Hubungan antara panjang malai dengan potensi hasil 18

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kandungan pupuk hayati yang digunakan dalam percobaan 24

2 Denah Penelitian 24

3 Kriteria penilaian hasil analisis tanah 25

4 Analisis usaha tani dengan 2 kali perlakuan pupuk kandang dan

tambahan pupuk hayati/ha 26

5 Analisis usaha tani dengan 1 kali perlakuan pupuk kandang tanpa

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padi merupakan tanaman pangan utama di Indonesia. Kebutuhan tanaman ini sangat penting di Indonesia karena 95% orang di Indonesia memakan nasi. Kebutuhan beras di Indonesia pada tahun 2014 diperkirakan mencapai 33 013 214 ton. Menurut Badan Pusat Statistik (2012) konsumsi nasional beras mencapai 139.5 kg/kapita/tahun. Luas panen tanaman padi adalah 13 443 443 ha dengan produktivitas 51.36 ton/ha dan produksi gabah kering giling nasional adalah 69 045 141 ton.

Teknik budidaya padi dapat dibedakan menjadi budidaya padi secara konvensional dan budidaya padi secara organik. Teknik budidaya padi konvensional adalah budidaya yang memberikan masukan bahan kimia sintetis ke dalam lahan baik dari pemberian pupuk maupun dalam penyemprotan pestisida. Kelebihan dari budidaya konvensional adalah dapat meningkatkan produksi secara cepat karena unsur makro dalam tanaman dapat segera terpenuhi dengan memberikan pupuk kimia sintetis. Sayangnya, peningkatan produksi tidak disertai dengan keberlanjutan penanaman pada musim selanjutnya karena terjadi degradasi lahan (fisik, kimia, biologis) dan meningkatnya residu pestisida di dalam lahan.

Budidaya secara organik adalah memberi masukan bahan organik ke dalam tanah yang selanjutnya melalui mekanisme alam, tanah tersebut memberikan masukan unsur hara kepada tanaman. Budidaya secara organik pada awalnya menghasilkan produksi yang rendah namun memberikan dampak yang positif dalam keberlanjutan penanaman. Menurut Bawlye dan Shyam (2008) padi organik adalah padi yang disahkan oleh sebuah badan independen, untuk ditanam

dan diolah menurut standar “organik” yang ditetapkan. Lembaga internasional yang menetapkan standar organik adalah International Federation of Organic Agricultute Movements (IFOAM). Padi organik menggunakan masukan bahan organik dalam teknik budidayanya.

Menurut Permentan No.70 tahun 2011 pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral dan/atau mikroba, yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

Pupuk kandang adalah salah satu jenis bahan organik yang dapat diaplikasikan ke tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman dalam pertanian organik. Menurut Dardak (1982) pupuk kandang adalah pupuk yang dihasilkan dari hewan yang mengandung bahan organik dan sumber energi bagi mikroorganisme yang ada di tanah. Menurut Simatupang (1990) jika dibandingkan dengan pupuk kimia sintetis, pupuk kandang lebih lambat reaksinya namun dalam jangka panjang memberikan hasil yang lebih baik.

(14)

2

mampu memelihara kelestarian lahan, memperbaiki kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah. Keberlanjutan penanaman dapat berdampak positif karena dalam budidaya padi secara organik mengedepankan penggunan bahan organik yang umumnya ramah lingkungan dan jumlahnya cukup banyak di sekitar kita

Budidaya padi organik memang memiliki kelebihan dan kekurangan, namun teknik budidaya yang akan digunakan dalam produksi padi merupakan sebuah pilihan mengingat dewasa ini cukup banyak orang yang sudah mulai sadar akan lingkungan dan menyukai produk organik. Selain itu dengan budidaya padi organik diharapkan dapat memanfaatkan bahan organik yang terdapat di sekitar lahan pertanaman untuk pemupukan apabila sulit untuk mendapatkan pupuk kimia.

Pupuk hayati juga diperbolehkan dalam budidaya organik untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Menurut Permentan No.70 tahun 2011 pupuk hayati adalah produk biologi aktif terdiri atas mikroba yang dapat meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan, dan kesehatan tanah. Menurut Balai Penelitian Tanah (2005) pupuk hayati disebut juga pengurai, yaitu organisme yang bertugas merombak sisa-sisa organisme lain untuk memperoleh makanannya. Adanya perombak ini memungkinkan zat-zat organik terurai dan mengalami daur ulang kembali menjadi hara yang dapat diserap oleh tanaman. Kelompok perombak tersebut adalah bakteri dan jamur.

Menurut Yuwono (2006) mikroba yang digunakan sebagai pupuk hayati (biofertilizer) dapat diberikan langsung ke dalam tanah, disertakan dalam pupuk kandang atau disalutkan pada benih yang akan ditanam. Penggunaan yang menonjol dewasa ini adalah mikroba penambat N dan mikroba untuk meningkatkan ketersedian P dalam tanah. Defisiensi unsur N dapat terjadi karena immobilisasi unsur tersebut di dalam tanah sehingga perlu mikroba untuk membantu mengurai N.

Menurut hasil penelitian Ardoyo (2011) pembenaman jerami dengan aplikasi pupuk kandang yang mengandung pupuk hayati dan mikroba penambat N serta zat pengatur tumbuh dapat mereduksi penggunaan pupuk NPK hingga 50%. Secara ekomoni perlakuan pembenaman jerami, aplikasi pupuk kandang, dan pupuk hayati dapat meningkatkan keuntungan karena rendemen beras kepala dapat ditingkatkan.

Najata (2011) menyatakan pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% dengan pembenaman jerami, aplikasi pupuk kandang dan pupuk hayati dapat menyediakan hara yang cukup untuk tanaman padi sawah dan tidak berbeda dengan 100 % pupuk NPK. Pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50 % dengan pembenaman jerami, aplikasi pupuk kandang, dan atau pupuk hayati secara umum meningkatkan populasi bakteri (Azospirillium sp., Azotobater sp., dan Thiobacillus sp.) yang berfungsi untuk menambat dan mengolah nitrogen, melarutkan fosfat, dan menghasilkan hormon untuk pertumbuhan tanaman.

(15)

3 Menurut Duryatmo (2009) mikroba Bacillus sp. mampu melepaskan ikatan fosfor dari mineral liat, dengan demikian tanaman langsung dapat memanfaatkannya, sedangkan Pseudomonas sp. mampu melarutkan fosfat yang mengendap di dalam tanah menjadi fosfat yang dapat diserap tanah. Rhizobium spp. berfungsi dalam pembentukan nodul.

Menurut Nurrahma (2012) setelah memasukkan input pupuk kandang sebanyak 10-20 ton ke dalam lahan pada 2 minggu sebelum tanam ternyata masih terlihat gejala defisiensi unsur hara yang ditandai dengan daun yang menguning sehingga masih perlu tambahan pupuk kandang ke dalam tanah pada saat 4 minggu setelah tanam. Informasi lain yang diperoleh yaitu petani biasanya memberikan pupuk kandang pada saat 4 minggu setelah tanam. Praktek aplikasi pupuk menunjukkan adanya keragaman waktu aplikasi pupuk kandang.

Produksi padi organik yang belum maksimal juga dapat disebabkan oleh belum terdekomposisinya bahan organik yang ada di dalam lahan karena proses dekomposisi secara alami yang lambat. Apabila diberikan input pupuk hayati pada padi organik maka diharapkan dapat terjadi penambahan produksi.

Penambahan unsur hara organik yang lebih banyak mungkin memang dapat meningkatkan produksi padi, namun diduga terdapat pengaruh waktu aplikasi pemupukan dan pengaruh pemberian pupuk hayati agar peningkatan produksi padi organik lebih efisien.

Perumusan Masalah

Aplikasi pupuk organik yang dilakukan 2 minggu sebelum tanam menyebabkan terjadinya defisiensi hara pada 4 minggu setelah tanam dan diduga mempengaruhi produksi padi. Waktu aplikasi pupuk yang berbeda telah dipraktekkan oleh petani. Oleh karena itu perlu dipelajari dampak berbagai waktu aplikasi pupuk untuk mendapatkan teknik budidaya yang tepat.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemupukan dengan cara mengetahui waktu yang paling tepat dalam pemberian pupuk kandang dan pengaruh pemberian pupuk hayati.

Hipotesis

(16)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan ini dilaksanakan pada bulan November 2012 sampai bulan Maret 2013. Tempat percobaan adalah di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi varietas Ciherang. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang ayam, tambahan pupuk hayati yang mengandung mikroba Bacillus sp., Pseudomonas sp., Rhizobium sp., Azotobacter sp., dan Azospirillum sp. (Lampiran 1). Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat budidaya tanaman, tali, meteran, dan alat tulis.

Metode Percobaan

Percobaan ini terdiri atas 2 faktor yaitu waktu aplikasi pemupukan dan pemberian pupuk hayati yang diulang sebanyak 4 kali. Aplikasi pemberian pupuk kandang dilakukan dengan 4 perlakuan sedangkan pemberian pupuk hayati dilakukan dengan 2 perlakuan sehingga terdapat 32 satuan percobaan.

Percobaan ini menggunakan rancangan percobaan secara split plot dan rancangan lingkungannya adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) karena terdapat faktor yang lebih ingin diketahui pengaruhnya yaitu aplikasi pemberian pupuk kandang sebagai anak petak dan faktor yang kurang ingin diketahui dianggap sebagai petak utama yaitu pemberian pupuk hayati. Faktor pertama adalah waktu aplikasi pupuk kandang ayam dengan 4 perlakuan yaitu, aplikasi pupuk kandang 10 ton/ha yang diberikan saat 2 minggu sebelum tanam, 10 ton/ha yang diberikan saat 4 minggu setelah tanam, 10 ton/ha yang diberikan saat 6 minggu setelah tanam, 5 ton/ha yang diberikan saat 2 minggu sebelum tanam dan 5 ton/ha saat 4 minggu setelah tanam. Faktor ke-2 adalah pemberian pupuk hayati dengan 2 perlakuan (dengan dan tanpa pupuk hayati).

Model linear yang akan digunakan untuk menganalisis data adalah :

Yij = μ + αi + jk+ βj + (αβij) + ijk

Yij = Nilai pengamatan pada faktor waktu aplikasi pupuk kandang taraf ke-i

faktor pemberian pupuk hayati taraf ke-j dan ulangan ke-k µ = Nilai rataan umum.

αi = Pengaruh petak utama dari perlakuan pemberian pupuk hayati taraf ke-i. jk = Pengaruh acak dari petak utama yang menyebar normal.

βj = Pengaruh anak petak dari perlakuan waktu aplikasi pupuk kandang

(17)

5

αβij = Pengaruh interaksi dari faktor waktu aplikasi pupuk kandang dan faktor

pemberian pupuk hayati.

eijk = Pengaruh acak dari anak petak yang menyebar normal (0, 2).

Data hasil pengamatan ini diolah dengan software SAS system dan dilakukan uji lanjut dengan perbandingan ganda DUNCAN (DMRT) pada taraf 5% apabila hasil perlakuan berpengaruh nyata (Gomez dan Gomez 1995).

Metode Pelaksanaan

Persemaian

Persemaian benih dilaksanakan 3 minggu sebelum tanam. Luas lahan untuk persemaian benih padi sekitar 4-5 % dari luas bahan tanam dengan lebar 1-2 m.

Persemaian dilakukan dengan benih yang baik agar bibit yang ditanam memiliki viabilitas yang tinggi. Cara memilih benih yang baik adalah dengan merendam dalam larutan garam 3% (30 g garam/L air) yang ditandai apabila meletakkan telur ayam maka telur tersebut akan mengambang.

Setelah direndam dengan larutan garam, benih yang mengambang dan mengapung dibuang karena benih tersebut hampa dan memiliki viabilitas yang rendah. Benih tenggelam dalam larutan garam diambil karena benih tersebut viabilitasnya tinggi sehingga dapat digunakan untuk persemaian. Selanjutnya benih yang viabilitasnya tinggi diperam di karung basah agar memiliki kelembapan tinggi dan didiamkan selama 1 hari atau sampai bernas (keluar ujung akar berwarna putih). Benih yang sudah bernas siap disemai selama 3 minggu sebelum dipindahkan ke lapangan.

Aplikasi Pupuk Kandang

Pupuk kandang diberikan dengan cara menebarkan di atas permukaan tanah. Aplikasi pupuk kandang dilakukan sesuai dengan perlakuan waktu aplikasi pupuk dengan total dosis 10 ton/ha. Apabila dikonversi dengan luas satu petakan 12 m2 maka jumlah pupuk kandang yang dibutuhkan dalam satu petakan lahan adalah 12 kg/petak.

Aplikasi Pupuk hayati

Aplikasi pupuk hayati dilakukan segera setelah aplikasi pupuk kandang dengan cara menyiramkan larutan pupuk hayati di atas permukaan tanah. Dosis pupuk hayati yang diberikan adalah 2 L/ha. Apabila dikonversi dengan luas satu petakan 12 m2 maka dosis pupuk hayati yang dibutuhkan dalam satu petakan lahan adalah 2.4 mL/petak. Aplikasi pupuk hayati secara bertahap juga dilakukan untuk perlakuan aplikasi pupuk kandang secara bertahap.

Penanaman

(18)

6

penanaman bibit, lahan yang sudah diolah diberi pupuk kandang ayam sesuai perlakuan.

Bibit yang telah siap tanam kemudian ditanam di sawah dengan sistem legowo 3:1 berjarak 15 cm x 25 cm x 50 cm, tiap lubang tanam ditanami 3 bibit setelah berumur 3 minggu dari persemaian. Pemeliharaan dilakukan selama pertumbuhan vegetatif tanaman hingga panen dengan menyiangi tanaman secara manual.

Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT)

Pengendalian OPT dilakukan pada gulma, hama, dan penyakit. Pengendalian gulma dilakukan secara manual (pembenaman dan pencabutan) sesuai dengan perkembangan gulma. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan apabila sudah terdapat gejala serangan pada tanaman dengan menggunakan pestisida organik.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan 30-35 hari setelah berbunga atau melihat tanda kematangan gabah. Tanda kematangan gabah terlihat jika hampir 90-95 % gabah sudah menguning. diamati setiap 1 minggu sekali sejak tanaman berumur 3 MST hingga 8 MST dari 10 tanaman contoh.

2. Jumlah anakan diamati setiap 1 minggu sekali sejak tanaman berumur 3 MST hingga 8 MST dari 10 tanaman contoh.

3. Warna daun diamati dengan bagan warna daun (BWD) diamati setiap 1 minggu sekali sejak tanaman berumur 3 MST hingga 8 MST dari 10 tanaman contoh.

4. Panjang Akar diamati pada saat tanaman berumur 8 MST dari setiap petak. 5. Volume Akar diamati pada saat tanaman berumur 8 MST dari setiap petak. 6. Pengamatan bobot kering dan bobot basah biomassa akar dan tajuk pada saat

tanaman berumur 4,6,8 MST dari setiap petak.

7. Pengukuran kadar hara NPK daun yang diamati pada saat tanaman berumur 8 MST dari setiap petak.

Pengamatan Komponen Hasil

1. Jumlah anakan produktif per rumpun dengan menghitung anakan yang menghasilkan malai pada satu rumpun saat panen.

2. Panjang malai per rumpun diukur dari pangkal malai sampai ujung malai. 3. Jumlah gabah per malai dihitung dari jumlah gabah pada rata-rata tiga malai

(19)

7 4. Hasil bobot kering dan bobot basah gabah per tanaman dari masing-masing

tanaman contoh.

5. Persentase gabah isi dan gabah hampa, dihitung dari persentase gabah sebanyak 100 g yang diambil dari tiap tanaman contoh.

6. Bobot 1000 butir gabah dihitung dari jumlah 1000 butir gabah isi.

7. Pengamatan hasil ubinan 2.5 m x 2.5 m per petak diamati sebagai bobot gabah kering panen per rumpun tanaman sampel dan ubinan (2.5 m x 2.5 m per petak).

8. Pendugaan komponen hasil yang dihitung dari jumlah anakan produktif (jumlah malai/rumpun sampel), jumlah gabah/malai tanaman contoh, panjang malai, bobot 1000 butir gabah dari tanaman sampel.

9. Pengamatan bobot kering dan bobot basah biomassa akar dan tajuk pada saat panen.

Analisis tanah

(20)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Umum

Suhu rata-rata harian tiap bulan berkisar antara 25.1–26.2 °C dengan rata-rata suhu bulanan selama penelitian berlangsung yaitu 25.8 °C (Tabel 1). Hal ini sesuai dengan suhu yang optimum untuk pertumbuhan tanaman padi berkisar antara 24-29 °C (Pusat Penyuluhan Pertanian 2011).

Rata-rata curah hujan dalam 1 bulan berkisar antara 289.8-509.8 mm dengan rata-rata curah hujan bulanan selama penelitian berlangsung yaitu 391.2 mm. Intensitas penyinaran matahari rata-rata harian tiap bulan berkisar antara 228-330 Cal/cm² dengan rata-rata intensitas penyinaran matahari bulanan yaitu 330.92 Cal/cm2.

Tabel 1. Suhu kelembaban udara, lama penyinaran dan intensitas penyinaran matahari di wilayah dramaga bulan Desember 2012 - Maret 2013

Bulan Umur

Sumber: Stasiun Klimatologi, Dramaga, Bogor

Terdapat hama keong yang menyerang tanaman pada masa vegetatif. Serangan tertinggi terdapat pada petakan yang sangat tergenang air karena permukaan tanahnya lebih rendah. Terdapat 8 petakan yang mempunyai intensitas serangan hama keong yang tinggi. Semua tanaman harus disulam pada petakan tersebut karena semua tanaman terserang keong. Hama keong dikendalikan secara manual dengan pembuangan telur dan keong, dan secara kultur teknis dengan pengeringan sawah. Penyulaman tanaman akibat serangan keong dilakukan hingga tanaman berumur 2 MST.

Tanaman juga terserang hama belalang (Valanga nigricornis). Hama belalang menyerang tanaman selama masa pertumbuhan hingga masa pengisian gabah. Belalang ini memakan daun sehingga menyebabkan daun berlubang. Hama belalang dikendalikan secara manual.

(21)

9 Saat pertumbuhan generatif tanaman padi hama walang sangit (Leptocorisa oratorius) mulai menyerang seluruh tanaman. Hama ini menghisap cairan saat masa pengisian sehingga proses pengisian terhambat bahkan beberapa menjadi hampa. Gabah yang telah dihisap walang sangit akan berubah menjadi cokelat kehitaman dan semakin tampak ketika gabah semakin mendekati umur panen. Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan insektisida nabati larutan jengkol dua kali dalam seminggu. Setelah tanaman disemprot larutan jengkol, gejala serangan berkurang daripada sebelum penyemprotan.

Burung menyerang tanaman padi pada fase matang susu sampai pemasakan gabah (sebelum panen). Serangan ini mengakibatkan biji hampa, dan banyak gabah yang hilang (Pusat Penyuluhan Pertanian 2011). Pengendalian serangan burung dilakukan dengan memasang jaring pada lokasi penelitian untuk menekan kehilangan hasil.

Pengendalian gulma dilakukan setiap minggu selama pertumbuhan vegetatif setelah pengamatan dengan mencabuti dan membenamkan gulma yang ada di dalam petakan kedalam tanah. Pengendalian hama dan gulma pada penelitian ini tidak menggunakan bahan kimia karena penelitian ini dilakukan secara organik.

Analisis Tanah Awal

Hasil analisis tanah yang dilakukan pada awal penelitian menunjukkan pH tanah netral (5.9) (Tabel 2). Menurut Handayanto dan Hairiah (2007) tingkat kemasaman (pH) tanah penting karena organisme tanah dan tanaman sangat responsif terhadap sifat kimia di lingkungannya. Kandungan C-organik dan N-Totalnya rendah, yaitu hanya 1.68 % dan 0.17 %. Nilai P dan K tanah yang mencapai 104.8 ppm dan 248 ppm sudah dapat tergolong tinggi sedangkan nilai KTK sebesar 20.03 me/100 g masih dikategorikan sedang.

Tabel 2. Sifat kimia tanah awal di lokasi penelitian KP Cikarawang

Karakter Metode Satuan Nilai Kriteria

H2O pH 1:1 5.9 Netral

(22)

10

Tabel 3. Rekapitulasi hasil sidik ragam perlakuan waktu aplikasi pupuk kandang dan pupuk hayati terhadap komponen pertumbuhan tanaman

Peubah Umur

(23)

11 Perlakuan aplikasi pupuk kandang berpengaruh nyata pada persentase dari gabah isi dan gabah hampa (Tabel 4). Perlakuan pupuk hayati tidak ada yang berpengaruh nyata terhadap semua peubah pengamatan komponen hasil. Interaksi perlakuan aplikasi pupuk kandang dengan pupuk hayati berpengaruh nyata pada panjang malai, jumlah gabah per malai, bobot 1000 butir gabah, bobot kering gabah/tanaman, bobot kering gabah ubinan, produktivitas GKG, dan potensi hasil. Tabel 4. Rekapitulasi hasil sidik ragam perlakuan waktu aplikasi pupuk kandang

dan pupuk hayati terhadap komponen hasil tanaman

Peubah Pupuk

Keterangan: (tn) Tidak berbeda nyata; (*) Berbeda nyata pada taraf kesalahan 5%; (**)

A. Pengaruh Waktu Aplikasi Pupuk Kandang terhadap Komponen Pertumbuhan Tanaman dan Komponen hasil Tanaman

Aplikasi pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap beberapa pengamatan pertumbuhan (Tabel 5). Pengamatan tinggi tanaman terlihat berbeda nyata pada minggu ke-5. Aplikasi pupuk kandang secara bertahap yaitu pada saat 2 minggu sebelum tanam dan 4 minggu setelah tanam, dapat menyebabkan nilai yang lebih tinggi pada tinggi tanaman dan panjang akar tanaman. Pemberian pupuk kandang 4 minggu setelah tanam dapat memberikan nilai tertinggi pada bobot basah dan bobot kering tajuk saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam. Pertambahan jumlah anakan mulai terhenti pada saat tanaman berumur 6 minggu setelah tanam karena pada saat pengamatan 7 minggu setelah tanam jumlahnya tidak jauh berbeda.

(24)

12

Tabel 5. Komponen pertumbuhan tanaman pada perlakuan aplikasi pupuk kandang

(25)

13 Tabel 6. Komponen hasil tanaman pada perlakuan aplikasi pupuk kandang

Peubah

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%.

B. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati terhadap Komponen Pertumbuhan Tanaman dan Komponen Hasil Tanaman

Pemberian pupuk hayati tidak berpengaruh nyata pada semua pengamatan komponen pertumbuhan dan komponen hasil yang dilakukan pada tanaman padi (Tabel 7 dan Tabel 8).

Tabel 7. Komponen pertumbuhan tanaman pada perlakuan pupuk hayati

Peubah Umur (MST) Pupuk hayati Rata-rata

(26)

14

Tabel 7. Lanjutan

Peubah Umur (MST) Pupuk hayati Rata-rata

Dengan Tanpa

Tabel 8. Komponen hasil tanaman pada perlakuan pupuk hayati

Peubah Pupuk hayati Rata-rata

Dengan Tanpa

Jumlah anakan produktif 11.0 11.2 11.1

Gabah isi (%) 75.69 75.32 75.51

Gabah hampa (%) 24.31 24.68 24.49

Bobot basah gabah (g/tanaman) 263.81 265.75 264.78

Bobot basah gabah ubinan (kg/6.25 m²) 3.15 3.18 3.16

Produktivitas GKP (ton/ha) 5.04 5.08 5.06

C. Pengaruh Interaksi antara Pemberian Pupuk Hayati dan Waktu Aplikasi Pemberian Pupuk Kandang terhadap Komponen Pertumbuhan Tanaman dan Komponen Hasil Tanaman

(27)

15 Tabel 9. Pengaruh interaksi perlakuan aplikasi pupuk kandang dengan pupuk

hayati terhadap komponen pertumbuhan tanaman

Aplikasi pupuk

Tinggi tanaman 6 MST (cm)

Dengan 78.40 a 77.88 a 70.90 b 79.80 a 76.74

Tanpa 77.48 ab 76.80 ab 73.65 ab 77.38 ab 76.33

Rata-rata 77.94 a 77.34 a 72.28 b 78.59 a

Tinggi tanaman 7 MST (cm)

Dengan 83.40 a 83.33 a 75.38 b 85.73 a 81.96

Tanpa 82.95 a 82.65 a 78.90 ab 83.63 a 82.03

Rata-rata 83.18 a 82.99 a 77.14 b 84.68 a

Tinggi tanaman 8 MST (cm)

Dengan 86.93 ab 89.35 a 80.13 b 90.43 a 86.71

Tanpa 86.68 ab 85.48 ab 83.88 ab 86.88 ab 85.73

Rata-rata 86.80 ab 87.41 a 82.00 b 88.65 a

Jumlah anakan per rumpun 8 MST (cm)

(28)

16

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing peubah menunjukkan hasil

yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT, α = 5%.

Interaksi antara aplikasi pemberian pupuk kandang dan pemberian pupuk hayati berpengaruh nyata pada beberapa pengamatan komponen hasil yang dilakukan pada tanaman padi. Pemberian pupuk kandang pada 4 minggu setelah tanam menyebabkan potensi hasil tanaman paling rendah. Perlakuan aplikasi pupuk kandang pada saat 6 minggu setelah tanam menyebabkan nilai paling tinggi pada jumlah gabah per malai dan bobot kering gabah/tanaman. Aplikasi pupuk kandang secara bertahap pada 2 minggu sebelum tanam dan 4 minggu setelah tanam dengan pupuk hayati memberikan hasil tertinggi pada bobot 1000 butir, bobot kering gabah ubinan, dan produktivitas GKG (Tabel 10).

Tabel 10. Pengaruh interaksi perlakuan aplikasi pupuk kandang dengan pupuk hayati terhadap komponen hasil tanaman

(29)

17

Bobot kering gabah ubinan (kg/6.25 m²)

Dengan 2.18 abc 2.50 abc 1.95 c 3.15 a 2.44

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing peubah menunjukkan hasil

yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT,α = 5%.

D. Korelasi Antara Komponen Pertumbuhan terhadap Komponen Produksi

Korelasi dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antar peubah. Peubah bobot 1000 butir dan bobot gabah per tanaman berkorelasi nyata positif terhadap produktivitas GKG (Tabel 11). Jumlah anakan produktif, panjang malai, dan jumlah gabah per malai memiliki korelasi yang nyata positif dengan potensi hasil padi. Korelasi yang nyata dan positif dapat diartikan terdapat hubungan peningkatan salah satu peubah tersebut meningkatkan nilai dari peubah lainnya.

(30)

18

Gambar 1. Hubungan antara bobot 1000 butir dengan produktivitas GKG

Gambar 2. Hubungan antara jumlah anakan produktif dengan potensi hasil

Gambar 3. Hubungan antara jumlah gabah/malai dengan potensi hasil

Gambar 4. Hubungan antara bobot gabah /tanaman dengan

Gambar 5. Hubungan antara panjang malai dengan potensi hasil

(31)

19

Tabel 11. Hasil uji korelasi antara komponen pertumbuham dengan komponen hasil.

Panjang

(32)

20

Pembahasan

Produktivitas GKG paling tinggi adalah akibat pengaruh kombinasi aplikasi pupuk kandang pada saat 2 minggu sebelum tanam dan 4 minggu setelah tanam dengan aplikasi pupuk hayati. Rata-rata produktivitas GKG dari budidaya secara organik ini adalah sebesar 5.04 ton/ha dengan potensi hasil rata-rata 6.76 ton/ha hampir menyamai rata-rata produktivitas nasional pada tahun 2012 yaitu sebesar 5.08 ton/ha (Badan Pusat Statistik 2012). Nilai produktivitas tersebut belum sesuai dengan deskripsi varietas yang dikeluarkan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2009), varietas Ciherang mampu memproduksi 6.0 ton/ha dengan potensi hasil 8.5 ton/ha. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dan hasil padi yang dibudidayakan secara organik yang berkelanjutan sudah hampir setara dengan rata-rata hasil padi yang ditanam secara konvensional.

Tingginya produktivitas padi akibat kombinasi aplikasi pupuk kandang pada saat 2 minggu sebelum tanam dan 4 minggu setelah tanam dengan pupuk hayati dipengaruhi oleh bobot 1000 butir dan bobot kering gabah/tanaman. Hal ini ditunjukan dengan adanya korelasi yang nyata dan positif dari kedua peubah tersebut. Semakin besar dari bobot 1000 butir dan bobot kering gabah/tanaman maka produktivitas padi akan semakin besar. Perlakuan aplikasi pupuk 2 minggu sebelum tanam dan 4 minggu setelah tanam dengan pupuk hayati memiliki produktivitas yang lebih baik karena unsur hara pada tanaman diberikan 2 kali pada saat sebelum tanam dan setelah tanam sehingga unsur hara pada pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman dapat tersedia lebih baik.

Jumlah gabah/malai tertinggi adalah pada aplikasi pupuk kandang 6 minggu setelah tanam tanpa pupuk hayati. Tingginya jumlah gabah per malai tidak berkorelasi dengan produktivitas GKG padi. Hal ini disebabkan nilai persentase gabah isi dari perlakuan tersebut adalah yang paling rendah (meskipun tidak berbeda nyata) dan bobot 1000 butirnya bukan yang paling tinggi.

Berbedanya nilai dari produktivitas padi dengan potensi hasil padi disebabkan pada perhitungan potensi hasil padi dengan cara menghitung produksi berdasarkan hasil per rumpun yang dikalikan dengan populasi maksimal. Perlakuan aplikasi pupuk 2 minggu sebelum tanam dan 4 minggu setelah tanam dengan pupuk hayati memiliki bobot gabah yang lebih besar daripada perlakuan lainnya sehingga produktivitasnya menjadi lebih tinggi meskipun jumlah anakan produktif, panjang malai, dan jumlah gabah per malai lebih kecil daripada perlakuan lainnya.

(33)

21 pada setiap perlakuan. Aplikasi pupuk kandang 6 minggu setelah tanam diduga terlambat untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman, akibatnya persentase gabah isinya rendah meskipun jumlah gabah per tanamannya tinggi.

Aplikasi pupuk hayati kurang efektif dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman padi pada percobaan ini. Tidak berbedanya hasil yang didapatkan dapat disebabkan kandungan hara dan mikroorganisme pada pupuk hayati sudah terdapat di dalam pupuk kandang. Meskipun demikian, aplikasi pupuk hayati menyebabkan produksi padi yang lebih tinggi.

Fase vegetatif dan generatif tanaman dari setiap perlakuan aplikasi pupuk memiliki kelebihan tersendiri namun hasil terbaik adalah perlakuan yang memiliki produktivitas paling tinggi yaitu perlakuan aplikasi pupuk kandang 2 minggu sebelum tanam dan 4 minggu setelah tanam dengan tambahan pupuk hayati. Nilai produktivitas yang tinggi belum tentu memiliki tingkat efisiensi yang tinggi. Pemberian pupuk kandang 2 minggu sebelum tanam dan 4 minggu setelah tanam dengan tambahan pupuk hayati memerlukan waktu, biaya, dan tenaga kerja yang lebih banyak meskipun produktivitasnya lebih optimum. Pemberian pupuk kandang setelah tanam juga harus berhati-hati agar tanaman yang sudah cukup besar tidak terinjak saat diberikan pupuk.

Efisiensi pengerjaan yang paling baik adalah pemberian pupuk kandang 2 minggu sebelum tanam tanpa pupuk hayati. Hal ini disebabkan tanaman tidak perlu diberikan pupuk hayati dan pupuk kandang hanya perlu diberikan satu kali pada saat sebelum tanam sehingga tenaga kerja lebih efisien dan tanaman tidak terinjak saat diberi pupuk. Perhitungan net B/C untuk pemberian pupuk 1 kali sebelum tanam adalah 1.35 sedangkan pemberian pupuk secara bertahap adalah 1.34 (Lampiran 4).

Tingginya produktivitas dari aplikasi pupuk kandang 2 minggu sebelum tanam dan 4 minggu setelah tanam dengan tambahan pupuk hayati lebih menguntungkan secara ekonomi pada luasan lahan yang luas daripada aplikasi pupuk kandang pada saat 2 minggu sebelum tanam tanpa pupuk hayati. Banyaknya biaya dari tenaga kerja dan biaya pembelian pupuk hayati dapat tertutupi dengan penjualan hasil panen yang tinggi.

(34)

22

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Produktivitas gabah kering giling tertinggi diperoleh dari kombinasi aplikasi pupuk kandang secara bertahap pada 2 minggu sebelum tanam dan 4 minggu setelah tanam, masing-masing dengan dosis 5 ton/ha; dikombinasikan dengan pemberian pupuk hayati. Produksi padi juga dapat dilakukan dengan pemberian 10 ton/ha pupuk kandang 2 minggu sebelum tanam tanpa pupuk hayati.

Saran

Pemberian pupuk kandang setelah tanam harus berhati-hati agar tanaman yang sudah cukup besar jangan sampai terinjak saat diberikan pupuk.

DAFTAR PUSTAKA

Ardoyo. 2011. Pengaruh reduksi pupuk NPK dengan pembenaman jerami, aplikasi pupuk kandang organik dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah (Oryza sativa L.) di Indramayu [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[BPPSDMP] Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementrian Pertanian. 2010. Usaha Tani Padi dengan Pendekatan PTT. Jakarta (ID): Kementan Pr. “31 hlm”.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Tabel Luas Panen- Produktivitas Produksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi. [Internet]. [diunduh 2011 13 Oktober]. Tersedia pada: http://bps.go.id/.

[BBP Padi] Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2009. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Subang (ID): BBP Padi Pr. “105 hlm”.

[Balittan] Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis: Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor (ID): Balittan Pr. “143 hlm”.

Bawlye J, Shyam M. 2008. Organic Rice. Laguna (Phil): IRRI Rice Knowledge Bank Pr.

Dardak A. 1982. Ilmu Tanah. Pendidikan Diploma Petugas Pertanian Lapangan Terpadu. Medan (ID): USU Pr.

[Ditjen PPHP] Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementrian Pertanian. 2007. Panduan Penyusunan Cara Budi Daya Yang Baik (Good Agriculture Practice/GAP) Pertanian organik. Jakarta (ID): Kementan Pr. “27 hlm”.

(35)

23 Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian. Sjamsudin E, Baharsjah JS, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Statistical Procedures for Agricultural Research. “698 p”.

Handayanto E, Hairiah K. 2007. Biologi Tanah: Landasan Pengelolaan Tanah Sehat. Yogyakarta (ID): Pustaka Adipura. “194 hlm”.

[Menristek PPIT] Kantor Deputi Kementrian Riset dan Teknologi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2000. Padi ( Oryza Sativa ). Jakarta (ID): Menegristek. “16 hlm”.

Najata E. (2011). Pembenaman jerami, aplikasi pupuk kandang dan hayati terhadap ketersediaan hara, populasi mikroba, dan hasil padi sawah di Indramayu [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nurtika N, Abidin Z. 1997. Waktu aplikasi pupuk kandang dan pupuk buatan pada tanaman asparagus tahun kedua. J Hort Indonesia. 6(5):460-464. Nurrahma AHI. 2012. Pengaruh jenis pupuk dan dekomposer terhadap

pertumbuhan dan produksi padi organik [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[Pusluhtan]. Pusat Penyuluhan Pertanian. 2011. Budidaya Padi. Jakarta (ID): Pusluhtan Pr. ”38 hlm”.

[Permentan]. Peraturan Menteri Pertanian. 2011. Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah. Jakarta (ID): Kementan. “22 hlm”.

Simatupang S. 1990. Pengaruh beberapa pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi wortel. J Hort Indonesia. 2(1):15-19

Wahid AS. 2003. Peningkatan efisiensi pupuk nitrogen pada padi sawah dengan metode bagan warna daun. J Litbang Pertanian. 22(4):156-162.

(36)

24

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kandungan pupuk hayati yang digunakan dalam percobaan

Kandungan Jumlah Satuan

Unsur Hara

C-Organik 21.42 %

N Total 0.84 %

P2O5 0.96 %

K2O 1.16 %

Cu 84.7 ppm

Zn 62.9 ppm

Mn 58.4 ppm

Fe 106.1 ppm

B 62.7 ppm

Mikroba

Azospirillum sp. 1,10 x 10΃ Mpn/ml

Pseudomonas sp. 3.5 x 10΃ Cfu/ml

Rhizobium sp. 3.3 x 10΂ Cfu/ml

Bacillus sp. 2.0 x 10΂ Cfu/ml

Azobacter sp. 2.5 x 10΁ Cfu/ml

Salmonella 0 Mpn/ml

E. coli 0 Mpn/ml

Patogenitas Negatif

pH 5

(37)

25 Lampiran 3. Kriteria penilaian hasil analisis tanah

pH H2O Sangat

Unsur mikro DTPA* Defisiensi Marginal Cukup

Zn (ppm) 0.5 0.5-1.0 1

Fe (ppm) 2.5 2.5-4.5 4.5

Mn (ppm) 1 - 1

Cu (ppm) 0.2 - 0.2

*Penilaian ini hanya didasarkan pada sifat umum secara empiris Sumber: Balittan, 2005

Parameter tanah *

Nilai Sangat

rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat

(38)

26

Lampiran 4. Analisis usaha tani dengan 2 kali perlakuan pupuk kandang dan tambahan pupuk hayati/ha

Variabel Jumlah Satuan Harga Total biaya

Pendapatan

Keuntungan 21 665 000

Net B/C 1.34

Lampiran 5. Analisis usaha tani dengan 1 kali perlakuan pupuk kandang tanpa tambahan pupuk hayati/ha

Variabel Jumlah Satuan Harga Total biaya

Pendapatan

Keuntungan 20 335 000

(39)

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 16 Maret 1991. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Soetjahjo dan Ibu Hartati.

Penulis menempuh pendidikan SD sampai SMP di sekolah Al-Azhar Kelapa Gading dan lulus pada tahun 2006. Selanjutnya penulis melanjutkan sekolah di SMA Pesantren Unggul Al-Bayan Sukabumi dan berhasil lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis berhasil diterima di IPB melalui jalur UTM.

Gambar

Tabel 2. Sifat kimia tanah awal di lokasi penelitian KP Cikarawang
Tabel 3. Rekapitulasi hasil sidik ragam perlakuan waktu aplikasi pupuk kandang dan pupuk hayati terhadap komponen pertumbuhan tanaman
Tabel 4. Rekapitulasi hasil sidik ragam perlakuan waktu aplikasi pupuk kandang dan pupuk hayati terhadap komponen hasil tanaman
Tabel 5. Komponen pertumbuhan tanaman pada perlakuan aplikasi pupuk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan peubah tinggi tanaman, jumlah anakan, perlakuan pembenaman jerami ditambah pupuk organik padat, atau ditambah pupuk hayati dengan pengurangan

Pengaruh perlakuan pupuk kandang dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 4. Penambahan pupuk kandang meningkatkan tinggi

Pupuk hayati merupakan mikroorganisme hidup yang diberikan ke dalam tanah sebagai inokulan untuk membantu tanaman dalam menyediakan unsur hara tertentu bagi tanaman (Vessey

Waktu pemberian pupuk organik 2 minggu sebelum tanam (W2) memberikan umur berbunga tanaman rata-rata paling cepat yaitu 40.53 hari, walaupun tidak berbeda nyata

Waktu awal aplikasi tiga minggu sebelum tanam dan frekuensi aplikasi dua minggu sekali merupakan perlakuan terbaik untuk mempertahankan kualitas visual dan fungsional

Hasil sidik ragam terhadap berbagai peubah yang diamati menunjukan bahwa perlakuan pengaruh reduksi NPK dengan aplikasi pupuk organik dan hayati terhadap pertumbuhan

Waktu awal aplikasi tiga minggu sebelum tanam dan frekuensi aplikasi dua minggu sekali merupakan perlakuan terbaik untuk mempertahankan kualitas visual dan fungsional

Hasil penelitian menunjukkan takaran pupuk organik hayati berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, , kandungan hara N tanaman, berat berangkasan kering , dan