• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengaruh akselarasi dan arah getaran mekanik terhadap aspek fisiologi, motorik, dan psikologi manusia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pengaruh akselarasi dan arah getaran mekanik terhadap aspek fisiologi, motorik, dan psikologi manusia"

Copied!
208
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP ASPEK FISIOLOGI, MOTORIK,

DAN PSIKOLOGI MANUSIA

LOVELY LADY

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Analisa Pengaruh Akselarasi dan Arah Getaran Mekanik terhadap Aspek Fisiologi, Motorik, dan Psikologi Manusia adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Februari 2013

(3)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(4)

ANALISA PENGARUH AKSELARASI GETARAN MEKANIK

TERHADAP ASPEK FISIOLOGI, MOTORIK,

DAN PSIKOLOGI MANUSIA

LOVELY LADY

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Doktor pada

Departemen Teknik Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

LOVELY LADY. Analyzing of Acceleration and Direction of Mechanical Vibration to Physiological, Motoric and Psychological of Human. Under direction of SAM HERODIAN, BAMBANG PRAMUDYA N., and I DEWA MADE SUBRATA.

Machinery has helped human work but also generate mechanical vibration. Mechanical vibration has disturbed human performance. This research analyzed effect of mechanical vibration to human in laboratory. Simulator was designed based on mechanical concept. It vibrates at frequency below 50 Hz and acceleration between 1 m/sc2 and 10 m/sc2, like vibration in sugar cane factory. Objective of this paper is analyzing effect of mechanical vibration to exhausted, energy, response time, and human discomfort at some levels of vibration accelerations. Simulator has produced vibration in six levels of acceleration. Fourteen subjects participated in this simulation. Human exhausted was measured by flicker test, working energy based on human heart rate, discomfort based on respondent questioner, and response time based on response time

simulation. On this research, WBV didn’t have significant effect on human

exhausted. Curve of working energy and response time have the similar shapes, increased as polynomial pattern as increased of acceleration simulation. Longer stimulus time and higher working energy happened at acceleration 1.5 m/sc2 – 4.5 m/sc2. Graph of discomfort had power curve shape, because discomfort was subjective judgment which involved human sensor. Effect of vibration on horizontal direction is higher from vertical direction on working energy, response time, and discomfort of human.

(6)

Getaran mekanik merupakan dampak fisik yang hampir selalu terjadi pada mesin-mesin yang sedang beroperasi. Getaran dapat terpapar kepada operator dalam bentuk Whole Body Vibration (WBV) atau Tool Hand Vibration (THV). Pekerjaan pengolahan lahan dan hasil pertanian menggunakan sistem mekanisasi mengakibatkan operator terpapar getaran dalam tingkat tidak aman.

Penelitian efek getaran terhadap manusia umumnya menilai getaran dari ukuran frekuensi, karena frekuensi berhubungan dengan efek resonansi bagian tubuh. Pengaruh efek akselarasi getaran masih sedikit diteliti, akselarasi dan frekuensi mengukur getaran dari pendekatan yang berbeda. Secara umum penelitian ini bertujuan menganalisa efek kenaikan akselarasi getaran mekanik dan arah getar terhadap kelelahan, energi kerja, waktu respon, dan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh manusia.

Novelty dalam penelitian ini merupakan eksplorasi terhadap bagaimana getaran berpengaruh terhadap manusia dilihat dari perubahan nilai akselarasi dari 1 sampai 10 m/dt2 dan perbandingan pengaruh setiap arah getar translational terhadap aspek fisiologi, motorik, dan ketidaknyamanan operator.

Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu membangun simulator, simulasi, dan terakhir pengolahan dan analisis data. Membangun simulator dilakukan di Laboratorium Lapangan Teknik Mesin dan Biosistem IPB. Simulasi getaran dilakukan di Laboratorium Ergonomika Departemen Teknik Mesin dan Biosistem IPB.

(7)

berdasarkan grafik fatigue-decreased proficiency dari ISO 2631 untuk terpapar getaran selama lima menit. Frekwensi getaran antara 9 Hz sampai 30 Hz.

Selama simulasi, responden melakukan kegiatan pengoperasian komputer. Pengukuran getaran menggunakan accelerometer tipe dual channel data collector dan pemasangan sensor menggunakan magnet pada tempat duduk responden. Tingkat kelelahan dilihat dari kemampuan mata responden melihat frekuensi kedipan cahaya menggunakan flicker. Waktu respon akan terekam langsung pada komputer selama kegiatan simulasi. Rata-rata denyut jantung diukur menggunakan heart rate monitor. Ketidaknyamanan merupakan penilaian subjektif yang dilakukan oleh responden terhadap getaran yang dirasakan. Penilaian ketidaknyamanan dilakukan menggunakan kuesioner.

Dalam pengolahan data nilai akselarasi getaran dikelompokkan atas 9 tingkat akselarasi yaitu a < 0,5 m/dt2, 0.5 < a < 1,5 m/dt2, 1,5 < a < 2,5 m/dt2, 2,5 < a < 3,5 m/dt2 3,5< a < 4,5 m/dt2, 4,5< a < 5,5 m/dt2 5,5< a < 6,5, 6,5< a < 8,5, dan 8,5< a < 10,5 m/dt2. Pengelompokkan data bertujuan agar setiap pengaruh akselarasi terhadap variable penelitian disebabkan oleh kondisi getaran yang sama. Penelitian ini lebih memfokuskan pada pengaruh kenaikan akselarasi dari 0 sampai 6 m/dt2, karena data lebih lengkap tersedia hanya sampai akselarasi 6 m/dt2. Untuk selanjutnya nilai akselarasi dalam pengolahan data diwakili oleh nilai tengah setiap level.

Nilai rata-rata akselarasi diperoleh dari nilai Root Mean Square akselarasi untuk ketiga arah getar. Tidak digunakan nilai Vibration Dose Value (VDV) karena nilai crestfactor yang dihasilkan berada dibawah 1. Jika crestfactor lebih dari 9 maka digunakan nilai VDV sebagai rata-rata akselarasi untuk menjamin efek dari getaran kejut ikut dipertimbangkan.

Berdasarkan pengujian menggunakan flicker tidak terdapat perbedaan nilai Critical Frequency of Flicker (CFF) yang menggambarkan tingkat kelelahan

(8)

grafik, pola energi kerja akibat getaran sampai 6 m/dt2 adalah pola kuadratik. Energi kerja naik dengan meningkatnya akselarasi dan menurun setelah nilai akselarasi 3,5 m/dt2. Energi terbesar terjadi pada nilai akselarasi antara 3,5 m/dt2. Pada akselarasi 3,5 m/dt2 responden lebih merasakan efek getaran, guncangan akibat getaran lebih terasa, sehingga berdampak pada peningkatan energi kerja. Semakin meningkat akselarasi berarti perubahan posisi gelombang getar semakin cepat sehingga guncangan akibat getaran yang dirasakan responden mulai berkurang. Intensitas getaran yang semakin tinggi berpengaruh pada fisiologi manusia berupa penurunan energi kerja. Jika akselarasi getaran terus meningkat, kurva energi kerja akan kembali naik setelah akselarasi 7,5 m/dt2. Saat akselerasi di atas 9,8 m/dt2 (1 g) getaran tinggi mulai berpengaruh negatif terhadap organ tubuh manusia. Rasa tidak nyaman sampai sakit mulai dirasakan pada organ-organ tubuh tertentu dengan terus meningkatnya getaran.

Pola waktu respon akibat pengaruh getaran sama dengan pola energi kerja. Pada kondisi getaran sampai akselarasi 6 m/dt2 menghasilkan pola berupa kurva kuadratis dengan nilai performansi terendah terjadi pada akselarasi 3,5 m/dt2.

Hasil uji anova terhadap tingkat ketidaknyamanan (a = 0.01) pada berbagai kondisi getaran menunjukkan terdapat perbedaan signifikan ketidaknyamanan yang dirasakan antara terpapar berbagai getaran dan tidak terpapar getaran. Kurva tingkat ketidaknyamanan berbentuk kurva pemangkatan (power). Untuk menghilangkan pengaruh kebisingan disamping getaran maka simulasi juga dilakukan saat responden menggunakan earplug. Kurva yang dihasilkan tetap berupa kurva power dan tidak ditemukan perbedaan signifikan adanya pengaruh kebisingan disamping getaran terhadap kenyamanan.

(9)

Penulis dilahirkan di Pariaman Sumatera Barat pada tanggal 17 Januari 1971 sebagai anak pertama dari pasangan Hasan Basri dan Asma. Pendidikan sarjana ditempuh pada Departemen Tenik dan Manajemen Industri ITB, lulus tahun 1994. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan pada jurusan Transportasi Pascsarjana ITB dan lulus tahun 2000. Kesempatan untuk melanjutkan ke program doktor pada mayor Teknik Pertanian, Departeman Teknik Mesin dan Biosistem IPB diperoleh pada tahun 2008. Beasiswa pendidikkan pascasarjana diperoleh dari Dirjen Dikti melalui program BPPS.

Penulis bekerja sebagai dosen pada jurusan Teknik dan Manajemen Industri (TMI) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten, dalam kelompok keahlian Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi. Sebelum melanjutkan pendidikan doktor, penulis banyak terlibat dalam pengembangan laboratorium dan menjabat sebagai kepala laboratorium Jurusan TMI.

Penulis telah menjadi anggota Perhimpunan Ergonomi Indonesia (PEI) sejak tahun 2007. Karya ilmiah berjudul Analisis variasi paparan getaran Whole Body vibration (WBV) pada pengendara sepeda motor telah disajikan di dalam seminar : Serving Humanity for a Better Life , National Conference of Indonesia Ergonomic Society 2011, pada bulan September 2011 di Universitas Indonesia,

Jakarta. Sebuah artikel berjudul Design of Vibration Simulator with Output Vibration in Translational Direction telah diterbitkan pada International Journal

of Scientific and Engineering Research volume 3, issue 12, Desember 2012.

Artikel lain berjudul Analyzing of RMS Acceleration (aRMS) of Mechanical Vibration to Physical and Psychological Response sedang dalam proses revisi

(10)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunianya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak awal tahun 2010 ini adalah efek getaran mekanik dalam arah translational terhadap manusia.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir Sam Herodian, MS, Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya N., M. Eng, dan Bapak Dr. Ir. Dewa Made Subrata, M.Agr. yang telah banyak memberi saran. Disamping itu penghargaan disampaikan kepada adik-adik program S1 dan S2 serta karyawan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem yang telah menjadi responden dalam penelitian penulis.. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, suami, serta kedua anak penulis, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2013

Lovely Lady

(11)

Penguji pada Ujian Tertutup: 1. Dr Ir. Desrial, M. Eng.

2. Dr. Ir. M Fais Syuaib, M. Agr.

(12)

terhadap Aspek Fisiologi, Motorik, dan Psikologi Manusia

Nama : Lovely Lady

NIM : F164080071

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir Sam Herodian, MS Ketua

Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya N, M. Eng Dr. Ir. Dewa Made Subrata,M.Agr. Anggota Anggota

Mengetahui

Ketua Departemen Teknik Pertanian Dekan Sekolah Pascasarjana

(13)

Whole Body Vibration (WBV) : Getaran pada seluruh tubuh pekerja yang bekerja

sambil duduk atau sedang berdiri dimana landasannya menimbulkan getaran Tool Hand Vibration (THV) : Merupakan getaran setempat yaitu getaran yang

merambat melalui tangan akibat pemakaian peralatan yang bergetar. Translational : Getaran searah sumbu koordinat

Rotational : Getaran dalam bentuk gerakan berputar

Lateral : Arah getaran dari kiri ke kanan pada posisi orang berdiri atau duduk

Fore-aft : Arah getaran dari depan ke belakang pada posisi orang berdiri atau

duduk

Vertikal : Arah getaran atas ke bawah pada posisi orang berdiri atau duduk

(kepala ke kaki dan sebaliknya)

Level akselarasi (L) : diukur dengan satuan dB (decibels) yang berpatokan pada

skala akselarasi 10-6m/dt2 = 0 dB.

Root Mean Square Acceleration (aRMS): akar pangkat dua dari penjumlahan

kuadrat setiap arah getar.

Frequency weighted : Faktor pengali untuk penghitungan nilai total getaran yang

mempertimbangkan nilai frekuensi.

Faktor pengali : Menggambarkan pengaruh relatif diantara arah getaran.

Cresfactor adalah rasio antara nilai awmax terhadap awRMS

Vibration dose value (VDV) : Akar pangkat empat dari penjumlahan pangkat

empat setiap arah getar.

Critical Frequency of Flicker (CFF) adalah rata-rata otak manusia menangkap

frekuensi kedipan cahaya lampu berulang-ulang.

Tactil sensor : Sensor yang berhubungan dengan sentuhan, tekanan atau gaya

dari luar.

Fisiologi : Bagaimana tubuh manusia dapat berfungsi agar dapat bertahan hidup

dan berkembang biak.

Sistem Cardiovascular : Sistem peredaran darah

Psikologi : Berhubungan dengan apa, bagaimana, dan mengapa suatu tingkah

(14)

menemukan, mengetahui, dan memahami informasi.

(15)

xi

DAFTAR TABEL ……….. xiii

DAFTAR GAMBAR ………. xiv DAFTAR LAMPIRAN ……….. xvi PENDAHULUAN ...……… Latar Belakang ……….. 1

Perumusan Masalah ……….. 4

Tujuan Penelitian ……….. 4

Manfaat Penelitian ……… 4

Kebaruan Penelitian ..……… 5

TINJAUAN PUSTAKA Getaran Mekanik ……….. 6

Ukuran Getaran ………. 8

Pengukuran Getaran pada Manusia ……….. 10 Frekwensi Weighted ……….. 12

Efek Getaran terhadap Manusia ………... 14

Getaran Akselarasi Tinggi ………. 16

Standar Keamanan Paparan Getaran terhadap Manusia …………... 17

Energi Kerja ……….. 20

Metode Step Test ……….. 21

Kecepatan Reaksi Manusia ……… 21

Menilai Kondisi Tubuh dengan Angka Critical Frequency of Flicker (Wellnes number) ………... 22

Penerimaan Stimulus oleh Sensor Tactile …...……… 23

METODE PENELITIAN Hipotesis dan Variabel Penelitian ……….………. 26

Prosedur Percobaan ……….……….. 26

Sampling Operator ……….……… 27

Pengukuran ……….………... 28

Pengolahan Data ……….………... 30

Pengaruh Getaran terhadap Aspek Fisiologi, Motorik dan Psikologi Manusia ……….………. 31 Pengaruh Arah Getaran terhadap Waktu Respon dan Fisiologi Manusia ... 32

RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETAR DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL Konsep akselarasi getaran pada simulator ……….. 32

(16)

xii

Meja getar ……….…. 35

Pengkondisian getaran ……….…...….… 36

Pengumpulan data getaran ……….……..….. 38

Hasil pengujian simulator ……….…. 38

EFEK GETARAN MEKANIK DAN ARAH GETARAN TERHADAP MANUSIA Pengaruh Akselerasi Getaran terhadap Manusia ………... 40

Pengaruh Akselerasi Getaran terhadap Tingkat Kelelahan ………... 41

Pengaruh Akselarasi Getaran terhadap Energi ……..……….. 42

Pengaruh Akselarasi Getaran terhadap Waktu Respon Manusia ….... 48

Pengaruh Akselarasi Getaran terhadap Ketidaknyamanan ………... 52

Pengaruh Arah Getaran terhadap Kemampuan Motorik, Fisiologi, dan Ketidaknyamanan Manusia ... 54

Aplikasi Hasil Penelitian ... 60

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 61

Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(17)

xiii

DAFTAR TABEL

1 Studi efek getaran terhadap manusia yang sudah dilakukan ……… 2 2 Arah positif dan negatif akselarasi berdasarkan NASA ………... 8 3 Karakteristik segmen tubuh dibawah getaran vertikal WBV ……… 15 4 Kecepatan getaran simulator tanpa pemberian pegas dan ukuran

sabuk yang digunakan …….……….….... 36 5 Rata-rata nilai CFF per-level akselarasi ………... 42 6 Rata-rata energi per-level akselarasi ………….…………...……… 44

7 Konsumsi energi pada kondisi terpapar getaran ……… 45

(18)

xiv 1 Arah getaran Whole Body Vibration pada getaran translational

(x,y,z) dan rotasional (Rx, Ry, Rz) ……… 7

2 Kesepakatan arah positif akselarasi getaran berdasarkan NASA …. 8

3 Getaran sinusoidal untuk jarak perpindahan, kecepatan dan akselarasi ………. 10

4 Weighting factor berdasarkan ISO .……… 13

5 Batas aman untuk kenyamanan kerja karena paparan WBV berdasarkan ISO 2631 ………. 18

6 Tiga kriteria utama yang digunakan untuk menilai pengaruh WBV ... 19

7 Langkah-langkah penelitian ……….……… 25

8 Skedul simulasi dalam satu kali jalan ….………. 26

9 Skema proses simulasi ………... 27

10 Tampilan pada layar komputer untuk uji waktu respon ……….. 29

11 Mekanisme perubahan gerak rotasi motor listrik menjadi gerakan linier (a) ukuran komponen (b) komponen mesin ….……... 34 12 Perhitungan panjang keliling sabuk V ……….. 35 13 Skema simulator getaran pada (a) posisi tuas vertikal (b) posisi tuas Horizontal ……….……… 38

14 Plot data CFF pada beberapa akselarasi getaran ….………. 43

15 Pola energi kerja interval akselarasi ……… 46

16 Analisis pengaruh stimulus getaran terhadap kenaikan energi dan waktu respon ………... 47

17 Analisis pola energi dan waktu respon akibat kenaikan akselarasi getaran ……….... 48

18 Pola energi kerja pada nilai akselarasi getaran sampai 10 m/s2 ……… 48

19 Pola waktu respon manusia per-interval akselarasi .………. 50

20 Pola waktu respon sampai nilai akselarasi getaran sampai 10 m/s2 … 51

(19)

xv (a) Responden ke-6 (b) Responden ke-8 ……….……. 52 23 Contoh pola waktu respon akibat kenaikan akselarasi getaran

(a) Responden ke-2 (b) Responden ke-11 ……….… 53 24 Pola ketidaknyamanan per-interval akselarasi karena pengaruh

getaran dan kebisingan ………...……… 54 25 Perbandingan kurva pengaruh akselarasi getaran terhadap energi

(a) tanpa faktor pengali terhadap (b) dengan faktor pengali ... 57 26 Perbandingan kurva pengaruh akselarasi getaran terhadap waktu

respon(a) tanpa faktor pengali terhadap (b) dengan faktor pengali ... 59 27 Perbandingan kurva pengaruh akselarasi getaran terhadap

ketidaknyamanan (a) tanpa faktor pengali (b) dengan faktor

(20)

xvi 1 Formulir kesediaan responden ……….. 69 2 Data responden ………. 70

3 Desain simulator ……….……… 71

4 Hasil pengukuran simulator getaran arah dominan vertikal ………….. 77 5 Hasil pengukuran simulator getaran arah dominan horizontal ……….. 78 6 Contoh analisa FFT getaran saat simulasi ………. 79 7 Nilai cresfactor pada sampel getaran ……….…. 97 8 Nilai Critical Frequency Flicker (CFF) manusia pada berbagai

tingkat akselarasi dan hasil uji t ………..…... 99 9 Rumus energi kerja setiap responden ……… 103 10 Energi selama simulasi berdasarkan tingkat akselarasi (kkal/mt)

dan hasil uji t ………... 105

11 Waktu respon manusia berdasarkan tingkat akselarasi dan

hasil uji t ……….. 109

12 Perubahan energi (kkal/menit) per-responden akibat perubahan

akselarasi getaran ………..……….….. 113 13 Perubahan waktu respon (ms) per-responden akibat perubahan

akselarasi getaran ………..……..… 114 14 Nilai ketidaknyamanan berdasarkan tingkat akselarasi dan

(21)
(22)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan teknologi permesinan telah membantu pekerjaan manusia di berbagai bidang. Dalam industri produksi penggunaan mesin telah menggantikan tenaga manusia sehingga mampu berproduksi secara masal. Namun penggunaan mesin produksi juga menghasilkan lingkungan fisik kerja yang buruk bagi manusia. Getaran mekanik merupakan dampak fisik yang hampir selalu terjadi pada mesin-mesin yang sedang beroperasi. Getaran dapat terpapar kepada operator dalam bentuk Whole Body Vibration (WBV) atau Tool Hand Vibration (THV). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat efek getaran. WBV dapat menimbulkan keluhan tidak nyaman pada operator, menaikan beban mental (Newell 2008), pengaruh terhadap aktifitas otot belakang (Santos 2008), sampai gangguan keseimbangan (Mani 2010) tergantung kepada amplitudo, akselerasi, dan lama terpapar getaran.

Pekerjaan pengolahan lahan dan hasil pertanian menggunakan sistem mekanisasi mengakibatkan operator terpapar getaran dalam tingkat tidak aman. Paparan getaran yang tinggi diterima oleh operator traktor tangan dalam kegiatannya mengolah tanah sebelum ditanam, getaran pada traktor tangan bervariasi dari 3.43 sampai 5.26 m/s2 (Binisam 2007). Getaran mesin pertanian di atas batas aman berdasarkan standar keamanan ISO 2631-1-1997 ditemukan pada traktor roda empat, all-terrain vehicles (ATVs), kendaraan offroad berupa skidder, haulage truck, mesin pemanen zaitun, gergaji kayu (Ragni 1999; Mehta 2000; Servadioa 2007; Eger 2007; Smets 2010; Tewari 2009; Milosavljevic 2010; Cationa 2008; Çakmak 2011; Goglia 2005; Sarah 2008). Getaran sebesar 1 sampai 13 m/s2 terpapar kepada operator di dalam industri gula lokal di Indonesia (Cahyono 2008; Mukti 2008).

Di samping frekuensi dan magnitudo getaran, dampak getaran yang diterima manusia juga dipengaruhi oleh arah getaran (Haris 2002). Jika menggunakan kendaraan seperti forewarder, mobil, motor, truk, traktor, atau mesin pemadat jalan getaran dominan yang terjadi adalah dalam arah vertikal (Googlia 2003; Rehn 2005; Binisam 2007; Salmoni 2008; Lady 2011; Chen 2009; Subhash 2011; Kathirvel 2007). Penumpang kereta api rel listrik dan rel diesel di Indonesia terpapar getaran dengan akselarasi hampir sebanding antara arah vertikal dan horizontal (Suwandi 2008).

(23)

pemulihan kelelahan otot, banyak dimanfaatkan untuk pemijatan dengan getaran. Kemampuan cognitive manusia tidak dipengaruhi oleh getaran (Ljungberga 2007); Shoenberger (1974) dalam Oborne (1987)). Begitu juga kemampuan aritmatika tidak terpengaruh oleh getaran pada frekuensi rendah. Namun di sisi lain getaran berfungsi sebagai general stressor, manusia akan bekerja lebih keras untuk menjaga kecepatan reaksinya saat terpapar getaran, akibatnya kecepatan reaksi manusia lebih tinggi setelah terpapar getaran dibandingkan sebelum atau saat terpapar getaran. International Standardization Organization (ISO) sudah mengeluarkan batasan aman terpapar getaran berdasarkan efek getaran terhadap manusia. Pada getaran vertikal respon manusia lebih besar pada selang frekuensi 4 sampai 8 Hz, dan pada getaran lateral respon manusia lebih besar pada selang frekuensi 1 sampai 2 Hz.

Penelitian efek getaran terhadap manusia umumnya menilai getaran dari ukuran frekuensi, karena frekuensi berhubungan dengan efek resonansi bagian tubuh. Pengaruh efek akselarasi getaran masih sedikit diteliti, akselarasi dan frekuensi mengukur getaran dari pendekatan yang berbeda. Pada beberapa penelitian sudah dilakukan penilaian getaran berdasarkan akselarasi, tetapi akselarasi yang diamati hanya pada satu atau dua kondisi saja. Tabel 1 berisi penelusuran penelitian yang sudah dilakukan tentang efek getaran terhadap manusia dan ukuran getaran yang diamati.

Tabel 1 Studi efek getaran terhadap manusia yang sudah dilakukan

No Peneliti Tahun Pengaruh Getaran terhadap Manusia Akselarasi (m/s2) dan frekuensi (Hz)

1. Newell 2008 Getaran berpengaruh pada kenaikan

beban mental.

a = 1.4

2. Santos 2008 Getaran tidak meningkatkan aktifitas otot tulang belakang.

a = 0.86

f = 0.5 – 20

3. Mani 2010 Getaran mengakibatkan gangguan

keseimbangan

a = 0.9 - 4.9

f = 0.5 – 20 4. Notbohn

(dalam Pulat)

1992 Getaran meningkatkan kecepatan reaksi f = 4 – 8

5. Shoenberger (dalam Oborne)

1987 Waktu reaksi terutama dipengaruhi oleh arah getar lateral, terutama pada f =1 dan 3 Hz.

6. Wohlwill (dalam Oborne)

1987 Getaran berfungsi sebagai general stressor terhadap kecepatan reaksi manusia.

7. Ljungberga 2007 Kemampuan cognitive manusia tidak dipengaruhi oleh getaran

8. Hacaambwa 2006 Ketidaknyamanan naik dengan

meningkatnya getaran mengikuti Steven Power Law.

a = 1.05 & 0.2

f < 50.5

9. Marjanen 2010 Arah getar berpengaruh terhadap

ketidaknyamanan dengan faktor pengali arah getarx : y : z = 2.7 : 1.8 : 1

a = 2.5

(24)

Lanjutan tabel 1 10. Guignard

(dalam Griffin)

1990 Getaran meningkatkan respon

cardiovascular.

f = 2 – 20

11. Maikala 2007 Getaran meningkatkan respon Metabolisme.

a = 0.9 g

f = 2, 4.5, 6 12. Nawayseh 2010 Penyerapan energi getaran meningkat

dengan naiknya kuadrat magnitudo.

a=0.125, 0.25, 0.625, 1.25

f = 0.25 – 20

13. Maeda 2008 Kenyamanan berkendara dimodelkan

dari Vibration Greatness ( fungsi dari f dan a).

a = 0.2, 0.4, 0.8, dan 1.2

f = 4, 8, 16, 31.5, dan 63 14. Tian 1996 Getaran menurunkan waktu respon dan

meningkatkan jumlah kesalahan. 15. Dowell 2007 Getaran meningkatkan daya genggam

pada paparan Hand Tool Vibration.

a = 2.8 – 89.9

f = 0 – 125 16. Kubo 2001 Heart rate, rasio transmisi pada bagian

tubuh, dan kelelahan naik dengan naiknya frekuensi getaran.

a = 0.69

f = 2 – 20

17. Besa 2007 Penyerapan energi pada tangan akibat Hand Tool Vibration dipengaruhi oleh arah getaran.

a = 15 dan 30

f < 550

18. Shibata 2012 Terdapat perbedaan ketidaknyamanan antara pria dan wanita pada getaran arah lateral dan fore-aft, tidak pada arah vertikal.

a = 0.2, 0.4, dan 0.8

f = 1 – 20

19. Saton 2006 Kesiagaan berkurang akibat getaran, sementara Visual analog sleepiness scale (VASS) meningkat.

a = 0.6

f = 10

20. ISO Tubuh manusia lebih sensitif pada

frekuensi 4 – 8 Hz getaran arah vertikal, dan 1- 2 Hz pada getaran horizontal.

21. Jang 2000 Ketidaknyamanan dipengaruhi oleh

perbedaan fasa antara getaran di kaki dan kursi, terutama pada frekuensi dan magnitude rendah.

a = 0.25, 0.4, 0.63, 1 dan 1.6

f = 2.5, 3.15, 4, 5, dan 6.3 22. Wang 2006 Energi getaran terbesar diserap oleh

tubuh manusia pada frekuensi 4 – 16 Hz.

f = 0.5 – 40

a = 1

23. Ahn 2010 Ketidaknyamanan paling sensitif terjadi pada range frekuensi 5 – 6.3 Hz.

f = 0.9 – 16

a = 0.35 – 2.89 (VDV)

24. Jiao 2004 Paparan getaran meningkatkan heart

rate variability dan kelelahan.

f = 1.8 dan 6

a = 0.05g 25. Kim 2009 Orang Korea lebih sensitif terhadap

WBV vertikal pada f= 6.3 Hz.

f = 2 - 250

(25)

Perumusan Masalah

Efek getaran terhadap manusia dilihat dari nilai akselarasi masih sedikit diteliti. Akselarasi dan frekuensi merupakan dua ukuran getaran yang berbeda. Akselarasi menilai magnitudo getaran yang menggambarkan besarnya energi getaran sedangkan frekuensi merupakan jumlah getaran persatuan waktu. Paparan getaran terhadap manusia tidak hanya dipengaruhi oleh frekuensi tapi juga oleh akselarasi. Akselarasi getaran diduga akan berpengaruh terhadap aspek fisiologis, performansi, dan tingkat ketidaknyamanan manusia.

Ketidaknyamanan karena getaran dipengaruhi oleh arah getar (Hacaambwa 2006). Arah getaran juga berpengaruh pada energi getaran yang diserap oleh tubuh manusia ((Burström (1996) dikutip oleh Dewangan (2009)). Penyerapan energi getaran berkorelasi positif dengan terjadinya luka atau kecelakaan akibat getaran (vibration disorder), karena energi getaran yang diserap oleh tangan akan merusak jaringan otot. Seberapa besar pengaruh masing-masing arah getar terhadap manusia perlu diekplorasi lebih dalam. Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh peningkatan akselarasi getaran terhadap aspek fisiologi, motorik, dan ketidaknyamanan manusia.

2. Bagaimama pengaruh ketiga arah getaran translational terhadap aspek fisiologi, motorik, dan ketidaknyamanan manusia.

Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan menganalisa efek akselarasi getaran mekanik dan arah getar terhadap kelelahan, energi kerja, waktu respon, dan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh manusia. Secara khusus tujuan penelitian ini diuraikan dalam enam bagian sebagai berikut :

1. Menganalisa pola pengaruh akselarasi getaran mekanik terhadap energi kerja dan kelelahan operator.

2. Menganalisa pola pengaruh akselarasi getaran mekanik terhadap waktu respon.

3. Menganalisa pola pengaruh akselarasi getaran mekanik terhadap ketidaknyamanan yang dirasakan.

4. Menganalisa pengaruh arah getar translational terhadap energi kerja dan kelelahan operator.

5. Menganalisa pengaruh arah getar translational terhadap waktu respon.

6. Menganalisa pengaruh arah getar translational terhadap ketidaknyamanan yang dirasakan.

Manfaat Penelitian

(26)

dalam merancang mesin-mesin mekanik yang memiliki frekuensi di atas 10 Hz dan bergetar secara translational.

Berdasarkan analisa efek getaran terhadap manusia maka dalam perancangan mesin industri, getaran dalam interval akselarasi tertentu sebaiknya dihindari untuk mengurangi efek negatif getaran terhadap manusia. Penyesuaian rancangan mesin tentu juga tanpa mengurangi efektifitas mesin.

Kebaruan Penelitian

(27)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Getaran Mekanik

Yang dimaksud dengan getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak–balik dari kedudukan keseimbangan. Getaran mekanis disebabkan oleh mesin atau alat-alat mekanis lainnya. Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Getaran merupakan suatu faktor fisik yang menjalar ke tubuh manusia, mulai dari tangan sampai ke seluruh tubuh.

Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh dan dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita.

Ada dua kelompok getaran mekanik yaitu : 1. Getaran Bebas.

Getaran bebas terjadi jika sistem berosilasi karena bekerjanya gaya yang ada dalam sistem itu sendiri (inherent). Sistem yang bergetar bebas akan bergerak pada satu atau lebih frekuensi naturalnya, yang merupakan sifat sistem dinamika yang dibentuk oleh distribusi massa dan kekuatannya. Semua sistem yang memiliki massa dan elastisitas dapat mengalami getaran bebas atau getaran yang terjadi tanpa rangsangan dari luar.

2. Getaran Paksa.

Getaran paksa adalah getaran yang terjadi karena rangsangan gaya luar, jika rangsangan tersebut berosilasi maka sistem dipaksa untuk bergetar pada frekuensi rangsangan. Jika frekuensi rangsangan sama dengan salah satu frekuensi natural sistem, maka akan didapat keadaan resonansi dan osilasi besar yang berbahaya mungkin terjadi.

Getaran mekanis dapat dibedakan berdasarkan pajanannya. Terdapat dua bentuk yaitu getaran seluruh badan (Whole Body Vibration / WBV) dan getaran pada lengan dan tangan (Tool Hand Vibration).

1. Whole Body Vibration (WBV)

Getaran pada seluruh tubuh atau umum Whole Body Vibration yaitu terjadinya getaran pada tubuh pekerja yang bekerja sambil duduk atau sedang berdiri dimana landasannya menimbulkan getaran. Getaran seperti ini biasanya dialami oleh pengemudi kendaraan seperti: traktor, bus, helikopter, kereta api, atau bahkan kapal.

2. Tool Hand Vibration

Merupakan getaran setempat yaitu getaran yang merambat melalui tangan akibat pemakaian peralatan yang bergetar.

(28)

sumbu x, dan arah vertikal searah sumbu z dari tubuh operator, sistem koordinat untuk arah gerakan seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Arah getaran Whole Body Vibration pada getaran translational (x,y,z) dan rotasional (Rx, Ry, Rz)

Sumber : ISO 2631-1 (2004)

(29)

Gambar 2 Kesepakatan arah positif akselarasi getaran berdasarkan NASA Sumber : NASA (1989)

Tabel 2 Arah positif dan negatif akselarasi berdasarkan NASA

Arah Aksi Reaksi pada tubuh manusia Gerakan linier Aksi Arah akselarasi Reaksi Keterangan

ke depan +ax ke depan +gx bola mata ke dalam

ke belakang - ax ke belakang - gx bola mata ke luar ke kanan +ay ke kanan lateral +gy bola mata ke kiri ke kiri - ay ke kiri lateral - gy bola mata ke kanan ke atas - az ke arah kepala +gz bola mata ke bawah ke bawah +az ke arah kaki - gz bola mata ke atas Sumber : Kroemer (2000)

Ukuran Getaran

Gerak osilasi dapat berulang secara teratur atau dapat juga tidak teratur, jika gerak itu berulang dalam selang waktu yang sama maka gerak itu disebut gerak periodik. Waktu pengulangan tersebut disebut perioda osilasi dan kebalikannya disebut frekuensi. Jika gerak dinyatakan dalam fungsi waktu x (t), maka setiap gerak periodik harus memenuhi hubungan (t) = x (t +τ).

Bentuk gerak periodik yang paling sederhana adalah gerak harmonik. Hal ini dapat diperagakan dengan sebuah massa yang digantung pada sebuah pegas ringan. Jika massa tersebut dipindahkan dari posisi diamnya dan dilepaskan, maka massa tersebut akan berosilasi naik turun sehingga dapat dinyatakan dengan persamaan :

x = A sin 2πft

(30)

Getaran diukur dengan menentukan besarnya energi mekanik yang di hantarkan selama periode waktu tertentu, Energi mekanis ini adalah fungsi dari frekuensi dan intensitas gerakan osilasi yang menghasilkan getaran. Besar energi yang diserap adalah fungsi dari frekuensi, intensitas dan lamanya getaran.

Besarnya getaran didefinisikan dalam dua parameter yaitu kecepatan dan intensitas. Kecepatan adalah getaran yang diekspresikan sebagai frekuensi gerakan, dinyatakan dalam satuan Hertz (Hz), dimana 1 Hz = 1 cycle getaran per-detik. Sering juga digunakan frekuensi angular  yang dinyatakan dalam radian per-detik. Karena satu gelombang (360o) sama dengan 2 radian, maka  = 2f (dalam rad/s2).

Intensitas getaran dinyatakan sebagai maksimum getaran dari titik tetapnya atau diistilahkan dengan amplitudo. Tetapi intensitas getaran lebih sering menggunakan unit akselarasi, secara konvensional dinyatakan dengan g (1 g adalah jumlah akselarasi yang dibutuhkan untuk mengangkat tubuh orang dari permukaan bumi). Satuan metrik untuk akselarasi adalah meter per-second2 (1g = 9.81 m/s2).

Akselarasi getaran dinotasikan dengan a dapat diukur dalam satuan g (gafitasi) atau m/s2 jika menggunakan sistem metrik. Sementara level akselarasi dinotasikan dengan L diukur dengan satuan dB (decibels) yang berpatokan pada skala akselarasi 10-6m/s2 = 0 dB. Sehingga akselarasi a m/s2 dapat dinyatakan sebagai level L(dB) :

L (dB) = 20 log10 [a/aref] dimana :

L = level getaran dalam decibels a = akselarasi terukur dalam m/s2 aref = patokan level = 10-6m/s2

Pada jarak gelombang getaran maksimum dari titik tengah kecepatan menjadi nol dan akselarasi pada nilai minimumnya. Ketika jarak nol kecepatan maksimal dan akselarasi juga nol. Pada saat t, maka perpindahan x dinyatakan sebagai :

x(t) = Xsin(2ft + ),dan kecepatan merupakan turunan pertama jarak v(t) = 2fXcos2ft = Vcos2ft, dan akselarasi merupakan turunan kedua jarak

a(t) = -(2f)2Xsin 2ft = -A sin 2ft

dimana .

X = Jarak maksimum gelombang dari titik tengah

V = 2fX adalah puncak kecepatan

A = (2f)2X atau 2fV adalah puncak akselarasi

= sudut fasa

(31)

Gambar 3 Getaran sinusoidal untuk jarak perpindahan, kecepatan dan akselarasi

Sumber : Kroemer (2001)

Pada tubuh yang kaku, gaya dan akselarasi selalu dalam satu fasa, sehingga pada berbagai rasio frekuensi terhadap rms menunjukkan masa benda. Pada frekuensi tertentu tubuh manusia tidak bersifat sebagai benda kaku, dan gaya dan akselarasi tidak satu fasa tergantung pada kekakuan dan peredaman pada masing-masing frekuensi sehingga sulit untuk menghitung masa benda. Invers rasio juga memiliki nama sendiri, akselarasi dibagi gaya adalah accelerance, kecepatan dibagi gaya disebut mobility dan perpindahan x dibagi gaya disebut dynamic compliance (Griffin, 1990).

Setiap struktur sederhana seperti meja, buku, bangunan, memiliki resonansi frekuensi sendiri. Jika suatu getaran diterapkan pada struktur dan kemudian struktur tersebut bergetar dengan getaran yang lebih besar daripada yang diterapkan padanya, maka itu disebut beresonansi. Jika struktur menyerap intensitas getaran maka proses tersebut disebut peredaman (damping).

Pengukuran Getaran pada Manusia

(32)

Ketika getaran ditransmisikan ke tubuh melalui material yang tidak kaku penempatan transducer pengukur harus pada permukaan tubuh untuk meminimasi perubahan tekanan permukaan pada material tersebut. Waktu pengukuran juga harus cukup untuk mewakili data getaran dan mendapatkan sinyal random.

Jika pengukuran getaran dilakukan pada satu titik ditubuh untuk arah translational (x, y, dan z) maka dapat dihitung nilai getaran total dalam bentuk Root Mean Square Acceleration (aRMS) dengan komponen akselarasi pada setiap arah ax, ay, dan az.

Ketika getaran mengenai tubuh pada beberapa titik (seperti kaki, tempat duduk, sandaran punggung ), maka nilai total akselarasi av merupakan kombinasi nilai dari setiap titik.

Efek getaran yang diterima tubuh dipengaruhi oleh frekuensi getaran, sehingga penghitungan nilai total getaran yang dipengaruhi oleh frekuensi menggunakan faktor frequency weighted. Nilai rata-rata getaran dalam bentuk rms frequency weighted acceleration dengan rumus sebagai berikut dalam domain frekuensi :

Pada tubuh yang terpapar getaran dengan kejadian sementara dan mempunyai nilai crestfactor lebih dari 9, maka perlu dihitung nilai vibration dose value (VDV) atau maximum transient vibration value (MTVV(T)), keduanya digunakan untuk menjamin efek dari getaran sementara tidak underestimed. Cresfactor adalah rasio antara nilai awmax terhadap awRMS

Hubungan antara respon manusia terhadap getaran sementara bisa diketahui dengan menghitung maximum transient vibration value (MTVV(T)) selama pengukuran.

MTVV(T) |aw(t0)|max

Pangkat 4 Vibration Dose Value (VDV) didefinisikan sebagai : VDV =

(33)

acceleration time history pangkat empat aw4(t). Jika total getaran terdiri atas beberapa elemen getaran maka total VDV adalah :

VDV total =

Penggunaan maximum transien vibration value atau total vibration dose value untuk ditambahkan pada nilai rms frequency weighted acceleration dianjurkan jika :

MTVV(T)>1.5aw atau VDVtotal>1.75awT1/4

Perhitungan VDV total tidak dipengaruhi oleh waktu dan besarnya akselarasi, hanya merupakan penjumlahan dari elemen getaran. Tetapi perhitungan MTVV memperhatikan pengaruh akselarasi yang terjadi dalam waktu satu detik dan sangat sedikit dipengaruhi oleh kejadian yang terjadi lebih dari 1 detik.

Total vibration dose value (VDV) akan mengintegrasikan semua pengaruh kejadian sementara terlepas dari kekuatan dan lama kejadian. Berbeda dengan total VDV maka maximum transient vibration value akan menghasilkan pengukuran yang didominasi oleh kekuatan getaran yang besar yang hanya terjadi pada saat yang pendek (1 detik), tetapi sangat sedikit dipengaruhi oleh getaran yang terjadi dalam waktu yang lebih lama. Aplikasi kedua pengukuran ini terhadap WBV tergantung kepada kondisi kejadian getaran sementara dan antisipasi berdasarkan respon manusia.

Efek WBV terhadap kesehatan berdasarkan ISO 2631-1 pada getaran yang dirambatkan melalui kursi duduk pada frekuensi 0,5 – 10 Hz, pengukuran getaran berdasarkan frequency-weighted acceleration. Jika paparan getaran berisi kejadian sementara (transient event) yang memenuhi persyaratan diatas maka penilaian dilakukan berdasarkan vibration dose value (VDV). Frequency weighted yang digunakan adalah Wd dan Wk. Dikalikan dengan factor 1 untuk getaran dalam arah z dan 1,4 untuk getaran dalam arah x dan y sesuai koordinat pada gambar.

Frequency Weighted

Sensitifitas tubuh manusia terhadap getaran mekanis tergantung kepada frekuensi dan arah getaran. Kedua faktor ini perlu dipertimbangkan dalam perhitungan untuk memperkirakan efek bahaya. ISO (International Standards Organization) sudah menghasilkan tiga kurva weighting factor, yang dapat digunakan ketika menaksir tingkat bahaya suatu kondisi getaran.

(34)

penilaian subjek atau dampak yang dihasilkan getaran (Bruej 2013). Level kebisingan juga diukur dengan cara yang sama, weighting filter digunakan untuk mensimulasikan respon pendengaran manusia terhadap kebisingan.

[image:34.595.111.470.111.760.2]

Tiga weighting faktor utama ISO diperlihatkan pada Gambar 4. Tambahan weighting factor kadang-kadang digunakan ketika memperkirakan level getaran yang berhubungan dengan motion sickness, getaran bangunan, dan transportasi dengan ambulan. Pengukuran getaran pada tubuh manusia yang terjadi dalam selang frekuensi 0.1 Hz sampai 1500 Hz menarik untuk diamati. Sementara jika getaran terpapar dalam bentuk WBV maka frekuensi antara 1 Hz sampai 80 Hz lebih menarik, dan kalau pengukuran getaran dalam bentuk THV (Tool-hand vibration) selang frekuensi 5 Hz sampai 1500 Hz lebih menarik. Dalam selang frekuensi ini tubuh manusia lebih sensitif sesuai bentuk paparan getaran yang terjadi.

Gambar 4 Weighting factor berdasarkan ISO Sumber : Bruej and Kjaer (2013)

WBV harus diukur dalam arah sesuai sistem koordinat. Arah longitudinal (dari kepala ke arah kaki) disebut arah z. Pada arah ini tubuh lebih sensitif pada frekuensi getaran antara 4 Hz sampai 8 Hz. Respon manusia terhadap getaran dalam arah x (depan ke belakang) dan arah y (kiri ke kanan) tidak berbeda, dan pada bidang lateral ini respon manusia lebih besar pada interval frekuensi 1 Hz sampai 2 Hz.

(35)

hanya pada getaran saja, tetapi juga faktor lain seperti penglihatan, penciuman, dan umur, yang membuat penelitian untuk pengaruh getaran terhadap manusia menjadi kompleks.

Efek Getaran terhadap Manusia

Efek getaran translational terhadap nilai total getaran lebih dominan dibanding getaran rotational, efek getaran rotational kurang dari 6% (Marjanen 2010). Proporsi pengaruh setiap arah getaran dipengaruhi oleh kurva frequency weighting dan faktor pengali. Frequency weighting memodelkan respon tubuh dalam domain frekuensi. Faktor pengali menggambarkan pengaruh relatif diantara arah getaran. Menurut Marjanen (2010) efek getaran terhadap ketidaknyamanan dominan dipengaruhi oleh rambatan getaran melalui tempat duduk, rambatan getaran dari sandaran hanya berpengaruh 1.4% terhadap ketidaknyaman.

Tubuh manusia adalah struktur yang kompleks yang tersusun atas organ-organ, tulang, persendian, dan otot. Pada beberapa frekuensi, tubuh bisa bergetar dengan intensitas yang lebih tinggi dari getaran yang mengenai bagian tubuh tersebut, sementara pada kasus lain getaran mungkin diserap. Resonansi tubuh akibat getaran mulai terjadi pada frekuensi 4 sampai 5 Hz (Kromer 2001). Getaran dibawah frekuensi 20 Hz menjadi sebab kelelahan pada manusia karena getaran menyebabkan bertambahnya tonus otot-otot. Kontraksi statis ini menyebabkan penimbunan asamlaktat dengan bertambah panjangnya waktu terpapar. Rasa tidak enak akibat getaran menjadi sebab kurangnya konsentrasi. Rangsangan-rangsangan pada system retikuler di otak menjadi sebab mabuk. Sebaliknya frekuensi di atas 20 Hz menyebabkan pengenduran otot, mempercepat pemulihan kelelahan otot, sehingga banyak dimanfaatkan untuk relaksasi dan pemijatan dengan getaran, sedangkan pada frekuensi lebih rendah dari 20 Hz tidak bisa untuk pemulihan kelelahan (Carassco 2011).

Getaran vertikal sekitar 2 sampai 20 Hz meningkatkan respon cardiovascular seperti denyut jantung dan konsumsi oksigen (Guignard dikutip oleh Griffin 1990). Respon cardiovascular tersebut bisa disebabkan oleh tekanan psikologi atau naiknya aktifitas metabolisme, nilai respon akan naik dengan naiknya akselarasi getaran. Pada awal terpapar getaran denyut jantung akan tinggi dan menurun dengan bertambahnya waktu (Raylands dikutip oleh Griffin 1990). Berdasarkan penelitian Maikala (2007), subjek yang terpapar WBV akan berpengaruh pada respon metabolik yang lebih besar dibanding duduk tanpa getaran.

(36)
[image:36.595.160.463.109.373.2]

Tabel 3 Karakteristik segmen tubuh dibawah getaran vertikal WBV

Bagian tubuh Resonansi (Hz) Gejala

Seluruh tubuh 4-5, 10-14 Tidak nyaman

Tubuh bagian atas 6 – 10

Kepala 5 – 20

Bola mata 20 -70 lebih kuat Susah melihat

Rahang 100-200

Tenggorokan 5 – 20 Perubahan pitch suara

Bahu 2 – 10

Lengan bawah 16 – 30

Tangan 4 – 5

Dada 5 – 7 Sakit dada

Lambung 3 - 6

Perut 4 – 8 Sakit perut

Cardiovascular

dan 2 -20 Seperti respon pada

sistem pernafasan moderate work

Mual 1 – 2 Mengantuk

Sumber : Kroemer (2001)

Efek kesehatan akibat getaran dapat berupa kerusakan pada organ tubuh dan kerusakan pada jaringan tubuh. Penyebab kerusakan bisa disebabkan oleh intensitas getaran tinggi pada frekuensi relatif rendah, terjadinya resonansi bagian tubuh, atau penyerapan energi getaran dalam level tinggi. Burstrom (1993) dikutip oleh Kihlberg (1995) menemukan energi yang diserap karena adanya getaran akan semakin kecil jika frekuensi getaran membesar dan sebaliknya. Getaran dengan tipe tiba-tiba (shock type) memberikan dampak yang berbeda dengan getaran tanpa shock type, karena berdampak pada meningkatnya energi getaran yang diserap pada penelitian menggunakan Hand Tools Vibration (Burstorm, 1999). Pada tiga titik sentuh antara tubuh manusia dengan getaran mesin yaitu tempat duduk, kaki dan punggung, penyerapan energi naik dengan naiknya kuadrat magnitudo getaran (Nawaseh 2010). Penyerapan energi tidak hanya dipengaruhi oleh intensitas getaran tetapi juga oleh arah getaran, posisi pergelangan tangan, siku, dan bahu, gaya genggam dan gaya dorong, temperatur dan faktor individual (Besa 2007). Reynolds dan Angevine dalam Oborne (1987) meneliti rambatan getaran pada lengan menyatakan akselarasi getaran yang merambat dari handel yang bergetar akan semakin berkurang dari tangan yang menggenggam handel ke arah bahu, artinya terjadi penyerapan energi getaran oleh tangan manusia.

Menurut Hacaambwa (2006), ketidaknyaman akibat getaran dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu arah getaran, frekuensi, magnitudo dan lama terpapar getaran. Frekuensi getaran diperkirakan mempunyai pengaruh terbesar.

(37)

terpapar getaran (Radwin 2003). Getaran kejut berpengaruh menaikan gaya genggam sehingga meningkatkan penyerapan energi getaran oleh tangan (Burstrom 1999).

Reaksi fisik akibat getaran dapat diestimasi melalui persamaan multiple regression terhadap reaksi fisiologi dan psikologi manusia (Kubo 2001). Hubungan antara kenyamanan berkendaraan dengan WBV dapat dimodelkan dengan frekuensi dan rata-rata rms (root mean square) dari akselarasi getaran, sehingga jika dua lingkungan mempunyai frekuensi dan akselarasi sama maka derajat ketidaknyamanannya akan sama (Maeda 2008). Disamping getaran, kebisingan akibat mesin bergetar juga berpengaruh terhadap kenyamanan (Giacomin 2005).

Newell (2008) meneliti efek getaran sekitar 1.4 m/s2 terhadap kecepatan reaksi manusia pada berbagai posisi responden. Tian (1996) menemukan penurunan kecepatan reaksi manusia dan kenaikkan jumlah kesalahan akibat terpapar WBV. Ini menunjukkan bahwa kelelahan terjadi selama pekerjaan. Mc Dowell (2007) juga menemukan kesalahan reaksi lebih besar pada magnitude getaran yang lebih besar. Notbohm dan Gross dalam Pulat 1992 dalam penelitiannya untuk pekerjaan memberikan reaksi (dalam lima pilihan) pada frekuensi getaran 4 sampai 8 Hz (akselarasi 3 m/s2) dan kebisingan antara 75 sampai 100dB(A), reaksi manusia lebih cepat terjadi pada getaran 8 Hz dan kebisingan 100dB(A). Sedangkan akurasi tertinggi terjadi jika tidak ada getaran dan hanya ada kebisingan.

Paparan WBV dapat menyebabkan kerusakan fisik permanen atau gangguan system syaraf. Paparan WBV selama bertahun-tahun dapat menyebabkan gangguan pada tulang belakang bagian bawah dan mempengaruhi sistem urologi. Di dalam Pulat (1992) diuraikan pada supir truk ditemukan peningkatan gangguan jaringan pada otot tulang belakang 4 kali manusia normal dan pada pengemudi mobil 2 kali orang normal. Paparan getaran WBV akan mengganggu sistem syaraf pusat, gejala gangguan ini biasanya muncul selama atau sesudah terpapar getaran dalam bentuk kelelahan, insomnia, sakit kepala. Banyak orang mengalami gejala gangguan syaraf ini sesudah bepergian menggunakan mobil atau boat. Gejala ini akan hilang setelah istirahat. Jika akselarasi getaran cukup tinggi (1.5 g atau lebih) dapat terjadi pendarahan internal dan kerusakan pada organ internal.

Getaran Akselarasi Tinggi

Paparan getaran dengan akselarasi tinggi terjadi pada pilot pesawat tempur, kru pesawat luar angkasa, getaran biasanya dalam bentuk akselarasi linier atau rotasional. Penerbangan dalam kondisi tidak stabil, turbulensi udara, crash landing dapat berakibat pada akselerasi tinggi dengan tiba-tiba. Akselarasi getaran sering diukur dengan g (gravitasi). Pada permukaan bumi akselarasi sebesar 1 g ( 9.8 m/s2) mengarah ke pusat bumi. Berikut adalah kondisi yang memiliki nilai akselarasi tinggi (Kroemer 2001).

(38)

4. Penerbangan dengan pesawat ruang angkasa, akselarasi mencapai 2g 5. Saat peluncuran pesawat luar angkasa, akselarasi mencapai 6g 6. Roller coaster, akselarasi tertinggi mencapai 2.7 g

Tergantung pada magnitudo dan arah akselarasi, getaran yang dihasilkan dapat menimbulkan ketidaknyamanan, kondisi berbahaya, bahkan fatal. Selama akselarasi sebesar +g terjadi peningkatan berat badan sesuai dengan hukum Newton kedua F = mg. Kulit dan jaringan permukaan tubuh menjadi jatuh atau layu terjadi pada akselarasi +2g (Kroemer 2001). Orang tidak mampu mengangkat bagian tubuh seperti tangan dan pandangan menjadi kabur terjadi pada +3g. Pandangan gelap dan kehilangan kesadaran terjadi pada akselarasi 5g sampai 6g.

Terbang dengan pesawat bermanuver dengan kecepatan tinggi seperti pesawat tempur dapat mengakibatkan kehilangan kesadaran yang diistilahkan dengan g-LOC selama sebentar. Ini terjadi pada satu dari tiga pilot pesawat tempur. Hal ini disebabkan kekurangan asupan oksigen ke otak, yang disebabkan karena ketidakmampuan jantung mengasilkan tekanan darah yang cukup untuk mencapai kepala. Pandangan gelap terjadi karena dibutuhkan tekanan darah sekurang-kurangnya 22 mm Hg di otak tidak dapat dijaga karena terbang dengan maneuver menghasilkan g besar dengan arah berlawanan pada aliran darah dan komponen tubuh. Sedikit oksigen disimpan di otak, sehingga pilot dapat bermanuver dengan kecepatan tinggi selama tidak lebih dari 5 detik tanpa terjadi g-LOC. Tanda-tanda g-LOC penglihatan seperti dalam terowongan, kemudian kehilangan kesadaran selama 15 detik, diikuti dengan amnesia selama 10 detik. Tentu saja selama LOC pilot tidak dapat melaksanakan tugasnya. Setelah g-LOC pilot akan kembali sadar, fisiologi membaik, tetapi performansi menurun.

Standar Keamanan Paparan Getaran terhadap Manusia

Getaran dirasakan oleh tubuh berbeda-beda pada level frekuensi yang berbeda. Jika seseorang duduk pada permukaan yang diletakkan di atas permukaan yang bergetar secara vertikal, frekuensinya akan berubah secara sekuensial dari 1 – 100 Hz. Orang tersebut akan merasa berayun pada frekuensi rendah 1-2 Hz, sementara organ dalamnya akan mendeteksi getaran pada range 4-8 Hz. Dengan meningkatnya frekuensi, getaran akan dirasakan pada setengah bagian bawah tubuh terutama pada kaki.

Terdapat perbedaan yang dirasakan antara getaran vertikal dan horizontal. Secara umum orang akan merasakan lebih lelah dan lebih tidak nyaman pada frekuensi 4 sampai 8 Hz untuk getaran pada arah vertikal. Sedangkan pada arah horizontal reaksi tubuh lebih tinggi terjadi pada frekuensi antara 1 sampai 2 Hz.

Terdapat empat faktor fisik penting yang dipertimbangkan ketika melihat efek getaran mekanis terhadap tubuh manusia yaitu nilai akselarasi, frekuensi getaran, arah getaran, lama waktu terpapar getaran. Standar ISO 2631 untuk Whole Body Vibration membedakan tiga kriteria utama yang dapat digunakan untuk menilai pengaruh getaran dalam situasi berbeda :

(39)

c. Batasan untuk kenyamanan (reduced comfort boundary).

Batasan yang direkomendasikan untuk paparan getaran untuk ketiga kriteria digambarkan secara grafik untuk nilai akselarasi lateral (ax dan ay) dan nilai akselarasi longitudinal (az). Ketiga kriteria menghubungkan nilai RMS akselarasi dengan frekuensi getaran yang diukur, dan lama waktu terpapar yang diizinkan.

Batasan untuk efisiensi kerja fatigue-decreased proficiency boundary criterion digunakan untuk menaksir batasan waktu terpapar getaran untuk jenis pekerjaan dimana efek waktu (seperti kelelahan) diketahui dapat mempengaruhi performansi, misalnya pekerjaan mengemudi, menjalankan kendaraan / alat berat. Batasan exposure limit criterion digunakan untuk menaksir paparan getaran maksimum yang diizinkan untuk whole-body vibration (WBV). Jika batasan limit yang didefinisikan sudah dilewati, kesehatan subjek akan terganggu. Sehingga terpapar getaran melebihi batas exposure limit, tidak direkomendasikan.

Batasan reduced comfort boundary criterion digunakan untuk mengakses kenyamanan orang dalam bepergian dengan pesawat, kapal atau kereta api. Melebihi batas ini akan membuat penumpang kesulitan melakukan kegiatan makan, membaca, atau menulis selama perjalanan. Batas aman akibat terpapar getaran berdasarkan standar ISO terdapat pada Gambar 5.

Gambar 5 Batas aman untuk kenyamanan kerja karena paparan WBV berdasarkan ISO 2631

(40)

Jika RMS akselarasi yang diperlihatkan dalam standar ISO adalah frequency-weighted dan plot waktu terpapar getaran mengikuti ketiga kriteria, hubungan keempatnya dipresentasikan dalam gambar 6. Sebagai contoh waktu terpapar yang diizinkan untuk getaran dengan weighted RMS adalah 0.5 m/s2 hanya 30 menit per hari jika kenyamanan menjadi kriteria, dan menjadi 4 jam/hari jika kesehatan menjadi kriteria. Tiga kriteria utama untuk menilai pengaruh WBV dijelaskan dalam Gambar 6.

Dalam menggunakan getaran yang bergetar lebih dari satu arah maka ISO 2631-1 menggunakan rumus arms, agar efek ketiga arah dapat dipertimbangkan. Faktor pengali untuk masing-masing arah ditentukan 1.4 pada arah x dan y dan 1 pada arah z.

a [(1.4a ) (1.4a ) az2]

2 y 2

x

RMS   

[image:40.595.192.425.363.636.2]

Waktu terpapar aktual dinyatakan sebagai persentase dari total waktu terpapar yang diizinkan dikenal dengan istilah equivalent exposure percentage. Pada contoh di atas nilai equivalent exposure percentage adalah 25% jika efisiensi kerja merupakan kriteria dan waktu terpapar aktual hanya 1 jam.

Gambar 6 Tiga kriteria utama yang digunakan untuk menilai pengaruh WBV

(41)

Energi Kerja

Terdapat beberapa cara pengukuran energi kerja (Kroemer, 2001), diantaranya :

1. Konsumsi oksigen.

Perubahan karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi memerlukan oksigen (O2), dengan demikian konsumsi oksigen dapat dijadikan parameter pengukuran energi kerja. Adapun reaksi kimia yang terjadi adalah :

C6H12C6 + 6O2

6 H2O + 6 CO2 + E

Dengan mengekuivalenkan kebutuhan energi dengan kebutuhan oksigen diperoleh hubungan nyata antara keduanya. Konsumsi energi bersih perkegiatan diperoleh dengan mengurangkan enegi yang dibutuhkan untuk metabolisme basal. Konsumsi oksigen juga bisa dihitung dengan menghitung jumlah udara yang dihirup pada waktu bernafas, jumlah oksigen  21% dari total volume udara yang dihirup. 1 liter oksigen yang dikonsumsi oleh tubuh akan menghasilkan energi 4.8 kkal.

2. Laju paru-paru dan frekuensi pernafasan seimbang dengan konsumsi energi. Sehingga dengan mengetahui laju paru-paru dan frekuensi pernafasan dapat dihitung besarnya konsumsi oksigen dan akhirnya dapat dihitung besarnya beban kerja.

3. Suhu tubuh

Efisiensi penggunaan tenaga manusia untuk pengerjaan tenaga mekanis sekitar 20% dan selebihnya dikeluarkan dalam bentuk panas. Peningkatan beban kerja akan meningkatkan suhu tubuh, oleh karena itu suhu tubuh dapat dijadikan parameter pengukuran beban kerja fisik. Pada pekerja yang bekerja pada suhu udara tinggi, peningkatan suhu tubuh tidak proporsional dengan laju konsumsi oksigen. Sifat ini dapat dijadikan indikasi untuk mengukur heat stress.

4. Denyut jatung

Kebutuhan bahan bakar bagi tubuh untuk melakukan gerak disalurkan oleh darah melalui pembuluh-pembuluh darah ke seluruh bagian-bagian tubuh dengan jantung sebagai penggeraknya. Setiap peningkatan penggunaan tenaga mekanis akan meningkatkan kerja jantung. Laju denyut yang tinggi akan diikuti oleh konsumsi oksigen yang tinggi.

Metode denyut jantung mempunyai kelemahan, yaitu sering ditemukannya hubungan yang tidak sesuai antara hasil pengukuran dengan pengeluaran energi. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja fisik manusia dalam setiap aktifitasnya, yaitu factor personal dan factor lingkungan. Faktor personal antara lain : umur, berat badan, jenis kelamin, kebiasaan merokok, gaya hidup, olah raga, status nutrisi, dan motivasi. Faktor lingkungan antara lain : polusi udara, kualitas udara ruangan, ventilasi, ketinggian tempat, kebisingan, dan factor temperatur udara yang ekstrim.

Metoda pengukuran beban kerja yang banyak digunakan adalah pengukuran denyut jantung dengan metode step test. Metode ini relatif lebih mudah dan lebih murah untuk dilaksanakan dibanding metode lainnya. Walaupun dalam pelaksanaannya murah dan mudah, namun metode ini memerlukan sistem kalibrasi data yang akurat, hal ini disebabkan beberapa faktor :

(42)

2. Denyut jantung tidak hanya dipengarui oleh kerja fisik akan tetapi juga beban mental.

Metode step test digunakan untuk mengukur karakteristik denyut jantung individual dari operator.

Metode step test

Salah satu metode yang digunakan untuk kalibrasi pengukuran denyut jantung adalah dengan menggunakan metoda step test. Dengan metoda ini dapat diusahakan suatu selang yang pasti dari beban kerja dengan hanya mengubah tinggi bangku step test dan intensitas langkah. Metode ini juga lebih mudah karena dapat dilakukan dimana-mana. Denyut jantung sebanding dengan konsumsi oksigen (Sander 1993). Beban kerja yang pasti dapat diketahui dengan mengkalibrasikan antara kurva denyut jantung saat bekerja dengan denyut jantung saat step test. Dengan metode ini beberapa faktor individual seperti umur, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan harus diperhatikan sebagai factor yang penting untuk menentukan karakteristik individu yang diukur.

Tenaga yang dibutuhkan pada saat step test dapat dicari dengan menggunakan rumus :

di mana :

P = energi step test (kkal/menit) m = massa operator (kg)

g = akselarasi grafitasi (m/s2) t = waktu (menit)

S = jarak yang ditempuh selama step test (m)

= n(siklus/menit) x 2(langkah/siklus) x tinggi bangku step test (meter) x waktu (menit)

Rata–rata denyut jantung pada saat melakukan step test dihubungkan dengan besarnya energi yang digunakan saat step test tersebut dan dicari persamaan liniernya. Persamaan linier yang didapat, digunakan dalam mencari besarnya energi kerja pada saat bekerja dengan memasukkan nilai rata-rata denyut jantung kedalam persamaan linier energi tadi. Tingkat beban kerja mental sebagai bagian dari beban kerja akan terlihat pada perbedaan pola denyut jantung saat bekerja yang diulang pada saat yang berbeda untuk operator yang sama.

Kecepatan Reaksi Manusia

(43)

penting, variabel yang mempengaruhi masing-masing komponen dapat ditentukan. Dua komponen waktu respon adalah waktu reaksi dan waktu pergerakan. Waktu reaksi dimulai dari munculnya sinyal sampai waktu dimulainya gerakan. Waktu gerakan adalah waktu mulainya respon sampai respon selesai. Terkadang kedua komponen ini sulit dipisahkan.

Proses penerimaan stimulus oleh tubuh membutuhkan waktu mulai dari munculnya sinyal pada bagian input sampai munculnya reaksi pada sisi output. Waktu tunda terjadi pada sensor, transmisi sinyal pada afferent path, proses syaraf pusat, transmisi sinyal di efferent path, dan terakhir aktifitas otot.

Waktu gerakan merupakan waktu yang dibutuhkan secara fisik membuat respon dari stimulus. Waktu yang dibutuhkan untuk menyalesaikan gerakan dipengaruhi oleh kealamian gerakan, jarak, dan derajat keakuratan gerakan. Karena struktur fisik dari tubuh kita maka gerakan menjadi lebih cepat pada arah tertentu. Waktu gerakan lebih pendek terjadi jika gerakan tangan berpusat pada siku dibandingkan dengan pusat pada bahu.

Menilai Kondisi Tubuh dengan Angka Critical Frequency of Flicker (Wellnes number)

Fusion frequency atau Critical Frequency of Flicker, disingkat CFF, adalah rata-rata otak manusia menangkap frekuensi kedipan cahaya lampu berulang-ulang (NuTesla, 2012). CFF berhubungan dengan ketekunan penglihatan. Fenomena ketekunan ini memungkinkan kita melihat transisi secara halus kilatan atau kedipan di dalam gambar bergerak.

Studi tentang CFF dalam fisiologi penglihatan sudah dimulai lebih seratus tahun lalu. Hanya belakangan CFF diterapkan pada kajian tekanan fisiologi dan kesehatan. CFF tidak sama untuk semua pengamatan. Frekuensi penglihatan akan rendah pada kondisi lelah dan cemas. Penurunan pada nilai CFF sudah digunakan sebagai indeks untuk kelelahan sentral. Penggunaan obat-obatan seperti alkohol dan minuman keras juga akan menurunkan CFF atau wellness number. Sehingga dengan mengetahui nilai CFF perorangan dapat mengetahui optimal tidaknya kondisi seseorang. Dengan mengetahui nilai dasar CFF pada kondisi sehat, dapat dibandingkan dengan kondisi CFF pada kondisi tertentu. Bertambah tinggi nilai CFF berarti bertambah baik kondisi seseorang, bertambah rendah nilai CFF berarti kondisi seseorang seseorang bertambah tertekan atau tidak nyaman.

(44)

mendeteksi perulangan kilatan lampu, subjek menekan terus menerus tombol flicker sehingga frekuensi lampu akan semakin naik sampai subjek tidak dapat lagi mendeteksi adanya kilatan cahaya berulang-ulang. Saat mata tidak dapat lagi mendeteksi adanya kilatan berulang ini maka ketukan pada tombol flicker juga dilepas, dan frekuensi saat kilatan cahaya tidak terdeteksi lagi merupakan titik CFF kedua. Nilai CFF subjek yang diamati adalah nilai rata-rata dari nilai CFF pertama dan kedua.

Penerimaan Stimulus oleh Sensor Tactile

Sama dengan pola penerimaan stimulus suara dan visual menggunakan sensor pendengaran dan penglihatan manusia, batas penerimaan stimulus getaran absolut proporsional terhadap jumlah energi getaran yang merambat melalui kulit manusia (Verrillo dalam Myles 2007). Sinyal getaran didefinisikan berdasarkan frekuensinya atau intensitasnya. Ketika salah satu atau kedua parameter ini berubah maka perbedaan rasa atau sensasi akan dirasakan oleh manusia.

Parameter sinyal getaran juga mempengaruhi sensitifitas penerimaan sinyal oleh tubuh dan penilaian oleh sensor tactile. Sebagai contoh sensitifitas sensor tactile pada panggul adalah 4 mikron pada 200 Hz, tetapi batas penerimaan ini akan naik atau turun tergantung kepada interval antar stimulus, amplitudo, frekuensi, dan lokasi rambatan getaran. (Erp and Werkhoven dalam Myles 2007). Getaran lebih baik dideteksi melalui jenis kulit yang hairy dan bony, dan lebih sulit dideteksi melalui permukaan kulit yang halus dan berlemak. (Gemperle dalam Myles 2007). Penyerapan stimulus getaran juga berbeda pada area yang berbeda pada tubuh.

(45)

3 METODE PENELITIAN

Pada berbagai penelitian sudah ditemukan getaran berpengaruh terhadap performansi manusia, namun sejauh apa pengaruhnya belum diketahui. Penelitian ini menganalisa efek akselarasi getaran dari nilai rendah sampai tinggi dan menganalisa pengaruh arah getaran terhadap aspek fisiologi, psikologi, dan motorik manusia. Penelitian ini juga akan mengkaji pola respon manusia berdasarkan kenaikkan nilai akselarasi getaran. Hal ini merupakan novelty dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu hanya melihat efek getaran tanpa membedakan akselarasi dan arahnya.

Penelitian dilakukan di dalam laboratorium menggunakan simulator getaran yang sudah dirancang dalam penelitian pendahuluan. Getaran mekanik dibangkitkan mendekati getaran yang terjadi di dalam pabrik gula dengan nilai akselarasi antara 1 sampai 10 m/s2 dan frekuensi yang diteliti di bawah 50 Hz. Simulator dapat membangkitkan getaran dalam dominan arah horizontal dan dominan arah vertikal.

Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu membangun simulator, simulasi, dan terakhir pengolahan dan analisis data. Membangun simulator dilakukan di Bengkel Metanium Departemen Teknik Mesin dan Biosistem IPB. Simulasi getaran dilakukan di Laboratorium Ergonomika Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Tiga tahapan langkah-langkah penelitian diuraikan pada Gambar 7.

1. Perancangan Simulator

Perancangan simulator dilakukan dalam beberapa tahap yaitu : pengumpulan konsep rancangan dan pembuatan sketsa rancangan, perancangan mesin, dan pengujian mesin. Perancangan simulator diuraikan lebih detil dalam Bab Rancangan Simulator Getaran dengan Output Getaran dalam Arah Dominan Vertikal dan Horizontal.

2. Simulasi getaran

Simulasi dilakukan selama bulan Oktober 2012 dengan 14 orang responden semuanya laki-laki dengan rentang usia 20 sampai 33 tahun. Responden adalah mahasiswa program S1 dan S2 dan karyawan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem IPB. Responden duduk di atas meja getar sehingga terpapar getaran dalam bentuk Whole Body Vibration. Selama simulasi responden terpapar getaran dan kebisingan.

3. Pengolahan dan analisis data

(46)
[image:46.595.107.526.72.753.2]
(47)

Hipotesis dan Variabel Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian eksploratif karena mengkaji lebih dalam teorema yang sudah ada, sehingga tidak menguji suatu hipotesis. Teorema yang akan dikaji lebih dalam adalah WBV berpengaruh terhadap kelelahan, energi (Griffin 1990), waktu respon (Newell 2008) dan ketidaknyamanan (Hacaambwa 2007). Dependent variable dalam penelitian ini adalah kelelahan, energi, waktu respon, dan tingkat ketidaknyamanan. Dalam penelitian ini variabel kelelahan dilambangkan dengan y1, energi dengan y2, waktu respon dengan y3, dan ketidaknyamanan dengan y4, Sedangkan independent variable adalah nilai akselarasi dalam bentuk rms acceleration dilambangkan dengan a.

Prosedur Percobaan

Percobaan di laboratorium dilakukan pada simulator yang membangkitkan getaran dalam arah translational. Simulator dibuat berupa meja yang bergetar <

Gambar

Gambar 4 Weighting factor berdasarkan ISO
Tabel 3 Karakteristik segmen tubuh dibawah getaran vertikal WBV
Gambar 6 Tiga kriteria utama yang digunakan untuk
Gambar 7 Langkah-langkah penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada pemakaian rapat arus yang konstan dengan memvariasikan waktu pela- pisan maka dari hasil pengujian tebal lapisan dapat dilihat bahwa semakin lama waktu pelapisan maka

EasyVR Commander adalah software yang digunakan untuk mengkonfigurasi modul EasyVR yang terhubung ke dengan menggunakan mikrokontroler yang menyediakan

Makalah ini sudah menunjukkan bahwa kita dapat menggunakan sistem kriptografi kunci-publik untuk memperoleh skema fragile public-key watermarking , tetapi ia tidak dapat (atau

Dari perbandingan hasil metil ester yang didapatkan dari reaksi transesterifikasi tersebut diketahui bahwa dengan menggunakan katalis didapatkan persentase luas puncak

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan perpajakan terkait penghindaran pajak serta menambah wawasan mengenai pengaruh

Ini sebenarnya bukan alternatif yang baik untuk mendapatkan file Ini sebenarnya bukan alternatif yang baik untuk mendapatkan file repositori Debian, namun hanya

Pada malam ini, izinkan saya menyentuh beberapa perkara yang penting, yang saya rasa sangat mustahak untuk diberi perhatian dan dipertimbangkan oleh Pergerakan Wanita UMNO