• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengoptimalan Pola Tanam Berdasarkan Ketersediaan Debit Air Irigasi Di Daerah Irigasi Cilancar Kabupaten Pandeglang, Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengoptimalan Pola Tanam Berdasarkan Ketersediaan Debit Air Irigasi Di Daerah Irigasi Cilancar Kabupaten Pandeglang, Banten"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGOPTIMALAN POLA TANAM BERDASARKAN

KETERSEDIAAN DEBIT AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI

CILANCAR KABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN

GINANJAR HIDAYATULLAH

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengoptimalan Pola Tanam Berdasarkan Ketersediaan Debit Air Irigasi Di Daerah Irigasi Cilancar Kabupaten Pandeglang, Banten” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

GINANJAR HIDAYATULLAH. Pengoptimalan Pola Tanam Berdasarkan Ketersediaan Debit Air Irigasi Di Daerah Irigasi Cilancar Kabupaten Pandeglang, Banten. Dibimbing oleh SUTOYO.

Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia. Sumber air adalah salah satu hal yang diperlukan untuk meningkatkan produksi pangan. Sumber air untuk lahan pertanian berupa curah hujan dan air irigasi. Curah hujan tidak terjadi setiap saat, sehingga menyebabkan ketersediaan air di sebagian lahan pertanian tidak terpenuhi. Untuk mengatasi kekurangan ketersediaan air di lahan pertanian diperlukan irigasi serta pengelolaan air irigasi yang baik. Oleh karena itu dibuat suatu bentuk pola tanam tertentu berdasarkan ketersediaan air irigasi. Daerah Irigasi Cilancar berada di Kabupaten Pandeglang dan memiliki luas areal tanam 226 ha. Hasil optimasi diperoleh luas tanam pada pola tanam Okt I sebesar 151.6 ha dan pada pola tanam Nov I sebesar 74,4 ha. Luas total yang dapat dicapai yaitu 226 ha memaksimalkan luas lahan dan debit air irigasi yang tersedia. Debit air irigasi yang tersedia di Daerah Irigasi Cilancar dapat mencukupi kebutuhan air irigasi pola tanam yang dibuat.

Kata kunci: irigasi, ketersediaan air, optimasi pola tanam

ABSTRACT

GINANJAR HIDAYATULLAH. Planting Pattern Optimization Based On Available Irrigation Water In Cilancar Irrigation Area Pandeglang, Banten. Supervised by SUTOYO.

Food is basic human need. Water resources are needed to increase food production. Water resources for agricultural from rainfall and irrigation water. Rainfall does not happen every time, those causing availability water in a section of agricultural not fulfilled. Good irrigation water management is needed in order to overcome the lack of availability of water for agriculture. Therefore, it is important a form of certain growing patterns based on the availability of irrigation water. Cilancar irrigation area located in Pandeglang Regency has area 226 ha. Optimization result obtained in Oktober I cropping pattern 151.6 ha and November I 74.4 ha. Planting area that can be reached as much as 226 ha maximize land area and a discharge of water irrigation available. Available irrigation water is sufficient for planned growing pattern in the Cilancar irrigation area.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

pada

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

PENGOPTIMALAN POLA TANAM BERDASARKAN

KETERSEDIAAN DEBIT AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI

CILANCAR KABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN

GINANJAR HIDAYATULLAH

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pengoptimalan Pola Tanam Berdasarkan Ketersediaan Debit Air Irigasi Di Daerah Irigasi Cilancar Kabupaten Pandeglang, Banten Nama : Ginanjar Hidayatullah

NIM : F44090037

Disetujui oleh

Sutoyo, STP, MSi Pembimbing I

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah optimasi pola tanam, dengan judul Optimasi Pola Tanam Berdasarkan Ketersediaan Debit Air Irigasi Di Daerah Irigasi Cilancar Kabupaten Pandeglang.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Sutoyo, STP, MSi selaku pembimbing, serta teman-teman seperjuangan Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan yang telah banyak memberikan dorongan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Dian Herdianingsih selaku staff dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Serang, Bapak Agus. M staf Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang, serta Bapak Maman staf Unit Pelayanan Terpadu Jaringan Irigasi Cilancar, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, ayah, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

Kebutuhan Air Untuk Pengolahan Tanah 6

Analisis Debit Air Irigasi Tersedia 7

Teknik Optimasi 7

METODE 9

Waktu dan Tempat 9

Peralatan dan Bahan yang digunakan 10

Prosedur Analisis Data 10

(10)

Ketersediaan Air Irigasi 16

1 Koefisien tanaman untuk tanaman padi sawah 3

2 Koefisien tanaman pada setiap umur tanaman (bulan) pada setiap

periode tumbuh 3

3 Laju perkolasi sesuai dengan tekstur tanah 4

4 Data iklim rata-rata setiap bulan 13

5 Nilai evapotranspirasi acuan (Eto) 14

6 Curah Hujan Efektif untuk padi dan palawija periode 2003-2012

(mm/hari) 15

7 Efisiensi air irigasi Daerah Irigasi Cilancar 16 8 Kebutuhan air untuk pengolahan tanah setiap bulan 16

9 Debit andalan dengan peluang tersedia 80% 17

11 Hasil optimasi 18

10 Debit air irigasi yang dibutuhkan dan debit air irigasi tersisa setelah

dilakukan optimasi dalam lt/det 18

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi penelitian 9

2 Diagram Alir Prosedur Penelitian 11

3 Grafik debit air irigasi andalan dengan peluang tersedia 80% 17 4 Grafik hubungan antara debit tersedia dengan debit dibutuhkan 19

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta Daerah Irigasi Cilancar 21

2 Tabel Luasan Petak Tersier Daerah Irigasi Sibtubala 23 3 Nilai Evapotranspirasi Tanaman (Etc) dan Kebutuhan Air Irigasi

Daerah Irigasi 22

4 Kebutuhan Air Irigasi Okt I 25

5 Kebutuhan Air Irigasi Okt II 26

(11)

7 Curah Hujan (mm) Tahun 2003-2012 28 8 Temperatur Maksimum (co) Tahun 2003-2012 29

9 Temperatur Minimum (co) Tahun 2003-2012 30

10 Kelembaban Udara (%) Tahun 2003-2012 31

11 Kecepatan Angin (km/jam) Tahun 2003-2012 32

12 Lama Penyinaran Matahari (%) Tahun 2003-2012 33 13 Debit Daerah Irigasi Cilancar (lt/det) Tahun 2008-2012 34 14 Debit rata-rata Daerah Irigasi Cilancar (lt/det) 35 15 Bentuk persamaan linear untuk optimasi pola tanam padi

padi-palawija dengan masa tanam pada bulan Oktober I – November I 36

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor Pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Pertanian merupakan salah satu sumber penghasilan negara indonesia. Kegiatan di sektor pertanian memiliki prospek yang bagus mengingat Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, maka harus diimbangi dengan peningkatan produksi pangan. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus terpernuhi. Salah satu hal yang diperlukan untuk peningkatan produksi pangan adalah sumber air. Sumber air untuk lahan pertanian berupa curah hujan dan air irigasi. Curah hujan tidak terjadi setiap saat, sehingga menyebabkan ketersediaan air disebagian lahan pertanian tidak terpenuhi.

Untuk mengatasi ketersediaan air tersebut diperlukan saluran irigasi serta pengelolaan air irigasi yang baik. Cara ini diharapkan kebutuhan air di lahan pertanian dapat terpenuhi dan jumlahnya sesuai dengan periode pertumbuhan tanaman. Permasalahan pengelolaan air irigasi yang kurang efisien dapat dilakukan dengan cara membagi air sesuai dengan kebutuhan, jenis tanaman yang ditanam, periode pertumbuhan tanaman, luas tanam lahan pertanian, dan rencana pola tanam. Pengaturan pembagian air serta rencana pola tanam yang tepat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air tanaman dalam waktu dan jumlah yang tepat sesuai dengan periode pertumbuhan tanaman serta luas tanam mencapai nilai maksimum.

Sebagai langkah awal perlu dilakukan studi dan analisa perencanaan dalam pengelolaan air irigasi agar penggunaannya lebih efisen. Optimasi pengelolaan dan penggunaan air irigasi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air tanaman. Tetapi ketersediaan air hujan dan air irigasi ini tidak selamanya mencukupi kebutuhan air tanaman, maka perlu adanya suatu metode untuk pengoptimalan penggunaan air yang tersedia serta luasan lahan sebagai sumberdaya terbatas yang optimum sehingga tercipta luas tanam yang maksimum berdasarkan ketersediaan air irigasi yang ada.

Perumusan Masalah

(14)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan suatu bentuk pola tanam tertentu di Daerah Irigasi Cilancar, Kabupaten Pandeglang, melalui metode penentuan luas lahan optimum yang berdasarkan pada ketersediaan air dan luasan lahan.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah tercipta suatu pola tanam tertentu dengan penentuan luas lahan yang optimum berdasarkan ketersediaan air yang ada sehingga dapat menghasil produksi yang maksimal untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian antara lain pengumpulan data-data sekunder berupa data debit Daerah Irigasi Cilancar dan data iklim selama sepuluh tahun terakhir yang meliputi curah hujan, temperatur maksimum, temperatur minimum, kelembaban udara, kecepatan angin, dan lama penyinaran. Setelah itu dilakukan pengolahan data untuk menentukan evapotranspirasi acuan (Eto), evapotranspirasi tanaman (Etc), curah hujan efektif (Re), kebutuhan air untuk pengolahan tanah, kebutuhan air irigasi (KAI), efisiensi irigasi, peluang debit air irigasi tersedia, dan optimasi dengan menggunakan program linear.

TINJAUAN PUSTAKA

Kebutuhan Air Tanaman

Kebutuhan air tanaman adalah jumlah air persatuan waktu yang dibutuhkan untuk evapotranspirasi dan dinyatakan dalam mm/hari. Evapotranspirasi terdiri dari evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah air yang hilang dari tanah sekeliling tanaman, permukaan air, dan permukaan daun tanaman sedangkan transpirasi adalah air yang masuk kedalam akar tanaman dan digunakan untuk pembentukan serat-serat tanaman atau yang hilang melalui daun-daun menuju atmosfer (Hansen dan Israelsen, 1962).

(15)

3

Etc = Kc x Eto (1)

dengan,

Etc : evapotranspirasi tanaman (mm/hari) Kc : koefisien tanaman

Eto : evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari)

Untuk nilai koefisien tanaman dalam berbagai tahap pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1 Koefisien tanaman untuk tanaman padi sawah

Periode Prosida F. A. O

Sumber: Kriteria Perencanaan 01, Bagian Perencanaan Irigasi Departemen Pekerjaan Umum,1986

Tabel 2 Koefisien tanaman pada setiap umur tanaman (bulan) pada setiap periode tumbuh Sumber: Sumber: Kriteria Perencanaan 01, Bagian Perencanaan Irigasi Departemen Pekerjaan Umum,1986

(16)

4

Curah Hujan Efektif

Curah hujan efektif adalah jumlah hujan yang jatuh dimana selama periode pertumbuhan tanaman dan hujan itu berguna untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Tidak seluruh curah hujan yang turun dapat efektif digunakan untuk pertumbuhan tanaman, sebagian akan hilang pada aliran permukaan, perkolasi serta penguapan. Curah hujan sangat dipengaruhi oleh karakteristik curah hujan, topografi, sifat tanah, dan kelembaban tanah dalam menahan air serta sifat tanam (Santosh Kumar Garg, 1981).

Menurut Oldeman dan Syarifuddin (1977), curah hujan yang jatuh dan efisien untuk pertumbuhan tanaman tergantung pada curah hujan, topografi, sistem penanaman, dan fase pertumbuhan. Curah hujan efektif dapat dihitung secara empiris dengan menggunakan persamaan berikut.

1. curah hujan efektif untuk padi

Re = 1,0 ( 0,82 X – 30 ) (2)

2. curah hujan efekif untuk palawija

Re = 0,75 ( 0,82 X – 30 ) (3)

dengan,

Re : curah hujan efektif (mm/hari)

X : curah hujan rata-rata bulanan (mm/bulan) Perkolasi

Tanaman padi memiliki kondisi kelembaban tanah yang cenderung jenuh dan terjadi penggenangan. Pada kondisi tersebut kehilangan air disebabkan perkolasi tidak dapat dihindari. Jumlah air yang hilang dipengaruhi oleh jenis dan kondisi tanah. Tanaman palawija tidak mengalami penggenangan, pemberian air irigasi untuk tanaman palawija harus tepat agar kehilangan air karena perkolasi tidak terjadi.

Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat fisik tanah berupa tekstur tanah, permeabilitas tanah, lapisan kedap serta topografi daerah setempat (Sosrodarsono dan Takeda, 1987). Laju perkolasi di berbagai tekstur tanah dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Laju perkolasi sesuai dengan tekstur tanah

Tekstur tanah Perkolasi (mm/hari) Lempung berpasir 3 – 6

Lempung berpasir 2 – 3 Liat berlempung 1 – 2

(17)

5 Efisiensi Irigasi

Metode untuk mengukur kehilangan air di saluran yaitu, metode Metode Ponding, Metode Seepage, dan Metode Inflow-Outflow (Linsley dan Franzini, 1972). Pada Metode Inflow-Outflow pengukuran debit dilakukan secara langsung dengan menggunakan alat ukur debit berupa current meter. Doorenbos dan Pruitt (1977) merinci efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi penyaluran, efisiensi penyaluran dilapang, dan efisiensi pemberian air di petakan.

Efisiensi penyaluran merupakan perbandingan debit air inflow dan outflow pada suatu jaringan tertentu. Untuk menghitung efisiensi ini menggunakan persamaan sebagai berikut (Partowijoto, A dan Nahar, N, 1995 di dalam Mas’ud 1995).

Kebutuhan air untuk irigasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah hujan, evapotranspirasi tanaman, jenis dan umur tanaman, sistem pemberian air, dan sistem irigasi yang digunakan. Untuk menentukan besarnya kebutuhan air irigasi perlu diperhitungkan besar curah hujan efektif.

Kebutuhan air irigasi untuk padi sawah meliputi kebutuhan air untuk pengolahan tanah, pembibitan, pertumbuhan tanaman hingga panen. Untuk tanaman palawija, nilai perkolasi tidak diperhitungkan karena tidak membutuhkan penggenangan. Besarnya kebutuhan air irigasi dihitung dengan persamaan yang dibuat oleh Departemen Pekerjaan umum dalam buku Standar Perencanaan Irigasii (1986) sebagai berikut.

Etc : evapotranspirasi tanaman (mm/hari) Re : curah hujan efektif (mm/hari) P : perkolasi (mm/hari)

LP : kebutuhan air untuk pengolahan tanah (mm/hari) WLR : penggantian lapisan air (mm/hari)

(18)

6

Kebutuhan Air Untuk Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah merupakan suatu usaha menciptakan kondisi tanah yang sedemikian rupa, sehingga tanaman dapat berkecambah dan tumbuh dengan baik. Kegiatan pengolahan tanah bertujuan untuk membersihkan lahan dari gulma, membrantas hama dan penyakit pada tanah. Kebutuhan air pengolahan tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah. Tanah pasir umumnya memerlukan banyak air untuk pengolahannya, karena tidak cepat jenuh dengan air yang sedikit. Berdasarkan hasil penelitian di Lembaga Pusat penelitian Pertanian Bogor, kebutuhan pengolahan lahan sebesar 200 mm. Terdapat empat komponen kebutuhan air di persawahan (Van de Goor, 1968) yaitu air untuk penjenuhan, air untuk penggenangan, air untuk perkolasi, dan pemakaian air untuk evapotranspirasi. Penggunaan air untuk penjenuhan tanah dan penggenangan adalah kebutuhan air untuk pengolahan tanah.

Untuk dapat menghitung kebutuhan air irigasi selama pengolahan lahan maka digunakan metode yang dikembangkan oleh Van de Goor dimana metode tersebut didasarkan pada laju air konstan dalam lt/det selama periode penyiapan lahan. Rumus-rumus yang digunakan dalam metode tersebut.

IR = M x ek / (ek-1 ) (7)

k = M x T / S (8)

M = Eo + P (9)

Eo = 1.1 x Eto (10)

dengan,

IR : kebutuhan air di tingkat persawahan (mm/hari)

M : kebutuhan air untuk air yang hilang akibat evaporasi dan perkolasi di sawah setelah jenuh (mm/hari)

Eo : Evaporasi air terbuka selama penyiapan lahan (mm/hari) P : Perkolasi (mm/hari)

Eto : Evapotranspirasi tanaman (mm/hari)

T : Waktu yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan (hari)

S : Air yang dibutuhkan untuk penjenuhan tanah sebesar 200 mm ditambah dengan genangan 50 mm, jadi total 250 mm

(19)

7 Analisis Debit Air Irigasi Tersedia

Salah satu cara untuk mengetahui besarnya debit air tersedia untuk air irigasi dapat dilakukan dengan beberapa cara salah satunya adalah dengan menganalisa debit andalan (Qa 80%) menggunakan Metode Weibull (Wilson, 1993).

P = m / (n + 1 ) (11)

dengan,

P : distribusi Weibull

m : nomor urut data dari yang terbesar hingga terkecil n : jumlah data

Teknik Optimasi

Pendekatan sistem merupakan suatu metode yang logis serta suatu alat yang dapat mengidentifikasi, menganalisa, mensimulasikan, dan mendesain sistem secara keseluruhan dan sub sistem komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Penggunaan analisa pendeketan sistem dengan mempertimbangkan nilai optimum, resiko, efektifitas, dan dapat diterima oleh komponen-komponen sistem. Analisa terhadap struktur dan sifat sistem perlu memperhatikan tiga unsur model antara lain rangkaian sebab akibat, diagram kotak hitam, dan bagan alir. Dari ketiga model tersebut merupakan perwujudan suatu sistem yang dibuat untuk memprediksi efek dari perubahan dalam aspek-aspek tertentu. Penyelesaian model dapat menggunakan nilai tertentu (deterministik) atau menggunakan sebaran acak. Pendekatan nilai tertentu banyak digunakan dalam perencanaan matematika dan optimasi pengolahan sumberdaya terbatas dalam hal perencanaan linear (Linear Programming). Terdapat tiga asumsi pokok, yaitu proposionalitas, non negativitas, dan aditivitas (Hillier dan Liberman, 1980).

Persamaan dapat diselesaikan dengan menggunakan linear programming dengan tujuan untuk mengoptimalkan keterbatasan sumberdaya yang dinyatakan dalam persamaan (=) atau ketidaksamaan (< atau >). Dalam pengoptimalan pemanfaatan sumberdaya air irigasi yang tersedia, maka harus disusun suatu pola tanam yang dapat menafaatkan sumberdaya air tersebut secara efisien. Apabila Li adalah suatu luasan pola tanam untuk pola tanam i, maka fungsi tujuan untuk masalah tersebut adalah:

Maksimumkan : Z = ∑ * Li (12)

dengan,

Z = Fungsi tujuan maksimumkan luas tanam Li = Luas areal dengan tanaman ke-i

n = Alternatif tanam

(20)

8

Perlu diperhatikan bahwa jumlah kebutuhan air irigasi untuk suatu pola tanaman tertentu dan waktu tertentu harus lebih kecil atau sama dengan debit air irigasi yang tersedia pada waktu itu. Selain itu luas suatu pola tanam tertentu harus lebih kecil atau sama dengan luas areal irigasi. Kedua hal ini akan menjadi fungsi kendala dengan ditambah fungsi non negativitas. Fungsinya dapat di tulis sebagai berikut:

qit= Kebutuhan air irigasi untuk pola tanam ke-i pada bulan t (lt det-1 ha-1)

Qt = Debit tersedia pada bulan ke - t (lt det-1 ha-1) A = Luas areal irigasi

Li = Luas areal pada pola tanaman ke-i

Asumsi-asumsi yang digunakan pada perencanaan model linear (matematika) adalah:

a. Semua fungsi linear

b. Besarnya debit tersedia berdasarkan pada hasil yang diduga c. Curah hujan merata di seluruh areal irigasi

(21)

9

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan selama empat bulan, mulai dari bulan maret hingga bulan juni 2013. Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Irigasi Cilancar yang terletak di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.

(22)

10

Peralatan dan Bahan yang digunakan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah current meter, stop watch, meteran, patok, dan seperangkat komputer dengan perangkat lunak program linear Lingo 14, microsoft office excel, dan Cropwat.

Prosedur Analisis Data

(23)

11 Sumber Air

Distribusi Penggunaan air

Debit Air Yang Tersedia

Kebutuhan Air Tanaman Dan Curah Hujan Efektif

Alternatif Pola Tanam

Apakah Air Tercukupi Untuk Pola Tanam Terpilih?

Luas Optimum

Tidak

Ya

(24)

12

Berikut adalah rangkaian pengolahan data untuk menentukan nilai parameter. Pengolahan data yang dilakukan meliputi:

1. Perhitungan evapotranspirasi tanaman (Etc).

Sebelum didapat kebutuhan air tanaman(Etc) maka dilakukan perhitungan evapotranspirasi potensial (Eto) dengan menggunakan data-data iklim yaitu suhu udara maksimum dan minimum, kelembaban udara, kecepatan angin, serta lamanya penyinaran matahari. Untuk menghitung evaporasi tanaman acuan digunakan program Cropwat. Setelah itu dapat dihitung nilai evapotranspirasi tanaman sesuai dengan persamaan (1).

2. Perhitungan curah hujan efektif.

Perhitungan curah hujan efektif dilakukan dengan menggunakan persamaan Oldeman dan Syarifudin (1977). Curah hujan efektif untuk padi berbeda dengan curah hujan efektif palawija. Untuk curah hujan efektif padi digunakan persamaan (2) sedangkan curah hujan efektif palawija digunakan persamaan (3).

3. Efisiensi irigasi.

Efisiensi irigasi dihitung dengan menggunakan persamaan (4). 4. Kebutuhan air irigasi (KAI).

Perhitungan kebutuhan air irigasi untuk tanaman padi dan palawija menggunakan persamaan (5) dan persamaan (6)

5. Kebutuhan air untuk pengolahan Tanah.

Perhitungan kebutuhan air untuk pengolahan lahan menggunakan persamaan (7) sampai (10)

6. Analisis peluang debit air irigasi tersedia.

Dalam menganalisis debit air irigasi tersedia, makan digunakan persamaan (11). Data yang dibutuhkan adalah data debit irigasi minimal selama 5 tahun. 7. Optimasi dengan program linear.

Dalam penentuan pola tanam yang optimal dilakukan dengan optimasi alokasi air irigasi setiap pola tanam terpilih dengan menggunakan pendekatan program linear. Untuk menentukan optimasi ini digunakan software Lingo 14. Persamaan untuk menentukan fungsi tujuan terdaat pada persamaan (12) sedangkan untuk fungsi kendalanya digunakan persamaan (13) hingga persamaan (14).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Wilayah

Daerah irigasi Cilancar termasuk dalam wilayah Administratif Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang. Daerah yang diairi terdiri dari tiga desa yaitu: 1. Desa Batubantar

2. Desa Rocek

3. Desa Gunung Datar

(25)

13 adalah 226 ha. Peta Daerah Irigasi Cilancar tersaji pada Lampiran 1 dan untuk luas petakan tersier tersaji pada Lampiran 2.

Hasil pengamatan yang dilakukan di Lapangan, jaringan irigasi berupa saluran sekunder banyak mengalami kerusakan. Dinding-dinding pasangan batu banyak yang terbelah akibat gerusan air sehingga terjadi kebocoran. Ada beberapa bangunan bagi yang mengalami kerusakan. Dari info yang didapat, Daerah Irigasi Cilancar ini tidak pernah di rehabilitiasi. Keadaan saluran dan bangunan yang sebagian rusak, maka perlu dilakukan pemeliharaan rutin serta rehabilitasi/perbaikan dan penyempurnaan pada jaringan-jaringan irigasi yang rusak agar dapat menjangkau areal persawahan yang telah ada.

Kebutuhan Air Irigasi

Perhitungan kebutuhan air irigasi dilakukan dengan persamaan (5) dan persamaan (6) yang dibuat oleh Departemen Pekerjaan Umum dalam buku Standar Perencanaan Irigasi (1986). Hasil perhitungan kebutuhan air irigasi dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai Lampiran 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kebutuhan air irigasi antara lain evapotranspirasi tanaman, curah hujan efektif, perkolasi, efisiensi irigasi, dan kebutuhan air untuk pengoalah tanah. Evapotranspirasi Tanaman

Evapotranspirasi tanaman (Etc) merupakan salah satu faktor penting untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan air irigasi. Evapotranspirasi tanaman dipengaruhi oleh keadaan iklim di daerah setempat. Faktor iklim tersebut meliputi penyinaran matahari, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin. Untuk data iklim terdekat dari Daerah Irigasi Cilancar diperoleh dari Stasiun Pengamatan BMKG Kelas III Serang. Data-data iklim berupa, temperatur maksimum, temperatur minimum, kelembaban udara, kecepatan angin, penyinaran matahari tersaji pada Lampiran 7 sampai Lampiran 12. Berikut ini adalah data iklim rata-rata setiap bulannya tertera pada Tabel 4.

Tabel 4 Data iklim rata-rata setiap bulan

Bulan

Data iklim rata-rata tahun 2003-2012

(26)

14

Perhitungan nilai evapotranspirasi tanaman diperlukan data evapotranspirasi acuan (Eto). Nilai evapotranspirasi acuan dihitung dengan menggunakan bantuan Software Cropwat. Setelah itu untuk memperoleh nilai evapotranspirasi tanaman dihitung menggunakan Persamaan 1. Berikut adalah nilai evapotranspirasi acuan yang diperoleh menggunakan Software Cropwat tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5 Nilai evapotranspirasi acuan (Eto)

Bulan Eto (mm/hari) Bulan Eto (mm/hari)

Dari Tabel 5 terlihat bahwa nilai evapotranspirasi acuan pada Daerah Irigasi Cilancar berkisar antara 3,53 mm/hari – 4,98 mm/hari. Nilai evapotranspirasi tanaman merupakan hasil kali antara nilai evapotranspirasi acuan dengan faktor tanaman (kc) yang bergantung pada jenis tanaman serta umurnya. Berdasarkan penyusunan pola tanam yang telah diajukan, nilai evapotranspirasi tanaman untuk alternatif pola tanam dapat dilihat pada Lampiran 3.

Curah Hujan Efektif

Curah hujan efektif diperoleh berdasarkan data sepuluh tahunan curah hujan mulai dari tahun 2003-2012 yang diperoleh dari Stasiun Pengamatan BMKG Kelas III Serang. Data curah hujan dapat dilihat pada Lampiran 7.

(27)

15 Tabel 6 Curah Hujan Efektif untuk padi dan palawija periode 2003-2012

(mm/hari)

Bulan Padi(mm/hari) Palawija(mm/hari)

Januari 6,74 5,05 curah hujan efektif yang beragam. Pada musim hujan (november-april), curah hujan efektif untuk tanaman padi dan palawija berkisar antara 1,24 mm/hari – 6,74 mm/hari. Pada musim kemarau (mei – oktober) nilai curah hujan efektif untuk tanaman padi dan palawija berkisar antara 0,06 mm/hari – 1,70 mm/hari.

Besarnya curah hujan efektif dalam setiap bulan berpengaruh terhadap nilai kebutuhan air irigasi dan sebagai pertimbangan dalam menentukan pola tanam. Perkolasi

Laju perkolasi didapat berdasarkan sifat fisik tanah yang terdiri dari tekstur tanah, permeabilitas tanah, lapisan kedap, dan topografi. Berdasarkan hasil pengamatan tekstur tanah, jenis tanah di Daerah Irigasi Cilancar cenderung tanah liat berlempung. Berdasarkan tabel 3 Rice Irrigation in Japan, OTCA, maka diasumsikan nilai perkolasinya sebesar 2 mm/hari.

Efisiensi Irigasi

(28)

16

Tabel 7 Efisiensi air irigasi Daerah Irigasi Cilancar Lokasi Q inflow Q outflow

Efisiensi (%) Pengukuran (m3/detik) (m3/detik)

1 0,674 0,171 74,70

Pengukuran dilakukan secara langsung dengan menggunakan current meter. Data yang didapat berupa kecepatan aliran yang diperoleh menggunakan current meter dan luas penampang saluran. Luas penampang saluran diperoleh berdasarkan hasil pengukuran langsung dilapangan. Hasil perhitungan debit dari masing-masing titik pengukuran, dimasukkan kedalam persamaan 4 maka didapatkan nilai efisiensi irigasi rata- rata sebesar 60,3 %.

Kebutuhan Air Untuk Pengolahan Tanah

Besarnya kebutuhan air untuk pengolahan tanah dihitung dengan menggunakan persamaan 7 sampai dengan 10 dengan nilai S = 250 mm dan T = 30 hari. Berikut ini tabel nilai kebutuhan air untuk pengolahan tanah.

Tabel 8 Kebutuhan air untuk pengolahan tanah setiap bulan

Bulan IR(mm/hari) Bulan IR(mm/hari)

Januari 12,27 Juli 12,55

(29)

17 Tabel 9 Debit andalan dengan peluang tersedia 80%

Bulan Q

Gambar 3 Grafik debit air irigasi andalan dengan peluang tersedia 80% Besarnya debit air irigasi yang tersedia dipengaruhi oleh faktor curah hujan, iklim, serta seberapa besar daerah tangkapan diwilayah tersebut. Pada Tabel 7 dan Gambar 3 terlihat perbedaan antara nilai debit di musim hujan (november-april) dengan debit di musim kemarau (mei-oktober). Pada musim hujan debit berkisar antara 673,9 – 815,7 lt/det sedangkan pada musim kemarau berkisar antara 425,5 – 604,7 lt/det. Data debit air irigasi berguna sebagai pembatas dalam menghitung optimasi menggunakan program linear.

Optimasi Pola Tanam

(30)

18

Terdapat dua jenis fungsi pada persamaan linear. Pertama fungsi tujuan, fungsi ini berisikan variabel X1 sampai X3 yang dibuat untuk memaksimumkan

luas pola tanam berdasarkan pola tanam yang ada. Kedua fungsi kendala, fungsi ini dibagi menjadi dua yaitu fungsi kendala yang faktor pembatasnya luas total lahan dan fungsi kendala yang faktor pembatasnya debit andalan. Bentuk penulisan fungsi tujuan dan fungsi kendala dapat dilihat pada Lampiran 12. Tabel 10 Hasil optimasi

Pola tanam Massa Tanam Luas Tanam (Ha)

Padi-Padi-Palawija Okt I 151,6

Padi-Padi-Palawija Nov I 74,4

Luas Total 226

Hasil optimasi diperoleh luas tanam pada massa tanam Okt I sebesar 151,6 ha dan pada masa tanam Nov I sebesar 74,4 ha. Luas total yang dapat dicapai yaitu 226 ha memaksimalkan luas lahan dan debit air irigasi yang tersedia. Hasil optimasi dapat dilihat pada Lampiran 13.

Dari hasil optimasi dilakukan perhitungan debit air irigasi yang terpakai yang diperoleh dari hasil kali antara kebutuhan air irigasi setiap bulannya dengan luas tanam. Setelah itu diselisihkan dengan debit air irigasi tersedia sehingga diperoleh debit air irigasi tersisa. Hasil perhitungan dan grafik keseimbangannya dapat dilihat pada tabel 10 dan gambar 3.

Tabel 11 Debit air irigasi yang dibutuhkan dan debit air irigasi tersisa setelah dilakukan optimasi dalam lt/det

Bulan Debit air Debit air Debit air tersedia dibutuhkan tersisa

(31)

19

Gambar 4 Grafik hubungan antara debit tersedia dengan debit dibutuhkan Dari gambar diatas terlihat bahwa debit air irigasi yang dibutuhkan sudah dapat terpenuhi oleh debit air irigasi yang tersedia. Debit tersisa berkisar antara 45,58 lt/det hingga 639,93 lt/det.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil optimasi diperoleh luas tanam pada pola tanam Okt I sebesar 151,6 ha dan pada pola tanam Nov I sebesar 74,4 ha. Luas total yang dapat dicapai yaitu 226 ha memaksimalkan luas lahan dan debit air irigasi yang tersedia. Debit air irigasi yang tersedia di Daerah Irigasi Cilancar dapat mencukupi kebutuhan air irigasi pola tanam yang dibuat.

Saran

Lahan pertanian yang belum ditanami hendaknya dapat ditanami segera sehingga produksi dapat meningkat. Rehabilitasi jaringan irigasi perlu dilakukan mengingat banyak terdapat kerusakan pada bangunan bagi dan saluran sekunder. Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi perlu dilakukan secara berkala agar berfungsi dengan baik. Pencatatan debit bendung dilakukan secara berkala agar ketersediaan air dapat diketahui.

(32)

20

DAFTAR PUSTAKA

Ardani, Moh. 1997. Potensi dan Optimasi Pemanfaatan Airtanah Sumur TW-01 Pada Lahan Kering di Desa Babakan Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka Jawa Barat. Thesis. Institut Teknologi Bandung.

Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jendral Pengairan.1986. Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP-01. Doorenboss, J. And W. O. Pruitt. 1977. Guidelines for Predicting Crop Water

Requirment. Irrigation and Drainage Paper. Food and Agriculture Organization of The United Nation. Rome.

Goor V d. 1968. Irrigation Requirment for Double Cropping of Low Land Rice in Malaya. Int. Ins Land Reclamation and Improvement. (Wageningen, Netherlands). Publ.

Hansen, V.E., and O. W. Israelsen. 1962. Irrigation Principles and Practices. John Wiley and Sons Inc., New York.

Hansen, V. E., O. W. Israelsen and G. E. Stringham. 1980. Irrigation Principles and Practices Foruth Edition. John Wiley and Sons. New York. Galang Persada. Bandung.

Hiller, F. S. And G. J. Lieberman. 1977. Operation Reasearch. Holden-Day, Inc. New York.

Linsley, F. S. And I. B. Franzini. 1972. Water Resources Engineering. Mc. Graw Hill Book Company-Regahusha Ltd. New York.

Mas’ud. 1995. Optimasi Alokasi Air Irigasi untuk Merencanakan Tata Tanam di Daerah Irigasi Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Oldeman, L. R. Dan Syarifudin. 1977. An Agroclimatics Map of Sulawesi.

Contribution Central Research Institute for Agriculture Bogor. Bogor. Santosh, K. 1981. Irrigation Engineering and Hydraulic Strucutres. Khana

Publishers. Nai Sarah. Delhi.

Sosrodarsono, S. Dan K. Takaeda. 1987. Hidrologi Untuk Perairan. Pradnya Paramita. Jakarta.

(33)

21

Lampiran 1 Peta Daerah Irigasi Cilancar

(34)
(35)

23 Lampiran 3 Tabel Luasan Petak Tersier Daerah Irigasi Sibtubala

No. Nama Petak Tersier Luas Sawah

(36)

22

Lampiran 4 Nilai Evapotranspirasi Tanaman (Etc) dan Kebutuhan Air Irigasi Daerah Irigasi

Nilai evapotranspirasi tanaman (mm/hari)

Pola Massa Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept

Tanam Tanam I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II

Pi-pi-pa Okt I * 4,39 4,39 4,83 4,73 4,56 4,34 3,92 0 * 4,63 4,63 5,29 5,61 5,41 4,97 4,37 0 2,07 3,10 4,34 4,34 3,69 1,95

Pi-pi-pa Okt II - * 4,39 4,39 4,46 4,73 4,73 4,34 4,04 0 * 4,63 4,81 5,29 5,61 5,41 4,84 4,37 0 2,07 3,26 4,34 4,34 3,69

Pi-pi-pa Nov I 1,85 - * 4,33 4,06 4,46 4,90 4,73 4,48 4,04 0 * 4,81 4,81 5,29 5,61 5,27 4,84 4,63 0 2,17 3,26 4,34 4,34

Keterangan : * = pengolahan tanah

-= bera (tidak menanam)

Kebutuhan Air Irigasi Daerah Irigasi Cilancar (lt det-1 ha-1)

Keterangan : * = pengolahan tanah - = bera (tidak menanam)

Pola Massa Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept

Tanam Tanam I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II

Pi-pi-pa Okt I 2,57 1,02 0,58 0,66 1,60 0,94 0 0,48 0 1,75 0,70 0,70 1,00 1,69 1,09 1,01 1,71 0,24 0,30 0,50 0,82 0,82 0,52 0,19

Pi-pi-pa Okt II 0 2,57 0,58 0,58 0,92 1,60 0 0 0,80 0 2,18 0,70 0,90 1,00 1,77 1,09 1,16 1,71 0,25 0,30 0,61 0,82 0,65 0,52

Pi-pi-pa Nov I 0,20 0 2,09 0,57 0,84 0,92 0,66 0 0,25 0,80 0 2,18 0,90 0,90 1,07 1,77 1,25 1,16 1,78 0,25 0,47 0,61 0,65 0,65

(37)

25 Lampiran 5 Kebutuhan Air Irigasi Okt I

(38)

26

Lampiran 6 Kebutuhan Air Irigasi Okt II

(39)

27

Lampiran 7 Kebutuhan Air Irigasi Nov I

(40)

28

Lampiran 8 Curah Hujan (mm) Tahun 2003-2012

Stasiun : Meteorologi Kelas III Serang Elevasi : 50 m

Lokasi : 06, 30’ LS 106, 45’ BT

BULAN

JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OKT NOP DES

TAHUN

2003 14 24 14 13 12 6 3 4 6 14 12 23

2004 26 26 20 12 12 7 12 1 10 3 14 22

2005 25 19 18 14 18 18 13 11 11 18 13 22

2006 23 21 18 14 15 6 4 2 - 2 8 22

2007 16 21 20 14 12 16 9 5 3 7 9 19

2008 209 349 133 89 95 54 0,2 73 33 71 245 125 2009 339 306 131 113 102 29 3 2 17 20 279 45 2010 322 195 166 72 113 167 208 123 328 88 148 109 2011 243 91 205 107 85 38 79 0 32 71 79 112 2012 302 191 91 184 98 36 16 0 7 126 51 95

(41)

29 Lampiran 9 Temperatur Maksimum (co) Tahun 2003-2012

Stasiun : Meteorologi Kelas III Serang Elevasi : 50 m

Lokasi : 06, 30’ LS 106, 45’ BT

BULAN

JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OKT NOP DES

TAHUN

2003 32,4 30,2 31,5 32,4 32,5 32,2 32,1 32,4 31,6 32,7 32,3 30,9 2004 30,9 30,2 31,4 32,8 32,3 31,9 31,4 32,1 32,5 33,9 32,9 31,4 2005 30,5 30,7 31,7 32,2 32,2 31,5 31,4 31,3 32,4 32,5 32,0 30,7 2006 30,3 31,1 30,9 31,7 32,3 31,8 32,2 32,1 33,3 34,1 34,0 32,3 2007 31,9 30,6 31,0 31,8 31,7 31,5 31,7 32,4 33,2 33,2 32,9 31,0 2008 31,1 29,8 30,9 30,9 32,1 31,8 32,2 32,0 32,8 32,6 31,5 30,6 2009 30,2 30,0 32,0 32,3 32,2 32,6 32,6 32,8 34,0 33,7 31,9 31,8 2010 30,9 31,5 31,9 33,2 32,8 31,3 31,5 31,7 31,4 31,8 31,7 31,1 2011 30,6 31,5 31,0 32,0 31,9 32,2 31,8 32,4 33,1 32,7 32,3 32,0 2012 31,4 32 31,9 31,8 32,2 32,4 32,4 32,7 33,5 33,2 33 32

(42)

30

Lampiran 10 Temperatur Minimum (co) Tahun 2003-2012

Stasiun : Meteorologi Kelas III Serang Elevasi : 50 m

Lokasi : 06, 30’ LS 106, 45’ BT

Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Stasiun Meteorologi Kelas III Serang

BULAN

JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OKT NOP DES

TAHUN

2003 23,5 24,6 23,9 24,0 23,8 23,2 22,3 22,3 22,8 23,3 23,7 23,4

2004 23,7 23,9 23,7 23,8 23,5 22,1 23,0 22,0 22,8 22,8 23,4 23,5

2005 23,5 23,8 23,8 24,0 23,5 23,0 22,8 22,4 22,9 23,2 23,3 23,4

2006 23,7 23,7 23,3 23,6 22,9 22,4 22,3 21,1 21,2 22,6 23,8 24,0

2007 23,6 23,6 23,9 23,8 23,6 23,1 22,3 22,1 21,8 23,0 22,9 23,7

2008 23,8 23,3 23,5 23,4 22,8 22,7 21,9 22,8 22,7 23,2 23,6 23,7

2009 23,6 23,5 23,4 23,4 23,6 23,4 22,4 22,8 22,1 23,9 23,8 23,8

2010 24,1 24,3 24,5 24,4 24,5 23,7 23,4 23,6 23,3 23,3 23,9 23,8

2011 23,6 23,6 23,6 23,6 23,5 23,2 22,9 22,1 22,6 23,1 23,6 24,0

(43)

31 Lampiran 11 Kelembaban Udara (%) Tahun 2003-2012

Stasiun : Meteorologi Kelas III Serang Elevasi : 50 m

Lokasi : 06, 30’ LS 106, 45’ BT

BULAN

JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OKT NOP DES

TAHUN

2003 77 86 84 82 82 79 77 76 77 79 80 80

2004 86 85 83 83 82 78 82 78 80 76 82 84

2005 86 87 85 83 84 85 84 84 82 87 83 85

2006 86 86 84 83 83 82 79 76 73 74 75 82

2007 79 85 96 84 84 82 81 77 74 78 78 84

2008 82 87 88 86 81 97 78 80 90 80 84 83

2009 85 86 84 84 84 82 77 78 74 76 83 82

2010 84 85 85 79 85 87 85 84 87 84 82 81

2011 83 84 84 83 85 79 81 77 76 79 77 81

2012 82 85 80 86 82 81 78 75 74 77 83 83

(44)

32

Lampiran 12 Kecepatan Angin (km/jam) Tahun 2003-2012

Stasiun : Meteorologi Kelas III Serang Elevasi : 50 m

Lokasi : 06, 30’ LS 106, 45’ BT

BULAN

JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OKT NOP DES

TAHUN

2003 2,16 1,62 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,62

2004 1,08 1,08 1,62 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,62 1,08 1,08 1,08

2005 1,08 1,08 1,62 1,62 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 2,16

2006 2,16 1,62 1,62 2,16 1,08 0,54 1,08 1,08 1,08 1,62 1,08 1,62

2007 2,16 1,62 2,16 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,62

2008 1,62 1,62 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,62

2009 1,62 1,62 1,08 1,08 0,54 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,62 1,08

2010 1,62 1,08 1,08 1,62 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08

2011 1,62 1,08 2,16 1,62 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,62

2012 4,00 1,08 2,16 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08

(45)

33 Lampiran 13 Lama Penyinaran Matahari (%) Tahun 2003-2012

Stasiun : Meteorologi Kelas III Serang Elevasi : 50 m

Lokasi : 06, 30’ LS 106, 45’ BT BULAN

JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OKT NOP DES

TAHUN

2003 57 32 56 66 72 79 86 85 75 55 53 37

2004 46 26 54 72 68 79 75 85 86 85 59 40

2005 36 47 58 65 67 65 71 72 72 61 51 29

2006 41 53 45 64 71 75 79 88 96 88 75 82

2007 68 51 55 68 68 64 75 82 74 67 68 50

2008 64 24 58 64 71 74 88 67 72 61 50 46

2009 49 38 69 66 60 87 84 89 85 72 53 59

2010 50 63 65 84 56 40 61 66 43 55 53 42

2011 33 49 45 65 66 62 77 89 90 62 49 46

2012 45 61 54 61 69 49 81 88 72 65 48 44

(46)

34

Lampiran 14 Debit Daerah Irigasi Cilancar (lt/det) Tahun 2008-2012

Bulan Tahun

(47)

35 Lampiran 15 Debit rata-rata Daerah Irigasi Cilancar (lt/det)

Bulan Tahun Rata-rata

2008 2009 2010 2011 2012

Januari 822,5 795 810,5 809 750 797,4

Februari 811,5 968 767,5 781 785,5 822,7

Maret 685,5 858 834,5 718,5 840 787,3

April 603 788,5 639,5 665,5 676 674,5

Mei 583,5 615,5 517 609 570 579

Juni 533 588 550 569,5 550,5 558,2

Juli 471,5 487,5 490 451,5 419 463,9

Agustus 554 549,5 516 499,5 522 528,2

September 655 592,5 516 556 555,5 575

Oktober 655,5 616 590,5 637,5 539,5 619,2 November 763 657,5 627,5 602,5 646,5 659,4

(48)

36

Lampiran 16 Bentuk persamaan linear untuk optimasi pola tanam padi padi-palawija dengan masa tanam pada bulan Oktober I – November I

Fungsi tujuan :

Max : Z = X1 + X2 + X3

Fungsi kendala :

X1+X2+X3 <= 226

3.59 X1 + 2.57 X2 + 0.20 X3 <= 559.1 1.24 X1 + 1.16 X2 + 2.66 X3 <= 637.7 2.54 X1 + 2.52 X2 + 1.76 X3 <= 669.8 0.48 X1 + 0.00 X2 + 0.66 X3 <= 761.8 1.75 X1 + 0.80 X2 + 1.05 X3 <= 784.5 1.40 X1 + 2.88 X2 + 2.18 X3 <= 815.7 2.69 X1 + 1.90 X2 + 1.80 X3 <= 673.9 2.10 X1 + 2.86 X2 + 2.84 X3 <= 604.7 1.95 X1 + 2.87 X2 + 2.41 X3 <= 477 0.80 X1 + 0.55 X2 + 2.03 X3 <= 425.5 1.64 X1 + 1.43 X2 + 1.08 X3 <= 517.5 0.71 X1 + 1.17 X2 + 1.30 X3 <= 555.6

X1>=0

X2>=0

(49)

37 Lampiran 17 Hasil optimasi pola tanam

LP OPTIMUM FOUND AT STEP 2

OBJECTIVE FUNCTION VALUE

1) 226.00

VARIABLE VALUE REDUCED COST X1 151.592926 0.000000 X2 0.000000 0.000000 X3 74.407082 0.000000

(50)

38

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Langsa, Aceh Selatan pada tanggal 25 Juli 1991 merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Atang Kostaman ST,Sp dan Ibu Aan Qonaah S.Pd. Penulis mulai masuk jenjang pendidikan formal pada tahun 1997 di SD Negeri 4 Pandeglang. Kemudian tahun 2003 melanjut ke SMP Negeri 1 Pandeglang dan pada tahun 2006 diterima di SMA Negeri 1 Pandeglang serta lulus pada tahun 2009. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Program Studi Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar 1 Lokasi penelitian
Gambar 2 Diagram Alir Prosedur Penelitian
Tabel 4  Data iklim rata-rata setiap bulan
Tabel 6   Curah Hujan Efektif untuk padi dan palawija periode 2003-2012
+4

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam perancangan pembuatan sistem informasi inventaris laboratorium berbasis Web pada STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi, dapat disimpulkan bahwa adanya website

Langkah pengerjaannya adalah pembuatan database di MySQL, migrasi dari data yang sebagian ada di Microsoft Excel ke MySQL, menyiapkan web server apache, membuat

Sedangkan perubahan penggunaan tanah terkecil terjadi pada tanah kosong belum ada peruntukannya berubah menjadi perumahan tidak teratur sebesar 615,08 m 2 , persentase

Berdasarkan diperoleh dari hasil nilai R Square sebesar 0,961 yang artinya 96,1% perubahan pada variabel dependen (pendapatan) dapat dijelaskan oleh variabel

Sebagai contoh, dengan adanya fenomena menjamurnya lembaga non struktural, nantinya perlu dipilah peran yang dapat dilakukan lembaga non struktural sehingga tidak mengambil

Atribut morfologi dapat digunakan sebagai dasar menyusun kunci identifikasi dikotomis kepiting Yutuk, yang meliputi bentuk pereipod pertama serta bentuk uropod dan

Analisa Perbandingan Kondisi Aktual dan Desain Kondisi data aktual digunakan untuk membandingkan hasil dari inlet dan outlet setiap komponen untuk menganalisa dari perpindahan

Kalimat motivasi merupakan salah satu cara pemimpin untuk memberikan dorongan kepada karyawan agar bekerja sesuai dengan target yang diinginkan.. Motivasi dalam bentuk