• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Taraf Inklusi Leguminosa Acacia villosa dan Aditif Lactobacillus plantarum 1A-2 serta Dedak Padi terhadap Kualitas Silase Gabungan Rumput–Leguminosa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Taraf Inklusi Leguminosa Acacia villosa dan Aditif Lactobacillus plantarum 1A-2 serta Dedak Padi terhadap Kualitas Silase Gabungan Rumput–Leguminosa."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TARAF INKLUSI LEGUMINOSA

Acacia villosa

DAN

ADITIF

Lactobacillus plantarum

1A

-

2 SERTA DEDAK PADI

TERHADAP KUALITAS SILASE GABUNGAN

RUMPUT–LEGUMINOSA

FAJRIN SIDIQ

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Taraf Inklusi

Leguminosa Acacia villosa dan Aditif Lactobacillus plantarum 1A-2 serta Dedak

Padi terhadap Kualitas Silase Gabungan Rumput–Leguminosa adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013

(4)

ABSTRAK

FAJRIN SIDIQ. Pengaruh Taraf Inklusi Leguminosa Acacia villosa dan Aditif Lactobacillus plantarum 1A-2 serta Dedak Padi terhadap Kualitas Silase

Gabungan Rumput–Leguminosa Dibimbing oleh DIDID DIAPARI dan YANTYATI WIDYASTUTI.

Ensilasi rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang dikombinasikan dengan leguminosa yang potensial (Acacia villosa) bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh inklusi leguminosa terhadap kualitas silase. Penelitian ini terdiri dari dua faktor. Proporsi taraf inklusi leguminosa dalam silase kombinasi (0, 30, 40, 50, 60 dan 70% berat segar) dengan tambahan aditif (kontrol, 5% dedak padi, 1% inokulan Lactobacillus plantarum 1A-2, dan kombinasi dedak padi dan inokulan)

disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan tiga ulangan. Protein kasar dan senyawa fenolik meningkat dengan meningkatnya taraf leguminosa dalam silase. Serat kasar menunjukkan hasil yang berbeda, semakin tinggi penambahan leguminosa menyebabkan serat kasar semakin rendah (P<0.01). Nilai pH naik secara signifikan (P<0.01) hingga 4.30–4.75 dengan penambahan leguminosa hingga 70%. Populasi bakteri asam laktat terendah terdapat pada perlakuan penambahan leguminosa 60%. Konsentrasi asam laktat menurun dengan penambahan leguminosa >50%. Terdapat interaksi antar kedua faktor (P<0.01) pada kerusakan silase.

Leguminosae Silage Quality. Supervised by DIDID DIAPARI and YANTYATI WIDYASTUTI

Ensiling of Napier grass (Pennisetum purpureum) combined with potential legume (Acacia villosa) aimed to evaluate the silage quality. Experiment consisted of two factors. First, the level of legume inclusion (0, 30, 40, 50, 60, and 70 % fresh weight) and second, the use of additives (control, 5% rice bran, 1% Lactobacillus plantarum 1A-2 inoculant, and combination rice bran and inoculant)

were arranged in completely randomized block design of factorial treatment with three replicates. Crude protein and phenolic compound increased gradually following higher inclusion of legume. While crude fiber showed different result, higher inclusion implicated to lower fiber content (P<0.01). pH increased (P<0.01) to 4.30–4.75 by inclusion of leguminosae. Lactic acid bacteria population was lowest on legume inclusion up to 60%. Lactic acid concentration went down by inclusion of leguminosae more than 50%. Interaction between two factors was detected (P<0.01) on losses during ensiling.

Key word : Acacia villosa, Lactobacillus plantarum 1A-2, napier grass, rice bran,

(5)

FAJRIN SIDIQ

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

PENGARUH TARAF INKLUSI LEGUMINOSA

Acacia villosa

DAN

ADITIF

Lactobacillus plantarum

1A

-

2 SERTA DEDAK PADI

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pengaruh Taraf Inklusi Leguminosa Acacia villosa dan Aditif Lactobacillus plantarum 1A-2 serta Dedak Padi terhadap Kualitas

Silase Gabungan Rumput–Leguminosa. Nama : Fajrin Sidiq

NIM : D24090046

Disetujui oleh

Dr Ir Didid Diapari, MSi Pembimbing I

Dr Yantyati Widyastuti Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi Ketua Departemen

(8)
(9)
(10)

5

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah Silase, dengan judul Pengaruh Taraf Inklusi Leguminosa Acacia villosa dan Aditif Lactobacillus plantarum 1A-2 serta Dedak Padi terhadap Kualitas Silase Gabungan Rumput–Leguminosa.

Silase gabungan rumput–leguminosa diharapkan menjadi pakan hijauan awetan sumber protein yang dapat memenuhi kebutuhan ternak terutama ruminansia sepanjang tahun. A. villosa mengandung protein tinggi hanya saja kandungan senyawa kimia sekunder berupa tanin menjadi kendala dalam penggunaannya. Informasi mengenai silase A. villosa belum banyak didapatkan terkait efektivitas penurunan kandungan tanin dengan teknik ensilasi. Oleh karena itu dilakukan pengujian dan pengamatan terhadap kualitas silase untuk mengetahui proporsi inklusi leguminosa yang optimal dan penambahan aditif yang tepat dalam proses ensilasi tersebut.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2013

(11)
(12)

7

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

METODOLOGI PENELITIAN 2

Bahan 2

Alat 2

Lokasi dan waktu penelitian 2

Prosedur percobaan 3

Analisis data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Kandungan Nutrien P. purpureum dan A. villosa 4

Derajat Keasaman (pH) 5

Kerusakan silase 6

Nilai Fleigh (NF) 8

Total Asam Laktat Tertitrasi 8

Total Populasi Bakteri Asam Laktat 9

Kandungan Nutrisi Silase 11

Kandungan Anti-Nutrisi Silase 14

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 18

RIWAYAT HIDUP 21

(13)

DAFTAR TABEL

1 Kandungan nutrien P. purpureum dan A. villosa 5 2 pH silase gabungan P. purpureum - A. villosa dengan aditif dedak

padi dan L. plantarum 1A-2 5

3 Kerusakan dan NF silase gabungan P. purpureum - A. villosa dengan

aditif dedak padi dan L. plantarum 1A-2 7

4 Kandungan BK, PK, dan SK silase gabungan P. purpureumA.

villosa dengan aditif dedak padi dan L. plantarum 1A-2 12

5 Kandungan fraksi senyawa fenolik pada silase gabungan P. purpureumA. villosa dengan aditif dedak padi dan L. plantarum

1A-2 13

DAFTAR GAMBAR

1 Total asam laktat tertitrasi dari perlakuan yang berbeda 9

2 Total populasi bakteri asam laktat dari perlakuan yang berbeda 10

DAFTAR LAMPIRAN

(14)

1

PENDAHULUAN

Hijauan, terutama rumput merupakan pakan yang diperlukan ruminansia, namun produksi dan kualitas nutrisinya berfluktuasi dan cenderung menurun tajam selama musim kemarau, terutama di daerah tropis (Salem et al. 2006). Tujuan utama dari proses ensilasi adalah untuk mengawetkan kualitas hijauan dan mengurangi kehilangan nutrien serta menghindari perubahan komposisi kimia hijauan. Dengan mengubah karbohidrat larut air menjadi asam laktat, pH akan turun yang dapat menghambat aktivitas mikrobial yang tidak menguntungkan. Produk akhir dari reaksi biokimia tersebut menurunkan nilai pH menjadi berkisar 4.0 (umumnya 3.8–4.2), fermentasi kemudian berhenti dan pH silase akan stabil (Moran 1996). Teknik pengawetan hijauan makanan ternak (HMT) seperti silase merupakan teknologi sederhana yang mudah untuk dilakukan, selain dapat mempertahankan kualitas nutrient, kebutuhan HMT juga dapat dipenuhi sepanjang tahun dengan memanfaatkan hijauan yang melimpah pada musim hujan.

Produksi bahan kering Pennisetum purpureum (rumput gajah) mencapai 33 ton ha-1 tahun-1 hingga 85 ton ha-1 tahun-1 jika dipupuk dengan baik, meskipun

produktivitasnya tinggi namun kandungan proteinnya hanya berkisar 10.5% dan serat kasarnya tinggi 28.3% (Khai et al. 2013). Tingginya produktivitas rumput gajah membuat P. purpureum banyak dijadikan silase karena surplus di musim hujan dapat dioptimakan pemanfaatannya, namun rendahnya nilai protein mendorong perlu adanya usaha untuk memperbaiki kualitas nutrien silase agar dapat dijadikan pakan yang dapat memenuhi kebutuhan ternak dengan produksi tinggi.

Leguminosa dapat memberikan kontribusi terhadap keberlanjutan sistem produksi ruminansia di masa mendatang, kajian sebelumnya menyatakan bahwa silase leguminosa dapat menunjang performa yang baik pada ternak ruminansia dibandingkan silase rumput murni (Peyraud et al. 2009). A. villosa merupakan tanaman leguminosa semak tak berduri yang memiliki potensi sebagai suplemen pakan untuk ruminansia jika faktor anti nutrisi khususnya tanin dapat diatasi (Wina et al. 2005). A. villosa sangatlah potensial dijadikan bahan pakan sumber protein karena proteinnya yang mencapai 31.1%, namun tingginya kadar fenol (23.6% BK) menjadi pembatas penggunaan A. villosa sebagai bahan pakan (Jayanegara et al. 2011). Pembuatan silase gabungan rumput-leguminosa

diharapkan tidak hanya menjadi solusi ketersediaan kuantitas pakan namun juga kualitas nutrisinya. Hanya saja leguminosa memiliki kapasitas buffer yang tinggi dengan karbohidrat larut air yang rendah, sehingga tidak jarang ditambahkan aditif berupa inokulan maupun sumber karbohidrat larut air pada pembuatan silase leguminosa (McDonald et al. 1991).

(15)

spesies Pediococcus sering digunakan untuk mengendalikan fermentasi silase dengan produksi asam laktat yang cepat dan menyebabkan penurunan pH (Filya dan Sucu 2007). Dedak merupakan sumber karbohidrat larut air yang mudah ditemukan dan dapat digunakan sebagai aditif silase. Penggunaan dedak hingga 5% menurut Ridwan et al. (2005) dapat membantu menurunkan pH silase dan mempertahankan nilai total asam tertitrasi, selain itu, aditif berupa bahan sumber gula larut air sering digunakan untuk menunjang aktivitas bakteri guna mempercepat aktivitas fermentasi. Beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai aditif ensilasi seperti dedak, pollard, gaplek, dan jagung (Despal et al. 2008).

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh inklusi leguminosa A. villosa terhadap kualitas fisik, kimiawi, dan biologis silase gabungan rumput

-leguminosa. Proporsi inklusi leguminosa dan aditif terbaik dalam pembuatan silase diharapkan pula menjadi pakan sumber protein.

METODOLOGI PENELITIAN

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum), lamtoro merah (Acacia villosa), dedak padi, inokulan L. plantarum 1A-2, media MRSA dan MRSB, NaOH, indikator PP (phenolptalin), asam oksalat,

H2SO4, tablet katalis destruksi, anti foaming agent, asam tanat, aceton 70%

Na2CO3, folin ciocealteau, dan PVPP (Polyvidone).

Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah silo ukuran 1 kg, timbangan analitik (Broeco Germany), pH meter (Eutech instrument, Cyberscan pH 310), Oven (Thermo scientific vacutherm vacum oven), tanur (Heraeus instrument), FOSS KjeltecTM 8400 Analyzer Unit, FOSS FibertecTM 2010 System,

autoclave, laminar air flow, pipet mikro (Eppendorf, Gilson. Thermo electron), cawan petri, inkubator, blender, buret, cawan porselen, corning tube, tabung reaksi, Ultrasonic waterbath (Wiseclean), dan Spektrofotometer UV (Shimadzu UV-Visible recording spectrophotometer UV-160).

Lokasi dan Waktu Penelitian

(16)

3

Prosedur Percobaan Pembuatan Silase

Hijauan yang digunakan adalah rumput gajah (Pennisetum purpurem) berumur 40 hari dan lamtoro merah (Acacia villosa) berumur 9 minggu. Rumput gajah didapatkan dari kebun pengembangan rumput gajah Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong. A. villosa didapatkan dari kebun Balai Penelitian Ternak (BALITNAK) Ciawi. Hijauan dipanen kemudian di potong dengan ukuran 3-5 cm dan dilayukan dengan waktu

yang berbeda yaitu 24 jam, 48 jam, dan 72 jam dimasukkan ke dalam silo ukuran 600 g. Silo disimpan pada suhu ruang (22-28oC). Sampel silase (pada hari 30 hari)

dianalisis fisik yang berupa persen kerusakan dan mikrobiologis berupa jumlah total populasi BAL. Analisis kimia berupa bahan kering (BK), bahan organik (BO), protein kasar (PK), serat kasar (SK), fenol, pH, Nilai Fleigh (NF), dan total asam laktat tertitrasi.

Prosedur analisis

Analisis Fisik dilakukan dengan mengukur persentase kerusakan berupa silase yang ditumbuhi jamur. Silase yang telah berumur 30 hari dipanen dan ditimbang (g), suhu silase diukur dan silase yang rusak ditimbang dan ditampilkan dalam persen. Analisis mikrobiologi dilakukan dengan menghitung total populasi BAL pada silase dengan metode Total Plate Count (TPC) dengan media de Man Rogosa Sharpe Agar (de Man et al. 1960).

Analisis kimia dari silase ditampilkan dalam basis BK. pH silase diukur langsung dari juice silase menggunakan pH meter (Cyberscan pH 310). Kandungan bahan kering dari silase diukur dengan cara silase dikeringkan pada oven 105oC (Thermo Scientific VacuTherm Oven) selama 3 jam (Shreve et al. 2006). Abu didapatkan setelah pembakaran dalam tanur 550oC (Heraeus Instrument) selama 3 jam (AOAC 2007). Protein kasar diukur dengan metode Kjeldahl (AOAC 2007) menggunakan FOSS KjeltechTM 8400 Analyzer Unit. Serat kasar diuji dengan metode Digestion (AOAC 2007) menggunakan FOSS FibertechTM 2010 System. Nilai Fleigh yang menandakan kualitas fermentasi dari silase dengan melihat nilai bahan kering dan pH silase dihitung berdasarkan metode Idikut et al. (2009), Nilai Fleigh (NF) = 220 + (2 BK (%) – 15) – (40 x pH). Total asam laktat tertitrasi diuji berdasarkan metode titrasi (Apiyantono et al. 1989).

(17)

ditambahkan 1 ml aquades dan 1 ml ekstrak. Campuran divortex dan disimpan pada suhu 4oC selama 15 menit. Larutan disentrifuse dan supernatan yang hanya mengandung fenol bukan tanin diukur absorbannya pada panjang gelombang 725 nm.

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial 6 x 4 dengan kelompok didasarkan pada waktu pelayuan (wilting time). Perlakuan terdiri dari dua faktor yaitu inklusi leguminosa (0, 30, 40, 50, 60, dan 70%) dan penambahan aditif (kontrol, dedak 5%, inokulan 1% dengan populasi 2.5 x 1010 CFU ml-1, dan dedak 5% + inokulan) dengan tiga ulangan. Data dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA), perlakuan interaksi diuji dengan uji jarak Duncan. Apabila setiap faktornya signifikan akan diuji menggunakan polinomial ortogonal untuk faktor inklusi leguminosa dan uji selang berganda Duncan untuk faktor penambahan aditif (Steel dan Torrie 1995). Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut;

Yijk = μ + αi + ßj + γk +αißj + εijk Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k, pada taraf perlakuan i dari faktor taraf leguminosa dan taraf perlakuan j dari faktor penambahan aditif

µ = Nilai rataan umum

αi = Pengaruh perlakuan proporsi rasio perbandingan P. purpureum dengan A. villosa ke-i

ßj = Pengaruh perlakuan penambahan dedak dan L. plantarum ke-j

γk = Pengaruh ulangan ke-k

αißj = Pengaruh interaksi

εijk = Galat percobaan untuk faktor ke-i dan faktor ke-j, dan ulangan ke-k

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan Nutrien P. purpureum dan A. villosa Sebelum Diensilasi

(18)

5

melaporkan bahwa ransum dengan tambahan Pisum sativum tinggi tanin menyebabkan turunnya kecernaan bahan kering, bahan organik, dan energi dibandingkan dengan ransum yang diberi tanin rendah ataupun tanpa tanin.

Tabel 1 Komposisi nutrien P. purpurem dan A. villosa Komposisi kimia

BK PK SK Abu Total Fenol Total Tannin

% .…..………..……….%BK………

P. purpureum 28.97 10.39 36.51 14.15 1.27 0.96

A. villosa 34.94 25.28 27.57 7.21 29.43 28.22

Hasil analisis laboratorium mikrobiologi terapan, pusat penelitian bioteknologi, LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) (2013).

Kualitas Kimia dan Mikrobiologi Silase

Derajat Keasaman (pH) Silase

Inklusi leguminosa dalam silase gabungan P. purpureum–A. villosa secara signifikan meningkatkan pH silase (P<0.0001) dengan pola kuadratik. Tidak terdapat interaksi antara faktor inklusi leguminosainosa dan aditif (P>0.05). Pengaruh perlakuan terhadap pH silase ditunjukkan pada Tabel 2. Nilai pH terus naik hingga taraf 50% dan menurun kembali pada taraf lebih dari 50%. Hal tersebut dimungkinkan karena perombakan bahan organik menjadi asam-asam organik pada taraf lebih dari 50% lebih tinggi sehingga asam organik yang terbentuk semakin banyak, hal tersebut menyebabkan penurunan kembali pH pada taraf inklusi leguminosa lebih dari 50%. Perombakan bahan organik tidak hanya dilakukan oleh L. plantarum saja namun dapat dilakukan oleh bakteri heterofermentatif yang tidak hanya menghasilkan asam laktat tetapi asam organik lainnya, sehingga meskipun pada taraf lebih dari 50% konsentrasi asam laktat turun (Gambar 1) namun dimungkinkan turunnya pH diakibatkan oleh kontribusi asam organik lain seperti asam asetat ataupun butirat yang diproduksi oleh bakteri heterofermentatif.

Tabel 2 pH silase gabungan P. purpureumA. villosa dengan aditif dedak padi dan L. plantarum 1A-2

Taraf leguminosa (%)

Aditif Signifikan

K DP LP DP+LP Rataan A. villosa

pH

0 4.18±0.60 3.99±0.29 4.17±0.83 3.57±0.32 3.98±0.52

Kuadratik ***

30 4.71±0.51 4.56±0.53 4.75±0.55 4.42±0.38 4.61±0.50

40 4.65±0.47 4.63±0.52 4.65±0.59 4.32±0.37 4.56±0.49

50 4.63±0.56 4.55±0.41 4.63±0.71 4.31±0.45 4.53±0.53

60 4.72±0.50 4.44±0.59 4.60±0.67 4.38±0.71 4.54±0.62

70 4.68±0.62 4.40±0.67 4.51±0.81 4.30±0.76 4.47±0.71

Rataan 4.60±0.54C 4.43±0.50B 4.55±0.70BC 4.22±0.50A

(19)

diikuti oleh huruf besar yang berbeda menunjukkan berbeda sangat nyata pada taraf uji 1% (uji selang berganda duncan).

Sibanda et al. (1997) melaporkan bahwa rendahnya nilai pH pada inklusi leguminosa bukan diakibatkan oleh tingginya konsentrasi asam laktat, namun karena terbentuknya asam asetat yang tinggi. Penambahan aditif juga berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap pH silase. Aditif berupa gabungan dedak padi dan inokulan memberikan respon terbaik terhadap pH. Hal tersebut diakibatkan oleh penambahan dedak padi menjadi sumber kerbohidrat larut air sebagai makanan untuk bakteri asam laktat yang kemudian akan dirombak menjadi asam organik, sehingga nilai pH dengan penambahan aditif akan mengalami penurunan yang signifikan. Hal serupa juga dilaporkan oleh Ridwan et al. (2005), pH silase yang diberikan aditif berupa dedak padi menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05) yang berkisar 3.8–4.2 yang dapat menekan tumbuhnya jamur dan tidak menyebabkan busuk. Penambahan aditif berupa gaplek, jagung, dedak dan onggok mampu menurunkan pH lebih cepat, penamabahan aditif sumber karbohidrat larut air dapat memperbaiki kualitas silase terutama pH (Despal et al. 2008). Heinritz et al. (2012) melaporkan bahwa pH silase sepuluh tanaman leguminosa setelah fermentasi 92 hari berkisar antara 4.3–6.3. Berbagai jenis leguminosa termasuk A. villosa memiliki kapasitas bufer (buffering capacity) yang tinggi, sehingga pH pada tanaman jenis leguminosa cenderung tidak mengalami penurunan saat dilakukan ensilasi. Di tanaman nilai pH bergantung pada keberadaan asam polikarboksilat, garam pospat, serat dan protein (Al-Dabbas et al. 2010). pH yang cenderung tetap menyebabkan bakteri pembusuk dapat tumbuh dan hidup pada lingkungan tersebut. Tanaman leguminosa secara alamiah membawa bakteri seperti Clostridia dan fungi yang jumlahnya lebih tinggi dari bakteri asam laktat (Mc Donald et al. 1991).

Kerusakan pada Silase

Karakteristik kualitas fisik silase diukur dengan menghitung kerusakan yang terdapat pada silase. Karakteristik fisik seperti tekstur, warna, dan bau dapat dijadikan salah satu indikator kualitas silase karena sangat berpengaruh terhadap palatabilitas dan penerimaaan ternak terhadap silase. Warna hijau kekuningan, tekstur lembut dan bau aroma khas asam merupakan ciri dari kualitas silase yang baik. Kerusakan berupa tumbuhnya jamur pada silase, jumlah silase yang rusak (%) ditunjukkan pada Tabel 3.

(20)

7

Tabel 3 Kerusakan dan NF silase gabungan P. purpureum-A. villosa dengan aditif dedak padi dan L. plantarum 1A-2 Taraf leguminosa

(%) Aditif Signifikansi

K DP LP DP+LP Rataan Leguminosa

Kerusakan (%)

0 19.44± 9.71ab 16.28±10.31a 19.83±6.53ab 16.88± 8.29ab 18.11± 8.71

Kuadratik**

30 48.54±11.95f 24.24± 1.31abcd 29.47±6.85abcde 23.76± 3.28abc 29.42± 5.85

40 35.32± 6.27bcdef 27.54± 8.68abcde 45.71±7.83ef 27.34± 1.59abcde 34.66± 6.09

50 42.91±17.87def 28.49±12.82abcde 26.95±7.95abcd 28.63± 5.78abcde 31.75±11.11

60 30.97± 8.44abcdef 31.78± 8.90abcdef 41.76±7.34cdef 34.13±12.73abcdef 33.98± 9.35

70 28.13± 9.77abcde 29.91± 7.78abcde 27.13±7.19abcde 32.50±16.83abcdef 31.50±10.39

Rataan 34.22±10.67 26.37± 8.30 31.81±7.28 27.21± 8.08

NF

0 100.32±23.04 111.70± 6.95 96.70±33.18 122.42±15.91 107.79±19.77

Linear**

30 95.52±17.79 106.92±15.14 89.75±26.32 112.53±18.19 101.18±19.36

40 91.86±26.70 102.77±20.57 103.61±18.31 117.20±12.51 103.86±19.52

50 116.69±17.84 133.94±14.74 112.73±18.42 124.75±24.64 122.03±18.91

60 118.13±21.63 117.26±13.13 122.03±19.56 132.38±23.75 122.45±19.51

70 95.00±21.07 107.96± 9.17 121.58±22.21 136.94±18.05 115.37±17.63

Rataan 102.92±21.34B 113.42±13.28B 107.73±23.00B 124.37±18.84A

K, kontrol. DP, 5% dedak padi. LP, 1% Lactobacillus plantarum. Signifikansi (uji polinomial ortogonal) NS = non signifikan, * (P<0.05), ** (P<0.01), ***

(P<0.0001). Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang baerbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5% yang diikuti oleh huruf

besar yang berbeda menunjukkan berbeda sangat nyata pada taraf uji 1% (uji selang berganda duncan).

(21)

Ridwan et al. (2005) melaporkan bahwa penambahan aditif berupa dedak padi pada silase rumput gajah dapat menurunkan pH silase dan mempercepat terbentuknya asam laktat, hal tersebut implikatif terhadap penekanan aktivitas bakteri pembusuk ataupun jamur, sehingga kerusakan pada silase dapat diminimalisasi. Berbeda dengan yang dilaporkan oleh Filya et al. (2007), efek penamabahan aditif berupa inokulan L. plantarum pada silase gandum, sorgum, dan jagung meningatkan jumlah khamir dan kapang, selain itu silase yang diinokulasi L. plantarum tidaklah stabil pada kondisi aerob.

Nilai Fleigh (NF) Silase

Nilai Fleigh (NF) merupakan indeks karakteristik fermentasi silase berdasarkan nilai BK dan pH dari silase, NF silase >85 kualitas sangat baik, 60-80

kualitas baik, 55–60 kualitas cukup baik, 25–40 kualitas sedang, dan <20 kualitas buruk (Idikut et al. 2009). Pengaruh perlakuan inklusi leguminosa dan aditif terhadap NF ditampilkan pada Tabel 3. Tidak terdapat interaksi (P>0.05) antara faktor inklusi leguminosa dengan aditif. Inklusi leguminosa secara linear (P<0.01) meningkatkan NF silase.

Meningkatnya NF silase pada perlakuan inklusi leguminosa disebabkan oleh BK A. villosa yang lebih tinggi dari P. purpureum. Semakin tinggi nilai BK akan semakin tinggi pula NF silase. Penambahan aditif juga berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap NF silase, nilai NF tertinggi terdapat pada perlakuan kombinasi dedak padi dengan inokulan yaitu 124.37. Penambahan aditif secara signifikan dapat meningkatkan NF silase karena perlakuan gabungan dedak padi dan L. plantarum 1A-2 dapat menurunkan pH silase sehingga akan meningkatkan NF silase. Despal et al. (2008) melaporkan bahwa silase daun rami yang diberi aditif gaplek sebagai sumber karbohidrat larut air memiliki kualitas sangat baik. Secara umum berdasarkan NF nya kualitas silase pada penelitian ini tergolong sangat baik.

Total Asam Laktat Tertitrasi

Konsentrasi total asam laktat tertitrasi silase gabungan P. purpureumA. villosa menunjukkan kecendrungan tertinggi pada perlakuan penambahan A. villosa hingga taraf 30-50% dengan kisaran nilai rata-rata 0.41-0.47% dan turun

kembali pada taraf penambahan 60% dan 70% dengan kisaran nilai rata-rata 0.19

-0.32% yang ditunjukkan pada Gambar 1. Hal tersebut diakibatkan oleh leguminosa mengandung bahan organik yang lebih tinggi yang dapat dikonversi menjadi asam laktat selama proses fermentasi, hanya saja pada taraf lebih dari 50% menyebabkan penurunan yang tajam terhadap aktivitas BAL sehingga konsentrasi asam laktat kembali turun. Penambahan aditif berupa dedak padi dan kombinasi dedak padi dengan L. plantarum 1 A-2 menunjukkan nilai rata-rata

(22)

9

silase yang diinokulasi menggunakan L. plantarum memiliki konsentrasi asam laktat yang lebih tinggi dibandingkan silase tanpa inokulan (Filya et al. 2007). Heinritz et al. (2012) melaporkan bahwa konsentrasi asam laktat yang diidentifikasi dengan adanya bakteri asam laktat pada agar Rogosa menemukan bahwa inokulan L. plantarum lebih kompetitf dalam menghasilkan asam laktat dibandingkan mikroflora alamiah pada leguminosa. Heinritz et al. (2012) juga melaporkan bahwa penamabahan aditif berupa sukrosa dan gabungan antara inokulan L. plantarum dengan sukrosa meningkatkan produksi asam laktat pada silase. Kandungan asam laktat dalam silase akan berpengaruh terhadap jumlah bakteri asam laktat (BAL) dan derajat keasaman (Ridwan et al. 2005).

Gambar 1 Total asam laktat tertitrasi dari perlakuan yang berbeda

Total Populasi Bakteri Asam Laktat

Ridwan et al. (2005) menyatakan bahwa penambahan dedak padi sebagai sumber karbohidrat diharapkan dapat mudah larut dan dapat dengan cepat dimanfaatkan oleh BAL. Populasi BAL dapat dilihat pada Gambar 2, secara umum lebih tinggi pada perlakuan tanpa penambahan A. villosa berkisar 2.84 x 109 CFU ml-1 hingga 1.62 x 109 CFU ml-1, sedangkan penambahan A. villosa

hingga 40% populasi BAL nya lebih rendah dengan kisaran 2.53 x 107 CFU ml-1

hingga 3.9 x 107 CFU ml-1. Taraf hingga 70 % populasi BAL nya berkisar 2.84 x

108 CFU ml-1 hingga 5.98 x 108 CFU ml-1. Penurunan populasi BAL dengan

inklusi leguminosa dimungkinkan karena secara alamiah Clostridia dominan pada fermentasi tanaman leguminosa (McDonald et al. 1991), hal tersebut menyebabkan terjadinya kompetisi antara BAL dengan Clostridia selama proses fermentasi, selain itu leguminosa memiliki kapasitas buffer tinggi yang membuat tidak tercapainya penurunan pH yang sesuai untuk BAL namun bakteri pembusuk dapat berkembang dengan kisaran pH yang cenderung mendekati normal. Dimungkinkan juga kadar fenol dan tanin yang tinggi dengan inklusi leguminosa menyebabkan penurunan aktivitas BAL yang tidak resisten terhadap toksik dari senyawa kimia sekunder berupa fenol ataupun tanin.

(23)

Gambar 2 Total Populasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dari perlakuan yang berbeda

Populasi BAL pada taraf inklusi leguminosa 0% dengan tanpa penambahan aditif menunjukkan populasi yang paling tinggi. Tingginya populasi BAL tersebut dimungkinkan karena BAL epifit (alamiah ada di rumput gajah) ada di rumput gajah, sehingga penambahan aditif tidak terlalu berpengaruh terhadap aktivitas BAL. Bolsen et al. (1996) menyatakan bahwa populasi mikroorganisme epifit di sislase cukup bervariasi dan dipengaruhi oleh jenis hijauan, umur tanaman, cuaca, pelayuan dan pemotongan. Santoso et al. (2011) menyatakan bahwa secara alamiah pada hijuaan terdapat BAL hidup sebagai bakteri epifit, namun demikian populasinya rendah dan bervariasi bergantung pada spesies tanaman.

Penambahan aditif tidak menunjukkan pola pengaruh yang konsisten terhadap populasi BAL pada setiap taraf A. villosa, hal tersebut mengindikasikan bahwa penambahan aditif berupa dedak padi ataupun inokulan L. plantarum 1A-2

pada silase gabungan P. purpureumA. villosa tidak berpengaruh terhadap aktivitas BAL. Berbeda dengan yang dilaporkan oleh Ridwan et al. (2005) bahwa populasi bakteri asam laktat mencapai 6.4 x 106 CFU ml-1 dengan penambahan

dedak padi 5%, dedak padi 3% (6.8 x 106 CFU ml-1) dan pada perlakuan tanpa

dedak padi yaitu 1.2 x 108 CFU ml-1. Perlakuan dengan inokulan tunggal 1BL -2

jumlah BAL yang tumbuh setelah ensilasi umumnya turun 1-2 digit, sedangkan

pada inokulum tunggal 1A-2 turun sekitar 4-5 digit dan pada inokulum campuran

turun sekitar 1-3 digit, hal tersebut akibat produksi asam dari inokulum tunggal

1A-2 lebih banyak (Ratnakomala et al. 2006). Filya dan Sucu (2007) melaporkan

hal yang berbeda yaitu penambahan aditif berupa L. plantarum pada silase gandum, sorgum, dan jagung berpengaruh positif terhadap populasi bakteri asam laktat. Aktivitas bakteri asam laktat sangat dipengaruhi oleh ketersediaan karbohidrat larut air dalam tanaman, karena karbohidrat larut air merupakan sumber makanan untuk bakteri. Pertumbuhan L. plantarum dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat larut air hijauan 5%–8% BK (Ridwan et al. 2005). Leguminosa sendiri kandungan kabohidrat larut air nya tergolong rendah, sehingga pada inklusi leguminosa akan menurunkan populasi BAL, aktivitas yang

(24)

11

sangat rendah menyebabkan penambahan aditif tidak memberikan pengaruh positif terhadap aktivitas BAL.

Kandungan Nutrisi dan Anti Nutrisi Silase

Kandungan Nutrisi Silase

Tidak terdapat interaksi antara faktor perlakuan A. villosa dan penambahan aditif terhadap bahan kering (BK) silase, penambahan aditif tidak berpegaruh nyata (P>0.05) terhadap BK silase, namun inklusi A. villosa berpengaruh sangat nyata secara kuadratik terhadap BK silase (P<0.0001). Pengaruh inklusi A. villosa terhadap BK silase dapat dilihat pada Tabel 4. Semakin tinggi taraf A. villosa menyebabkan semakin tinggi pula kadar BK silase namun menurun pada taraf lebih dari 50%. Hal tersebut diakibatkan oleh kandungan BK A. villosa lebih tinggi dibandingkan rumput, sehingga inklusi A. villosa akan memberi sumbangan BK yang lebih tinggi, pola kuadratik dimungkinkan karena perombakan bahan organik pada inklusi leguminosa lebih dari 50% lebih tinggi yang dapat diakibatkan oleh aktivitas bakteri asam laktat maupun mikroba pembusuk sehingga menyebabkan BK silase menjadi lebih rendah.

Sibanda et al. (1997) melaporkan bahwa inklusi leguminosa pada silase gabungan rumput-leguminosa Desmodium uncinatum hingga taraf 45% tidak meningkatkan BK silase karena leguminosa D. uncinatum memiliki BK yang sama dengan rumput yaitu 29% dan 28.8 % masing-masing. Begitu pula Merry et al. (2006) juga menyatakan penambahan leguminosa Red clover hingga 70% tidak berpengaruh terhadap BK silase diakibatkan kandungan BK rumput dan leguminosa yang sama.

(25)

Tabel 4 Kandungan nutrien silase gabungan P. purpureumA. villosa dengan aditif dedak padi dan L. plantarum 1A-2. Taraf leguminosa

(%) K DP Aditif LP DP+LP Rataan LeguminosaSignifikan

Bahan Kering (%)

0 31.33± 2.50 33.15± 4.08 29.18± 1.49 30.18± 3.32 30.96± 2.85

Kuadratik***

30 38.60±18.70 39.41±13.99 48.49±17.73 51.90±14.31 44.60±16.18

40 50.97±19.84 44.93± 9.43 50.58±13.39 51.22±10.07 49.43±13.18

50 48.51± 3.75 55.47± 1.54 46.40± 9.40 46.08± 3.72 49.11± 4.61

60 36.36± 8.54 41.48± 6.35 42.24± 8.48 42.43± 5.37 40.63± 7.18

70 39.52± 3.86 42.16± 4.61 37.31± 7.57 42.23± 7.52 40.31± 5.89

Rataan 40.88± 9.53 42.77± 6.67 42.37± 9.68 44.01± 7.39

Protein kasar (100% BK)

0 7.83±0.42 8.90±0.31 7.89±0.55 8.76±0.06 8.35±0.34

Linear***

30 17.56±1.02 17.54±2.50 16.65±0.03 16.18±1.21 16.98±1.19

40 18.61±1.88 17.33±0.88 18.63±1.02 17.31±0.07 17.97±0.96

50 20.78±0.87 19.72±1.02 21.41±2.36 20.40±1.79 20.58±1.51

60 21.81±1.65 21.52±1.56 23.13±3.32 21.19±1.45 21.91±1.99

70 23.52±0.42 22.08±2.04 24.20±1.26 22.54±1.31 23.09±1.255

Rataan 18.35±1.04 17.85±1.38 18.65±1.42 17.73±0.98

Serat kasar (100% BK)

0 39.09±2.75 34.76±1.94 37.13±1.04 35.09±1.13 36.52±1.72

Linear***

30 31.99±4.05 25.32±4.23 31.50±3.49 31.96±2.40 30.19±3.55

40 28.40±1.17 28.74±3.98 29.40±0.46 29.63±0.94 29.04±1.64

50 28.55±3.39 25.87±0.85 25.55±1.38 28.34±2.53 27.08±2.04

60 25.03±3.12 25.87±2.69 26.82±4.27 22.41±2.61 25.03±3.17

70 23.96±3.45 22.41±1.56 22.46±1.78 22.24±1.75 22.77±2.14

Rataan 29.50±2.99b 27.16±2.54a 28.81±2.07ab 28.28±1.89ab

K, kontrol. DP, 5% dedak padi. LP, 1% Lactobacillus plantarum. Signifikansi (uji polinomial ortogonal); NS = non signifikan, * (P<0.05), ** (P<0.01), *** (P<0.0001). Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda duncan).

(26)

13

Tabel 5 Kandungan anti-nutrisi pada silase gabungan P. purpureumA. villosa dengan aditif dedak padi dan L. plantarum 1A-2 Taraf leguminosa

(%) K DP Aditif LP DP+LP Rataan LeguminosaSignifikansi

Total Fenol (100% BK)

0 1.55±0.45 1.14±0.57 1.62±0.45 1.33±0.22 1.41±0.42

Linear***

30 7.42±1.86 9.32±4.35 8.27±4.23 9.13±5.81 8.54±4.06

40 7.53±3.52 7.90±3.30 8.17±4.14 7.12±3.66 7.68±3.66

50 9.73±4.48 8.68±3.31 9.12±3.65 8.07±1.85 8.90±3.32

60 6.74±0.47 6.42±0.95 6.57±0.78 9.24±4.83 7.24±1.76

70 10.97±3.83 10.06±4.23 9.84±4.15 8.84±3.13 9.93±3.84

Rataan 7.32±2.43 7.25±2.78 7.26±2.90 7.29±3.25

Fenol Bukan Tanin (100% BK)

0 0.25±0.10 0.27±0.08 0.24±0.04 0.28±0.09 0.26±0.08

NS

30 4.09±1.41 2.70±0.19 2.48±0.16 3.60±2.08 3.22±0.96

40 3.04±0.89 3.64±1.33 3.79±1.07 3.66±1.12 3.53±1.10

50 2.81±0.88 3.08±1.33 3.10±0.52 2.93±0.55 2.98±0.82

60 2.18±0.59 2.37±0.48 2.21±0.79 2.75±0.85 2.38±0.68

70 3.26±0.97 3.09±1.29 2.70±0.24 2.95±0.36 3.00±0.76

Rataan 2.60±0.81 2.52±0.78 2.42±0.47 2.69±0.84

Total Tanin (100% BK)

0 1.30±0.39 0.87±0.49 1.38±0.41 1.05±0.30 1.15±0.40

Linear***

30 3.33±1.78 6.62±4.41 5.79±4.08 5.53±6.49 5.32±4.19

40 4.48±2.69 4.26±3.73 4.38±3.95 4.47±2.75 4.40±3.28

50 6.92±3.59 5.60±3.88 6.02±3.45 5.14±1.35 5.92±3.07

60 4.56±0.47 4.05±1.01 4.36±0.33 6.49±4.03 4.87±1.46

70 7.71±4.56 6.97±5.00 7.14±3.97 5.88±3.28 6.93±4.21

Rataan 4.72±2.25 4.73±3.09 4.84±2.70 4.76±3.03

K, kontrol. DP, 5% dedak padi. LP, 1% Lactobacillus plantarum. Signifikansi (uji polinomial ortogonal); NS = non signifikan, * (P<0.05), ** (P<0.01), *** (P<0.0001)

(27)

Penambahan aditif secara signifikan (P<0.05) menurunkan kandungan serat kasar (SK) silase. Pengaruh perlaukan terhadap SK silase ditunjukkan pada Tabel 4. Terdapat hasil yang signifikan pada perlakuan penambahan inokulan (P<0.05) terhadap SK silase, serta kombinasi penambahan dedak padi dan inokulan berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap SK silase. Penambahan dedak padi memberikan respon terbaik dalam menurunkan SK silase (P<0.05). tidak terdapat interaksi antara faktor inklusi leguminosa dan aditif (P>0.05). Penambahan aditif terbukti dapat meningkatkan aktivitas fermentasi yang ditunjukkan dari pH silase dan asam laktat yang terbentuk, tingginya aktivitas fermentasi menyebabkan degradasi SK silase sehingga menjadi lebih rendah. Fraksi serat neutral detergent fiber (NDF) terdegradasi selama proses fermentasi sehingga akan menurunkan SK silase. Penambahan aditif berupa molasses dan jagung secara signifikan dapat menurunkan SK silase, serta terdapat hasil yang sangat nyata terhadap kandungan NDF silase gabungan rumput–leguminosa (Sibanda et al. 1997). Kandungan SK menurun secara linear (P<0.001) dengan penambahan leguminosa. Hal terebut konsisten dengan fakta bahwa serat A. villosa lebih rendah dibandingkan dengan P. purpureum. Sibanda et al. (1997) juga melaporkan hal serupa, fraksi serat NDF menurun dengan penambahan leguminosa.

Kandungan Anti-Nutrisi Silase

Konsentrasi total fenol dan total tanin meningkat secara linear (P<0.0001) dengan inklusi leguminosa hingga 70%, sedangkan konsentrasi fenol bukan tanin tidak dipengaruhi oleh inklusi leguminosa pada taraf manapun (P>0.05). Pengaruh perlakuan terhadap konsentrasi total fenol dan tanin silase ditunjukkan pada tabel 5. Penambahan aditif tidak berpengaruh terhadap total fenol, total tanin, dan fenol bukan tannin. Tidak terdapat interaksi yang nyata (P>0.05) antara leguminosa dan aditif terhadap konsentrasi total fenol dan tanin silase. Peningkatan konsentrasi total fenol disebabkan karena taraf inklusi leguminosa, semakin tinggi taraf inklusi leguminosa menyebabkan semakin tinggi pula konsentrasi fenol silase. Peningkatan konsentrasi total fenol dan total tanin pada inklusi leguminosa diakibatkan A. villosa memiliki konsentrasi total fenol dan total tanin yang lebih tinggi dibandingkan P. purpureum.

(28)

15

Wiryawan et al. (2001) melaporkan bahwa kecernaan bahan kering secara in vitro dari domba yang tidak diadaptasi dan diberi A. villosa berkisar antara 19.48% sedangkan kecernaan bahan organiknya 19.18%, rendahnya kecernaan secara in vitro diakibatkan tingkat resistensi mikroba rumen terhadap toksik senyawa kimia sekunder berupa fenol rendah. Wina et al. (2005) melaporkan kecernaan bahan kering dari kambing yang diberi pakan A. villosa dengan perlakuan perendaman lebih tinggi yaitu 51.1 % dan kecernaan bahan organiknya mencapai 54.2% lebih tinggi dibandingkan kontrol. Perbedaan nilai kecernaan bahan kering dan organik tersebut diakibatkan oleh usaha penurunan nilai fenol pada leguminosa A. villosa sehingga daya degradasi bakteri lebih tinggi pada pemberian leguminosa dengan nilai fenol yang lebih rendah. Wina et al. (2005) menyatakan bahwa perlakuan asam (perendaman dalam HCl) dapat menurunkan konsentrasi fenol dan tanin A. villosa diakibatkan tanin pada leguminosa akan terekstrasi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Inklusi A. villosa dapat meningkatkan protein kasar, bahan kering, pH, dan kerusakan pada silase. Perlakuan inklusi leguminosainosa juga dapat menurunkan serat kasar silase dan populasi total bakteri asam laktat. Konsentrasi total asam laktat tertitrasi lebih tinggi pada perlakuan penambahan aditif dedak padi dan kombinasi dedak padi dan L. plantarum. Perlakuan terbaik ada pada taraf inklusi leguminosa 30% dengan penambahan aditif yang tepat yaitu dedak padi atau kombinasi dedak padi dengan L. plantarum, pada perlakuan tersebut kerusakan yang ditimbulkan tidak terlalu tinggi serta kandungan protein kasar silase cukup tinggi yaitu sekitar 16%. Proses ensilasi juga dapat menurunkan konsentrasi senyawa fenolik A. villosa.

Saran

Perlu dilakukan kajian secara in vitro dan in vivo untuk mengevaluasi silase gabungan P. purpureum A. villosa mengingat kandungan senyawa kimia sekunder pada tanaman A. villosa dapat menurunkan kecernaan dan penyerapan nutrien pada ternak terutama ternak ruminansia.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2007. Official method of analysis. 18th ed. Maryland (US): AOAC International.

Al-Dabbas MM, Al-Ismail K, Taleb RA, Ibrahim S. 2010. Acid-base buffering

(29)

Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari NL, Sedarnawati, Budiyanto S. 1989. Petunjuk laboratorium analisis pangan. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi.

Bansi H. 2001. Potensi lamtoro merah (Acacia villosa) dan kaliandra putih (Calliandra tetragona) sebagai pakan sumber protein baru bagi ternak ruminansia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Bolsen KK, Ashbell G, Weiberg ZG. 1996. Silage fermentation and silage additive. Review. AJAS. Vol. 9 no 5: 483-493.

deMan JC, Rogosa M., Sharpe ME. 1960. A medium for the cultivation of Lactobacilli. J Appl Bacteriol. 23: 130.

Despal, Permana IG, Safarina SN, Tatra AJ. 2008. Penggunaan berbagai sumber karbohidrat terlarut air untuk meningkatkan kualitas silase daun rami. Med Pet. 1:69-76. doi: 10.5398/medpet.2011.34.1.69.

Filya I, Sucu E. 2007. The Effect of bacterial inoculant and a chemical preservative on the fermentation and aerobic stability of whole-crop cereal

silage. Asian-Aust J Anim Sci. 20(3): 378-384.

Hart KJ, Sinclair LA, Wilkinson RG, Hungtington JA. 2011. Effect of whole-crop

pea (Pisum sativum L.) silages differing in condensed tannin content as a substitute for grass silage and soybean meal on the performance, metabolism, and carcass characteristics of lambs. J Anim Sci. 89:3663

-3676. doi: 10.2527/jas.2009-2617

Heinritz SN, Martens SD, Avila P, Hoedtke S. 2012. The effect of inoculant and sucrose addition on the silage quality of tropical forage leguminosaes with varying ensilability. Anim Feed Sci Technol. 174: 201-210. doi:

10.1016/j.anifeedsci.2012.03.017.

Idikut L, Arikan BA, Kaplan M, Gaven I, Atalay AI, Kamalak A. 2009. Potential nutritive value of sweet corn as a silage crop with or without corn ear. J Anim Vet Adv. 8(4):734-741. doi: java.2009.734.741

Jayanegara A, Wina E, Soliva CR, Marquardt S, Kreuzer M, Leiber F. 2011. Dependence of forage quality and methanogenic potential of tropical plants on their phenolic fraction as determined by principal component analysis. Anim Feed Sci Technol. 163: 231-243. doi: Laboratory Manual. Dordrecht (ND): Kluwer Academic.

McDonald P, Henderson AR, Heron JE. 1991. The Biochemistry of Silage. 2nd ed.

Centerburry (GB): Chalcombe.

Meeske R. 2005. Silage additives: do they make a difference?. SA-Anim Sci 6:49

-55.

Merry RJ, Fee RF, Davies DR, Dewhurst RJ, Moorby JM, Scollan ND, Theodorou MK. 2006. Effect of high-sugar ryegrass silage and mixtures with red

clover silage on ruminant digestion. 1. in vitro and in vivo studies of nitrogen utilization. J Anim Sci. 84:3049-3060. doi: 10.2527/jas.2005-735.

(30)

17

Peyraud JL, LeGall A, Luscher A. 2009. Potential food production from forage legume-based-systems in europe: an overview. Irish J Agric Food Res. 48:

115-135.

Ratnakomala S, Ridwan R, Kartina G, Widyastuti Y. 2006. Pengaruh inokulum Lactobacillus plantarum 1A-2 dan 1BL-2 terhadap kualitas silase rumput

gajah (Pennisetum purpureum). Biodiversitas. 7(2):131-134.

Ridwan R, Ratnakomala S, Kartina G, Widyastuti Y. 2005. Pengaruh penambahan dedak padi dan Lactobacillus plantarum 1BL-2 dalam pembuatan silase

rumput gajah (Pennisetum purpureum). Med Pet. 28 (3):117-123.

Salem AZM, Salem MZM, El-Adawy MM, Robinson PH. 2006. Nutritive

evaluation of some browse tree foliage during the dry season: secondary compound, feed intake and in vivo digestibility in sheep and goats. Anim Feed Sci Technol. 127:251-267.

Santoso B, Hariadi BT, Alimuddin, Seseray DY. 2011. Kualitas fermentasi dan nilai nutrisi silase berbasis sisa tanaman padi yang diensilase dengan penambahan inoculum bakteri asam laktat epifit. JITV 16 (1): 1-8.

Shreve B, Thiex N, Wolf M. 2006. 2006. National Forage Testing Association Reference Method: Dry Matter by Oven Drying for 3 Hours at 105oC. NFTA Reference Method. National Forage Testing Association, Omaha (NB).

Sibanda S, Jingura RM, Topps JH. 1997. The effect of level of inclusion of the legume desmodium unicantum and the use of molasses of ground maie as sdditives on the chemical composition of grass- and maize-legume silage. Anim Feed Sci Technol. 68:295-305.

Steel RDG, Torrie JH. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik. Sumantri B, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Wina E, Tangendjaja B, Susana IWR. 2005. Effect of chopping, and soaking in water, hydrochloric acidic and calcium hydroxide solutions on the nutritional value of Acacia villosa for goats. Anim Feed Sci Technol. 122: 79-92. doi: 10.1016/j.anifeedsci.2005.04.003.

Weinberg ZG, Muck RE, Weimer PJ. 2003. The survival of silage inoculat lactic acid bacteria in rumen fluid. J App Microbiol. 94: 1066-1071

(31)

Lampiran 1 Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) bahan kering silase

Sumber Jumlah kuadrat tipe III Db Rataan kuadrat F hitung Sig.

Model Terkoreksi 3936.769a 25 157.471 2.401 0.005

Intersep 144396.964 1 144396.964 2.202 0.000

taraf leguminosa

(A) 2973.782 5 594.756 9.069 0.000

Aditif (B) 75.562 3 25.187 0.384 0.765

Ulangan 188.413 2 94.206 1.436 0.248

A * B 699.012 15 46.601 0.711 0.761

Galat 3016.894 46 65.585

Total 151350.628 72

Total terkoreksi 6953.663 71

Keterangan : hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dianalisis menggunakan software SPSS 16

Lampiran 3 Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) kerusakan silase

Sumber Jumlah kuadrat tipe III db Rataan kuadrat F hitung Sig.

Model Terkoreksi 6244.187a 25 249.767 3.923 0.000

Intersep 64378.886 1 64378.886 1.011 0.000

taraf leguminosa

(A) 2214.202 5 442.840 6.955 0.000

Aditif (B) 755.728 3 251.909 3.956 0.014

Ulangan 1333.216 2 666.608 10.470 0.000

A * B 1941.041 15 129.403 2.032 0.033

Galat 2928.862 46 63.671

Total 73551.936 72

Total terkoreksi 9173.049 71

Keterangan : hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dianalisis menggunakan software SPSS 16

Lampiran 4 Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) protein kasar silase

Sumber Jumlah kuadrat tipe III db Rataan kuadrat F hitung Sig.

Model Terkoreksi 1902.910a 25 190.291 102.736 0.000

Intersep 23817.324 1 23817.324 1.286 0.000

taraf leguminosa

(A) 1843.493 5 368.699 199.056 0.000

Aditif (B) 9.834 3 3.278 1.770 0.162

Ulangan 49.583 2 24.791 13.385 0.000

A * B 20.663 15 1.378 0.686 0.784

Galat 112.987 46 1.852

Total 25833.220 72

Total terkoreksi 2015.897 71

(32)

19

Lampiran 5 Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) serat kasar silase

Sumber Jumlah kuadrat tipe III Db Rataan kuadrat F hitung Sig.

Model Terkoreksi 1456.212a 25 145.621 19.903 0.000

Intersep 58229.541 1 58229.541 7.959 0.000

taraf leguminosa

(A) 1371.704 5 274.341 37.496 0.000

Aditif (B) 52.744 3 17.581 2.403 0.059

Ulangan 31.765 2 15.882 2.171 0.123

A * B 142.802 15 9.520 1.443 1.680

Galat 446.310 46 7.317

Total 60132.063 72

Total terkoreksi 1902.523 71

Keterangan : hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dianalisis menggunakan software SPSS 16

Lampiran 6 Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) pH silase

Sumber Jumlah kuadrat tipe III Db Rataan kuadrat F hitung Sig.

Model Terkoreksi 19.445a 25 1.944 65.449 0.000

Intersep 1424.178 1 1424.178 4.794 0.000

taraf leguminosa

(A) 3.293 5 0.659 22.171 0.000

Aditif (B) 1.557 3 0.519 17.473 0.000

Ulangan 14.594 2 7.297 245.607 0.000

A * B 0.274 15 0.018 0.546 0.899

Galat 1.812 46 0.030

Total 1445.436 72

Total terkoreksi 21.257 71

Keterangan : hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dianalisis menggunakan software SPSS 16

Lampiran 7 Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) nilai Fleigh silase

Sumber Jumlah kuadrat tipe III Db Rataan kuadrat F hitung Sig.

Model Terkoreksi 17232.852a 25 1723.285 7.380 0.000

Intersep 904974.189 1 904974.189 3.876 0.000

taraf leguminosa

(A) 5067.064 5 1013.413 4.340 0.002

Aditif (B) 4601.742 3 1533.914 6.569 0.001

Ulangan 7564.046 2 3782.023 16.197 0.000

A * B 2712.378 15 180.825 0.721 0.751

Galat 14243.870 46 233.506

Total 936450.910 72

Total terkoreksi 31476.722 71

(33)

Lampiran 8 Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) konsentrasi total fenol silase

Sumber Jumlah kuadrat tipe III Db Rataan kuadrat F hitung Sig.

Model Terkoreksi 874.550a 25 34.982 6.863 0.000

Intersep 3817.493 1 3817.493 748.945 0.000

taraf leguminosa

(A) 549.991 5 109.998 21.580 0.000

Aditif (B) 0.049 3 0.016 0.003 1.000

Ulangan 288.029 2 144.014 28.254 0.000

A * B 36.482 15 2.432 0.477 0.940

Galat 234.469 46 5.097

Total 4926.513 72

Total terkoreksi 1109.020 71

Keterangan : hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dianalisis menggunakan software SPSS 16

Lampiran 9 Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) konsentrasi total tanin silase

Sumber Jumlah kuadrat tipe III Db Rataan kuadrat F hitung Sig.

Model Terkoreksi 536.370a 25 21.455 3.879 0.000

Intersep 1633.391 1 1633.391 295.322 0.000

taraf leguminosa

(A) 234.507 5 46.901 8.480 0.000

Aditif (B) 0.179 3 0.060 0.011 0.998

Ulangan 262.126 2 131.063 23.697 0.000

A * B 39.558 15 2.637 0.477 0.941

Galat 254.420 46 5.531

Total 2424.181 72

Total terkoreksi 790.790 71

(34)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalirejo, Lampung Tengah pada tanggal 09 Desember 1990. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Sukidi M. Nur dan Ibu Rohayati. Penulis menempuh pendidikan dasar di SD N 01 Kalirejo pada tahun 1997-2003. Pendidikan dilanjutkan di

SMP Negeri 1 Kalirejo hingga tahun 2006 dan tingkat menengah atas dilanjutkan di SMA Negeri 1 Kalirejo, Lampung Tengah.

Penulis diterima di IPB pada tahun 2009 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Menempuh program

tingkat persiapan bersama (TPB) pada tahun 2009. Selama kuliah penulis pernah menjadi ketua komisi advokasi DPM Fapet (Dewan Perwakilan Mahasiswa) periode 2011/2012. Sekretaris umum MPF-D (masa perkenalan faklutas

peternakan) 2012, Anggota Karate IPB 2010, Anggota Baseball/Softball IPB 2011, serta Anggota teater kandang 2010-2013, Student Committee 2nd International Seminar on Animal Industry 2012 dan one day international seminar of IAEA 2012. Selain itu prestasi yang pernah dicapai oleh penulis diantaranya mahasiswa berprestasi ke-1 departemen nutrisi dan teknologi pakan 2012, juara 3

debat nasional peternakan 2012, penerima beasiswa Goodwill International 2012

-2013, dan program penelitian yang didanai oleh Dikti dalam program kreativitas mahasiswa (PKM) pada tahun 2011, 2012, dan 2013.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penelitian ini didukung oleh Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Terimakasih untuk Dr Yantyati Widyastuti sebagai kepala laboratotium sekaligus pembimbing skripsi dan Dr Ir Didit Diapari, MSi atas bimbingan dan ide yang diberikan. Roni Ridwan, SPt MSi atas bimbingannya terkait prosedur dan pelaksanaan teknis laboratorium. Faoline Junita Putri yang turut membantu seluruh rangkaian penelitian, serta Dr. Anuraga Jayanegara atas bimbingan terkait analisis data statistik.

Tidak lupa penulis berterimakasih banyak kepada ibunda tercinta dan keluarga. Doa, dukungan dan semangat yang terus memotivasi hingga penulis dapat menyelesaikan skirpsi ini dengan baik. Teman-teman Nutritiousz 46 yang

Gambar

Tabel 2 pH silase gabungan P. purpureum–A. villosa dengan aditif dedak padi dan
Tabel 3 Kerusakan dan NF silase gabungan P. purpureum-A. villosa dengan aditif dedak padi dan L
Gambar 1 Total asam laktat tertitrasi dari perlakuan yang berbeda
Gambar 2 Total Populasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dari
+3

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan manajemen yang berbeda dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kopi pada semua variabel pengamatan didapat nilai yang berbeda nyata (tabel 1 dan 2) pengamatanper

Pada penis terdapat uretra yang dikelilingi oleh jaringan erektil, yaitu rongga-rongga yang banyak mengandung pembuluh darah dan ujung saraf perasa.. Bila ada suatu rangsangan,

TAPM yang beijudul " Pengaruh Kesetaraan Insentif Kinerja Dalam Memotivasi Kinerja Aparatus Sipil Negara Di Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Kepulauan Riau " adalah hasil

Namun yang membedakan Program Excel dengan program yang lain adalah perangkat lunak ini paling populer dan banyak dikuasai oleh guru untuk mengolah nilai, sehingga selain

Universitas Negeri

Validasi instrumen beserta rancangan definitif sebagai pedoman validasi yang terdiri dari 4 aspek (materi, konstruksi, bahasa dan kepraktisan) yang dimodifikasi

Melayu Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhan Batu Utara ini adalah:. Memperkuat identitas tradisi nasi hadap-hadapan Melayu