1
1.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 13.466 pulau. Namun, tidak semua pulau didukung dengan adanya ketersediaan fasilitas dasar, seperti listrik yang memadai. Sampai saat ini sebagian besar wilayah terutama pulau-pulau kecil dan pesisir belum tersedia sumberdaya listrik, sehingga listrik di daerah pulau-pulau kecil hanya menggunakan jenset dan dinyalakan pada malam hari saja. Hal ini menuntut masyarakat Indonesia untuk mengembangkan
berbagai macam alternatif listrik dengan teknologi yang lebih efektif dan efisien. Salah satu teknologi alternatif yang dapat digunakan adalah pembangkit listrik yang menggunakan sistem konsentrator surya, yaitu menggunakan matahari sebagai sumber panas. Salah satu keunggulan dari teknologi ini adalah tidak merusak lingkungan.
Sistem ini memusatkan energi sinar matahari dengan menggunakan cermin berbentuk parabola. Cermin tersebut diatur mengarah sinar matahari dan
memusatkan sinar matahari ke sebuah wadah yang berada di tengah-tengah titik pusat parabolik tersebut. Cermin parabolik ini berfungsi untuk menerima sinar matahari dan memindahkan panasnya ke cairan yang berada di dalam wadah. Panas yang terjadi mengakibatkan cairan di dalam mengembang dan menekan piston atau turbin dan menghasilkan energi mekanik. Energi mekanik tersebut kemudian digunakan untuk memutar generator untuk menghasilkan listrik.
Departemen Energi Amerika meramalkan bahwa pada tahun 2020 teknologi ini sangat berkembang di seluruh dunia dengan menghasilkan lebih dari 20 gigawatt daya listrik (Nrel, 2001). Harapannya dengan mengembangkan pembangkit listrik yang menggunakan sistem konsentrator surya ini dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pulau-pulau kecil.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah merancang dan membuat prototip konsentrator surya yang mengikuti gerak matahari.
1.3. Manfaat Penelitian
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tenaga Matahari
Tenaga matahari atau yang biasa disebut tenaga surya (solar energy) merupakan energi yang bersumber dari sinar matahari. Pemanfaatan energi surya dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori (Hardjasoemantri, 2002), yakni
pemanfaatan energi surya secara langsung dan tidak langsung. Pemanfaatan energi surya secara tidak langsung adalah berupa pemanfaatan biomassa untuk sumber energi. Energi surya yang sampai ke bumi, sebagian kecil akan
dikonversi menjadi energi kimia oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis yang komplek. Produk akhir dari fotosintesis adalah biomassa, dengan demikian biomassa merupakan energi surya tak langsung.
Pemanfaatan energi surya secara langsung adalah dengan menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi utama secara langsung. Pemanfaatan energi surya harus mempertimbangkan sifat-sifat fisika dari sinar matahari. Lakitan (2002) mengatakan bahwa untuk mengkaji aspek fisika cahaya ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya: porsi serapan cahaya (absorptivity), porsi pantulan (reflectivity), porsi terusan (transmissivity), daya pancar (emissivity), aliran energi cahaya (radian flux), kerapatan aliran energi cahaya (radiant flux density), intensitas terpaan (irradiance) dan intensitas pancaran cahaya (emittance).
gelombang, frekuensi dan energi yang berbeda. Sinar matahari memiliki panjang gelombang (λ) antara 0,15 – 4 µm, dan hanya panjang gelombang (λ) antara 0,32 – 2 µm yang mampu menembus kaca transparan (Wisnubroto, 2004).
2.2. Sistem Konsentrasi Solar
Sistem konsentrasi solar menggunakan lensa atau kaca untuk mengkonsentrasi atau mengumpulkan energi dari matahari, menghasilkan temperatur yang cukup tinggi untuk menggerakkan turbin atau mesin uap untuk menghasilkan energi listrik. Menurut Seia (2009) sekarang ini, lebih dari 400 MW dihasilkan dari sistem ini yang beroperasi di Amerika Serikat, dan proyek-proyek dengan total lebih dari 8000 MW yang saat ini sedang dikembangkan.
Ada tiga teknologi sistem konsentrasi solar (Nrel, 2001), yaitu: (1) Dish engine, (2) Parabolic trough dan (3) Central receiver.
(1) Dish Engine
Sistem dish engine mentransfer energi matahari yang terkonsentrasi dengan efisiensi tinggi menjadi energi listrik. Bagian yang penting dari sistem dish engine terdiri dari (Cleanenergy, 2009): konsentrator berbentuk parabolik, sistem tracking, receiver, dan mesin (stirling dan generator).
Konsentrator berbentuk parabolik memantulkan dan mengkonsentrasi sinar matahari ke receiver yang terletak di titik fokus konsentrator. Sinar matahari diserap oleh receiver dan meneruskannya ke mesin. Mesin akan mengubah energi matahari menjadi energi mekanik dan generator akan
5
kilowatt listrik tergantung pada sistem (Seia, 2009). Gambar 1 adalah Stirling Energy System 25 kW milik SunCatcherTM memiliki tinggi 38 kaki dan lebar 40 kaki.
Sistem dish engine memiliki karakteristik efisiensi tinggi, modularitas, operasi autonomous, dan hibrida yang melekat. Menurut (Solarpaces, 2001) dibandingkan dengan teknologi surya yang lainya, solar dish engine menunjukkan konversi energi matahari ke energi listrik dengan efisiensi tertinggi (29,4%). Oleh karena itu, dish engine memiliki potensi untuk menjadi salah satu sumber paling murah untuk energi terbarukan.
Gambar 1. Pembangkit listrik tenaga surya 25 kW dengan sistem dish engine milik SunCatcherTM (Seia, 2009)
(2) Parabolic Trough
generator uap konvensional dan menghasilkan listrik. Seia (2009) mengatakan cairan panas tersebut dapat mencapai temperatur 700° F. Gambar 2 adalah pengumpul Luz LS-3 digunakan pada pembangkit 80 MW SEGS IX di California yang memiliki panjang 325 kaki dan lebar 11 kaki dengan efisiensi konversi energi sekitar 24%.
Gambar 2. Pembangkit listrik tenaga surya dengan sistem parabolic trough SEGS IX di California, Amerika Serikat (Seia, 2009)
(3) Central Receiver
Sistem central receiver ini menggunakan menara pembangkit yang dikelilingi oleh cermin-cermin yang ditempatkan di suatu area yang luas untuk mengumpulkan energi matahari dan memusatkannya ke bagian atas menara pembangkit dimana terdapat receiver yang ditempatkan di sana. Panas yang dihasilkan mencairkan garam yang kemudian dialirkan untuk memanaskan air. Uap yang dihasilkan dari air panas digunakan untuk memutar generator
7
1000° F) untuk menghasilkan uap dan menjalankan generator pusat. Gambar 3 adalah PS20 milik Abengoa, pembangkit listrik 20 MW di Seville, Spanyol 1255 heliostat mengelilingi menara dengan tinggi 531 kaki.
Gambar 3. Pembangkit listrik tenaga surya dengan sistem central receiver milik Abengoa di Seville, Spanyol (Seia, 2009)
Gambar 4. Kinerja dari setiap sistem konsentrator (Pitz-Paal, 2007)
2.3. Sensor
Sensor adalah perangkat yang mengubah fenomena fisik menjadi sinyal elektronik (Kenny, 2005). Sensor menerima rangsangan dan meresponnya
dengan perubahan sinyal listrik dan merupakan jembatan antara dunia sebenarnya dengan perangkat elektronik.
9
Setiap sensor memiliki karakteristik tertentu. Karakter ini menentukan baik buruknya sebuah sensor pada aplikasi tertentu. Karakter ini pula menentukan rangkaian yang digunakan sebagai penyangga sensor. Beberapa karakter penting diantaranya (Carr,1993):
(1) Transfer Function
Transfer Function merupakan hubungan fungsi antara sinyal masukan fisik dan sinyal keluaran elektris. Biasanya, hubungan ini digambarkan sebagai grafik antara sinyal masukan dan keluaran.
(2) Sensitivitas
Sensitivitas merupakan rasio antara perubahan kecil dalam sinyal elektris terhadap perubahan kecil pada sinyal fisik dan dapat diekspresikan sebagai fungsi turunan Transfer Function terhadap sinyal fisik. Satuan yang biasa digunakan adalah volt/Kelvin, milivolt/kilopascal, dsb. Contoh, sebuah termometer akan memiliki sensitivitas tinggi apabila perubahan suhu kecil di lingkungan akan mengakibatkan perubahan tegangan yang tinggi; perubahan tegangan yang signifikan memudahkan pengamatan terhadap sinyal elektris.
(3) Span atau Dynamic Range
Rentang masukan sinyal fisik yang bisa dikonversi ke dalam bentuk sinyal elektris. Sinyal fisik diluar rentang ini diperkirakan memiliki akurasi yang sangat rendah. Satuan yang digunakan antara lain kelvin, pascal, newton. (4) Accuracy atau Uncertainty
dengan uncertainty yang bersifat kuantitatif. Contoh, sebuah sensor memiliki akurasi yang lebih tinggi ketika uncertainty sebesar 1% dibandingkan dengan uncertainty 3%.
(5) Hysteresis
Beberapa sensor tidak kembali ke nilai semula ketika terjadi rangsangan naik atau turun. Besarnya kesalahan yang diperkirakan dalam kuantitas yang diukur merupakan Hysteresis
(6) Nonlinearity
Terkadang juga disebut linearity, merupakan penyimpangan maksimum dari Transfer Function linear terhadap Dynamic Range.
(7) Noise
Beberapa sensor menghasilkan noise bersamaan dengan sinyal keluaran. Beberapa kasus menunjukkan noise pada sensor lebih kecil dibandingkan dengan noise pada rangkaian elektronik selanjutnya.
2.4. Light Dependent Resistor (LDR)
Light Dependent Resistor (LDR) adalah suatu bentuk komponen yang mempunyai perubahan resistansi yang besarnya tergantung pada cahaya. LDR merupakan sebuah sensor jenis semikonduktor yang dibuat dari Kadmium sulfida (CdS) dan Kadmium selenida (CdSe). Sebuah LDR terdiri dari sebuah piringan bahan semikonduktor dengan dua buah elektroda pada permukaanya. LDR tergantung pada cahaya, artinya nilai hambatannya akan berubah-ubah bila terkena cahaya yang diterima (Sitorus, 2008).
11
(1) Laju Recovery
Bila sebuah LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya tertentu ke dalam suatu ruangan yang gelap, maka bisa diamati bahwa nila resistansi dari LDR tidak akan segera berubah resistansinya pada keadaan ruangan gelap tersebut, namun LDR tersebut hanya akan bisa mencapai harga pada kegelapan setelah mengalami selang waktu tertentu. Laju recovery merupakan suatu praktis dan suatu kenaikan nilai resistansi dalam waktu tertentu.
(2) Respon Spektral
LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang gelombang cahaya yang jatuh padanya. Bahan yang biasa digunakan sebagai penghantar arus listrik, yaitu tembaga, alumunium, baja, emas, dan perak.
2.5. Motor Direct Current (DC)
Motor DC merupakan motor arus searah yang menggunakan arus langsung satu arah (direct-unidirectional). Motor DC digunakan pada penggunaan khusus dimana diperlukan penyalaan torque yang tinggi atau percepatan yang tetap untuk kisaran kecepatan yang luas. Motor DC memiliki tiga komponen utama
(energyefficiencyasia, 2006): (1) Kutub Medan
kutub utara dan kutub selatan. Garis magnetik energi membesar melintasi bukaan diantara kutub-kutub dari utara ke selatan. Motor yang lebih besar atau lebih komplek terdapat satu atau lebih elektromagnet. Elektromagnet menerima listrik dari sumber daya dari luar sebagai penyedia struktur medan.
(2) Dinamo
Bila arus masuk menuju dinamo, maka arus ini akan menjadi
elektromagnet. Dinamo yang berbentuk silinder, dihubungkan ke as penggerak untuk menggerakan beban. Untuk kasus motor DC yang kecil, dinamo berputar dalam medan magnet yang dibentuk oleh kutub-kutub, sampai kutub utara dan selatan magnet berganti lokasi. Jika hal ini terjadi, arusnya berbalik untuk merubah kutub-kutub utara dan selatan dinamo. (3) Komutator
Komponen ini terutama ditemukan dalam motor DC. Kegunaannya adalah untuk membalikan arah arus listrik dalam dinamo. Komutator juga
membantu dalam transmisi arus antara dinamo dan sumber daya.
13
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Persiapan dan pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2011. Kegiatan penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu pembuatan alat dan uji coba alat. Pembuatan dan uji coba alat dilakukan di
Workshop Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Proses yang bertujuan untuk melihat kinerja dari alat yang dibuat dan juga pengambilan data parameter yang mempengaruhi kinerja suatu alat dilakukan pada tanggal 19-30 Desember 2011 yang termasuk pada Musim penghujan.
3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan alat dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat-alat yang digunakan.
No Nama Alat Fungsi
1 Seperangkat Komputer dengan sistem operasi Windows 7
Merancang perangkat keras dan lunak serta pengolahan data
2 Solder listrik 45 watt Menyolder antar komponen
3 Multimeter Digital Sanwa CD Mengukur voltase, hambatan dan koneksi komponen
4 Gerinda Listrik Memotong PCB dan besi
5 Obeng Membuka dan memasang baut
6 Bor Listik Melubangi parabola
7 Matlab 2010 Mengolah data hasil uji coba
8 Lem Aibon Merekatkan alumunium foil
Bahan yang digunakan dalam pembuatan alat ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan-bahan yang digunakan
No Nama Bahan Jumlah
3.3. Diagram Sistem
15
sensor suhu dan motor DC (Gambar 5). Sensor cahaya berfungsi untuk mencari intensitas cahaya matahari yang terbesar. Motor DC berfungsi untuk menggerakkan konsentrator ke arah intensitas matahari yang terbesar.
Gambar 5. Diagram alir sistem alat
3.4. Diagram Alir Pengerjaan Alat
Gambar 6. Diagram alir pengerjaan alat Mulai
Persiapan
Perancangan Model Perumusan Masalah
Tidak
Model Sesuai
Perancangan Perangkat
Integrasi Perangkat
Uji Coba
Berhasil Ya
Ya
Tidak
17
3.5. Rancangan Alat
Rancang bangun konsentrator surya terbagi dalam tiga bagian, yaitu reflektor, unit mekanik, dan unit elektronik (Gambar 7).
Gambar 7. Desain alat
Reflektor
Gambar 8. Pantulan radiasi matahari pada reflektor
Unit Mekanik
Unit mekanik terdiri dari motor DC, gear, dan rantai (Gambar 9). Unit mekanik ini berfungsi untuk menggerakkan reflektor pada saat reflektor bergerak mengikuti pergerakan matahari. Motor DC yang digunakan memiliki spesifikasi 12 V, 1 A dengan torsi 12 Nm. Gear dan rantai yang dipakai didapat dari sepeda bekas.
19
Unit Elektronik
Unit elektronik berfungsi mengontrol sensor cahaya dan motor DC. Unit elektronik mendapat tegangan 5 V dari catu daya (Gambar 10). Tegangan yang diperoleh oleh catu daya berasal dari tegangan PLN, kemudian tegangan PLN diubah oleh trafo CT menjadi 12 V. Tegangan 12 V ini akan diubah menjadi 5 V oleh regulator 7805.
Gambar 10. Rangkaian Catu daya
Gambar 11. Rangkaian pembangkit sinyal
Gambar 12. Rangkaian penguat tegangan
3.6. Proses Uji Coba Alat
21
tersebut dilakukan pada saat matahari terbit (pukul 06.00 WIB) sampai dengan matahari terbenam (pukul 18.00 WIB). Suhu diukur menggunakan thermocouple dengan pencatatan setiap 1 jam. Sudut diukur dengan menggunakan busur derajat dengan pencatatan setiap 1 jam.
3.7. Variabel Penelitian
Sinar matahari datang membentuk sudut terhadap permukaan bumi. Sudut tersebut berubah setiap saat karena perputaran bumi pada porosnya dan gerak bumi yang mengelilingi matahari dengan sudut kemiringan 23,5°. Berikut beberapa sudut yang dibentuk (Gambar 13).
dimana:
δ: Sudut deklinasi matahari terhadap garis equator (lintang selatan bernilai negatif) ω: Sudut jam, perpindahan sudut matahari setiap jam sebesar 15° (pagi positif,
siang negatif
θz: Sudut zenith matahari, sudut antara garis vertikal dengan matahari
αs: Sudut ketinggian matahari terhadap bidang horizontal
γs: Sudut azimuth matahari terhadap bidang horizontal (diukur dari arah utara)
Sudut deklinasi (δ) dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Dufie & William, 1991):
.………(1) dimana n adalah jumlah hari ke-n dalam tahun tersebut.
Sudut zenith (θz) dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Dufie &
William, 1991):
………..(2) Dimana Φ: Sudut lintang tempat tersebut (lintang selatan bernilai negatif)
Sudut ketinggian matahari (αs) dan sudut zenith (θz) membentuk sudut
siku-siku:
23
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Rancang Bangun
Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya (Gambar 14) yang berfungsi untuk memantulkan sinar matahari ke satu titik fokus sehingga dihasilkan panas yang tinggi. Agar pantulan yang dihasilkan maksimal, alat ini dilengkapi dengan sistem yang dapat mengikuti gerak matahari. Alat konsentrator surya ini memiliki tiga bagian utama, yaitu reflektor, unit mekanik, dan unit elektronik.
Gambar 14. Prototip alat konsentrator surya
Reflektor
Reflektor berfungsi untuk memantulkan sinar matahari yang masuk ke permukaan bumi menuju titik fokus (Gambar 15). Reflektor memiliki dimensi diameter (D) 50 cm dan kedalaman parabola (d) 5 cm dengan titik fokus (f) 31,25
50 cm 31,25
cm. Titik fokus (f) reflektor tersebut dicari dengan menggunakan rumus (Dufie & William, 1991):
……….(8)
Gambar 15. Reflektor konsentrator surya
Kerangka reflektor dibuat dengan menggunakan alumunium foil karena ringan dan murah. Kerangka lengkung reflektor dibuat dari parabola bekas. Berikut beberapa bahan untuk reflektor beserta keunggulan dan kekurangannya (Rahardjo, 2008):
Cermin
Keunggulan: reflektifitas sangat baik Kekurangan: berat, susah dibentuk
Stainless steel
Keunggulan: ringan, mudah dibentuk, reflektifitas baik
Kekurangan: mahal, perlu proses lanjutan untuk mendapatkan reflektifitas yang baik (dipoles)
Alumunium foil
25
Keunggulan: sangat ringan, mudah dibentuk, refleksifitas baik, tidak perlu proses lanjutan, murah
Kekurangan: mudah berubah bentuk, mudah sobek
Melihat dari beberapa keunggulan dan kekurangan tiap material, maka dipilih alumunium foil sebagai material reflektor. Kekurangan dapat diatasi saat pemasangan dengan ketelitian agar alumunium foil tidak sobek.
Pada reflektor terdapat dua buah sensor cahaya yang berfungsi mendeteksi cahaya matahari (Gambar 16). Sensor cahaya yang digunakan adalah Light Dependent Resistors (LDR). LDR adalah suatu bentuk komponen yang
mempunyai perubahan resistansi yang besarnya tergantung pada cahaya, dimana nilai hambatannya akan berubah-ubah bila terkena cahaya yang diterima.
Gambar 16. LDR pada reflektor
Unit Mekanik
Unit mekanik berfungsi untuk menggerakkan reflektor mengikuti gerak matahari. Unit mekanik ini terdiri dari motor DC, gear, per dan rantai (Gambar 17). Motor DC dikaitkan langsung pada gear yang telah terkait juga oleh rantai. Rantai yang terkait pada gear kemudian dikaitkan pada parabola yang berfungsi sebagai reflektor.
Gambar 17. Unit mekanik pada konsentrator surya
LDR-2
LDR-1
Rantai Per
Motor Gear
27
Motor DC memiliki 2 buah supply, yaitu supply dari tegangan positif (Vcc) dan supply ground (0). Pada dasarnya putaran motor DC akan berbalik seandainya supply yang menempel pada motor tersebut dibalik kutub positif (+) dan kutub negatifnya (-). Apabila LDR-2 mendapatkan cahaya, maka ia akan memberikan pulsa output positif sampai LDR-2 tidak menerima cahaya lagi. Output pulsa tersebut akan bekerja pada koil relay sehingga terbentuk medan magnet pada koil yang menarik contact relay dari posisi Normally Close (NC) ke Normally Open (NO). Hal ini menyebabkan motor DC bergerak ke suatu arah.
Unit Elektronik
Unit elektronik berfungsi mengontrol sensor cahaya dan motor DC (Gambar 18). Unit elektronik mendapat tegangan 5 V dari catu daya. Tegangan yang diperoleh oleh catu daya berasal dari tegangan AC dari PLN 220 V,
Gambar 18. Unit elektronik pada alat konsentrator surya
Di dalam unit elektronik terdapat rangkaian pembangkit sinyal dan penguat tegangan. Rangkaian pembangkit sinyal berfungsi untuk menghasilkan sinyal yang digunakan untuk menggerakkan motor DC. Rangkaian penguat tegangan berfungsi untuk meningkatkan tegangan agar sensor cahaya dapat berfungsi dengan baik.
4.2. Hubungan antara Sudut dan Suhu
Perubahan sudut yang mengikuti matahari diperlukan agar reflektor senantiasa selalu menghadap matahari. Hal ini diperlukan supaya pantulan cahaya matahari oleh reflektor selalu jatuh pada titik fokusnya. Sudut yang dibentuk oleh reflektor terhadap sumbu vertikal adalah sudut reflektor. Sudut reflektor bernilai 55° saat menghadap ke arah timur dan bernilai 135° saat menghadap ke arah barat. Perubahan maksimal sudut yang dapat dibentuk dari alat ini adalah sebesar 80°. Kemiringan sudut reflektor tersebut dirancang karena motor DC tidak kuat memutar reflektor untuk mengikuti pergerakan matahari. Sebaiknya
29
menggunakan motor servo dengan torsi yang lebih tinggi agar mampu memutar reflektor dan memiliki putaran yang halus.
Sudut awal yang dibentuk oleh reflektor adalah sebesar 55°, yaitu sekitar pukul 09.30 WIB. Pukul 06.00-09.00 WIB tidak terjadi perubahan sudut. Pada pukul 10.00 WIB sudut mengalami perubahan sebesar 5° menjadi 60°. Perubahan sudut tersebut konstan sebesar 15° sampai reflektor mencapai kemiringan sebesar 135° pada pukul 15.00 WIB dan sudut akan tetap sama sampai pukul 18.00 WIB (Lampiran 1).
Besarnya intensitas matahari sangat mempengaruhi kinerja dari alat konsentrator surya ini. Semakin besar intensitas matahari yang diterima reflektor, maka pantulan yang akan difokuskan menuju titik fokus juga akan semakin besar, sehingga suhu yang diterima oleh receiver juga lebih besar. Selain besarnya intensitas matahari, bahan dari reflektor yang digunakan juga sangat
mempengaruhi suhu yang diperoleh. Nilai suhu yang diperoleh dari hasil
pengamatan berubah-ubah tiap harinya tergantung dari besarnya intensitas cahaya matahari yang diterima. Suhu yang diperoleh dari hasil pengujian selama enam hari berkisar antara 23,5 – 62,5 °C (Lampiran 2).
Gambar 19. Grafik hubungan antara sudut dan suhu
31
5.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Prototip pembangkit listrik yang menggunakan sistem konsentrator surya telah dikembangkan, namun alat ini masih kurang mampu menghasilkan suhu yang maksimal, suhu yang mampu dicapai oleh alat ini sebesar 62,50 C. Walaupun demikian, hasil rancang bangun prototip konsentrator surya yang dikembangkan telah mampu mengikuti pergerakan dari matahari dengan perubahan sudut konstan 15° setiap 1 jam dengan range perubahan sudut maksimal 800. Hubungan antara sudut terhadap suhu tidak terlalu berpengaruh nyata. Kondisi alam lebih mempengaruhi perubahan suhu yang terjadi.
5.2. Saran
HENKY WIBOWO
SKRIPSI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
RANCANG BANGUN PROTOTIP KONSENTRATOR SURYA DENGAN PELACAK GERAK SINAR MATAHARI
Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan manapun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi.
Bogor, Maret 2012
iii
Pelacak Gerak Sinar Matahari. Dibimbing oleh INDRA JAYA
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 13.466 pulau. Namun, tidak semua pulau didukung dengan adanya ketersediaan fasilitas dasar, seperti listrik yang memadai. Sampai saat ini sebagian besar wilayah terutama pulau-pulau kecil dan pesisir belum tersedia sumberdaya listrik, sehingga listrik di daerah pulau-pulau kecil hanya menggunakan jenset dan dinyalakan pada malam hari saja. Salah satu teknologi alternatif yang dapat digunakan adalah pembangkit listrik yang menggunakan sistem konsentrator surya, yaitu menggunakan matahari sebagai sumber panas. Tujuan penelitian ini adalah merancang dan membuat prototip konsentrator surya.
Persiapan dan pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2011. Kegiatan penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu pembuatan alat dan uji coba alat. Pembuatan dan uji coba alat dilakukan di Workshop Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Proses yang bertujuan untuk melihat kinerja dari alat yang dibuat dan juga pengambilan data parameter yang mempengaruhi kinerja suatu alat dilakukan pada tanggal 19-30 Desember 2011 yang termasuk pada Musim penghujan.
Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya yang berfungsi untuk memantulkan sinar matahari ke satu titik fokus sehingga dihasilkan panas yang tinggi. Alat konsentrator surya ini memiliki tiga bagian utama, yaitu reflektor, unit mekanik, dan unit elektronik. Agar pantulan yang dihasilkan maksimal, alat ini dilengkapi dengan sistem yang dapat mengikuti gerak matahari.
Hasil uji coba kinerja alat mencakup pengukuran sudut dan suhu. Hasil perubahan sudut tersebut konstan sebesar 15° sampai reflektor mencapai kemiringan sebesar 135° pada pukul 15.00 WIB dan sudut akan tetap sama sampai pukul 18.00 WIB. Nilai suhu yang diperoleh dari hasil pengamatan berubah-ubah tiap harinya tergantung dari besarnya intensitas cahaya matahari yang diterima. Suhu yang diperoleh dari hasil pengujian selama enam hari
berkisar antara 23,5 – 62,5 °C. Hubungan antara sudut terhadap suhu tidak terlalu berpengaruh nyata karena kondisi alam lebih mempengaruhi perubahan suhu yang terjadi.
iv
© Hak cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
v
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
HENKY WIBOWO C54063131
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
vi
Judul Skripsi : RANCANG BANGUN PROTOTIP KONSENTRATOR SURYA DENGAN PELACAK GERAK SINAR
MATAHARI
Nama Mahasiswa : Henky Wibowo Nomor Pokok : C54063131
Departeman : Ilmu dan Teknologi Kelautan
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Utama
Prof. Dr. Indra Jaya NIP. 19610410 198601 1 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tanggal Lulus :
vii
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, serta inayah yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Rancang Bangun Prototip Konsentrator Surya dengan Pelacak Gerak Sinar Matahari”dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada :
1. Kedua orang tua beserta keluarga besar yang selalu memberikan dukungan, doa dan nasihat yang tiada hentinya kepada penulis 2. Bapak Prof. Dr. Indra Jaya selaku dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam menyesaikan tugas akhir.
3. Bapak Dr. Henry M. Manik, S. Pi, MT selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukkan.
4. Bapak/Ibu dosen dan staf penunjang Departemen ITK atas ilmu dan bantuannya selama penulis menyelesaikan studi di IPB.
5. Teman-teman dan seluruh anggota Marine Instrumentation and Telemetry (MIT) di Workshop Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Fakultas
Perikanan, Institut Pertanian Bogor atas bantuan dan semangat yang telah diberikan selama penulis melaksanakan penelitian.
6. Teman-teman seperjuangan ITK 43 dan seluruh warga ITK.
7. Teman-teman Pondok Wina atas kebersamaannya selama di Bogor. 8. Teman-teman SMA yang selalu memberikan semangat.
viii
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi diri sendiri maupun orang lain.
Bogor, Maret 2012
ix 4.2. Hubungan antara Sudut dan Suhu ... 28
x
DAFTAR PUSTAKA ... 32
LAMPIRAN ... 34
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Pembangkit listrik tenaga surya 25 kW dengan sistem dish engine milik SunCatcherTM ... 5 2. Pembangkit listrik tenaga surya dengan sistem parabolic trough SEGS IX di California, Amerika Serikat ... 6 3. Pembangkit listrik tenaga surya dengan sistem central receiver milik
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
1.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 13.466 pulau. Namun, tidak semua pulau didukung dengan adanya ketersediaan fasilitas dasar, seperti listrik yang memadai. Sampai saat ini sebagian besar wilayah terutama pulau-pulau kecil dan pesisir belum tersedia sumberdaya listrik, sehingga listrik di daerah pulau-pulau kecil hanya menggunakan jenset dan dinyalakan pada malam hari saja. Hal ini menuntut masyarakat Indonesia untuk mengembangkan
berbagai macam alternatif listrik dengan teknologi yang lebih efektif dan efisien. Salah satu teknologi alternatif yang dapat digunakan adalah pembangkit listrik yang menggunakan sistem konsentrator surya, yaitu menggunakan matahari sebagai sumber panas. Salah satu keunggulan dari teknologi ini adalah tidak merusak lingkungan.
Sistem ini memusatkan energi sinar matahari dengan menggunakan cermin berbentuk parabola. Cermin tersebut diatur mengarah sinar matahari dan
memusatkan sinar matahari ke sebuah wadah yang berada di tengah-tengah titik pusat parabolik tersebut. Cermin parabolik ini berfungsi untuk menerima sinar matahari dan memindahkan panasnya ke cairan yang berada di dalam wadah. Panas yang terjadi mengakibatkan cairan di dalam mengembang dan menekan piston atau turbin dan menghasilkan energi mekanik. Energi mekanik tersebut kemudian digunakan untuk memutar generator untuk menghasilkan listrik.
Departemen Energi Amerika meramalkan bahwa pada tahun 2020 teknologi ini sangat berkembang di seluruh dunia dengan menghasilkan lebih dari 20 gigawatt daya listrik (Nrel, 2001). Harapannya dengan mengembangkan pembangkit listrik yang menggunakan sistem konsentrator surya ini dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pulau-pulau kecil.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah merancang dan membuat prototip konsentrator surya yang mengikuti gerak matahari.
1.3. Manfaat Penelitian
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tenaga Matahari
Tenaga matahari atau yang biasa disebut tenaga surya (solar energy) merupakan energi yang bersumber dari sinar matahari. Pemanfaatan energi surya dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori (Hardjasoemantri, 2002), yakni
pemanfaatan energi surya secara langsung dan tidak langsung. Pemanfaatan energi surya secara tidak langsung adalah berupa pemanfaatan biomassa untuk sumber energi. Energi surya yang sampai ke bumi, sebagian kecil akan
dikonversi menjadi energi kimia oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis yang komplek. Produk akhir dari fotosintesis adalah biomassa, dengan demikian biomassa merupakan energi surya tak langsung.
Pemanfaatan energi surya secara langsung adalah dengan menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi utama secara langsung. Pemanfaatan energi surya harus mempertimbangkan sifat-sifat fisika dari sinar matahari. Lakitan (2002) mengatakan bahwa untuk mengkaji aspek fisika cahaya ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya: porsi serapan cahaya (absorptivity), porsi pantulan (reflectivity), porsi terusan (transmissivity), daya pancar (emissivity), aliran energi cahaya (radian flux), kerapatan aliran energi cahaya (radiant flux density), intensitas terpaan (irradiance) dan intensitas pancaran cahaya (emittance).
gelombang, frekuensi dan energi yang berbeda. Sinar matahari memiliki panjang gelombang (λ) antara 0,15 – 4 µm, dan hanya panjang gelombang (λ) antara 0,32 – 2 µm yang mampu menembus kaca transparan (Wisnubroto, 2004).
2.2. Sistem Konsentrasi Solar
Sistem konsentrasi solar menggunakan lensa atau kaca untuk mengkonsentrasi atau mengumpulkan energi dari matahari, menghasilkan temperatur yang cukup tinggi untuk menggerakkan turbin atau mesin uap untuk menghasilkan energi listrik. Menurut Seia (2009) sekarang ini, lebih dari 400 MW dihasilkan dari sistem ini yang beroperasi di Amerika Serikat, dan proyek-proyek dengan total lebih dari 8000 MW yang saat ini sedang dikembangkan.
Ada tiga teknologi sistem konsentrasi solar (Nrel, 2001), yaitu: (1) Dish engine, (2) Parabolic trough dan (3) Central receiver.
(1) Dish Engine
Sistem dish engine mentransfer energi matahari yang terkonsentrasi dengan efisiensi tinggi menjadi energi listrik. Bagian yang penting dari sistem dish engine terdiri dari (Cleanenergy, 2009): konsentrator berbentuk parabolik, sistem tracking, receiver, dan mesin (stirling dan generator).
Konsentrator berbentuk parabolik memantulkan dan mengkonsentrasi sinar matahari ke receiver yang terletak di titik fokus konsentrator. Sinar matahari diserap oleh receiver dan meneruskannya ke mesin. Mesin akan mengubah energi matahari menjadi energi mekanik dan generator akan
5
kilowatt listrik tergantung pada sistem (Seia, 2009). Gambar 1 adalah Stirling Energy System 25 kW milik SunCatcherTM memiliki tinggi 38 kaki dan lebar 40 kaki.
Sistem dish engine memiliki karakteristik efisiensi tinggi, modularitas, operasi autonomous, dan hibrida yang melekat. Menurut (Solarpaces, 2001) dibandingkan dengan teknologi surya yang lainya, solar dish engine menunjukkan konversi energi matahari ke energi listrik dengan efisiensi tertinggi (29,4%). Oleh karena itu, dish engine memiliki potensi untuk menjadi salah satu sumber paling murah untuk energi terbarukan.
Gambar 1. Pembangkit listrik tenaga surya 25 kW dengan sistem dish engine milik SunCatcherTM (Seia, 2009)
(2) Parabolic Trough
generator uap konvensional dan menghasilkan listrik. Seia (2009) mengatakan cairan panas tersebut dapat mencapai temperatur 700° F. Gambar 2 adalah pengumpul Luz LS-3 digunakan pada pembangkit 80 MW SEGS IX di California yang memiliki panjang 325 kaki dan lebar 11 kaki dengan efisiensi konversi energi sekitar 24%.
Gambar 2. Pembangkit listrik tenaga surya dengan sistem parabolic trough SEGS IX di California, Amerika Serikat (Seia, 2009)
(3) Central Receiver
Sistem central receiver ini menggunakan menara pembangkit yang dikelilingi oleh cermin-cermin yang ditempatkan di suatu area yang luas untuk mengumpulkan energi matahari dan memusatkannya ke bagian atas menara pembangkit dimana terdapat receiver yang ditempatkan di sana. Panas yang dihasilkan mencairkan garam yang kemudian dialirkan untuk memanaskan air. Uap yang dihasilkan dari air panas digunakan untuk memutar generator
7
1000° F) untuk menghasilkan uap dan menjalankan generator pusat. Gambar 3 adalah PS20 milik Abengoa, pembangkit listrik 20 MW di Seville, Spanyol 1255 heliostat mengelilingi menara dengan tinggi 531 kaki.
Gambar 3. Pembangkit listrik tenaga surya dengan sistem central receiver milik Abengoa di Seville, Spanyol (Seia, 2009)
Gambar 4. Kinerja dari setiap sistem konsentrator (Pitz-Paal, 2007)
2.3. Sensor
Sensor adalah perangkat yang mengubah fenomena fisik menjadi sinyal elektronik (Kenny, 2005). Sensor menerima rangsangan dan meresponnya
dengan perubahan sinyal listrik dan merupakan jembatan antara dunia sebenarnya dengan perangkat elektronik.
9
Setiap sensor memiliki karakteristik tertentu. Karakter ini menentukan baik buruknya sebuah sensor pada aplikasi tertentu. Karakter ini pula menentukan rangkaian yang digunakan sebagai penyangga sensor. Beberapa karakter penting diantaranya (Carr,1993):
(1) Transfer Function
Transfer Function merupakan hubungan fungsi antara sinyal masukan fisik dan sinyal keluaran elektris. Biasanya, hubungan ini digambarkan sebagai grafik antara sinyal masukan dan keluaran.
(2) Sensitivitas
Sensitivitas merupakan rasio antara perubahan kecil dalam sinyal elektris terhadap perubahan kecil pada sinyal fisik dan dapat diekspresikan sebagai fungsi turunan Transfer Function terhadap sinyal fisik. Satuan yang biasa digunakan adalah volt/Kelvin, milivolt/kilopascal, dsb. Contoh, sebuah termometer akan memiliki sensitivitas tinggi apabila perubahan suhu kecil di lingkungan akan mengakibatkan perubahan tegangan yang tinggi; perubahan tegangan yang signifikan memudahkan pengamatan terhadap sinyal elektris.
(3) Span atau Dynamic Range
Rentang masukan sinyal fisik yang bisa dikonversi ke dalam bentuk sinyal elektris. Sinyal fisik diluar rentang ini diperkirakan memiliki akurasi yang sangat rendah. Satuan yang digunakan antara lain kelvin, pascal, newton. (4) Accuracy atau Uncertainty
dengan uncertainty yang bersifat kuantitatif. Contoh, sebuah sensor memiliki akurasi yang lebih tinggi ketika uncertainty sebesar 1% dibandingkan dengan uncertainty 3%.
(5) Hysteresis
Beberapa sensor tidak kembali ke nilai semula ketika terjadi rangsangan naik atau turun. Besarnya kesalahan yang diperkirakan dalam kuantitas yang diukur merupakan Hysteresis
(6) Nonlinearity
Terkadang juga disebut linearity, merupakan penyimpangan maksimum dari Transfer Function linear terhadap Dynamic Range.
(7) Noise
Beberapa sensor menghasilkan noise bersamaan dengan sinyal keluaran. Beberapa kasus menunjukkan noise pada sensor lebih kecil dibandingkan dengan noise pada rangkaian elektronik selanjutnya.
2.4. Light Dependent Resistor (LDR)
Light Dependent Resistor (LDR) adalah suatu bentuk komponen yang mempunyai perubahan resistansi yang besarnya tergantung pada cahaya. LDR merupakan sebuah sensor jenis semikonduktor yang dibuat dari Kadmium sulfida (CdS) dan Kadmium selenida (CdSe). Sebuah LDR terdiri dari sebuah piringan bahan semikonduktor dengan dua buah elektroda pada permukaanya. LDR tergantung pada cahaya, artinya nilai hambatannya akan berubah-ubah bila terkena cahaya yang diterima (Sitorus, 2008).
11
(1) Laju Recovery
Bila sebuah LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya tertentu ke dalam suatu ruangan yang gelap, maka bisa diamati bahwa nila resistansi dari LDR tidak akan segera berubah resistansinya pada keadaan ruangan gelap tersebut, namun LDR tersebut hanya akan bisa mencapai harga pada kegelapan setelah mengalami selang waktu tertentu. Laju recovery merupakan suatu praktis dan suatu kenaikan nilai resistansi dalam waktu tertentu.
(2) Respon Spektral
LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang gelombang cahaya yang jatuh padanya. Bahan yang biasa digunakan sebagai penghantar arus listrik, yaitu tembaga, alumunium, baja, emas, dan perak.
2.5. Motor Direct Current (DC)
Motor DC merupakan motor arus searah yang menggunakan arus langsung satu arah (direct-unidirectional). Motor DC digunakan pada penggunaan khusus dimana diperlukan penyalaan torque yang tinggi atau percepatan yang tetap untuk kisaran kecepatan yang luas. Motor DC memiliki tiga komponen utama
(energyefficiencyasia, 2006): (1) Kutub Medan
kutub utara dan kutub selatan. Garis magnetik energi membesar melintasi bukaan diantara kutub-kutub dari utara ke selatan. Motor yang lebih besar atau lebih komplek terdapat satu atau lebih elektromagnet. Elektromagnet menerima listrik dari sumber daya dari luar sebagai penyedia struktur medan.
(2) Dinamo
Bila arus masuk menuju dinamo, maka arus ini akan menjadi
elektromagnet. Dinamo yang berbentuk silinder, dihubungkan ke as penggerak untuk menggerakan beban. Untuk kasus motor DC yang kecil, dinamo berputar dalam medan magnet yang dibentuk oleh kutub-kutub, sampai kutub utara dan selatan magnet berganti lokasi. Jika hal ini terjadi, arusnya berbalik untuk merubah kutub-kutub utara dan selatan dinamo. (3) Komutator
Komponen ini terutama ditemukan dalam motor DC. Kegunaannya adalah untuk membalikan arah arus listrik dalam dinamo. Komutator juga
membantu dalam transmisi arus antara dinamo dan sumber daya.
13
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Persiapan dan pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2011. Kegiatan penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu pembuatan alat dan uji coba alat. Pembuatan dan uji coba alat dilakukan di
Workshop Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Proses yang bertujuan untuk melihat kinerja dari alat yang dibuat dan juga pengambilan data parameter yang mempengaruhi kinerja suatu alat dilakukan pada tanggal 19-30 Desember 2011 yang termasuk pada Musim penghujan.
3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan alat dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat-alat yang digunakan.
No Nama Alat Fungsi
1 Seperangkat Komputer dengan sistem operasi Windows 7
Merancang perangkat keras dan lunak serta pengolahan data
2 Solder listrik 45 watt Menyolder antar komponen
3 Multimeter Digital Sanwa CD Mengukur voltase, hambatan dan koneksi komponen
4 Gerinda Listrik Memotong PCB dan besi
5 Obeng Membuka dan memasang baut
6 Bor Listik Melubangi parabola
7 Matlab 2010 Mengolah data hasil uji coba
8 Lem Aibon Merekatkan alumunium foil
Bahan yang digunakan dalam pembuatan alat ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan-bahan yang digunakan
No Nama Bahan Jumlah
3.3. Diagram Sistem
15
sensor suhu dan motor DC (Gambar 5). Sensor cahaya berfungsi untuk mencari intensitas cahaya matahari yang terbesar. Motor DC berfungsi untuk menggerakkan konsentrator ke arah intensitas matahari yang terbesar.
Gambar 5. Diagram alir sistem alat
3.4. Diagram Alir Pengerjaan Alat
Gambar 6. Diagram alir pengerjaan alat Mulai
Persiapan
Perancangan Model Perumusan Masalah
Tidak
Model Sesuai
Perancangan Perangkat
Integrasi Perangkat
Uji Coba
Berhasil Ya
Ya
Tidak
17
3.5. Rancangan Alat
Rancang bangun konsentrator surya terbagi dalam tiga bagian, yaitu reflektor, unit mekanik, dan unit elektronik (Gambar 7).
Gambar 7. Desain alat
Reflektor
Gambar 8. Pantulan radiasi matahari pada reflektor
Unit Mekanik
Unit mekanik terdiri dari motor DC, gear, dan rantai (Gambar 9). Unit mekanik ini berfungsi untuk menggerakkan reflektor pada saat reflektor bergerak mengikuti pergerakan matahari. Motor DC yang digunakan memiliki spesifikasi 12 V, 1 A dengan torsi 12 Nm. Gear dan rantai yang dipakai didapat dari sepeda bekas.
19
Unit Elektronik
Unit elektronik berfungsi mengontrol sensor cahaya dan motor DC. Unit elektronik mendapat tegangan 5 V dari catu daya (Gambar 10). Tegangan yang diperoleh oleh catu daya berasal dari tegangan PLN, kemudian tegangan PLN diubah oleh trafo CT menjadi 12 V. Tegangan 12 V ini akan diubah menjadi 5 V oleh regulator 7805.
Gambar 10. Rangkaian Catu daya
Gambar 11. Rangkaian pembangkit sinyal
Gambar 12. Rangkaian penguat tegangan
3.6. Proses Uji Coba Alat
21
tersebut dilakukan pada saat matahari terbit (pukul 06.00 WIB) sampai dengan matahari terbenam (pukul 18.00 WIB). Suhu diukur menggunakan thermocouple dengan pencatatan setiap 1 jam. Sudut diukur dengan menggunakan busur derajat dengan pencatatan setiap 1 jam.
3.7. Variabel Penelitian
Sinar matahari datang membentuk sudut terhadap permukaan bumi. Sudut tersebut berubah setiap saat karena perputaran bumi pada porosnya dan gerak bumi yang mengelilingi matahari dengan sudut kemiringan 23,5°. Berikut beberapa sudut yang dibentuk (Gambar 13).
dimana:
δ: Sudut deklinasi matahari terhadap garis equator (lintang selatan bernilai negatif) ω: Sudut jam, perpindahan sudut matahari setiap jam sebesar 15° (pagi positif,
siang negatif
θz: Sudut zenith matahari, sudut antara garis vertikal dengan matahari
αs: Sudut ketinggian matahari terhadap bidang horizontal
γs: Sudut azimuth matahari terhadap bidang horizontal (diukur dari arah utara)
Sudut deklinasi (δ) dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Dufie & William, 1991):
.………(1) dimana n adalah jumlah hari ke-n dalam tahun tersebut.
Sudut zenith (θz) dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Dufie &
William, 1991):
………..(2) Dimana Φ: Sudut lintang tempat tersebut (lintang selatan bernilai negatif)
Sudut ketinggian matahari (αs) dan sudut zenith (θz) membentuk sudut
siku-siku:
23
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Rancang Bangun
Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya (Gambar 14) yang berfungsi untuk memantulkan sinar matahari ke satu titik fokus sehingga dihasilkan panas yang tinggi. Agar pantulan yang dihasilkan maksimal, alat ini dilengkapi dengan sistem yang dapat mengikuti gerak matahari. Alat konsentrator surya ini memiliki tiga bagian utama, yaitu reflektor, unit mekanik, dan unit elektronik.
Gambar 14. Prototip alat konsentrator surya
Reflektor
Reflektor berfungsi untuk memantulkan sinar matahari yang masuk ke permukaan bumi menuju titik fokus (Gambar 15). Reflektor memiliki dimensi diameter (D) 50 cm dan kedalaman parabola (d) 5 cm dengan titik fokus (f) 31,25
50 cm 31,25
cm. Titik fokus (f) reflektor tersebut dicari dengan menggunakan rumus (Dufie & William, 1991):
……….(8)
Gambar 15. Reflektor konsentrator surya
Kerangka reflektor dibuat dengan menggunakan alumunium foil karena ringan dan murah. Kerangka lengkung reflektor dibuat dari parabola bekas. Berikut beberapa bahan untuk reflektor beserta keunggulan dan kekurangannya (Rahardjo, 2008):
Cermin
Keunggulan: reflektifitas sangat baik Kekurangan: berat, susah dibentuk
Stainless steel
Keunggulan: ringan, mudah dibentuk, reflektifitas baik
Kekurangan: mahal, perlu proses lanjutan untuk mendapatkan reflektifitas yang baik (dipoles)
Alumunium foil
25
Keunggulan: sangat ringan, mudah dibentuk, refleksifitas baik, tidak perlu proses lanjutan, murah
Kekurangan: mudah berubah bentuk, mudah sobek
Melihat dari beberapa keunggulan dan kekurangan tiap material, maka dipilih alumunium foil sebagai material reflektor. Kekurangan dapat diatasi saat pemasangan dengan ketelitian agar alumunium foil tidak sobek.
Pada reflektor terdapat dua buah sensor cahaya yang berfungsi mendeteksi cahaya matahari (Gambar 16). Sensor cahaya yang digunakan adalah Light Dependent Resistors (LDR). LDR adalah suatu bentuk komponen yang
mempunyai perubahan resistansi yang besarnya tergantung pada cahaya, dimana nilai hambatannya akan berubah-ubah bila terkena cahaya yang diterima.
Gambar 16. LDR pada reflektor
Unit Mekanik
Unit mekanik berfungsi untuk menggerakkan reflektor mengikuti gerak matahari. Unit mekanik ini terdiri dari motor DC, gear, per dan rantai (Gambar 17). Motor DC dikaitkan langsung pada gear yang telah terkait juga oleh rantai. Rantai yang terkait pada gear kemudian dikaitkan pada parabola yang berfungsi sebagai reflektor.
Gambar 17. Unit mekanik pada konsentrator surya
LDR-2
LDR-1
Rantai Per
Motor Gear
27
Motor DC memiliki 2 buah supply, yaitu supply dari tegangan positif (Vcc) dan supply ground (0). Pada dasarnya putaran motor DC akan berbalik seandainya supply yang menempel pada motor tersebut dibalik kutub positif (+) dan kutub negatifnya (-). Apabila LDR-2 mendapatkan cahaya, maka ia akan memberikan pulsa output positif sampai LDR-2 tidak menerima cahaya lagi. Output pulsa tersebut akan bekerja pada koil relay sehingga terbentuk medan magnet pada koil yang menarik contact relay dari posisi Normally Close (NC) ke Normally Open (NO). Hal ini menyebabkan motor DC bergerak ke suatu arah.
Unit Elektronik
Unit elektronik berfungsi mengontrol sensor cahaya dan motor DC (Gambar 18). Unit elektronik mendapat tegangan 5 V dari catu daya. Tegangan yang diperoleh oleh catu daya berasal dari tegangan AC dari PLN 220 V,
Gambar 18. Unit elektronik pada alat konsentrator surya
Di dalam unit elektronik terdapat rangkaian pembangkit sinyal dan penguat tegangan. Rangkaian pembangkit sinyal berfungsi untuk menghasilkan sinyal yang digunakan untuk menggerakkan motor DC. Rangkaian penguat tegangan berfungsi untuk meningkatkan tegangan agar sensor cahaya dapat berfungsi dengan baik.
4.2. Hubungan antara Sudut dan Suhu
Perubahan sudut yang mengikuti matahari diperlukan agar reflektor senantiasa selalu menghadap matahari. Hal ini diperlukan supaya pantulan cahaya matahari oleh reflektor selalu jatuh pada titik fokusnya. Sudut yang dibentuk oleh reflektor terhadap sumbu vertikal adalah sudut reflektor. Sudut reflektor bernilai 55° saat menghadap ke arah timur dan bernilai 135° saat menghadap ke arah barat. Perubahan maksimal sudut yang dapat dibentuk dari alat ini adalah sebesar 80°. Kemiringan sudut reflektor tersebut dirancang karena motor DC tidak kuat memutar reflektor untuk mengikuti pergerakan matahari. Sebaiknya
29
menggunakan motor servo dengan torsi yang lebih tinggi agar mampu memutar reflektor dan memiliki putaran yang halus.
Sudut awal yang dibentuk oleh reflektor adalah sebesar 55°, yaitu sekitar pukul 09.30 WIB. Pukul 06.00-09.00 WIB tidak terjadi perubahan sudut. Pada pukul 10.00 WIB sudut mengalami perubahan sebesar 5° menjadi 60°. Perubahan sudut tersebut konstan sebesar 15° sampai reflektor mencapai kemiringan sebesar 135° pada pukul 15.00 WIB dan sudut akan tetap sama sampai pukul 18.00 WIB (Lampiran 1).
Besarnya intensitas matahari sangat mempengaruhi kinerja dari alat konsentrator surya ini. Semakin besar intensitas matahari yang diterima reflektor, maka pantulan yang akan difokuskan menuju titik fokus juga akan semakin besar, sehingga suhu yang diterima oleh receiver juga lebih besar. Selain besarnya intensitas matahari, bahan dari reflektor yang digunakan juga sangat
mempengaruhi suhu yang diperoleh. Nilai suhu yang diperoleh dari hasil
pengamatan berubah-ubah tiap harinya tergantung dari besarnya intensitas cahaya matahari yang diterima. Suhu yang diperoleh dari hasil pengujian selama enam hari berkisar antara 23,5 – 62,5 °C (Lampiran 2).
Gambar 19. Grafik hubungan antara sudut dan suhu
31
5.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Prototip pembangkit listrik yang menggunakan sistem konsentrator surya telah dikembangkan, namun alat ini masih kurang mampu menghasilkan suhu yang maksimal, suhu yang mampu dicapai oleh alat ini sebesar 62,50 C. Walaupun demikian, hasil rancang bangun prototip konsentrator surya yang dikembangkan telah mampu mengikuti pergerakan dari matahari dengan perubahan sudut konstan 15° setiap 1 jam dengan range perubahan sudut maksimal 800. Hubungan antara sudut terhadap suhu tidak terlalu berpengaruh nyata. Kondisi alam lebih mempengaruhi perubahan suhu yang terjadi.
5.2. Saran
32
Carr, J.J. 1993. Sensor and Circuits. TR Percentice Hail, Englewood Cliffs, New Jersey
Cleanenergy. 2009. Sun Powered Stirling-Dish System.
www.cleanergyindustries.com/.../Sun%20powered%20Stirling-Dish%20system-161_GB.pdf [Diakses tanggal 20 September 2010].
Dufie, A. J., dan William, A. 1991. Solar Engineering of Thermal Processes. 2nd. ed. Hal. 1-212. John Willey & Sons, Inc. New York
Energyefficiencyasia. 2006. Peralatan Energi Listrik: Motor Listrik.
http://www.energyefficiencyasia.org/docs/ee_modules/indo/Chapter%20-%20Electric%20motors%20(Bahasa%20Indonesia).pdf [Diakses tanggal 26 November 2011].
Hardjasoemantri, K. 2002. Hukum Tata Lingkungan. Edisi VII. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Kenny, T. 2005. Sensor Fundamentals. Hal.1-20. In. J.Wilson (ed.). Sensor Technology Handbook. Elsevier. Oxford.
Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Nrel. 2001. Concentrating Solar Power: Energy From Mirrors.
http://www.nrel.gov/docs/fy01osti/28751.pdf [Diakses tanggal 7 Oktober 2010]
Pitz-Paal, R. 2007. High Temperature Solar Concentrators.
http://www.eolss.net/ebooks/Sample%20Chapters/C08/E6-106-06-00.pdf [Diakses tanggal 7 Oktober 2010]
Rahardjo, J. 2008. Perencanaan Boiler Tenaga Surya. Skripsi. Jurusan Teknik Mesin. Fakultas Teknologi Industri. Universitas Kristen Petra. Surabaya
Seia, 2009. Concentrating Solar Power: Utility-Scale Solutions for Pollution-Free Electricity. http://seia.org/galleries/pdf/factsheet_csp.pdf [Diakses tanggal 7 Oktober 2010]
33
Solarpaces. 2001. Solar Dish-Engine.
www.solarpaces.org/CSP_Technology/docs/solar_dish.pdf [Diakses tanggal 20 September 2010]
34
35
37
Lampiran 3. Data hasil uji coba
Hari/ Tanggal: Senin, 19 Desember 2011 Jam Suhu (°C) Sudut (°)
Hari/ Tanggal: Selasa, 20 Desember 2011 Jam Suhu (°C) Sudut (°)
Hari/ Tanggal: Selasa, 27 Desember 2011
39
Hari/ Tanggal: Jumat, 30 Desember 2011 Jam Suhu (°C) Sudut (°)
06.00 29.7 55
07.00 35.8 55
08.00 41.7 55
09.00 53.6 55
10.00 62.5 60
11.00 53.2 75
12.00 60.4 90
13.00 52.1 105
14.00 34.4 120
15.00 31.2 135
16.00 27.4 135
17.00 27.1 135
18.00 26.6 135
40
Penulis dilahirkan di Jakarta, 18 Februari 1988 dari Ayah Sugiyono dan Ibu Siti Asiyah. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2006 Penulis
menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Tangerang.
Pada tahun 2006 Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur masuk USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan tahun 2007 diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor, penulis menjadi Asisten mata kuliah Dasar-Dasar Instrumentasi Kelautan tahun ajaran 2008-2009 dan tahun ajaran 2009-2010 dan Asisten mata kuliah Instrumentasi Kelautan tahun ajaran 2009-2010. Selain itu Penulis juga aktif dalam organisasi HIMITEKA IPB
sebagai wakil ketua II periode 2008-2009, HIMITEKA IPB sebagai anggota divisi hubungan luar dan komunikasi periode 2009-2010, dan MIT (Marine Instrument and Telemetry) sebagai anggota divisi hardware periode 2009-2010.
RANCANG BANGUN PROTOTIP KONSENTRATOR SURYA
DENGAN PELACAK GERAK SINAR MATAHARI
HENKY WIBOWO
SKRIPSI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
32
Carr, J.J. 1993. Sensor and Circuits. TR Percentice Hail, Englewood Cliffs, New Jersey
Cleanenergy. 2009. Sun Powered Stirling-Dish System.
www.cleanergyindustries.com/.../Sun%20powered%20Stirling-Dish%20system-161_GB.pdf [Diakses tanggal 20 September 2010].
Dufie, A. J., dan William, A. 1991. Solar Engineering of Thermal Processes. 2nd. ed. Hal. 1-212. John Willey & Sons, Inc. New York
Energyefficiencyasia. 2006. Peralatan Energi Listrik: Motor Listrik.
http://www.energyefficiencyasia.org/docs/ee_modules/indo/Chapter%20-%20Electric%20motors%20(Bahasa%20Indonesia).pdf [Diakses tanggal 26 November 2011].
Hardjasoemantri, K. 2002. Hukum Tata Lingkungan. Edisi VII. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Kenny, T. 2005. Sensor Fundamentals. Hal.1-20. In. J.Wilson (ed.). Sensor Technology Handbook. Elsevier. Oxford.
Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Nrel. 2001. Concentrating Solar Power: Energy From Mirrors.
http://www.nrel.gov/docs/fy01osti/28751.pdf [Diakses tanggal 7 Oktober 2010]
Pitz-Paal, R. 2007. High Temperature Solar Concentrators.
http://www.eolss.net/ebooks/Sample%20Chapters/C08/E6-106-06-00.pdf [Diakses tanggal 7 Oktober 2010]
Rahardjo, J. 2008. Perencanaan Boiler Tenaga Surya. Skripsi. Jurusan Teknik Mesin. Fakultas Teknologi Industri. Universitas Kristen Petra. Surabaya
Seia, 2009. Concentrating Solar Power: Utility-Scale Solutions for Pollution-Free Electricity. http://seia.org/galleries/pdf/factsheet_csp.pdf [Diakses tanggal 7 Oktober 2010]
33
Solarpaces. 2001. Solar Dish-Engine.
www.solarpaces.org/CSP_Technology/docs/solar_dish.pdf [Diakses tanggal 20 September 2010]
34
35
37
Lampiran 3. Data hasil uji coba
Hari/ Tanggal: Senin, 19 Desember 2011 Jam Suhu (°C) Sudut (°)
Hari/ Tanggal: Selasa, 20 Desember 2011 Jam Suhu (°C) Sudut (°)
Hari/ Tanggal: Selasa, 27 Desember 2011
39
Hari/ Tanggal: Jumat, 30 Desember 2011 Jam Suhu (°C) Sudut (°)
06.00 29.7 55
07.00 35.8 55
08.00 41.7 55
09.00 53.6 55
10.00 62.5 60
11.00 53.2 75
12.00 60.4 90
13.00 52.1 105
14.00 34.4 120
15.00 31.2 135
16.00 27.4 135
17.00 27.1 135
18.00 26.6 135
iii
Pelacak Gerak Sinar Matahari. Dibimbing oleh INDRA JAYA
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 13.466 pulau. Namun, tidak semua pulau didukung dengan adanya ketersediaan fasilitas dasar, seperti listrik yang memadai. Sampai saat ini sebagian besar wilayah terutama pulau-pulau kecil dan pesisir belum tersedia sumberdaya listrik, sehingga listrik di daerah pulau-pulau kecil hanya menggunakan jenset dan dinyalakan pada malam hari saja. Salah satu teknologi alternatif yang dapat digunakan adalah pembangkit listrik yang menggunakan sistem konsentrator surya, yaitu menggunakan matahari sebagai sumber panas. Tujuan penelitian ini adalah merancang dan membuat prototip konsentrator surya.
Persiapan dan pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2011. Kegiatan penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu pembuatan alat dan uji coba alat. Pembuatan dan uji coba alat dilakukan di Workshop Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Proses yang bertujuan untuk melihat kinerja dari alat yang dibuat dan juga pengambilan data parameter yang mempengaruhi kinerja suatu alat dilakukan pada tanggal 19-30 Desember 2011 yang termasuk pada Musim penghujan.
Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya yang berfungsi untuk memantulkan sinar matahari ke satu titik fokus sehingga dihasilkan panas yang tinggi. Alat konsentrator surya ini memiliki tiga bagian utama, yaitu reflektor, unit mekanik, dan unit elektronik. Agar pantulan yang dihasilkan maksimal, alat ini dilengkapi dengan sistem yang dapat mengikuti gerak matahari.
Hasil uji coba kinerja alat mencakup pengukuran sudut dan suhu. Hasil perubahan sudut tersebut konstan sebesar 15° sampai reflektor mencapai kemiringan sebesar 135° pada pukul 15.00 WIB dan sudut akan tetap sama sampai pukul 18.00 WIB. Nilai suhu yang diperoleh dari hasil pengamatan berubah-ubah tiap harinya tergantung dari besarnya intensitas cahaya matahari yang diterima. Suhu yang diperoleh dari hasil pengujian selama enam hari
berkisar antara 23,5 – 62,5 °C. Hubungan antara sudut terhadap suhu tidak terlalu berpengaruh nyata karena kondisi alam lebih mempengaruhi perubahan suhu yang terjadi.