• Tidak ada hasil yang ditemukan

Preferensi Pemilihan Jenis Pakan dan Kombinasi Menu Untuk Landak Jawa (Hystrix javanica) yang Dikandangkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Preferensi Pemilihan Jenis Pakan dan Kombinasi Menu Untuk Landak Jawa (Hystrix javanica) yang Dikandangkan"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ARIE WAHYUNINGSIH. Preferensi Pemilihan Jenis Pakan dan Kombinasi Menu untuk Landak Jawa (Hystrix javanica) yang Dikandangkan. Dibimbing oleh SUPRATIKNO dan SRIHADI AGUNGPRIYONO.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari jenis pakan yang diminati oleh landak Jawa yang dikandangkan sebagai upaya menjadikan landak Jawa sebagai ternak harapan. Sampel yang digunakan adalah empat ekor jantan dan satu ekor betina landak Jawa dan diberi tiga belas jenis pakan yang terdiri dari sayur, buah dan umbi-umbian. Pengamatan dan perhitungan pada pemberian delapan menu berbeda yang terdiri dari lima jenis pakan yang diacak dari tiga belas jenis pakan tersebut dengan pemberian tiap menu selama lima hari. Hasil yang didapat kemudian dianalisis secara deskriptif dan diuji dengan menggunakan uji Rancangan Acak Lengkap ANOVA serta uji Duncan. Hasil yang didapatkan bahwa tingkat preferensi tinggi terhadap jenis pakan yang dikonsumsi adalah apel, kembang kol, bengkoang, kangkung, sawi, mentimun, pisang, dan ubi jalar. Sedangkan, jenis pakan yang tidak disukai oleh landak Jawa adalah kelapa, singkong, kentang, wortel, dan jagung. Hasil preferensi pemilihan menu menunjukkan bahwa menu V, menjadi menu dengan tingkat konsumsi terbaik disusul dengan menu VI, menu VII, dan menu IV. Sumber energi utama pada landak Jawa adalah karbohidrat, protein, dan air.

Kata kunci: ternak harapan, landak jawa, preferensi menu, pakan.

ABSTRACT

ARIE WAHYUNINGSIH. Food Preferences of the Captived Javan Porcupine. Supervised by SUPRATIKNO and SRIHADI AGUNGPRIYONO.

This study was conducted to determine the type of food that fits best for Javan porcupine in order to maximize its productivity as a micro livestock. The samples were four males and one female Javan porcupine which have been acclimatized for two months; and thirteen types of feed consisting of vegetables, fruits and tubers. Observation and calculation were based on the distribution of eight different menus consisting of five types of randomized selected feed from the thirteen kinds of feed, by feeding each menu for five days. The results were then analyzed descriptively and tested using ANOVA (Analysis of Variance) and Duncan test. The results indicated that the most prefered feed were apples, cauliflowers, yams, water spinaches, cabbages, cucumbers, bananas, and sweet potatoes, respectively. Whereas, the type of feed which were disliked by Javan porcupine in order were coconuts, cassavas, potatoes, carrots, and corns. The result of menu preferences indicated that menu V is the best highrated consumption, followed by menu VI, menu VII, and menu IV. The main sources of energy for Javan porcupine were carbohydrate, protein, and water.

(2)

PREFERENSI PEMILIHAN JENIS PAKAN DAN KOMBINASI

MENU UNTUK LANDAK JAWA (

Hystrix javanica

)

YANG DIKANDANGKAN

ARIE WAHYUNINGSIH

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)
(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Preferensi Pemilihan Jenis Pakan dan Kombinasi Menu untuk Landak Jawa (Hystrix javanica) yang Dikandangkan adalah benar karya Saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari Penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini Saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis Saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(5)

ABSTRAK

ARIE WAHYUNINGSIH. Preferensi Pemilihan Jenis Pakan dan Kombinasi Menu untuk Landak Jawa (Hystrix javanica) yang Dikandangkan. Dibimbing oleh SUPRATIKNO dan SRIHADI AGUNGPRIYONO.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari jenis pakan yang diminati oleh landak Jawa yang dikandangkan sebagai upaya menjadikan landak Jawa sebagai ternak harapan. Sampel yang digunakan adalah empat ekor jantan dan satu ekor betina landak Jawa dan diberi tiga belas jenis pakan yang terdiri dari sayur, buah dan umbi-umbian. Pengamatan dan perhitungan pada pemberian delapan menu berbeda yang terdiri dari lima jenis pakan yang diacak dari tiga belas jenis pakan tersebut dengan pemberian tiap menu selama lima hari. Hasil yang didapat kemudian dianalisis secara deskriptif dan diuji dengan menggunakan uji Rancangan Acak Lengkap ANOVA serta uji Duncan. Hasil yang didapatkan bahwa tingkat preferensi tinggi terhadap jenis pakan yang dikonsumsi adalah apel, kembang kol, bengkoang, kangkung, sawi, mentimun, pisang, dan ubi jalar. Sedangkan, jenis pakan yang tidak disukai oleh landak Jawa adalah kelapa, singkong, kentang, wortel, dan jagung. Hasil preferensi pemilihan menu menunjukkan bahwa menu V, menjadi menu dengan tingkat konsumsi terbaik disusul dengan menu VI, menu VII, dan menu IV. Sumber energi utama pada landak Jawa adalah karbohidrat, protein, dan air.

Kata kunci: ternak harapan, landak jawa, preferensi menu, pakan.

ABSTRACT

ARIE WAHYUNINGSIH. Food Preferences of the Captived Javan Porcupine. Supervised by SUPRATIKNO and SRIHADI AGUNGPRIYONO.

This study was conducted to determine the type of food that fits best for Javan porcupine in order to maximize its productivity as a micro livestock. The samples were four males and one female Javan porcupine which have been acclimatized for two months; and thirteen types of feed consisting of vegetables, fruits and tubers. Observation and calculation were based on the distribution of eight different menus consisting of five types of randomized selected feed from the thirteen kinds of feed, by feeding each menu for five days. The results were then analyzed descriptively and tested using ANOVA (Analysis of Variance) and Duncan test. The results indicated that the most prefered feed were apples, cauliflowers, yams, water spinaches, cabbages, cucumbers, bananas, and sweet potatoes, respectively. Whereas, the type of feed which were disliked by Javan porcupine in order were coconuts, cassavas, potatoes, carrots, and corns. The result of menu preferences indicated that menu V is the best highrated consumption, followed by menu VI, menu VII, and menu IV. The main sources of energy for Javan porcupine were carbohydrate, protein, and water.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

PREFERENSI PEMILIHAN JENIS PAKAN DAN KOMBINASI

MENU UNTUK LANDAK JAWA (

Hystrix Javanica

)

YANG DIKANDANGKAN

ARIE WAHYUNINGSIH

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)

Judul Skripsi : Preferensi Pemilihan Jenis Pakan dan Kombinasi Menu Untuk Landak Jawa (Hystrix javanica) yang Dikandangkan

Nama : Arie Wahyuningsih NIM : B04070167

Disetujui oleh

Drh. Supratikno, MSi, PAVet Pembimbing I

Drh. Srihadi Agungpriyono, PhD, PAVet(K) Pembimbing II

Diketahui oleh

Drh. Agus Setiyono, MS, PhD, APVet Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 ini ialah mengenai pakan, dengan judul Preferensi Pemilihan Jenis Pakan dan Kombinasi Menu untuk Landak Jawa (Hystrix javanica) yang Dikandangkan.

Terima kasih Penulis ucapkan kepada Bapak Drh. Supratikno, Msi, PAVet dan Bapak Drh. Srihadi Agungpriyono, PhD, PAVet(K), selaku pembimbing, mas Bayu yang telah banyak membantu dalam persiapan penelitian dan membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Juga kepada teman sepenelitian dan teman satu angkatan 44 atas doa dan dukungan moril yang sangat berarti.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Luaran Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

METODE 7

Tempat dan Waktu 7

Bahan dan Alat 7

Kandang dan Perlengkapan 7

Tahap penelitian 7

Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Hasil 8

Pembahasan 13

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 19

(11)

DAFTAR TABEL

1 Kombinasi menu pakan 8

2 Hasil perhitungan persentase rataan menu 9

3 Hasil uji Duncan dari selisih menu rataan menu pakan 9 4 Hasil perhitungan persentase pakan yang dikonsumsi pada tiap menu 10 5 Hasil perhitungan nutrisi yang dikonsumsi berdasarkan kandungan

nutrisi yang terkandung dalam setiap jenis pakan menurut USDA 11 6 Hasil uji Duncan dari pemilihan preferensi jenis pakan 12

DAFTAR GAMBAR

1 Morfologi lambung landak Jawa 5

2 Landak Jawa yang dipelihara dalam kandang individual 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji ANOVA dengan software statistik pada menu rataan 19 2 Hasil uji ANOVA dengan software statistik pada pakan landak 20

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Direktorat Kesehatan Hewan (2010), pangan merupakan kebutuhan dasar dari suatu negara untuk menyejahterakan rakyatnya. Kuantitas dan kualitas pangan sangat menentukan nilai nutrisi dari asupan konsumsi seseorang. Ketersediaan pangan hewani yang bersumber dari produk peternakan yakni daging, susu, dan telur merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Kondisi saat ini menunjukkan asupan protein hewani asal ternak/kapita/hari di Indonesia masih rendah yakni 5.68 g/kapita/hari.

Pada tahun 2010, jumlah kepadatan penduduk Indonesia sebanyak 124 jiwa/km2 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.49%/tahun (BPS 2010). Nilai laju pertumbuhan penduduk yang cukup besar ini juga harus diimbangi dengan persediaan pangan salah satunya protein hewani. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dicari sebanyak mungkin pilihan sumber protein hewani yang sesuai tuntutan masyarakat. Salah satu cara yang dapat dilakukan antara lain memanfaatkan dan menjadikan beberapa spesies satwa yang masih liar sebagai alternatif hewan budidaya (Arifin 2004).

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati flora dan fauna. Banyak satwa liar yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai ternak harapan, salah satunya yaitu landak. Pada daerah Jawa Tengah, landak dianggap sebagai hama perusak tanaman. Akan tetapi, landak adalah hewan yang potensial karena daging dan durinya dapat dimanfaatkan. Menurut kepercayaan masyarakat di beberapa daerah, landak mempunyai banyak khasiat, antara lain empedu landak dapat menyembuhkan penyakit asma, dipercaya daging landak dapat meningkatkan vitalitas laki-laki dan menghilangkan gatal-gatal. Diketahui pula bahwa daging landak mempunyai kadar lemak yang lebih rendah dari pada daging sapi dan ayam, sehingga daging landak dianggap cocok dikonsumsi oleh orang yang melakukan diet rendah lemak (Sulistya 2007).

Menurut CITES (The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) tahun 2008, status landak adalah least concern atau tidak terlalu diperhatikan statusnya. Hal ini dikarenakan jumlah populasi landak yang masih banyak di berbagai benua dengan famili yang beragam yaitu Hystricidae (Old World Porcupines) dan Erethrizontidae (New World Porcupines). Famili-famili landak tersebut menandakan bahwa jumah dari populasi landak banyak dan tersebar di berbagai benua serta di berbagai daerah di Indonesia (Lunde dan Aplin 2008).

(13)

2

mendekati jenis pakan alami di alam, tetapi dengan biaya yang masih rasional untuk usaha peternakan.

Dalam usaha budidaya atau peternakan, pakan merupakan komponen yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan. Agar para peternak mencapai target produksi ternak yang menguntungkan, salah satu faktor produksi yang dapat dilakukan dalam ukuran waktu yang relatif cepat adalah pemberian pakan yang tepat. Menurut Sunarso (2001), keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh tiga faktor yang sama pentingnya, yaitu 1) breeding (pemulia biakan, bibit), 2) feeding (pakan), dan 3) management (tata laksana). Namun jika dilihat dari total biaya produksi dalam usaha peternakan maka kontribusi pakan adalah yang paling tinggi sekitar 75%.

Untuk peternakan landak sebenarnya sudah mulai berkembang di negara tetangga Malaysia. Namun demikian informasi mengenai jenis pakan yang cocok untuk landak belum banyak dipublikasikan terutama pada landak Jawa. Penelitian yang sudah ada saat ini adalah mengenai perilaku maternal landak Raya dalam kandang (Norsuhana et al. 2009) dan tingkah laku landak Raya pada siang hari pada penangkaran (Wardi et al. 2011). Penelitian tentang landak Jawa pun sudah mulai diperhatikan seperti penelitian yang dilakukan oleh peneliti LIPI tentang pemberian pelet formula pada landak Jawa: pengaruhnya terhadap konsumsi, konversi pakan, dan kecernaan pakan pada kondisi pra budidaya (Farida dan Ridwan 2011). Saat ini pengetahuan tentang bahan alami yang dapat dijadikan sebagai sumber pakan untuk landak masih terbatas. Berbeda dengan kehidupan di alam dengan berbagai pakan yang dapat dipilih oleh landak saat diternakan jenis pakan yang dipilih landak menjadi lebih terbatas. Oleh karena itu perlu dicari jenis pakan yang murah, mudah diperoleh, tersedia setiap saat, serta mampu mendukung produktivitas landak. Pakan sebagai sumber dari perkembangan tubuh hewan harus diperhatikan mencakup kualitas produksi ternak. Sehingga pemanfaatan sumber pakan lokal secara optimal dapat menentukan tercapainya produktivitas daging secara maksimal.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu menduga tingkat daya makan sukarela (voluntary feed intake) landak Jawa terhadap konsumsi segar dengan mengukur tingkat kesukaan (uji palatabilitas/preferensi) landak Jawa terhadap beragam sumber hijauan, umbi-umbian, dan buah-buahan.

Luaran Penelitian

(14)

3

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data ilmiah sebagai pedoman peternak dalam pemberian pakan landak yang efektif dan mudah didapat untuk mengembangkan usaha peternakan landak.

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi dan Klasifikasi Landak

Hewan landak sendiri termasuk hewan yang hidup soliter dengan aktivitas yang banyak dilakukan pada malam hari (nokturnal). Hal unik pada landak yaitu memiliki kurang lebih 30.000 duri di seluruh permukaan tubuhnya. Pada saat landak merasa terancam oleh musuhnya, hewan ini akan mengibaskan ekornya yang berduri sebagai bentuk pertahanan diri (Roze 1989). Klasifikasi landak menurut Corbet dan Hill (1992) adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Subordo : Hystricomorpha

 Famili Hystricidae: Old World Porcupines (12 subfamili)

Hystrix javanica, Sunda Porcupine

 Famili Erethizontidae: New World Porcupines

Menurut Parker (1990), ciri-ciri fisik lain dari hewan landak adalah memiliki bentuk tubuh yang lonjong dan cenderung untuk bergerak secara lambat. Kemudian, landak mempunyai panjang badan antara 40-91 cm, panjang ekor 6-25 cm, dan berat badan antara 5.4-16 kg (tergantung spesies). Norsuhana et al. (2009) menyatakan landak termasuk hewan poliestrus dan memiliki kemungkinan anak sebanyak 2-4 anak/kelahiran. Kemungkinan kelahiran yang dapat terjadi untuk landak betina yaitu sebanyak dua kali dalam setahun.

(15)

4

Deskripsi Hystrix javanica

Hystrix javanica, ditemukan oleh F. Cuvier di Pulau Jawa pada tahun 1823. Landak Jawa memiliki beberapa karakteristik mencakup berat rata-rata sekitar 8 kg dengan panjang tubuh sekitar 45.5 sampai dengan 73.5 cm. Panjang ekornya berkisar antara 6 sampai dengan 13 cm (Grizmek 1975).

Secara umum, landak Jawa terdapat di Pulau Jawa, Lombok, Madura, Flores, dan Sumbawa. Habitat landak Jawa yaitu hutan dataran rendah, kaki bukit, dan area pertanian. Pakan landak Jawa dapat berupa buah-buahan, sayur-sayuran, akar, dan batang tumbuhan (LIPI 2011).

Menurut Banfield (1974), landak termasuk herbivora monogastrik. Landak memakan berbagai vegetasi termasuk rumput, daun, bunga, ranting, akar, tunas, dan biji dari tanaman lain. Di alam, landak memakan bagian tanduk rusa untuk memenuhi kandungan mineral dalam tubuh.

Habitat dan Penyebaran

Landak merupakan satwa terestrial, sehingga landak bersarang dengan membuat lubang di dalam tanah dengan kedalaman sekitar 5 meter. Lubang ini terdiri beberapa cabang yang mempunyai beberapa pintu keluar. Landak terdapat pada semua tipe hutan, seperti perkebunan, semak-semak, padang rumput, dan tepian perkampungan di Pulau Jawa dan Pulau Madura. Pemilihan tempat tinggal landak ini menyebabkan landak sering dianggap sebagai hama yang merusak tanaman di ladang para petani, karena dekat dengan pemukiman warga dan ladang masyarakat (Sastrapradja 1996).

Landak Jawa merupakan satwa endemik di Pulau Jawa, dan masih berkerabat dekat dengan landak Sumatera (Hystrix sumatrae) yang merupakan satwa endemik Sumatera, dan Bornean porcupine (Thecurus crassispinis) yang merupakan satwa endemik Kalimantan. Persebaran landak Jawa meliputi daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, dan Madura (Anggorodi 1973)

Saluran Pencernaan

(16)

5

Gambar 1 Gambaran morfologi lambung landak Jawa Diadaptasi: Wulansari 2012

Pakan

Di habitat aslinya landak Jawa memakan bagian-bagian tanaman seperti akar, umbi-umbian, kulit kayu, dan buah-buahan (Sastrapradja 1996). Landak dari famili Erethizontidae umumnya memakan dedaunan dan serat tinggi yang sulit dicerna oleh enzim pencernaan hewan mamalia lainnya. Beberapa contoh dari molekul serat kompleks yaitu selulose, lignin, dan pektin. Sekum adalah kantong besar yang berlokasi pada persimpangan antara usus kecil dan usus besar. Pada sekum terdapat bakteri yang berfungsi menyerap air, memecah urea sehingga meringankan beban kerja ginjal. Fungsi ini memungkinkan landak untuk mengekstrak maksimum jumlah air yang dikonsumsi dari makanan. Hal ini penting bagi landak yang tinggal di daerah gurun atau landak yang masa hibernasinya panjang (Olson 1999).

Sifat Seleksi

(17)

6

Konsumsi Pakan

Parakkasi (1999) menyatakan bahwa tingkat konsumsi (Voluntary Feed Intake) diartikan sebagai jumlah makanan yang dikonsumsi oleh hewan bila pakan tersebut diberikan ad libitum. Tingkat konsumsi hewan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu hewan, makanan, dan lingkungan. Menurut Pond et al. (1995) yang memengaruhi konsumsi pakan adalah palatabilitas, bau, rasa, penglihatan, dan tekstur pakan. Konsumsi zat makanan sangat diperlukan untuk membantu metabolisme dalam tubuh (Sutardi 1980). Jumlah konsumsi pakan merupakan salah satu tanda terbaik produktivitas hewan (Arora 1989).

Tillman et al. (1991) menyatakan, bahwa konsumsi adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Aktivitas konsumsi pakan meliputi proses mencari, mengenal dan mendekati, mengindra, dan memilih pakan. Arora (1989) menambahkan bahwa produktivitas hewan salah satunya dapat dilihat dari jumlah konsumsi. Konsumsi pakan akan bertambah jika diberikan pakan yang berdaya cerna lebih tinggi. Temperatur lingkungan yang tinggi akan menurunkan konsumsi pakan, sedangkan penurunan temperatur akan merangsang pusat makan untuk meningkatkan konsumsi pakan.

Kecernaan Pakan

Dalam proses pemilihan pakan, perlu menjadi perhatian yaitu proses pencernaan di dalam tubuh hewan tersebut. Proses pencernaan menurut Sutardi (1980) adalah suatu proses yang dimulai dari rongga mulut hingga dikeluarkan melalui anus. Pencernaan adalah proses perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan pakan dalam alat pencernaan yang meliputi proses pencernaan mekanik, hidrolitik, dan fermentatif. Parakkasi (1999) menyatakan bila pakan sukar dicerna, maka relatif lebih banyak energi pakan tersebut yang keluar melalui feses. Energi merupakan bagian terbesar yang disuplai oleh hampir semua pakan yang biasa digunakan untuk ternak, oleh karena itu apabila hewan menggunakan suatu pakan yang cukup mengandung protein dan mineral, maka semua perhitungan kebutuhan zat makanan dapat diarahkan untuk energi tanpa kesalahan yang berarti. Menurut Anggorodi (1973), daya cerna bahan pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Suhu

(18)

7 2. Laju perjalanan makanan di dalam alat pencernaan

Perjalanan bahan makanan berpengaruh terhadap daya cerna pada alat pencernaan. Bila perjalanan bahan makanan yang terlalu cepat di saluran pencernaan akan menyebabkan kurangnya waktu untuk mencerna zat-zat makanan secara menyeluruh oleh enzim-enzim pencernaan, sehingga nilai daya cerna bahan makanan tersebut menjadi rendah.

3. Bentuk fisik dari pakan

Pengaruh pakan yang digiling terhadap daya cerna, tergantung pada bagaimana hewan mengunyah pakan tersebut sebelum bahan masuk melalui alat pencernaan. Hewan yang sangat muda dan hewan yang sangat tua yang tidak mempunyai gigi sempurna, tidak dapat mengunyah makanannya sebaik hewan dewasa dengan gigi yang baik. Butir-butiran yang digiling untuk hewan memberikan permukaan yang luas terhadap getah pencernaan dan karenanya mempertinggi daya cernanya.

METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan kandang hewan percobaan yang terletak di Unit Rehabilitasi dan Reproduksi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, dan Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi FKH-IPB. Penelitian ini berlangsung selama 40 hari yaitu dari bulan Mei-Juni 2010.

Bahan dan Alat

Penelitian ini menggunakan lima ekor landak Jawa dewasa. Pakan yang dicobakan meliputi kelompok bahan sayuran, umbi-umbian, dan buah-buahan. Alat-alat yang digunakan antara lain timbangan digital, piring plastik, sendok, pinset, dan pisau.

Kandang dan Perlengkapan

Kandang yang digunakan untuk penelitian ini kandang individu yang terbuat dari stainless steel. Aluminium diletakkan di bagian bawah kandang berbentuk segiempat sebagai tempat penampungan sisa pakan, urin, dan feses. Setiap kandang dilengkapi tempat air minum berbentuk mangkuk yang terbuat dari stainless steel.

Tahap Penelitian

(19)

8

waktu lima hari secara berurut. Untuk menghitung dilakukan penimbangan sisa pakan pada pagi hari berikutnya.

Analisis Data

Data dianalisis secara deskriptif dengan menghitung keseluruhan jumlah rataan mingguan menggunakan Program Excel. Analisis ini dilakukan dikarenakan jumlah materi yang terbatas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Preferensi Menu Pakan

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan tiga belas jenis pakan yang dikelompokkan ke dalam delapan menu yang disusun secara acak (kecuali jagung) dapat diketahui jenis pakan dan menu yang paling disukai oleh landak Jawa (Gambar 2). Pada kedelapan menu setelah melalui perhitungan persentase rata-rata total dari tiap menu didapatkan seperti tercantum pada Tabel 2. Persentase total konsumsi tertinggi yaitu pada menu V sebanyak 95.74% disusul secara berurutan yaitu menu VI sebesar 95.61%, menu VII sebesar 93.95%, menu IV sebesar 91.96%, menu II sebesar 89.61%, menu III sebesar 87.35%, menu VIII sebesar 78.68%, dan menu dengan persentase total konsumsi paling rendah pada menu I sebesar 68.07%.

Tabel 1 Kombinasi menu pakan

(20)

9

Tabel 2 Hasil perhitungan persentase rataan menu Menu Total yang dikonsumsi

(%)

Urutan kesukaan menu

I 68.07 8

II 89.61 5

III 87.35 6

IV 91.96 4

V 95.74 1

VI 95.61 2

VII 93.95 3

VIII 78.68 7

Gambar 2 Landak Jawa (H.javanica) yang dipelihara dalam kandang individual

Diadaptasi: Muhni 2011

Selanjutnya dari delapan menu yang diberikan kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Duncan. Hasil uji Duncan terhadap delapan menu tersebut (Tabel 3). Dari Tabel 3 tersebut juga menunjukkan bahwa menu V adalah menu yang paling banyak dikonsumsi oleh landak. Apabila dibandingkan dengan menu yang lain, selisih jumlah pakan yang dikonsumsi pada menu V berbeda nyata dibandingkan dengan empat menu lain yaitu menu I, menu VIII, menu III, dan menu II. Sedangkan apabila dibandingkan dengan menu IV, VII dan VI menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Tingkat konsumsi menu V berbeda nyata yaitu sebanyak 276.72 g apabila dibandingkan dengan menu I.

Tabel 3 Hasil uji Duncan dari selisih menu rataan menu pakan

V VI VII IV II III VIII I I 276.72n 275.40n 258.76 n 238.92n 215.36n 192.76 n 106.12n - VIII 170.60n 169.28n 152.64 n 132.8 n 109.24n 86.64 n

-III 83.96 n 82.64 n 66 n 46.16 n 22.60 tn -

II 61.36 n 60.04 n 43.40 n 23.56 tn -IV 37.80 tn 36.48 tn 19.84 tn -

VII 17.96 tn 16.64 tn - VI 1.32 tn

(21)

10

Setelah diketahui preferensi terhadap delapan menu yang diberikan, setiap menu tersebut selanjutnya dianalisis masing-masing jenis pakan yang terdapat pada setiap menu. Hasil perhitungan jenis pakan yang dikonsumsi pada masing-masing menu secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil pada Tabel 4 ini sejalan dengan hasil pada Tabel 2, menunjukkan menu V sebagai menu yang paling tinggi dikonsumsi. Perhitungan tiap jenis pakan pada Tabel 4 menunjukkan persentase total dari tiap jenis pakan yang dihabiskan secara keseluruhan di atas 85%. Jenis pakan yang di makan pada menu V terdiri dari kentang (100%), kol (99.22%), kangkung (98%), jagung (92.48%), dan singkong (89.02%). Sedangkan pada menu I sebagai menu yang paling sedikit dikonsumsi, pada menu ini jenis pakan yang dikonsumsi masing-masing yaitu kentang (28.72%), singkong (52.84%), jagung (61.46%), sawi (97.54%), dan mentimun (99.8%). Demikian pula pada menu VIII yang merupakan menu dengan tingkat konsumsi terendah kedua, secara umum persentase konsumsi tiap jenis pakannya juga rendah yaitu jagung (67.50%), wortel (69.76%), mentimun (84%), pisang (85.04%), dan sawi (87.12%).

Tabel 4 Hasil perhitungan persentase pakan yang dikonsumsi pada tiap menu

(22)

11

Kandungan Nutrisi pada Menu

Setelah diketahui preferensi terhadap delapan menu pakan, selanjutnya dilakukan perhitungan perkiraan kandungan nutrisi yang terdapat pada setiap menu dengan berpedoman pada USDA (2011). Hasil perhitungan perkiraan kandungan nutrisi secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 5. Dari Tabel tersebut, didapatkan rata-rata perkiraan kandungan nutrisi yang dimakan/hari oleh landak Jawa yaitu karbohidrat sebanyak 198.31 g (73.35%), serat 29.66 g (10.97%), protein 26.60 g (9.84%), dan lemak 15.79 g (5.84%). Begitu pula, konsumsi air landak Jawa sebesar 624.16 g yang seluruhnya didapatkan di dalam pakan.

Preferensi Jenis Pakan

Hasil perhitungan uji Rancangan Acak Lengkap terhadap jenis pakan memberikan hasil R-Square sebanyak 84.31% yang menunjukkan bahwa jenis pakan berpengaruh terhadap tingkat keragaman respon pada jenis pakan yang diberikan pada landak Jawa. Selanjutnya dilakukan analisis lanjutan terhadap tiga belas jenis pakan yang diberikan dengan menggunakan uji Duncan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa apel merupakan jenis pakan yang paling disukai oleh landak Jawa, disusul secara berurutan oleh kembang kol, bengkoang, sawi, mentimun, pisang, ubi jalar, jagung, wortel, kentang, singkong, dan kelapa (Tabel 6). Dari Tabel tersebut terlihat bahwa tingkat preferensi apel tidak berbeda nyata dengan kembang kol, bengkoang, kangkung, sawi, mentimun, pisang, dan ubi jalar. Tetapi berbeda nyata dibandingkan dengan preferensi terhadap jagung, wortel, kentang, singkong, dan kelapa. Dari data tersebut terlihat bahwa konsumsi apel lebih tinggi sebanyak 69.86 g dibandingkan dengan konsumsi kelapa yang merupakan jenis pakan yang paling tidak disukai oleh landak Jawa.

(23)

12

Tabel 6 Hasil uji Duncan dari pemilihan preferensi jenis pakan

Apel Kembang

Kol

Bengkoang Kangkung Sawi Mentimun Pisang Ubi

Jalar

Jagung Wortel Kentang Singkong Kelapa

Kelapa 69.86n 68.68 n 64.92 n 64.56 n 64.50 n 61.06 n 59.48 n 53.76 n 39.30 n 28.18 n 18.93 n 16.34 n - Singkong 53.25 n 52.34 n 48.58 n 48.22 n 48.16 n 44.72 n 43.14 n 37.42 n 22.96 n 11.84 tn 2.59 tn -

Kentang 50.65 n 49.75 n 45.99 n 45.63 n 45.56 n 42.12 n 40.55 n 34.83 n 20.36 n 9.25 tn - Wortel 41.41 n 40.50 n 36.74 n 36.38 n 36.37 n 32.88 n 31.30 n 25.58 n 11.12

tn -

Jagung 30.29 n 29.39 n 25.63 n 25.27 n 25.20 n 21.76 n 20.19 n 14.47

tn

-Ubi Jalar 15.83 tn 14.92 tn 11.16 tn 10.80 tn 10.74 tn 7.30 tn 5.72 tn - Pisang 10.11 tn 9.20 tn 5.44 tn 5.08 tn 5.02 tn 1.58tn

-Mentimun 8.53 tn 7.62 tn 3.86 tn 3.50 tn 3.44 tn -

Sawi 5.10 tn 4.20 tn 0.42 tn 0.06 tn -

Kangkung 5.03 tn 4.12 tn 0.36 tn -Bengkoang 4.67 tn 3.76 tn -

Kembang kol

0.91 tn -

Apel -

(24)

13

Pembahasan

Berdasarkan hasil pada Tabel 2, menu V adalah menu yang paling banyak habis dikonsumsi oleh kelima landak Jawa. Pada menu ini sesuai Tabel 4 terdiri dari kentang (100%), kol (99.92%), kangkung (98%), jagung (92.48%), dan singkong (89.02%), yang menunjukkan pada setiap jenis pakan di menu V memiliki nilai konsumsi yang tinggi dibandingkan menu lainnya. Sejalan dengan tingginya persentase konsumsi pada menu V, kandungan nutrisi yang dikonsumsi pada menu V juga paling tinggi sebesar 262.08 g (karbohidrat) dan 33.99 g (protein). Tingginya kadar karbohidrat pada menu ini diduga berasal dari kentang, jagung, dan singkong. Hal ini menunjukkan hewan landak Jawa diduga memilih kentang dengan total konsumsi yang paling tinggi dikarenakan kentang memiliki jumlah karbohidrat yang tinggi dari pada jenis pakan lainnya dalam menu V tersebut.

Pada tabel preferensi jenis pakan yaitu Tabel 6 dapat dilihat bahwa apel, menjadi pakan dengan tingkat konsumsi paling tinggi. Pada menu yang lain (menu IV, menu VI, dan menu VII) juga menunjukkan tingkat konsumsi tinggi yaitu berturut-turut sebanyak 95.08%, 98.60%, dan 98.94%. Pada Tabel 4, apel menjadi jenis pakan yang paling banyak habis dimakan yaitu pada menu VII. Walaupun buah apel tidak termasuk pada menu V, tetapi masih dalam satu kelompok pada tabel analisis Duncan pada lampiran.

Pada menu II jenis pakan lainnya yang juga memiliki tingkat konsumsi tinggi adalah pisang yaitu sebesar 99.96% (Tabel 4). Pisang diduga dihabiskan pada menu ini karena merupakan jenis pakan baru yang diganti dari menu I ke menu II. Hal ini mengindikasikan landak Jawa memiliki ketertarikan lebih pada pakan yang baru. Selain itu diketahui, pisang dan apel memiliki rasa manis yang kuat menunjukkan landak Jawa menyukai pakan yang manis. Begitu pula, bengkoang memiliki rasa manis pada cairannnya. Menurut Heyne (1987), bengkoang termasuk umbi-umbian yang memiliki cairan segar agak manis yang berasal dari oligosakarida yang disebut inulin sehingga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes.

Jenis pakan lain pada Tabel 4 yang disukai oleh landak Jawa adalah sawi. Jenis pakan ini memiliki tingkat konsumsi yang selalu tinggi yaitu pada menu III (95.54%), menu IV (98.86%), dan menu VIII (87.12%). Hal ini menunjukkan bahwa sawi muncul sebanyak tiga kali sebagai pakan dengan tingkat konsumsi yang paling tinggi. Berdasarkan Tabel 4 ini dapat dikatakan bahwa sawi adalah jenis pakan yang disukai oleh landak Jawa. Diduga landak Jawa memilih sawi karena kandungan air pada sawi tinggi sebanyak 90.80/100 g (USDA 2011) untuk memenuhi kebutuhan air harian. Selain itu, hal ini juga dipengaruhi oleh kombinasi acak dari pemilihan lima jenis pakan dan tentunya dari sifat seleksi hewan landak Jawa itu sendiri.

(25)

14

memenuhi kebutuhan air dari pakan. Selain mentimun dan sawi, pakan lain dengan tingkat konsumsi yang tinggi adalah kangkung sebesar 96% pada Tabel 4. Menurut Wardi et al. (2011), kandungan air pada kangkung sebesar 91%. Begitu pula pada kembang kol dan bengkoang yang juga memiliki kandungan air tinggi menurut USDA (2011) sebesar 92.18/100 g dan 90.07/100 g. Hal ini sesuai dengan penelitian Wardi et al. (2011), yang menyatakan landak tidak pernah terlihat melakukan aktivitas minum melalui tempat minum yang disediakan. Pemenuhan air melalui pakan oleh landak Jawa sama seperti tikus. Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988), konsumsi air oleh tikus yang disediakan berkurang apabila pakan yang diberikan dalam bentuk pakan basah.

Jenis pakan lainnya yang berada pada tingkat preferensi tinggi (Tabel 6) adalah kembang kol. Selain memiliki kandungan air yang tinggi, menurut USDA (2011), kembang kol juga merupakan sumber penting protein, mengandung vitamin B6, sumber mineral, dan sumber serat makanan. Landak diduga memilih kembang kol dalam usaha pemenuhan kebutuhan beberapa nutrisinya yaitu air dan protein.

Adapun pakan dengan tingkat konsumsi rendah adalah singkong. Jenis pakan ini memiliki tingkat konsumsi yang rendah sebesar 89.02% pada menu V dan 52.84% pada menu I (Tabel 4). Diduga bahwa landak memiliki naluri memilih pakan. Hal ini diduga karena landak memiliki penciuman tajam yang dapat mendeteksi adanya bahan berbahaya seperti sianida yang terdapat pada singkong. Hal ini dikuatkan oleh pemaparan Rustandi (2012) yang menyatakan bahwa selain asam sianida, singkong memiliki getah pada bagian kulitnya. Maka, hewan dalam memilih pakan mengikuti naluri memilih pakan yaitu tinggi nilai gizinya, tidak membahayakan kesehatan, juga memiliki cita rasa dan bau yang sesuai selera hewan tersebut (Sutardi 1980).

Jenis pakan lainnya yang memiliki tingkat konsumsi rendah yaitu ubi jalar pada menu VI (90.22%) dan menu VII (89.64%). Hal ini juga dipengaruhi karena ubi jalar memiliki kandungan getah (Winarno 1973). Hal ini juga sesuai dengan penelitian Wardi et al. (2011), tingkat preferensi konsumsi ubi jalar rendah pada landak Raya. Umbi-umbian lain yang memiliki tingkat konsumsi yang rendah adalah kentang yaitu sebesar 28.72%. Meskipun demikian pada menu V, kentang memiliki tingkat konsumsi yang sangat tinggi yaitu 100%. Pada menu V, kentang diberikan secara direbus sedangkan pada menu I kentang diberikan secara mentah. Rendahnya konsumsi kentang pada menu I karena pemberian kentang dalam keadaan mentah yang masih mengandung getah. Menurut UPI (2002), karena kentang mengandung getah hendaknya dalam mengonsumsi dilakukan pemotongan maupun perebusan terlebih dahulu.

(26)

15 Hasil Tabel 4 menunjukkan pakan dengan tingkat konsumsi paling rendah yaitu kelapa (62.76%). Hal ini diduga karena landak Jawa jarang menemukan buah kelapa di habitat liarnya. Selain itu pohon kelapa biasanya tumbuh di daerah pinggir pantai dan dengan ketinggian pohon kelapa yaitu 30 meter (Aliansyah 2008). Menurut Sastrapradja (1996), landak termasuk satwa terestrial yaitu hidup di tanah sehingga tidak memungkinkan landak memanjat terlalu tinggi untuk mencari makan. Menurut USDA (2011), buah kelapa memiliki kandungan lemak yang paling besar yaitu 33.49/100 g dari keseluruhan jenis pakan lainnya dalam menu tersebut. Hal ini juga mempengaruhi pencernaan tubuh landak dan saat pemberian menu berisi buah kelapa, landak mengalami diare. Dari hasil penelitian ini, diduga landak tidak memilih pakan dengan kandungan lemak tinggi sebagai alternatif sumber energinya.

Jagung menjadi jenis pakan yang selalu diberikan sebagai alternatif yang selalu ada apabila keempat jenis pakan diubah setiap pergantian menu. Hal ini didasarkan oleh penelitian Wardi et al. (2011) terhadap landak Raya dengan pemilihan lima jenis pakan, dan hasilnya adalah jagung manis sebagai pakan yang paling banyak habis dimakan. Pada Tabel 4 menunjukkan adanya perbedaan hasil pada landak Jawa pada tingkat konsumsi jagung yang rendah pada menu II (68.88%) dan menu VIII (67.50%). Hasil yang berbeda ini diduga karena landak Jawa memenuhi kebutuhan nutrisinya dari sumber pakan lain yang ada pada setiap menu. Diduga landak Jawa dapat mengatur kebutuhan tubuhnya terhadap pakan dan nutrisi yang dibutuhkan tiap hari.

Pada menu VIII terjadi penurunan secara keseluruhan pada tiap jenis pakan yaitu sawi (87.12%), pisang (85.04%), mentimun (84%), wortel (69.76%), dan jagung (67.50%) yang ditunjukkan pada Tabel 4. Hal ini diduga dipengaruhi oleh kombinasi pakan dalam menu dan pengaruh dari hewan itu sendiri. Konsumsi pakan yang menurun dapat disebabkan oleh hewan itu sendiri artinya hewan dapat menyesuaikan dan memilah jenis pakan dengan nilai nutrisi yang dibutuhkan. Menurut Parakkasi (1999), ada tiga faktor yang memengaruhi tingkat konsumsi dari hewan yaitu hewan itu sendiri, makanan yang diberikan dan lingkungan sekitar. Tetapi secara keseluruhan kenaikan dan penurunan konsumsi pada kedelapan menu yang diberikan tidak berbeda jauh.

Pada habitat asli, landak umumnya memakan berbagai vegetasi termasuk rumput, daun, bunga, ranting, akar, tunas, dan biji dari tanaman (Banfield 1974). Tetapi pada penelitian ini, pada umbi-umbian seperti singkong, kentang, dan wortel menempati urutan bawah pada tingkat konsumsi. Hal ini sesuai dengan penelitian Wardi et al. (2011) bahwa landak tidak menyukai umbi-umbian.

(27)

16

pada tingkat pencapaian dalam penampilan produksi tertinggi dan sesuai potensi genetiknya. Menurut Parakkasi (1995), protein menjadi salah satu nutrisi penting selain karbohidrat karena digunakan hewan untuk proses metabolisme dan pertumbuhan tubuh hewan, terutama untuk hewan ternak yang tujuannya untuk menghasilkan daging. Hal ini didukung dengan pemaparan Wulansari (2012), bahwa landak Jawa memiliki sel-sel chief pada lambungnya menghasilkan enzim pepsin. Enzim ini digunakan untuk mencerna protein menjadi asam amino sehingga mudah diserap ke dalam darah. Sel chief pada lambung landak ini diduga memiliki kemampuan untuk mencerna protein dengan baik.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jenis pakan yang disukai oleh landak Jawa secara berurutan adalah apel, kembang kol, bengkoang, kangkung, sawi, mentimun, pisang, dan ubi jalar. Sedangkan, jenis pakan yang tidak disukai oleh landak Jawa adalah kelapa, singkong, kentang, wortel, dan jagung. Pada tingkat pemilihan menu menunjukkan bahwa delapan menu yang merupakan kombinasi acak dari tiga belas jenis pakan tersebut menunjukkan hasil menu V (jagung, kembang kol, singkong, kentang, dan kangkung) sebagai menu dengan tingkat konsumsi terbaik disusul oleh menu VI (jagung, sawi, apel, ubi jalar, dan mentimun), menu VII (jagung, kembang kol, apel, ubi jalar, dan kangkung) dan menu IV (jagung, apel, wortel, kembang kol, dan kangkung). Tingkat preferensi terhadap jenis pakan dan menu pada landak berkaitan dengan kandungan nutrisi sehingga didapatkan bahwa sumber energi utama pada landak Jawa adalah karbohidrat, protein, dan air.

Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang jenis-jenis pakan yang ekonomis dan dapat memengaruhi kenaikan bobot tubuh, menambah data ilmiah dan dapat digunakan peternak dalam usaha budidaya ternak landak Jawa.

DAFTAR PUSTAKA

Aliansyah. 2008. Kelapa. [Internet]. [diunduh 2012 Desember 12]. Tersedia pada: http://id.wikipedia.org.

Anggorodi R. 1973. Ilmu Makanan Ternak Umum. Proyek Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi. Bogor (ID): IPB Pr.

(28)

17 Arora SP. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Yogyakarta (ID):

UGM Pr.

Systematic Review. United Kingdom (GB): Oxford University Pr Direktorat Kesehatan Hewan. 2010. Petunjuk Teknis Penanggulangan

Gangguan Reproduksi dan Peningkatan Pelayanan Kesehatan Hewan. Jakarta (ID): Departemen Pertanian.

Farida WR, Ridwan R. 2011. Giving formulated pellet on Javan Porcupine (Hystrix javanica F. Cuvier, 1823): Effects on Feed Intake, Feed Conversion, and Digestibility in Pre-Domestication Condition. Jurnal Biologi Indonesia. 7(1):157-170.

Grzimek B. 1975. Grzimek’s Animal Life Encyclopedia Vol. II Mammals II. New York (US): Van Nostrand Reinhold Company.

Goodwin TS. 1865. Natural History, a Manual of Zoology. New York (US): Van Nostrand Reinhold Company.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Jakarta (ID): Yayasan Sarana Wana Jaya.

[LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2011. Binatang Hama. Jakarta (ID): Balai Pustaka.

Lunde D, Aplin K. 2008. Hystrix javanica. In: IUCN 2010. IUCN Red List of Threatened Species. [Internet]. [diunduh 2012 Juni 12]. Tersedia pada: http:// www.iucnredlist.org.

Muhni. 2011. Kajian Jenis Telur Cacing pada Tinja Landak Jawa (Hystrix javanica). [Skripsi]. Bogor (ID): IPB Pr.

Norsuhana AH, Mohammad NS, Aminah, Zainal. 2009. Lakuan Maternal Landak Raya (Hystrix brachyura) di Dalam Kurungan (Maternal Behaviour of Malayan Porcupine (Hystrix brachyura) in Captivity). Sains Malaysiana. 38(4):595-600.

Olson R, Andrea ML. 1999. Porcupine Ecology and Damage Management Tecniques for Rural Homeowners. Amerika (US): Universitas Wyoming Pr.

Parakkasi A. 1995. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Bandung (ID): Angkasa Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta

(ID): UI Pr.

Parker SB. 1990. Grzimek’s Encyclopedia of Mammals. New York (US): McGraw Hill.

Pond WG, Church DC, Pond KR. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. New York (US): McGraw Hill.

(29)

18

Rustadi Y. 2012. Memanfaatkan Kulit Singkong Menjadi Pakan Alternatif Ternak Kambing dan Domba. [Internet]. [diunduh 2012 Desember 12]. Tersedia pada:http://www.stpp-malang.ac.id/index.php/component/content/article/68-artikel/191-artikelkulitsingkong

Sastrapradja S. 1996. Binatang Hama. Bogor (ID): LIPI.

Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta (ID): UI Pr.

Soesarsono W. 1981. Commercial Storage of Fruit, Vegetable, and Florist and Nursery Stock. USDA Agris Handbook No. 66. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Bogor (ID): IPB Pr.

Sulistya SJ. 2007. Ingin tambah stamina, cobalah sate landak. [Internet]. [diunduh 2011 Agustus 14]. Tersedia pada:

http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0703/15/dar9. html Sunarso M, Christiyanto. 2001. Manajemen Pakan. [Internet].

[diunduh 2012 Juli 28]. Tersedia pada:

http://nutrisi.awardspace.com/download/MANAJEMEN%20PAKAN.pdf Sutardi T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi Jilid I. Departemen Ilmu Nutrisi dan

Makanan Ternak. Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID): IPB Pr.

Tillman A et al. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): UGM Pr. [USDA] United States Departement of Agriculture. 2011. National Nutrient

Database for Standard Reference. [Internet]. [diunduh 2012 Juli 18]. Tersedia pada: http:// ndb.nal.usda.gov/ndb/foods/list.

[UPI] Universitas Pendidikan Indonesia. 2002. Penyuluhan Gizi Upaya Peningkatan Pengetahuan Gizi Ibu Hamil Pada Program Gerakan Sayang Ibu. Bandung (ID): UPI Pr.

Wardi, Farida WR, Siregar HCH. 2011. Tingkah Laku Harian Landak Raya (Hystrix brachyura) Pada Siang Hari di Penangkaran. Berk Penel Hayati. Edisi Khusus. 4B(21-215).

Winarno FG, Laksmi. 1973. Pigmen dalam Pengolahan Pangan. Jakarta (ID): Gramedia.

(30)

19

Lampiran 1 Hasil uji ANOVA dengan software statistik pada Menu Rataan Sumber DF Nilai Tengah Rata-rata F Value Pr>F

Model 7 327393.9190 46770.5599 63.76 <.0001 Error 32 23473.4560 733.5455

Total Koreksi 39 350867.3750

R-Square Koefisien Variasi Root MSE Nilai Mean

0.933099 3.090992 27.08405 876.2250

Sumber DF Tipe I SS Rentang Rata F Value Pr>F Menu 7 327393.9190 467770.5599 63.76 <.0001

Sumber DF Tipe III SS Rentang Rata F Value Pr>F Menu 7 327393.9190 467770.5599 63.76 <.0001

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 32

Error Mean Square 733.5455

Angka Rataan 2 3 4 5 6 7 8

Jarak Kritis 34.89 36.67 37.83 38.66 39.28 39.78 40.17

Rataan dengan huruf sama tidak berbeda signifikan Kelompok

Duncan

Rataan N menu

A 957.44 5 Menu 5

A 956.12 5 Menu 6

A 939.48 5 Menu 7

B A 919.64 5 Menu 4

B C 896.08 5 Menu 2

C 873.48 5 Menu 3

D 786.84 5 Menu 8

(31)

20

Lampiran 2 Hasil uji ANOVA dengan software statistik pada Pakan Landak Sumber DF Nilai Tengah Rataan F Value Pr > F

Model 12 33324.48072 2777.04006 23.29 <.0001

Error 52 6199.87662 119.22840

Total Koreksi 64 39524.35734

R-Square Koefisien Variasi Root MSE nilai Mean

0.843138 6.334061 10.91918 172.3882

Sumber DF Type I SS Rentang Rataan F Value Pr > F pakan 12 33324.48072 2777.04006 23.29 <.0001 Sumber DF Type III SS Rentang Rataan F Value Pr > F

pakan 12 33324.48072 2777.04006 23.29 <.0001

x 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Rataan dengan huruf sama tidak berbeda signifikan

Error Degrees of Freedom 52

(32)

21 C B 153.700 5 Wortel

C 144.453 5 Kentang

C 141.860 5 Singkong

D 125.520 5 Kelapa

Lampiran 3 Kandungan nutrisi per 100 g (USDA 2011) Nama Karbohidrat

(g)

Protein (g)

Lemak (g)

Serat (g)

Kandungan Air (g)

Jagung 74,26 9,42 4,74 7,3 10,37

Singkong 38,6 1,36 0,28 1,8 59,68

Kentang 12,44 2,57 0,1 2,5 83,29

Sawi 4,9 2,7 0,2 3.3 90,80

Mentimun 2,16 0,59 0,16 0,7 96,73

Pisang 22,84 1,09 0,33 2,6 74,91

Bengkuang 8,82 0,72 4,9 4,9 90,07

Kelapa 15,23 3,3 33,49 9,0 46,99

Apel 13,81 0,26 0,17 2,4 85,56

Wortel 9,58 0,93 0,24 2,8 88,29

Kembang Kol

5,8 1,28 0,1 2,5 92,18

Kangkung 10,01 3,30 0,7 2 84,46

(33)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Magelang, Jawa Tengah pada tanggal 30 Maret 1989, dari pasangan Joseph Andreanto dan Maria Filomena Lilian Andreanto. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara. Penulis menghabiskan masa kecil dan remaja di Jakarta bersama keluarga.

Pendidikan Penulis diawali dari TK Bintang Kejora di Yayasan Bunda Hati Kudus, selanjutnya SD Bintang Kejora Jakarta dan saat kelas 4 hingga 6 SD, Penulis pindah ke SD Tarsisius I Jakarta. Pendidikan lanjutan menengah pertama di SMP Santa Maria Jakarta dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2007 di SMA Santo Bellarminus Jakarta. Pada tahun yang sama, Penulis berhasil lulus seleksi masuk sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB). Penulis masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

(34)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Direktorat Kesehatan Hewan (2010), pangan merupakan kebutuhan dasar dari suatu negara untuk menyejahterakan rakyatnya. Kuantitas dan kualitas pangan sangat menentukan nilai nutrisi dari asupan konsumsi seseorang. Ketersediaan pangan hewani yang bersumber dari produk peternakan yakni daging, susu, dan telur merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Kondisi saat ini menunjukkan asupan protein hewani asal ternak/kapita/hari di Indonesia masih rendah yakni 5.68 g/kapita/hari.

Pada tahun 2010, jumlah kepadatan penduduk Indonesia sebanyak 124 jiwa/km2 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.49%/tahun (BPS 2010). Nilai laju pertumbuhan penduduk yang cukup besar ini juga harus diimbangi dengan persediaan pangan salah satunya protein hewani. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dicari sebanyak mungkin pilihan sumber protein hewani yang sesuai tuntutan masyarakat. Salah satu cara yang dapat dilakukan antara lain memanfaatkan dan menjadikan beberapa spesies satwa yang masih liar sebagai alternatif hewan budidaya (Arifin 2004).

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati flora dan fauna. Banyak satwa liar yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai ternak harapan, salah satunya yaitu landak. Pada daerah Jawa Tengah, landak dianggap sebagai hama perusak tanaman. Akan tetapi, landak adalah hewan yang potensial karena daging dan durinya dapat dimanfaatkan. Menurut kepercayaan masyarakat di beberapa daerah, landak mempunyai banyak khasiat, antara lain empedu landak dapat menyembuhkan penyakit asma, dipercaya daging landak dapat meningkatkan vitalitas laki-laki dan menghilangkan gatal-gatal. Diketahui pula bahwa daging landak mempunyai kadar lemak yang lebih rendah dari pada daging sapi dan ayam, sehingga daging landak dianggap cocok dikonsumsi oleh orang yang melakukan diet rendah lemak (Sulistya 2007).

Menurut CITES (The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) tahun 2008, status landak adalah least concern atau tidak terlalu diperhatikan statusnya. Hal ini dikarenakan jumlah populasi landak yang masih banyak di berbagai benua dengan famili yang beragam yaitu Hystricidae (Old World Porcupines) dan Erethrizontidae (New World Porcupines). Famili-famili landak tersebut menandakan bahwa jumah dari populasi landak banyak dan tersebar di berbagai benua serta di berbagai daerah di Indonesia (Lunde dan Aplin 2008).

(35)

2

mendekati jenis pakan alami di alam, tetapi dengan biaya yang masih rasional untuk usaha peternakan.

Dalam usaha budidaya atau peternakan, pakan merupakan komponen yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan. Agar para peternak mencapai target produksi ternak yang menguntungkan, salah satu faktor produksi yang dapat dilakukan dalam ukuran waktu yang relatif cepat adalah pemberian pakan yang tepat. Menurut Sunarso (2001), keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh tiga faktor yang sama pentingnya, yaitu 1) breeding (pemulia biakan, bibit), 2) feeding (pakan), dan 3) management (tata laksana). Namun jika dilihat dari total biaya produksi dalam usaha peternakan maka kontribusi pakan adalah yang paling tinggi sekitar 75%.

Untuk peternakan landak sebenarnya sudah mulai berkembang di negara tetangga Malaysia. Namun demikian informasi mengenai jenis pakan yang cocok untuk landak belum banyak dipublikasikan terutama pada landak Jawa. Penelitian yang sudah ada saat ini adalah mengenai perilaku maternal landak Raya dalam kandang (Norsuhana et al. 2009) dan tingkah laku landak Raya pada siang hari pada penangkaran (Wardi et al. 2011). Penelitian tentang landak Jawa pun sudah mulai diperhatikan seperti penelitian yang dilakukan oleh peneliti LIPI tentang pemberian pelet formula pada landak Jawa: pengaruhnya terhadap konsumsi, konversi pakan, dan kecernaan pakan pada kondisi pra budidaya (Farida dan Ridwan 2011). Saat ini pengetahuan tentang bahan alami yang dapat dijadikan sebagai sumber pakan untuk landak masih terbatas. Berbeda dengan kehidupan di alam dengan berbagai pakan yang dapat dipilih oleh landak saat diternakan jenis pakan yang dipilih landak menjadi lebih terbatas. Oleh karena itu perlu dicari jenis pakan yang murah, mudah diperoleh, tersedia setiap saat, serta mampu mendukung produktivitas landak. Pakan sebagai sumber dari perkembangan tubuh hewan harus diperhatikan mencakup kualitas produksi ternak. Sehingga pemanfaatan sumber pakan lokal secara optimal dapat menentukan tercapainya produktivitas daging secara maksimal.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu menduga tingkat daya makan sukarela (voluntary feed intake) landak Jawa terhadap konsumsi segar dengan mengukur tingkat kesukaan (uji palatabilitas/preferensi) landak Jawa terhadap beragam sumber hijauan, umbi-umbian, dan buah-buahan.

Luaran Penelitian

(36)

3

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data ilmiah sebagai pedoman peternak dalam pemberian pakan landak yang efektif dan mudah didapat untuk mengembangkan usaha peternakan landak.

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi dan Klasifikasi Landak

Hewan landak sendiri termasuk hewan yang hidup soliter dengan aktivitas yang banyak dilakukan pada malam hari (nokturnal). Hal unik pada landak yaitu memiliki kurang lebih 30.000 duri di seluruh permukaan tubuhnya. Pada saat landak merasa terancam oleh musuhnya, hewan ini akan mengibaskan ekornya yang berduri sebagai bentuk pertahanan diri (Roze 1989). Klasifikasi landak menurut Corbet dan Hill (1992) adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Subordo : Hystricomorpha

 Famili Hystricidae: Old World Porcupines (12 subfamili)

Hystrix javanica, Sunda Porcupine

 Famili Erethizontidae: New World Porcupines

Menurut Parker (1990), ciri-ciri fisik lain dari hewan landak adalah memiliki bentuk tubuh yang lonjong dan cenderung untuk bergerak secara lambat. Kemudian, landak mempunyai panjang badan antara 40-91 cm, panjang ekor 6-25 cm, dan berat badan antara 5.4-16 kg (tergantung spesies). Norsuhana et al. (2009) menyatakan landak termasuk hewan poliestrus dan memiliki kemungkinan anak sebanyak 2-4 anak/kelahiran. Kemungkinan kelahiran yang dapat terjadi untuk landak betina yaitu sebanyak dua kali dalam setahun.

(37)

3

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data ilmiah sebagai pedoman peternak dalam pemberian pakan landak yang efektif dan mudah didapat untuk mengembangkan usaha peternakan landak.

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi dan Klasifikasi Landak

Hewan landak sendiri termasuk hewan yang hidup soliter dengan aktivitas yang banyak dilakukan pada malam hari (nokturnal). Hal unik pada landak yaitu memiliki kurang lebih 30.000 duri di seluruh permukaan tubuhnya. Pada saat landak merasa terancam oleh musuhnya, hewan ini akan mengibaskan ekornya yang berduri sebagai bentuk pertahanan diri (Roze 1989). Klasifikasi landak menurut Corbet dan Hill (1992) adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Subordo : Hystricomorpha

 Famili Hystricidae: Old World Porcupines (12 subfamili)

Hystrix javanica, Sunda Porcupine

 Famili Erethizontidae: New World Porcupines

Menurut Parker (1990), ciri-ciri fisik lain dari hewan landak adalah memiliki bentuk tubuh yang lonjong dan cenderung untuk bergerak secara lambat. Kemudian, landak mempunyai panjang badan antara 40-91 cm, panjang ekor 6-25 cm, dan berat badan antara 5.4-16 kg (tergantung spesies). Norsuhana et al. (2009) menyatakan landak termasuk hewan poliestrus dan memiliki kemungkinan anak sebanyak 2-4 anak/kelahiran. Kemungkinan kelahiran yang dapat terjadi untuk landak betina yaitu sebanyak dua kali dalam setahun.

(38)

4

Deskripsi Hystrix javanica

Hystrix javanica, ditemukan oleh F. Cuvier di Pulau Jawa pada tahun 1823. Landak Jawa memiliki beberapa karakteristik mencakup berat rata-rata sekitar 8 kg dengan panjang tubuh sekitar 45.5 sampai dengan 73.5 cm. Panjang ekornya berkisar antara 6 sampai dengan 13 cm (Grizmek 1975).

Secara umum, landak Jawa terdapat di Pulau Jawa, Lombok, Madura, Flores, dan Sumbawa. Habitat landak Jawa yaitu hutan dataran rendah, kaki bukit, dan area pertanian. Pakan landak Jawa dapat berupa buah-buahan, sayur-sayuran, akar, dan batang tumbuhan (LIPI 2011).

Menurut Banfield (1974), landak termasuk herbivora monogastrik. Landak memakan berbagai vegetasi termasuk rumput, daun, bunga, ranting, akar, tunas, dan biji dari tanaman lain. Di alam, landak memakan bagian tanduk rusa untuk memenuhi kandungan mineral dalam tubuh.

Habitat dan Penyebaran

Landak merupakan satwa terestrial, sehingga landak bersarang dengan membuat lubang di dalam tanah dengan kedalaman sekitar 5 meter. Lubang ini terdiri beberapa cabang yang mempunyai beberapa pintu keluar. Landak terdapat pada semua tipe hutan, seperti perkebunan, semak-semak, padang rumput, dan tepian perkampungan di Pulau Jawa dan Pulau Madura. Pemilihan tempat tinggal landak ini menyebabkan landak sering dianggap sebagai hama yang merusak tanaman di ladang para petani, karena dekat dengan pemukiman warga dan ladang masyarakat (Sastrapradja 1996).

Landak Jawa merupakan satwa endemik di Pulau Jawa, dan masih berkerabat dekat dengan landak Sumatera (Hystrix sumatrae) yang merupakan satwa endemik Sumatera, dan Bornean porcupine (Thecurus crassispinis) yang merupakan satwa endemik Kalimantan. Persebaran landak Jawa meliputi daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, dan Madura (Anggorodi 1973)

Saluran Pencernaan

(39)

5

Gambar 1 Gambaran morfologi lambung landak Jawa Diadaptasi: Wulansari 2012

Pakan

Di habitat aslinya landak Jawa memakan bagian-bagian tanaman seperti akar, umbi-umbian, kulit kayu, dan buah-buahan (Sastrapradja 1996). Landak dari famili Erethizontidae umumnya memakan dedaunan dan serat tinggi yang sulit dicerna oleh enzim pencernaan hewan mamalia lainnya. Beberapa contoh dari molekul serat kompleks yaitu selulose, lignin, dan pektin. Sekum adalah kantong besar yang berlokasi pada persimpangan antara usus kecil dan usus besar. Pada sekum terdapat bakteri yang berfungsi menyerap air, memecah urea sehingga meringankan beban kerja ginjal. Fungsi ini memungkinkan landak untuk mengekstrak maksimum jumlah air yang dikonsumsi dari makanan. Hal ini penting bagi landak yang tinggal di daerah gurun atau landak yang masa hibernasinya panjang (Olson 1999).

Sifat Seleksi

(40)

6

Konsumsi Pakan

Parakkasi (1999) menyatakan bahwa tingkat konsumsi (Voluntary Feed Intake) diartikan sebagai jumlah makanan yang dikonsumsi oleh hewan bila pakan tersebut diberikan ad libitum. Tingkat konsumsi hewan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu hewan, makanan, dan lingkungan. Menurut Pond et al. (1995) yang memengaruhi konsumsi pakan adalah palatabilitas, bau, rasa, penglihatan, dan tekstur pakan. Konsumsi zat makanan sangat diperlukan untuk membantu metabolisme dalam tubuh (Sutardi 1980). Jumlah konsumsi pakan merupakan salah satu tanda terbaik produktivitas hewan (Arora 1989).

Tillman et al. (1991) menyatakan, bahwa konsumsi adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Aktivitas konsumsi pakan meliputi proses mencari, mengenal dan mendekati, mengindra, dan memilih pakan. Arora (1989) menambahkan bahwa produktivitas hewan salah satunya dapat dilihat dari jumlah konsumsi. Konsumsi pakan akan bertambah jika diberikan pakan yang berdaya cerna lebih tinggi. Temperatur lingkungan yang tinggi akan menurunkan konsumsi pakan, sedangkan penurunan temperatur akan merangsang pusat makan untuk meningkatkan konsumsi pakan.

Kecernaan Pakan

Dalam proses pemilihan pakan, perlu menjadi perhatian yaitu proses pencernaan di dalam tubuh hewan tersebut. Proses pencernaan menurut Sutardi (1980) adalah suatu proses yang dimulai dari rongga mulut hingga dikeluarkan melalui anus. Pencernaan adalah proses perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan pakan dalam alat pencernaan yang meliputi proses pencernaan mekanik, hidrolitik, dan fermentatif. Parakkasi (1999) menyatakan bila pakan sukar dicerna, maka relatif lebih banyak energi pakan tersebut yang keluar melalui feses. Energi merupakan bagian terbesar yang disuplai oleh hampir semua pakan yang biasa digunakan untuk ternak, oleh karena itu apabila hewan menggunakan suatu pakan yang cukup mengandung protein dan mineral, maka semua perhitungan kebutuhan zat makanan dapat diarahkan untuk energi tanpa kesalahan yang berarti. Menurut Anggorodi (1973), daya cerna bahan pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Suhu

(41)

7 2. Laju perjalanan makanan di dalam alat pencernaan

Perjalanan bahan makanan berpengaruh terhadap daya cerna pada alat pencernaan. Bila perjalanan bahan makanan yang terlalu cepat di saluran pencernaan akan menyebabkan kurangnya waktu untuk mencerna zat-zat makanan secara menyeluruh oleh enzim-enzim pencernaan, sehingga nilai daya cerna bahan makanan tersebut menjadi rendah.

3. Bentuk fisik dari pakan

Pengaruh pakan yang digiling terhadap daya cerna, tergantung pada bagaimana hewan mengunyah pakan tersebut sebelum bahan masuk melalui alat pencernaan. Hewan yang sangat muda dan hewan yang sangat tua yang tidak mempunyai gigi sempurna, tidak dapat mengunyah makanannya sebaik hewan dewasa dengan gigi yang baik. Butir-butiran yang digiling untuk hewan memberikan permukaan yang luas terhadap getah pencernaan dan karenanya mempertinggi daya cernanya.

METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan kandang hewan percobaan yang terletak di Unit Rehabilitasi dan Reproduksi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, dan Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi FKH-IPB. Penelitian ini berlangsung selama 40 hari yaitu dari bulan Mei-Juni 2010.

Bahan dan Alat

Penelitian ini menggunakan lima ekor landak Jawa dewasa. Pakan yang dicobakan meliputi kelompok bahan sayuran, umbi-umbian, dan buah-buahan. Alat-alat yang digunakan antara lain timbangan digital, piring plastik, sendok, pinset, dan pisau.

Kandang dan Perlengkapan

Kandang yang digunakan untuk penelitian ini kandang individu yang terbuat dari stainless steel. Aluminium diletakkan di bagian bawah kandang berbentuk segiempat sebagai tempat penampungan sisa pakan, urin, dan feses. Setiap kandang dilengkapi tempat air minum berbentuk mangkuk yang terbuat dari stainless steel.

Tahap Penelitian

(42)

7 2. Laju perjalanan makanan di dalam alat pencernaan

Perjalanan bahan makanan berpengaruh terhadap daya cerna pada alat pencernaan. Bila perjalanan bahan makanan yang terlalu cepat di saluran pencernaan akan menyebabkan kurangnya waktu untuk mencerna zat-zat makanan secara menyeluruh oleh enzim-enzim pencernaan, sehingga nilai daya cerna bahan makanan tersebut menjadi rendah.

3. Bentuk fisik dari pakan

Pengaruh pakan yang digiling terhadap daya cerna, tergantung pada bagaimana hewan mengunyah pakan tersebut sebelum bahan masuk melalui alat pencernaan. Hewan yang sangat muda dan hewan yang sangat tua yang tidak mempunyai gigi sempurna, tidak dapat mengunyah makanannya sebaik hewan dewasa dengan gigi yang baik. Butir-butiran yang digiling untuk hewan memberikan permukaan yang luas terhadap getah pencernaan dan karenanya mempertinggi daya cernanya.

METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan kandang hewan percobaan yang terletak di Unit Rehabilitasi dan Reproduksi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, dan Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi FKH-IPB. Penelitian ini berlangsung selama 40 hari yaitu dari bulan Mei-Juni 2010.

Bahan dan Alat

Penelitian ini menggunakan lima ekor landak Jawa dewasa. Pakan yang dicobakan meliputi kelompok bahan sayuran, umbi-umbian, dan buah-buahan. Alat-alat yang digunakan antara lain timbangan digital, piring plastik, sendok, pinset, dan pisau.

Kandang dan Perlengkapan

Kandang yang digunakan untuk penelitian ini kandang individu yang terbuat dari stainless steel. Aluminium diletakkan di bagian bawah kandang berbentuk segiempat sebagai tempat penampungan sisa pakan, urin, dan feses. Setiap kandang dilengkapi tempat air minum berbentuk mangkuk yang terbuat dari stainless steel.

Tahap Penelitian

(43)

8

waktu lima hari secara berurut. Untuk menghitung dilakukan penimbangan sisa pakan pada pagi hari berikutnya.

Analisis Data

Data dianalisis secara deskriptif dengan menghitung keseluruhan jumlah rataan mingguan menggunakan Program Excel. Analisis ini dilakukan dikarenakan jumlah materi yang terbatas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Preferensi Menu Pakan

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan tiga belas jenis pakan yang dikelompokkan ke dalam delapan menu yang disusun secara acak (kecuali jagung) dapat diketahui jenis pakan dan menu yang paling disukai oleh landak Jawa (Gambar 2). Pada kedelapan menu setelah melalui perhitungan persentase rata-rata total dari tiap menu didapatkan seperti tercantum pada Tabel 2. Persentase total konsumsi tertinggi yaitu pada menu V sebanyak 95.74% disusul secara berurutan yaitu menu VI sebesar 95.61%, menu VII sebesar 93.95%, menu IV sebesar 91.96%, menu II sebesar 89.61%, menu III sebesar 87.35%, menu VIII sebesar 78.68%, dan menu dengan persentase total konsumsi paling rendah pada menu I sebesar 68.07%.

Tabel 1 Kombinasi menu pakan

(44)

8

waktu lima hari secara berurut. Untuk menghitung dilakukan penimbangan sisa pakan pada pagi hari berikutnya.

Analisis Data

Data dianalisis secara deskriptif dengan menghitung keseluruhan jumlah rataan mingguan menggunakan Program Excel. Analisis ini dilakukan dikarenakan jumlah materi yang terbatas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Preferensi Menu Pakan

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan tiga belas jenis pakan yang dikelompokkan ke dalam delapan menu yang disusun secara acak (kecuali jagung) dapat diketahui jenis pakan dan menu yang paling disukai oleh landak Jawa (Gambar 2). Pada kedelapan menu setelah melalui perhitungan persentase rata-rata total dari tiap menu didapatkan seperti tercantum pada Tabel 2. Persentase total konsumsi tertinggi yaitu pada menu V sebanyak 95.74% disusul secara berurutan yaitu menu VI sebesar 95.61%, menu VII sebesar 93.95%, menu IV sebesar 91.96%, menu II sebesar 89.61%, menu III sebesar 87.35%, menu VIII sebesar 78.68%, dan menu dengan persentase total konsumsi paling rendah pada menu I sebesar 68.07%.

Tabel 1 Kombinasi menu pakan

Gambar

Tabel 2 Hasil perhitungan persentase rataan  menu
Tabel 4 Hasil perhitungan persentase pakan yang dikonsumsi pada tiap menu
Tabel 5 Perkiraan perhitungan kandungan nutrisi yang dikonsumsi pada setiap menu    (perhitungan berdasarkan USDA 2011)
Tabel 6 Hasil uji Duncan dari pemilihan preferensi jenis pakan
+5

Referensi

Dokumen terkait