• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulis dilahirkan di Magelang, Jawa Tengah pada tanggal 30 Maret 1989, dari pasangan Joseph Andreanto dan Maria Filomena Lilian Andreanto. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara. Penulis menghabiskan masa kecil dan remaja di Jakarta bersama keluarga.

Pendidikan Penulis diawali dari TK Bintang Kejora di Yayasan Bunda Hati Kudus, selanjutnya SD Bintang Kejora Jakarta dan saat kelas 4 hingga 6 SD, Penulis pindah ke SD Tarsisius I Jakarta. Pendidikan lanjutan menengah pertama di SMP Santa Maria Jakarta dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2007 di SMA Santo Bellarminus Jakarta. Pada tahun yang sama, Penulis berhasil lulus seleksi masuk sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB). Penulis masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama masa pendidikan, Penulis aktif dalam berbagai kegiatan di dalam kampus. Di dalam kampus, Penulis bergabung dalam Himpunan Profesi Hewan Kesayangan (HKSA), Persekutuan FKH IPB, paduan suara Gita Klinika FKH IPB, serta Keluarga Mahasiswa Katholik IPB (KEMAKI) sebagai Pendamping. Selain itu, Penulis juga aktif dalam kepanitiaan beberapa seminar yang diadakan oleh FKH IPB. Selain itu, Penulis juga pernah mengikuti kegiatan magang di klinik hewan dan peternakan.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Direktorat Kesehatan Hewan (2010), pangan merupakan kebutuhan dasar dari suatu negara untuk menyejahterakan rakyatnya. Kuantitas dan kualitas pangan sangat menentukan nilai nutrisi dari asupan konsumsi seseorang. Ketersediaan pangan hewani yang bersumber dari produk peternakan yakni daging, susu, dan telur merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Kondisi saat ini menunjukkan asupan protein hewani asal ternak/kapita/hari di Indonesia masih rendah yakni 5.68 g/kapita/hari.

Pada tahun 2010, jumlah kepadatan penduduk Indonesia sebanyak 124 jiwa/km2 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.49%/tahun (BPS 2010). Nilai laju pertumbuhan penduduk yang cukup besar ini juga harus diimbangi dengan persediaan pangan salah satunya protein hewani. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dicari sebanyak mungkin pilihan sumber protein hewani yang sesuai tuntutan masyarakat. Salah satu cara yang dapat dilakukan antara lain memanfaatkan dan menjadikan beberapa spesies satwa yang masih liar sebagai alternatif hewan budidaya (Arifin 2004).

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati flora dan fauna. Banyak satwa liar yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai ternak harapan, salah satunya yaitu landak. Pada daerah Jawa Tengah, landak dianggap sebagai hama perusak tanaman. Akan tetapi, landak adalah hewan yang potensial karena daging dan durinya dapat dimanfaatkan. Menurut kepercayaan masyarakat di beberapa daerah, landak mempunyai banyak khasiat, antara lain empedu landak dapat menyembuhkan penyakit asma, dipercaya daging landak dapat meningkatkan vitalitas laki-laki dan menghilangkan gatal-gatal. Diketahui pula bahwa daging landak mempunyai kadar lemak yang lebih rendah dari pada daging sapi dan ayam, sehingga daging landak dianggap cocok dikonsumsi oleh orang yang melakukan diet rendah lemak (Sulistya 2007).

Menurut CITES (The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) tahun 2008, status landak adalah least concern atau tidak terlalu diperhatikan statusnya. Hal ini dikarenakan jumlah populasi landak yang masih banyak di berbagai benua dengan famili yang beragam yaitu Hystricidae (Old World Porcupines) dan Erethrizontidae (New World Porcupines). Famili-famili landak tersebut menandakan bahwa jumah dari populasi landak banyak dan tersebar di berbagai benua serta di berbagai daerah di Indonesia (Lunde dan Aplin 2008).

Landak merupakan ternak harapan, sehingga untuk dapat diternakkan dengan baik perlu diketahui jenis dan komposisi pakan dari hewan tersebut. Sehingga seluruh kebutuhan nutrisi hewan yang dikandangkan tergantung dari pakan yang diberikan. Oleh karena itu untuk budi daya ini perlu dicari jenis pakan yang cocok yang dapat memenuhi kebutuhan akan nutrisi yang diperlukan untuk kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi. Hal yang harus menjadi perhatian dalam pemberian pakan hewan yang dikandangkan adalah dari segi komposisi dan pertimbangan sisi ekonomis. Pakan yang diberikan harus

2

mendekati jenis pakan alami di alam, tetapi dengan biaya yang masih rasional untuk usaha peternakan.

Dalam usaha budidaya atau peternakan, pakan merupakan komponen yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan. Agar para peternak mencapai target produksi ternak yang menguntungkan, salah satu faktor produksi yang dapat dilakukan dalam ukuran waktu yang relatif cepat adalah pemberian pakan yang tepat. Menurut Sunarso (2001), keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh tiga faktor yang sama pentingnya, yaitu 1) breeding (pemulia biakan, bibit), 2) feeding (pakan), dan 3) management (tata laksana). Namun jika dilihat dari total biaya produksi dalam usaha peternakan maka kontribusi pakan adalah yang paling tinggi sekitar 75%.

Untuk peternakan landak sebenarnya sudah mulai berkembang di negara tetangga Malaysia. Namun demikian informasi mengenai jenis pakan yang cocok untuk landak belum banyak dipublikasikan terutama pada landak Jawa. Penelitian yang sudah ada saat ini adalah mengenai perilaku maternal landak Raya dalam kandang (Norsuhana et al. 2009) dan tingkah laku landak Raya pada siang hari pada penangkaran (Wardi et al. 2011). Penelitian tentang landak Jawa pun sudah mulai diperhatikan seperti penelitian yang dilakukan oleh peneliti LIPI tentang pemberian pelet formula pada landak Jawa: pengaruhnya terhadap konsumsi, konversi pakan, dan kecernaan pakan pada kondisi pra budidaya (Farida dan Ridwan 2011). Saat ini pengetahuan tentang bahan alami yang dapat dijadikan sebagai sumber pakan untuk landak masih terbatas. Berbeda dengan kehidupan di alam dengan berbagai pakan yang dapat dipilih oleh landak saat diternakan jenis pakan yang dipilih landak menjadi lebih terbatas. Oleh karena itu perlu dicari jenis pakan yang murah, mudah diperoleh, tersedia setiap saat, serta mampu mendukung produktivitas landak. Pakan sebagai sumber dari perkembangan tubuh hewan harus diperhatikan mencakup kualitas produksi ternak. Sehingga pemanfaatan sumber pakan lokal secara optimal dapat menentukan tercapainya produktivitas daging secara maksimal.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu menduga tingkat daya makan sukarela (voluntary feed intake) landak Jawa terhadap konsumsi segar dengan mengukur tingkat kesukaan (uji palatabilitas/preferensi) landak Jawa terhadap beragam sumber hijauan, umbi-umbian, dan buah-buahan.

Luaran Penelitian

Adanya penelitian ini akan menghasilkan pengetahuan baru tentang tingkat daya makan serta tingkat kesukaan dari landak Jawa terhadap beberapa jenis pakan yang telah dicobakan.

3

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data ilmiah sebagai pedoman peternak dalam pemberian pakan landak yang efektif dan mudah didapat untuk mengembangkan usaha peternakan landak.

Dokumen terkait