• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Planlet Anggrek Dendrobium spectabile pada Pemberian Beberapa Taraf Paclobutrazol selama Tahap Aklimatisasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Planlet Anggrek Dendrobium spectabile pada Pemberian Beberapa Taraf Paclobutrazol selama Tahap Aklimatisasi"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PLANLET ANGGREK

Dendrobium spectabile

PADA PEMBERIAN BEBERAPA TARAF PACLOBUTRAZOL

SELAMA TAHAP AKLIMATISASI

YUSI NURMALITA ANDARINI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Planlet Anggrek Dendrobium spectabile pada Pemberian Beberapa Taraf Paclobutrazol selama Tahap Aklimatisasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulislain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

YUSI NURMALITA ANDARINI. Respon Planlet Anggrek Dendrobium spectabile pada Pemberian Beberapa Taraf Paclobutrazol selama Tahap Aklimatisasi. Dibimbing oleh DINY DINARTI.

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh pemberian paclobutrazol terhadap pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium spectabile selama tahap aklimatisasi. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok satu faktor yaitu konsentrasi paclobutrazol. Terdapat delapan perlakuan konsentrasi paclobutrazol yang digunakan yaitu 0 ppm, 10 ppm dengan dua kali dan empat kali penyemprotan, 20 ppm dengan dua kali dan empat kali penyemprotan, 30 ppm dengan dua kali dan empat kali penyemprotan, serta 20 ppm dengan perendaman selama satu jam sebelum ditanam dengan empat ulangan pada masing-masing perlakuan, sehingga terdapat 32 satuan percobaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian aplikasi paclobutrazol berpengaruh terhadap persentase tumbuh planlet, pertambahan panjang daun, jumlah akar, kerapatan sel palisade, tinggi tanaman, dan tebal daun. Respon terbaik ditunjukkan oleh aplikasi empat kali penyemprotan larutan 30 ppm paclobutrazol. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase tumbuh planlet 100%, jumlah akar tertinggi, kerapatan sel palisade terbesar, dan tebal daun tertinggi.

Kata kunci: aklimatisasi, Dendrobium spectabile, paclobutrazol

ABSTRACT

YUSI NURMALITA ANDARINI. The Response of Dendrobium spectabile Planlet on Some Levels of Paclobutrazol during Acclimatization. Supervised by DINY DINARTI.

The objective of this research was to determine the effect of paclobutrazol on Dendrobium spectabile planlet in acclimatization phase. This research used a complete randomized block design, with paclobutrazol concentration as treatment. There were eight level of paclobutrazol concentrations used 0 ppm, 10 ppm with twice and four times spraying, 20 ppm with twice and four times spraying, 30 ppm with twice and four times spraying, and 20 ppm pre soaked treatment. Each treatment repeated four times, so it consist of 32 units experiment. The result from this research are showed significant effect of paclobutrazol concentration application on planlet survived percent, length of the leaf, number of root, number of palisade cell, plant height, and thickness of leaf. The best response was shown by application of sprayed 30 ppm paclobutrazol four times. That showed 100% percentage of plantlets grown, the highest number of roots, the largest palisade cell, and the highest leaf thickness.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

RESPON PLANLET ANGGREK

Dendrobium spectabile

PADA PEMBERIAN BEBERAPA TARAF PACLOBUTRAZOL

SELAMA TAHAP AKLIMATISASI

YUSI NURMALITA ANDARINI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Respon Planlet Anggrek Dendrobium spectabile pada Pemberian Beberapa Taraf Paclobutrazol selama Tahap Aklimatisasi

Nama : Yusi Nurmalita Andarini

NIM : A24090112

Disetujui oleh

Dr Ir Diny Dinarti, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari hingga April 2013 ini adalah Aklimatisasi anggrek Dendrobium spectabile, dengan judul Respon Planlet Anggrek Dendrobium spectabile pada Pemberian Beberapa Taraf Paclobutrazol selama Tahap Aklimatisasi.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Diny Dinarti, MSi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan dukungan selama kegiatan penelitian dilaksanakan, kepada Dr Dewi Sukma SP, MSi yang telah memberikan bimbingan akademik selama kegiatan akademik di IPB, dan kepada Dr Ir Sandra Arifin Aziz, MS serta Dr Ir Syarifah Iis Aisyah, MSc.Agr yang telah bersedia menjadi dosen penguji pada ujian skripsi. Kepada kedua orang tua dan saudara yang telah memberikan semangat baik moril maupun materil, penulis mengucapakan terimakasih. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada teman-teman Agronomi dan Hortikultura Angkatan 46 (Socrates 46), teman-teman Ikatan Mahasiswa Banyumas (Ikamahamas IPB), dan semua pihak yang ikut terlibat dalam penelitian ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

PENDAHULUAN 1 

Latar Belakang 1 

Tujuan Penelitian 3 

Hipotesis Penelitian 3 

TINJAUAN PUSTAKA 3 

METODE 7 

Bahan 8 

Alat 8 

Prosedur Analisis Data 8 

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 

Kondisi Umum 8 

Hasil dan Pembahasan 9 

KESIMPULAN DAN SARAN 23 

Kesimpulan 23 

Saran 23 

DAFTAR PUSTAKA 23 

(10)

DAFTAR TABEL

1 Rata-rata persentase tumbuh anggrek Dendrobium spectabile 10  2 Rata-rata pertambahan jumlah daun total anggrek 11  3 Rata-rata pertambahan panjang daun anggrek Dendrobium spectabile 12  4 Rata-rata pertambahan lebar daun anggrek Dendrobium spectabile 13  5 Rata-rata jumlah tunas anggrek Dendrobium spectabile 13  6 Rata-rata jumlah akar anggrek Dendrobium spectabile 14  7 Rata-rata panjang akar anggrek Dendrobium spectabile 16  8 Rata-rata diameter akar anggrek Dendrobium spectabile 16  9 Rata-rata warna daun anggrek Dendrobium spectabile 17  10 Rata-rata jumlah klorofil anggrek Dendrobium spectabile 17  11 Rata-rata kerapatan stomata anggrek Dendrobium spectabile 18  12 Rata-rata kerapatan sel palisade anggrek Dendrobium spectabile 19  13 Rata-rata tinggi tanaman anggrek Dendrobium spectabile 21  14 Rata-rata tebal daun anggrek Dendrobium spectabile 22 

DAFTAR GAMBAR

1 Bunga anggrek Dendrobium spectabile

2 Planlet anggrek Dendrobium spectabile terserang OPT 9  3 Penampilan panjang daun anggrek Dendrobium spectabile pada 8 MSP 12  4 Penampilan akar anggrek Dendrobium spectabile pada 8 MSP 15  5 Stomata daun anggrek Dendrobium spectabile pada 8 MSP 18  6 Sel palisade daun anggrek Dendrobium spectabile pada 8 MSP 20  7 Grafik korelasi antara kerapatan sel palisade dan tebal daun pada 8

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anggrek yang termasuk kedalam famili Orchidaceae merupakan salah satu kekayaan hayati Indonesia yang memiliki keanekaragaman spesies sangat besar dan tersebar di Indonesia. Beberapa genus anggrek yang dikenal diantaranya adalah Dendrobium, Arachnis, Cymbidium, Cattleya, dan Vanda. Anggrek menempati posisi penting dalam industri florikultura di Indonesia. Yusnita (2010) menuliskan bahwa Indonesia memiliki sekitar 5 000 spesies anggrek dan berpotensi untuk menjadi salah satu negara termaju di dunia peranggrekan jika ditunjang dengan pemuliaan tanaman dan teknologi perbanyakan yang baik. Anggrek merupakan sumber devisa potensial bagi negara di samping dapat menjadi sumber penghasilan bagi petani. Hal tersebut menimbulkan tingginya minat masyarakat untuk memelihara dan mengelola anggrek sebagai tanaman komersil.

Saat ini anggrek yang dominan disukai oleh masyarakat adalah jenis Dendrobium (34%), Oncidium Golden Shower (26%), Catleya (20%), dan Vanda (17%) serta anggrek jenis lain (3%) (Dirjen P2HP 2010). Anggrek jenis Dendrobium merupakan komoditas yang paling banyak digemari masyarakat karena sifatnya yang relatif lebih tahan lama dan warna bunga yang bervariasi, sehingga sangat berpotensi untuk dikembangkan karena mempuyai nilai ekonomis yang tinggi sebagai komoditas ekspor maupun untuk pasaran dalam negeri. Dendrobium merupakan salah satu marga Orchidaceae yang jumlahnya besar dan beraneka ragam (Widiastoety et al. 2000). Jenis ini paling populer di kalangan hobiis maupun pengusaha anggrek karena bunganya memiliki beragam bentuk, ukuran dan warna. Selain itu, anggrek ini memiliki pangsa pasar 50% dari total pasar anggrek untuk tanaman dalam pot. Melihat peluang ekonomi anggrek Dendrobium yang begitu besar, diperlukan teknik perbanyakan yang cepat dan efisien seperti teknik in vitro.

Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuh kembangkan bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan maupun organ dalam kondisi aseptik secara in vitro (Marlina dan Rusnandi 2007). Menurut Panjaitan (2005) salah satu alternatif untuk melestarikan keanekaragaman anggrek adalah melakukan perbanyakan melalui kultur jaringan yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan cara konvensional. Kelebihan itu diantaranya dapat menghasilkan anggrek dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatif singkat, serta memiliki sifat yang sama dengan induknya dan pertumbuhannya relatif seragam.

(12)

2

berkembang maksimal, jaringan pembuluh dari akar ke pucuk kurang berkembang, dan stomata seringkali tidak berfungsi, yaitu tidak dapat menutup saat penguapan tinggi.

Sistem perakaran yang cenderung mudah rusak dan tidak berfungsi dengan baik akan membuat pertumbuhan tanaman pada kondisi in vivo sangat tertekan (Zulkarnain 2009). Kondisi anatomi tanaman yang belum sempurna menyebabkan rendahnya persentase tumbuh tanaman dan keberhasilan aklimatisasi. Adanya hambatan dalam proses aklimatisasi dipandang merugikan dalam budidaya anggrek, sehingga diperlukan perbaikan dalam teknik budidaya. Salah satunya melalui penghambatan laju transpirasi agar diperoleh bibit anggrek yang memiliki vigor lebih baik.

Paclobutrazol merupakan salah satu jenis zat pengatur tumbuh yang dapat digunakan untuk menekan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman yang dihasilkan dapat tumbuh dengan kokoh, warna daun lebih hijau, persentase tumbuh planlet tinggi dan dapat tumbuh secara optimal. Menurut Amien (2007) bahwa senyawa anti Giberelin seperti Ancymidol, Paclobutrazol, dan CCC telah lama dikenal sebagai senyawa yang dapat menghambat biosintesis Giberelin. Secara in vitro penggunaan senyawa ini pada berbagai tanaman menunjukkan bahwa senyawa ini berpotensi tinggi untuk meningkatkan vigoritas atau ketahanan tanaman yang sangat penting dalam meningkatkan keberhasilan dalam proses aklimatisasi.

Hazarika (2003) menyatakan bahwa, paclobutrazol dapat memperkuat batang, akar, dan menekan hilangnya air oleh daun melalui regulasi fungsi stomata dan kutikula serta meningkatkan sintesis klorofil per unit area daun. Hal serupa diungkapkan oleh Harjadi (2009) bahwa pemberian paclobutrazol pada konsentrasi yang tepat akan menunjukkan daun lebih hijau, akar lebih kokoh, ruas batang memendek, dan kompak. Teknik budidaya anggrek yang memadai diharapkan dapat mendukung peningkatan produksi anggrek secara nyata, salah satunya dengan penambahan zat pengatur tumbuh (paclobutrazol) pada saat aklimatisasi.

Penelitian ini berdasarkan pada masalah yang sering dihadapi oleh para petani anggrek pada saat aklimatisasi tanaman hasil in vitro. Planlet hasil in vitro memiliki kondisi yang belum berkembang sempurna seperti pada tanaman in vivo. Keberhasilan tumbuh (persentase tumbuh) planlet saat aklimatisasi diharapkan memberikan hasil yang optimal, sehingga pertumbuhan planlet selanjutnya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

(13)

3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh pemberian paclobutrazol terhadap keberhasilan tumbuh dan pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium spectabile pada tahap aklimatisasi.

Hipotesis

Terdapat konsentrasi optimal dari pemberian paclobutrazol yang memberikan respon terbaik terhadap keberhasilan tumbuh planlet anggrek Dendrobium spectabile.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Anggrek Dendrobium spectabile

Anggrek Dendrobium spectabile merupakan jenis anggrek spesies yang berasal dari daerah Papua Nugini, Kepulauan Solomon dan Kepulauan Bougainvilla (Yusuf 2012). Taksonomi anggrek Dendrobiummenurut Widiastoety et al. (2010) adalah Kingdom: Plantae; Divisi: Spermatophyta; Kelas: Monocotyledoneae; Ordo: Orchidales; Famili: Orchidaceae; Genus: Dendrobium.

Lebih dari 1200 spesies Dendrobium merupakan tanaman asli dari daerah tropis Asia dan Pasifik. Papua New Guinea memiliki lebih dari 500 spesies, salah satunya adalah Dendrobium spectabile. Anggrek spesies ini memiliki bentuk yang sangat unik, yaitu memiliki sepal, petal, dan bibir berbentuk kriting (Gambar 2). Sepal bunga Dendrobium berbentuk lanset, meruncing atau bulat dengan ukuran bervariasi tergantung spesiesnya. Pada umumnya petal bunga anggrek berbentuk lebih bulat dan lebih besar serta bertekstur halus dibanding sepal. Warna petal hampir sama dengan sepal, kecuali petal ketiga yang memiliki warna lebih cerah (Hidayani 2007).

Bagian lain dari bunga anggrek adalah labellum (bibir bunga). Bagian ini merupakan perkembangan dari salah satu petal. Pada labellum terdapat bagian yang disebut column (tugu bunga) tempat kumpulan alat-alat kelamin bunga. Adanya column menjadi ciri khas atau karakter bunga anggrek karena tidak dimiliki oleh famili tumbuhan lain (Hidayani 2007).

(14)

4

Gambar 1 Bunga anggrek Dendrobium spectabile

Batang anggrek dapat dibedakan berdasarkan tipe pertumbuhannya. Gunawan (1992) menyebutkan bahwa batang anggrek ada yang berbentuk tunggal dengan ujung batang tumbuh lurus tidak terbatas. Pola pertumbuhan yang demikian disebut pertumbuhan monopodial. Hidayani (2007) menyebutkan bahwa selain batang tipe monopodial, dikenal pula tipe simpodial. Anggrek yang memiliki batang tipe simpodial adalah anggrek dengan pertumbuhan ujung batang yang terbatas. Batang Dendrobium termasuk dalam tipe simpodial. Batang anggrek ini umumnya beruas-ruas. Batang Dendrobium spectabile yang telah berbunga memiliki diameter 2-3 cm pada bagian pangkal dan semakin mendekat ke ujung diameter maka semakin membesar hingga kira-kira 5 cm.

Akar anggrek epifit umumnya lunak dan mudah patah (Gunawan 1992). Hidayani (2007) menyebutkan bahwa seperti pada tanaman lainnya, akar anggrek berfungsi selain untuk mengambil, menyerap, dan mengantarkan zat hara ke seluruh bagian tanaman, juga menempelkan diri pada tempat atau media tumbuh. Menurut Indradewa et al. (2001) Dendrobium memiliki akar lekat dan akar udara. Akar lekat berperan sebagai penahan tanaman, sedangkan akar udara berfungsi untuk kelangsungan hidup tanaman, yaitu menyerap air dan nutrisi.

Bentuk buah anggrek berbeda-beda bergantung pada jenisnya. Buah anggrek menurut Gunawan (1992) merupakan buah lentera atau kapsular yang memiliki enam rusuk. Tiga diantaranya merupakan rusuk sejati dan tiga lainnya adalah tempat melekatnya dua tepi daun buah yang berlainan. Tempat bersatunya daun buah itu terdapat biji. Biji-biji anggrek tidak mempunyai endosperm, oleh karena itu untuk perkecambahannya dibutuhkan gula dan persenyawaan-persenyawaan lain dari luar atau dari lingkungan sekelilingnya. Buah anggrek Dendrobium berwarna hijau, berukuran relatif besar dan menggembung di bagian tengahnya.

Syarat Tumbuh Anggrek

Syarat tumbuh anggrek berbeda-beda, namun semua jenis anggrek memerlukan aliran udara yang selalu bergerak untuk mencegah timbulnya penyakit akibat lingkungan yang terlalu basah, menurunkan suhu udara pada siang hari yang panas, dan membawa unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman seperti CO2,

(15)

5 Anggrek Dendrobium membutuhkan cahaya 50-60% dan suhu 28-30ºC dengan suhu minimal 15ºC. Lingkungan yang dikehendaki anggrek ini tidak terlalu basah tetapi membutuhkan kelembaban yang tinggi yaitu 65-70%. Keadaan media yang terlalu basah dapat menyebabkan tunas atau daun menjadi busuk (Soeryowinoto 2002). Pertumbuhan anggrek Dendrobium optimal pada ketinggian kurang dari 400 mdpl walaupun pada ketinggian yang lebih tinggi masih dapat tumbuh dan berbunga (Setiawan 2003).

Paclobutrazol

Zat pengatur tumbuh tanaman adalah senyawa organik bukan hara, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat, dan merubah proses fisiologi tanaman. Paclobutrazol termasuk ke dalam zat pengatur tumbuh tanaman yang memiliki peran menghambat pertumbuhan tanaman. Paclobutrazol merupakan anggota dari triazoles, yang tercatat sebagai penghambat pertumbuhan, yang mempunyai keaktifan paling tinggi digolongannya (Purohit 1986).

Retardan paclobutrazol merupakan salah satu inhibitor atau zat penghambat tumbuh bagi tanaman. Rumus empirik paclobutrazol adalah C15H10Cl N3O dengan nama kimia 1-(4-Chlorophenyl)-4,4-Dimethyl-2-(1H-1,2,4-Triazol-1-i1) Penta-3-01 (Syam’un et al. 2008). Wattimena (1988) mendefinisikan zat penghambat tumbuh merupakan suatu tipe senyawa organik baru yang menghambat perpanjangan batang, meningkatkan warna hijau daun, dan secara tidak langsung mempengaruhi pembungaan tanpa menyebabkan pertumbuhan abnormal. Menurut Amien (2007) berbagai penelitian menunjukkan bahwa penggunaan senyawa yang dapat menghambat biosintesis Giberelin seperti paclobutrazol dapat mempengaruhi perubahan struktur dalam jaringan tanaman maupun perkembangan organ.

Selain penghambatan sintesis giberelin, paclobutrazol juga akan membentuk persenyawaan secara kolektif pada kombinasi dan konsentrasi tertentu untuk menghambat pembelahan dan pemanjangan sel (Harjadi 2009). Zat penghambat tersebut berperan dalam menurunkan metabolisme jaringan dan menghambat pertumbuhan vegetatif serta menghambat sintesis giberelin (Wattimena 1988).

Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah suatu proses dari suatu organisme untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Tanaman in vitro bersifat heterotrof hidup pada kondisi kelembaban tinggi, cahaya dengan intensitas rendah dan suhu rendah. Pada saat diaklimatisasi planlet akan diadaptasikan sedemikian rupa sehingga secara perlahan tanaman akan bersifat autotrof (Dinarti et al. 2007). Menurut Elmi (2001) kematian pada bibit pada fase aklimaisasi berarti kegagalan dalam perbanyakan dengan kulturin vitro. Aklimatisasi merupakan pembatas utama dalam perbanyakan bibit asal in vitro.

(16)

6

kultur jaringan, sistem pembuluh angkut antara pucuk dan akar sering tidak terhubung dengan sempurna sehingga menyebabkan berkurangnya transport air dan hara. Sistem perakaran yang cenderung mudah rusak dan tidak berfungsi dengan baik akan membuat pertumbuhan tanaman pada kondisi in vivo sangat tertekan (Zulkarnain 2009). Menurut Hazarika (2003) untuk mendukung proses aklimatisasi sehingga diperoleh pertumbuhan planlet yang tinggi juga dapat didekati dengan upaya peningkatan intensitas cahaya sebelum planlet dikeluarkan dari botol, pemberian gula pada media tumbuh tidak kurang dari 3%, pemberian retardan pada planlet dan pemberian antitranspiran.

Kondisi lingkungan in vivo yang berbeda dengan kondisi in vitro menyebabkan rendahnya presentase tumbuh tanaman jika proses aklimatisasi tidak dilakukan dengan baik. Kegiatan aklimatisasi merupakan kegiatan penting yang akan menentukan hasil akhir keberhasilan teknik kultur jaringan. Kondisi non aseptik dan tidak terkontrol baik suhu, cahaya, dan kelembaban, memaksa tanaman harus dapat hidup dalam kondisi autotrof. Perlakuan yang tepat dan terkontrol pada planlet akan menentukan tingkat keberhasilan saat aklimatisasi (Handini 2012). Salah satu cara untuk meningkatkan keberhasilan aklimatisasi adalah dengan proses penguatan (hardening off) planlet in vitro. Hardening dapat dilakukan dengan cara menempatkan bibit botolan di luar ruang kultur, yaitu di tempat dengan suhu kamar dan cahaya matahari tidak langsung yang intensitasnya lebih tinggi selama dua minggu sebelum bibit diaklimatisasi. Hal tersebut akan membuat bibit memiliki vigor lebih baik, daun lebih hijau, dan lebih kokoh (Yusnita 2010).

Faktor-faktor yang berpengaruh pada tahap aklimatisasi pada anggrek yaitu: keadaan bibit dalam botol, metode aklimatisasi, dan kondisi lingkungan saat aklimatisasi. Secara visual bibit yang baik memperlihatkan pertumbuhan yang kuat dan segar, tidak tercemar jamur atau bakteri. Metode aklimatisasi yang menentukan keberhasilan tahap aklimatisasi adalah media tanam, peralatan dan cara pengeluaran serta penanaman bibit (Elmi 2001). Satsijati (1991) menyatakan bahwa media merupakan salah satu faktor lingkungan yang berfungsi menyediakan unsur hara dan air bagi pertumbuhan tanaman. Campuran dua macam media dapat memperbaiki kekurangan masing-masing media tersebut, antara lain dalam kemampuan mempertahankan kelembaban media. Menurut Sutiyoso (1997), media yang dapat digunakan untuk aklimatisasi jenis anggrek yaitu pakis cacah, moss lumut, akar kadaka, sabut kelapa, arang, dan pecahan genting.

(17)

7

METODE

Penelitian dilaksanakan di green house Kebun Percobaan Cikabayan Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari hingga April 2013. Percobaan ini disusun menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan faktor tunggal yaitu paclobutrazol. Terdapat delapan perlakuan, setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali sehingga terdapat 32 unit percobaan. Setiap unit percobaan ditanam 10 planlet anggrek Dendrobium spectabile. Jumlah total tanaman yang ditanam adalah 320 planlet. Masing-masing unit percobaan terdapat lima planlet yang diamati sehingga terdapat 160 planlet sebagai satuan amatan.

Pemberian perlakuan pada masing-masing kelompok percobaan adalah sebagai berikut:

P1: 0 ppm paclobutrazol

P2: 10 ppm paclobutrazol dengan frekuensi dua kali penyemprotan saat 0 dan 2 minggu setelah perlakuan (MSP)

P3: 10 ppm paclobutrazol dengan frekuensi empat kali penyemprotan saat 0, 1, 2, dan 3 minggu setelah perlakuan (MSP)

P4: 20 ppm paclobutrazol dengan frekuensi dua kali penyemprotan saat 0 dan 2 minggu setelah perlakuan (MSP)

P5: 20 ppm paclobutrazol dengan frekuensi empat kali penyemprotan saat 0, 1, 2, dan 3 minggu setelah perlakuan (MSP)

P6: 30 ppm paclobutrazol dengan frekuensi dua kali penyemprotan saat 0 dan 2 minggu setelah perlakuan (MSP)

P7: 30 ppm paclobutrazol dengan frekuensi empat kali penyemprotan saat 0, 1, 2, dan 3 minggu setelah perlakuan (MSP)

P8: 20 ppm paclobutrazol dengan perendaman selama satu jam sebelum ditanam Model matematika yang digunakan yaitu:

Yij = μ + τi + βj+εij; (i = 1, …p; j = 1, …r)

dimana:

Yij = Respon pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j μ = Nilai tengah umum

τi = Pengaruh perlakuan ke-i

βj = Pengaruh kelompok ke-j

εij = Pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i, kelompok ke-j

Percobaan dimulai dengan menyiapkan media tanam berupa pakis cacah dan daun kaliandra (1:1) yang direndam terlebih dahulu dalam air bersih yang diberi larutan fungisida dan bakterisida dengan konsentrasi masing-masing 1 g lˉˡ selama 30 menit. Selanjutnya planlet dikeluarkan dari botol dengan memasukkan air ke dalam botol dan dikeluarkan satu per satu dengan pinset lalu dicuci bersih dengan air mengalir untuk menghilangkan media agar-agar yang melekat. Planlet direndam pada larutan fungisida dan bakterisida dengan konsentrasi masing-masing 1 g lˉˡ selama 10-15 menit dan dikeringanginkan di atas kertas koran.

(18)

8

Pemeliharaan selama aklimatisasi meliputi penyiraman yang dilakukan setiap hari dengan frekuensi penyiraman satu kali, penyemprotan pupuk daun, fungisida, dan bakterisida dengan konsentrasi masing-masing 1 g lˉˡ satu minggu sekali.

Pengamatan dilakukan meliputi beberapa variabel sebagai berikut: (1) persentase tumbuh (diamati setiap minggu), (2) pertambahan jumlah daun (diamati setiap minggu), (3) pertambahan panjang daun (diamati setiap minggu), (4) pertambahan lebar daun (diamati setiap minggu), (5) jumlah tunas (diamati setiap minggu), (6) jumlah akar (diamati pada 0, 4, dan 8 MSP), (7) panjang akar (diamati pada 0, 4, dan 8 MSP), (8) diameter akar (diamati pada 0, 4, dan 8 MSP), (9) warna daun (diamati pada 0, 4, dan 8 MSP), (10) jumlah klorofil (diamati pada 0, 4, dan 8 MSP), (11) kerapatan stomata (diamati pada 0, 4, dan 8 MSP), (12) kerapatan sel palisade (diamati pada 0, 4, dan 8 MSP), (13) tinggi tanaman (diamati pada 4 dan 8 MSP), dan (14) tebal daun (diamati pada 8 MSP).

Bahan

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah planlet anggrek Dendrobium spectabile yang berasal dari Laboraturium Kultur Jaringan PKT Kebun Raya Bogor, media tanam pakis cacah dan daun kaliandra, fungisida, bakterisida, pupuk daun, dan retardan paclobutrazol.

Alat

Alat yang digunakan adalah alat tanam, pot anggrek, sprayer, jangka sorong digital, SPAD (Soil Plant Analysis Development), mikroskop BX 41/51, mikroskop BX 51 SP, timbangan analitik, dan alat tulis.

Prosedur Analisis Data

Data kuantitatif dari hasil pengamatan kemudian diuji dengan uji-F dan jika hasil yang diperoleh berpengaruh nyata dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf α = 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

(19)

9 menyebabkan beberapa planlet mati. Serangan hama tungau merah Tennuipalvus orchidarum Parf. dan serangan hama belalang mulai terjadi pada saat 3 MSP, kondisi media tanam yang lembab diduga memicu perkembangbiakan OPT.

Serangan hama tungau merah Tennuipalvus orchidarum Parf. menyebabkan permukaan atas daun planlet anggrek Dendrobium spectabile terdapat bercak kuning kecoklatan, sedangkan serangan hama belalang menyebabkan daun patah dengan pinggiran daun rusak dengan luka bergerigi tidak beraturan (Gambar 3).

Pengendalian hama dan penyakit tumbuhan dilakukan dengan penyemprotan larutan bakterisida dan fungisida dengan konsentrasi masing-masing 1 g lˉˡ dan frekuensi satu kali dalam seminggu. Suhu harian rata-rata di green house selama penelitian adalah 30ºC dan kelembaban udara harian rata-rata pada penelitian adalah 71%. Menurut Soeryowinoto (2002), kelembaban udara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anggrek Dendrobium sp. berkisar antara 65-70% dan suhu 28-30ºC dengan suhu minimal 15ºC.

Gambar 3 (a) Planlet anggrek Dendrobium spectabile terserang hama tungau merah; (b) planlet anggrek Dendrobium spectabile terserang hama belalang

Hasil dan Pembahasan

Persentase Tumbuh

(20)

10

Tabel 1 Rata-rata persentase tumbuh anggrek Dendrobium spectabile

Aplikasi (ppm) Persentase tumbuh (%) pada minggu ke- ͣ

1 2 3 4 5 6 7 8

ͣ Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak

berbeda nyata pada uji Duncan taraf α= 5%

Perlakuan empat kali penyemprotan 10 ppm larutan paclobutrazol, 20 ppm paclobutrazol dengan dua dan empat kali penyemprotan, 30 ppm dengan dua dan empat kali penyemprotan, dan 20 ppm paclobutrazol dengan perendaman selama satu jam memiliki persentase tumbuh yang baik sejak aklimatisasi hingga akhir pengamatan yaitu 100% (Tabel 1). Persentase tumbuh planlet anggrek Dendrobium spectabile diduga dipengaruhi oleh konsentrasi dan frekuensi penyemprotan paclobutrazol yang diberikan. Secara keseluruhan planlet Dendrobium spectabile setelah aklimatisasi mempunyai persentase tumbuh yang optimal.

Hasil penelitian Satjapradja et al. (2006) menunjukkan pengaruh pemberian paclobutrazol terhadap pertumbuhan semai Agathis loranthifolia cenderung meningkatkan persentase tumbuh semai. Persentase tumbuh semai yang diberi aplikasi paclobutrazol lebih tinggi dibandingkan dengan semai yang diberi NaCl dan kontrol.

Hal berbeda ditemukan pada penelitian Handini (2012) mengenai pengaruh paclobutrazol terhadap pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium lashiantera pada tahap aklimatisasi yang memiliki persentase tumbuh planlet lebih rendah. Perlakuan perendaman planlet selama 30 menit pada 20 ppm paclobutrazol saat 8 MSP memiliki persentase tumbuh 84%, sedangkan perlakuan perendaman pada 5 ppm, 10 ppm, dan 15 ppm paclobutrazol memiliki persentase tumbuh 78%. Perbedaan tersebut diduga karena perbedaan jenis anggrek dan cara aplikasi paclobutrazol.

Pertambahan Jumlah Daun

(21)

11 Tabel 2 Rata-rata pertambahan jumlah daun anggrek Dendrobium spectabile

Aplikasi (ppm) Pertambahan jumlah daun (helai) pada minggu ke- Jumlah

daun 8 MSP

Krishnamoorthy (1981) menyatakan bahwa terhambatnya sintesis giberelin mengakibatkan pemanjangan sel pada meristem sub apikal berjalan lambat. Paclobutrazol merupakan retardan yang bersifat menurunkan aktivitas metabolisme jaringan sehingga dapat menghambat proses pertumbuhan vegetatif. Menurut Nirwana (2009) respon tanaman terhadap retardan tergantung dari jenis tanaman dan konsentrasi yang tepat dalam aplikasinya.

Pertambahan Panjang Daun

Anggrek Dendrobium spectabile yang diberi paclobutrazol mempunyai pertambahan panjang daun lebih rendah dibanding dengan tanaman yang tidak diberi aplikasi paclobutrazol (Gambar 4). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa konsentrasi paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang daun pada 2 MSP. Pertambahan panjang daun pada perlakuan tanpa aplikasi paclobutrazol berbeda nyata dengan seluruh perlakuan paclobutrazol (Tabel 3).

Tabel 3 Rata-rata pertambahan panjang daun anggrek Dendrobium spectabile

Aplikasi (ppm) Pertambahan panjang daun (cm) pada minggu ke- ͣ Panjang daun

ͣ Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang

tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf α= 5%

(22)

12

dengan pernyataan Cox dan Keever (1988) dalam Choirah (1999) bahwa pemberian paclobutrazol baik secara disiram maupun disemprotkan secara nyata dapat mengurangi luas daun pada tanaman pot Geranium.

Gambar 4 Penampilan panjang daun anggrek Dendrobium spectabile pada 8 MSP (a) 0 ppm; (b) dua kali penyemprotan 10 ppm; (c) empat kali penyemprotan 10 ppm; (d) dua kali penyemprotan 20 ppm; (e) empat kali penyemprotan 20 ppm; (f) dua kali penyemprotan 30 ppm; (g) empat kali penyemprotan 30 ppm; (h) perendaman satu jam 20 ppm

Pertambahan Lebar Daun

Pertambahan lebar daun diamati setiap minggu dengan mengukur lebar daun pada sisi daun terlebar. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan lebar daun. Secara umum tanaman tanpa aplikasi paclobutrazol memiliki pertambahan lebar daun lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang diberi perlakuan paclobutrazol (Tabel 4).

(23)

13 Tabel 4 Rata-rata pertambahan lebar daun anggrek Dendrobium spectabile

Aplikasi (ppm) Pertambahan lebar daun (cm) pada minggu ke- Lebar daun 8 MSP

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa jumlah tunas yang muncul tidak dipengaruhi oleh peningkatan konsentrasi paclobutrazol. Pertambahan jumlah tunas mulai terjadi pada 3 MSP dan terus meningkat hingga 8 MSP (Tabel 5).

Tabel 5 Rata-rata jumlah tunas anggrek Dendrobium spectabile

Aplikasi (ppm) Jumlah tunas pada minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

Jumlah tunas yang tidak dipengaruhi oleh pemberian paclobutrazol diduga terjadi karena paclobutrazol bekerja dalam menghambat biosintesis giberelin. Menurut Arteca (1996) pertumbuhan tunas dipicu oleh zat pengatur tumbuh sitokinin. Pemberian paclobutrazol tidak berpengaruh terhadap penghambatan biosintesis sitokinin, sehingga penambahan jumlah tunas tidak dipengaruhi oleh pemberian paclobutrazol.

(24)

14

Jumlah Akar

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pada 4 MSP planlet anggrek Dendrobium spectabile dengan perlakuan empat kali penyemprotan larutan 30 ppm paclobutrazol berbeda nyata dan memiliki rata-rata jumlah akar terbanyak dibandingkan dengan perlakuan lain (Tabel 6). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Limarty (2000) yang menyatakan bahwa pemberian retardan paclobutrazol 0.001 mg l‾ˡ sudah dapat meningkatkan jumlah akar pada perbanyakan stek mikro kentang.

Tabel 6 Rata-rata jumlah akar Dendrobium spectabile

Aplikasi (ppm) Jumlah akar pada minggu ke- ͣ

ͣ Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan

hasil yang tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf α= 5%

Pada Tabel 6 jumlah akar pada saat 4 MSP mengalami penurunan, hal tersebut terjadi karena sejak 2 MSP kondisi akar asal in vitro mulai mengalami kerusakan dengan gejala akar mencoklat, layu, dan patah. Pada saat yang sama inisiasi akar baru mulai terbentuk. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Zulkarnain (2009) bahwa sistem perakaran pada planlet yang berasal dari kultur jaringan cenderung mudah rusak dan tidak berfungsi dengan sempurna pada keadaan in vivo, misalnya akar yang terbentuk sedikit atau tidak ada akar sama sekali.

Akar sekunder hanya terdapat pada perlakuan dua kali penyemprotan larutan 10 ppm paclobutrazol (Gambar 5). Hasil berbeda ditemukan pada hasil penelitian Handini (2012) mengenai pengaruh paclobutrazol terhadap pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium lasianthera pada tahap aklimatisasi yang menyatakan bahwa akar sekunder terdapat pada seluruh perlakuan perendaman konsentrasi palobutrazol 5, 10, 15, dan 20 ppm dan tidak terdapat pada tanaman 0 ppm paclobutrazol.

Perbedaan hasil tersebut diduga karena perbedaan cara aplikasi, konsentrasi, spesies tanaman yang digunakan, dan media tanam saat aklimatisasi. Pada penelitian Handini (2012) aplikasi paclobutrazol diberikan dengan perendaman seluruh bagian tanaman, sedangkan pada penelitian ini pemberian paclobutrazol tidak mengenai bagian akar tanaman. Penggunaan media tanam daun kaliandra pada penelitian ini diduga mengakibatkan terbentuknya akar sekunder lebih lambat, karena kondisi media yang lembab.

(25)

15 auksin endogen. Auksin disintesis pada aspek tajuk dan ujung akar dan salah satu peran fisiologis auksin adalah inisiasi akar lateral.

Gambar 5 Penampilan akar anggrek Dendrobium spectabile pada 8 MSP (a) 0 ppm; (b) dua kali penyemprotan 10 ppm (terdapat akar sekunder); (c) empat kali penyemprotan 10 ppm; (d) dua kali penyemprotan 20 ppm; (e) empat kali penyemprotan 20 ppm; (f) dua kali penyemprotan 30 ppm; (g) empat kali penyemprotan 30 ppm; (h) perendaman satu jam 20 ppm

Panjang Akar dan Diameter Akar

Panjang akar dan diameter akar diamati pada saat 0, 4, dan 8 MSP. Aplikasi paclobutrazol tidak berpengarauh nyata terhadap panjang akar dan diameter akar pada seluruh perlakuan. Setelah pemberian aplikasi paclobutrazol tanaman dengan perlakuan 0 ppm paclobutrazol memiliki akar lebih panjang dan diameter lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Tabel 7) dan (Tabel 8).

(26)

16

Tabel 7 Rata-rata panjang akar Dendrobium spectabile

Aplikasi (ppm) Panjang akar (cm) pada minggu ke-

0 4 8

Tabel 8 Rata-rata diameter akar Dendrobium spectabile

Aplikasi (ppm) Diameter akar (mm) pada minggu ke-

0 4 8

Warna daun anggrek Dendrobium spectabile diamati pada 0, 4, dan 8 MSP dengan menggunakan alat SPAD (Soil Plant Analysis Development). Pengamatan warna daun bertujuan untuk melihat tingkat hijau daun pada planlet anggrek Dendrobium spectabile setelah aplikasi paclobutrazol. Hasil analisis statistik menunjukkan aplikasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap warna daun anggrek Dendrobium spectabile. Pada 0 MSP hingga 8 MSP warna daun terus mengalami peningkatan pada seluruh perlakuan (Tabel 9).

Tabel 9 Rata-rata warna daun anggrek Dendrobium spectabile

Aplikasi (ppm) Warna daun pada minggu ke-

0 4 8

0 29.71±5.98 32.16±4.89 36.84±1.57

10 (dua kali) 29.71±5.98 33.08±7.19 41.51±4.56

10 (empat kali) 29.71±5.98 35.29±2.89 40.76±3.83

20 (dua kali) 29.71±5.98 33.42±5.97 41.10±4.25

20 (empat kali) 29.71±5.98 34.67±5.24 38.46±4.78

30 (dua kali) 29.71±5.98 37.79±9.93 41.50±4.78

30 (empat kali) 29.71±5.98 35.42±2.66 40.11±3.78

20 (perendaman) 29.71±5.98 35.02±5.35 39.17±7.19

(27)

17 oleh Amien (2007) tentang prospek senyawa anti giberelin dalam memacu peningkatan vigoritas planlet menunjukkan bahwa senyawa retardan paclobutrazol meningkatkan intensifikasi warna hijau daun.

Jumlah Klorofil

Uji klorofil anggrek Dendrobium spectabile dilakukan dengan metode Sims and Gamon. Hasil analisis statistik menunjukkan aplikasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil anggrek Dendrobium spectabile. Pada 8 MSP jumlah klorofil rata-rata mengalami penurunan (Tabel 10). Hal tersebut diduga karena efek dari pemberian paclobutrazol sudah mengalami penurunan, sehingga tanaman kembali pada kondisi normal setelah aklimatisasi.

Tabel 10 Rata-rata jumlah klorofil anggrek Dendrobium spectabile

Aplikasi (ppm) Jumlah klorofil (mg/g) pada minggu ke

0 4 8

0 0.680±0.086 0.686±0.154 0.612±0.062

10 (dua kali) 0.680±0.086 0.722±0.109 0.653±0.032 10 (empat kali) 0.680±0.086 0.698±0.159 0.783±0.094 20 (dua kali) 0.680±0.086 0.677±0.068 0.667±0.150 20 (empat kali) 0.680±0.086 0.720±0.128 0.683±0.076 30 (dua kali) 0.680±0.086 0.723±0.167 0.680±0.165 30 (empat kali) 0.680±0.086 0.667±0.171 0.557±0.037 20 (perendaman) 0.680±0.086 0.728±0.066 0.694±0.091

Hal berbeda terdapat dalam penelitian Ani (2004) mengenai pengaruh konsentrasi paclobutrazol pada stek kentang. Pengaruh nyata dari peningkatan konsentrasi paclobutrazol mengakibatkan klorofil bertambah karena adanya pengurangan luas daun, sehingga klorofil lebih rapat sehingga jumlah klorofil lebih banyak dan paclobutrazol dapat memacu biosintesis klorofil.

Kerapatan Stomata

Hasil analisis statistik menunjukkan aplikasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap kerapatan stomata nggrek Dendrobium spectabile. Pada perlakuan dua kali penyemprotan larutan 20 ppm paclobutrazol kerapatan stomata meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, yaitu 61.15 mm² pada 4 MSP menjadi 93.42 mm² pada 8 MSP (Tabel 11). Hal tersebut diduga karena tanaman dapat secara efektif menyerap paclobutrazol sehingga memiliki kerapatan stomata tertinggi.

(28)

18

Tabel 11 Rata-rata kerapatan stomata anggrek Dendrobium spectabile

Aplikasi (ppm) Kerapatan stomata (mm²) pada minggu ke-

0 4 8

0 42.04±13.40 74.74±11.77 73.04± 2.94

10 (dua kali) 42.04±13.40 71.34±26.97 71.34±17.65 10 (empat kali) 42.04±13.40 81.53±13.48 69.64±14.71 20 (dua kali) 42.04±13.40 61.15±10.19 93.42± 2.94 20 (empat kali) 42.04±13.40 79.83± 2.94 79.83±16.38 30 (dua kali) 42.04±13.40 76.43±10.19 81.53±17.65 30 (empat kali) 42.04±13.40 86.62±23.35 88.32±17.89 20 (perendaman) 42.04±13.40 69.64±23.54 84.93±29.85

Gambar 6 Stomata daun anggrek Dendrobium spectabile pada 8 MSP (a) 0 ppm; (b) dua kali penyemprotan 10 ppm; (c) empat kali penyemprotan 10 ppm; (d) dua kali penyemprotan 20 ppm; (e) empat kali penyemprotan 20 ppm; (f) dua kali penyemprotan 30 ppm; (g) empat kali penyemprotan 30 ppm; (h) perendaman satu jam 20 ppm

Kerapatan Sel Palisade

(29)

19

Tabel 12 Rata-rata kerapatan sel palisade anggrek Dendrobium spectabile

Aplikasi (ppm) Kerapatan palisade (mm²) pada minggu ke- ͣ

0 4 8

0 23.76±1.34 24.48± 5.62 25.52±4.85b

10 (dua kali) 23.76±1.34 16.85± 2.59 27.83±5.64b 10 (empat kali) 23.76±1.34 28.70± 3.92 25.81±1.92b 20 (dua kali) 23.76±1.34 27.45±10.22 21.47±1.69b 20 (empat kali) 23.76±1.34 26.29± 8.19 25.32±6.28b 30 (dua kali) 23.76±1.34 23.88± 5.92 27.06±5.90b 30 (empat kali) 23.76±1.34 32.54± 5.24 35.72±2.09a 20 (perendaman) 23.76±1.34 23.88± 6.65 28.70±4.09ab

ͣ Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan

hasil yang tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf α= 5%

Semakin tinggi jumlah sel palisade dalam sel tanaman diduga tebal daun akan semakin meningkat. Fungsi dari sel palisade adalah terspesialisasi untuk meningkatkan efisiensi fotosintesis. Sel palisade berbentuk seperti tiang atau berbentuk seperti pagar yang terdiri dari satu atau beberapa lapis sel yang mengandung kloroplas. Bentuk dan susunan sel palisade memungkinkan kloroplas terlokalisasi pada posisi strategis untuk menyerap cahaya matahari secara maksimal. Area permukaan sel yang bebas dari kontak dengan sel lain merupakan faktor yang menentukan tingginya efisiensi fotosintesis (Iriawati 2009). Besarnya kerapatan sel palisade berhubungan dengan kandungan klorofil pada tanaman. Kerapatan sel palisade yang semakin besar diduga akan meningkatkan kandungan klorofil di dalam sel.

(30)

20

(31)

21 Tinggi Tanaman

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian paclobutrazol berpengaruh nyata dalam menghambat tinggi tanaman pada 4 MSP dan 8 MSP. Pada 4 MSP dan 8 MSP perlakuan 0 ppm paclobutrazol merupakan penghambatan tinggi tanaman terendah dan berbeda nyata dengan seluruh perlakuan paclobutrazol, hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman yang diberi aplikasi paclobutrazol memiliki pertambahan tinggi tanaman yang lebih lambat (Tabel 13). Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Choiriah (1999) pada pertumbuhan Heliconia psittacorum, pemberian paclobutrazol konsentrasi tertinggi yaitu 0.60 mg menekan pertambahan tinggi tanaman sebesar 58.04% dan tinggi tanaman pada tanaman kontrol memiliki penghambatan tinggi terendah.

Tabel 13 Rata-rata tinggi tanaman anggrek Dendrobium Spectabile

Aplikasi (ppm) Tinggi tanaman (cm) pada minggu ke- ͣ

4 8

Pada akhir pengamatan tanaman dengan aplikasi paclobutrazol memiliki tinggi tanaman yang secara visual menyerupai tanaman kontrol, hal tersebut menunjukkan bahwa penghambatan tinggi tanaman bersifat sementara pada saat aplikasi hingga 4 MSP, sedangkan kecepatan pertumbuhan tinggi tanaman anggrek Dendrobium spectabile yang diberi aplikasi paclobutrazol pada saat 8 MSP kembali normal dan tidak mengalami penghambatan, hal tersebut diduga karena efek dari pemberian paclobutrazol sudah mengalami penurunan.

Tebal Daun

Tebal daun anggrek Dendrobium spectabile diamati pada saat 8 MSP. Tebal daun diukur menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10 kali dan software DP2-BSW. Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa tebal daun pada perlakuan empat kali penyemprotan larutan 30 ppm paclobutrazol berbeda nyata terhadap konsentrasi paclobutrazol yang diberikan dan memiliki tebal daun terbesar pada saat 8 MSP (Tabel 14).

(32)

22

ketebalan daun dan kandungan klorofil. Peningkatan ketebalan ini disebabkan oleh penambahan jumlah sel-sel parenkima bunga karang dan ruang antar sel. Tabel 14 Rata-rata tebal daun tanaman anggrek Dendrobium

ͣ Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidakberbeda nyata pada uji Duncan taraf α= 5%

Berdasarkan analisis korelasi diketahui bahwa kerapatan sel palisade memiliki korelasi nyata positif terhadap tebal daun pada 8 MSP (Gambar 8). Korelasi tersebut menggambarkan bahwa semakin tinggi kerapatan sel palisade, maka tebal daun juga akan meningkat.

Gambar 8 Grafik hasil analisis korelasi kerapatan palisade dan tebal daun pada 8 MSP berkorelasi positif nyata (r = 0.485); (P-Value = 0.016)

Kerapat an Palisade

(33)

23

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan bahwa penggunaan zat pengatur tumbuh paclobutazol efektif dalam meningkatkan persentase tumbuh. Selama masa aklimatisasi perlakuan dengan empat kali penyemprotan larutan paclobutrazol 30 ppm menunjukkan pertumbuhan planlet yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase tumbuh planlet hingga 100%, jumlah akar tertinggi, kerapatan sel palisade terbesar, dan tebal daun tertinggi.

Saran

Aklimatisasi anggrek Dendrobium spectabile sebaiknya menggunakan aplikasi empat kali penyemprotan larutan 30 ppm paclobutrazol untuk dapat meningkatkan persentase tumbuh planlet dan memperoleh vigoritas tanaman yang baik. Aplikasi paclobutrazol dengan konsentrasi dan frekuensi yang lebih tinggi tidak disarankan karena akan mempengaruhi bentuk visual tanaman yang lebih pendek. Penggunaan media tanam pakis cacah dan daun kaliandra dengan perbandingan (1:1) sebaiknya menjadi (2:1) untuk mengurangi kelembaban dalam media sehingga dapat mencegah perkembangbiakan OPT yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

[Dirjen P2HP] Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2010. Pasca Panen dan Pemasaran Anggrek, 2005-2010. Jakarta (ID): Dirjen P2HP.

Amien S. 2007. Prospek senyawa anti giberelin dalam memacu peningkatan vigoritas planlet. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian. Bogor (ID): Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Ani N. 2004. Pengaruh konsentrasi paclobutrazol dan urea pada stek kentang

terhadap produksi tuberlet varietas Granola. JIPI. 2(1):29-35.

Arteca RN. 1996. Plant Growth Substances. New York (US): Chapman and Hall. Audus LJ. 1972. Plant Growth Substances. London (GB): Leonard Hill.

Choirah S. 1999. Pengaruh Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Heliconia psittacorum cv. Andromeda [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Cox DA, Keveer GJ. 1988. Paclobutrazol inhibits growth of zinniz and gerannium. Hort Sci. 23:1029-1030.

Dinarti D, Agus P, Anas DS. 2007. Optimalisasi daya regenerasi dan multiplikasi tunas in vitro bawang merah untuk mendukung penyediaan bibit berkualitas. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Elmi S. 2001. Masa Kritis dalam Penanaman Bibit Anggrek dalam Botol.

(34)

24

Gunawan LW. 2005. Budidaya Anggrek. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Handini AS. 2012. Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan Anggrek Dendrobium lasianthera pada Tahap Aklimatisasi [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Harjadi SS. 2009. Zat Pengatur Tumbuh. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Hazarika BN. 2003. Aclimatization of tissue culture plants.Current Science. 85(12):1704-1712.

Hidayani F. 2007. Mengenal dan Bertanam Anggrek. Bandung (ID): Amico. Indradewa D, Soebijanti H, Umul K. 2001. Pengaruh waktu aplikasi dan

konsentrasi pupuk daun terhadap proses fisiologis dan pertumbuhan anggrek Dendrobium. JIPI. 8(2):76-82.

Iriawati. 2009. Struktur dan Fungsi Daun. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.

Krishnamoorthy HN. 1981. Plant Growth Substance Including Aplication in Agriculture. New Delhi (IN): Graw Hill Pub.

Limarty T. 2000. Penggunaan Cycocel, Paclobutrazol, dan SADH dalam Perbanyakan Stek Mikro Kentang (Solanum tuberosum L.) [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Marliana M, Rusnandi D. 2007. Aklimatisasi planlet anthurium pada beberapa media tanam. Bul Teknik Pertanian. 12(1):38-40.

Muhit A. 2007. Teknik produksi awal benih vegetatif krisan (Chrysanthemum morifolium R.). Bul Teknik Pertanian. 12(1):14-18.

Nirwana I. 2009. Enkapsulasi Bibit Anggrek Phalaenopsis amboinensis dengan Penambahan Paclobutrazol Sebagai Media Penyimpanan secara In Vitro. [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pandey SN. 1972. Plant Physiology. New Delhi (IN): Vikas Pr.

Panjaitan E. 2005. Respon pertumbuhan tanaman anggrek (Dendrobium sp.) terhadap pemberian BAP dan NAA secara in vitro. J Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. 3(3):50-56.

Purohit SS. 1986. Hormonal Regulation of Plant Growth and Development. New Delhi (IN): Agro Botanical Publishers.

Satjapradja O, Setyaningsih L, Syamsuwida D, Rahmat A. 2006. Kajian penggunaan paclobutrazol terhadap pertumbuhan semai Agathis loranthifolia. J Man Hut Trop. 7(1):63-66.

Satsijati. 1991. Pengaruh media tumbuh terhadap pertumbuhan bibit anggrek Dendrobium. J Hort.3:15-22.

Setiawan H, Setiawan L. 2003. Merawat Phalaenopsis. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Soeryowinoto SM. 2002. Merawat Anggrek. Yogyakarta (ID): Kanisius. Sutiyoso Y. 1997. Syarat dan jenis media tanam anggrek. Bul PAI. 5(9):11-17. Syahid SF. 2007. Pengaruh retardan paclobutrazol terhadap pertumbuhan

temulawak (Curcuma xanthorrhiza) selama konservasi in vitro. J Littri. 13(3):93-97.

Syam’un E, Fernita H, Rachmawati. 2008. Pertumbuhan dan pembungaan krisan pada berbagai konsentrasi dan frekuensi pemberian paclobutrazol. J Agrivigor. 7(2):170-179.

(35)

25 Wattimena GA. 1988. Zat Pengatur Tumbuh. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas

IPB.

Widiastoety D, Waspodo P, Nina S. 2000. Pengaruh naungan terhadap produksi tiga kultivar bunga anggrek Dendrobium. Balai Penelitian Tanaman Hias. Ragunan Jakarta (ID): Balithi.

Widiastoety D, Nina S, Muchdar S. 2010. Potensi anggrek Dendrobium dalam meningkatkan variasi dan kualitas anggrek bunga potong. J Litbang Pertanian. 29(3):101-106.

Yusnita. 2003. Kultur Jaringan: Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.

Jakarta (ID): Agro Media Pustaka.

Yusnita. 2010. Perbanyakan In Vitro Tanaman Anggrek. Lampung (ID):

Universitas Lampung.

Yusuf SW. 2012. Anggrek Spesies Indonesia. Direktorat Perbenihan Hortikultura. Jakarta (ID): Kementrian Pertanian Republik Indonesia.

(36)

26

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Yusi Nurmalita Andarini, lahir di Purwokerto pada tanggal 14 Februari 1991. Penulis merupakan putri bungsu dari pasangan Bapak Kusprayitno dan Ibu Rokhwati. Tahun 2009 penulis menamatkan pendidikan di SMA Negeri 1 Purwokerto dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Gambar

Gambar 1 Bunga anggrek  Dendrobium spectabile
Gambar 3 (a) Planlet anggrek Dendrobium spectabile terserang hama tungau
Tabel 1 Rata-rata persentase tumbuh anggrek Dendrobium spectabile
Tabel 2 Rata-rata pertambahan jumlah daun anggrek Dendrobium spectabile
+7

Referensi

Dokumen terkait

227.120,- yaitu perubahan Bangunan/Gedung Menjadi Komplek Perumahan di Kecamatan Denpasar Utara sedangkan kenaikan nilai tertinggi terjadi di Denpasar Barat yaitu

Dapat dilihat di dalam Gantt chart bahwa proyek terdiri dari fase dan setiap fase terdiri dari unit kerja atau aktivitas dengan masing-masing terlihat timeline waktunya

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas yang menggunakan aktivitas mempersepsikan berbagai stimulasi yang terkait dengan

Jika dikaitkan dengan system agribisnis, kelembagaan adalah termasuk subsistem jasa penunjang, dimana lembaga tersebut harus mampu berperan dalam.. 12 menunjang

Data dari Polsek Sektor (Polsek) Rumbai yang merazia para pembalap liar ini pelanggaran yang dilakukan para pembalap liar tersebut yakni kendaraan motor yang

Masalah yang sering muncul pada masa nifas adalah Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan, Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan

Hakim praperadilan berpendapat bahwa daripada KPK digugat praperadilan berkali-kali dan selalu menjawab dengan jawaban yang sama bahwa KPK masih terus mendalami dan

Sehubungan akan dilaksanakan acara rapat koordinasi di Puskesmas Cicalengka DTP dengan ini kami mengundang Bapak/Ibu Karyawan/Ti Puskesmas Cicalengka DTPuntuk hadir dalam acara