• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Fortifikasi Vitamin E dan Mineral Se dalam Pakan Terhadap Profil Darah, Kadar Lemak Daging, dan Berat Bulu Ayam Kampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Fortifikasi Vitamin E dan Mineral Se dalam Pakan Terhadap Profil Darah, Kadar Lemak Daging, dan Berat Bulu Ayam Kampung"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK FORTIFIKASI VITAMIN E DAN MINERAL SE DALAM

PAKAN TERHADAP PROFIL DARAH, KADAR LEMAK

DAGING, DAN BERAT BULU AYAM KAMPUNG

WINDA AYU PANGESTI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efek Fortifikasi Vitamin E dan Mineral Se dalam Pakan Terhadap Profil Darah, Kadar Lemak Daging, dan Berat Bulu Ayam Kampung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

(4)

ABSTRAK

WINDA AYU PANGESTI. Efek Fortifikasi Vitamin E dan Mineral Se dalam Pakan Terhadap Profil Darah, Kadar Lemak Daging, dan Berat Bulu Ayam Kampung. Dibimbing oleh SUMIATI dan SRI SUHARTI.

Vitamin E dan selenium adalah antioksidan dan mikronutrien penting pada unggas untuk kesehatan dan mencegah kerusakan akibat radikal bebas pada membran fosfolipid, enzim dan molekul penting lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh fortifikasi vitamin E dan atau Selenium pada profil darah, kadar lemak dan berat bulu ayam kampung. Penelitian dilakukan selama 5 minggu dengan memelihara ayam kampung sebanyak 160 ekor yang diberi pakan komersial BR-21E sebagai kontrol (T1), fortifikasi 0.2 ppm Se organik (T2), 200 IU vitamin E (T3) dan 200 IU vitamin E + 0.2 ppm Se organik (T4). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Data dianalisis dengan menggunakan Analisis Varians (ANOVA) dan setiap perbedaan yang signifikan selanjutnya diuji menggunakan Contras F Ortogonal. Variabel yang diamati adalah profil darah (hemoglobin, hematokrit, eritrosit, leukosit, monosit, eosinofil, heterofil, limfosit dan rasio H/L), kadar lemak daging, dan berat bulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fortifikasi dengan 0.2 ppm Se organik dan atau 200 IU vitamin E tidak mempengaruhi (p>0.05) profil darah, kadar lemak daging dan berat bulu ayam Kampung.

Kata kunci: ayam kampung, bulu, darah, kadar lemak daging, Se, vitamin E

ABSTRACT

WINDA AYU PANGESTI. Effect of Vitamin E and Mineral Se Fortification in The Diet on Blood Profile, Total Fat of Meat, and Feather Weight of Kampong Chicken. Supervised by SUMIATI and SRI SUHARTI.

Vitamin E and selenium are antioxidant and essential micronutrients in poultry for normal health and preventing free radical damage to phospholipid membranes, enzymes and other important molecules. Objective of this study was to determine the effects of vitamin E and /or Selenium fortification in the diet on blood profile, fat content of meat and feather weight. The research was carried out for 5 weeks using one-hundred-sixty Kampong chickens fed with commercial feed BR-21E as control (T1), fortification 0.2 ppm selenium organic (T2), 200 IU vitamin E (T3) and 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm selenium organic (T4). This experiment used a Completely Randomized Design. The data were analyzed using Analysisof Variances (ANOVA) and any significant differences were further tested using Contras F Ortogonal. The variables observed were blood profile (haemoglobin, pack cell volume, erythrocyte, leukocyte, monocyte, eosinophile, heterophile, lymphocyte and ratio H/L), fat content of meat, and feather weight. The results showed that fortification with 0.2 ppm selenium organic and or 200 IU vitamin E did not affect (p>0.05) blood profile, fat content of meat and feather weight of Kampong chickens.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

EFEK FORTIFIKASI VITAMIN E DAN MINERAL SE DALAM

PAKAN TERHADAP PROFIL DARAH, KADAR LEMAK

DAGING, DAN BERAT BULU AYAM KAMPUNG

WINDA AYU PANGESTI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Efek Fortifikasi Vitamin E dan Mineral Se dalam Pakan Terhadap Profil Darah, Kadar Lemak Daging, dan Berat Bulu Ayam

Kampung

Nama : Winda Ayu Pangesti NIM : D24090048

Disetujui oleh

Dr Ir Sumiati, MSc

Pembimbing I Dr Sri Suharti, SPt MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 hingga April 2013 ini ialah fortifikasi vitamin dan mineral, dengan judul Efek Fortifikasi Vitamin E dan Mineral Se dalam Pakan terhadap Profil Darah, Kadar Lemak Daging, dan Berat Bulu Ayam Kampung.

Vitamin E dan mineral Se bekerja secara sinergis sebagai antioksidan untuk melindungi membran biologis dari degenerasi oksidatif, menghilangkan radikal lemak, radikal bebas oksigen yang merupakan bagian terpenting dari fungsi sel, memperbaiki stres dan daya tahan terhadap peyakit. Keunggulan dari adaya kerjasama antara vitamin E dan Se tersebut dicobakan pada ternak ayam kampung (Gallus gallus domesticus) yang merupakan ayam lokal indonesia yang hidup pada suhu tropis dimana pada suhu ini besar kemungkinan ternak akan mengalami stres panas yang dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan gangguan lainnya. Oleh karena itu, diupayakan adanya pencegahan atas kemungkinan ternak terkena dampak stres panas dari lingkungan tropis dengan adanya pemberian vitamin E dan mineral Se dalam pakan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan wawasan yang berguna bagi pembaca dan dunia peternakan. Terima kasih.

Bogor, Oktober 2013

(10)

DAFTAR ISI

JUDUL i

PERNYATAAN SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI iii

ABSTRAK iv

MATERI DAN METODE PENELITIAN 2

Lokasi dan Waktu 2

Materi 2

Metode 3

Persiapan Kandang 3

Pemeliharaan 3

Pengambilan dan Analisa Sampel Darah 4

Analisa Kadar Lemak Daging 5

Pengukuran Persentase Berat Bulu Ayam Kampung 5

Rancangan Percobaan 5

Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Lingkungan Tempat Penelitian 6

(11)

DAFTAR TABEL

1. Kandungan Nutrien Zat Pakan Ransum 3

2. Perlakuan fortifikasi vitamin E dan mineral Se 3 3. Rataan Suhu Kandang Selama 5 Minggu Penelitian 6 4. Rataan Profil Darah Ayam Kampung Umur 13 Minggu 7 5. Standar Normal RataanProfil Darah Gallus Domesticus 7 6. Rataan Kadar Lemak Daging Paha Atas Ayam Kampung Umur 13 Minggu 11 7. RataanKandungan Lemak Daging Dada dan Paha Berbagai Unggas Lokal 11 8. RataanPersentaseBerat Bulu Ayam Kampung Umur 13 Minggu 12

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pengolahan data persentase hemoglobin ayam kampung 16 2. Pengolahan data persentase hematokrit ayam kampung 16 3. Pengolahan data eritrosit total ayam kampung 16

4. Pengolahan data leukosit total ayam kampung 16

(12)

2

PENDAHULUAN

Kesadaran masyarakat akan kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya pengetahuan akan pentingnya kebutuhan protein hewani terhadap tubuh. Namun semakin banyaknya isu yang berkembang mengenai pemberian antibiotik pada ayam broiler yang menyebabkan residu, membuat masyarakat lebih melirik kepada ayam kampung yang lebih alami karena lebih tahan terhadap penyakit dan tidak membutuhkan antibiotik untuk pertahanan tubuhnya.

Beberapa penelitian terakhir mengindikasikan bahwa penyakit dapat timbul dari faktor pemicu penyakit yang disebut stres oksidatif, yang terjadi karena peningkatan jumlah radikal bebas sehingga kemampuan pertahanan tubuh melalui sistem antioksidan berkurang. Antioksidan dapat dengan efektif menjaga kualitas pakan sehingga pemanfaatan nutrisi oleh ternak semakin maksimal. Salah satu jenis antioksidan yaitu vitamin E dan mineral selenium juga berfungsi sebagai antioksidan bersama-sama dengan vitamin E.

Vitamin E (α-tokoferol) adalah senyawa α-tokoferol yang dapat meningkatkan kemampuannya untuk menangkal radikal-radikal bebas dan menghambat oksidasi lipid khususnya pada sel-sel matriks pembentukan jaringan otot (daging). Peningkatan konsentrasi α-tokoferol di dalam darah akan semakin menambah kemampuannya untuk menangkal radikal-radikal bebas (Lauridsen et al. 1995).

Mineral Se memiliki fungsi sebagai komponen pembentuk enzim glutathione peroksidase (GSH-Px), daya kebal tubuh (Dilaga 1992) dan membantu melindungi membran sel dari proses autooksidasi (Cheeke 2005). Dalam mekanisme reaksi enzim, Se sebagai komponen gluthathion peroksidase (GSH-Px), merupakan garis pertahanan kedua untuk melindungi diri dari kerusakan oksidatif (Dawn et al. 2000). Mineral selenium berfungsi sebagai antioksidan bersama-sama dengan vitamin E. Kerja mineral Se berhubungan erat dengan antioksidan lainnya terutama vitamin E. Keduanya berfungsi untuk melindungi membran biologis dari degenerasi oksidatif. Mekanisme kerja antara Se dan vitamin E, yaitu vitamin E mencegah penempelan radikal bebas pada membran sel, sedangkan Se-GSH-Px mencegah terbentuknya OH- dari H

2O2

(sebagai antioksidan) (Dilaga 1992). Vitamin E dan Se juga dilaporkan diperlukan untuk fungsi kekebalan tubuh optimal pada ayam (McDowell 2003).

(13)

2

Peran vitamin E dan selenium membersihkan radikal bebas sebelum radikal bebas bereaksi dengan protein membran sel membentuk protein peroksidasi, dimana protein ini merupakan komponen utama dalam penyusunan dan pembentukan bulu unggas. Selain itu, vitamin E dan selenium membantu melindungi kesehatan kelenjar tiroid yang mengeluarkan hormon tiroksin sehingga dapat meningkatkan tingkat metabolisme dan pertumbuhan bulu, sehingga perlu untuk dilihat pengaruhnya terhadap berat bulu

Fortifikasi vitamin E dan mineral Se dalam pakan dapat mempertahankan stabilitas jumlah profil darah, menghindari terjadinya lipid peroksidasi, dan melindungi protein juga kelenjai tiroid sebagai komponen pembentuk bulu ayam kampung umur 13 minggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek fortifikasi vitamin E dan mineral Se dalam pakan terhadap profil darah, kadar lemak daging, dan berat bulu pada ayam kampung.

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2013 Pemeliharaan ayam kampung dilakukan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas Fakultas Peternakan IPB, Darmaga Bogor. Analisis sel darah merah, sel darah putih dan diferensiasi sel darah putih dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan dan analisis lemak kasar dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Materi

Ternak yang digunakan sebanyak 160 ekor ayam kampung (Gallus gallus domesticus) jantan dan betina (unsexed) berumur 8 minggu dengan bobot badan ±600-800 g. Kandungan nutrien pakan komersial BR-21E yang tercantum di label dan hasil analisis disajikan pada Tabel 1. Perlakuan fortifikasi vitamin E dan mineral Se disajikan pada Tabel 2. Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ransum komersial ayam broiler BR-21E produksi PT. Shinta sebagai pakan kontrol, vitamin E dan mineral Se sebagai bahan fortifikasi, dan sekam untuk alas dalam kandang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixer atau alat pencampur pada pembuatan pakan yang dicampur dengan vitamin E dan atau mineral Se, karung, plastik, termometer, timbangan, ember, spuit atau alat suntik 1 ml dengan jarum 26G x ½, EDTA tubes, tabung Sahli, warna standar hemoglobinometer, pipa mikrokapiler, mikrohematokrit, aspirator, pipet, hand counte, hemacytometer, mikroskop, kotak kamar hitung, gelas objek, kertas saring bebas minyak, Sochlet, dan labu lemak.

(14)

3 Tabel 1 Kandungan nutrien pakan penelitian berdasarkan As fed

Komponen Label PT. Shinta1) Hasil Analisis2)

Berat kering (%) 88 87.85

Sumber :1)PT. Shinta Prima Feedmill

2)Hasil Analisis Lab Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB (2013) 3)Lab Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan, IPB (2013)

4)Hasil Analisis Balai Besar Pasca Panen Bogor (2013)

Tabel 2 Perlakuan fortifikasi vitamin E dan mineral Se

Perlakuan Fortifikasi Vitamin E (IU) Total dalam Se (ppm)

ransum Fortifikasi Total dalam ransum

T1 - 624.9 - 0.00284

T2 - 624.9 0.2 0.20284

T3 200 824.9 - 0.00284

T4 200 824.9 0.2 0.20284

Keterangan : T1 = ransum tanpa fortifikasi; T2 = ransum dengan fortifikasi 200 IU vitamin E; T3 = ransum dengan fortifikasi 0.2 ppm Se organik; T4 = ransum dengan fortifikasi 200 IU vitamin E + 0.2 ppm Se organik

Metode Persiapan Kandang

Hal yang dilakukan pertama kali ialah sanitasi dengan pemberian desinfektan dan pengapuran kandang yang digunakan. Selanjutnya 2 unit kandang dibuat 16 sekat. Sekat menggunakan kawat dan kayu yang dibentuk seperti kubus berukuran 1 x 1 x 1 m dengan tutup atas agar ayam kampung tidak terbang. Persiapan berikutnya dilakukan dengan menyiapkan tempat pakan dan tempat air minum yang sudah bersih serta menaruh sekam secukupnya.

Pemeliharaan

(15)

4

Pengambilan dan Analisis Sampel Darah

Pengambilan sampel darah dari 16 ekor ayam kampung dilakukan diakhir penelitian dengan menggunakan spuit atau alat suntik 1 ml dengan jarum 26G x ½. Sampel darah diambil melalui vena jugularis. Setelah darah ayam diambil, langsung dimasukkan ke dalam EDTA (Ethylenediamin Tetra-acetic Acid) tubes yang sudah diisi antikoagulan didalamnya. standar hemoglobinometer. Nilai hemoglobin yaitu jumlah hemoglobin dalam gram per 100 ml darah (g%) (Sastradipradja et al. 1989).

b. Perhitungan Hematokrit

Perhitungan dilakukan dengan mengisi tabung hematokrit dengan darah dan antikoagulan. Campuran darah kemudian disentrifius sampai sel-sel darah mengumpul di dasar. Pipa mikrokapiler diisikan darah sampai mencapai 4/5 bagian, kemudian ujung pipa disumbat dengan crestoseal, lalu disentrifius selama 15 menit dengan kecepatan 2.500-4.000 rpm. Nilai hematokrit ditentukan dengan menggunakan alat baca mikrohematokrit (microcapillary hematocrit reader) (Sastradipradja et al. 1989).

c. Perhitungan Jumlah Eritrosit

Pengukuran dilakukan dengan memasang aspirator pada pipet sel darah merah. Darah dihisap sampai batas angka 0.5. Larutan Hayem dihisap sampai tanda 101. Aspirator dilepas dari pipet darah merah, kemudian isi pipet dikocok dengan pola gerakan angka 8 selama 3 menit. Cairan dimasukkan ke dalam kamar hitung. Butir-butir darah dibiarkan mengendap selama kurang lebih 1 menit. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan hand counter. Butir darah merah disimbolkan dengan a dan untuk mengetahui jumlah sel darah merah dalam 1 mm3darah dihitung dengan menggunakan rumus a x 104

menurut Sastradipradja et al. (1989).

d. Perhitungan Jumlah Leukosit

(16)

5 e. Perhitungan Differensiasi Leukosit

Differensiasi Leukosit diperoleh dengan menghitung 100 butir sel darah putih pada ulas darah. Darah dibuat preparat ulas ± 2 cm dari ujung gelas objek. Ulas difiksasi dengan metanol 75% selama 5 menit kemudian diangkat sampai kering udara, kemudian direndam dengan larutan giemsa selama 30 menit. Preparat diamati dari pojok kiri atas sampai pojok kanan bawah dengan mikroskop perbesaran 1.000 kali dan ditambahkan minyak imersi kemudian dihitung limfosit, heterofil, monosit, basofil, dan eosinofil sampai jumlah total 100 butir leukosit (Sastradipradja et al. 1989).

Analisis Kadar Lemak Daging

Lemak karkas dianalisis dari daging paha bagian kanan atas. Penentuan kadar lemak daging dilakukan berdasarkan metode ekstraksi Sochlet (Association of Official Analytical Chemist 1984), yaitu sampel kurang lebih sebanyak dua gram (c gram) dibungkus dengan kertas saring bebas minyak lalu dimasukkan ke dalam sochlet dan diekstraksi dengan pelarut organik (petroleum eter) pada suhu 60 0C selama 25 menit. Setelah ekstraksi selesai, kemudian pelarutnya disuling

kembali dan labu lemak yang sebelumnya telah ditimbang bobot awalnya (a gram) diangkat kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 0C sampai berat

tetap kemudian ditimbang (b gram). Kadar lemak dihitung dengan rumus sebagai berikut :

(%) = − × 100%

Pengukuran Persentase Berat Bulu Ayam

Berat bulu ayam diketahui setelah ayam kampung sebanyak 16 ekor yang dipotong lalu dicabuti bulunya untuk menjadikan ayam sebagai karkas bersih. Bulu ditimbang untuk diketahui beratnya. Setelah diketahui beratnya, lalu dihitung nilai persentase nya.

% = – ( ) ( ) × 100%

Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan, masing-masing ulangan menggunakan 10 ekor ayam kampung. Perlakuan :

T1 = ransum basal

T2 = ransum basal + 0.2 ppm Se organik T3 = ransum basal + 200 IU vitamin E

T4 = ransum basal + 200 IU vitamin E + 0.2 ppm Se organik

(17)

6

Keterangan :

µ = rataan umum

Pi = pengaruh pemberian pakan kontrol, vitamin E, mineral Se, vitamin E +

mineral Se ke- i

εij = pengaruh galat percobaan pada pemberian pakan ke-i dan ulangan ke-j

Analisis Data

Data diolah dengan analisis ragam (Analysis of Variance = ANOVA). Jika berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji Kontras F Ortogonal (Steel and Torrie 1995).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Lingkungan Tempat Penelitian

Hasil pengamatan pada suhu kandang selama 5 minggu penelitian menunjukan bahwa suhu rata-rata kandang berkisar antara 24.03 oC - 28.29 oC,

dan data suhu tersebut berada diatas suhu nyaman bagi ayam menurut North dan Bell (1990) adalah 18.3 oC - 23.9 oC. Namun ayam kampung pada penelitian ini masih dapat mentoleransi keadaan pada suhu kandang tersebut sehingga tidak berpengaruh negatif pada produktivitas ayam kampung sebagai mana menurut Elboushy and Marle (1978) yaitu comfort zone untuk ternak ayam didaerah tropis berkisar 15 oC - 25 oC. Data suhu kandang selama penelitian disajikan pada Tabel 2.

Tabel 3 Rataan suhu kandang selama 5 minggu penelitian

Waktu Suhu (oC)

Pagi 24.03 ± 1.11

Siang 28.29 ± 2.78

Sore 25.92 ± 2.22

Profil Darah

(18)

7 Tabel 4 Rataan profil darah ayam kampung umur 13 minggu

Parameter Profil Keterangan :T1 (ransum basal), T2 (ransum basal + 0.2 ppm Se organik), T3 (ransum basal + 200

IU Vitamin E), T4 (ransum basal + 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm Se organik)

Tabel 5 Standar normal rataan profil darah ayam Gallus domesticus Parameter Profil Darah Kisaran Normal

Hemoglobin (g%) 7.3 – 10.9

Sumber : Smith dan Mangkoewidjojo (1988), * Swenson (1984)

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Qureshi et al. (1993) dan Marsh et al. (1981) yang melaporkan bahwa pemberian vitamin E dengan level 100 atau 250 IU kg-1 dalam pakan tidak mempengaruhi produksi

antibodi ayam. Qureshi et al. (1993) dan Marsh et al. (1981) menyimpulkan bahwa penambahan vitamin E dengan level 25 sampai 50 IU kg-1 lebih

mempengaruhi respon imun dibandingkan dengan pemberian vitamin E dengan level yang tingkatnya tinggi antara 100 sampai 200 IU kg-1. Hasil penelitian lain yang diperoleh Leshchinsky et al. (2001) menunjukkan bahwa untuk kelompok unggas dengan mengkonsumsi vitamin E pada level 65 mg kg-1 dapat

berkontribusi untuk reaksi pertahanan sel sehingga sel lebih tahan lama dan dapat meningkatkan respon imun yang efektif mengenali sejumlah besar benda asing intraseluler melalui T reseptor-sel, dibandingkan pemberian 30 mg kg-1 dan 100

mg kg-1 vitamin E.

Hemoglobin

(19)

8

jumlah hemogloblin di dalam tubuh ayam kampung tetap dalam kisaran normalnya. Rataan jumlah sel hemoglobin berhubungan dengan rataan eritrosit, tingginya rataan jumlah sel eritrosit akan diikuti rataan jumlah hemoglobin, dan sebaliknya (Sturkie and Griminger 1976). Dikarenakan fortifikasi vitamin E dan atau Se dapat mempertahankan jumlah normal eritrosit pada ayam kampung, maka perolehan rataan jumlah hemoglobin pun berada pada rataan jumlah normalnya. Ayam kampung tidak mengalami kekurangan kadar oksigen dalam darah karena jumlah homoglobinnya yang tidak meningkat dari kisaran normal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Swenson (1984) bahwa rendahnya oksigen dalam darah menyebabkan peningkatan produksi hemoglobin dan jumlah eritrosit untuk mengikat lebih banyak oksigen dalam darah.

Hematokrit

Pada pengukuran hematokrit ayam kampung umur 13 minggu mengindikasikan bahwa nilai hematokrit ayam kampung berada dalam keadaan normal (fisiologis) yaitu 26.81% – 29.50%. Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan kisaran normal hematokrit ayam berada pada 24% - 43%. Nilai hematokrit akan bertambah jika terjadi keadaan hipoksia atau polisitemia yaitu jumlah eritrosit lebih banyak dibandingkan dengan jumlah normal (Guyton dan Hall 2010). Fortifikasi 200 IU vitamin E dan atau 0.2 ppm Se organik dapat mempertahankan jumlah normal erotrosit pada ayam kampung, maka data di atas sejalan dengan pernyataan Widjajakusuma dan Sikar (1986) bahwa hematokrit sebanding dengan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin.

Eritrosit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah eritrosit ayam kampung umur 13 minggu berada pada rataan kisaran normal yaitu 2.84 – 3.32 juta mm-3. Hal ini

sejalan dengan pernyataan Smith dan Mangkoewidjojo (1988) bahwa kadar normal sel eritrosit ayam berkisar antara 2.0 – 3.2 juta mm-3. Eritrosit dipengaruhi

(20)

9

Leukosit

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa fortifikasi 0.2 ppm Se organik dan atau 200 IU vitamin E dalam ransum tidak mempengaruhi leukosit darah ayam. Pada penelitian jumlah rataan leukosit ayam kampung yang diperoleh berada pada kisaran normal yaitu 13.85 – 16.95 ribu mm-3. Smith dan

Mangkoewidjojo (1988) menyatakan bahwa kisaran normal jumlah leukosit pada ayam yaitu 16 – 40 ribu mm-3. Jumlah sel darah putih sangat tergantung pada umur, jenis kelamin, stres, penyakit, dan pemberian pakan atau obat tertentu. Leukosit merupakan sistem unit pertahanan tubuh. Vitamin E mempengaruhi perkembangan sistem kekebalan tubuh pada ayam (Marsh et al. 1986) oleh modulasi berbagai komponen, fungsi makrofag dan fagositosis, produksi antibodi dan ketahanan terhadap penyakit (Franchini et al. 1986).

Glutathione disebut juga Glutathione Sulph Hydril (GSH) adalah protein yang secara alami diproduksi dalam tubuh yang berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh dan regenerasi sel, bersifat antioksidan dan anti toksin. Se sebagai komponen glutathione sangat diperlukan tubuh. Glutathione meningkatkan produksi sel darah putih untuk melawan infeksi (Surai 2003). Pada penelitian ini, fortifikasi 200 IU vitamin E dan atau 0.2 ppm Se organik dapat mempertahankan jumlah normal leukosit darah ayam kampung.

Monosit

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa fortifikasi 0.2 ppm Se organik (T2), 200 IU vitamin E (T3) dan 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm Se organik (T4) dalam ransum tidak mempengaruhi monosit darah ayam. Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) kisaran normal jumlah monosit pada ayam yaitu 0% - 30%. Pada penelitian ini, jumlah rataan monosit ayam kampung yang diperoleh berada pada kisaran normal yaitu 6.00% – 7.75%. Pemberian vitamin E 50 IU kg-1

dapat efektif dalam respon imun dengan mempengaruhi proporsi darah (Akbari et al. 2008). Keberadaan monosit dalam sistem pertahanan tubuh adalah untuk mengaktifkan sistem kekebalan tubuh. Sel monosit/makrofag sebagai garis pertama pertahanan imunologi adalah target yang jelas untuk berbagai tekanan lingkungan dan toksisitas. Persentase monosit yang normal dalam tubuh menunjukkan bahwa fortifikasi 200 IU vitamin E dan atau 0.2 ppm Se organik mampu melindungi tubuh ayam kampung dari antigen yang akan memicu terbentuknya sistem pertahanan spesifik.

Eosinofil

(21)

10

mempertahankan kemampuan sistem kekebalan tubuh dengan memperpanjang kehidupan fungsional fagosit mencegah aktivitas hidrogen peroksida berlebih.

Heterofil

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa fortifikasi 0.2 ppm Se organik (T2), 200 IU vitamin E (T3) dan 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm Se organik (T4) dalam ransum tidak mempengaruhi heterofil darah ayam. Rataan heterofil ayam kampung berumur 13 minggu pada penelitian ini sekitar 40.00% – 50.75% dan jumlah ini berada pada kisaran normal menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) yaitu sejumlah 9% - 56%. Tubuh memfokuskan sistem imun pada sel heterofil sesuai dengan fungsinya sebagai garis pertahanan pertama bagi tubuh dan berperan sebagai fagositosit (Tizard 1988). Fungsi heterofil pada unggas meliputi pelekatan, kemotaksis, fagositosis, dan pembunuh bakteri yang cukup kuat efisiensinya untuk mempertahankan serangan bakteri (Schalm 2010). Fortifikasi 200 IU vitamin E dan atau 0.2 ppm Se organik dapat membantu heterofil dalam pertahanan tubuh dari kerentanan terhadap infeksi.

Limfosit

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa fortifikasi 0.2 ppm Se organik (T2), 200 IU vitamin E (T3) dan 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm Se organik (T4) dalam ransum tidak mempengaruhi limfosit darah ayam kampung. Kisaran rataan persentase limfosit pada penelitian ini berada dalam keadaan normal dari 24% – 84% (Smith dan Mangkoewidjojo 1988) yaitu berjumlah 42.75% – 45.75%. Limfosit merupakan leukosit utama pada darah unggas yang mengandung sel T dan konsentrasinya dalam darah digunakan sebagai ukuran tidak langsung dari imunitas seluler. Limfosit akan membentuk antibodi yang bersirkulasi di dalam darah apabila terdapat serangan dari antigen untuk mempertahankan kekebalan tubuh (Frandson and Spurgeon 1992). Limfosit terlibat dalam berbagai fungsi imunologi seperti produksi imunoglobulin dan modulasi kekebalan pertahanan (Campbell 1996). Vitamin E telah dilaporkan dapat melindungi sel-sel yang terlibat dalam respon imun seperti limfosit terhadap kerusakan oksidatif (Puthpongsiriporn et al. 2001). Glutathione meningkatkan produksi T-sel yang disebut limfosit. Tanpa Se sebagai komponen glutathione maka limfosit tidak dapat menghasilkan antibodi untuk melawan infeksi bakteri dan virus dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Surai 2003). Fortifikasi 200 IU vitamin E dan atau 0.2 ppm Se organik dapat membantu limfosit dalam membentuk antibodi sebagai pertahanan tubuh.

Rasio Heterofil/Limfosit (H/L)

(22)

11 dilihat dari performa ayam kampung pada penelitian Nurhadi (2013) yang menunjukkan bahwa fortifikasi 0.2 ppm Se organik (T2), 200 IU vitamin E (T3) dan 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm Se organik (T4) dalam ransum tidak mempengaruhi performa ayam kampung. Performa ayam kampung pada penelitian tersebut tergolong dalam keadaan baik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa rasio H/L ayam kampung yang diperoleh pada penelitian ini masih belum dapat menunjukkan adanya stres panas yang dialami oleh ayam kampung akibat suhu lingkungan, walaupun rasio heterofil/limfosit itu sendiri merupakan sebuah ukuran yang sangat cepat untuk menunjukkan tingkatan cekaman yang dialami ayam pada lingkungan (heat stress) (Gross dan Siegel 1983). Hal ini menunjukkan bahwa fortifikasi 0.2 ppm Se organik (T2), 200 IU vitamin E (T3) dan 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm Se organik (T4) dalam ransum dapat mempertahankan rasio heterofil/limfosit ayam kampung berada pada kondisi yang menggambarkan performa ayam kampung yang masih tergolong berperforma normal.

Kadar Lemak Daging

Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa fortifikasi 0.2 ppm Se organik (T2), 200 IU vitamin E (T3) dan 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm Se organik (T4) dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan kadar lemak daging ayam kampung (Tabel 6). Data kandungan kadar lemak daging dada dan paha pada berbagai unggas lokal disajikan pada Tabel 7. Kadar lemak daging pada ayam kampung penelitian umur 13 minggu berada pada kisaran 1.03% – 2.17%. Kisaran tersebut mendekati data kadar lemak daging ayam kampung pada paha bagian atas yang diperoleh pada penelitian Ismoyowati dan Widiyastuti (2003) yaitu sebesar 2.76%.

Tabel 6 Rataan kadar lemak daging paha atas ayam kampung umur 13 minggu Perlakuan

T1 T2 T3 T4

Kadar Lemak

Daging(%) 1.28 ± 0.57 2.17 ± 1.27 1.03 ± 0.13 1.37 ± 0.61 Keterangan :T1 (ransum basal), T2 (ransum basal + 0.2 ppm Se organik), T3 (ransum basal + 200

IU Vitamin E), T4 (ransum basal + 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm Se organik)

Tabel 7 Rataan kandungan lemak daging dada dan paha berbagai unggas lokal Jenis Unggas

Daging Bagian Ayam Kampung Itik Tegal Entok ---%---

Dada 1.18 4.55 1.41

Paha 2.76 4.77 2.72

Sumber : Ismoyowati dan Widiyastuti (2003)

(23)

12

sebagian besar dipengaruhi oleh keberadaan nutrisi. Faktor lingkungan diantaranya sistem perkandangan, suhu lingkungan, pencahayaan dan sebagainya. Respon penurunan kadar lemak daging secara umum diduga disebabkan oleh keberadaan zat-zat dalam ransum yang dapat menghambat penyerapan lemak ke dalam tubuh.

Vitamin E merupakan pertahanan baris pertama terhadap kerusakan sel hasil dari peroksidasi membran fosfolipid dengan melindungi terhadap kerusakan dengan mencegah pembentukan hidroperoksida lipid. Se sebagai komponen GSH-Px, bertindak sebagai garis pertahanan kedua terhadap kerusakan peroksida seluler dengan melindungi organisme dari kerusakan oksidatif membran sel dan menghancurkan H2O2 (McDowell 1992; Combs 1981). Diduga bahwa fortifikasi

0.2 ppm Se organik (T2), 200 IU vitamin E (T3) dan 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm Se organik (T4) dalam ransum yang tidak mempengaruhi persentase kadar lemak daging, mampu mempertahankan jumlah persentase khususnya pada bagian paha atas ayam kampung tetap dalam persentase normalnya. Adanya deposit vitamin E dan Se pada lemak dan daging ayam kampung pada penelitian ini akan mempertahankan kemampuan penyimpanan daging dari kemingkinan resiko peroksidasi lipid.

Persentase Berat Bulu

Bulu digunakan tidak hanya untuk terbang, tapi sangat penting untuk pengaturan suhu. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa fortifikasi 0.2 ppm Se organik (T2), 200 IU vitamin E (T3) dan 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm Se organik (T4) dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap presentasi berat bulu ayam kampung umur 13 minggu. Pada penelitian ini, jumlah persentase berat bulu ayam kampung berada pada kisaran 14.39% – 16.43%. Rataan persentase berat bulu ayam kampung umur 13 minggu disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Rataan persentase berat bulu ayam kampung umur 13 minggu Perlakuan

T1 T2 T3 T4

Bulu (g) 192.25 ± 20.52 207 ± 24.99 168 ± 48.30 190 ± 25,47 Bulu (%) 15.43 ± 3.80 16.43 ± 2.53 14.68 ± 4.95 14.39 ± 1.58 Keterangan :T1 (ransum basal), T2 (ransum basal + 0.2 ppm Se organik), T3 (ransum basal + 200

IU Vitamin E), T4 (ransum basal + 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm Se organik)

(24)

13 22% dalam pakan membuat persentase bulu ayam kampung pada penelitian ini menjadi lebih tinggi dibandingkan pada hasil penelitian Deasy (2000).

Vitamin E tidak berperan dalam lingkup bulu unggas, melainkan hanya sebagai pencegah protein peroksidasi dimana protein merupakan komponen utama dari pembentukan bulu unggas. Lain halnya dengan Se, bertambah baiknya bulu-bulu ayam yang diberi pakan dilengkapi dengan Se, khususnya selama kondisi stres (Edens 1996; 2001). Efek Se dapat menyebabkan perubahan dalam metabolisme hormon tiroksin atau perubahan pada bulu ayam. Pertumbuhan bulu dipengaruhi oleh fungsi kelenjar tiroid. Peran vitamin E dan selenium dalam melindungi dan menjamin kesehatan tiroid, membantu pertahanan terhadap stres yang tak terelakkan. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa fortifikasi 0.2 ppm Se organik (T2), 200 IU vitamin E (T3) dan 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm Se organik (T4) dalam ransum tidak meningkatkan produksi bulu karena nutrisi zat makanan yang tidak berbeda pada setiap perlakuan, sehingga pertumbuhan bulu hanya dalam keadaan standar (normal).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Fortifikasi 0.2 ppm Se organik, vitamin E 200 IU, dan campuran keduanya dalam ransum tidak mempengaruhi profil darah, kandungan kadar lemak daging, dan persentase berat bulu ayam kampung umur 13 minggu.

Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai fortifikasi vitamin E dan/ mineral Se dengan kadar yang berbeda dari rendah hingga tinggi dengan menggunakan ransum yang diformulasi sendiri sehingga dapat memperoleh kadar yang efisien dan baik untuk kebutuhan ayam kampung.

DAFTAR PUSTAKA

Akbari MR, Kermanshahi H, Moghaddam HN, Heravi AR, Afshari JT. 2008. Effect of Wheat-Soybean Meal Based Diet Supplementation with Vitamin A, Vitamin E and Zinc on Blood Cells, Organ Weight and Humoral Immune Response in Broiler Chickens. J of Anim and Vet Adv. 7(3): 291-298.

Campbell IL.1996. Exacerbation of lymphocytic choriomeningitis in mice treated with the inducible nitric oxide synthase inhibitor aminoguanidine. Journal of

Neuroimmunology.71:31-36.

Cheeke PR. 2005. Applied Animal Nutrition: Feed and Feeding. 3rd Ed. New Jersey (US): Pearson and Prentice Hall.

(25)

14

Dawn BM, Allan DM, Smith CM. 2000. Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan klinis. Jakarta (ID): EGC.

Deasy AA. 2000. Evaluasi Ransum yang Menggunakan Kombinasi Pollard dan Duckweed terhadap Persentase Berat Karkas, Bulu, Organ Dalam, Lemak Abdominal, Panjang Usus dan Sekum Ayam Kampung [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Dilaga SH. 1992. Nutrisi Mineral pada Ternak. Edisi Pertama. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.

Edens FW. 1996. Organic selenium: from feathers to muscle integrity to drip loss: five years onward: no more selenite, Biotechnology in the Feed Industry. In: Proceedings of Alltech’s 12th Annual Symposium. Nottingham (US): Nottingham United Pr.

Edens FW, Parkhurst CR, Havenstein GB, Sefton AE. 2001. Housing and selenium influences on feathering in broilers. J Appl Poult Res. 10:128–134. Elboushy AR, Morle ALV. 1978. The effect of climate on poultry physiology in

the tropic and their improvement. World’s Poultry Sci 34 : 155-169.

Franchini A, Miyan JA, Ottaviani E. 1986. Induction of ACTH and TNF-α-like molecules in the hemocytes of Calliphora vomitoria (Insecta, Diptera). Tissue and Cell. 28: 587-592.

Frandson RD and Spurgeon TL. 1992. Anatomy and Physiology of Farm Animals. 5th Ed. Philadelphia (US):Lea and Febiger.

Gross WB, Siegel HS. 1983. Evaluation of the heterophil/lymphocyte ratio as a measure of stress in chickens. Avian Dis. 27:972-979.

Guyton AC, John EH. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Irawati S, Ken AT, Alex S, penerjemah; Irawati S, editor. EGC: Penerbit Buku Kedokteran. Terjemahan dari: Textbook of Medical Physiologi.

Hariyadi P. 2006. Teknologi Fortifikasi. Majalah Food Review. 3(1):35‐39.

Ismoyowati I, Widyastuti T. 2003. Kandungan Lemak dan Kolesterol Daging Bagian Dada dan Paha Berbagai Unggas Lokal. Anim Prod. 5(2):79-82.

Lauridsen C, Jakobsen K, Hansen TK. 1995. The influence of dietary ethoxyquin on the vitamin E status in broilers. Archives of Anim Nutr. 47: 245-254.

Leenstra FR. 1989. Influence of Diet and Genotype on carcass Quality in Poultry and Their Consequences for Selection. Di dalam: Cole DJA, Haresign W, editor. Recent Developments in Poultry Nutrition. Great Britain (GB): Anchor Pr.

Leshchinsky TV, Klasing KC. 2001. Relationship Between the Level of Dietary Vitamin E and the Immune Response of Broiler Chickens. Poult Sci. 80:1590– 1599.

McDowell LR. 2000. Vitamins in Animal and Human Nutrition. 2nd Ed. Ames (US): Iowa State University Press.

Marsh JA, Dietert RR, Combs GF. 1981. Influence ofdietary selenium and vitamin E on the humoral immuneresponse of chicks. Proc Soc Exp Biol Med. 166:228–236.

Meyer DJ, Harvey JW. 2004. Veterinary Laboratory Madicine : Interpretation and Diagnosis. 3rd Ed. Saunders, USA.

(26)

15 Packham RG. 1982. Feed Composition, Formulation and Poultry Nutrition and Growth Mammal. Melbourne (AU): Australian Universities International Development Program (AUIDP).

Puthpongsiriporn U, Scheideler SE, Sell JL, Beck MM. 2001. Effects of vitamin E and C fortification on performance, in vitro lymphocyte proliferation, antioxidant status of laying hens during heat stress. Poult Sci. 80:1190-1200. Qureshi MA, Ferket PR, Garlich JD. 1993. Effect ofdietary fortification of

vitamin E on the immune function of turkey poults. Poult Sci. 72(Suppl.1):56. Rana K, Malhotra N, Malhotra RK. 1992. Effect of radiation onsome

haematological parameters and its modification byvitamin E in chicks. Indian J Exp Biol. 30:60–61.

Sastradipradja D. 1989. Penuntun Praktikum Fisiologi Veteriner. Bogor (ID): IPB Pr.

Schalm. 2010. Schalm’s Veterinary Hematology. 6th Ed. Editor: Douglas J, Weiss

K, Jane W. Oxford (US): Blackwell Publishing Ltd.

Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakkan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta (ID): UI Pr.

Sturkie PD, Griminger P. 1976. Blood: Physical Characteristics, Formed Elements, Hemoglobin and Coagulation. Dalam: Sturkie PD (Editor). Avian Physiology. 3rd Ed. Heidelberg (GM): Springer Verlag Inc.

Surai PF. 2003. Natural Antioksidants in Avian Nutrition and Reproduction. Nottingham (US): Nottingham University Pr

Swenson MJ. 1984. Duke’s Physiology of Domestic Animals. 10th Ed. New York

(US): Publishing Assocattes a Division of Cornell University.

Tizard I. 1982. Veterinary Immunology. An Introduction. Ed ke-3. Saunders WB co Masduki Partodiredjo, penerjemah. 1988. Surabaya (ID): Airlangga University Press.

(27)

16

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil pengolahan data persentase hemoglobin ayam kampung umur 13 minggu

JK db KT F Sig.

Perlakuan .977 3 .326 .801 .517

Galat 4.876 12 .406

Total 5.825 15

Keterangan : JK = Jumlah Kuadrat; db = derajat bebas; KT = Kuadrat Tengah; F = Faktor hitung; Sig. = Signifikansi

Lampiran 2 Hasil pengolahan data persentase hematokrit ayam kampung umur 13 minggu

JK db KT F Sig.

Perlakuan 20.531 3 6.844 1.107 .385

Galat 74.219 12 6.185

Total 94.750 15

Lampiran 3 Hasil pengolahan data eritrosit total ayam kampung umur 13 minggu

JK db KT F Sig.

Perlakuan .541 3 .180 1.228 .342

Galat 1.762 12 .147

Total 2.303 15

Lampiran 4 Hasil pengolahan data leukosit total ayam kampung umur 13 minggu

JK db KT F Sig.

Perlakuan 33.288 3 11.096 .850 .493

Galat 156.570 12 13.048

Total 189.858 15

Lampiran 5 Hasil pengolahan data persentase diferensiasi leukosit ayam kampung umur 13 minggu

ANOVA persentase monosit

JK db KT F Sig.

Perlakuan 7.500 3 2.500 .359 .783

Galat 83.500 12 6.958

Total 91.000 15

ANOVA persentase eosinofil

JK db KT F Sig.

Perlakuan 1.188 3 .396 .128 .942

Galat 37.250 12 3.104

(28)

17

ANOVA persentase heterofil

JK db KT F Sig.

Perlakuan 289.188 3 96.396 .779 .528 Galat 1485.750 12 123.812

Total 1774.938 15

ANOVA persentase limfosit

JK db KT F Sig.

Perlakuan 67.750 3 20.917 .177 .910 Galat 1421.000 12 118.417

Total 1483.750 15

Lampiran 6 Hasil pengolahan data persentase kadar lemak daging ayam kampung umur 13 minggu

JK db KT F Sig.

Perlakuan 2.903 3 .968 1.670 .226

Galat 6.956 12 .580

Total 9.859 15

Lampiran 7 Hasil pengolahan data persentase berat bulu ayam kampung umur 13 minggu

JK db KT F Sig.

Perlakuan 3104.688 3 1034.896 1.028 .415 Galat 12080.750 12 1006.729

(29)

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 27 bulan Januari tahun 1991 dan diberi nama Winda Ayu Pangesti. Penulis merupakan anak kedua dari bapak Djumono dan Ibu Sudarmi. Penulis menyelesaikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 8 Bogor pada tahun 2003-2006 kemudian sekolah menengah atas di SMA Negeri 6 Bogor pada tahun 2006-2009 dan diterima di Institut Pertanian Bogor pada bulan Juni 2009 departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan. Selama menjadi

mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah aktif di organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai Ketua Departemen INTERNAL periode 2010-2011 dan Bendahara Umum BEM periode 2011-2012, Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia (ISMAPETI) sebagai Majelis Pekerja Nasional (MPNas) periode 2010-2012, dan South East Asia Animal Science Student Networking (SEAASS-Net). Selain kegiatan keorganisasian, penulis juga sempat mengikuti kegiatan magang di Citra Agro Buana Semesta (CABS) Malangbong, Garut pada tahun 2012. Penulis merupakan penerima beasiswa bahan bantuan mahasiswa (BBM) tahun 2009-2013 dan melaksanakan Progaram Kreativitas Mahasiswa bidang penelitian dengan judul “Pengamatan Pengaruh Penggunaan Pupa Ulat Sutera (Bombyx mori) Sebagai Ransum Sumber Protein Itik Pedaging Pengganti Pakan Tepung Ikan Dan Bungkil Kedelai” yang didanai pada tahun 2012-2013.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Sumiati MSc dan Dr Sri Suharti SPt MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingannya selama penelitian dan penulisan skripsi ini dan kepada Dr Sri Suharti SPt MSi selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan selama menjalani 3 tahun kegiatan akademik di kampus dan panitia pelaksana sidang penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Lanjarsih dan Bapak Ucup serta petugas kandang lainya di bagian Ilmu Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan IPB atas bimbingan, bantuan dan kerjasamanya selama penelitian. Terima kasih kepada Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti MS dan Ir Rini Herlina Mulyono Msi selaku penguji sidang penulis pada tanggal 11 September 2013 jam 13.30 – 15.30 WIB di Ruang AJMP.

Gambar

Tabel 5 Standar normal rataan profil darah ayam Gallus domesticus

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh urin sapi sebagai pupuk cair terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun tanaman seledri dan mengetahui dosis pupuk

- mengembalikan satu karakter dari buffer keyboard - karakter tidak ditampilkan di layar monitor (no echo) - Tidak menunggu sampai ada ENTER. - Cocok untuk membuat password

[r]

Dari pemaparan yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan belajar merupakan suatu cara atau teknik yang menetap dibutuhkan untuk mampu

BEBERAPA JENIS IKAN BAWAL (Angel fish, BRAMIDAE) YANG TERTANGKAP DENGAN RAWAI TUNA (TUNA LONG LINE) DI SAMUDERA HINDIA.. DAN ASPEK PENANGKAPANNYA Abram Barata 1) dan Budi

Idiom musik diatonis Barat selanjutnya diakui sebagai musik nasional Indonesia pada sumpah pemuda sekaligus berkumandangnya lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf

Sedangkan sifat dari penelitian ini adalah deskriptif, yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang diteliti tentang pengusungan pasangan calon pada

Berdasarkan permasalahkan tersebut peneliti akan memanfaatkan data mining dengan metode Naive Bayes , diharapkan dapat membantu menemukan informasi dalam memprediksi kelulusan