• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Sistem Informasi Promosi Komoditas Unggulan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancang Bangun Sistem Informasi Promosi Komoditas Unggulan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

NISA SILMI AFINA

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PROMOSI

KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR TANAMAN

PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN CIANJUR

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rancang Bangun Sistem Informasi Promosi Komoditas Unggulan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

(4)

ABSTRAK

NISA SILMI AFINA. Rancang Bangun Sistem Informasi Promosi Komoditas Unggulan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh BURHANUDDIN.

Sektor primer berperan sangat besar dalam membentuk struktur ekonomi Kabupaten Cianjur. Sektor primer yang merujuk pada subsistem budidaya merupakan penggerak industri pengolahan dan perdagangan. Konsep yang digunakan pada penelitian ini adalah konsep pemasaran sektor publik yang menjelaskan bahwa pemerintah berperan sebagai promotor dalam memasarkan produk yang dihasilkan di daerahnya. Perancangan sistem menggunakan pendekatan sistem prototyping sebagai metode pengembangan sistem dengan dibatasi hanya pada 2 langkah, yaitu identifikasi kebutuhan pengguna dan pembuatan prototipe. Analisis kualitatif murni digunakan dalam pengolahan data dengan alat analisis, di antaranya analisis lembaga tataniaga, analisis kebutuhan pengguna, dan diagram alir data (data flow diagram – DFD). Hasil penelitian berupa model proses sistem informasi promosi komoditas unggulan (SIPKU) subsektor tanaman pangan dan hortikultura Kabupaten Cianjur yang menunjukan bahwa perbedaan karakteristik pada ketiga komoditas menyebabkan perbedaan entitas dan aliran data yang terjadi.

Kata kunci: dfd, komoditas unggulan, promosi, sistem informasi

ABSTRACT

NISA SILMI AFINA. Promotion Information System Design of The Advantages

Commodities of Cianjur Regency’s Food and Horticulture Subsector. Supervised by BURHANUDDIN.

Prime sector has the highest role in forming economics structure in Cianjur Region. Prime sector which refers to the farming is the mover for industrial sector and trade. This research used marketing concept of public sector which explains that government roles as promoter of the local product marketing. System design used prototyping as the methode in system development by cutting off in 2 stage, that is user's needs analysis and prototyping. Qualitative analysis is used in data processing by the analytical instrument: marketing institution analysis, user's needs analysis, and data flow diagram (DFD). The result of this research is model process of promotion information system of the advantages commodities of the Cianjur Regency's food and horticulture subsector which is showed that differences of the characteristic of the 3 groups commodities cause the differences of entities and data flows.

(5)

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PROMOSI

KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR TANAMAN

PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN CIANJUR

NISA SILMI AFINA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Unggulan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur

Nama Nisa Silmi Afina

NIM H34090084

Disetujui oleh

Ir Burhanuddin, MM Pembimbing

Diketahui oleh

(8)

Unggulan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur

Nama : Nisa Silmi Afina

NIM : H34090084

Disetujui oleh

Ir Burhanuddin, MM Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2013 ini adalah sistem informasi, dengan judul Rancang Bangun Sistem Informasi Promosi Komoditas Unggulan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur.

Terimakasih kepada Bapak Ir Burhanuddin, MM sebagai pembimbing akademik serta pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak ide, saran, dan masukan dalam pembuatan skripsi ini. Terimakasih kepada Dr Ir Wahyu Budi Priatna selaku penguji utama dan Ir Narni Farmayanti, MSc selaku penguji komisi pendidikan yang telah memberikan banyak saran dan masukan bagi perbaikan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orangtua dan seluruh keluarga atas dukungan, doa, dan kasih sayangnya. Tidak lupa, penghargaan penulis sampaikan kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Cianjur, Dinas Pertanian Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi, Balai Penelitian Tanaman Pangan dan Hortikultura Desa Gekbrong, Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Cipanas dan Sukaresmi, Gabungan Kelompok Tani Agropolitan Kecamatan Cipanas, dan Kelompok Tani Hijau Daun Sukaresmi. Penulis juga mengucapkan terima kasih dan sukses kepada Nur Nudhar Azizah selaku teman bimbingan atas semangat dan kerjasamanya selama ini, teman-teman Agribisnis 46, serta teman-teman Unit Kegiatan Mahasiswa Karate yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis selama pembuatan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013

(10)

DAFTAR ISI

Daftar Tabel x

Daftar Gambar x

Daftar Lampiran x

Pendahuluan 1 Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

Tinjauan Pustaka 4 Kajian Mengenai Pendekatan Sistem 4

Kajian Mengenai Model Perancangan Sistem 5

Keterkaitan Kajian Terdahulu dengan Penelitian 6

Kerangka Pemikiran 6 Kerangka Pemikiran Teoritis 6

Pemasaran dan Promosi 6 Sistem Informasi 7 Pendekatan Sistem 8 Konsep Basis Data (Database) 9 Perancangan Model Sistem 9 Kerangka Pemikiran Operasional 10

Metode Penelitian 10 Waktu dan Lokasi Penelitian 10

Sumber dan Jenis Data 11

Metode Pengolahan dan Analisis Data 12

Gambaran Umum Daerah 14 Letak Geografis 14

Topografi 16

Hasil dan Pembahasan 17 Identifikasi Komoditas Unggulan dan Penetapan Kawasan Sentra 17

Analisis Kebutuhan Pengguna 20

Analisis Lembaga Tataniaga Komoditas Unggulan 20 Identifikasi Ketersediaan Sistem 25 Rancang Bangun Sistem Informasi Promosi Komoditas Unggulan (SIPKU) 28

Simpulan dan Saran 43 Simpulan 43

Saran 43

(11)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah industri di Kabupaten Cianjur menurut kelompok produk 2

2 Identifikasi pengguna dan kebutuhan pengguna sistem 31

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran operasional 11

2 Bentuk tabel/file database 13

3 Peta lokasi penelitian 16

4 Peta kawasan sentra pengembangan komoditas unggulan Kabupaten

Cianjur 19

5 Rantai tataniaga komoditas padi Pandan Wangi 21

6 Rantai tataniaga komoditas wortel di Kecamatan Cipanas 23 7 Rantai tataniaga komoditas wortel di Kecamatan Warungkondang 23

8 Rantai tataniaga komoditas bunga potong Krisan 25

9 Alur penyelenggaraan pameran pembangunan Kabupaten Cianjur 27 10 Diagram konteks sistem informasi potensi unggulan berbasis web 29

11 Diagram konteks pameran pembangunan Kabupaten Cianjur 30

12 Struktur database SIPKU 34

13 Diagram Konteks SIPKU 37

14 Diagram level 1 SIPKU 38

15 Diagram level 2 SIPKU 41

16 Diagram level 3 SIPKU 42

Daftar Lampiran

1 Komponen data dari sistem informasi potensi unggulan berbasis web 44 2 Komponen data pameran pembangunan Kabupaten Cianjur 44

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Basis pembangunan wilayah seharusnya memperhatikan kearifan lokal yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Kearifan lokal ini dapat berupa komoditas unggulan wilayah, sistem dan aturan adat, nilai-nilai budaya, dan sebagainya. Makmun (2011) menjelaskan hal ini dalam konsep green economy atau sustainable development yang menekankan pada tiga dimensi yang saling terkait yakni lingkungan (environtment), sosial (social), dan ekonomi (economy). Dengan memaksimalkan keunggulan sumberdaya lokal, baik sumberdaya alam maupun masyarakat, dan didukung oleh perencanaan pembangunan daerah yang tepat, maka penguatan kapasitas lokal yang unggul dan berdayasaing dapat tercapai (Daryanto & Hafizrianda 2010).

Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Jawa Barat untuk tahun 2005 sampai 2025, terdapat beberapa misi yang ingin dicapai oleh Pemerintah Jawa Barat, di antaranya ialah: 1) meningkatkan perekonomian yang berbasis potensi daerah dan berdaya saing, 2) mewujudkan lingkungan hidup yang asri dan lestari, 3) mewujudkan pemerataan pembangunan yang berkeadilan. Upaya perwujudan visi dan misi dari rencana tersebut dilaksanakan secara bertahap melalui rencana jangka menengah dan didukung oleh rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) yang disusun oleh tiap Bupati daerah di Jawa Barat dengan memperhatikan RPJPD dan RPJPM Jawa Barat serta disesuaikan dengan potensi serta kearifan lokal masing-masing daerah.

Kabupaten Cianjur merupakan salah satu jalur agribsisnis di Provinsi Jawa Barat yang memiliki persentase produk domestik regional bruto (PDRB) tertinggi pada sektor pertanian, yaitu sebesar 37.38% dari total PDRB Kabupaten Cianjur. Pendapatan sektor pertanian ini didominasi oleh subsektor pertanian tanaman bahan makanan dan hortikultura dengan persentase sebesar 27.23% dari total PDRB, sedangkan sisanya dari subsektor pertanian lainnya.1 Kondisi tersebut menunjukan

bahwa struktur ekonomi Kabupaten Cianjur masih didominasi oleh subsistem budidaya (sektor primer). Kontributor kedua terbesar setelah sektor pertanian adalah sektor perdagangan, yaitu sebesar 26.07%. Kondisi ini memperlihatkan adanya keterkaitan antara sektor produksi dengan sektor perdagangan. Meningkatnya produksi pertanian di Kabupaten Cianjur dapat mengangkat peran perdagangan di daerah ini. Di sisi lain, kondisi ini menunjukan kelemahan sektor industri pengolahan di Kabupaten Cianjur.

Sektor agribisnis tidak berdiri sendiri. Guna mengetahui peran sektor agribisnis, maka perlu dilihat peran beberapa sektor, seperti sektor pertanian secara luas, sektor industri pengolahan, perdagangan, restoran, dan lain sebagainya. Sektor industri di Kabupaten Cianjur menyumbang sebesar 3.76% terhadap PDRB melalui 13 industri pengolahan besar dan 126 industri kecil dan menengah (Statistik Daerah Kabupaten Cianjur 2012). Industri terbanyak pada kelompok industri makanan dan sebagian besar masih didominasi oleh industri kecil dan menengah (Tabel 2). Demikian pula penyerapan tenaga kerja pada sektor industri masih relatif kecil yaitu

(13)

sebanyak 9095 orang. Kondisi ini masih memerlukan upaya peningkatan sektor industri dengan mengundang investor dari luar untuk menanamkan investasi di sektor industri di Kabupaten Cianjur.

Tabel 1 Jumlah industri di Kabupaten Cianjur menurut kelompok produk

Industri menurut kelompok produk Besar Kecil dan Menengah Farmasi,obat kimia, dan Tradisional 3 1 Karet, barang dari karet, dan plastik 2 6 Kayu, barang dari kayu, dan Gabus - 19 Kendaraan bermotor dan Trailer - 1 Komputer, barang elektronik, dan optik 1 - Kulit, barang dari kulit, dan alas kaki 1 2

Tekstil - 2

Pengelolaan limbah - 6

Bahan kimia dan barang dari bahan kimia - 4 Barang galian bukan logam - 5 Barang logam, bukan mesin, dan peralatan - 3

Mabelair - 5

Makanan 5 58

Mesin dan perlengkapan ytdl - 2

Pakaian jadi 1 4

Pengolahan lainnya - 4

Pengolahan tembakau - 4

Jumlah 13 126

Sumber: BPS, survei IBS dalam Statistik Daerah Kabupaten Cianjur 2012

Dalam mendukung pembangunan agribisinis Kabupaten Cianjur, dibutuhkan suatu upaya untuk mempromosikan komoditas maupun produk turunannya, terutama komoditas maupun produk yang berasal dari subsektor basis, yaitu subsektor tanaman pangan dan hortikultura. Dalam hal ini peran pemerintah sebagai fasilitator sangat dibutuhkan, terutama dalam memperbaiki sistem pemasaran dan promosi komoditas yang dihasilkan (Supranto & Limakrisna 2010). Oleh karena itu, dibutuhkan suatu rancangan sistem yang dapat memfasilitasi para pihak yang berkepentingan pada subsektor tanaman pangan dan hortikultura yang kemudian akan dikembangkan dalam suatu sistem yang terdiri dari 3 komponen, yakni data (data), orang (people/brainware), dan prosedur (procedures).

Rumusan Masalah

Kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah dengan potensi subsektor tanaman pangan dan hortikultura yang sangat besar. Adanya fokus pengembangan dengan menekankan pada komoditas-komoditas unggulan daerah dapat meningkatkan keunggulan kompetitif daerah. Kabupaten Cianjur memiliki keunggulan komparatif untuk beberapa jenis komoditas pertanian secara luas namun, rendahnya industri pengolahan di daerah tersebut menyebabkan kurangnya keunggulan kompetitif untuk produk-produk agribisnis potensial .

(14)

belum menunjukan tingkat kesejahteraan yang baik. Kondisi ini salah satunya disebabkan oleh keterbatasan informasi pada tingkat petani, sehingga dalam hal pemasaran komoditas, petani masih sangat bergantung pada pedagang pengumpul, sedangkan pedagang pengumpul sebagian besar telah memiliki tujuan tertentu dalam memasarkan komoditas primer yang diperoleh petani. Akibatnya, tidak ada nilai tambah komoditas yang diberikan oleh tingkat pelaku usaha budidaya (petani). Begitupun dengan sektor perdagangan yang notabene berada di posisi kedua setelah sektor primer (BAPPEDA Kabupaten Cianjur 2012), sehingga sangat sedikit manfaat yang diperoleh dari adanya nilai tambah produk, sebab nilai tambah yang diberikan juga sangat sedikit.

Pembangunan agribisnis Kabupaten Cianjur sudah didukung oleh berbagai teknologi yang memadai, namun perencanaan pengadaan sistem yang kurang matang menyebabkan aliran informasi kurang berjalan dengan baik antar stakeholder agribisnis di Kabupaten Cianjur. Hal ini terlihat dari substansi informasi yang belum mengakomodasi kebutuhan stakeholder agribisinis di Kabupaten Cianjur. Akibatnya, antar pelaku agribisnis dan pihak berkepentingan masih menjadi entitas terpisah satu sama lain, belum menjadi satu entitas utuh. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Siapa saja komponen orang atau entitas eksternal dari sistem informasi komoditas unggulan subsektor tanaman pangan dan hortikultura Kabupaten Cianjur?

2. Mengapa kondisi sistem informasi komoditas unggulan Kabupaten Cianjur belum bisa berperan dengan baik bagi pembangunan agribisnis Kabupaten Cianjur?

3. Bagaimana sistem informasi promosi yang dapat dibangun untuk memperbaiki pemasaran sektor primer agar dapat menggerakan industri pengolahan dan perdagangan di Kabupaten Cianjur?

Tujuan Penelitian

Penelitian Rancang Bangun Sistem Informasi Promosi Komoditas Unggulan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur ini adalah:

1. Mengidentifikasi pihak-pihak yang berkepentingan dalam aliran informasi antar pelaku agribisnis di Kabupaten Cianjur.

2. Mengidentifikasi ketersediaan sistem informasi potensi daerah.

(15)

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dikategorikan bagi beberapa pihak, diantaranya:

Mahasiswa : penelitian ini harapannya dapat memberikan informasi mengenai kondisi faktual di lokasi penelitian dan menjadi rujukan untuk karya ilmiah maupun penelitian berikutnya. Peneliti : penelitian ini dapat memberikan informasi serta menjadi

pembanding bagi penelitian yang akan dilakukan berikutnya.

Pemerintah : penelitian ini dapat membantu pemerintah setempat dalam menciptakan suatu sistem pemasaran dan informasi yang terintegrasi.

Masyarakat : penelitian ini dapat membuka wawasan masyarakat untuk lebih mengenal Kabupaten Cianjur sebagai salah satu daerah dengan jalur agribisnis strategis.

Programmer : penelitian ini dapat menjadi rujukan serta masukan dalam mengembangkan aplikasi program atau software yang berguna bagi stakeholder agrisbisnis (entitas dalam sistem).

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi berdasarkan tahapan dalam pendekatan sistem prototyping. Pengkajian masalah dimulai dengan identifikasi sistem, komponen sistem, dan dibatasi sampai pengembangan prototipe. Tidak dilakukan konfirmasi dan/atau implementasi prototipe pada penelitian ini. Setiap tahap dilakukan dengan fokus pada penyelesaian permasalahan pada sistem dan kebutuhan pengguna. Penelitian ini mengkaji tiga komponen utama sistem informasi, yaitu orang (people), data (data/datum), prosedur (procedures). Pengkajian dilakukan secara kualitatif murni menggunakan data flow diagram (DFD).

TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Mengenai Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem merupakan suatu kerangka berpikir sistematis yang digunakan dalam proses perancangan sistem. Pendekatan sistem memiliki tahapan-tahapan yang selanjutnya menjadi proses di dalam merancang suatu sistem. Ada beberapa tahapan yang seringkali ditemukan pada perancangan sistem, diantaranya tahap investigasi, identifikasi permasalahan, identifikasi kebutuhan, analisis sistem, desain sistem, uji coba sistem, evaluasi dan implementasi sistem (Olivia 2008, Harris 2008, Apripradono 2008, Ekanala 2011).

(16)

dianggap paling rasional untuk digunakan sebagai metode perancangan sistem. SDLC dapat digunakan untuk membangun sistem yang benar-benar baru seperti yang dilakukan oleh Olivia (2008). SDLC dibedakan dalam 4 model, yaitu waterfall, iterative, spiral, dan V model. Bassil (2012) membuat model simulasi untuk SDLC tipe waterfall yang menunjukan bahwa kelima proses pada tipe ini harus diselesaikan secara berurutan, jika ditemukan kekurangan pada proses ke-X maka proses harus dilakukan mengulang dari proses awal.

Selain SDLC, pendekatan sistem yang cukup dikenal ialah prototyping. Metode ini berfokus pada kebutuhan penggunanya (McLeod 2004). Apripradono (2008) melakukan tahapan-tahapan yang serupa dengan metode prototyping, yaitu analisa dan perancangan sistem informasi pemasaran (SIPI) yang terbagi menjadi studi kebutuhan SIPI, studi analisa sistem yang ada, fitur-fitur SIPI, desain dan pengembangan SIPI, serta verifikasi SIPI. Metode prototyping juga digunakan oleh Iriani et al. (2013) dalam penelitiannya mengenai sistem informasi kepuasan pelanggan terhadap produk salah satu bank. Metode prototyping dianggap tepat untuk digunakan pada penelitian tersebut karena fokus penelitian adalah kepuasan pelanggan yang berperan sebagai end user di dalam sistem informasi yang dikembangkan. Paradigma prototyping dimulai dengan adanya komunikasi antara pengembang dan pengguna, sehingga kebutuhan pengguna dapat diidentifikasi (Iriani et al. 2013, McLeod 2004). Iterasi prototyping direncanakan secara cepat, demikian juga pemodelan dalam bentuk rancangan segera dibuat. Perancangan yang cepat berfokus pada penggambaran aspek-aspek perangkat lunak yang akan dilihat oleh pengguna, seperti tampilan antar muka pengguna dengan sistem, atau format tampilan output. Rancangan yang cepat ini akan membawa ke arah pembuatan (konstruksi) program dari prototipe (Iriani et al. 2013).

Kajian Mengenai Model Perancangan Sistem

(17)

Keterkaitan Kajian Terdahulu dengan Penelitian

Penelitian mengenai perancangan sistem informasi telah banyak dilakukan. Metode yang digunakan sangat variatif, namun metode-metode tersebut pada dasarnya adalah pengembangan atau perbaikan dari metode klasik, yaitu SDLC. Selain dua metode yang disebutkan, terdapat beberapa metode lainnya, seperti The Open Group Architecture Framework (TOGAF) (Supriyana 2010, Harumiaty et al. 2013, Yustrilia et al. 2013, Rendy 2013, Widyana et al. 2013) dan service oriented architecture (SOA) (Toninetti [tahun tidak diketahui]). Perbedaan metode-metode tersebut terletak pada orientasinya. Metode-metode baru yang merupakan pengembangan dari model klasik SDLC digunakan untuk pengembangan sistem yang sudah berjalan, sementara SDLC lebih tepat digunakan untuk membangun sistem yang benar-benar baru. Oleh karena itu, untuk kasus pada penelitian ini metode yang lebih tepat untuk diadopsi adalah prototyping karena sudah ditemukan adanya sistem yang dikembangkan.

Pada model perancangan sistem, sebenarnya terdapat banyak jenis model perancangan sistem, namun dua model logis yang disebutkan relatif lebih sering digunakan dalam pendokumentasian. DFD lebih tepat digunakan bagi penelitian ini, sebab DFD berfokus pada proses atau prosedur alir data sistem. Telah banyak penelitian mengenai analisis sistem informasi dilakukan, tetapi belum banyak yang menganalisis sistem informasi pada sistem agribisnis. Padahal adanya sistem informasi yang baik sangat dibutuhkan bagi kelangsungan agribisnis mengingat sifat produk agribisnis yang mudah rusak dan tidak tahan lama serta pentingnya efisiensi produksi maupun pemasaran.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis Pemasaran dan Promosi

(18)

mengklasifikasikan alat pemasaran dalam 4 bauran pemasaran yang disebut 4P, yaitu product, price, place, dan promotion. Hal ini sejalan dengan pernyataan Robert Lauterban (tahun tidak diketahui) dalam Supranto dan Limakrisna (2010), bahwa 4P dari sudut pandang penjual sesuai dengan 4C dari sudut pandang pelanggan, yaitu customer solution, customer cost, convenience, dan communication.2

Konsep promosi dari sudut pandang penjual sesuai dengan communication dan convenience dari sudut pandang pembeli. Promosi identik dengan strategi mengkomunikasikan barang atau jasa kepada pembeli. Hal ini harus memberi kenyamanan, baik secara fisik maupun psikologis bagi calon pembeli.

Sistem Informasi

Dalam mendefinisikan sistem, dapat digunakan dua pendekatan, yakni pendekatan elemen atau komponen dan pendekatan prosedur (Sutabri 2010). Pendekatan elemen atau komponen menekankan pada interaksi antar elemen atau komponen pembentuk sistem tersebut. Sedangkan pendekatan prosedur menekankan pada jaringan kerja prosedur-prosedur yang saling berhubungan satu sama lain untuk menyelesaikan tujuan tertentu. Secara sederhana suatu sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen, atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu (Lucas [tahun tidak diketahui] diacu dalam Kumorotomo 2004). Teori sistem mengatakan bahwa setiap unsur pembentuk organisasi adalah penting dan harus mendapat perhatian yang utuh supaya pengambil keputusan dan komponen lainnya dalam organisasi tersebut dapat bertindak lebih efektif.

McLeod (2004) membedakan sistem ke dalam dua jenis, yakni sistem fisik dan sistem konseptual. Sistem fisik terdiri dari sejumlah sumberdaya fisik, sedangkan sistem konseptual terdiri dari sumberdaya konseptual – data dan informasi – untuk mewakili suatu sistem fisik.

Data dan informasi adalah dua konsep yang berbeda. Data terdiri dari fakta-fakta dan angka-angka yang relatif tidak berarti bagi pemakai, baik dalam dimensi waktu maupun kebutuhan. Informasi merupakan data atau kumpulan data yang diolah sehingga bernilai manfaat bagi penggunanya. Dalam prosesnya, data dapat diolah – ditambah, kurang, kali, atau bagi – dengan data atau nilai tertentu, direkayasa, diklasifikasikan, atau diinterpretasikan untuk menghasilkan sebuah informasi yang berguna. Informasi diibaratkan sebagai darah yang mengalir dalam organisasi, sehingga suatu sistem yang kekurangan informasi akan menjadi loyo, kerdil, dan kemudian berakhir. Sutabri (2012) mengelompokan informasi menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Informasi strategis. Informasi ini digunakana untuk mengambil keputusan jangka panjang, yang mencakup informasi eksternal, rencana perluasan perusahaan, dan sebagainya.

2. Informasi taktis. Informasi ini dibutuhkan untuk mengambil keputusan jangka menengah, seperti informasi tren penjualan yang dapat dimanfaatkan untuk menyusun rencana penjualan.

(19)

3. Informasi teknis. Informasi ini dibutuhkan untuk keperluan operasional sehari-hari, seperti informasi persediaan stok, retur penjualan, dan laporan kas harian.

Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem merupakan sebuah metodoogi, yakni tahap-tahap yang direkomendasikan dalam menyelesaikan masalah. Metode pengembangan sistem dijelaskan dalam kerangka berpikir klasik System development life cycle (SDLC). Kroenke (1992) menyebutkan proses ini secara singkat dan sederhana, yaitu membangun sistem, menggunakan sistem, modifikasi sistem, rekonstruksi sistem, menggunakannya lagi, dan seterusnya. Sedangkan McLeod dan Schell (2007) menyebutkan ada 5 proses dalam SDLC tradisional yang seringkali disebut sebagai pendekatan air terjun (waterfall) yaitu perencanaan, analisis, desain, implementasi, dan penggunaan sistem. Meskipun metode SDLC waterfall ini memiliki tahapan-tahapan yang logis, namun tidak dapat dibantah bahwasanya metode ini masih juga memiliki kelemahan. Pada SDLC waterfall, setiap tahap harus dilewati sekali jalan dan proses tidak dapat dilanjutkan apabila proses sebelumnya belum selesai. Para ahli kemudian menerapkan suatu teknik yang telah terbukti efektif dalam pekerjaan lain, misalnya desain mobil. Teknik pengembangan ini disebut pembuatan prototipe (prototyping).

Ada 2 jenis prototipe, yaitu prototipe jenis I (prototipe evolusioner) dan prototipe jenis II (prototipe persyaratan). Pada prototipe evolusioner dilakukan penyempurnaan terus-menerus hingga memenuhi berbagai fungsi yang dibutuhkan oleh pengguna. Kemudian, prototipe ini akan menjadi sistem operasional atau sistem aktual. Sedangkan prototipe persyaratan dikembangkan sebagai suatu cara untuk mendefinisikan persyaratan-persyaratan dari sistem baru. Persyaratan-persyaratan dikemukakan sebagai stimulan bagi pengguna yang sulit mendefinisikan kebutuhan mereka akan sistem baru. Oleh karenanya sistem ini seringkali disebut sebagai blue print bagi sistem operasional (aktual) dan tidak selalu menjadi sistem aktual karena prototipe ini dapat dibuang apabila sudah mencapai tujuannya.

Tahapan pada prototipe evolusioner maupun prototipe persyaratan hampir sama. Perbedaan proses ditemukan pada tahap ke-4 dan seterusnya. McLeod dan Schell (2001) mengemukakan, terdapat 4 tahap dalam prototipe evolusioner, yaitu:

1. Mengidentifikasikan kebutuhan pemakai 2. Mengembangkan prototipe

3. Memastikan prototipe dapat digunakan 4. Menggunakan prototipe

Tahap 1 sampai dengan 3 pada prototipe persyaratan sama dengan yang dilakukan pada prototipe operasional, sedangkan pada tahap 4 dan seterusnya, ditemukan perbedaan antara keduanya, yaitu:

4. Mengkodekan sistem operasional 5. Menguji sistem operasional

6. Menentukan jika sistem operasional dapat diterima

7. Membuat sistem baru (sistem operasional) dapat digunakan menjadi sistem produksi

(20)

sistem berskala kecil dan sistem yang sudah pernah dibangun atau dikembangkan, prototyping dapat menggantikan SDLC, sedangkan pada sistem yang benar-benar baru, prototyping biasanya berada di dalam tahapan SDLC.

Konsep Basis Data (Database)

Pengertian database dalam bahasan organisasi adalah seluruh sumber daya berbasis komputer milik organisasi, sedangkan manajemen database adalah aplikasi perangkat lunak yang menyimpan struktur database, hubungan antar data dalam database serta berbagai file (input), laporan (output), dan arsip (history) yang berkaitan dengan database tersebut. McLeod (2004) menjelaskan konsep database sebagai integrasi logis dari catatan-catatan dalam banyak file. Konsep ini menunjukan bahwa lokasi fisik dalam penyimpanan tidak tergantung pada lokasi logis.

Konsep database memiliki dua tujuan utama, yaitu meminimalkan pengulangan data (data redundancy) dan mencapai independensi data. Pengulangan data dapat diartikan sebagai penyimpanan data yang sama dalam beberapa file, sehingga apabila terjadi pembaharuan pada data tersebut memungkinkan terjadinya kesalahan pada salah satu file penyimpanan data. Ketika hal ini tidak disadari, maka akan sulit untuk menentukan file mana yang benar dan salah. Kondisi ini disebut inkonsistensi data. Independensi data adalah kemampuan untuk membuat perubahan dalam struktur data tanpa membuat perubahan pada program yang memproses data (McLeod 2004). Hal ini dicapai dengan menempatkan spesifikasi data dalam tabel yang terpisah dari program. Spesifikasi data, kemudian ditempatkan pada kamus data, yakni seperangkat penjelasan mengenai data tertentu.

Prosedur pembuatan database mencakup 3 proses penting, yaitu menentukan kebutuhan data, menjelaskan data tersebut, dan memasukan data ke dalam database. Pada proses penentuan kebutuhan data, terdapat 2 pendekatan yang digunakan, yaitu pendekatan berorientasi proses atau masalah dan pendekatan model perusahaan (enterprise model). Proses penjelasan data menggunakan kamus data yang kemudian menghasilkan skema. Skema bukan berisi data itu sendiri, tetapi atribut atau karakteristik dari data yang dijelaskan (McLeod 2004), di antaranya:

1. Nama data field,

2. Alias (nama lain yang digunakan untuk data field yang sama 3. Jenis data (angka, abjad, dan lain-lain)

4. Jumlah posisi

5. Jumlah posisi desimal (hanya untuk data angka) 6. Berbagai aturan integrasi data

Perancangan Model Sistem

(21)

Model sistem Data Flow Diagram (DFD) merupakan model logik yang menunjukan secara logis kepada pemakai tentang bagaimana fungsi-fungsi dalam sistem bekerja. DFD menekankan pada segi proses. Secara umum, DFD dapat didefinisikan sebagai suatu jaringan yang menggambarkan suatu sistem, subsistem dan aliran data di dalamnya yang dilakukan secara komputerisasi, manualisasi, atau gabungan dari keduanya dengan aturan main tertentu. Keuntungan penggunaan DFD adalah memungkinkan untuk menggambarkan sistem dari level yang paling tinggi kemudian menguraikannya menjadi level yang lebih rendah (dekomposisi). Sedangkan kekurangannya ialah model ini tidak menunjukan proses pengulangan (looping), proses keputusan, dan proses perhitungan (Sutabri 2012). Arus data di dalam DFD dijelaskan menggunakan kamus data (data dictionary).

Kerangka Pemikiran Operasional

Kerangka pemikiran yang dibangun ialah ketersediaan sistem informasi mengenai komoditas unggulan Kabupaten Cianjur. Sejalan dengan tujuan dan manfaat penelitian bagi stakeholder, maka dilakukan identifikasi komoditas unggulan subsektor tanaman pangan dan hortikultura Kabupaten Cianjur untuk mengetahui komponen sistem. Investigasi dan analisis sistem dilakukan untuk mengetahui ketersediaan sistem informasi komoditas unggulan yang dibangun di Kabupaten Cianjur. Analisis sistem juga digunakan untuk mengidentifikasi komponen sistem informasi (data, orang, dan prosedur). Pada tahap analisis sistem, dilakukan tahap wawancara kepada stakeholder untuk menganalisis kebutuhan setiap stakeholder. Analisis kebutuhan bertujuan untuk menyesuaikan perencanaan sistem yang akan dibangun dengan kebutuhan pengguna sistem, sehingga sistem yang dibangun memberikan manfaat bagi pengguna. Selanjutnya dilakukan reduksi dan sintesis data sebagai tahap pra desain sistem. Terakhir, dilakukan perancangan sistem baru apabila pada tahap investigasi sistem tidak ditemukan adanya sistem informasi komoditas unggulan, sedangkan perencanaan pengembangan sistem dilakukan apabila pada tahap investigasi sistem ditemukan adanya sistem informasi komoditas unggulan. Tahap-tahap kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 1.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

(22)

kawasan sentra dilakukan secara cluster random sampling, namun berdasarkan judgmental peneliti dan dinas setempat.

Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional

Sumber dan Jenis Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari publikasi terbuka di media masa dan internet serta instansi terkait, seperti laporan tahunan dinas-dinas terkait, Kajian Masterplan Pembangunan Agribisnis Kabupaten Cianjur yang disusun oleh BAPPEDA Kabupaten Cianjur dan BPS Kabupaten Cianjur. Selain itu, data sekunder lainnya juga diperoleh dari studi lapang serta laporan atau hasil pencatatan lembaga-lembaga agribisnis yang menjadi objek pengamatan.

Data primer diperoleh melalui investigasi pra penelitian; observasi lapang; wawancara mendalam (in depth interview) dengan perwakilan penting di dinas-dinas terkait, pelaku usaha, dan keyperson lainnya; dan dokumen. Pada penelitian

Komoditas Unggulan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura

Komoditas Unggulan Tanaman Pangan

Komoditas Unggulan Tanaman

Hias Komoditas

Unggulan Sayuran

Analisis sistem

(Komponen sistem dan kebutuhan pengguna sistem)

Orang (entitas

eksternal) Data Prosedur

Rancang Bangun Sistem Informasi sebagai alat pemasaran komoditas unggulan subsektor tanaman

pangan dan hortikultura

Perencanaan perancangan sistem informasi potensi unggulan sektor basis yang kurang

matang

(23)

kualitatif ini, data didekati melalui instrumen manusia. Data primer didokumentasikan dalam bentuk catatan tertulis.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pada penelitian sistem informasi, tahap pengolahan dan analisis data seringkali dilakukan secara bersamaan. Metode pengolahan dan analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif melalui tahap-tahap pada metode prototyping, yaitu analisis kebutuhan pengguna dengan mengidentifikasi stakeholder pada sistem yang sudah ada dan mengembangkan prototipe dengan analisis komponen sistem dan perancangan model proses (data flow diagram).

Identifikasi Komoditas Unggulan dan Penentuan Kawasan Sentra

Identifikasi komoditas unggulan digunakan untuk memudahkan analisis sistem komoditas unggulan. Dengan mengetahui sistem informasi dari komoditas unggulan pada masing-masing kelompok komoditas, maka sistem untuk setiap kelompok komoditas diasumsikan sama karena adanya kesamaan karakteristik komoditas pada masing-masing kelompok.

Kawasan sentra merupakan kawasan yang memiliki potensi lebih besar daripada daerah lainnya dalam menghasilkan komoditas unggulan. Penentuan kawasan sentra bertujuan untuk menemukan lokasi penelitian secara spesifik dari komoditas unggulan pada setiap kelompok komoditas. Penentuan kawasan sentra dilakukan berdasarkan Laporan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur 2012, data-data yang tersedia di BPS, dan informasi yang diperoleh langsung dari dinas maupun balai penelitian dan penyuluhan (BPP) pertanian pada tingkat kecamatan.

Pendekatan Sistem: Prototyping

Tahapan pengolahan data pada penelitian ini dimulai setelah data dan informasi terkumpul sebanyak-banyaknya. Data dan informasi akan digunakan untuk memasuki tahap-tahap dalam metode prototyping, sebagai pendekatan sistem yang digunakan pada penelitian ini. Jenis prototipe yang akan digunakan ialah prototipe jenis I yaitu, prototipe evolusioner, sedangkan tahapan yang digunakan, berdasarkan output penelitian, hanya 2 tahap, yaitu: 1) analisis kebutuhan dan 2) pengembangan prototipe.

Analisis Kebutuhan Pengguna

(24)

Analisis lembaga tataniaga

Analisis lembaga tataniaga pada penelitian ini tidak sama dengan analisis lembaga tataniaga pada penelitian dengan tema tataniaga. Pada penelitian ini, analisis lembaga tataniaga dilakukan untuk mengidentifikasi stakeholder dari setiap kelompok komoditas. Guna mempermudah identifikasi ini, maka diasumsikan karakteristik stakeholder pada setiap komoditas di masing-masing kelompok adalah sama, sehingga identifikasi hanya dilakukan pada 1 jenis komoditas pada masing-masing kelompok. Penentuan komoditas dilakukan berdasarkan hasil studi literatur, kajian terkait komoditas unggulan, dan informasi langsung dari sumber terpercaya.

Pengembangan Prototipe

Di dalam tahap ini dilakukan klasifikasi serta reduksi data dan informasi. Data dan informasi yang diperoleh dari hasil observasi diklasifikasikan menjadi tiga komponen sistem informasi, yakni pengguna, data yang dapat dihasilkan oleh pengguna, dan prosedur yang terjadi. Klasifikasi juga dilakukan untuk pembuatan database (Gambar 2) sebelum pendokumentasian proses. Setelah semua komponen sistem disiapkan, maka pengembangan prototipe menggunakan model sistem data flow diagram (DFD) dapat dilakukan. Perancangan model DFD dilakukan menggunakan software Edraw Max 6.3.

DFD merupakan cara paling alamiah untuk mendokumentasikan proses (McLeod 2004). Alat ini memiliki beberapa simbol untuk mempermudah analisis. Terdapat 4 simbol dalam perancangan model proses menggunakan DFD, diantaranya:

a .

External entity

Simbol ini menunjukan elemen lingkungan yang berada di luar batas sistem. Nama terminator digunakan untuk menunjukan elemen lingkungan. Terminator dapat berupa orang, organisasi, atau sistem lain yang berhubungan dengan sistem yang dikembangkan.

Nama Data

Kode Struktur Data

Keterangan 1

Keterangan 2

Keterangan ...

Keterangan X Nama Tabel/File

(25)

b .

Proses (Process)

Simbol ini digunakan untuk proses pengolahan atau transformasi data. Proses menunjukan adanya perubahan input menjadi output. Setiap aliran data antar entitas maupun dari dan/atau ke data store akan melewati transformasi data.

c

.

Data flow

Simbol ini digunakan untuk menggambarkan aliran data dari dan/atau menuju proses. Inti dari sistem ialah adanya input yang diubah menjadi output. Dalam hal ini, input adalah data flow menuju simbol proses dan output ditunjukan oleh data flow yang berasal dari proses.

d .

Data store

Simbol ini digunakan untuk menggambarkan data flow yang sudah disimpan atau diarsipkan. Data store dalam istilah DFD adalah suatu penampungan data. Simbol ini hanya muncul pada proses yang menggunakan data store tersebut (Kroenke 1992)

DFD seringkali disebut sebagai diagram multilevel karena terdiri dari beberapa level atau tingkatan proses. Tingkatan proses menunjukan adanya dekomposisi sistem, sehingga semakin rendah tingkatannya memperlihatkan proses yang semakin detail dari sistem tersebut. Kroenke (1992) menjelaskan dibutuhkan 3 (tiga) tahap atau tingkat konstruksi dalam membuat DFD, yaitu:

1. Diagram Konteks (Context Diagram). Diagram konteks merupakan level 0 (nol) atau level tertinggi pada DFD. Digram ini memperlihatkan keseluruhan aktivitas yang dijangkau oleh model. Pada diagram konteks, hanya ditemukan 1 proses yang menggambarkan keseluruhan proses yang terjadi pada sistem.

2. Diagram Level 1. Diagram ini dibuat untuk menggambarkan proses-proses pengolahan data, yang penjabarannya lebih terperinci. Proses-proses ini merupakan dekomposisi dari proses umum yang ada pada diagram konteks.

3. Diagram Detail (Level 2, 3, .dan seterusnya). Diagram ini dibuat untuk menggambarkan arus data secara lebih mendetail lagi dari tahapan proses yang ada di dalam diagram konteks maupun diagram level 1.

GAMBARAN UMUM DAERAH

Letak Geografis

(26)

km dari ibu kota negara (Jakarta). Posisi tersebut menempatkan Kabupaten Cianjur berada ditengah-tengah Wilayah Provinsi Jawa Barat, memanjang dari Utara ke Selatan. Di bagian utara, Kabupaten Cianjur berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta, di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi (Gambar 3). Kabupaten Cianjur secara geografis terbagi dalam 3 wilayah yaitu wilayah utara, wilayah tengah dan wilayah selatan dengan jumlah kecamatan sebanyak 32 kecamatan, jumlah desa sebanyak 342 desa dan jumlah kelurahan sebanyak 6 kelurahan dan luas wilayah seluas 350.148 ha. Masing-masing wilayah mempunyai ciri-ciri khusus baik dari segi sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Sumberdaya alam dapat dibedakan berdasarkan topografi, jenis tanah, iklim, jenis penggunaan tanah dan lain-lain. Sumber daya manusia dapat dibedakan berdasarkan jumlah penduduk, jumlah rumah tangga petani, tingkat pendidikan dan lain-lain. Berdasarkan wilayah pembangunan, Kabupaten Cianjur dibagi menjadi Wilayah Pengembangan Utara (WPU), Wilayah Pengembangan Tengah (WPT), dan Wilayah Pengembangan Selatan (WPS) :

1. Wilayah Pengembangan Utara, merupakan dataran tinggi yang terletak di kaki Gunung Gede yang sebagian besar merupakan daerah dataran tinggi pegunungan dan sebagian lagi merupakan dataran yang dipergunakan untuk pesawahan. Kecamatan yang termasuk wilayah ini adalah Kecamatan Cibeber, Bojongpicung, Haurwangi, Ciranjang, Karangtengah, Cianjur, Warungkondang, Gekbrong, Cugenang, Pacet, Cipanas, Mande, Cikalongkulon, Sukaluyu, Cilaku, dan Sukaresmi.

2. Wilayah Pengembangan Tengah, merupakan daerah yang berbukit-bukit kecil dengan keadaan struktur tanahnya labil sehingga sering terjadi tanah longsor, dataran lainnya terdiri dari areal perkebunan, ladang dan pesawahan. Kecamatan yang termasuk daerah ini adalah Kecamatan Tanggeung, Pasirkuda, Pagelaran, Kadupandak, Cijati, Takokak, Sukanagara, Campaka dan Campaka Mulya.

(27)

Topografi

Keadaan topografi Kabupaten Cianjur sebagian besar berupa daerah pegunungan, berbukit-bukit dan sebagian merupakan dataran, dengan ketinggian 0 meter sampai dengan 2.962 meter di atas permukaan laut (Puncak Gunung Gede), dengan kemiringan antara 10 sampai dengan 400.

Kabupaten Cianjur memiliki jalur agribisnis yang sangat startegis. Selain topografinya dan kondisi geografisnya yang mendukung untuk mengusahakan berbagai sektor pertanian secara luas, Kabupaten Cianjur juga memiliki jarak tempuh yang relatif dekat menuju ke kota-kota besar di sekitarnya, seperti Bandung, Bogor, dan Jakarta sehingga hal ini menjadi keunggulan tersendiri bagi Kabupaten Cianjur jika dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya. Hampir sebagian besar wilayah di Kabupaten Cianjur diusahakan untuk usaha pertanian, baik itu pertanian pangan, hortikultura, perikanan, perkebunan, peternakan, maupun kehutanan. Demikian pula dengan komoditas yang diusahakan, sangat banyak dan beragam.

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Komoditas Unggulan dan Penetapan Kawasan Sentra

Analisis sistem dilakukan dengan melihat minimal 3 komponen sistem informasi, yaitu orang, data, dan prosedur (Kroenke 1992, Burhanuddin 1997). Pada penelitian ini, identifikasi stakeholder dilakukan untuk mengetahui komponen orang pada sistem. Jika komponen orang sudah diperoleh, maka komponen data dan prosedur dapat dengan mudah diketahui. Sebelum mengidentifikasi pihak-pihak yang berkepentingan dalam aliran sistem informasi komoditas unggulan subsektor tanaman pangan dan hortikultura Kabupaten Cianjur, maka perlu diketahui terlebih dahulu komoditas-komoditas unggulan subsektor tanaman pangan dan hortikultura Kabupaten Cianjur. Hal ini dilakukan untuk mempersempit sistem yang diamati, sehingga mempermudah tahapan analisis sistem.

Identifikasi komoditas unggulan menggunakan data sekunder Laporan Akhir Masterplan Pembangunan Agribisnis Kabupaten Cianjur 2012. Berdasarkan laporan tersebut, berikut ini telah ditentukan kriteria penilaian komoditas unggulan Kabupaten Cianjur:

1. Kriteria pasar dan pemasaran, meliputi:

a. Permintaan pasar yang tinggi dan memenuhi preferensi pasar b. Segmen pasar luas

c. Dapat menghasilkan devisa d. Merupakan substitusi impor

2. Kriteria teknologi agribisnis, meliputi:

a. Benih (Bibit) berkesinambungan dan unggul

b. Penguasaan teknologi pembuatan benih (bibit) unggul c. Penguasaan teknologi budidaya yang mutakhir

d. Penguasaan teknologi pasca panen (pengolahan) yang mutakhir 3. Kriteria lingkungan, yang meliputi:

a. Produk bebas pestisida b. Memenuhi standar kesehatan

c. Ramah terhadap lingkungan sekitarnya 4. Kriteria keunggulan komparatif, yang meliputi:

a. Sesuai dengan agroklimat dan lokalitas b. Sumber daya alam lokal

c. Supply bahan baku industri

d. Keterkaitan ke depan dan ke belakang. 5. Kriteria keunggulan kompetitif, yang meliputi :

a. Bernilai ekonomi dan menguntungkan b. Nilai tambah dan margin tinggi c. Berkualitas

d. Dapat bersaing dengan daerah lain

6. Kriteria pendapatan dan kesejahteraan, yang meliputi : a. Mampu meningkatkan PAD

(29)

d. Memberikan dampak ekonomi yang tinggi terhadap masyarakat dan daerah

7. Kriteria Keunikan dan Khas Daerah, yang meliputi : a. Produk spesifik hanya terdapat pada daerah tertentu b. Menjadi ciri khas daerah

c. Memiliki karakteristik yang unik

Analisis komoditas unggulan yang dilakukan oleh BAPPEDA Kabupaten Cianjur menggunakan teknik scoring yang melibatkan pelaku usaha dan pejabat pemerintahan terkait. Dari analisis tersebut diperoleh masing-masing satu komoditas yang memiliki nilai tertinggi pada total skor prioritas.

Sektor pertanian menjadi sektor yang sangat penting dalam struktur perekonomian Kabupaten Cianjur. Jika dikaitkan dengan teori keunggulan komparatif, Kabupaten Cianjur dapat dikatakan unggul dalam sektor pertanian. Sektor pertanian yang diunggulkan terbagi menjadi tiga, yaitu pertanian pangan, hortikultura sayuran, dan hortikultura tanaman hias. Berdasarkan laporan akhir

Kajian Masterplan Pembangunan Agribisnis Kabupaten Cianjur 2012, telah ditetapkan komoditas-komoditas yang menjadi prioritas dalam pembangunan agribisnis Kabupaten Cianjur, yaitu:

1. Subsektor Pertanian Pangan adalah Padi 2. Subsektor Pertanian Sayuran adalah Wortel

3. Subsektor Pertanian Hortikultura Tanaman Hias adalah Krisan 4. Subsektor Peternakan adalah Sapi potong

5. Subsektor Perkebunan adalah Teh 6. Subsektor Perikanan adalah Ikan mas

Guna menetapkan komoditas unggulan yang akan diamati sistemnya, maka dilakukan konfirmasi ke dinas-dinas terkait sebagai pihak pemerintah yang bersinggungan langsung dengan berbagai kondisi yang terjadi di lapangan. Hasil konfirmasi tersebut menunjukan beberapa komoditas yang ditetapkan oleh BAPPEDA sebagai komoditas prioritas sesuai dengan kondisi di lapangan. Pada komoditas unggulan subsektor pertanian, hasil kajian tersebut dapat dikatakan tepat sebab terdapat beberapa komoditas pertanian yang menjadi prioritas di Kabupaten Cianjur, diantaranya:

1. Padi Varietas Pandan Wangi dengan produk berupa Beras Pandan Wangi yang menjadi unggulan nasional yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian. 2. Tanaman hias bunga krisan sebagai komoditas unggulan nasional

3. Sayuran Wortel dan bawang daun sebagai unggulan daerah karena kondisi geografis Kabupaten Cianjur, terutama bagian utara sangat cocok untuk dua komoditas ini dan keduanya sudah dibudidayakan secara turun-temurun oleh masyarakat. Sedangkan beberapa jenis sayuran eksklusif, yakni sayuran yang bibitnya berasal dari impor, seperti peterseli, paprika, dan sebagainya, menjadi komoditas prospektif, sebab sedang dikembangkan di beberapa kecamatan, namun masih sedikit petani yang pindah ke komoditas sayuran eksklusif tersebut.

Dengan demikian, komoditas subsektor pertanian yang kemudian akan menjadi fokus adalah komoditas Padi Pandan Wangi, Wortel, dan Bunga Krisan.

(30)

pangan, komoditas wortel sebagai unggulan tanaman hortikultura sayuran, dan komoditas bunga potong Krisan sebagai unggulan tanaman hias. Dalam hal ini diasumsikan sistem yang dikembangkan di kawasan sentra mewakili sistem di kawasan pengembangan komoditas yang lainnya. Terdapat beberapa kecamatan yang menjadi kawasan sentra pengembangan komoditas unggulan (Gambar 4), diantaranya:

1. Kecamatan Warungkondang dan Gekbrong merupakan wilayang pengembangan Padi Pandan Wangi. Akan tetapi, pada penelitian ini Kecamatan Gekbrong menjadi fokus penelitian karena adanya program yang sedang dikembangkan di kecamatan tersebut, sehingga sejalan dengan kebutuhan penelitian.

2. Data BPS dan laporan dinas menunjukan bahwa Kecamatan Pacet merupakan penghasil wortel terbesar. Akan tetapi, fakta di lapangan menunjukan bahwasanya produktivitas wortel Kecamatan Cipanas lebih tinggi daripada Kecamatan Pacet. Hal ini dikarenakan adanya perubahan wilayah administrasi, sehingga salah satu desa produsen wortel terbesar (Sindangjaya) yang sebelumnya termasuk Kecamatan Pacet kini termasuk Kecamatan Cipanas. Oleh karena itu, fokus penelitian komoditas wortel dilakukan di Kecamatan Cipanas.

[image:30.595.110.507.376.744.2]

3. Terdapat dua kecamatan yang merupakan sentra tanaman hias di Kabupaten Cianjur, yaitu Kecamatan Cipanas (terutama Desa Cimacan dan Sindanglaya) dan Kecamatan Sukaresmi. Hampir seluruh desa di Kecamatan Sukaresmi merupakan sentra tanaman hias, terutama bunga potong, khususnya Krisan. Sementara itu, Kecamatan Cipanas merupakan sentra tanaman hias taman.

(31)

Analisis Kebutuhan Pengguna Analisis Lembaga Tataniaga Komoditas Unggulan

Pada tahap ini, dilakukan inventarisasi berbagai data dan informasi terkait sistem, terutama yang menunjukan adanya komponen sistem informasi (data, orang, dan prosedur). Dalam analisis lembaga tataniaga, dilakukan pengamatan tataniaga komoditas unggulan guna melihat alur pemasaran komoditas hingga menjadi produk yang dijual ke konsumen. Hal ini juga berguna untuk mengetahui stakeholder yang bersinggungan secara langsung maupun tidak langsung dengan komooditas tersebut. Dengan demikian, analisis sistem menghasilkan dua komponen pembentuk sistem, yaitu prosedur (procedures) dan orang (people).

Secara garis besar, alur tataniaga komoditas pertanian subsektor tanaman pangan dan hortikultura memiliki 4 stakeholder utama, yaitu:

1. Petani sebagai pelaku usaha budidaya.

2. Tengkulak atau pengumpul atau bandar sebagai pelaku usaha pasca panen

3. Pedagang pasar sebagai media pemasaran dan jual-beli produk 4. Konsumen sebagai pembeli atau pengguna produk

Terdapat satu entitas pendukung, yakni pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan fasilitator.

1. Komoditas Padi Pandan Wangi

Komoditas Padi Pandan Wangi merupakan salah satu komoditas unggulan nasional yang menjadi ciri khas Kabupaten Cianjur. Secara fisik, beras pandan wangi tidak panjang, tetapi cenderung bulat. Selain itu, beras pandan wangi juga berwarna sedikit kekuningan, tidak putih namun bening. Pada tahun 70-an, Padi Pandan Wangi menjadi komoditas primadona bagi petani. Sejak tahun 2000-an, petani sudah mulai jarang menanam Pandan Wangi. Luas area tanam padi varietas lokal Pandan Wangi Cianjur di daerah-daerah sentra produksi seperti Kecamatan Warungkondang dan Gekbrong semakin menurun. Pada akhir tahun 2012, luas tanam dan panen hanya mencapai 42 Ha dengan rata-rata produksi 8.8 ton/Ha gabah kering panen (GKP) dalam satu kali musim panen.

(32)

(GKP) tersebut hanya menutupi biaya produksi. Secara teknis, petani tentunya sudah cukup menguasai teknis budidaya pandan wangi. Selain teknis budidaya, teknis pengolahan dan pengelolaan komoditas pasca panen juga menjadi hal yang krusial. Terkahir, faktor sumberdaya manusia, dalam hal ini petani adalah sebagai inti atau unit agribisnis terkecil dan pelaku usaha budidaya berperan penting dalam pengambilan keputusan bagi usahataninya. Di sisi lain, kebijakan pemerintah dibutuhkan untuk menjamin stabilitas dan peningkatan produksi beras nasional melalui resistensi harga komoditas padi guna meningkatkan kesejahteraan petani.

Kendala prioritas pada komoditas Pandan Wangi bukanlah masalah teknis, tetapi ialah pola usaha yang masih sangat individual. Nilai tambah komoditas Pandan Wangi yang dihasilkan petani masih sangat rendah, yakni hanya sampai GKP. Di samping itu, rantai tataniaga masih didominasi oleh tengkulak dan pengumpul serta pengolahan masih dikuasai oleh pabrik besar. Dampaknya, harga beras Pandan Wangi pada tingkat konsumen menjadi sangat tinggi, yaitu sekitar Rp 9000 sampai dengan Rp 12000 tergantung grade-nya, sedangkan harga VUB hanya RP 6000 sampai dengan Rp 8000. Nilai yang relatif tinggi tersebut belum menunjukan implikasinya bagi kesejahteraan petani, terutama petani Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur. Kondisi rantai tataniaga komoditas padi dapat dilihat pada Gambar 5.

Dalam mengatasi masalah ini, Kecamatan Gekbrong sebagai salah satu sentra budidaya Pandan Wangi melalui Balai Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPBTPH) Kecamtan Gekbrong, Kabupaten Cianjur mencoba mengembangkan suatu program pelestarian Padi Pandan Wangi Cianjur. Program tersebut dinamakan Corporate Farming.

[image:32.595.116.508.582.715.2]

Model usaha tani berkelompok merupakan suatu pola pembangunan pertanian melalui pemberdayaan masyarakat petani/kelompok tani (POKTAN) yang mengarah pada pembentukan komunitas (atau koperasi). Model ini dapat tumbuh seiring dengan adanya: 1) Keterkaitn antar anggota, 2) Kesamaan kepentingan, kehendak, dan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dengan pemanfaatannya, 3) Ketersediaan struktur pengelola usaha yang otonom (unit pengelola jasa alsintan) yang dipimpin oleh seorang manajer. Dalam model ini, dibutuhkan peran berbagai pihak atau stakeholder, seperti petani, Poktan/Gapoktan, pemerintah, tengkulak/pengumpul/bandar, koperasi, perbankan, dan akademisi.

(33)

2. Komoditas Wortel

Pengembangan komoditas sayuran di wilayah-wilayah sentra didukung oleh pemerintah melalui pembentukan kawasan sentra yang disebut Kawasan Agropolitan Kabupaten Cianjur yang mencakup Kecamatan Cipanas dan sebagian kecil Kecamatan Pacet sedangkan Kawasan Pengembangan Agribisnis di Kecamatan Warungkondang. Kecamatan Cipanas dan Pacet, sebagai dua wilayah utama pengembangan komoditas sayuran khas spesifik, seperti wortel, bawang daun, tomat, sawi, dan sebagainya, memiliki suatu kelembagaan pertanian yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan) Agropolitan. Sementara itu, Kecamatan Warungkondang, dengan kondisi kelembagaan pertaniannya yang sudah lebih baik melalui keberadaan Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan, sedang mencoba merambah pada komoditas-komoditas eksklusif, seperti brokoli, peterseli, paprika, dan sebagainya. Dari segi geografis, Kecamatan Cipanas memang tepat untuk menjadi sentra sayuran khas spesifik, terutama wortel dan bawang daun. Wortel yang dihasilkan di wilayah Cipanas memiliki keunggulan tersendiri, diantaranya warna yang lebih terang dan segar, ketahanannya lebih lama, tidak mudah busuk, berukuran sedang, dan rasanya lebih manis. Hal ini dikarenakan lokasi Kawasan Agropolitan Cipanas yang berada di ketinggian lebih dari 800 m dpl, dan suhu yang sangat mendukung untuk menghasilkan wortel yang berkualitas.

(34)

Perbedaan rantai tataniaga ini dikarenakan adanya perbedaan peran dan fungsi kelembagaan di kawasan sentra. Pada kawasan pengembangan agribisnis, peran kelembagaan sudah sangat kuat dan berkembang melalui adanya Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan. Peran kelompok tani tidak hanya pada subsistem hulu dan budidaya, tetapi sudah meliputi subsistem hilir (pengepakan dan pemasaran). Berbeda dengan kondisi di kawasan agropolitan tergabung dalam satu kelembagaan yaitu, Gapoktan Agropolitan, tetapi peran dan fungsinya masih pada taraf penyebaran informasi teknologi budidaya dan distribusi bantuan pemerintah. Petani berharap sistem pemasaran dapat dirancang lebih efektif dan efisien melalui keberadaan kelembagaan di tingkat petani tersebut. Di samping itu, keberadaan kelembagaan juga dibutuhkan sebagai sarana penyebaran informasi mengenai supply-demand untuk memperbaiki pola tanam petani, modal kerja, dan posisi tawar petani terhadap tengkulak atau pengumpul.

3. Komoditas Bunga Potong Krisan

[image:34.595.114.506.65.493.2]

Selain memiliki sentra komoditas pangan dan sayuran, Kabupaten Cianjur juga memiliki sentra Tanaman Hias. Bunga potong Krisan menjadi salah satu tanaman hias yang paling banyak ditemukan di Cianjur. Berdasarkan data dinas Gambar 6 Rantai tataniaga komoditas wortel di Kecamatan Warungkondang

(35)

pertanian pangan dan hortikultura, tanaman hias bunga Krisan memiliki luas tanam dan produktivitas yang relatif jauh lebih tinggi daripada komoditas tanaman hias lainnya. Luas tanam Krisan di tahun 2011 yang tercatat sekitar 407.000 m2, sedangkan produktivitasnya yang dipanen habis sekitar 58.30 kg/m2 dan tersisa 9.72 kg/m2 yang masih belum habis dipanen. Nilai produktivitas dan

luas tanam ini menjadi yang tertinggi di antara komoditas tanaman hias lainnya di Kabupaten Cianjur (Laporan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur 2012).

Fokus sentra pengembangan tanaman hias bunga Krisan terletak di Kecamatan Sukaresmi. Permasalahan yang ditemukan dalam hal inventarisasi data ialah tidak ditemukannya database yang menunjukan kondisi faktual komoditas tanaman hias bunga Krisan, sehingga tidak diketahui pasti berapa banyak produksi komoditas bunga Krisan di kawasan sentra tanaman hias. Di Cipanas misalnya, diperkirakan produksi bunga Krisan di kawasan sentra tanaman hias Cipanas mencapai 100 000 ikat per waktu panen. Angka tersebut relatif tinggi dibandingkan sentra tanaman hias di wilayah lainnya, akan tetapi saat ini produsen Krisan terbesar ialah Kecamatan Bandung Barat. Hasil investigasi lebih lanjut menunjukan bahwasanya pedagang Krisan di Bandung Barat membeli sebagian bunga Krisan yang dijualnya dari Kabupaten Cianjur, baik itu dari Kecamatan Cipanas maupun Sukaresmi, sehingga seolah-olah produktivitas bunga Krisan di kawasan sentra tanaman hias di Kabupaten Cianjur menurun atau bahkan tidak ada lagi.

(36)

Pada masing-masing kawasan sentra terdapat beberapa kelembagaan berupa kelompok tani yang aktif, namun tidak sedikit petani yang belum mengenali peran dan fungsi kelembagaan tersebut. Pada dasarnya, kelompok tani dibentuk untuk beberapa hal, seperti mendorong dan membimbing petani, membantu pemasaran produk yang dihasilkan petani, dan membantu pengadaan faktor produksi, akan tetapi kendala berikutnya ialah kapasitas petani sebagai produsen bunga Krisan yang masih berpandangan subsisten dalam usahatani,

sehingga produk yang dihasilkan belum berorientasi pada permintaan pasar. Masih banyak petani yang membudidayakan bunga Krisan secara cuma-cuma, mengabaikan kualitas dan berorientasi pada kuantitas optimum. Meskipun produk bunga potong Krisan yang dihasilkan di dua kecamatan di Kabupaten Cianjur memiliki keunggulan lebih awet, berwarna lebih cerah, dan lebih tahan lama, tidak semua petani mampu menghasilkan bunga yang berkualitas dan memenuhi standar.

Identifikasi Ketersediaan Sistem

Identifikasi ketersediaan sistem dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya sistem informasi yang mendukung pengembangan komoditas unggulan susbsektor tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Cianjur. Berdasarkan hasil investigasi sistem, ditemukan beberapa sistem informasi yang dibangun dalam rangka pengembangan agribisnis Kabupaten Cianjur, di antaranya sistem informasi pasar berbasis website, Sistem Informasi Potensi Unggulan Kabupaten Cianjur berbasis website, dan Pameran Pembangunan Kabupaten Cianjur dalam rangka hari jadi Kabupaten Cianjur. Dari tiga sistem informasi komoditas unggulan yang tersedia, kemudian dilakukan penelusuran sistem untuk mengetahui berjalannya sistem-sistem tersebut. Hal ini dilakukan untuk menyaring data dan informasi yang diperoleh pada tahap investigasi sistem sehingga analisis sistem dapat dilakukan secara tepat.

1. Sistem Informasi Pasar Berbasis Website

[image:36.595.134.505.191.336.2]

Sistem informasi pasar berbasis website yang terhubung melalui link pada website Kabupaten Cianjur memiliki peran sebagai sumber informasi harga bahan pokok, tidak hanya komoditas unggulan. Harga yang ditampilkan merupakan hasil intelejensi pasar petugas Dinas Perdagangan dan Perindustrian

(37)

Kabupaten Cianjur. Harga ini juga ditampilkan di papan informasi kantor Dinas Perdagangan Kabupaten Cianjur. Sistem ini sebenarnya kurang tepat untuk dikategorikan sebagai sistem informasi komoditas unggulan, sebab informasi yang disediakan mencakup bahan-bahan pokok yang harganya berfluktuasi di pasar. Sementara itu, harga komoditas unggulan yang ditampilkan hanya wortel dan beras. Selain itu, cakupan informasi yang disediakan hanya informasi harga. Tidak ditemukan adanya informasi lain selain informasi harga pada sistem ini.

2. Sistem Informasi Potensi Unggulan Kabupaten Cianjur Berbasis Web

Sistem informasi potensi unggulan Kabupaten Cianjur dapat diakses melalui website Kabupaten Cianjur (cianjurkab.go.id) dengan memasuki subdomain potensi unggulan (potensi.cianjurkab.go.id). Website ini merupakan subdomain dari website Kabupaten Cianjur. Sistem ini menyediakan informasi komoditas unggulan sektor pertanian secara umum (pertanian pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan, kehutanan, dan perkebunan), industri pengolahan, pariwisata, pertambangan, beserta analisis ekonomi yang menunjukan tingkat pengembalian investasi (return on investment – ROI). Informasi yang disajikan mengenai komoditas unggulan masih sangat umum dan belum spesifik. Hal ini dikarenakan tujuan sistem informasi kurang jelas dan tidak ada target pengguna sistem yang ditentukan.

Berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi kebutuhan lanjutan, dapat diketahui kelebihan dan kekurangan sistem. Kelebihan sistem informasi potensi unggulan tersebut di antaranya:

1. Sistem yang sudah ada mencakup semua potensi unggulan Kabupaten Cianjur, tidak hanya komoditas atau produk subsektor tertentu.

2. Sudah ada entitas pengelola sistem.

3. Sistem sudah terhubung dengan website Kabupaten Cianjur, sehingga memudahkan pencarian bagi end user.

Di sisi lain, sistem tersebut masih memiliki beberapa kelemahan, diantaranya: 1. Tidak ada informasi pengantar yang mendukung dipilihnya objek tersebut

sebagai potensi unggulan Kabupaten Cianjur.

2. Meskipun cakupan potensi unggulan sangat luas dan banyak, informasi yang disajikan menjadi kurang berbobot.

3. Hal tersebut (pada poin 2) juga dikarenakan target end user dari sistem belum jelas, sehingga informasi yang disampaikan tidak berdasarkan kebutuhan pengguna.

4. Informasi yang disajikan tidak menunjukan adanya pengolahan data secara mendalam. Hal ini terlihat dari informasi mengenai setiap komoditas hanya disampaikan sekilas dan tidak memiliki dasar yang kuat.

5. Informasi mengenai analisis usaha dalam bentuk persentase return on investment (ROI) disajikan secara implisit tanpa penjelasan dan data-data yang mendukung.

(38)

3. Pameran Perayaan Hari Jadi Kabupaten Cianjur

Selain sistem informasi berbasis web, ditemukan adanya sistem informasi berupa ruang pameran. Sistem informasi ini bersifat eventual, yakni dalam rangka perayaan hari jadi Kabupaten Cianjur. Sistem yang dibangun menyerupai Pekan Raya Jakarta (PRJ), namun terlihat lebih manual dalam pengelolaan dan penerapannya. Alur sistem informasi ini dapat dilihat pada Gambar 9, sedangkan data flow diagram (DFD) sistem dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 9 Alur penyelenggaraan pameran pembangunan Kabupaten Cianjur Tujuan dari pameran pembangunan Kabupaten Cianjur ialah untuk memasarkan komoditas maupun produk-produk yang dihasilkan petani dan pengrajin di Kabupaten Cianjur. Pameran ini melibatkan pihak ke-3, yaitu event organizer, sebagai panitia penyelenggara bersama dengan perwakilan dari sekretariat daerah. Penyelenggaraan kegiatan ini tidak menggunakan dana pemerintah daerah, sehingga berbagai entitas yang ingin memperoleh ruang pameran harus membayar senilai harga stand yang sudah ditentukan. Biaya penyewaan stand berkisar antara Rp 1 juta sampai dengan Rp 3 juta selama satu minggu. Variabel penentu biaya penyewaan stand ialah lokasi stand dan jarak lokasi asal entitas dari tempat pameran.

Sistem ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan sistem ini, diantaranya:

1. Pameran merupakan media promosi nyata, sehingga produk dan jasa dapat diinformasikan secara luas kepada masyarakat

2. Hal ini dapat menjadi media pemasaran dan penjualan langsung

Tender Panitia Penyelenggara

Event Organizer

Surat Pengajuan Eks pos

Surat diterima oleh Bupati

Setuju Tidak

Eks pos Ya

(39)

3. Pameran ini rutin diadakan di pusat kota Cianjur seringkali dimeriahkan oleh berbagai bintang tamu, sehingga masyarakat tertarik mengunjungi lokasi pameran

Sementara itu, kelemahan sistem ini diantaranya:

1. Stand pameran bersifat sewa, sehingga terkadang menyulitkan pelaku usaha atau industri kecil mikro (IKM) yang masih dalam tahap berkembang.

2. Lokasi pameran di pusat kota, namun lokasi ini jauh dari lokasi pariwisata, sehingga sebagian besar pengunjung adalah masyarakat sekitar lokasi pameran. Padahal salah satu target pengunjung adalah wisatawan

3. Kurangnya promosi dan kerjasama dengan agensi pariwisata, hotel-hotel, dan lokasi-lokasi wisata lainnya, sehingga informasi sangat jarang diketahui oleh wisatawan.

4. Ruang pameran seringkali sepi pengunjung

5. Sistem pendaftaran dan penawaran stand kurang menarik

Rancang Bangun Sistem Informasi Promosi Komoditas Unggulan (SIPKU)

Sistem Informasi Promosi Komoditas Unggulan (SIPKU) Subsektor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur merupakan sebuah rancangan sistem yang mengakomodasi berbagai data dan informasi mengenai komoditas unggulan Kabupaten Cianjur, terutama pada subsektor basis di Kabupaten Cianjur, yaitu subsektor tanaman pangan dan hortikultura. Sistem ini digunakan sebagai media informasi dan promosi komoditas unggulan subsektor tanaman pangan dan hortikultura Kabupaten Cianjur. Tujuan perancangan sistem ini yaitu, untuk memperbaiki sistem yang sudah ada. Dengan begitu, misi daerah dalam mengembangkan agribisnis Kabupaten Cianjur dapat tercapai secara efektif dan efisien.

(40)
[image:40.842.98.699.88.474.2]

29

Gambar 10 Diagram konteks sistem informasi potensi unggulan berbasis web

(41)
[image:41.842.81.717.85.456.2]

30

Gambar 11 Diagram konteks pameran pembangunan Kabupaten Cianjur

(42)

Identifikasi Komponen Sistem

Sistem informasi memiliki tiga komponen utama, yaitu orang, data dan prosedur (Kroenke 1992, Burhannudin 1997). Ketiga komponen ini dapat diidentifikasi berdasarkan hasil investigasi dan analisis sistem yang dilakukan pada sistem tataniaga komoditas unggulan subsektor tanaman pangan dan hortikultura serta sistem informasi komoditas unggulan yang tersedia. Pada tahap ini, identifikasi komponen sistem dilakukan untuk menginventarisasi stakeholder, input data yang dapat dihasilkan, informasi yang dibutuhkan, serta proses-proses (prosedur) yang berlangsung dalam konstruksi sistem tersebut. Pada tahap berikutnya, identifikasi komponen sistem digunakan untuk merekonstruksi sistem baru sebagai rekomendasi perbaikan sistem-sistem yang sudah berjalan.

1. Identifikasi Stakeholder

Identifikasi stakeholder dilakukan dengan mengamati sistem yang sudah berjalan dan rantai pemasaran komoditas padi Pandan Wangi, wortel, dan bunga potong krisan. Stakeholder merupakan komponen orang (people) dalam sistem informasi. Masing-masing stakeholder sebagai pengguna sistem (user) memiliki kebutuhan informasi yang berbeda-beda. Analisis kebutuhan user dalam sistem dibutuhkan agar sistem yang dikembangkan dapat dirasakan manfaatnya oleh setiap stakeholder maupun end user. Hasil identifikasi pengguna sistem dan kebutuhannya diuraikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Identifikasi pengguna dan kebutuhan pengguna sistem

No Pengguna Sistem Kebutuhan

1 Dinas Pertanian Pangan dan Hortikultura

peningkatan peran dinas bagian bina usaha untuk membantu petani memasarkan hasil produksinya, meningkatkan nilai investasi masyarakat terhadap usaha sektor pertanian sehingga menambah modal bagi pelaku usaha budidaya atau sektor primer.

2 Dinas perindustrian dan perdagangan

membantu pemasaran produk sekunder dalam rangka memfasilitasi industri kecil mikro (IKM) mengembangkan usahanya.

3 Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi

Membangun sistem informasi yang tepat guna

4 Petani dan Kelompok Tani

pemasaran hasil produksi primer

5 Pelaku usaha IKM pemasaran produk sekunder

6 Pedagang Retail (Pasar) informasi perkembangan harga di pasar dan ketersediaan komoditas maupun produk untuk dipasarkan.

7 Masyarakat sebagai end user

memperoleh informasi har

Gambar

Tabel 1  Jumlah industri di Kabupaten Cianjur menurut kelompok produk
Gambar 1  Kerangka pemikiran operasional
Gambar 2  Bentuk tabel/file database
Gambar 3  Peta lokasi penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dapat memanggil Kreditor, dalam hal permohonan pernyataan pailit diajukan oleh Debitor dan terdapat keraguan bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud

f) Sinar matahari menuju bumi terhalang oleh oleh bulan 2. Kapan terjadinya gerhana matahari ………. c) Matahari, bulan dan bumi berada pada garis lurus?. d) Bumi masih berada

BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP STANDAR MUTU STAIN SAR ... Latar Belakang ... Komponen Standar Mutu STAIN SAR ... Pelaksanaan Standar Mutu ... Strategi Pemenuhan Standar STAIN

Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi, iklim kerja dan motivasi kerja secara si- multan mempunyai pengaruh yang positif dan

Oleh karena kedua aspek di atas sangat penting dimiliki oleh siswa, maka peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara kedua kemampuan tersebut, yang diharapkan

Hanya saja, Kebun Raya Liwa belum tertata dengan rapih dibandingan dengan Kebun Raya lainnya seperti Kebun Raya Bogor yang sudah memiliki banyak taman koleksi

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penerapan pembelajaran berbasis projek terhadap hasil menulis karangan narasi

Kelebihan dari penggunaan iradiasi gelombang mikro dibandingkan dengan sumber energi konvensional adalah pengontrolan suhu reaksi yang lebih mudah dilakukan, mekanisme